View
231
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010
SURAT EDARAN
Kepada
SEMUA PESERTA
BANK INDONESIA – SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM
DI INDONESIA
Perihal : Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement
System.
Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/2/PBI/2008 tentang
Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4809) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
12/12/PBI/2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5146), Peraturan Bank
Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5141), dan adanya penyempurnaan organisasi di Bank Indonesia,
perlu untuk mengatur kembali ketentuan mengenai penyelenggaraan Bank
Indonesia-Scripless Securities Settlement System sebagai berikut:
I. Pengertian Umum
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor
cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan ...
2
Perbankan Syariah.
2. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank
Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar
Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities).
3. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT adalah kegiatan
transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
Bank dan/atau pihak lain dalam rangka Operasi Moneter.
4. Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) yang selanjutnya disebut
Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana rupiah (lending
facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah
(deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi
Moneter.
5. Instrumen Operasi Moneter adalah instrumen yang digunakan dalam
rangka OPT dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) serta
ditatausahakan pada Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement
System.
6. Fasilitas Pendanaan adalah penyediaan dana yang dapat berupa
pemberian kredit atau pembiayaan dari Bank Indonesia kepada Bank
yang penatausahaannya dilakukan melalui Bank Indonesia-Scripless
Securities Settlement System.
7. Surat Utang Negara yang selanjutnya disebut SUN adalah surat berharga
yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku.
8. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN, atau
dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud
dalam ...
3
dalam Undang-Undang yang berlaku.
9. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disebut SBN adalah Surat Utang
Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.
10. Surat Berharga adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia, pemerintah dan/atau lembaga lain, yang ditatausahakan dalam
Bank Indonesia- Scripless Securities Settlement System.
11. Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement yang selanjutnya
disebut Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik
antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang Rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara
individual.
12. Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya
disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia
termasuk penatausahaannya dan penatausahaan Surat Berharga secara
elektronik dan terhubung langsung antara Peserta, Penyelenggara dan
Sistem BI-RTGS.
13. Transaksi Dengan Bank Indonesia adalah transaksi yang dilakukan oleh
Bank Indonesia dalam rangka kegiatan Operasi Moneter, Fasilitas
Pendanaan, transaksi SBN untuk dan atas nama pemerintah dan/atau
transaksi lainnya melalui BI-SSSS.
14. Penatausahaan Surat Berharga adalah kegiatan yang mencakup
pencatatan kepemilikan, kliring dan setelmen serta pembayaran kupon
(bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga.
15. Penyelenggara BI-SSSS yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah
pihak pengelola BI-SSSS yang menyelenggarakan kegiatan Transaksi
Dengan Bank Indonesia dan penatausahaannya serta Penatausahaan
Surat Berharga.
16. Peserta BI-SSSS yang selanjutnya disebut Peserta adalah pengguna BI-
SSSS yang memenuhi persyaratan dan/atau disetujui oleh Bank
Indonesia ...
4
Indonesia untuk melakukan kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia
dan/atau Penatausahaan Surat Berharga.
17. Peserta Lelang SBN adalah Bank dan/atau lembaga keuangan lain yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai dealer utama untuk dapat ikut
serta dalam lelang SBN.
18. Central Registry adalah Bank Indonesia yang melakukan fungsi
Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan Peserta yang memiliki
rekening Surat Berharga di BI-SSSS.
19. Sub Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan
kustodian yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia
melakukan fungsi Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan
nasabah.
20. Setelmen Surat Berharga adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan
rekening Surat Berharga melalui BI-SSSS dalam rangka penatausahaan
Transaksi Dengan Bank Indonesia dan Penatausahaan Surat Berharga.
21. Setelmen Dana adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan rekening
giro dan/atau rekening lainnya di Bank Indonesia melalui Sistem BI -
RTGS dalam rangka penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia
dan Penatausahaan Surat Berharga melalui BI-SSSS.
22. Delivery Versus Payment yang selanjutnya disebut DVP adalah setelmen
transaksi Surat Berharga dengan cara Setelmen Surat Berharga dilakukan
bersamaan dengan Setelmen Dana.
23. Free of Payment yang selanjutnya disebut FoP adalah setelmen transaksi
Surat Berharga dengan cara Setelmen Surat Berharga dilakukan melalui
BI-SSSS, sedangkan Setelmen Dana dilakukan tidak secara bersamaan
dengan Setelmen Surat Berharga atau tanpa Setelmen Dana.
24. Rekening Surat Berharga adalah rekening milik Peserta tertentu di BI-
SSSS untuk mencatat kepemilikan Surat Berharga dan/atau Instrumen
Operasi Moneter.
25. Rekening ...
5
25. Rekening Giro adalah rekening dalam mata uang Rupiah yang
ditatausahakan di Bank Indonesia yang digunakan dalam rangka
pelaksanaan BI-SSSS.
26. Bank Pembayar adalah Bank peserta Sistem BI-RTGS yang ditunjuk
sebagai Bank untuk melakukan pembayaran dan/atau penerimaan dana
oleh Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS.
27. Keadaan Tidak Normal adalah situasi atau kondisi yang terjadi sebagai
akibat adanya gangguan atau kerusakan pada perangkat keras, perangkat
lunak, jaringan komunikasi, aplikasi maupun sarana pendukung BI-
SSSS yang mempengaruhi kelancaran penyelenggaraan BI-SSSS.
28. Keadaan Darurat (force majeure) adalah situasi atau kondisi yang terjadi
sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kelancaran pelaksanaan BI-SSSS dan
terjadi di luar kekuasaan serta kemampuan Penyelenggara dan/atau
Peserta sehingga BI-SSSS tidak dapat dioperasikan sebagaimana
mestinya, yang meliputi antara lain bencana alam, kebakaran,
pemogokan, huru-hara, pemberontakan, sabotase, perang dan/atau
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
29. Fasilitas Guest Bank adalah fasilitas BI-SSSS di lokasi Penyelenggara
yang disediakan bagi Peserta sebagai cadangan dalam hal Keadaan Tidak
Normal dan/atau Keadaan Darurat yang menyebabkan Peserta tidak
dapat mempergunakan BI-SSSS di lokasi Peserta.
30. Perjanjian Penggunaan BI-SSSS antara Penyelenggara dan Peserta yang
selanjutnya disebut Perjanjian adalah kesepakatan tertulis antara
Penyelenggara dengan Peserta yang memuat hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
31. Authenticator Text adalah suatu sarana pengaman (security) dan
berfungsi sebagai test key dengan masa berlaku selama periode tertentu,
yang menghubungkan BI-SSSS antara Peserta dengan Penyelenggara.
32. Administrative ...
6
32. Administrative Messages adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dari Penyelenggara kepada Peserta atau
sebaliknya atau antar Peserta.
II. Penyelenggaraan BI-SSSS
A. Tujuan Penyelenggaraan BI-SSSS
Penyelenggaraan BI-SSSS memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan Transaksi
Dengan Bank Indonesia dan penatausahannya serta Penatausahaan
Surat Berharga.
2. Menyediakan sarana setelmen transaksi Surat Berharga yang aman,
akurat, terpercaya, dan cepat bagi Bank dan pelaku pasar lainnya
untuk mengurangi resiko setelmen.
3. Menyediakan informasi transaksi, setelmen transaksi Surat
Berharga dan informasi lainnya dalam rangka mendukung
pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dan
pengelolaan SBN oleh pemerintah.
B. Organisasi Penyelenggara
1. Penyelenggara adalah Bank Indonesia.
2. Bank Indonesia cq. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP) melakukan pengelolaan operasional BI-SSSS,
Penatausahaan Surat Berharga, transaksi FLI/ FLIS, setelmen
transaksi FLI/FLIS.
3. Bank Indonesia cq. Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM)
menyelenggarakan kegiatan :
a. Transaksi Dengan Bank Indonesia kecuali Fasilitas Pendanaan
yang berupa Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) / Fasilitas
Likuiditas Intrahari berdasarkan prinsip Syariah (FLIS) ; dan
b. setelmen Transaksi Dengan Bank Indonesia kecuali setelmen
SBN ...
7
SBN dan setelmen Fasilitas Pendanaan yang berupa
FLI/FLIS.
C. Tugas dan Wewenang Penyelenggara
1. Pengelolaan Operasional BI-SSSS
Dalam pengelolaan operasional BI-SSSS, Penyelenggara memiliki
tugas dan wewenang antara lain sebagai berikut :
a. Menyediakan dan menjaga sarana dan prasarana, dalam
rangka kelancaran penyelenggaraan BI-SSSS;
b. Menetapkan ketentuan dan prosedur operasional BI-SSSS
dalam keadaan normal;
c. Memberlakukan prosedur dan rencana mengatasi Keadaan
Darurat (contingency plan) dalam hal terjadi Keadaan Tidak
Normal dan/atau Keadaan Darurat (force majeure);
d. Menetapkan waktu operasional penyelenggaraan BI-SSSS;
e. Menetapkan, mengenakan dan mengubah biaya penggunaan
BI-SSSS;
f. Melakukan pengawasan terhadap Peserta atas penggunaan
BI-SSSS;
g. Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta; dan
h. Melakukan perubahan status kepesertaan.
2. Kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia
Dalam kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia, Penyelenggara
memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan transaksi (lelang/non lelang) untuk dan
atas nama Bank Indonesia dan pihak lain yaitu pemerintah cq.
Kementerian Keuangan dan/atau lembaga lain sesuai
persetujuan ...
8
persetujuan Bank Indonesia.
b. Menyelenggarakan transaksi (lelang/non lelang) sesuai
persyaratan dan/atau ketentuan yang ditetapkan oleh pihak-
pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a.
3. Kegiatan Penatausahaan
Dalam kegiatan penatausahaan yang terdiri dari penatausahaan
Transaksi Dengan Bank Indonesia dan Penatausahaan Surat
Berharga, Penyelenggara melakukan tugas dan wewenang dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Setelmen
1) Penyelenggara melakukan setelmen Transaksi Dengan
Bank Indonesia dan setelmen transaksi Surat Berharga di
pasar sekunder antar Peserta.
2) Pelaksanaan setelmen dilakukan secara DVP atau FoP.
3) Dalam kegiatan setelmen sebagaimana dimaksud pada
angka 1), Penyelenggara berwenang mendebet Rekening
Giro dan/atau Rekening Surat Berharga Peserta.
4) Setelmen hanya dapat dilakukan apabila saldo pada
Rekening Giro dan/atau Rekening Surat Berharga
Peserta mencukupi untuk pelaksanaan setelmen.
5) Pelaksanaan setelmen yang telah dilakukan di BI-SSSS
atas beban Rekening Giro dan/atau Rekening Surat
Berharga Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 4),
bersifat final dan tidak dapat dibatalkan.
6) Penyelenggara melakukan pengenaan sanksi kewajiban
membayar kepada peserta Operasi Moneter yang gagal
melakukan ...
9
melakukan setelmen karena saldo pada Rekening Surat
Berharga dan/atau saldo pada Rekening Giro tidak
mencukupi.
7) Penyelenggara melakukan prosedur penyelesaian Surat
Berharga sesuai ketentuan terkait mengenai Operasi
Moneter, Fasilitas Pendanaan, dan/atau transaksi SBN
untuk dan atas nama pemerintah.
8) Penyelenggara berwenang untuk melakukan early
termination dengan tidak meneruskan setelmen transaksi
kedua (second leg) atas transaksi Surat Berharga di pasar
sekunder antar Peserta yang memiliki dua proses
setelmen yaitu antara lain transaksi repo, agunan
(pledge), dan pinjam meminjam Surat Berharga
(securities borrowing and lending).
9) Pelaksanaan early termination oleh Penyelenggara
sebagaimana dimaksud pada angka 8) dilakukan
berdasarkan permintaan salah satu Peserta yang
bertransaksi, keputusan lembaga pengawas yang
berwenang, keputusan pengadilan dan/atau lembaga
arbitrase yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
b. Pencatatan Kepemilikan (Registrasi)
1) Penyelenggara melakukan pencatatan atau perubahan
pencatatan kepemilikan Surat Berharga/Instrumen
Operasi Moneter dan penatausahaan agunan atas
Fasilitas Pendanaan pada Rekening Surat Berharga
Peserta berdasarkan pelaksanaan setelmen sebagaimana
dimaksud pada huruf a.
2) Penyelenggara menyediakan informasi terkait pencatatan
kepemilikan ...
10
kepemilikan Surat Berharga.
c. Pelaksanaan Pembayaran
1) Penyelenggara melakukan pembayaran kupon (bunga)
atau imbalan, serta pelunasan pokok/nominal Surat
Berharga, Instrumen Operasi Moneter kepada Peserta
pemilik Surat Berharga.
2) Dalam kegiatan pembayaran sebagaimana dimaksud
pada angka 1), Penyelenggara berwenang mendebet
Rekening Giro Peserta yang menjadi penerbit Surat
Berharga/Instrumen Operasi Moneter.
D. Waktu Operasional BI-SSSS
1. Hari dan Jam Operasional BI-SSSS
a. Penyelenggara menetapkan operasional BI-SSSS yang
mencakup hari dan jam operasional.
b. Penyelenggara menetapkan operasional BI-SSSS setiap hari
kerja, kecuali ditetapkan lain.
c. Jam operasional BI-SSSS mengikuti jam operasional
Sistem BI-RTGS kecuali cut-off BI-SSSS yang dilakukan
lebih awal dari cut-off Sistem BI-RTGS.
d. Jam operasional sebagaimana dimaksud pada huruf c diatur
dengan ketentuan sebagai berikut:
BI-SSSS BI-RTGS
System opening Pukul 06.30 WIB Pukul 06.30 WIB
Cut-off warning Pukul 17.00 WIB Pukul 17.00 WIB
BI-SSSS ...
11
BI-SSSS BI-RTGS
Pre-cut off Pukul 18.00 WIB Pukul 18.00 WIB
Cut-off Pukul 18.30 WIB Pukul 19.00 WIB
e. Jam operasional BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada huruf
d berlaku dalam kondisi normal dan dapat diubah oleh
Penyelenggara sebagaimana diatur lebih lanjut pada angka 2.
f. Dalam hal hari operasional BI-SSSS ditetapkan lain dan/atau
jam operasional BI-SSSS diubah, Penyelenggara
memberitahukan hal tersebut kepada seluruh Peserta melalui
sarana BI-SSSS (Administrative Messages) dan/atau sarana
informasi lainnya.
2. Perubahan Jam Operasional BI-SSSS
a. Jam operasional BI-SSSS dapat diubah oleh Penyelenggara
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1) Berdasarkan kebijakan Penyelenggara
a) Perubahan jam operasional berdasarkan kebijakan
Penyelenggara dapat berupa perpanjangan atau
pengurangan jam operasional.
b) Penyelenggara dapat melakukan perubahan jam
operasional termasuk window time transaksi.
c) Perubahan jam operasional sebagaimana dimaksud
pada huruf a) dan huruf b) dapat dilakukan
berdasarkan pertimbangan antara lain:
(1) adanya gangguan pada BI-SSSS dan/atau
Sistem BI-RTGS; dan/atau
(2) adanya ...
12
(2) adanya kebijakan Penyelenggara yang
menyebabkan perubahan jam operasional.
2) Berdasarkan permintaan Peserta
a) Perubahan jam operasional berdasarkan permintaan
Peserta hanya dapat berupa perpanjangan jam
operasional.
b) Perpanjangan jam operasional dapat dilakukan
berdasarkan kebutuhan penambahan jam
operasional untuk melaksanakan Setelmen Surat
Berharga.
c) Perpanjangan jam operasional sebagaimana
dimaksud pada huruf b) dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut :
(1) Bagi Peserta yang juga peserta Sistem BI-
RTGS
Pengajuan permohonan dilakukan secara
tertulis kepada penyelenggara Sistem BI-
RTGS sesuai ketentuan mengenai Sistem BI-
RTGS yang berlaku.
(2) Bagi Peserta Sub Registry
Pengajuan permohonan dilakukan oleh Bank
Pembayar yang telah ditunjuk oleh Peserta
Sub Registry kepada penyelenggara Sistem
BI-RTGS sesuai ketentuan mengenai Sistem
BI-RTGS yang berlaku.
d) Perpanjangan jam operasional BI-SSSS atas
permintaan Peserta dikenakan biaya sesuai
ketentuan ...
13
ketentuan mengenai Sistem BI-RTGS.
E. Biaya Penggunaan BI-SSSS
Penyelenggara mengenakan biaya terhadap Peserta atas penggunaan BI-
SSSS dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jenis Biaya
Jenis biaya dalam penggunaan BI-SSSS terdiri dari:
a. Biaya Transaksi Dengan Bank Indonesia, yaitu biaya
pengajuan Transaksi Dengan Bank Indonesia yang dilakukan
Peserta, termasuk pengajuan dalam hal terdapat pembatalan
transaksi (cancellation) dan/atau perubahan (amendment).
b. Biaya setelmen, yang terdiri dari :
1) biaya setelmen atas Transaksi Dengan Bank Indonesia;
dan
2) biaya setelmen atas transaksi Surat Berharga di pasar
sekunder antar Peserta.
c. Biaya permohonan informasi kepada Penyelenggara dan biaya
pengiriman Administrative Messages.
d. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank.
2. Penetapan Biaya Transaksi, Setelmen dan Permohonan Informasi
Penetapan besarnya biaya untuk jenis biaya sebagaimana dimaksud
pada butir 1.a, huruf b dan huruf c, diatur sebagai berikut:
a. Besarnya biaya dapat dibedakan berdasarkan jam operasional
pengajuan transaksi, pelaksanaan setelmen dan/atau
permohonan informasi yaitu jam normal dan jam sibuk (peak
hour).
b. Pembagian ...
14
b. Pembagian jam transaksi dengan window time sesuai
ketentuan sebagai berikut :
1) Jam normal adalah periode dari jam pembukaan
transaksi sampai dengan pre-closing; dan
2) peak hour adalah periode dari pre-closing sampai
dengan closing.
c. Pembagian jam operasional untuk pelaksanaan Setelmen Surat
Berharga dan permohonan informasi sesuai ketentuan sebagai
berikut :
1) Jam normal adalah periode dari jam pembukaan
BI-SSSS sampai dengan sebelum pukul 15.00 WIB; dan
2) peak hour adalah periode dari pukul 15.00 WIB sampai
dengan cut-off BI-SSSS.
3. Penetapan Biaya Fasilitas Guest Bank
Penetapan biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank sebagaimana
dimaksud pada butir 1.d, diatur sebagai berikut:
a. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank dihitung berdasarkan
durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank yang mengacu pada
waktu sistem start-up sampai dengan sistem shut-down.
b. Durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank dihitung ber-
dasarkan akumulasi penggunaan Fasilitas Guest Bank dalam 1
(satu) hari dengan pembulatan waktu 1 (satu) jam ke atas
sebagaimana contoh perhitungan dalam Lampiran 1.
c. Dalam hal terjadi gangguan jaringan internal di Bank
Indonesia pada saat penggunaan Fasilitas Guest Bank,
Penyelenggara dapat menyesuaikan durasi penggunaan
Fasilitas ...
15
Fasilitas Guest Bank.
d. Dalam hal terjadi Keadaan Darurat, Penyelenggara dapat
membebaskan biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank
terhadap Peserta.
4. Biaya
a. Biaya BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan
angka 3 ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
1. Dalam hal terdapat perubahan biaya, Penyelenggara
mengumumkan perubahan dimaksud kepada Peserta melalui
Administrative Messages dan/atau sarana lainnya.
b. Bank Indonesia dapat menentukan lain pengenaan biaya BI-
SSSS bagi Kementerian Keuangan atau lembaga lainnya yang
disetujui Bank Indonesia menjadi Peserta.
5. Perhitungan dan Pembebanan Biaya
Perhitungan dan pembebanan biaya penggunaan BI-SSSS oleh
Penyelenggara kepada Peserta diatur sebagai berikut :
a. Perhitungan jumlah biaya dilakukan oleh Penyelenggara pada
setiap akhir hari untuk masing-masing Peserta.
b. Penyelenggara membebankan biaya sebagaimana dimaksud
pada huruf a pada 1 (satu) hari kerja berikutnya, dengan
mendebet Rekening Giro Peserta atau Bank Pembayar yang
ditunjuk Peserta.
6. Pembebanan Biaya oleh Peserta Kepada Nasabah
Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan Transaksi
Dengan Bank Indonesia dan Penatausahaan Surat Berharga melalui
BI-SSSS, Peserta dapat mengenakan biaya kepada nasabah dengan
ketentuan ...
16
ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta mengenakan biaya kepada nasabah dalam jumlah
yang wajar.
b. Peserta mengumumkan besarnya biaya penggunaan BI-SSSS
yang ditetapkan Penyelenggara dan besarnya biaya
penggunaan BI-SSSS yang dibebankan oleh Peserta kepada
nasabah.
c. Pengumuman sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan
secara tertulis di setiap kantor Peserta pada tempat yang
mudah dilihat oleh nasabah.
F. Pembebasan Tanggung Jawab Penyelenggara
Peserta membebaskan Penyelenggara dari tuntutan kerugian yang timbul
dan/atau yang akan timbul yang dialami Peserta atau pihak ketiga akibat
terlambat atau tidak terlaksananya transaksi, setelmen transaksi Surat
Berharga, pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai
pokok/nominal Surat Berharga dan/atau sebab lainnya yang timbul.
Keterlambatan atau tidak terlaksananya transaksi, Setelmen Surat
Berharga, pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai
pokok/nominal Surat Berharga dimaksud disebabkan antara lain oleh:
1. pengiriman Transaksi Dengan Bank Indonesia dan/atau instruksi
setelmen transaksi Surat Berharga oleh Peserta kepada
Penyelenggara dilakukan oleh pejabat yang tidak berwenang;
2. kesalahan data Transaksi Dengan Bank Indonesia dan/atau instruksi
setelmen Surat Berharga yang dikirimkan oleh Peserta kepada
Penyelenggara;
3. gangguan jaringan komunikasi dan/atau sistem pada Peserta yang
mengakibatkan penolakan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan
keterlambatan ...
17
keterlambatan setelmen transaksi Surat Berharga;
4. ketidakmampuan atau keterlambatan pengisian dana oleh Peserta
sebagai penerbit Surat Berharga pada Rekening Giro yang
mengakibatkan tidak terbayar atau terlambatnya pembayaran kupon
(bunga) atau imbalan dan pelunasan pokok/nominal Surat Berharga
pada saat jatuh waktu kepada Peserta pemilik Surat Berharga;
5. early termination oleh Penyelenggara yang dilakukan melalui BI-
SSSS sebagaimana dimaksud pada butir C.3.a.8); dan
6. Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat baik yang
dialami oleh Penyelenggara maupun Peserta.
III. Kepesertaan
A. Jenis Peserta
1. Pihak-pihak yang dapat menjadi Peserta adalah :
a. Bank Indonesia;
b. Kementerian Keuangan;
c. Bank;
d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
e. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing;
f. Perusahaan Efek;
g. Pialang pasar modal; atau
h. Lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia.
2. Berdasarkan fungsi Peserta, pihak-pihak sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Penerbit Surat Berharga, yaitu Bank Indonesia, Kementerian
Keuangan, dan/atau lembaga lain yang disetujui oleh Bank
Indonesia ...
18
Indonesia;
b. Peserta Operasi Moneter, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
c. Lembaga perantara dalam kegiatan Operasi Moneter;
d. Peserta Fasilitas Pendanaan, yaitu Bank;
e. Peserta Lelang SBN, yaitu Bank dan Perusahaan Efek yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai Dealer Utama,
Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia.
f. Pemilik Rekening Surat Berharga di Central Registry, antara
lain Kementerian Keuangan, Bank, Sub Registry dan lembaga
lain yang disetujui oleh Bank Indonesia.
3. Berdasarkan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS, pihak-pihak
sebagaimana dimaksud pada angka 2 dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Peserta Sistem BI-RTGS
Peserta Sistem BI-RTGS adalah Peserta pemilik Rekening
Giro untuk pelaksanaan Setelmen Dana dan/atau pembayaran
kewajiban lainnya terkait dengan Transaksi Dengan Bank
Indonesia dan penatausahaan melalui BI-SSSS.
b. Bukan Peserta Sistem BI-RTGS
Bukan peserta Sistem BI-RTGS adalah Peserta yang tidak
memiliki Rekening Giro sehingga pelaksanaan Setelmen Dana
dan/atau pembayaran kewajiban lainnya dilakukan melalui
Bank Pembayar.
4. Berdasarkan tipe kepesertaan di BI-SSSS, Peserta dapat dibedakan
menjadi:
a. Peserta ...
19
a. Peserta Langsung (Principal Member)
Peserta Langsung (Principal Member) adalah Peserta yang
dapat melakukan koneksi secara langsung ke sistem
Penyelenggara.
b. Peserta Tidak Langsung (Subsidiary Member)
Peserta Tidak Langsung (Subsidiary Member) adalah Peserta
tambahan dari Peserta Langsung yang melakukan koneksi ke
sistem Penyelenggara melalui Peserta Langsung.
B. Persyaratan Menjadi Peserta
Pihak-pihak yang menjadi Peserta harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Memiliki sarana dan prasarana sesuai persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2.
2. Berdasarkan jenis Peserta, calon Peserta harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Telah menjadi peserta dalam Sistem BI-RTGS, dalam hal
calon Peserta adalah Bank;
b. Telah disetujui oleh Bank Indonesia menjadi Sub Registry,
dalam hal calon Peserta adalah Sub Registry;
c. Telah mengajukan permohonan menjadi Peserta Lelang SBN/
telah ditunjuk menjadi Dealer Utama/ ditetapkan sebagai
Peserta Lelang SBN, dalam hal calon Peserta adalah Bank,
Perusahaan Efek atau lembaga lain yang dapat menjadi
Peserta Lelang SBN; dan/atau
d. Telah disetujui oleh Bank Indonesia menjadi Perusahaan
Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing, dalam hal calon
Peserta ...
20
Peserta adalah Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan
Valuta Asing.
3. Bagi calon Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS antara lain
Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing,
Perusahaan Efek, pialang pasar modal dan/atau Sub Registry harus
menunjuk Bank Pembayar dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Penunjukan Bank Pembayar dilakukan dalam rangka :
1) Pembebanan biaya BI-SSSS;
2) Pembebanan sanksi kewajiban membayar atas
pelanggaran ketentuan Bank Indonesia, antara lain
ketentuan mengenai Operasi Moneter;
3) Setelmen Dana atas transaksi Surat Berharga; dan/atau
4) Penerimaan pembayaran kupon (bunga) atau imbalan
dan nilai pokok/nominal Surat Berharga pada saat jatuh
waktu.
b. Bank Pembayar yang ditunjuk harus memberikan konfirmasi
penunjukan sebagai Bank Pembayar sebagaimana contoh
dalam Lampiran 3 kepada Penyelenggara melalui calon
Peserta.
c. Bagi calon Peserta Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah
dan Valuta Asing, Perusahaan Efek dan pialang pasar modal
harus menunjuk 1 (satu) Bank Pembayar guna pembebanan
biaya BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1).
d. Bagi calon Peserta Sub Registry harus menunjuk Bank
Pembayar dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Calon Peserta Sub Registry harus menunjuk 1 (satu)
Bank ...
21
Bank Pembayar dalam rangka :
a) pembebanan biaya BI-SSSS;
b) pelaksanaan Setelmen Dana atas transaksi Surat
Berharga;
c) pembebanan sanksi kewajiban membayar atas
pelanggaran ketentuan Bank Indonesia; dan
d) penerimaan pembayaran kupon (bunga) atau
imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga
pada saat jatuh waktu,
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
e. Calon Peserta Sub Registry dapat memilih paling banyak 9
(sembilan) Bank Pembayar lainnya dalam rangka Setelmen
Dana atas transaksi Surat Berharga sebagaimana dimaksud
pada butir a.2) untuk kepentingan nasabah.
f. Dalam hal Bank Pembayar ditunjuk untuk melaksanakan
Setelmen Dana sebagaimana dimaksud pada butir a.2), Bank
Pembayar dimaksud melakukan pengelolaan data batas
Setelmen Dana (settlement limit) bagi Peserta yang menunjuk.
4. Bank Indonesia dapat menentukan lain persyaratan bagi lembaga
lain yang disetujui Bank Indonesia menjadi Peserta.
C. Prosedur Permohonan Menjadi Peserta
1. Peserta Sistem BI-RTGS
a. Calon Peserta sebagai peserta Sistem BI-RTGS yang juga
berfungsi sebagai peserta Operasi Moneter, Peserta Lelang
SBN dan/atau pemilik Rekening Surat Berharga di Central
Registry mengajukan surat permohonan, sebagaimana contoh
dalam ...
22
dalam Lampiran 4, kepada Penyelenggara dengan alamat
sebagai berikut:
Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran cq. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D, Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
b. Calon Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) harus menyampaikan
tembusan permohonan tersebut kepada Kantor Bank
Indonesia (KBI) setempat.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a harus
dilengkapi dengan :
1) Informasi Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran
5;
2) fotokopi Anggaran Dasar perusahaan dan perubahannya;
3) fotokopi akta notaris yang memuat susunan pengurus
perusahaan terakhir; dan
4) fotokopi surat permohonan menjadi Peserta Lelang SBN
atau penunjukan sebagai Dealer Utama oleh Menteri
Keuangan bagi Peserta Lelang SBN. Dalam hal calon
Peserta belum dapat melampirkan surat penunjukan
sebagai Dealer Utama oleh Menteri Keuangan, calon
Peserta dimaksud harus menyampaikan surat
penunjukan tersebut kepada Penyelenggara segera
setelah menerima surat penunjukan dimaksud.
d. Peserta harus menyampaikan dokumen pendukung
sebagaimana ...
23
sebagaimana dimaksud pada huruf c secara lengkap dan
benar.
e. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat melakukan
kunjungan ke lokasi calon Peserta guna melakukan
pengecekan pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada butir B.1.
f. Berdasarkan surat permohonan dan dokumen pendukung serta
hasil pengecekan ke lokasi calon Peserta, Penyelenggara
menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan atau
penolakan kepada calon Peserta.
g. Dalam hal permohonan calon Peserta tidak disetujui, surat
pemberitahuan penolakan oleh Penyelenggara sebagaimana
dimaksud pada huruf f disertai keterangan mengenai alasan
tidak disetujuinya permohonan calon Peserta dimaksud.
h. Calon Peserta yang telah disetujui sebagai Peserta
menyampaikan Perjanjian kepada Penyelenggara sebagaimana
contoh dalam Lampiran 6 yang telah ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang dalam rangkap 2 (dua).
i. Dalam hal calon Peserta adalah Bank yang memiliki kegiatan
usaha secara konvensional, Unit Usaha Syariah (UUS),
dan/atau Sub Registry, maka Perjanjian sebagaimana
dimaksud pada huruf h dibuat secara terpisah.
j. Peserta menerima 1 (satu) eksemplar Perjanjian yang telah
ditandatangani oleh pejabat Bank Indonesia yang berwenang.
k. Penyelenggara melakukan instalasi aplikasi BI-SSSS dan
memberikan Petunjuk Pemakaian BI-SSSS kepada Peserta.
l. Penyelenggara memberikan pelatihan penggunaan BI-SSSS
kepada ...
24
kepada petugas Peserta.
m. Dalam hal calon Peserta yang telah menerima surat
pemberitahuan persetujuan, sebagaimana dimaksud pada
huruf f, tidak menyampaikan Perjanjian dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal surat persetujuan maka persetujuan
sebagai Peserta dianggap batal dan permohonan sebagai
Peserta harus diajukan ulang.
2. Sub Registry
a. Calon Peserta yang telah disetujui oleh Bank Indonesia
menjadi Sub Registry mengajukan surat permohonan,
sebagaimana contoh dalam Lampiran 4, kepada
Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud pada
butir C.1.a.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
harus dilengkapi dengan :
1) Informasi Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran
5;
2) fotokopi perubahan Anggaran Dasar perusahaan dan
akta notaris yang memuat susunan pengurus perusahaan
dalam hal terdapat perubahan setelah persetujuan
permohonan sebagai Sub Registry;
3) surat konfirmasi Bank Pembayar sebagaimana contoh
dalam Lampiran 3; dan
4) fotokopi surat persetujuan menjadi Sub Registry dari
Bank Indonesia.
c. Sub Registry harus menyampaikan dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada huruf b secara lengkap dan
benar ...
25
benar.
d. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat melakukan
kunjungan ke lokasi Sub Registry guna melakukan
pengecekan pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada butir B.1.
e. Berdasarkan surat permohonan dan dokumen pendukung serta
hasil pengecekan ke lokasi Sub Registry, Penyelenggara
menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan atau
penolakan kepada Sub Registry.
f. Dalam hal permohonan tidak disetujui, surat pemberitahuan
penolakan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
huruf e disertai keterangan mengenai alasan tidak disetujuinya
permohonan calon Peserta dimaksud.
g. Sub Registry yang telah disetujui sebagai Peserta
menyampaikan Perjanjian kepada Penyelenggara sebagaimana
contoh dalam Lampiran 6 yang telah ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang dalam rangkap 2 (dua).
h. Sub Registry menerima 1 (satu) eksemplar Perjanjian yang
telah ditandatangani oleh pejabat Bank Indonesia yang
berwenang.
i. Sub Registry yang memilih menjadi Peserta Langsung
(Principal Member) dan telah disetujui menjadi Peserta
menyerahkan data Authenticator Text 1, 2 dan 3 kepada
Penyelenggara sesuai prosedur pengelolaan data
Authenticator Text sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran 7.
j. Penyelenggara melakukan instalasi aplikasi BI-SSSS dan
memberikan ...
26
memberikan Petunjuk Pemakaian BI-SSSS kepada Sub
Registry.
k. Penyelenggara memberikan pelatihan penggunaan BI-SSSS
kepada petugas Sub Registry.
l. Dalam hal calon Peserta yang telah menerima surat
pemberitahuan persetujuan sebagaimana dimaksud pada
huruf e, tidak menyampaikan Perjanjian dalam jangka waktu
1 (satu) bulan sejak tanggal surat persetujuan maka
persetujuan sebagai Peserta dianggap batal dan permohonan
sebagai Peserta harus diajukan ulang.
3. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing dan
Perusahaan Efek
a. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing dan
Perusahaan Efek mengajukan surat permohonan sebagaimana
contoh dalam Lampiran 4, kepada Penyelenggara dengan
alamat sebagaimana dimaksud pada butir C.1.a.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
harus dilengkapi dengan :
1) Informasi Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran
5;
2) fotokopi Anggaran Dasar perusahaan dan perubahannya;
3) fotokopi akta notaris yang memuat susunan pengurus
perusahaan terakhir;
4) surat konfirmasi Bank Pembayar sebagaimana contoh
dalam Lampiran 3; dan/atau
5) fotokopi surat permohonan menjadi Peserta Lelang SBN
atau ...
27
atau penunjukan sebagai Dealer Utama oleh Menteri
Keuangan bagi Peserta Lelang SBN. Dalam hal calon
Peserta belum dapat melampirkan surat penunjukan
sebagai Dealer Utama oleh Menteri Keuangan, calon
Peserta dimaksud harus menyampaikan surat
penunjukan tersebut kepada Penyelenggara segera
setelah menerima surat penunjukan dimaksud.
6) fotokopi surat persetujuan menjadi Perusahaan Pialang
Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing dari Bank
Indonesia bagi Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah
dan Valuta Asing.
c. Peserta harus menyampaikan dokumen pendukung seba-
gaimana dimaksud pada huruf b secara lengkap dan benar.
d. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat melakukan
kunjungan ke lokasi calon Peserta guna melakukan
pengecekan pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada butir B.1.
e. Berdasarkan surat permohonan dan dokumen pendukung serta
hasil pengecekan ke lokasi calon Peserta, Penyelenggara
menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan atau
penolakan kepada calon Peserta.
f. Dalam hal surat permohonan atau persetujuan sebagaimana
dimaksud pada butir b.5) ditolak atau dicabut oleh Menteri
Keuangan, Penyelenggara membatalkan surat persetujuan
sebagaimana dimaksud pada huruf e.
g. Dalam hal permohonan tidak disetujui, surat pemberitahuan
penolakan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
huruf e, disertai keterangan mengenai alasan tidak
disetujuinya ...
28
disetujuinya permohonan calon Peserta dimaksud.
h. Calon Peserta yang telah disetujui sebagai Peserta
menyampaikan Perjanjian kepada Penyelenggara sebagaimana
contoh dalam Lampiran 6 yang telah ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang dalam rangkap 2 (dua).
i. Calon Peserta menerima 1 (satu) eksemplar Perjanjian yang
telah ditandatangani oleh pejabat Bank Indonesia yang
berwenang.
j. Calon Peserta sebagai Peserta Langsung (Principal Member)
yang telah disetujui menjadi Peserta menyerahkan data
Authenticator Text 1,2 dan 3 kepada Penyelenggara sesuai
prosedur pengelolaan data Authenticator Text sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran 7.
k. Penyelenggara melakukan instalasi aplikasi BI-SSSS dan
memberikan Petunjuk Pemakaian BI-SSSS kepada Peserta.
l. Penyelenggara memberikan pelatihan penggunaan BI-SSSS
kepada petugas Peserta.
m. Dalam hal calon Peserta yang telah menerima surat
pemberitahuan persetujuan sebagaimana dimaksud pada
huruf e, tidak menyampaikan Perjanjian dalam jangka waktu
1 (satu) bulan sejak tanggal surat persetujuan maka
persetujuan sebagai Peserta dianggap batal dan permohonan
sebagai Peserta harus diajukan ulang.
4. Kementerian Keuangan
Prosedur menjadi Peserta bagi Kementerian Keuangan dapat
disepakati tersendiri antara Bank Indonesia sebagai Penyelenggara
dengan Kementerian Keuangan sebagai Peserta.
5. Lembaga ...
29
5. Lembaga Lain
a. Lembaga lain yang ingin menjadi Peserta dan memiliki fungsi
Peserta sebagaimana butir A.2, mengajukan surat permohonan
kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud
pada butir C.1.a.
b. Setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, calon
Peserta harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada butir B.1 dan/atau prosedur administrasi yang
ditetapkan oleh Penyelenggara.
D. Kewajiban Peserta
1. Peserta wajib :
a. menjaga kelancaran dan keamanan dalam penggunaan BI-
SSSS;
b. bertanggung jawab atas kebenaran transaksi, instruksi
transaksi dan/atau setelmen, serta seluruh informasi yang
dikirim Peserta kepada Penyelenggara melalui BI-SSSS;
c. memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan terkait;
dan
d. memenuhi Perjanjian maupun kesepakatan tertulis antar
Peserta (Bye-Laws) dengan tetap mengacu kepada Surat
Edaran Bank Indonesia ini.
2. Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada
angka 1, Peserta melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. memelihara sistem dan menjaga keamanan BI-SSSS sesuai
dengan standar pemeliharaan dan keamanan minimum;
b. menyediakan prosedur tertulis dalam pelaksanaan operasional
BI-SSSS ...
30
BI-SSSS;
c. menyediakan prosedur dan sistem cadangan (back-up) untuk
menjamin kelangsungan operasional BI-SSSS dalam Keadaan
Tidak Normal atau Keadaan Darurat; dan
d. memenuhi prosedur administrasi terkait penggunaan BI-SSSS
antara lain dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
(1) Pengkinian Data atau Informasi
Peserta melakukan perubahan data atau informasi yang
telah disampaikan kepada Penyelenggara dengan
prosedur sebagai berikut:
a) Peserta menyampaikan perubahan data atau
informasi dengan menggunakan formulir Informasi
Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran 5.
b) Perubahan data atau informasi dimaksud
disampaikan kepada Penyelenggara paling lambat
1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif
berlakunya perubahan dimaksud.
(2) Pengelolaan Data Batas Setelmen Dana (Settlement
Limit)
Peserta yang ditunjuk sebagai Bank Pembayar oleh
Sub Registry melakukan input dan pengkinian data batas
Setelmen Dana (settlement limit) pada BI-SSSS.
(3) Pengelolaan Data Batas Paling Tinggi Nominal
Penawaran (Broker Bidding Limit)
Peserta yang menunjuk Peserta lain sebagai perantara
(broker) dalam rangka pelaksanaan penawaran transaksi,
melakukan ...
31
melakukan input dan pengkinian data broker bidding
limit pada BI-SSSS.
(4) Pengelolaan Data Authenticator Text
Peserta Langsung dan Peserta yang bukan peserta
Sistem BI-RTGS melakukan pengelolaan data
Authenticator Text pada BI-SSSS.
Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 sesuai
prosedur dalam Pedoman Penyelenggaraan BI-SSSS sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran 7.
E. Status dan Prosedur Perubahan Status Kepesertaan
1. Jenis Status Peserta
a. Status kepesertaan BI-SSSS terdiri dari :
1) Aktif ( active)
Peserta dengan status aktif dapat melakukan seluruh
kegiatan sesuai dengan jenis dan fungsi Peserta.
2) Dibekukan (freeze)
Peserta dengan status dibekukan tidak dapat melakukan
kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan/atau
setelmen transaksi Surat Berharga, kecuali kegiatan
untuk memperoleh informasi yang terdapat dalam BI-
SSSS.
3) Ditutup (closed)
Peserta dengan status ditutup tidak dapat melakukan
seluruh kegiatan operasional BI-SSSS.
b. Status kepesertaan dibekukan sebagaimana dimaksud pada
butir a.2) dikecualikan bagi Peserta sebagai penerbit Surat
Berharga ...
32
Berharga dan Sub Registry.
2. Hubungan Status Kepesertaan BI-SSSS dengan Sistem BI-RTGS
Dalam hal Peserta adalah peserta Sistem BI-RTGS berlaku
ketentuan status kepesertaan BI-SSSS sebagai berikut :
a. Perubahan status Peserta menjadi dibekukan atau ditutup tidak
menyebabkan perubahan status kepesertaan pada Sistem
BI-RTGS.
b. Perubahan status peserta Sistem BI-RTGS menjadi dibekukan
atau ditutup menyebabkan perubahan status kepesertaan yang
sama pada BI-SSSS.
c. Perubahan status Peserta menjadi ditangguhkan (suspend)
pada Sistem BI-RTGS tidak menyebabkan perubahan status
kepesertaan pada BI-SSSS.
d. Dalam hal status kepesertaan pada BI-SSSS aktif dan status
kepesertaan pada Sistem BI-RTGS ditangguhkan (suspend),
Peserta tidak dapat melakukan setelmen pembelian Surat
Berharga secara DVP karena Setelmen Dana tidak dapat
dilakukan melalui Sistem BI-RTGS.
3. Prosedur Perubahan Status Kepesertaan
a. Penyebab Perubahan Status Kepesertaan
1) Perubahan status kepesertaan atas permintaan lembaga
yang berwenang melakukan pengawasan terhadap
Peserta.
a) Lembaga yang berwenang melakukan pengawasan
terhadap Peserta adalah :
(1) Bank Indonesia untuk pengawasan terhadap
Peserta ...
33
Peserta yang merupakan Bank, Perusahaan
Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing,
serta Sub Registry;
(2) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) untuk pengawasan
terhadap Peserta yang merupakan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) dan
Perusahaan Efek;
(3) Lembaga pengawas lain atau lembaga
pengawas sebagaimana dimaksud pada angka
(1) dan angka (2) untuk pengawasan terhadap
Peserta yang tidak termasuk pada angka (1)
dan angka (2).
b) Perubahan status kepesertaan dapat dilakukan dari:
(1) status aktif menjadi dibekukan atau
sebaliknya;
(2) status dibekukan menjadi ditutup; atau
(3) status aktif menjadi ditutup.
c) Perubahan status kepesertaan dapat diajukan oleh
lembaga yang berwenang melakukan pengawasan
terhadap Peserta dengan alasan sebagai berikut :
(1) Berdasarkan hasil pengawasan yang
dilakukan oleh lembaga yang berwenang;
atau
(2) Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap yang dapat
mengakibatkan perubahan status kepesertaan.
2) Perubahan ...
34
2) Perubahan status kepesertaan atas permintaan Peserta
Perubahan status kepesertaan dari status aktif menjadi
ditutup atas permintaan Peserta dapat diajukan oleh
Peserta yang melakukan proses merger atau konsolidasi,
atau berdasarkan alasan lainnya.
3) Perubahan status kepesertaan oleh Penyelenggara
Perubahan status kepesertaan oleh Penyelenggara dapat
dilakukan dari status aktif menjadi ditutup karena
pencabutan surat persetujuan sebagai Peserta Lelang
SBN atau pencabutan penunjukan sebagai Dealer Utama
oleh Menteri Keuangan .
b. Persyaratan Penutupan Peserta
Dalam hal akan dilakukan penutupan status Peserta,
sebelumnya Peserta harus menyelesaikan seluruh
kewajibannya, termasuk pelunasan Fasilitas Pendanaan yang
diperoleh dari Bank Indonesia dan transaksi second leg yang
belum jatuh waktu dan menihilkan saldo Rekening Surat
Berharga Peserta.
Dalam hal penihilan saldo Rekening Surat Berharga tidak
dapat dilakukan oleh Peserta, maka Peserta mengajukan
permohonan penihilan kepada Penyelenggara:
Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D, Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
c. Permohonan Perubahan Status Kepesertaan
1) Lembaga ...
35
1) Lembaga Pengawas yang berwenang sebagaimana
dimaksud pada butir a.1)a) atau Peserta sebagaimana
dimaksud pada butir a.2) mengajukan surat
permohonan perubahan status kepesertaan kepada:
Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D, Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
memuat antara lain hal-hal sebagai berikut :
a) nama Peserta dan jenis perubahan status yang
diminta;
b) tanggal efektif perubahan status kepesertaan; dan
c) alasan perubahan status kepesertaan.
3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
harus melampirkan dokumen pendukung sesuai dengan
alasan perubahan status kepesertaan, sebagai berikut:
a) salinan keputusan pengadilan yang dapat
mengakibatkan perubahan status kepesertaan
dalam BI-SSSS, dalam hal perubahan status
kepesertaan diajukan karena alasan sebagaimana
dimaksud pada butir a.1)c)(2);
b) surat keputusan izin merger atau konsolidasi dari
lembaga yang berwenang, dalam hal permohonan
diajukan karena alasan merger atau konsolidasi
sebagaimana dimaksud pada butir a.2); atau
c) dokumen ...
36
c) dokumen terkait lainnya untuk alasan perubahan
status kepesertaan yang dilakukan berdasarkan
alasan lain.
4) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana dimaksud
pada angka 1), Penyelenggara melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a) mengubah status Peserta di BI-SSSS;
b) melakukan penihilan Rekening Surat Berharga
Peserta dalam hal terdapat permohonan kepada
Penyelenggara untuk melakukan penihilan
sebagaimana dimaksud pada huruf b.
c) mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada
Peserta yang bersangkutan mengenai perubahan
status kepesertaan beserta alasannya; dan
d) mengumumkan perubahan status kepesertaan
kepada seluruh Peserta melalui BI-SSSS
(Administrative Messages) atau sarana lainnya
pada hari pemberlakuan perubahan status
kepesertaan dimaksud.
IV. Pengawasan Peserta
A. Ruang Lingkup Pengawasan
1. Penyelenggara berwenang melakukan pengawasan terhadap
pemenuhan kewajiban Peserta sebagaimana dimaksud pada butir
III.D.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat dilakukan
dengan metode sebagai berikut :
a. Pengawasan tidak langsung, dengan cara melakukan
pemantauan ...
37
pemantauan / analisis atas kegiatan Peserta melalui sistem
pada Penyelenggara atau berdasarkan data/informasi yang
diperoleh Penyelenggara dari Peserta atau pihak lain; dan
b. Pengawasan langsung, dengan cara melakukan pemeriksaan
ke lokasi kegiatan usaha Peserta.
B. Pengawasan Tidak Langsung
1. Pengawasan tidak langsung dilakukan oleh Penyelenggara secara
berkesinambungan.
2. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat meminta Peserta untuk
menyampaikan dokumen dan/atau laporan tertulis terkait
pelaksanaan operasional BI-SSSS.
3. Dalam hal terdapat temuan bahwa Peserta tidak/belum memenuhi
kewajiban, Penyelenggara menyampaikan hasil temuan dimaksud
melalui surat kepada Peserta untuk ditindaklanjuti.
4. Berdasarkan surat dari Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
angka 3, Peserta wajib melaksanakan tindak lanjut dan melaporkan
secara tertulis kepada Penyelenggara.
5. Dalam hal terdapat hasil temuan yang memerlukan pemeriksaan ke
lokasi kegiatan usaha Peserta, Penyelenggara dapat melakukan
pengawasan langsung.
C. Pengawasan Langsung
1. Penyelenggara melakukan pengawasan langsung/pemeriksaan ke
lokasi kegiatan usaha Peserta sewaktu-waktu apabila diperlukan.
2. Tujuan pengawasan langsung/pemeriksaan adalah untuk
memastikan Peserta telah memenuhi kewajiban sebagai Peserta,
antara lain:
a. kesesuaian ...
38
a. kesesuaian sistem dan prosedur operasional BI-SSSS yang
ada di Peserta dengan ketentuan Penyelenggara; dan
b. kepatuhan Peserta terhadap ketentuan Penyelenggara dan
Perjanjian.
3. Dalam melaksanakan pengawasan langsung/pemeriksaan,
Penyelenggara dapat menugaskan pihak lain yang memiliki
keahlian dan kompetensi di bidang audit teknologi informasi untuk
melakukan pengawasan langsung dengan tetap menjaga
kerahasiaan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Dalam rangka pengawasan langsung/pemeriksaan, Peserta wajib
memberikan kepada Penyelenggara :
a. segala keterangan dan penjelasan mengenai pelaksanaan
BI-SSSS, termasuk data elektronik, warkat, disposisi, dan
dokumen tertulis lainnya;
b. kesempatan untuk melakukan pengawasan
langsung/pemeriksaan terhadap sarana fisik dan aplikasi
pendukung lainnya ; dan
c. bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh
kebenaran atas dokumen dan keterangan yang diberikan oleh
Peserta.
5. Prosedur pelaksanaan pengawasan langsung/pemeriksaan dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Petugas pemeriksa menyampaikan surat introduksi
pemeriksaan kepada Peserta yang akan diperiksa.
b. Sebelum pengawasan langsung/pemeriksaan berakhir, petugas
pemeriksa melakukan klarifikasi dan konfirmasi dengan
pejabat berwenang perusahaan Peserta atau pimpinan Peserta
atas ...
39
atas hasil pemeriksaan.
c. Setelah pengawasan langsung/pemeriksaan berakhir, petugas
pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan dan
menyampaikan laporan tersebut kepada Peserta.
d. Peserta wajib melakukan tindak lanjut atas temuan dalam
pengawasan langsung/pemeriksaan dan melaporkan secara
tertulis atas tindak lanjut kepada Penyelenggara.
e. Apabila diperlukan, Penyelenggara dapat melakukan
pengawasan langsung/pemeriksaan kembali untuk
memastikan kebenaran laporan tindak lanjut.
V. Pengenaan Sanksi
Berdasarkan hasil pengawasan, Penyelenggara mengenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis kepada Peserta dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Penyelenggara mengenakan sanksi kepada Peserta yang melanggar
ketentuan mengenai BI-SSSS dan/atau tidak memenuhi kewajiban dalam
Perjanjian Penggunaan BI-SSSS.
2. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan
berdasarkan hasil pengawasan langsung dan/atau pengawasan tidak
langsung oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada butir IV.
3. Penyelenggara menyampaikan surat teguran tertulis kepada Peserta
dengan tembusan kepada lembaga pengawas terkait.
VI. Ketentuan Penutup
Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia ini maka:
1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/21/DPM tanggal 23 Mei 2008
perihal Penyelenggaraan Bank Indonesia –Scripless Securities Settlement
System ...
40
System; dan
2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/23/DPM tanggal 25 Agustus
2009 perihal Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
10/21/DPM tanggal 23 Mei 2008 perihal Penyelenggaraan Bank
Indonesia –Scripless Securities Settlement System,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada
tanggal 10 November 2010.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat
Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.
BANK INDONESIA,
RONALD WAAS DIREKTUR AKUNTING DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Recommended