View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PROPOSAL
PENERAPAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DI SD N 1 REJO BINANGUN KECAMATAN
RAMAN UTARA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh :
DIANA NOVITA SARI
NPM. 1601050096
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
METRO LAMPUNG
1440 H / 2019 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi,
individu, masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut.
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu
proses transfer ilmu, tranformasi nilai serta pembentukan kepribadian dengan
segala aspek yang dicakupnya.1
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang
ada dalam kurikulum SD/MI. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dapat merespon siswa secara positif untuk dapat berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga mampu mengembangkan pengetahuannya dan
menerapkan dengan penuh tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran PKn adalah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada
suatu pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945.2
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan untuk membangun warga
negara agar memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai
dan moral pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, nilai dan komitmen Bhineka Tunggal Ika, dan
komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia.3
1Nurkholis, “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi”, Jurnal Kependidikan, vol. 1, no. 1 (2013), hlm. 25.
2Desy Anindia Rosyida, “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI dalam Meningkatkan Karakter Siswa Berbasis Tradisi Pesantren”, MUALLIMUNA, Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, vol. 1, no. 2 (2016), hlm. 68.
3Muhammad Akbal, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa, hlm. 487.
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar dapat membentuk atau membina
warga negara yang baik, artinya warga negara yang tahu dan juga mampu
berbuat baik. Bagi siswa pentingnya mempelajari PKn adalah agar dapat
memberi bekal kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan dirinya baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Serta
sebagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Terdapat anggapan bahwa Pendidikan Kewarganeraan (PKn) adalah salah
satu mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan lagi
kemampuan siswa untuk menguasainya. Namun pada kenyataannya tidak
semua siswa mampu menunjukkan hasil belajar yang memuaskan.
Berdasarkan prasurvai dengan observasi dan wawancara pada tanggal 12
Maret 2013 dengan ibu Trias Budi Rahayu, S.Pd selaku Wali kelas V SD N 1
Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara sebagian siswa belum mampu
mampu menanggapi penjelasan guru, mengungkapkan pendapat, bertanya
jawab, bekerjasama dalam kelompok dan belum mampu untuk menyimpulkan
materi. Hal ini disebabkan karena pembelajaran banyak didominasi oleh guru.
Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah yang
mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa
sehingga siswa masih pasif ketika dalam proses pembelajaran, padahal setiap
materi pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda sehingga diperlukan
metode yang tepat dan bervariasi.
Selain dari permasalahan tersebut hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan kriteria ketuntasan Minimum
(KKM) ≤65, masih banyak siswa yang hasil belajar dibawah 65. Siswa yang
mendapatkan nilai ≤65 sebanyak 8 siswa dari 12 siswa. Sedangkan siswa yang
mendapatkan nilai >65 sebanyak 4 siswa. Jadi siswa yang belum mampu
mencapai KKM sebanyak 8 siswa dari 12 siswa atau 58,3% sedangkan
sebanyak 4 siswa dari 12 siswa atau 33,3% sudah mampu mencapai KKM
yang telah ditetapkan.4
Berdasarkan prasurvai tersebut, peneliti menemukan data awal yang
menjadi masalah dalam proses pembelajaran tersebut yakni, guru belum
menggunakan metode yang tepat saat proses pembelajaran, siswa yang masih
pasif dalam proses pembelajaran, dan hasil belajar yang masih banyak
dibawah kriteria ketuntasan minimum. Melihat permasalahan diatas metode
sosiodrama dipandang relevan untuk dapat meminimalisir permasalahan
tersebut.
Metode sosiodrama adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam
hubungan sosial. Dalam metode sosiodrama dilakukan dengan cara mengajar
dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan
kegiatan memainkan peran tertentu seperti terdapat dalam kehidupan
masyarakat sosial.5
Penggunaan metode sosiodrama yakni guru dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam menciptakan suatu ide atau gagasan yang dapat
dituangkan dalam karya ataupun sikap dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama dapat melatih siswa
dalam bersosialisasi, sehingga pembelajaran tidak hanya mengembangkan
kemampuan kognitif tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotor.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode sosiodrama yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas V SD N 1 Rejo
Binangun Kecamatan Raman Utara.
4Dokumentasi Hasil UTS Semester 1 Siswa Kelas 55Hadi Cahyono, “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menerapkan Metode
Sosiodrama”, Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, vol. 1, no. 2 (2017), p. 27.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat diindentifikasikan
adalah sebagai berikut :
1. Sebagian siswa belum mampu mampu menanggapi penjelasan guru,
mengungkapkan pendapat, bertanya jawab, bekerjama sama dalam
kelompok dan belum mampu untuk menyimpulkan materi.
2. Guru masih menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan proses
pembelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa.
3. Aktivitas siswa yang masih rendah dalam pembelajaran.
4. Hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah yang akan diteliti, maka peneliti
membatasi masalah sebagai berikut :
1. Aktivitas siswa yang masih rendah dalam pembelajaran.
2. Penerapan metode sosiodrama untuk meningkatkan hasil belajar PKn.
3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V SD N 1 Rejo
Binangun banyak yang belum mencapai KKM.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan metode sosiodrama dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V di SD N 1
Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa dengan menerapkan metode sosiodrama pada mata pelajaran
PKn kelas V SD N 1 Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Siswa, yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran dengan menerapkan metode sosiodrama.
b. Guru, yaitu untuk memperbaiki pembelajaran dan mendorong guru
berkembang secara profesional.
c. Sekolah, yaitu untuk peningkatan mutu dengan penggunaan metode
pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
F. Penelitian Relevan
Dalam hal ini peneliti mengkaji jurnal-jurnal terlebih dahulu yang
berkaitan sebagai bahan rujukan diantaranya adalah :
Jurnal karya Undi Eka Wati, Wahyudi dan Kartika Chrysti Suryandari
yang berjudul “Penggunaan Metode Sosiodrama Dalam Peningkatan
Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas V SD N Kedungbulus”.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa penelitian difokuskan kepada
peningkatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan
berbicara dan apresiasi sastra dan memerankan tokoh drama. Hasil dari
penelitian tersebut adalah metode sosiodrama dapat meningkatkan
pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SD N Kedungbulus tahun
ajaran 2012/2013.
Erthienda Mahardika Iswarawati dengan jurnal yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Sosiodrama
Siswa Kelas V SD N Cepit Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”. Dalam
jurnal tersebut meneliti tentang tentang pengaruh metode sosiodrama terhadap
keterampilan berbicara. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah
terdapat pengaruh yang positif dari penggunaan metode sosiodrama terhadap
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD N Cepit Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul.
Dari kedua jurnal tersebut hampir sama dengan yang peneliti bahas yakni
penggunaan metode sosiodrama. Walaupun begitu terdapat perbedaan dengan
penelitian yang sedang diteliti. Perbedaan jurnal yang pertama yaitu terdapat
pada variabel terikat berupa pembelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan pada
jurnal Erthienda Mahardika Iswarawati variabel terikatnya berupa
keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Perbedaan jurnal yang kedua terletak pada lokasi dan subjek yang akan
diteliti. Pada jurnal Undi Eka Wati, Wahyudi dan Kartika Chrysti Suryandari
meneliti siswa kelas V SD N Kedungbulus. Jurnal Erthienda Mahardika
Iswarawati meneliti siswa kelas V SD N Cepit Kecamatan Sewon Kabupaten
Bantul. Sedangkan lokasi dan subjek yang peneliti teliti adalah siswa kelas V
SD N 1 Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah sesuatu yang menghasilkan perubahan pada setiap
orang. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan sikap. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
diperoleh dari proses pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar.
Hasil belajar adalah suatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar berdasarkan kriteria tertentu
dalam pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Indikator
hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diobservasi.
Artinya, apa hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran.6
Pengertian lain dijelaskan bahwa hasil belajar adalah perolehan siswa
setelah mengikuti proses belajar dan perolehan tersebut meliputi tiga
bidang kemampuan yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan ciri
tingkah laku baru berupa kemampuan yang aktual berlaku dalam waktu
yang lama yang diperoleh dari hasil belajar.7
Jadi hasil belajar adalah suatu yang didapat setelah terjadi proses
pengajaran yang menghasilkan perubahan berupa pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan sikap serta kecakapan. Untuk melihat
apakah berhasil atau tidak suatu pembelajaran maka diadakan evaluasi
berupa tes. Materi yang akan diteskan disesuaikan dengan materi yang
telah disampaikan.
6 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), p. 3.7 Hasmiati, Jamilah, and Muhammad Khalifah Mustami, “Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Prtumbuhan dan Perkembangan Dengan Metode Praktikum”, Jurnal Biotek, vol. 5, no. 1 (2017), p. 25.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Teori Taksonomi Bloom menjelaskan hasil belajar terdapat tiga ranah
yakni :
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yaitu, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu, menerima, menjawab, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
menghubungkan dan mengamati. Ranah psikomotorik
berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan
geraknya tubuh dan bagian lainnya.8
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain :
a. Faktor luar terdiri dari :
1) Lingkungan meliputi lingkungan alam dan sosial.
2) Instrumental meliputi kurikulum, guru, sarana, serta
administrasi dan manajemen.
b. Faktor dalam terdiri dari :
a. Fisiologi meliputi kondisi fisik dan panca indera.
b. Psikologi meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi serta
kemampuan kognitif.9
8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013).
9 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), p. 106.
Sedangkan pendapat lain menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor
internal yaitu berupa ciri/karakteristik siswa, sikap terhadap belajar,
motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengelola bahan belajar, menggali
hasil belajar dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor
guru, lingkungan sebaya, kurikulum sekolah, sarana dan prasarana.10
Berdasarkan hal tersebut salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa adalah guru, dimana guru harus mempunyai keterampilan
dalam memilih dan menggunakan metode dalam proses belajar mengajar.
4. Indikator Hasil Belajar
Indikator hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian musyawarah mufakat
b. Siswa dapat mengidentifikasi beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam mengambil keputusan bersama.
c. Siswa dapat membedakan musyawarah mufakat dan voting.
B. Metode Sosiodrama
1. Pengertian Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama merupakan suatu cara pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengalaman siswa secara langsung. Karena
sosiodrama termasuk dalam pengajaran yang berdasarkan pengalaman.
Metode sosiodrama dan bermain peran adalah dua metode yang dapat
dikatakan bersamaan, dalam pemakaiannya sering disilihgantikan.
Sosiodrama artinya mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam
hubungan sosial. Sedangkan bermain peran lebih menekankan kenyataaan
10 Nursyaidah, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Peserta Didik (2014), p. 71.
dimana siswa diturutsertakan dalam memainkan peranan di dalam
mendramatisasikan masalah hubugan sosial.
Metode sosiodrama adalah metode pembelajaran dengan cara
memindahkan sepenggal cerita yang menyerupai kisah nyata atau situasi
sehari-hari kedalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditunjukkan
untuk mengembangkan diskusi dan analisis kasus.11
Bermain peran ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya
siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi
sosial yang mengandung suatu masalah agar peserta didik dapat
memecahkan masalah yang muncul dari situasi sosial tersebut.12
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
sosiodrama merupakan suatu pembelajaran secara bersamaan untuk dapat
memerankan suatu peran tertentu dan mendramatisasikan suatu naskah
sehingga siswa dapat melatih diri untuk mengekspresikan diri dan
bersosialisasi secara langsung serta memahami dan mengerti isi dari
naskah tersebut.
2. Tujuan dan Manfaat Metode Sosiodrama
Berdasarkan pengertian sosiodrama diatas, maka metode sosiodrama
memiliki beberapa tujuan dan manfaat dalam proses kegiatan belajar
mengajar, diantaranya :
a. Mengerti perasaan orang lain
b. Membagi pertanggung jawaban dan memikulnya
c. Membagi pendapat orang lain
d. Mengambil keputusan dalam kelompok13
11 Ali Mudlofir and Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), p. 117.
12 Saiful Salaga, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2011), p. 213.13 Febriyenni, “Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Memperkuat Karakter
Bangsa”, Jurnal PPKn dan Hukum, vol. 12, no. 2 (2017), p. 30.
Sedangkan manfaat penggunaan metode sosiodrama diantaranya
adalah agar siswa dapat :
a. Mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu,
misalnya sebagai pahlawan, petani, dokter, guru atau sopir.
b. Berlaku sebagai benda-benda, misalnya berpura-pura sebagai
gunung, pohon, awan. Melalui aktivitas ini siswa dapat melatih diri
mengembangkan daya imajinasinya.14
Dari beberapa pendapat diatas metode sosiodrama diharapkan dapat
mencapai tujuan pembelajaran serta dapat memberikan manfaat yang lebih
baik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa dalam pembelajaran.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Sosiodrama
Langkah-langkah penggunaan metode sosiodrama adalah sebagai
berikut :
a. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian
siswa untuk dibahas.
b. Ceritakan terlebih dahulu isi dari masalah-masalah dalam konteks
cerita tersebut.
c. Tetapkan siswa yang dapat bersedia untuk memainkan perannya
didalam kelas.
d. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu
metode sosiodrama berlangsung.
e. Beri kesempatan kepada pelaku cerita untuk berunding beberapa
menit sebelum mereka memainkan perannya.
f. Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama
memecahkan masalah persoalan yang ada pada drama tersebut.
14 Ibid., p. 31.
g. Jangan lupa menilai sosiodrama tersebut sebagai bahan
pertimbangan lebih lanjut.15
Dengan mengikuti uraian diatas maka pembelajaran menggunakan
metode sosiodrama akan terlaksana secara sistematis sehingga proses
belajar mengajar akan berlangsung dengan baik.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sosiodrama
Dalam penggunaan metode sosiodrama terdapat kelebihan serta
kekurangan. Adapun kelebihan dari metode sosiodrama sebagai berikut :
a. Dapat melatih siswa untuk memahami dan mengingat isi bahan
yang akan di dramakan. Sebagai pemain maka harus memahami
dan menghayati isi cerita terutama untuk materi yang harus
diperankannya.
b. Dapat melatih siswa untuk berinisiatif dan berkreatif.
c. Dapat memupuk bakat siswa sehingga dimungkinkan akan muncul
atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d. Dapat menumbuhkan kerjasama yang baik antar pemain.
e. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar
mudah dipahami orang lain.16
Berdasarkan uraian diatas penggunaan metode sosiodrama dapat
menjadikan pembelajaran menjadi lebih aktif serta menimbulkan diskusi
yang hidup. Selain itu penonton tidak pasif namun akan lebih aktif
mengamati serta mengajukan saran dan kritik.
Selain mempunyai kelebihan metode sosiodrama juga mempunyai
kekurangan, diantaranya :
15 Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), pp. 100–1.16 Ibid., p. 101.
a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka
menjadi kurang kreatif.
b. Banyak memakan waktu karena memerlukan persiapan untuk
memahami isi dari cerita tersebut.
c. Memerlukan tempat yang cukup luas, karena jika tempat kurang
luas menjadi kurang bebas.
d. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain maupun tepuk
tangan dari penonton dan sebagainya.17
Berdasarkan hal tersebut walaupun metode sosiodrama memiliki
beberapa kekurangan namun hal tersebut telah diantisipasi oleh peneliti,
diantaranya dengan mempersiapkan ruangan sebelum memulai
pembelajaran, memberikan arahan dan bimbingan selama pembelajaran
agar tujuan pembelajarn dapat tercapai dengan baik.
C. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Belajar didefinisikan sebagai interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah laku sebagai
hasil dari pegalaman.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik agar pada masa datang menjadi patriot
pembela bangsa dan negara. Maksudnya ialah pemimpin yang mempunyai
kecintaan, kesetiaan serta keberanian untuk membela bangsa dan tanah air
melalui bidang profesi masing-masing.18
Mata pelajaran PKn adalah satu mata pelajaran yang memfokuskan
pada suatu pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
17 Ibid., pp. 101–2.18Sutrisno, “Berbagai Pendekatan Dalam Pendidikan Nilai dan Pendidikan
Kewarganegaraan”, Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 5 (2016), p. 31.
melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan
UUD 1945.19
Dari beberapa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk
membekali siswa dengan pengetahuan yang diharapkan dapat
menumbuhkankembangkan sikap demokratis serta cinta tanah air
berdasarkan nilai Pancasila dan UUD 1945.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan menurut Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yaitu meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam
perbedaan, lingkungan, bangga sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
Pemuda.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM.
d. Kebutuhan warga negara, meliputi gotong royong, harga diri
sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi dan mengeluarkan
pendapat.
e. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama.
f. Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara.
19Desy Anindia Rosyida, “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI dalam Meningkatkan Karakter Siswa Berbasis Tradisi Pesantren”, MUALLIMUNA, Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, vol. 1, no. 2 (2016), hlm. 68.
g. Globalisasi, meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luar
negeri di era globalisasi20
Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya meliputi
seluruh kegiatan yang ada baik di sekolah melalui kegiatan intra kurikuler,
kegiatan ko kurikuler maupun ekstra kulikuler yang dilakukan di dalam
dan di luar kelas, melakui diskusi maupun kegiatan di dalam organisasi
kesiswaan. Oleh karenanya Pendidikan Kewarganegaraan di dalamnya
termasuk pengalaman, minat, kepentingan pribadi, masyarakat dan negara
yang dinyatakan dalam kualitas pribadi seseorang.21
Merujuk dari uraian diatas maka ruang lingkup Pendidikan
Kewarganegaraan lebih menekankan pada aspek mengemukakan
pendapat, hal tersebut dikarenakan mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan partisipasi warga negara.
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Searah dengan perubahan pendidikan masa depan dan dinamika
internal bangsa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai
tujuan, diantaranya :
a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang
mengapresiasi nilai-nilai moral-etika dan religius.
b. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan.
c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme dan cinta
pada tanah air.
d. Mengembangkan sikap demokratis berkeadaban dan bertanggung
jawab, serta mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era
globalisasi.
20 I. Made Suwanda, Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Pendidikan Kewarganegaraan, p. 10.
21 Ibid., p. 11.
e. Menjunjung tinggi nilai keadilan.22
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan untuk membangun
warga negara agar memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
konteks nilai dan moral pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan komitmen Bhineka
Tunggal Ika, dan komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia.23
Berdasarkan uaraian diatas mengenai tujuan PKn, maka dapat
disimpulkan bahwa PKn tidak hanya menampilkan pola pembelajaran
berupa ranah kognitif namun secara menyeluruh yakni mencakup ranah
afektif dan psikomotorik. PKn juga memberikan penekanan pada nilai
pengembangan moral dan norma, serta membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan untuk berkomunikasi antar warga negara.
4. Materi Pembelajaran
a. Pengertian Musyawarah
Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa
Arab yang berarti berunding, urun rembuk atu mengatakan dan
mengajukan sesuatu. Istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan
kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan
“syuro”, “rembug desa”, “kerapatam magari” bahkan “demokrasi”.
Kewajiban musyawarah hanya untuk kehidupan duniawi. Musyawarah
adalah suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk
memecahkan persolan (mencari jalan keluar) guna mengambil
keputusan bersama dalam penyelesaian masalah yang menyangkut
kehidupan duniawi. Jadi musyawarah mufakat adalah perundingan
bersama untuk memecahkan masalah, sehingga tercapai keputusan
bulat yang akan dilaksanakan bersama.
22 Febriyenni, “Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Memperkuat Karakter Bangsa”, p. 19.
23Muhammad Akbal, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa, p. 487.
b. Manfaat Musyawarah
Dalam kehidupan masyarakat musyawarah mufakat memiliki
beberapa manfaat langsung, yaitu :
1) Musyawarah mufakat merupakan cara yang tepat untuk
mengatasi berbagai silang pendapat.
2) Musyawarah mufakat berpeluang mengurangi penggunaan
kekerasan dalam memperjuangkan kepentingan.
3) Musyawarah mufakat berpotensi menghindari dan mengatasi
kemungkinan terjadinya konflik.
c. Prinsip Musyawarah
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat
keputusan bersama, yakni :
1) Pendapat disampaikan secara santun.
2) Menghormati pendapat orang lain.
3) Mencari titik temu diantara pendapat yang ada secara
bijaksana.
4) Menerima keputusan bersama dengan besar hati meski tidak
sesuai keinginan.
5) Melaksanakan keputusan bersama dengan senang hati.
d. Perbedaan Musyawarah Mufakat dengan Voting
Dalam musyawarah mufakat terkadang keputusan yang dihasilkan
dengan cara perundingan bersama untuk mencapai suatu keputusan
yang bulat, sedangkan voting biasa dilakukan dengan cara
pengambilan suara terbanyak.
5. Indikator Hasil Belajar
Indikator hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian musyawarah mufakat
b. Siswa dapat mengidentifikasi beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengambil keputusan bersama.
c. Siswa dapat membedakan musyawarah mufakat dan voting.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kemungkinan kebenarannya.24
Jadi hipotesis adalah dugaan sementara sehingga masih diperlukan
pembuktian secara nyata melalui data lapangan dan fakta-fakta yang diperoleh
dari penelitian.
Berdasarkan kajian pustaka dapat diambil rumusan hipotesis penelitian
pada penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan metode sosiodrama dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas V SD N 1 Rejo Binangun Kecamatan Raman
Utara.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
24 Margono, Methodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), p. 62.
Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-
sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi serta dapat
diukur.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Metode Sosiodrama)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya terikat.25 Variabel ini biasa disebut
variabel (X). Dalam penelitian ini variabel bebas adalah metode
sosiodrama.
Langkah-langkah penggunaan metode sosiodrama yaitu guru membagi
kelompok secara acak, kemudian guru membagi tugas pada siswa untuk
memainkan drama yang telah disiapka. Sedangkan kelompok lain
mengamati dan memberikan nilai kemudian tiap kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya. Selanjutnya guru memerikan
evaluasi kepada siswa untuk menguji pemahaman siswa terhadap isi drama
tersebut, yang terakhir guru memberikan kesimpulan tentang materi
pelajaran.
2. Variabel Terikat (Hasil Belajar)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat dari variabel bebas.26
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diperoleh dari hasil
ulangan dan tes formatif yang diberikan guru kepada siswa setelah selesai
pembelajaran.
Kemudian dalam penelitian ini indikator hasil belajar yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut : 25 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2010), p. 4.26 Ibid.
KD 4.1 Mengenal Bentuk Keputusan Bersama
a. Menjelaskan pengertian musyawarah
b. Menjelaskan pengertian mufakat
c. Menjelaskan pengertian voting
d. Menyebutkan prinsip mufakat
e. Menyebutkan cara pembiasaan mematuhi keputusan bersama
dilingkungan keluarga
KD 4.2 Mematuhi Keputusan Bersama
a. Menjelaskan cara menghargai pendapat dalam musyawarah
b. Menyembutkan contoh keputusan bersama disekolah
c. Menjelaskan cara menghargai pendapat dalam musyawarah
d. Menyebutkan sikap-sikap yang perlu dihindari dalam musyawarah
e. Menyebutkan sikap-sikap yang perlu dihindari dalam musyawarah
B. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Rejo Binangun Kecamatan Raman
Utara dengan subyek siswa kelas V TP 2018/2019 Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan jumlah siswa sebanyak 12 siswa yang
memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi. Dalam penelitian tindakan kelas
tidak mengenal istilah populasi dan sampel, keseluruhan populasi merupakan
sampel.
C. Prosedur Penelitian
Peneliti berencana melakukan tindakan kelas ini dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
tahap pengamatan dan tahap refleksi. Adapun modelnya sebagai berikut :
SIKLUS I
Model tahap PTK yang dikembangkan oleh MC. Tagsart27
1. Tahap Perencanaan
Rencana PTK hendaknya tersusun dan dari segi definisi harus
prospektif pada tindakan. Adapun perencanaanya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan kelas penelitian dan menerapkan siklus tindakan
b. Menetapkan waktu PTK yakni pada semester genap
c. Menentukan materi pelajaran dan cerita yang akan digunakan
d. Membuat rencana pembelajaran atau skenario pembelajaran
dengan metode sosiodrama
e. Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan metode sosiodrama
f. Menyiapkan lembar observasi
g. Mempersiapkan perangkat tes
2. Tahap Pelaksanaan
27 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), p. 16.
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Dan seterusnya?
Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
tindakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode
sosiodrama.
Adapun prosedur pelaksanaan dari perencanaan pembelajaran yang
telah disusun adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
1) Guru membuka pelajaran dengan berdo’a dan absensi
2) Apersepsi
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan yaitu
mengenai “bentuk-bentuk keputusan bersama”
2) Guru membagi siswa kedalam kelompok lalu masing-masing
kelompok dibagikan naskah skenario untuk dibaca
3) Selanjutnya siswa ditunjuk untuk memerankan drama yang
sudah dipersiapkan
4) Masing-masing siswa berada pada kelompoknya sambil
memahami skenario
5) Kelompok lain mengamati dan memberikan penilaian
6) Masing-masing kelompok menyampaikan kesimpulan dan hasil
kerjanya.
7) Guru memberikan kesimpulan secara umum
8) Guru memberikan tes ulangan harian atau pada siswa.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari
2) Guru memberikan tugas pada kelompok atau mempelajari dan
menghafal teks drama untuk diperankan pada pertemuan
selanjutnya
3) Menutup pelajaran dengan berdo’a.
3. Tahap Observasi (pengamatan) dan Evaluasi
Tahap observasi dan evaluasi adalah tahap yang berkelanjutan dari
tahap pelaksanaan.
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara mengajar,
siswa belajar, kepala sekolah yang sedag memberikan pengarahan,
personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb.28
Pelaksanaan observasi dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti dan
observer sebagai kolabolator dengan menggunakan alat bantu berupa
lembar observasi. Lembar observasi disiapkan mengenai aktivitas siswa
sedangkan evaluasi dilakukan terhadap keberhasilan tindakan yang
dilakukan dengan tes ulangan harian maupun tes formatif.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan analisis dan membuat kesimpulan
berdasarkan hasil dari lembar pengamatan.
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang
dilaksanakan guru selama tindakan.29
Refleksi digunakan dengan menganalisis hasil observasi dan tes hasil
belajar sehingga dapat diketahui perkembangan siswa dalam penggunaan
28 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), p. 143.
29 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, p. 16.
metode sosiodrama, kemudian digunakan sebagai dasar untuk perbaikan
pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
Berdasarkan evaluasi siklus I dapat dikembangkan pada siklus II untuk
memperbaiki hal-hal dalam siklus I dan dikembangkan. Siklus II diadakan
untuk mengetahui dan membuktikan adanya perubahan setelah diadakan
suatu penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung,
kemudian data akan diperoleh dari hasil lembar observasi yang telah
dibagikan.
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara mengajar,
siswa belajar, kepala sekolah yang sedag memberikan pengarahan,
personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb.30
Dalam penelitian ini observasi ditunjukkan kepada guru Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu untuk mengamati cara guru dalam menyampaikan
materi dengan menggunakan metode pembelajaran dan siswa juga
diobservasi untuk mengetahui aktivitas siswa ketika penyampaian materi.
2. Metode Tes
30 Ibid., p. 143.
Tes dilakukan pada setiap awal dan akhir pertemuan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan sejauh mana daya serap siswa
tetrhadap materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran.
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau
sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat
perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya.
Aspek psikologis berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, sikap,
kecerdasan, reaksi motorik dan aspek kepribadian lainnya.31
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes dalam
bentuk uraian dan unjuk kerja.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang akan digunakan untuk memperoleh
informasi dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen baik berupa buku-
buku, majalah, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.32
Metode dekomentasi dalam penelitian ini dilakukan unuk memperoleh
data-data yang berbentuk dokumen-dokumen seperti silabus, RPP,
kurikulum, profile sekolah di SD N 1 Rejo Binangung Kecamatan Raman
Utara.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.33
Instrumen penelitian ini berbentuk tes yang akan menghasilkan data
kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengukur kemampuan kognitif peneliti
menggunakan instrumen berbentuk tes dengan bentuk soal uraian.
31 Ibid., p. 186.32 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, p. 45.33 Ibid., p. 160.
1. Kisi-kisi Pedoman Instrumen Tes
Tes dilakukan pada awal dan akhir siklus, tes tersebut berupa soal
uraian dengan soal sebanyak 5 yang diberikan di awal pembelajaran (pre
test) dan diakhir kegiatan ppembelajaran (postest). Tes tersebut berguna
untuk melihat tingkat kemampuan kognitif siswa sebelum dan setelah
pembelajaran. Penilaian akan dihitung dengan menggunakan skor.
2. Kisi-kisi Soal
KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru dan tetangga.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Allah dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
a. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I
No
Soal
Aspek Kognitif Tingkat Kesukaran
Kompetensi Dasar Indikator SkorC1 C2 C3 Md Sd Skr
Mengenal Bentuk
Keputusan Bersama
Menjelaskan
pengertian
musyawarah
1 10
Menjelaskan
pengertian mufakat
2 10
Menjelaskan
pengertian voting
3 10
Menyebutkan
prinsip mufakat
4 40
Menyebutkan cara
pembiasaan
mematuhi
keputusan bersama
dilingkungan
keluarga
5 30
Keterangan
Md : Mudah
Sd : Sedang
Skr : Sukar
b. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II
Kompetensi Dasar Indikator
No
Soal
Aspek Kognitif Tingkat Kesukaran
Skor
C1 C2 C3 Md Sd Skr
Mematuhi
Keputusan Bersama
Menjelaskan cara
menghargai
pendapat dalam
musyawarah
1 10
Menyebutkan
contoh keputusan
bersama disekolah
2 10
Menjelaskan cara
menghargai
pendapat dalam
musyawarah
3 10
Menyebutkan
sikap-sikap yang
perlu dihindari
dalam musyawarah
4 30
Menyebutkan
sikap-sikap yang
perlu dihindari
dalam musyawarah
5 30
Keterangan
Md : Mudah
Sd : Sedang
Skr : Sukar
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah proses pemecahan masalah dengan cara
membahas permasalahan berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan
dengan mendasarkan pada landasan teori.
Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat kegiatan belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode
sosiodrama. Data yang terkumpul dari lembar observasi dianalisis dalam
bentuk persentase (%).
P = fN x 100%
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
P = angka persentase
N = jumlah frekuensi / banyak individu34
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dihitung berdasarkan rumus statistik yaitu :
X = ∑ N sN
X = Nilai rata-rata kelas
N = Jumlah siswa yang mengikuti tes
∑ N s = Jumlah nilai tes siswa35
G. Indikator Keberhasilan
34 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), p. 43.
35 Ibid.
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut :
Meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pencapaian rata-rata
hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan, indikator ini akan terlihat
pencapainnya jika 80% siswa kelas V SD N 1 Rejo Binangun Kecamatan
Raman Utara memperoleh hasil belajar yang mencapai rata-rata nilai KKM
sebesar 65.
Recommended