View
115
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
cara memberi pengarahan yang efektif
Citation preview
Tugas Manajemen Keperawatan
Memberikan Pengarahan yang Efektif
Disusun guna memenuhi sebagian syarat mata kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen Pengampu : Riana Dewi, S. Kep. MM.
Disusun oleh
Ismiaudia Frinawati
Masfiyah
Roza Ade Putri Pratiwi
Rochmah Widowati
Noviyanti
Bq. Nurhafaza Hilmiati
Irma Suryani
Adita Canti Ahayu
Nurrahman Apriani
C/KP/VI
KONSENTRASI INSTALASI GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2015
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar …………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………...…… iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………….………………….… 1
A. Latar Belakang ……………………………….…………………… 1
B. Tujuan Masalah ……………………………….…………………… 2
C. Metode Penulisan ……………………………………………………. 3
D. Sistematika Penulisan ………………………………………….... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ………………………………………………….… 4
A. Pengertian Pengarahan ………………………………………….... 4
B. Tujuan Pengarahan ………………………………………………….… 5
C. Metode Penulisan ……………………………………………………. 5
D. Jenis Komunikasi dalam Pengarahan ……………………………. 6
E. Pelaporan …………………………………………………………..... 8
BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………….. 10
BAB III PENUUTUP ……………………………………………………...…... 14
A. Kesimpulan ………………………………………………………...… 14
B. Saran …………………………………………………………………... 14
Daftar Pustaka
ii | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah
SWT, atas terselesaikannya pembuatan makalah Manajemen
Keperawatan ini yang berjudul Memberikan Pengarahan yang Efektif.
Rasa terima kasih yang besar juga saya ucapkan kepada berbagai
pihak yang telah membantu baik dari segi moril maupun materil
terhadap proses penyusunan makalah ini.
Makalah sederhana ini adalah sebuah hasil dari perpaduan
antara beberapa literature yang kami cari. Secara umum
pembahasannya berisi tentang kiat-kiat atau cara untuk memberikan
pengarahan yang efektif. sebagaimana diketahui, sebagai seorang
leader, misalnya dalam dunia keperawatan, diperlukan suatu
pengarahan agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan
terarah dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makalah ini
kami buat dengan menggunakan metode deskripsi, guna untuk
mempermudah dalam memberikan pemahaman bagi pembaca dan
melalui poin-poin yang kami coba buat dengan sebaik mungkin.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa masih ada kesalahan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan,
terima kasih…
Yogyakarta, 21Maret 2015
PENULIS
iii | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang dalam menjalani hidupnya akan bertemu dengan apa yang
sering disebut dengan organisasi, baik itu organisasi yang besar ataupun yang
kecil, dll. Setiap oraganisasi memiliki dasar dalam pengelolaannya, akan tetapi
tetap ada suatu hal yang dapat membedakannya seperti misalnya, gaya
pengelolaan, tujuan, dll. Contohnya, sebuah organisasi rumah sakit akan
dikelola dengan gaya formal atau serius untuk menghasilkan pendapatan.
Berbeda halnya dengan organisasi kemahasiswaan yang dikelola dengan gaya
informal atau tidak menghasilkan pendapatan yang berorientasi pada laba.
Akan tetapi, pada dasarnya fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah bersifat
universal.
Fungsi-fungsi manajemen pada dasarnya adalah sama, dimana saja dan
kapan saja dalam sebuah organisasi. Fungsi manajerial akan sama untuk
organisasi berukuran besar, sedang, maupun kecil, kelompok, hobi, dan
sebagainya.
Walaupun dilaksanakan oleh seorang manajer yang berbeda, namun
fungsi-fungsi manajemen sama. Bahkan di negara yang berbeda budaya,
fungsi dan prinsip sekalipun. Misalnya, Taeko Fujisawa, salah seorang pendiri
perusahaan Honda Motor, mengatakan bahwa manajemen Jepang 95%
mengambil cara-cara manajemen Amerika yang di terapkan di Jepang, namun
sisa 5% dari perbedaan yang dimiliki manajemen Jepang dengan Amerika lah
yang membuat manajemen Jepang dipandang mempunyai ciri berbeda dengan
manajemen Amerika. Gaya manajemen Jepang menitik beratkan karyawan
atau sumber daya manusia sebagai modal utama atau yang terpenting dalam
kegiatan sebuah organisasi. Sedangkan, gaya manajemen Amerika
menganggap semata-mata karyawan hanyalah sebagai salah satu unit produksi
saja. Dan itulah yang membedakan antara gaya manajemen
1 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
Jepang dengan Amerika, manajemen Jepang lebih mengarahkan kepada
manajemen pastisipatif.
Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. definisi ini mengandung arti
bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan
orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.
proses manajemen sendiri terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan.
Seperti yang telah diterapkan oleh Jepang, yang mengarahkan kepada
manajemen partisipatif, dimana titik berat dalam sebuah manajemen yaitu
dengan cara memaksimalkan sumberdaya manusia sebagai modal utama
dalam sebuah kegiatan organisasi. Oleh karena itu diperlukan suatu
pengarahan yang baik dan efektif agar apa yang telah direncanakan oleh suatu
organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pengarahan
terhadap karyawan atau anggota yang telah tersusun atau terbentuk melalui
pengorganisasian.
Dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut; bagaiamanakah cara memberikan pengarahan yang efektif?
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pengarahan yang
efektif pada karyawan atau anggota
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pengarahan yang
efektif pada karyawan sebagai seorang manajer.
- Untuk mengetahui cara berkomunikasi yang efektif dalam
memberikan pengarahan.
- Untuk mengetahui aktivitas apa saja yang berhubungan dengan
pengarahan
2 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
C. Metode Penulisan
Mertode penulisan makalah ini adalah menggunakan metode
deskripsi.
D. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Pengarahan
B. Tujuan Pengarahan
C. Fungsi Pengarahan
D. Jenis Komunikasi dalam Pengarahan
E. Pelaporan
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
3 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Pengarahan
Secara umum, pengertian pengarahan adalah suatu proses pembimbingan,
pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar mereka mampu
bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. pengarahan berarti
memberikan petunjuk kepada bawahan tentang apa yang harus mereka
kerjakan atau tidak boleh mereka kerjakan. pengarahan mencakup berbagai
proses kegiatan, pedoman dan buku panduan yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
Pengarahan dalam ilmu manajemen merupakan aspek hubungan
manusiawi dan kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia
mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan.
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, negosiasi.
(Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi anajemen yang
memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses dan sumber yang efektif
dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan
meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi
sering disertakan dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan
komunikasi dan kepemimpinan (Huber, 2006).
Memberi pengarahan adalah fungsi atau tugas yang keempat dari
pimpinan. Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi sudah
ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan-jabatan dalam struktur organisasi
atau dalam perusahaan sudah diisi, berkewajibanlah pimpinan untuk
menggerakkan bawahan, memutar roda mesin perusahaan dan
4 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
mengkoordinasi, agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat terealisasi.
Menggerakkan bawahan inilah yang dimaksud dengan fungsi keempat dari
pimpinan, yakni mengarahkan bawahan.
B. Tujuan Pengarahan
Secara umum tujuan pengarahan yang ingin dicapai pada setiap sistem
perusahaan maupun organisasi adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kontinuitas kegiatan perusahaan.
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur standar.
3. Menghindari kegiatan yang tidak produktif.
4. Membina disiplin kerja.
5. Membina motivasi yang terarah.
Namun, pada dasarnya tujuan dari pengarahan adalah bagaimana agar
seorang pegawai paham dan dapat melaksanakan tugas yang telah diberikan
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.
C. Fungsi Pengarahan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di rumah sakit dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan tugas demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala
ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi
motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian
menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi.
(Swanburg, 2000). Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada
perawat atau staf dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan
mereka sampai pada tujuan (Soeroso, 2003).
5 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
D. Jenis Komunikasi dalam Pengarahan
Jenis pengarahan ada 3, yaitu :
1. Orientasi
Orientasi adalah cara pengarahan dengan memberikan informasi yang
perlu agar kegiatan yang akan dikerjakan dapat dilaksanakan dengan
baik. Biasanya orientasi ini diberikan pada pegawai baru, dengan
tujuan untuk memberikan pengenalan dan pengertian tentang masalah
yang terjadi ditempat kerja. Akan tetapi, orientasi ini juga dapat
diberikan kepada pegawai lama, dengan tujuan untuk mengingatkan
dan agar pegawai dapat selalu memahami peranannya.
2. Perintah
Perintah adalah hal yang umum dilakukan seorang pemimpin terhadap
anggotanya. Definisi perintah adalah, permintaan dari pemimpin
kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau
mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Adapun
macam-macam perintah sebagai berikut:
Perintah umum dan khusus
Perintah umum mempunyai sifat luas, sedangkan perintah
khusus bersifat mendetail. Penggunaan perintah ini tergantung
kepada prefensi pemimpin, kemampuan untuk meramalkan
keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh pegawai.
Perintah lisan dan tertulis
Penggunaan perintah lisan dan tertulis harus disesuaikan
dengan kemampuan seorang pegawai. Contohnya, jika seorang
pemimpin memberikan tugas yang sedikit rumit dan perlu
pemahaman yang sedikit lebih lama, maka sebaiknya
menggunakan perintah tertulis. Perintah tertulis dapat
menghindari adanya salah tafsir. Tetapi, jika dalam keadaan
mendesak perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupuan
dapat memberikan resiko yang lebih besar. Jadi, dengan kata
6 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
lain perintah lisan sebaiknya diberikan pada tugas-tugas yang
relative lebih mudah.
Perintah formal dan iformal
Perintah formal adalah perintah yang diberikan kepada pegawai
sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan dalam organisasi
kerja. Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung
saran atau dapat pula berupa bujukan dan ajakan.
3. Delegasi wewenang
Pendelegasian wewenang lebih bersifat umum jika dibandingkan
dengan pemberian perintah. Dengan pendelegasian wewenang ini,
pemimpin dapat melimpahkan sebagian dari wewenang yang
dimilikinya kepada pegawainya.
Kegiatan komunikasi merupakan hal terpenting dalam kegiatan
pengarahan dalam suatu organisasi. Komunikasi dapat diibaratkan dengan
sistem syaraf dalam suatu organisasi hidup. Dalam kegiatan sebuah
perusahaan, informasi dapat mengalir dengan cara vertical, horizontal,
maupun diagonal.
1. Sistem komunikasi vertical
Sistem komunikasi vertical terjadi dan berlangsung dari atas maupun
dari bawah. Komunikasi dari atas terjadi saat manager mengadakan
komunikasi dengan pada bawahannya dari jenjang yang lebih tinggi ke
jenjang yang lebih rendah. Sebaliknya, komunikasi dari bawah terjadi
manakala bawahan mengadakan kontak lisan maupun tertulis dengan
manajer, ataupun juga dapat terjadi antara manajer pertama dengan
manajer menengah dan seterusnya.
2. Sistem komunikasi horizontal
Komunikasi ini terjalin antar departemen, unit dan bagian dalam satu
jenjang organisasi, atau komunikasi antar sesama rekan kerja dalam
jenjang yang sama.
7 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
3. Sistem komunikasi diagonal
Ketiga sistem komunikasi di atas banyak bergantung pada kedelapan
elemen penting yang harus selalu ada untuk menghasilkan komunikasi
yang efektif. Kedelapan pokok komunikasi menurut Stoner dan
Wankel (1986) tersebut meliputi hal-hal berikut:
a. Pengiriman (sender atau source)
b. Penyandian (encoding)
c. Pesan (message)
d. Penerima (receiver)
e. Pengurai sandi (decoding)
f. Penggaduh (noise)
g. Umpan balik (feedback)
Dalam penerapan fungsi pengarahan, manajer juga dituntur untuk
memainkan komunikasi melalui proses pembimbingan dan penyediaan para
bawahan. Oleh karena itu, perlu adanya:
1. Koordinasi
2. Integrasi
3. Sinkronasi
E. Pelaporan
Pelaporan sebenarnya dapat diberikan beberapa batasan, namun batasan
tersebut tidak mengikat batasan lain. Menurut moekijat (1980) memberikan
batasan laporan (report) adalah sebagai berikut:
- Laporan adalah pengenal informasi nyata yang ditujukan kepada orang
tertentu untuk tujuan tertentu.
- Laporan adalah setiap tulisan yang berisi hasil pengolahan data.
8 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
- Laporan adalah alat komunikasi ketika penulis membuat nenerapa
kesimpulan atau rekomendasi mengenai fakta atau keadaan-keadaan
yang telah diselidiki.
Dengan dibuatnya laporan, sebenarnya terdapat beberapa manfaat yang
dapat diambil. Manfaat yang diambil tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Tanggung gugat/pertanggung jawaban dan pengendalian.
2. Penyampaian informasi.
3. Sebagai bahan pengambilan keputusan.
4. Alat membina kerjasama dan koordinasi.
5. Alat pengembangan gagasan dan tukar-menukar pengalaman.
Seringkali orang mengalami kesulitan untuk mengembangkan laporan
yang efektif. Laporan yang efektif minimum memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Benar dan objektif.
2. Jelas.
3. Efektif.
4. Tegas.
5. Konsisten.
6. Tepat waktu.
7. Lengkap.
9 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
BAB III
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa pemberian pengarahan ini dilakukan
oleh seorang atasan atau manajer kepada bawahan atau anggotanya untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pengarahan ini merupakan fungsi yang
menstimulir tindakan-tindakan atau apa yang diarahkan agar dapat dilaksanakan.
Tindakan tersebut adalah tindakan yang dilakukan bukan oleh mesin melainkan
manusia, karena yang dibahas disini adalah memberikan pengarahan kepada
bawahan. Sehingga, pengarahan yang diberikan meliputi pemberian perintah dan
motivasi pada personalia yang akan melaksanakan perintah tersebut. Hal yang
dijadikan contoh sebagai pembahasan disini adalah bagaimana memberika
pengarahan yang efektif sebagai seorang kepala ruangan kepada bawahannya
dalam lingkup keperawatan.
Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan
bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapi persoalan dalam
pelayanan keperawatan melalui pengamatan, dan objektif juga dalam menghadapi
tingkah laku stafnya. Kepala ruangan harus peka akan kodrat manusia yang punya
kelebihan dan kekurangan, memerlukan bantuan orang lain, mempunyai
kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial (Muninjaya, 2004).
Dari kata-kata yang tertulis di atas, maka menjadi seorang kepala ruangan
diperlukan sikap yang adil kepada setiap bawahannya sehingga ia mampu
memberi keharmonisan dalam dunia kerjanya, semisal di bangsal tempat dimana
ia bertugas.
Kata terkait dengan bersikap objektif disini adalah bagaimana seorang
kepala ruangan dapat bereaksi dengan persoalan yang ada tanpa terfokus pada
issue atau gossip yang tersebar di likungan kerjanya, melaikan ia bisa menemukan
hal yang sebenarnya terjadi melalui pengamatan tapi tidak juga mengabaikan data
subyektif yang ada. Contohnya, saya pernah mendengar cerita dari seorang dosen
ketika tengah mengajar di kelas. Beliau bercerita, ketika ia tengah bertugas
10 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
menjadi seorang manajer dalam lingkup kerjanya di rumah sakit. Ia mendengar
banyak keluhan tentang salah satu anggotanya dalam ruangan tersebut yang sering
membolos kerja. Ia sebagai manajer tidak hanya terfokus pada keluahan yang ada,
melainkan membuktikannya sendiri mengenai kebenaran dari keluhan anggotanya
kerjanya yang lain. Sehingga saya simpulkan bahwa beliau dalam bekerja dapat
menyelesaikan masalah yang ada dengan objektif, namun tidak mengabaikan
subjektivitas yang ada.
Setiap orang memiliki karakteristik, tinggat pengetahuan dan daya tanggap
yang berbeda. Saat dihadapkan dengan beragam jenis staf, seorang kepala ruangan
harus dapat memposisikan dirinya. Tidak berat sebelah terhadap satu pihak atau
satu sisi. Karena itu seorang kepala ruangan dikatakan harus peka akan kodrat
manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan bantuan orang lain,
mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial.
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien,
staf, dan atasan setiap hari (Nursalam, 2012). Komunikasi membentuk inti
kegiatan manajemen dan melewati semua proses manajemen (Marquis dan
Huston, 2010).
Menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah hal yang penting dalam setiap kegiatan. Komunikasi ini digunakan untuk
menyampaikan pesan dari pemberi pesan pada penerima pesan, sehingga
diharapkan, setelah terbentuknya komunikasi yang baik, pengarahan terhadap
suatu hal dapat tersampaikan dan dapat terlaksana dengan baik.
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:
1. Manajemen harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena
dampak dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan
informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang
tak terpisahkan dalam organisasi.
11 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
3. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
4. perawat professional dalah mampu berkomunikasi dengan secara
adekuat, lengkap dan cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima.
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam
komunikasi.
Koflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang
terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan
pengunjung, staf dengan dokter (Swanburg, 2000). Manajer memiliki interaksi
dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan tujuan berbeda
yang menjadi sumber terjadinya konflik (Maequis dan Huston, 2010). Sebagai
manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal
yang dapat dihindari dan jika konflik tidak dikelola dengan baik, maka dapat
menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruang
menggunakan konflik yang konstruktif dalam menjadikan lingkungan yang
produktif (Nursalam, 2012).
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik.
Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas
teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan
keperawatan, pasien dan perawat pelaksana.
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan
dengan tugas-tugas perawat pelaksana.
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan.
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana.
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan.
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana.
12 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,
konsultasi dan evaluasi.
8. Mempercayai anggota.
9. Menginterpretasikan protocol.
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti.
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas.
12. Menggunakan proses kontrol manajemen.
13 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dilakukan dengan baik. Dalam
memberikan pengarahan yang baik dan efektif, seorang manajer harus memiliki
keterampilan komunikasi yang baik. Disamping itu, seorang manajer diharapkan
memiliki kemampuan bekerja yang harmonis, bersikap objektif serta peka,
sehingga menjadi pribadi yang menyenangkan bagi staf atau bawahannya dan
akan mempermudah seorang manajer dalam memberikan pengarahan. Adapun
jika terjadi suatu konflik, maka seorang manajer harus dapat meredakannya
dengan cara yang sedemikian rupa dan dengan cara yang baik tanpa harus
memihak kepada satu pihak saja atau menjatuhkan pihak satunya. Membangun
hubungan dengan komunikasi yang baik akan memberikan efek yang positif
dalam pemberian pengarahan yang efektif.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan terhadap pembaca dalam memberikan
adalah, ketika tengah menjadi seorang pemimpin atau manajer, haruslah
memperhatikan kondisi staf atau seseorang yang diberikan pengarahan. Seperti,
sejauh mana pemahamannya akan arahan yang diberikan, sehingga tidak menjadi
penyulit saat ingin mencapai tujuan yang diinginkan.
14 | M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Susatyo. 2013. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Manullang, M. 2004. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
_____. _____. Pengarahan dalam Manajemen. dikutip dari
_https://www.academia.edu/6229572/FUNGSI_Pengarahan_DALAM_M
ANAJEMEN . Diakses tanggal 10 Maret 2015, pukul 17. 15 WIB
| M e m b e r i k a n P e n g a r a h a n y a n g E f e k t i f
Recommended