View
81
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
Higiene Industri Permenkes
Citation preview
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
1/24
TUGAS
Higiene Industri
Oleh :
Cahya Septia Sardiawan ( 13120706026 )
PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA BALI
2013
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
2/24
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
BAB ITENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atautetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan
tempat kerja tersebut;
2. "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat kerja ataubagiannya yang berdiri sendiri;
3. "pengusaha" ialah :a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usahabukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukumtermaksud pada (a) dan (b), jikalau yang mewakili berkedudukan di luar
Indonesia.
4. "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Mneteri Tenaga Kerja untuk melaksanakanUndang-undang ini.
5. "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen TenagaKerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6. "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar DepartemenTenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya
Undang-undang ini
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
1. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja,baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaanatau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpanatau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
3/24
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan ataupembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangankesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijihlogam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di
permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melaluiterowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiunatau gudang;
h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;i.
dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset(penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkanlistrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yangmemakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruanganatau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
kesehatan yang bekerja atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat
dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;e. memberi pertolongan pada kecelakaan;f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
4/24
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physikmaupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanamanatau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat(1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta
pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalamperencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulanketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda
pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya
dan keselamatan umum.
3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat(1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
1. Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini sedangkan parapegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasanlangsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
2. Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerjadalam melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
5/24
Pasal 6
1. Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonanbanding kepada Panitia Banding.
2. Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding danlain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3. Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi
menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 8
1. Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuanfisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawahpimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan
dibenarkan oleh Direktur.
3. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturanperundangan.
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja barutentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakinbahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yangberada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
6/24
BAB VI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 10
1.
Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja gunamemperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
2. Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnyaditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yangdipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat(1) diatur dengan peraturan perundangan.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk: a.
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
keselamatan kerja; b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan; c. Memenuhi dan
mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan; d.Meminta
pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan; e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan
keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali
dalam hal-hal khususditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung jawabkan.
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
7/24
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syaratkeselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerjayang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan padatenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
1. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut denganperaturan perundangan.
2. Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana ataspelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
3. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang ini
mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-
undang ini.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini
belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu
Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang ini.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
8/24
Pasal 18
Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA" dan mulai berlaku pada
hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
9/24
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tanggal 25 november 1996
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN
Pasal 1
(1) Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:1. Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima oleh indera penciuman;2. Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat
mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;
3. Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yangtidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;
4. Sumber bau atau zat odoran adalah setiap zat yang dapat menimbulkan rangsanganbau pada keadaan tertentu;
5. Zat odoran adalah zat yang dapat berupa zat tunggal maupun cmpuran berbagaimacam senyawa;
6. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur Kepala Daerah KhususIbukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.
7. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;Pasal 2
Baku Tingkat Kebauan untuk odoran tunggal dan campuran, metoda pengukuran/pengujian
dan peralatan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 3
(1) Gubernur dapat menetapkan baku tingkat kebauan lebih ketat dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran Keputusan ini.
(2) Apabila Gubernur belum menetapkan baku tingkat kebauan maka berlaku ketentuan
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 4
Apabila analisis mengenai dampak lingkungan bagi usaha atau kegiatan mensyaratkan baku
tingkat kebauan lebih ketat dari ketentuan dalam Lampiran Keputusan ini, maka untuk usaha
atau kegiatan tersebut berlaku baku tingkat kebauan sebagaimana disyaratkan oleh analisis
mengenai dampak lingkungan.
Pasal 5
(1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib:
1. mentaati baku tingkat kebauan yang telah dipersyaratkan;2. mengendalikan sumber penyebab bau yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan;
3. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebauan sekurang kurangnya 3 (tiga)bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang
bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
10/24
4. Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan dalam izin yang relevanuntuk mengendalikan pencemaran dan atau perusakan lingkungan bagi setiap usaha
atau kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 6
(1) Bagi usaha atau kegiatan yang telah beroperasi:
1. baku tingkat kebauan lebih longgar dari ketentuan dalam Keputusan ini, wajibdisesuaikan dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak ditetapkan
Keputusan ini.
2. baku tingkat kebauan lebih ketat dari Keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.Lampiran
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 50 Tahun 1996 tanggal 25 november 1996A. Bau dari Odoran Tunggal
Catatan : ppm = satu bagian dalam satu juta
B. Bau dari Odoran Campuran
Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang
dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50 % anggota penguji yang berjumlah minimal 8
(delapan) orang.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
11/24
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri
Nomor : Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/Menkes/SK/XI/2002
Perihal : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri
Persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri meliputi : persyaratanair,
udara, limbah, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit, persyaratan
kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini.
Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja dinyatakan tidak
berlaku.
Didalam lampiran Keputusan ini juga disebutkan bahwa Pimpinan satuan kerja/unit
perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja
perkantoran. Untuk melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat menunjuk
seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok
dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan kerja.
Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk
melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja. Pihak ketiga harus berbentukBadan
Hukum Usaha penyehatan lingkungan kerja perkantoran yang diakui. Adapun untuk biaya
penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran menjadi tanggung jawabperkantoran.
Kesehatan Lingkungan Perkantoran
Umumnya masalah kesehatan dan sanitasi i perkantoran dititikberatkan kepada tindakan
kuratif.Mengenai usaha pencegahan kepada faktor-faktor yang menyebabkan sakit kurang
mendapat perhatian.Padahal kalau ingin menurunkan angka sakit para karyawan, tindakan
pencegahan merupakan pereanan penting.
Penting untuk pekerjaan kantor adalah ukuran-ukuran perlengkapan kantor dan perlengkapan
kerja lainnya seperti meja, kursi, mesin tik dan lain-lain, disesuai kan ukuran tubuh parakaryawan menurut variasi yang ada. Selain itu lingkungan kerja harus tetap memberikan
kesegaran kepada para karyawan atau penerangan yang kurang baik, terlalu lembab, ventilasi
yang kurang baik akan mengurangi kenyamanan bekerja. Penyakit-penyakit atau gangguan
kesehatan karena ketidakcocokan ini biasanyakeluhan pegal-pegal, sakit pinggang, rasa lelah,
sakit atau gangguan pencernaan.
Juga aspek-aspek sosial dan kejiwaan harus menjadi perhatian pula, misalnya salah pilih
pekerjaan atau ketidakcocokan dnegna kawan-kawan atau atasan, sering menimbulkan
depresi.Untuk mengurangi hal ini sebaiknya pangkat atau jabatan secara objektif didasarkan
watak dan kecakupan.Seorang yang dianggap cakap dalam bidangnya belum tentu wataknya
baik sebagai pemimpin. Sebaliknya seorang yang wataknya kurang cakap dalam bidangnya,tetap mempunayai watak baik sebagai pemimpin, akan menimbulkan suasana kerja yang
nyaman bagi para bawahan atau karyawannya, sehingga bisa menghasilkan produktifitas yang
tinggi.
http://leni-haryanti.blogspot.com/2012/11/persyaratan-kesehatan-lingkungan-kerja.htmlhttp://www.artikelk3.com/kesehatan-lingkungan-perkantoran.htmlhttp://www.artikelk3.com/kesehatan-lingkungan-perkantoran.htmlhttp://www.artikelk3.com/kesehatan-lingkungan-perkantoran.htmlhttp://leni-haryanti.blogspot.com/2012/11/persyaratan-kesehatan-lingkungan-kerja.html5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
12/24
Untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi dari para karyawan, maka perlu diusahakan:
pangan yang bergisi dan menimbulkan syarat kesehatan sandang yang cukup perumahan yang memenuhi persyaratan kesehatan sanitasi kantor yang baik seperti tempat pembuangan kotoran/kamar mandi/kamar kecil yang
sehat dan bersih; pencegahan beberapa penyakit yang berbahaya seperti penyakit tuberkulosa dan lain-
lainpenyakit yang menyebabkan seseorang tidak bisa bekerja untuk jangka waktu yanglama;
penyediaan fasilitas obat-obatan dan perawatan bagi karyawan yang sakit; pendidikan dan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja mencegah terjadinya kelelahan kerja dan mempertinggi efisiensi kerja.
KESELAMATAN KANTOR
Anda bekerja dalam suatu kantor. Tempat kerja itu aman bukan?Tidak selalu
demikian.Kecelakaan-kecelakaan dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja. Apabila mereka-mereka bertindak dengan cara tidak aman atau tanpa perlindungan dihadapkan kekondisi tidak
aman.
Berikut ini, beberapa contoh kecelakaan-kecelakaan nyata yang mengakibatkan cidera dan
waktu yang hilang pada para pekerja kantor orang-orang seperti anda dan saya :
Seorang petugas suatu perusahaan asuransi sewaktu-waktu kembali untuk bekerja setelahmakan siang ketika ia terpeleset dan jatuh diatas jalan tangga pijakannya basah karena hujan
datang.
Seorang pemegang buku terbakar lengan dan sisi kirinya ketiga ia mencabut kabel tempat kopi.Tempat kopi terbalik dan menumpahkan air panas keatasnya.
Petugas arsip menderita nyeri punggung ketiga seorang teman sekerja jatuh keatasnyadibagian belakang menimpa diatasnya sewaktu ia sedang jongkok untuk mendapatkan kartu-
kartu dari laci lemari arsip.
Petugas kantor tersandung kabel telepon tanpa pelindung dikantornya dan jatuh, menopangdirinya dengan kedua tangannya ketika ia menghantam lantai. Ia mematahkan lengannya dan
pergelangannya terkilir.
Seorang sekretaris menarik kursi ke meja makan. Kelingkingnya menyentuh kabel pada dasarkursi dan mematahkannya.
Seorang pekerja kantor sedang menuju pintu yang berputar ketika seseorang mendorong pintutersebut lebih cepat. Pintu menyentuh tumit dan kakinya menyebabkan darah menggumpal
dibagian kakinya.
Seorang pekerja sedang mencoba untuk membuka jendela kantor. Dia mendorong kearah kacaketika jendela itu pecah dan tangannya masuk melalui kaca yang pecah itu melukai
pergelangan tangannya.
Seorang resepsionis terpeleset diatas lantai ruang makan yang baru dipoles dan jatuh,membuat punggungnya memar.
Seorang pegawai kantor sedang lari melalui tempat parkir peusahaan, menginjak batu danjatuh. Dia menderita cidera dipunggung bawahnya.
Para profesional perpindahan membawa masuk sebuah meja baru untuk seorang pekerja.Pekerja ini tidak puas dengan posisi mejanya maka ia memindahkannya dan menghancurkan
piringan pada punggungnya.
Seorang sekretaris bangun dari mejanya untuk menuju ke almari arsip. Dia tersandung keatasbox telepon yang diletakkan di lantai dan menciderai punggungnya.
Seorang pekerja meninggalkan secangkir kopi di mejanya. Pada waktu ia kembali untukmenyelesaikannya, dia tidak melihat ada lebah didalam cangkirnya. Lebah itu menyengat
bagian dalam dari bibir atasnya.
http://www.artikelk3.com/keselamatan-kantor.htmlhttp://www.artikelk3.com/keselamatan-kantor.htmlhttp://www.artikelk3.com/keselamatan-kantor.html5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
13/24
Seorang petugas sedang berlari untuk mencapai sebuah elevator. Begitu dia melangkah masukke-elevator, dia terjatuh dan terkilir mata kaki kanannya. Elevator berhenti kira-kira satu kaki
dibawah permukaan lantai.
Seorang resepsionis duduk di sebuah sofa yang memerlukan perbaikan. Dia jatuh dari jok kursike lantai, punggungnya cidera.
Seorang sekretaris berdiri untuk pindah dari mejanya kemeja lain, tergelincir diatas laci kursiyang terbuka, dan punggung bagian bawahnya terkilir.Marilah kita ingat bahwa setiap kecelakaan ini dapat terjadi pada anda atau saya. Apabila anda
melihat seseorang melakukan sesuatu dengan cara yang tidak aman, katakan hal itu
kepadanya. Jika anda melihat suatu keadaan tidak aman, laporkan.Keselamatan adalah urusan
setiap orang.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
14/24
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.13/MEN/X/2011
TENTANG
NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA
DI TEMPAT KERJADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentangKeselamatan Kerja, perlu ditetapkan Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
tempat kerja;
b. bahwa dalam rangka perlindungan tenaga kerja terhadap timbulnya risiko-risiko bahayaakibat pemaparan faktor bahaya fisika dan kimia, sekaligus meningkatkan derajat
kesehatan kerja di tempat kerja sebagai bagian dari pemenuhan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja;
c. bahwa meningkatnya tuntutan di kalangan industri, praktisi dan asosiasi untukmemperbarui standar sesuai dengan standar internasional;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, danhuruf c perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918);
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4279);
3. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Kesehatan Kerja;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1982 tentangPelayanan Kesehatan Tenaga Kerja;
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 tentang Audit SistemManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.12/MEN/VIII/2010 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
15/24
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG NILAI
AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
2. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalambentuk lain.
3. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
4. Faktor lingkungan kerja adalah potensi-potensi bahaya yang kemungkinan terjadi di
lingkungan kerja akibat adanya suatu proses kerja.
5. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badanlainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
6. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia.
7. Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
16/24
8. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat
kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
9. Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah kadar bahan kimia diudara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga
kerja melakukan pekerjaan.
10. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam keputusan
ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan
magnet.
11. Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang dalam keputusan
ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari
bahan-bahan kimia.
12. Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan, kabut, uap logam,
dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap.
13. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas.
14. Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu
kering.
15. Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah suhu yang ditunjukkan oleh oleh
termometer bola basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer).
16. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola
(Globe Thermometer).
17. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang selanjutnya
disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.
18. Berat molekul adalah ukuran jumlah dari berat atom dari atom-atom dalam molekul atau
seluruh unsur penyusunnya.
19. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
20. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari
kedudukan keseimbangannya.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
17/24
21. Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (Microwave) adalah radiasi elektromagnetik
dengan frekuensi 30 Kilo Hertz sampai 300 Giga Herzt.
22. Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).
23. Medan magnet statis adalah suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus
listrik.
24. Terpapar adalah peristiwa seseorang terkena atau kontak dengan faktor bahaya di tempat
kerja.
25. Paparan Singkat Diperkenankan yang selanjutnya disingkat PSD adalah kadar zat kimia di
udara di tempat kerja yang tidak boleh dilampaui agar tenaga kerja yang terpapar pada
periode singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh maupun terbius yang tidak boleh dilakukanlebih dari 4 kali dalam satu hari kerja.
26. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
27. Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
28. Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pasal 2
(1) Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian faktor fisika dan faktor kimia
di tempat kerja sehingga di bawah NAB.
(2) Jika faktor fisika dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampaui NAB, pengurus
dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk menurunkan
sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku.
(3) Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan
faktor fisika dan faktor kimia tertentu sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
18/24
Pasal 3
(1) NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi iklim kerja, kebisingan,
getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.
(2) NAB faktor kimia meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang
berasal dari bahan-bahan kimia.
(3) NAB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
nomor 1 Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
(1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA).
(2) Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I nomor 2 Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
(1) NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan
tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2).
(2) Getaran yang melampaui NAB, waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I nomor 3 Peraturan Menteri ini.
Pasal 7
NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan
sebesar 0,5 meter per detik kuadrat (m/det2)
Pasal 8
NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I nomor 4 Peraturan Menteri ini.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
19/24
Pasal 9
(1) NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,0001 milliWatt per sentimeter persegi
(mW/cm2).
(2) Radiasi sinar ultra ungu yang melampaui NAB waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I nomor 5 Peraturan Menteri ini.
Pasal 10
NAB medan magnit statis untuk seluruh tubuh ditetapkan sebesar 2 Tesla.
Pasal 11
NAB medan magnit statis untuk bagian anggota tubuh (kaki dan tangan) ditetapkan sebesar
600 milli tesla (mT). NAB medan magnit untuk masing-masing anggota badan tercantum dalam
Lampiran I nomor 6 Peraturan Menteri ini. 6
Pasal 12
NAB Faktor Kimia di udara tempat kerja tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.
Pasal 13
(1) Pengukuran dan penilaian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dilaksanakan oleh
Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang ditunjuk Menteri.
(2) Persyaratan pihak lain untuk dapat ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 14
Untuk kepentingan hukum dan pengendalian risiko bahaya di tempat kerja, Pegawai Pengawas
ketenagakerjaan dapat meminta pengurus dan/atau pengusaha untuk memutahirkan data
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
20/24
Pasal 15
Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan pengukuran faktor fisika dan faktor
kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian
risiko dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 16
Pengurus dan/atau pengusaha harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini dan menyampaikan hasil pengukuran pada kantor yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan.
Pasal 17
NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dalam Peraturan Menteri ini dapat ditinjau
kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pasal 18
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja dan Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Kimia di Udara Tempat Kerja, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 8/Menkes/Per/XI/1987, kebisingan adalah
terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan
kesehatan.Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas
yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman orang terutama pendengaran.
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bisingdibagi dalam 3 kategori:
Occupational noise(bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yangdisebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
Audible noise(bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyiantara 31,58.000 Hz.
Impuls noise(Impactnoise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya
bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil.
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/pengertian-5-m-dalam-manajemen.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/pengertian-5-m-dalam-manajemen.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/pengertian-5-m-dalam-manajemen.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/pengertian-5-m-dalam-manajemen.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kebisingan.html5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
21/24
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONSIA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP51/MEN/I999
TENTANG
NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA
MENTERI TENAGA KERJA
Menimbang :
a. Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970tentang Keselamatan Kerja. perlu ditetapkan Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat
Kerja;
b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan- ketentuan Pokok MengenaiTenaga Kerja.
2. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 122/M Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabinet
Reformasi Pembangunan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05/MEN/1996 tentang Sistem ManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP 28/MEN/1994 tentang Organisasi dan TataKerja Departemen Tenaga Kerja.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR
FlSIKA DI TEMPAT KERJA
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
3. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
22/24
4. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat tisika yang dalam keputusan
ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu.
5. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban. kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya.
6. Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu
kering.
7. Suhu basah alami (Nat Wet Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer bola basah alami (Natural Wet bulb Thermometer).
8. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola (Globe
Thermometer).
9. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkal ISBB adalah
parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu
udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.
10. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
11. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak- balik dari
kedudukan keseimbangannya.
12. Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (microwave) adalah radiasi elektro- magnetik
den frekuensi 30 kilohertz sampai 300 Giga Hertz.
13. Radiasi ultra ungu (Ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).
14. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
15. Pengusaha adalah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk
keper!uan itu menggunakan tempat kerja;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja;
c. Orang atau badan hukum, yang di Indoncsia mewakili orang atau badan hukum sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b jikalau yang diwakili berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.
16. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai teknis berkeah!ian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
23/24
17. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 2
NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB sebagaimana tercantum dalam lampiran I.
Pasal 3
(1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA).
(2) Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam lampiran II.
Pasal 4
(1) NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan
tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2).
(2) Getaran yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam lampiran III.
Pasal 5
NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
lampiran IV.
Pasal 6
(1) NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,1 mikro Watt persentimeter persegi
(.uW/crn2).
(2) Radiasi sinar ultra ungu yang melampaui NAB waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran V.
5/28/2018 Tugas Higiene Industri Permenkes
24/24
Pasal 7
(1) Pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat dan atau
Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang ditunjuk.
(2) Persyaratan pihak lain untuk dapat ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Hasil pengukuran dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
pimpinan perusahaan atau pengurus perusahaan dan kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat.
Pasal8
Pelaksanaan pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja berkoordinasi dengan
kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
Pasal 9
Peninjauan NAB faktor fisika di tempat kerja dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pasal l0
Pengusaha atau pengurus harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri
ini.
Pasal 11
Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini. maka Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk
iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Kebisingan di tempat kerja dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 12
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Recommended