View
216
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
tutor
Citation preview
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin,
dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan
demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan
patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi
didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
(1) kecepatan timbulnya anemia
(2) umur individu
(3) mekanisme kompensasinya
(4) tingkat aktivitasnya
(5) keadaan penyakit yang mendasari, dan
(6) parahnya anemia tersebut.
Fisiologi
Eritropoetin adalah hormon regulator utana dalam produksi eritrosit. Pada fetus , eritropetin dihasilkan oleh sistem makrofag – manositdi hati. Setelah kelahiran, eritropetin di produksi oleh sel peritubular di ginjal. Dalam pross produksi dan maturasi, eritrosit kehilangan nukleusnya sehingga kehilangan fungsi sintesisnya. Eritrosit normal akan bertahan selama 120 hari, sementara eritrosit abjormal hanya bertahan setidaknya 15 hari. Molekul hemoglobin adalah kompleks hemeprotein yang terdiri atas dua rantai polipeptida yang mirip. Terdapat enam tipe hemoglobin pada manusia, yaitu embrioik, grower – I , grower II, portland, hemoglobin fetal (HbF), dan HbA dan HbA2. HbF adalah hemoglobin primer pada fetus yang memiliki afinitas oksigen lebih tinggi di banding HbA dan HbA2, sehingga memungkinkan efisiensi transfer oksigen ke fetus yang lebih baik. Jumlah HbF akan berkurang secara cepat hingga kadar trace pada usia 6 – 12 bulan dan akan digantikan oleh tipe Hb dewasa yaitu HbA dan HbA2.
Pembentukan dan Struktur Hemoglobin
Sintesis Hemoglobin dan Katabolisme Hemoglobin
Hemoglobin terdiri dari ikatan heme-globin. Sintesis heme terutama terjadi di mitokondria.
Bermula dengan kondensasi glisin dan suksinil ko-A untuk kerja enzim kunci asam δ-
aminolevulinat /ALA (enzim yang mengatur kecepatan produlsi hemoglobin) dengan
koenzimnya adalah Piridoksal Fosfat (vitamin B12) yang dirangsang oleh eritropoetin. Yang
kemudian membentuk profobilinogen. Selanjutnya profobilinogen akan menjadi
uroporfirinogen III (yang akan menjadi uroporfirin III) dan uroporfirin I (yang akan menjadi
uroporfirin I). Uroporfirinogen III akan mengalami konversi menjadi koproporfirinogen III
(menjadi koproporfirin III). Koproporfirinogen III akan membentuk protoporfirin IX yang
kemudian menjadi pirol. Protoporfirin bergabung dengan besi dalam bentuk ferro (Fe2+)
untuk membentuk heme. Masing-masing molekul heme akan bergabung dengan 1 rantai
globin yang dibuat pada ribosom, membentuk suatu subunit Hemoglobin yang disebut rantai
Hb. Empat dari rantai Hb tersebut selanjutnya akan berikatan satu sama lain secara longgar
untuk membentuk molekul Hemoglobin yang lebih lengkap.
Pemecahan eritrosit
Eritrosit
>Tidak mepunyai : mitokondria, reticulum endoplasma, intisel
> Mempunyai enzim yang berfungsi untuk :
1. melakukan metabolisme anaerob sehingga menghasilkan ATP 2
2. mempertahankan kelanturan membrane eritrosit
3. transportasi ion melalui membrane sel
4. menjaga besi Hb sel agar tetap dalam bentuk fero, bukan bentuk feri
5. mencegah oksidasi proyein dalam sel
> masa hidup eritrosit 120 hari sehingga sel akan menjasdi rapuh karena enzim telah habis atau
Berkurang
>begitu membrane sel menjadi rapuh, eritrosit bisa robek ketika melewati tempat- tempat sempit di sirkulasi
seperti di limpa yang berdiameter 3 mikro
Mekanisme lisis eritrosit
120 hari enzim berkurang
Mmbran eritrosit rapuh
Eritrosit lisis
Hb globin
Makrofag asam amino
(reticulum endoplasma)
Besi protoporfirin
transferin bilirubrin
digunakan disimpan
eritopoiesis feritin hemosiderin
setelah 120 hari enzim eritrosit berkurang sehingga membrane sel menjadi rapuh kerika sel
melewati tempat yang sempit meka sel akan robek sering terjadi di limpa. Sel yang robek akan
menghasilkan Hb dan globin, globin akan dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu asam
amino sedangkan Hb akan dimakrofag dan dipecah menjadi Fe dan protoporfirin, protoporfirin
dirubah manjadi bilirubrin besi akan dilepaska dan berikatan oleh teransferin,trasferin mengangkut
besi ke jaringa yang memiliki reseptor transferin seperti sum-sum tulang besi akan digunakan pada
proses eritopoiesis di hati besi akan disimpan dalam bentuk feritin dan hemosiderin.
Mekanisme perombakan bilirubrin
Protoforfirin
Biliverdin
Bilirubrin
Berikatan dengan albumin
hati
berkonjungasi
bilirubrin glukoronida bilirubrin sulfat konjungasi dengan zat lain
(asam glukoronat) (sulfat)
empedu
usus halus
urobilinogen
kembali ke hati ginjal
urobilin urin
protoporfirin akan dirubah menjadi biliverdin dengan cepat mengalamioksidasi mendi bilirubrin
kumidian berikatan dengan albumin dan diserap oleh hati kenudian akan berkonjungasi dengan
asam glukoronat 80% menjadi bilirubrin glukoronida, dengan sulfat 10% menjadi bilirubrin sulfat
sisahnya berkonjungasi dengan zat lain kemudian akan dibawa ke kantong empedu secara transport
aktif lemudian akan dibawa ke usus halus di sana dirubah menjadi urobilinogen oleh bakteri
sebagian besar akan kembali ke hati 5% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
PENDEKATAN KLINIS
ANAMNESIS
Defisiensi zat gizi, pica, atau geofagia mengarah pada anemia defisiensi besi. Riwayat pengobatan
dapat mengindikasikan adanya defisiensi G6PD atau anemia aplastik. Infeksi virus juga dapat
menyebabkan aplasia sel darah merah. Diare berulang meningkatkan kecurigaan malabsorpsi dan
kehilangan dasar samar, misalnya gluten – sensitive – enteropathy dan inflamatory bowel disease.
Pemeriksaaan fisik
Anemia kronis meliputi mood irritable , pucat (Hb <7g/dl), glositis, murmur sistolik, keterlambatan
pertumbuhan, splenomegali, dan aperubahan kuku.
Anemia akut meliputi ikterus, takipnea, takikardi, splenomegali, hematuria, dan gagal jantung
kongestif.
Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap : eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit ( MCV, MCH, MCHC), RDW dan hitung retikulosit.
Kelainan morfologi eritrosit dapat mengenai:
Ukuran eritrosit (size)
1. Makrosit (diameter > 9 µ, volume > 100 fL)
2. Mikrosit (diameter < 7 µ, volume < 80 fL)
3. Anisositosis (ukuran eritrosit berbeda-beda dalam satu sediaan)
Warna eritrosit (stain)
1. Hipokrom daerah pucat di bagian tengah eritrosit > ½ diameter.
Dijumpai pada : anemia defisiensi besi, talasemia, anemia sideroblastik.
2. Polikromasi eritrosit berwarna kebiruan dan berukuran lebih besar dari
eritrosit matang, diduga retikulosit.
Dapat terjadi pada kasus perdarahan kronik/akut dan proses hemolisis
Bentuk eritrosit (shape)
1. Sel target bentuk seperti lonceng, bagian tengah terlihat lebih pucat/gelap,
kemungkinan akibat dari peningkatan kadar kolesterol (mis: pada penyakit
hati) dan penurunan kadar Hb (mis: anemia defisiensi besi)
2. Sferosit bentuk seperti bola, eritrosit lebih kecil dari eritrosit normal,
terjadi akibat kerusakan/kelainan membran eritrosit.
3. Ovalosit bentuk oval, biasanya lebih gepeng dari eritrosit normal.
4. Stomatosit bentuk seperti mangkuk.
5. Sel sabit (sickle cell) terjadi akibat polimerisasi Hb S pada keadaan kurang
O2 yang bersifat reversible.
6. Akantosit eritrosit mempunyai duri-duri yang tajam.
7. Burr cell (echinocyte) terdiri dari duri-duri tumpul, terjadi akibat
mekanisme fragmentasi (hilangnya sebagian membran) disertai hilangnya Hb
atau tidak.
8. Sel helmet bentuk seperti helm, terjadi akibat mekanisme fragmentasi
9. Fragmentosit (schistocyte) bentuk tidak beraturan akibat proses
fragmentasi
Ada benda inklusi dalam eritrosit
1. Tear drop cell dijumpai pada mielofibrosis dengan metaplasia mieloid
ditemukan badan inklusi.
2. Poikilositosis bentuk bermacam-macam dalam 1 sediaan, terdapat badan
inklusi.
3. Badan Howell-Jolly merupakan sisa inti yang mengandung DNA
4. Titik-titik Basofil titik-titik berwarna biru tua (basofilik)
5. Badan Pappenheimer (granula siderotik) menunjukkan kelebihan besi
6. Badan Heinz akibat denaturasi/pengendapan Hb di rangka membran
eritrosit
7. Cincin cabot pada eritrosit terdapat titik-titik basofilik banyak.
8. Eritrosit berinti
9. Aglutinasi penggumpalan eritrosit disebabkan adanya antibodi terhadap
eritrosit dalam plasma
10. Roleaux eritrosit berderet atau membentuk gambaran silinder, terjadi
akibat peningkatan kadar Imunoglobulin atau fibrinogen dalam plasma
Beberapa contoh penyakit dengan kelainan pada eritrosit :
1. Anemia Hemolitik peningkatan destruksi eritrosit akibat hiperplasi eritropoiesis
dan pelebaran sumsum tulang secara anatomic.
2. Polisitemia/Eritrositosis peningkatan konsentrasi Hb atau produksi eritrosit
berlebihan
3. Anemia Sideroblastik terdapat cincin sideroblas yang patologis dalam sumsum
tulang
4. Hemoglobinopatigangguan sintesis globin
5. Porfiriagangguan sintesis hem
6. Hemakromatosisterjadi penyerapan besi berlebih melalui mukosa usus yang
menyebabkan penimbunan toksik besi di jaringan (hati, pankreas, jantung)
7. Thalasemiapenurunan kecepatan produksi rantai globin
Thalasemia α, produksi rantai α menurun
Thalasemia β, produksi rantai β menurun
8. Anemia defisiensi besidisebabkan kehilangan darah (mis: haid), defisiensi gizi
(pada bayi), peningkatan kebutuhan besi meningkat (mis: hamil, laktasi, pubertas).
Recommended