View
232
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
ef
Citation preview
TUGAS KELOMPOK
PENGILANGAN MINYAK BUMI DAN NABATI
HIGH VACUUM UNIT
DISUSUN OLEH :
ANGGREA NOVA SARI 0707112600
JANRYAN
HADZALI
LUSY YUNITAMEL0807121058
TIKA AMELISA
0807132532DOSEN PEMBIMBING: Dra. NIRWANA, MT
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2009KATA PENGANTAR
Puji syukur kami aturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Proses Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati khususnya mengenai High Vacuum Unit.Makalah ini dibuat tidak lepas dari bantuan, saran, kritik serta koreksi dari pihak yang terkait. Oleh sebab itu, kami selaku tim penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Dra. Nirwana, MT. dan semua pihak yang membantu penyusunan makalah ini baik dalam bentuk pikiran maupun materi.
Terakhir kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Dan apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan ataupun kesalahan, maka kami juga mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah ini kedepan.
Pekanbaru, Oktober 2009
Tim Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
11.2. Fraksi Minyak Bumi
BAB II. BAB III. PENUTUP
13
3.1. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi utama yang sejak dulu hingga saat ini dimanfaatkan oleh manusia di dunia dalam memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Kebutuhan ini terus meningkat sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan ini bukan hanya dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas dan ragam kebutuhan. Untuk itu industri minyak dan gas memiliki peranan yang sangat penting sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Minyak bumi adalah campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon dengan berbagai komposisi yang terdapat di dalam bumi. Dari beberapa ahli, diketahui bahwa terdapat dua teori pembentukan minyak bumi, yaitu teori Biogenik dan Abiogenik. Teori Biogenik menyatakan bahwa minyak bumi dihasilkan dari hasil proses perubahan materi organik karena adanya tekanan dan pemanasan selama kurun waktu tertentu sedangkan teori Abiogenik menyatakan bahwa minyak bumi telah ada sejak terbentuknya bumi dan sifatnya mengalir serta terkumpul pada tempat-tempat tertentu. Akan tetapi, teori Biogenik lebih dikenal karena sebagian besar para ahli menyakini bahwa minyak bumi terbentuk dari binatang dan tumbuhan laut yang tekubur selama jutaan tahun oleh pengaruh lingkungannya, yaitu temperatur, tekanan, kehadiran senyawa logam dan mineral, letak geologis serta waktu proses perubahan.
Pengaruh lingkungan pada proses pembentukan minyak bumi menyebabkan minyak bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya. Berdasarkan perbedaan komposisinya, minyak bumi dapat diklasifikasikan menjadi minyak bumi parafinik (paraffinic-base crude oil), minyak bumi naftenik (naphthene-base crude oil), dan minyak bumi aromatik (aromate-base crude oil). Minyak bumi ini digunakan untuk menghasilkan berbagai macam bahan bakar, diantaranya LPG, premium, kerosene, avtur, solar serta bahan lainnya seperti aspal, pelumas, bahan pelarut, lilin dan bahan baku petrokimia.
Pengilangan minyak bumi bertujuan untuk mengubah minyak mentah dengan berbagai proses menjadi suatu produk yang ekonomis dan dapat dipasarkan. Dalam kilang minyak bumi, dikenal beberapa proses pengolahan yang dapat dikategorikan sebagai proses pemisahan fisis, proses konversi kimia dan proses treating. Proses pemisahan dan treating secara fisis pada umumnya merupakan proses pengolahan pertama atau dikenal dengan Primary Processing, sedangkan proses konversi dan treating yang disertai dengan perubahan kimia merupakan proses lanjutan atau Secondary Processing. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengilangan minyak bumi ini adalah PT. PERTAMINA (Persero). BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1.Minyak Bumi
Minyak bumi adalah cairan coklat kehijauan hingga hitam yang didominasi oleh unsur karbon dan hidrogen. Material ini merupakan campuran yang sangat kompleks, mengandung ribuan senyawa hidrokarbon tunggal mulai dari yang paling ringan seperti gas metana sampai yang berat seperti padatan aspal. Jenis minyak bumi yang sangat ringan mudah untuk dialirkan tanpa pemanasan terlebih dahulu sedangkan jenis minyak bumi yang berat harus dilakukan pemanasan terlebih dahulu untuk menurunkan viskositas material sehingga mudah untuk dipompa kepermukaan bumi. Perbedaan komposisi penyusun dari tiap jenis minyak bumi ini sangat mempengaruhi sifat fisik minyak bumi tesebut sehingga dalam pengolahannya menjadi berbagai material yang lebih berguna akan berbeda baik kondisi operasi maupun unit pengolahan yang digunakan.
Berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan asal asul minyak bumi. Teori yang paling popular adalah organic source materials. Teori ini menyatakan bahwa jasad binatang dan tumbuh tumbuhan yang telah mati terakumulasi dalam tempat yang sesuai selama jutaan tahun, seperti dalam swamps, delta atau shallow dalam laut. Disana bahan organik akan terdekomposisi secara parsial dengan bantuan bakteri. Karbohidrat dan protein dipecah menjadi gasgas atau komponen yang larut dalam air dan terbawa pergi oleh air tanah. Sedangkan lemak lemak yang tertinggal dan bahan-bahan yang terlarut, diubah secara perlahan-lahan menjadi minyak bumi melalui reaksi yang menghasilkan bahan-bahan dengan titik didih rendah. Cairan minyak bumi yang dihasilkan kemudian dapat berpindah ke pasir alam atau reservoir batu kapur. Berdasarkan mekanisme ini, diduga minyak mentah yang lebih tua telah bereaksi secara sempurna. Oleh karena itu minyak mentah tersebut akan mengandung lebih banyak fraksi ringan seperti gasoline dan kerosin. Minyak bumi yang diperoleh dari sumber yang letaknya lebih jauh dari permukaan bumi akan cenderung lebih ringan karena diperkirakan telah mengalami reaksi yang lebih lama.
2.2. Proses Pengolahan Minyak Bum2.5.1. Pengolahan Pertama (Primary Processing)
2.5.1.1. Distilasi atmosferik
2.5.1.2. Distilasi vakum2.5.1.3. Ekstraksi
2.5.1.4. Adsorpsi2.5.1.5. Kristalisasi2.5.2. Pengolahan Lanjut (Secondary Processing)
2.5.2.1. Perengkahan (cracking)2.5.2.2. Pembentukan (reforming)BAB III
ISI
3.1 High Heavy Vacuum Distillation Unit (HVU) 110
Unit ini berfungsi untuk memisahkan umpan berupa Low sulphur waxy residue (LSWR) yang berasal dari unit CDU menjadi fraksi yang lebih ringan berdasarkan titik didihnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar C.10. Prinsip dasar operasi unit ini adalah distilasi pada keadaan vakum. Keadaan vakum diperoleh dengan cara menarik produk gas pada bagian atas kolom dengan menggunakan tiga buah steam jet ejector yang disusun seri sehingga terjadi penururunan tekanan reaktor. Keadaan vakum ini diperlukan untuk menurunkan titik didih LSWR sehingga pemisahan fraksi fraksi minyak mentah dapat berlangsung dengan lebih baik tanpa terjadi thermal Cracking. Proses pemisahan berlangsung pada temperatur 400oC dan tekanan 18 - 22 mmHg. Kapasitas pengolahan unit ini adalah 92,6 MBSD.
Peralatan peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah Vacuum tower (V-1), condensate receiver (V-2), feed surge drum (V-3, V-4), 1st dan 2nd stage desalter intermediet blowdown (V-9), steam disengaging drum (V-10), KO drum (V-11), Vacuum (V-5A, V-5B), tempered Water expansion drum (V-6), continue blowdown (V-8), heater (H-1A, H-1B), heat exchanger (E-1AB, E-2ABC, E-3ABCD, E-4AB, E-52ABC, E-53, E-54, E-5AB, E-6AB, E-7ABCD, E-8AB, E-9A-I, E-10, E-11ABCD, E-12, E-13A-J, E-15, E-16), ejektor (J-51, J-52, J-53), kompresor (C-1AB), dan pompa (P-2AB, P-3ABC, P-4AB, P-5AB, P-6ABC, P-7, P-8AB, P-9AB, P-10AB, P-11AB, P-12AB, P-13AB, P-14AB, P-15AB).
Produk yang dihasilkan unit ini antara lain adalah gas, LVGO (Light Vacuum Gas Oil), dan HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil). Gas yang dihasilkan akan dipergunakan sebagai fuel gas, LVGO sebagai komponen blending Automotove Diesel Oil (ADO), dan HVGO akan diumpankan ke unit HCU.
Umpan LSWR yang berasal dari unit CDU ditampung di V-3 untuk dihilangkan gasnya yang kemudian akan dibakar di flare. Umpan kemudian dialirkan ke V-5AB untuk penghilangan kandungan garam (desalting) dengan menggunakan air yang berasal dari unit SWS. Keluaran V-5AB yang berupa brine akan diolah sehingga dapat digunakan kembali, sedangkan minyak yang sudah tidak mengandung garam akan dialirkan ke V-1 setelah sebelumnya dipanaskan dengan E-2, E-3, dan H-1AB. Umpan masuk ke V-1 pada temperatur 400oC. Produk atas diserap dengan mengggunakan J-51, J-52, dan J-53 kemudian didinginkan dengan E-52, E-53, dan E-54 sebelum masuk ke V-2. Produk atas diserap dengan ejektor yang memanfaatkan MP steam kemudian akan dialirkan ke V-2 setelah didinginkan dengan E-52ABC, E-53, dan E-54. Keluaran yang masih bisa diolah sebagian dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi dialirkan ke slope tank. Gas yang dihasilkan dimrnikan dari minyak di V-11 kemudian sebagian digunakan sebagai fuel gas dan sebagian dibakar di flare. MP steam yang digunakan berasal dari V-10 yang menggunakan air sebagai umpan.
Produk samping berupa LVGO dan HVGO yang masing masing diambil pada suhu 219oC dan 345oC. LVGO dipompakan dengan P-9AB dari V-1 dan didinginkan dengan E-9A. Sebagian LVGO langsung diambil sebagai produk dan sebagian lagi akan dikembalikan ke V-1 setelah dipanaskan terlebih dahulu dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC dari V-1, sebagian dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan umpan melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB untuk pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu aliran ke unit HCU 211 dan 212, serta aliran ke tangki HVGO. Produk bawah berupa short residue diambil pada suhu 395oC kemudan didinginkan dengan E-3. Sebagian residu dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi akan diumpankan ke unit DCU untuk diolah lebih lanjut. Residu juga sebagian dialirkan ke tangki penyimpanan serta sebagian lagi dipanaskan dan diolah kembali di V-1.
OPERATING MANUAL
HIGH VACUUM UNIT
UNIT - 110 HVU
II. DISKRIPSI UMUM
2.1. Pendahuluan
Unit distilasi vakum adalah unit yang mem-flashes gas oil dari reduced crude pada tekanan lebih rendah dari atmosferik, biasanya kurang dari 1 psia dan pada temperatur dimana tidak ada fraksi gas oil atau aspal akan mengalami dekomposisi thermal.
Prinsip dasar operasi Unit Distilasi Vakum adalah bahwa boiling point (titik didih) dari tiap material akan jatuh ketika tekanan diturunkan. Sebagai contoh, air pada level permukaan laut, dimana tekanan barometrik 14.7 psia mendidih pada 100(C. Pada elevasi 3500-5000 ft. (1000 sampai 1500 m) diatas permukaan laut, air akan mendidih pada 97-95(C. Jika tekanan dikurangi ke 1 psia, air akan mendidih pada 39(C.
Reduced crude mengandung gas oils dengan rentang titik didih dari 650-1050(F (343-566(C). Jika reduced crude dipanaskan pada tekanan atmosferik sampai temperatur untuk mem-flash off se-jumlah besar gas oil, dekomposisi thermal akan muncul. Dengan mengurangi tekanan, jumlah yang diinginkan atau spec. material dapat di-flash off dibawah temperatur cracking.
Kita dapat mengatakan bahwa performance maksimum atau kemampuan untuk meninggalkan maksimum produk gas oil tergantung pada tekanan absolut terendah yang dapat dijaga pada flash zone, konsisten dengan temperatur maksimum non-cracking heater ke flash zone.
2.2. BASIS PERANCANGAN (DESIGN BASIS).
Unit Distilasi Vakum dirancang untuk memproses 92612 BPSD (614 M3/Hr) reduced crude. Unit terdiri dari feed surge drum, dua tingkat electric desalter, dua vacuum heaters, vacuum column, pompa-pompa, kompresor, HE, coolers dan fasilitas lain untuk menangani produk.
2.2.1. Sifat-sifat umpan (Charge properties)
Unit dirancang untuk memproses reduced crude dari Topping Unit Dumai dan Sungai Pakning. Reduced crude adalah merupakan blending 84,5 % light sumatra reduced crude dan 15,5 % pedada reduced crude, memiliki estimated properties berikut :
Gravity, API = 26.6
Sg, 15/15(C = 0.8950
Density 15(C = 0,8942
Sulfur, wt ppm = 0,12
Metal, wt.ppm
V = lebih kecil dari 5
Ni = 12
Fe = 11
Salt content, ptb = < 3.5
Pour point ,(C = 43
Viscosity, cS pada 50(C = 130
Distilasi : (F (C
IBP 490 254
10 % 732 389
30% 835 446
50% 942 505
70% 1095 590
90% 1115 602
2.2.2. Sifat-sifat produk (Product properties)
Test Laboratorium LVGO HVGO Vac. Bottom
Gravity, (API 34.5 31.0 18.8
Specific gravity, 15.6/15.6(C 0.8524 0.8708 0.9415
Density 15(C 0.8516 0.8700 0.9406
ASTM colour - 4.0 -
Viscosity, Cs @ 100(F/38(C 12 - -
@ 210(F/99(C - - 185
Pour point,(C 27 - -
Flash point,(C 157 - -
Sulfur, wt% 0.09 0.13 0.17
Con carbon, wt ppm
(Ni + V), max - 2.0 -
V - - D, 94 A--> D) = 421
Flash zone : Pressure , mmHg abs, (110-PI-158) = 45
Overhead : Temp (C (110-TI-146) = 49
Pressure , mmHg Abs (110-PR-145) = 15
Ejector condensate receiver :
Temp, (C = 52
Pressure, kg/cm2g = 0,244
Compressor Discharge KOD :
Temp, (C = 57
Pressure, KG/cm2g (110-PI-227) = 4,3
Flow gas ke fuel gas system,NM3/Hr (110-FRQI-226) = 1260
Light Vacuum Gas Oil (LVGO) :
Draw off : Temp (C (110-TI-149) = 121
Pressure, mmHg abs = 25
Reflux : Flow, M3/Hr (110-FRC-194) = 226
Temp ( C, (110-TI-193) = 43
Product : Flow , M3/Hr (110-FRC-195) = 85
Temp ( C (110-TI-196) =54
Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO) :
Draw off : Temp,( C (110-TI-152) = 287
Pressure, mmHgabs = 35
Hot Reflux : Flow, M3/Hr (110-FRC-183) = 247
Temp, (C = 287
HVGO tke Steam Generation :
Flow, M3/Hr (110-FRC-12) = 1031
Temp, (C = 287
HVGO ke HVGO/BFW Exchanger :
Flow, M3/Hr (110-FRC-13) = 136
Temp ( C (110-TI-11) =219
HVGO ke Reduced Crude/HVGO Exchanger :
Flow, M3/Hr (110-FR-41) = 86
Temp, (C (110-TI-11) =219
HVGO ke Desalted Reduce Crude /HVGO Exchanger :
Flow , M3/Hr = 753
Temp ( C (110-TI-11) = 219
Cold Reflux :
Flow , M3/Hr (110-FR-189) = 588
Temp (C (110-TI-188) = 135
Net HVGO ke HC Unibon :
Flow , M3/Hr (110-FRQI-2010 = 311
Temp (C (110-TI-244) = 80
Slop Wax :
Draw off : temp (C (110-TI-155) =385
Hot reflux:
Flow , M3/Hr (110-FRC-179) = 173
Temp (C = 385
Slop wax to heater :
Flow , M3/Hr (110-FRC-178) = 25
Vacuum Bottoms :
Drawoff : Temp (C (110-TRC-164) = 366
Vacuum Bottom ke Desalted Red Crude /Vac Bottom Exchanger :
Flow, M3/Hr (110-FRQI-169) = 403
Temp( C (110-TI-163) = 366
Quench :
Flow , M3/Hr (110-FR-165) = 97
Temp (C (110-TI-170) = 224
Net Vacuum Bottom ke Delayed Coking :
Flow, M3/Hr = 266
Temp (C = 224
Vacuum Bottom ke Delayed Coking Charge Tank :
Flow M3/Hr (110-FRC-171) = -
Temp (C (110-TI-175) = 149
3.6. Liquid Ring Rotary Compressor (110-C-1AB)
Non condensible gases dari ejector condensate receiver ditekan dengan liquid ring rotary compressor (110-C-1AB), dan dikirim lewat KO Drum (110-V11) ke fuel gas system. Sebagian dari gas di recycle ke condensate receiver untuk mengontrol tekanan.
Jika gas terakumulasi di loop, excess gases di-vented ke flare lewat split range control valve. Compressor mempergunakan liquid sealant dari condensate receiver, yang diinjeksi kedalam suction selama gas proses sebagai bagian integral dari compression cycle. Liquid di-discharge bersama-sama (in common) dengan gas proses ke Knock Out drum untuk memisahkan liquid dan gas.
Kompresor secara mendasar (basically) adalah sesederhana pompa proses. Meskipun demikian, interaksi sealant gas compressor adalah jenis positive displacement, juga pada kecepatan konstan, flow relatif konstan tanpa memperhatikan kebutuhan tekanan discharge. Range compressor ratios 3-6 sampai 1 adalah normal untuk single stage compressor. Ejector off gas pada unit vakum tertentu mengandung udara, hydrocarbons, H2S, CO/CO2 dan komponen yang lain. Kuantitas gas dan komposisinya tidak pernah tertentu (certain) sekalipun dibawah keadaan design yang terbaik.
Pemakaian reciprocating compressors dirasa menjadi yang paling mungkin disebabkan oleh kemungkinan kecil dari campuran eksplosif secara teoritis (theoretically explosive mixtures) pada kompresor dan kepastian dari temperatur discharge yang tinggi pada saat problem kerangan berkembang (valve problem develop).
Adanya sealant liquid mengurangi kemungkinan (likelihood) pembakaran spontan (spontaneous combustion). Gas dan liquid proses yang korosif tidak menjadi masalah untuk metalurgi, tidak ada valve yang menjadi fouling, dll. Liquid entrainment /carry over tidak akan menyebabkan kerusakan atau aus (wear) pada compressor .
Kondisi operasi :
Temp gas (C = 52
Sealant Temp (inlet cooler) (C = 54
Capacity NM3/Hr = 671
Suction press kg/cm2 abs = 1.244
Discharge press kg/cm2 abs = 5.561
SEalant liquid, tiap comp M3/Hr = 8.6
Sealant temp (outlet cooler) (C = 38
Sealant pressure , kg/cm2g = 6.0
Estimate power required, KW = 45
Discharge relief valve set, kg/cm2g = 6.0
3.7. Variabel Operasi (Operating Variables).
3.7.1. Temperatur.
Temperatur outlet heater dapat divariasi untuk mencapai spesifikasi yang diinginkan dari produk bottom kolom vakum. Temperatur yang terlalu tinggi atau charge rate yang terlalu rendah akan menghasilkan pada vacuum bottom memiliki positive oliensis, menandakan bahwa cracking terjadi di tube heater. Apabila charge rate yang rendah menyebabkan cracking didalam tube, hal ini dapat diperbaiki pada tingkat tertentu dengan menaikkan kecepatan injeksi steam ke tubes. Tidak terdapat temperature controller pada main column seperti yang terdaapat pada banyak kolom.
Kolom vakum dioperasikan untuk meng-kondense semua condensible materials. Slop wax spray reflux bukan untuk mengontrol temperatur, ia merupakan hot reflux untuk menjaga tray section tetap bersih dengan scrubbing atau washing down material yang berat ke bottom kolom.
Diatas slop wax trays adalah hot HVGO reflux stream yang dipakai sebagai final wash dari seluruh entrained materials dalam VGO vapor yang naik (rising up) di kolom. Terdapat fungsi yang sangat penting dalam operasi seperti tray section dapat menjadi plugged dengan coke dan mendorong unit stop (down) sebab pressure drop melintasi (across) tray yang tersumbat (plugged trays).
HVGO dan LVGO reflux stream adalah temperature control point yang dipakai untuk pemisahan produk yang diinginkan, economic heat recovery dan untuk mengurangi load pada upper section dari kolom.
3.7.2. Tekanan.
Kolom dirancang untuk beroperasi pada tekanan 45 mmHg absolute dalam flash zone, 15 mmHg absolute dalam top section dari kolom vakum. Tekanan harus dijaga sedekat mungkin ke kondisi ini menggunakan sejumlah minimum dari ejectors pada tekanan inlet steam design. Jumlah yang berlebihan dari steam ke ejectors dapat membuat condensers overload dan menghasilkan kevakuman yang kurang (poor vacuum).
3.7.3. Titik-titik yang berbahaya (Danger points).
Terdapat dua catatan penting dimana setiap orang yang berhubungan dengan operasi unit vakum harus selalu diingat pada setiap waktu.
Note.1. Air yang meski dengan lambat (slugs) memasuki kolom vakum akan menyebabkan kerusakan tray yang besar (extensive tray damage) karena air akan melimpah dibawah kondisi operasi normal. Line injeksi steam harus dengan hati-hati didrain dari semua kondensat sebelum diinjeksi dengan steam.
Note2. Tidak ada peralatan, selama dibawah vacuum, dapat dibuka ke atmosfir pada setiap keadaan. Gunakan hanya sample point yang sudah dirancang pada bagian discharge dari pompa-pompa.
3.8. Gland Seal Oil.
Cold HVGO dipakai sebagai gland seal flush oil untuk pompa bottom kolom vakum dan pompa slop wax. Flush fluids yang berbeda dari fluida yang akan di-seal, tetapi compatible dengannya. Mereka dipakai untuk menyediakan lubrication, cooling, dan flushing dari gland seal. Flow gland seal flush oil dikontrol dengan globe valve pada line inlet untuk tiap pompa. Gate valve pada return line harus fully open. Pressure gauge disediakan pada line inlet flush oil dan TI pada line outlet. Flow harus diatur untuk menjaga kira-kira 14 (C delta T untuk temperatur flush oil. Press gauge disediakan untuk meyakinkan positive pressure menjadi terpelihara (is being maintained) didalam seal box dan untuk menunjukkan kemungkinan plugging didalam pipa flush oil. Flow gland seal flush oil harus dijaga pada setiap waktu.
3.9. Pembangkit Steam (Steam Generation).
Unit Distilasi Vakum dilengkapi dengan seksi steam generation. Steam dibangkitkan dalam circulation dan product HVGO/circuits. Boiler Feed Water dipanaskan dalam HVGO/BFW exchangers (110-E6AB) dan bercampur (combined) dengan circulating feed water kembali ke steam disengaging drum (110-V10).
Boiler Feed water kembali ke steam disengaging drum (110-V10). Boiler feed water dari steam disengaging drum disirkulasi dengan pompa feed water (110-P12AB) lewat HVGO/steam generation (110-E5A1,2B1,2) dan kembali ke steam disengaging drum.
Steam generation dilengkapi dengan cotinuous dan intermittent blowdown drums. Intermittent blowdown atau sludge blowdown diperlukan untuk menghilangkan dissolved solids dan sludge dari seksi terbawah (the lower section) dari steam disengaging drum. Biasanya diperlukan untuk mempertahankan (establish) skedul manual blowdown sampai 3 kali sehari.
Continuous blowdown diperlukan untuk menjaga peningkatan (build-up) dari garam-garam didalam sirkuit circulating feed water. Phosphate diinjeksi ke steam disengaging drum untuk mecegah pembentukan deposit garam calcium dan magnesium pada permukaan penguapan boiler (boiler evaporative surface).
Internal treatment terdiri dari pengendapan (precipitating) garam-garam calcium dan magnesium untuk membentuk sludge, kemudian menjaga sludge ini dalam fluida dari kehilangan pada saat boiler di blowdown. Kelarutan dari sludge ini menurun dengan tajam dengan kenaikan temperatur.
Produk MP steam diukur dengan 110-FR-1 dan dikirim lewat line 18" ke medium pressure steam system.
Boiler Feed Water dialirkan ke steam generator lewat FRC (110-FRCQIAL-17) yang dikontrol dengan alat penjumlah pengaruh (a bias summing device) yang memonitor steam disengaging drum level (110-LICAHL-3) dan flow produk steam (110-FR-1).
Kondisi Operasi :
LP Boiler Feed Water : Flow ,Ton/Hr = 77.0
Temp (C = 121
Press, kg/cm2g = 16.5
MP Steam Product : Flow, Ton/Hr = 74.7
Temp (C = 193
Press Kg/cm2g = 10.9
LP steam product : Flow ,Ton/Hr = 0.2
Temp (C = 160
Press kg/cm2g = 3.5
Blowdown : Flow, Ton/hr = 2.1
3.10. Sistem Air Desalter (Desalting Water System).
Sistem terdiri atas desalting water surge drum, dua pompa , lines dll. air disupplai dari tiap kombinasi berikut :
a. Stripped water dari sour water treating unit.
b. Condensate water dari ejector condensate receiver drum.
c. Refinery water.
Air dari water surge drum (110-V4) dipompa dengan 110-P-13 A/B dan di-discharge lewat line 4" ke electric desalter drum (110-V5AB). Desalting water surge drum dilengkapi dengan level indicating controller (110-LICAHL-69) yang dihubungkan dengan split range control valves ke refinery water dan stripped water intake.3.11. Sistem Tempered Water.
Tempered water dipakai untuk mendinginkan HVGO dan produk vacuum bottom. Sistem terdiri atas tempered water expansion drum (110-V60), dua pompa tempered water (110-P-15 AB), finfan cooler, lines, dll.
Tempered water dari expansion drum dipompa dengan pompa tempered water (110-P-15 A/B) dan dikirim ke users, sbb :
a. Ke vacuum bottom dan HVGO product coolers.
b. Ke tempered water header di HC unibon dan coke calciner unit.
Dari users, tempered water kembali ke finfan coolers. Temperatur dari tempered water ke users sekitar 66 (C dan kembali dari users sekitar 93 (C. Air didinginkan di finfan cooler (110-E13 A,B,C,D,E,F,G,H,I,J) dan dijaga pada 66 (C dengan 110-TICAL-20. Cold condensate dimasukkan ke tempered water expansion drum untuk make up tempered water.
_1317987547.vsd
HEAVY VACUUM UNITUNIT 110
rs/pe-enj.bang
Flare
J-51/52/53
Water Swt Unit
Refinery Water
To Slop Tank
To SWS
LP Steam
Atm
Fuel Gas
Feed Water
Steam
Condensate
FEED SURGE DRUM
1st & 2nd Stage DESALTER
VACUUM HEATERS
VACUUM TOWER
CONDENSATE RECEIVER
KO DRUM
STEAM DISENGAGING DRUM
LVGO
VACUUM BOTTOM
HVGO
Grav. 34.5/.8524 K 12.25PP 80F FP 315F .S 0.09 BR 650-720F .
Grav. 31.0/.8708 K 12.25 .PP 80F FP 315F N2 600PPMS 0.09 BR 650-720F .
Grav. 18.8/0.9415 Visc. Kin.210 F 87.2S 0.17 K 12.22 N2 0.80 wt% .
Nitrogen
Flare
Tempered Water Supply
Tempered Water Return
CHARGE
84.5% LSRC .15.5% PEDADA .
Grav. 26.6/.895 .PP 110F MW 522 .K 12.36 .Visc Kin 135F 7.1cst .BR oF 490-1115(73%) .
V-3
V-4
V-5A
V-5B
V-5B
H-1B
H-1A
V-1
V-2
V-11
V-6
V-9
V-10
E-6
E-5
E-4
E-3
E-7
E-9
E-51/52/53
E-2,3
TEMPERED WATER EXPANSION DRUM
CONT & . INTERMITTNBLOWDOWN
Recommended