View
53
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Martin Heidegger
Menurut Heidegger, disposisi mendasar eksistensi manusia adalah keterlemparan atau
pasivitas. Apa maksudnya? Maksudnya adalah pertama bahwa sebelum manusia berada di
sini, ia dulu berada di sana (da-sein). Kedua, bahwa keberadaan manusia di suatu tempat atau
lingkungan tidaklah ditentukan oleh dirinya. Bagi Heidegger, disposisi ini sekaligus
menentukan kemungkinan-kemungkinan pengetahuan kita. Maka, persoalan mendasar
pengetahuan manusia tidak dicari dari diri manusia itu sendiri melainkan selalu berada dalam
kaitannya dengan pengalaman keseharian terhadap dunia yang ia hidupi. Manusia dan dunia
adalah sesuatu yang sangat mendasar dan tak terpisahkan. Peristiwa keterlemparan ini
merupakan peristiwa yang sangat mendasar sehingga manusia tidak pernah sepenuhnya
Bagi saya, Heidegger merupakan tokoh filsafat revolusioner terbesa abad 20 ini. Ia bukan saja membalikkan gaya berpikir Descartes dengan memasukkan manusia dalam Dunianya, melainkan pula berusaha mengajak orang hidup
otentik. Kita yang hidup di zaman sekarang mungkin akan kesulitan memahami gagasan Heidegger. Ia bahkan mengakui bahasa sehari-hari saja belum cukup untuk memuaskan pemahaman yang dimaksud. Maka, penggunaan
bahasa dalam pemikiran Heidegger harus dipahami dengan baik
The notion of language as an instrument of informationurges nowadays to the extreme.
The relation of human being(s) to languageis undergoing a transformation
the consequences of which we are not yet ready to faceThe ongoing of this process cannot be stopped by
direct intervention.Besides, it is going on in the profoundest silence.
Evidently, we have to state that language in everyday lifeappears as a vehicle for understanding and will
be used as such a vehicle.But, there are other relations to language than the
common ones.Goethe calls these other relations the 'deeper'
ones and says of language: "In normal life, we makelanguage work in a provisional way. Because we are signify
just superficial relations. As soon as we speak of deeperrelationships, there comes up suddenly another language,
that of the poetical."
menyadari artinya. Being-in-the-world, demikianlah istilah khas yang ditunjukkan Heidegger
untuk menunjukkan pemahamannya ini.1
Relasi Dasein dengan dunia bukan merupakan sebuah relasi objektif dalam pengertian
dengan menyelidiki dunia Dasein dapat menghasilkan pemahaman mengenai diri manusia itu
sendiri. Relasi dengan dunia merupakan relasi di mana Dasein dapat menyingkapkan makna
adanya. Tanpa dunia, pemahaman itu sendiri tidak akan pernah mungkin terjadi. Kesadaran
karena itu bukanlah melulu soal kesadaran akan (Husserl: intensionalitas kesadaran),
melainkan juga kesadaran dalam atau sebagai sesuatu. Pernyataan ini mau menegaskan
bahwa kita tidak sekedar menyadari sesuatu, melainkan sesuatu itu turut membentuk
kesadaran kita.
Dalam dunia ini manusia tidak hidup sendiri. Ia berada bersama ada-ada yang lain.
Pemahaman terhadap ada-ada yang lain tidak muncul dari pemeriksaan pikiran kita sendiri
melainkan sudah menjadi bagian dari ada-dalam-dunianya Dasein. Dengan kata lain, ada-
dalam-dunia sekaligus juga berarti berada bersama yang lain. Bagaimana hal ini dijelaskan?
Tapi, sebelum masuk ke dalam uraian Heidegger, perlu terlebih dahulu mengerti apa yang
dimaksudkan orang lain (the others) di sini.
Menurut Heidegger, perhatian Dasein pada segala sesuatu dalam dunia ini sebagai
ungkapan cara beradanya dalam ada-dalam-dunia mengikutsertakan pula perjumpaan dengan
orang lain. Ini tidak berarti Dasein menjumpai the others secara langsung. Dasein menjumpai
the others dalam dan melalui perhatian pada segala sesuatu atau dalam dunia yang
melingkupinya. Tapi, the others tidaklah dipahami dalam kehadiran objektif sebagaimana
terhadap benda-benda. The others, sebagaimana Dasein, memiliki struktur ada-dalam-dunia.
Pengertian dunia di sini (perhatian, keterlibatan di dalamnya) menjadi kunci pemahaman.
Perhatian atau keterlibatan dalam dunia menunjukkan bahwa the others adalah mitda-
sein (mit = bersama, da = di sana, sein = ada) yakni yang memiliki karakter ada-bersama
(being-with). ‘Bersama’ (With) merupakan karakter Dasein dan karakter ini harus dijelaskan
secara eksistensial. Keterbukaan (being-with) sebagai cara berada eksistensial dan struktur
ada-dalam-dunia memungkinkan pemahaman mengenai the others in their mitda-sein.2
1 Martin Heidegger. Being and Time. Bab II tentang Being-in-the-world in General as the Fundamental Constitution of Dasein.2 Idem. Bab IV, bag. 26.
Dengan kata lain, The others sebelumnya juga berada di sana (being-there). Melalui
keterlibatannya dalam dunia, Dasein menjumpai the others.
Akan tetapi, karakter perjumpaan ini lebih bersifat apa (what) yang dikerjakan dan
dilakukan. Atau lebih tepatnya apa yang menjadi perhatian Dasein dan the others dalam
dunia ini. Pertanyaan utama Heidegger lantas adalah kapan atau bagaimana karakter
perjumpaan ini bersifat siapa (who).3 Menurut Heidegger, hal ini terjadi ketika kita
memahami secara eksistensial bahwa the others dijumpai sebagaimana apa adanya mereka,
they are what they do4. Berhadapan dengan ini, menurut Heidegger, Dasein memiliki struktur
distantiality yang membuat Dasein mampu berada bersama the others. Dalam pengertian ini,
the other bukan berada dalam pemahaman definite others. Semua orang adalah the others5.
Karena itu, Heidegger menunjuk the others sebagai das man, the they.
The they6 inilah yang memungkinkan pemahaman being-with-one-another. The they
dalam pengertian ini adalah subjek, the who dari keseharian Dasein. Apa artinya? Artinya
ketika kita membaca dan memutuskan sesuatu, kita melakukannya seperti yang the they
lakukan. Dengan kata lain, the they mempunyai fungsi normatif dalam menentukan
tingkah laku Dasein serta menunjukkan kemungkinan-kemungkinan perwujudan diri
Dasein. Inilah yang memberi makna pada setiap eksistensi Dasein. Dasein mengambil bagian
dalam konteks dunianya di mana nilai-nilai diungkapkan oleh the they tersebut. The they
bukanlah konsep universal yang mengatasi pluralitas subjek. The they justru merupakan
sebuah fenomena awali dari struktur Dasein sebagai ada-dalam-dunia.
3 Idem. Bab IV, bag. 25.4 Penggunaan tanda kapital pada ‘are’ berasal dari penulis.’Are’ dalam logika demikian menunjuk eksistensi dari subjek. Jadi di sini, terdapat kesatuan esensi dan eksistensi sebagaimana diterangkan Heidegger melalui pemahaman manusia secara ontologis dan ontis.5 “Every one is the other and no one is himself”. Idem. Bab IV, bag.27. Lebih lanjut ia mengatakan, “Initially, ’I’ ’am’ not in the sense of my own self, but I am the others in the mode of the they.” 6 Umumnya diterjemahkan sebagai ‘mereka’. Tapi, dalam bahasa Indonesia, mereka lebih merujuk kepada orang ketiga jamak. Penggunaaan demikian agak sulit ketika dikaitkan dengan pengertian ‘Yang Satu’ dari the they(pemberian tanda capital pada ‘the’ dari penulis). ‘Yang Satu’ di sini lebih mencakup saya, kamu, dan orang lain (I, You, The others). Itulah sebabnya penulis tetap mempertahankan terjemahan the they sebagai the they.
Recommended