View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1. Bagaimana fisiologi system musculoskeletal ?
Jawab :
Sistem musculoskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot.
Tulang (system skelet)
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
Bagian tulang panjang
Diafisis : Bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar
Matafisis : Bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning setelah dewasa.
Epifisis : Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti.
2. Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus.
3. Tulang pipih
iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum yang memberi nutrisi ke tulang dan memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament.
Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang terdiri atas :
Osteoblast adalah yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan)
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
Osteoklast adalah multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mangangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann ang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduar melalui foramina. Arteri nutrient memasok darah ke sumsum dan tulang.
Pembentukan tulang
Ossifikasi adalah proses dimana matriks tulang terbentuk dan pengerasan mineral ditimbun dalam serabut kolagen dalam suatu lingkungan elektronegatif.
2 model dasar ossifikasi :1. Intramembran : tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada
tulang wajah dan tengkorak.2. Endokondal : pembentukan tulang rawan terlebih dahulu kemudian
mengalami resorpsi dan diganti oleh tulang. Kebanyakan tulang terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui ossifikasi endokondal.
Factor yang mengatur pembentukan dan resorpsi tulang :
- Stress terhadap tulang- Vitamin D, meningkatkan jumlah kalsium dengan meningkatkan penyerapan
kalsium dari saluran pencernaan.- Hormone paratiroid dan kalsitonin,
Hormone paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah. Kalsitonin meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.
- Pasokan darah
Penyembuhan tulang
- Inflamasi
Bila fraktur, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi. Tempat cedera akan diinvasi makrofag, terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
- Proliferasi sel
Terbentuk benang-benang fibril, jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan osteoid.
- Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan 7 tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang aan atau jaringan fibrus.
² Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dank keras.
² Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.
Fungsi system skeletal :
1. Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh2. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru3. Tempat melekatnya otot dan tendon4. Sumber mineral seperti garam dan fosfat5. Tempat produksi sel darah merah
SISTEM PERSENDIAN
Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan.
Ada 3 macam sendi yaitu :
- Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada persambungan tulang tengkorak.
- Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan gerakan terbatas.
- Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas
Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawan hialin yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membrane, sinovium, yang mensekresi cairan pelumas dan peredam getaran ke dalam kapsul sendi.
Ligamen, mengikat tulang dalam sendi. Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi. Bursa adalah suatu kantung yang berisi cairan sinovial, biasanya merupakan bantalan bagi pergerakan tendon, ligamen dan tulang di siku, lutut dan beberapa sendi lainnya.
SISTEM OTOT SKELET
- Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot jantung
- Otot dihubungkan oleh tendon atau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit- Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan- Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang
terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia- Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat dan
lebih kuat
- Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot skelet
Otot berfungsi sebagai :
· Pergerakan
· Membentuk postur
· Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasi
Pemberian nama otot
- Tergantung ciri structural atau fungsional otot
- Lokasi otot menunjukkan tulang atau bagian tubuh yang bersangkutan (M. temporalis, M. intercostal)
- Bentuk otot M. deltoid berbentuk segitiga
- Ukuran relative otot maksimus, minimus, longus dan brevis. Misalnya M. gluteus maksimus
- Arah serat otot rectus, transversus, oblique. Misalnya M. rectusfemoris dan M. transversus abdominis
- Jumlah origo biseps, triseps atau quadriceps. Contoh M. biseps branchii
- Lokasi origo atau insertio otot misalnya M. sternokleidomastoideus
- Aksi otot fleksor, ekstensor, adduktor atau abduktor. Contohnya M. adduktor longus, M. supinator, M. ekstensor
FISIOLOGI OTOT
Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos.
Otot rangka Otot jantung Otot polos
Mempunyai stria, berbentuk silindris, dan mempunyai banyak inti serta berada dibawah control kesadaran.
Tight junction RS berkembang sangat pesat
Mempunyai stria, multinukleus, silindris, dan bercabang-cabang serta berkontraksi tidak dibawah pengaruh kesadaran.
Gap junction RS kurang berkembang
Tidak berstria, hanya mempunyai satu inti dan juga tidak dibawah pengaruh kesadaran
Gap junction RS kurang berkembang
Otot rangka terdiri dari :
- Sarkolema- Myofibril- T tubulus- Reticulum sarkoplasma- Terminal cisterna (junctional sarcoplasmic reticulum)
Mekanisme kontraksi otot adalah :
² Aksi potensial pada motor neuron
² Aksi potensial pada otot
² Pelepasan ion calsium dari rs
² Mengaktifkan ca channel pada tubulus t
² Ion ca akan berikatan dengan troponin c
² Mengubah konfigurasi aktin-tropomiosin-troponin kompleks
² Aktif site dari aktin akan terbuka sehingga dapat terikat dengan miosin
² Ikatan inilah yang mengakibatkan kontaksi otot karna tertariknya aktin kearah myosin oleh struktur cross-bridge yang keluar dari myosin
Relaksasi
² Ion calsium akan dikembalikan ke dalam RS secara transport aktif mempengaruhi struktur aktin-troponin-tropomiosin sehingga aktif site aktin kembali ditutupi oleh tropomiosin
² Lepasnya ikatan antara aktin dan myosin ini menyebabkan relaksasinya otot
² Troponin yang kehilangan ion Ca akan dan ikatan antara aktin dan myosin tidak terjadi lagi.
Jenis-jenis kontraksi
² Kontraksi isotonic
² Kontraksi isometric
² Kontraksi isokinetik
Sumber energi untuk kontraksi otot adalah :
² Fosfokreatin
² Glikolisis anaerobic
² Glikolisis aerobic (metabolisme oksidatif)
Otot polos
Otot polos mempunyai struktur yang lebih kecil dari otot rangka dan tidak ada gambaran striata. RS juga tidak berkembang dengan baik seperti pada otot rangka. Juga terdapat aktin, myosin, dan tropomiosin, tetapi tidak terdapat troponin. Pada otot polos juga mengandung sedikit mitokondria, dan ini tergantung dari aktivitas metabolismenya.
- otot polos unit ganda (multi unit)- otot polos unit tunggal (single unit)
Kontraksi Dan Relaksasi Otot Polos
Otot polos juga mempunyai filamen aktin dan myosin dengan karakteristik kimia yang sama dengan filamen aktin dan moisin pada otot rangka. Pada otot polos toak terdapat troponin, sehingga mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda. Secara aktin dan
myosin berinteraksi satu sama lainnya seperti halnya pada otot rangka, dan pada proses ini diaktifasi oleh ion Ca dan ATP sebagai sumber energi. Ikatan Ca-calmodulin akan mengaktifkan enzim myosin kinase yang akan menyebabkan fosforilase ATP pada kepala myosin. Fosforilase kepala myosin akan menyebabkan aktin membentuk cross-bridge dengan myosin dan terjadilah kontraksi.
Bila kontraksi ion Ca turun dibawah konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan kontraksi, maka akan terjadi proses defosforilase dari kepala myosin yang dikatalisa oleh enzim myosin fosfatase. Enzim ini akan memisahkan gugus fosfat dari kepala myosin sehingga interaksi filamen aktin dan myosin akan berhenti, dan terjadilah relaksasi
2. etiologi kaku di pagi hari ?
Jawab :
Etiologi kaku di pagi hari meliputi :
1. Merupakan gejala penyakit osteoarthritis biasanya kaku pada pagi hari 15 menit,
bila lebih dari >15 menit biasanya gejala dari rheumatoid arthritis
2. Adanya peradangan pada sendi lutut
3. Masalah gangguan saraf disekitar daerah sendi lutut
4. Mengalami cedera atau trauma di daerah lutut
5. Terlalu sering beraktivitas yang menggunakan lutut seperti keadaan naik turun
tangga dll.
3. Asetaminofen ?
Jawab :
ASETAMINOFEN Berat Molekul : 151,16Nama Kimia : 4’- HidroksiasetanilidaPemberian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N; mudah larut dalam etanol (Farmakope Indonesia ED.IV).
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja yang berhubungan dengan sistem biosintesis PG ini memperlihatkan secara in
vitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin AINS diketahui menghambat berbagai reaksi
biokimiawi, hubungan dengan efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasinya belum jelas.
Selain itu obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut
berperan dalam inflamasi (Ganiswara, 1995).
Golongan obat ini menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga konversi asam arakidonat
menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklo-oksigenase dengan cara yang
berbeda.Khusus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya terjadi bila lingkungannya rendah
kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid
yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti-inflamasi parasetamol praktis
tidak ada (Ganiswara, 1995).
Farmakokinetik
Asetaminofen/parasetamol diserap cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam, masa paruh dalam plasma antara 1-3
jam.Obat ini tarsebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma sebagian terikat oleh protein
plasma, 25%.
Obat ini mengalami metabolisme oleh anzim-anzim mikrosom dalam hati. 80%
asetaminofen dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil dengan asam sulfat dalam
hati. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi.
Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis
ertrosit.Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai asetaminofen (3%) dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Ganiswara, 1995).
Farmakodinamik
Efek asetosal untuk menurunkan suhu tubuh jelas terlihat pada penderita yang demam. Pada
orang sehat efek ini tidak jelas. Pada keadaan demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu
sehingga suhu badan lebih tinggi. Obat-abat golongan salisilat diduga bekerja dengan
mengembalikan fungsi termostat ke normal. Pembentukan panas tidak dihambat, tetapi hilangnya
panas dipermudah dengan bertambahnya aliran darah ke perifer dan pembentukan keringat.
Walaupun pembentukan keringat merupakan efek yang menonjol setelah pemberian asetosal hal
tersebut bukan merupakan mekanisme yang esensial. Salisilat tetap menurunkan demam bila
pembentukan keringat dihalangi dengan pemberian atropine. Efek penurunan suhu demam
diduga terjadi dengan penghambatan pembentukan prostaglandin seperti efek analgesiknya.
Prostaglandin E1 adalah pirogen kuat yang bila disuntikkan pada hipotalamus anterior atau ke
dalam ventrikel otak, efeknya tidak dapat dicegah oleh obat antipiretik. Pirogen menyebabkan
pembentukan prostaglandin E1 dan pembentukan zat ini dihambat oleh salisilat (Tanu, 1972).
Efek Samping
Tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada pengguna kronis
dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis diatas 6 g mengakibatkn necrose hati
yang tidak reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada
dosis normal dapat ditangkal oleh glutathione (suatu tripeptida dengan -SH). Pada dosisi di atas
10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –
SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversibel. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal.
Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulangannya dengan
cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin)
sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Kirana, 2002).
Indikasi
Penggunaan asetaminofen sebagai analgetik dan antipiretik adalah sama dengan penggunaan
salisilat.
- Analgesik, fenasetin dan asetaminofen dapat diberikan tiap 3-4 jam untuk keadaan-keadaan,
seperti sakit kepala, migren, nyeri haid, artralgia, mialgia, dan lain-lain. Tetapi sebaiknya
terapi jangan diberikan terlalu lama. Jika dosis terapeutik biasa tidak member manfaat, dosisi
yang lebih besar biasanya juga tidak menolong.
- Antipiretik, penggunaan fenasetin dan asetaminofen untuk meredakan demam telah terdesak
oleh penggunaannya untuk menimbulkan analgesia.Untuk dewasa dosis 325 mg-1000 mg,
diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 20 mg/kg BB, diberikan tiap 4-6 jam,
dosis total perhari jangan melebihi 3,6 g (Tanu, 1972).
Kontra indikasi
Pasien dengan fenilketonuria (kekurangan homozigot fenilalanin hidroksilase)dan pasien yang harus
membatasi masukan fenilalanin.
Peringatan
Berkurangnya fungsi hati dan ginjal; ketergantungan pada alcohol
Interaksi obat
resin penukar anion; kolestiramin menurunkan absorpsi parasetamol.
- Antikoagulan
penggunaan parasetamol secara rutin dalam waktu yang lama mungkin meningkatkan warfarin.
- Metoklopramid dan domperidon
metoklopramid mempercepat absorpsi parasetamol (meningkatkan efek)
Efek samping
efek samping jarang ; kecuali ruam kulit , kelainan darah, pankreatitis akut dilaporkan setelah penggunaan
jangka panjang, penting pada kerusakan hati (dan lebuh jarang kerusakan ginjal) setelah overdosis.
Sediaan Dan Dosis
Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimum 4 g/hari, pada penggunaan kronis
maksimum 2,5 g/hari. Anak-anak : 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4
tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 4-6 x sehari.
Rektal 20 mg/kg setiap kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4
tahun 2-3 dd 240 mg, 4-6 tahun 4 dd 240 mg, dan 7-12 tahun 2-3 dd 0,5 g (Tjay dan Kirana,
2002).
4. Epidemiologi
Jawab :
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi, biasanya sering mengenai vertebra panggul, lutut dan pergelangan tangan.
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 15,5 % pada pria dan
12,7 % pada wanita.
Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan
pada sendi yang terkena, karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifat nya kronik progresif, OA
mempunyai dampak sosio ekonomi yang besar, baik di Negara maju atau berkembang
diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA.
5. Tatalaksana kasus
Jawab :
Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusi dan berat ringannya sendi yang terkena, pengelolaan
terdiri dari 3 hal yaitu :
- Terapi non farmakologis
1. Edukasi atau penerangan
2. Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih agar persendiaannya tetap dapat dipakai dan melatih agar
pasien untuk melindungi sendi yang sakit
Indikasi Rehabilitasi yaitu :
- Keluhan nyeri tunggal atau pelengkap
- Sebagai preventif/mencegah koplikasi sekunder karena imobilisasi lama
- Telah terjadi disability (gangguan aktivitas) atau handicap (gangguan partisipasi)
3. Penurunan berat badan
Kelebihan berat badan adalah salah sat faktor yang dapat menyebabkan
perkembangan osteoarthritis. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan
akan meningkatkan fungsi sendi, namun tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna dengan pengurangan nyeri.
Prinsip tatalaksana osteoarthritis (OA) adalah mengubah beban yang melewati sendi yang nyeri
dan meningkatkan fungsi pelindung sendi. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
beban sendi, yaitu:
a. menghindari aktivitas yang memberatkan sendi
b. meningkatkan kekuatan dan mengkondisikan otot untuk mengoptimalkan fungsinya
c. mengurangi beban sendi dengan memakai alat bantu1
Rekomendasi nonfarmakologik pada manajemen osteoarthritis pada lutut
Wajib:
a. Melakukan latihan aerobik dan/atau resistance land-based exercise
b. Melakukan latihan akuatik
c. Mengurangi berat badan (untuk pasien overweight)2
Kondisional
a. Melakukan program self-management
b. Menerima terapi manual yang dikombinasikan dengan latihan yang disupervisi
c. Diberikan terapi psikososial
d. Menggunakan medially directed patellar taping
e. Menggunakan medially wedged insoles pada pasien OA kompartemen lateral
f. Menggunakan laterally wedged subtalar strapped insoles pada pasien kompartemen medial
g. Melakukan terapi termal
h. Menggunakan alat bantu berjalan jika diperlukan
i. Mengikuti program akupunktur tradisional Cina (moderate to severe)
j. Transcutaneous electrical stimulation2
Exercise
Kelemahan otot pada OA disebabkan oleh beberapa hal, yakni degenerasi, atrofi karena
pergerakan yang terbatas, perubahan gaya berjalan, inhibisi arthrogenous (kontraksi otot yang
dihambat oleh feedback dari nervus aferen yang memebntuk loop akibat pembengkakan dan
pelebaran kapsul sendi). Nyeri paada OA cenderung menyebebakan hal-hal di atas yang
menyebabkan terjadinya lemah otot yang menyebabkan sendi menjadi lebih rentan dan nyeri.
Penelitian menunjukkan exercises mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi fisik. Jenis
exercises yang dianjurkan adalah latihan aerobik dan/atau resistensi. Selain itu, dianjurkan
latihan akuatik, dimana terjadi pengurangan beban yang harus ditopang kaki.2,3
Terapi manual
Terapi manual adalah pergerakan aktif atau pasif yang menggunakan usaha manual untuk
meningkatkan mobilitas dari sendi yang terkena OA, jaringan ikat, atau muskuloskeletal. Terapi
manual bertujuan untuk meningkatkan fungsi sendi dan mengurangi nyeri. Contoh yang
termasuk terapi manual adalah mobilisasi, manipulasi, pijat, peregangan, dan pergerakan pasif
dari sendi. 2,3
Mind-body therapy
Yoga, tai chi, qi gong, dan meditasi, setelah diteliti, ternyata dapat membantu penyembuhan OA.
Mekanisme yang mendasarinya masih belum jelas, namun diduga terapi ini menyebabkan
penurunan stres psikologis dan menurunkan aktivitas saraf simpatis. Perubahan-perubahan ini
membantu terjadinya pengurangan nyeri dan peningkatan fungsi fisik. 2,3
Electrotherapy
- Ultrasound mengubah permeabilitas membran sel sehingga menghasilkan keuntungan
terapeutik
- Pulsed electromagnetic field meningkatkan aliran darah, memfasilitasi inglamasi dan
meningkatkan
- TENS mengaktifkan serabut saraf yang spesifik untuk menghasilkan respon analgesik
- Terapi inferensial menghilangkan nyeri, mempercepat penyembuhan, dan menghasilkan
kontraksi otot2,3
Belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa ultrasound, pulsed electromagnetic field,
dan terapi interferensial memberikan efek yang bermakna terhadap penyembuhan OA.
Sedangkan, ada bukti bahwa TENS dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada osteoarthritis
lutut sehingga TENS dianjurkan sebagai terapi tambahan. 2,3
Akupunktur
Akupunktur adalah pengobatan menggunakan jarum yang biasanya digunakan untuk
menghilangkan nyeri. Ciri khasnya, sekitar 6 jarum ditempatkan di daerah yang sakit. Kemudian,
akan dibentuk needle sensation atau diberikan stimulus elektrikal. Mekanisme dari akupunktur
cukup kompleks dan melibatkan berbagai efek termasuk pelepasan endogen opioid. Akupunktur
dapat dipakai sebagai terapi tambahan dalam pengobatan OA. 2,3
Aids and devices
Alat bantu berjalan biasanya diberikan pada penderita OA lutut dan pinggul dengan mekanisme
efikasinya adalah melalui efek biomekanika. Selain alat bantu berjalan, alat bantu lainnya adalah
long-handled reachers, personal care aids (sebagai contoh, sock aids to reduce bending), bath
aids, chair and bed raisers, raised toilet seats, perch stools, half steps and grab rails, additional
stair rails. Splint sering digunakan pada OA di daerah tangan, khusunya pada bagian sendi ibu
jari. Splint terbukti dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi tangan. 2,3
Nutrisi
Nutrisi yang paling sering diberikan untuk membantu penyembuhan OA adalah glukosamin dan
kondroitin. Glukosamin adalah gula amino dan merupakan prekursor penting dalam
pembentukan protein terglikosilasi, seperti glikosaminoglikan yang merupakan komponen
pembentukan kartilago. Kondroitin sulfat adalah bentuk dimer dari sulfated glycosaminoglycan.
Namun, penelitian yang telah dilakukan tidak memberikan bukti yang kuat bahwa kedua nutrisi
tersebut secara efektif membantu penyembuhan OA. 2,3
- Terapi farmakologi
1. Analgesic oral non opiot
2. Analgesic topical
AINS Topikal lebih disarankan dibanding AINS oral. Menurut hasil sebuah meta
analisis menunjukkan bahwa AINS Topikal terbukti efektif mengurangi nyeri dan
kekakuan sendi.4Beberapa sediaan AINS Topikal seperti ibuprofen, Na.
Diklofenak, salisilamid dalam bentuk salep, krim, atau gel lebih dianjurkan
dibanding koyo karena berdasar penelitian yang ada menunjukkan hasil yang
tidak signifikan pada koyo dibandingkan plasebo untuk penyakit osteoartritis.
3. OAINS
4. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada pasien OA contoh
obat : tetrasiklin, asan hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin c
dll.
5. Steroid intra artikuler
- Terapi bedah
1. Malaligment, deformitas lutut valgus dan varus
Correction of Misalignment
Malalignment (varus-valgus) pada OA terjadi karena hilangnya bagian tulang
rawan dari persendian. Memperbaiki malalignment dapat dilakukan dengan
bedah maupun brace. Selain itu, dapat digunakan orthotics dan patellar tape.
Perbaikan malalignment dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien. 2,3
2. Arthroscopic debriment dan joint lavage
3. Osteotomi
4. Atroplasti sendi total
Terapi ini diindikasi kan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi
rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
6. Interpretasi ?
Jawab :
BB = 70 kg , TB = 150 cm
IMT = 70/(150/100)2 = 70/2,25 = 31,33 (sangat gemuk/ obesitas tingkat II)
Abnormal
IMT Status Gizi Kategori
< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus
17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus
18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal
25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk
> 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk
sumber : Departemen Kesehatan RI
KLASIFIKASI IMT (kg/m2)
BB kurang
BB normal
BB lebih
- Preobesitas
- Obesitas I
- Obesitas II
< 18,5
18,5 – 22,9
23
23 – 24,5
25 – 29,9
> 30
Terdapat krepitus = abnormal
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan OA lutut, pada awalnya hanya berupa
perasaan akan ada sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa, dengan bertambah nya beratnya penyait krepitasi dapat di dengar
sampai jarak tertentu, gejala ini timbul karena gesekan kedua permukaan tulang
sendi pada saat sendi di gerakan secara pasif di manipulasi.
7. Mekanisme bow legged ?
Jawab :
Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi lutut paling sering
terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat menyebabkan disabilitas.19 OA
lutut dapat mengenai kompartemen femorotibialis medial atau lateral dan/atau
kompartemen ptelofemoralis. OA di kompartemen medial dapat menimbulkan deformitas
varus (bow-legged), dan di kompartemen lateral dapat menimbulkan deformitas valgus
(knock-knee).
Jadi, pada kasus ini telah terjadi deformitas varus di kompartemen medial yang
menyebabkan timbulnya varus angulation (bow legged), deformitas disini dapat timbul
karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, dan perubahan pada
tulang dan permukaan sendi akibat progresivitas penyakit yang sudah kronik dan
progresif.
TATALAKSANA
Penatalaksanaan pada OA bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah ketidakmampuan.7
Beberapa cara dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala OA serta mencegah
kerusakan tulang rawan sendi lebih luas, antara lain :
1. Farmakologi
Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk OA, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas. Obat-obat yang diberikan bertujuan mengurangi rasa sakit
(simptomatis), meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-obat anti
inflamasi non steroid (AINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis,
meskipun tidak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis OA. Beberapa AINS
malahan dikatakan dapat mempercepat proses kerusakan tulang rawan sendi pada OA. 4
Pengobatan untuk OA dewasa ini adalah simptomatik. Banyak pasien OA hanya
mempunyai gejala yang minimal, mungkin cukup diterapi dengan latihan fisis tanpa obat.
Meskipun pengobatan OA hanyalah untuk mengurangi nyeri, tetapi merupakan hal yang
penting karena dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. 4
Nyeri sendi pada OA dapat timbul karena berbagai faktor, seperti mikro fraktur pada trabekula
subkondral, iritasi ujung saraf periosteal, tekanan pada ligamen karena deformitas tulang atau efusi,
kongesti vena karena remodelling tulang subkondral, regangan otot, dan reumatisme jaringan lunak.
Pada OA yang lebih lanjut, nyeri sendi-sendi dapat timbul karena sinovitis. 4
Pada dasarnya terapi farmakologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Medikamentosa sistemik
2. Medikamentosa topikal
3. Medikamentosa intraartikular
Medikamentosa Sistemik
a). Analgesik
Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 – 4 g/hari atau propoksifen HCl berguna sebagai
analgetik sederhana.4-7 Asetaminofen merupakan obat pilihan untuk artritis ringan dan sedang.31
Tetapi pada pemakaian asetaminofen yang lama dapat menyebabkan kerusakan hati atau
peradangan pada ginjal (nefritis).31
Kodein atau narkotik lain jarang dipakai atau dipakai hanya dalam waktu singkat. Asam
salisilat juga merupakan analgetik yang efektif, meskipun harus diperhatikan efek samping pada
saluran pencernaan dan ginjal. Keracunan salisilat juga dapat menimbulkan gejala-gejala yang
tidak khas pada orang tua, seperti kebingungan, gelisah, agitasi, hiperaktivitas, bicara ngelantur,
atau kadang-kadang kejang.4
b). Anti-inflamasi non steroid (AINS)
Jika nyeri sendi nyata atau tidak berkurang dengan analgesik atau jika terdapat
tanda-tanda peradangan (panas, merah, efusi, nyeri tekan) dipakai AINS seperti
fenoprofin, diklofenak, ketoprofen, naproksen, ibuprofen, piroksikam, dan lain-lainnya.
Dosis untuk OA biasanya 1/2 – 1/3 dosis penuh untuk RA. 4-6
Banyak penelitian menunjukkan bahwa efek analgetik AINS pada pasien OA tanpa
peradangan lebih baik dari obat analgesik sederhana. Beberapa AINS (misalnya indometasin)
dalam jangka panjang dilaporkan dapat memperberat kerusakan tulang rawan sendi pada OA.
Karena pemakaian obat-obat AINS pada OA (yang biasanya pasien tua) seringkali berlangsung
lama, efek samping yang utama ialah gangguan mukosa lambung (perdarahan, ulkus) dan
gangguan faal ginjal. Oleh karena cara kerja obat-obat AINS hampir sama (penekanan produksi
prostaglandin) maka efek sampingnya juga sama. Pemakaian kombinasi obat ini hanya akan
menambah resiko efek sampingnya. 4,5
Ibuprofen and naproxen adalah dua preparat yang sering dipakai. Kedua obat ini lebih
efektif dalam mengurangi gejala dan memperbaiki pergerakan sendi dan kurang menimbulkan
iritasi lambung daripada aspirin. Ibuprofen dan Naproksen dapat menimbulkan iritasi lambung
biola digunakan dalam jangka waktu lama.30
Aspirin juga merupakan preparat NSAIDs yang sering digunakan. Penggunaan jangka
lama dapat menyebabkan ulkus lambung.32
Cyclo-oxygenase (COX), enzim yang terlibat dalam konversi asam arakidonat menjadi
prostaglandin, berada dalam dua isoform: (1) COX-1, terdapat terutama di lambung dan
menghasilkan prostaglandin yang bersifat sitoprotektif, dan (2) COX-2, terlibat terutama dalam
kaskade inflamasi dan berperan dalam manifestasi nyeri sendi, pembengkakan , dan kekakuan.
Dalam penelitian telah dikembangkan obat yang bekerja sebagai inhibitor spesifik dari COX-2
(COX-2 inhibitors), seperti rofecoxib, celecoxib. 33
Meskipun data tentang obat-obat ini masih minimal, namun penelitian telah
menunjukkan bahwa COX-2 inhibitors memiliki efektivitas yang sama dengan AINS dalam terapi
osteoartritis, tapi dengan efek samping gastrointestinal yang minimal. Suatu studi meta-analisis
terhadap rofecoxib menunjukkan resiko relatif 0,51 terhadap terjadinya efek samping
gastrointestinal yang serius bila dibandingkan dengan AINS konvensional. Keterbatasan obat
golongan ini adalah harganya yang relatif mahal, sehingga pemakaian AINS dengan atau / tanpa
obat sitoprotektif saluran cerna masih lebih banyak digunakan. 33
Skema - 2 Mekanisme Kerja Steroid, AINS, dan AINS selektif COX-2 inhibitor 2
Membrane phospholipids
Phospolipase A2
Steroid
c). Obat-obat penghambat progresivitas penyakit
Beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa AINS tertentu mempengaruhi
metabolisme proteoglikan, kolagen, degenerasi matriks karena sitokin, penglepasan, atau
aktivasi enzim-enzim perusak kolagen, atau aktivasi metabolit oksidan toksik. Ini berarti bahwa
beberapa AINS menghambat metabolisme tulang rawan sendi sehingga dapat mempercepat
kerusakan jaringan tersebut. 4
Pada binatang percobaaan, AINS terlihat memperburuk perubahan-perubahan
degeneratif pada OA dan degenerasi tulang rawan sendi in vivo. Dengan demikian pemberian
jangka panjang AINS harus dipertimbangkan pengaruh buruknya pada tulang rawan sendi yang
sakit. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa piroksikam tidak menimbulkan gangguan pada
metabolisme tulang rawan sendi. 4
COX – 1
Housekeeping
AINS non selektif
AINS selektif COX-2 inhibitor
Arachidonic acid
Stomach
Kidney
Platelets
COX – 2
Inflammation
Macrophages
Leucocytes
Fibroblasts
TXA2, PGI1, PGE2
Gastrointestinal mucosal integrity
Platelet aggregation
PGI2, PGE2
Inflammation
Mitogenesis
Beberapa usaha sedang dilakukan untuk membuat bahan farmakologis yang dapat
memperbaiki atau mencegah proses patologis pada OA. 4
a. Arteparon (asam glycosaminoglycan polysulfinic ester) pada binatang percobaan telah
terbukti mengurangi kerusakan histologis OA. Masih perlu penelitian klinis jangka panjang
untuk melihat hasil yang sebenarnya.
b. Rumalon (kompleks peptida glikosaminoglikan) yang diperoleh dari tulang rawan sendi sapi
dan ekstrak sumsum tulang. In vitro, obat ini dapat merangsang pembentukan proteoglikan.
c. Artofen (sodium pentosan polysulfate) adalah suatu heparinoid yang menghambat
hialuronidase, elastase, dan enzim lain yang merusak proteoglikan.
Perkembangan obat-obat di atas masih dalam taraf permulaan, tetapi menjanjikan
suatu usaha tambahan yang positif. 4
Pengobatan lain yang dikembangkan pada OA adalah SAMe (S-adenosyl methyonin)
yang mrupakan senyawa endogen yang memberikan gugus metil pada berbagai senyawa yang
meliputi neurotransmiter, asam lemak, asam nukleat, protein, dan fosfolipid membran. Sejak
pertama kali ditemukan pada tahun 1950, obat ini telah digunakan untuk terapi depresi, OA,
fibrisitis, alcoholic liver disease, dan migren. Dalam terapi OA, SAMe diduga memiliki efek
analgesik dan antiinflamasi. Mekanisme kerjanya belum jelas, tetapi diduga SAMe membantu
produksi proteoglikan. Suatu studi multi center placebo control trial menunjukkan bahwa SAMe
sama efektifnya dengan naproksen dan superior terhadap plasebo. Selain itu, SAMe lebih dapat
ditoleransi dibandingkan AINS meskipun membutuhkan waktu terapi yang lebih lama dan biaya
yang relatif mahal.9
Medikamentosa Topikal
Terapi topikal adalah alternatif pada pasien OA yang memiliki gejala rasa sakit yang refrakter
terhadap terapi analgesik atau pasien tidak dapat mentoleransi efek dari terapi sistemik. Dua
agen yang biasa diberikan secara topikal adalah AINS, dan Capsaicin.33
Suatu studi meta-analisis menunjukkan bahwa 65% pasien yang mendapatkan terapi AINS
topikal memiliki respon yang baik terhadap terapi. Meskipun jumlah penelitian dan sampel yang
digunakan masih minimal, namun cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa terapi AINS
topikal efektif dan aman pada pasien OA dalam 2 minggu pertama pengobatan. Setelah 2
minggu, tidak diketahui efektivitas AINS lebih baik dari placebo.33,34
Capsaicin dapat mengurangi gejala dengan toksisitas yang rendah. Ini merupakan obat baru
yang belum terlalu banyak dipasarkan.7 Capsaicin adalah senyawa alami yang mendeplesi
deposit Substance P secara dari ujung saraf sensorik, sehingga mengurangni transmisi rangsang
nyeri dari saraf tepi ke susunan saraf pusat. Suatu studi meta-analisis menunjukkan bahwa
Capsaicin dapat ditoleransi dengan baik dan memiliki efek yang signifikan bila dibandingkan
dengan plasebo.33,35
Selain AINS dan capsaicin, agen yang juga digunakan sebagai obat topikal adalah Lidocaine
topikal. Lidocaine relatif cukup efektif dalam mengurangi rasa nyeri.35
Medikamentosa Intraartikular
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik bukan merupakan indikasi dalam pengobatan OA. Beberapa
penelitian melaporkan steroid intra-artikular mungkin berguna untuk menghilangkan nyeri pada
OA. Bagaimana pengaruh steroid pada kerusakan tulang rawan sendi pada OA masih menjadi
perdebatan. Beberapa penelitian melaporkan steroid mengurangi kerusakan tulang rawan sendi,
tetapi penelitian yang lain melaporkan sebaliknya. 4
Suntikan kortikosteroid pada epidural dapat mengurangi gejala-gejala nyeri radicular. 7
b. Viscosupplementation
Beberapa preparat hialuronan tersedia dalam suntikan intraartikular. Berkurangnya rasa
nyeri diketahui berasal peningkatan viskositas cairan sinovial, sehingga pengobatan pada kondisi
demikan disebut viscosupplementation. Hasil penelitian terakhir menyebutkan bahwa suntikan
hialuronat tidak lebih baik dari AINS dalam mengurangi gejala, memperbaiki fungsi fisik, dan
kekakuan. 35,36
2. Non Farmakologik
a. Perlindungan sendi
OA mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik.
Koreksi terhadap postur yang buruk dan penyangga (korset) untuk lordosis lumbal yang
berlebihan mungkin membantu. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit (misalnya modifikasi tempat duduk dan mengurangi kebutuhan jongkok dan berlutut
untuk OA sendi lutut). Istirahat yang periodik akan membantu mengurangi nyeri.4
Pemakaian tongkat, sepatu khusus, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. 4,6,7
Beban pada lutut berlebihan karena kaki yang tertekuk (pronatio).
b. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien OA yang gemuk harus menjadi program utama
pengobatan OA. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
peradangan. 4,5
Beberapa hal yang berkaitan dengan diet pada OA, antara lain 37 :
Obesitas meningkatkan faktor resiko perkembangan osteoartritis.
Vitamin C penting dalam perkembangan normal kartilago. Defisiensi vitamin C akan memicu
perkembangan kartilago menjadi lemah. Vitamin C dapat diperoleh dari buah-buahan, atau
suplemen.
Seseorang dengan densitas tulang yang rendah, missal pada osteoporosis, kemungkinan
memiliki resiko yang tinggi terkena OA. Olah raga dan asupan calcium yang adekuat dapat
mengontrol densitas tulang.
Defisiensi Vitamin D meningkatkan resiko terjadinya penyempitan celah sendi dan
perkembangan OA. Suplementasi vitamin D yang direkomendasikan adalah 400 IU per hari.
Pada tahun-tahun ini, suplemen glucosamine dan kondroitin dapat mengurangi gejala, termasuk
nyeri dan kekakuan.
c. Dukungan psiko-sosial
Dukungan (pengertian) psiko-sosial diperlukan oleh pasien OA oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya. Di satu pihak, pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, di pihak lain ia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien OA
seringkali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. 4,5
d. Konseling masalah seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien OA terutama pada tulang belakang, paha,
dan lutut. Seringkali diskusi mengenai hal ini harus dimulai dari dokter, karena biasanya pasien
enggan mengutarakannya. 4,5
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan OA, yang meliputi pemakaian panas dan
dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas yang ssedang diberikan sebelum latihan
untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin, dan
obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pemanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai, seperti
hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonik, inframerah, diatermi, mandi parafin, dan mandi dari
pancuran panas. 4
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi OA. Latihan isometrik lebih baik daripada isotonik karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang
lumpuh, timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena otot-otot periartikular memegang
peranan penting terhadap perlindungan rawan sendi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting. 4
Gambar – 5 Jenis-jenis Latihan untuk OA 38
f. Akupunktur
Akupunktur merupakan pengobatan tradisional dari Cina berupa penusukan jarum
pada tempat-tempat tertentu yang merupakan jalur saraf, bertujuan untuk memperbaiki
kesehatan. 31
Menurut The National Center for Complementary and Alternative Medicine di the
National Institutes of Health, akupunktur berguna sebagai terapi tambahan atau terapi
alternatif untuk nyeri arthritis. 31
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akupunktur bila digunakan bersama terapi
konvensional dapat memperbaiki fungsi dan mengurangi nyeri pada OA. 31,39
Gambar – 6 Titik-titik Akupunktur Pada OA 39
g. Prolotherapy
Prolotherapy adalah terapi medikal alami untuk memperbaiki tendon, ligamen, dan
kerusakan kartilago. Prolotherapy merangsang tubuh untuk mengubah daerah dengan menginduksi
reaksi inflamasi ringan pada ligament dan kartilago yang lemah. Terjadinya inflamasi menyebabkan
sirkulasi ke ligamen meningkat. 40
Gambar – 7 Peran Prolotherapy Pada OA 40
h. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien OA dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan
nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dapat dilakukan adalah osteotomi (untuk
mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian), debridemen sendi (menghilangkan fragmen
tulang rawan sendi), pembersihan osteofit, atroplasti total atau parsial, dan atrodesis. Kondroplasti
(atroplasti abrasi) telah mempeoleh perhatian untuk pengobatan OA. Akan tetapi belum ada
penelitian terkontrol untuk menilai efektivitasnya, dan jaringan fibrokartilago yang terbentuk di atas
tulang yang gundul tidak sebaik rawan normal dalam kemampuannya menghadapi beban. Sekarang
sedang diteliti usaha untuk menggunakan teknik operasi cangkok sel-sel kondrosit untuk
membangun kembali permukaan tulang rawan sendi.4,5
Operasi penggantian sendi biasanya dilakukan pada pasien OA lutut di mana pengobatan
yang cukup agresif tidak dapat mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Atroplasti dapat
mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Osteotomi dapat merupakan metode operasi yang
lebih konservatif, dapat mengurangi nyeri, terutama pada pasien OA lutut atas dan paha yang belum
lanjut. 4,5
Laminektomi dan spinal fusion dapat dipikirkan pada pasien dengan keadaan yang sudah
parah dan terjadi nyeri yang berulang-ulang yang sudah tidak dapat diatasi dengan obat-obatan,
atau adanya komplikasi neurologik. Pada stenosis lumbalis mengkin membutuhkan extensive
decompressive laminectomy untuk mengurangi gejala. 7
Recommended