View
136
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
viskosity
Citation preview
Dasar Dasar Aliran Fluida
setidaknya ada beberapa faktor fisik yang ada dalam tubuh fluida yang
mempengaruhi mekanisme transportasi fluida. dua yang paling penting
adalah densitas dan viskositas yang akan kita bahas disini sebelum
mengacu kepada faktor faktor lain (kinematika gerakan aliran fluida) yang
dipengaruhi oleh dua karakter fisik ini.
densitas fluida dilambangkan dengan ρ (rho) merupakan massa per unit
volume fluida. densitas mempengaruhi magnitud (tingkat) gaya yang
bekerja dalam fluida dan diatas bed juga seiring dengan kemampuan
partikel akan jatuh (settle) dalam fluida (lebih lambat di fluida yang leibh
padat). densitas ini memiliki pengaruh khusus pada fluida terutama yang di
lereng yang disebabkan oleh gravitasi. densitas bervariasi pada fluida yang
berbeda, dan hal ini akan mempengaruhi perilaku fluida dalam mengangkut
sedimen juga berbeda sebagai contoh air memiliki densitas 0.998 g/mL
pada temperatur 20° C, dan ternyata udara lebih kecil 700 kali dibandingin
air densitasnya. maka bisa dibayangin benda yang jatuh bebas (tidak ada
lagi aliran secara lateral) di udara pasti lebih cepat (plus gesekan udara
diam) dibandingkan di air yang tenang. densitas fluida berkurang seiring
dengan bertambahnya tempertur fluida.
Viskositas diartikan sebagai ukuran kemampuan fluida untuk mengalir
(Boggs, 2006), atau ukuran ketahanan fluida terhadap deformasi oleh shear
stress dan tensile stress (Wikipedia LOL). atau di dalam mekanika fluida
viskositas yang umum dari definisi ini dikenal juga sebagai viskositas
dinamik (Dynamic viscosity atau µ) meski dikenal juga viskositas kinematik
(Kinematic viscosity atau v). fluida dengan viskositas yang lebih tinggi (atau
lebih kental) akan mengalir lebih lambat daripada yang viskositanya rendah
(lebih encer), viskosiatas air lebih rendah dari madu silahkan liat yang
mana yang lebih cepat ngalir di bidang miring air apa madu?? (jawabannya
adalah kelereng wkwkwkwk). air memiliki viskositas 55 kali lebih besar dari
udara pada suhu 20° C (Blatt, Middleton, Murray, 1980). sama kayak
densitas viskositas juga akan menurun seiring dengan bertambahnya
temperatur atau viskositas akan naik kalau tempertur turun . menurut
Boggs (2006) viskoistas ini memegang peranan penting dalam
mempengaruhi turbulensi air (kita bahas lebih detil nanti), dimana
meningkatnya viskositas akan menkan turbulensi arus (Boggs, 2006).
menurunnya tubulensi juga akan menambah kemampuan air dalam
mengerosi dan meng’entrain’ sedimen. kita akan bahas mengenai viskositas
(dinamik) dibawah.
oh iye hampir lupe aye… di pembahasan mekanisme transport sedimen ini
banyak istilah istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan prosesnya ada
erosion, weathering, entrainment, transportation, settling, dan deposition..
semuanya bahasa inggeris dan pengertiannya berbeda satu sama lain,
meski ada bahasa indonesianya tapi saya belum tahu… weathering diartikan
sebagai pengrusakan (wew gue gak tau kata kata pasnya dari breaking
down) atau hancurnya (lapuk) batuan menjadi partikel partikel yang lebih
kecil akibat proses proses abrasi oleh: angin, air, panas (heat expansion
crack and abrasion), dingin (frost wedging), hydraulic fracture, aktivitas
biogenik, dan proses transportasi yang menghantam material terangkut
didasar tubuh fluida (bed) saat transportasi terjadi.weathering dibagi dua
yaitu chemical weathering dan mechanical weathering. Erosion diartikan
sebagai pergerakan material yang telah lapuk tadi dari satu tempat ke
tempat lain oleh agen agen erosi (yang juga agen agen transportasi yaitu
air, angin, es, gravitasi). transportasi diartikan sebagai proses pergerakan
material solid (dalam hal ini sedimen) dalam fluida akibat kombinasi dari
gravitasi dan pergerakan fluida itu sendiri. sedangkan Entrainment
merupakan istilah untuk proses mekanis yang terjadi saat partikel sedimen
akan bergerak pertama kali (sesaat sebelum transportasi terjadi). Settling
secara harfiah artinya tenang, tenggelam, jatuh, pengendapan, dan lain lain
tapi di proses geologi kita artikan settling sebagai ‘tenggelam’ alias
jatuhnya sedimen karena sudah tidak ada lagi gaya yang mengankutnya
(arus tenang) tentu saja dipengaruhi oleh densitas fluida dan geometri dan
densitas dari butiran. terakhir Deposition secara harfiah artinya
pengendapan karena artinya itu ya itulah dia bukan bukan, deposition
adalah proses pengendapan material material yang terangkut oleh fluida ke
lingkungan pengendapan (artinya pengendapan terjadi setelah proses
proses tadi; weathering, erosion, entraintment, transportation, dan settling
terjadi alias terhenti). oke sip??? lanjuuuuuttt….
kita mulai dari mana yah??? mmm….. oke sebelumnya mari kentut dulu….
Viskositas dinamik
dari definisi kita tahu kalau viskositas ini berhubungan dengan shear stress
atau tensile stress yang terjadi pada fluida, bagaimana ilmuwan
menjelaskan hal ini?
pemahaman mengenai viskoistas dan penjelasan detailnya bisa dipahami
melalui percobaan sederhana dua plate yang bergerak saling berlawanan
pada permukaan (atas dan dasar) fluida.
dua plat yang berada membatasi tubuh fluida (atas dan bawah) yang atasnya gerak anggap aja yang bawahnya
diem… dan fluida yang berada di dalamnya akan merespon ‘shearing force’ ini dengan tingkat viskositasnya
dipengaruhi oleh perkalian gaya gesek (shear) terhadap jarak antar plat (dy) dibagi jarak pergeseran plat yang
bergerak (du) dari titik awal atau µ=τ/(du/dy)(pusing ya?? haha)
Oke, dari gambar diatas kita bisa simpulkan ada dua plat yang membatasi
fluida plat yang bawah statis (diam) plat yang diatas bergerak. gaya
pergeseran (shear stress) alias τ(thou) diartikan sebagai besarnya gaya
yang diperlukan untuk menggeser plat yang diatas melawan gaya viskositas
molekuler fluida (µ dibaca: myu) terhasdap seberapa besar pergeseran.
diekspresikan dalam persamaan dibawah ini:
τ=µ(du/dy)………………………………………… (1)
dimana:
τ = shear stress (satuannya gaya perunit area atau dyne/cm2)
µ = viskositas molekular
du = dipatiukur (:D bukan sob) perubahan jarak plat yang bergeser
terhadap titik awal
dy = jarak antar plat
terus apa maksud persamaan diatas?? oke kalau lihat ekspresi rumus
diatas, kita bisa lihat semakin besar nilai viskositas molekular (µ) dan jarak
geser yang diinginkan (du) ditambah (makin jauh) maka gaya yang
diperlukan (τ) juga harus besar dong…. tapi kalo kolom fluidanya dangkal
(alias cetek) maka gaya gesek fluida (atau (µ) ) tentunya gaya yang
diperlukan untuk dorong itu plat lebih kecil (disini kita mengabaikan
gravitasi dan ukuran dari plat bayangin aja lu dorong perahu di air cetek
bisa mencret kan? artinya murni ketahanan partikel fluida terhadap gaya
gesek yang bekerja pada permukaannya)
sekarang, bagaimana dengan molecular (dynamic) viscosity nya? dari
persamaan diatas viskositas dinamik (µ) dapat diartikan sebagai suatu
ukuran ketahanan zat (fluida) untuk berubah bentuk akibat kecepatan
tertentu. maka dari definisi ini dan melihat dengan seksama ilustrasi
gambar diatas.. kita simpulkan bahwa viskositas molekular (µ) diartikan
sebagai rasio antara tingkat shear stress (τ) terhadap tingkat deformasi
(du/dy).
µ=τ/(du/dy)…………………………………………… (2)
τ = shear stress (satuannya gaya perunit area atau dyne/cm2)
µ = viskositas molekular (satuannya poise)
du = dipatiukur (:D bukan sob) perubahan jarak plat yang bergeser
terhadap titik awal
dy = jarak antar plat
persamaan awal (1) diatas merupakan persamaan untuk fluida fluida
newtonian (newtonian fluisd) apa itu?? semua jenis fluida yang memiliki
viskositas konstan, artinya ketika shear stress bekerja tidak terjadi
perubahan nilai viskositas fluida (contohnya air, gas, dan yang encer encer).
sementara fluida yang tidak masuk kategori ini dikelompokan ke dalam non-
newtonian.
karena densitas dan viskositas dinamik sangat mempengaruhi perilaku
fluida, maka dinamisitas fluida biasanya dikombinasikan oleh parameter lain
yang dinamakan viskositas kinmeatik (kinematic viscosity) atau dikasih
lambang v.
v = µ/ρ…………………………………………………….(3)
dimana:
v = viskositas kinematis (satuannya stokes (st) atau cm^2/s)
µ = viskotisats dinamis (g/(ms) atau poise)
ρ = densitas atau berat jenis fluida (g/L)
viskositas kinematik ini merupakan faktor penting dalam mengetahui
pergerakan arus lebih lanjut apakah akan bersifat acak (turbulen) atau
tidak. kita akan bahas nanti… sobat..
sejatinya, viskositas kinematis ini telah diteliti oleh ‘bapak viskositas’
yaitu oleh George Gabriel stokes (1851), kemudian aplikasinya banyak
dipakai di berbagai bidang industri dan sains yang banyak bermain dengan
fluida. kita tidak akan bahas disini karena itu terlalu luas cakupannya kita
bahas yang ringkas, turunan persamaan-persamaan yang sudah ada, dan
aplikasinya di bidang keilmuwan yang kita pakai secara sederhana.. karena
dengan kejujuran tingkat dewa saya ingin berkata saya juga masih ‘buta’
sama mekanika fluida yang lebih detail.. bila ingin mempelajarinya lebih
dalam silahkan tanyakan kepada sahabat sahabat anda yang jago fisika
(khusunya fluid mechanics), aerospace engineer, chemical engineer,
hidrogeologist, petroleum engineer, rheologist (ini yg paling khusus suka
ngubek ngubek fluida ) dan engineer engineer lainnya yang suka maen
aerrrr…..
hukum Stoke (Stoke’s Law) menjelaskan kecepatan settling (jatuh atau
tenggelamnya) partikel (sedimen) dalam fluida, Stoke’s law diekspresikan
seperti persamaan dibawah ini:
……………………………………… (4)
dimana:
V= velositas terminal (atau kecepatan akhir or kecepatan jatuh/settling)
ingat ini v bukan untuk viskositas kinematis satuannya m/s (disini gue
bedain huruf V nya gede)
g = percepatan gravitasi
ρs= rho sedimen (atau densitas sedimen)
ρf=rho fluida (densitas fluida)
µ = viskositas
settling velocity ini berkaitan atau berhubungan langsung dengan (dari
persamaan diatas) gravitasi, viskostias dinamis, berat jenis, dan yang paling
penting diameter dari partikel sedimen. untuk viskositas dan berat jenis
sudah dibahas dimana nilai viskositas berbanding terbalik dengan
kecepatan settling sedangkan berat jenis berbanding lurus, gravitasi tentu
saja sifatnya konstan, dan bagaimana dengan ukuran diameter partikel?
Oke, diameter (D) ini sebenernya ukuran penampang partikel dalam fluida.
ukuran penampang yang lebih besar (D) tentu akan jatuh lebih cepat
sementara yang lebih kecil akan jatuh lebih lambat hal persamaan ini dapat
menjelaskan fenomena terbentuknya struktur (tekstur) graded bedding
(menghalus keatas), tapi menurut Nichols (2005) persamaan ini hanya
berlaku untuk material sedimen berukuran halus sementara yang kasar dan
gede gede ketika akan jatuh ke fluida malah cenderung mengurangi
velositas (?? entahlah).. tapi persamaan ini tidak berlaku untuk bentuk
partikel yang aerodinamis (platy shape alias gepeng) seperti mineral mika
biotit meskipun dia memiliki densitas (berat jenis) yang tinggi bisa saja
mengalami settling yang lambat karena bentukya yang aerodinamis
mendapat tekanan fluida (Pf) atau gaya archimedes yang rendah sebab
penampang permukaannya yang luas meski memiliki densitas yang sama
dengan butiran lain yang lebih bulet atau menyudut. maka tak jarang
mineral mika sering kali dijumpai dipermukaan perlapisan batuan..
untuk settling velocity akan kita bahas lebih detail lagi nanti dibagian
bagian berikutnya dari artikel ini.
Newtonian fluid vs non-newtonian fluid
Oke kita pakai batasan definisi bahwa newtonian fluid ini merupakan fluida
dimana viskositasnya tidak berubah meskipun shear stress (atau shear rate)
bertambah, sementara non-newtonian fluid berbeda viskositasnya akan
berubah rubah seiring dengan berubahnya shear stress (ada yang menurun
ada yang meningkat viskositasnya bergantung sifatnya.
air dan gas adalah contoh newtonian fluid, artinya air begitu begitu aja
ketika diberi shear stress di permukaanya (logikanya begini saat anda aduk
aduk air akan kembali seperti semula kan?) ketika air ini ditambahkan
material sedimen dengan densitas yang tinggi (jenuh) konsentrasinya
sekitar 30% maka akan menghasilkan pencampuran yang sifatnya non-
newtonian (mixture sedimennya bukan pelarut airnya) ini untuk jenis non
newtonian fluid jenis pertama (dikenal sebagai dilatant) artinya apparent
viscosity (viskositas semu) nya bertambah seiring dengan shear stressnya
bertambah, yang paling umum adalah jenis non-newtonian yang di dunia
rheology kenal sebagai pseudoplastic. ini adalah jenis material yang bila
shear stress bertambah maka viskositasnya malah berkurang, contohnya
banyak sekali, cairan tepung kanji, cat latex, bubur kertas dalam air, dan
lain lain yang serupa.. bayangkan begini ketika material material itu kena
aduk mereka akan mempertahankan tekstur yang muncul setelah diaduk
kan macam ‘lubang’ pada pusat wadah yang muncul karena adukan dan
kerut kerut di permukaan fluida.. ketika fluida tenang viskositasnya kuat
(kental sekali) tapi pas diaduk aduk.. rada rada encer kan?? logikanya
seperti itu sob…. terakhir jenis non newtonian ada yang dikenal sebagai
bingham plastic dimana viskoisatas materialnya sangat tinggi seperti keju,
cream, pelumas kental, dan lain lain. bingham plastic memerlukan yield
strenth (atau initial strength) yang tinggi dan memiliki kurva yang ‘sedikit’
linear dibandingkan dengan non-newtonian fluid lainnya.
tidak semua non-newtonian fluid dibahas di geologi karena masa iya kita
ngubek ngubek: keju, kecap, cat lukis, dan lai lain??
kurva pengaruh peningkatan shear stress terhadap tingkat deformasi yang terjadi dari newtonian fluid dan non
newtonian fluid
pencampuran material sedimen dalam fluida newtonian (air) dapat merubah
sifat fluida newtonian menjadi non newtonian jika konsentrasi fluidanya
sangat tinggi (contohnya aliran debris, mudflow dan lain) berbeda dengan
fluida newtonian (campuran konsentrasi sedimen sangat kecil) aliran akan
mudah mengalir hanya dengan slope yang landai sekalipun (initial yield
strength) sementara yang udah kelewat jenuh sama material tadi (non
newtonian) misalnya kayak keju cair di tempelin di lereng malah nempel
terus kan?? kecuali ada yield strength (kemiringan lereng ditambah atau
ada air yang bisa mendorong material kebawah) mengakibatkan longsoran
(material longosran dengan konsentrasi mud sangat tinggi terjadi karena
ini).
gambar diatas menunjukan bahwa newtonian fluid akan berprilaku linear
atau pertambahan deformasi meningkat seiring dengan meningkatnya
stress, tapi viskositasnya (nilai kemiringan kurva atau di matematika kita
sebut gradien m) bandingin sama yang non newtonian karena kurvanya
lengkung otomatis kemiringan garisnya berbeda bukan? artinya
viskositasnya berubah.
untuk bingham plastic viskoistanya sejatinya hampir linear karena udah
kental banget (keras malah) nah viskositanya pun ‘setidaknya’ konstan
sama dengan newtonian fluid. lihat kurva dibawah
kurva linear antara hubungan dari yield stress dan shear stress terhadap rata rata shear (deformasi) yang terjadi
menunjukan nilai perubahan viskositas konstan (gradien kemiringan garis) tapi bedanya untuk menghasilkan
deformasi (biar si material mengalir) perlu ada initial atau yield stress dulu untuk yang bingham plastic. kalau
melihat kemiringan garis diatas bingham plastic lebih landai dari newtonian fluid artinya meski konstan perubahan
viskositasnya shear rate yang terjadi tentulah lebih besar (deformasi yg terjadi)
apa lagi yah?? oh iya.. ini ada lagi kurva yang menggambarkan hubungan
antara shear stress (thou alias τ) yang bekerja terhadap deformasi yang
terjadi dari berbagai jenis material fluida yang kita bahas diatas.
hubungan antara kurva bingham plastic, newtonian fluid, shear thinning (pseudoplastic), shear thickening (dilatant)
terhadap pengaruh deformasi yang dipicu oleh shear stress. semua bisa terdeformasi hanya dengan shear stress
yang konstan kecuali bingham plastic perlu initial stress untuk mendeformasi material itu.
oke, saya percaya pak dhe pak dhe sekalian mabok baca tulisan ini..
jangankan anda saya yang nulisanya aja pengen mencret.. daripada
memikirkannya mari lihat aplikasinya di bidang sedimentologi yang kita
bahas sekarang.
dua baris kedua paling bawah merupakan jenis transortasi mekanis dengan material fluida yang bersifat tinggi
viskositasnya, artinya do’i berdua bukan lagi newtonian fluid dan shear stressnya haruslah tinggi dibandingin sama
‘kawan-kawannya’ yang lain..
Laminer vs Turbulen
streamline adalah istilah untuk pergerakan aliran fluida yang
divisualisasikan dalam bentuk garis garis. aliran laminer streamlinenya
lurus dan sejajsar sementara aliran trubulen sudah tentu acak acakan
(streamline yang terganggu). aliran laminar sejatinya dikenal juga sebagai
streamline flow artinya streamline ini merupakan pola lintasa garis yang
lurus dan paralel terhadap arah pergerakan arus.
pergerakan partikel air di aliran turbulen yang cenderung acak akan
mengurangi settling velocity (kecepatan jatuh) dari partikel sedimen,
sebaliknya di laminer partikel akan memiliki settling velocity lebih cepat
bergantung pada parameter persamaan Stoke (persamaan 4) diatas. tapi,
aliran turubulen ini membantu mengabrasi bed (dasar wadah aliran) dan
membawa (entrainment) material sedimen baru.
visualisasi streamline laminar (kiri) dan turbulen ‘streamline yang terganggu’ (kanan)
pertanyaannya adalah bagaimana membedakan antara aliran laminar dan
turbulen dari parameter yang pas? kita akan jawab di pembahasan dibawah
ini.
Reynold number (Angka Reynold)
pertama kali diperkenalkan oleh George Gabirel Stokes tahun 1851 tapi
pertama kali ditemukan Osborne Reynold (1842-1912) dan menjadi populer
di kalangan ahli mekanika fluida tahun 1883 (saat usia Reynold 41 tahun)-
sampai sekarang.
angka reynold ini menggambarkan hubungan antara kecepatan aliran,
jarak, densitas terhadap viskositas dinamis dari fluida atau kecepatan
aliran, jarak terhadap viskositas kinematis dengan menagbaikan denstias
material. mari lihat ekspresi persamaannya dibawah ini:
Re=ULρ/µ……………………………….. (5)
dimana:
Re=angka reynold tanpa dimensi
L=kedalaman aliran (m)
U=velositas arus (m/s)
ρ=berat jenis atau densitas (g/L)
µ= viskositas material (viskositas dinamis) (g/(ms))
dengan mengabaikan berat jenis fluida atau menginat ekspresi viskositas
kinematik dari persamaan (3) diatas (v = µ/ρ) maka persamaan diatas
dengan mensubtitusi nilai µmenjadi µ= v*ρ bisa di tulis lagi menjadi:
Re=UL/v………………………………………(6)
dimana:
Re=angka reynold
U=velositas atau kecepatan aliran
L=panjang aliran (m) biasanya kedalaman aliran (m)
menurut Nichols (2007) angka Reynolds ini berkisar antara 500-2000 maka,
ketika nilainya <500 aliran akan bersifat laminar, sedangkan angka Reynold
>2000 aliran akan cenderung bersifat turbulen. ketika berada pada nilai
500-2000 sifatnya transisional artinya dia tidak laminer tidak turbulen tapi
akan berubah menjadi turbulen ketika kecepatan arus makin kuat.
boundary layer, viscous sublayer, free layer (outer layer)
saat fluida bergerak ternyata tidak semua arah pergerakan (turbulensi),
kecepatan, dan viskositas di seluruh tubuh fluida itu sama, hal ini diketahui
dari hasil percobaan oleh para ilmuwan. terdapat layer layer pada tubuh
aliran berdasarkan perbedaan perbedaan yang muncul (turbulensi dan
viskositas arus).
mari kita pahami satu satu, pada viscous sublayer dimana arus disini
berjalan lebih lambat karena viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan
arus dipermukaan, bila partikel sedimen yang diangkutnya halus maka
alirannya akan cenderung laminar bila kasar dan permukaan yang dilewati
arus kasar bisa saja alirannya menjadi turbulen. pada layer ini struktur
sedimen akan terbentuk karena yang paling dekat dengan permukaan (bed)
dan arus akan bekerja membentuk struktur itu. di viscous sublayer ini erosi
bisa terjadi dan akan semakin intens jika arusnya turbulen, shearing pada
permukaan bed dominan terjadi di sini dibandingkan di bagian atas nya,
viscous sublayer ini lebih tipis dibandingkan layer-layer aliran lainnya
(diatasnya).
gambar nyolong dari internet: ilustrasi gambaran grafis kartesian dari boundary layer, viscous sublayer dan outer
layer (constant velocity) dari tubuh aliran fluida
dalam keilmuan teknik sipil, penentuan boundary layer beserta ‘teman-
temannya’ dilakukan dalam eksperimen mengamati perilaku aliran dalam
pipa tapi hal ini ‘somewhat’ berbeda dengan aplikasi di geologi dimana
channel tempat mengalirnya fluida ini lebih besar dari gambaran sebuah
pipa (misalnya channel sungai, lembah di submarine fan, delta etc..). tapi
setidaknya kita bisa ‘mengadopsi’ hasil percobaan ini (meski gaya inersia
atau shear stress di dasar aliran pada channel sungai ‘hanya’ terjadi di
dasar sungai sedangkan di pipa di seluruh permukaan dinding pipa). dari
hasil percobaan diatas (grafik diatas) perhatikan garis garis sejajar berarah
lateral ke kanan (panah biru) menunjukan velositas aliran (Uz) dan garis
parameter vertikal adalah kedalaman channel. mari kita lihat, kecepatan
aliran semain ke dasar channel akan semakin berkurang (karena densitas
aliran atau viskositas di bawah berbeda dari di atas aliran), di atas
permukaan kecepatan akan konstan (lebih besar) tapi tiba tiba kecepatan
ini menurun dratstis (kurva lengkung yang membatasi garis panah biru
(Uz) atau kecepatan aliran), batas awal (kritis) sebelum pola kurva
kecepatan aliran ini akan melengkung adalah batas dari ‘boundary layer’,
pada batas ini karena perbedaan perubahan kecepatan terjadi turbulensi
dapat terjadi disini. dan ternyata semakin ke bawah (dasar aliran)
kecepatan aliran semakin rendah (karena viskositas tinggi akibat
konsentrasi sedimen yang lebih banyak dan gaya inersia oleh permukaan
bed tempat aliran flluida mengalir), pada zona ini aliran lebih lambat dan
viskositas lebih tinggi artinya aliran akan cenderung laminar!, zona ini
(zona tempat aliran laminar) hadir sangat tipis (lebih tipis dari zona lain)
dinamakan ‘laminar sublayer’ atau dikenal juga sebagai viscous sublayer
(karena sifatnya yang ‘sangat’ viscous). untuk lebih jelasnya silahkan lihat
ilustrasi yang dibuat Nichols (2007) dibawah ini:
ilustrasi boundary layer, viscous (laminar) sublayer dan outer layer dari aliran di dasar channel yang melewati bed..
perhatikan viscous sublayer diisi oleh material sedimen, bila sedimennya halus (yang diangkut) maka viscous
sublayer yang hadir akan menunjukan karakter ‘hyrdolically smooth’ dan bila kasar (sedimennya) maka akan
membentuk karakter ‘hydraulically rough’ (istilah ini ada dalam boggs hal 26 dan Nichols hal 50)
gambar diatas mengilustrasikan kurva yang diatasnya lagi … pada proses
pengankutan sedimen layering layering ini terjadi akibat konsentrasi
sedimen di dasar aliran lebih tinggi dari diatasnya (artinya lebih viscous
alias viskositasnya gede) , serta kontak antara fluida (yang mengalir)
dengan bed dibawahnya akan menghasilkan friction (shear atau gaya
inersia) antara bed dan aliran akibatnya pengaruh yang dialami dibagian
bawah aliran secara umum akan berbeda dengan di bagian atas hingga
permukaan aliran berdampak pada kecepatannya dan perliaku arah
(turbulensi) dari aliran.
Recommended