View
16
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SUPERVISI AKADEMIK DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) PENAMPUNG,
KECAMATAN IV ANGKAT, KABUPATEN AGAM
TESIS
oleh:
DESMAWITA NIM : 10617
Ditulis Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010
i
ABSTRACT
DESMAWITA. 2010. Academic Supervision at the State Madrasah Tsanawiyah (MTsN) Penampung, IV Angkat Sub-District, Agam Regency. Thesis. Graduate Program, State University of Padang.
This research concerns with academic supervision at MTsN Penampung which the researcher finds, through her preliminary observation, is not satisfactory. The research focuses on findings the answers to three research question as the followings: a) how the academic supervision at MTsN Penampung has been implemented by the school principal; b) what problems are found in the implementation of the supervision; and c) what follow-up has been carried out to solve the problems. In finding the answers, the researcher uses qualitative approach.
To collect data the researcher conducts field observation, interviews and study of documentation. Research informants are obtained through snowball sampling technique in which the MTsN ‘s principal is treated as the key informant. Data analysis is done following the steps as suggested by Miles and Huberman which consist of data reduction, data display, drawing conclusion and verification. In order to confirm its validity triangulation technique is used.
Research findings consist of two types: general and specific. General finding is related to the profile of MTsN Penampung, IV Angkat Sub-District, Agam Regency. Specific findings include the followings: a) MTsN’ principal is not efectively able to administer the academic supervision because of psychological aspect such as reluctancy to supervise senior teachers; b) limited time for the principal to conduct supervision; c) limited knowledge and competency to ademinister academic supervision. During the research, it is felt that “no academic supervision” is not a problem, and it seems they let things go as if there is no fault at all”.
ii
ABSTRAK
DESMAWITA (2010). Supervisi Akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang.
Penelitian ini berkaitan dengan Supervisi Akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam. Berdasarkan temuan awal penelitian bahwa implementasi supervisi akademik itu belum memuaskan. Penelitian ini memfokuskan pencarian jawaban atas tiga pertanyaan penelitian seperti berikut ini : a) Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung; b) Kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan supervisi Kepala Madrasah; dan c) Apa tindak lanjut yang dilakukan oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Penampung untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Dalam mencari jawaban peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Untuk mengumpulkan data peneliti melaksanakan observasi lapangan, interview dan studi dokumentasi. Informan penelitian diperoleh melalui teknik snowball. Dalam hal ini Kepala MTsN Penampung diperlakukan sebagai informan kunci (Key Informant). Analisis data dilakukan mengikuti langkah-langkah yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri adari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk menyakinkan validitas data digunakan teknik trianggulasi.
Temuan penelitian ini terdiri dari dua jenis; temuan umum dan temuan khusus. Temuan umum berhubungan dengan profil MTsN Penampung Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam, temuan khusus mencakup hal-hal berikut: a). Kepala MTsN Penampung belum mampu secara efektif melaksanakan supervisi akademik disebabkan oleh aspek-aspek psykologis seperti keengganan melakukan supervisi terhadap guru-guru senior, b). Keterbatasan waktu bagi Kepala MTsN Penampung untuk melakukan supervisi, c). Keterbatasan ilmu pengetahuan dan kompetensi melaksanakan supervisi akademik. Dalam melaksanakan supervisi akademik selama penelitian terasa tidak ada masalah walaupun tidak dilakukan supervisi akademik dan juga terlihat guru-guru membiarkan saja seolah-olah segala sesuatu berlalu tidak masalah sama sekali.
iii
Persetujuan Akhir Tesis
Nama : Desmawita NIM : 10617
Nama Tanda Tangan Tanggal
Prof. Dr. H. Chatlinas Said Pembimbing I
__________________
__________________
Dr. Yahya, M.Pd Pembimbing II
__________________
__________________
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang
Ketua Program Studi / Kosentrasi
Prof. Dr. Mukhaiyar
Prof. Dr. Kasman Rukun, M.Pd
iv
Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Kependidikan
No. Nama Tanda Tangan
1. Prof. Dr. H. Chatlinas Said (Ketua)
___________________
2. Dr. Yahya, M.Pd (Sekretaris)
___________________
3. Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, M.A, Ed. D (Anggota)
___________________
4. Prof. Dr. H. Rusdinal, M.Pd (Anggota)
___________________
5. Prof. Dr. Gusril, M.Pd (Anggota)
___________________
Mahasiswa
Nama : Desmawita
NIM : 10617
Tanggal Ujian :
v
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis ini, tesis saya dengan judul Supervisi Akademik Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Di dalam karya ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis dan dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Juni 2010
Saya yang menyatakan
Desmawita NIM. 10617
vi
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga tesis saya dengan judul Supervisi Akademik Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam
dapat diselesaikan.
Tesis ini ditulis guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar
magister pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah ditulis di dalam tesis ini bukanlah
semata-mata atas kemampuan sendiri, tetapi atas bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan penuh
ketulusan menyampaikan dan mengucapkan penghargaan serta terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Chatlinas Said sebagai Pembimbing I dan Dr. Yahya, M.Pd
sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam
membimbing, mengarahkan serta berdiskusi dengan penulis. Dengan sikap
arif, kekeluargaan, suasana yang nyaman dan akademis yang selalu beliau
bangun dan suguhkan untuk mendorong penulis agar lebih percaya diri guna
menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
2. Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, M.A, Ed. D, Prof. Dr. H. Rusdinal, M.Pd dan
Prof. Dr. Gusril, M.Pd masing-masing sebagai penguji tesis ini yang telah
banyak memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
vii
3. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Padang, dosen, karyawannya yang
telah memberikan ilmu, bimbingan, bantuan selama perkuliahan, sehingga
menambah wawasan akademik penulis. Demikian juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah bersedia berdiskusi dan meminjamkan buku-buku
selama penulisan ini.
4. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Sumatera Barat, Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Agam dan Kepala MTsN Penampung
yang telah memberikan izin dan dorongan untuk menyelesaikan perkuliahan
penulis. Demikian juga para majelis guru, pegawai dan pengawas MTsN
Penampung yang ikut memberikan motivasi untuk penulis.
5. Khusus buat ayahanda (Ali Amran) dan ibunda (Khairahni) tercinta yang telah
membesarkan dan selalu mendoakan penulis agar selalu sukses dalam
menjalani kehidupan ini. Juga kepada adik yang selalu memberikan dorongan
kepada penulis untuk menyelesaikan perkuliahan ini.
6. Teristimewa buat suami tercinta, Naskopil, beserta anak tersayang, Hifzah
Nafilah, yang selalu memberikan motivasi baik moril maupun materil serta
doa kepada penulis terutama selama perkuliahan sampai pada penulisan tesis
ini. Mereka telah menjadi korban kurang perhatian dan kasih sayang selama
penulis mengikuti perkuliahan.
Akhirnya atas segala bantuan, petunjuk, arahan, bimbingan, motivasi dan
kerjasama yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT
memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda. Amin, Ya Rabbal Alamin.
Pasia, Juni 2010 Penulis
Desmawita
viii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..................................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii PERSETUJUAN AKHIR ............................................................................... iii PERSETUJUAN KOMISI .............................................................................. iv SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ......................................... 16 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 17 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORETIS ................................................................. 19 A. Pengertian Supervisi ............................................................. 19 B. Tujuan Supervisi .................................................................. 22 C. Pentingnya Supervisi ............................................................ 23 D. Teknik Supervisi .................................................................. 24 E. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi ............................. 26 F. Hambatan Supervisi ............................................................. 27 G. Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi ................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 31 A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 31 B. Lokasi Penelitian dan Situasi Sosial .................................... 33 C. Informan Penelitian .............................................................. 34 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 35 E. Teknik Analisis Data ............................................................ 38 F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ................................... 41 G. Langkah-langkah Penelitian ................................................. 42
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 45 A. Temuan Umum tentang MTsN Penampung ........................ 45
1. Sejarah Singkat ............................................................... 45 2. Lokasi ............................................................................. 47 3. Struktur Organisasi ........................................................ 51 4. Visi dan Misi ................................................................... 57 5. Sarana dan Prasarana ...................................................... 58 6. Lingkungan .................................................................... 60 7. Personalia ....................................................................... 61 8. Gambaran Umum Aktivitas ............................................ 67
B. Temuan Khusus Penelitian ................................................... 71
ix
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik ................................... 72 2. Kendala dalam Melaksanakan Supervisi ........................ 84 3. Tindak Lanjut Hasil Supervisi ....................................... 91
C. Pembahasan .......................................................................... 94 1. Pelaksanaan Supervisi Akademik .................................. 95 2. Kendala dalam Melaksanakan Supervisi ....................... 98 3. Tindak Lanjut Hasil Supervisi ........................................ 102
D. Tema Budaya ....................................................................... 104
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................... 106 A. Kesimpulan .......................................................................... 106 B. Implikasi ............................................................................... 107 C. Saran-saran ........................................................................... 109
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 112 LAMPIRAN .................................................................................................... 115
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung ........................... 61
Tabel 4.2 Pangkat/Golongan Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung ..... 62
Tabel 4.3 Latar Belakang Pendidikan Guru MTsN Penampung ................. 62
Tabel 4.4 Masa Kerja Guru-guru MTsN Penampung ................................ 63
Tabel 4.5 Usia Guru-guru MTsN Penampung ........................................... 64
Tabel 4.6 Pangkat dan Golongan Guru-guru MTsN Penampung .............. 65
Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Guru-guru MTsn Penampung .................... 66
Tabel 4.8 Data Siswa MTsN Penampung .................................................. 66
Tabel 4.9 Data Hasil Ujian Nasional MTsN Penampung .......................... 67
Tabel 4.10 Prestasi MTsN Penampung ........................................................ 67
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data .................................................................. 41
Gambar 4.1 Posisi Sumatera Barat di Pulau Sumatera .................................. 48
Gambar 4.2 Posisi Kabupaten Agam di Propinsi Sumatera Barat ................. 48
Gambar 4.3 Posisi Kecamatan IV Angkat di Kabupaten Agam .................... 49
Gambar 4.4 Letak MTsN Penampung ........................................................... 50
Gambar 4.5 Denah Lokasi MTsN Penampung .............................................. 51
Gambar 4.6 Struktur Organisasu MTsN Penampung ………………………… 52
Gambar 4.7 Grafik Masa Kerja Guru MTsN Penampung .............................. 63
Gambar 4.8 Grafik Umur Guru-guru MTsN Penampung .............................. 64
Gambar 4.9 Grafik Pangkat/Golongan Guru MTsN Penampung .................. 65
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pedoman Catatan Lapangan ............................................ 115
Lampiran 2. Daftar Aktor dan Data Yang diberikan ...................................... 120
Lampiran 3. Daftar Photo-photo Penelitian .................................................... 124
Lampiran 4. Catatan Lapangan Penelitian ...................................................... 126
Lampiran 5. Photo-photo Penelitian ............................................................... 165
Lampiran 6. Pemohonan Izin Penelitian ......................................................... 186
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian ................................................................... 187
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas bangsa. Melalui pendidikan dapat dihasilkan sumber daya manusia yang
berwawasan luas, memiliki kreatifitas tinggi dan mempunyai kemampuan
bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era globalisasi ini. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan
masyarakat.
Pendidikan yang berkualitas merupakan sasaran pembangunan pendidikan
nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia
yang menyeluruh. Oleh sebab itu peningkatan mutu pendidikan tidak dapat
diabaikan karena, melalui pendidikan yang berkualitas dapat diharapkan tercipta
sumber daya manusia yang andal. Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan:
Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (UU SPN, 2003: 3).
Selanjutnya dalam Bab I, Pasal 1 (UU SPN, 2003: 5) dicantumkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2
Potensi-potensi inilah yang diharapkan akan dapat menopang kehidupan masa
depan yang lebih baik, makmur dan sejahtera. Oleh karena itu pembangunan
nasional sektor pendidikan harus menjadi prioritas utama, jika bangsa ini tidak
ingin kalah bersaing di era globalisasi yang semakin kompetitif.
Di era globalisasi ini kehidupan manusia berubah, tumbuh dan
berkembang cepat seiring dengan kemajuan zaman. Hal ini menuntut kemampuan
mempertahankan kebudayaan, identitas dan ciri khas bangsa. Dalam kaitan inilah
madrasah, sebagai salah satu institusi pendidikan yang kurikulumnya berciri khas
Islam berperan dalam pembentukan anak bangsa yang memiliki ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yang seimbang dengan peningkatan keimanan dan
ketaqwaan (IMTAQ). Oleh sebab itu madrasah perlu dikelola dengan baik,
profesional dan sesuai dengan kebutuhan/tuntutan masyarakat Islam.
Agar tercapai tujuan pendidikan nasional Indonesia dengan baik,
pemerintah telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Usaha itu di antaranya ialah
melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan mutu dan kualitas
guru. Selain itu juga diupayakan pula mengangkat kepala madrasah yang memiliki
kemampuan mengelolanya dengan baik. Kemampuan itu meliputi bagaimana
membimbing, mengarahkan, menggerakkan, dan membantu guru dalam
mengatasi kesulitannya. Kesulitan yang dimaksud tentu berhubungan dengan
bagaimana melaksanakan tugas sebagai guru, disamping bagaimana menjalin
kerja sama yang baik dengan guru dan masyarakat sekitarnya.
Kepala madrasah merupakan salah satu faktor penentu utama bagi sukses
tidaknya kegiatan madrasah. Dengan kata lain, kualitas madrasah banyak
3
ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala madrasahnya. Kepala madrasah
memang dituntut mempunyai kemampuan yang dapat mendorong dan memotivasi
seluruh warga madrasah. Hal ini penting untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan
sasaran madrasah melalui program yang direncanakan dengan matang dan
bertahap. Keadaan ini perlu pula disesuaikan dengan potensi sumber daya,
dukungan masyarakat dan ketepatan waktu agar semuanya itu terlaksana dengan
baik. Selanjutnya kepala madrasah juga diharapkan dapat memahami keberadaan
madrasah sebagai organisasi yang kompleks dan unik serta mampu melaksanakan
peranannya yang selama ini dikenal dalam tugas pokok dan fungsinya dengan
sebutan EMASLIM (educator, manager, administrator, supervisor, leader,
inovator dan motivator) (Mulyasa, 2004). Salah satu diantaranya kepala madrasah
sebagai seorang Supervisor yang bertugas melaksanakan supervisi pada satuan
pendidikan. Pokoknya kepala madrasah merupakan figur yang menentukan titik
pusat keberhasilan dan irama suatu madrasah. Dengan demikian kepala madrasah
sangat berperan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab VIII Pasal 57 tentang
standar Pengelolaan memberikan pemahaman bahwa supervisi yang dilakukan
meliputi supervisi manajerial dan supervisi akademik dan dilaksanakan oleh
pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala madrasah secara teratur dan
berkesinambungan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 kegiatan supervisi
pada satuan pendidikan (sekolah) semenjak sekolah dasar hingga Sekolah
Lanjutan Atas (Umum dan kejuruan) adalah suatu kegiatan yang integral dan tidak
4
dapat diabaikan dan harus dijalankan/dilakukan oleh kepala madrasah sebagai
atasan langsung pendidik (guru) di satuan pendidikannya.
Sebagai supervisor, kepala madrasah bertanggung jawab terhadap
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007
Tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah,
kepala madrasah harus memiliki beberapa kompetensi, kompetensi dimaksud
ialah kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Dalam peraturan yang sama
dikatakan pula bahwa kompetensi supervisi kepala madrasah meliputi
perencanaan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru, pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru dan penindak lanjuti hasil supervisi
akademik dalam rangka peningkatan profesioanalisme guru. (Departemen
Pendidikan Nasional, 2009:329)
Supervisi akademik merupakan kunci keberhasilan kepala madrasah dalam
menjadikan madrasah itu lebih efektif, bermutu, berprestasi dan berprestise.
Supervisi akademik merupakan bagian yang penting dalam proses penyelengaraan
pendidikan di madrasah. Oleh sebab itu kepala madrasah perlu memahami konsep
supervisi secara utuh (arti, tujuan dan teknik supervisi) menyusun programnya,
melaksanakannya dan memanfaatkan hasilnya untuk perbaikan pendidikan
madrasah. Sebagai supervisor, kepala madrasah diharapkan dapat menguasai hal-
hal yang berkaitan dengan tugas-tugas guru, penguasaan materi, strategi belajar,
sistem evaluasi dan pengelolaan kelas.
5
Guru yang disupervisi merupakan penanggung jawab terdepan dalam
peningkatan mutu pendidikan. Sebagai penentu keberhasilan pendidikan di
madrasah dituntut kemampuannya dalam melaksanakan fungsinya secara
profesional dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
Guru dikatakan profesional bila dia memiliki kemampuan dan keahlian
dalam menjalankan tugas keguruannya. Menurut Tilaar dalam Suyanto (2001:145)
guru profesional memiliki beberapa ciri diantaranya: 1) memiliki keterampilan
membangkitkan minat peserta didik, 2) menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, 3) berkepribadian yang matang dan berkembang, dan 4) memiliki sikap
profesional yang berkembang secara berkesinambungan.
Guru adalah orang yang berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan Muhibbin (1995), sebagai
pendidik dan pengajar, guru merupakan faktor penentu dalam keberhasilan peserta
didik. Guru yang berkualitas akan mampu membimbing anak didiknya,
menciptakan suasana yang kondusif, melibatkan peserta didik secara aktif dan
membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar secara optimal. Guru yang
baik mampu merefleksikan dirinya sendiri dengan melakukan evaluasi cara
mengajar dan cara mendidik serta membina siswanya. Karena itu sasaran evaluasi
tidak hanya untuk mengevaluasi anak didik saja tetapi juga pendidik itu sendiri.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik, guru
diharapkan mampu mengimplementasikan seluruh kompetensi profesional yang
dimilikinya. Tugus guru sebagai profesi sebagaimana yang dinyatakan Usman
(2000) meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti mengembangkan ilmu
6
pengetahuan; sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74 tahun 2008 Tentang
Guru Bab II Pasal 3 dalam menjalankan tugasnya guru diharapkan memiliki
beberapa kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial. (Departemen Pendidikan Nasional,
2009: 117)
Dalam melaksanakan tugas dan merencanakan persiapan mengajar guru
harus memiliki niat yang tulus dan ikhlas dengan mengaharap ridho Allah SWT.
Rasulullah s.a.w menyatakan: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal
kecuali amal yang ikhlas mengharapkan pahala dari Allah”. Hal ini sesuai dengan
gubahan penyair: “Hendaklah anda lurus dan ikhlas dalam bekerja dan berbuat
baiklah selalu di mana saja anda berada” (Bakry, 1993:39). Niat yang tulus dan
ikhlas, bila diaplikasikan dalam perencanaan persiapan mengajar, diharapkan akan
dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang direncanakan itu.
Pencapaian tujuan dan harapan di atas tidak terlepas dari kepemimpinan
kepala madrasah. Karena itu betapapun lengkapnya sarana dan prasarana
pendidikan suatu madrasah, misalnya ruangan kelas, ruang laborotorium, ruang
perpustakaan, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah,
ruang konseling, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang organisasi kesiswaan,
jamban, gudang, ruang sirkulasi dan tempat bermain/berolahraga, namun kalau
semua itu tidak diberdayakan dengan baik, maka tujuan untuk menciptakan
madrasah yang bermutu akan sulit dicapai. Selanjutnya untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran di kelas diperlukan pula program pembinaan yang
7
berkelanjutan dan terprogram. Salah satu di antaranya ialah supervisi akademik
yang dilakukan oleh kepala madrasah.
Supervisi akademik merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Oleh sebab itu kepala madrasah perlu
memahami hakekat supervisi akademik secara komprehensif dan berkelanjutan.
Berkaitan dengan ini dari hasil pengamatan penulis sementara di Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Penampung Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam
terkesan hal-hal berikut:
Pertama, kepala madrasah tersebut belum sepenuhnya melaksanakan
tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan supervisi. Terlihat bahwa supervisi
yang dilaksanakannya masih bersifat kritikan, bukan memberikan bimbingan
untuk mencarikan penyelesaian masalah yang dipunyai guru.
Kedua, sebagai supervisor, orang pertama di madrasah ini kelihatannya
kurang memberikan pembinaan, bimbingan serta arahan terhadap guru yang
mengalami masalah. Akibatnya, peningkatan kemampuan guru dalam mengajar
belum terlihat.
Ketiga, kepala madrasah terkesan belum mampu mendorong guru
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Sebagai
akibatnya keluaran (out-put) madrasah masih tetap rendah. Hal ini terlihat dari
hasil ujian nasional yang cenderung menurun.
Keempat, sarana yang dimiliki madrasah belum memenuhi kebutuhan. Hal
ini terlihat belum memiliki ruangan perpustakaan, laboratorium, aula, mushala,
ruang usaha kesehatan sekolah dan ruang multimedia.
8
Kelima, masih ada guru yang belum mampu menyusun program
pengajaran dengan baik. Mereka juga kurang mampu menanamkan konsep dasar
materi pelajaran. Demikian pula kurang mampu merancang strategi pembelajaran
yang diajarkan.
Keenam, rendahnya kemampuan guru menggunakan media, memperbaiki
metode dan melaksanakan strategi pembelajaran yang bervariasi.
Ketujuh, masih ada guru yang kurang berminat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Mereka terkesan melaksanakan tugas hanya sekedar menyampaikan
materi dan menyelesaikan program. Guru suka meninggalkan ruang kelas saat
pembelajaran berlangsung. Di samping itu sebagian besar duduk-duduk di ruang
majelis guru membicarakan hal-hal yang kurang terkait dengan masalah
pembelajaran dan masalah siswa.
Kedelapan, dalam rapat dengan majelis guru, kepala madrasah cenderung
menyampaikan daftar kelemahan-kelemahan guru dalam mengajar, memberikan
instruksi tentang apa yang harus dilakukan dan jarang memberikan kesempatan
kepada guru untuk menyampaikan masalah-masalah yang dihadapinya di kelas.
Kesembilan, masih terlihat para pegawai bekerja dengan santai tanpa
memperhatikan apakah pekerjaannya mereka harus segera dikerjakan atau tidak.
Akhirnya, kesepuluh, sejumlah guru mengajarkan mata pelajaran yang
tidak sesuai dengan keahliannya. Di samping itu masih banyak dipakai guru
honor.
Berdasarkan observasi yang selanjutnya peneliti lakukan pada bulan Mei-
Juli 2009 di madrasah ini ditemukan beberapa hal lain. Observasi pada tanggal
15 Mei 2009, teramati bahwa kepala madrasah ini tidak menyusun program
9
supervisi pendidikan secara tertulis. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan belum
adanya terpajang program supervisi pendidikan di ruang kepala madrasah itu
maupun di ruang majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 01 pada lampiran).
Selanjutnya pada tanggal 28 Mei 2009 dari guru kelas IX di peroleh
informasi bahwa masih banyak guru yang belum memperoleh supervisi
kunjungan kelas oleh kepala madrasah. Kepala madrasah terkesan kurang sekali
mengkomunikasikan tentang kegiatan proses belajar mengajar dengan guru.
Dalam rapat dengan majelis guru, misalnya kepala madrasah cenderung
memberikan instruksi dan sedikit sekali memberi kesempatan kepada guru untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Kepala madrasah kurang menerima
masukan dan saran dari guru. (Lihat Catatan Lapangan 02 dan Gambar 01 pada
lampiran).
Hasil wawancara dengan Wakil Kepala Madrasah di ruang majelis guru
pada tanggal 9 Juni 2009 diperoleh informasi bahwa kepala madrasah ini belum
sepenuhnya melaksanakan supervisi pendidikan sebagaimana yang seharusnya.
Supervisi dilaksanakan tanpa rencana dan dilakukannya dengan mengamati dari
luar ruangan belajar. Jika kepala madrasah ternyata melaksanakan supervisi
sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung, maka hal itu belum dapat mencapai
sasaran. Akibatnya, pelaksanaan proses dan hasil pembelajaran terkesan belum
sesuai dengan yang diharapkan (Lihat Catatan Lapangan 03 pada lampiran).
Kepala Madrasah ini selanjutnya diketahui sering rapat dan dinas luar, di
antaranya rapat ke Lubuk Basung ibu kota kabupaten, dan ke Padang ibu kota
propinsi membicarakan persiapan ujian nasional dan ujian madrasah siswa kelas
IX. Rapat juga berkaitan dengan musyawarah kerja kepala madrasah di kabupaten
10
dan propinsi. Kemudian rapat peningkatan sarana dan prasarana madrasah,
pengurusan bantuan siswa yang tidak mampu dan pengurusan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). (KM. 12 Juni 2009), (Lihat Catatan Lapangan 04
pada lampiran).
Guru-guru yang mengajar di MTsN Penampung masih banyak yang
berstatus guru tidak tetap. Terkait dengan objek supervisi, sebagian guru masih
belum membuat perangkat pembelajaran (program/rencana pembelajaran dan
penilaian) secara rutin. Dalam melaksanakan proses pembelajaran mereka belum
menggunakan multimedia dan metode yang bervariasi sehingga pembelajaran
terkesan kurang menyenangkan dan tidak menarik minat siswa untuk belajar.
Selanjutnya diperoleh pula informasi dari guru kelas IX pada tanggal
13 Juni 2009 bahwa Kepala Madrasah jarang mengajar dikelas. Seharusnya
disamping sebagai kepala madrasah, dia masih mempunyai kewajiban mengajar
selama 6 jam per minggu.
Informasi lain yang diperoleh ialah bahwa MTsN Penampung
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran pada dua lokasi yang terpisah dengan
jarak lokasi ± 500 meter. Hal ini mempunyai dampak terhadap disiplin pertukaran
jam pelajaran, dimana guru yang mengajar sering terlambat masuk kelas karena
lokasi yang berjauahan (Lihat Catatan Lapangan 05 pada lampiran).
Informasi seperti ditemukan di atas, telah mendorong penulis untuk
melihat madrasah ini lebih dekat. Untuk itu telah dilakukan semacam grand tour
ke madrasah tersebut mulai tanggal 15 Mei sampai dengan 24 Juli 2009 sebanyak
5 kali. Tujuannya ialah untuk melihat tiga sasaran yaitu: 1) ketenagaan,
11
2) kegiatan pembelajaran, 3) supervisi akademik. Hasil masing-masing aspek
dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketenagaan
MTsN Penampung ini terletak di Kecamatan IV Angkat, Kabupaten
Agam, dipimpin oleh seorang kepala madrasah. Yang bersangkutan telah
memimpin madrasah ini sejak 1 Mei 2005 sampai laporan ini ditulis.
Kepemimpinannya dibantu oleh 32 orang guru. Sembilan belas orang di antaranya
berstatus pegawai negeri sipil (PNS), 13 lainnya bekerja sebagai guru tidak tetap.
Di samping itu 2 orang di antaranya masing-masing berfungsi sebagai wakil
kepala madrasah. Kemudian madrasah ini juga mempunyai 1 orang kepala tata
usaha, 1 orang pegawai tetap, 3 orang pegawai tidak tetap, 1 orang penjaga
madrasah dan 1 orang petugas kebersiahan
2. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan setiap hari sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan. Kegiatan tersebut berlangsung mulai dari pukul 07.30 WIB
sampai dengan 14.10 WIB. Kegiatan itu sebagai berikut:
a. Pada tahun 2008/2009 kegiatan pembelajaran menggunakan dua macam
kurikulum. Kelas VII dan kelas VIII masing-masing menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sementara itu kelas IX menggunakan dua
macam kurikulum yaitu, kurikulum KTSP dan Kurikulum 2004. Perubahan
Kurikulum 2004 menjadi KTSP membuat banyak persoalan di dunia pendidikan.
Kurikulum 2004 belum berjalan secara sempurna dan belum dapat dilihat
hasilnya. Dalam waktu yang sama KTSP sudah harus dilaksanakan pula. Untuk
12
menghadapi perubahan kurikulum ini guru perlu mendapatkan pelatihan dan
pembinaan.
b. Kegiatan pembelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat
pembelajaran. Guru-guru mempersiapkan hal-hal yang diperlukan seperti program
tahunan, program semester, rencana pembelajaran dan media pembelajaran.
Sebagian proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan persiapan yang
matang. Namun sebagian terkesan berjalan asal-asalan, tanpa persiapan yang
terencana dengan baik. Hal ini mengakibatkan tidak terlaksananya kegiatan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
c. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan bernuansa Islam sehingga
menjadi kebiasaan. Hal itu terlihat pada program berdoa bersama sebelum
pembelajaran dimulai. Setelah itu dilakukan pula pembacaan Al-Quran oleh
siswa. Proses pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama lagi. Di samping itu
siswa melaksanakan sholat zuhur berjamaah dengan majelis guru. Kegiatan
muhadarah diselenggarakan setiap hari Jumat. Kegiatan ini diawali dengan
pembacaan Al-Quran, dan saritilawah. Pada kegitan ini ditampilkan pula pidato
berbahasa Arab, berbahasa Inggris, berbahasa Indonesia dan khutbah. Pada
penutupannya ditampilkan acara kesenian, bakat siswa berupa pembacaaan
pantun, puisi dan nasyid.
Selanjutnya pada hari Sabtu pukul 10.30 WIB dilaksanakan kegiatan
pengembangan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, dan palang
merah remaja. Hal ini dipandang perlu dalam upaya mengembangkan kemampuan
dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi dan minat siswa.
13
3. Supervisi Akademik
a. Program Supervisi Akademik
Observasi yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2009 di ruangan Kepala
Madrasah dan ruangan majelis guru, belum memperlihatkan kejelasan program
supervisi Kepala Madrasah. Di sana di dinding ruangan kepala madrasah dan di
ruangan majelis guru belum tampak terpajang secara jelas program supervisi yang
bertujuan untuk mamberikan bantuan dan pembinaan kepada guru-guru.
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Dari salah seorang guru kelas IX didapat informasi bahwa Kepala
Madrasah belum melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan yang diharapkan.
Supervisi yang dilakukan Kepala Madrasah belum ditujukan kepada semua guru.
Walaupun Kepala Madrasah telah melaksanakan supervisi sewaktu kegiatan
pembelajaran berlangsung, namun hal itu terkesan belum dapat mencapai sasaran.
Guru merasa tidak terbantu, baik dalam penguasaan materi maupun penggunaan
strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang tepat, serta
pengelolaan kelas.
c. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik
Tindak lanjut hasil supervisi yang dilaksanakan Kepala Madrasah
kelihatannya belum sepenuhnya dapat memberikan bantuan dan bimbingan bagi
guru-guru. Kenyataannya memang belum terlihat adanya perubahan perilaku guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai umpan balik dari hasil
pembinaan Kepala Madrasah sebagai supervisor.
14
d. Kegiatan Kepala Madrasah
Kepala Madrasah sangat sibuk dengan berbagai kegiatan luar. Dia sering
menghadiri rapat di ibu kota kabupaten dan ibu kota propinsi. Rapat itu berupa
persiapan ujian nasional, ujian madrasah, ujian sekolah, Musyawarah Kerja
Kepala Madrasah (MK2M), pengurusan bantuan beasiswa bagi siswa yang
berprestasi dan siswa tidak mampu, pengurusan dana bantuan operasional sekolah,
persiapan ajang kreatifitas siswa madrasah di propinsi.
Kepala Madrasah juga sibuk dengan pengurusan bantuan pembangunan
ruang belajar siswa, perbaikan, pembenahan, pembangunan, dan pengembangan
sarana prasarana madrasah berupa tambahan ruang belajar siswa. Sementara itu,
keberadaan Kepala Madrasah tidak hanya pada satu lokasi madrasah, kadang kala
dia berada di ruangan yang berjauhan tempatnya dari ruangan belajar siswa.
Berbagai kegiatan lain juga dilaksanakan oleh Kepala Madrasah bersama guru dan
penjaga madrasah, seperti kegiatan membina kebersihan, ketertiban dan
keindahan (K3) madrasah. Hal ini terlihat pada pekarangan madrasah yang tertata
bersih dan rapi. Setelah itu juga terlihat bunga-bunga hidup di ruangan Kepala
Madrasah dan majlis guru.
Kegiatan grand tour dilanjutkan dengan kegiatan mini tour. Untuk ini
observasi dikhususkan pada supervisi akademik. Dari hasil mini tour didapatkan
kesimpulan bahwa Kepala Madrasah kelihatannya belum melaksanakan tugasnya
di bidang supervisi akademik secara optimal. Guru merasa belum terbantu dalam
pelaksanaan proses belajar-mengajar dengan supervisi yang dilaksanakan Kepala
Madrasah. Kepala Madrasah dalam melaksanakan supervisi, misalnya hanya
15
dengan melihat dari luar kelas. Kalaupun yang bersangkutan masuk ke dalam
kelas, namun hal itu terkesan hanya mencari-cari kesalahan guru.
Selain dari itu supervisi yang dilaksanakan Kepala Madrasah terkesan
tanpa persiapan dan perencanaan yang matang. Supervisi dilaksanakannya secara
tiba-tiba tanpa diketahui guru. Sekilas Kepala Madrasah sudah hadir di depan
kelas terutama yang di dalamnya sedang berada dalam keributan.Untuk lebih
jelasnya kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan Kepala Madrasah dapat
dilihat dari informasi tentang program, pelaksanaan dan tindak lanjutnya seperti di
bawah ini.
a. Program Supervisi Akademik
Berdasarkan hasil pegamatan pada tanggal 15 Mei 2009, Kepala Madrasah
ditemukan belum membuat program supervisi akademik. Hal ini antara lain di
tandai oleh belum adanya terpajang program supervisi Kepala Madrasah di dalam
ruangannya maupun dalam ruangan majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 01
pada lampiran).
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Dari hasil wawancara pada tanggal 13 Juni 2009 dengan guru kelas IX, di
ruang majelis guru dapat disimpulkan bahwa Kepala Madrasah belum
melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan
supervisi oleh Kepala Madrasah terkesan masih melihat di luar kelas, kalaupun
masuk ke dalam kelas guru merasa belum terbantu baik dalam penguasaan materi,
penggunaan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan,
penggunaan strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas selama proses belajar-
mengajar sehingga upaya menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan
16
menyenangkan belum mencapai hasil yang diharapkan. (Lihat Catatan Lapangan
03 pada lampiran).
c. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik
Informasi yang didapatkan dari wakil Kepala Madrasah pada tanggal
15 Juni 2009 bahwa tindak lanjut hasil supervisi yang dilaksakan Kepala
Madrasah belum memberikan bantuan, arahan dan bimbingan terhadap guru-guru.
Penyampaian hasil supervisi dilaksanakan Kepala Madrasah hanya sekedar saja di
ruang rapat majelis guru. Guru merasakan supervisi yang diberikan oleh Kepala
Madrasah belum menyentuh terhadap perubahan tingkah laku guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. (Lihat Catatan Lapangan 06 pada lampiran)
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Dari hasil pengamatan di lapangan seperti dikemukakan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa, Kepala Madrasah terkesan belum melaksanakan
tugasnya sebagai supervisor menurut yang seharusnya. Hal ini menyebabkan
pembelajaran yang dilaksanakan belum sesuai dengan tujuan supervisi akademik.
Dengan kata lain supervisi akademik yang dilakukan Kepala Madrasah belum
dapat memberikan bimbingan, bantuan ke arah yang lebih baik dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
Berawal dari hasil pengamatan terdahulu penelitian ini selanjutnya akan
difokuskan pada pelaksanaan supervisi akademik di MTsN Penampung,
Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam. Untuk itu masalah penelitian yang akan
diajukan ialah: Kenapa pelaksanaan supervisi akademik Kepala MTsN
Penampung Kabupaten Agam tidak efektif? Untuk menjawabnya dirumuskan
pertanyaan penelitian berikut:
17
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala MTsN
Penampung?
2. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan supervisi oleh Kepala MTsN
Penampung?
3. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan Kepala MTsN Penampung terhadap
masalah yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi akademik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan:
1. Ihwal pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala MTsN
Penampung.
2. Kendala–kendala yang menghambat pelaksanaan supervisi Kepala Madrasah.
3. Tindak lanjut yang dilakukan Kepala Madrasah terhadap masalah-masalah
yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi akademik di MTsN Penampung.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoretis penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat untuk
pengelolaan pendidikan dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan di
bidang supervisi pendidikan. Selanjutnya secara praktis penelitian ini diharapkan
akan dapat bermanfaat untuk:
1. Kepala MTsN Penampung, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan
kemampuan supervisi di sekolahnya.
2. Kepala Madrasah lainnya, sebagai bahan masukan dalam menyampaikan
program supervisi di madrasah masing-masing.
3. Guru-guru calon Kepala Madrasah sebagai bahan masukan.
18
4. Pengawas madrasah, sebagai masukan pelaksanaan supervisi di madrasah.
5. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Agam, sebagai bahan
masukan dalam memberikan bimbingan kepada Kepala MTsN di lingkungan
Kabupaten Agam menyangkut prongram supervisi.
6. Bagi peneliti sendiri untuk dapat menambah wawasan tentang pentingnya
supervisi dalam pembinaan tugas dan keprofesionalan dalam menjalankan
profesi guru.
19
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Supervisi
Menurut Arikunto (2004:2), kata supervisi berasal dari dua kata bahasa
Inggris, yaitu super yang berarti di atas dan vision yang berarti melihat. Jadi
supervisi berarti melihat dari pihak atas ke pihak bawah. Bila dikaitkan dengan
sekolah, maka supervisi dapat diartikan sebagai upaya melihat dan kemudian
menjadikan kegiatan sekolah yang masih negatif untuk diupayakan menjadi
positif, dan yang sudah positif menuju lebih positif lagi. Karena itu diperlukan
pembinaan.
Menurut Harris (1975:24) supervisi adalah “what school personnel do with
adults and things to maintain or change the instructional operation of the school
in order to facilitate the learning process” (Supervisi adalah apa yang dilakukan
personil sekolah terhadap orang dewasa dan hal–hal untuk memelihara atau
mengubah pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk memudahkan proses
belajar). Menurut Robert (1979:3) “Supervision is a combination or integration of
processes, procedures and conditions that are consciously designed to advance
the work effectiveness of individuals and group” (supervisi merupakan gabungan
atau perpaduan berbagai proses, prosedur dan keadaan yang dirancang secara
sadar untuk meningkatkan efektivitas kerja perorangan dan kelompok).
Menurut Purwanto (1989:131) “supervisi merupakan suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif”, Lazaruh (1984) mengemuka-
kan bahwa supervisi merupakan kegiatan atau usaha untuk merangsang,
mengkoordinasikan dan membimbing kemampuan guru-guru. Dengan secara
20
demikian penampilannya diharapkan akan lebih efektif dalam proses belajar
mengajar. Selanjutnya, Soetopo (1982) melihat kegiatan supervisi sebagai proses
mengamati, mengawasi atau membimbing kegiatan pembelajaran dengan maksud
untuk perbaikan pembelajaran itu. Menurut Pidarta (1992) supervisi pembelajaran
merupakan proses pengembangan kompetensi guru secara optimal sesuai dengan
tingkat kemampuannya sehingga tercapai efisiensi kerja yang lebih meningkat.
Bafadal (1992:230) menjelaskan bahwa supervisi adalah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf agar mereka dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengembangkan pekerjaannya kepada tujuan yang lebih baik. Lebih lengkap lagi
supervisi merupakan usaha mengawasi, mengarahkan, meng-koordinasikan dan
membimbing secara kontinu pertumbuhan guru–guru di sekolah baik secara
individual maupun secara kolektif (Sahertian, 1990:17). Ditegaskan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1999) bahwa salah satu tugas kepala madrasah
sebagai supervisor adalah mensupervisi staf atau guru dalam kegiatan
pembelajaran. Tugas ini disebut juga sebagai supervisi pembelajaran akademik
yaitu memberikan bantuan profesional kepada guru melalui siklus perencanaan
yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang efektif. Menurut
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (2000:3) supervisi akademik
adalah supervisi yang mengarah kepada pengendalian dan pembinaan bidang
akademik melalui kegiatan dan proses belajar mengajar di sekolah agar hasil
belajar siswa lebih baik.
Beranjak dari beberapa kajian supervisi yang dipaparkan oleh beberapa
ahli diatas dapat disimpulan bahwa supervisi adalah suatu proses pemberian
bantuan, bimbingan oleh supervisor kepada pendidik (guru) untuk meningkatkan
21
kemampuan dan mengembangkan kompetensi profesional guru dalam proses
pembelajaran yang lebih efektif. Dalam pengertian tersebut tampak dengan jelas
bahwa supervisi akademik diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap
perbaikan proses pembelajaran melalui upaya peningkatan kualitas kemampun
guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian supervisi di atas, maka supervisi akademik
diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap perbaikan proses
pembelajaran, melalui peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan,
merancang dan mengelola proses pembelajaran di kelas. Melalui supervisi itu pula
kepala sekolah diharapkan akan dapat membantu guru dalam menentukan metode
pembelajaran yang efektif. Di samping itu dia akan dapat pula menggunakan
media pembelajaran yang mampu menunjang kelancaran proses pembelajaran di
kelas, menguasai materi pembelajaran dan melaksanakan evaluasi dan
pengelolaan kelas agar tercapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah Mengenai Kompetensi Supervisi Kepala
Sekolah. Kompetensi supervisi ini meliputi: 1) merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, 2) melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat, dan 3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap
guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Arikunto (2004:5) membedakan supervisi akademik dengan supervisi
administrasi. Supervisi akademik menitik-beratkan pada masalah akademik.
Artinya, kegiatan itu langsung ditujukan pada kegiatan pembelajaran oleh guru
22
untuk membantu siswa dalam proses belajar-mengajar. Kemudian berbeda dengan
supervisi akademik, supervisi administrasi terkait dengan masalah administrasi
yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya proses pembelajaran. Supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih mengarah pada masalah akademik. Hal
ini ditujukan pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di sekolah.
B. Tujuan Supervisi
Arikunto (2004:42) membedakan supervisi secara umum dengan supervisi
secara khusus. Secara umum supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan
teknis dan bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang lain. Dengan bantuan
yang diberikan personil sekolah diharapkan akan mampu meningkatkan
kinerjanya terutama dalam proses pembelajaran. Secara khusus supervisi
akademik bertujuan untuk meningkatkan hal-hal yang berkenaan dengan:
1) kinerja siswa sehingga mencapai prestasi belajar yang optimal, 2) mutu kinerja
guru, 3) efektivitas kurikulum, 4) efektivitas dan efisiensi sarana dan prasarana,
5) kualitas pengelolaan sekolah, dan 6) kualitas situasi umum sekolah.
Soetopo (1982) melihat supervisi bertujuan untuk membantu guru yang
menyangkut hal-hal seperti: 1) tujuan-tujuan pendidikan, 2) bimbingan
pengalaman belajar siswa, 3) penggunaan alat pembelajaran modern, metode dan
sumber pengalaman belajar, 4) penilaian kemajuan siswa dan hasil pekerjaan guru
itu sendiri, 5) penciptaan suasana gembira dengan tugas yang diperolehnya, dan
6) penggunaan waktu dan tenaga sepenuhnya dalam pembinaan sekolah. Menurut
Amentambun (1981:92) supervisi bertujuan untuk: 1) membina kepala sekolah
dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan, 2) memperbesar kesanggupan
kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi
23
lebih baik, 3) meningkatkan kesadaran guru tentang cara kerja yang demokratis,
4) memperbesar semangat guru dan meningkatkan motivasi berprestasi, 5)
membantu guru dalam mengevaluasi aktivitasnya, 6) mengembangkan rasa
kesatuan dan persatuan di kalangan guru. Selanjutnya Sagala (2002:235) melihat
supervisi pendidikan sebagai upaya membantu guru dalam: 1) mengembangkan
proses belajar-mengajar, 2) menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar-
mengajar, dan 3) mengembangkan staf sekolah. Bagi Suwadji (1984) tujuan
supervisi adalah untuk: 1) melihat dengan jelas tujuan pendidikan,
2) membimbing siswa dalam proses belajar-mengajar, 3) mengefektifkan
penggunaan sumber belajar-mengajar, 4) mengevaluasi kemajuan belajar siswa,
5) mencintai tugasnya dengan rasa tanggung jawab.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
supervisi akademik bertujuan untuk membantu guru meningkatkan kemampuan-
nya dalam kegiatan pembelajaran. Termasuk didalamnya penguasaan materi
pelajaran, penggunaan strategi dan metode, penggunaan media pembelajaran dan
proses penilaian kemajuan belajar murid. Dengan kegiatan supervisi akademik
yang dilakukan kepala sekolah/madrasah diharapkan kinerja dan profesionalisme
guru akan lebih meningkat. Pada akhirnya diharapkan pula tujuan pendidikan
yang telah dirumuskan dapat dicapai.
C. Pentingnya Supervisi
Menurut Rivai (1982) supervisi perlu dari tiga aspek yaitu: 1) hakikat
individu, 2) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 3) perubahan
jabatan guru. Ditinjau dari aspek hakikat individu dikatakan bahwa guru memiliki
kelebihan dan kekurangan baik dari segi pengetahuan maupun dari hal
24
kemampuan profesionalnya. Alasan inilah yang dijadikan pertimbangan perlunya
pembinaan guru melalui supervisi akademik. Dari aspek perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi disadari pula bahwa manusia dituntut kemampuannya
untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan
ini madrasah sebagai wadah pembinaan manusia intelek dituntut kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang ilmu pengetahuan ini. Dengan
demikian, perlu dilakukan supervisi akademik terhadap guru-guru. Kemudian
ditinjau dari pertumbuhan jabatannya, guru perlu mendapat perhatian dengan
memberikan bantuan bimbingan melalui supervisi akademik.
Dapat dipahami bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala
madrasah terhadap guru-guru diharapkan akan dapat membantu mereka dalam
meningkatkan kemampuan mengajarnya. Dengan kata lain supervisi akademik
penting artinya bagi peningkatan kemampuan profesionalnya terutama dalam
proses pembelajaran.
Dilihat dari hakekat manusia, guru mempunyai kelebihan dan kelemahan
dalam mengajar. Kelemahan dapat memperbaiki diri dengan belajar, menambah
wawasan dan lainnya. Dengan kelebihannya, guru akan dapat lebih percaya diri
dan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Melalui supervisi akademik
guru-guru diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam
pembelajaran secara optimal.
D. Teknik Supervisi
Dalam melakukan tugasnya, seorang supervisor sepatutnya dapat memilih
teknik yang tepat dan cocok bagi setiap guru. Dikemukakan Arikunto (1993:76),
25
Setiap guru mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Di samping itu, sifat, pembawaan, ciri-ciri fisik dan akan sangat mempengaruhi bagaimana bentuk interaksi yang terjadi. Selain itu pergaulan antara sesama guru dengan muridnya sudah akan mengubah karakteristik guru jika berhadapan dengan supervior. Supervisor yang bertugas untuk memberikan bantuan kepada guru didalam meningkatkan kualitas kerjanya akan mempunyai efek yang belum tentu sama bagi guru yang berbeda, bagi guru yang sama dalam situasi yang berbeda, atau guru yang sama tetapi untuk kasus yang berbeda. Dari kutipan di atas jelaslah bahwa supervisor sepatutnya mengetahui
teknik-teknik supervisi yang tepat untuk masing-masing guru. Alasannya ialah
bahwa menghadapi guru yang berbeda tidak mungkin dengan teknik yang sama.
Teknik tertentu adakalanya cocok untuk guru tertentu pula tetapi belum tentu
cocok untuk yang lain. Sebagai supervisor, kepala madrasah perlu mengetahui
kondisi masing-masing guru sehinga dapat memilih teknik yang tepat. Dengan
cara demikian supervisi diharapkan akan berhasil lebih baik.
Menurut Lazaruth (1984), Soetopo (1982), Sahertian (1990) dan Mulyasa
(2004) supevisi sedapatnya dilakukan dengan menggunakan teknik yang
bervariasi. Di antara teknik-teknik itu ialah: 1) observasi kelas, 2) percakapan
individu/kelompok, 3) saling berkunjung, 4) demonstrasi mengajar, 5) rapat staf,
6) lokakarya, 7) pustaka jabatan, 8) penilaian diri, 9) buletin supervisi, dan 10)
kunjungan studi. Soetopo (1982) menambahkan bahwa supervisi pembelajaran
dapat pula dilakukan baik langsung atau tidak langsung. Akhirnya menurut
Sutisna (1985) Supervisi dapat juga dilakukan dengan menggunakan teknik yang
lain seperti: 1) pengembangan kurikulum, 2) lokakarya dan, 3) survei sekolah
masyarakat.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat dipahami bermacam–macam
teknik supervisi akademik yang dapat dilakukan untuk membantu guru-guru.
26
Teknik-teknik ini tentu dapat dilakukan sesuai dengan situasi, kebutuhan dan
tujuan supervisi akademik.
E. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi
Pelaksanaan supervisi mencakup persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Kegiatan persiapan mencerminkan mekanisme supervisi yang akan dilakukan
pelaksanaannya, pelaporannya dan tindak-lanjutnya. Pada tahap persiapan ini
yang disiapkan instrumen atau penjelasan teknis pelaksanaan supervisi. Di
dalamnya juga ditentukan petunjuk pelaksanaan pendidikan di madrasah.
Dalam melaksanakan supervisi perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) kesinambungan supervisi, 2) perbedaan keadaan pada awal kegiatan dengan
hasil kegiatan akhir supervisi, 3) penggunaan instrumen secara terampil,
4) kemampuan supervisor mengembangkan instrumen, 5) pangutamaan pada
pemecahan masalah, 6) keterlibatan teknis administrasi, 7) penguasaan materi
supervisi oleh supervisor, penggunaan instrumen, penyusunnan masalah dan hal
lain yang diperlukan.
Sebagai tindak lanjut, pada pertemuan akhir sebaiknya didiskusikan hasil
supervisi dengan guru yang bersangkutan.Pada tahap ini dia diberi kesempatan
untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan tugasnya di kelas. Di
sinilah waktunya memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan pribadinya
maupun kesulitan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Selain itu supervisor
dapat pula memberikan tugas lain berkaitan dengan upaya memperbaiki
kekurangan yang dialami guru pada waktu mengajar, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi. (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,
1999 : 23).
27
Selanjutnya Burhanuddin (1998:104) mengemukakan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan supervisi, yaitu: 1) sistematik persiapan dan
perencanaan, 2) pemberitahuan kepada guru yang akan di supervisi tentang
rencana supervisi, 3) data yang lengkap dan teknik yang bervariasi dalam
pelaksanaan supervisi, 4) rangkapkan hasil supervisi, 5) format-format penilaian
supervisi, 6) nilai rata-rata penilaian masing-masing komponen, 7) pengembangan
seluruh hasil penilaian. Ketujuh hal di atas dilakukan berurutan melalui lima
langkah yaitu: 1) menciptkan hubungan yang harmonis, 2) menganalisa
kebutuhan, 3) mengembangkan strategi dan media, 4) meningkatkan keberhasilan,
5) merevisi program (Marks dan Stoop dalam Bafadal (1992:41).
Dari beberapa langkah pelaksanaan supervisi di atas jelaslah bahwa
supervisi sangat perlu dilakukan dalam rangka membina, membimbing dan
mendorong guru agar melakukan pekerjaan dengan baik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
F. Hambatan Supervisi
Pelaksanaan supervisi pembelajaran sering mengalami beberapa hambatan.
Manurut Rivai (1987) hambatan-hambatan itu adakalanya: 1)
lingkungan yang kurang mendukung, 2) sikap guru yang apatis terhadap
supervisor, dan 3) program pembinaan yang tidak teratur.
Hambatan supervisi tidak saja dialami oleh guru tetapi juga oleh
supervisor. Hambatan yang dialami guru itu, menurut Sahartian (1990) antara
lain: 1) ketidak senangan terhadap supervisi pembelajaran, 2) keinginan terhadap
pencarian kesalahan, 3) ketertutupan (tidak terbuka dan berpura-pura),
4) kekurangan pemahaman terhadap supervisi pembelajaran, 5) kekurangan
28
manfaat supervisi pembelajaran, 6) ketidak butuhan terhadap supervisi
pembelajaran, 7) kekurang yakinan terhadap kemampuan dan kecakapan
supervisor.
Dari pihak supervisor hambatan-hambatan itu sekurang-kurangnya
miliputi sembilan hal yaitu: 1) sikapnya sebagai atasan yang memiliki otoritas
mencari-cari kesalahan dan menilai pekerjaan bawahannya, 2) sikap yang kaku
dan menyeramkan, 3) kegiatan yang dilakukan tanpa didahului perkenalan,
ketidaktahuan terhadap prosedur pelaksanaan supervisi pembelajaran, 4) pe-
rencanaan yang kurang lengkap, 5) ketidaktahuan dalam penggunaan instrumen,
6) keengganan dalam menyelengarakan pertemuan awal tanpa alasan yang jelas,
7) ketidakpahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru yang
sedang disupervisi, 8) keterbatasan pengetahuan terhadap jenis-jenis metode, dan
9) kegagalan menjadi guru sebelumnya.
G. Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi
Rivai (1987) mengemukakan bahwa evaluasi supervisi sebaiknya
dilakukan pada tiga komponen. Ketiga komponen itu adalah: 1) murid (wawasan,
minat, motivasi, dan hubungan sosial), 2) guru (kemampuan dalam kegiatan
belajar-mengajar, kreatifitas, semangat kerja, situasi, dan iklim organisasi
sekolah), 3) kepala sekolah (tujuan melakukan supervisi pembelajaran, metode,
teknik kepemimpinan, dan kemampuan berkomunikasi).
Proses supervisi berlanjut dengan pertemuan akhir sebagai tahap akhir.
Hal ini dilakukan segera setelah dilaksanakan pengamatan. Tujuan utamanya ialah
untuk menindak-lanjuti (sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian ter-
dahulu) apa saja yang dilihat supervisor sehingga pengamat berkaitan dengan
29
proses belajar-mengajar. Setidak-tidaknya tiga komponen perlu dibahas dalam
pertemuan pasca pengamatan ini. Komponen yang dimaksud ialah:
1) perencanaan dan persiapan mengajar, 2) faktor situasional kelas pada waktu
diamati, dan 3) pengakuan terhadap pribadi yang diamati.
Menurut Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (1999:27) dalam
proses tindak-lanjut ini, ada dua prinsip yang harus diperhatikan: 1) pengambilan
langkah-langkah pembinaan yang kongkrit, praktis dan kontinu, 2) kesepakatan
perbaikan maupun peningkatan program supervisi selanjutnya.
Evaluasi hasil supervisi perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pada
akhir semester/tahun dilakukan penilaian secara menyeluruh. Dalam melakukan
evaluasi ini diperlukan pendekatan-pendekatan preskriptif atau kolaboratif. Secara
preskriptif, proses penilaian seharusnya mengandung prinsip bahwa: 1) supervisor
itu penjaga peraturan, 2) supervisor itu merasa lebih pakar, 3) penilaian berdasar-
kan metode yang sudah dilakukan, dan 4) metode penilaian yang ditetapkan
dilaksanakan secara betul. Kemudian dari pendekatan kolaboratif dituntut: 1)
supervisor sebagai mitra yang disupervisi, 2) kehadiran berbagai kepakaran, 3)
pemahaman supervisi terhadap yang diamati, 4) diskusi terbuka, dan 5) bantuan
terhadap yang disupervisi yang lebih profesional.
Hasil supervisi diharapkan akan mempunyai makna penting dan dampak
yang positif bagi guru. Hal itu akan terjadi bila supervisi ini dapat membuat
dirinya merasakan perhatian yang diberikan kepadanya dan memberinya
kesempatan untuk maju berkembang. Semakin percaya guru pada dirinya,
semakin mampu dia mengelola mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
30
Pada gilirannya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan diharapkan akan dapat
dicapai secara maksimal.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan masalah, fokus dan tujuan penelitian yang dikemukakan
dalam Bab I, dimana penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana pelaksanaan
supervisi akademik di MTsN Penampung maka jenis penelitian yang dilakukan
adalah kualitatif
Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai upaya memahami dan memaknai
yang terjadi tentang implementasi supervisi Akademik di MTsN Penampung.
Pemilihan metodologi tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa peneliti ingin
mengkaji secara mendalam tentang pelaksanaan supervisi akademik pada MTsN
Penampung dan berusaha mengkaji secara faktual, akurat, sistematis. Metode ini
dipilih karena melalui penelitian kualitatif dimungkinkan lebih dapat dipahami
setiap peristiwa dan rangkaian kejadian yang diamati.
Menurut William (1989) penelitian kualitatif merupakan metode yang
efektif untuk mengetahui empat hal yaitu: 1) makna-makna prilaku manusia, 2)
deskripsi situasi sosial dan interaksi yang kompleks antara manusia, 3) informasi
baru, dan 4) deskripsi fenomena yang digunakan untuk menyusun teori.
Metode kualitatif dalam penelitian menurut Bogdan dan Biklen (1982:2)
adalah sebuah istilah yang digunakan untuk memayungi berbagai strategi
penelitian. Data-data yang terkumpul melalui informasi tentang orang, prilaku,
peristiwa dan tempat kejadian sulit ditangani secara statistik. Penelitian kualitatif
mengarahkan perhatian pada makna data-data yang diperoleh. Pertanyaan-
pertanyaan penelitian diarahkan tidak untuk keperluan perlakuan terhadap
32
variabel tertentu, tetapi tertuju untuk menggali pengertian-pengertian berbagai
peristiwa yang diamati sebagaimana adanya.
Menurut Moleong (2005) pendekatan kualitatif dapat digunakan sekurang-
kurangnya atas tiga pertimbangan yaitu: 1) metode kualitatif lebih mudah
digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, 2) metode ini menyajikan
secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan responden, dan 3) metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Sugiyono (2005:22)
menambahkan bahwa metode penelitian kualitatif akan cocok digunakan sekurang
kurangnya dalam tujuh hal: 1) masalah penelitian yang masih samar-samar atau
mungkin masih gelap, 2) keperluan terhadap pemahaman makna di balik data
yang tampak, 3) kebutuhan pemahaman interaksi sosial, 4) kebutuhan terhadap
pemahaman perasaan orang, 5) penelitian yang bertujuan untuk pengembangan
teori, 6) penelitian yang bertujuan untuk memastikan kebenaran data dan 7)
penelitian yang bertugas sejarah perkembangan.
Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengungkapkan pelaksanaan supervisi Kepala MTsN Penampung, Kecamatan IV
Angkat Kabupaten Agam. Untuk itu seperti yang dikemukakan Nasution (1992)
telah dilakukan: 1) pengambilan data langsung dari sumber alami, 2) pengambilan
sampel secara purposif, 3) menempatkan peneliti sebagai instrumen pokok, 4)
upaya penekanan pada proses dari pada produk, bersifat deskriptif atau
interprestatif, idiografik (gambar) dan 6) pengedepanan makna dibalik fakta.
Karena itu metode kualitatif dalam penelitian diharapkan akan dapat
mengungkapkan masalah bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang
33
dilakukan oleh Kepala MTsN Penampung. Hal ini telah dilihat sebagaimana
adanya, sesuai dengan kasusnya, kata kunci metode ini adalah “kasus”. Kata kasus
mengandung makna khusus, unik, spesial, keluar dari pola biasanya. Jadi
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peristiwa-peristiwa, proses serta hasilnya
dalam konteks terbatas (Prasetya,1999).
B. Lokasi Penelitian dan Situasi Sosial
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat,
Kabupaten Agam. Tempat ini berbatasan dengan Kecamatan Tilatang Kamang di
bagian utara. Sebelah selatan dan timur terdapat Kecamatan Baso. Di bagian
barat terdapat Kecamatan Candung.
2. Situasi Sosial
Pada dasarnya suatu situasi sosial mengandung tiga unsur yaitu tempat,
pelaku dan kegiatan (Nasution, 1992). Sehubungan dengan itu tempat yang
dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah ruang belajar, ruang majelis guru,
ruang Kepala Madrasah, dan kantin sekolah. Aktor-aktor yang digunakan untuk
memperolah informasi adalah Kepala Madrasah, wakil Kepala Madrasah, guru-
guru, pegawai tata usaha, siswa, dan pengawas. Selanjutnya kegiatan-kegiatan
yang diobservasi berhubungan dengan pembelajaran dalam kelas, pertemuan
Kepala Madrasah dengan guru, supervisi yang dilakukan Kepala Madrasah dan
pengelolaan madrasah oleh Kepala Madrasah.
Pemilihan situasi sosial ini dilakukan atas pertimbangan bahwa keadaan
objek penelitian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) sederhana dan mudah
34
untuk diamati. Situasi sosial ini jelas dari segi jumlah aktor, kegiatan dan
tempatnya. (2) MTsN Panampung relatif dapat dijangkau dengan mudah dan
transportasi juga lancar, (3) dalam pelaksanaan penelitian nanti diperkirakan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan tidak dan mengganggu aktivitas
lingkungan sekolah . (4) Penelitian diperkirakan akan memperoleh izin dan (5)
peneliti akan dapat melakukan penelitian secara berulang-ulang dan berjalan
dengan lancar.
Sesuai dengan yang dikemukakan Spradley (1980 : 40) situasi sosial perlu
mempertimbangkan faktor-faktor : 1) kesederhanaan, 2) kemudahan memasuki
lingkungan sosialnya, 3) ketidak-mencolokan dalam melakukan penelitian, 4)
mudah memperoleh izin dan 5) kegiatan berulang-ulang.
C. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan yang ditampilkan
mempunyai sifat jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak
termasuk kelompok yang bertentangan dengan latar pendidikan, dan mempunyai
pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi (Moleong, (1999).
Di samping syarat-syarat di atas, peneliti menggunakan teknik bola salju
(snowball) dalam menentukan informan penelitian. Strategi dasar teknik snowball
ini dimulai dengan menetapkan satu atau beberapa orang informan kunci (key
informants) dan melakukan interviu terhadap mereka. Kepada mereka dimintakan
arahan, saran, petunjuk mengenai siapa sebaiknya yang dijadikan informan
berikutnya yang menurut mereka memiliki pengetahuan, pengalaman, informasi
mengenai informasi yang dicari.
35
Menurut Lee, 1993 dalam Berg (2001 : 33) pemilihan informan dengan
teknik snowball lebih populer pemakaiannya dalam penelitian kualitatif dan
adakalanya merupakan teknik terbaik, terutama dalam hal-hal penelitian dengan
topik yang sensitif atau populasi yang sulit dijangkau.
Dalam hal ini peneliti berpegang pada kriteria yang dikemukakan oleh
Sanafiah dalam Sugiyono, (2008 : 57) yaitu : 1) Subjek cukup lama dan intensif
menyatu dengan kegiatan yang menjadi objek penelitian, 2) subjek masih aktif, 3)
subjek mempunyai banyak waktu untuk dimintai informasinya dan 4) subjek
dalam memberikan informan tidak cenderung mengalah terlebih dahulu, dan 5)
subjek yang sebelumnya masih asing bagi peneliti untuk dipilih sebagai informan.
Menurut Nasution (1992:24) tidak ada pedoman khusus tentang penetapan
seorang sebagai objek penelitian. Hal itu dapat diperoleh setelah diadakan
percakapan dan diketahui berpengalaman dan bersedia memberikan informasi
yang dalam tentang objek penelitian. Dari perkiraan di atas maka yang menjadi
informasi dalam penelitian ini adalah : 1) Kepala Madrasah, 2) Wakil Kepala
Madrasah, 3) guru-guru, 4) pegawai tata usaha, 5) siswa dan 6) pengawas.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tiga macam teknik
yakni: observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Data dikumpulkan dengan mengobservasi mencatat informasi yang
disaksikan selama penelitian dalam dokumen catatan lapangan. Hal itu dilakukan
dengan melihat, mendengarkan, merasakan dan kemudian mencatatnya seobjektif
mungkin. Dengan kata lain peneliti mengamati dan mencatat perilaku serta
36
interaksi sosial yang terjadi di kalangan para aktor secara langsung. Tujuannya
ialah untuk mempelajari gejala dan peristiwa yang teramati. Observasi dilakukan
dengan memandang fenomena sebagaimana halnya pelaku memandang makna
fenomena itu. Dalam pengamatan ini posisi pengamat sangat memungkinkan
sebagai posisi pihak yang diamati (Sudjana, 2004:301).
Tempat-tempat yang diobservasi dalam penelitian ini seperti telah
dikemukakan sebelumnya adalah ruang belajar, ruang Kepala Madrasah, dan
ruang majelis guru.observasi juga diarahkan pada yakni guru, Kepala Madrasah,
siswa dan pengawas pendidikan. Observasi juga mencakup kajian proses belajar-
mengajar di dalam kelas, dan pertemuan Kepala Madrasah dengan guru-guru baik
secara sendiri atau bersamaan. Selanjutnya observasi juga ditujukan pada kegiatan
supervisi akademik yang dilakukan Kepala Madrasah dan kegiatan Kepala
Madrasah dalam mengelola madrasah.
Menurut GulÖ (2007:116), peranan pengamat dalam observasi dapat
dibedakan berdasarkan hubungan partisipatifnya dengan kelompok yang
diamatinya, yaitu: 1) partisipan penuh, didalamnya peneliti menyamakan dirinya
dengan pihak yang diteliti, 2) partisipan sebagai pengamat, didalamnya masing-
masing pihak (pengamat atau pihak yang diamati) menyadari peran masing-
masing, oleh karena itu pengamat membatasi aktivitasnya dalam kelompok
responden, 3) pengamat sebagai partisipan, yang berpartisipasi hanya sepanjang
yang dibutuhkan dalam penelitiannya, 4) pengamat sempurna, yang menjadi
pengamat tanpa terlibat bersama-sama dengan pihak yang diamati, atau dengan
kata lain peneliti menjaga jarak dengan pihak yang diamati.
37
Sehubung dengan penelitian ini, peneliti menempatkan diri sebagai
pengamat, kadang-kadang berpartisipasi pasif, kadang-kadang aktif. Bentuk
partisipasi ini dilakukan dengan alasan bahwa peneliti adalah orang luar sehingga
tidak memungkinkan melakukan partisipasi penuh, namun untuk menghayati
situasi sosial objek yang diamati peneliti masuk ke dalamnya.
Data diperoleh juga dengan menggunakan kamera digital sebagai alat
bantu. Informasi penting lainnya seperti kehadiran Kepala Madrasah sehari-hari
dan kegiatannya diluar supervisi akademik tidak dilakukan melalui pengamatan
secara terang-terangan. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan tersamar.
Selama observasi dilapangan peneliti melibatkan diri dalam situasi sosial
yang diteliti. Pengamatan dilakukan secara netral dan objektif dalam berbagai
kegiatan semua kejadian-kejadian yang dialami direkam dan dibubuhkan dalam
catatan lapangan (Prasetya, 1994).
2. Wawancara
Menurut Moleong (2005:186) wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Di dalamnya terlibat pewawancara (interviewer), di satu pihak,
yang memberikan pertanyaan dan terwawancara (interviewee), pihak lain, yang
memberikan jawaban. Wawancara dilakukan sesuai dengan Lincoln dan Guba
dalam Moleong (2005) yang bertujuan untuk mengkonstruksi hal-hal seperti
orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan dan kepedulian yang
dihadapi dalam situasi penelitian.
Wawancara dilakukan dalam latar alamiah, berjalan dengan suasana yang
biasa, wajar, sehingga dimungkinkan diperoleh data dengan latar alamiah. Dengan
wawancara peneliti mendapatkan informasi yang berkaitan langsung dengan
38
kegiatan pengamatan yang berhubungan dengan supervisi akademik di MTsN
Penampung. Wawancara dilakukan dengan informan secara langsung. Kemudian
peneliti mencatat hasil wawancara.
Metode wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kejadian, perasaan, motivasi dan informasi lainnya yang diperlukan, yang tidak
terjangkau melalui media observasi maupun studi dokumentasi.
3. Studi Dokumentasi
Melalui studi dokumentasi diperoleh informasi yang sudah tersedia berupa
dokumen, rekaman atau catatan lain yang dibutuhkan pada penelitian ini.
Dokumen yang dipergunakan sebagai bahan informasi dalam penelitian ini ada
berupa laporan bulanan keadaan guru dan pegawai, agenda rapat, kumpulan
catatan prestasi madrasah, papan data yang memuat berbagai informasi, tata tertib
dengan dokumen lainnya yang dirasa perlu. Data dokumentasi ini merupakan data
yang stabil dan akurat sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya.
Studi dokumentasi yang dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan superavisi
akademik.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis
transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun
untuk menambah pemahaman peneliti mengenal bahan-bahan tersebut dan
memungkinkan peneliti melaporkan yang telah ditemukan kepada pihak lain.
(Muhajir, 1996).
39
Pada tahap awal, fokus penelitian masih melebar dan belum tampak jelas.
Observasi masih bersifat umum dan luas. Setelah fokus semakin jelas, maka
penelitian menggunakan observasi yang lebih terstruktur untuk mendapatkan data
yang lebih spesifik. Data yang didapat dari observasi dianalisis secara kualitatif
dengan model interaktif Miles dan Huberman (1992:16-19). Kegiatan ini meliputi
tiga tahap yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan
dan verifikasi.
Dengan mengikuti Yahya (2002:128) pada tahap reduksi data yang
diperoleh dari lapangan diketik dalam bentuk laporan yang terinci. Laporan ini
kemudian dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, kemudian difokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah dikendalikan.
Pada tahap penyajian data, data yang telah dikumpulkan dibuatkan dalam bentuk
matriks, grafik, net work sehingga peneliti dapat menguasai data. Pada tahap
pengambilan kesimpulan dan verifikasi data yang diperoleh dari awal merupakan
usaha untuk mencari pola, tema, hubungan atau persamaan sebagai wujud dari
kesimpulan. Tetapi kesimpulan yang diambil masih bersifat tentatif, kabur,
diragukan, kemudian dengan bertambahnya data kesimpulan itu semakin teruji
dan kuat sehingga menjadi lebih “grounded”. Kesimpulan ini diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi dapat dilakukan secara singkat dengan mencari
data baru.
Miles dan Huberman (1992:16) menjelaskan bahwa dalam tahap reduksi
data berlangsung proses pemilihan, pemusatan perhatian/pemfokusan pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data mentah/kasar yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
40
menajamkan, menonjolkan hal-hal yang penting, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak dibutuhkan, dan mengorganisasikan data agar lebih
sistematis sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bermakna.
Tahap penyajian data merupakan proses pemberian sejumlah informasi
yang telah disusun sedemikian rupa. Dengan cara demikian dapat ditarik
kesimpulan dan tindakan yang diperlukan. Penyajian data ini dilakukan dengan
menampilkan data yang telah direduksi dalam bentuk matrik, format narasi dan
sebagainya.
Data yang diperoleh selama tahap observasi, wawancara dan studi
dokumentasi di MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam di
proses/dianalisis sampai menjadi data yang siap disajikan. Berdasarkan hasil
analisis ini ditarik kesimpulan tentang pelaksanaan supervisi.
Penarikan kesimpulan yang akurat tentang pelaksanaan supervisi
akademik di MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat. Kabupaten Agam ini
akan dapat dilakukan setelah data yang terkumpul sudah valid. Untuk
mendapatkan data yang valid diperlukan verivikasi terhadap data yang sudah ada.
Dengan cara demikian kesimpulan diharapkan dapat dipertanggung-jawabkan
karena sudah merupakan suatu konfirmasi yang utuh. Untuk lebih jelasnya, proses
analisis data dapat dilihat pada Gambar 3.1
41
F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Sebelum dilakukan analisis, data telah diuji keabsahannya. Caranya ialah
dengan menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Moleong (2004:178)
trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan
keberadaan yang lain di luar data. Tujuannya ialah untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding data tersebut. Menurut Denzin seperti yang dikutip
Sudarwan (2002:37) trianggulasi adalah aplikasi studi yang menggunakan
multimetode untuk menelaah fenomena yang sama.
Patton dalam Moleong (1999) mengemukakan bahwa trianggulasi
dilakukan dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
informasi yang diperlukan pada waktu dan dengan alat yang berbeda. Caranya
ialah dengan membandingkan 1) data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, 2) apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya bila sendirian, 3) apa yang dikatakan seseorang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4) keadaan dan pendapat
Pengumpulan data Penyajian data
Kesimpulan-kesimpulan: penarikan / verifikasi
Reduksi data
Gambar: 3.1 Komponen-komponen Analisis Data : Model Interaktif Sumber: Miles dan Huberman (1992 : 20)
42
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dan 5) hasil
wawancara atau isi suatu dokumen yang berkaitan dengan hal yang diteliti.
Menurut Moleong (1999:332) trianggulasi adalah cara terbaik untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam
berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain,
dengan triangulasi, temuan penelitian akan dapat diperiksa lagi dengan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Teknik
trianggulasi dapat dilakukan dengan jalan: 1) melakukan berbagai macam variasi
pertanyaan, 2) mengeceknya pada berbagai sumber data, dan 3) memanfaatkan
berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.
Dalam penelitian dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan tiga macam trianggulasi yaitu trianggulasi teknik,
trianggulasi sumber, dan trianggulasi waktu. Trianggulasi teknik data yang sama
diperiksa dengan mengunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Lain halnya dengan trianggulasi sumber. Disini data yang sama
diperiksa melalui sumber yang berbeda. Akhirnya trianggulasi waktu artinya
peangumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara sumber
memberikan data yang sama atau tidak. Kalau nara sumber memberikan data yang
berbeda, maka berarti datanya belum kridibel.
G. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian kualitatif dilaksanakan dengan berbagai langkah yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan. Nasution (1996) mengemukakan sembilan
tahapan penelitian kualitatif. Di antaranya ialah: 1) menentukan topik umum, 2)
mengajukan pertanyaan umum, 3) memperkirakan informasi yang diperlukan, 4)
43
memilih metode pengumpulan data, 5) memasuki lapangan, 6) mengumpulkan
data, 7) melakukan analisis data, 8) verifikasi data, dan 9) membuat laporan.
Spradley (1990) menyarankan dua belas langkah dalam penelitian
kualitatif. Di antaranya ialah: 1) menentukan situasi sosial, 2) melakukan
observasi lapangan, 3) membuat catatan etnografis, 4) melakukan observasi
deskriptif, 5) melakukan analisis kawasan, 6) melakukan observasi terfokus, 7)
melakukan analisis taksonomi, 8) melakukan observasi terseleksi, 9) melakukan
analisis komponensial, 10) melakukan analisis tema, 11) mendapatkan inventaris
budaya, dan 12) menulis laporan penelitian.
Bogdan sebagaimana dikutip Moleong (1989) mengemukakan hanya tiga
tahap/langkah saja yaitu: 1) tahap pra lapangan, 2) kegiatan lapangan, 3)analisis
intensif. Tahap pra lapangan terdiri dari enam kegiatan ditambah satu
pertimbangan yaitu etika penelitian lapangan. Keenam kegiatan itu adalah: 1)
menyusun rancangan penelitian, 2) memilih lapangan penelitian, 3)mengurus
perizinan, 4) mejajaki dan menilai keadaan lapangan, 5) memilih dan memanfaat-
kan informasi, dan 6) menyiapkan perlengkapan penelitian.
Tahap kegiatan lapangan dibagi atas tiga bagian yaitu: 1) memahami
penelitian dan persiapan diri, 2) memasuki lapangan, dan 3) melakukan peran
sambil mengumpulkan data.
Tahap ketiga adalah analisis intensif yang meliputi: 1) kosep dasar, 2)
menemukan tema dan merumuskan hipotesis, dan 3) bekerja dengan hipotesis.
Selanjutnya Miles and Huberman (1992) mengemukakan langkah
penelitian yaitu: 1) menentukan setting sosial, 2) mengumpulkan data, 3)
44
mereduksi data (mendisplay data), 4) menarik kesimpulan, 5) memverifikasi, dan
6) menulis laporan.
Penelitian ini berlangsung melalui dari enam langkah. Keenam langkah itu
ialah : 1) menyusun proposal penelitian, 2) memilih lapangan penelitian atau
menyeleksi situasi sosial, 3) menyiapkan perangkat penelitian, 4) pengumpulan
data, 5) analisis data dilapangan, dan 6) menulis laporan penelitian.
45
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Temuan penelitian ini dituangkan dalam bentuk temuan umum dan temuan
khusus. Temuan umum mengungkapkan hal ikhwal Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Penampung secara menyeluruh yang dipandang punya kaitan dengan
supervisi akademik. Dalam temuan umum akan dijelaskan tentang sejarah singkat
Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung, lokasi sekolah tersebut, struktur
orgnanisasinya, visi, misi, sarana, dan prasarana, lingkungan MTsN Penampung,
personalia dan aktivitasnya.
Temuan khusus merupakan inti penelitian ini yang berkaitan dengan
pelaksanaan supervisi akademik, kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan
supervisi dan upaya-upaya Kepala Sekolah untuk mengatasi kendala-kendala
dalam pelaksanaan supervisi akademik.
A. Temuan Umum Tentang MTsN Penampung
1. Sejarah Singkat
Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung setingkat dengan sekolah
menengah pertama (SMP) yang bercirikan Islam. Madrasah ini didirikan di atas
tanah yang diwakafkan masyarakat Rawang Surau Lauik Penampung.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung berdiri dengan M. Thaib Labai
Mudo sebagai pelopornya. Beliau adalah alumni madrasah Thawalib Padang
Panjang, memiliki kemauan atau potensi yang kuat dalam mengembangkan
pendidikan Islam yang modern. Dapat diketahui beliau merupakan pemerhati
46
pendidikan yang mampu merombak pendidikan yang sebelumnya bercorak
pendidikan surau (halaqah).
Pada tahun 1930 masyarakat Penampung, khususnya penduduk Rawang
mendukung penuh keinginan M. Thaib Labai Mudo untuk mendirikan madrasah.
Diniyah School, mereka menyerahkan tanah berupa wakaf berukuran 40 x 40 M2,
dari suku koto. Sekolah ini terdiri dari 4 lokal dipimpin oleh M. Thalib Labai
Mudo dan dibantu para guru tuo (guru senior), pada tahun 1935 M. Thalib Labai
Mudo mengundurkan diri dan diganti oleh Zainuddin Angku Mudo yang juga
alumni madrasah Thawalib Padang Panjang. Setelah itu M. Thalib Labai mudo
diangkat menjadi penasehat sekolah. Pelajaran yang diberikan berbasis kurikulum
madrasah Thawalib Padang Panjang dengan buku pegangan yang di tulis oleh
Abdul Hamid. Bahasa Arab dan Kitab Kuning merupakan mata pelajaran utama.
Dalam masa kepemimpinan Zainuddin Angku Mudo nama sekolah diganti
menjadi Madrasah Azas Salamah (MAS) kegiatan belajar berganti pada sore hari.
Sebagai kepala sekolah Zainuddin Angku Mudo dibantu oleh Angku Dalimi,
alumni pesantren Balubuih di Payakumbuh. MAS ini berakhir pada masa
pendudukan Jepang tahun 1942 akibatnya dialihkan fungsi sekolah menjadi
sekolah rakyat Jepang
Setelah Indonesia merdeka MAS kembali melakukan kegiatan belajar-
mengajar dibawah pimpinan Zainuddin Angku Mudo. Pada periode ini nama
MAS diganti lagi menjadi Madrasah Diniyah. Namun pada tahun 1950 Madrasah
Diniyah dirobah lagi menjadi SMP Islam (SMP I) yang berpatokan pada SMP
Islam di Jirek Bukittinggi.
47
Pada tahun 1958 terjadi pergolakan PRRI (Pemberontakan Rakyat
Republik Indonesia). Akibatnya semua kegiatan sekolah berhenti total. Pada tahun
1959 pemerintah membuka dua sekolah guru yaitu SGB (Sekolah Guru Biasa) dan
SGA (Sekolah Guru Agama), kemudian SGA dirobah lagi menjadi PGA
(Pendidikan Guru Agama), PGA ini ada dua yaitu PGA 4 tahun (sama dengan
tsanawiyah sekarang) dan PGA 6 tahun (sama dengan aliyah sekarang). Pada
tahun 1980 PGA dihapuskan oleh DEPAG (Departemen Agama) dan diganti
dengan nama MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri) dan MAN (Madrasah Aliyah
Negeri). Setelah adanya perubahan nama dari PGA menjadi MTsN dan atas
inisiatif dan usaha dari M. Rasyid Dt. Bagindo (mamak dari Fauzi Damrah Dt.
Bagindo) bersama dengan Baharuddin Buyung asal dari Surau Laut Penampung,
dimana kedua orang tersebut adalah pegawai DEPAG, mengusulkan agar
Tsanawiyah Penampung berubah statusnya menjadi negeri yang mana
sebelumnya meupakan filial dari MTsN Kamang. Keinginan M. Rasyid Dt.
Bagindo terwujud, akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1993 ditetapkanlah
penegerian madrasah tsanawiyah negeri penampung dengan nama Madrasah
Tsanawiyah Negeri Penampung. Penegerian ini berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Menteri Agama Republik Indonesia dengan akta pendirian MTsN No.
244/1993. Madsah ini berada di atas tanah milik negara No.03.04.02.09.100003
tanggal 29 September 1991, luas tanah seluruhnya 2151 M. dengan luas bangunan
840 M2 dengan tanah kosong 1311 M2.
2. Lokasi
Lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung terletak di Desa Surau Laut,
Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Secara
48
I
II
IV
VI
VII IX
X
VIII
V
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XIIXIII
XIV
XV XVI
XVII
XVIII
XIX
X
geografis, desa ini merupakan daerah dataran, merupakan daerah pertanian,
berbatas sebelah utara dengan Kecamatan Tilatang Kamang, sebelah selatan dan
timur dengan Kecamatan Baso, sedangkan sebelah barat dengan Kecamatan
Candung. Sekolah ini berada pada dua lokasi yag terpisah pada jarak ± 500 meter.
Pada saat penelitian ini dilakukan siswanya berjumlah 355 orang (tahun ajaran
2009/2010) dengan 12 rombongan belajar. Tempat pemukiman penduduk yang
jaraknya lebih dekat ke sekolah ini membuat sekolah ini semakin diminati. Untuk
lebih jelasnya lokasi sekolah ini terdapat di Kabupaten Agam Propinsi Sumatera
Barat seperti tertulis di bawah ini:
KETERANGAN: I. PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM II. PROVINSI SUMATERA UTARA III. PROVINSI SUMATERA BARAT IV. PROVINSI RIAU V. PROVINSI KEPULAUAN RIAU
VI. PROVINSI JAMBI VII. PROVINSI SUMATERA SELATAN VIII. PROVINSI BANGKA BELITUNG IX. PROVINSI BENGKULU X. PROVINSI LAMPUNG
Gambar 4.1 Posisi Sumatera Barat di pulau Sumatera Gambar diadopsi dari Atlas Global halaman 4 dan 5
KETERANGAN
I. KABUPATEN AGAM II. KOTA BUKITTINGGI III. KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI IV. KABUPATEN LIMAPULUH KOTA V. KOTA PADANG VI. KOTA PADANG PANJANG VII. KABUPATEN PADANG PARIAMAN VIII. KABUPATEN PASAMAN IX. KOTA PAYAKUMBUH X. KABUPATEN PESISIR SELATAN
XI. KABUPATEN SAWAH LUNTO SIJUNJUNG XII. KOTA SAWAH LUNTO XIII. KABUPATEN SOLOK XIV. KOTA SOLOK XV. KABUPATEN TANAH DATAR XVI. KABUPATEN DHARMASRAYA XVII. KABUPATEN SOLOK SELATAN XVIII. KABUPATEN PASAMAN BARAT XIX. KOTA PARIAMAN
Gambar 4.2 Posisi Kabupaten Agam di Sumatera Barat Gambar diadopsi dari Atlas Global halaman 10 dan 11
49
Madrasah ini berdiri di atas tanah yang luasnya 3323 M2 dengan lokasi I
yang luasnya 2151 M2 dan lokasi II seluas 1172 M2. Pada lokasi I terdapat tiga
gedung bertingkat. Gedung I terdiri dari 6 ruang, 4 diantaranya dipakai untuk
ruang belajar, 1 ruang untuk kantor majelis guru, dan 1 lainnya untuk labor
komputer. Di belakang gedung I terdapat satu mushalla masyarakat Surau Laut.
Rumah ibadah inidimanfaatkan oleh madrasah sebagai sarana untuk shalat dan
acara kegiatan keagamaan. Gedung II terdiri dari 6 ruang, 5 ruang diantaranya
untuk ruang belajar, dan satu ruangan lainnya digunakan untuk kantor kepala
sekolah dan tata usaha. Ruang kepala sekolah dan tata usaha dibatas dengan
dinding triplek. Di belakang gedung II terdapat 1 ruang koperasi sekolah. Gedung
III terdiri dari 4 ruang, sedang dilaksanakan pembangunannya atas biaya bantuan
Departemen Agama. Bangunan ini rencananya akan digunakan untuk ruang
kepala sekolah, ruang majelis guru, ruang labor, dan ruang pustaka.
Gambar 4.3 Posisi Kecamatan IV Angkat di Kabupaten Agam
KeteranganI. Kec. Lubuk BasungII. Kec. Tanjung MutiaraIII. Kec. Ampek NagariIV. Kec. PalembayanV. Kec. PalupuahVI. Kec. Tanjung RayaVII. Kec. MalalakVIII. Kec. Sei. PuarIX. Kec. Matur
X. Kota BukittinggiXI. Kec. Tilatang KamangXII. Kec. Kamang MagekXIII. Kec. BasoXIV. Kec. IV AngkatXV. Kec. CandungXVI. Kec. Banu HampuXVII. Kec. IV Koto
I
II
III
IV V
VI
VII
VIII
IX XI
XII
XIII
XV XVI XVII
X
50
Antara gedung I dan gedung II terdapat halaman sekolah dengan luas
360 M2 yang dimanfaatkan untuk kegiatan upacara bendera dan sebagai tempat
kegiatan muhadarah. Di belakang gedung III terdapat kolam masyarakat Surau
Laut. Dari informasi ini terlihat bahwa MTsN Penampung memiliki tanah yang
terbatas, maka pengembangannya dibangun gedung bertingkat. Letak madrasah
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4 selanjutnya denah madrasah
dapat di lihat pada Gambar 4.5
Gambar 4.4 Letak MTsN Penampuang
Sumber: Dokumen sekolah
Kec. Tilatang Kamang
Kec. Candung
Kec. Baso
Kec. Baso
Kec. IV Angkat
Dari B
ukittinggiSimpang Biaro
Jl. Desa S
urau Laut
Simpang Candung
Payakumbuh
Jl. Koto K
atik
I
II
III
V
Keterangan gambar :I. Lokasi satu MTsN PanampungII. Lokasi dua
MTsN PanampungIII. SMA IV AngkatIV. Pondok Pesantren Modern Nurul IhsanV. MTsN IV Angkat Candung
U
T
S
B
IV
51
Gambar 4.5 Denah Lokasi MTsN Panampuang Sumber: Dokumen sekolah
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi MTsN Penampung menggambarkan pembagian tugas
masing-masing anggota. Hal itu dibuat dengan tujuan agar tujuan madrasah dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Jabatan wakil kepala madrasah dipegang oleh
dua orang, yakni wakil kepala bidang kurikulum dan wakil kepala bidang
kesiswaan. Lengkapnya struktur organisasi MTsN Penampung dapat dilihat
seperti gambar di bawah ini:
WC
V I I 2 V I I 3 V I I 4 LOKASI II
KOPSIS GEDUNG II GEDUNG I
GEDUNG III
52
Keterangan :------ GARIS KONSULTASI GARIS KOMANDO
KEPALA URUSANTATA USAHA
Gambar 4.6 Struktur Organisasi MTsN Penampung Sumber: Kepala Urusan Tata Usaha MTsN Penampung
53
Berdasarkan struktur organisasi di atas dapat dijelaskan tugas dan fungsi masing-
masing komponen yang ada didalamnya.
a. Kepala Madrasah
Kepala madrasah melaksanakan tugas sebagai educator, manager,
administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM)
(Mulyasa, 2004). Sebagai supervisor, kepala madrasah melakukan tiga macam
tugas yaitu: 1) menyusun program, 2) Melaksanakan program, dan 3)
mengevaluasi dan menindak lanjuti hasil supervisi.
Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung mempunyai ruangan
tersendiri yang berdampingan atau bersebelahan dengan ruangan tata usaha, yang
berbatas dengan dinding triplek, yang terletak di gedung II lantai I pada bangunan
sebelah kiri yang terdepan dekat gerbang. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh
kepala madrasah sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal Tahun Pelajaran, diantaranya :
a. Merencanakan kebutuhan guru setiap mata pelajaran
b. Pembagian tugas mengajar
c. Menyusun program mengajar, jadwal pelajaran, dan kalender pendidikan
d. Menyusun kebutuhan buku pelajaran dan buku pengangan guru
e. Menyusun kelengkapan alat-alat pelajaran dan bahan pelajaran
f. Mengadakan rapat guru
2) Kegiatan Harian, diantaranya :
a. Memeriksa daftar absensi guru, pegawai
b. Memeriksa program kegiatan proses belajar/ mengajar
c. Menyelesaikan segala sesuatu masalah yang terjadi
54
d. Menyelesaikan surat menyurat yang berhubungan dengan kegiatan sekolah
bersama-sama pegawai tata usaha
e. Mengatur dan memeriksa kegiatan 7 K di sekolah
3) Kegiatan Mingguan,
a. Upacara bendera setiap hari Senin
b. Mengikuti kegiatan muhadharah setiap Jum’at pagi
c. Memeriksa surat dan agenda lainnya
d. Memeriksa keperluan kantor dan proses belajar-mengajar
e. Mengadakan pertemuan dengan guru, pegawai kalu diperlukan
4) Kegiatan Bulanan,
a. Mengadakan rapat bulanan MK2M (Musyawayah Kerja Kepala Madrasah)
b. Melaksanakan pertanggung jawaban keuangan Bantuan Operasional
Sekolah
5) Kegiatan Akhir Tahun, diantaranya :
a. Menyelenggaran evaluasi pelaksanaan tahun pelajaran yang bersangkutan
dan menyusun program sekolah untuk tahun yang akan datang
b. Melakukan penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja
madrasah (RAPBS)
b. Wakil Kepala Madrasah
Kepala madrasah dibantu oleh dua orang wakil masing-masing di bidang
kurikulum dan bidang kesiswaan.
Wakil kepala bidang kurikulum ditugasi menyusun pembagian dan uraian
tugas guru, jadwal pembelajaran, penjabaran kalender pendidikan, pelaksanaan
kegiatan kurikuler, menyusun laporan. Tugas lainnya ialah mengatur pelaksanaan
55
program perbaikan dan pengayaan, mencari informasi tentang paradigma terkini,
dan mengadakan pengembangan kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada.
Wakil kepala bidang kesiswaan bertugas membantu Kepala menyusun
program pembinaan/kegiatan kesiswaan, dia juga diserahi urusan pelaksanaan
keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan keindahan. Tugas
lainnya ialah mengatur dan membina program OSIS, membuat perencanaan
pemilihan siswa teladan serta mengatur pelaksanaannya, dan program pembinaan
siswa serta jadwal pelaksanaannya.
c. Guru
Guru bertanggung jawab kepada kepala madrasah dan mempunyai tugas
pokok melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar secara efektif dan efisien.
Tugas lainya berupa tambahan bervariasi dari seorang guru kepada guru yang lain.
Ada yang aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) forum
komunikasi antara guru-guru mata pelajaran sejenis di samping pertemuan-
pertemuan rutin untuk mengembangkan bahan ajar, strategi pembelajaran serta
system penilaiannya. Sebagian guru lainnya diperankan sebagai wali kelas.
Tugasnya antara lain membuat laporan kepada kepala madrasah tentang kemajuan
siswa binaannya, secara individu maupun klasikal untuk semua pelajaran. Wali
kelas juga membantu kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan kelas,
penyelenggaraan administrasi kelas meliputi denah tempat duduk siswa, papan
absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket kelas, buku absensi kelas siswa,
buku kegiatan pembelajaran, tata tertib kelas, penyusunan statistik bulanan siswa,
56
pengisian kumpulan nilai siswa, pembuatan catatan khusus siswa, pengisian buku
rapor, dan pembagian buku rapor.
Selanjutnya, beberapa orang guru ditugaskan sebagai pembimbing
ekstrakurikuler, sebagai tim evaluasi, sebagai pengelola perpustakaan.
d. Kepala Urusan Tata Usaha
Tugas utama kepala urusan tata usaha ialah mengkoodinasikan urusan
administrasi dan rumah tangga madrasah.Termasuk di dalamnya, administrasi
perpustakaan, laboratorium, serta tugas lain yang bersifat menunjang pelaksanaan
pendidikan. Dia bertanggung jawab kepada kepala madrasah. Jalannya tugasnya
kegiatan ialah: 1) menyusun program kerja tata usaha madrasah, 2) mengelolah
keuangan madrasah, 3) mengurus administrasi dan siswa, 4) mengurus
administrasi perlengkapan madrasah dan 5) menyusun laporan-laporan kegiatan
madrasah secara berkala
e. Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling mempunyai tugas antara lain: 1) menyusun
program dan melaksanakan bimbingan dan koseling, 2) koordinasi dengan wali
kelas dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan
belajar, 3) memberikan layanan dan bimbingan pada siswa agar lebih berprestasi,
4) memberikan layanan dan bimbingan pada siswa untuk memperoleh gambaran
lanjutan pendidikan, 5) mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan
konseling, 6) menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling, 7)
melaksanakan kegiatan analisa hasil evaluasi belajar, 8) menyusun dan
57
melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling, dan 9) menyusun
laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
f. Komite Madrasah
Komite madrasah berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi program pendidikan di madrasah dalam rangka
membantu madrasah agar terlaksana kegiatan pengelolaan madrasah secara
optimal.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Visi adalah pandangan jauh ke depan untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam Madrasah Tsanawiyah
Negeri Penampuang. Mempunyai visi yaitu menciptakan insan yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT. Berakhlaqul Karimah dan memiliki keterampilan
dalam berbakti kepada agama, negara dan masyarakat.
b. Misi
Misi adalah langkah-langkah yang dipergunakan untuk mencapai visi.
Misi MTsN Penampuang adalah:
(1) Menyelenggrakan pendidikan yang berakar pada pembinaan akhlak, budi
pekerti masyarakat.
(2) Memotivasi siswa mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
(3) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Sumber : Kantor Tata Usaha MTsN Penampung
58
3. Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu atau benda tidak bergerak yang dapat dipakai
sebagai alat dalam mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu
atau benda bergerak yang merupakan penunjang terlaksananya suatu proses.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTsN Penampung antara lain:
a. Ruang belajar madrasah ini mempunyai 12 ruangan belajar. Pada lokasi I
terdapat 9 ruang belajar masing-masing ditempati kelas VII1, VIII1, VIII2, VIII3,
VIII4, IX1, IX2, IX3, dan IX4. Pada lokasi II terdapat 3 ruang belajar masing-
masing untuk kelas VII2, VII3, VII4. Pada lokasi I ini sedang dibangun 4 lokal
tambahan yang juga akan digunakan sebagai ruang belajar.
b. Ruang Kepala Madrasah berada dalam ruangan yang sama dengan ruang
kepala tata usaha, ruangan pegawai dan ruang komputer. Ruang Kepala Madrasah
dibatasi dengan triplek, Didalamnya terdapat 1 buah lemari yang diatasnya
dipajang beberapa tropi penanda prestasi siswa dalam berbagai perlombaan. Di
samping lemari buku terdapat 1 buah pot bunga hidup, di dinding dalam ruang
kepala madrasah dipajang sebuah kalender dan dua buah bunga gantung dari
plastik. Di belakang ruang Kepala Madrasah diletakkan sebuah bendera, dan
kemudian di ujung kursi tamu di letakkan satu pot yang ditanami bunga hijau.
c. Ruang Wakil Kepala Madrasah dan ruang majelis guru berada dalam satu
ruangan. Dalam ruang majelis guru terdapat satu set kursi tamu dengan beberapa
bunga hidup di sudut ruangan. Di ruang wakil kepala madrasah terdapat dua meja
dan satu lemari yang berisi arsip wakil kurikulum dan wakil kesiswaan. Di depan
meja wakil kepala madrasah terdapat 25 pasang meja guru yang tersusun rapi. Di
dinding ruangan dipajang daftar pelajaran, daftar nama-nama guru, daftar nama
59
guru piket dan wali kelas, sepuluh dasar kemampuan guru, kalender dan papan
pengumuman, dan di dekat kursi tamu diletakkan satu televisi.
d. Satu ruang gudang yang berukuran 2x4 m2 yang didalamnya tersimpan
alat kesenian dan alat kebersihan. Gudang ini terletak di gedung I.
e. Satu ruang koperasi siswa berukuran 2x4 m2 yang di dalamnya diletakkan
keperluan siswa berupa alat-alat tulis dan makanan-makanan yang bergizi dan
dikemas dan ditutup rapat dan rapi.
f. Satu ruang guru pada lokasi II dengan ukuran 3x3 m2 yang di dalamnya
diletakkan 3 meja guru dan rak buku.
g. Satu ruang labor komputer yang didalamnya terdapat 25 buah komputer.
h. Satu lapangan tempat upacara yang berukuran 20x18 m2 yang dikelilingi
lokal belajar, lapangan ini dimanfaatkan untuk upacara bendera setiap Senin pagi
dan kegiatan ekstrakurikuler seperti latihan drum band, kepramukaan, dan untuk
lapangan olah raga.
i. WC guru dan WC siswa hanya ada pada lokal jauh sedangkan pada lokasi
I belum ada dan para murid dan guru yang memanfaatkan WC, dilakukan di
tempat WC umum/ tabek milik nagari.
Dari uraian di atas terlihat MTsN Penampung belum memiliki Labor
Bahasa, Labor IPA, Ruangan Perpustakaan, Ruang PMR, Ruang OSIS, dan WC
yang memadai. Begitu juga dengan Mushalla, MTsN Penampung memanfaatkan
Mushalla milik nagari yang berada di samping madrasah, kantin hanya
memanfaatakn koperasi siswa. Tempat parkir juga belum tersedia. Baik tempat
parkir kendaraan guru maupun siswa. Sedangkan lapangan olah raga juga tidak
dimiliki oleh madrasah ini, kegiatan oleh raga dilaksanakan di halaman sekolah
60
dan juga memanfaatkan lapangan volley yang dimiliki oleh nagari yang letaknya
tidak begitu jauh dari lingkungan sekolah, tempatnya di samping kantor wali
nagari.
4. Lingkungan
Pada umumnya siswa madrasah ini tinggal bersama orang tuanya.
Sebagian besar mereka pergi ke sekolah berjalan kaki atau naik angkutan
pedesaan. Sebagian kecil menggunakan sepeda. Situasi di lokasi sekolah cukup
nyaman, jauh dari kebisingan. Disekitarnya terdapat rumah penduduk.
Di depan sekolah merentang jalan sekolah dikenal dengan jalan surau laut
belakang sekolah terdapat sebuah mushalla yang diberi nama mushalla
Darussalam. Mushalla ini kepunyaan masyarakat surau laut dibelakangnya
terdapat tabek berukuran ± 500 m2. Madrasah berada ditempat tinggal
pemukiman penduduk yang dikelilingi oleh sawah dan ladang. Masyarakatnya
hidup dengan bertani, tukang jahit dan pegawai negeri.
Siswa madrasah ini berasal dari tamatan sekolah dasar negeri (SDN) dan
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dari Kecamatan Candung, Kecamatan Baso,
Kecamatan Kamang, dan dari Kota Bukittinggi.
Kehidupan beragama masyarakat sekitar lokasi sekolah sangat terasa.
Mereka memiliki loyalitas yang tinggi terhadap agama yang mereka anut ini dapat
dilihat dari tingginya rasa kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan yang
berbasis agama. Di samping itu banyak orang tua yang lebih suka menyekolahkan
anak-anaknya di madrasah. Mereka memberikan izin kepada madrasah
menggunakan Mushala Darussalam bagi keperluan siswa dan guru. Para siswa
61
shalat berjamaah dan tempat ini mereka melakukan kegiatan peringatan hari besar
agama Islam seperti isra mi’raj, maulid nabi Muhammmad saw.
5. Personalia
Madrasah ini dipimpin oleh seorang kepala madrasah. Yang bersangkutan
telah memimpin sekolah ini sejak 1 Mei 2005. Beliau dibantu oleh dua orang
wakil kepala sekolah yang berperan masing-masing sebagai wakil kepala bidang
kurikulum dan wakil kepala bidang kesiswaan, dan satu orang lainnya kepala tata
usaha.
a. Pegawai tata usaha
Pegawai tata usaha berjumlah lima orang, terdiri dari satu orang kepala
tata usaha, satu orang pelaksana administrasi umum, dua orang diposisikan pada
bagian kesiswaan, satu orang sebagai inventaris umum, satu orang memegang
inventaris barang-barang, dan satu orang pula sebagai operator komputer.
Sementara itu bendahara rutin dan bendahara BOS berada dibawah guru tertentu
yang diberi tugas tambahan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Data Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung No. Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Keterangan
Lk Pr
1 SMA - 1 1 Kapala Tata Usaha 2 SMA - 2 2 Pegawai 3 MAN - 1 1 Pegawai 4 SMK 1 - 1 Pegawai Jumlah 1 4 5
Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Pegawai MTsN Penampung terdiri dari 5 orang, dua orang diantaranya
berstatus pegawai tetap dan tiga lainnya pegawai tidak tetap. Kedua pegawai itu
62
masing-masing bergolongan III/b dan II/a. Secara rinci data ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Pangkat/Golongan Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung
No. Pangkat / Golongan Jumlah Persentase 1 Penata muda Tk.I (II/b) 1 50 % 2 Pengatur muda 1 50 %
Jumlah 2 100% Sumber: Dokumen MTsN Penampung
b. Guru
Madrasah ini diasuh oleh 32 orang guru, 19 orang diantaranya berstatus
sebagai pegawai negeri sipil (PNS), sementara, 13 orang masih sebagai guru tidak
tetap. Di dalamnya termasuk 2 orang yang berjabatan sebagai wakil kepala
madrasah. Dari segi tamatan pendidikannya, guru-guru madrassah ini berasal dari
berbagai perguruan tinngi, lebih lanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4.3 Latar Belakang Pendidikan Guru MTsN Penampung
No. Latar Belakang Pendidikan
Jenis Kelamin Jumlah Keterangan Lk Pr 1 IAIN 1 3 4 21,05 % 2 STKIP 4 4 21,05 % 3 STIT 2 2 10,52 % 4 IKIP 1 2 3 15,78 % 5 UNP 2 2 10,52 % 6 STAIN 2 2 10,52 % 7 UBH 1 1 5,26 % 8 UMSB 1 1 5,26 %
Jumlah 2 17 19 100 % Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Masa kerja guru-guru MTsN Penampung ini bervariasi, mulai dari yang
telah berpengalaman selama 30 tahun sampai dengan yang baru mengajarnya 1
tahun. Tabel berikut memberikan informasi yang lebih lengkap:
63
0 5
10 15 20 25 30 35
jumlah persentase
Lama masa tugas
Tabel 4.4 Masa Kerja Guru MTsN Penampung
No. Pengalaman Kerja Jumlah Persentase 1 26 – 30 Tahun 2 10,5 % 2 21 – 25 Tahun 3 15,8 % 3 16 – 20 Tahun 1 5,3 % 4 11 – 15 Tahun 3 15,8 % 5 06 – 10 Tahun 4 21,1 % 6 01 – 05 Tahun 6 31,6 %
Jumlah 19 100 % Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Masa kerja guru-guru MTsN Penampuang di atas dapat juga dilihat pada grafik di
bawah ini:
Gambar 4.7 Grafik masa kerja guru MTsN Penampung Sumber: dokumen MTsN Penampung
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa lama tugas 26-30 tahun
2 orang dengan persentase 10,5 %, lama tugas 21-25 tahun 3 orang dengan
persentase 15,8%. Lama tugas 16-20 tahun 1 orang dengan persentase5,3%. Lama
tugas 11-15 tahun 3 orang dengan persentase 15,8%, lama tugas 06-10 tahun
4 orang dengan persentase 21,1%. Lama tugas 01-05 tahun 6 orang dengan
persentase 31,6%.
64
0
510
15
20
2530
35
jumlah persentase
Umur Guru
Usia guru-guru madrasah ini juga bervariasi yaitu mulai dari yang berusia
25 tahun paling muda sampai dengan yang berumur 59 tahun paling tua. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Usia Guru-guru MTsN Penampuang
No. Lama Tugas Jumlah Persentase 1 56 – 60 Tahun 1 5,3 % 2 51 – 55 Tahun 3 15,8 % 3 46 – 50 Tahun 2 10,5 % 4 41 – 45 Tahun 3 15,8 % 5 36 – 40 Tahun 4 21,1 % 6 31 – 35 Tahun 4 21,1 % 7 26 – 30 Tahun 2 10,5 % 8 < 25 Tahun - -
Jumlah 19 100% Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan guru berumur
antara 30 dan 51 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah
ini:
Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa guru-guru yang berumur 56-60
tahun berjumlah 1 orang (5,3%), umur 51-55 tahun 3 orang (15,8%), umur 46-50
Gambar 4.8 Grafik umur guru-guru MTsN Penampung Sumber: dokumen MTsN Penampung
65
0
5
10
15
20
25
30
35
jumlah persentase
Pangkat / Golongan Guru
tahun 2 orang (10,5%), umur 41-45 tahun 3 orang (15,8%), umur 36-40 tahun 4
orang (21,1%), umur 31-35 tahun 4 orang (21,1%), umur 26-30 tahun 2 orang
(10,5%).
Guru-guru madrasah ini pada umumnya sudah bergolongan III dan IV.
Tabel 4.6 berikut dapat memberikan datanya lebih jelas.
Tabel 4.6: Pangkat/Golongan Guru MTsN Penampung.
No. Pangkat/Golongan Jumlah Persentase 1 Pembina (IV/a) 3 15,8 % 2 Penata Tk. I (III/d) 5 26,3 % 3 Penata (III/c) - - 4 Penata Muda Tk. I (III/b) 5 26,3 % 5 Penata Muda (III/a) 6 31,6 %
Jumlah 19 100% Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa guru-guru yang pangkat
Pembina IV/a berjumlah 3 orang (15,8 %), Penata Tk. I III/d berjumlah 5 orang
(26,3%), penata muda Tk. I III/b berjumlah 5 orang (26,3%), penata muda III/a
berjumlah 6 orang (31,6%).
Gambar 4.9 Grafik pangkat/golongan guru MTsN Penampung Sumber: dokumen MTsN Penampung
66
Tingkat pendidikan guru-guru pegawai negari sipil MTsN Penampung
bervariasi yaitu mulai dari DII sebanyak 1 orang, DIII sebanyak 1 orang S1
sebanyak 17 orang. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7: Tingkat Pendidikan Guru MTsN Penampung
No Pendidikan Nama Perguruan Tinggi
Jml IAIN STKIP STAIN IKIP STIT UNP UBH UMSB
1 S2 - - - - - - - - -
2 S1 5 3 1 2 1 3 1 1 17
3 DIII 1 - - - - - - - 1
4 DII 1 - - - - - - - 1
7 3 1 2 1 3 1 1 19Sumber: Dokumen MTsN Penampung
c. Siswa
Keadaan siswa MTsN Penampung selama 4 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Data Siswa MTsN Penampung (2006-2010)
No Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
JumlahLk Pr Lk Pr Lk Pr
1. 2006/2007 70 74 56 61 55 53 369 2. 2007/2008 66 69 59 70 46 58 368 3. 2008/2009 60 70 68 64 53 67 382 4. 2009/2010 69 54 58 57 54 63 355 Jumlah 265 267 241 252 208 241 1474
Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Tabel diatas memperlihatkan antara lain bahwa jumlah siswa tiap tahun
cenderung menurun. Kemudian persentase kelulusan siswa tiap tahun terlihat
cenderung menurun. Datanya secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
67
Tabel 4.9 Data Hasil Ujian Nasional MTsN Penampung
No Tahun Peserta Lulus Tidak Lulus % Lulus 1. 2006/2007 108 106 2 98,15 2. 2007/2008 101 94 8 93,00 3. 2008/2009 120 113 7 93,33
Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Walaupun persntase kelulusan cenderung menurun atau kurang.
Keikutsertaan dalam perlombaan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten dan
propinsi siswa madrasah memperoleh prestasi di berbagai bidang lomba. Prestasi
yang diraih oleh MTsN Penampung dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Prestasi MTsN Penampung Pada Berbagai Perlombaan.
Tahun Peringkat Nama Penghargaan / Prestasi Tingkat Ket 2005 I
I I
Cerdas Cermat Remesta Bkt/Agam Timur Lomba Pantomin Remesta Pidato Bhs. Minang Remesta
Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur
Tropi Tropi Tropi
2006 I I I I I II II II III I II
LKBB di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Cerdas Cermat di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Mendirikan Tenda di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) MSQ di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Azan di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Memasak di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Tahfiz di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Morse Pa dan Pi di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) P3K di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Lomba Kaligrafi Bkt/Kab. Agam Tk. SMP/MTs Lomba Kaligrafi Bkt/Kab. Agam Tk. SMP/MTs
Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Kabupaten Agam Kabupaten Agam
Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi
2007 II Lomba Kaligrafi PORSENI Kanwil Depag Sumbar Propinsi Sumbar Tropi 2008 II
I II
Lomba Fashion Show Dewasa Pekan Muharram 1429 H Lomba Cepat Tepat 3 Bahasa Tk. SLTP/MTs di MAN Model Bkt Try Out kelas IX SLTP/MTs di MAN 2 BKT
IV Angkat Candung Propiinsi Sumbar Bkt/Agam Timur
Tropi Tropi Tropi
Sumber: Dokumen MTsN Penampung
6. Gambaran Umum Aktivitas
Kegiatan pembelajaran di MTsN Penampung berlangsung mulai dari hari
Senin sampai hari Sabtu. Kegiatan dimulai pada pukul 7.30 WIB dan berakhir
pada pukul 14.10 WIB, kecuali pada hari Jumat kegiatan berakhir pada pukul
11.10 WIB.
Sebelum lonceng tanda masuk kelas berbunyi umumnya siswa telah
berada di pekarangan madrasah. Segera setelah lonceng dibunyikan oleh guru
68
piket pada jam 07.20 WIB siswa berkumpul berbaris seperti yang telah diatur di
lapangan dengan tertib. Dari lapangan mereka memasuki ruang belajar dengan
teratur. Guru segera menyusul memasuki ruang belajar. Begitulah yang terjadi
setiap hari kecuali pada hari Senin dan Jum’at. Pada hari Senin dilaksanakan
upacara bendera. Pada hari Jum’at pagi semua siswa dilibatkan dalam kegiatan
muhadharah, masing-masing lokal bergantian dari minggu ke minggu untuk
mengisi acara ini. Mereka menunjukkan kebolehan diberbagai bidang, seperti
pembacaan Al Quran, pidato berbahasa Arab, berbahasa Inggris, berbahasa
Indonesia dan khutbah dan acara kesenian berupa pembacaan pantun, puisi dan
nasyid.
Setiap hari selama penulis melakukan observasi ditemukan guru yang
terlambat. Demikian juga kepala sekolahnya. Meskipun jumlahnya hanya satu dan
dua orang, namun yang demikian kelihatan berpengaruh sekali kepada kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran tidak dapat mulai sesuai dengan jadwal belajar.
Kemudian Guru piket dengan menggunakan alat pengeras suara selalu
menyampaikan kepada siswa agar masuk pada waktunya menunggu guru didalam
kelas masing-masing.
Sebelum memulai pelajaran dilaksanakan kegiatan tadarus selama 15
menit, tadarus berupa pembacaan ayat-ayat pendek dan bacaan doa-doa harian.
Pembacaan ayat-ayat dan doa-doa ini diambil nilainya oleh guru yang mengajar
pada jam pertama di tiap-tiap kelas.
Selama kegiatan pelajaran siswa tidak dibenarkan keluar kelas. Izin keluar
diberikannya bila mendapatkan izin dari guru yang mengajar pada sesi berikutnya.
69
Siswa yang kebetulan terlambat datang ke sekolah diharuskan melapor
kepada guru piket. Setelah mendapat penyelesaian yang bersangkutan baru
diizinkan masuk ke kelas. Bila jam pelajaran sudah berlangsung 5 menit,
sementara guru masuk belum juga datang, maka ketua kelas melaporkannya
kepada guru piket atau wakil kepala madrasah.
Setiap hari guru piket sudah bertugas dengan baik. Namun pembelajaran
ada kalanya masih belum berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena guru piket
boleh juga mengajar pada hari yang sama. Selain itu madrasah mempunyai dua
lokasi yang berjauhan, hal ini berpengaruh terhadap proses belajar mengajar pada
saat pertukaran jam pelajaran, dimana pada hari yang sama guru yang mengajar di
lokasi I juga mengajar di lokasi II, sehingga terjadi ketarlambatan di awal proses
belajar mengajar lebih kurang sepuluh menit. Guru piket bertugas membunyikan
lonceng tanda masuk, istirahat dan pulang.
Pada jam 10.25 WIB merupakan jam istirahat I, istirahat ini berlangsung
selama 20 menit, maka pada jam 10.45 WIB siswa kembali masuk lokal untuk
belajar.
Waktu istirahat dipergunakan siswa untuk bermain, jajan atau ngobrol
dengan teman-temannya. Bagi guru-guru waktu istirahat merupakan kesempatan
untuk berkumpul di ruang majlis guru. Di sini tersedia air teh dan air putih untuk
minum yang diletakkan di atas meja dan boleh diambil oleh guru yang
menginginkan. Karena makanan tidak disediakan, maka sebagian guru pergi ke
kantin madrasah, atau menyuruh siswa untuk berbelanja di warung. Sementara itu
sebagian guru ada kalanya memanfaatkan waktu istirahat ini untuk melayani
siswa yang berurusan. Disinilah guru-guru meperkatakan berbagai masalah seperti
70
pembelajaran siswa masyarakat, keadaan sehari-hari di rumah dan tentang kepala
madrasah, sebagian guru lain menggunakan waktu istirahat untuk memeriksa
tugas-tugas siswa.
Jam istirahat kedua yaitu jam 11.50 WIB siswa di istirahatkan untuk
menyiapkan dan melaksanakan shalat berjamaah di mesjid dan mushalla. Bagi
iswa likal jauh pada lokasi II dilaksankan shalat berjamaah di mesjid As Saadah
Surau Lauik, sedangkan bagi siswa di sekolah utama dilaksanakan di mushalla
yang berada si samping sekolah.
Siswa datang ke madrasah dengan pakaian seragam yang telah ditentukan
dan sesuai dengan tata tertib sekolah. Laki-laki memakai baju putih, celana
panjang warna biru tua dan sepatu hitam. Bagi siswa perempuan diwajibkan
memakai baju kurung putih, rok biru tua, sepatu hitam dan mudawarah putih.
Busana seragam putih biru ini dipakai mulai hari Senin sampai hari Kamis.
Berbeda dengan itu pada hari Jum’at perempuan memakai baju kurung warna
hijau, rok warna biru tua dan mudawarah putih. Pada hari yang sama laki-laki
memakai baju koko warna hijau, celana biru tua dan peci hitam. Khusus pada hari
Sabtu siswa berseragam pramuka.
Kepala madrasah kadang-kadang datang pagi sesuai jadwal sekolah.
Tetapi kadang-kadang dia datang terlambat, bahkan tidak hadir ke sekolah. Orang
pertama di madrasah ini adakalanya meninggalkan madrasah beberapa waktu,
tetapi datang kembali lagi ke sekolah atau sama sekali tidak balik lagi ke sekolah.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan guru (G. 05) pada tanggal 21 Desember
2009 di ruangan majelis guru yang menyatakan bahwa kepala madrasah sibuk.
Dia sibuk dengan tulisannya. Di samping itu dia sering meninggalkan madrasah
71
karena berbagai alasan seperti rapat, berurusan dengan komite, urusan proyek
bantuan pembangunan ruang belajar, urusan ke kantor kecamatan, ke Bank
Pembangunan Daerah (BPD), ke Kantor Kementerian Agama Lubuk Basung dan
ke Kantor Wilayah Kementerian Agama di Padang, serta urusan lain. Kesibukan
demikian kurang memberikan harapan terlaksananya supervisi yang efektif.
B. Temuan Khusus Penelitian
Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, penelitian ini
difokuskan pada pelaksanaan supervisi akademik Kepala MTsN Penampung,
Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam. Masalah penelitian yang diajukan
berkenaan tidak efektifnya pelaksanaan supervisi akademik Kepala MTsN
Penampung, Kabupaten Agam. Sehubungan dengan itu penelitian ini berupaya
mendapatkan jawaban tiga macam pertanyaan yaitu: Pertama, bagaimana
pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala MTsN Penampung?
Kedua, kendala-kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan supervisi Kepala
MTsN Penampung? Akhirnya, ketiga, bagaimana tindak lanjut yang dilakukan
Kepala Madrasah terhadap masalah yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi di
MTsN Penampung?
Untuk mengungkapkan jawaban pertanyaan pertama yakni tentang
pelaksanaan supervisi akademik seperti dikemukakan dipandang perlu untuk
melihat ihwal perencanaan supervisi kepala madrasah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Bagan 1 berikut ini :
72
Bagan 1 : Rekap Temuan Penelitian
I. Pelaksanaan Supervisi Akademik
a. Rencana Program Supervisi
Sebelum dikemukakan rencana program supervisi Kepala Madrasah
berikut dijelaskan keadaan Kantor Kepala Madrasah. Dalam ruangan terlihat satu
set kursi tamu, sebuah lemari buku, sepasang meja kepala madrasah. Kemudian di
dinding kantor tidak kelihatan tulisan berisi tentang supervisi Kepala Madrasah.
(Lihat Catatan Lapangan 01 dan Gambar 06 pada lampiran).
Gambaran yang dikemukakan mengisyaratkan kepala madrasah belum
menyusun program supervisi sebagai acuan dalam melaksanakan tugas supervisi
Pelaksanaan Supervisi Akademik
Penelitian dilaksanakan Mei
2009 s.d Januari 2010
Materi : Program, Pelaksanaan dan tindak
lanjut supervisi Akademik di MTsN Penampung
Temuan Penelitian:
Temuan Umum : Profil MTsN Penampung Temuan Khusus: 1) Program Supervisi belum tersusun, 2) Supervisi belum terlaksana secara optimal karena masalah psikologis, keterbatasan waktu dan kesibukan tugas dan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan tentang supervisi akademik, 3) Belum ada tindak lanjut supervisi oleh kepala madrasah secara maksimal.
Metode Penelitian : pendekatan kualitatif
Pengumpulan data : observasi, wawancara dan studi dokumen
Untuk Penjaminan keabsahan data :
trianggulasi
73
secara transparan dengan majelis guru dan kariawan. Kepala Madrasah (KM)
menjelaskan belum membuat program supervisi secara khusus, hanya baru
program tahunan secara umum yang mencakup kegiatan madrasah secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan karena kesibukan dan banyaknya tugas yang
harus dikerjakan. Apalagi sekarang di akhir tahun anggaran banyak laporan yang
harus diselesaikan. Sehingga terabaikan kegiatan supervisi. (Lihat Catatan
Lapangan 07 dan Gambar 10 pada lampiran).
Belum tersusunnya program supervisi Kepala Madrasah diperkuat dengan
keterangan yang diberikan Wakil Kepala Madrasah 01 ( 26 November 2009)
Setahu saya, tidak ada kepala madrasah membuat program supervisi, serta saya juga tidak melihat program supervisi kepala madrasah itu terpajang di ruang kantor majelis guru ataupun di ruang kepala sekolah, dan tidak pernah disosialisasikan kepada saya maupun kepada majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 08 dan Gambar 11 pada lampiran).
Keterangan wakil kepala madrasah diperkuat oleh pegawai Tata Usaha
(TU. 01) sebagai berikut :
Belum ada program yang dibuat oleh Kepala Madrasah untuk pelaksanaan supervisi, karena bapak kepala selalu sibuk, menurut saya kepala madrasah lebih mengutamakan urusan administrasi, seperti laporan bulanan, triwulan, laporan tahunan dan laporan inventaris yanga sifatnya rutinitas dan menyelesaikan masalah pisik madrasah seperti tambahan ruang belajar siswa. (Lihat Catatan Lapangan 09 dan Gambar 12 pada lampiran).
Keterangan Wakil Kepala di atas didukung pula oleh G.01 sebagai
berikut :
Belum ada Kepala Madrasah membuat program supervisi dan supervisi yang dilakukan kepala madrasah yang langsung dengan jadwal tidak ada, jadi kami tidak tahu kapan kepala madrasah melakukan supervisi. Karena program supervisi itu tidak pernah disampaikan kepada kami majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 10 dan Gambar 13 pada lampiran).
74
Informasi yang sama diberikan Wakil Kepala 02 (3 Desember 2009) di
ruang majelis guru. Dinyatakan bahwa memang belum ada program supervisi
kepala madrasah yang tertulis secara langsung. Kepala Madrasah tepatnya
mempercayakan saja kepada guru dalam kegiatan pembelajaran. Alasannya
karena Kepala Madrasah sibuk dengan tugasnya dan sering dinas luar seperti
mengikuti rapat misalnya ke Kantor Kementerian Agama di Lubuk Basung, dan
ke Kantor Wilayah Kementerian Agama di Padang untuk mengurus proyek
pembangunan tambahan ruang belajar. Jika Kepala berada di dalam ruangan dia
sibuk dengan kegiatan menulisnya. Mungkin Kepala Madrasah menganggap
bahwa program supervisi itu tidak penting, karena tanpa program supervisi
kegiatan proses pembelajaran terlaksana juga walaupun tidak maksimal (Lihat
Catatan Lapangan 11 dan Gambar 14 pada lampiran).
Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis
baik dengan kepala madrasah, wakil kepala madrasah, guru dan pengawai tata
usaha diketahui kepala madrasah belum menyusun program supervisi sebagai
acuan dalam melaksanakan tugas supervisi. Kepala Madrasah sebagai supervisor
dalam melaksanakan tugas supervisi seharusnya mempunyai rencana persiapan
yang dituangkan dalam program supervisi.
Dapat dipahami bahwa rencana merupakan salah satu hal penting guna
mempersiapkan kegiatan. Apabila hal itu tidak dilaksanakan maka supervisor
akan mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Merencanakan berarti memikirkan tentang penghematan biaya, tenaga dan
waktu. Juga memperkecil kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Perencanaan
75
adalah aktifitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan yang tertuju pada
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Sebagai supervisor Kepala Madrasah perlu menyusun perencanaan
supervisi yang dirumuskan dalam program kerja Kepala Madrasah. Dia tidak
mungkin bekerja tanpa rencana untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Para
ahli mengatakan “rencanakan apa yang mau dikerjakan dan bekerjalah apa yanga
telah direncanakan”.
Pada bulan Mei 2009 penulis tidak melihat tanda bahwa Kepala
Madrasah menyusun program supervisi. Seharusnya hal itu telah dirumuskan pada
awal tahun pelajaran sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, baik itu disusun
secara bersama dengan Wakil Kepala Madrasah, maupun oleh Kepala Madrasah
sendiri.
Akibat penyusunan program supervisi yang belum terlaksana menurut
semestinya, maka pembinaan dan bantuan terhadap guru-guru belum dapat
dilakukan. Seharusnya hal itu dapat dilakukan berdasarkan program secara
bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan guru. Tema dari
temuan ini adalah kepala madrasah belum menyusun program supervisi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan 2.
Bagan 2 : Temuan Penelitian tentang Program yang dibuat kepala madrasah
PROGRAM YANG DIBUAT OLEH
KEPALA MADRASAH
Program kerja Kepala Madrasah berisikan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dilak-sanakan pada tahun 2009/2010, mulai dari kegiatan awal tahun pelajaran, kegiatan harian, mingguan, bulanan, dan kegiatan akhir tahun pelajaran. Tidak terdapat di sana program supervisi
76
b. Pelaksanaan Supervisi
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Kepala Madrasah, guru-
guru, pengawas dan beberapa siswa MTsN Penampung ditemukan bahwa
supervisi yang dilakukan oleh Kepala Madrasah sudah terlaksana tapi belum
menurut yang semestinya. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Madrasah (KM) pada
tanggal 2 Desember 2009 , bahwa pelaksanaan supervisi yang sifatnya kunjungan
kelas belum dapat dilaksanakan karena Kepala Madrasah memiliki kesibukan
lainnya setiap hari, misalnya : mengurus masalah pembangunan ruang belajar,
mengikuti rapat pertemuan musyawarah kerja kepala madrasah, rapat persiapan
ujian nasional, dan penyusunan laporan keuangan. Namun supervisi dilaksanakan
secara umum dengan memantau guru yang sedang mengajar dari luar kelas, hal ini
dilaksankan kepada guru yang telah dan akan disertifikasi. (Lihat Catatan
Lapangan 12 pada lampiran).
Pernyataan Kepala Madrasah diatas setelah dikonfirmasikan dengan wakil
kepala (WK. 01) pada tanggal 3 Desember 2009, dia menyatakan bahwa:
Supervisi nan dilakukan bapak kapalo yo mancaliak dari lua lokal sajo, lai ado Bapak Kapalo masuak ka lokal bilo takana sajo dan indak ado program nan jaleh, nan acok dilakukan bapak kapalo masuak lokal kalau di lokal tadanga anak-anak maeboh, kini dek ado sertifikasi untuak guru-guru tertentu, lai dicaliak bapak kapalo cara maaja dan dipareso perangkat pembelajaran guru tu. (Lihat Catatan Lapangan 13 pada lampiran).
(Supervisi yang dilakukan bapak kepala dengan melihat dari luar kelas, ada bapak kepala masuk ke kelas secara dadakan saja dan tidak ada program yang jelas, yang sering dilakukan bapak kepala masuk ke dalam lokal jika terdengar siswa meribut, sekarang dengan adanya sertifikasi untuk guru-guru tertentu, ada dilihat guru yang mengajar dan diperiksa perangkat pembelajaran guru tersebut).
77
Selanjutnya wakil kepala 02 pada tanggal 7 Desember 2009
mengungkapkan sebagai berikut :
Supervisi yang dilakukan kepala secara langsung masuk ke dalam kelas dengan jadwal yang telah ditetapkan tidak ada, saya lihat yang dilakukan kepala sambil lewat saja, dilihat kepada siapa guru yang mengajar dalam kelas. Jika menurut bapak kepala perlu rasanya dilihat guru yang mengajar baru bapak kepala masuk ke dalam lokal. Kalau tidak bapak kepala lewat saja, istilah kami kalau bapak kepala lagi mut baru bapak kepala masuk kelas, kalau tidak bapak kepala lewat saja, kadang kami tidak tahu kiranya bapak kepala sudah berada saja dalam kelas, tetapi semenjak berlakunya ketentuan sertifikasi untuk guru-guru yang akan menyusun Portofolio, kepala madrasah melakukan supervisi untuk guru-guru tertentu saja. (Lihat Catatan Lapangan 14 pada lampiran).
Dijelaskan pula oleh G. 02 pada tanggal 7 Desember 2009 :
(Bapak kepala belum ada melihat saya mengajar di dalam kelas, hanya melihat dari luar lokal saja. Saya lihat bapak kepala sibuk saja, sering rapat dan keluar, ada saja yang diurus bapak kepala. Kadang sebentar Bapak Kepala di sekolah, sesudah itu pergi keluar, kadang-kadang ada kembali kadang tidak kembali lagi. Kalau Bapak kepala duluan datang pagi kami guru-guru yang terlambat ditelpon, tapi kepala sering juga terlambat datang di sekolah kadang-kadang tidak datang ke sekolah. Jadi kapan bapak kepala akan melakukan supervisi. Sehingga Bapak kepala tidak tahu apa kejadian di sekolah diserahkan saja kepada kami guru-guru. Sebenarnya saya ingin dilihat Bapak kepala cara mengajar saya, agar saya tahu dimana kekurangan saya, tapi bagaimana bapak kepala sibuk dan sering berada dalam kantor). Lihat Catatan Lapangan 15 dan Gambar 15 pada lampiran).
Dengan membandingkan hasil wawancara dengan guru-guru dengan hasil
observasi yang peneliti lakukan mulai bulan November 2009 teramati bahwa
selama penelitian dilakukan di sekolah ini memang belum terlihat Kepala
Madrasah melakukan supervisi akademik di kelas. Kepala Madrasah sering berada
dalam ruangan kepala, kemudian keluar ruangan melihat guru melaksanakan
pembelajaran dari luar kelas, kemudian masuk lagi ke dalam ruangan kepala,
waktunya banyak digunakan untuk bekerja di kantor.
78
Guru (G.04) 8 Desember 2009 didalam ruangan kelas VIII mengatakan:
“Indak ado bapak kapalo mancaliak ambo maaja, padahal ambolah lamo batugaih di sekolah ko, sabananyo ambo ingin dicaliak apak kapalo cara maaja ambo. Buliah ambo tahu dima kakurangan ambo, kan bisa ambo perbaiki. Walau ambo lah lulus bana sertifikasi, kan pembinaan dari bapak kepalo itu paralu, buliah ado semangat awak, anak termotivasi untuk melaksanakan tugas, ambo caliak ba beda bana kapalo nan kiniko buk jo apak kapalo nan lamo! apak kapalo nan kini mancaliak kami maaja dari luas kelas bila takana sajo, paratian kapalo kapado masalah proses belajar mengajar nan dihadapi guru kurang, bapak tu dak pernah mananyokan masalah nan dihadapi guru. Kalo kapalo nan lamo lai kami ditanyo, Bapak Kapalo nan lamo ado masuk kelas, pagilah tibo, malahan apak tu batanyo kakami, apo nan bisa ambo bantu, kesulitan apo sajo nan dihadapi dalam maaja. Kalo bapak kapalo nan kini sibuk acok dinas lua kadang pai rapek mauruih proyek bangunan sekolah, kan lah rancak gedung sekolah ko buk. Bangunan iko ado sajak bapak kapalo nan kini. Tiok hari salasai upacara acok diadokan rapek yang disampaikan masalah disiplin, bantuan siswa miskin, Bahkan salasai rapek kapalo mangatokan dak paralu ditanggapi. (Lihat Catatan Lapangan 16 dan Gambar 16 pada lampiran ) (Tidak ada bapak kepala melihat saya mengajar, padahal saya sudah lama tugas disekolah ini. Sebenarnya saya ingin dilihat Bapak Kepala cara mengajar saya. Boleh saya tahu dimana kekurangan saya dan bisa diperbaiki, walau saya sudah lulus sertifikasi, pembinaan dari bapak kepala itu perlu, boleh ada semangat dan motivasi melaksanakan tugas, saya lihat berbeda benar kepala yang sekarang, Bapak kepala yang sekarang melihat kami mengajar dari luar kelas tidak ada ada diberi tahu itupun kapan teringat saja. Perhatian kepala kepada masalah proses belajar mengajar yang dihadapi guru kurang, bapak kepala tidak pernah menanyakan masalah yang dihadapi guru. Kalau kepala yang dulu ada kami ditanya, ada masuk kelas, pagi sudah sampai di sekolah, malahan bapak itu bertanya apa yang bisa dibantu dan apa kesulitan dalam mengajar. Kalau Bapak kepala yang sekarang sibuk sering dinas luar kadang pergi rapat menguru proyek bangunan sekolah, kan sudah bagus bangunan sekolah sekarang. Gedung ini dibangun semenjak bapak kepala sekarang. Setiap hari senin selesai upacara yang diadakan rapat yang disampaikan masalah disiplin, bantuan siswa miskin, bahkan selesai rapek kepala mengatakan tidak perlu ditanggapi). Wawancara dengan Pengawas Rumpun Madrasah (PM) pada tanggal 17
Desember 2009 menjelaskan :
79
Tidak terlihat adanya kegiatan supervisi yang dilakukan kepala madrasah baik itu supervisi kunjungan kelas maupun supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler. Tapi semenjak berlakunya ketentuan sertifikasi kepala madrasah melakukan supervisi untuk guru-guru tertentu saja. Secara umum supervisi akademik yang dilakukan kepala madrasah hanya melihat dari luar kelas dan itupun belum terlaksana secara maksimal, ada kepala madrasah yang melaksanakan ada juga yang tidak. Menurut saya di MTsN Penampung supervisi akademik yang dilaksanakan kepala sekolah belum terlaksana secara maksimal, hanya melihat-lihat dari luar kelas saja. Selain itu kepala madrasah ada jam wajibnya tapi jarang masuk kelas untuk mengajar, sehingga guru bertanya kenapa kepala jarang masuk mengajar ke kelas. Di samping itu kepala sering keluar untuk mengikuti rapat. (Lihat Catatan Lapangan 17 dan Gambar 23 pada lampiran). Guru (G.07) pada tanggal 9 Desember 2009 mengatakan:
Saat saya sedang mengajar di kelas tiba-tiba bapak kepala sekolah masuk ke dalam kelas, tak lama dia keluar lagi, saya tidak tahu apakah Bapak Kepala melakukan supervisi karena tidak pernah diberitahu. Kadang-kadang Bapak Kepala melihat-lihat di luar kelas saja. Menurut saya sebaiknya bapak kepala memberitahu bahwa dia akan melihat saya mengajar. Pernah melalui rapat pada hari Senin selesai upacara. Kepala sekolah menyampaikan, ada guru yang mengajar monoton saja dengan metode ceramah saja dan tidak mau memperbaiki diri. Sehingga kami majelis guru tercengang saja. Kami tidak tahu siapa yang dibicarakan, karena kami tidak pernah dipanggil. (Lihat Catatan Lapangan 18 dan Gambar 18 pada lampiran). Dari trianggulasi yang dilakukan diperoleh keterangan kepala madrasah
belum melaksanakan supervisi terhadap semua guru, baik kunjungan kelas atau
supervisi ekstrakurikuler. Dari berbagai data seperti yang diperoleh diatas dapat
disimpulkan bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah adalah
supervisi dadakan kapan teringat saja. Akibatnya proses pembelajaran belum
terlaksana secara optimal. Kepala madrasah memberikan pembinaan terhadap
guru hanya melalui pengarahan rapat/pertemuan. Itu hanya sepihak (yang sifatnya
intruksi) belum memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi para
guru-guru dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran.
80
Kesimpulan diatas sesuai dengan catatan lapangan hasil observasi yang
dilakukan di bulan November 2009. Pada suatu pertemuan yang dilaksanakan pagi
Senin peneliti mencatat seperti dibawah ini:
Boleh dikatakan setiap pagi hari Senin selesai upacara bendera, majelis guru serta karyawan dikumpulkan di ruangan majelis guru (meetings). Selanjutnya kepala sekolah memulai mengucapkan salam diteruskan dengan mukadimah, dan terus memberikan pengarahan, isi dari pengarahan tersebut lebih banyak mengenai disiplin, baik tentang berpakaian maupun jam masuk dan bagaimana meningkatkan kelulusan anak, nasehat-nasehat, siraman rohani. Selesai memberikan pengarahan diakhiri dengan tidak perlu ditanggapi dan dipertanyakan, Bapak dan Ibuk dipersilahkan masuk lokal karena waktu kita sudah habis anak-anak sudah menunggu. Wawancara dengan Wk. 01 pada tanggal 3 Desember 2009 di ruang majlis
guru menjelaskan Kepala Madrasah sering mengadakan rapat setiap pagi senin
selesai upacara bendera yang dibicarakan dalam rapat tentang disiplin siswa dan
guru, nasehat-nasehat berupa siraman rohani, penyampaian ide-ide, kadang-
kadang ide-ide itu sudah ada pada Kepala Madrasah, jadi kami menyetujui saja
dan pendapat kepala harus diterima sehubungan dengan supervisi akademik tidak
pernah dibicarakan.
Berkaitan dengan kesan kurang atau tidak adanya kunjungan kepala
Madrasah ke kelas, SW I pada tanggal 12 Desember 2009 dihalaman mushalla
MTsN Penampung mengatakan bahwa :
Belum ada Bapak Kepala Madrasah masuk lokal kami, baik bersama dengan guru, maupun masuk sendirian. Kami tidak tahu kenapa Kepala Madrasah tidak pernah masuk / mengajar, mungkin karena seorang kepala. (Lihat Catatan Lapangan 19 dan Gambar 20 pada lampiran). Sedangkan menurut SW II pada tanggal 19 Desember 2009 diruang kelas
VIII menyatakan:
81
Bapak Kepala sekolah ada masuk kekelas kami hanya satu kali dan sebentar pula, sesudah bapak menfoto-foto lokal bapak itu keluar, bukan mengajar kami. Sebenarnya kami ingin dilihat Bapak kepala sedang belajar, biar kami semangat. Dan kami ingin diajar Bapak kepala. (Lihat Catatan Lapangan 20 dan Gambar 27 pada lampiran). Dari hasil wawancara baik dengan guru, siswa, pengawas pendidikan
peneliti amati kegiatan pembelajaran dalam kelas yang dilakukan oleh guru lebih
banyak siswanya yang pasif, guru banyak menerangkan pelajaran yaitu dengan
menggunakan metode ceramah. Setelah selesai ceramah guru memberikan siswa
tugas atau latihan tentang apa yang telah diterangkan. Peneliti melihat metode
pembelajaran yang digunakan guru tidak berfariasi lebih dominan ceramah
sehingga kelihatan siswa-siswa bosan, jadi peneliti mengamati guru mendominasi
kegiatan pembelajaran.
Sebenarnya supervisi/pengawasan itu penting dilaksanakan setiap lembaga
pendidikan termasuk MTsN Penampung. Dengan adanya supervisi/pengawasan
dari Kepala Madrasah, maka sasaran dari kegiatan akan dapat dicapai secara
maksimal. Tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk
meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas, yang pada gilirannya. Untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa bukan saja memperbaiki proses pembelajaran
tapi juga untuk mengembangkan kualitas guru.
Kegiatan utama pendidikan yang dilaksanakan di Madrasah merupakan
kegiatan pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Karena itu
seluruh aktivitas organisasi madrasah bermuara pada pencapaian efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Dalam hal ini kepala madrasah sebagai supervisor,
seyogyanya mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.
82
Supervisi/pengawasan jika tidak dilakukan menurut semestinya oleh
kepala madrasah, akan berakibat terjadinya penyimpangan antara rencana yang
sudah ditetapkan dengan pelaksanaan, oleh karena itu supervisi sangat penting
pada lembaga pendidikan.
Kepala Madrasah sebagai supervisor di Madrasah ini belum melaksanakan
kegiatan supervisi menurut ketentuan yang ada. Akibatnya kegiatan pembelajaran
kurang efektif dan efesien. Hal ini disebabkan karena Kepala Madrasah kurang
memahami tentang pentingnya arti pelaksanaan supervisi terhadap peningkatan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
Kesimpulan dari temuan ini ialah belum terlaksananya kegiatan supervisi,
secara umum untuk semua guru menurut semestinya kecuali untuk guru-guru
tertentu saja. (Bagan 3). Hal ini menyebabkan semangat, motivasi kerja guru
menurun. Sehingga proses belajar mengajar belum maksimal. Selanjutnya hasil
kegiatan pembelajaran siswa kurang memuaskan / memadai. Tema dari temuan
ini adalah bahwa pelaksanaan supervisi oleh Kepala Madrasah belum efektif.
Bagan 3 : Temuan Penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
PELAKSANAAN SUPERVISI
Pelaksanaan supervisi dilakukan oleh Kepala Madrasah secara umum dengan tiba-tiba tanpa diketahui guru, misalnya melihat guru mengajar dari luar kelas. Tapi apa yang didengar dan dilihat tidak dikonfirmasikan kepada guru.
Pelaksanaan supervisi untuk guru-guru tertentu, yang akan dan telah disertifikasi dilakukan secara ketat, mulai dari perangkat pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran sampai dengan kehadiran tiap hari
83
c. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Supervisi
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Kepala Madrasah dan dari
guru MTsN Penampung didapatkan informasi pelaksanaan supervisi yang
dilaksanakan oleh Kepala Madrasah sebagai berikut : G.05 pada tanggal
14 Desember 2009 mengatakan: Kepala Madrasah kurang peduli dengan
kebutuhan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dia tidak pernah
menanayakan ataupun mengevaluasi tugas-tugas yang diserahkan kepada guru.
(Lihat Catatan Lapangan 21 dan Gambar 21 pada lampiran).
Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan G. 03 pada tanggal
19 Desember 2009 menyatakan : Pembinaan kepada guru disampaikan melalui
rapat secara umum agar guru memperbaiki cara mengajar, supaya dalam kegiatan
mengajar jangan menggunakan metode ceramah saja, bagaimana menggunakan
media, alat peraga tidak ada ditinjau dan dilihat kedalam kelas. (Lihat Catatan
Lapangan 22 dan Gambar 26 pada lampiran).
Pernyataan G. 03 diatas peneliti konfirmasikan pula dengan Guru 02
tanggal 19 Desember 2009 diruang majelis guru mengatakan :
Kami ada disuruh membuat perangkat pembelajaran diminta diakhir semester dan tidak semua guru ditagih. Seharusnya perangkat pembelajaran itu dikumpulkan diawal semester. Saya lihat kepala tidak konsisten, membuat tidak membuat sama saja. Sehingga guru yang rajin-rajin juga yang malas-malas juga. Apa yang disuruh Kepala Madrasah misalnya mengajar harus menggunakan alat peraga supaya pelajaran lebih menarik, ini tidak dilaksanakan oleh semua guru sebab tidak dinilai juga oleh Kepala Madrasah, sebagian guru menganggap merepotkan dan menambah biaya saja karena tidak juga dilihat dan dinilai oleh Kepala Madrasah. (Lihat Catatan Lapangan 23 pada lampiran). Dijelaskan pula oleh Wk. 01 pada tanggal 19 Desember 2009 di ruang
majlis guru. Menjelaskan : evaluasi pelaksanaan supervisi disampaikan Kepala
84
Madrasah melalui rapat secara umum, guru tidak tahu siapa yang dikatakan
karena tidak pernah dipanggil secara langsung, sehingga guru tidak mengetahui
kekurangannya dalam mengajar. (Lihat Catatan Lapangan 24 pada lampiran).
Dari berbagai informasi seperti yang telah diperoleh diatas dapat
disimpulkan bahwa Kepala Madrasah belum maksimal melaksanakan evaluasi
terhadap pelaksanaan supervisi yang dilakukannya.
2. Kendala dalam Melaksanakan Supervisi
Dalam melaksanakan supervisi Kepala Madrasah, tidak terlepas dari
berbagai kendala. Diantara kendala yang dihadapi Kepala Madrasah adalah
sebagai berikut :
a. Alasan Psikologis
Sehubungan dengan kendala untuk melaksanakan supervisi karena alasan
psikologis terungkap dari hasil wawancara dengan Kepala Madrasah (KM) pada
tanggal 16 Desember 2009. Dikatakannya :
Menurut saya terlaksana saja proses belajar mengajar itu sudah cukup, karena kita di madrasah kekurangan tenaga guru, jadi saya mempertimbangkan perasaan guru, jangan-jangan disebabkan saya melakukan supervisi kunjungan kelas menjadi beban oleh guru, sehingga kehadiran saya dilokal mengakibatkan mereka tidak konsentrasi karena merasa diawasi dan merasa dicari-cari kesalahan mereka. Disamping itu latar belakang pendidikan saya adalah dari guru mata pelajaran agama jadi saya kurang menguasai materi pelajaran, media-media yang menyenangkan dan bermacam strategi yang efektif. (KM, Desember 2009). (Lihat Catatan Lapangan 25 pada lampiran). Pernyataan ini dikuatkan dengan keterangan guru 07 diruangan majelis
guru pada tanggal 18 Desember 2009 menyatakan :
Keberatan kepala madrasah melakukan supervisi, karena diantara guru ada yang lebih senior dari beliau (kepala), baik dari segi umur maupun dari segi pengalaman menjadi guru, jadi atas pertimbangan
85
perasaan dia agak keberatan melakukan supervisi kunjungan kelas disamping itu Kepala Madrasah menjaga hubungan silahturahmi sesama guru. (Lihat Catatan Lapangan 26 dan Gambar 24 pada lampiran). Berdasarkan informasi dan G.07 penulis kembali menemui Kepala
Madrasah untuk mencek kebenaran informasi itu, maka kepala madrasah (KM)
tanggal 18 Desember 2009, menjelaskan : diantara guru ada yang lebih senior dari
Kepala Madrasah sehingga ada pertimbangan perasaan dan keberatan melakukan
supervisi kunjungan kelas. Supervisi dilakukan dengan melihat dari luar ruangan
sewaktu proses belajar mengajar sedang berjalan. (Lihat Catatan Lapangan 27
pada lampiran).
Menurut G. 04 memang terdapat perbedaan antara Kepala Madrasah yang
sebelumnya dengan yang sekarang, ia mengutarakan bahwa:
Memang antaro kapalo madrasah nan dulu jo nan kini ado perbedaan. Kalo apak kapalo nan dulu, tiok sabanta masuak ka kelas mananyoan apa masalah pembelajaran yang dihadoki kini, ado nan bisa ambo bantu?” Kami maraso sanang dan basamangat untuk maaja dek karano kami lai dicaliak, ditanyo dan diparatian. Tapi kapalo sakolah awak nan kini ko dak surupo itu doh buk. Mungkin karano kamilah tuo pak kapalo manjago parasaan kami. (G. 04 21 Desember 2009) (Lihat Catatan Lapangan 28 pada lampiran) (Memang antara kepala madrasah yang dulu dengan yang sekarang
jauh berbeda, kalau Bapak Kepala Madrasah yang dulu. Tiap sebentar
masuk kelas untuk menanyakan apa masalah pembelajaran yang sedang
dihadapi, dia menawarkan apakah ada yang bisa dibantu. Kami merasa
senang karena ada dilihat dan ditanya. Tapi kepala madrasah yang sekarang
tidak seperti yang dulu. Mungkin karena kami sudah tua dan senior bapak
kepala menjaga perasaan kami).
86
Tentang keberatan kepala sekolah untuk melakukan supervisi kunjungan
kelas. Penulis konfirmasikan dengan guru G.05 dan G. 01 (21 Desember 2009)
sebagai berikut saya tidak merasa keberatan untuk disupervisi oleh kepala
madrasah, karena itu sangat bermanfaat sekali bagi saya, selama ini belum pernah
saya menerima bimbingan dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dari
kepala madrasah, saya tidak tahu dimana kekurangan. Hanya saja kepala
madrasah yang merasa enggan melaksanakan supervisi, mungkin kepala madrasah
terlalu sibuk dengan tugas atau mungkin kurang memahami bagaimana supervisi
yang sesungguhnya. Jadi ada beban psikologis dalam melaksanakan supervisi
(Lihat Catatan Lapangan 29 dan Gambar 29 pada lampiran).
Pernyataan ini dikuatkan dengan wawancara bersama wakil kepala (Wk 01
dan Wk 02) 21 Desember 2009. Menurut kami supervisi akademik harus
dilaksanakan kepala madrasah, karena itu merupakan tugas kepala madrasah, dan
tidak ada memandang guru senior dan guru yunior dan kami tidak keberatan untuk
disupervisi. Karena dengan supervisi yang dilakukan kepala madrasah guru bisa
mengetahui kekurangannya. Mungkin pengelolaan kelas kami belum betul,
penguasaan materi yang kurang, atau media yang digunakan tidak tepat, tapi
bagaimana bapak kepala tidak ada mensupervisi kami, sehingga kami merasa
sudah benar cara mengajar kami. (Lihat Catatan Lapangan 30 dan Gambar 28
pada lampiran)
Selanjutnya Guru (G. 03) dalam wawancara tanggal 21 Desember 2009 :
Keberatan kepala madrasah melakukan supervisi, guru-guru yang mengajar di sekolah ini sudah ada yang senior. Baik dari segi umur maupun pengalaman jadi guru. Jadi ada semacam ganjalan psikologis melakukan supervisi terhadap guru senior. (Lihat Catatan Lapangan 22 dan Gambar 29 pada lampiran).
87
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang penulis lakukan pada
pertengahan Juli 2009 sejauh yang penelti cermati Kepala Madrasah belum
melaksanakan supervisi, karena tidak terlihat melakukan observasi kunjungan
kelas. Biasanya supervisi dilakukan pada awal semester. Kemudian evaluasinya
dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara penulis bahwa kepala madrasah belum melaksanakan
supervisi, disebabkan karna masalah psikologis yaitu masalah senioritas,
pengalaman waktu jadi guru dan hubungan pribadi, pelaksanaan supervisi oleh
kepala madrasah hanya bersifat umum. Seperti melihat dari luar lokal waktu guru
mengajar. Tapi belum melakukan supervisi yang bersifat kunjungan kelas.
Akibatnya kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru semampunya dan seadanya,
mereka belum mendapat bimbingan/pembinaan secara khusus dari kepala
madrasah.
Temuan ini menyatakan bahwa pelaksanaan tugas guru dalam proses
pembelajaran belum mendapat bimbingan maksimal dari kepala madrasah.
Akibatnya komitmen guru terkesan kurang terlihat terhadap peningkatan mutu
pendidikan dan minat pengembangan profesi sebagai guru. Tema dari temuan ini
adalah supervisi tidak terlaksana secara profesional oleh Kapala Madrasah.
b. Alasan Keterbatasan Waktu dan Kesibukan
Untuk melaksanakan kegiatan supervisi kepala madrasah perlu
menyediakan waktu, karena supervisi merupakan tugas pokok kepala madrasah
sebagai supervisor disamping tugas sebagai edukator, manager, administrator,
leader, inovator dan motivator. Oleh karena itu, kepala madrasah harus bisa
mengatur dan mengelola waktu agar tugas sebagai supervisor bisa dilaksanakan.
88
Berkaitan dengan kendala Kepala Madrasah tidak melakukan supervisi
dengan alasan keterbatasan waktu dan kesibukan. Dari hasil pengamatan dan
wawancara penulis dengan Kepala Madrasah, guru-guru MTsN Penampung
terungkap dari hasil wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal
16 Desember 2009 terungkap: bahwa supervisi tidak terlaksana dengan maksimal
karena salah satu sebabnya kesibukan dan keterbatasan waktu (Lihat Catatan
Lapangan 25 pada lampiran).
Hasil wawancara dengan kepala madrasah penulis konfirmasikan lagi
dengan wakil kepala (Wk 01) pada tanggal 19 Desember 2009 terungkap bahwa,
Kepala Madrasah sibuk dengan tugas administrasi, dan sering dinas luar.
(Lihat Catatan Lapangan 24 pada lampiran).
Hal yang sama juga diutarakan oleh (G. 06) 21 Desember 2009, bahwa
Kepala Madrasah sering keluar mengikuti rapat dan jika berada di sekolah
disibukkan dengan urusan administrasi.(Lihat Catatan Lapangan 31 pada
lampiran).
Informasi yang sama diberikan pegawai tata usaha (TU. 01) pada tanggal
16 Desember 2009 diruangan tata usaha mengatakan: Kepala Madrasah sering
tugas luar mengikuti rapat-rapat dinas dan situasi belajar mengajar kurang
terpantau oleh Kepala Madrasah. (Lihat Catatan Lapangan 32 dan Gambar 22
pada lampiran).
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan kepala madrasah,
wakil kepala, guru dan pegawai tata usaha. Diketahui bahwa kepala madrasah
sibuk dengan urusan yang sifatnya rutin dan juga tugas pokok sebagai Kepala
Madrasah yang sifatnya penunjang. Hal ini disebabkan kepala madrasah belum
89
mampu mengelola waktu dan memanfaatkan waktu yang tersedia, dan belum
mampu mendelegasikan wewenang, kebanyakan tugas dilaksanakan sendiri oleh
Kepala Madrasah. Akibatnya tidak teralokasikan waktu untuk melaksanakan
pembinaan kepada guru, sehingga perhatian guru terhadap proses pembelajaran
semakin menurun.
Temuan ini menyimpulkan bahwa Kepala Madrasah belum mempunyai
waktu untuk mengelola dan membuat skala prioritas tugas. Hal ini mengakibatkan
fungsi Kepala Madrasah sebagai supervisor belum dapat dilaksanakan secara
maksimal, maka pembinaan belum terlaksana menurut semestinya, sehingga hasil
belajar siswa belum memuaskan. Tema dari temuan ini adalah pemanfaatan waktu
oleh Kepala Madrasah tidak efisien.
c. Alasan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
Kepala Madrasah yang sukses adalah kepala madrasah yang mampu
mengembangkan, memahami dirinya dan mampu pula memahami serta
mengembangkan orang lain yang berhubungan dengan pelaksana pendidikan di
madrasah. Di samping itu kepala madrasah juga mampu memahami situasi serta
kondisi di lingkungan madrasah itu sendiri.
Kemampuan kepala madrasah dalam melaksanakan supervisi terungkap
dari hasil wawancara dengan kepala madrasah pada tanggal 18 Desember 2009
bahwa pengetahuan kepala madrasah tentang supervisi sangat terbatas dan kurang
memadai. (Lihat Catatan Lapangan 27 pada lampiran).
Wawancara dengan PM tanggal 17 Desember 2009 disampaikan
terungkap bahwa kepala madrasah terkendala untuk melaksanakan supervisi
karena keterbatasan pengetahuan tentang supervisi itu sendiri dan latar belakang
90
pendidikan kepala madrasah tidak sama dengan guru yang disupervisi. (lihat
Catatan Lapangan 17 pada lampiran).
Hal yang sama disampaikan oleh wakil Kepala Madrasah (WK. 01)
diruangan guru, pada tanggal 19 Desember 2009 bahwa kepala madrasah
memiliki keterbatasan pengetahuan tentang supervisi dan belum menguasai
teknik-teknik supervisi secara rinci dan tidak mempunyai program tentang
supervisi. (Lihat Catatan Lapangan 24 pada lampiran)
Hal yang sama dikemukakan oleh guru G. 03 pada tanggal 19 Desember
2009 di kantor Tata Usaha bahwa kemampuan dan pengalaman Kepala Madrasah
tentang supervisi memang kurang apalagi guru yang disupervisi bidang studi yang
diajarkan tidak sama dengan kepala madrasah atau tidak ada keinginan kepala
madrasah untuk melakukan supervisi, sebab disupervisi atau tidak disupervisi
guru proses pembelajaran tetap berjalan juga. (Lihat Catatan Lapangan 22 dan
Gambar 26 pada lampiran).
G. 02 pada tanggal 19 Desember 2009) diruangan majelis guru
menjelaskan latar belakang pendidikan, bapak kepala tamatan syariah bukan dari
tarbiyah dan ilmu yang dimiliki kepala madrasah tidak sama dengan ilmu guru-
guru yang disupervisi sehingga kepala madrasah memiliki keterbatasan dalam
melaksanakan supervisi. Pembinaan terhadap guru hanya disampaikan secara
umum melalui rapat. (Lihat Catatan Lapangan 23 pada lampiran).
Kesimpulan dari temuan ini yang merupakan kendala bagi kepala
madrasah dalam melaksanakan supervisi adalah kurangnya kemampuan dan
pengetahuan kepala madrasah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan
kepada guru-guru. Akibatnya semangat dan gairah kerja guru menjadi kurang
91
sehingga hasil belajar siswa yang optimal belum tercapai. Tema dari temuan ini
adalah kepala Madrasah belum memahami secara komprehensif dan mendalam
tentang supervisi.
3. Tindak lanjut Hasil Supervisi
Setelah dilaksanakan proses supervisi diperlukan tahap pertemuan akhir
yang dilakukan segera setelah dilaksanakan pengamatan. Tujuan utamanya adalah
menindak lanjuti apa saja yang dilihat supervisor sebagai hasil pengamatan
terhadap proses pembelajaran.
Dalam pertemuan ini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara
supervisor dengan guru. Seyogyanya supervisor menanamkan kepercayaan diri
guru bahwa pertemuan ini bukan untuk menyalahkan melainkan untuk memberi
umpan balik. Baru setelah itu dilanjutkan dengan analisis setiap aspek pengajaran
yang menjadi perhatian supervisi tersebut.
Berkaitan dengan tindak lanjut dari hasil supervisi yang dilaksanakan
kepala madrasah dapat diketahui dari hasil wawancara penulis dengan kepala
madrasah (KM) pada tanggal 22 Desember 2009 saya akan memanggil guru-
guru yang bermasalah, lalu memberi pembinaan secara pribadi sesuai dengan
masalah yang dihadapinya. Hal itu dilakukan kadang-kadang melalui pertemuan
majelis guru, sewaktu meetings pagi Senin selesai upacara bendera, dengan cara
memberikan Pembinaan secara menyeluruh, atau secara individu. (Lihat Catatan
Lapangan 33 pada lampiran).
Informasi ini dikemukakan G. 07 (22 Desember 2009) dijelaskan:
Saya perhatikan kepala madrasah memanggil guru-guru yang bermasalah, lalu diberikan pembinaan sebagai langkah tindak lanjut, kadang-kadang pembinaan disampaikan secara umum melalui rapat
92
pertemuan majelis guru, meetings pada hari senin selesai upacara bendera, dengan memberikan pembinaan secara menyeluruh. (Lihat Catatan Lapangan 34 pada lampiran ).
Wawancara dengan guru (G. 01) (22 Desember 2009) terungkap
tindak lanjut dari hasil supervisi oleh kepala madrasah belum ada karena
supervisi belum terlaksana. (Lihat Catatan Lapangan 35 dan Gambar 30 pada
lampiran).
Wawancara dengan (Wk. 02) pada tanggal 22 Desember 2009 mengatakan
bahwa :
Memang pernah dipanggil oleh Kepala Madrasah keruangannya tapi itu bukan masalah tindak lanjut dari proses belajar mengajar. Yang demikian itu adalah masalah kebijakan penggunaan dana komite. Agar menyelesaikan pembukuan, kuitansi-kuitansi dan menyiapkan laporan pertanggungjawaban keuangan komite, karena kita akan menggadakan rapat pertemuan wali murid yang dibicarakan bukan tindak lanjut supervisi. (Lihat Catatan Lapangan 36 pada lampiran). Wawancara dengan guru (G. 09) pada tanggal 13 Januari 2010 sebagai
berikut :
Saya guru pembimbing kegiatan ekstra kurikuler tapi saya belum pernah dievaluasi, bagaimana kegiatan yang dilaksanakan tidak pernah ditanyakan oleh kepala madrasah beliau (kepala) hanya pernah menyuruh saya untuk melaksanakan kegiatan ekstra. (Lihat Catatan Lapangan 37 dan Gambar 33 pada lampiran). Kepala madrasah sebagai supervisor pada pertemuan akhir supervisor
bersama dengan supervisi seharusnya mendiskusikan hasil supervisi, waktu itu
supervisi mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai
pelaksanaan tugasnya di kelas.
Sebaiknya supervisor memberi kesempatan untuk membantu guru
mengatasi kesulitan pribadinya maupun yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Supervisor juga dapat memberikan tugas yang berkaitan dengan upaya perbaikan
93
kekurangan yang dialami guru pada waktu mengajar, sejak dari perencanaan/
pelaksanaan sampai evaluasi.
Evaluasi hasil supervisi seharusnya dilakukan secara berkesinambungan
setiap semester / tahun dilakukan penilaian secara menyeluruh. Namun sejauh
observasi yang dilakukan pada minggu pertama bulan Desember 2009 dari
pengamatan penulis terkesan bahwa pada bulan Desember adalah akhir semester
ganjil, penulis tidak melihat adanya monitor dan evaluasi kepala madrasah
terhadap proses pembelajaran selama satu semester, apakah guru telah tuntas
setiap kompetensi dasar dalam proses belajar mengajar apakah sudah diadakan
remedial atau belum, hal ini tidak dimonitor dan tidak dievaluasi oleh kepala
sekolah.
Hal yang sama diungkapkan oleh G. 01 dan G. 04 (22 Desember 2009)
mereka mengatakan bahwa belum pernah ditanyai mengenai ketuntasan belajar,
apakah telah melakukan remedial, maupun masalah yang dihadapi dalam proses
belajar mengajar oleh kepala madrasah sebagai tindakan evaluasi baik dalam rapat
atau secara pribadi. (Lihat Catatan Lapangan 35 pada lampiran).
Hasil wawancara dengan SW. I. 03 dan SW. II pada tanggal 12 Januari
2010 terungkap bahwa Bapak Kepala ketika berkunjung kelokal kami, hanya
sampai di pintu saja, kemudian Bapak Kepala menanyakan guru yang tidak hadir
lalu menyuruh kami tunggu saja guru kalian di dalam lokal dan bapak kepala
pergi menemui guru piket. Setelah itu guru piket datang memberi tugas mencatat,
tidak pernah Bapak Kepala menanyakan tentang bagaimana proses belajar, apa
pelajaran yang sulit bagi kalian, bagaimana guru mengajar. (Lihat Catatan
Lapangan 38 dan Gambar 31, 32 pada lampiran).
94
Wawancara dengan siswa (SW3. 02) pada tanggal 12 Januari 2010
terungkap bahwa kepala madrasah belum pernah masuk ke kelas, hanya lewat di
depan kelas saja. (Lihat Catatan Lapangan 38 pada lampiran).
Salah satu cara menindak lanjuti hasil pelaksanaan supervisi adalah
memberikan laporan kepada pihak yang berwenang sehubungan dengan hal
tersebut penulis mengkonfirmasikan dengan pengawas (PM. 01) pada tanggal 15
Januari 2010 terungkap bahwa kepala madrasah belum pernah memberikan
informasi dan laporan secara tertulis maupun lisan tentang hasil dari pelaksanaan
supervisi yang dilakukan. (Catatan Lapangan 39 dan Gambar 34 pada lampiran).
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang penulis lakukan
diketahui bahwa Kepala Madrasah belum menindaklanjuti hasil sepervisi. Hal
ini disebabkan kepala madrasah belum melakukan monitoring baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja guru-guru, apalagi dalam
pelaksanaan supervisi yang sesungguhnya, maka kepala madrasah sulit
melakukan tindak lanjut dari hasil supervisi.
Kesimpulan dari temuan ini adalah belum terlaksananya supervisi,
monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran, maka sulit dilakukan
pembinaan terhadap guru-guru karena belum diketahui apa masalah bagi guru
dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa tidak dapat
dioptimalkan. Tema dari temuan ini adalah kepala madrasah belum melakukan
tindak lanjut hasil supervisi.
B. Pembahasan
Pembahasan ini mengulas hasil temuan yang telah dikemukakan pada
bagian terdahulu dalam beberapa hal yang dijadikan fokus penelitian ini.
95
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik
a. Penyusunan Perencanaan Program Supervisi
Temuan Penelitian berdasarkan observasi dari wawancara bahwa Kepala
Madrasah belum melaksanakan supervisi secara maksimal yang dimulai dengan
penyusunan perencanaan program supervisi, sehingga pembinaan, bimbingan,
dorongan dan bantuan terhadap guru-guru belum dapat dilakukan secara
maksimal. Kepala Madrasah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugas
supervisi seharusnya mempunyai rencana persiapan yang dituangkan dalam
program supervisi dan menyusun perencanaan supervisi yang dirumuskan dalam
program kerja Kepala Madrasah agar lebih terarah dan operasional, sehingga
pembinaan, bimbingan, dorongan dan bantuan terhadap guru-guru dapat
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan guru.
Penyusunan perencanaan program supervisi merupakan suatu keharusan
dalam melaksanakan supervisi, sebagaimana dinyatakan Siswanto Masruri (2002).
Tujuan penyusunan program supervisi diharapkan menghasilkan program yang
lebih terarah dan operasional, berdasarkan prinsip-prinsip prosedur, dan cara-cara
memilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Menurut Dirjen Kelembagaan
Agama Islam (2003) dalam penyusunan program langkah-langkah yang perlu
diikuti adalah : 1) menentukan/menyusun tujuan yang hendak dicapai, 2) meng-
identifikasi masalah atau pekerjaan yang akan dilakukan, 3) menghimpun data
informasi yang diperlukan tahap-tahap kegiatan, dan 4) merumuskan bagaimana
masalah itu akan diperoleh dan bagaimana pekerjaan dilakukan. Dengan
demikian, menyusun perencanaan program mengandung tiga unsur yakni : 1)
96
tujuan yang hendak dicapai, 2) cara untuk mencapainya, dan 3) usaha
memanfaatkan sumber yang dapat digunakan. (Mudjahid Ak 2003)
b. Pelaksanaan Supervisi
Kepala Madrasah sebagai supervisor belum dapat melaksanakan supervisi
secara optimal. Supervisi yang dilakukan Kepala Madrasah adalah supervisi
secara umum tanpa diketahui guru. Pada hal kegiatan supervisi oleh kepala
madrasah merupakan salah satu tugas pokok sebagai supervisor guna menentukan
langkah/tindakan tepat dalam rangka memberikan pembinaan kepada guru.
Pembinaan yang diberikan terhadap guru hanya melalui pengarahan
rapat/pertemuan itu hanya sepihak yang sifatnya instruksi belum memecahkan dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi guru-guru dalam melakukan kegiatan
proses pembelajaran.
Menurut Herabudin (2009 : 212) menyatakan prinsip yang digunakan dalam
mengadakan kegiatan supervisi adalah : 1) Supervisi hendaknya bersifat
konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan dorongan semangat bekerja bagi
para pegawai yang dinilai, 2). Supervisi hendaknya bersifat sederhana, realitis dan
informal dalam pelaksanaannya. 3) Supervisi harus bersifat objektif, tidak
mencari-cari kesalahan, tidak bersifat objektif, tidak mencari-cari kesalahan, tidak
bersifat otoriter, dan mementingkan hubungan profesional, bukannya berdasarkan
hubungan pribadi, 4) Supervisi bersifat preventif, yaitu mencegah timbulnya hal-
hal yang berakibat buruk, 5) Supervisi bersifat korektif, yaitu memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan dalam kegiatan organisasi sekolah, 6) Supervisi
bersifat kooperatif yaitu menemukan penyimpangan-penyimpangan yang ada dan
berusaha memperbaikinya secara bersama-sama.
97
Supervisi akademik merupakan salah satu tugas pokok kepala madrasah.
Sebagai supervisor dan kepala madrasah dia harus memiliki kompetensi supervisi
sesuai dengan Peraturan Materi Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 13
Tahun 2007, yaitu melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Dalam rangka memberikan pembinaan kepada tenaga pendidikan,
terutama kepada guru, Sergiovani dan Strarat dalam E. Mulyasa (2004:111)
menyatakan :
supervision is a process designed to help teacher and supervisor leam more about their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community. Bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di
madrasah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada tenaga kependidikan, orang tua peserta
didik dan madrasah, serta berupaya menjadikan madrasah sebagai masyarakat
belajar yang lebih efektif.
c. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Supervisi
Kepala Madrasah belum maksimal melaksanakan evaluasi terhadap
pelaksanaan supervisi yang dilakukannya. Evaluasi hasil pelaksanaan supervisi
seharusnya dilaksanakan Kepala Madrasah dengan harapan dapat membantu guru
dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, guru akan dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahannya dalam mengajar, jika terdapat
kekurangan, maka guru akan dapat memperbaikinya dengan belajar dan
98
menambah wawasan. Dengan mengetahui kelebihannya guru akan dapat lebih
percaya diri dan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Kegiatan monitor dan evaluasi menurut Mudjahid Ak (2002) :
Suatu kegiatan monitor adalah mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh warga sekolah. Sedangkan evaluasi kegiatan menilai kemajuan dari suatu aktivitas atau kegiatan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan perencanaan sebelumnya.
2. Kendala dalam melaksanakan supervisi
a. Alasan Psikologis
Dalam melaksanakan supervisi kepala madrasah terkendala oleh alasan
psikologis, karena diantara guru ada yang lebih senior dan hubungan pribadi.
Pelaksanaan tugas guru dalam proses pembelajaran belum mendapat bimbingan
yang maksimal dari kepala madrasah.
Dalam melaksanakan supervisi, supervisor seharusnya melaksanakan
kegiatan supervisor atas dasar profesional, sehingga ia tidak merasa dibebani oleh
masalah psikologis dalam melaksanakan tindakan-tindakan supervisi, untuk itu
hendaklah diperhatikan beberapa prinsip berikut, menurut Muhammad Rivai
(1987) prinsip tersebut adalah :
1. Supervisi hendaklahnya bersifat konstruktif dan kreatif, yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbul dorongan untuk bekerja;
2. Supervisi harus dilaksanakan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realitas, mudah dilaksanakan);
3. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaan; 4. Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru
dan pegawai sekolah yang disupervisi; 5. Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas
dasar hubungan pribadi; 6. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap dan
mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah; 7. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat
menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru;
99
8. Supervisi tidak boleh berdasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau kekuasaan pribadi;
9. Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan dan kekurangan (supervisi berbeda dengan inspeksi);
10. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa kecewa;
11. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan koorperatif.
Hal ini sejalan dengan Made Pidarta (1992) supervisi mestilah dilakukan
atau diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan
vertikal baik tingkat pusat maupun daerah.
b. Alasan Keterbatasan Waktu dan Kesibukan
Kepala madrasah terkendala oleh keterbatasan waktu dan kesibukan tugas,
belum dapat menetapkan skala prioritas tugas, tidak bisa melakukan manajemen
waktu dengan baik, dan pemanfaatan waktu tidak efesien, sehingga pembinaan
terhadap guru belum dapat dilakukan secara maksimal yang berakibat hasil sekitar
siswa belum memuaskan. Membagi dan memanfaatkan waktu merupakan kunci
sukses kepemimpinan kepala madrasah. Menurut Sudarwan Danim (2009 : 89)
menyatakan :
Salah satu kelemahan utama sebagian besar kepala sekolah adalah
kurangnya disiplin dalam memanfaatkan setiap waktu dalam masing-masing
kegiatan dalam jadwal kerja yang telah mereka susun sendiri. Mereka kurang
memperhatikan pembagian dan pemanfaatan waktu untuk berada di kantor
sekolah, melakukan perjalanan dinas, melayani telepon penting, atau menekuni
rapat-rapat. Adakalanya kepala sekolah dibelenggu oleh waktu, padahal dialah
yagn harus mengatur dan “menguasai” waktu.
100
Kepala Madrasah sebagai supervisor harus mampu mengelola jadwal kerja
mereka sendiri, bukannya justru diperbudak oleh waktu. Di samping itu kepada
madrasah menyadari bahwa tugas sebagai supervisor, sangat erat hubungannya
dengan tugas sebagai manajer. Kepala Madrasah tidak perlu melakukan
pembinaan seorang diri, karena di dalam struktur organisasi madrasah terdapat
wakil yang mempunyai fungsi bermacam-macam. Di samping itu, jika MGMP
dapat dilaksanakan dengan baik, maka guru senior dapat pula membantu kepala
madrasah membina guru yunior.
Dengan membentuk tim supervisi akademik yang didelegasikan kepada
guru senior dimana wakil kepala bertindak sebagai akademik bidang kurikulum.
Manajer harus mempunyai kemampuan mengelola dan memanfaatkan waktu
sehingga dia mampu menyusun skala prioritas serta dapat mendelegasikan
wewenang, sebagaimana dinyatakan Jakson dan Hayen dalam Timpe (1993 :
157).
waktu tidak menunggu siapapun juga, dan bahkan bagi mereka yang tidak menyadarinya atau tidak mau mengakui mereka memboroskannya, sebaiknya menganalisis bagaimana efesien mereka memanfaatkan komoditas yang berharga ini. Salah satu kunci keefektifan manajerial terletak dalam menghilangkan atau peling sedikit mengurangi sampai seminimum mungkin semua kegiatan tidak esensial.
Yang penting untuk selalu diingat adalah kesadaran efesien yang berlaku
melalui kesadaran waktu. Sebagaimana Pater Druker dalam Timpe (1993:157)
“Jalan terbaik untuk merubah aktivitas individu seperti dengan meningkatkan
pemanfaatan waktu”.
Meskipun Kepala Madrasah mampu mengatasi sendiri kesulitan dengan
lebih cepat, akan lebih baik kepala madrasah dapat mendelegasikan tugas dan
101
wewenang kepada wakil atau guru-guru senior agar supervisi Akademik dapat
dilaksanakan secara maksimal. Dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada wakil kurikulum dan guru senior sehingga hambatan dalam melaksanakan
supervisi dapat diatasi, kepala madrasah dalam waktu bersamaan telah mendorong
dan memupuk pertumbuhan madrasah, sebagaimana dinyatakan Sudarwan Danim
(1990 : 88)
Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap permasalahan, tetapi dia tidak perlu memecahkan persoala itu sendiri atau secara langsung, tetapi dapat menyerahkan tugas dan wewenang tersebut kepada wakil atau staf pengajarnya. Dengan demikian, bila masalah itu berhasil dipecahkan, staf pengajar akan memperoleh kepuasan batin yang besar dan ini sangat penting untuk merangsang motivasi dan percaya diri mereka melakukan segala macam tugas dan pekerjaan serta memecahkan pelbagai persoalan sendiri secara lebih baik.
c. Alasan Terbatasnya Kemampuan dan Pengetahuan Kepala Madrasah belum memahami secara komprehensif dan mendalam
tentang supervisi. Dan kurangnya bimbingan dan pembinaan kepada guru-guru.
Supervisi hanya dilakukan seadanya, akibatnya semangat dan gairah kerja guru
menjadi kurang sehingga hasil belajar siswa yang optimal belum tercapai.
Kepala Madrasah sebagai supervisor harus memiliki pengetahuan dan
kecakapan tinggi yang sesuai dengan bidang dan tanggungjawabnya. Dengan
demikian kepala madrasah dapat menjalankan tugas dan dipercaya sebagai
pimpinan organisasi yang baik. Disamping itu kepala madrasah harus memiliki
ide-ide kreatif sehingga guru bersemangat dan bergairah dalam melaksanakan
tugas, sehingga hasil belajar siswa yang optimal dapat tercapai.
Kepala madrasah sebagai supervisor punya strategi, yang digunakan untuk
membujuk paksa, tanpa menyinggung perasaan seperti melakukan pendekatan
102
kemanusiaan, oleh sebab itu kepala madrasah haruslah punya kemampuan teknis,
kemampuan teknis, kemampuan personal dan kemampuan managerial, serta
cakap dan berwibawa. Sehubungan dengan pentingnya supervisi menurut Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (2000) dalam melaksanakan fungsi
pelaksana, seorang supervisor hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan
berikut: 1) melaksanakan tugas-tugas supervisi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, 2) mengamankan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan, 3)
melaporkan hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang untuk
dianalisasi dan ditindaklanjuti. Setiap upaya yang dilakukan untuk perbaikan
peningkatan mutu madrasah mestilah dengan tujuan yang jelas, disepakati
bersama dan mempunyai indikator yang jelas, semua ini tidak bisa hanya dengan
keinginan saja. Seorang kepala madrasah harus memiliki : a) kemampuan untuk
merumuskan program, b) punya kemampuan untuk melaksanakannya, dan c)
dapat mengevaluasi guna menindaklanjuti hasil yang ditemukan. Seyogyanya
supervisor memiliki pengetahuan tentang supervisi yang meliputi penyusunan
program, pelaksanaan program, dan pemanfaatan hasil supervisi.
3. Tindak Lanjut Hasil Supervisi
Temuan penelitian berdasarkan observasi dan wawancara menunjukkan
bahwa belum terlaksananya supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap proses
pembelajaran. Kepala madrasah belum melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi.
Sehingga sulit dilakukan pembinaan terhadap guru-guru karena belum diketahui
apa masalah bagi guru dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa
tidak dapat dioptimalkan.
103
Guru masih menganggap bahwa kepala madrasah belum melakukan tindak
lanjut hasil supervisi, upaya meningkatkan kemampuan profesional guru tidak
boleh berhenti, karena kepala madrasah tidak dapat bekerja sendiri. Menurut
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (1999) dalam proses tindak lanjut
supervisi ada dua hal prinsip yang harus diperhatikan adalah: 1) pengambilan
langkah-langkah pembinaan yang konkrit, praktis dan demokratis, 2) kesepakatan
perbaikan maupun peningkatan program supervisi selanjutnya. Kepala madrasah
sebagai supervisor sekaligus harus mampu melaksanakan pengawasan, dalam
pelaksanaan pengawasan juga melakukan tindakan monitoring dan evaluasi.
Kegiatan monitor dan evaluasi menurut Mudjahid AK (2002).
Suatu kegiatan monitor adalah mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh warga madrasah. Sedangkan evaluasi kegiatan menilai kemajuan dari suatu aktivitas atau kegiatan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan perencanaan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi dapat dilihat/diketahui indikator
keberhasilan suatu kegiatan, menurut mudjahid AK (2002) diantaranya :
a) persiapan, apakah persiapan dilakukan dengan matang dan seksama, apakah dilaksanakan jauh hari sebelum tiba saat pelaksanaan, b) waktu pelaksanaan, apakah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan termasuk tata pelaksanaannya, d) pelaksanaa-nya, apakah pelaksanaan bertitik tolak kepada rencana yang telah ditetapkan baik dari segi waktu, tenaga, biaya, bentuk dan materi kegiatan maupun tujuannya, e) instrumen merupakan salah satu alat evaluasi yang dapat berupa daftar isian, lazimnya instrumen ini diberikan kepada orang-orang yang terlibat dalam suatu kegiatan.
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk dapat menindak
lanjuti dari hasil supervisi yang dilaksanakan. Tanpa monotoring dan evaluasi
kegiatan supervisor tidak memiliki informasi untuk menyatakan apakah suatu
kegiatan mengalami perubahan kearah yang lebih baik atau tidak, karena
monitoring dan evaluasi pada umumnya menghasilkan informasi yang dapat
104
digunakan dalam memberikan tindak lanjut hasil temuan supervisi yang
dilakukan.
D. Tema Budaya
Analisis tema atau discovering cultural themes, sesungguhnya merupakan
upaya mencari “benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada
(Sanapiah faisal dalam Sugiyono 2005: 114). Peneliti dapat menemukan
kenyataan pendidikan yang terjadi di sekolah tempat penelitian ini dilakukan
setelah mereduksi, menyajikan, dan menarik kesimpulan atau verifikasi data.
Dua jenis tipe tema dikemukakan oleh Patton yang dikutip oleh Basrowi
(2008:195) yaitu tipe asli dan tipe hasil konstruksi analisis. Tipe asli
menggunakan perspektif emik dalam antropologi. Peneliti berpendapat bahwa
kebiasaan hidup manusia akan mempengaruhi organisasinya. Perilaku manusia
sebagai sebuah tema ditemukan melalui analisis proses kognitif dan struktur
kognitif orang-orang yang diteliti bukan dari sudut pandang peneliti. Subjek
penelitian digambarkan secara apa adanya tanpa perlu memanipulasi lingkungan
alamiah subjek yang diteliti. Peneliti mencoba memahami perilaku dan kebiasaan
serta sifat seseorang dan organisasinya sesuai dengan kenyataan yang peneliti
temukan dilapangan. Temuan budaya dalam sebuah organisasi atau lembaga yang
diteliti merupakan beberapa prinsip perlakuan dominan yang terjadi berulang-
ulang baik tersembunyi atau secara terang-terangan, serta pemberian bentuk
pelayanan sebagai wujud hubungan antara sub-sub sistem dalam organisasi atau
lembaga dikemukakan oleh Spradley (1980:141).
Peneliti melakukan langkah-langkah penelitian ini dengan mengunjungi
dan mewancarai informan yang dianggap dapat memberikan keterangan yang
105
peneliti butuhkan. Peneliti menyajikan informasi tersebut sebagaimana adanya.
Ketika penelitian ini berlangsung disamping berwawancara, peneliti juga
mengamati kejadian, perilaku dan segala gejala-gejala yang mengarah pada pokok
penelitian yang dilakukan untuk benar-benar memperoleh gambaran real tentang
supervisi akademik di MTsN Penampung.
Tema Budaya yang ditemukan pada penelitian ini dapat dikemukakan pola
prilaku yang dikerjakan oleh pimpinan di dukung dan dikembangkan oleh yang
lain sehingga pekerjaan tidak pernah tuntas tidak ada yang mau memperbaiki dan
membiarkan keadaan itu berjalan terus, apa yang teringat satu saat oleh kepala
dilakukan kepala madrasah sikap bawahan menurut saja tanpa ada koreksi hal ini
menjadi budaya terus menerus dan menyebabkan pendidik tidak berangsur
kearah yang lebih baik. Pekerjaan kegiatan pendidikan terkesan dilakukan secara
random saja tanpa program yang teratur. Dalam melaksanakan supervisi
akademik selama penelitian terasa tidak ada masalah walaupun tidak dilakukan
supervisi akademik dan juga terlihat guru-guru membiarkan saja seolah-olah
segala sesuatu berlalu tidak masalah sama sekali.
106
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian baik temuan umum maupun temuan
khusus dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, Kepala MTsN Penampung belum melaksanakan proses supervisi
dengan baik dilihat dari yang belum tersedia baik program tahunan maupun
program semester yang lebih terarah dan operasional, sehingga kepala madrasah
tidak punya acuan untuk melaksanakan supervisi. Pada saat tidak ada juklak dan
juknis tentang penyusunan program dan pelaksanaan supervisi kepala madrasah
tidak mampu melakukan inovasi dan kreasi sendiri. Dengan demikian kegiatan
supervisi belum dapat terlaksana menurut semestinya. Kepala madrasah sebagai
supervisor belum melaksanakan supervisi secara maksimal, karena kurang
memahami arti penting dari pelaksanaan supervisi, baik kepala madrasah maupun
guru, yang berdampak terhadap proses pembelajaran, maka hasil belajar siswa
kurang memuaskan.
Kedua, tugas supervisi tidak terlaksana oleh kepala madrasah disebabkan
beberapa kendala yaitu :
a. Kepala madrasah terkendala oleh masalah psikologis, karena diantara guru
ada yang lebih senior dan hubungan pribadi, sementara hubungan interpesonal
antara kepala sekolah dengan guru tidak menciptakan situasi yang kondusif
agar terlaksananya supervisi. Mengakibatkan kurangnya komitmen guru
terhadap tugas guru meningkatkan mutu pendidikan dan minat untuk
mengembangkan profesi keguruan.
107
b. Kepala madrasah terkendala oleh keterbatasan waktu dan kesibukan tugas,
belum dapat menetapkan skala prioritas tugas dan tidak bisa melakukan
manajemen waktu dengan baik akibatnya ada pekerjaana-pekerjaan penting
tidak terlaksana karena pekerjaan-pekerjaan yang kurang penting, sehingga
pembinaan terhadap guru belum dapat dilaksanakan secara maksimal, yang
berakibat hasil belajar siswa belum memuaskan
c. Kepala madrasah terkendala oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
tentang supervisi pendidikan, sedangkan lingkungan kurang mendukung
untuk melaksanakan supervisi, sehingga pembinaan oleh kepala madrasah
belum terlaksana secara maksimal, yang mengakibatkan guru dalam proses
pembelajaran tampak kurang sungguh-sungguh, hanya dilaksanakan seadanya,
semangat dan gairah kerja guru menjadi kurang, sehingga hasil belajar siswa
yang optimal tidak mungkin tercapai.
Ketiga, Kepala Madrasah dalam pelaksanaan supervisi, belum melakukan
tindak lanjut terhadap hasil supervisi secara maksimal, maka pembinaan secara
bertahap dan berkelanjutan belum dapat dilaksanakan, sehingga motivasi guru
rendah terhadap proses pembelajaran, maka berakibat hasil belajar siswa tidak
dapat dioptimalkan.
B. Implikasi
Pada prinsipnya pelaksanaan fungsi manajemen oleh kepala madrasah
khususnya supervisi bertujuan agar terwujudnya peningkatan kemampuan yang
profesional. Kepala madrasah sebagai supervisor memberikan pembinaan secara
menyeluruh, karena supervisi merupakan kunci keberhasilan seorang kepala
108
madrasah dalam membawa madrasahnya menjadi madrasah yang efektif,
bermutu, berprestasi dan berprestise.
Kegagalan dalam melaksanakan supervisi dapat membuat gagalnya
pencapaian tujuan dari setiap lembaga. Pelaksanaan supervisi yang telah dianggap
baik belum tentu memperoleh hasil yang optimal dalam pelaksanaannya, bila
tidak disertai kewibawaan dari kepala madrasah dalam melaksanakannya.
Menurut wahjosumidjo (2003) kewibawaan pada hakikatnya merupakan sumber
lahirnya kekuatan pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan.
Dari hasil temuan diperoleh informasi bahwa guru-guru menganggap
kepala madrasah mereka, belum mampu melaksanakan supervisi karena belum
mampu merumuskan program supervisi sebagai acuan agar lebih terarah dan
operasional dalam melaksanakan supervisi. Dalam melaksanakan supervisi kepala
madrasah mengalami kendala sebagai berikut : 1) ada beban psikologis terhadap
guru-guru yang lebih senior, 2) terlalu sibuk dengan tugas penunjang, serta 3)
kurangnya kemampuan dan pengetahuan tentang supervisi pendidikan. Kepala
madrasah yang mempunyai kemampuan manajemen yang baik, dapat
menghindari hal-hal yang dapat mengganggu pelaksanaan supervisi.
Tugas supervisi pendidikan merupakan bagian yang amat penting dalam
proses penyelenggaraan madrasah. Oleh karena itu, seorang kepala madrasah
sekaligus supervisor harus paham secara komprehensif dan mendalam tentang
supervisi. Menyadari bahwa pelaksanaan supervisi merupakan suatu yang mutlak
dilaksanakan pada madrasah atas dasar profesional, maka tidak seharusnya
terkendala oleh senioritas, hubungan pribadi, dan dengan alasan kesibukan serta
kurang kemampuan dan pengetahuan.
109
Dalam melaksanakan kegiatan supervisi kepala madrasah dapat : 1)
mengalami “human relation” dan memiliki kemampuan beradaptasi, karena
dalam tugasnya ia berhubungan dengan makhluk yang unik yang berbeda satu
sama lainnya. Pengetahuan tentang “human relation” dan kemampuan
beradaptasi ikut menjembatani pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen oleh kepala
madrasah, dan 2) memahami secara lengkap teori tentang motivasi serta
bagaimana memotivasi. Menurut Duncan dalam Wahjosumidjo (1981) “From a
managerial perspective, motivation refers to any conscious attempt to influence
behavior toward the accomplishment of orgnization goals”. Motivasi adalah
suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah kepada
tercapainya tujuan organisasi. Tugas supervisor adalah memotivasi guru agar
dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Seorang guru akan termotivasi
melakukan tugasnya bila ia memperoleh sesuatu sesuai dengan kebutuhannya.
Memang kebutuhan manusia tidak sama, namun secara umum ada kesamaan dan
tergantung pada kondisi masing-masing. Memberikan penghargaan dalam bentuk
materil dan non materil merupakan contoh motivasi. Menurut Soejitno (2004).
Penghargaan atau hadiah yang diberikan kepada bawahan yang tepat akan
berpengaruh positif bagi karyawan yang lain. Namun kenyataan jarang kepala
madrasah yang memikirkan dan mengalokasikan anggaran untuk imbalan bagi
guru yang berprestasi.
C. Saran-saran
Berdasarkan temuan penelitian, untuk dapat meningkatkan pembinaan
tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas di MTsN Penampung, maka
diperlukan hal-hal sebagai berikut :
110
1. Untuk kepala MTsN Penampung hendaklah :
a. Merumuskan program pembinaan dan bimbingan tertulis agar kegiatan
supervisi dapat melaksanakan secara teratur dan berkelanjutan, karena
tujuan program adalah agar kegiatan lebih terarah dan lebih operasional
b. Agar betul-betul melaksanakan supervisi kepada guru-guru atas dasar
profesional, tanpa dibebani oleh perasaan yang menganggu
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terutama tentang supervisi,
dengan cara banyak membaca dan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
d. Memahami hakikat manusia dewasa, guru adalah manusia dewasa, yang
memiliki karakter (sifat-sifat) tertentu, mereka itu perlu diperlakukan dan
dihargai sebagai orang dewasa. Dalam hal ini, kepala madrasah perlu
memiliki kemampuan personal yang salah satunya adalah kemampuan
interpersonal.
e. Mampu merumuskan apa yang ingin dicapai bersama dengan majelis guru,
karyawan dan unsur yang terkait dengan madrasah, saat ini mulai disadari
bahwa selama ini madrasah lebih mengutamakan pendidikan pada bidang
pengajaran (kognitif), sementara pendidikan rasa (emosional), sosial,
agama, akhlak dan budi pekerti (Spritual) terabaikan.
f. Kunjungan kelas oleh kepala madrasah adalah salah satu bentuk supervisi.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk ini, antara lain: merumuskan
tujuan kunjungan, membuat instrumen kunjungan, membuat instrumen
kunjungan, serta menetapkan waktu kunjungan dan yang terpenting
111
melaksanakan diskusi tentang masalah peningkatan proses pembelajaran
dengan guru, sebagai tindak lanjut dari hasil supervisi.
g. Mendelegasikan wewenang untuk melakukan supervisi akademik kepada
guru senior dengan membentuk tim supervisi akademik dimana wakil
bertindak sebagai akademik bidang kurikulum.
2. Untuk Guru
a. Guru-guru hendaklah berani menyampaikan kritik yang positif guna
perbaikan proses pembelajaran.
b. Guru-guru hendaklah berani dan tegas menyampaikan ide-ide
pembaharuan yang berkaitan dengan pengembangan profesi guru dan
pembelajaran.
c. Guru-guru hendaklah bersedia menerima perobahan, yang diberikan oleh
supervisor untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dan profesi
keguruan.
112
DAFTAR RUJUKAN
Amentambun N. A. (1981). Supervisi pendidikan bagi para penilik pengawas
kepala sekolah dan guru-guru. Bandung: Suri Bandung.
Arikunto, Suharsimi. (2004). Dasar-dasar supervisi. Yogyakarta: Rineka Cipta.
________________. (1993). Organisasi dan administrasi pendidikan teknologi dan kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bafadal, Ibrahim. (1992). Supervisi pengajaran teori dan aplikasinya dalam membina profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Bakry, Oemar. (1993). Akhlak muslim. Bandung: Angkasa.
Bogdan, R.C dan Biklen, SK. (1982). Qualitative research for education: Introduction to theory and methods. Boston: Allyn and Bacon.
Danim, Sudarwan dan Suparno. (2009). Manajemen dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah.Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Agama. (2004). Standar supervisi dan evaluasi pendidikan RA/BA/TA dan PAI pada TK. Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
_________________. (2003). Pedoman pengembangan administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
_________________. (2000). Petunjuk peningkatan mutu pendidikan di MTs. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
_________________. (2006). Pedoman pelaksanaan supervisi pendidikan. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
_________________. (1999). Supervisi madrasah aliyah. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Perangkat peningkatan mutu pendidikan untuk sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah. Jakarta: Binatama raya.
Hariss, Ben M.(1975). Supervision behavior in education. New Jesey: Prentice Hall.
Herabuddin. (2009). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Moleong, L. J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
113
Muhibbin. (1995). Psikologi pendidikan. Bandung: Rosda karya.
Mulyasa, E. (2004). Pedoman manajemen berbasis madrasah. Bandung: Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Nasution, S. (1992). Metode research penelitian ilmiah. Bandung: Jemmars.
Nazir, M (1985). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41
Pidarta. (1992). Pemikiran tentang supervisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Prasetia, Irawan. (1999). Logika dan prosedur penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula. Jakarta: STIA-LAN Press.
Purwanto, M. Ngalim, dan Djojopranoto Sutadji. (1989). Administrasi pendidikan. Jakarta: Mutiara Sumber Widiya.
Purwanto, M. Ngalim. (2009). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya.
Rivai, Muhammad. (1987). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Jemmers.
Robert, J. Firtin. (1979). Instructional supervision. New York: Macmillan.
Sagala, Saiful. (2002). Administrasi dan supervisi pendidikan teknologi dan kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Profesional. Bandung: Angkasa.
Sanafiah, F. (1990). Penelitian kualitatif dasar-dasar dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetopo, Hidayat. (1982). Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Soewaji, Lazaruth. (1984). Kepala sekolah dan tanggung jawabnya. Yogyakarta: Kanisus.
Sudjana. (2004). Manajemen program pendidikan untuk pendidikan nonformal dan pengembangan sumber daya manusia. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sahertian. (1990). Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi pendidikan: Dasar teoretis untuk praktek.
114
Spradley, James P. (1980). Participant observation. New York: Winston.
Tilaar. H. A. R. (2002). Membuahi pendidikan nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. (2003). Jakarta: Cipta Jaya.
Usman, Uzer. (2000). Menjadi guru profesional. Bandung: Rosda Karya.
W. GulÖ. (2007). Metode penelitian. Jakarta: Grasindo
Yahya. (2002). Sistem manajemen pembiayaan pendidikan. Disertasi doktor tidak dipublikasikan. Bandung: UPI.
Yusak, Burharudin. (1998). Administrasi pendidikan. Bandung: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
165
LAMPIRAN 5
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 28 MEI 2009 DIRUANG KELAS IX
RUANG KEPALA MTsN PANAMPUNG
166
GEDUNG MTsN PANAMPUNG
NAMA MTsN PANAMPUNG
167
GEDUNG MTsN PANAMPUNG YANG SEDANG DIBANGUN DI LOKASI. I
168
GEDUNG MTsN PANAMPUNG PADA LOKASI II
169
DATA YANG TERPAJANG DI DINDING RUANG
MAJELIS GURU MTsN PANAMPUNG
170
DATA YANG TERPAJANG DI DINDING RUANG MAJELIS GURU MTsN PANAMPUNG
171
MUSHALL DARUSSALAM TEMPAT SISWA DAN GURU MELAKSANAKAN SHALAT BERJAMAAH
DAN MENGADAKAN KEGIATAN KEAGAMAAN
172
WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH TANGGAL : 26 NOVEMBER 2009 DI RUANG KEPALA MADRASAH
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH TANGGAL : 26 NOVEMBER 2009
DI RUANGAN MAJLIS GURU
173
WAWANCARA DENGAN KEPALA TATA USAHA
MTsN PANAMPUNG TANGGAL : 26 NOVEMBER 2009 DI RUANG KEPALA MADRASAH
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 3 DESEMBER 2009 DI RUANG KELAS IX
174
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH
TANGGAL : 3 DESEMBER 2009 DI DEPAN PINTU RUANG MAJELIS GURU
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VIII TANGGAL : 7 DESEMBER 2009
DI RUANG MAJELIS GURU
175
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VIII
TANGGAL : 8 DESEMBER 2009 DI RUANG KELAS VIII
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH
TANGGAL : 8 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJLIS GURU
176
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX
TANGGAL : 9 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJELIS GURU
177
KANTIN MTsN PANAMPUNG
178
WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VII TANGGAL : 12 DESEMBER 2009
DI HALAMAN MUSHALLA DARUSSALAM MTsN PANAMPUNG
WAWNCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 14 DESEMBER 2009 DI RUANG KELAS IX
179
WAWANCARA DENGAN PEGAWAI TATA USAHA TANGGAL : 16 DESEMBER 2009 DI RUANG TATA USAHA
WAWANCARA DENGAN PENGAWAS RUMPUN MADRASAH TANGGAL : 17 DESEMBER 2009
DI RUANG TAMU KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN AGAM
180
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII TANGGAL : 18 DESEMBER 2009
DI RUANG MAJELIS GURU
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VIII TANGGAL : 18 DESEMBER 2009
DI TERAS RUANG KELAS
181
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII
TANGGAL : 19 DESEMBER 2009 DI RUANG TATA USAHA
WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VIII TANGGAL : 19 DESEMBER 2009
182
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH TANGGAL : 21 DESEMBER 2009
DI DEPAN RUANG MAJLIS GURU
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 21 DESEMBER 2009
DI RUANG MAJELIS GURU
183
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 22 DESEMBER 2009
DI RUANG MAJELIS GURU
WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VII
TANGGAL : 12 JANUARI 2010 DI RUANG KELAS VII 3
184
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII TANGGAL : 13 JANUARI 2010
DI RUANG KELAS VII 2
185
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII TANGGAL : 13 JANUARI 2010
DI RUANG KELAS VII 3
WAWANCARA DENGAN PENGAWAS RUMPUN MADRASAH TANGGAL : 15 JANUARI 2010
DI RUANG KEPALA MTsN IV ANGKAT CANDUNG
Recommended