View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
TIPOLOGI PENDIDIKAN KARAKTER KEMANDIRIAN
PADA PONDOK PESANTREN SALAF DAN
PONDOK PESANTREN MODERN
Disusun Oleh:
ABDUL KHAMID
NIM:12010170037
Tesis diajukan sebagai pelengkap
Persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian Pada Pondok Pesantren Salaf dan
Pondok Pesantren Modern. Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam. Program
Pascasarjana. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin,
M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tipologi pendidikan karakter
kemandirian pada pondok pesantren Salaf dan pondok Pesantren Modern
Jenis penelitian ini penelitian lapangan dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi,
dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan pertama,. Tipologi Pondok Pesantren Salaf
dilakukan dengan model keteladanan kyai, ustad, ulama’-ulama’ salaf terdahulu,
mengkaji Al-Qur’an, Hadist, Ijmaq, Qiyas dan Jama’ah, menghormati yang lebih tua
menghargai yang muda, sedangkan Tipologi Pendidikan karakter kemandirian Pondok
Pesantren Modern lebih diintegrasikan dengan pembelajaran seperti: kuat aqidahnya,
berakhlakul karimah, keilmuan yang memadai, tumbuh sifat kepemimpinan, bisa
mengatasi problematika di tengah-tengah arus globalisasi Kedua, faktor pendukung
Tipologi Pondok Pesantren Salaf pondok pesantren diantaranya: 1) kyai, ustad atau
guru, 2) kegiatan belajar mengajar meliputi: harian, minggua, bulanan dan tahunan, 3)
santri, 4) lingkungan pesantren, 5) kerjasama dengan masyarakat. faktor pendukung
pendidikan kemandirian Pondok Pesantren Modern diantaranya:1) kyai, ustad atau
guru, 2) kegiatan belajar mengajar meliputi harian, mingguan, bulanan, dantahunan, 3)
santri, 4) orang tua, 5) lingkungan pesantren. Sedangkan faktor penghambat Tipologi
pendidikan karakter kemandirian Pondok Pesantren Salaf diantaranya: 1) perbedaan
bagraund bawaan santri 2) sarana dan prasarana. dan faktor penghambat Tipologi
pendidikan karakter kemandirian Pondok Pesantren Modern diantaranya: 1) santri yang
bermalas-malas, 2) sarana dan prasarana.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter Kemandirian
vi
ABSTRACT
Typology of Independence Character Education in the Salaf Islamic Boarding
School and Modern Islamic Boarding School. Thesis of Islamic Religious Education
Study Program. Graduate program. Salatiga State Islamic Institute. Counselor: Dr.
Miftahuddin, M.Ag.
This research aims to determine the typology of independence character
education in the Salaf Islamic boarding school and Modern Islamic boarding school.
The type of this research is field research with a qualitative research approach.
The data collection techniques of this research used observation, documentation, and
interview techniques.
The results of this research. First, typology of the Salaf Islamic Boarding School
is model of the imam, previous muslim priests , studying the Qur'an, Hadith, Ijmaq,
Qiyas and Jama'ah, respect to the elders generation and apreciate to the younger
generation, while Education typology of character independence in Modern Islamic
Boarding Schools more integrated with learning such as: strong aqeedah, morality,
adequate knowledge, growing leadership traits, can overcome problems in the midst
of globalization. Second, supporting factors typology of Salaf Islamic Boarding
Schools include: 1) imam or teacher, 2) teaching and learning activities include:
daily, weekly, monthly and yearly, 3) students, 4) boarding school environment, 5)
cooperation with the community. Supporting factors independence of Modern Islamic
Boarding School include: 1) imam or teacher, 2) teaching and learning activities
include daily, weekly, monthly, and annual, 3) students, 4) parents, 5) boarding school
environment. and then, the inhibiting factors of the typology of the Independence
character education of the Salaf Islamic Boarding School include: 1) the difference of
students' background 2) facilities and infrastructure. and inhibiting factors Typology
of independent character education Modern Islamic Boarding Schools include: 1) The
laziness of student's Islamic Boarding School , 2) facilities and infrastructure.
Keywords: Independence Character Education
vii
PRAKATA
بسم الله الرّحمن الرّحيم Dengan menyebut nama Allaah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Segala Puji
bagi Allah, dengan penuh rasa Syukur akhirnya penulis panjatkan kehadiran-nya. Hanya
berkat karuynia-nya penulis dapat melaksan akan aktivitas hidup terutama dalam
menyelesaikan tugas akhir di IAIN Salatigaini.
Penulis menyadari bahwa penulis Tesis ini tidak akan dapat menyelesaikan Tesis ini
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A. Selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Ruwandi, S.Pd., M.A selaku ketua jurusan Program Pascasarjana Pendidikan
Agama Islam
4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing dalam penulisanTesis ini.
5. Segenap guru Besar, Dosen dan seluruh Staf dan karyawan Pascasarjana IAIN Salatiga.
6. Almukarom Romo Kyai As’ad Haris Nasution F. Ibunda Fatikhah Ulfaf, Ibunda Chusnul
Chalimah, serta Ustadz-Uatdzah Pon-Pes Al-Manar yang telah berjuang bersama dalam
Agama Allah.
7. Abah K. As’ad Haris Nasution F, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar Kec.
Tengaran dan Abah K. Nur Salim, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Annibos Kec. Suruh
yang telah memberikan izin penelitian .
8. Bapak – Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo’akan dan membantuku dalam
menyelesaikan Studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih saying dan kesabarannya.
viii
ix
PERSEMBAHAN
Tesis yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
Bapak Ibuku (Bpk H. Zaini Ibu Hj. Mapiyah), Kakak (Masrokan dan Siti Nur Asiyah),
Yayasan Pondok Pesantren Desa Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang
Keluarga Besar MTs Al-Manar Ds. Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang
Jama’ah Rutinan Khotmil Qur’an Bani Mbah Dasiyo
Jama’ah Rutinan Khotmil Qur’an Bani Mbah Nur Chamid
Keluarga IMADISA (Ikatan Mahasiswa Purwodadi IAIN Salatiga)
Almamater tercinta IAIN Salatiga.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ I
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... II
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................................... III
ABSTRAK ...................................................................................................................... Iv
PRAKATA ...................................................................................................................... VI
DAFTAR ISI ................................................................................................................... X
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... Xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
C. C. Signifikansi Penelitian ................................................................................................ 5
D. D. Kajian Pustaka ............................................................................................................ 6
E. E. Metode Penelitian ....................................................................................................... 11
F. F. SistematikaPenulisan .......................................................................................... ...... .
15 15
BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN..................................................................... 17
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Pondok Pesantren Annibros....................... 17
B. Visi dan Misi Pondok Pondok Pesantren............................................................
C. Sejarah Singkat dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Manar …………......
D. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Manar …………………………………....
19
20
24
BAB III DATA HASIL PENELITIAN............................................................................
A. Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Salaf……..
1. Pendidikan Karakter Kemandirian Pada Pondok Pesantren Salaf……………
2. Strategi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Salaf….
B. Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Modern….
1. Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Psantren Modern………….
2. Strategi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Modern…
26
26
26
29
32
32
35
xi
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian
pada Pondok Pesantren Salaf. …………………………………………………..
1. Faktor Pendukung ………...........................................................................
2. Faktor Penghambat………………………………………………………….
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian
Pada Pondok Pesantren Modern…………………………………………………
1. Faktor Pendukung……………………………………………………………
2. Faktor Penghambat…………………………………………………………..
38
38
39
40
40
41
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN .................................................................... 42
A. Karakteristik Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok
Pesantren Salaf …………………………………………………………………..
42
B. Karakteristik Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok
Pesantren Modern ……………………………………………………………….
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian
pada Pondok Pesantren Salaf ……………………………………………………
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian
Pada Pondok Pesantren Modern…………………………………………………
44
47
49
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 52
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 52
B. Saran ................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Bukti Telah Melaksanakan Penelitian
3. Dokumentasi
4. Pedoman Wawancara
5. Daftar Riwayat Hidup Penulis
6. Nota Pembimbing
7. Lembar Bimbingan Tesis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa terletak pada karakter yang dimikiki bangsa tersebut.Karakter
merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.Karakter adalah mustika hidup yang
membedakan antara manusia dan hewan.Manusia yang tidak berkarakter dikatakan sebagai
manusia yang sudah melampaui batas, orang yang berkarakter kuat dan baik secara
individual dan sosial ialah yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik.1
Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia Indonesia yang
berkarakter sangat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Alasannya jelas karena
degradasi moral yang terus menerus terjadi pada generasi bangsa ini dan nyaris membawa
bangsa ini pada kehancuran. Korupsi menjadi budaya yang seakan telah mengakar pada
kehidupan bangsa ini mulai dari tingkat kampung hingga pejabat tinggi negara padahal
jelas mereka adalah orang yang berpendidikan, penyalahgunaan dan peredaran narkoba
yang semakin menggurita, tawuran antar pelajar dan berbagai kejahatan yang telah
menghilangkan rasa aman setiap warga, merupakan bukti nyata akan degradasi moral
generasi bangsa ini2.
1Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya Pada Lembaga Pendidikan, Jakarta:
Kencana, 2012, 1.
2Ma’mur Asmani, Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,Yogyakarta: DIVA press, 2012,
47.
2
Dalam perspektif Islam, secara teoretik sebenarnya pendidikan karakter telah ada
sejak Islam diturunkan di dunia seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk
memperbaiki atau menyempurnakan ahlak (karakter) manusia. Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda yang artinya:“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-
akhlak mulia.3
Rasulullah adalah perumpamaan Al-Qur’an berjalan, karena perilaku,
perkataan dan kehidupan sehari-hari mencerminkan apa yang diajarkan di dalam Al-
Qur’an. Dalam syiar Islam beliau mengutamakan contoh nyata melalui perangainya yang
luhur4, merupakan model karakter seorang muslim dengan model Nabi Muhammad SAW
yang memiliki siafat shidiq, amanah, tabligh, fatonah.5
Salah satu lembaga pendidikan yang saat ini dilihat mampu menerjemahkan
pendidikan adalah pesantren.Pesantren adalah sebuah institusi yang unik dengan ciri-ciri
yang khas yang sangat kuat dan lekat, peran yang di ambil adalah mencerdaskan bangsa
yang telah turun temurun tanpa henti.6Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam
yang tertua di Indonesia.7Pesantren juga sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya akhlak atau moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-
hari dengan penuh kemandirian.8Kemandirianmerupakan salah satu tujuan yang hendak
dicapai dalam proses pendidikan. Pendidikan nasional tidak hanya mengembangkan
3Imam Ghazali, Mukhtashar Ihya’Ulumiddin, Penerjemah: Abu Madyan Al Qurtubi, Depok: Keira
Publishing, 2014, 257.
4Agus Hermawan, Sirah Nabawiyah, Kudus: LPSK Kudus, 2015, 32.
5Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi, Bandung: PT Remaja
Kompetensi, 2002, 12. 6
M. Syaifudin Zuhry,“Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren Salaf”,
Walisongo, Volume 19, No 11 ( 2011), 288. 7Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999,1. 8Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, 55.
3
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, akan tetapi bertujuan pula membentuk peserta didik
yang mandiri.9
Pendidikan kemandirian lebih menekankan pada proses-proses pemahaman,
penghayatan, penyadaran dan pembiasaan, sebagaimana yang selama ini terlihat pada
karakter santri.Kemandirian santri terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti makan,
minum, mencuci pakaian, pengaturan keuangan dan belajar.Sistem pemondokan dan tradisi
kehidupan didalamnya, dinilai semakin mendorong santri dalammemenuhi kehidupan dan
tugas sehari-hari secara mandiri.10
Salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai kontribusi dalam perbaikan karakter
kemandirian salah satunya adalah PonpesAl-Manar Kec.Tengran dengan Ponpes Annibros
Kec. Suruh Kab. Semarang harapan besar berdasarkan sistem pendidikan yang ditanamkan
Ponpes yang terletak di kabupaten Semarang memiliki keunggulan, dan kemandirian
intelektual di bidang akhlak Islamiah, kompetensi ilmu-ilmu agama serta memiliki sumber
daya manusia di bidang kefaqihan agama dan moralitas.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di lihat betapa pengtingnya akan pendidikan
karakterkemandirian dan salah satu yayasan pendidikan yang mengajarkan akan
9Uci Sanusi, “Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren: Studi Mengenai Realitas Kemandirian Santri
di Pondok Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan Pondok PesantrenBahrul Ulum Tasikmalaya”,Jurnal Pendidikan Agama
Islam Ta'lim Volume 10 No 2 (2012), 124. 10
Zakiyah Daradjat, Islam Untuk Disiplin Ilmu Sosiologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, 98.
4
pentingnyapendidikan karakter Kemandirian salah satunya pondok pesantren Al-Manar dan
Pondok Pesantren Annibros Kab. Semarang
Dari pemaparan di atas akan di uraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Tipologi Pendidikan KarakterKemandirian pada Pondok Pesantren Salaf
dan Pondok Pesantren Modern?
2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian
pada Pondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman dalam
pengembangan pendidikan karakter Kemandirian, maka penelitian ini secara umum
bertujuan:
a. Untuk Mengetahui Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok
Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern
b. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter
Kemandirian pada Pondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern.
2. Manfaan Penelitian
a. Manfaat Teoristis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan yang berguna
bagi peningkatan keilmuan terkhusus tentang tipologipendidikan karakter
Kemandirian.
5
b. Manfaat Praktis
1. Dengan penelitian ini diharapakanmenjadikan sumber utama informasi kepada
Kyai, Ustad-Ustadzah, dewan guru orang tua, santri, siswa-siswi dalam hal
tipologi pendidikankarakter kemandirian santri
2. Sebagai bahan masukan kepada para pendidik dalam menyampaikan perlunya
hidup berkarakter, bermartabat mempunyai akhlak yang luhur dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Sebagai masukan dan pertimbangan pesantren dan lembaga pendidikan lainnya,
terkait tipologi pendidikan karakter kemandirian.
4. Sebagai masukan dan pertimbangan Kemenagsebagai sumber informasi dalam
hal tipologi pendidikankarakter kemandirianPondok Pesantren Salaf dan Pondok
Pesantren Modern.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Kesatu, Tesis Zumrotus Sholikah yang menyimpulkan bahwa Karakter
kemandirian santri yang dikembangkan oleh pondok pesantren Mukmin Mandiri
Sidoarjo dan pondok pesantren Mambaus Sholihin Gresik yaitu karakter
kemandirian emosiaonal, karakter kemandirian ekonomi, karakter kemandirian
intelektual, karakter kemandirian sosial, dan karakter kemandirian nilai.11
Kedua,Tesis Fulan Puspita yang menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
berbasis pembiasaan di MTs N Yogyakarta I dilakukan dengan berbagai kegiatan rutin,
11
Zumrotus Sholikah, “Edupreurship dalam Mengembangkan Karakter Kemandirian Santri”,Tesis, UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2018, 1.
6
yang terdiri dari: salam dan salim, membaca do’a sebelum dan sesudah pembelajaran,
tadarus bersama di kelas, shalat berjama’ah, menghafal Al-Qur’an12
.
Ketiga, Alex Agboola dkk.Hasil penelitian ini membahas tentang pengertian
pendidkan karakter, sejarah pendidikan karakter, isu/topic mengenai kontek pendidikan
karakter13
Keempat, TesisKuni Adibah yang menyimpulkan di pondok pesantren wahid
hasyim mempunyai nilai-nilai karakter yang ingin dibangun, yang dikelompokkan
menjadi enam, yaitu: a. nilai karakter terhadap Tuhan yang Maha Esa, b. Nilai karakter
terhadap alam lingkungan, c. Nilai karakter terhadap diri sendiri, d. Nilai karakter
terhadap keluarga, e. Nilai karakter terhadap orang lain, f. Nilai karakter terhadap
masyarakat dan bangsa. secara keseluruhan tradisi di pondok pesantren wahid hasyim
memiliki tiga nilai besar, yaitu nilai ubudiyah, nilai organisasi dan nilai keilmuan.
Pembentukan karakter melalui tradisi pesantren di ponpes wahid hasyim menggunakan
tujuh metode, yaitu melalui belajar dan mengajar, keteladanan, menentukan prioritas,
prioritas, refleksi, pengkondisian lingkungan, dan teguran14
.
Kelima, Tesis Infitahul Silmi yang menyimpulkan bahwa kemandirian santri
Pesantren Salaf Al-Anwar melalui berbagai kegiatan yang mengarah kepada
pembentukan karakter kemandirian dengan melalui pembiasaan, keteladanan.15
12
Fulan Puspita, “Pembentukan Karakter Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan (Studi Atas Peserta Didik
Madrasah Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I)” Tesis, UIN SUKA, Yogyakarta, 2015, 1.
13Alex Agboola dan Kaun Chen Tsai,“Bring Character Education Into Classroom, Internasional Jurnal Of
Enviromental & Scence Education, Volume 3, No 1 (Juli 2008), 8. 14
Kuni Adibah, “Tradisi Pesantren dalam Membentuk Karakter, Studi Lapangan Pondok
Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta” Tesis, UIN SUKA, Yogyakarta, 2014, 1.
15
Infitahul Silmi, “Pembentukan Karakter Mandiri dan Disiplin Pada Santri Asrama Perguruan Islam
Ponpon Pesantren Salaf Al-Anwar Bogangin Banyumas”, Tesis, IAIN Purwokerto, 2018.
7
Keenam, Artikel Agus Dwi Saputra menyimpulkan bahwa dalam Membangun
Kemandirian dan Disiplin Siswa di MTsN Kanigoro Kras Kab. Kediri diawali adanya
pengkajian secara mendalam terhadap visi misi madrasah yang kemudian
disosialisasikan kepada semua warga madrasah. Selanjutnya dilakukan proses
penanaman kemandirian dan kedisiplinan melalui proses pembiasaan dan keteladanan
yang ditunjukkan oleh semua guru dan stakeholder warga madrasah.16
Ketujuh, Tesis Dian Febriyanti menyimpulkan bahwa model pendidikan
kemandirian santri di lakukan dengan memberikan kegiatan dengan santri yaitu Roan,
aktivitas keseharian santri, Sunday Cooking morning, Rizquna loundy dan koperasi
pendidkan kemandirian terlihat saat pengurus menggunakan metode keteladanan dan
pembiasaan.17
Kedelapan, Artikel Hastra Quroti Ayun Nisa menyimpulkan pendidikan
kemandirian di pondok pesantren Ash-Sholihah melibatkan 5 unsur diantaranya: unsur
tujuan, unsur pendidikan, unsur anak, unsur metode, dan unsur lingkungan.18
Penelitian-penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis sekarang yakni sama-sama mengkaji penelitian pendidikan karakter,
tetapi yang menjadi beda dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
terfokus pada model-modelPendidikan karakter kemandirian santri yang dilakukan oleh
Ponpes Al-Manar Ds. Kec. Tengaran Kab.Semarang dengan Ponpes Annibros Kec.
Suruh Kab. Semarang.
16
Agus Dwi Saputra, “Impelementasi Pendidikan Karakter dalam Membangun Kemandirian dan Disiplin
Siswa di MTs Kanigoro Kab. Kediri”, Didaktika Religia Volume 2 No 1 (2014), 122. 17
Dian Febriyanti, “Pendidikan Karakter Mandiri Santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Beji Kedung
Banteng Kab. Banyumas”,Tesis, IAIN Purwokerto, 2017, 1. 18
Hastra Quroti Ayun Nisa, “Pendidikan Kemandirian Santri Sekolah Dasar di Pondok Pesantren Ash-
Sholihah Boarding School”, Jurnal Kebijakan Pendidikan,Volume VI, No. 5, (2017), 45.
8
2. Kerangka Teori
a. Teori Pendidikan Karakter
Menurut Been Rafani, karakter dimulai dari pola pikir yang kemudian
diwujudkan dalam tindakan, yang bila dilakukan secara terus menerus akan menjadi
suatu kebiasaan. Karakter yang baik tidak timbul dengan sendirinya. Untuk dapat
mempertahankan dan mengembangkan karakter yang baikharus kita lakukan adalah:
1. Membentuk pola pikir, tingkah laku dan kebiasaan pribadi agar berkarakter baik.
2. Kita harus berani menentukan pilihan untuk mau berubah, dimana pilihan itu
bener-benar berasal dari dalam diri kita. Perlu di ingat bahwa proses pembentukan
ini berlangsung seumur hidup.
Karakter itu berakar dari kebiasaan.Hanya saja yang perlu ditanyakan pada pada
diri setiap induvidu bukankah bisa atau tidak bisa, tetapi mau atau tidak untuk
berubah, mempertahankan, mengembangkan karakter yang ada pada diri anda saat
ini.19
Menurut filosof Yunani Aristoteles yang mendefinisikan karakter yang di
kutif oleh Thomas Lichona sebagai hidup dan tingkah laku yang benar, tingkah laku
yang benar dalam hal berhubungandengan orang lain dengan diri sendiri. Karakter
terbentuk dari tiga macam yang berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan
perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, kebiasaan hati,
kebiasaan perbuatan.20
Menurut Kemendikbud, program pendidikan karakter disekolah untuk
memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi, olah rasa, olah piker, dan olah raga,
19
Benen Refany, Super Personality Plus, Yogyakarta: Araska, 2013, 48. 20
Thomas Lichona, Educating For Carakter, Terjemah Lita S, Bandung: Nusa Media, 2014. 71.
9
dengan dukungan pelibatan publik dan kerjasama antara sekolah dan masyarakat
yang merupakan bagian dari gerakan nasional revolusi mental.21
b. Kemandirian
Kemandirian berasal daari kata mandiri yang berarti sikap dan prilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.22
Mandiri
juga bermakna mampu memenui kebutuhan diri sendiri dan tidak bergantung orang
lain.23
Mandiri disini dapat di lihat dari ketidakterlibatan orang lain dalam
melaksanakan tugas yang bersifat individual.
Menurut Syufyrman orang dikatakan mandiri dapat dilihat dengan beberapa
indikator:
1. Progresif dan ulet seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh ketekunan
merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya
2. Berinisiatif, mampu berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh
insiatif.
3. Pengendalian diri dalam adanya kemampuan mengatasi masalah yang
dihadapinya.24
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
(qualitative research), yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persesi,
21
File://C:/User/Acer/Dawnlods/Dokumets/konsep_karakter . Pdf. Di unduh pada tanggal 10 Juli 2019. 22
Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, 77. 23
Muchlas Sumani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter: Konsep dan Model, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012, 131. 24
Syufyarman, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2003, 51.
10
pemikiran orang secara individu maupun kelompok25
, dimana data yang disajikan
tidak dalam bentuk angka-angka melainkan dalam bentuk kata-kata dan gambaran-
gambaran26
, sehingga hasil penelitiannya berupa deskripsi, interpretasi.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di Ponpes Al-Manar yang
dipandang penulis sebagai Pondok pesantren Modern dengan mengintegrasikan
pembelajaran pondok pesantren dengan pembelajaran formal meliputi, MI, MTs, MA
dan MAK dan Ponpes Annibros Kec. Suruh Kab. Semarangyang dipandang penulis
sebagai Pondok Pesantren Salaf Murni adalah sebuah yayasan pendidikan berada di
Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh pondok pesantren tersebut. Diantaranya adalah
kemampuan lembaga dalam mempertahankan eksistensinya serta mampu
menanamkan nilai pendidikan karakter.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh sumber informasi yang akan
dijadikan rujukan penelitian. Sumber data utama dalampenelitian ini berupa kata-kata
dan tindakan selebihnya adalah sumber data tambahan seperti dokumen, buku-buku
yang relevan dan lain-lain.Penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan snowball sampling. Snowballsampling adalah teknik
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung. Remaja Rosdakarya, 2010, 60-61 26
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif Surabaya: Airlangga
University Press, 2005, 103.
11
pengambilan sumber data, yang pada mulanya jumlahnya sedikit, lama -lama menjadi
besar.27
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan observasi, sumber tertulis, dokumentasi dan
wawancara. Observasi dilakukan untuk mendapatkan berupa foto kegiatan yang
sedang berlangsung di Ponpes Al-Manar dan berbagai aktifitas ustad dan santridalam
pembelajaran, peran kyai dalam pembentukan karakter kemandirian santri, rutinan
santri, serta peran ustad-ustadzh dalam pembentukan karakter.
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tertulis berupa dokumen
kurikulum, dokumen pembelajaran, dokumen kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan tipologi pendidikan karakter yang ada di Ponpes Al-Manar Ds. Bener
Kec.Tengaran Kab. Semarang dan Pondok Pesantren Annibro Kec. Suruh Kab.
Semarang.
Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan antara dua
orang atau lebih secara langsung dengan tujuan, Metode Penelitian Kualitatif dalam
Perspektif Rancangan Penelitian, untuk memperoleh informasi dan ide melalui tanya jawab
secara lisan sehingga dibangun makna dalam suatu topik tertentu28
.
Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan seputar bagaimana tipologi
pendidkan karakter, dan apa saja keunggulan tipologi pendidkan karakter kemandirian
di Ponpes Al-Manar Kec. Tengaran Kab. semaranng dengan Ponpes Annibros Kec.
Suruh Kab. Semarang.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&, Bandung:
Alfabeta, 2010, 300. 28
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012, 220.
12
Proses penelitian adalah hal yang penting dalam penelitian kualitatif, maka data
yang dikumpulkan akan dianalisa dengan narasi induktif, dan kemudian disajikan
secara kronologis-analitis, yaitu dalam bentuk hasil analisis yang berupa rangkaian
kalimat yang menggambarkan keadaan nyata dilapangan29
.
5. Analisis Data
a. Reduksi Data
Banyaknya data yang terkumpul dari penelitian ini perlu di reduksi yaitu
merangkum, memilih hal pokok dan memfokuskan pada hal yang terpenting,
sehingga memberi gambaran yang lebih tajam
b. Data Display(Penyajian Data)
Setelah melakukan reduksi data, kemudian menyajikan data yang berupa teks
naratif, melalui data tersebut maka data teroganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan sehingga akan mudah di pahami.
c. Conclusion Drawing and Verification
Peneliti berusaha untuk mencari makna dari data yang dikumpulkanya. Melalui
reduksi data, displaydata, dan kemudian menyimpulkan, kesimpulan yang di
dapat senantiasa harus di verivikasi selama penelitian berlangsung.30
Dalam hal ini peneliti mencoba menganalisi seluruh data yang terkumpul
dalam penelitiantipologi Pendidikan Karakter kemandirian pada Pondok
PesantrenSalaf dan Pondok Pesantren Modern.
Selanjutnya pengecekan keabsahan dalam penelitian menggunakan teknik
Trianggulasi yaitu teknik pengumpulan data yang berbeda beda untuk
29
Robert C Bodgan dan Sari Knopp Beiken, Qualitative Research for Education; An
Introduction to Theory and Method, London; Allyn and Bacon, 1998, 4-7. 30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Alvabeta, 2016, 91.
13
mendapatkan data dari sumber yang sama, untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.31
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan
tesis dari bab ke bab. Sehingga tesis ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisah-pisahkan.Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari
maksud penulisan tesis ini.
Bab I dimulai dari (a) latar belakang (b) rumusan masalah (c) signifikansi
penelitian (d) kajian pustaka (e) metode penelitian (f) sistematika penelitian.
Bab II berisi profil Pondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern.
Bab III deskripsi data hasil penelitaian tentang tipologi Pendidikan Karakter
Kemandirian faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian pada
Pondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern.
Bab IVAnalisis data hasil penelitian tentang pendidikan kemandirian pada
Pondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern.
Bab V yaitu penutup. Dalam bab ini penulis menguraikannya kedalam tiga sub,
sub pertama berisi kesimpulan dari pembahasan sebelumnya tentang Tipologipendidikan
karakter kemandirian pada Pondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern. Sub
kedua, saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya. Sub ketiga, merupakan kata penutup dari penyusun.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatab: Kualitatif, Kuantatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2014, 337.
14
BAB II
PROFIL PONDOK PESANTREN
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Pesantren Annibros Suruh
1. Sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Annibros
Pondok Pesantren Salfiyah Annibros berdiri sejak tahun 1940, pendirinya adalah
KH.Hasyim besama istri beliau bernama nyai Hj.Siti Khoiriyah.Pondok pesantren tersebut
berdiri di atas tanah sendiri dan di dukung oleh masyarakat sekitar.Pada mulanya KH.
Hasyim hanya menerima santri putra dari lingkungan sekitar beberapa lama kemudian
diikuti oleh santri putra dari daerah lain. Adapun santri putri waktu itu di kelola oleh K.
Abdul Syukur yang sekarang sudah berdiri sendiriPondok Pesantren Putri dan Pondok
Pesantren tersebut bernama Ponpes Darul Ulum Rekosari Suruh.
Seiring dengan perkembangan zaman Pondok Pesantren Annibros Al-Hasyim di tuntut
pula untuk menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan
lagi.Untuk itu pada tahun 1950 KH.Hasyim bersama para tokoh ulama’sekitar mendirikan
Madrasah Diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama saja lama dalam
belajar adalah 5 tahun pendidikan ini diwajibkan bagi santri putra maupun santri putri.
Melihat keadaan santri Pondok Pesantren Annibros kebanyakan membantu orang tua
dan bekerja dilingkungan masyarakat sekitar Pondok Pesantren, maka pembelajaran
pendidikan Madrasah Diniyah di mualai setelah Ashar (15.30) kemudian dilanjutkan
setelah Magrib sampa setelah Isyak (21.00). setelah itu istirahat dan dilanjutkan setelah
Subuh sampai jam 06.00 pagi. Proses Pendidikan Madrasah ini hanya dapat berjalan
15
sampai tahun 1961, sebab KH.Hasyim wafat dan pada waktu itu ada yang siap
mengantikan kepemimpinan beliau.
Pondok Pesantren Annibros mengalami kekosongan pengasuh sampai tahun 1967,
selama ini Pondok Pesantren dalam keadaan kondusif dalam dan banyak santri yang tidak
menetap di Pondok.Pada tahun 1967cucu dari KH.Hasyim pulang dari Pondok Pesantren
Lasem dan masyarakat memintanya untuk menempati kedudukan KH.Hasyim yaitu
sebagai pengasuh Pondok Pesantren Annibros. Adapun nama cucu KH. Hasyim itu adalah
K.M. Nur Salim Mawardi dengan istrinya yang bernama Nyai Mudrikah dan enam
memiliki enam putra, setiap hari secara tidak langsung beliau selalu memberikan contoh
kepada santri-santrinya untuk bercocok tanam atau bertani di sawah. Kyai Mawardi
menduduki kepemimpinan sebagai pengasuh Pondok Pesantren Annibros selama 33 tahun
sampai tahun 1999 meninggal dunia karena sakit, kemudian diganti dengan putra beliau
yang bernama K.M. Nur Salim Mawardi pada tahun 2000.
Selang lima tahun K. M. Nur Salim Mawardi memimpin yang tepatnya pada tahun 2005
beliau mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan yang ada baik Madrasah Diniyah maupun
pengajian Pondok Pesantren, selain itu beliau juga membekali santrinya keterampilan yang
berupa kegiatan exstra pesantren yaitu: Khitobah, Qiroatul Qur’an, kaligrafi dan lainnya,
meskipun pondok ini merupakan Pondok Pesantren Salaf atau tradisional akan tetapi untuk
keterampilan lebih ditekankanbahkan dijadikan kurikulum tambahan yang wajib di ikuti
oleh semua santri Annibros terutama keterampilan pertanian.
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Annibros Suruh
Berdasarkan observasi peneliti bahwasanya Pondok Pesantren Annibros Suruh di
tengah-tengah Desa Rekosari Kelurahan Rekosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten
16
Semarang yang beralokasikan kurang lebih 1 km di tengah-tengah Desa yang lumayan
padat peduduknya, sehingga letak geografis Pondok Pesantren Annibros adalah sebagai
berikut:dari arah Barat dan Timur lokasi Pesantren dibatasi oleh rumah-rumah
penduduk, sedang dari arah Utara dibatasi persawahan, dan dari arah Selatan dibatasi
dengan jalan Alternatif Gemolong Tingkir.
Pondok Pesantren Annibros ini mempunya luas tanah kurang lebih 400 M lahan
praktik atau persawahan yang terletak disebelah utara Pondok dengan keadaan tanah
yang subur serta cuaca yang sejuk dan nyaman, hal ini sangat mendukung proses
penanaman padi, sayur-sayuran serta tanaman lainnya.32
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Annibros
1. Visi
Mencetak insan-insan muslim yang mendukung ajaran Allah secara utuh
(Khafah), mempertahankan sifat wira’i yang telah lama dipegang oleh para ulama’
salafy.
2. Misi
a. Mendidik para santri untuk menjadi Insan Muslim yang bertaqwa kepada Allah,
berakhlak mulia, memiliki kecerdasan keterampilan serta sehat lahir batin.
b. Mendidik para santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-kader ulama’
dan muballigh berjiwa ikhlas, tangguh serta berjuang menegakkan kebenaran Islam.
c. Mendidik para santri untuk menjadi yang dapat membangun dirinya sendiri dan
masyarakat untuk membangun, meningkatkan kesejahteraan social m asyarakat
dalam rangka membangun masyarakat dan Bangsa.33
32
Wawancara dengan SLR pada tanggal 24 Juni 2019 33
Wawancara dengan AHN pada tanggal 24 Juni 2019
17
C. Sejarah Singkat dan Perkembangan Pesantren Al-Manar Tengaran
1. Rintisan Awal Tahun 1914-1950
Pondok pesantren Al-Manar terletak di desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang. Pondok pesantren Al-Manar di dirikan oleh kyai Djalal Suyuthi,
banyak para santri yang ingin ngaji dari sekitar desa Bener, sehingga dikenalah adanya
santri kalong. Namun karena banyaknya santri yang berdatangan dan menginginkan
proses belajar mengajarnya lebih berjalan efektif dan efisien sehingga belajar ilmu
pengetahuan bisa dengan baik, maka Kyai Djalal Suyuthi yang berasal dari Magelang
mengadakan musyawarah dengan pemuka agama, serta para Kyai pada tahun 1914
didirikanlah pondok pesantren yang akan digunakan sebagai tempat pemondokan.
Djalal Suyuthi adalah seorang Ulama, masyarakat telah memberinya gelar Kyai
sebagai ungkapan rasa hormat dan pengakuan atas perilaku keteladanan, amaliyah serta
ajaran yang diberikan kepada santri-santrinya, beliau menunaikanibadah haji pada tahun
1914 M.Setelah K. H. Djalal Suyuthi tinggal bersama keluarganya di Petungsari/ Bener,
Ia mendirikan Pondok Pesantren dilengkapi dengan masjid sebagai pusat kegiatan
pesantren dan mengajar para santri (tahun 1926). Ia juga seorang Ulama pejuang bagi
kemerdekaan Republik Indonesia.34
2. Tahun 1963-1982 Generasi selanjutnya
Setelah K.H. Duri meninggal, yaitu pada tahun 1963 pondok pesantren berada pada
kepemimpinan K.H. Syuhudi, yang merupakan adik K.H. Muhammad Duri.Kepemimpinan
beliau sampai pada tahun 1982. Pada kepemimpinan beliau ini pondok pesantren mengalami
resesi sebagaimana pondok pesantren yang lain, yang kemungkinan disebabkan oleh kondisi
34
Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al-Manar, Pondok Pesantren Al-Manar,
Semarang: 2011, 1.
18
perpolitikan di Indonesia. Sebagai puncak dari resesi tersebut terjadi pada tahun 1975,
Jumlah santri hanya tinggal 23.
Baru setelah pondok pesantren kepemimpinannya dipegang oleh K.H. Fathurrohman
kehidupan pondok pesantren mulai normal. Dan nama pondok pesantren diganti dengan
menjadi Al-Manar, nama ini diambil dari nama group orkes gambus di desa Bener yang
ketenarannya sampai daerah Jawa Timur yaitu pada tahun 1960 s.d. 1975.35
3. Tahun 1982-1992
Pada kepemimpinan K.H. Fathurrohman ini kondisi pondok pesantren direnovasi dengan
memugar masjid lama (yang didirikan oleh K.H. Djalal Suyuthi pada tahun 1914),
menambah bangunan pondok pesantren, sekaligus memasukkan pendidikan formal ke dalam
lingkungan pondok pesantren. Pada tahun 1985 didirikan Madrasah Tsanawiyah pada tahun
1990 didirikan Madrasah Aliyah.36
K.H. Fathurrohman merupakan Kyai yang bukan hanya mengajarkan kitab-kitab klasik
anasich, tetapi juga seorang politikus. Hal tersebut nampak sekali pada kalangan politik di
kalangan eksekutif, yaitu dengan andilnya beliau sebagai anggota DPR II Kab. Semarang.
4. Tahun 1992-2000
Dengan sepeninggalnya K.H. Fathurrohman pada tahun 1992 kepemimpinan pondok
pesantren dilanjutkan oleh menantu beliau yaitu K. Muhammad Imam Fauzi. Bapak K.
Muhamad Imam Fauzi melanjutkan perjuangan mertuanya di pondok pesantren Al-Manar
dengan menjadikan mengembangkan Madrasah Aliyah yang sudah ada menjadi Madrasah
Aliyah Khusus, begitu juga kurikulum pondok pesantren diadakan pembenahan.
35
Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al-Manar, Pondok Pesantren Al-Manar,
Semarang: 2011, 7. 36
Tim Redaksi, Album Wisuda Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al-Manar, Pondok Pesantren Al-Manar,
Semarang: 2011, 9.
19
Abah K. Muhamad Imam Fauzi sebelumnya juga nyantri di pondok
pesantren Al-Manar ini. Putra al- maghfurlah Bpk. K.Soekarno (pengasuh pondok
pesantren Poncol Bringin sekarang) ini menikah dengan putri pertama abah Fatkhurrahman
yang bernama Siti Fatikhah Ulfah dan pernikahan beliau (KyImam Fauzi) menurunkan
empat keturunan: Iffah Fauziyah, Nur Faizatul Lathifah, Itqon Faza „Arrof, dan Rahma
Adabiyah Fauziyah.
Abah K. Muhamad Imam Fauzi menjadi pengasuh ponpes Al-Manar sejak tahun 1993
(setelah wafatnya Ky Fatkhurrahman) sampai dengan tahun 2000. Selama dan
kepengasuhan beliau banyak sekali kemajuan yang telah dicapai, baik itu kuantitas santri
yang tiap tahun bertambah banyak, penambahan gedung belajar, asrama baru santri, bahkan
dibukanya jenjang pendidikan formal tingkat SLTA yaitu Madrasaha Al iyah (MAK) tahun
1994/ 1995.37
5.Tahun 2000 - Sekarang (2019)
Sepeninggal Bapak K Muhammad Imam Fauzi kepemimpinan dipimpin oleh K. As’ad
Haris Nasution.Yang merupakan putra dari K. Fatkhurrohman.Sampai sekarang,
kepemimpinan Pondok-pesantren masih berada di tangan K.As’ad Haris Nasution. Pondok-
pesantren Al-Manar Bener dibangun diatas tanah seluas 7.000 m2.
Tanah tersebut diperoleh dari sesepuh desa Bener yang mewakafkan tanahnya kepada
Pondok-pesantren Al-Manar dan juga program pembelian dari Yayasan Al-Manar.
Pondok-pesantren Al-Manar terletak di Desa Bener, letak geografis Desa Bener adalah
sebagai berikut:
a. Batas bagian barat : Perumahan penduduk
b. Batas bagian utara : Jalan projo
37
Tim Redaksi, Buku Pegangan Santri Pondok Pesantren Al-Manar, Semarang: 2014, 11-12.
20
c. Batas bagian timur : Sawah penduduk
d. Batas bagian selatan : Sawah penduduk.38
D. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Manar
1. Visi
Terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual,
dan Moral menuju generasi ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap
kemaslahatan Umat dengan berlandaskan Al -Quran dan As-Sunnah.
2. Misi
a. Menyelenggarakan proses pendidikan Islam yang berorientasi pada mutu, berdaya saing
tinggi, dan berbasis pada sikap Spiritual, Inetelektual dan Moral guna mewujudkan kader
umat yang menjadi rahmatan lil alamin.
b. Mengembangkan pondok pesantren dengan era globalisasi pada masa yang akan datang
secara islami guna menciptakan generasi anak yang siap menjalani kehidupan nantinya
di masyarakat.
c. Meningkatkan citra positif lembaga pendidikan Pondok-pesantren yang berwawasan luas,
teknologi Informasi serta berbudaya modern yang Islami.
3. Tujuan
Tercapainya manusia yang berilmu dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia
dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang plural
berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.39
38
Wawancara dengan Abah As’ad Haris Nasution Fatkurrohman, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar, pada
tanggal 20 Juni 2019. 39
Wawancara dengan Abah As’ad Haris Nasution Fatkurrohman, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar, 20
Juni 2019
21
BAB III
DATA HASIL PENELITIAN
A. Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirianpada Pondok Pesantren Salaf
1. Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Salaf
Pendidkan karakter pada umumnya merupakan sebuah sistem yang menanamkan
nilai-nilai karakter keluhuran pada peserta didik, yang di dalamnya terkandung
komponen pengetahuan, kesadaran induvidu, tekad, serta kemauan untuk melaksanakan
nilai-nilai terbaik, dalam kaitannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, maupun bangsa.
Lalu bagaimana Tipologi pendidikan karakter kemandirian pada Pondok Pesantren
Salaf, berikut ungkapan informan dan juga pengasuh pondok pesantren Annibros ketika
peneliti bertanya kaitannya dengan pendidikan karakter yang menjadi standar lulusan di
pondok pesantren Annibros, informan menjelaskan bahwa: santri itu jangan hanya bisa
ilmu umum saja tetapi juga harus di imbangi dengan ilmu-ilmu agama dan bisa menjadi
tauladan bagi sosial masyarakat dan mengamalkan ajaran-ajaran ulama’-ulama’ terdahulu
seperti mengkaji Al-Qur’an, Hadist, ijmaq dan Qiyas jangan sampai ketinggalan adalah
jama’ah40
. Dan ditambahkan oleh informan KHQ yang juga salah satu ustad di pondok
pesantren Annibros yaitu menghormati yang lebih tua menghargai yang muda tidak
membeda-bedakan sesama santri dan mengamalkan akhlakul karimah.41
Temuan dilapangan saat peneliti bertanya kepada seorang informan berkaitan apakah
sudah mencerminkan santri Annibros tentang pendidikan karakter kemandirian santri,
salah satu informan menjelaskan bahwa pendidkan karakter kemandirian santri di pondok
40
Wawancara dengan NRS/ Pengasuh pada tanggal 27 Juni 2019. 41
Wawancara dengan KHQ pada tanggal 28 Juni 2019
22
pesantren Annibros Suruh kebanykan santri sudah memiliki karakter kemandirian yang
baik dan sebagian juga belum42
yang ini di pertegas lagi oleh informan MRD yang juga
salah satu ustad Pondok Annibros bahwa: kebanyakan santri Annibros memiliki
kemandirian yang baik di karenakan adanya pengajaran-pengajaran kemandirian yang di
ambil dari kitab-kitab ulama’-ulama’ terdahulu.43
Dalam menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter kemandirian tersebut
setiap ustad berusaha mengajarkan pembiasaan dalam belajar dan pembiasaan piket roan
atau bersih-bersih lingkungan pesantren dengan adanaya rutinitas tersebut santri akan
tumbuh kebiasaan-kebiasaan yang baik serta memberikan pemahaman akan pentingnya
tolong menolong dan tidak terlalu memberikan beban kepada santri atau orang lain.44
Informan lain mengatakan bahwa: pendidikan karakter di Pondok Pesantren Annibros di
antaranya adalah: Tawadhu’ terhadap Kyai, Guru dan Ustad, Istiqomah dalam belajar,
tidak takabur dan selalu mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan
pribadi.45
Hal ini di pertegas oleh seorang santri menjelaskan ada lima pokok pengajaran-
pengajaran pendidikan karakter kemandirian yang beliau dapatkan di pesantren Annibros
diantaranya: Pembiasaan, Kedisiplinan, Manajemen diri Sendiri, Manajemen Waktu, dan
selalu prihatin dalam artian hidup di pesantren tidak berlebih-lebihan.46
Dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter kemandirian pondok pesantren
Annibros melalui pengajaran atau pemahaman-pemahaman kitab-kitab yang di karang
oleh ulama’-ulama’ salaf, selain melalui kegiatan belajar mengajar tersebut pembinaan
pendidikan karakter kemandirian santri tersebut melalui ekstrakulikuler baik itu (pidato
42
Wawancara dengan KHQ pada tanggal 28 Juni 2019 43
Wawancara dengan RMD pada tanggal 28 Juni 2019 44
Wawancara dengan RMD pada tanggal 28 Juni 2019. 45
Wawancara dengan RHD pada tanggal 28 Juni 2019 . 46
Wawancara dengan MAR pada tanggal 28 Juni 2019 .
23
ataupun al Berjanji) tes Imtihanul akhir baik tes lisan maupun tes tertulis, hafalan dan
praktik47
juga melalui kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
Baik langsung maupun tidak langsung sistem pendidikan sosok Kyai, para Ustad,
Guru dan kesederhanaan pesantren secara perlahan namun pasti mempengaruhi dan
membentuk karakter kemandirian santri. Hal ini di karenakan santri tidak hanya di bentuk
oleh dorongan pribadi, tetapi faktor lingkungan pesantren, peran dan konsep kyai tentang
hidup serta sarana dan prasarana yang di miliki pesantren .seacra tidak langsung
mendorong santri untuk dapat berperilaku mandiri memasak, menyuci sendiri,
merapikan tempat tidur sendiri, belajar mandiri serta menjalankan tugas-tugas
pembelajaran di pesantren.
2. StrategiPendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Salaf
Dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter kemandirian di pondok
pesantren Annibros Suruh melalui berbagai macam kegiatan diantaranya ektra kulikuler,
kegiatan harian, kegiantan mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan.
a. Ektrakurikuler
1. Qiroatil Qur’an
2. Pencak Silat (Pagar Nusa)
3. Khitobah (Malam Jumat)
4. Alberjanji / ndibak’an (Malam Jumat)
b. Rutinitas Kegiatan harian santri
Jam/Waktu Kegiatan
47
Wawancara dengan RMD pada tanggal 28 Juni 2019.
24
04.15 – 05.00
05.00– 06.30
06.30– 12.00
12.00 – 12.30
12.30 - 13.30
13.30-15.00
15.00-15.30
15.30-16.30
16.30-17.30
17.30-18.15
18.15-19.00
19.00-19.30
19.30-20.00
20.00-21.15
21.15-23.00
23.00-04.00
Sholat Subuh Berjamaah
Sorogan Qur’an dan Bandungan
KBM MI, MTs, MAN
Sholat Dhuhur Berjamaah
Bandungan Kitab
Istirahat
Jamaah Sholat Ashar Berjamaah
Madin dan Bandungan
Istirahat
Shalat Mahrib Berjamaah
Sorogan Al-Qur’an dan Kitab
Shalat Isyak Berjamaah
Istirahat dan Makan
Takror / Musyawarah
Bandungan (bagi Santri Seneor)
25
Istirahat48
c. Kegiatan Mingguan
Jam/Waktu Jenis Kegiatan
Ahad pagi 06.30– 07.00
Ahad pagi 07.00– 08.00
Ahad Pagi 08.00-10.00
Kamis 08.00-10.00
Jum’at Malam 20.00-21.00
Jumat Malam 20.00-21.00
Jumat Malam 20.00-21.00
Shalat Dhuha dan Waqiahan
Ro’an Kubro
Silat Pagar Nusa
Bandungan Santri dan Alumni
Al-Berjanji
Khitobah
Qiroatil Qur’an49
d. Kegiatan Bulanan
Jam/Waktu Jenis Kegiatan
48
Wawancar dengan AHN Pada Tanggal 29 Juni 2019 49
Wawancara dengan AHN pada tanggal 29 Juni 2019
26
Satu bulan sekali
Satu bulan sekali
satu bulan sekali
Manaqiban Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani
Mujahadah dan Bandungan Bersama Alumni
Pertemuan Pengurus
e. Kegiatan Tahunan
No Kegiatan
1
2
3
4
5
6
Penerimaan Santri Baru
Pertemuan alumni
Haul K.H. Hasyim
Kilatan Ramadhan
Pertemuan Wali Santri
Imtihan50
50
Wawancara dengan RMD pada tanggal 29 Juni 2019
27
Dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Annibros ini,
menuntut para santri agar hidup mandiri, teratur, bersih, disiplin, punya rasa tanggung
jawab. Kesemuanya itu merupakan salah satu usaha mendidik, membimbing,
merealisasikan apa yang telah diperoleh santri Annibros dalam mengamalkan ajaran
yang sudah diterimanya dari kyai, ustad atau guru dan di terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Modrn
1. Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Modern
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dinilai paling tepat dalam
mengembangkan pendidikan karakter, karena pesantren merupakan lembaga pendidikan
Islam, yang tidak hanya memberikan pembelajaran terhadap pengetahuan-pengetahuan
agama, tetapi juga lembaga pendidikan yang mengajarkan pembiasaan, keteladanandan
kedisiplinan moral Islamis dan kearifan budaya lokal.
Dalam hal ini ketika peneliti bertanya kaitanya dengan pendidkan karakter yang
dijadikan standar lulusan di pondok pesantren Al-Manar Bener salah satu informan yang
juga pengasuh pondok pesantren menjelaskan bahwa: santri harus kuat aqidahnya,
berakhlakulkarimah, keilmuan yang memadai, tumbuh sifat kepemimpinan, bisa
mengatasi problematika di tengah-tengah arus globalisasi, dan menjadi suri tauladan bagi
orang lain.51
Temuan di lapangan saat peneliti bertanya kepada seorang ustad berkaitan apakah
sudah mencerminkan santri Al-Manar tentang pendidikan karakter kemandirian santri,
salah satu informan menjelaskan bahwa pendidkan karakter kemandirian santri di pondok
pesantren Al-Manar mayoritas santri sudah memiliki karakter kemandirian yang baik dan
51
Wawancara dengan HRS pada tanggal 25 Juni 2019
28
sebagian juga belum.52
Hal ini di pertegas lagi oleh informan yang juga sebagai seorang
ustad Al-Manar bahwa pendidikan karakter kemandirian itu harus di ajarkan setiap hari
diberikan keteladan atau contoh setiap hari menanamkan norma-norma agama dan sosial
kemasyarakatan dan mampu menghadapi segala sesuatu yang terjadi di masyarakat
bahkan bisa mendakwahkannya.53
Dari awal santri harus diberikan sebuah pemahaman
akan pentingnya kemandirian hidup di pesantren sebagai bekal nanti hidup di masyarakat
setelah lulus dari pesantren. Selain dari ustad atau dari abah kyai santri juga harus mau
disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas dari seorang ustad dan bertanggung jawab apa
yang telah dilakukannya karena setiap orang adalah pemimpin yang akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Tuhan raja seluruh alam54
.
Dalam menginternalisasikan nilai-nilai tersebut setiap ustad/ustdzah berusaha
mengajarkan kebijakan untuk membangun kemandirian dalam diri santri melalui
kemandirian belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas55
, memberikan tauladan
dalam beribadah memberikan pengajaran ketika KBM Madin karena itu adalah waktu di
mana santri mencari atau mengetahui apa itu kemandirian.56
Hal ini dipertegas lagi oleh
seorang ustadzah dan juga wakil lurah pondok putri memaparkan ada empat konsep
dalam menginternalisasikan nilai-nilai tersebut:
a. Konsep pembiasaan contonya: melakukan kegiatan rutinitas di pesantren mulai
dari bangun tidur sampai tidur lagi
b. Konsep praktek contohnya: santri diberikan kesempatan untuk menerapkan nilai
karakter kemandirian yang sudah di ajarkan
52
Wawancara dengan LMN pada tanggal 25 Juni 2019. 53
Wawancara dengan ARH pada tanggal 25 Juni 2019. 54
Wawancara dengan ARH pada tanggal 25 Juni 2019. 55
Wawancara dengan LMN pada tanggal 25 Juni 2019. 56
Wawancara dengan NLH pada tanggal 25 Juni 2019.
29
c. Konsep Reward contohnya: santri diberikan penghargaan bagi yang berprestasi
d. Konsep Punishment contohnya: santri diberikan hukuman jikalau melanggar
aturan dari pondok pesantren.57
Dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter kemandirian di pondok
pesantren Al-Manar melalui pengajaran atau pemahaman-pemahaman kitab-kitab yang di
karang oleh ulama’-ulama’ salaf, selain melalui kegiatan belajar mengajar tersebut
pembinaan pendidikan karakter kemandirian santri tersebut melalui test Imtihanul awal,
tes Imtihanul akhir baik tes lisan maupun tes tertulis, praktik dan hafalan58
juga melalui
kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
2. Strategi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren Modern
Dalam melaksanakan proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter kemandirian
melalui berbagai macam kegiatan diantaranya ektra kulikuler, kegiatan harian, kegiantan
mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan.
a. Ektrakurikuler (Program Pengembangan)
1. Tahfid Al-Qur’an
2. Sorogan Al-Qur’an
3. Seni Baca Al-Qur’an
4. Bandungan Kitab Kuning
5. Program Pelatihan Lapangan dan Program Pengabdian Masyarakat
57
Wawancara dengan EVD pada tanggal 26 Juni 2019. 58
Wawancara dengan ISY pada tanggal 26 Juni 2019.
30
6. khitobah
7. Al-Berjanji
8. Seni Rebana
9. Seni Bela Diri
10. Sepak Bola
11. volly
b. Rutinitas Kegiatan harian santri
Jam/Waktu Kegiatan
04.25 – 04.45
04.45 – 06.00
07.00 – 12.00
12.00 – 12.30
13.45 – 15.00
15.00 – 15.30
15.30 – 16.45
17.00 – 17.30
17.45 – 18.15
18.15 – 19.00
19.00 – 19.20
19.45 – 21.00
21.15 – 22.00
Sholat Subuh Berjamaah
Pengajian Sorogan
KBM MI, MTs, MA dan MAK
Sholat Dhuhur Berjamaah
KBM Madin jam I
Sholat Ashar Berjamaah
KBM Madin jam II
Pengajian Bandongan
Jamaah Sholat Mahrib
Pengajian Sorogan
31
Jamaah Sholat Isyak
Takror/Musyawarah
Pengajian Bandongan (Qur’an dan Hadist)59
c. Kegiatan Mingguan
Jam/Waktu Jenis Kegiatan
Ahad pagi 05.00 – 03.30
Ahad 09.00 – 11.00
Senin 19.45 – 21.00
Kamis 16.30 – 17.30
Kamis 18.00 – 20.00
Kamis 20.15 – 22.00
Jumat 05.00 – 06.00
Jumat 14.00 – 17.00
Jumat 15.30 – 17.15
Pengajian Bandongan & Jamaah Sholat Dhuha
Olahraga sepak Bola, Volly
khitobah antar kamar
Ziarah kemakbaroh
Mujahadah kubro
Al berjanji antar kamar
Mujahada as-ma’ul husna
Pelatihan Menjahit, Bengkel, Las, sepak bola
dan Voly
59
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, pada hari sabtu 15/06/2019.
32
Pengajian Bandungan Kitab60
d. Kegiatan Bulanan
Jam/Waktu Jenis Kegiatan
Setengah bulan sekali
Satu bulan sekali
Tiga bulan sekali
Enam bulan sekali
Khitobah & membaca Al-Barjanji Umum
(kubro)
Pertemuan Pengurus
Pertemuan pengasuh, pengurus dan seluruh
santri
Imtihanul Awal Madin (Robiul awal &
Sya’ban)61
e. Kegiatan Tahunan
No Kegiatan
60
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, pada hari sabtu 15/06/2019. 61
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, pada hari sabtu 15/06/2019.
33
1
2
3
4
5
6
7
Penerimaan santri baru pada tiap-tiap tahun pelajaran baru
Pada bulan sya’ban diadakan pengajian akbar (Akhirusannah)
Pertemuan wali santri dan ramah tamah wali santri
Khaul KH. Djalal Suyuti
Pertemuan dan ramah tamah santri dan alumni
Setiap dua tahun sekali diadakan informasi struktur mad’had serta
programnya
Training centre pembekalan santri alumni (mutakhorij) dalam
eksistensinya dimasyarakat62
.
Penulis mengamati para santri disamping mendapatkan pendidikan formal juga
diberikan pelajaran tambahan seperti pendidikan keterampilan, berpidato, Al-Berjaji,
olahraga. Semua itu dimaksudkan untuk mendidik para santri agar mandiri trampil
dalam berbagai bidang. Lebih dari itu yang seneorpun tetap mendapatkan bimbingan dan
pengarahan dari pengasuh untuk meningkatkan kemampuannya dalam membimbing
adik-adiknya.
Dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Al-Manar tersebut,
menuntut para santri agar hidup mandiri, teratur, bersih, disiplin, punya rasa tanggung
62
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Manar, pada hari sabtu 15/06/2019.
34
jawab, suka kebersamaan dan menjauhkan dari sifat individualisme. Kesemuanya itu
merupakan salah satu usaha mendidik, membimbing, merealisasikan apa yang telah
diperoleh santri Al-Manar dalam kehidupanb sehari-hari.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian pada
Pondok Pesantren Salaf
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam pendidikan kemandirian santri Salaf, sebagaimana di
paparkan oleh RMD faktor pendukung kaitanya dengan karakter kemandirian yaitu:
terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara ustad atau guru dengan baik, seorang
ustad atau guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal memberikan
tauladan kepada santri tentang kemandirian.63
faktor pendukung lainnya ustad atau
guru yang selalu memotivasi, peraturan pondok pesantren yang mengikat, pengurus
pondok pesantren yang bertanggung jawab, jadwal yang terstruktur dan tertata rapi.64
Faktor lainnya yang di sampaikan oleh RMN yaitu kesadaran dalam diri masing-
masing, terciptannya suasana yang nyaman, pengurus menjaikan suri tauladan setiap
hari dan mudahnya untuk saling bersosialisasi saling tukar pengalaman dan
kebanyakan santri karena pembiasaan setiap harinya melalui kegiatan-kegiatan yang
sudah terjadwal secara rapi.65
2. Faktor Penghambat
Berkenaan dengan faktor penghambat kaitanya pendidikan kemandirian pada
Pondok Pesantren Salaf seperti yang di kemukakan oleh RMD yaitu: perbedaan
63
Wawancara dengan RMD pada tanggal 28 Juni 2019. 64
Wawancara dengan MSH paada tanggal 28 Juni 2019. 65
Wawancara dengan MRN pada tanggal 28 Juni 2019.
35
bagraund bawaan dari rumah atau keluarga yang berbeda-beda, kesadaran santri
untuk berprilaku baik belum begitu besar sehingga bermalas-malasan dalam
melaksanakan kegiatan.66
Informan lain menyebutkan faktor lingkungan pesantren
belum ada pagar mengelilingi pembatas area lingkungn santri, santri masih ada yang
melanggar peraturan-peraturan pesantren yang sudah ditetapkan oleh pesantren.67
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis baik yang ditemukan di pondok
pesantren Al-Manar Bener dan pondok pesantren Annibro Suruh ditemukan faktor
pendukung yang menurut penulis tetap harus dipertahankan agar tetap terjaganya
kualitas pendidikan bahkan perlu ditingkatkan lagi dengan harapan pondok pesantren
benar-benar menjadi tempat mencetak generasi penuh akan pendidikan karakter
kemandirian. Dan untuk faktor penghambatnya baik di pondok pesantren Al-Manar
Bener dan pondok pesantren Annibros Suruh perlunya penanganan atau pengkajian
ulang diperbaiki dengan harapan faktor penghambat tidak terulang kembali.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian pada
Pondok Pesantren Modern
1. Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung proses pendidikan karakter kemandirian santri pada
pondok pesantren Modern, seperti yang dipaparkan oleh ustdzah AGT dan juga lurah
pondok putri faktor pendukung pendidikan karakter kemandirian yaitu kyai, ustad
atau guru yang mengedepankan kedisiplinan, lingkungan pesantren, kondisi pondok
yang tidak memanjakan santri.68 Faktor pendukung lainnya seperti yang di paparkan
66
Wawancara dengan MRD pada tanggal 28 Juni 2019. 67
Wawancara dengan AGS pada tanggal 28 Juni 2019. 68
Wawancara dengan AGT pada tanggal, 26 Juni 2019.
36
oleh ARH diri sendiri dan orang tua, 69 informan yang lain yang bernama EVD
menambahkan sarana dan prasaran juga dorongan motivasi dari keluarganya.70
2. Faktor Penghambat
Berkaitan dengan faktor penghambat pendidikan karakter kemandirian santri
pondok pesantren Al-Manar ISY mengatakan santri bermalas-malasan, suka
menggantungkan orang lain.71
kurangnya pendekatan ustad kepada seorang santri,
pribadi yang bermalas-malasan dan mengantuk, kakak-kakak seneor yang kurang
tegas untuk mendisiplinkan junior-juniornya.72
Bisa juga karena padanya jadwal
sekolah formal sehingga mulai memasuki jadwal Madin mengantuk menjadikan
faktor penghambat bagi santri, cuaca yang ekstrim hujan misalnya juga bisa
menjadikan faktor penghambat dalam proses internalisasi pendidikan kemandirian
santri di pondok pesantren Al-Manar mengingat lokasi gedung yang tidak satu atap.73
BAB IV
ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
A. Karaktristik Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren
Salaf
69
Wawancara dengan ARH pada tanggal 26 Juni 2019. 70
Wawancara dengan EVD pada tanggal 26 Juni 2019. 71
Wawancara dengan ISY pada tanggal 26 Juni 2019. 72
Wawancara dengan AGT pada tanggal 26 Juni 2019. 73
Wawancara dengan AGT pada tanggal 26 Juni 2019.
37
Dalam menciptakan keadaan tertib dan mengikuti pola yang telah di tetapkan
dalam sebuah sistem pendidikan kemandirian santri bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan, melainkan harus ada upaya pembinaan dan pembiasaan dalam menerapkan
kemandirian pada semua baik ustad atau guru maupun santrinya.
Berpedoman temuan penulis dilapangan tentang karakteristik kemandirian santri
pondok pesantren Annibros Suruh menemukan diantaranya:
1. Meneladani keperibadian kyai, ustad atau guru, memahami nilai-nilai ubudiyahdan
keluhuran pada kitab-kitab salaf yang dipelajari mengamalkan Al-Qur’an, Hadist,
Ijma’, Qiyas dalam kehidupan sehari-hari seperti perintah bertqwa, sabar, jujur,
dermawan, sopan santu, serta shalat berjamaah.
2. Disiplin mengikuti jadwal kegiatan-kegiatan pesantren mulai pagi hingga pagi lagi
dseperti: membaca Al-Qur’an, sorogan kitab, ngaji Bandungan, patuh dan taat pada
peraturan-peraturan pesantren.
3. Mandiri dalam memenui kebutuhan biologis seperti: masak, makan, mencuci pakaian
sendiri.
4. Mandiri dalam mengatur waktu seperti: membersihkan kamar, piket pondok, piket
pesantren, waktu belajar, waktu bermain dan waktu istirahat.
5. Riyadhoh, hidup di pesantren tidak berlebih-lebihan, berlatih puasa sunnah baik
senin-kamis, shalat malam atau tahajud, sederhana dalam penampilan ataupun gaya
hidup. Menekan emosi melepaskan diri dari ketergantungan dengan orang tua dalam
hal pemenuhan kebutuhan.
6. Disiplin mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang lainnya seperti: ektra kurikuler,
kegiatan harian seperti KBM Madin, kegiatan mingguan, seperti Ro’an kubro, pidato,
38
al-berjanji, pertemuan santri, kegiatan bulanan seperti rapat kepengurusan ataupun
kamar, manaqibanSyeckh Abdul Qodir Jailani dan kegiatan tahunan seperti tes
Imtihanul akhir, khataman, dan pertemuan wali santri.
Jadi bentuk-bentuk kemandirian yang terkosntruk oleh pondok pesantren
Annibros Suruh harus di jalankan sesuai dengan peraturan pesantren, ketika seseorang
memutuskan untuk menjadi santri, maka sejak itulah mereka sadar dan yakin serta patuh
dan taat pada sistem pesantren. Harus tinggal di pesantren, memenui kebutuhan dengan
madiri mencari makan sendiri, mencuci sendiri, mengatur jadwal baik sekolah pagi
ataupun Madin sendiri, tidak melanggar peraturan-peraturan pondok pesantren dan
lainnya.Dengan hal inilah yang pada akhirnya membentuk keperibadian santri dengan baik
dan mandiri.
B. Karaktristik Tipologi Pendidikan Karakter Kemandirian pada Pondok Pesantren
Modern
Pesantren salah satu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang
dilingkungan masyarakat juga telah memberikan sumbangsih pada agama, bangsa dan
Negara terutama dalam pembentukan dan pengembangan karakter kepribadian
kemandirian yang Islamis dan berjiwa besar selalu yakin dan tangguh dalam menghadapi
globalisasi. Proses pembelajaran yang dikemas secara sederhana, menyeluruh melalului
tindakan nyata.
Pembentukan karakter kemandirian santri juga memerlukan pengembangan,
melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus menerus dalam jangka waktu
panjang dan dilaksanakan secara konsisten.
39
Dalam konteks membangun karakter kemandirian para calon generasi bangsa
pondok pesantren Al-Manar menyiapkan lulusan santri yang berkarakter baik harus ada
kerjasama yang baik antara Kyai, ustad atau Guru dan santri, sebab lulusan dari pondok
pesantren Al-Manar dituntut yaitu: santri harus kuat aqidahnya, berakhlakulkarimah,
keilmuan yang memadai, tumbuh sifat kepemimpinan, bisa mengatasi problematika di
tengah-tengah arus globalisasi, dan menjadi suri tauladan bagi orang lain, memberikan
keteladan atau contoh setiap hari menanamkan norma-norma agama dan sosial
kemasyarakatan dan mampu menghadapi segala sesuatu yang terjadi di masyarakat
bahkan bisa mendakwahkannya, oleh karena itu pembinaan pendidikan karakter
kemandirian santri merupakan bagian yang tidak terpisahkan selama santri di pondok
pesantren Al-Manar Bener Tengaran.
Dari pemaparan data yang penulis dapatkan dilapangan penulis menyimpulkan
Tipologi pendidikan karakter kemandirian pada Pondok Pesantren Modern Desa Bener
Kec. Tengaran Kab. Semarang diantaranya:
1. Melakukan komitmen pembelajaran antara kyai, Ustad atau Guru dan santri yang
menjadikan pondok pesantren sebagai rumah atau tempat tinggal bagi santri sehingga
melalui ini santri mudah dibina dan di didik selama 24 jam dengan melakukan seluruh
aktivitas dengan baik.
2. Melakukan Pembinaan dengan menegakkan kedisiplinan santri melalui beberapa
aturan pondok pesantren yang harus dijalankan santri, seperti disiplin beribadah,
displin melakukan kebersihan (ro’an), disiplin makan minun, disiplin mejalankan
kegiatan pembelajaran dan lain sebagainya dilakukan setiap hari.
40
3. Melaksanakan pembiasaan santri mengikuti kegiatan rutin di pesantren mulai bangun
tidur sampai tidur lagi seperti: shalat fardhu berjamaah, shalat sunnah, membaca Al-
Qur’an, mengikuti pelajaran tepat watu, pembiasaan takror (musyawarah), pembiasaan
berbicara di depan orang lain seperti pidato guna melatih mental santri. Kegiatan
tersebut selain berguna untuk membiasakan santri melaikan kegiatan positif juga
menjaga kerukunan antar sesama santri.
4. Memberikan keteladanan, baik Kyai, ustad atau Guru, keteladanan mendidik santri
yang harus dimulai dari keteladanan ustad atau Guru. Hal ini guru dituntut untuk
menjadi sosok yang pantas diteladani oleh santri baik dalam ucapan ataupun tindakan.
Hal ini menjadi wajib bagi ustad atau Guru memberikan keteladaan diantaranya:
mengajar masuk kelas tepat waktu, mengenakan pakaian rapi. Karena ustad atau Guru
semua aktivitasnya dilihat oleh santri.
5. Memberikan reward dan punishment diberikan dalam bentuk penghargaan kepada
santri yang berprestasi yang mendapatkan pringkat satu, dua dan tiga dan santri yang
berprestasi akan memndapatkan bebas tanggungan syahriahpondok pesantren selama
tiga bulan bagi pringkat satu, dua bulan bagi peringkat dua, satu bulan bagi peringkat
satu. Sedangkan punishmentnya diberikan hukuman yang medidik seperti di suruh
membaca Al-Qur’an, membaca tahlilan di makam masyayihdan menulis ayat-ayat
pendek.
6. Mengajarkan kepemimpinan, hal ini sangat berguna untuk santri belajar memutuskan
atau membuat keputusan-keputusan penting, mandiri dalam psikologis seperti
bertindak yang positif, sopan, jujur, dewasa, amanah dan bertanggungjawab.
41
Berdasarkan karakteristik kemandirian santri pondok pesantren Al-Manar di atas
tidak hadir begitu saja, melaikan terbentuk melalui proses panjang dan terstruktur
melalui sistem penyelenggaraan,maka pada dasarnya pendidikan karakter harus
menyeluruh dalam artian seluruh warga pondok pesantren harus ikut bertanggung
jawab secara langsung terhadap Tipologi pendidikan karakter kemandirian pada
pondok PesantrenModern Desa Bener Kec. Tengaran kab. Semarang.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian pada
Pondok Pesantren Salaf
1. Faktor Pendukung
a. Kyai, ustad atau Guru
Pondok Pesantren Annibros Desa Reksosari Kec. Suruh memiliki seorang
kyai ustad atau Guru yang berkualifikasi baik dalam segi kualitas dan kuantitas.
Dari segi kualitasnya faktor pendukung dari seorang pengasuh pondok pesantren
atau kyai yang memiliki ilmu yang mumpuni dalam bidang agama.
b. Kegiatan
Pondok pesantren Annibros Desa Reksosari Kec. Suruh penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan belajar mengajar baik harian, mingguan,
bulanan, tahunan yang sudah terkonstruk dengan baik, mengadakan perkumpulan
bersama, setiap hari bertemu bersama dengan demikian tidak ada perbedaan yang
ada adalah kebersamaan, keakraban yang terjalin dari semua kegiatan itu,
kesadaran santri mengikuti kegiatan.
c. Santri
42
Penulis menyimpulkan di era globalisasi ini keadaan santri mendukung
orang tua yang masih menitipkan anaknya untuk belajar di pondok pesantren
d. Lingkungan
Lingkungan pondok pesantren Annibros sangat mendukung ditengah-tengah
masyarakat Desa Reksosari yang masyarakatnya baik, suasana pedesaan yang
khas, jauh dari pusat perkotaan.
e. Kerjasama dengan masyarakat
Salah satu yang penting diperlihatkan pondok pesantren Annibros Suruh
adalah kegiatan yang melibatkan lingkungan masyarakat baik itu dari wali santri,
ketua Rt/Rw sebuah upaya untuk tujuan pendampingan santri selama mengikuti
pendidikan di pondok pesantren Annibros.
3. Faktor Penghambat
a. Santri
Berkenaan dengan faktor penghambat kaitanya pendidikan kemandirian
santri Annibros seperti : perbedaan bagraund bawaan dari rumah atau keluarga
yang berbeda-beda, kesadaran santri untuk berprilaku baik belum begitu besar
sehingga bermalas-malasan dalam melaksanakan kegiatan.
b. Sarana dan prasarana
Peneliti menemukan di pondok pesantren Annibros Suruh masih kurang
seperti kurang luasnya bangunan mushola, belum adanya pagar pelindung
mengelilingi pesantren.
43
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Kemandirian pada
Pondok Pesantren Modern
3. Faktor Pendukung
a. Kyai, Ustad atau Guru
Pondok Pesantren Modern Desa Bener Kec. Tengaran memiliki seorang kyai
ustad atau Guru yang berkualifikasi baik dalam segi kualitas dan kuantitas. Dari
segi kualitasnya faktor pendukung dari seorang pengasuh pondok pesantren atau
kyai yang memiliki ilmu yang luas, selain itu dari ustad atau guru-gurunya sangat
ramah dan perhatian terhadap santri-santrinya.
b. Kegiatan
Pondok pesantren Modern Desa Bener Kec. Tengaran dari observasi
penulis menyimpulkan bahwa melalui kegiatan belajar mengajar baik harian,
mingguan, bulanan, tahunan yang sudah terkonstruk dengan baik, mengadakan
perkumpulan bersama, setiap hari sosialisasi bersama dengan demikian tidak ada
perbedaan yang ada adalah kebersamaan, keakraban yang terjalin dari semua
kegiatan itu.
c. Santri
Santri pondok pesantren Modern penulis menyimpulkan keadaan santri-santri
sangat mendukung melihat antusias dan semangatnya dalam belajar ilmu agama.
d. Orang tua
Banyaknya dorongan dan motivasi rang tua membuat santri semakin semangat
dalam menimba ilmu di pesantren.
e. Lingkungan
44
Lingkungan pondok pesantren Al-Manar sangat mendukung banyaknya
gedung tempat belajar dari MI, MTs, MA, MAK dan Madin, selain itu lingkungan
warga masyarakat ikut serta dalam pengawasan santri sehingga terjadi kerjasama
ikut serta mengawasi santri.
4. Faktor Penghambat
a. Santri
Kaitanya dengan pendidikan karakter kemandirian santri penulis
menyimpulkan faktor penghambatnya yaitu: santri sedikit malas untuk kegiatan,
ngantukan, kurangnya pendekatan ustad, menggantungkan orang lain.
b. Sarana dan prasarana
Kaitannya dengan pendidikan karakter kemandirian santri penulis melihat
terdapat faktor penghambat masih kurangnya kamar wc, belum tersedianya jetset,
dari gedung satu ke gedung lain belum ada penghubungnya atap dengan demikian
jika musim hujan dari gedung satu pindah ke gedung lainnya kehujanan.
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis baik yang ditemukan di
pondok pesantren Salaf dan pondok pesantren Modern ditemukan faktor
pendukung yang menurut penulis tetap harus dipertahankan agar tetap terjaganya
kualitas pendidikan bahkan perlu ditingkatkan lagi dengan harapan pondok
pesantren benar-benar menjadi tempat mencetak generasi penuh akan pendidikan
karakter kemandirian. Dan untuk faktor penghambatnya baik di pondok pesantren
Salaf dan pondok pesantren Modern perlunya penanganan atau pengkajian ulang
diperbaiki dengan harapan faktor penghambat tidak terulang kembali.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
46
Berdasarkan hasil penelitian Tipologi pendidikan karakter kemandirian santri
pada pondok pesantren Salaf Suruh dan pondok pesantren ModernTengaran dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Tipologi pendidikan karakter kemandirian pada pondok pesantren Salaf Suruh dan
Pondok Pesantren Modern Tengaran
pendidikan karakter kemandirian santri pada pondok pesantren Salaf
Suruhdilakukan dengan model keteladanan kyai, ustad atau guru, ulama’-ulama’ salaf
terdahulu, mengkaji Al-Qur’an, Hadist, Ijmaq, Qiyas dan Jama’ah, pengembangan
nilai-nilai pendidikan melalui pemahaman-pemahaman kitab-kitab yang dikarang
ulama’ulama’ salaf, selain melalui kegiatan belajar mengajar tersebut, pembinaan
pendidikan karakter kemandirian melalui, kegiatan harian, mingguan, bulanan,
tahunan (berpidato, Al-Berjanji, tes Imtihanul Akhr,lisan, tertulis, hafalan dan praktik)
sedangkan Tipologi Pendidikan karakter kemandirian pada pondok pesantren
Modern Tengaran lebih diintegrasikan dengan pembelajaran seperti Santri harus kuat
aqidahnya, berakhlakulkarimah, keilmuan yang memadai, tumbuh sifat
kepemimpinan, bertanggungjawab, bisa mengatasi problematika di tengah-tengah arus
globalisasi, dan menjadi suri tauladan bagi orang lain. Pengembangan nilai-nilai
pendidikan karakter kemandirian di pondok pesantren Modern Tengaran melalui
pengajaran atau pemahaman ulam’-ulama’ terdahulu, selain melalui kegiatan belajar
mengajar tersebut pembinaan pendidikan karakter kemandirian santri tersebut melalui
tes Imtihanu awwal, tes Imtihanul akhir, tes lisan, tes lisan, praktik, dan hafalan.
2. Faktor pendukung dan penghambat Tipologi pendidikan karakter kemandirian pada
pondok pesantren Salaf Suruh dan Modern Tengaran.
47
Secara keseluruhan faktor pendukung dari model pendidikan karakter
kemandirian baik pondok Pesantren Salaf Suruh ataupun pondok pesantren Modern
Tengaran diantaranya: kyai, ustad atau guru, kegiatan, santri, motivasi orang tua,
lingkungan pesantren, sarana prasarana, dan kerjasama dengan masyarakat, peraturan
pesantren yang mengikat, pengurus yang bertanggung jawab dan jadwal terstruktur
degan rapi.
Sedangkang faktor penghambatnya diantaranya: perbedaan baground santri,
bermalas-malasan dan mengantuk, sarana dan prasarana, padatnya jadwal,cuaca
ekstrim, tidak ada pagar mengelilingi pembatas area lingkungn santri padatnya jadwal,
dan masih adanya santri yang melanggar peraturan yang sudah ditentukan oleh
pesantren.
B. Saran
1. Kemenag sebaiknya lebih meningkatkan lagi dalam hal tipologi pendidikankarakter
kemandirianPondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern
2. Abah Kyai sebaiknya dalam proses belajar mengajar mengawasi atau mengontrol
ustad/ustadzahnya terutama dalam penerapan Tipologi pendidikan kemandirian Pada
Pondok Pesantren Salaf dan Modern.
3. Sebagai seorang ustad/ustadzah untuk tetap mempertahankan, meningkatkan dan
memberikan teladan pendidikan kemandirian pada Pondok Pesantren Salaf dan
Modern.
4. Pondok pesantren lebih menambah fasilitas sebagai sarana pendukung terutama dalam
pendidikan kemandirian.
48
5. Sebagai seorang santri seharusnya memiliki rasa malu ketika melakukan perbuatan
atau kesalahan yang kurang sopan terhadap diri sendiri, abah Kyai, ustad/ustadzah dan
teman-teman yang disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
49
Adibah, Kuni Adibah.“Tradisi Pesantren dalam Membentuk Karakter, Studi Lapangan
Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta” Tesis Pada Program
Magister Pendidikan Islam UIN SUKA, Yogyakarta, 2014.
Asmani, Ma’mur. Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
DIVA press, 2012.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif
Surabaya: Airlangga muniversity Press, 2005.
Daradjat, Zakiyah. Islam Untuk Disiplin Ilmu Sosiologi.Jakarta: Rineka Cipta, 1986.
Dwi Saputra, Agus. “Impelementasi Pendidikan Karakter dalam Membangun
Kemandirian dan Disiplin Siswa di MTs Kanigoro Kab.
Kediri”Jurnal: Didaktika Religia Volume 2, No 1, (2014), 122-130
Febriyanti, Dian.“Pendidikan Karakter Mandiri Santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlas
Beji Kedung Banteng Kab. Banyumas”, Tesis, IAIN Purwokerto.
2017.
Ghazali, Imam. Mukhtashar Ihya’Ulumiddin. Penerjemah: Abu Madyan Al Qurtubi,
Depok: Keira Publishing, 2014.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter konsep dan Implementasi.Bandung: Alfabeta,
2012.
Hamzah, Amir.Dinamika Pembelajaran Karakter Persepektif Pesantren. Malang:
Literasi Nusantara Abadi, 2017.
Hariyanto dan Muchlas Sumani.Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Hermawan, Agus. Sirah Nabawiyah. Kudus: LPSK Kudus, 2015.
Hastra Quroti Ayun Nisa. “Pendidikan Kemandirian Santri Sekolah Dasar di Pondok
Pesantren Ash-Sholihah Boarding School”, Jurnal Kebijakan
Pendidikan, Volume VI, No 5, (2017), 45-55.
Kaun Chen Tsai dan Alex Agboola.“Bring Character Education Into Classroom,
Internasional Jurnal Of Enviromental &Scence Education”, Volume 3,
Number 1, (2008), 8-20.
Lickona, Thomas. Educating For Character. Terjemmah Lita S, Bandung: Nusa Media,
2014.
Mastuhu.Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren.Jakarta: INIS, 1994.
50
Mastuhu.Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Mustari, Mohamad. Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers,
2014.
Mulyasa.Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi.
Bandung: PT Remaja Kompetensi, 2002.
Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Nasution, Khoirun. Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia dan Tafazza, 2004.
Puspita, Fulan. “Pembentukan Karakter Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan (Studi
Atas Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I)”
Tesis pada Program Magister Pendidikan Islam UIN
SUKA.Yogyakarta, 2015.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012.
Rafany, Been. Super Personality Plus, Yogyakarta: Araska, 2013.
Samani, Muchlas. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja
Rosdakarya, 2010.
Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alvabeta, 2016.
Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatab: Kualitatif Kuantatif dan R & D,
Bandung: Alfabeta, 2014.
Sari Knopp Beiken, Robert C Bodgan . Qualitative Research for Education; An
Introduction to Theory and Method. London; Allyn and Bacon, 1998.
Sholikah, Zumrotus. “Edupreurship dalam Mengembangkan Karakter Kemandirian
Santri”, Tesis Pada Program Magister Pendidikan Islam UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2018.
Silmi, Infitahul. “Pembentukan Karakter Mandiri dan Disiplin Pada Santri Asrama
Perguruan Islam Ponpon Pesantren Salaf Al-Anwar Bogangin
Banyumas”, IAIN Purwokerto, 2018.
Syufyarman.Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Alfabeta: Bandung, 2003.
51
Uci Sanusi. “Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren: Studi Mengenai Realitas
Kemandirian Santri di Pondok Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan
Pondok PesantrenBahrul Ulum Tasikmalaya”Jurnal Pendidikan
Agama Islam Ta'lim Volume 10, No 2, (2012), 124-132.
Zubaedi.Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya Pada Lembaga
Pendidikan.Jakarta: Kencana, 2012.
Zuhry, Syaifudin .“Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren
Salaf”, Walisongo, Volume 19, No 1, (2011), 288-291.
Zumrotus, Sholikah. “Edupreurship dalam Mengembangkan Karakter Kemandirian
Santri”, Tesis Pada Program Magister Pendidikan Islam UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2018.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran Gambar
Foto Peneliti dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar Bener
Foto Peneliti dengan Pengasuh Pondok Pesantren Annibros Suruh
Foto peneliti wawancara dengan salah satu Ustad
Foto Ustadzahmenulis jawaban dari peneliti
Foto peneliti wawancara dengan salah satu Ustad
Foto para santri menulis jawaban dari peneliti
Foto Bangunan Ponpes Al-Manar Ds. Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang
Foto Bangunan Ponpes Al-Manar Ds. Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang
Lampiran 1
Pedoman wawancara Pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar
Narasumber :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur
1. Menurut abah Kyai, apakah yang paling ditekankan standar kompetensi lulusan dari
pondok pesantren Al-Manar Bener ?
2. Apakah menurut abah Kyai, Pondok Pesantren Al-Manar melaksanakan pendidikan
karakter kemandirian? Dalam bentuk apa?
3. Menurut abah Kyai, apa yang di maksud pendidikan karakter kemandirian santri? dan
karakter seperti apakah yang di inginkan dari pondok pesantren Al-Manar Bener?
4. Apakah karakter kemandirian pada Pondok Pesantren Al-Manar sekarang sudah
mencerminkan kepribadian seorang sebagaimana yang di inginkan?
5. Melalui kegiatan atau pembelajaran apakah yayasan Al-Manar berusaha mengajarkan
pendidikan karakter kemandirian kepada santri?
6. Menurut abah Kyai kegiatan-kegiatan pondok apa saja yang menunjang pembentukan
karakter kemandirian santri?
7. Bagaimana pendapat Abah Kyai terkait sudah banykakah santri Pondok Pesantren Al-
Manar yang mengamalkan dalam sehari-hari karakter kemandirian?
8. Bagaimana langkah atau cara Abah Kyai dalam penyusunan kurikulum untuk
mewujudkan lulusan santri yang memiliki karakter kemandirian yang baik?
9. Bagaimana merurut abah Kyai, apa faktor pendukung dan penghambat proses
pembentukan karakter kemandirian bagi para santriwan/santriyati
Lampiran 2
Pedoman wawancara Ustad/ustdzah Pondok Pesantren Al-Manar
Narasumber :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur
1. Menurut ustad/ustdzah apakah karakter santriwan/santriyati sudah mencerminkan
karakter kemandirian yang baik?
2. Sebagai ustad/ustadzah terkait mata pelajaran yang ada di pesantren Al-Manar.
Bagaimana pendidikan karakter kemandirian yang ustad/ustdzah ajarkan bagi
santriwan/santriyati?
3. Dalam mata pelajaran nilai-nilai karakter kemandirian yang baik seperti apakah yang
ustad/ustdzah sampaikan kepada santriwan/santriyati?
4. Dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter kemandirian mata pelajaran tersebut,
ustad/ustadzah menggunakan konsep yang bagaimana? Dan seperti apakah contohnya?
5. Bagaimana menurut ustad/ustadzah seberapa pentingkah pendidikan karakter
kemandirian bagi santriwan/santriyati?
6. Bagaimana menurut ustad/ustadzah kapan idealnya memberikan paparan nilai nilai
pendidikan karakter kemandirian kepada santriwan/santriyati?
7. Bagaimana menurut ustad/ustdzah, apakah keadaan lingkungan pondok pesantren sudah
mendukung pendidikan karakter kemandirian?
8. Bagaimana bentuk evaluasi akhir semester yang ustad/ustadzah terapkan kepada
santriwan/santriyati?
9. Bagaimana menurut ustad/ustadzah respon santriwan/santriyati terhadap kegiatan
evaluasi akhir semester?
10. Bagaimana merurut ustad/ustadzah, apa faktor pendukung dan penghambat proses
internalisasi nilai-nilai karakter kemandirian bagi para santriwan/santriyati?
Lampiran 3
Pedoman wawancara Santri Pondok Pesantren Al-Manar
Narasumber :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur
1. Apa saja nilai-nilai karakter yang di tekankan ustad/ustdzah dalam kegiatan belajar
mengajar di Pondok Pesantren Al-Manar?
2. Bagaimana pendidikan karakter kemandirian yang diajarkan ustad/ustdzah kepada
santriwan/santriyati?
3. Apakah di setiap kegiatan belajar mengajar ustad/ustadzah selalu memberikan
karakter kemandirian yang baik yang harus dimiliki seorang santriwan/santriyati?
4. Bagaimana cara santriwan/santriyati berhubungan dan berkomunikasi yang baik
kepada pengasuh, ustad/ustadzah, sesama santri?
5. Sebagai seorang santri, bagaimana pendapat anda tentang pendidikan karakter
kemandirian?
6. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar yang selama ini di ajarkan Pondok
Pesantrean Al-Manar?
7. Kegiatan-kegiatan apa saja yang di ajarkan di pesantren Al-Manar untuk menunjang
pendidikan karakter kemandirian?
8. Bagaimana menurut anda, apakah ustad/ustadzah dalam kegiatan belajar mengajar
menyampaikan tata tertib ?
9. Apakah ustad/ustadzah dalam proses kegiatan belajar mengajar menekankan
kedisiplinan waktu?
10. Bagaimana merurut anda, apa faktor pendukung dan penghambat proses internalisasi
nilai-nilai karakter kemandirian bagi para santriwan/santriyati?
Lampiran 4
Pedoman wawancara Pengasuh Pondok Pesantren Annibros Suruh
Narasumber :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur
1. Menurut abah Kyai, apakah yang paling ditekankan standar kompetensi lulusan dari
pondok pesantren Annibros Suruh ?
2. Apakah menurut abah Kyai, Pondok Pesantren Annibros melaksanakan pendidikan
karakter kemandirian? Dalam bentuk apa?
3. Menurut abah Kyai, apa yang di maksud pendidikan karakter kemandirian santri? Dan
karakter seperti apakah yang di inginkan dari pondok pesantren Annibros Suruh?
4. Apakah karakter kemandirian santri Pondok Pesantren Annibros sekarang sudah
mencerminkan kepribadian seorang santri sebagaimana yang di inginkan?
5. Melalui kegiatan atau pembelajaran apakah yayasan Annibros berusaha mengajarkan
pendidikan karakter kemandirian kepada santri?
6. Menurut abah Kyai kegiatan-kegiatan pondok apa saja yang menunjang pembentukan
karakter kemandirian santri?
7. Bagaimana pendapat Abah Kyai terkait sudah banykakah santri Pondok Pesantren
Annibros yang mengamalkan dalam sehari-hari karakter kemandirian?
8. Bagaimana langkah atau cara Abah Kyai dalam penyusunan kurikulum untuk
mewujudkan lulusan santri yang memiliki karakter kemandirian yang baik?
9. Bagaimana merurut abah Kyai, apa faktor pendukung dan penghambat proses
pembentukan karakter kemandirian bagi para santriwan/santriyati?
Lampiran 5
Pedoman wawancara Ustad/ustdzah Pondok Pesantren Annibros Suruh
Narasumber :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur
1. Menurut ustad/ustdzah apakah karakter santriwan/santriyati sudah mencerminkan
karakter kemandirian yang baik?
2. Sebagai ustad/ustadzah terkait mata pelajaran yang ada di pesantren Annibros.
Bagaimana pendidikan karakter kemandirian yang ustad/ustdzah ajarkan bagi
santriwan/santriyati?
3. Dalam mata pelajaran nilai-nilai karakter kemandirian yang baik seperti apakah yang
ustad/ustdzah sampaikan kepada santriwan/santriyati?
4. Dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter kemandirian mata pelajaran tersebut,
ustad/ustadzah menggunakan konsep yang bagaimana? Dan seperti apakah contohnya?
5. Bagaimana menurut ustad/ustadzah seberapa pentingkah pendidikan karakter
kemandirian bagi santriwan/santriyati?
6. Bagaimana menurut ustad/ustadzah kapan idealnya memberikan paparan nilai nilai
pendidikan karakter kemandirian kepada santriwan/santriyati?
7. Bagaimana menurut ustad/ustdzah, apakah keadaan lingkungan pondok pesantren sudah
mendukung pendidikan karakter kemandirian?
8. Bagaimana bentuk evaluasi akhir semester yang ustad/ustadzah terapkan kepada
santriwan/santriyati?
9. Bagaimana menurut ustad/ustadzah respon santriwan/santriyati terhadap kegiatan
evaluasi akhir semester?
10. Bagaimana merurut ustad/ustadzah, apa faktor pendukung dan penghambat proses
internalisasi nilai-nilai karakter kemandirian bagi para santriwan/santriyat
Lampiran 6
Pedoman wawancara Santri Pondok Pesantren Annibros Suruh
Narasumber :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur
1. Apa saja nilai-nilai karakter yang di tekankan ustad/ustdzah dalam kegiatan belajar
mengajar di Pondok Pesantren Annibros?
2. Bagaimana pendidikan karakter kemandirian yang diajarkan ustad/ustdzah kepada
santriwan/santriyati?
3. Apakah di setiap kegiatan belajar mengajar ustad/ustadzah selalu memberikan karakter
kemandirian yang baik yang harus dimiliki seorang santriwan/santriyati?
4. Bagaimana cara santriwan/santriyati berhubungan dan berkomunikasi yang baik kepada
pengasuh, ustad/ustadzah, sesama santri?
5. Sebagai seorang santri, bagaimana pendapat anda tentang pendidikan karakter
kemandirian?
6. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar yang selama ini di ajarkan Pondok
Pesantrean Annibros?
7. Kegiatan-kegiatan apa saja yang di ajarkan di pesantren Annibros untuk menunjang
pendidikan karakter kemandirian?
8. Bagaimana menurut anda, apakah ustad/ustadzah dalam kegiatan belajar mengajar
menyampaikan tata tertib ?
9. Apakah ustad/ustadzah dalam proses kegiatan belajar mengajar menekankan kedisiplinan
waktu?
10. Bagaimana merurut anda, apa faktor pendukung dan penghambat proses internalisasi
nilai-nilai karakter kemandirian bagi para santriwan/santriyati?
Daftar Riwayat Hidup
A. Identitas Diri
Nama : Abdul Khamid, S.Pd
Tempat Tanggal Lahir : Grobogan, 25 Juni 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Jumo Rt.01 Rw.07 Kec. Kedungjati
Kab. Grobogan
Nama Ayah : H. Zaini
Nama Ibu : Hj. Maspiyah
Nama Kakak : Masrokhan
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. TK Pertiwi Jumo, Lulus Tahun 2001
b. SD N 2 Jumo Kedungjati, masuk Tahun 2001 lulus Tahun 2007
c. SMP N 2 Tanggug Harjo, masuk Tahun 2007 lulus Tahun 2010
d. MA Al-Manar Tengaran, masuk Tahun 2010 lulus Tahun 2013
e. S1 (Sarjana IAIN Salatiga), masuk Tahun 2013 lulus Tahun 2017
f. S2 (Pascasarjana IAIN Salatiga), masuk Tahun 2017 lulus Tahun
2019
2. Pendidikan Non Formal
a. Pondok Pesantren Al-Manar Ds. Bener Kec. Tengaran Kab, Semarang
2010 sampai 2019
Demikian daftar riwayat hidup ini di buat dengan sebenar-benarnya
Recommended