View
99
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
oke
Citation preview
UJI PROTEIN (KELAS XII)
Tujuan :
1. Mengetahui adanya ikatan peptida dalam protein dengan tes biuret.2. Mengetahui adanya inti benzena dengan uji Xanthoproteat.3. Mengetahui adanya ikatan belerang (S) dengan uji Timbal asetat.
Alat dan Bahan :
Alat dan BahanGelas kimia Agar-agarPipet tetes GelatinTabung reaksi KapasPenjepit tabung Larutan Tembaga (II) asetat 1% (CuSO4)Kaki 3 dan kasa Larutan Natrium hidroksida 6 M (NaOH)Spatula kaca Larutan Natrium hidroksida 3 M (NaOH)Gelas Ukur Larutan Timbal (II) asetat {Pb (CH3COO)2}Susu Larutan CH3COOH 3 M
Cara Kerja :
1. Uji biuret
Jika positif (+) akan berwarna ungu.
Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 2-3 tetes CuSO4. Kemudian masukkan 1 ml NaOH 0,1 M. amati perubahan yang terjadi.
Ulangi cara kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas. Bila ada yang tidak larut setelah ditambahkan NaOH, panaskan dahulu beberapa menit hingga semua larut, lalu dinginkan.
1. Tes Xanthoproteat
Untuk mendeteksi ada tidaknya inti benzena.
Jika positif (+) berwarna kuning jingga.
Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes HNO3 pekat, panaskan selama ± 2 menit. Kemudian dinginkan, setelah dingin masukkan NaOH 6 M tetes demi tetes hingga berlebih. Amati perubahan yang terjadi.
Ulangi cara kerja tersebut dengan menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.
1. Uji Timbal asetat
Untuk menguji ada tidaknya ikatan belerang (S).
Jika positif (+) akan berwarna kehitaman.
Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml NaOH 6 M dan panaskan ± 2 menit. Kemudian dinginkan, setelah itu masukkan 2 ml CH3COOH 3 M. tutup tabung reaksi dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan Pb(CH3COO)2. Panaskan ± 2 menit. Amati perubahan yang terjadi.
Ulangi langkah kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.
Hasil Pengamatanm :
Bahan Uji Biuret Uji Xanthoproteat Uji Timbal asetatPutih telur Ungu (+) Oranye (+) Tidak hitam (-)Susu Ungu (+) Oranye (+) Hitam (+)Gelatin Ungu (+) Kuning (+) Hitam (+)Agar-agar Ungu (+) Oranye (+) Hitam (+)Kapas Biru (-) Putih bening (-) Hitam (+)
Kesimpulan :
1. Ikatan peptida bereaksi dengan larutan biuret akan berwarna ungu. Sedangkan yang tidak berwarna ungu berarti mengandung glikosida.
2. Inti benzena bereaksi dengan larutan Xanthoproteat akan berwarna kuning jingga.3. Ikatan S bereaksi dengan larutan Timbal asetat akan berwarna hitam pada kertas saring.
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
REAKSI UJI PROTEIN
NAMA : RR.DYAH RORO ARIWULAN
NIM : H 411 10 272
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : ASMAN KUMIK
HARI/TANGGAL : RABU/26 OKTOBER 2011
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya
unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi
protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam
organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan
pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai
zat antibodi.
Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator.
Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein,
misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein
nabati.
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami.
Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana.
Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus
prostetik di samping kerangka utama asam amino.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa
yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya
perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang
tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi
khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda
antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin)
dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji
lainnya.
Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut maka dianggap penting melakukan
percobaan ini
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan menguji kandungan protein dalam senyawa sampel.
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes biuret.
2. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes pengendapan logam.
3. Untuk mengidentiikasi adanya protein dengan tes pengendapan dengan alkohol.
1.3 Prinsip Percobaan
Reaksi Biuret Ikatan peptida yang menyusun protein dalam suasana basa akan berwarna
ungu dengan Cu. Pengendapan dengan Logam Reaksi ion logam dengan protein mengakibatkan
terjadinya endapan. Pengendapan dengan Alkohol menyebabkan penurunan kelarutan protein
akibat penambahan pelarut organik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang
disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu.
Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana
terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal
yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino
pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul
yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang
tepat (Poedjiadi, 1994).
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi
asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil
oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel
tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan
untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat
masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh dimana
terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun
yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk
digunakan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi
melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel
(Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus
amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus – ratus
jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam
amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut
dalam senyawa nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).
Beberapa Reaksi Uji Protein (Page, 1989) :
A. Percobaan berdasarkan reaksi warna:
1) Percobaan kadar-N
Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi dengan larutan
protein dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi
menjadi biru.
2) Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah
dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah menjadikuning apabila
dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada
molekul protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita
bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.
3) Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang
dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk
fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang
berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif.
4) Reaksi Biuret
Larutan Protein + NaOH + CuSO4 lembayung Berlaku untuk
senyawaan yang mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai untuk
penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet dengan
CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida
dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai daya
untuk menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam presentase
tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan
pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton atau
alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil
polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen
Kimia, 2011).
Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat banyak, bahkan banyak dari proses
pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh protein yang terkandung di dalam tubuh kita. Di
bawah ini beberapa fungsi protein yaitu (Anonim b, 2011):
a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul
spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang
sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti
replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam
sistem biologis.
b. Alat pengangkut dan penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh
protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan
mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen
utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
c. Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein
berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat
mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti
virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
d. Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu
protein yang bertindak sebagai reseptor
penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
e. Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi
bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus:
gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari
residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan
asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan
senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil.
Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-
amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut
menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa
lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonim a, 2010).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu
gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino
dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino
mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang
mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino
juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Girindra, 1986).
Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus
karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan
yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan
kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan
gugus R-nya (Girindra, 1986).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar
dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,
Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada
gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin.
Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat
yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada,
dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri
oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya
(Girindra, 1986).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH 2,5 M, CuSO4 0,01 M, HgCL2
0,2 M, (CH3COO)2Pb 0,2 M, Larutan albumin, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, Etanol 95 % dan
buffer pH 4,7, larutan asam amino (glisin, asam aspartat, alanin, albumin).
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes,
pipet skala, sikat tabung.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Tes Biuret
3 ml larutan protein ditambah dengan 1 ml NaOH 2,5 M, dicampurkan dengan baik,
ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 M kemudian dicampurkan, jika timbul warna,
ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4, diulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan
asam amino.
3.3.2 Pengendapan dengan Logam
3 ml larutan protein ditambahkan dengan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan
menggunakan (CH3COO)2Pb.
3.3.3 Pengendapan dengan Alkohol
Tabung I diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml HCl 0,1 M
dan3 ml etanol 95 %. Tabung II diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan
0,5 ml NaOH 0,1 M kemudian ditambahkan dengan 3 ml Etanol 95 %. Tabung III diisi dengan
2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 kemudian
ditambahkan dengan 3 ml etanol 95 %.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pada reaksi uji protein dengan tes Biuret bereaksi positif dengan menghasilkan larutan yang
berwarna violet/ungu.
2. Pada reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg dan Pb bereaksi
positif dengan adanya pengendapan.
3. Pada reaksi uji protein dengan pengendapan alkohol bereaksi positif pada suasana asam dan
basa serta tergantung pada pH reaksi.
5.2 Saran
Untuk asisten dan laboratorium sudah baik, sedang untuk percobaan mungkin bisa
ditambahkan asam amino lain sebagai pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2011, Asam Amino. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_amino, diakses tanggal 21 oktober 2011,pukul 18.00 WITA.
Anonim b, 2011, Fingsi protein. http://chem-is-try.org/fungsi_protein , diakses tanggal 28 oktober 2011,pukul 20.15 WITA.
Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Girindra, A., 1986, Biokimia I, Gramedia, Jakarta.
Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Tim Dosen Kimia., 2011, Penuntun Praktikum Biokimia Umum, Laboratorium Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Winarno, F., G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
ASMAN KUMIK RR.DYAH RORO ARIWULAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tes Biuret
Larutan contoh NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 MCuSO4 0,01 M
berlebih
Glisin
Alanin
Asam aspartat
Albumin
Bening
Bening
Bening
Bening
Biru
Biru
Bening
Bening keunguan
Biru
Biru tua
bening
Ungu muda(violet)
4.1.2 Pengendapan dengan Logam
No Larutan contoh HgCl2 0,2 M (CH3COO)2Pb
1.
2.
3.
4.
Glisin
Alanin
Albumin
Asam Aspartat
Bening
Bening
Putih pekat + endapan
putih
Bening
Bening
Bening
Putih kekuningan, pekat,
endapan
Bening
4.1.3 Pengendapan dengan Alkohol
Larutan Contoh Tabung I Tabung II Tabung III
Putih keruh Terbentuk 2
lapisan
Terbentuk 2
Lapisan, endapan
4.2 Reaksi
4.2.1 Tes Biuret
Albumin
O O
ll ll
2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + 2 NaOH + CuSO4
R R n
CH - C NH - CH
o
Cu2+
O
CH - NH C - Cu
Serin
2 CH - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4
l l
OH NH2
Glisin
O O
H-CH-C-OH + NaOH H-CH-C-ONa + H2O + CuSO4
NH2 NH2
Alanin
H3C - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4
l
NH2
4.2.2 Pengendapan dengan Logam
HgCl2
O O O
2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C -OH + HgCl2
R R n R
O O O
2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C- O
R R n R
Hg2+ + 2 HCl
O O O
2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C - O
R R n R
Serin
CH2 – CH - COOH + HgCl2
l l
OH NH2
Glisin
H - CH-COOH + HgCl2
l
NH2
Alanin
H3C-CH – COOH + HgCl2
l
NH2
(CH3COO)2 Pb
O O
ll ll
2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + (CH3COO)2 Pb
R R n
O O
ll ll
H2N - CH-C – NH–CH - C - O
R n
Pb6+ + H+ + CH3COO -
O O
ll ll
H2N - CH-C – N – CH - C - O
R R n
Glisin
H - CH-COOH + (CH3COO)2 Pb
l
NH2
Alanin
H3C-CH – COOH + (CH3COO)2 Pb
l
NH2
4.2.3 Pengendapan dengan Alkohol
NaOH
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + OH-
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –O- + C2H5OH
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + OH- + H2O
R R n R
HCl
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + H+
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –+OH2 + C2H5OH
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H+ + H2O
R R n R
Buffer pH 4,7
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + C2H5 OH
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H2O
R R n R
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tes Biuret
Tes biuret merupakan salah satu tes uji protein, bekerja pada suasana basa, dan akan
memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna violet dengan CuSO4 ,
karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam
suasana basa.
Pada tes biuret ini, penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan
Albumin, hal ini ditandai dengan bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh. Pada larutan
asam amino, penambahan NaOH 2,5 M tidak menyebabkan perubahan yang berarti. Pada
penambahan CuSO4 0,01 M sebanyak 1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami
perubahan yaitu larutan ini tidak tercampur dengan baik dan perubahan warna menjadi ungu
muda atau violet hanya pada permukaan saja, sedangkan pada larutan asam amino glisin dan
alanin terjadi perubahan warna pada permukaanya yaitu berwarna biru, sedangkan pada serin
tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena glisin dan alanin mengandung gugus
hidroksil yang dapat membentuk kompleks dengan Cu2+. Warna biru makin pekat dengan
penambahan CuSO4 berlebih. Setelah dilakukan penambahan CuSO4 0,01 M berlebih, terjadi
perubahan pada semua larutan, baik pada larutan albumin maupun larutan asam amino. Larutan
albumin berwarna ungu muda, dan asam amino yang lain (Serin, Glisin, Alanin,) berwarna biru
muda.
4.3.2 Pengendapan dengan Logam
Diketahui bahwa protein mampu menawarkan racun karena asam amino yang merupakan
penyusun suatu protein dapat mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal
asetat), racun atau logam yang terikat dalam reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih.
Pada reaksi ini, albumin ditambahkan dengan HgCl2 . Pada penambahan ini larutan
berubah dari bening menjadi putih pekat. Hal ini disebabkan karena adanya kemampuan protein
atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini
disebabkan karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik protein atau asam amino, maka ia
akan bermuatan negatif sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif.
Berdasarkan teori, titik isoelktrik albumin adalah : 4,55-4,90, alanin 6,00 , glisin 5,97 dan serin
5,68 (titik isoelektrik adalah keadaan pH dimana protein /asam amino memiliki jumlah muatan
positif dan negatif yang sama). Adanya pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan
disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril.
Dengan adanya endapan saat penambahan albumin dan glisin dengan (CH3COO)2 Pb
menunjukkan bahwa protein dan asam amino dapat bertindak sebagai antidotum/penawar racun
pada keracunan logam berat seperti Hg dan Pb. Sedangkan untuk asam amino seperti asam
aspartat, serin, dan alanin tidak membentuk endapan karena suasana larutan masih berada di
bawah titik isoelektrik kedua asam amino tersebut, sehingga asam amino yang bermuatan positif
tidak mampu berikatan dengan ion logam yang bermuatan positif pula. Selain itu, ketiga jenis
asam amino tersebut tidak mengandung gugus sulfuhidril.
Recommended