View
611
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
GAMBARAN RASIO VENTRICLE ACTIVATION TIME (VAT) HASIL REKAM JANTUNG PADA LANJUT
USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA LANDASAN ULIN MARET 2008
Karya IlmiahDiajukan guna memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana KedokteranUniversitas Lambung Mangkurat
Diajukan Oleh:M. Thaufiqurrakhman
I1A004015
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
November, 2008
ABSTRAK
GAMBARAN RASIO VENTRICLE ACTIVATION TIME (VAT) HASIL REKAM JANTUNG PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI SEJAHTERA LANDASAN ULIN MARET 2008
M. Thaufiqurrakhman
VAT merupakan jarak antara permulaan dari kompleks QRS dan puncak gelombang R. Ini menggambarkan waktu yang ditempuh dari aktivasi awal berkas His sampai ke titik aktivasi lengkap pada otot jantung. Variasi VAT tergantung dari ketebalan otot ventrikel. Rasio VAT merupakan perbandingan waktu yang diperlukan oleh impuls untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium) ke permukaan luar ventrikel (epikardium) antara ventrikel kanan dan kiri. Nilai normal rasio VAT adalah <1. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran rasio ventrikel kanan dan kiri pada hasil rekam jantung lansia di Panti Sosial “Budi Sejahtera” Landasan Ulin. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional dengan subyek 44 orang Lansia yang memenuhi persyaratan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil normal atau rasio VAT <1 sebesar 41%, dan hasil VAT yang memanjang atau rasio VAT >1 sebesar 59%. Pada setiap kelompok usia terdapat adanya rasio VAT yang memanjang.
Kata-kata kunci : Ventricle Activation Time, rasio, ventrikel
ABSTRACT
DESCRIPTION OF VENTRICLE ACTIVATION TIME (VAT) IN GERIATRY OF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARCH 2008
M. Thaufiqurrakhman
VAT represent the distance between start from complex QRS and culminate wave R. This depict the time which is gone through from activation early binding His to complete activation dot at heart muscle. Variation of VAT depended from thick of muscle ventricle. Ratio VAT represent the time comparison needed by impulse to disseminate from surface in ventricle (endocardium) to external surface of ventricle (epicardium) between left and right ventricle. Normal value of ratio VAT is <1. This research target to know the left and right ratio ventricle at result record the heart older people in Panti Social "Budi Sejahtera" Landasan Ulin. This is observational study with 44 geriatries which has fulfilled the requirement of the examination. Result of research indicate that the normal result or ratio VAT <1 equal to 41%, and result of long VAT or ratio VAT >1 equal to 59%. In each age group there are existence of long ratio VAT.
Key words : Ventricle activation time, ratio, ventricle
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“GAMBARAN RASIO VENTRICLE ACTIVATION TIME (VAT) HASIL
REKAM JANTUNG PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI SEJAHTERA LANDASAN ULIN MARET 2008” tepat
pada waktunya.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini telah melibatkan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
Kedua orang tuaku, Bapak Rusniansyah dan Ibu Satia Noor, Adik-adikku
Nur Aina Hafizah dan Ahmad Luthfi Anshari, yang telah memberikan dukungan,
semangat, dan doa setiap saat.
dr. Fakhrurrazy, M. Kes selaku pembimbing utama dan dr. Asnawati
selaku pembimbing pendamping atas segala arahan, bimbingan, bantuan serta
sumbangan pemikiran yang telah banyak diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat terselesaikan.
dr. Edison, M. Kes. selaku dewan penguji yang telah memberikan
masukan, saran, kritik, serta koreksi guna membantu penyempurnaan pembuatan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Dengan demikian, penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk penyempurnaan karya tulis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan informasi yang berharga dan bermanfaat bagi semua.
Banjarbaru, November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................3
C. Tujuan Penelitian..............................................................3
D. Manfaat Penelitian............................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Konduksi Jantung..................4
B. Elektrokardiograf....................................................................6
C. Proses Penuaan Pada Jantung.................................................7
D. Nomenklatur...........................................................................10
E. Ventricle Activation Time.......................................................12
F. Psikogeriatri.............................................................................14
BAB III LANDASAN TEORI.................................................................. 17
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian.............................................................19
B. Populasi dan Sampel..............................................................19
C. Instrumen Penelitian ..............................................................20
D. Variabel Penelitian.................................................................20
E. Definisi Operasional ..............................................................20
F. Prosedur Penelitian.................................................................21
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data...........................24
H. Waktu dan Tempat Penelitian................................................25
BAB V.....................................................................................................HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 26
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN………………………………………………... 32
B. SARAN…………………………………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1 Subyek penelitian berdasarkan rentang usia dan jenis kelamin..... 26
5.2 Hasil pengumpulan dan pengolahan rasio VAT pada ventrikel kanan dan kiri pada lansia Budi Sejahtera Tahun 2008................ 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Anatomi Jantung............................................................................ 4
2.2 Sistem Konduksi Jantung............................................................... 5
2.3 Sinyal Kalibrasi Standar................................................................. 6
2.4 Gelombang Normal EKG............................................................... 10
3.1 Skema penelitian ventricle activation time ……………………… 18
5.1 Diagram persentasi rasio VAT pada ventrikel kanan dan kiripada Lansia Budi Sejahtera Tahun 2008………………………… 27
5.2 Rasio VAT >1 terhadap aksis longitudinal jantung……………... 29
5.3 Grafik hubungan kelompok usia terhadap rasio VAT…………... 31
5.4 Diagram hubungan jenis kelamin terhadap rasio VAT…………. 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Survey Probandus
2. Informed Consent Subjek Penelitian EKG
3. Data subyek penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
4. Tabel Pengumpulan dan Pengolahan Rasio VAT pada Ventrikel Kanan dan Kiri
5. Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak tahan terhadap jejas, termasuk
infeksi. Pada orang lanjut usia (lansia), terdapat kemunduran organ tubuh seperti
otot, tulang, sistem saraf, jantung, serta pembuluh darah (1).
Umur merupakan salah satu faktor utama untuk menderita penyakit
kardiovaskular. Penyakit jantung dan stroke meningkat perlahan pada usia lebih
dari 65 tahun. Orang-orang usia tersebut atau lebih, rentan untuk terkena serangan
jantung, stroke, penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi yang menuju
pada gagal jantung jika dibandingkan orang muda (2).
Jantung merupakan sebuah organ manusia yang berfungsi memompa darah
ke seluruh tubuh dan mampu memproduksi muatan listrik. Aktivitas bioelektrik
jantung disalurkan melalui pencetus aksi potensial secara bergelombang ke
seluruh jantung. Alat medis yang dapat digunakan untuk merekam aktivitas
elektrik jantung tersebut adalah elektrokardiograf (EKG), melalui elektroda yang
diletakkan secara spesifik di atas permukaan kulit. Rangkaian elektroda ini
dinamakan sadapan atau lead (3).
Grafik EKG merupakan pencerminan perubahan listrik yang dimulai dari
atrium dan berakhir di ventrikel. Aktivitas ventrikel menimbulkan kompleks QRS.
Jarak antara gelombang Q ke puncak gelombang R disebut Ventricle Activation
Time (VAT) yang menggambarkan waktu yang diperlukan oleh impuls untuk
menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium) ke permukaan luar
ventrikel (epikardium). Nilai normal VAT di V1-V2 < 0,03 detik dan di V5-V6 <
0,05 detik (4,5,6).
Rasio VAT merupakan perbandingan waktu yang diperlukan oleh impuls
untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium) ke permukaan
luar ventrikel (epikardium) antara ventrikel kanan dan kiri. Nilai normal rasio
VAT adalah < 1. Rasio VAT bermakna klinis sebagai penanda terjadinya
hipertrofi ventrikel, infark, Bundle Branch Block (BBB) dan lain-lain. Ventricle
Activation Time berhubungan dengan pengisian dan pompa jantung (7,8).
Berdasarkan penelitian tentang penuaan, pada rekaman EKG ditemukan
perpanjangan komplek QRS. Pengamatan tunggal kompleks QRS pada lansia
sangat penting karena bernilai tinggi sebagai diagnosis terjadinya gagal jantung.
Pada lansia juga terdapat gangguan konduksi intraseluler dan yang paling sering
adalah blok atrioventrikuler. Gangguan kompleks QRS tersebut dapat juga
ditemukan pada orang dewasa dengan kadar timbal yang tinggi terkandung di
dalam darah dan tulang. Pada lansia jumlah jaringan ikat jantung meningkat,
penumpukan lipofuscin pada otot jantung dan kekuatannya menurun (4,5,9).
Penelitian tentang variasi normal nilai rasio VAT pada lanjut usia belum
pernah dilakukan. Mengingat pentingnya arti klinis dari VAT tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian tentang gambaran Elektrokardiograf mengenai rasio VAT
pada lanjut usia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran rasio VAT antara ventrikel kanan dan kiri pada hasil
rekam jantung lansia di Panti Sosial Tresna Werdha ”Budi Sejahtera” Landasan
Ulin, Banjarbaru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui gambaran rasio VAT antara ventrikel kanan dan kiri pada
hasil rekam jantung lansia di Panti Sosial Tresna Werdha ”Budi Sejahtera”
Landasan Ulin, Banjarbaru.
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengukur besarnya VAT pada sadapan prekordial.
2. Menghitung rasio VAT antara ventrikel kanan dan kiri.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran
keadaan sistem konduksi dan penebalan otot jantung yang dapat bermakna
fisiologis maupun patologis pada lansia. Selain itu, hasil penelitian ini dapat juga
digunakan sebagai data pendahuluan untuk bahan penelitian berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan fisiologi sistem konduksi jantung
Jantung terdiri atas empat ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kanan dan ventrikel kiri (Gambar 2.1). Ruangan-ruangan ini dibatasi
oleh katup-katup jantung, yatitu katup trikuspid mengatur aliran darah antara
atrium kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal mengontrol aliran darah dari
ventrikel kanan ke arteri pulmonal, katup mitralis mengatur aliran darah kaya O2
paru dari atrium kiri ke ventrikel kiri, serta katup aorta yang membuka aliran
darah kaya O2 dari ventrikel kiri ke aorta. Ditinjau dari sudut kelistrikannya
jantung hanya terdiri dari dua bagian, karena kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, demikian juga kedua ventrikel. Oleh karena massa otot atrium relatif
lebih sedikit, maka depolarisasi yang ditimbulkannya juga kecil (10,11).
Gambar 2.1 Anatomi Jantung (10,11)
Kontraksi otot manapun akan selalu menimbulkan perubahan kelistrikan
yang dikenal dengan istilah potensial aksi. Potensial yang timbul pada otot
jantung (miokardium) dan jaringan transmisi jantung inilah yang memberikan
gambaran kelistrikan jantung. Penjalaran potensial aksi jantung dapat dideteksi
dengan menempatkan elektroda di permukaan tubuh (12,13).
Siklus depolarisasi jantung dimulai dari suatu tempat di atrium kanan yang
disebut nodus sinoatrium (nodus SA) dan menyebar ke serat-serat otot atrium.
Kemudian depolarisasi merambat ke suatu tempat di atrium yang disebut nodus
atrioventrikular (nodus AV). Dari tempat ini depolarisasi dihantarkan dengan
cepat sekali melalui jaringan konduksi khusus yaitu jalur tunggal berkas His, yang
bercabang dua di septum antara ventrikel menjadi cabang berkas kanan (right
bundle branch) dan cabang berkas kiri (left bundle branch). Selanjutnya melalui
serabut purkinje, aliran listrik menyebar ke otot-otot ventrikel (Gambar 2.2)
(12,13).
Gambar 2.2 Sistem Konduksi Jantung (12,13)
Penghantaran gelombang depolarisasi disebut dengan impuls jantung.
Sewaktu gelombang tersebut berjalan melalui jantung, arus listrik menyebar ke
dalam jaringan di sekitar jantung dan sebagian kecil menyebar ke permukaan
tubuh. Bila elektroda dipasang di permukaan tubuh pada sisi yang berhadapan
dengan jantung, potensial listrik yang dibangkitkan oleh jantung dapat direkam
(14).
B. Elektrokardiograf
Elektrokardiograf (EKG) merupakan alat bantu diagnosis utama dalam
penilaian fungsi kardiovaskular dan merupakan perlengkapan medis yang
merekam aktivitas kelistrikan jantung dari peletakan-peletakan elektroda di
permukaan kulit pada lokasi-lokasi tertentu. Aktivitas kelistrikan dideteksi oleh
mesin EKG dalam satuan miliVolt (mV). Kalibrasi standar yaitu tinggi amplitudo
dari 1 mV akan menggerakkan jarum rekam secara vertikal setinggi 1 cm
(Gambar 2.3) (3,12,15).
Gambar 2.3 Sinyal Kalibrasi Standar (3,12,15)
Rekaman standar dari elektrokardiograf adalah 25 mm/detik. Kertas
rekaman dibagi dalam kotak besar, masing-masing mempunyai panjang 5 mm dan
equivalen dengan 0,2 detik. Tiap kotak besar terbagi dalam 5 kotak kecil, masing-
masing mempunyai panjang 1 mm dan equivalen dengan 0,04 detik (12,15).
Kontraksi dan relaksasi dari otot jantung dihasilkan oleh depolarisasi dan
repolarisasi sel miokardium. Aktivitas listrik ini diubah oleh elektroda yang
diletakkan di ekstremitas dan dinding dada lalu dicatat pada kertas grafik yang
kemudian disebut dengan elektrokardiogram (12,15).
Amplitudo dari hasil elektrokardiograf dipengaruhi oleh massa miokardium,
vektor depolarisasi, ketebalan dan fungsi dari jaringan interventrikular, dan jarak
antara elektroda dengan miokardium. Penderita dengan ventricular hypertrophy
relatif mempunyai massa miokardium yang lebih besar yang kemudian
menghasilkan amplitudo yang tinggi pada hasil rekaman EKG (12,15).
C. Proses penuaan pada jantung
Menurut World Health Organization pembagian kriteria tentang penuaan
adalah usia 60-75 tahun disebut cukup tua, usia 76-90 tahun disebut tua dan usia
>90 tahun disebut sangat tua. Biasanya digunakan usia >65 tahun sebagai
patokan. Beberapa peneliti menggunakan umur >30 tahun sebagai awal proses
penuaan karena pada umur tersebut seluruh proses dan metabolisme di dalam
tubuh manusia sudah berfungsi dengan sempurna dan maksimal (16).
Jantung sangat peka terhadap perubahan biologis akibat pertambahan usia.
Kuantitas dari jaringan ikat (kolagen) pada otot jantung mengalami peningkatan,
terutama sekali pada endokardium dan perikardium, dimana lipofuscin disimpan
didalam miokardium. Oleh beberapa penulis, dari empat dekade awal kehidupan,
cardiac output menurun sekitar 10% tiap dekade, stroke volume menurun sekitar
7% tiap dekade, tahanan pembuluh darah perifer meningkat lebih sekitar 12%. Ini
berarti bahwa jika kita bandingkan usia dari 30 tahun dengan 90 tahun, cardiac
output bisa mengalami penurunan sekitar 60% denyut volume untuk sekitar 42%
dan tahanan pembuluh darah perifer meningkat sekitar 72% (16).
Sel dari nodus sinoatrium digantikan oleh jaringan ikat, frekuensi jantung
pelan-pelan berkurang, sehingga jantung secara mencolok akan bereaksi lebih
pelan dengan penurunan frekuensi. Kapasitas dari melakukan aktivitas fisik
dengan bertambahnya usia dapat menjadi dua kali lipat menurun, keduanya
berkaitan dengan penurunan cardiac output, pada kapasitas vital paru, jumlah otot
yang turut berperan dalam pernafasan, mengalami peningkatan jumlah pada
jaringan lemak, dan kehilangan mineral pada isi tulang (16).
Seperti disebutkan bahwa potensial aksi dipicu oleh pembukaan natrium dan
kemudian gerbang kalsium di dalam membran. Potensial aksi mengalami
pemanjangan pada jantung yang lebih tua dan mungkin disebabkan oleh
perpindahan kalsium yang lebih lama. Hal ini terjadi karena sesuai menuanya
jantung, mengakibatkan kemunduran koordinasi dalam kedua aktivitas dan jumlah
protein yang terlibat di dalam potensial aksi seperti halnya protein tersebut
bereaksi terhadap sinyal. Potensial aksi yang diperpanjang menghasilkan
perpindahan kalsium yang lama pula, yang pada gilirannya, mengakibatkan
kontraksi yang lama. Masing-masing dari proses ini dikontrol oleh protein
spesifik (2).
Potensial aksi yang diperpanjang membantu jantung yang lebih tua bekerja
dengan baik dalam semua situasi. Ini dilakukan melalui dua cara. Pertama, pori-
pori pada membaran miosit tetap terbuka lebih lama untuk mengijinkan lebih
banyak kalsium yang masuk ke dalam sel setiap denyutan. Kedua, protein yang
membawa kalsium keluar dari sel dan natrium kembali bekerja lebih lambat. Hasil
bersihnya adalah lebih banyaknya kalsium yang tersedia di dalam sel. Efek dari
hal ini adalah mengijinkan retikulum endoplasma yang lebih lemah, yang mana
memiliki lebih sedikit pompa, untuk mengisi kalsium sebagai persiapan denyutan
berikutnya. Tetapi penyesuaian ini, sama seperti kebanyakan adaptasi
kardiovaskuler yang lain, mungkin menurun (2).
Sebagai contoh, dalam penuaan jantung adaptasi potensial aksi yang lama
bekerja sesuai dengan irama jantung yang rendah. Tetapi selama irama jantung
yang cepat, potensial aksi yang lama memberikan kontribusi dalam disregulasi
kalsium pada miosit. Sebagai hasilnya, jantung yang lebih tua tidak merespon
secara dinamik untuk kebutuhan tubuh seperti halnya pada jantung yang muda.
Jadi, potensial aksi yang diperpanjang merupakan alasan logis bahwa orang yang
lebih tua tidak bisa melakukan kegiatan lebih banyak dibandingkan yang lebih
muda (2).
D. Nomenklatur
Abnormalitas dari elektrokardiograf dapat diketahui dengan terlebih dahulu
memahami batasan-batasan normal dari gambaran yang dihasilkan tersebut
(Gambar 2.4) (17,18,).
Gambar 2.4 Gelombang Normal EKG (17,18)
1. Gelombang P
Nodus SA yang terletak pada dinding kanan atas atrium kanan akan
menginisiasi depolarisasi atrium, menghasilkan gelombang P pada
elektrokardiograf. Amplitudo gelombang P jarang melebihi dua stengah kotak
kecil (0,25 mV). Durasi dari gelombang P tidak lebih dari tiga kotak kecil (0,12
detik) (17,18,19).
2. Interval PR
Interval PR merupakan waktu antara dimulainya depolarisasi dari atrium
sampai berakhirnya depolarisasi dari ventrikel, dimana pada elektrokardiograf
dimulai dari awal gelombang P sampai akhir dari kompleks QRS. Durasi normal
dari inerval PR adalah 3-5 kotak kecil (0,12-0,20 detik) (17,18,19).
3. Kompleks QRS
Kompleks QRS dihasilkan oleh aktivitas listrik pada depolarisasi ventrikel.
Durasi dari kompleks QRS tidak lebih dari 2,5 kotak kecil (0,10 detik).
Perlambatan pada depolarisasi ventrikel misalnya Bundle Branch Block akan
memberikan durasi yang abnormal pada kompleks QRS (>0,12 detik) (20,21).
4. Segmen ST
Akhir dari kompleks QRS disebut dengan J point atau ST junction. Segmen
ST dimulai dari J point sampai awal terbentuknya gelombang T, menggambarkan
periode antara akhir depolarisasi ventrikel sampai dimulainya repolarisasi
(17,18,19).
5. Gelombang T
Repolarisasi dari ventrikel menghasilkan gelombang T. Gambaran
gelombang T normal adalah asimetris. Defleksi positif terjadi secara perlahan
sampai pada puncak pada tengah gelombang awal, kemudian secara curam pada
setengah gelombang akhir. Peningkatan tinggi gelombang T dapat dihubungkan
dengan iskemik miokard akut dan salah satu ciri dari hiperkalemia (17,18,19).
6. Interval QT
Interval QT dimulai dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T dan
mewakili periode dari depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Gambaran umum
interval QT adalah 0,35 – 0,45 detik, dan tidak lebih dari setengah panjang
interval RR. Interval QT biasanya memanjang seiring dengan perkembangan usia
dengan tendensi yang lebih besar pada wanita daripada laki-laki (17,18).
E. Ventricle Activation Time (VAT)
VAT merupakan jarak antara permulaan dari kompleks QRS dan puncak
gelombang R. Ini menggambarkan waktu yang ditempuh dari aktivasi awal berkas
His sampai ke titik aktivasi lengkap pada otot jantung. Variasi VAT tergantung
dari ketebalan otot ventrikel. Batas normal tertinggi pada V1 dan V2 (ventrikel
kanan) ialah 0,03 detik dan batas normal tertinggi pada V5 dan V6 (ventrikel kiri)
ialah 0,05 detik (4).
Gelombang eksitasi menyebar melalui jaringan Purkinje ke endokardium.
Kemudian berjalan ke sisi kanan melalui miokardium dari endokardium ke
permukaan epikardium, hal ini menghasilkan lonjakan gelombang R. Puncak dari
gelombang R menggambarkan aktivasi lengkap dari dinding ventrikular di bawah
elektroda. Ketika gelombang eksitasi mencapai epikardium, potensial listrik
secara cepat menurun ke nol, ini merupakan penurunan dari gelombang R. Oleh
karena itu, hipertrofi dari kedua ventrikel selalu memperpanjang waktu yang
disebabkan oleh gelombang eksitasi yang berjalan dari endokardium ke
epikardium yang digambarkan dengan pemanjangan VAT (4).
Blok pada cabang berkas His, VAT dari bilik yang terlibat terlihat
memanjang, hal ini berhubungan dengan rute yang tidak pasti oleh eksitasi
gelombang yang menuju dinding ventrikel. Pada kasus ini, akan dihasilkan
gambaran gelombang R yang bifida dan VAT diukur sampai puncak kedua yang
merupakan awal dari defleksi intrinsik (4).
Rasio VAT merupakan perbandingan waktu yang diperlukan oleh impuls
untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium) ke permukaan
luar ventrikel (epikardium) antara ventrikel kanan dan kiri. Nilai normal rasio
VAT adalah <1. Rasio VAT bermakna klinis sebagai penanda terjadinya
hipertrofi ventrikel, Bundle Branch Block (BBB), infark pada jantung dan lain-
lain (4).
Perubahan pada rasio VAT berhubungan dengan perubahan pada tekanan
sistolik dan diastolik pada jantung. Perubahan yang mencolok akan menyebabkan
menurunnya fungsi jantung sebagai pompa darah (4,7,8).
F. Psikogeriatri
Pada lanjut usia, kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian
dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Dalam pelayanan terhadap lanjut usia
agar tidak timbul salah paham sebaiknya dilakukan kontak mata, saling
memandang. Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan
bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat lebih
mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat dalam berkomunikasi
akan menimbulkan rasa aman dan diterima. Mereka akan lebih tenang, lebih
senang, merasa aman, merasa diterima, merasa dihormati dan sebagainya (23).
Pada lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat penurunan kinerja baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Penurunan itu bersifat wajar sesuai
perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.
Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka perlu diberikan latihan-
latihan ketrampilan untuk tetap mempertahankan kinerja (23).
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin banyak.
Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat
karena terjadi penurunan fungsi indra pada lanjut usia. Hambatan yang lain dapat
berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain, yang berakibat
bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama (23).
Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang
seringkali paling awal mengalami penurunan. Pada lanjut usia yang menderita
demensia, gangguan yang terjadi adalah mereka tidak dapat mengingat peristiwa
atau kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah lama terjadi, masih
diingat. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh
sebab itu dalam proses pelayanan terhadap lanjut usia, sangat perlu dibuatkan
tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu
daya ingat mereka (23).
Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk
bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut oleh
lingkungannya. Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif.
Motif Kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan
untuk mencapai tujuan tertentu. Motif ini mendorong manusia untuk belajar dan
ingin mengetahui. Motif Afektif lebih menekankan aspek perasaan dan kebutuhan
individu untuk mencapai tingkat emosional tertentu. Motif ini akan mendorong
manusia untuk mencari dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis
dan sosial dalam kehidupannya dan individu akan menghayatinya secara
subyektif. Pada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun afektif untuk
mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut seringkali
kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal
diinginkan banyak berhenti di tengah jalan (23).
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul,
kemudian dianalisa, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif
kemudian baru diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan pada lanjut usia
sering lambat atau seolah-olah terjadi penundaan, oleh sebab itu, mereka
membutuhkan petugas atau pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan
mereka. Keputusan yang diambil tanpa dibicarakan dengan mereka, akan
menimbulkan kekecewaan dan mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh
karena itu dalam pengambilan keputusan, kaum tua tetap dalam posisi yang
dihormati (23).
Bijaksana adalah aspek kepribadian (personality), merupakan kombinasi
dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Kebijaksanaan menggambarkan sifat dan
sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara baik dan buruk serta
untung ruginya sehingga dapat bertindak secara adil atau bijaksana.
Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan kepribadian seseorang.
Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia termasuk psikogeriatik mereka
harus memperoleh pelayanan yang penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang
ada pada masing-masing individu yang dilayani tetap terpelihara (23).
BAB III
LANDASAN TEORI
Jantung merupakan sebuah organ manusia yang berfungsi memompa darah
ke seluruh tubuh dan mampu memproduksi muatan listrik. Aktivitas bioelektrik
jantung disalurkan melalui pencetus aksi potensial secara bergelombang ke
seluruh jantung. Alat medis yang dapat digunakan untuk merekam aktivitas
elektrik jantung tersebut adalah elektrokardiograf (EKG), melalui elektroda yang
diletakkan secara spesifik di atas permukaan kulit. Rangkaian elektroda ini
dinamakan sadapan atau lead (3).
Grafik EKG merupakan pencerminan perubahan listrik yang dimulai dari
atrium dan berakhir di ventrikel. Aktivitas ventrikel menimbulkan kompleks QRS.
Bila defleksi pertama ke bawah, disebut gelombang Q. Bila defleksi pertama ke
atas disebut gelombang R, sedangkan defleksi ke bawah sesudah R adalah
gelombang S. Jarak antara gelombang Q ke puncak gelombang R disebut
Ventricle Activation Time (VAT yang menggambarkan waktu yang diperlukan
oleh impuls untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium) ke
permukaan luar ventrikel (epikardium). Nilai normal VAT di V1-V2 < 0,03 detik
dan di V5-V6 < 0,05 detik. Vat tersebut memanjang pada Bundle Branch Block
(BBB), hipertrofi ventrikel dan lain-lain (4,5,6).
VAT merupakan jarak antara permulaan dari kompleks QRS dan puncak
gelombang R. Ini menggambarkan waktu yang ditempuh dari aktivasi awal berkas
His sampai ke titik aktivasi lengkap pada otot jantung. Variasi VAT tergantung
dari ketebalan otot ventrikel. Batas normal tertinggi pada V1 dan V2 (ventrikel
kanan) ialah 0,03 detik dan batas normal tertinggi pada V5 dan V6 (ventrikel kiri)
ialah 0,05 detik (4).
Rasio VAT merupakan perbandingan waktu yang diperlukan oleh impuls
untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium) ke permukaan
luar ventrikel (epikardium) antara ventrikel kanan dan kiri. Nilai normal rasio
VAT adalah < 1. Rasio VAT bermakna klinis sebagai penanda terjadinya
hipertrofi ventrikel, infark, Bundle Branch Block (BBB) dan lain-lain. Ventricle
Activation Time berhubungan dengan pengisian dan pompa jantung (7,8).
Gambar 3.1 Skema penelitian ventricle activation time
Waktu
Impuls
Endokardium
Epikardium
Ventrikel kiri
Ventrikel kanan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional dengan
pendekatan cross sectional.
B. Populasi dan sampel
Populasi yang diambil untuk penelitian ini adalah orang usia lanjut di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan Ulin. Berdasarkan data di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan Ulin, jumlah populasi usia lanjut
di Panti tersebut 170 orang.
Sampel diambil dari populasi yang memenuhi syarat penelitian, yaitu
bersedia untuk dilakukan penyadapan, usia 60 tahun ke atas, tidak ada riwayat
sakit jantung, dalam keadaan tenang, memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) antara
18 - 25 Kg/m2 dan tampak dalam keadaan sehat berdasarkan tanda vital dan
obsevasi klinis sederhana. Selain itu sampel dalam 2 jam sebelumnya tidak
mengonsumsi secara berlebihan makanan dan minuman yang mempengaruhi hasil
penyadapan seperti makanan yang mengandung elektrolit tinggi dan minuman
suplemen pengganti ion dalam jangka waktu 1 x 24 jam sebelum penelitian.
Dalam 3 hari sebelumnya tidak menggunakan obat-obatan yang mengganggu
hasil penyadapan, khususnya obat-obat yang mempengaruhi fungsi jantung dan
saraf otonom seperti digitalis, kuinidin, flekainamid, propanolol, verapamil,
diltiazem, dan lain-lain.
C. Instrumen penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jelly EKG (Signa Gel®,
Parker Laboratories, Inc - USA), kapas, dan alkohol 70%.
2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat mesin EKG
(ECG-3006 ® Shenzen Biocare Electronic Co., Ltd – South Korea), kertas
perekam EKG (Cardiograph-Paper, Fukuda ® M.E Kogyo Co., Ltd – Japan),
timbangan (Soehnlo ® – Germany), pengukur tinggi badan (Stature Meter 2M –
USA), Spygmomanometer air raksa (Nova ®), stetoskop (Littmann ® - America),
dan kuesioner.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah rasio VAT antara ventrikel kanan dan
ventrikel kiri.
E. Definisi Operasional
Rasio VAT merupakan perbandingan waktu yang diperlukan oleh impuls
untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium) ke permukaan
luar ventrikel (epikardium) antara ventrikel kanan dan kiri. VAT diperoleh dengan
mengukur besarnya jarak antara awal gelombang Q sampai ke puncak gelombang
R dalam satuan detik. Pada ventrikel kanan ditentukan dari sadapan V1 atau V2
dan ventrikel kiri dari sadapan V5 atau V6. Penentuan sadapan yang digunakan
didasarkan pada aksis longitudinal jantung.
Aksis longitudinal jantung diperoleh dengan menentukan letak zona transisi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan tinggi gelombang R dan S
pada sadapan prekordial (V1–V6). Rasio RS yang paling mendekati 1 adalah letak
zona transisi. Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan
kategori tertentu yaitu aksis longitudinal normal jika zona transisi terletak pada
sadapan V3-V4. Jika terletak pada V5-V6 disebut Clock Wise Rotation/CWR dan
Counter Clock Wise Rotation/CCWR jika terletak pada sadapan V1-V2.
Jika aksis longitudinal jantungnya normal, maka digunakan sadapan V 2 dan
V5. Tetapi jika menunjukkan CWR, maka digunakan sadapan V2 dan V6, dan jika
CCWR maka digunakan sadapan V1 dan V5. Rasio VAT didapat berdasarkan
perhitungan rasio secara umum, yaitu :
Rasio VAT = VAT ventrikel kanan VAT ventrikel kiri
Nilai normal rasio VAT adalah <1. Dan dikatakan rasio VAT memanjang jika
nilai rasio VAT >1.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibedakan menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap
penyadapan serta tahap pengamatan dan interpretasi.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahapan sesaat sebelum dilakukan penelitian sampai
kepada tahap penentuan apakah subyek penelitian layak untuk diikutkan dalam
penelitian. Tahap ini terdiri dari beberapa proses, yaitu :
a. Pengisian Kuesioner dan Informed Consent oleh Subyek Penelitian
Tahap ini dilakukan sesaat sebelum penelitian. Kuesioner berisikan tentang
identitas diri dan persyaratan bagi subyek penelitian yang telah ditetapkan oleh
peneliti (lampiran 1). Informed Consent berisi persetujuan subyek penelitian
dalam penelitian EKG (lampiran 2). Ekslusi dilakukan apabila subyek penelitian
dianggap tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Pengisian kuesioner dan Informed Consent dilakukan oleh subyek penelitian
dengan bimbingan peneliti.
b. Pengukuran Tinggi dan Berat Badan serta Tanda Vital oleh Peneliti
Setelah subyek penelitian melewati tahap pertama, barulah kemudian
dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pada pengukuran berat
badan, subyek penelitian diminta untuk melepaskan alas kaki dan berdiri di atas
alat ukur berat badan dengan berpakaian seminimal mungkin, melepaskan pakaian
yang berat (misalnya jaket dan ikat pinggang) maupun benda-benda yang melekat
di tubuh subyek penelitian (jam tangan, gelang dan lain-lain yang mempengaruhi
berat badan). Pengukuran dilakukan oleh peneliti dengan pengulangan sebanyak 3
kali dan diambil rata-rata. Berat badan subyek penelitian dicatat dalam satuan
kilogram (Kg) dengan ketelitian 0,1 Kg. Pada pengukuran tinggi badan, subyek
penelitian diminta untuk melepaskan alas kaki. Kemudian subyek penelitian
diminta untuk berdiri tegak lurus dengan tumit, bokong, bagian dorsal tubuh dan
ubun-ubun terletak dalam satu garis vertikal yang sejajar dengan tembok tempat
bersandar. Kedua mata kaki sebelah dalam saling bersentuhan, tangan dalam
posisi rapat di sisi tubuh, bagian bawah mata dan telinga terletak dalam satu garis
horizontal yang sejajar dengan lantai. Tinggi badan diukur oleh peneliti dari ujung
kaki sampai puncak kepala. Pengukuran dilakukan dengan pengulangan sebanyak
3 kali dan diambil rata-rata. Data tinggi badan yang diperoleh dicatat dalam satuan
meter (m) dengan ketelitian 0,01 m. Tanda vital subyek penelitian yaitu, tekanan
darah diukur menggunakan spygmomanometer air raksa dan stetoskop sedangkan
frekuensi denyut nadi dihitung dengan meraba arteri radialis subyek penelitian
dan menghitung denyutnya dalam satu menit.
c. Menjaga Ketenangan Fisik dan Mental Subyek Penelitian
Tahap ini adalah tahap yang sangat menentukan keberhasilan penelitian,
sebab subyek penelitian yang diperlukan harus dalam keadaan tenang, tidak
melakukan aktivitas fisik, ataupun dalam keadaan cemas dan depresi.
d. Persiapan Awal Penyadapan
Tahap ini meliputi persiapan perangkat EKG, seperti elektroda, kertas
pencatat, jelly, dan alat-alat lain yang diperlukan.
2. Tahap Penyadapan
Subyek penelitian diminta untuk berbaring dengan santai pada tempat yang
telah disiapkan. Alat perekam EKG disiapkan sesuai dengan petunjuk dan
spesifikasinya, diletakkan di atas meja dekat dengan sumber listrik dan dipastikan
sumber tenaganya. Kulit ekstremitas subyek penelitian dipastikan bersih sebelum
memberi jelly elektroda. Setelah itu lempeng elektroda dipasang pada masing-
masing pergelangan tangan dan kaki sesuai dengan aturan baku pemasangan
sadapan EKG ekstremitas.
Keenam suction elektroda diletakkan pada tempat tertentu di dinding anterior
dada sesuai dengan aturan baku pemasangan sadapan EKG prekordial (dada).
Setelah itu mesin EKG dihidupkan dengan cara menekan tombol power.
Standardisasi kalibrasi alat dilakukan dengan standar pencatatan 1 mV sama
dengan 1 cm dan kecepatan pemutaran kertas 25 cm/menit. Perekaman EKG
diletakkan pada sadapan unipolar dada (V1, V6) dan unipolar ekstremitas (aVL dan
aVF).
Kertas hasil perekaman dipotong secara perlahan dan hati-hati agar tidak
merusak hasil perekaman. Tempat perekaman elektroda yang melekat pada tubuh
subyek penelitian dilepaskan, pasta pada tempat perekaman dibersihkan dengan
kapas yang telah dibasahi alkohol 70%. Lempeng elektroda dibersihkan dari sisa
pasta yang tertinggal serta alat-alat EKG dibersihkan dan dikembalikan pada
tempat semula.
3. Tahap Perhitungan
Besarnya jarak antara awal gelombang Q sampai ke puncak gelombang R
diukur pada sadapan V1 atau V2 dan V5 atau V6. Kemudian rasio antara VAT
ventrikel kanan dan kiri dihitung.
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data dikumpulkan dalam bentuk tabel dan dilakukan pengolahan
statistik deskriptif yang didasarkan pada nilai VAT ventrikel kanan, VAT
ventrikel kiri, dan rasio VAT.
H. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Landasan Ulin pada bulan Maret 2008.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Telah dilaksanakan penelitian pada bulan Maret 2008 dengan mengukur
rasio ventricle activation time (VAT) jantung pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru, dimana didapatkan subjek sebanyak 44 orang
yang telah memenuhi kriteria inklusi. Adapun rentang usia dan jenis kelamin
subyek penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Subyek penelitian berdasarkan rentang usia dan jenis kelamin
No Rentang UsiaJenis Kelamin
Jumlah (orang)L P
1 60-64 tahun 6 6 12
2 65-69 tahun 5 7 12
3 70-74 tahun 4 4 8
4 75-79 tahun - 5 5
5 80-84 tahun - 3 3
6 85-89 tahun 2 1 3
7 90-94 tahun - 1 1
Jumlah 17 27 44
Pengukuran ventricle activation time jantung ini dilakukan dengan
menggunakan sadapan V1/V2 dan V5/V6 untuk mengetahui waktu yang diperlukan
impuls untuk menyebar dari endokardium ke epikardium jantung subyek.
Pada penelitian didapatkan bahwa seluruh subyek penelitian memperlihatkan
rasio ventricle activation time yang beragam. Secara lengkap nilai pengukuran
rasio ventricle activation time pada hasil EKG orang lanjut usia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru disajikan dalam tabel berikut:
Gambar 5.1. Diagram persentasi rasio VAT pada ventrikel kanan dan kiri pada Lansia Budi Sejahtera Tahun 2008.
Table 5.2. Hasil pengumpulan dan pengolahan rasio VAT pada ventrikel kanan dan kiri pada lansia budi sejahtera tahun 2008.
nilai Mean SD max Min
VAT ventrikel kanan 0.02 0.0077 0.04 0.01
VAT ventrikel kiri 0.02 0.0066 0.04 0.01
Rasio VAT (detik) 0.98 0.43 2 0.50
Berdasarkan diagram 5.1 menunjukkan bahwa sebanyak 26 orang lansia atau
sebesar 59% dari subjek penelitian termasuk dalam kategori rasio VAT
memanjang atau rasio VAT > 1, dan sebanyak 18 orang atau sebesar 41%
termasuk dalam kategori normal atau rasio VAT < 1. Hal ini berarti pada lansia
vat > 1 (rasio VAT memanjang)
59%
vat < 1 (normal)41%
sebagian besar telah terjadi rasio VAT yang memanjang. Berdasarkan penelitian
tentang penuaan, pada rekaman EKG ditemukan perpanjangan kompleks QRS.
Rasio VAT tersebut mendekati dengan mean yang didapatkan pada hasil
penelitian ini. Hal ini dikarenakan pada lansia cenderung mengalami
perpanjangan VAT karena adanya penurunan jumlah sel pacu jantung di nodus
SA. Hal ini yang menyebabkan gangguan pada sistem konduksi jantung (9).
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan mean VAT
pada ventrikel kanan sebesar 0,02 + 0,0077 detik, ini menggambarkan waktu yang
diperlukan impuls untuk dapat menyebar ke seluruh otot ventrikel kanan.
Berdasarkan kepustakaan, nilai normal tertinggi VAT pada ventrikel kanan adalah
sebesar < 0,03 detik dan dari hasil yang didapatkan rata-rata VAT ventrikel kanan
pada lansia berada dalam batas normal (2,4).
Hasil pengukuran besar VAT pada ventrikel kanan memiliki nilai tertinggi
sebesar 0,04 detik yang menunjukkan VAT memanjang yang kemungkinan terjadi
akibat adanya hambatan pada penghantaran konduksi jantung dan mungkin juga
terjadi akibat penambahan massa atau pembesaran otot pada ventrikel tersebut.
Pada penelitian ini 50% subyek penelitian yang mengalami pemanjangan VAT
tersebut mempunyai zona transisi pada sadapan V4 yang berarti normal
(diperlihatkan gambar 5.2). Berdasarkan aksis longitudinal jantung ini dapat
diketahui bahwa ventrikel kanannya terletak pada sadapan V1 dan ventrikel
kirinya pada sadapan V6, sehingga kemungkinan terjadi hipertrofi ventrikel kanan
dapat disingkirkan. Kemungkinan terjadinya hambatan pada penghantaran
konduksi jantungpun dapat disingkirkan karena berdasarkan kepustakaan VAT
ventrikel yang mengalami blok pada berkas cabang his memiliki nilai sebesar >
0,1 detik. Keadaan ini kemungkinan termasuk variasi normal pada lansia yang
dikarenakan adanya perbedaan struktur anatomi otot jantung pada manusia yang
sesuai bahwa rata-rata subyek penelitian berumur lebih dari 60 tahun (2,4).
Gambar 5.2 Rasio VAT >1 terhadap aksis longitudinal jantung
Mean VAT pada ventrikel kiri sebesar 0,02 + 0,0066 detik, menggambarkan
waktu yang diperlukan impuls untuk dapat menyebar ke seluruh otot ventrikel
kiri. Nilai VAT ventrikel kiri lansia pada penelitian ini termasuk dalam kategori
normal karena berdasarkan kepustakaan batas nilai tertinggi VAT ventrikel kiri
sebesar < 0,05 detik (2,4).
Nilai rasio VAT normal adalah <1, hal ini dapat disebabkan oleh massa otot
ventrikel kanan lebih kecil dibandingkan ventrikel kiri sehingga untuk
menghasilkan potensial aksi ke seluruh otot pada ventrikel kanan memerlukan
waktu yang lebih singkat daripada ventrikel kiri atau penghantaran konduksi
jantung pada ventrikel kanan berlangsung lebih cepat daripada ventrikel kiri. Pada
normal50%
CCWR38%
CWR12%
penelitian ini terdapat rasio VAT sebesar 1 dengan VAT ventrikel kanan sebesar
0,02 dan ventrikel kiri 0,02 detik, keadaan ini dapat dikatakan normal karena
dilihat dari segi besarnya VAT untuk masing-masing ventrikel berada dalam batas
normal.
Hasil perhitungan mean rasio VAT antara ventrikel kanan dan kiri pada
penelitian ini, seperti yang tersaji pada tabel 5.2 sebesar 0,98 detik, dapat
menggambarkan keadaan normal. Keadaan ini sesuai dengan hasil perhitungan
mean VAT ventrikel kanan dan kiri yang menunjukkan nilai normal.
Nilai tertinggi rasio VAT didapatkan sebesar 2 detik. Ini termasuk kategori
tidak normal yang dapat terjadi akibat adanya penambahan massa otot atau
hambatan sistem konduksi jantung pada ventrikel kanan atau pada kedua
ventrikel. Pada penelitian ini diketahui VAT ventrikel kanan sebesar 0,04 detik
(VAT memanjang) dan ventrikel kiri 0,02 detik (VAT normal), walaupun
kemungkinan ditemukan hipertrofi ventrikel kanan secara radiologis, namun
secara klinis tidak nampak adanya kelainan dan keadaan ini dapat dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan perkusi batas jantung.
Gambar 5.3 Grafik hubungan kelompok usia terhadap rasio VAT
Berdasarkan gambar 5.3 didapatkan bahwa pada setiap kelompok usia
terdapat adanya rasio VAT yang memanjang. Tertinggi pada kelompok usia 65-69
tahun serta terendah pada kelompok usia 85-89 dan 90-94 tahun. Hal ini
menggambarkan bahwa rasio VAT yang memanjang pada lansia dapat
diakibatkan proses penuaan (24).
Gambar 5.4 hubungan jenis kelamin terhadap rasio VAT >1
60-64 tahun
65-69 tahun
70-74 tahun
75-79 tahun
80-84 tahun
85-89 tahun
90-94 tahun
0123456789
vat < 1vat > 1 (rasio VAT meman-jang)
Usia
jumlah
Laki-Laki35%
Perempuan65%
Berdasarkan gambar 5.4 dijelaskan bahwa dari keseluruhan lansia yang
memiliki nilai rasio VAT >1 sebanyak 65% atau 17 orang lansia adalah
perempuan dan sisanya sebanyak 35% atau 9 orang adalah laki-laki.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa simpulan, yaitu :
1. Pengukuran rasio ventricle activation time pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru didapatkan hasil normal atau rasio VAT
<1 sebesar 41%, dan hasil VAT yang memanjang atau rasio VAT >1 sebesar
59%.
2. Pada setiap kelompok usia terdapat adanya rasio VAT yang memanjang
B. Saran
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai rasio VAT,
mengingat belum banyaknya data tentang penelitian ini. Dengan adanya penelitian
ini diharapkan agar VAT dapat dijadikan sebagai salah satu parameter yang
penting untuk membantu penegakkan diagnosa klinis kelainan jantung dari segi
gangguan sistem konduksi dan penebalan otot jantung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Herawati Isnaini, dan Wahyuni. Perbedaan pengaruh senam otak dan senam lansia terhadap keseimbangan pada orang lanjut usia. Infokes, 2004.
2. Selzer R. A Scientific Quest : Aging, heart and arteries. National Institute og Aging, 2005.
3. Anonim. Elemnetary ECG. (aka EKG) 2003; (online), (http://lanoswww.epfl.ch/personal/schimmin/uni/ecglex/ekg.htm), diakses 16 Juni 2007).
4. Goldman MJ, Goldschalger N. Goldman elektrokardiografi. Jakarta : Widya Medika, 1995.
5. Rahman MY, H Abdul Khaliq, M Vogel, V Alexi Meskishvili, M Guthberiet and PE Lange. Relation between right ventricular enlargement, QRS duration, and right ventricular function in patients with tetralogy of Fallot and pulmonary regurgitation after surgical repair. Heart 2000; 84:416-420.
6. Clifford GD, PE McSharry. Method to filter ECGs and evaluate clinical parameters distortion using realistic ECG model parameter fitting. Harvard-MIT Division of Health Sciences and Technology. USA, 2006.
7. Neuman Alexander. Intermittent regional delay of left ventricular activation : the influence of such a delay on the standard electrocardiogram ; Report of 33 Cases. Chest 1972; 61:633-639.
8. Tedrow Usha, William HM, Laurence ME, Kyoko Soejima and WG Stevenson. Feasibility of adjusting faced left ventricular activation by manipulating stimulus strength. J.Am.Coll.Cardiol 2004; 44:2249-2252.
9. Shamim W, M Yousufuddin, M Cicoria, DG Gibson, AJS Coats and MY Henein. Incremental changes in QRS duration in serial ECGs over time identify high risk elderly patients with heart failure. Heart 2002; 88:47-52.
10. Snell R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Bagian 1 Edisi 3. Penerjemah : drs.Med Adji D. Jakarta : EGC, 1997.
11. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Terjemahan oleh Sri Yuliani Handoyo. Jakarta : Gramedia, 2002.
12. Meek S, Morris F. ABC of clinical electrocardiography introduction. I-Lead, rate, rhytm, and cardiac axis. BMJ 2002; 324: 415-418.
13. Guyton AC. Otot jantung dalam : buku fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi 3. Terjemahan oleh Petrus Adrianto. Jakarta : EGC, 1990.
14. Guyton AC. Otot jantung. dalam : buku ajar fisiologi kedokteran edisi 5. Terjemahan oleh Irawati Setiawan. Jakarta : EGC, 1976.
15. Berbari EJ. Principles of electrocardiography : the biomedical engineering handbook, second edition. Boca Raton : CRC Press LLC, 2000.
16. Durakovic Zijad and Marjeta MD. Physical (biological) anthropology : anthropology of Aging. EOLSS 2007.
17. Meek S, Morris F. ABC of clinical electrocardiography Introduction. II-basic terminology. BMJ 2002;324:470-473.
18. John AD and Fleisher LA. Electrocardiography : The ECG. Anesthesiology Clin 2006; 24:697-715.
19. Wu MH, Hsieh FC, Wang JK, Kau ML. A variant of long QT syndrome manifested as fetal tachycardia and associated with ventricular septal defect. Heart 1999;82:386-88.
20. Priori SG, Schwartz PJ, Napolitano C, BloiseR, Ronchetti E. Risk stratification in the long QT syndrome. N Engl J Med 2004;348:1866-74.
21. Singh K. Effect of smoking on QT interval, QT dispersion and rate pressure product. Indian Heart J 2004;56:140-42.
22. Ammann Peter, Christian Sticherling, Dietrich Kalusche et al. An eletrocardiogram-based algorithm to detect loss of left ventricular capture during cardiac resynchronization therapy. Ann Intern Med 2005; 142:968-973.
23. Kuntjoro, Zainuddin Sri. Pendekatan-pendekatan dalam pelayanan psikogeriatri. 2002; (online), (www.e-psikologi.com), diakses 26 Desember 2007.
24. Neuman, Alexander. Intermittent regional delay of left ventricular activation: the influence of such a delay on the standard electrocardiogram. Chest: 1972; 61; 633-639.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Survey Probandus
Survey Probandus
Nama : Gimin
Suku / Bangsa : Banjar
Tempat / Tanggal Lahir : Murangan, 1925
Alamat : Wisma Nusa Indah
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 48 kg
Tekanan darah : 130 / 90 mmHg
Denyut nadi : 74 x/menit
Golongan Darah : -
Riwayat penyakit Hipertensi (darah tinggi)
Diabetes Mellitus (kencing manis)
Asma Bronkhial
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
TB Paru
Penyakit/radang paru
Lain-lain, sebutkan ………………….
Riwayat alergi Makanan, sebutkan …………
Pakaian, sebutkan …………
Materi, sebutkan …………
Debu
Cuaca/iklim
Konsumsi obat atau makanan suplemen dalam 3 hari terakhir : obat rematik
Lampiran 2. Informed Consent Subjek Penelitian EKG
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Gimin
Tempat / Tanggal Lahir : Murangan, 1925
Dengan ini bersedia untuk menjadi subjek penelitian dalam penelitian
elektrokardiografi. Saya telah mendapatkan penerangan secara seksama tentang
prosedur pelaksanaan penelitian dan manfaat dari penelitian tersebut, dan saya
tidak menuntut ganti rugi atas apapun yang terjadi selama penelitian berjalan
sesuai dengan prosedural yang ada karena saya menyadari sepenuhnya manfaat
penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan yang sesadar-
sadarnya tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Saksi, Subjek Penelitian,
(_Richard Alexander S_) (________Gimin _____)
Peneliti
(M.Thaufiqurrakhman)
NIM.I1A004015
Lampiran 3. Data subyek penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru
No Nama WismaJenis
KelaminUsia
(tahun) TB BB IMT1 As Mawar P 72 1.46 45.00 21,11
2 So Sakura P 63 1.47 54.00 24.98
3 Br Sakura P 80 1.48 40.00 18.26
4 Am Sakura P 60 1.33 32.00 18.09
5 KuFlamboya
n L 66 1.83 73.00 21.79
6 Jw Sakura P 60 1.50 48.00 21.33
7 AtFlamboya
n L 60 1.65 60.00 22.04
8 No Melati P 60 1.51 43.00 18.85
9 FD Anggrek L 61 1.67 55.00 19.72
10 Ma Melati P 62 1.48 43.00 19.63
11 Su Cempaka P 90 1.44 38.00 18.00
12 GmFlamboya
n L 69 1.58 48.00 19.22
13 Al Melati P 70 1.40 52.00 25.00
14 Sm Teratai P 76 1.62 58.00 21.99
15 Id Anggrek L 69 1.66 50.00 18.14
16 Mu Melati P 73 1.41 38.00 19.11
17 Sd Cempaka P 75 1.35 37.00 20.03
18 An Sakura P 66 1.45 52.00 25.00
19 Ah Melati P 75 1.41 3800 19.11
20 Sy Anggrek L 60 1.55 48.00 19.97
21 SS Cempaka P 65 1.53 63.00 24.99
22 Bq Sakura P 60 1.36 37.00 20.00
23 Yt Melati P 65 1.43 38.00 18.58
24 UmFlamboya
n L 60 1.43 43.00 21.02
25 Ms Kenanga P 80 1.65 55.00 20.20
26 Sl Kenanga P 66 1.45 52.00 25.00
27 Ft Kenanga P 66 1.48 43.00 19.63
28 Is Aster L 73 1.53 63.00 24.99
29 Mt Dahlia P 81 1.43 43.00 21.02
30 Ls Kenanga P 89 1.51 43.00 18.85
31 AK Dahlia P 67 1.59 51.00 20.17
32 Si Seroja L 65 1.43 43.00 21.02
33 Tr Seroja L 63 1.61 48.00 18.63
34 Mi Aster L 70 1.59 46.00 18.20
35 Mh Aster L 70 1.51 43.00 18.85
36 Mf Aster L 88 1.53 63.00 24.99
37 SA Kenanga P 75 1.48 43.00 19.63
38 Po Aster L 74 1.60 49.00 19.14
39 Sn Aster L 62 1.48 43.00 19.63Lampiran 3. Data subyek penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru
No Nama WismaJenis
KelaminUsia
(tahun) TB BB IMT
40 Mj Dahlia P 73 1.64 53.00 19.71
41 MZ Aster L 67 1.50 48.00 21.33
42 Sr Dahlia P 66 1.43 43.00 21.02
43 Tu Aster L 89 1.55 48.00 19.97
44 Sh Dahlia P 77 1.51 43.00 18.85
Mengetahui,Kepala Lab. Fisiologi FK UNLAM
dr. Fakhrurrazy, M.Kes NIP. 132 208 843
Lampiran 4. Tabel Pengumpulan dan Pengolahan Rasio VAT pada Ventrikel
Kanan dan Kiri
No NamaJenis
Kelamin AksisVAT ventrikel kanan (detik)
VAT ventrikel kiri (detik)
Rasio VAT
1 Kcr L CCWR 0.02 0.02 1.002 Alf P CCWR 0.02 0.03 0.673 Trh L normal 0.02 0.03 0.674 Msl L normal 0.02 0.03 0.675 Mhl L normal 0.03 0.02 1.506 fth P normal 0.02 0.01 2.007 Ssy P CWR 0.02 0.02 1.008 Gmn L CWR 0.02 0.03 0.679 Ams P CCWR 0.02 0.04 0.50
10 Slh L normal 0.01 0.02 0.5011 Amh P CCWR 0.02 0.03 0.6712 Jwh P normal 0.01 0.02 0.5013 Msf L CCWR 0.01 0.02 0.5014 Ast P CWR 0.02 0.02 1.0015 Atg L CCWR 0.02 0.02 1.0016 HMk P normal 0.02 0.02 1.0017 Sdy P normal 0.04 0.04 1.0018 Tsa L normal 0.01 0.03 0.3319 Say P normal 0.03 0.02 1.5020 Ytn P CCWR 0.02 0.02 1.0021 Sum P normal 0.02 0.02 1.0022 Fen L normal 0.04 0.03 1.3323 Bar P normal 0.02 0.02 1.0024 San L CCWR 0.04 0.02 2.0025 Las P CCWR 0.03 0.03 1.0026 Sya L normal 0.02 0.03 0.6727 Mur P CCWR 0.02 0.02 1.0028 Alu P CCWR 0.02 0.02 1.0029 Uma L normal 0.02 0.02 1.0030 Sol P CWR 0.03 0.03 1.0031 HSy P normal 0.02 0.03 0.6732 Ham P normal 0.02 0.03 0.6733 Isu L normal 0.02 0.02 1.0034 Bul P CCWR 0.02 0.02 1.0035 Mas P CCWR 0.03 0.02 1.50
Lampiran 4. Tabel Pengumpulan dan Pengolahan Rasio VAT pada Ventrikel
Kanan dan Kiri
No Nama Jenis Kelamin
Aksis VAT ventrikel kanan (detik)
VAT ventrikel kiri (detik)
Rasio VAT
36 Mze L CCWR 0.03 0.03 1.0037 Sma P normal 0.02 0.03 0.6738 Msj P CCWR 0.02 0.03 0.6739 Pon P normal 0.04 0.02 2.0040 Sul P normal 0.03 0.02 1.5041 Hid L normal 0.02 0.01 2.0042 Nor P CCWR 0.01 0.02 0.5043 Smi P CCWR 0.02 0.03 0.6744 mst P normal 0.02 0.03 0.67
Mean 0.02 0.02 0.981Median 0.02 0.02 1Modus 0.02 0.02 1
SD 0.007735041 0.006611381 0.43463
Mengetahui,Kepala Lab. Fisiologi FK UNLAM
dr. Fakhrurrazy, M.Kes NIP. 132 208 843
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Sadapan EKG terpasang pada subyek penelitian
Pengukuran tinggi badan
Pemasangan sadapan EKG
Recommended