View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
JURNAL
MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE WALIKOTA SOLO 2015
(Analisis Isi Kuantitatif Kandidat Walikota Solo dalam Berita Pemilihan Walikota
Solo dalam Surat Kabar Solopos dan Surat Kabar Radar Solo Periode 26 Oktober – 9
Desember 2015)
Oleh:
Dita Prima Juwita
D0211031
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE PEMILIHAN UMUM
WALIKOTA SOLO 2015
(Analisis Isi Kuantitatif Tentang Kandidat Walikota Solo dalam Berita
Kampanye Pemilihan Walikota Solo dalam Surat Kabar Solopos dan Surat
Kabar Radar Solo Periode 26 Oktober 2015 – 9 Desember 2015)
Dita Prima JuwitaSri Herwindya Baskara Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractThe newspaper is one of the mass media that is still trusted by many
audiences as one as the sources of information. The mass media should be able to pesent objective information. But every mass media has its own editorial policy in determining the presentation of news for this audience making each mass media different characters in presenting the news, depending on the ideology and policy of each media. The study would like to see how the tendency of Solopos and Radar Solo newspapers in presenting news related to Solo Elections period 26 October – December 9, 2015 based on the frequency, variety of topics, news subject, news source, form of writing, and page placement. This is a descriptive research with content analysis research techniques. The sample of all the news according to the criteria exmined by quantitative method with chi square.
The result of this study from the frequency category is almost the same that Solopos has 73 news and Radar Solo has 76 news. In the topics category X ²< the critical value of 13.17 < 15.507 shows that there is no significant difference between the two newspapers. In the news subject category,X ²< the critical value is 7.49<7.815 this shows that there is no significant difference, but if the subject of news is only the two of candidates then X ²> the critical value is 4.13>3.841 show that specific difference between the two of newspapers in preaching the two pairs of candidates for the mayor. In the news sources category X ²< the critical value, shows that there is no significant difference between the two newspapers. In the category of writing X ²< the critical value is 0.23<3.841, this shows that there is no significant difference between the two newspapers. In the page placement category then X ²> the critical value 12.88>5.991 this show the specific difference between the two
newspapers. The results of this sudy although many similiarities between the two newspapers but there is also a difference that is in making both candidates as the subject of news and in the placement of the page. Ths shows that both newspapers still prioritize the needs of the humanity in presentting the news.Key Word: Content Analysis, Media Tendency, Mayoral Election in Solo
Pendahuluan
Pada 2004 disahkan Undang-Undang tentang prosedural pemilihan kepala daerah yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yang merupakan pelaksanaan dari amandemen kedua UUD 1945 dimana ditambahkan satu ayat dalam pasal 18 UUD 1945 pada ayat 4 yang menyatakan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis. Pemilihan umum kepala daerah yang dilaksanakan secara serentak oleh 269 daerah, termasuk di Kota Solo pilkada serentak ini akan dilaksanakan pada 9 Desember 2015.
Di Kota Solo sendiri tercatat sebanyak 399.915 pemilih yang tercatat sebagai daftar pemilih tetap yang dapat menyumbangkan suaranya pada pilkada Solo 2015. (http://surakarta.go.id/konten/399915-warga-surakarta-berhak-ikut-pilkada-9-desember). Pilkada Solo mengusung dua kandidat yang akan bersaing untuk memenangkan jabatan sebagai orang nomor satu di Kota Solo. Pasangan nomer urut 1 yaitu Anung Indro Susanto – M Fajri, dan nomer urut 2 yaitu FX Hadi Rudyatmo – Achmad Purnomo.
Media massa menjadi salah satu sarana komunikasi politik yang digunakan dalam berkampanye karena sifat media massa yang mampu menjangkau khalayak secara luas, sehingga dianggap lebih efisian dalam menyebarkan ide-ide dan informasi untuk mempengaruhi khalayak. Ini membuat media massa dan kandidat kepala daerah memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Disatu pihak kandidat kepala daerah membutuhkan media massa untuk berkampanye tetapi dipihak lain media massa membutuhkan informasi untuk membuat berita, selain itu peristiwa politik selalu memiliki news value sehingga menarik media massa untuk memberitakannya meskipun peristiwa itu rutin terjadi.
Media massa menjadi saluran dari proses komunikasi dimana diharapkan mampu memberikan efek yaitu menarik khalayak untuk mendukung kandidat yang
dipromosikan. Disatu pihak media massa sesungguhnya memiliki fungsi pokok dalam pengembangan demokrasi yaitu pertama, fungsi informasi merujuk pada tugas yang tidak hanya melaporkan berita tetapi mampu menunjukkan kemajemukan pemahaman atas peristiwa. Fungsi representasi merupakan fungsi dimana media massa mampu memberikan alternatif perspektif yang dapat diperhatikan oleh khalayak dan menjadi opsi lain walaupun itu untuk kalangan minoritas, dan fungsi membantu mencapai tujuan bersama yang merupakan fungsi untuk menyelesaikan permasalahan dengan mendefinisikan tujuan bersama, mengimplikasi aspirasi, gagasan dan saran guna menyelesaikan masalah bersama. Dengan adanya fungsi pokok tersebut tentunya media massa diharapkan netral dalam melakukan setiap pemberitaan kepada khalayak.
SOLOPOS dan RADAR SOLO sebagai surat kabar yang sama-sama memiliki
orientasi pemberitaan dikota Solo, SOLOPOS dan RADAR SOLO dipilih sebagai
objek penelitian karena merupakan surat kabar harian lokal yang tentunya saling
bersaing untuk menyajikan berita terkait hajatan besar di Kota Solo ini. Menginggat
setiap media memiliki agenda masing-masing maka hal ini akan semakin menarik
untuk melihat apakah ada perbedaan kedua surat kabar ini dalam kecenderungan
memberitakan peristiwa, dalam penelitian ini dikhususkan pada peristiwa pilkada
kota Solo 2015. Pengaruh yang besar adanya media massa terutama surat kabar ini
tentunya membuat penulis berpendapat bahwa perbedaan kecenderungan liputan
mengenai kampanye pemilihan Walikota di Solo pada harian SOLOPOS dan
RADAR SOLO periode 26 Oktober - 9 Desember 2015 ini menjadi menarik untuk
diteliti.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana kecenderungan penyajian berita tentang kampanye pilkada
Solo 2015 antara surat kabar Solopos dengan surat kabar Radar Solo periode 26
Oktober 2015 – 9 Desember 2015?”
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah:
Untuk mengetahui kecenderungan penyajian berita tentang kampanye pilkada
Solo 2015 antara surat kabar Solopos dengan surat kabar Radar Solo periode 26
Oktober 2015 – 9 Desember 2015.
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Komunikasi sendiri digunakan dalam setiap aktifitas hidup manusia. Seperti
yang dikatakan oleh Lasswell bahwa suatu proses yang menjelaskan “siapa”,
“mengatakan apa”, “ dengan saluran apa”, “ kepada siapa”, dan “dengan akibat apa”
atau “hasil apa” merupakan definisi komunikasi yang menunjukkan bahwa
komunikasi memiliki beberapa karakteristik seperti komunikasi merupakan suatu
tahapan yang saling terkait dalam waktu tertentu, komunikasi juga memiliki unsur
kesengajaan dan tujuan yang mampu mempengaruhi sesuai dengan kemauan
pelakunya. Sehingga unsur-unsur dalam komunikasi yaitu sumber (source), pesan
(massage), saluran atau media (channel), penerima (receiver), dan efek (effect) saling
berantung. Tetapi seiring berkembangnya teknologi komunikasi, maka muncul pula
unsur baru dalam komunikasi yaitu umpan balik (feedback), gangguan komunikasi
(noise), konteks atau situasi komunikasi, kerangka pengalaman, dan perubahan.
Komunikasi menurut Denis McQuail proses komunikasi memiliki 6 tingkatan
yaitu komunikasi intra pribadi atau komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri,
komunikasi antar pribadi yaitu dilakukan secara langsung antara seseorang dengan
orang lainnya, komunikasi kelompok dimana setiap pribadi berkomunikasi dalam
kelompok sesuai dengan peran dan kedudukan dalam kelompok, komunikasi antar-
kelompok atau asosiasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok
lain, komunikasi organisasi dimana komunikasi ini mencakup kegiatan komunikasi
dalam suatu organisasi, dan terakhir komunikasi dengan masyarakat luas dimana
komunikasi ini terbagi dalam dua cara yaitu komunikasi massa dan komunikasi
langsung atau tanpa media massa.
Komunikasi memiliki beberapa sifat yaitu komunikasi bersifat dinamis dimana
interaksinya berkesinambungan, irreversible dimana pesan yang diberikan tidak akan
kembali lagi, proaktif yang berarti selalu ada ruang bagi penerimaan efek dengan
ketahanan tertentu, interaktif yang berarti dilakukan terus menerus sehingga akan
meningkatkan transaksi sosial, kontekstual dimana komunikasi konteksnya
menyesuaikan ruang dan waktu, dan terakhir komunikasi memiliki perspektif luas
karena setiap orang memiliki perspektif tersendiri terhadap suatu hal.
Sebagai suatu aktifitas dasar manusia tentunya komunikasi memiliki fungsi
spesifik yang berbeda, menurut Liliweri fungsi itu antara lain, pertama fungsi
informasi dalam komunikasi adalah bagaimana seseorang menjadi sumbar informasi
bagi orang lain, kedua fungsi persuasi merupakan fungsi komunikasi yang dirancang
sedemikian rupa sehingga mampu menarik minat dan mempengaruhi keyakinan,
kepercayaan dan prilaku khalayaknya, ketiga fungsi instruksi yang merupakan
informasi lebih yang membutuhkan interpretasi lebih jauh, dan fungsi terakhir yaitu
fungsi hiburan dimana komunikasi menjadi sarana hiburan bagi khalayaknya.
2. Komunikasi Politik
Komunikasi politik menurut McQuail merupakan “all processes of information
(including facts, opinions, beliefs, ect.) transmission, exchange and search engaged
in by participants in the course of institutionalized political activities” (semua proses
penyampaian informasi – termasuk fakta, pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan
dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para
partisipan dalam konteks kegiatan politik yang bersifat melembaga) (Pawito, 2009:
2).
Secara formal objek komunikasi politik adalah dampak atau hasil yang bersifat
politik disamping sebagai salah satu fungsi yang menjadi syarat untuk berfungsinya
sistem politik. Sedangkan objek material komunikasi menurut Sartori adalah dimensi-
dimensi komunikasi dari fenomena politik dan dimensi politis dari komunikasi
(Arrianie, 2010: 15). Hal ini sesuai dengan empat komponen dalam komunikasi
politik yang dinyatakan oleh Gurevith dan Blumler (1977) yaitu (Arrianie, 2010: 15):
a. Lembaga-lembaga politik dalam aspek komunikasinya.
b. Institusi media dalam aspek politiknya.
c. Orientasi khalayak terhadap komunikasi.
d. Aspek budaya politik yang relevan dengan komunikasi.
Dye dan Zeigler (Pawito, 2009: 13) mengemukakan lima fungsi politik media
massa yaitu:
a. Pemberitaan – media mengamati apa yang terjadi di masyarakat dan kemudian
melaporkannya.
b. Interpretasi – peran media sebagai penafsir atas realitas dalam wujud informasi
kepada publik. Media tidak hanya memberitakan tetapi juga menganalisis dan
memberikan penilaian terhadap kejadian-kejadian.
c. Sosialisasi – media mengindoktrinasi khalayak sehubungan dengan nilai,
keyakinan, sikap dan prilaku yang berkaitan dengan sistem yang berlaku. Selain
itu juga nilai-nilai kerukunan, patriotisme dan demokrasi.
d. Persuasi – media berusaha mempengaruhi prilaku khalayak seperti dalam masa
kampanye pemilu. Pemberitaan mengenai propaganda disampaikan karena
dilatarbelakangi kepentingan pihak-pihak tertentu.
e. Fungsi Agenda Setting – media menentukan apa yang ditentukan berkenaan
dengan isu-isu penting, mendefinisikan masalah serta mengajukan saran
pemecahan masalah. Media memberikan bobot tertentu terhadap sebuah
peristiwa. Bobot berita dapat dilihat dari pemberian alokasi ruang dan waktu
tertentu, penempatan berita pada halaman tertentu, dan penempataun urutan
pemberitaan.
Oleh sebab itu media massa sejatinya merupakan alat kampanye paling efektif
yang dibutuhkan tidak hanya mempromosikan calon pemimpin dalam pemilihan
umum melainkan juga berfungsi sebagai sarana untuk mengedukasi masyarakat
tentang pendidikan politik sejak dini. Media diharapkan mampu menurunkan tingkat
keapatisan masyarakat terhadap pemerintahan dan politik serta mampu menarik
pertisipasi masyarakat dalam menyumbangkan pemikirannya yang nantinya dapat
disalurkan oleh media. Sehingga media mampu memaksimalkan fungsinya untuk
menjembatani aspirasi masyarakat terhadap pemerintah serta menjadi media promosi
dan edukasi pemerintah terhadap khalayak.
3. Kampanye Politik
Kampanye diartikan sebagai proses interaksi yang berkaitan dengan pengiriman
dan pertukaran informasi di antara para politisi, para politisi dengan media massa,
dan para politisi dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu atau masyarakat
umum (Liliweri, 2011: 677). Tetapi di era sekarang ini, kampanye telah
memanfaatkan seluruh media massa secara maksimal guna mengumpulkan suara
sebanyak-banyaknya, berbeda dengan dahulu dimana dalam kampanye hanya
mengandalkan hubungan kerabatan dan kelompok. Sekarang khalayak bisa
memperoleh informasi untuk membandingkan informasi dari banyak media massa
untuk menentukan pilihannya.
Kampanye mencakup empat elemen yang saling berhubungan seperti kampanye
yang berbasis lingkungan (environment) pada peraturan dan undang-undang yang
berlaku, struktur media massa dalam suatu Negara. Elemen selanjutnya yaitu tujuan
(objectives) strategis kampanye yang diorganisasikan untuk menggalang kemampuan
berkomunikasi. Elemen selanjutnya dari kampanye yaitu dapat mengkomunikasikan
pesan sehingga dapat mencapai sasaran baik itu dengan bantuan media (channels of
communication) maupun tidak. Elemen terakhir yaitu memiliki dampak (impact)
tertentu terhadap khalayak yang telah ditargetkan. Kampanye politik tentunya
melibatkan banyak pihak seperti partai politik, kelompok kepentingan tradisional dan
kelompok gerakan sosial dan cultural yang sama-sama bergerak untuk mencapai
tujuan yang disepakati bersama.
Kampanye memiliki beberapa sifat seperti sumber yang melakukan kampanye
selalu jelas, waktu kampanye terikat dan dibatasi, gagasan yang diberikan terbuka
untuk diperdebatkan khalayak, tujuan dari kampanye tegas; spesifik; dan variatif,
khalayak bebas menerima dan menentukan pilihannya, tindakan dalam kampanye
diatur dengan kode etis, dan kepentingannya mempertimbangkan kepentingan kedua
belah pihak.
Memiliki tujuan memberikan persuasi pada khalayak guna mencapai tujuan
yang diharapkan, membuat kampanye tidak luput dari hal-hal negatif. Perebutan
kekuasaan senantiasa mendorong para pelaku kampanye untuk melakukan segala hal
untuk mendapatkan kekuasaan. Bahkan tidak jarang ada yang melakukannya dengan
menjelek-jelekkan kandidat lain atau pesaingnya.
4. Analisis Isi
Analisis isi adalah suatu metode riset dan analisis komunikasi yang dilakukan
secara sistematik, objektif dan kuantitatif dalam pengukuran sebuah variabel, seperti
yang diungkapkan Kerlinger (1973).
Terdapat tiga konsep dasar yang dikemukakan dalam desain penelitian analisis
isi yaitu:
a. Sistematis
Semua tahapan dan proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan
sistematis. Setiap kategori yang dipakai menggunakan suatu definisi tertentu, dan
semua bahan dianalisis dengan menggunakan kategori dan definisi yang sama
(Eriyanto, 2013: 19).
b. Objektif
Penelitian analisis isi digunakan sebagai cara untuk melakukan riset dimana
hasilnya mencerminkan isi penelitian bukan akibat dari subjektifitas. Penelitian
ini merupakan gambaran apa adanya tanpa adanya campur tangan peneliti.
Terdapat dua aspek penting dalam objektifitas yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas berarti analisis isi mengukur apa yang benar-benar ingin diukur.
Sedangkan reliabilitas berarti penelitian analisis isi akan menghasilkan temuan
yang sama meskipun penelitian dilakukan oleh orang yang berbeda dan waktu
yang berbeda.
c. Kuantitatif
Analisis isi dilakukan dengan cara pencatatan secara teratur tentang nilai-nilai,
bilangan-bilangan atau frekuensi dalam melukiskan berbagai jenis isi yang
didefinisikan.
Metode analisis isi Menurut Carney (1973) terdapat tiga tujuan pokok dari
analisis isi yaitu:
a. Mendiskripsikan data yang kompleks dan besar jumlahnya yang hanya bisa
diteliti menggunakan teknik analisis isi. tujuan ini bersifat klasik dan diskriptif.
b. Menguji hipotesis. Kelebihan tujuan ini antara lain peneliti berusaha mengatasi
permasalahan dalam analisis isi, pembuktian tidak menggunakan emosi sehingga
menghindarkan dari hasil yang bias, hipotesis dapat dijabarkan menjadi
pertanyaan penelitian yang dapat dijawab berdasarkan teks yang ada.
c. Membuat inferensi atau simpulan. Hal ini digunakan untuk menghasilkan temuan
tertentu yang nantinya dapat digunakan untuk membedakan antara budaya satu
dengan lainnya.
Penelitian analisis isi tentunya memiliki tahapan tahapan yang harus dilewati
dalam mencapai hasil penelitian yang diinginkan. Tahapan-tahapan riset analisis isi
sendiri yaitu:
a. Unitisasi
Unitisasi dalam analisis isi mempermudah mendekati objek sasaran riset yang
telah diketahui konstruksi datanya. Unitisasi terdiri dari unit fisik yang
dispesifikasi melalui bentuk visual. Unit sintaksis berkaitan dengan tata bahasa
dan eleme kosakata. Unit referensial merujuk pada identifikasi terhadap objek
dengan menyusun batasan tertentu. Unit proporsional adalah keseimbangan
representative dalam hetrogenitas konten yang harusditampilkan. Unit tematik
yaitu penentuan unit berdasarkan topik tertentu.
b. Sampling
Sampling dalam riset analisis isi juga berguna untuk aplikasi rasional penuh
argumentasi dan alasan yang kuat dalam mencapai efektivitas penelitian.
c. Recording
Recording mencakup tiga komponen penting. Pertama prosedur formal tentang
administrasi data. Kedua organisasi data yang dihasilkan. Ketiga bahasa data
yang tepat dan akurat.
d. Reduksi data
Data yang telah terorganisir perlu diringkas dan diseleksi akan lebih mudah
untuk dijustifikasi terhadap variabel dependent yang melatarinya.
e. Inferensiasi
Inferensi yang kontekstual aka lebih memantapkan peneliti untuk melakukan
analisis menggunajan teknik analisis isi yang valid.
f. Analisis dan validitas
g. Kesimpulan
Metodologi
Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif dimana penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran sistematis mengenai isi dokumen.
Penelitian kuantitatif digunakan untuk mengukur aspek-aspek tertentu, dalam
penelitian ini yaitu berita secara kuantitatif. Menurut Surakhmad (1994), cara untuk
melakukan penelitian ini yaitu dengan meneliti isi dokumen, diklasifikasikan menurut
kriteria atau pola tertentu dan dianalisis atau dinilai. Penelitian ini bersifat diskriptif
kuantitatif yang menjelaskan begaimana surat kabar Solopos dan surat kabar Radar
solo menyajikan pembertaan terkait kampanye pada pilkada Solo yang dijadwalkan
KPU akan berlangsung pada 26 Oktober 2015 – 9 Desember 2015 yang akan
dilakukan secara bergantian oleh kedua pasang calon Walikota Solo.
Analisis isi diskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan dan
memberi gambaran tentang berita. Penelitian ini menggunakan populasi semua berita
terkait Pilkada Solo 2015 pada surat kabar SOLOPOS dan RADAR SOLO dan
menggunakan sample berita Pilkada Solo periode 26 Oktober - 9 Desember 2015
pada surat kabar SOLOPOS dan RADAR SOLO. Adapun kategorisasi yang
digunakan dalam penelitian yaitu frekuensi, ragam isi atau topik berita, narasumber
berita, subjek berita, bentuk penulisan dan penempatan halaman.
Sajian dan Analisis Data
1. Penyajian data pemberitaan pilkada Solo berdasarkan frekuensi
No Surat Kabar
Frekuens
i P(%)
1 Solopos 73 49%
2
Jawa Pos Radar
Solo76 51%
Total 149 100%
2. Penyajian data pemberitaan pilkada Solo berdasarkan topik berita
No Topik
Solopos Jawa Pos Radar Solo
Frekuensi P (%)Frekuens
iP (%)
1 Persiapan Pilkada 14 19.2 17 22.4
2Pelanggaran
Kampanye18 24.7 8 10.5
3 Kampanye 13 17.8 16 21.1
4 Keamanan Pilkada 15 20.5 12 15.8
5 Sosialisasi Pilkada 4 5.5 8 10.5
6 Profil Kandidat 1 1.4 2 2.6
7 Program Kandidat 2 2.7 7 9.2
8Perlengkapan
Pilkada3 4.1 0 0
9 Aksi Masyarakat 3 4.1 6 7.9
Total 73 100 76 100
3. Penyajian data pemberitaan pilkada Solo berdasarkan subjek pemberitaan
No Subjek
Solopos Jawa Pos Radar Solo
Frekuens
iP (%)
Frekuens
iP (%)
1 Anung-Fajri 11 15.1 26 34.2
2 Rudy-Purnomo 9 12.3 6 7.9
3Anung-Fajri & Rudy-
Purnomo16 21.9 14 18.4
4 Bukan keduanya 37 50.7 30 39.5
Total 73 100 76 100
4. Penyajian data pemberitaan pilkada Solo berdasarkan sumber berita
No Sumber
Solopos Jawa Pos Radar Solo
Frekuensi P (%) Frekuensi P (%)
1 Kandidat 5 6.8 14 18.4
2
Penyelenggara
Pilkada 28 38.4 32 42.1
3 Tim Sukses 16 21.9 13 17.1
4 Ahli 4 5.5 3 3.9
5 Masyarakat 7 9.6 4 5.3
6 TNI/POLRI 6 8.2 7 9.2
7 Eksekutif 7 9.6 3 3.9
Total 73 100 76 100
5. Penyajian data pemberitaan pilkada Solo berdasarkan bentuk penulisan
No SumberSolopos
Jawa Pos Radar
Solo
Frekuensi P (%) Frekuensi P (%)
1 Straight News 59 80.8 59 77.6
2 Feature News 14 19.2 17 22.4
Total 73 100 76 100
6. Penyajian data pemberitaan pilkada Solo berdasarkan penempatan halaman
No Sumber
SoloposJawa Pos Radar
Solo
Frekuensi P (%) FrekuensiP
(%)
1Halaman Utama
Headline8 11 1 1.3
2Halaman Utama
Bukan Headline8 11 23 30.3
3 Halaman Dalam 57 78 52 68.4
Total 73 100 76 100
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, pengujian, analisis dan interpretasi dalam
penelitian kecenderungan penyajian berita tentang kampanye pilkada Solo 2015
antara surat kabar Solopos dengan surat kabar Radar Solo periode 26 Oktober 2015 –
9 Desember 2015, peneliti menarik kesimpulan bahwa surat kabar Solopos dan surat
kabar Radar Solo memiliki kecenderungan yang sedikit berbeda terkait pemberitaan
kampanye pilkada Kota Solo. Kedua surat kabar sama-sama memberitakan kampanye
pilkada Kota Solo hampir sama banyaknya, tetapi surat kabar Radar Solo lebih
banyak menjadikan pasangan nomer urut 1 yaitu pasangan Anung Indro Susanto – M
Fajri sebagai subjek berita dibandingkan pasangan nomer urut 2 yaitu FX Hadi
Rudyatmo – Achmad Purnomo.
Surat kabar Solopos juga lebih banyak menempatkan beritanya pada halaman
utama tetapi surat kabar Radar Solo hanya sedikit berita terkait kampanye pilkada
Kota Solo yang diletakkan pada halaman utama.Tetapi diluar perbedaan tersebut
masih banyak kesamaan antara kedua surat kabar ini. Hal ini dikarenakan kedua surat
kabar sama-sama berusaha untuk memberikan sajian yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Kota Solo.
Saran Peneliti berharap, penelitian ini akan dikembangkan lebih dalam lagi terkait
pemilihan umum baik dalam tingkat daerah hingga tingkat nasional. Diharapkan pula
penelitian ini dapat dilakukan bukan hanya terkait pemilihan kepala daerah tetapi juga
dalam pemilihan legislatif hingga pemilihan presiden. Sehingga dapat dilihat pola-
pola kecenderungan pemberitaan setiap media atau perbedaan pemberitaan pemilihan
umum di tiap-tiap daerah. Penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan topic yang
sama tetapi dengan metode penelitian yang berbeda seperti penelitian framing atau
analisis wacana. Sehingga dapat menjadi penyempurna dari penelitian sebelumnya.
Peneliti berharap terhadap media untuk tetap netral dalam mengolah informasi
menjadi berita, karena media seharunya berpihak kepada kepentingan masyarakat
sehingga harus bersikap objektif dan netral dalam memberitakan suatu peristiwa.
Kemampuan media dalam mempengaruhi pendapat masyarakat sebaiknya tidak
digunakan sebagai alat untuk mengiring opini masyarakat untuk kepentingan
golongan tertentu. Sehingga netralitas dan idealisme media dapat tetap terjaga untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi.
Daftar Pustaka
Arrianie, L. 2010. Komunikasi Politik : Politisi dan Pencitraan di Panggung Politik. Bandung: Widya Padjadjaran.
Dikutip dari http://surakarta.go.id/konten/399915-warga-surakarta-berhak-ikut-pilkada-9-desember. diakses pada 06/02/2016 jam 08.55 WIB.
Eriyanto. 2013. Analisis Isi : Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri.
Liliweri, A. 2011. Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana.
Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar . Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Pawito. 2009. Komunikasi Politik : Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jala Sutra.
Recommended