View
371
Download
15
Category
Preview:
Citation preview
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
1/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 1
PENDAHULUAN
alam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir
selalu melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan
nonverbal secara bersama-sama. Keduanya, bahasa verbal dan
nonverbal, memiliki sifat holistik, bahwa masing-masing tidak dapat saling
dipisahkan. Dalam banyak tindakan komunikasi, bahasa nonverbal menjadi
komplemen atau pelengkap bahasa verbal. Namun lambang-lambang
nonverbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan bahkan pengganti
ungkapan-ungkapan verbal. Ketika kita menyatakan terima kasih (bahasa
verbal), kita melengkapinya dengan tersenyum (bahasa nonverbal); kita setuju
terhadap pesan yang disampaikan orang lain dengan anggukan kepala
(bahasa nonverbal). Dua peristiwa komunikasi tersebut merupakan contoh
bahwa bahasa verbal dan nonverbal bekerja secara bersama-sama dalam
menciptakan makna suatu perilaku komunikasi. Modul ini akan membahas
komunikasi verbal dan nonverbal dalam tataran teoretis. Namun, guna
mempermudah memahaminya, kedua lambang komunikasi tersebut
dipisahkan pembahasannya. Bahasan dalam modul ini akan terdiri dari empat
kegiatan belajar. Pertama, bahasan akan diawali dengan bagaimana
memahami komunikasi verbal dan nonverbal dilihat dari perbedaan di antara
keduanya. Sedangkan kegiatan belajar kedua akan mendeskripsikan tentang
komunikasi nonverbal. Hal-hal yang akan dibicarakan adalah bagaimana.
memahami komunikasi nonverbal, dan sejarah atau perkembangan dari studi
komunikasi nonverbal. Kegiatan belajar tiga akan membahas beberapa
pendekatan yang mendasari teori-teori dalam komunikasi nonverbal. Kegiatan
belajar keempat akan mengungkapkan tindak komunikasi verbal yang
uraiannya akan mencakup pengertian bahasa, sifat bahasa, dan pemahaman
teoretik tentang komunikasi verbal.
Masing-masing kegiatan belajar akan membahas dengan lebih rinci
beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kegiatan belajar tersebut.
Karenanya, mempelajari materi dari modul ini dengan cermat merupakan
D
Modul
6
Teori Komunikasi Verbal dan
Nonverbal
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
2/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 2
langkah terbaik untuk memahami tindak komunikasi yang menggunakan
lambang-lambang verbal dan nonverbal.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan
untuk memahami peristiwa-peristiwa komunikasi yang dalam pelaksanaannya
menggunakan lambang-lambang verbal dan nonverbal.
Setelah mempelajari masing-masing kegiatan belajar dengan baik,
Anda diharapkan mampu:
1. menguraikan dengan lebih rinci karakteristik komunikasi verbal dan
nonverbal;
2. menjelaskan ciri, fungsi, dan kategori komunikasi nonverbal;
3. menguraikan latar belakang sejarah dari komunikasi nonverbal;
4. mengenal dan menjelaskan beberapa pendekatan teoritis dalam
komunikasi nonverbal;
5. menjelaskan pengertian bahasa;
6. menguraikan sifat bahasa;
7. mengenal dan menjelaskan beberapa pendekatan teoritis dalam
komunikasi verbal.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
3/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 3
KEGIATAN BELAJAR 1
Pemahaman mengenai Komunikasi Verbal
dan Nonverbal
etidaknya ada tiga ciri utama yang menandai wujud atau bentuk
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pertama, lambang-
lambang nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir di dunia ini,
sedangkan setelah tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita, barulah bahasa
verbal kita pelajari. Kedua, komunikasi verbal dinilai kurang universal
dibanding dengan komunikasi nonverbal, sebab bila kita pergi ke luar negeri
misalnya dan kits tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh masyarakat di
negara tersebut, kita bisa menggunakan isyarat-isyarat nonverbal dengan
orang asing yang kita ajak berkomunikasi. Dan ciri yang ketiga adalah, bahwa
komunikasi verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual dibanding
dengan bahasa nonverbal yang lebih merupakan aktivitas emosional. Artinya,
bahwa dengan bahasa verbal, sesungguhnya kita mengkomunikasikan
gagasan dan konsep-konsep yang abstrak, sementara melalui bahasa
nonverbal, kita mengkomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan
kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.
1. Definisi
Sebelum terlalu jauh kita memahami komunikasi verbal dan nonverbal,
ada baiknya kita mengawalinya dengan mendeskripsikan definisi atau
batasan mengenai komunikasi nonverbal. Mengapa hanya komunikasi
nonverbal saja yang didefinisikan? Don Stacks dalam bukunya Introduction
to Communication Theory menjelaskan bahwa perhatian untuk mempelajari
aspek-aspek dalam komunikasi nonverbal masih sangat kecil, sehingga dari
banyak referensi tentang komunikasi antarmanusia, kita lebih banyak
menemukan batasan mengenai komunikasi verbal. Dicontohkannya Frank
EX Dance dan Carl E. Larson menawarkan lebih dari seratus definisi tentang
komunikasi verbal, namun mereka hanya menawarkan satu definisi tentang
komunikasi nonverbal. Dengan landasan inilah, kita mencoba untuk lebih
banyak memberi penekanan pada definisi komunikasi nonverbal.
Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai
berikut: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words), sehingga
komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata.
S
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
4/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 4
Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human
Communication, batasan yang sederhana tersebut merupakan langkah awal
untuk membedakan apa yang disebut dengan vocal communication yaitu
tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication
yaitu tindak komunikasi yang menggunakan kata-kata. Dengan demikian,
definisi kerja dari komunikasi nonverbal adalah pesan lisan dan bukan lisan
yang dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan (oral and nonoral
messages expressed by other than linguistic means).
Untuk memahami dengan lebih jelas, kita dapat melihat tabel mengenai
tipe-tipe komunikasi berikut ini.
TABEL TIPE-TIPE KOMUNIKASI
KOMUNIKASI
VOKAL NONVOKAL
KOMUNIKASI VERBAL Bahasa Lisan Bahasa Tertulis
(spoken words) (written words)
KOMUNIKASI NONVERBAL Nada suara Isyarat (gesture),
(tone of voice), gerakan
(movement),
Desah (sighs) penampilan
jeritan (screams), (appearance),
kualitas vokal ekspresi wajah
(vocal quality) (facial expression)
Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human
Communica tion, Second Edition, hal.96
Tabel tipe-tipe komunikasi di atas dapat dibaca sebagai berikut:
komunikasi verbal yang termasuk dalam komunikasi vokal adalah bahasa
lisan, sedang yang tergolong dalam komunikasi nonvokal adalah bahasa
tertulis. Sementara, komunikasi nonverbal yang termasuk dalam komunikasi
Vokal adalah nada suara, desah, jeritan dan kualitas vokal; dan yang
termasuk dalam klasifikasi komunikasi nonvokal adalah isyarat, gerakan
(tubuh), penampilan (fisik), ekspresi wajah dan sebagainya. Atau kita dapat
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
5/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 5
membaca tabel di atas secara terbalik, diawali dengan komunikasi vokal dan
nonvokal terlebih dahulu. Batasan lain mengenai komunikasi nonverbal
dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya, yaitu.
a. Frank EX Dance dan Carl E. Larson:
Komunikasi nonverbal adalah sebuah stimuli yang tidak bergantung pada
isi simbolik untuk memaknainya (a stimulus not dependent on symbolic
content meaning).
b. Edward Sapir:
Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak di
mana pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan dimengerti oleh
semua (an elaborate code that is written nowhere, known to none, and
understood by all).
c. Malandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi: Komunikasi
Antar Budaya memberikan batasan-batasannya sebagai berikut.
1) Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata.
2) Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa
menggunakan suara.
3) Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh
seseorang yang diberi makna oleh orang lain.
4) Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah,
sentuhan, waktu, gerak isyarat, bau, perilaku mata dan lain-lain.
2. Perbedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Secara sekilas telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini, bahwa antara
komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk
menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan-
perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga
perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the
intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan
(the degree of symbolism in the act or message), dan pemrosesan mekanisme
(processing mechanism). Kita mencoba untuk menguraikannya satu per satu.
a. Kesengajaan (intentinolity)
Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah
persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya niat ini menjadi lebih
penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael
Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal
adalah komunikasi kalau pesan tersebut
1) dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
2) diterima oleh penerima secara sengaja pula.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
6/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 6
Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent
tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima
sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab,
komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan
kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu,
komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku,
sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya,
norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun
berapa Bering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi
tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap
penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk
memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi nonverbal.
b. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa
dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan
warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan'
oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan warna hitam akan diberi
makna sebagai ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk
komunikasi yang diantarai (mediated form of communication). Dalam arti
kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan
pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi
yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat
intensional dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang yang terlibat
dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami,
isi beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma.
Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit
dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat
verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat
aturan-aturan sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang
samar-samar dan informal mengenai signifikansi beragam perilaku
nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba
untuk melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang
(simbol). Tanda adalah sebuah representasi alami dari suatu kejadian
atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Sedangkan
lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain.
Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
7/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 7
sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah
bagaimana kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan
perkataan lain, apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda
(sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk
menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol).
Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti is dapat
dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang
berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-
reaksi alami seperti perasaan atau emosi.
c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan
dengan bagaimana kita memproses informasi. Semua informasi termasuk
komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita menafsirkan
informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku-
perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari dan
perilaku sosial).
Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi
pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah kiri adalah
tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah,
sementara belahan otak sebelah kanan, tipe informasinya Iebih
berkesinambungan dan alami (pada uraian di bawah, Malandro dan
Barker juga menjelaskan mengenai hal ini).
Berdasarkan pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal dan nonverbal
berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi nonverbal kurang
terstruktur. Aturan-aturan yang ada ketika kita berkomunikasi secara
nonverbal adalah lebih sederhana dibanding komunikasi verbal yang
mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis. Komunikasi
nonverbal secara tipikal diekspresikan pada saat tindak komunikasi
berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, bahasa nonverbal tidak
bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa
mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah
pemahaman mengenai konteks di mana interaksi tersebut terjadi,
sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut.
Perbedaan lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat dari
dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya. Gagasan ini dicetuskan oleh
Malandro dan Barker seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi Antar
Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
8/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 8
a. Struktur >< Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-
aturan tata bahasa. Dalam komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau
tidak ada sama sekali struktur formal yang mengarahkan komunikasi.
Kebanyakan komunikasi nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa
urut-urutan kejadian, yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola
yang jelas, perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda
pada saat yang berlainan.
b. Linguistik >< Nonlinguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur, sejarah,
variasi regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata lain,
linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu
sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya.
Sebaliknya. pada komunikasi nonverbal, karena tidak adanya struktur
khusus, maka sulit untuk memberi makna pada lambang. Belum ada
sistem bahasa nonverbal yang didokumentasikan, walaupun ada usaha
untuk memberikan arti khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu.
Beberapa teori mungkin akan memberikan pengecualian pada bahasa
kaum tuna-rungu yang berlaku universal, sekalipun ada juga lambang-
lambangnya yang bersifat unik.
c. Sinambung (continuous) >< Tidak Sinambung (discontinuous)
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung, sementara
komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang terputus-putus.
Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya
meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran
kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri,
berarti komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan
kata-kata dan simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal
dan akhir yang pasti.
d. Dipelajari >< Pemrosesan dalam
Bagian Otak sebelah Kanan
Pendekatan neurofisiologik melihat perbedaan dalam pemrosesan stimuli
verbal dan nonverbal pada diri manusia. Pendekatan ini menjelaskan
bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
9/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 9
sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang memerlukan analisis dan
penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri. Dengan adanya
perbedaan ini, maka kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan
berbeda pula.
Masih dalam buku Komunikasi Antar Budaya karya Ilya
SunarwinadiSamovar, Porter dan Jain melihat perbedaan antara komunikasi
verbal dan nonverbal dalam hal sebagai berikut.
a. Banyak perilaku nonverbal yang diatur oleh dorongan-dorongan biologik.
Sebaliknya komunikasi verbal diatur oleh aturan-aturan dan prinsip-
prinsip yang dibuat oleh manusia, seperti sintaks dan tata bahasa.
Misalnya, kita bisa secara sadar memutuskan untuk berbicara, tetapi
dalam berbicara secara tidak sadar pipi menjadi memerah dan mata
berkedip terus-menerus.
b. Banyak komunikasi nonverbal serta lambang-lambangnya yang bermakna
universal. Sedangkan komunikasi verbal lebih banyak yang bersifat spesifik
bagi kebudayaan tertentu.
c. Dalam komunikasi nonverbal bisa dilakukan beberapa tindakan sekaligus
dalam suatu waktu tertentu, sementara komunikasi verbal terikat pada
urutan waktu.
d. Komunikasi nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini. Sedangkan
penggunaan lambang berupa kata sebagai alat komunikasi membutuhkan
masa sosialisasi sampai pada tingkat tertentu.
e. Komunikasi nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional
dibanding komunikasi verbal.
3. Fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan-
perbedaan, namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak
komunikasi yang efektif. Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun
nonverbal adalah untuk memproduksi makna yang komunikatif. Secara
historis, kode nonverbal sebagai suatu multi saluran akan mengubah pesan
verbal melalui enam fungsi: pengulangan (repetition), berlawanan
(contradiction), pengganti (substitution), pengaturan (regulation), penekanan
(accentuation) dan pelengkap (complementation).
Dalam tahun 1965, Paul Ekman menjelaskan bahwa pesan nonverbal
akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Misalnya dalam suatu
lelang, kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan jumlah tawaran yang
kita minta, sementara secara verbal kila mengatakan satu'. Pesan-pesan
nonverbal juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau menegaskan pesan
verbal seperti dalam sarkasme atau sindirian-sindiran tajam. Kadang-kadang,
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
10/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 10
komunikasi nonverbal mengganti pesan verbal. Misalnya, kita tidak perlu
secara verbal menyatakan kata menang , namun cukup hanya mengacungkan
dua jari kita membentuk huruf `V' (victory) yang bermakna kemenangan.
Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur pesan verbal. Pesan-
pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi dalam
suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan kepala selama
percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi
penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan. Dan
akhirnya fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal dengan
mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia
kita.
Pemikiran yang sama juga diungkapkan oleh Samovar (Ilya
Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya), bahwa dalam suatu peristiwa
komunikasi, perilaku nonverbal digunakan secara bersama-sama dengan
Bahasa verbal:
a. Perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada pesan verbal.
Misalnya menyatakan terima kasih dengan tersenyum.
b. Perilaku nonverbal sebagai pengulangan dari bahasa verbal. Misalnya
menyatakan arah tempat dengan menjelaskan Perpustakaan Universitas
Terbuka terletak di belakang gedung ini , kemudian mengulang pesan
yang sama dengan menunjuk arahnya.
c. Tindak komunikasi nonverbal melengkapi pernyataan verbal, misalnya
mengatakan maaf pada teman karena tidak dapat meminjamkan uang;
dan agar lebih percaya, pernyataan itu ditambah lagi dengan ekspresi
muka sungguh-sungguh atau memperlihatkan saku atau dompet yang
kosong.
d. Perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi verbal. misalnya
menyatakan rasa haru tidak dengan kata-kata, melainkan dengan mata
yang berlinang-linang.
Dalam perkembangannya sekarang ini, fungsi komunikasi nonverbal
dipandang sebagai pesan-pesan yang holistik, lebih dari pada sebagai sebuah
fungsi pemrosesan informasi yang sederhana. Fungsi-fungsi holistik
mencakup identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan, muslihat, emosi
dan struktur percakapan. Karenanya, komunikasi nonverbal terutama
berfungsi mengendalikan (controlling), dalam arti kita berusaha supaya orang
lain dapat melakukan apa yang kita perintahkan. Hickson dan Stacks
menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut dapat diturunkan dalam 8
fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol terhadap perilaku
orang lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau ketidaksenangan,
peragaan informasi kognitif, peragaan informasi afektif, penipuan diri (self-
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
11/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 11
deception) dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang
sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak
dapat dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat
beroperasi secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan guna
mencapai komunikasi yang efektif.
KEGIATAN BELAJAR 2
Komunikasi Nonverbal
alam Kegiatan Belajar 2 berikut ini, kits akan mempelajari komunikasi
nonverbal dengan lebih mendalam. Pembahasan akan mencakup
bagaimana kita memahami komunikasi nonverbal dan deskripsi
ringkas mengenai sejarah komunikasi nonverbal.
Bagaimana kita memahami komunikasi nonverbal, setidaknya dapat kita
lihat dari dua nisi. Pertama, karakteristik komunikasi nonverbal yang
meliputi eksistensinya, perannya dalam mentransmisikan perasaan, sifat
menduanya, dan keterikatannya dengan suatu budaya tertentu. Selain itu,
upaya untuk memahami komunikasi nonverbal dapat pula dilihat dari
kategorinya yang mencakup postur, isyarat (gestural), penggunaan wajah dan
mata, suara, sentuhan, cara berpakaian, dan sebagainya. Pada bagian lain,
kita akan mempelajani juga-sejarah singkat komunikasi nonverbal dari masa
Yunani dan Romawi sampai pendekatan yang sekarang digunakan.
Karenanya, mempelajari dengan sungguh-sungguh materi yang ada
dalam Kegiatan Belajar 2 ini merupakan langkah awal untuk dapat memahami
komunikasi manusia secara verbal dan nonverbal.
A. MEMAHAMI KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Karakteristik Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sebagaimana yang telah diuraikan dalam Kegiatan
Belajar 1, terdiri dari pesan-pesan yang dinyatakan melalui alat-alat
nonlinguistik. Namun demikian, kurang tepat apabila kita mempunyai pikiran
D
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
12/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 12
bahwa semua ekspresi yang tanpa kata-kata (wordless) merupakan
komunikasi nonverbal atau semua pernyataan yang terungkapkan secara lisan
merupakan komunikasi verbal (pelajari kembali tabel mengenai tipe-tipe
komunikasi yang ada pada Kegiatan Belajar 1).
Menurut Ronald Adler dan George Rodman, komunikasi nonverbal
memiliki empat karakteristik yaitu keberadaannya, kemampuannya
menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal, sifat ambiguitasnya dan
keterikatannya dalam suatu kultur tertentu.
Eksistensi atau keberadaan komunikasi nonverbal akan dapat diamati
ketika kita melakukan tindak komunikasi secara verbal, maupun pada saat
bahasa verbal tidak digunakan. Atau dengan kata lain, komunikasi nonverbal
akan selalu muncul dalam setiap tindakan komunikasi, disadari maupun tidak
disadari. Keberadaan komunikasi nonverbal ini pada gilirannya akan
membawa kepada cirinya yang lain, yaitu bahwa kita dapat berkomunikasi
secara nonverbal, karena setiap orang mampu mengirim pesan secara
nonverbal kepada orang lain, tanpa menggunakan tanda-tanda verbal.
Karakteristik lain dari komunikasi nonverbal adalah sifat ambiguitasnya,
dalam arti ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap perilaku. Sifat
ambigu atau mendua ini sangat penting bagi penerima (receiver) untuk
menguji setiap interpretasi sebelum sampai pada kesimpulan tentang makna
dari suatu pesan nonverbal. Dan karakteristik terakhir adalah bahwa
komunikasi nonverbal terikat dalam suatu kultur atau budaya tertentu.
Maksudnya, perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam satu
budaya, akan mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan
kultur yang lain.
2. Kategori Komunikasi Nonverbal
Kategori komunikasi nonverbal yang dimaksudkan dalam bahasan ini
adalah beragam cara yang digunakan orang-orang untuk berkomunikasi
secara nonverbal, yaitu vocalics atau paralanguage, kinesics yang mencakup
gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta ekspresi wajah (facial expression),
perilaku mata (eye behavior), lingkungan yang mencakup objek benda dan
artifak, proxemics: yang merupakan ruang dan teritori pribadi, haptics
(sentuhan), penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian), chronemics
(waktu), dan olfaction (bau).
Dalam tindak komunikasi sehari-hari, kita lebih banyak mempunyai output
dan input vokal dibanding dengan kata-kata yang kita ungkapkan secara
lisan. Output dan input vokal inilah yang kita sebut sebagai vocalics atau
paralanguage. Contoh nyata dari kategori komunikasi nonverbal ini adalah
desah (sighing), menjerit (screaming), merintih (groaning), menelan
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
13/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 13
(swallowing) menguap (yawning), di samping bentuk-bentuk seperti jeda,
intonasi, dan penekanan dalam pembicaraan lisan.
Kategori lain dari komunikasi nonverbal adalah kinesics. Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, ekspresi wajah kita akan selalu berubah
tanpa melihat apakah kita sedang berbicara atau mendengarkan. Paul Ekman
dan Wallace Friesen telah mengidentifikasikan enam emosi dasar bahwa
ekspresi wajah mencerminkan keheranan, ketakutan, kemarahan,
kebahagiaan, kesedihan, dan kebencian atau kejijikan.
Bentuk lain dari kinesics adalah gerakan tangan, kaki dan kepala. Orang-
orang yang terlibat dalam tindak komunikasi sering menggerakkan kepala
dan tangannya selama interaksi berlangsung. Beberapa dari gerakan kepala
dan tangan tersebut dilakukan secara sadar dan beberapa lainnya
dilaksanakan secara tidak sengaja, namun semuanya memiliki makna.
Gerakan tangan cenderung digunakan paling banyak oleh orang yang sedang
berbicara, sedangkan pendengar cenderung, memakai gerakan kepala.
Gerakan kepala yang paling umum digunakan oleh orang-orang yang sedang
mendengar adalah anggukan dan gelengan kepala. Gerakan kepala yang lain
adalah dengan mengernyitkan atau mengerutkan dahi. Gerakan ini bermakna
bahwa orang yang sedang mendengarkan memberikan umpan balik
(feedback) kepada pembicara.
Gerakan tangan menyajikan banyak fungsi pesan bagi pembicara selama
interaksi berlangsung, yaitu menegaskan atau menjelaskan apa yang
dikatakan, memberi penekanan pada pembicaraan dan mengilustrasikan apa
yang sedang dikatakan. Selain itu, ada jugs gerakan tangan yang tidak
memiliki hubungan yang nyata terhadap apa yang sedang dikatakan. Tujuan
dari gerakan tangan ini adalah untuk menunjukkan intensitas pesan, misalnya
berjabat tangan dengan cepat untuk mengekspresikan kegembiraan.
Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata adalah siapa dan apa
yang sedang kita lihat dan untuk berapa lama. Mata kita merupakan saluran
komunikasi nonverbal yang penting, tidak hanya selama interaksi tetapi jugs
sebelum dan sesudah interaksi berakhir. Dengan memelihara kontak mata dan
tersenyum, orang-orang yang terlibat mengindikasikan bahwa mereka tertarik
dengan persoalan yang sedang diperbincangkan.
Kategori selanjutnya dari komunikasi nonverbal adalah proxemics, yaitu
suatu cara bagaimana orang-orang yang terlibat dalam suatu tindak
komunikasi berusaha untuk merasakan dan menggunakan ruang (space).
Antropolog Edward T. Hall mendefinisikan empat jarak yang kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari, Ia menjelaskan bahwa kita memilih satu jarak
khusus bergantung pada bagaimana kita merasakan terhadap orang lain pada
suatu situasi tertentu, konteks percakapan dan tujuan-tujuan pribadi kita.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
14/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 14
Keempat jarak tersebut adalah intimate distance, personal distance, social
distance dan public distance. Namun empat jarak yang dikemukakan oleh Hal
ini hanya menggambarkan perilaku orang-orang dari Amerika Utara dan
sangat mungkin berbeda dengan orang-orang yang berasal dari budaya lain.
Adapun klasifikasi Hall tersebut adalah sebagai berikut.
a. Intimate Distance
Percakapan dalam jarak yang akrab ini berlangsung dengan bisikan atau
suara yang sangat pelan. Dalam jarak ini, orang-orang yang
berkomunikasi secara emosional sangat dekat dan dalam situasi yang
sangat pribadi. Orang-orang yang terlibat dalam interaksi dengan jarak
yang akrab ini merupakan suatu tanda bahwa di antara mereka tumbuh
rasa saling percaya. Namun demikian, interaksi dalam jarak yang akrab
ini juga terjadi dalam lingkungan yang kurang akrab, seperti ketika kita
berobat ke dokter.
b. Personal distance
Dalam jarak personal ini, kontak komunikasi yang berlangsung masih
tertutup, namun percakapan-percakapannya tidak lagi bersifat pribadi
dibanding dengan interaksi dalam jarak akrab.
c. Social distance
Interaksi yang berlangsung dalam jarak sosial ini biasanya terjadi dalam
situasi bisnis, misalnya interaksi antara salesman/girl dengan para calon
pembeli/pelanggan. Dalam kontak komunikasi ini, suara yang lebih keras
sangat dibutuhkan,
d. Public distance
Contoh nyata dari komunikasi yang menggunakanjarak publik ini adalah
perkuliahan dalam kelas dan pidato yang disampaikan pada suatu ruang
tertentu. Dalam jarak publik ini, komunikasi yang bersifat dua arah
(twoway traffic) sulit untuk dilaksanakan, sebab ada jarak yang cukup jauh
antara pembicara dengan para pendengarnya.
Faktor lingkungan sebagai salah satu karakteristik penandaan nonverbal
dapat berupa lingkungan atau benda-benda yang digunakan atau dimiliki
seseorang yang dapat merefleksikan makna tertentu yang berkaitan dengan
orang tersebut. Misalnya, ketika kita memasuki ruang atau rumah seseorang,
dengan segera kita dapat memperoleh kesan mengenai kepribadian
penghuninya. Demikian pula dengan kesan yang kita berikan pada seseorang
dengan melihat mobil yang dikendarainya, perabot rumahnya, asesorisnya,
dan sebagainya. Hal ini terjadi karena orang cenderung memilih benda atau
lingkungan yang dapat merefleksikan citra diri dan kepribadiannya.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
15/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 15
Penampilan fisik acapkali mengekspresikan penandaan nonverbal tertentu.
Hal ini dapat kita rasakan ketika memberikan stereotipe tertentu yang
berkaitan dengan keadaan fisik seseorang. Misalnya orang yang gemuk
dianggap sebagai periang dan orang yang kurus sebagai orang yang serius.
Demikian pula dengan panjang atau potongan rambut tertentu. Beberapa
karakter fisik lainnya yang dianggap berperan dalam penandaan nonverbal
mencakup berat badan, tinggi badan, wama kulit, kontur wajah, dan berbagai
jenis bekas luka atau cacat fisik. Sementara itu atribut lain yang berhubungan
erat dengan penampilan fisik, dan sangat jelas berperan sebagai penanda
makna tertentu adalah cars berpakaian.
Biasanya ketika orang memilih dan memutuskan untuk memakai pakaian
tertentu, maka dia secara sadar telah menggunakan tanda nonverbal untuk
mengekspresikan makna melalui kesan tertentu dalam penampilannya.
Seperti dikemukakan oleh Ronald B. Adler dan George Rodman dalam
bukunya Understanding Human Communication, bahwa salah satu kategori
komunikasi nonverbal yang penting adalah clothing atau cara berpakaian.
Pakaian yang dikenakan merupakan satu alat komunikasi. Orang-orang
dengan sengaja mengirimkan pesan tentang diri mereka melalui apa yang
mereka kenakan dan kits berusaha menginterpretasikannya berdasarkan pada
pakaian yang dikenakan. Dengan demikian, pakaian tidak hanya melindungi
kita dari panas dan dingin, namun melalui pakaian dapat menjadi indikator
dari status sosial ekonomi seseorang, penanda dari peran-peran tertentu
(ABRI, Pegawai Negeri Sipil) dan sebagainya.
Haptics atau sentuhan atau kontak tubuh dikatakan oleh Emmert dan
Donaghy sebagai cara terbaik untuk mengkomunikasikan sikap pribadi, baik
yang positif maupun yang negatif. Frekuensi dan durasi sentuhan dapat
menjadi indikator tentang persahabatan dan rasa suka di antara orang yang
melakukannya. Sentuhan dapat pula menjadi indikator yang paling ekstrim
dari rasa tidak suka atau kemarahan, seperti menampar, menyepak, memukul,
dan sebagainya. Cara-cara atau bentuk sentuhan dapat pula menunjukkan
posisi orang dalam hubungan dengan orang lainnya, khususnya dalam
pengertian dominan dan submisif (seperti mengelus kepala, mencium tangan,
dan sebagainya).
Waktu atau chronemics juga dapat menjadi penanda nonverbal yang
digunakan ketika seseorang berkomunikasi. Bentuk nyata yang dapat kita
rasakan adalah mengenai orang yang tepat/tidak tepat waktu, orang yang
mengulur-ulur waktu untuk menyampaikan pesan bahwa dia tidak menyukai
apa yang sedang dilakukannya, dan sebagainya.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
16/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 16
3. Deskripsi Historis Komunikasi Nonverbal
Kajian pertama mengenai komunikasi nonverbal ditemukan pada zaman
Aristoteles sekitar 400 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Namun studi
ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, barn dilakukan pada zaman Yunani
dan Romawi Kuno.
Karya Cicero, Pronuntiatio atau cara berpidato, mungkin yang pertama kali
memperlakukan komunikasi nonverbal secara sistematis. Bagaimanapun juga,
karyanya telah dibatasi untuk menggunakan suara dan gerakan-gerakan
ragawi dalam konteks public speaking. Dari hasil karya Cicero ini, kemudian
orang lain mengkaji pengaruh bahasa nonverbal terhadap komunikasi dalam
hampir keseluruhan situasi public speaking.
Dalam tahun 1775, Joshua Steele memusatkan kajiannya mengenai
komunikasi nonverbal pada suara sebagai satu instrumen atau pada suatu
konsep yang disebut Prosody. Konsep dari Steele ini menjelaskan bahwa
bahasa dalam drama atau puisi dapat dibaca hampir seperti notasi musik.
Kemudian pada tahun 1806, Gilbert Austin mengkonsentrasikan kajiannya
pada gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan bahasa. Pendekatan
ini menghasilkan sebuah sistem yang disebut dengan elocutionary system di
mana isyarat-isyarat yang pantas dipelajari dan digunakan dalam
pertunjukan drama. Elocutionary system adalah seni deklamasi atau keahlian
membaca/mengucapkan kalimat dengan logat dan lagu yang baik di muka
umum.
Kajian yang lebih kompleks tentang komunikasi nonverbal dikembangkan
oleh Francois Delsarte. Delsarte menggabungkan suara dan gerakan-gerakan
badan sekaligus. Dalam kajiannya tersebut, Delsarte berusaha meyakinkan
bahwa pesan-pesan atau komunikasi secara nonverbal merupakan agents of
the heart .
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
17/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 17
KEGIATAN BELAJAR 3
Beberapa Pendekatan dalam Teori
Komunikasi Nonverbal
ermulaan dari studi komunikasi nonverbal modern seringkali
diidentifikasikan dengan karya Darwin: The Expression of Emotions in
Man and Animals. Perhatian Darwin terhadap komunikasi nonverbal
terutama berkaitan dengan fungsinya sebagai sebuah teori untuk menjelaskan
mengenai penampilan (theory of performance), sebuah cara berpidato yang
mengindikasikan suasana hati, sikap atau perasaan.
Dari karya Darwin ini, perhatian terhadap komunikasi nonverbal telah
memunculkan kajian antardisiplin. Dari hasil karyanya pula, telah
dikembangkan tiga perspektif teoritis, yaitu the ethological approach (studi
mengenai kesamaan-kesamaan antara perilaku manusia dengan perilaku
binatang), the anthropological approach dan the functional approach. Dari
ketiga pendekatan ini muncul sejumlah teori-teori yang menjelaskan tentang
fenomena nonverbal yang dapat diterapkan dalam konteks komunikasi.
1. Ethological Approach (Pendekatan Etologi)
Menurut Darwin, emosi manusia seperti halnya emosi dari binatang
dapat dilihat dari wajahnya. Darwin mengasumsikan bahwa komunikasi
nonverbal dari makhluk hidup (species) yang berbeda sebenarnya adalah
sama. Orang-orang yang mendukung pandangan Darwin seperti Morris,
Ekman dan Friesen percaya bahwa ekspresi nonverbal pada budaya mana pun
esensinya sama, karena komunikasi nonverbal tidak dipelajari, is adalah
bagian alami dari keberadaan manusia. Dua contoh etologis yang sering
disebut-sebut adalah senyuman dan ekspresi wajah yang dapat ditemukan
pada kultur mana pun juga.
a. Teori struktur kumulatif
Dalam teorinya ini, Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada
makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori mereka disebut
cumulative structure atau meaning centered karena lebih banyak
membahas mengenai makna yang berkaitan dengan gerak tubuh dan
ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku. Mereka beranggapan bahwa
seluruh komunikasi nonverbal merefleksikan dua hal: apakah suatu
tindakan yang disengaja dan apakah tindakan harus menyertai pesan
P
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
18/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 18
verbal. Hal ini dapat dicontohkan pada kasus ketika seseorang
menceritakan sesuatu sambil gerak tangannya yang menunjukkan tinggi
dan ekspresi wajah yang gembira. Gerak tangan yang menunjukkan
tinggi ini tidak akan memiliki arti tanpa disertai ungkapan verbal, jadi
tindakan ini disengaja dan memiliki makna tertentu. Lain halnya dengan
ekspresi wajah yang gembira, yang dapat berdiri sendiri dan dapat
diartikan tanpa bantuan pesan verbal. Meskipun demikian, kedua
tindakan tersebut telah menambahkan kepada makna yang berkaitan
dengan interaksi antara kedua orang tersebut, dan ini oleh Ekman dan
Friesen disebut sebagai `expressive behavior'.
Selanjutnya, Ekman dan Friesen mengidentifikasi lima kategori dari
expressive behavior yaitu emblem, ilustrator, regulator, adaptor, dan
penggambaran perasaan, di mana masing-masing memberikan kedalaman
pada makna yang berkaitan dengan situasi komunikasi. Emblem adalah
gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan pesan
verbal, yang disengaja, dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan pesan
verbal. Contohnya adalah setuju, pujian, atau ucapan selamat jalan yang
dapat digantikan dengan anggukan kepala, acungan jempol, atau lambaian
tangan.
Ilustrator adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang mendukung
dan melengkapi pesan verbal. Misalnya raut muka yang serius ketika
memberikan penjelasan untuk menunjukkan bahwa yang dibicarakan
adalah persoalan serius, atau gerakan tangan yang menggambarkan
sesuatu yang sedang dibicarakan. Sementara itu, regulator adalah tindakan
yang disengaja yang biasanya digunakan dalam percakapan, misalnya
mengenai giliran berbicara. Bentuk-bentuk lain dari regulator dalam
percakapan antara lain adalah senyuman, anggukan kepala, tangan yang
menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh, dan sebagainya, yang
kesemuanya berperan dalam mengatur anus informasi pada suatu situasi
percakapan.
Kategori keempat adalah adaptor yaitu tindakan yang disengaja, yang
digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi
tubuh atau emosi. Terdapat dua subkategori dari adaptor, yaitu: `self'
(seperti menggaruk kepala, menyentuh dagu atau hidung) dan `object'
(menggigit pinsil, memainkan kunci).. Perilaku ini biasanya dipandang
sebagai refleksi kecemasan atau perilaku negatif. Kategori kelima adalah
penggambaran emosi atau `affect display' yang dapat disengaja maupun
tidak, dapat menyertai pesan verbal maupun berdiri sendiri. Menurut
Ekman dan Friesen, terdapat tujuh bentuk affect display yang
pengungkapannya cukup universal, yaitu: marah, menghina, malu, takut,
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
19/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 19
gembira, sedih, dan terkejut. Mereka mengemukakan pula bahwa
beberapa affect display yang berbeda dapat diungkapkan secara
bersamaan, dan bentuk seperti ini disebut affect bland .
b.
Teori tindakan (Action theory)
Morris juga mengemukakan suatu pandangan mengenai kinesic yang
lebih didasarkan pada tindakan. Dia mengasumsikan bahwa perilaku
tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbagi ke dalam suatu
rangkaian panjang peristiwa yang terpisah-pisah. Menurutnya, terdapat
lima kategori yang berbeda dalam tindakan yaitu: pembawaan (inborn),
ditemukan (discovered), diserap (absorb), dilatih (trained), dan campuran
(mixed). Inborn merupakan insting yang dimiliki sejak lahir, seperti
perilaku menyusu. Discovered diperoleh secara sadar dan terbatas pada
struktur genetik tubuh, seperti menyilangkan kaki. Absorbed. Diperoleh
secara tidak sadar melalui interaksi dengan orang lain (biasanya teman)
seperti meniru ekspresi atau gerakan seseorang. Trained diperoleh dengan
belajar, seperti berjalan, mengetik dan sebagainya. Sedangkan mixed
actions diperoleh melalui berbagai macam cara yang mencakup keempat
hal di atas.
2. Anthropological Approach (Pendekatan Anthropologis)
Pendekatan antropologis menganggap komunikasi nonverbal
terpengaruh oleh kultur atau masyarakat, dan pendekatan ini diwakili oleh
dua teori yang dikemukakan oleh Birdwhistell dan Edward T. Hall.
a. Analogi Linguistik
Dalam teorinya ini Birdwhistell mengasumsikan bahwa komunikasi
nonverbal memiliki struktur yang sama dengan komunikasi verbal.
Bahasa distrukturkan atas bunyi dan kombinasi bunyi yang membentuk
apa yang kita sebut kata. Kombinasi kata dalam suatu konteks akan
membentuk kalimat, dan berikutnya kombinasi kalimat akan membentuk
paragraf. Birdwhistell mengemukakan bahwa hal yang sama terjadi
dalam konteks nonverbal, yaitu terdapat `bunyi nonverbal' yang disebut
allokines (satuan gerakan tubuh terkecil yang sering kali tidak dapat
dideteksi). Kombinasi allokines akan membentuk trines dalam suatu
bentuk yang serupa dengan bahasa verbal, yang dalam teori ini disebut
sebagai analogi linguistik.
Teori ini mendasarkan penjelasannya pada enam asumsi sebagai berikut.
1) Terdapat tingkat Baling ketergantungan yang tinggi antara kelima
indera manusia, yang bersama-sama dengan ungkapan verbal akan
membentuk infracommunicational system'.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
20/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 20
2) Komunikasi kinesic berbeda antarkultur dan bahkan antara
mikrokultur.
3) Tidak ada simbol bahasa tubuh yang universal.
4) Prinsip-prinsip pengulangan (redundancy) tidak terdapat pada
perilaku kinesic.
5) Perilaku kinesic lebih primitif dan kurang terkendali dibanding
komunikasi verbal.
6) Kita harus membandingkan tanda-tanda nonverbal secara
berulang-ulang sebelum kita dapat memberikan interpretasi yang
akurat.
Keenam prinsip yang mendasari analogi linguistik ini pada dasarnya
menyatakan bahwa kelima indera kita berinteraksi atau bekerja bersama-
sama untuk menciptakan persepsi, dan dalam setiap situasi, satu atau
lebih indera kita akan mendominasi indera lainnya. Menurut Birdwhistell,
perilaku kinesic bersifat unik bagi tiap kultur atau subkultur, sehingga
perbedaan individu dalam komunikasi nonverbal merupakan fungsi kultur
atau subkultur di mana individu tersebut berada. Oleh karenanya, kultur
harus diperhitungkan dalam studi tentang komunikasi nonverbal.
Prinsip ketiga menegaskan kembali bahwa perilaku nonverbal lebih
banyak diperoleh sebagai hasil belajar daripada faktor genetik yang
diturunkan antar generasi. Dia juga menganggap bahwa komunikasi
nonverbal lebih bersifat melengkapi komunikasi verbal dari pada
mengulang atau menggantikannya, yaitu keduanya bekerja bersama-
sama dalam menghasilkan makna. Dan akhirnya, karena komunikasi
nonverbal tidak selalu dilakukan secara sadar dan lebih bersifat primitif,
kita cenderung untuk melupakan apa yang kita 'katakan' secara nonverbal.
Selanjutnya Birdwhistell menjelaskan bahwa fenomena parakinesic
(yaitu kombinasi gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi verbal)
dapat dipelajari melalui struktur gerakan. Struktur ini mencakup tiga
faktor yaitu: intensitas dari tegangan yang tampak dari otot, durasi dari
gerakan yang tampak, dan luasnya gerakan. Dari faktor-faktor ini kita
dapat mengenal isi berbagai klasifikasi gerakan/perilaku yang meliputi
allokine, kine, kineme (pengelompokan kine yang artinya menyerupai
suatu `kata' dalam bahasa), dan kinemorpheme (yang menyerupai
kalimat dalam konteks bahasa). Jadi kita dapat menganalisis komunikasi
nonverbal seperti jika kita melakukannya pada komunikasi verbal, namun
kita mengganti unit analisisnya dari `bunyi dan kata' menjadi `gerak dan
gerakan'.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
21/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 21
b. Analogi kultural
Analogi kultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall membahas
komunikasi nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics. Teori Hall
mengenai proxemico (sebagian telah dibahas pada Kegiatan Belajar
2)mengacu kepada penggunaan ruang sebagai ekspresi spesifik dari
kultur. Teori Hall mencakup batasan-batasan mengenai ruang yang
disebutnya sebagai lingkungan (artifactual), teritorial, dan personal. Lebih
lanjut dia mengemukakan adanya tiga jenis ruang, masing-masing dengan
norma dan ekspektasi yang berbeda, yaitu: informal space, ruang terdekat
yang mengitari kita (personal space); fixed feature space' yaitu benda di
lingkungan kita yang relatif sulit bergerak atau dipindahkan seperti rumah,
tembok, dan sebagainya; dan `semifixed feature space', yaitu barang-
barang yang dapat dipindahkan yang berada dalam fixed-feature space.
Salah satu aspek terpenting dari teori Hall adalah kajiannya
mengenai preferensi dalam personal space. Menurutnya, preferensi ruang
seseorang ditentukan oleh delapan faktor yang saling terkait yang
ditemukan dalam tiap kultur. Pertama adalah, jenis kelamin dan posisi dari
orang yang sating berinteraksi, yaitu lelaki atau perempuan, dan apakah
mereka duduk, berdiri, dan sebagainya. Kedua, sudut pandangan atau
angle yang terbentuk oleh bahu dan dada/punggung dari orang yang
berkomunikasi (faktor sociofugal-sociopetal axis). Ketiga, posisi badan
ketika berkomunikasi yang berada dalam jarak sentuhan (faktor
kinesthetic). Keempat, sentuhan dan jenis sentuhan (faktor zero-
proxemic). Kelima, frekuensi dan cara-cara kontak mata (faktor visual
code). Keenam, persepsi tentang panas tubuh yang dapat dirasakan ketika
berinteraksi (faktor thermal code). Ketujuh, odor atau bau yang tercium
ketika berinteraksi (faktor olfactory code). Delapan, kerasnya atau volume
suara dalam interaksi (faktor voice loudness).
Dalam analisisnya mengenai chronemics atau waktu sebagai salah
satu tanda nonverbal, Hall mengemukakan bahwa norma-norma waktu
ditemukan dalam berbagai kultur dalam bentuknya yang berbeda-beda.
Waktu memiliki apa yang disebut dengan `formal time, 'informal time ,
dan 'technical time' Formal time mencakup susunan dan siklus, memiliki
nilai, memiliki durasi dan kedalaman. Informal time biasanya didefinisikan
secara lebih longgar dalam kultur, dan bekerja pada tataran psikologis
atau sosiologis, serta diungkapkan melalui individu atau kelompok.
Penggunaannya dapat berupa ungkapan `sebentar lagi', `nanti', atau
`sekarang'. Sedangkan technical time menggambarkan penggunaan waktu
secara lebih spesifik, seperti `kilometer perjam', `tahun matahari' atau
`meter per detik'.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
22/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 22
3. Functional Approach (Pendekatan Fungsional)
Pendekatan fungsional memandang komunikasi nonverbal sebagai
bertujuan dan dibatasi oleh suatu kerangka waktu tertentu. Ini berbeda dari
pendekatan ethologis di mana komunikasi nonverbal dipandang sebagai suatu
proses evolusi yang berkesinambungan dari spesies yang lebih rendah sampai
kepada manusia. Ini juga berbeda dari pendekatan antropologis di mana
fungsi tertentu dapat terjadi dalam setiap kultur. Dalam teori fungsional,
norma-norma kultural dianggap sebagai sesuatu yang telah ada (given) dan
diperhitungkan dalam kerangka waktu sebagai `variasi kultural'. Persoalan
yang muncul dengan pendekatan fungsional adalah bahwa teori-teorinya
mengemukakan sejumlah fungsi yang berbeda, beberapa di antaranya
menunjukkan kesamaan sementara sejumlah lainnya berbeda.
a. Teori metaforis dari Mehrabian
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke dalam
pengelompokan fungsi. Dia memandang komunikasi nonverbal berada
di antara tiga kontinum, yaitu: dominan-submisif, menyenangkan tidak
menyenangkan, dan mengairahkan tidak menggairahkan. Perilaku
nonverbal dapat ditempatkan pada setiap kontinum dan dianalisis
melalui tiga metafora yang berkaitan dengan kekuasaan dan status,
kesukaan, dan tingkat responsif. Metafora kekuasaan-status men-
cerminkan tingkatan di mana perilaku nonverbal mengkomunikasikan
dominasi atau submisi. Metafora kesukaan didasarkan pada kontinum
menyenangkan-tidak menyenangkan, sedangkan metafora responsif
didasarkan pada kontinum menggairahkan-tidak menggairahkan.
Hampir setiap pesan nonverbal dapat dianalisis oleh setiap fungsinya
dan diinterpretasikan dari satu atau kombinasi fungsi-fungsi tersebut.
Misalnya senyuman dapat mengindikasikan adanya kesenangan,
kegairahan dan kesukaan. Teori Mehrabian dapat diterapkan pada
semua komunikasi nonverbal, meskipun paling sesuai untuk diterapkan
pada penandaan kinesic, para language, sentuhan danjarak/ruang.
b. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi
nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintiman-ekuilibrium.
Mereka mengemukakan bahwa seluruh interaksi dibatasi dalam konflik
antara kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang
menarik dan mendorong antara satu orang dengan orang lainnya
cenderung untuk menyeimbangkan suatu hubungan. Kekuatan tersebut
dijumpai dalam perilaku nonverbal yang berkaitan dengan pendekatan
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
23/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 23
(jarak yang lebih dekat, kontak mata yang lebih banyak, sentuhan dan
gerakan tubuh yang lebih sering) dan penghindaran (jarak yang lebih
jauh, kurangnya kontak mata, dan jarangnya sentuhan dan gerakan
tubuh). Lebih lanjut Argyle dan Dean mengemukakan bahwa ketika kita
berinteraksi, kits mengalami atau menggunakan seluruh saluran
komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran
nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai
kompensasi.
c. Teorifungsional dari Patterson
Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima
fungsi, yaitu: memberikan informasi, mengekspresikan keintiman,
mengatur interaksi, melaksanakan kontrol sosial, dan membantu
pencapaian tujuan. Memberikan informasi antara lain membiarkan
seseorang mengerti tentang perasaan kita. Mengekspresikan keintiman
dapat dilakukan melalui sentuhan. Pengaturan interaksi antara lain
mengatur giliran berbicara dalam percakapan. Melaksanakan kontrol
sosial digunakan ketika kits mengekspresikan pandangan. Membantu
pencapaian tujuan biasanya bersifat impersonal, misalnya sentuhan
yang terjadi ketika seorang penata rambut sedang menata rambut kita.
d. Teori Fungsional Komunikatif
Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada
`kegunaan, motif, atau hasil dari komunikasi'. Teori ini menjelaskan
peran yang dimiliki oleh komunikasi nonverbal terhadap hasil
komunikasi, seperti persuasi dan desepsi (pengelabuan). Dengan
demikian teori ini telah mengalihkan perhatian dari suatu pemahaman
mengenai bagaimana cara kerja komunikasi nonverbal, kepada apa
yang dilakukan komunikasi nonverbal. Burgoon mengemukakan
terdapat sedikitnya sembilan fungsi, dari komunikasi emosional sampai
pemrosesan informasi dan pemahaman. Teori ini memandang suatu
inisiatif untuk berinteraksi sebagai bersifat multi fungsional dan
sebagai suatu bagian penting dari proses komunikasi. Jadi fokusnya
bukan sekedar pada apa yang ditampilkan oleh perilaku nonverbal,
tetapi juga pada hubungan antara perilaku tersebut dengan tujuan-
tujuan yang ada di baliknya.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
24/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 24
KEGIATAN BELAJAR 4
Teori-teori Komunikasi Verbal
ertanyaan mengenai bagaimana kita memperoleh dan menggunakan
bahasa (komunikasi verbal) untuk berkomunikasi telah menjadi bahasan
teoritis selama berabad-abad. Kemampuan kita untuk melakukan
simbolisasi dan berbicara telah memisahkan kita dari spesies lain yang lebih
rendah. Pembahasan pada Kegiatan Belajar 4 ini berusaha untuk memahami
bagaimana dan dengan efek apa bahasa digunakan. Meskipun demikian, sama
seperti komunikasi nonverbal, terdapat berbagai perspektif mengenai bahasa
dan pengaruhnya. Kita akan mulai dengan suatu pandangan bahwa bahasa
secara genetis telah dimiliki oleh manusia (nature approach). Dengan
demikian, kita hanya perlu mempelajari kombinasi tertentu dari penggunaan
kata, yang merefleksikan cara-cara kita menyampaikan dan menerima pesan.
Pada bagian berikutnya kita akan masuk pada suatu pendekatan yang
mempelajari dampak dari penggunaan bahasa dalam menciptakan realitas,
yaitu bagaimana kita `memberi label' atau 'atribut' pada dunia kita dan
bagaimana 'label' tersebut menghasilkan `realitas' (narture approach). Kita
kemudian akan beralih kepada pandangan fungsional yang mencoba
menjawab pertanyaan: mengapa kita bereaksi terhadap bahasa, seolah-olah
kata adalah benda yang direpresentasikannya? Pada bagian akhir kita akan
mendiskusikan suatu pendekatan yang berorientasi pada pesan dalam bahasa,
dan membahas proses berpikir yang berkaitan dengan bahasa yang
mendahului aktivitas transmisi pesan.
1. Nature Approach (Pendekatan Natural)
Seorang ahli yang menaruh perhatian pada bagaimana orang memperoleh
bahasa adalah Noam Chomsky yang memandang pembelajaran bahasa
sebagai suatu fungsi biologis, sama seperti cara Darwin memandang
komunikasi nonverbal. Teori Chomsky yang disebut `struktur dalam' (deep
structure) mengasumsikan bahwa suatu tata bahasa atau struktur bawaan
(innategrammar) yang ada pads diri manusia sejak dia lahir merupakan
landasan bagi semua bahasa. Teori ini mencakup suatu pendekatan umum
yang universal. Dengan mendasarkan pada sejumlah besar penelitiannya,
Chomsky mengidentifikasi adanya tiga struktur dalam semua bahasa.
Pertama, adanya hubungan antara subjek-predikat. Apa pun subjeknya,
predikat akan selalu menunjukkan tindakan apa yang dilakukan oleh subjek.
P
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
25/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 25
Demikian pula sebaliknya, apa pun predikatnya, subjek akan selalu
menunjukkan apa atau siapa yang melakukan tindakan tersebut. Misalnya
'orang makan', `gajah makan', 'monyet makan', kesemuanya menunjukkan
bahwa subjek sedang melakukan tindakan tertentu, yaitu makan. Sementara
dari visi predikat `orang lari', `orang bermain', `orang makan', menunjukkan
bahwa `orang' yang melakukan tindakan, apa pun bentuknya. Kedua,
hubungan antara kata kerja (verb) dengan objek yang mengekspresikan
hubungan logis sebab dan akibat. Hubungan ini menunjukkan kepada siapa
atau untuk apa suatu tindakan dilakukan. Misalnya `orang memakai topi',
`orang memakai jas', `orang memakai kaos', kesemuanya menunjukkan
bahwa objek (apa pun jenisnya) dipakai oleh orang tersebut. Ketiga,
modifikasi,' yang menunjukkan adanya pertautan kelas (intersection of
classes). Misalnya orang memakai `topi hitam', 'orang memakai topi
kuning,'orang memakai topi putih', di mana kesemuanya menunjuk adanya
pertautan (intersection) antara topi dan warna tertentu.
Dengan demikian, Chomsky beranggapan bahwa manusia dilahirkan
dengan membawa kemampuan alamiah untuk berbahasa. Kita dapat
memformulasikan bentuk-bentuk kombinasi kata tertentu hingga terasa
masuk akal. Namun penjelasan bahwa bahasa dapat dipilah dalam struktur
tata bahasa, belum dapat menjawab bagaimana bahasa mengungkapkan
makna. Seorang teoretisi lain, Dan I. Slobin, mengemukakan bahwa bayi
terlahir dengan pemahaman tata bahasa yang telah terprogram, anak
sebenarnya memiliki suatu mekanisme pemrosesan atau sistem untuk
mengorganisasikan informasi linguistik yang diperoleh dari lingkungan anak
tersebut.
Slobin mengemukakan bahwa perkembangan kognitif mendahului
perkembangan bahasa. Dengan berbagai bukti ilmiah dia menunjukkan
bahwa anak dari kelompok bahasa yang berbeda, mempelajari bahasa secara
berbeda tergantung pada tingkat kesulitan dari bahasa tersebut. Bahasa yang
lebih kompleks membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarinya,
karena anak harus membuat sejumlah pengecualian pada prinsip bawaan
yang ada dalam setiap bahasa. Slobin sendiri mengidentifikasi adanya empat
prinsip yang bekerja pada semua bahasa, yaitu: memperhatikan susunan kata,
menghindari pengecualian, menghindari interupsi atau penataan kembali
unit-unit bahasa, dan memperhatikan kata yang ada pada bagian terakhir
kalimat.
Walau ada perbedaan antara teori Chomsky dan Slobin, namun pada
dasarnya keduanya mendasarkan diri pada prinsip natural, yang memandang
bahwa bahasa diperoleh secara natural. Meskipun demikian keduanya belum
dapat menjawab makna apa yang dikaitkan dengan penggunaan bahasa
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
26/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 26
tersebut.
2. Nurture Approach (Pendekatan Nurtural)
Edward Sapir dan Benyamin Whorf mengemukakan teori yang menentang
perspektif alamiah (nature). Dengan memusatkan kajiannya pada semantik
(makna dari kata), mereka mengembangkan suatu teori kultural mengenai
bahasa. Mereka mengatakan bahwa latar belakang dari sistem linguistik (atau
tata bahasa) dari setiap bahasa bukan hanya suatu alat reproduksi untuk
menyampaikan gagasan, tetapi lebih sebagai pembentuk gagasan, pembentuk
dan pemandu bagi aktivitas mental individu, untuk menganalisis kesan, untuk
mensintesiskan aktivitas mental dalam komunikasi. Formulasi gagasan bukan
merupakan suatu proses independen dan bukan aktivitas rasional semata,
tetapi suatu tata bahasa tertentu yang berbeda di antara berbagai tata bahasa
lain.
Jadi, bahasa adalah kultural (seperti pandangan Birdwhistel mengenai
komunikasi nonverbal). Bahkan aturan-aturan bahasa sangat bervariasi dari
satu kultur ke kultur lain, oleh karenanya individu dari kultur yang berbeda
akan berbeda pula cara-caranya dalam memandang dunia. Misalnya, beberapa
bahasa memiliki begitu banyak istilah untuk menyebut 'saiju', sementara
sejumlah bahasa lainnya bahkan tidak memiliki satu istilah pun, terutama bagi
yang belum pernah melihatnya. Menurut Sapir dan Whorf, bahasa dari suatu
kultur akan berkaitan langsung dengan bagaimana cara-cara kita berpikir
dalam kultur tersebut_ Asumsi ini sejalan dengan pandangan antropologis
tentang relativitas kultural, yang menyatakan bahwa, karena kultur yang
berbeda memiliki bahasa yang berbeda dan pandangan hidup yang berbeda,
maka mereka juga memiliki keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda pula.
Kedua teori yang berlawanan ini (nature vs nurture) menunjukkan bahwa
baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal, terdapat dua aliran yang
berangkat dari posisi yang berlawanan dalam menjelaskan bagaimana
orang memperoleh bahasa. Kontroversi ini masih terus berlangsung tanpa
salah satu dapat mengklaim bahwa teorinya yang paling benar, karena
buktibukti yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak belum cukup memadai.
3. Teori Fungsional tentang Bahasa (General Semantics)
Hanya dengan memfokuskan pada makna dari kata (dan bagaimana
makna tersebut mempengaruhi perilaku), aliran general semantics
menganggap bahwa bahasa harus dapat lebih merefleksikan dunia di mana
kita hidup. Asumsi yang mendasari pemikiran general semantik adalah
bahwa 'the word is not the thing'. Kata dianggap sebagai abstraksi dari
realitas. Oleh karenanya general semantics memandang bahwa kata harus
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
27/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 27
sedekat mungkin dengan realitas yang direfleksikannya. Meskipun demikian
mereka menyadari bahwa ini suatu hal yang sulit, karena ketika kata
merupakan suatu konsep yang statis dalam waktu yang panjang, realitas
selalu dalam kondisi yang berubah. Untuk memahami apa yang menjadi kajian
general semantics, kita hares mempelajari sifat-sifat simbol dan bagaimana
kita menggunakannya.
Penggunaan Simbol
Pandangan ini mengasumsikan bahwa seluruh perilaku manusia berangkat
dari penggunaan simbol. Salah seorang ahlinya yang bemama Alfred
Korzybski menganggap adanya ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa
sehari-hari kita. Argumentasinya adalah bahwa manusia hidup dalam
dua lingkungan yang berbeda, lingkungan fisik dan lingkungan simbolik.
Untuk memahami hal ini kita dapat menganalogikannya dengan penggunaan
peta. Misalnya kita bertanya kepada teman kita berapa jarak antara Jakarta-
Surabaya, dan dia menjawab: Menurut peta sekitar 10 cm . Informasi ini
hanya memiliki arti bagi kita jika kita mengetahui skala dari peta tersebut,
dan tentunya skala peta tersebut bukanlah 1:1 Karena jika skalanya serupa
itu peta tersebut akan sama luasnya dengan wilayah yang digambarkannya.
Hal serupa berlaku pula pada kata. Ada satu anekdot untuk mencontohkan hal
ini, ketika seorang pengemudi sampai pada suatu perempatan jalan dan
bertanya pada orang disebelahnya apakah ada kendaraan lain yang akan
melintasi jalanan yang akan diseberanginya, dan orang yang ditanya
menjawab `hanya kijang'. Baru setelah mobil yang mereka tumpangi
menyeberang dan ditabrak oleh sebuah Toyota Kijang yang sedang melaju,
arti semantik dari 'kijang' dipahami oleh keduanya.
Kata, dan pada kenyataannya semua jenis simbol, tidak sama dengan
fenomena yang digambarkannya. Menurut Ogden dan Richards simbol
adalah representasi ide dan ide adalah representasi objek. Dan ketiganya
merupakan fenomena yang berbeda. Persoalan menjadi menarik ketika kita
berbuat seolah-olah kata adalah objek yang digambarkannya. Kita tahu
bahwa orang yang takut ular akan ketakutan jika benar-benar melihat seekor
ular, namun kadang-kadang ada orang yang begitu takutnya sehingga denyut
nadinya meningkat ketika mendengar kata ular. Interaksi antara kata,
maknanya dan perilaku manusia inilah yang menjadi perhatian Korzybski
ketika dia mengemukakan teori general semantics.
Untuk mempelajari teori ini lebih jauh kita akan membahas sejumlah
konstruk: `silent assumptions'. reaksi dan respons, penggunaan identitas,
waktu dan ruang, multi ordinalitas, orientasi intensional dan ekstensional, dan
tataran-tataran abstraksi.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
28/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 28
Silent Assumptions
Dan P Millar dan Frank E. Millar mengemukakan bahwa makna dari
suatu kata tidak terbatas dari yang kita temukan dalam kamus. Jadi
kesalahpahaman semantik terjadi karena kita terlalu sering menggunakan
asumsi secara diam-diam. General semantics menjelaskan bahwa kita
memiliki kecenderungan untuk berurusan dengan objek atau benda pada
tataran abstrak. Misalnya kita tidak berurusan dengan fenomena pada tataran
atomis, meskipun sebenarnya fenomena berubah pada tataran ini. Seperti
telah dikemukakan oleh Korzybski bahwa tataran objektif bukan kata dan
tidak dapat dicapai hanya dengan kata. Untuk dapat mencapai atau
memahami tataran objektif, general semantics mengajarkan kita untuk diam
(silent), dan kondisi diam ini memungkinkan kita untuk merespons kata
sebagai manusia daripada bereaksi terhadapnya sebagaimana yang dilakukan
oleh hewan.
Persoalan yang muncul dari silent assumption ini adalah ketika
mengantisipasi apa yang dikatakan oleh orang lain. Oleh karenanya ketika
kita melakukan silent asssumption, kita harus menanyakan pada diri kita
sendiri tiga pertanyaan tentang apa yang sedang dikatakan orang lain, yaitu:
apa yang dimaksudkannya? (apakah yang dimaksudkannya berbeda dengan
yang dikatakannya), bagaimana dia mengetahui hal yang dibicarakannya?
(mengacu kepada sumber informasi), dan mengapa dia mengatakan hal ini
kepada saya? (apakah kita pendengar yang sesuai dan apakah kita merupakan
sasaran dari kata-kata yang kita dengar).
Reaksi/Respons
Konstruk ini diawali oleh asumsi bahwa manusia bereaksi seperti yang
dilakukan hewan melalui apa yang disebut respons yang dikondisikan. Orang
dapat dengan mudah dipaksa untuk bereaksi pada slogan, nama, hasrat, dan
sebagainya, dalam bentuk yang hampir sama seperti ketika hewan
dikondisikan untuk bereaksi terhadap suatu tanda tertentu. Misalnya hat ini
terlihat pada reaksi pengikut Hitler pada Swastika dan lambang-lambang
lainnya, demikian pula dengan reaksi terhadap simbol AIDS, di mana banyak
dari kita tidak ingin diasosiasikan dengan simbol tersebut.
Korzybski, sebaliknya, menekankan bahwa kita seharusnya tidak meniru
binatang. Respons kita haruslah kondisional, bukan dikondisikan. Artinya
respons kits harus melalui penundaan (delayed) dan modifikasi, bukan
otomatis. Untuk mencapai hat ini kits harus belajar menghindar dari suatu
reaksi yang baku (stereo type) terhadap kelas atau kelompok orang, dan
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
29/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 29
menyadari adanya perbedaan-perbedaan di antara individu anggota kelompok
atau kelas dan menyesuaikan respons kita.
Identitas
Alasan utama mengapa kits cenderung untuk bereaksi daripada
merespons adalah karena kita melihat kesamaan absolut atau identitas.
Sedikitnya ada tiga alasan bagi kecenderungan ini, yaitu: nama adalah suatu
karakteristik penting dari benda atau objek, keunikan benda atau objek
berada di dalam nama, dan jika suatu benda atau objek tidak memiliki nama
maka is menjadi tidak eksis atau tidak dianggap. Jadi terdapat orang-orang
yang beranggapan bahwa, misalnya, semua perceraian memiliki makna
yang sarna atau semua pengertian `demonstrasi' adalah sama, padahal dalam
situasi yang nyaris sama orang atau hat-hat lainnya akan selalu berbeda.
Konstruk tentang identitas berkaitan erat dengan dua konstruk lain dalam
teori general semantics, yaitu: `nonallness' dan 'nonadditivity'. Nonallness
berarti bahwa kita tidak dapat mengatakan segala sesuatunya secara lengkap
mengenai semua hat. Oleh karenanya ketika melihat adanya kesamaan dalam
beberapa hat, kita cenderung untuk mengabaikan perbedaan-perbedaannya.
General semantics merekomendasikan kita untuk menggunakan 'dan
sebagainya' untuk memberikan gambaran bahwa terdapat hal-hal lain yang
tidak kita ketahui ketika mendeskripsikan sesuatu pada saat berbicara.
Konstruk nonadditivity kita lakukan ketika kita menambahkan sesuatu
dan hasilnya dapat memiliki arti yang lain. Misalnya ketika seorang guru
berkata kepada guru lainnya: Bisakah Anda menerima seorang murid lagi
untuk kelas Anda? Karena tidak ada dua hat yang sama persis, menerima
seorang murid yang sekedar duduk di dalam kelas adalah berbeda dengan
menerima seorang murid yang sangat partisipatif di dalam kelas. Oleh
karenanya menambahkan sesuatu tidak hanya sekedar menghasilkan hat yang
sama dalam jumlah yang lebih besar, seperti yang dikondisikan oleh kata atau
bunyi, melainkan menghasilkan suatu perilaku komunikatif yang berbeda.
Keterikatan pada Waktu dan Ruang
General semantics mengemukakan bahwa segala sesuatu di dalam
lingkungan fisik akan terus-menerus berubah. Kita tidak sama dengan diri
kita sepuluh tahun yang lalu, bahkan juga tidak sama dengan diri kita sepuluh
detik yang lalu, karena set dalam tubuh kita berkembang, mati dan
sebagainya. Hal yang sama juga terjadi pada benda mati, karena molekul
akan selalu berubah atau bergerak. Fenomena ini kita sebut `keterikatan
waktu' (time-binding). Selain itu jugs terjadi `keterikatan ruang' (space-
binding). Karena orang berada dalam. tempat atau ruang yang berbeda,
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
30/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 30
mereka akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda-beda. Contoh yang
paling sederhana dari hat ini adalah sebab-sebab dari terjadinya suatu
kecelakaan lalulintas. Dua aspek dalam dimensi ruang adalah jarak dan posisi
relatif. Seperti halnya dengan waktu, ruang adalah suatu fenomena yang pasif
dan penyebab perubahan (catalytic). Benda atau objek atau hal, harus berada
di dalarn suatu ruang, harus memiliki jarak (dekat atau jauh) dari benda,
objek, atau hal lainnya, dan meskipun memiliki jarak yang sama, mereka
harus menempati posisi yang berbeda. Dimensi ruang mencakup tataran fisik
(persepsi dan jarak), tataran psikologis (perasaan, keadaan, dan sebagainya),
dan tataran kultural (norma, nilai)
Multiordinalitas
Multiordinalitas menjelaskan mengenai pernyataan yang bertingkat-
tingkat. Misalnya kita berkata bahwa `kucing belang berlari lebih cepat
daripada kucing hitam'. Lalu kita bergerak pada tataran abstraksi yang lebih
tinggi dan membuat pernyataan lain mengenai pernyataan ini, seperti
misalnya `itu benar' atau `itu salah' atau `kalau pernyataan itu benar berarti
ada hubungan antara pigmen dengan struktur otot'. Pemyataan-pernyataan
ini ada pada tataran abstrak yang lebih tinggi daripada pernyataan yang
pertama, karena semuanya merupakan pernyataan mengenai pernyataan yang
pertama. Jadi kata 'pernyataan' dianggap memiliki multiordinal yang dapat
digunakan pada tataran, atau tingkatan abstraksi yang berbeda, dan makna
dari tiap-tiap tatarannya juga berbeda.
Contoh lain adalah kata 'cinta' Kita dapat mencintai suatu bangunan,
seorang gadis, sebuah lukisan, sebuah teori, sebuah pertarungan sengit.
Semua 'cinta' ini berada pada tataran abstraksi yang sama, tetapi cinta juga
dapat bergerak ke tataran yang lain. Jadi kita dapat mencintai `kecintaan' kita
terhadap seorang gadis, dan sebagainya. Ini adalah cinta pada tataran kedua,
yang berbeda dari cinta pada tataran pertama karena melibatkan proses
psikoneurologis yang berbeda.
Orientasi Intensional dan Ekstensional
Konstruk ini menjelaskan bagaimana orientasi orang ketika merespons
suatu hal. Menurut Irving J. Lee, orientasi `intensional' didasarkan pada
definisi verbal, asosiasi, dan sebagainya, yang mengabaikan observasi. Jadi
seperti ungkapan `bicara dulu, tanpa peduli bagaimana kenyataannya'.
Orientasi ekstensional didasarkan pada susunan observasi, investigasi, dan
sebagainya, terlebih dahulu sebelum membicarakannya.
Beberapa karakteristik dari orientasi internal adalah: orang lebih
memperhatikan nama dan apa yang dikatakan mengenai suatu hal daripada
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
31/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Bacaan Kuliah Teori Komunikasi
Page 31
kepada kenyataan; orang merespon kata atau pernyataan sebagaimana
merespon objek yang digambarkan oleh kata tersebut; orang tidak merasa
yakin dengan kenyataan yang dihadapinya; dan orang menggunakan
pembuktian verbal, ketimbang fakta yang nyata.
General semantics lebih mendukung orientasi eksternal, yang artinya
merekomendasikan seseorang untuk lebih dulu mencari faktanya. Oleh
karenanya, kata-kata lain yang banyak menandai teori ini adalah seperti
`observasi', `keingintahuan' `pengungkapan', `penelitian', dan 'pengujian'
4. Konstruktivisme: Perspektif Pesan dalam Bahasa
Jesse G. Delia dan Ruth Anne Clark mengemukakan suatu teori yang
dikenal sebagai Konstruktivisme. Teori ini menaruh perhatian pada proses
berpikir yang terjadi sebelum pesan dikemukakan dalam suatu tindakan
komunikasi. Mereka menyebut proses berpikir ini sebagai `kognisi
sosial'. Analisis mereka telah membawa kepada usaha untuk memahami
bagaimana orang menyusun dan mengubah suatu `impresi/kesan' pada
orang lain, dan bagaimana kesan digunakan untuk menyusun strategi pesan
serta bagaimana orang merasionalisasikan strategi tersebut.
Beberapa prinsip penting dari teori mereka adalah, konstruksi episodik
dan disposisi seseorang diorganisasi oleh skemata interpersonalnya.
Skemataskemata interpersonal ini adalah kognisi atau pemikiran mengenai
bagaimana kita berpikir (menganggap atau memperkirakan) mengenai apa
yang akan dilakukan oleh orang lain. Skemata-skemata interpersonal ini
diorganisasi ke dalam semacam sistem (skema), dan pola-pola dalam sistem
ini mencakup interpretasi dan penyimpulan, serta pola-pola 'konstruksi' yang
kita gunakan untuk menjelaskan perilaku orang lain.
Prinsip kedua adalah, organisasi kesan interpersonal memberikan
pemahaman dan antisipasi atas orang lain secara kontekstual dan relevan.
Dalam hal ini orang bertindak seolah-olah sebagai psikolog-sosial yang
mencoba menggunakan suatu pola konsepsional untuk menjelaskan,
memahami, dan memperkirakan perilaku orang lain di dalam berbagai
konteks.
Prinsip ketiga, variasi sistematis dalam konstruk dan skemata
interpersonal yang berkembang sebagai suatu fungsi pengalaman sosial,
memberikan perbedaan kapasitas untuk membentuk kesan-kesan yang
terorganisasikan dan stabil dalam waktu dan konteks yang berbeda. Jadi,
orang yang lebih banyak memiliki pilihan dalam menilai orang lain, dan lebih
abstrak pemikiran konstruksi interpersonalnya, cenderung lebih mampu
memformulasikan pandangan yang terorganisasi mengenai orang lain.
8/10/2019 Teori Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
32/32
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Misalnya, dalam berinteraksi dengan orang yang tidak kita sukai, maka
pemikiran kita mengenai orang tersebut diwarnai oleh perasaan kita mengenai
orang-orang lainnya yang tidak kita sukai. Jadi, kita dapat menilai orang lain
sebagai buruk/jahat hanya karena satu atau dua sebab, atau kita mungkin
telah memiliki sebelumnya rasa tidak suka pada orang tersebut yang
didasarkan atas variasi kognisi ita. Dalam waktu yang lama sepanjang tidak
ada kognisi lain yang menandingi, kesan kita terhadap orang tersebut akan
stabil, dan kita cenderung untuk memahami dan memprediksi perilakunya
berdasarkan kesan tersebut.
Dari penjelasannya tersebut, Delia dan Clark telah mengemukakan
bahwa bahasa digunakan untuk menilai apa yang akan dirasakan oleh orang
lain terhadap suatu pecan yang disampaikan kepadanya, sebelum pesan itu
sendiri sepenuhnya disusun. Oleh karenanya, individu dengan kecakapan
bahasa yang lebih baik akan mampu menyusun pesan secara lebih tepat dan
jelas kepada berbagai jenis orang dalam berbagai situasi spesifik.
Recommended