View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/30/2019 Tinjauan Lat Fisik
1/6
II.2.1 Latihan fisik
II.2.2. Definisi aktivitas fisik (physical activity), latihan fisik (exercise) dan kebugaran (fitness)
Aktivitas fisik lebih merupakan bentuk multidimensional yang kompleks dari perilaku manusia
dan secara teoritis, meliputi semua gerak tubuh mulai dari gerakan kecil hingga turut serta dalam
lari maraton. Meskipun bersifat perilaku, aktivitas fisik mempunyai konsekuensi biologis.
Biasanya aktivitas fisik mengacu kepada gerakan beberapa otot besar, seperti ketika
menggerakan lengan dan tungkai. Aktivitas fisik pada umumnya diartikan sebagai gerak tubuh
yang ditimbulkan oleh otototot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energy (Gibney dkk,
2005).
Aktivitas fisik dan pengeluaran energy tidaklah sama. Aktivitas fisik merupakan bentuk perilaku,
sedangkan pengeluaran energi merupakan outcome dari perilaku tersebut (Gibney dkk, 2005).
Gambar. Model skematik hubungan antara gerak tubuh, aktivitas fisik dan pengeluaran energi
(Gibney dkk, 2005)
Latihan fisik atau exercise didefinisikan sebagai subkelompok aktivitas fisik berupa gerakan
tubuh yang terencana, terstruktur, dan repetitive (berulang) untuk memperbaiki atau memelihara
satu atau lebih kebugaran fisik (Gibney dkk, 2005).
7/30/2019 Tinjauan Lat Fisik
2/6
Kebugaran fisik (physical fitness) didefinisikan sebagai satu set kualitas fisik yang dicapai atau
telah dicapai oleh masyarakat sehubungan dengan kemampuan mereka melakukan aktivitas fisik.
Kebugaran fisik adalah kualitas atau keadaan fisiologis dank arena itu jelas berbeda dengan
aktivitas fisik serta latihan fisik yang merupakan tipe perilaku lainya (Gibney dkk, 2005).
Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan mengacu kepada komponen yang secara spesifik
berhubungan dengan kesehatan dan pada keadaan tertentu berhubungan dengan kinerja.
Sementara itu komponen kebugaran yang berkaitan dengan kinerja hanya berhubungan dengan
kinerja atletik (Gibney dkk, 2005).
Gambar. Hubungan antara aktivitas fisik, latihan fisik dan kebugaran fisik (gibney dkk, 2005)
7/30/2019 Tinjauan Lat Fisik
3/6
II.2.3. Dimensi aktivitas fisik
Ketika menilai aktivitas fisik, paling tidak terdapat empat dimensi utama yang menjadi fokus,
yaitu tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik. Keempat dimensi ini penting bagi
tujuan penelitian deskriptif maupun analitik (Gibney dkk, 2005)
Frekuensi aktivitas fisik mengacu kepada jumlah sesi aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi
aktivitas fisik merupakan lamanya waktu yang dihabiskan ketika melakukan aktivitas fisik.
Intensitas aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah ringan, sedang atau moderate, berat
atau vigorous dan sangat keras strenuous. Kategori intensitas ini sering dapat didefinisikan
dengan pengertian absolute dan relatif. Pengelompokan absolut yang sering dipakai untuk
intensitas aktivitas fisik adalah klasifikasi MET ( metabolic energy turnover). Satu MET sama
dengan pengeluaran energi pada saat istirahat, yaitu sekitar 3,5 ml O2/kg permenit. Klasifikasi
MET merupakan alat yang berguna pada saat kita menghitung pengeluaran energi dari instrumen
pengkajian subjektif seperti buku harian dan kuesioner tentang aktivitas fisik (Gibney dkk,
2005).
Gambar. Klasifikasi relative dan absolute latihan fisik
Aktivitas fisik dapat pula dinilai dapat bentuk total volume aktivitas fisik, atau pengeluaran
energi yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Sebagian instrumen pengkajian yang ada dapat
menangkap frekuensi, durasi, dan intensitas di samping total volume aktivitas fisik. Total volume
aktivitas fisik dapat ditentukan kuantitasnya dengan satuan MET-hours perhari atau minggu.
7/30/2019 Tinjauan Lat Fisik
4/6
Yaitu, intensitas semua aktivitas yang berbeda selama periode pengkajian dinyatakan dalam
ekuivalen MET yang dikalikan dengan waktu yang digunakan bagi semua aktivitas. Cara ini
sering dalakukan untuk menyatakan total volume aktivitas fisik ketika menggunakan metode
kuesioner. Ketika memakai alat pantau aktivitas, total volume aktivitas fisik dinyatakan dengan
hitungan total atau rasio hitungan total terhadap waktu yang tercatat (Gibney dkk, 2005).
Jika suatu instrumen dirancang untuk mengukur kuantitas total pengeluaran energi selama satu
periode tertentu, pengeluaran anargi ratarata tiap hari (ADEE; average daily energy
expenditure) atau total pengeluaran energi ( TEE; total energy expenditure) dapat dihitung. TEE
terdiri atas RMR (resting metabolic rate) , termogenesis yang ditimbulkan oleh makanan ( DIT;
dietary induced thermogenesis) dan pengeluaran energi untuk aktivitas fisik. Pengeluaran energi
saat istirahat (REE) atau pengeluaran energi basala terdiri dari ADEE sebesar 60-70% dan DIT
menempati selitar 10% dari total energi yang dikeluarkan atau dipakai setiap hari. Melalui
pengurangan ADEE dengan RMR yang diestimasikan atau dilaporkan, pengeluaran energi untuk
aktivitas (AEE; activity energy expenditure) dapat dihitung. AEE merupakan ukuran yang
berguna karena dapat mengukur jumlah total energi yang berkaitan dengan aktivitas fisik.
Penghitungan AEE biasanya memeperhitungkan DIT dengan mengasumsikan bahwa 10% dari
TEE disebabkan oleh DIT (Gibney dkk, 2005)
AEE = TEE(RMR + TEE X 0,1)
7/30/2019 Tinjauan Lat Fisik
5/6
Gambar. Nilai MET (metabolic energy turnover) yang sering dilakukan
II.2.4. Efek latihan fisik berat terhadap siklus menstruasi
Terdapat dua komponen dasar adaptasi tubuh terhadap stres (stres fisik maupun psikis), pertama
rangsangan Corticotropin Releasing H ormone (CRH) di supra hipotalamus dan kedua
rangsangan pada Locus Cerules Norephinephrine (LC/NE) atau sistem saraf otonom (simpatis).
Kemudian CRH menekan GnRH pada nucleus arkuatus hipotalamus atau secara tidak langsung
melalui induksi - endorphin, baru kemudian menekan hipotalamus. Selain CRH juga memacu
7/30/2019 Tinjauan Lat Fisik
6/6
pelepasan ACTH dari hipofisi anterior, karena pengaruh ACTH ini glukokortikoid di supra
renalis dirangsang sekresinya (kortisol, adrenalin, dan androgen meningkat).
Glokokortikoid yang meningkat akan menekan produksi esterogen, melalui :
a. Inhibisi GnRH hipotalamusb. Inhibisi hipotalamus, sehingga FSH-LH tidak disekresic. Inhibisi langsung terhadap ovarium, sehingga menyebabkan atresia folikuler (folikel-
folikel adalah pusat produksi esterogen).
Di lain pihak, dengan meningkatnya aktivitas glukokortikoid, akan menimbulkan aromatisasi
androstenedione (terjadi dimetilasi pada atom C-19), sehingga esterogen justru akan meninggi,
yang akan merangsang mekanisme umpan balik positif kepada hipofisis untuk mensekresi FSH
LH. Konsentrasi LH yang meninggi akan menyebabkan terjadinya atresia folikuler di ovarium,
akhirnya esterogen berkurang drastis. Turunnya kadar esterogen inilah yang akan menyebabkan
gangguan siklus menstruasi, terlambatnya usia menars, gangguan sistem kerangka dan resiko
penyakit jantung.
Recommended