View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
CHECKLIST
REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA. 2017
No Pernyataan Y/T Keterangan
I Format 1. Laporan Kinerja (LKj) telah menampilkan data penting IP
Uraian singkat organisasi Y LKj sudah menyajikan uraian singkat organisasi pada bagian BAB I. Pendahuluan
Rencana & target kinerja yang ditetapkan
Y LKj sudah menyajikan rencana dan target kinerja pada bagian BAB II. Perjanjian Kinerja
Pengukuran Kinerja Y LKj sudah menyajikan kinerja sebanyak 9 (Sembilan) indicator Kinerja Utama (IKU) pada BAB III. Akuntabilitas Kinerja.
Evaluasi & Analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil program/kegiatan & kondisi terakhir yang seharusnya terwujud
Y LKj sudah dievaluasi dan dianalisis
2. LKj telah menyajikan
informasi target kinerja
3.
4.
5.
LKj telah menyajikan ringkasan/ikhtisat PK tahun yang bersangkutan
Y LKj telah menyajikan ringkasan/ikhtisar Perjanjian Kinerja (PK) tahun yang 2017 terdapat di BAB II. Perjanjian Kinerja dengan 9 (Sembilan) IKU yang menyajikan informasi target kinerja
2
No Pernyataan Y/T Keterangan
3. LKj telah menyajikan
capaian kinerja IP yang
memadai
LKj telah menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi
Y Pada dasarnya penyajian capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi BNN dengan 9 (sembilan) IKU sudah cukup memadai tersaji pada BAB III
Untuk setiap capaian kinerja dilakukan analisis yang memadai (kriteria lihat tabel)
Y Penyajian capaian kinerja telah diformulasikan dalam table dan diikuti dengan penjelasannya.
Menyajikan perbandingan capaian kinerja antara realisasi tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya
Y Penyajian perbandingan capaian kinerja disajikan dalam bentuk grafik
4. Telah menyajikan dengan
lampiran yang
mendukung informasi
pada badan laporan
Adanya lampiran pendukung informasi
Y Data rinci sudah dijabarkan di badan laporan, jadi tidak dilampirkan lagi
5. Telah menyajikan upaya
perbaikan ke depan
Telah dibuat rekomendasi untuk perbaikan
Y Sudah, tetapi upaya perbaikan yang disampaikan masih bersifat umum, tidak spesifik sesuai dengan hamabatan/kendala yang dihadapi
6. Telah menyajikan
akuntablitas keuangan
Penyajian informasi keuangan harus mencerminkan dukungan terhadap nilai kinerja
Y Aspek pengukuran nilai kinerja terdiri dari aspek implementasi dan aspek manfaat
3
No Pernyataan Y/T Keterangan
II Mekanisme
penyusunan
1. LKj IP disusun oleh unit kerja yang memiliki tugas fungsi untuk itu
LKj disusun sesuai Tupoksi Organisasi penyusunan atau Tim yang dibentuk dengan Keputusan Kepala BNN
Y LKj disusun sesuai dengan Tusi masing-masing satker sesuai dengan Perka BNN No.16 tahun 2014 dan Perka BNN No. 3 tahun 2015 sebagaimana yang telah dirubah pada Perka BNN No. 23 tahun 2017.
2. Informasi yang
disampaikan dalam LKj
telah didukung dengan
data yang memadai
Untuk setiap sasaran yang disajikan didukung dengan data resmi dari masing-masing Satker BNN
Y Telah mengkonfirmasi terhadap masing-masing satker
Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Y Telah disajikan dalam bentuk tabel
Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
Y Telah disajikan dalam bentuk tabel
Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan
Y Telah dilakukan analisis
4
No Pernyataan Y/T Keterangan
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Y Telah dilakukan analisa
Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
Y Sudah dilaksanakan
Realisasi anggaran yang digunakan dan dibandingkan dengan anggaran yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja
Y Sudah dilaksanakan
3. Telah terdapat
mekanisme penyampaian
data dan informasi dari
unit kerja ke unit
penyusun LKj
4.
Adanya Surat Edaran yang berisis mekanisme penyampaian data dan informasi dari unit kerja ke unit penyusun LKj
Y Keputusan Kepala BNN No. 388 tahun 2015 tentang mekanisme penyajian LKIP
4. Telah ditetapkan
penanggung jawab
pengumpulan
data/informasi di setiap
unit kerja
5.
Penetapan penanggung jawab pengumpulan data/informasi di setiap unit kerja khususnya berkaitan dengan penyusunan LKIP
Y Telah ditunjuk penanggungjawab
5
No Pernyataan Y/T Keterangan
5. Data/informasi kinerja
yang disampaikan dalam
LKj telah diyakini
keandalannya
Data yang disajikan telah didukung dengan informasi yang akurat dan diyakini kebenarannya
Y Telah dilakukan konfirmasi kepada masing-masing satker terkait
6. Analisis/penjelasan
dalam LKj telah diketahui
oleh unit kerja terkait
7.
Informasi yang disajikan telah dianalisis serta diberikan penjelasan oleh unit kerja terkait
Y Sudah disajikan dan paparkan kembali kepada masing-masing satker terkait
7. LKj IP bulanan merupakan gabungan partisipasi dari dibawahnya.
Masing-masing unit kerja telah membuat LKj dan berbeda dengan LKj IP
Y Masing-masing satker memiliki sasaran kinerja
III Substansi 1. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam perjanjian kinerja
Target tujuan/sasaran telah ditentukan dalam renstra
Y Sasaran dalam LKj telah sesuai dengan sasaran dalam perjanjian kinerja
2. Tujuan/sasaran dalam
LKj telah selaras dengan
rencana strategis
Sasaran telah ditentukan dalam renstra
Y Sasaran dalam LKj telah selaras dengan rencana strategis
6
No Pernyataan Y/T Keterangan
3. Jika butir 1 dan 2
jawabannya tidak, maka
terdapat penjelasan yang
memadai
- -
4. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam Indikator Kinerja
Target Indikator telah ditentukan dalam renstra
Y Telah sesuai
5. Tujuan/sasaran dalam
LKj telah sesuai dengan
tujuan/sasaran dalam
Indikator Kinerja Utama
IKU telah ditentukan dalam Renstra
Y
6. Jika butir 4 dan 5
jawabannya tidak, maka
terdapat penjelasan yang
memadai
7. Telah terdapat
perbandingan data
kinerja dengan tahun
lalu, standar nasional
dan sebagainya yang
bermanfaat
- T Standar nasional belum ada
i Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
KATA PENGANTAR
uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan hidayah-Nya, Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN)
Tahun 2017 ini, dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu yang
ditentukan.
Penyusunan laporan kinerja ini dimaksudkan sebagai implementasi Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih
dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang menetapkan, bahwa setiap
penyelenggara negara wajib mempertanggungjawabkan hasil akhir setiap program
dan kegiatan yang telah dilakukan kepada masyarakat.
Pelaksanaan pelaporan kinerja ini, juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
yang menegaskan bahwa setiap entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan
laporan keuangan dan kinerja yang berisi tentang ringkasan keluaran dari masing-
masing progam dan kegiatan yang telah dilaksanakan
Tahun Anggaran 2017, BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian,
telah melaksanakan 2 (dua) Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan Program Pencegahan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), yang dalam implementasi
progam dan kegiatan mengacu pada rencana strategis lembaga dalam upaya
mewujudkan visi dan misi organisasi.
Sebagai penanggung jawab program dan kegiatan di bidang P4GN, kepala
BNN wajib melaporkan dan mempertanggung jawabkan kinerja secara akuntabel
baik kepada Presiden sebagai Kepala Negara maupun masyarakat sebagai
penerima manfaat program dan kegiatan yang digulirkan.
Sebagai gambaran bahwa capaian sasaran strategis yang telah ditetapkan
BNN, ada yang telah mencapai target dengan baik bahkan terdapat sasaran kinerja
yang melebihi target yang ditentukan, disisi lain juga masih terdapat target kinerja
yang belum mencapai hasil secara optimal, tentunya keberhasilan dan kegagalan
P
iii Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA
BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2017
Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai Lembaga Pemerintah Non
Kementerian telah melaksanakan 2 Program yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN.
2. Program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Capaian target kinerja BNN Tahun 2017, telah menggambarkan semakin
berfungsinya peran dari berbagai elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengembangan program P4GN. Dukungan dan peran serta masyarakat ditandai
dengan semakin berkembangnya kerjasama dalam pelaksanaan program baik
dengan Kementerian/Lembaga/Instansi maupun Organisasi Kemasyarakatan
sedangkan Kerjasama Internasional sudah membuahkan hasil dengan informasi
yang jelas dan akurat yang berdampak pada hasil pengungkapan kasus
penyelundupan berbagai jenis narkotika yang diselundupkan untuk di edarkan di
Indonesia.
Berdasarkan evaluasi bahwa kinerja Satker setiap tahunnya sudah
menunjukkan peningkatan yang berarti, namun dibalik peningkatan kinerja tidak
lepas dari permasalahan dan kendala terkait dengan keterbatasan sumber daya
manusia baik secara kualitas maupun kuantitas, sumber daya manusia yang paling
dibutuhkan saat ini terutama bidang pemberantasan. Sampai saat ini bidang
pemberantasan di beberapa Satker di ke wilayahan belum terisi baik struktural
maupun fungsional.
Realiasi target kinerja kedua program tersebut di implementasikan melalui 5
(lima) Sasaran Strategis dengan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Utama, dengan
kriteria capaian sebagai berikut:
1. Capaian di atas 100% sebanyak = 4 Indikator Kinerja Utama;
2. Capaian 90 s/d 100% sebanyak = 4 Indikator Kinerja Utama; dan
3. Capaian 30 sd 40% sebanyak = 1 Indikator Kinerja Utama.
Narkoba (P4GN).
iv Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi kendala keterbatasan
sumberdaya dilakukan dengan pergeseran personil pada satuan kerja yang sangat
membutuhkan dan tergolong rawan peredaran narkoba. Disamping itu
mengoptimalkan anggaran yang tersedia khususnya yang berkaitan dengan belanja
pegawai.
Walaupun tahun 2017 pemerintah telah membuka keran penerimaan pegawai
negeri, namun BNN belum mendapatkan personil sesuai jumlah alokasi yang ada.
Penerimaan pegawai negeri dengan satu pintu diharapkan akan menghasilkan
pegawai yang profesional. Adapun upaya mengatasi kekurangan sumber daya
manusia sekarang ini tetap dengan kerjasama dengan pemerintah daerah. Disisi lain
pemerintah daerah juga mengalami hal yang sama karena dalam beberapa tahun
belakangan ini tidak ada penambahan pegawai, disisi lain pengurangan pegawai
secara alami karena pensiun dan juga oleh sebab lainnya.
Dari segi penyerapan anggaran, BNN Tahun 2017 berhasil menyerap anggaran
sebesar 90,6%. Sisa anggaran merupakan sumbangan dari sisa Belanja Barang
dan Belanja Modal. Penambahan anggaran melalui APBNP yang pengesahannya
mendekati akhir tahun anggaran, sangat mungkin mengakibatkan keterlambatan
baik dalam pembayaran maupun dalam penyelesaian pekerjaan.
v Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA BADAN NARKOTIKA
NASIONAL TAHUN 2017 ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Dasar Hukum ....................................................................................... 3
C. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan ..................................... 4
D. Struktur Organisasi ............................................................................... 7
E. Sistematika ........................................................................................... 8
BAB II PERENCANAAN KINERJA ...................................................................... 9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................... 12
A. Capaian Kinerja Organisasi ............................................................... 12
B. Realisasi Anggaran ........................................................................... 67
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 73
vi Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur Standar Layanan Rehabilitasi Berkesinambungan ................ 34
Gambar 2 Pencapaian Indikator Kinerja Fasilitas Rehabilitasi ....................... 35
Gambar 3 Pencapaian Kinerja Anggaran BNN pada Sismonev Kemenkeu ... 78
vii Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2017 ................................. 11
Tabel 2 Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2017 ...................................... 12
Tabel 3 Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui
Media Sosial ......................................................................................... 15
Tabel 4 Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden
melalui Media Sosial ............................................................................ 16
Tabel 5 Karakteristik Kriteria dalam IKP ......................................................... 23
Tabel 6 Bobot Penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Masyarakat . 23
Tabel 7 Perhitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Bidang
Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017 ............................................ 24
Tabel 8 Kategori Penilaian Standar Pelayanan Minimal Fasilitas
Rehabilitasi Instansi Pemerintah........................................................ 38
Tabel 9 Fasilitas Rehabilitasi Instansi Pemerintah yang Operasional
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ...................................... 39
Tabel 10 Penilaian Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang
Sudah Beroperasional ......................................................................... 41
Tabel 11 Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang Operasional
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ...................................... 42
Tabel 12 Kondisi Pertanggungjawaban Keuangan pada Badan Narkotika
Nasional dalam Opini BPK RI ............................................................. 56
Tabel 13 Perbandingan Nilai Hasil Capaian Kinerja BNN ................................ 61
Tabel 14 Kriteria Pengukuran Opini Publik terhadap Layanan BNN .............. 70
Tabel 15 Realisasi Anggaran BNN Tahun Anggaran 2017 .............................. 73
Tabel 16 Nilai Kinerja Anggaran BNN Berdasarkan PMK 249 Tahun 2011 .... 78
viii Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden
melalui Media Sosial ............................................................................ 15
Grafik 2 Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden
melalui Media Sosial ............................................................................ 16
Grafik 3 Klasifikasi Pencapaian Indikator Responsif ...................................... 19
Grafik 4 Perbandingan Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Tahun 2016 dengan 2017 .................................................................... 24
Grafik 5 Jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada Tahun 2017 ....... 26
Grafik 6 Proyeksi Skala IKP Tahun 2017-2019 ................................................. 29
Grafik 7 Jumlah Fasilitas Rehabilitasi Baik Milik Instansi Pemerintah
maupun Komponen Masyarakat yang Diberikan Peningkatan
Kemampuan ......................................................................................... 35
Grafik 8 Persebaran Fasilitas Rehabilitasi yang Sudah Operasional di
Setiap Provinsi ..................................................................................... 36
Grafik 9 Sebaran Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan
Narkoba yang Direhabilitasi ............................................................... 36
Grafik 10 Jumlah Fasilitasi Program Pascarehabilitasi .................................... 37
Grafik 11 Penilaian terhadap 70 Fasilitas Rehabilitasi Instansi Pemerintah ... 41
Grafik 12 Kategori Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang
Operasional sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ................. 43
Grafik 13 Hasil Proses Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Bidang
Rehabilitasi .......................................................................................... 44
ix Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Grafik 14 Hasil Proses Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Bidang
Rehabilitasi .......................................................................................... 45
Grafik 15 Jumlah Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba yang Terungkap .... 49
Grafik 16 Perbandingan Penanganan Berkas Perkara Tindak Pidana
Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor
Narkotika yang P-21 Tahun 2016 dan Tahun 2017 ........................... 53
Grafik 17 Perbandingan Capaian Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN ....... 65
Grafik 18 Persentase Rata-Rata Opini Publik terhadap BNN ........................... 70
Grafik 19 Komposisi Pagu BNN per Bidang Tahun Anggaran 2017 ................ 75
Grafik 20 Realisasi Anggaran BNN Tahun 2017 ................................................ 77
x Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2017 ............................. 81
Lampiran 2 Hasil Pengukuran Aspek Manfaat P4GN TA. 2016 ....................... 84
Lampiran 3 Sebaran Informasi Bidang Pencegahan ........................................ 97
Lampiran 4 Daftar Hasil Pemetaan Jaringan Sindikat Narkotika Tahun
2017 ................................................................................................ 102
Lampiran 5 Data Penanganan Kasus Narkotika Tahun 2010 – 2017 ............ 105
BAB I
PENDAHULUAN
1 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang melanda dunia juga
telah menjadi salah satu masalah yang menakutkan bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia, Narkoba dan obat-obatan psikotropika sudah merambah ke
seluruh wilayah tanah air dan menyasar ke berbagai lapisan masyarakat tanpa
kecuali. Sasaran peredaran Narkoba bukan hanya tempat-tempat hiburan
malam, tetapi sudah merambah ke daerah pemukiman, kampus, ke sekolah-
sekolah, rumah kos, dan bahkan di lingkungan rumah tangga.
Penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba memerlukan keseriusan dan kerjasama oleh seluruh komponen
masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena permasalahan Narkoba
merupakan kejahatan yang luar biasa, terorganisir, tanpa batas (global), dan
sudah multi etnis (melibatkan berbagai suku bangsa).
Berdasarkan data yang ada di BNN, bahwa korban penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia tidak terbatas pada kalangan kelompok masyarakat yang
mampu, tetapi juga sudah merambah ke kalangan masyarakat ekonomi
rendah. Modus untuk kalangan pemakai pemula, para bandar dan pengedar
tidak mematok harga, namun dilakukan dengan cara pemberian secara gratis
sampai si korban menjadi ketergantungan, dan setelah si korban
ketergantungan saat itulah keberhasilan bandar untuk mencari pangsa pasar
baru.
Mencermati perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba yang terjadi akhir-akhir ini, menjadi situasi yang sangat
mengkhawatirkan, sehingga menjadi persoalan kenegaraan yang mendesak.
Pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla, telah
menyatakan kepada seluruh bangsa Indonesia, bahwa Indonesia berada dalam
situasi darurat narkoba. Perang besar terhadap Narkoba yang diserukan
2 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
pemimpin bangsa ini menuntut seluruh elemen bangsa untuk bergerak
melawan kejahatan terorganisir yang bersifat lintas negara tersebut.
Korban penyalahgunaan Narkoba tidak hanya menyasar orang dewasa,
mahasiswa dan pelajar SMU tetapi sudah sampai pada pelajar setingkat SD.
Kaum remaja menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap
penyalahgunaan Narkoba, karena selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu
ingin tahu. Mereka juga mudah putus asa dan mudah dipengaruhi oleh
pengedar yang berakibat jatuh pada masalah penyalahgunaan Narkoba.
Bahkan hasil temuan terakhir, ditemukan anak yang baru berusia 6 (enam)
bulan sudah terdeteksi kena narkoba. Hal ini menggambarkan bahwa orang tua
anak tersebut merupakan pengguna narkoba, yang apabila tidak dilakukan
penanganan serius akan berakibat bisa kehilangan generasi (lost generation)
Sebagai focal point penanggulangan Narkoba di tanah air, Badan
Narkotika Nasional (BNN) telah melakukan berbagai upaya penanggulangan
dengan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi P4GN kepada seluruh
lapisan masyarakat melalui Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat,
Rehabilitasi, dan Pemberantasan serta meningkatkan kerjasama nasional dan
internasional.
Pelaksanaan kerjasama Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di tingkat pusat
dengan Kementerian/Lembaga/Instansi didukung dengan adanya perubahan
kebijakan pemerintah dalam sistem penganggaran dari semula penganggaran
berbasis fungsi (Money Follow Function) berubah menjadi penganggaran
berbasis program (Money Follow Program) yang berdampak pada kemudahan
bagi K/L/I mengalokasikan anggaran masing-masing dalam pelaksanaan
program P4GN.
Penulisan Laporan Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
Kepala BNN kepada Presiden dan para pemangku kepentingan lainnya atas
pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diperjanjikan di awal tahun
anggaran 2017, dan dalam hal ini Kepala BNN juga melaksanakan amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah.
3 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah.
5. Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional.
6. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014
tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.
9. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan
Narkotika Nasional Kabupaten/Kota sebagaimana telah beberapa kali
mengalami perubahan terakhir dengan Peraturan Kepala Nomor 23
Tahun 2017.
10. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah
Daerah maupun Masyarakat.
4 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
C. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan
1. Kedudukan
Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala.
2. Tugas
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba.
b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba.
c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba.
d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
danrehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun masyarakat.
e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba.
g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional
maupun internasional, guna mencegah dan memberantas
peredaran gelap Narkoba.
h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika.
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenang.
5 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Selain tugas sebagaimana dimaksud, BNN juga bertugas menyusun dan
melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika,
prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN.
b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur
dan kriteria P4GN.
c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum
dan kerja sama di bidang P4GN.
e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di
bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan,
Rehabilitasi, Hukum dan Kerja Sama.
f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi
vertikal di lingkungan BNN.
g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen
masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta
pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di
lingkungan BNN.
i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta
masyarakat.
j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan
peredaran gelap Narkoba.
k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang
Narkoba.
6 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen
masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali
ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi
penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba.
m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkoba yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan
dan/atau pecandu Narkoba berbasis komunitas terapeutik atau
metode lain yang teruji keberhasilannya.
o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan
perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang
P4GN.
p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di
bidang P4GN.
q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN
di lingkungan BNN.
r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi
pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.
s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode
etik profesi penyidik BNN.
t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan
pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
u. Pelaksanaan pengujian Narkoba.
v. Pengembangan laboratorium uji Narkoba.
w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan
nasional di bidang P4GN.
4. Kewenangan
Kewenangan BNN secara umum terlihat secara implisit pada
tugasnya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-undang
adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan jaringan sindikat
Narkoba, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan.
7 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
D. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Kepala BNN
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika
Nasional adalah sebagai berikut:
1. Kepala BNN;
2. Sekretariat Utama;
3. Inspektorat Utama;
4. Deputi Bidang Pencegahan;
5. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat;
6. Deputi Bidang Pemberantasan;
7. Deputi Bidang Rehabilitasi;
8. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama;
9. Pusat Penelitian, Data, dan Informasi; dan
10. Instansi Vertikal.
STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL
8 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
E. Sistematika
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) di bidang P4GN ini disusun
dengan sistimatika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan;
Bab II Perencanaan Kinerja;
Bab III Akuntabilitas Kinerja; dan
Bab IV Penutup.
Lampiran:
1. Perjanjian Kinerja; dan
2. Lain-lain yang dianggap perlu.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
9 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Sasaran pembangunan nasional terkait dengan penanganan permasalahan
narkoba difokuskan pada upaya penguatan pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan narkoba dengan indikator keberhasilan terkendalinya angka
prevalensi penyalahgunaan narkoba. Hal tersebut disebabkan akibat dampak buruk
narkoba yang sangat luar biasa bagi kelangsungan dan kemajuan bangsa,
menjadikan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba menjadi
salah satu agenda pembangunan nasional. Pernyataan tersebut telah tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
yaitu: Dengan memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat.
Adapun yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu RPJM tersebut adalah
menguatnya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan Narkoba yang
ditandai dengan terkendalinya angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba. Dalam
RPJMN tersebut telah ditetapkan Laju peningkatan Prevalensi Penyalahgunaan
Narkobadi Indonesia sebesar 0,03% per tahun.
Sedangkan arah kebijakan BNN dalam rangka mencapai sasaran menguatnya
pencegahan dan penanggulangan Narkoba adalah dengan:
1. Mengintensifkan upaya sosisalisasi bahaya penyalahgunaan Narkoba (demand
side);
2. Meningkatnya upaya terapi dan rehabilitasi pecandu dan korban
penyalahgunaan Narkoba (demand side); dan
3. Meningkatnya efektivitas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba (supply side).
Adapun strategi BNN untuk melaksanakan arah kebijakan di atas adalah:
1. Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di daerah;
2. Diseminasi informasi tentang bahaya Narkoba melalui berbagai media;
3. Penguatan lembaga terapi dan rehabilitasi;
10 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
4. Rehabilitasi pada korban penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba; dan
5. Kegiatan intelijen Narkoba.
Sejalan dengan RPJMN tersebut, BNN sebagai focal point penanggulangan
Narkoba di tanah air, menetapkan visi, misi, tujuandan sasaran strategis untuk
menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi seluruh unit kerja BNN sebagai
berikut:
Visi : “Menjadi lembaga yang profesional, tangguh, dan terpercaya dalam
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika”
Adapun misi yang dirumuskan untuk mewujudkan visi tersebut adalah:
1. Mengembangkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan;
2. Mengoptimalkan sumber daya dalam penyelenggaraan pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika;
3. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika secara komprehensip;
dan
4. Memberantas peredaran gelap narkotika secara profesional.
Sedangkan Tujuan yang ditetapkan adalah:
1. Peningkatan perlindungan dan penyelamatan masyarakat dari ancaman
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika;
2. Pelemahan jaringan sindikat peredaran gelap narkotika;
3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN; dan
4. Peningkatan tata kelola sumber daya organisasi.
Adapun langkah yang ditetapkan dan diperjanjikan dalam upaya mewujudkan
visi, misi, tujuan dalam rangka peningkatan penanganan pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba ditetapkan melalui
Perjanjian Kinerja BNN Tahun 2017 sebagaimana tabel di bawah ini.
11 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Tabel 1.
Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4
1 Meningkatnya daya tangkal
(faktor protektif) masyarakat
terhadap pengaruh buruk
penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika
Persentase pemahaman
masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan narkotika
70%
Meningkatnya kesadaran dan
kepedulian masyarakat dalam
penanganan P4GN
Indeks kemandirian
masyarakat
2,8
Meningkatnya upaya
pemulihan pecandu narkotika
melalui layanan rehabilitasi
yang komprehensif dan
berkesinambungan
Jumlah fasilitas rehabilitasi
yang telah memenuhi standar
layanan minimal
140
Fasilitas
Meningkatnya pengungkapan
jaringan, penyitaan barang
bukti, dan aset sindikat
peredaran gelap narkotika
Jumlah jaringan sindikat tindak
pidana narkotika yang
terungkap
24
Jaringan
Persentase penyelesaian
penyidikan asset (TPPU)
tersangka tindak pidana
narkotika hasil tindak pidana
narkotika
100%
2 Terwujudnya manajemen
organisasi yang proporsional,
profesional, dan produktif
Opini Laporan Keuangan WTP
Nilai LKIP B
Nilai Indeks Reformasi
Birokrasi BNN
60
Opini publik terhadap BNN 70
BAB III AKUNTABILITAS
KINERJA BNN
12 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA BNN
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada awal tahun anggaran 2017, BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non
Kementerian, telah melakukan penetapan Perjanjian Kinerja di lingkungan
BNN, Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk komitmen dari pimpinan
organisasi untuk mewujukan setiap sasaran strategis yang diperjanjikan.
Adapun Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ditetapkan 5 (lima) sasaran
strategis dengan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Utama (IKU). Kelima sasaran
strategis tersebut, meliputi 4 (empat) sasaran bidang operasional yang
berhubungan langsung dengan kepentingan umum sedang 1 sasaran lainnya
menjadi penyanggah untuk memperkuat/mendukung pencapaian sasaran
kepentingan umum.
Berikut gambaran capaian, setiap sasaran dan indikator kinerja utama
sebagai berikut:
Tabel 2.
Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2017
No. Sasaran Strategis Indikator
Kinerja Utama
Target
2017
Realisasi
2017
Capaian
(%)
1 2 3 4 5 6
1. Meningkatnya daya
tangkal (faktor protektif)
masyarakat terhadap
pengaruh buruk
penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika
Persentase
pemahaman
masyarakat
terhadap bahaya
penyalahgunaan
narkotika
70% 84% 120
2. Meningkatnya kesadaran
dan kepedulian
masyarakat dalam
penanganan P4GN
Indeks
kemandirian
masyarakat
2,8 2,71 96,78
3. Meningkatnya upaya
pemulihan pecandu
narkotika melalui layanan
rehabilitasi yang
komprehensif dan
berkesinambungan
Jumlah fasilitas
rehabilitasi yang
telah memenuhi
standar layanan
minimal
140
Fasilitas
127
Fasilitas
90,71
13 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Sasaran Strategis Indikator
Kinerja Utama
Target
2017
Realisasi
2017
Capaian
(%)
1 2 3 4 5 6
4. Meningkatnya
pengungkapan jaringan,
penyitaan barang bukti,
dan aset sindikat
peredaran gelap narkotika
Jumlah jaringan
sindikat tindak
pidana narkotika
yang terungkap
24
Jaringan
33
Jaringan
137,50
Persentase
penyelesaian
penyidikan asset
(TPPU)
tersangka tindak
pidana narkotika
hasil tindak
pidana narkotika
100% 38% 38
5. Terwujudnya manajemen
organisasi yang
proporsional, profesional,
dan produktif
Opini Laporan
Keuangan
WTP WTP 100
Nilai LKIP B B 100
Nilai Indeks
Reformasi
Birokrasi BNN
60 66,27 110,45
Opini publik
terhadap BNN
70 78,8 112,57
Capaian kinerja BNN selama kurun waktu tahun 2017, diuraikan melalui
pemantauan langsung kepada para penerima program melalui pelaksanaan
monitoring dan evaluasi dan juga melalui masukan baik langsung maupun tidak
langsung dari masyarakat, dan hasil masukan dari penerima program dilakukan
analisis data yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. Analisis
dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam bentuk
narasi maupun tabel atau grafik.
1. Sasaran : Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif)
masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika
Keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas diukur melalui Indikator
Kinerja Utama (IKU) berikut ini:
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
1. Persentase pemahaman
masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan narkotika
70% 84% 120
14 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Secara definisi, yang dimaksud dengan tingkat pemahaman masyarakat
terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba merujuk pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Pemahaman masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba baik
terhadap materi yang disampaikan/disebarkan melalui media elektronik
maupun non elektronik dan ditunjukan pula sampai pada
keaktifan/kemauan mengajak menjauhi bahaya penyalahgunaan
narkoba; dan
2. Responsifitas instansi/lembaga dalam melakukan kegiatan P4GN
ditunjukan dengan berbagai aktivitas dan peran serta aktif dalam
pencegahan.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap Indikator Kinerja di atas
diperoleh hasil pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan
narkotika sebesar 84%, dimana hasil kinerja tersebut dikaji kembali sejauh
mana efektivitas program pencegahan yang dilakukan melalui survei secara
langsung terhadap penerima program Bidang Pencegahan baik melalui media
diseminasi informasi maupun advokasi.
Pengukuran pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan
narkoba dilakukan melalui survei terhadap seluruh sasaran masyarakat yang
mendapatkan informasi melalui media penyiaran, online, cetak, dan
konvensional.
Dari hasil survei tersebut dengan total responden sebanyak 49.371
(sampling dari 30% yang telah terpapar informasi P4GN) didapatkan data
sebagai berikut:
1. Kelompok survei terhadap pengguna media sosial sebanyak 371 orang
dengan hasil tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk
menjauhi penyalahgunaan narkoba terlihat dari pertanyaan dalam
kuesioner: “Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di
media online, berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk
menghindari penyalahgunaan narkoba”.
15 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Tabel 3.
Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui
Media Sosial
Item Jawaban
Sangat Berminat Sekali 54%
Berminat Sekali 17%
Berminat 15%
Cukup Berminat 8%
Rata-rata 94%
N = 371
Grafik 1.
Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui
Media Sosial
Sehingga tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk
menjauhi penyalahgunaan narkoba untuk 371 responden melalui media
sosial sebesar 94%.
2. Kelompok survei di BNN dengan responden sebanyak 49.000 orang
dengan hasil tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk
menjauhi penyalahgunaan narkoba terlihat dari pertanyaan dalam
kuesioner: “Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di
media online (website/instagram/twitter/facebook/youtube), berniat
turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari
penyalahgunaan narkoba”.
16 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Tabel 4.
Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden
melalui Media Sosial
Item Jawaban
Sangat Berminat Sekali 50%
Berminat Sekali 28%
Berminat 14%
Cukup Berminat 5%
Rata-rata 97%
N = 49.000
Grafik 2.
Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk
Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden
melalui Media Sosial
Sehingga tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk
menjauhi penyalahgunaan narkoba untuk 49.000 responden melalui
media sosial sebesar 97%.
Dapat disimpulkan, dari Diseminasi Informasi tingkat pemahaman
masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba baik terhadap materi yang
disampaikan/disebarkan melalui media elektronik maupun non elektronik dan
ditunjukan pula sampai pada keaktifan/kemauan mengajak menjauhi bahaya
penyalahgunaan narkoba secara rata-rata berada pada angka 96%, dengan
perhitungan sebagai berikut:
17 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Pemahaman responden
N = 371
Pemahaman responden
N = 49.000
94% 97%
∑ = 94% + 97%
= 191%
Sehingga tingkat pemahaman dua kelompok responden = 191% 2
= 96%
Selain mengukur tingkat pemahaman serta keaktifan dalam mengajak
menjauhi bahaya penyalahgunaan narkoba, dilakukan juga pengukuran
indikator lain yang relevan dan mendukung kondisi tersebut antara lain
pengukuran terhadap efektivitas media sosialisasi yang digunakan serta
pengaruhnya terhadap kemauan/niat dalam mengajak menghindari bahaya
narkoba dengan menggunakan analisa hubungan antar indikator. Dari hasil
survei didapatkan data untuk masing-masing media, baik tatap muka, TV,
Radio, Cetak, dan Online berada pada hubungan yang kuat antar masing-
masing variabel (dapat dilihat pada Lampiran 3).
Metode yang dilakukan secara ringkas sebagai berikut:
1. Responden:
a. Dilakukan secara massal dalam jangka waktu tertentu; dan
b. Dilakukan secara acak.
2. Metode Penarikan Sampel:
a. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik kuota
sampling, dimana jumlah sampling ditentukan antara 30-40
responden pada tiap-tiap sub kelompok populasi;
b. Terdapat 2 kelompok penelitian yaitu:
1) Kelompok survei terhadap pengguna media sosial sebanyak
371 orang (terlampir); dan
2) Kelompok survei di BNNP dan BNN Kabupaten/Kota dengan
responden sebanyak 49.000 orang (terlampir).
3. Metode Pengumpulan Data:
a. Alat pengumpulan data adalah kuesioner (terlampir); dan
b. Sifat kuisioner adalah Close Ended Questionare.
18 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
4. Pengukuran:
a. Menggunakan skala interval; dan
b. Teknik mengukuran semantic deferensial.
Sedangkan untuk tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba dalam konteks responsifitas dapat dipahami sebagai
adanya bentuk perwujudan komitmen dari sebuah instansi atau lembaga.
Dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan Anti Narkoba pada
instansi atau lembaga, maka program dan kegiatan disesuaikan dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing baik di lingkungan Pemerintahan,
Perusahaan, Pendidikan, maupun Organisasi Kemasyarakatan.
Untuk mengukur tingkat responsif yang dilakukan oleh instansi dan
lembaga, bahwa yang dimaksudkan adalah yang memenuhi 3 indikator sebagai
berikut:
1. Lembaga/Institusi memiliki regulasi atau kebijakan;
2. Lembaga/Institusi memiliki kegiatan dalam upaya P4GN; dan
3. Membentuk Relawan di lembaga/institusi.
Pendekatan advokasi yang dilakukan telah mampu mempengaruhi para
pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan agar memberikan dukungan
dan berperan aktif dalam program P4GN sesuai kewenangannya di lingkungan
setempat.
Guna mendapatkan realisasi pemahaman masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba dalam konteks responsifitas dapat dipahami sebagai
adanya bentuk perwujudan komitmen dari sebuah instansi atau lembaga, BNN
melakukan survei terhadap institusi di kewilayahan terkait indikator responsif
yang dimaksud.
Dari hasil survei kinerja BNNP dan BNNK yang berada di wilayah
diperoleh data bahwa target sebanyak 555 lembaga yang menjadi sasaran
program melalui pendekatan Advokasi sudah menunjukkan respon dan
komitmen terhadap upaya P4GN sebanyak 72% dengan 3 kelas klasifikasi
dalam pencapaian indikator responsifnya.
19 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Grafik 3.
Klasifikasi Pencapaian Indikator Responsif
Dalam pencapaian realisasi ini, dapat dilihat bahwa institusi dan lembaga
setelah adanya kegiatan advokasi selama tahun 2017 mampu mempengaruhi
para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan agar memberikan
dukungan dan berperan aktif dalam program P4GN sesuai dengan
kewenangannya di lingkungan setempat, serta membentuk relawan di
lingkungan masing-masing.
Oleh karena itu, Persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan narkotika di level outcome/indikator kinerja Bidang
Pencegahan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Presentase Realisasi Kinerja Diseminasi Informasi +
Presentase Realisasi Kinerja Advokasi
2
96% + 72% 2
0
5000
BNNPBNNK
4672
1318
= 84% 989898%
20 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Sehingga persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba sebesar 84%.
Capaian tahun 2017 pada tingkat pemahaman ini tidak dapat
dibandingkan dengan capaian tahun 2016 dikarenakan adanya Reviu Renstra
tahun 2016.
Faktor keberhasilan tercapainya indikator kinerja program Bidang
Pencegahan antara lain:
1. Penyebaran informasi yang semakin massive di berbagai media;
2. Program BNN yang mendapat dukungan dari masyarakat; dan
3. Dukungan pemerintah pusat maupun daerah turut mendukung program
pembangunan berwawasan anti narkoba, diantaranya: Permenpan
Nomor 50 tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika di lingkungan Instansi Pemerintah dan Permendagri Nomor 31
tahun 2016 tentang Pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja daerah tahun anggaran 2017.
Walupun program sudah menunjukkan keberhasilan, namun masih
dihadapkan pada permasalahan yang perlu dilakukan upaya perbaikan ke
depan, antara lain:
1. Intensitas Bimtek yang masih kurang efektif;
2. Peran Satker pembina fungsi dalam rangka monitoring dan evaluasi
kinerja Satker di kewilayahan masih belum optimal;
3. Disiplin pelaporan secara realtime/online masih kurang;
4. Sarana prasana untuk mendukung penyebaran informasi P4GN terutama
di wilayah/kawasan terpencil/wilayah terluar masih kurang;
5. Cascading mekanisme perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan
pelaporan masih harus terus ditingkatkan agar pusat dan daerah memiliki
pemahaman dan persamaan persepsi terhadap pelaksanaan program
dan kegiatan.
21 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Adapun solusi dan rekomendasi sebagai langkah perbaikan ke depan
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas sumber daya Bidang Pencegahan dengan
memperluas cakupan peserta bimtek;
2. Memperkuat peran dari pembina fungsi dalam melaksanakan monitoring
dan evaluasi kinerja Satker di kewilayahan;
3. Meningkatkan sarana prasana untuk mendukung penyebaran informasi
P4GN terutama di wilayah/kawasan terpencil/wilayah terluar masih
kurang;
4. Semakin meningkatkan sinergi dan kemitraan baik secara internal BNN
dan eksternal antar instansi pemerintah dan swasta, lingkungan
pendidikan, dan lingkungan masyarakat; dan
5. Sinkronisasi program dan kegiatan antara Bidang Pencegahan dan
Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
Selanjutnya program P4GN dikembangkan dengan sasaran strategis
berikut di bawah ini, yaitu:
2. Sasaran : Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat
dalam penanganan P4GN
Capaian sasaran strategis tersebut di atas diperoleh melalui implementasi
program dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut:
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
1. Indeks kemandirian masyarakat 2,8 2,71 96,78
Indeks kemandirian partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN
adalah akumulasi jumlah indeks (indikator) peran serta masyarakat yang
secara mandiri dalam P4GN. Masyarakat adalah kelompok-kelompok individu
yang ada di lingkungan masyarakat (desa, kelurahan, komunitas, orsosmas,
LSM, paguyuban, dll), lingkungan pendidikan (sekolah, kampus, pondok
pesantren, kursus, dll), dan lingkungan rawan Narkoba di perdesaan (wilayah
kultivasi Ganja) dan perkotaan (wilayah peredaran gelap Narkoba).
22 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Metode pengukuran Indeks kemandirian partisipasi (IKP) dihitung dengan
menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing-masing 10 kriteria yang terdiri
dari:
1. Adanya tokoh anti narkoba di suatu lingkungan masyarakat yang
menjadi figur dan biasa menyuarakan, mengajak, dan berbuat P4GN di
dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 2);
2. Adanya penggiat anti narkoba yaitu orang yang pernah mengikuti
pengembangan kapasitas, pelatihan, TOT pemberdayaan anti Narkoba
yang diadakan oleh BNN yang kemudian ditularkan kembali ke orang lain
di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 1);
3. Adanya Pelatihan, Konseling, dan Pelaksanan Tes Urine atau
kegiatan lain yang membawa pesan P4GN memiliki (bobot 2);
4. Adanya penyuluhan, sosialisasi dan sebagainya yang dilakukan di
dalam dan di luar lingkungan masyarakat tersebut dan disampaikan oleh
tokoh anti narkoba, penggiat anti narkoba atau BNN memiliki (bobot 1);
5. Adanya anggaran secara swadaya untuk melaksanakan kegiatan P4GN
di dalam dan di luar lingkungan masing-masing yang memiliki (bobot 1);
6. Adanya anggaran dari Sponsorship atau bantuan pihak lain untuk
melaksanakan kegiatan P4GN di dalam dan di luar lingkungannya
memiliki (bobot 1);
7. Adanya sarana dan prasarana yang tidak tersedia yang diadakan
melalui kreativitas dan inovasi maupun sudah tersedia, yang digunakan
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan P4GN di dalam dan di luar
lingkungannya yang memiliki (bobot 2);
8. Adanya sarana dan prasarana yang telah tersedia yang digunakan
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan P4GN di dalam dan di luar
lingkungannya yang memiliki (bobot 1);
9. Adanya aturan yang mengikat yang digunakan untuk mendukung atau
memperkuat pelaksanaan kegiatan P4GN di lingkungan Masyarakat
tersebut (bobot 2); dan
10. Adanya aturan yang tidak mengikat yang digunakan untuk mendukung
atau memperkuat pelaksanaan kegiatan P4GN di lingkungan Masyarakat
tersebut (bobot 1).
23 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Tahun 2017 sesuai target indeks kemandirian partisipasi masyarakat 2,8
(mandiri), capaian target mencapai 2,71 (96,78%).
Yang dimaksud dengan Masyarakat Mandiri adalah: Masyarakat yang
telah memenuhi 10 kriteria di atas dengan nilai interval 2,51 ke atas sedangkan
Masyarakat kurang mandiri adalah masyarakat yang mencapai nilai interval
kurang dari 2,51. Sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 5.
Karakteristik Kriteria dalam IKP
JAWABAN NILAI NILAI
INTERVAL KATEGORI KRITERIA
KUESIONER INTERVAL KONVERSI IKP MANDIRI
0 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D Tidak Mandiri
1 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang Mandiri
2 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Mandiri
3 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat Mandiri
Bobot penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi masyarakat
sebagimana tabel di bawah ini:
Tabel 6.
Bobot Penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Masyarakat
INDEKS NO. KRITERIA PENILAIAN BOBOT X
0 1 2 3 NILAI
ASPEK MANUSIA
1. Tokoh anti narkoba (2) X 2
2. Penggiat anti narkoba (1) X 2
ASPEK METODE
3. Metode 1, pelatihan, dll (2) X 2
4. Metode 2, penyuluhan (1) X 2
ASPEK ANGGARAN
5. Mandiri/swadaya (2) X 6
6. Sponsorship/bantuan (1) X 2
ASPEK SISTEM
7. Aturan mengikat (2) X 4
8. Aturan tidak mengikat (1) X 1
ASPEK SARPRAS
9. Sarpras yang diadakan (2) X 4
10. Sarpras yang telah tersedia (1) X 1
Jumlah Total Kemandirian Partisipasi 26
Capaian sasaran Program Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat
dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelapa Narkoba) sebesar 96,78%. Dari target 2,80 terealisasi 2,71.
24 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2016 dari target 2,50 terealisasi 2,39
atau sebesar 95,07%. Apabila dihitung maka terjadi peningkatan kinerja
sebesar 1,08% dari kurun waktu 2016-2017. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah tokoh yang mendukung P4GN, bertambahnya jumlah
Penggiat Anti Narkoba.
Perbandingan capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun
2016 dengan 2017 sebagai berikut:
Grafik 4.
Perbandingan Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun
2016 dengan 2017
Tabel 7.
Perhitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Tahun 2017
No. BNNP Lingja Lingmas Lingdik Rata-Rata
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7
1 ACEH 1,74 2,04 2,77 2,18 Kurang Mandiri
2 SUMUT 1,67 2,51 2,83 2,34 Kurang Mandiri
3 SUMBAR 2,37 3,30 3,25 2,97 Mandiri
4 RIAU 2,12 1,62 2,27 2,00 Kurang Mandiri
5 JAMBI 3,82 3,90 3,83 3,85 Sangat Mandiri
6 SUMSEL 1,7 2,65 1,83 2,06 Kurang Mandiri
7 BENGKULU 3,46 3,60 3,73 3,60 Sangat Mandiri
8 BABEL 3,35 2,73 1,63 2,57 Mandiri
9 KEPRI 2,47 2,80 2,70 2,66 Mandiri
10 LAMPUNG 3,32 2,23 3,06 2,87 Mandiri
11 BANTEN 2,73 2,33 2,83 2,63 Mandiri
12 DKI JAKARTA 1,9 2 3 2,30 Kurang Mandiri
13 JABAR 0,98 - 1 1,09 Tidak Mandiri
14 JATENG 3,86 1,85 2,40 2,70 Mandiri
15 DI YOGYAKARTA 3,25 3 3,2 3,15 Mandiri
16 JATIM 2,21 0,63 0,93 1,25 Tidak Mandiri
9293949596979899100101
Target 2016 Realisasi 2016 Target 2017 Realisasi 2017
2,5
2,39
2,8 2,71
25 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
17 KALBAR 2,57 2,65 2,90 2,71 Mandiri
18 KALTENG 2,8 1,9 3,8 2,83 Mandiri
19 KALSEL 3 3 2,9 2,97 Mandiri
20 KALTIM 2,6 3 2,6 2,73 Mandiri
21 KALTARA NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL
22 BALI 3,40 3,80 2,55 3,25 Mandiri
23 NTB 2,00 3,50 1,80 2,43 Kurang Mandiri
24 NTT 1,94 1,60 1,38 1,64 Tidak Mandiri
25 SULSEL 2,57 2,70 3,25 2,84 Mandiri
26 SULTRA 1,77 - 2,20 1,99 Kurang Mandiri
27 SULTENG 2,75 3,60 3,73 3,36 Sangat Mandiri
28 SULBAR 2,52 2,65 3,36 2,84 Mandiri
29 GORONTALO 2,80 3,38 3,10 3,09 Mandiri
30 SULUT 2,22 2,95 3,35 2,84 Mandiri
31 MALUKU 1,73 2,96 2,06 2,25 Kurang Mandiri
32 MALUKU UTARA 2,77 3,10 3,10 2,99 Mandiri
33 PAPUA BARAT 2,68 2,46 2,37 2,50 Mandiri
34 PAPUA 2,55 2,57 2,62 2,58 Mandiri
35 DIT. PSM 2,96 2,71 2,96 2,88 Mandiri
TOTAL 2,61 2,74 2,74 2,71 Mandiri
Pada tabel 7 di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian IKP Masyarakat dan
IKP Stakeholder secara Nasional masuk ke dalam Kategori Mandiri dengan
capaian 2,71 atau sebesar 96,78% dari perhitungan rata-rata persentase
realisasi Indikator Kinerja Partisipasi. Sehingga sasaran strategis masyarakat
dan stakeholder dalam P4GN secara angka rata-rata nasional sudah mandiri,
namun secara individual masih terdapat 11 provinsi yang masih masuk kategori
kurang atau tidak mandiri.
Berikut, gambaran hasil pengukuran terkait dengan indeks kemandirian
masyarakat sebagai berikut:
1. Dari 10 kriteria di atas yang paling menonjol adalah kekurangan dukungan
sarana prasarana, dukungan anggaran, dan belum optimalnya aturan
yang mengikat.
2. Belum meratanya pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di
lingkungan target sasaran.
Upaya yang harus dilakukan dalam penguatan perlu adanya
pendampingan dan Bimbingan Teknis, dukungan anggaran di Bidang P2M
guna memetakan sasaran, melakukan pengembangan kapasitas, dan
membentuk penggiat Anti Narkoba.
26 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Meningkatnya Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) Bidang Dayamas
disebabkan beberapa faktor bersinerginya antara Dayamas dan Sasaran
(Lingkungan Penggiat) dalam membimibing teknis penggiatnya.
Untuk Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) berskala rendah, disebabkan
kurangnya sinergi antara lingkungan penggiat, kurangnya bimbingan teknis
pada penggiat. Oleh karena itu kunci Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP)
adalah sinergi program.
Berikut grafik jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada tahun 2017.
Grafik 5.
Jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada Tahun 2017
Analisis atas faktor-faktor keberhasilan capaian tersebut antara lain: (1)
SDM penggiat di lingkungan kerja pemerintah dan swasta dalam upaya P4GN
lebih siap) lebih 0,15 poin dibanding masyarakat; (2) Implementasi regulasi baik
di lingkungan kerja pemerintah (seperti Permendagri, Permen Perhubungan
dan lainnya tentang P4GN) dan lingkungan kerja swasta (Permenakertrans
tentang P4GN) telah di implementasikan dengan baik. Laporan Kinerja ini,
merupakan capaian program berasal dari peran serta masyarakat dan
pemberdayaan alternatif. Meskipun kegiatan alternatif tidak memberikan nilai
IKP secara langsung IKP Masyarakat ini, namun eksistensi kegiatan
pemberdayaan alternatif mendukung pencapaian program Dayamas secara
keseluruhan, terutama sinergi program antara K/L, Dunia Usaha, dan
Komponen Masyarakat.
3
20
8
31
Sangat Mandiri
Mandiri
Kurang Mandiri
Tidak Mandiri
Nihil
27 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Berdasarkan analisis keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai
sasaran didapat faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor kurang optimalnya dalam pencapaian target IKP Masyarakat,
antara lain:
a. Terdapatnya beberapa target lingkungan sasaran pada tingkat pusat
yang belum memiliki penggiat anti narkoba, belum dilaksanakannya
pelatihan secara mandiri, belum adanya aturan yang mengikat di
lingkungan tersebut, tidak terdapat sarana dan prasarana guna
mendukung pelaksanaan P4GN, dan belum adanya kesadaran
sebagai penggiat anti narkoba hanya sekedar datang memenuhi
undangan;
b. Khusus di lingkungan masyarakat di tingkat pusat, di beberapa
wilayah dan lingkungan masyarakat masih belum dijumpai adanya
metode pelatihan dalam P4GN, metode penyuluhan juga belum
tepat guna, dan dana swadaya masyarakat belum diarahkan kepada
kepentingan P4GN;
c. Di beberapa wilayah masih ada wilayah yang belum menggunakan
dana sponsorship dalam upaya P4GN dan sarana dan prasarana
yang mendukung di wilayah tersebut masih belum diarahkan pada
kepentingan P4GN; dan
d. Permasalahan di wilayah yang menyebabkan tidak tercapainya
target 100% di antaranya belum adanya aturan tertulis yang
mengikat secara internal tentang P4GN. Norma-norma yang berlaku
atau aturan yang mengikat pun tidak mendukung program P4GN,
artinya budaya masyarakat hidup sehat belum muncul. Demikian
juga dengan sarana prasarana yang masih belum maksimal
diarahkan untuk kepentingan P4GN.
2. Faktor yang menghambat tercapaianya IKP Masyarakat, antara lain:
a. Faktor yang membuat lambat dan rendahnya IKP adalah respon
panitia pelaksana yaitu Tim Dayamas BNN dalam melakukan
bimbingan teknis kepada para penggiat. Seharusnya setiap kegiatan
Bimbingan Teknis mengacu pada waktu tiga bulan sejak penggiat
lulus dan mengukur IKP lingkungannya. Sehingga sepanjang tahun,
28 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
waktu 3 bulan tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif untuk
memonitor sejauh mana penggiat memahami hasil pengembangan
kapasitas dan semampu apa penggiat anti narkoba dapat
mengimplementasikan tugas menggiatkan P4GN di lingkungannya;
dan
b. Kurangnya optimalisasi waktu dalam bimbingan teknis. Dalam
pengisian IKP apabila dirasa dalam masa tiga bulan, capaian IKP
masih rendah (tidak mandiri), maka bimbingan teknis dapat
mengoptimalkan kegiatan P4GN para penggiat di lingkungannya,
bahkan jika diperlukan, Tim Dayamas BNN melakukan kunjungan ke
lokasi dimana penggiat kesulitan mengaplikasikan pelatihannya di
lingkungannya.
3. Langkah Antisipasi yang akan ditindaklanjuti faktor kurang optimalnya dan
hambatan tersebut, antara lain:
a. Melakukan monitoring dan evaluasi; dan
b. Melakukan penajaman program.
Capaian indeks kemandirian partisipasi ini dihimpun dari nilai skala IKP
dari satuan kerja Pemberdayaan Masyarakat baik di BNN dan 34 BNNP. Nilai
dan skala IKP di BNNP dihimpun dari 129 satuan kerja pemberdayaan
masyarakat di BNNK. Pengukuran IKP menggunakan kuesioner, isian,
perhitungan dan penilaian skala yang sama, baik di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota oleh para penggiat sendiri di lingkungannya.
Kemudian hasil capaian indikator kinerja sebesar 96,78% dihimpun dari
perhitungan rata-rata persentase realisasi Indikator Kinerja IKP pada
masyarakat dan IKP pada stakeholder secara nasional dengan skala 2,71
(katergori Mandiri). Artinya sasaran strategis masyarakat dan stakeholder
dalam P4GN secara nasional sudah terwujud secara mandiri namun perlu
ditingkatkan.
IKP Nasional menunjukkan ukuran skala, setinggi atau sebesar apa
masyarakat dapat secara mandiri melakukan pemberdayaan masyarakat atau
memiliki daya lawan melawan sindikat narkoba dan menciptakan lingkungan
29 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
bersih dan bebas narkoba dengan 5M (Man, Methods, Money, Machine dan
Material) di lingkungannya. Semakin besar upaya memobilisasi 5M-nya maka
semakin tinggi bobot nilai IKP-nya, seperti: mampu menemukan tokoh
penggiat, mampu melakukan metode yang tidak sebatas hanya penyuluhan
saja, mampu melakukan pembiayaan mandiri, mampu menerbitkan aturan
tertulis dan mampu membuat bahan-bahan informasi P4GN di lingkungannya.
Grafik 6.
Proyeksi Skala IKP Tahun 2017-2019
Adapun analisis dan evaluasi dari capaian sasaran program ini, dibagi
menjadi: faktor keberhasilan dan faktor hambatan (gangguan dan kendala).
1. Faktor-faktor keberhasilan program, antara lain:
a. Meningkatnya sinergi program dan kegiatan dari instansi
pemerintah, dunia usaha dan komponen masyarakat. Indikator
peningkatan sinergi tersebut ditunjukkan dari responsif instansi
pemerintah (K/L, Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota),
dunia usaha, dunia pendidikan, dan komponen masyarakat (tomas,
todat, toga, toda, dll) dalam kegiatan P4GN. Salah satunya adalah
responsif dari K/L, Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota
dalam Grand Design of Alternative Development (GDAD) 2016-2025
di Provinsi Aceh;
b. Meningkatnya permintaan secara sukarela dan mandiri tes uji
narkoba dalam rangka deteksi dini lingkungan bersih narkoba,
sebagai implementasi regulasi fasilitasi pencegahan narkoba baik di
lingkungan kerja, lingkungan pendidikan, dan lingkungan
masyarakat, salah satunya BNN menjadi penjuru (leading sector)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
2017 2018 2019
30 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
dalam persyaratan tes urin bagi peserta Pilkada di Pusat dan
Daerah;
c. Meningkatnya responsif dunia usaha (swasta) dalam mendukung
program pemberdayaan masyarakat, meliputi pemberian CSR
(Corporate Social Responsibility), pelatihan, asistensi, dan akses
pemasaran produk binaan. Salah satunya, ibu-ibu di binaan
kawasan narkoba di Kampong Permata, Cengkareng, Jakarta Barat,
diberikan akses menjual kue hasil binaan hotel Aston Group untuk
konsumsi hotel dengan pendapatan dan omzet Rp 5 jutaan per
bulan;
d. Meningkatnya peran tokoh masyarakat dalam mengangkat harkat
kawasan rawan narkoba menjadi sentra industri usaha produktif dan
produk unggulan daerah di kawasan rawan. Salah satunya, peran
ibu Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), peraih penghargaan utama
P4GN pada Peringatan HANI 2017 di Jakarta, yang menjadikan
produk-produk kawasan binaan alternatif di Gang Pandegiling, Kota
Surabaya menjadi ikon kebanggaan yang berdampak meningkatnya
permintaan produk dan sekaligus meningkat kesejahteraan
masyarakat binaan pemberdayaan alternatif Bidang P2M BNNK
Surabaya; dan
e. Meningkatnya minat dan eksistensi kelompok yang menghimpun
dan mengorganisasi diri sebagai masyarakat penggiat anti Narkoba
membantu tugas P4GN di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
penyuluhan P4GN, pendampingan korban narkoba, penggalangan
laporan dan informasi masyarakat dan memfasilitasi instansi
pemerintah daerah baik di provinsi maupun Kabupaten/Kota. Salah
satunya adalah kelompok penggiat anti narkoba di Kecamatan
Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat.
2. Faktor-faktor penghambat program, antara lain:
a. Secara kuantitas, belum optimalnya upaya Bidang Pemberdayaan
Masyarakat memfasilitasi pemanfaatan CSR baik di Pusat dan
Daerah khususnya lingkungan dunia usaha yang sudah menjalin
kemitraan dan sinergi bidang P4GN dengan BNN, BNNP, dan
31 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
BNNK. Padahal dana tersebut relatif besar dan selama ini
dimanfaatkan baik bagi kepentingan karyawan dan masyarakat di
luar lingkungan kerja, namun bukan untuk upaya P4GN (untuk
kepentingan P4GN masih relatif kecil);
b. Secara kualitas, belum dilakukan suatu metode (dalam bentuk
simulasi) dalam pengembangan kapasitas, bagaimana
memberdayakan penggiat anti narkoba selepas mereka mengikuti
program dan kegiatan pengembangan kapasitas (baik Workshop
maupun ToT), sehingga banyak penggiat anti narkoba yang kurang
optimal berperan dalam kapasitasnya untuk melakukan P4GN di
lingkungannya;
c. Masih terjadi kurang tepatnya pemilihan sasaran dalam rapat kerja
pemetaan sasaran dalam pengembangan kapasitas baik di
lingkungan kerja, lingkungan pendidikan, dan lingkungan
masyarakat yang tidak mendekat pada kawasan rawan yang dibina
dalam pemberdayaan alternatif, sehingga banyak sasaran calon
penggiat anti narkoba yang berada di zona nyaman yang kurang
peduli terhadap masalah narkoba;
d. Belum optimalnya pemilihan calon penggiat anti narkoba dari hasil
proses perekrutan relawan yang telah teregistrasi dari Bidang
Pencegahan, sehingga pembinaan SDM penggiat dirasakan kurang
lengkap jika tidak tersentuh tahapan pencegahan. Faktanya, banyak
penggiat anti narkoba yang berasal dari relawan lebih militan, lebih
bersemangat dibanding yang bukan dari relawan dari hasil
pembinaan Bidang Pencegahan;
e. Masih belum optimalnya bidang pelaksana teknis P2M baik untuk
menerapkan indikator kerawanan wilayah dengan 8 indikator pokok
dan 5 indikator pendukung, seperti yang dipandu dalam buku
petunjuk teknis pemberdayaan alternatif dan buku cetak biru
pemberdayaan masyarakat, sehingga perubahan kerawanan
narkoba wilayah menjadi kawasan yang tidak rawan sangat jarang
dipantau dan dievaluasi;
32 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
f. Kurang update dan pedulinya mengumpulkan data tentang nama
dan identitas tokoh anti Narkoba di masyarakat yang ditemukan oleh
para penggiat dalam mengisi lembar kuesioner indeks kemandirian
partisipasi, padahal mereka berhak diajukan sebagai penerima
penghargaan dan dijadikan mitra BNN, BNNP, dan BNNK dalam
penguatan kapasitas pemberdayaan masyaralat di wilayah; dan
g. Belum diterimanya aspirasi pemberian anggaran bagi BNNP dan
BNNK untuk menyelenggarakan proses seleksi penerima
penghargaan di bidang P4GN, padahal pemberian penghargaan
adalah amanat pasal 110 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan menjadi hak bagi setiap masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam P4GN.
Efisiensi penggunaan sumber daya, sangat terdukung melalui
pemberitaan program P4GN melalui berbagai media (medsos, media cetak,
elektronik, dll). Dukungan masyarakat terhadap program semakin hari semakin
menunjukkan peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya
tokoh/kelompok masyarakat yang sudah melaksanakan kerjasama dengan
BNN dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.
Sasaran strategis selanjutnya adalah upaya pemulihan pecandu narkotika
dengan layanan rehabilitasi, untuk itu BNN menetapkan sasaran strategis
berikut ini yaitu:
3. Sasaran : Meningkatnya upaya pemulihan pecandu narkotika
melalui layanan rehabilitasi yang komprehensif dan
berkesinambungan
Sasaran Strategis tersebut di atas dicapai melalui implementasi program
dengan Indikator Kinerja Utama sebagaimana uraian berikut:
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
1. Jumlah fasilitas rehabilitasi yang
telah memenuhi standar layanan
minimal
140
Fasilitas
127
Fasilitias
90,71
33 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Penetapan indikator kinerja utama tersebut sesuai mandat Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Bidang Rehabilitasi BNN
diberikan kewenangan dan tugas pokok sebagai salah satu dari 3 (tiga) pilar
lembaga BNN, yakni: meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh
institusi pemerintah maupun komponen masyarakat. Hal tersebut juga tertuang
dalam Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional, dimana salah satu fungsi Deputi Bidang Rehabilitasi adalah
pelaksanaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkotika.
Pada rencana strategis tahun 2015-2019 yang telah direviu, target fasilitas
rehabilitasi yang telah beroperasional sesuai standar pelayanan minimal
bertambah 20 setiap tahunnya, dimana tahun 2017 targetnya adalah 140
fasilitas. Kepada fasilitas yang telah memenuhi standar pelayanan minimal
tersebut akan dilakukan penilaian ulang oleh Deputi Bidang Rehabilitasi setiap
2 tahun sekali untuk memonitoring perkembangan standar layanan yang telah
dilakukan.
Definisi operasional indikator kinerja di atas adalah fasilitas rehabilitasi
milik instansi pemerintah dan komponen masyarakat yang mampu dan telah
melakukan layanan rehabilitasi kepada korban penyalahgunaan dan pecandu
narkotika secara berkesinambungan, dengan melakukan layanan rehabilitasi
sampai dengan pascarehabilitasi sesuai dengan standar pelayanan minimal
yang telah disusun secara bersama-sama antara Badan Narkotika Nasional,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, serta Kementerian Hukum dan
HAM.
Adapun alur standar layanan rehabilitasi berkesinambungan tersebut
dapat dilihat pada skema di bawah ini:
34 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Gambar 1.
Alur Standar Layanan Rehabilitasi Berkesinambungan
Rehabilitasi berkelanjutan merupakan suatu program rehabilitasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan para pengguna narkoba kembali ke
masyarakat dengan kondisi pulih, produktif, dan berfungsi sosial. Kondisi
tersebut tentu saja tidak dapat diperoleh dalam waktu pendek (6 bulan) seperti
yang disebutkan dalam alur di atas, akan tetapi setiap lembaga rehabilitasi
harus mempersiapkan program rawatan lanjutan yang melibatkan berbagai
stakeholder termasuk masyarakat dimana para pengguna tinggal. Mengingat
penyakit adiksi bersifat kronis dan kambuhan maka kondisi pulih, produktif, dan
berfungsi sosial merupakan impact dari suatu proses terapi dan rehabilitasi
yang dapat berlangsung dalam jangka panjang bahkan mungkin membutuhkan
waktu bertahun-tahun.
Pencapaian indikator kinerja fasilitas rehabilitasi baik milik instansi
pemerintah maupun komponen masyarakat yang beroperasional sesuai
dengan standar pelayanan minimal adalah 127 fasilitas atau 90,7% dari target
140 fasilitas yang terdiri dari 70 fasilitas rehabilitasi milik instansi pemerintah
serta 57 fasilitas rehabilitasi milik komponen masyarakat.
Outcome Jangka Panjang
35 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Pencapaian indikator kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.
Pencapaian Indikator Kinerja Fasilitas Rehabilitasi
Pada tahun 2017, jumlah fasilitas rehabilitasi baik milik instansi
pemerintah maupun komponen masyarakat yang diberikan peningkatan
kemampuan adalah sebanyak 849 fasilitas yang terdiri atas 513 fasilitas
rehabilitasi milik instansi pemerintah dan 336 fasilitas rehabilitasi milik
komponen masyarakat. Berdasarkan hasil dari peningkatan kemampuan yang
diberikan kepada 849 fasilitas tersebut, sebanyak 662 fasilitas telah
operasional melakukan pelayanan rehabilitasi kepada pecandu, penyalahguna
dan korban penyalahgunaan narkotika. Fasilitas tersebut terdiri atas 438
fasilitas rehabilitasi milik instansi pemerintah dan 224 fasilitas rehabilitasi milik
komponen masyarakat sebagimana dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 7.
Jumlah Fasilitas Rehabilitasi Baik Milik Instansi Pemerintah maupun
Komponen Masyarakat yang Diberikan Peningkatan Kemampuan
36 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Apabila dilihat dari persebaran fasilitas rehabilitasi yang sudah
operasional di setiap provinsi maka akan terlihat seperti pada tabel di bawah
ini.
Grafik 8.
Persebaran Fasilitas Rehabilitasi yang Sudah Operasional di Setiap
Provinsi
Melalui fasilitas rehabilitasi yang telah operasional tersebut, sebanyak
18.776 orang pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkoba
telah direhabilitasi. Sebanyak 13.659 orang direhabilitasi di fasilitas rehabilitasi
milik instansi pemerintah, 3.411 orang direhabilitasi di fasilitas rehabilitasi
komponen masyarakat dan 1.706 orang direhabilitasi di Balai Rehabilitasi milik
BNN. Berikut grafik sebaran pecandu, penyalahguna, dan korban
penyalahgunaan narkoba yang direhabilitasi.
Grafik 9.
Sebaran Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkoba
yang Direhabilitasi
37 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Selanjutnya kepada fasilitas rehabilitasi milik instansi pemerintah dan
komponen masyarakat yang telah beroperasional melakukan pelayanan
rehabilitasi tersebut dilakukan fasilitasi program pascarehabilitasi. Maksud dari
fasilitasi program pascarehabilitasi ini adalah mendorong fasilitas rehabilitasi
tersebut selain melakukan operasional layanan rehabilitasi, pada akhirnya juga
dapat melakukan layanan pascarehabilitasi yang merupakan kelanjutan dari
layanan rehabilitasi. Dengan demikian pelayanan yang diberikan kepada
pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan narkotika tersebut dapat
terintegrasi, berkesinambungan, dan berkelanjutan. Fasilitas yang dilakukan
oleh Bidang Rehabilitasi melingkupi sosialisasi dan asistensi program serta
pelatihan pelayanan program pascarehabilitasi kepada para petugas di fasilitas
rehabilitasi tersebut. Namun setelah dilakukan fasilitasi program
pascarehabilitasi. Dari 662 fasilitas rehabilitasi yang operasional, terdapat 134
fasilitas rehabilitasi yang akhirnya juga mampu melakukan layanan
pascarehabilitasi. 134 fasilitas tersebut adalah Klinik IPWL BNN, 31 Klinik
Pratama di BNNP, 31 Klinik Pratama di BNNK, 26 BAPAS, 16 RS Bhayangkara,
25 Rumah Damping dan 4 fasilitas rehabilitasi komponen masyarakat.
Grafik 10.
Jumlah Fasilitasi Program Pascarehabilitasi
Dari 134 fasilitas yang melaksanakan program layanan pascarehabilitasi
tersebut, hanya 57 fasilitas yang melaksanakan program rehabilitasi
berkesinambungan mulai dari rehabilitasi sampai dengan pascarehabilitasi.
Sebanyak 57 fasilitas yang lain hanya melaksanakan layanan pascarehabilitasi
38 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
saja yang merupakan rujukan dari fasilitas-fasilitas rehabilitasi milik instansi
pemerintah maupun komponen masyarakat.
Selanjutnya adalah pelaksanaan penilaian mutu layanan kepada fasilitas
rehabilitasi milik instansi pemerintah dan komponen masyarakat yang sudah
operasional tersebut. Penilaian yang dilakukan terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu
penilaian mutu layanan kepada fasilitas rehabilitasi milik instansi pemerintah
dan penilaian mutu layanan kepada fasilitas rehabilitasi komponen masyarakat.
Dari kedua jenis penilaian tersebut, mulai dari metode yang dilakukan sampai
dengan pengkategorian hasil penilaian adalah berbeda.
Penilaian mutu layanan yang dilakukan kepada fasilitas rehabilitasi milik
instansi pemerintah dilakukan pada lembaga/fasilitas rehabilitasi milik BNN
yaitu Balai Besar/Balai/Loka Rehabilitasi dan Klinik BNN/BNN
Provinsi/Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal dibuat sebagai acuan
bagi lembaga rehabilitasi milik BNN dalam menyelenggarakan pelayanan
rehabilitasi berkelanjutan yang terstandar untuk pecandu dan korban
penyalahgunaan narkotika. Oleh karena itu, dilakukan penilaian untuk
memastikan implementasi layanan rehabilitasi sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Penilaian dilakukan dengan metode wawancara
menggunakan Instrumen Penilaian Standar Pelayanan Rehabilitasi bagi
Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, telaah dokumen, dan
observasi. Instrumen tersebut mencakup 6 komponen yang dinilai yaitu
Kelembagaan, Jenis Pelayanan, SDM, Sarana dan Prasarana, Rekam
Rehabilitasi, dan Pengendalian Program. Nilai yang diperoleh kemudian
dikategorikan sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 8.
Kategori Penilaian Standar Pelayanan Minimal Fasilitas Rehabilitasi
Instansi Pemerintah
KATEGORI INTERPRETASI
A Fasilitas tersebut telah memenuhi 81-100% dari standar yang
telah ditetapkan. Lembaga rehabilitasi dapat dijadikan role
model bagi unit/lembaga lain
B Fasilitas tersebut memenuhi 61-80% dari standar yang telah
ditetapkan.
39 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
C Fasilitas tersebut hanya memenuhi 46-60% dari standar yang
telah ditetapkan. Lembaga tersebut merupakan prioritas yang
memerlukan dukungan tergantung dari variabel masing-
masing sesuai kebutuhan unit/lembaga tersebut
D Fasilitas tersebut hanya dapat memenuhi 45% atau kurang
(tidak memenuhi) dari standar yang telah ditetapkan. Lembaga
tersebut merupakan prioritas utama yang memerlukan
dukungan tergantung dari variabel masing-masing sesuai
kebutuhan unit/lembaga tersebut.
Berikut ini data fasilitas rehabilitasi instansi pemerintah yang
mendapatkan penilaian dari BNN sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 9.
Fasilitas Rehabilitasi Instansi Pemerintah yang Operasional sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal
No. Provinsi No. Lembaga Kategori
1 Sulawesi Selatan
1 Balai Rehabilitasi Baddoka A
2 Klinik Adi Pradana BNNP Sulsel B
3 Klinik Marannu Deceng BNNK Bone B
2 Jawa Barat
4 Balai Besar Rehabilitasi Lido B
5 Klinik BNNK Depok B
6 Klinik BNNP Jabar B
3 Kalimantan Timur
7 Balai Rehabilitasi Tanah merah A
8 Klinik BNNP Kaltim A
9 Klinik BNNK Samarinda A
10 Klinik BNNK Balikpapan B
4 Kepulauan Riau
11 Loka Rehabilitasi Batam B
12 Klinik BNNP Kepri C
13 Klinik BNNK Batam C
5 Lampung 14 Klinik BNNP Lampung B
15 Loka Rehabilitasi Kalianda B
6 Sumatera Utara
16 Loka Rehabilitasi Deli Serdang B
17 Klinik BNNP Sumut A
18 Klinik BNNK Deli serdang A
19 Klinik BNNK Binjai C
7 Jambi
20 Klinik BNNP Jambi B
21 Klinik BNNK Jambi B
22 Klinik BNNK Batanghari C
8 Aceh 23 Klinik BNNP Aceh A
9 Riau
24 Klinik BNNP Riau B
25 Klinik BNNK Pekanbaru A
26 Klinik BNNK Palalawan A
10 Kalimantan Tengah 27 Klinik BNNP Kalimantan Tengah B
11 Sulawesi Utara 28 Klinik BNNP Sulut B
29 Klinik BNNK Manado C
12 Sulawesi Barat 30 Klinik BNNP Sulawesi Barat A
40 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Provinsi No. Lembaga Kategori
13 Sulawesi Tenggara
31 Klinik BNNP Sultra B
32 Klinik BNNK Kendari B
33 Klinik BNNK Kolaka B
14 Papua 34 Klinik BNNP Papua B
35 Klinik BNNK Jayapura A
15 Papua Barat 36 Klinik BNNP Papua Barat A
16 Bali 37 Klinik BNNP Bali A
38 Klinik BNNK Badung B
17 DI Yogyakarta 39 Klinik BNNP DI Yogyakarta A
18 Jawa Tengah 40 Klinik BNNP Jawa Tengah A
19 Maluku Utara 41 Klinik BNNP Maluku Utara A
20 Kalimantan Barat 42 Klinik BNNP Kalbar B
21 NTT 43 Klinik BNNP NTT B
44 Klinik BNNK Kupang B
22 Banten 45 Klinik BNNP Banten B
46 Klinik BNNK Tangsel B
23 NTB 47 Klinik BNNP NTB B
48 Klinik BNNK Mataram A
24 Gorontalo 49 Klinik BNNP Gorontalo A
25 Kalimantan Selatan 50 Klinik BNNP Kalsel A
51 Klinik BNNK Banjarmasin A
26 Ambon 52 Klinik BNNP Maluku A
27 Sumbar 53 Klinik BNNP Sumbar B
54 Klinik BNNK Payakumbuh C
28
Babel
55 Klinik BNNP Kep. Babel B
56 Klinik BNNK Pangkal Pinang B
29 Sumsel 57 Klinik BNNP Sumsel B
58 Klinik BNNK Ogan Ilir B
30
DKI Jakarta
59 Klinik BNNK Jakarta Selatan B
60 Klinik BNNK Jakarta Utara B
61 Klinik BNNP DKI Jakarta B
62 Klinik BNNK Jakarta Timur A
63 Klinik IPWL BNN Pusat B
31 Sulawesi tengah 64 Klinik BNNP Sulawesi Tengah B
65 Klinik BNNK Palu C
32 Jawa Timur
66 Klinik BNNP Jatim B
67 Klinik BNNK Sidoarjo B
68 Klinik BNNK Batu B
33 Bengkulu 69 Klinik BNNP Bengkulu A
70 Klinik BNNK Bengkulu Selatan A
Berdasarkan hasil penilaian terhadap 70 fasilitas tersebut diketahui bahwa
fasilitas mendapatkan penilaian B masih lebih besar yaitu 56%, sedangkan
fasilitas yang mendapatkan penilaian A sebanyak 34%, dan fasilitas
mendapatkan nilai C sebanyak 10%.
41 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Grafik 11.
Penilaian terhadap 70 Fasilitas Rehabilitasi Instansi Pemerintah
Sedangkan penilaian yang dilakukan kepada fasilitas rehabilitasi
komponen masyarakat yang sudah beroperasional dilakukan kepada fasilitas
yang melakukan layanan rehabilitasi dengan setting layanan rawat inap sosial,
rawat jalan sosial, rawat inap medis, dan rawat jalan medis. Format penilaian
versi 2017 terdiri atas demografi lembaga dan 5 (lima) aspek penilaian utama
dengan indikator umum dan khusus untuk mengakomodir setting layanan
rehabilitasi di atas.
Tabel 10.
Penilaian Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang Sudah
Beroperasional
No. Identitas dan Demografi
Fasilitas Rehabilitasi Aspek Penilaian Utama
1 Nama Fasilitas Kelembagaan
2 Alamat Fasilitas Perangkat Program
3 Nomor Akta Notaris Pelayanan
4 Tanggal Evaluasi Monitoring dan Evaluasi
5 Penanggung Jawab Program Sarana dan Prasarana
6 Tahun Mulai Operasional
7 Setting Layanan
8 Metode Layanan
9 Sumber Pendanaan
10 Komposisi Petugas
11 Pelatihan yang telah Diikuti
24 Klinik34,00%
7 Klinik56,00%
40 Klinik10,00%
Persentase Hasil Penilaian (%)Kategori A Kategori B Kategori C
42 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Hasil akhir penilaian terdiri dari dua variabel yang berdiri sendiri, yaitu
perangkat umum dan perangkat khusus. Kedua variabel tersebut akan
menentukan total skor akhir (TA) dari lembaga yang dinilai. Bobot dari masing-
masing perangkat umum dan khusus sebagai berikut:
1. Perangkat Umum 70%
2. Perangkat Khusus 30%
Berdasarkan cara penghitungan di atas, maka hasil penilaian standar
pelayanan minimal yang dilakukan kepada fasilitas rehabilitasi komponen
masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11.
Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang Operasional sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal
No. Fasilitas Kategori
1 Yayasan Sekar Mawar A
2 Yakita Ciawi A
3 Yayasan Penuai Indonesia B
4 Yayasan Breaktrough Mission A
5 Rumah Cemara Bandung A
6 Fan Campus A
7 Yayasan Agape B
8 Rumah Singgah PEKA A
9 Yayasan Cipta Wening Kuningan B
10 Rumah Sakit Islam Karawang B
11 CBU Kamboja B
12 Rumah Tenjo Laut B
13 Yayasan Katarsis B
14 Yayasan Bina Insan Mandiri B
15 Yayasan Kasih Indonesia Sukabumi B
16 Yayasan Kasih Indonesia Bekasi B
17 Pantura Plus Karawang B
18 Yayasan Mitra Alam B
19 Yayasan Rumah Damai B
20 Yayasan Bambu Nusantara B
21 Yayasan Plato B
22 RS Graha Husada Gresik B
23 Yayasan Orbit B
24 Hayunanto Medical Center (HMC) A
25 Yayasan Doulos Jatim B
26 Ponpes Bidayatussalikin A
27 Yayasan Kapeta A
28 Yayasan Kambal Care B
29 Yayasan Karitas Sani Madani (Karisma) B
30 Yayasan Al Jahu A
31 Yayasan Natura B
43 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Fasilitas Kategori
32 Lembaga Peduli Masyarakat Siammasei B
33 Yayasan Mitra Husada B
34 LPAIC B
35 Sibolangit Center B
36 Yayasan Caritas PSE A
37 Mutiara Abadi Binjai B
38 Yayasan Medan Plus B
39 Yayasan Bukit Doa Getsemani B
40 Yayasan Santo Yosef (Rumah Kita) A
41 Yayasan Mercusuar Doa B
42 Yayasan Ar-Rahman B
43 Yayasan Intan Maharani B
44 Yayasan New Padoe Jiwa B
45 Klinik Aqila A
46 Yayasan Suci Hati B
47 Yayasan Galilea Palangkaraya A
48 Pontianak Plus B
49 LSM Merah Putih Kota Singkawang B
50 Yayasan Siklus Pekanbaru B
51 Klinik Rehabilitasi Narkoba Ummi Medika B
52 Yayasan Musim Indonesia A
53 Yakeba A
54 Yakita Bali B
55 Aksi NTB B
56 House of Serenity B
57 Lembaga Rehabilitasi Ataraxis B
Adapun grafiknya dapat dilihat seperti di bawah ini:
Grafik 12.
Kategori Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang Operasional
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
Dari hasil penilaian terhadap fasilitas rehabilitasi komponen masyarakat
tersebut diketahui bahwa 30% lembaga mendapatkan penilaian A. Sedangkan
fasilitas yang mendapatkan penilaian B sebanyak 70%.
Kategori A(17 Fasilitas: 30%)
Kategori B (40Fasilitas: 70%)
Kategori A Kategori B
44 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Selanjutnya berdasarkan hasil proses pencapaian indikator kinerja
kegiatan Bidang Rehabilitasi di atas, apabila digambarkan dalam grafik maka
akan terlihat seperti di bawah ini:
Grafik 13.
Hasil Proses Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Bidang Rehabilitasi
Pelaksanaan penilaian mutu layanan yang sesuai dengan standar
pelayanan minimal kepada fasilitas rehabilitasi milik instansi pemerintah dan
komponen masyarakat ini dilaksanakan pada triwulan keempat tahun 2017.
Maka dari itu, data perkembangan jumlah fasilitas rehabilitasi yang operasional
sesuai dengan standar pelayanan minimal tidak dapat dihitung dalam periode
tiga bulanan. Data yang tersedia adalah perkembangan jumlah fasilitas
tersebut dalam periode tahunan.
Sasaran indikator di atas tidak sama dengan sasaran indikator tahun 2015
dan tahun 2016 karena telah dilakukan reviu terhadap Rencana Strategis BNN
dan Deputi Bidang Rehabilitasi Tahun 2015-2019. Walaupun demikian,
kegiatan penilaian standar pelayanan minimal bagi fasilitas rehabilitasi baik
milik instansi pemerintah dan komponen masyarakat telah dilaksanakan sejak
tahun 2013. Jadi, walaupun capaian kinerja indikator sasaran tersebut tidak
dapat diperbandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya, namun
Bidang Rehabilitasi telah memiliki data perkembangan jumlah fasilitas
45 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
rehabilitasi yang telah operasional sesuai dengan standar layanan minimal
tersebut. Adapun data-data tersebut dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Grafik 14.
Hasil Proses Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Bidang Rehabilitasi
Berdasarkan grafik di atas, dapat terlihat bahwa pada tahun 2017 jumlah
fasilitas rehabilitasi yang telah beroperasional dan sesuai dengan standar
pelayanan minimal terus meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu meningkat
sebesar 86,7% dari tahun 2015. Selain itu, persentase fasilitas rehabilitasi yang
telah beroperasional dari jumlah fasilitas yang mendapatkan peningkatan
kemampuan adalah 77,9% yang secara signifikan meningkat dari tahun
sebelumnya. Hal ini juga menunjukan kinerja Bidang Rehabilitasi yang lebih
efektif dan efisien dari tahun sebelumnya.
Potret permasalahan di lapangan yang perlu diperbaiki untuk mencapai
hasil kinerja yang lebih optimal adalah:
1. Fasilitas rehabilitasi yang direkomendasikan oleh BNNP dan BNNK untuk
bekerja sama dengan Deputi Bidang Rehabilitasi serta mendapatkan
peningkatan kemampuan lebih banyak merupakan fasilitas sosial dan
kesehatan umum yang akan menyelenggarakan layanan rehabilitasi atau
baru beroperasional selama 1 sampai dengan 2 tahun;
2. Fasilitas rehabilitasi yang sudah pernah bekerja sama dengan Deputi
Bidang Rehabilitasi dan sudah beroperasional namun telah ditunjuk
928
1323
849
326
496
662
12
127 13468
110 129
Fasilitas yang peroleh kat puan Fasilitas yang ops Fasilitas yang laks pasca Fasilitas yang SPM
46 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
menjadi Institusi Penerima Wajib Lapor oleh Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Sosial tidak direkomendasikan lagi oleh BNNP dan BNNK
karena tidak dapat menerima dukungan layanan rehabilitasi lagi dari
BNNP dan BNNK;
3. Pelayanan rehabilitasi pecandu, penyalahguna, dan korban
penyalahgunaan narkoba yang komprehensif, terintegrasi, dan
berkesinambungan belum dapat berjalan di wilayah karena kurangnya
sosialisasi sehingga sistem jejaring yang diharapkan dapat membuka
akses layanan rehabilitasi tidak dapat berjalan; dan
4. Terbatasnya kualitas petugas rehabilitasi dan pascarehabilitasi yang
terampil dan kompeten.
Berdasarkan kendala-kendala tersebut di atas, pada tahun 2018 Deputi
Bidang Rehabilitasi akan memprioritaskan pelaksanaan program pada
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Memberikan pembinaan teknis dan asistensi perencanaan, pelaksanaan,
serta evaluasi program kepada BNNP dan BNN Kabupaten/Kota sebagai
pelaksana program di wilayah;
2. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergitas kelembagaan lintas
sektoral di tingkat pusat, tingkat provinsi, dan kabupaten/kota;
3. Pembinaan, bimbingan teknis, serta supervisi program dan klinis yang
lebih optimal kepada fasilitas rehabilitasi yang bekerja sama dengan
Deputi Bidang Rehabilitasi;
4. Mengintensifkan peningkatkan keterampilan dan kompetensi petugas
rehabilitasi dan pascarehabilitasi melalui pelatihan-pelatihan dasar dan
lanjutan dalam bidang pelayanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi
pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan narkoba; dan
5. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala pada layanan yang
diberikan fasilitas rehabilitasi secara berkala dengan melibatkan
BNNP/BNN Kota/Kab sebagai pelaksana di wilayah.
Sistem pendataan terintegrasi antara BNN, BNNP, dan BNNK sehingga
dapat memonitor pecandu yang mengikuti program Pascarehabilitasi.
47 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Oleh karena masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
merupakan permasalahan penegakan hukum, untuk itu BNN menetapkan
sasaran strategis berikut ini:
4. Sasaran : Meningkatnya pengungkapan jaringan, penyitaan
barang bukti, dan aset sindikat peredaran gelap narkotika
Pencapaian dari sasaran strategis tersebut di atas, diuraikan melalui 2
(dua) Indikator Kinerja Utama sebagaimana uraian berikut:
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
1. Jumlah jaringan sindikat tindak
pidana narkotika yang terungkap
24
Jaringan
33
Jaringan
137,50
Jaringan sindikat narkotika merupakan bentuk kejahatan yang terorganisir
(Organized Crime) baik individu maupun kelompok yang melakukan
perencanaan dan aktivitas ilegal yang terjadi di lebih dari satu wilayah atau
negara. Salah satu bentuk Organized Crime ini adalah perdagangan Narkoba
(National Institute of justice, 2007). Aktivitas perdagangan narkotika terdapat di
lebih dari satu negara yang bersifat transnasional. Adapun karakteristik
Organized Crime adalah dengan membentuk sebuah jaringan dalam
melakukan aktivitas kejahatan.
Dalam konteks indikator kinerja ini, bahwa yang dimaksud dengan jumlah
jaringan sindikat kejahatan narkotika yang terungkap adalah kelompok pelaku
tindak pidana peredaran gelap Narkoba yang terorganisir/terstruktur dengan
peran antara lain penyandang dana, pemilik narkotika, produsen, pengendali,
bandar besar, bandar, penjual/pengedar, dan kurir yang berhasil diungkap.
Semula dalam perjanjian kiinerja telah ditetapkan target pengungkapan
jaringan sindikat tindak pidana narkotika tahun 2017 adalah sebanyak 24
jaringan. Namun seiring dengan peningkatan operasional BNN dan kerjasama
dengan negara lain dan instansi/organisasi pemerintah dan komponen
masyarakat serta dukungan teknologi yang semakin baik, terpetakan sebanyak
99 jaringan narkoba di Indonesia. Dari jumlah 99 peta jaringan tersebut dapat
48 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
diungkap sebanyak 33 jaringan yang dapat direalisasikan dengan dibuatkan
dalam Laporan Kasus Narkotika (LKN) dan Laporan Polisi (LP).
Metode pengukuran jaringan sindikat kejahatan narkotika yang terungkap
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jumlah tersangka dalam satu jaringan sindikat yang terungkap;
2. Peran dari masing-masing tersangka yang tertangkap dalam satu jaringan
sindikat
3. Modus operandi yang digunakan oleh jaringan;
4. Alur transaksi keuangan hasil tindak pidana narkotika;
5. Jenis narkotika yang berhasil disita;
6. Hubungan komunikasi antar person jaringan;
7. Adanya anatomi jaringan sindikat narkotika; dan
8. Hasil pengumpulan informasi jaringan sindikat narkotika direalisasikan
dalam Laporan Kasus Narkotika (LKN) atau Laporan Polisi (LP).
Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja
pada indikator kinerja utama yaitu:
No. Indikator
KinerjaUtama Formula
Hasil
Perhitungan Keterangan
1. Jumlah jaringan
sindikat kejahatan
Narkoba yang
terungkap
= (∑RJSKN /∑
TJSKN)*100%
= (24/33)*100%
= 137,50%
- ∑ RJSKN = Jumlah
Realisasi Jaringan
Sindikat Kejahatan
Narkoba
- ∑ TJSKN = Jumlah
Target Jaringan
Sindikat Kejahatan
Narkoba
Dari formula atau rumus di atas diperoleh bahwa persentase capaian
137,50%. Hasil tersebut diperoleh dengan membandingkan realisasi jaringan
sindikat kejahatan narkoba yang berhasil diungkap sejumlah 33 jaringan
dengan target jaringan sindikat kejahatan narkoba yang akan diungkap
sejumlah 24 jaringan dikalikan 100%.
Dari sisi target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2017,
capaian kinerja Bidang Pemberantasan telah melebihi dari target semula yaitu
target 24 dan realisasi sebesar 33 jaringan (137,5%). Walaupun dalam
49 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
perjalanan waktu telah terpetakan 99 jaringan, namun dalam laporan ini yang
menjadi dasar perhitungan pencapaian target sasaran strategis ini
sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja.
Capaian Bidang Pemberantasan ini berkat dukungan kerjasama dengan
penegak hukum, instansi terkait, dan kerjasama Bilateral dengan agency
internasional dalam sharing informasi jaringan narkotika, koordinasi dan
komunikasi personil antara pusat dan daerah. Dalam pemetaan
jaringan/pengungkapan jaringan terhadap target yang sudah ditetapkan dapat
terorganisir dengan baik serta personel intelijen tingkat pusat dan daerah
mempunyai motivasi yang tinggi dalam pengungkapan jaringan sindikat
narkotika skala internasional/nasional
Perbandingan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini.
Grafik 15.
Jumlah Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba yang Terungkap
Jika dibandingkan capaian tahun 2016 (31 jaringan) dengan capaian
tahun 2017 (33 jaringan) terjadi peningkatan capaian. Peningkatan capaian ini
merupakan prestasi yang perlu di apresiasi mengingat permasalahan
pengungkapan jaringan merupakan pekerjaan yang penuh resiko dan
tantangan yang luar biasa berat.
2224
3133
2016 2017
PERBANDINGAN CAPAIAN TARGET
Series1 Series2TARGET REALISASI
50 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Faktor keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut:
1. Dukungan Teknologi Intelijen (TI) yang telah dimiliki oleh BNN, khususnya
di Pusat;
2. Terjalinnya kerjasama yang lebih baik antar penegak hukum baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, dalam bentuk sharing informasi jaringan
sindikat narkotika;
3. Komitmen yang kuat dari petugas pelaksana lapangan dalam
pemberantasan narkotika yang dilakukan secara profesional;
4. Koordinasi yang semakin baik antara BNN Pusat dengan BNN Provinsi
maupun aparat penegak hukum lainnya;
5. Laporan masyarakat yang langsung ditindaklanjuti oleh aparat BNN; dan
6. Kesigapan petugas dalam pengungkapan jaringan narkotika.
Sedangkan hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program kegiatan
adalah:
1. Dalam pemanfaatan peralatan teknologi intelijen, satuan kerja daerah
masih sangat tergantung akan teknologi intelijen yang ada di Pusat;
2. Terbatasnya SDM khususnya di BNNP dan BNN Kabupaten/Kota yang
mempunyai keahlian di bidang narkotika, khususnya punya kualifikasi
bidang analis intelijen dalam kegiatan pengumpulan data jaringan sindikat
narkotika;
3. Untuk pelaksanaan kegiatan di wilayah, kurangnya persamaan
pemahaman dalam pemetaan jaringan sindikat narkotika, sehingga
capaian target kurang maksimal;
4. Peralatan Bantuan Teknologi Intelijen sangat terbatas, sehingga tidak
dapat mengcover kegiatan pengungkapan jaringan sindikat narkotika
yang ada di daerah;
5. Pola komunikasi dari para pelaku yang menggunakan sarana media sosial
(medsos) dan kemampuan peralatan di BNN belum support terhadap
pemantauan Media Sosial yang mengakibatkan jaringan sindikat
narkotika kurang termonitor dengan maksimal; dan
6. Standar Operasional Prosedur (SOP) belum dimanfaatkan secara
maksimal.
51 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Langkah antisipatif atau rekomendasi ke depan yang akan diambil adalah:
1. Perlu peningkatan sarana dan prasarana teknologi Intelijen yang ada
untuk mendukung kegiatan BNNP dan BNN Kabupaten/Kota;
2. Perlu peningkatan jumlah personil yang bertugas dalam penanganan
intelijen;
3. Perlu peningkatan kemampuan tenaga analis intelijen dengan
memberikan pengarahan tugas, pelatihan teknis analis atau bimbingan
teknis (Bimtek), dan pemetaan jaringan;
4. Meningkatkan koordinasi antara penyelidik dan penyidik, serta antar
aparat penegak hukum lainnya di luar BNN;
5. Perlu peningkatan pengungkapan kasus yang dilakukan pelaku kejahatan
narkotika melalui media sosial dengan membentuk tim cybercrime anti
narkotika di BNN; dan
6. Perlu optimalisasai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada dalam
setiap pelaksanaan tugas operasional.
Bentuk efisiensinya adalah support data hasil analisis jaringan narkotika
yang ada di BNNP akan dikembangkan oleh personil di BNN, kemudian jika
sudah siap dilanjutkan ke tahap penyelidikan guna pemutusan sel jaringan
sindikat narkotika. Dengan demikian, keterbatasan sumber daya manusia
terbantu dengan ketersediaan sarana teknologi intelijen sehingga mampu
mencapai target yang telah ditetapkan.
Jaringan sindikat narkotika yang berhasil diungkap pada tahun 2017
merupakan jaringan sindikat narkotika baru dan tidak ada kaitan dengan
jaringan narkotika yang berhasil diungkap pada tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai lanjutan pengungkapan jaringan, BNN menyasar pada Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU) penetapan ini dimaksudkan dalam upaya
memutus rantai jaringan narkoba dengan tekad yang bulat bahwa para bandar
dan jaringannya harus dimiskinkan. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan
penyelidikan harta kekayaan dari para bandar narkotika tersebut, untuk itu
ditetapkan indikator kinerja utama berikut ini:
52 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
2. Persentase penyelesaian
penyidikan asset (TPPU)
tersangka tindak pidana
narkotika hasil tindak pidana
narkotika
100% 38% 38
Penyelesaian penyidikan asset (TPPU) tersangka tindak pidana narkotika
hasil tindak pidana narkotika merupakan berkas tindak pidana pencucian uang
yang terkait tindak pidana asal narkotika dan prekursor narkotika yang
terungkap dan dilakukan penyidikan, setelah dinyatakan lengkap oleh Jaksa
Peneliti yang kemudian penyerahan tersangka dan barang bukti kepada Jaksa
Penuntut Umum (Tahap II).
Pengukuran berkas perkara tindak pidana pencucian uang hasil tindak
pidana narkotika dan prekursor narkotika yang P-21 adalah perbandingan
kasus perkara dengan target berkas perkara tindak pidana pencucian uang
hasil dari tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika yang masih dalam
penyidikan.
Adapun hasil pengukuran berkas perkara tindak pidana pencucian uang
hasil tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika yang P-21, sebagai
berikut:
1. Jumlah kasus TPPU yang ditangani selama tahun 2017 adalah 42 berkas;
2. Kasus TPPU yang sudah P21 hingga berakhirnya tahun 2017 adalah 12
berkas dan 4 berkas merupakan penyelesaian kasus tahun 2016,
sehingga total sebesar 16 berkas. Dengan demikian masih terdapat 30
berkas TPPU yang masih dalam proses pengembangan penyidikan tahun
berjalan; dan
3. Maka persentase penanganan kasus adalah persentase keberhasilan
yang sudah P21 dibandingkan dengan jumlah kasus TPPU yang ditangani
adalah: 16/42*100 = 38%.
53 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Formula yang digunakan untuk mengukur berkas perkara tindak pidana
pencucian uang hasil tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika yang P-
21 adalah sebagai berikut:
No. Indikator Kinerja
Utama Formula
Hasil
Perhitungan Keterangan
1. Persentase
penyelesaian
penyidikan asset
(TPPU) tersangka
tindak pidana narkotika
hasil tindak pidana
narkotika
= (Jumlah
TPPUP21/Jumlah
TTPPUP21)*100%
= (16/42)*100%
= 38%
- Jumlah TPPUP21 =
Jumlah Realisasi
berkas perkara TPPU
yang sudah P21
- Jumlah TTPPUP21 =
jumlah Target berkas
perkara TPPU.
Jika dibandingkan capaian kinerja tahun 2016 dengan 2017, secara
kualitas terlihat penurunan. Namun, dari sisi kuantitas penanganan kasus
terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Berikut perbandingan capaian
kinerja dengan tahun lalu digambarkan pada grafik di bawah ini.
Grafik 16.
Perbandingan Penanganan Berkas Perkara Tindak Pidana Pencucian
Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika yang P-21
Tahun 2016 dan Tahun 2017
Adapun penjelasan pada grafik perbandingan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Lanjutan penanganan kasus tahun 2016 telah selesai P-21 di tahun 2017;
2. Pada tahun 2017 masih terdapat berkas perkara yang harus diselesaikan
di tahun 2018 sebanyak 26 berkas; dan
30
42
26
16
2016 2017
Target Realisasi
54 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
3. Dari persentase kasus, capaian target berkas perkara yang terselesaikan
dan atau P-21 Tahun 2016 sebesar 86% dengan Tahun 2017 sebesar
38%.
Gambaran kekurangan pencapaian target tahun 2017 sebagai berikut:
1. Pengembangan penelusuran aset tersangka Tindak Pidana Pencucian
Uang yang berasal dari narkotika memerlukan waktu yang sangat panjang
guna pengembangan aset tersangka, sehingga untuk pencapaian target
penanganan berkas perkara P-21 tidak dapat dipaksakan harus selesai
dalam tahun anggaran berjalan;
2. Masih minimnya kuantitas dan kualitas penyidik pada BNN dalam
menangani kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari
narkotika dan prekusor narkotika;
3. Belum meratanya pemahaman penyidik yang ada di BNN terkait dalam
penanganan kasus tindak pidana pencucian uang yang berasal dari
narkotika dan prekusor narkotika;
4. Perlunya penyamaan persepsi antara instansi terkait dalam penanganan
kasus tindak pidana pencucian uang.
Sebagai tindak lanjut dalam memaksimalkan pencapaian target kinerja
pada tahun 2018 untuk melemahkan jaringan peredaran gelap narkotika
Direktorat Tindak Pidana Pencucian Uang merekomendasi sebagai berikut:
1. Memaksimalkan monitoring dan evaluasi oleh Pembina Fungsi terhadap
penanganan kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yang ada di
kewilayahan;
2. Mengusulkan:
a. Penambahan tenaga penyidik khususnya penyidik POLRI yang telah
mempunyai kompetensi dalam penyidikan Tindak Pidana Pencucian
Uang dan memaksimalkan penyidik BNN; dan
b. Pelatihan dan Pembinaan lanjutan kepada penyidik, baik yang
berada di Pusat maupun di kewilayahan tentang penanganan kasus
Tindak Pidana Pencucian Uang secara berkala;
3. Penanganan kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yang dilakukan
penyidik di kewilayahan masih pelu pendampingan dari BNN Pusat; dan
4. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga perbankan, non perbankan,
maupun instansi terkait lainnya, guna menyatukan pemahaman dalam
penanganan tindak pidana pencucian uang yang berasal dari narkotika
dan prekusor narkotika.
55 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Sedangkan upaya peningkatan peran organisasi guna mendukung
operasional lembaga, maka BNN menetapkan sasaran strategis sebagai
berikut yaitu:
5. Sasaran : Terwujudnya manajemen organisasi yang
proporsional, profesional, dan produktif
Capaian sasaran strategis di atas, di ukur melalui 4 (empat) indikator
kinerja utama berikut:
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
1. Opini Laporan Keuangan WTP WTP 100
Opini Laporan Keuangan terdiri dari 4 (empat) jenis, di antaranya:
1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan
informasi yang bebas dari salah saji material. Selain itu, terdapat pula
opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTP-
DPP). Opini tersebut diterbitkan karena dalam keadaan tertentu auditor
harus menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporannya.
2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
Opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan
keuangan bebas dari salah saji material, kecuali untuk hal tertentu yang
menjadi pengecualian.
3. Tidak Wajar
Opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan mengandung salah saji
material, atau dengan kata lain laporan keuangan tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya.
4. Tidak menyatakan Pendapat
Opini jenis ini diberikan jika pemeriksa (auditor) tidak bisa meyakini
apakah laporan keuangan wajar atau tidak.
56 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Capaian dari kinerja indikator ini adalah nilai hasil pemeriksaan/audit yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap laporan keuangan Badan
Narkotika Nasional atas kinerja serta pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
Tahun Anggaran 2016 yang diperoleh pada tahun 2017, sedangkan penilaian
laporan keuangan tahun 2017 menjadi laporan nilai capaian pada tahun 2018.
Ini merupakan tahun kedua Badan Narkotika Nasional mengimplementasikan
akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangan sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah(PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Hasil pemeriksaan BPK RI berupa opini laporan keuangan ini menjadi tolok
ukur (indikator) untuk menilai akuntabilitas Badan Narkotika Nasional. Hasil
pemeriksaan BPK-RI, baik dari sisi akademis dan aplikasi di lapangan, dapat
menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan pemangku kepentingan atas
pelaporan yang disajikan oleh pihak yang diperiksa (auditan/auditee),dalam hal
ini Badan Narkotika Nasional. Untuk tahun 2016, Badan Narkotika Nasional
kembali memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian atas hasil pemeriksaan
BPK seperti opini yang diperoleh ditahun 2015.
Tabel 12.
Kondisi Pertanggungjawaban Keuangan pada Badan Narkotika Nasional
dalam Opini BPK RI
NO. TAHUN ANGGARAN OPINI
1. 2008 WTP dengan Paragraf Penjelasan
2. 2009 WTP dengan Paragraf Penjelasan
3. 2010 WTP dengan Paragraf Penjelasan
4. 2011 WTP
5. 2012 WTP
6. 2013 WTP dengan Paragraf Penjelasan
7. 2014 WTP
8. 2015 WTP
9. 2016 WTP
Beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan capaian kinerja adalah
sebagai berikut:
1. Dalam penyusunan RKA-K/L wajib disesuaikan dengan program
pemerintah, renstra, renja, dan kebijakan lain serta peraturan
57 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
perundangan lain sampai dengan kesesuaian dengan standar biaya dan
kesesuaian akun agar dalam pelaksanaan anggaran dan
pertanggungjawaban hingga pelaporan keuangan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien;
2. Seluruh satuan kerja di lingkungan BNN menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan secara berjenjang dan tepat waktu;
3. Laporan keuangan yang disusun oleh seluruh Satker di lingkungan BNN
harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan pos/akun dan
kejadian penting lainnya wajib diungkapkan secara detail di dalam CALK
sesuai dengan kondisi kejadiannya secara akuntabel, transparan, dan
dapat ditelusuri;
4. Laporan BNN (semester/tahunan) yang disampaikan kepada
Kementerian Keuangan setelah dilakukan reviu oleh Inspektorat Utama;
5. Pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan pencairan APBN
dibuat/disusun sesuai ketentuan peraturan perundangan dan
keterjadiannya;
6. Seluruh dokumen pertanggungjawaban keuangan dapat dibuktikan,
ditelusuri, dan sesuai dengan kejadiannya;
7. Dalam proses pencairan realisasi APBN, seluruh fungsi pengelola
keuangan melakukan verifikasi dan pemeriksaan dokumen serta
menyimpannya secara rapih dan tertib untuk menghindari
kesalahan/kecurangan sehingga proses pengendalian internal dapat
terwujud;
8. Pembinaan pengelolaan keuangan di lingkungan Badan Narkotika
Nasional, guna meningkatkan pemahaman seluruh Satker tentang
pengelolaan keuangan secara mandiri. Dalam rangka pembinaan
terhadap Satker-satker, Biro Keuangan senantiasa mengadakan kegiatan
penyusunan laporan keuangan secara tertib dan tepat waktu sehingga
tidak terjadi keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan
kepada Pemerintah melalui Menteri Keuangan;
9. Monitoring dan evaluasi pengelolaan keuangan di lingkungan Badan
Narkotika Nasional, guna untuk memonitor sejauh mana kesiapan Satker-
58 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
satker dalam penyajian Laporan Keuangan yang sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP); dan
10. Kerja sama dengan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kementerian
Keuangan dalam hal penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis
pengelolaan dan pelaporan keuangan di lingkungan Badan Narkotika
Nasional yang melibatkan PPK, bendahara, dan Unit Akuntansi. Kegiatan
ini dimaksudkan agar para pengelola keuangan di masing-masing Satuan
Kerja dapat mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan dan para unit akuntansi dapat menyusun laporan
keuangan sesuai SAP dan menyampaikannya secara berjenjang dan
tepat waktu.
Keberhasilan pencapaian target kinerja berupa Opini Wajar Tanpa
Pengecualian yang diperoleh BNN tidak lepas dari nilai kualitas laporan
keuangan yang disajikan. Ketepatan waktu dan keakuratan dalam penyusunan
laporan keuangan menjadi salah satu faktor penting dalam menilai kualitas
laporan keuangan. Selain itu, kelengkapan serta kepatuhan satuan kerja dalam
pelaporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
juga menjadi ukuran dalam menilai kualitas laporan keuangan.
Seluruh satuan kerja di lingkungan Badan Narkotika Nasional adalah
sebagai entitas akuntansi yang dalam menyusun dan menyampaikan Laporan
Keuangan harus mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan serta tepat
waktu dalam penyampaiannya secara berjenjang. Penyusunan laporan
keuangan Badan Narkotika Nasional pada Tahun Anggaran 2016 telah
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan serta disusun dan disajikan dengan basis akrual
sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang transparan,
akurat dan akuntabel. BNN telah mencapai hasil yang optimal dengan
terlaksananya laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntasi Pemerintah
(SAP) serta tersajinya laporan keuangan yang akurat, akuntabel, transparansi
dan dapat dipertanggungjawabkan, dan mendapat opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
59 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Indikator kinerja kegiatan selanjutnya adalah indeks kepatuhan
penyelenggaraan layanan pembayaran tunjangan pegawai. Gaji dan tunjangan
pegawai merupakan kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang
diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di
luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Gaji dan tunjangan yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah
berupa gaji pokok dan berbagai tunjangan yang diterima berkaitan dengan jenis
dan sifat pekerjaan yang dilakukan (tunjangan istri/suami, tunjangan anak,
tunjangan jabatan/yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, tunjangan
kompensasi kerja, tunjangan perbaikan penghasilan, tunjangan beras,
tunjangan pajak penghasilan, tunjangan irian jaya/papua, tunjangan
pengabdian wilayah terpencil, dan tunjangan umum) baik dalam bentuk uang
maupun barang. Sampai dengan Tahun Anggaran 2017, Biro Keuangan dalam
pencapaian kinerja terkait dengan indeks kepatuhan penyelanggaraan
pembayaran tunjangan pegawai mencapai skala 4 dari target 4 dengan capaian
75%
Selain keberhasilan di atas, dalam pencapaian target Kinerja Tahun
Anggaran 2017, beberapa kendala yang masih dihadapi, antara lain:
1. Masih kurangnya jumlah sumber daya manusia, sehingga terdapat satu
pegawai melaksanakan beberapa tugas/fungsi/jabatan;
2. Sumber daya manusia yang sering berganti dan sebagian besar tenaga
kontrak karya;
3. Kurangnya pegawai yang memahami/menguasai standar, prosedur, dan
peraturan terkait akuntansi, laporan keuangan, dan pertanggungjawaban
keuangan, serta pengendaliannya;
4. Masih terdapat beberapa Satker yang mengirimkan pesertanya adalah
bukan pelaksana/operator akuntansi dan penyusun laporan keuangan
dalam kegiatan penyusunan laporan keuangan BNN;
5. Kurang adanya perhatian dari sebagian pimpinan Satker terkait
pentingnya pelaporan keuangan; dan
6. Frekuensi perubahan kebijakan pemerintah yang cukup banyak dan cepat
terkait akuntansi dan pelaporan keuangan.
60 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Tindak lanjut atas rekomendasi tahun lalu dan langkah-langkah antisiatif
yang diambil:
1. Pelaksanaan kerja sama dan instansi eksternal terkait (Kementerian
Keuangan, BPKP, dan BPK RI) dalam rangka peningkatan kemampuan
personil dalam pengelolaan dan pelaporan keuangan;
2. Pelaksanaan kerja sama dengan seluruh Satker internal: Settama BNN,
Inspektorat Utama, dan Deputi Bidang, serta Balai Pendidikan dan
Pelatihan BNN dalam rangka pembinaan dan peningkatan kemampuan
personil;
3. Monitoring dan evaluasi pengelolaan keuangan di lingkungan BNN, guna
untuk memonitor sejauh mana kesiapan Satker-satker dalam penyajian
Laporan Keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP); dan
4. Pembinaan pengelolaan keuangan di lingkungan Badan Narkotika
Nasional, guna meningkatkan pemahaman seluruh Satker tentang
pengelolaan keuangan secara mandiri.
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
2. Nilai LKIP B B 100
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan
pertanggungjawaban instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan
kegiatan sebagaimana yang diperjanjikan oleh para pemangku kepentingan di
awal tahun anggaran dan dibuat secara periodik baik secara triwulan dan
tahunan. Laporan tersebut harus menggambarkan realisasi capaian program
dari setiap kegiatan sesuai dengan sasaran strategis/program dan indikator
kinerja yang diperjanjikan dalam mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi
secara tepat guna, berhasil guna, bersih, dan bertanggungjawab.
Untuk maksud tersebut, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, yang menugaskan Kemenpan & RB sebagai Lembaga yang diberi
kewenangan mengkoordinir melakukan evaluasi kinerja
Kementerian/Lembaga, dengan unsur-unsur penilaian:
61 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
1. Perencanaan Kinerja
2. Pengukuran Kinerja
3. Pelaporan Kinerja
4. Evaluasi Kinerja
5. Pencapaian Kinerja
Berdasarkan penilaian kinerja BNN (hasil sementara atas laporan kinerja
BNN atas evaluasi Kemenpan & RB), atas unsur-unsur penilaian tersebut di
atas, secara kumulatif BNN mendapatkan nilai kinerja tahun 2017 sebesar
60,05 dengan kategori (B). Meski masih berada pada predikat B, nilai ini
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu Tahun 2015 sebesar 64,21
dan Tahun 2016 sebesar 62,54. Adapun perbandingan nilai hasil capaian
kinerja tahun 2017 dengan beberapa tahun sebelumya sebagaimana tabel di
bawah ini.
Tabel 13.
Perbandingan Nilai Hasil Capaian Kinerja BNN
No. Komponen yang Dinilai Bobot LAKIP
2015 Bobot
LAKIP
2016
LAKIP
2017
A. Perencanaan Kinerja 30 21,49 30 19,48 19,21
B. Pengukuran Kinerja 25 14,38 25 15,54 14,55
C. Pelaporan Kinerja 15 10,56 15 9,36 8,68
D. Evaluasi Kinerja 10 6,90 10 6,17 6,03
E. Capaian Kinerja 20 10,88 20 11,99 11,58
Hasil Nilai Evaluasi 100 64,21 100 62,54 60,05
Tingkat Akuntabilitas Kinerja - B - B B
Berdasarkan catatan dari evaluator, diperoleh beberapa faktor yang
menyebabkan turunnya nilai kinerja BNN sebagai berikut:
1. Kinerja BNN belum sepenuhnya menjawab mandat undang-undang dan
RPJMN;
2. Logical framework yang telah dibangun tidak diacu dalam penyusunan
perencanaan kinerja;
3. Laporan kinerja masih bersifat formalitas dan belum terdapat arah
perbaikan ke depan yang akan dilaksanakan;
4. Evaluasi internal belum mampu memacu perubahan tata kelola internal;
dan
62 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
5. Keterbukaan informasi tentang kinerja (dokumen perencanaan maupun
laporan kinerja) belum dilaksanakan.
Jika dilihat dari Catatan Evaluasi SAKIP di atas, maka catatan tersebut
dapat dikelompokan dalam 2 (dua) kategori faktor penyebab yaitu:
1. Faktor Kebijakan (poin 1 dan 2); dan
2. Faktor Teknis Pelaksanaan dan Pengawasan (poin 3, 4, dan 5).
Faktor kebijakan terkait dengan dilakukannya reviu renstra pada tahun
2017 yang menyebabkan seakan terjadi downgrade target kinerja dan
framework yang telah disusun sebelumnya. Reviu perlu dilakukan agar kinerja
yang diperjanjikan dapat lebih terukur “SMART (Specific Measurable
Achievable Realistic Timely)”, dengan mempertimbangkan sumber daya
(resources) dan infrastruktur BNN yang masih sangat terbatas. Dengan
demikian konsep ideal dalam mencapai sasaran jangka menengah dikaji dan
direviu menjadi sasaran yang implikasinya dapat dicapai dalam rencana jangka
panjang.
Faktor Teknis Pelaksanaan dan Pengawasan sebagaimana dalam poin 3,
4, dan 5 lebih disebabkan:
1. Satuan kerja di BNN belum seluruhnya paham dan mengerti yang menjadi
sasaran dan target kinerja;
2. Sistem aplikasi monevgar (e-lkip) sebagai tools monitoring dan evaluasi
belum digunakan secara optimal;
3. Keterbukaan informasi dan permasalahan yang ada belum dieksplor
sebagai rekomendasi perbaikan ke depan; dan
4. Tindak lanjut atas rekomendasi tahun-tahun sebelumnya belum dilakukan
secara konsisten.
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas, beberapa hal upaya
perbaikan ke depan yang perlu dilakukan oleh BNN adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas perencanaan melalui bimtek maupun diklat
bekerjasama dengan Balai Diklat BNN dan instansi terkait;
2. Secara konsisten melakukan analisa dan evaluasi kinerja ditindaklanjuti
dengan perbaikan yang akan dituangkan dalam dokumen LKIP;
63 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
3. Evaluasi secara berkala dan penerapan sistem reward and punishment
atas pencapaian kinerja satuan kerja;
4. Optimalisasi penggunaan sistem aplikasi Monevgar BNN sebagai tools
kontrol, komunikasi, dan monitoring evaluasi capaian kinerja mulai pusat
hingga kewilayahan. Sistem aplikasi Monevgar BNN memfasilitasi fitur-
fitur monitoring, evaluasi, dan pengendalian kinerja mulai dari level output,
indikator kinerja kegiatan, indikator kinerja program, hingga indikator
kinerja utama BNN. Hal tersebut terprogram dalam bentuk web base
secara sistematis, terstruktur, logical frame analysis dengan cascading
kinerja, dikenal dengan e-lkip dan dashboard kinerja BNN; dan
5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara langsung dan
berkesinambungan kepada stakeholder untuk mengukur kinerja BNN
(aspek manfaat) dalam menjalankan program P4GN.
Pada akhir tahun 2017 telah dilakukan Pengukuran Aspek Manfaat di 18
Provinsi di Indonesia, guna mengetahui sejauh mana perubahan yang
dirasakan oleh masyarakat atau pemangku kepentingan atas intervensi
program P4GN yang dilakukan oleh BNN. Kegiatan tersebut dilakukan melalui
Focus Group Discussion (FGD) dan pengisian kuesioner oleh peserta yang
berasal dari berbagai kelompok masyarakat dan instansi pemerintah, dengan
hasil indeks nilai aspek manfaat sebesar 3,36 dalam skala 4 likert atau dengan
capaian nilai 84 jika dikonversi ke dalam persentase, secara rinci terlampir
dalam lampiran.
Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja
pada indikator kinerja utama “Nilai LKIP”, adalah sebagai berikut:
No. Indikator Kinerja
Utama Formula
Hasil
Perhitungan Keterangan
1. Nilai Akuntabilitas
Kinerja BNN
= RNA /TNA*100%
Konversi nilai:
B = 1
CC = 0.5
C = 0.25
= (1/1)*100%
= 100%
- RNA = Realisasi Nilai
Akuntabilitas
- TNA = Target Nilai
Akuntabilitas
64 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Adapun Indikator Kinerja Utama lainnya yang terkait langsung dengan
sasaran strategis di atas sebagaimana uraian di bawah ini:
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
3. Nilai Indeks Reformasi Birokrasi
BNN
60 66,27 110,45
Reformasi Birokrasi merupakan agenda nasional dimana pemerintah
mengharapkan terciptanya tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokasi, pelaksanaan reformasi birokrasi bertujuan untuk:
1. Mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan
kewenangan publik oleh pejabat di instansi yang bersangkutan;
2. Menjadikan negara yang memiliki most-improved bureaucracy;
3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat;
4. Meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program
instansi;
5. Meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi
tugas organisasi; dan
6. Menjadikan birokrasi Indonesia antisipatif, proaktif, dan efektif dalam
menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan strategis.
Badan Narkotika Nasional sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) telah melaksanakan reformasi birokrasi sejak tahun 2011.
Pelaksanaan reformasi birokrasi telah dilaksanakan sesuai dengan arah yang
telah ditetapkan, untuk itu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala guna
mengetahui sejauhmana kemajuan dari hasil pelaksanaannya.
Kementerian PAN & RB sebagai lembaga yang berwenang dalam
pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi
di seluruh Kementerian/Lembaga berpedoman pada Peraturan Menteri PAN &
RB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) sebagaimana yang telah diperbarui dengan Peraturan
Menteri PAN & RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi
Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.
65 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
PMPRB digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemajuan
pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri, yang akan dievaluasi oleh Tim
Kementerian PAN & RB. PMPRB terdiri dari 2 (dua) komponen penilaian, yaitu
pengungkit dan hasil, dengan capaian pada tahun 2017 sebesar 66,27.
Capaian kinerja tersebut telah melebihi target yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan indeks PMPRB sebesar 60, namun nilai capaian ini
menurun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2016 yaitu sebesar 68,81
sebagaimana tergambar dalam grafik di bawah ini.
Grafik 17.
Perbandingan Capaian Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN
Nilai sementara yang dikeluarkan oleh Kementerian PAN & RB pada saat
Exit Meeting tanggal 20 Desember 2017 dan perbandingan capaian dengan
tahun lalu pada masing-masing komponen penilaian adalah sebagai berikut:
NO. KOMPONEN PENILAIAN NILAI
MAKS
NILAI
2016 2017* 2017**
A. PENGUNGKIT
1. Manajemen Perubahan 5,00 3,44 4,4 2,91
2. Penataan Peraturan Perundang-
Undangan
5,00 1,446 3,75 1,46
3. Penataan dan Penguatan
Organisasi
6,00 4,01 6,00 4,01
55
68,8160
66,27
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Target Capaian
PMPRB BNN
Tahun 2016 Tahun 2017
66 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
4. Penataan Tata Laksana 5,00 3,34 4,46 3,21
5. Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 12,47 14,08 12,06
6. Penguatan Akuntabilitas 6,00 2,95 6,00 1,92
7. Penguatan Pengawasan 12,00 7,22 9,58 7,02
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik
6,00 4,09 5,3 4,08
Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 38,98 53,58 36,37
B. HASIL
1. Nilai Akuntabilitas Kinerja 14,00 8,99 8,76 8,76
2. Survey Internal Integritas
Organisasi
6,00 3,86 3,58 3,86
3. Survey Eksternal Persepsi Korupsi 7,00 5,50 5,285 5,50
4. Opini BPK 3,00 3,00 3,00 3,00
5. Survey Eksternal Pelayanan Publik 10,00 8,48 8,2 8,48
Sub Total Komponen Hasil 40,00 29,83 28,83 29,60
INDEKS REFORMASI BIROKRASI 100,00 68,81 82,4* 66,27
*Nilai Penilaian Mandiri yang dilakukan oleh BNN
**Nilai Semetara yang dikeluarkan oleh Menpan RB
Adapun faktor yang menyebabkan turunnya penilaian kinerja PMPRB
antara lain:
1. Aspek Internal, antara lain:
a. Kinerja BNN belum sepenuhnya menjawab mandat Undang-
Undang;
b. Terdapat indikator kinerja yang belum menggambarkan
tujuan/sasaran strategis yang akan diwujudkan;
c. Logical framework yang telah dibangun tidak diacu dalam
penyusunan perencanaan kinerja;
d. Evaluasi organisasi belum menganalisis kesesuaian antara mandat
(kinerja) yang diharapkan dengan kelembagaan yang ada untuk
memastikan efektivitas organisasi;
e. Pelaksanaan pengendalian internal (pengawasan dari atasan,
mitigasi risiko, dan gratifikasi) belum berjalan baik; dan
f. Belum terlaksananya Monev terkait implementasi Whistle Blowing
System, Penyelesaian pengaduan, dan benturan kepentingan.
67 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
2. Aspek Eksternal, antara lain:
a. Sasaran pada level BNN Provinsi, masih berorientasi pada output
dan belum mereprentasikan perwakilan BNN pada level provinsi,
begitu juga pada level kabupaten/kota;
b. Pelaksanaan reformasi birokrasi pada BNN belum sepenuhnya
berjalan pada BNNP dan BNNK;
c. One agency one innovation belum terlihat dalam peningkatan
pelayanan publik; dan
d. Survei integritas jabatan menghasilkan bahwa di lingkungan BNN
terdapat:
11,29% memahami tugas dan fungsi serta memahami ukuran
keberhasilan pekerjaan;
83,87% memahami tugas dan fungsi tetapi tidak memahami
ukuran keberhasilan pekerjaan; dan
4,83% tidak memahami tugas dan fungsi serta tidak memahami
ukuran keberhasilan pekerjaan.
Adapun rekomendasi sebagai upaya perbaikan atas permasalahan atau
kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Aspek Internal, antara lain:
a. Diperlukan peningkatan pemahaman para pemangku jabatan
mengenai pentingnya pelaksanaan reformasi birokrasi;
b. Perlu peningkatan pelaksanaan sosialisasi reformasi birokrasi
kepada di kalangan pegawai BNN;
c. Mengimplementasikan e-government pada layanan utama yang
terintegrasi; dan
d. Melakukan evaluasi kebijakan secara berkala terhadap penanganan
gratifikasi, pengaduan masyarakat, whistler blower system dan
penanganan benturan kepentingan.
2. Aspek Eksternal, antara lain:
a. Menetapkan unit kerja menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani; dan
b. Mengusulkan pelayanan publik yang dapat mengikuti Kompetensi
Inovasi Pelayanan Publik.
68 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Beberapa rekomendasi tahun-tahun sebelumnya yang telah
ditindaklanjuti oleh BNN dalam upaya perbaikan dalam meningkatkan kinerja
PMPRB adalah sebagai berikut:
1. BNN telah menerapkan manajemen perubahan secara sistematis seperti
terbentuknya Tim Reformasi Birokrasi. Tersedia road map reformasi
birokrasi Tahun 2015-2019 dan ditetapkannya agen perubahan;
2. BNN telah mengimplementasikan e-government pada layanan utamanya,
walaupun belum terintegrasi;
3. BNN telah menetapkan usaha peningkatan kualitas layanan publik
dengan menyediakan aplikasi pada beberapa layanan utama secara
online, gratifikasi, SPIP, pengaduan masyarakat, Whistle Blowing System
dan penanganan benturan kepentingan;
4. BNN telah melakukan usaha peningkatan kualitas layanan publik dengan
menyediakan aplikasi pada beberapa layanan utama secara online; dan
5. Sistem Infomasi Manajemen Kepegawaian BNN (SIMPEG BNN) berbasis
web base merupakan bentuk nyata efisiensi penggunaan sumber daya
dalam mencapai sasaran program dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
SIMPEG BNN telah berperan sebagai pemeran utama dalam
mewujudkan reformasi birokrasi yang semakin baik. Hal ini terlihat dari
semakin mudahnya pegawai mendapatkan segala informasi dan
berinteraksi terkait kepegawaian dan tata kelola organisasi.
No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian
4. Opini Publik terhadap BNN 70 78,8 112,57
BNN sebagai Lembaga pelayanan publik memberikan layanan tentang
program P4GN. Pelayanan publik dapat dirasakan secara langsung maupun
tidak langsung oleh masyarakat. Hal utama yang ingin dicapai bukan semata-
mata bentuk pelayanan secara langsung kepada masyakarat saja, akan tetapi
lebih mengarah kepada peran BNN dalam berbagai aspek kegiatan meliputi:
Pencegahan, Rehabilitasi, dan Pemberantasan Narkoba. Untuk mengetahui
seberapa besar peran BNN di dalam masyarakat maka perlu dilakukan
pengukuran dalam bentuk opini publik dari masyarakat terhadap layanan BNN.
Dikarenakan adanya keterbatasan untuk mengukur secara umum dampak
69 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
signifikan dari kegiatan BNN, maka perlu ditentukan indikator-indikator
pengukuran yang akan digunakan untuk mengukur opini publik terhadap
layanan BNN. Sebagai contoh salah satu layanan BNN di bidang
pengungkapan kasus akan sangat sulit untuk mengukur secara detail dampak
signifikan dari pengungkapan kasus tersebut. Hasil dari pengungkapan kasus
belum bisa diukur secara riil kontribusinya terhadap Supply Reduction dan
Demand Reduction.
Opini Publik terhadap BNN adalah pendapat dari perorangan atau
kelompok masyarakat terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh BNN yang
diperoleh melalui metode kuesioner. Metode kuesioner saat ini dianggap paling
relevan guna mengetahui seberapa signifikan layanan yang diberikan oleh BNN
kepada masyarakat sebagai penerima manfaat. Hasil pengukuran layanan
akan menentukan baik tidaknya opini publik terhadap layanan BNN.
Pengumpulan kuesioner dilakukan pada akhir tahun anggaran untuk
melihat dampak dari layanan publik pada tahun anggaran berjalan.
Pengumpulan kuesioner meliputi berbagai hal berkaitan dengan aktivitas
pencegahan, rehabilitasi dan pemberantasan yang merupakan faktor-faktor
pembentuk opini BNN. Ketiga faktor ini yang menjadi pokok pembahasan dan
penekanan kepada responden dalam menilai opini publik terhadap layanan
BNN.
Pemberian kuesioner ditujukan kepada penerima program yang dilakukan
di 18 Provinsi dengan jumlah 587 responden. Pemilihan responden menyasar
segmen pelajar, mahasiswa, dan pekerja. Responden pada segmen ini
dianggap segmen yang paling rentan terhadap bahaya penyalahgunaan
narkotika sebagaimana hasil penelitian BNN bersama Puslitkes UI yang
menyebutkan angka prevalensi Tahun 2017 untuk pekerja dan mahasiswa
sebesar 2,9% lebih tinggi dari angka prevalensi umum Tahun 2017 sebesar
1,77%.
Pengumpulan kuesioner dilakukan secara random yang didahului dengan
mengundang responden pada suatu kegiatan monitoring evaluasi program
P4GN yang dilaksanakan oleh Biro Perencanaan Settama BNN. Hasil
70 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
kuesioner kemudian diolah melalui Metode Linkert skala 4. Hasil kuesioner
dilakukan analisa atas penilaian/opini responden terhadap layanan yang telah
dilakukan oleh BNN.
Hasil pengukuran opini publik terhadap layanan BNN dikelompokkan
dalam 5 kriteria berdasarkan jawaban kuesioner yang dikonversi dalam bentuk
persentase sebagai berikut:
Tabel 14.
Kriteria Pengukuran Opini Publik terhadap Layanan BNN
NO. KATEGORI KRITERIA
1 < 50% Sangat Kurang
2 > 50% s.d < 60% Kurang
3 > 60% s.d < 80% Cukup
4 > 80% s.d < 90% Baik
5 > 90% Sangat Baik
Pengukuran opini publik terhadap layanan BNN diperoleh hasil
penilaian dengan angka capaian 78,8% (perhitungan penilaian opini publik
terlampir). Hal ini berarti capaian tersebut melebihi target yang telah ditetapkan
sebesar 70% dengan persentase capaian sebesar 112,5%. Namun demikian
hasil perhitungan ini belum dapat menggambarkan capaian riil untuk populasi
secara menyeluruh di Indonesia. Walaupun demikian hasil perhitungan opini
publik ini dapat menjadi barometer capaian pelaksanaan layanan publik BNN.
Berikut adalah gambar hasil evaluasi terkait layanan publik di 18 Provinsi
di Indonesia, sebagai berikut:
Grafik 18.
Persentase Rata-Rata Opini Publik terhadap BNN
70
72
74
76
78
80
82
84
71 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Dari data di atas, diperoleh informasi bahwa Provinsi Gorontalo
memperoleh nilai opini publik terhadap layanan BNN tertinggi dengan capaian
angka 82,62% disusul oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan
capaian angka 82,60%. Adapun peroleh capaian angka terendah terhadap
opini publik layanan BNN adalah di Provinsi Banten dengan angka capaian
74,77%.
Mengingat pengukuran capaian opini publik pertama kali dilakukan pada
tahun 2017 maka hasil pengukuran saat ini akan menjadi data awal (based
data) untuk pengukuran selanjutnya guna mengetahui perkembangan opini
publik terhadap layanan BNN. Dengan demikian, capaian opini publik tahun
2017 belum dapat dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.
Capaian opini publik BNN yang dilakukan pada tahun 2017 apabila
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan untuk tahun 2017 memiliki
selisih melebihi target sebesar 8,8% yang berarti BNN pada tahun 2017
melebihi target yang telah ditentukan. Untuk layanan tahun 2018 perlu
dilakukan evaluasi guna diperoleh aspek-aspek utama yang mampu
meningkatkan opini publik BNN pada angka capaian yang lebih baik.
Pencapaian keberhasilan perolehan opini publik sebesar 78,8%
disebabkan beberapa hal, yaitu:
1. Upaya menggalang seluruh komponen masyarakat baik instansi
pemerintah, tokoh agama, maupun lembaga sosial masyarakat dalam
kegiatan P4GN.
2. Pembentukan wadah dari kegiatan elemen masyarakat telah diatur dalam
MoU yang dilaksanakan oleh BNN dengan seluruh komponen
masyarakat.
3. Kebijakan pimpinan dalam penegakan hukum juga berperan positif
khususnya dalam penangkapan bandar-bandar besar narkoba seperti
Fredi Budiman, Chandra Halim, Sindikat Aceh, dan beberapa sindikat
internasional. Untuk mendukung peran BNN dalam penegakan hukum
juga dilakukan penyitaan aset tindak pidana pencucian uang (TPPU)
terhadap para bandar narkotika.
72 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
4. Publikasi kinerja BNN dalam P4GN di berbagai media massa cetak,
elektronik, dan online. BNN saat ini tergabung dalam Forum Bakohumas
di seluruh Kementerian sehingga hal-hal yang memiliki nilai informasi
dapat dikomunikasikan dengan seluruh kementerian. Selain itu, BNN juga
melakukan MoU dengan beberapa stasiun TV untuk menyebarluaskan
informasi atas layanan BNN baik di Bidang Pencegahan, Rehabilitasi,
maupun Pemberantasan Narkotika.
Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala yang masih dihadapi
dalam pencapaian target opini publik, di antaranya:
1. Pembentukan opini publik berdasarkan pada kinerja BNN. Publik menilai
BNN dari kinerja yang terpublikasikan oleh media massa. Tanpa adanya
pembentukan dan penggiringan opini publik melalui media informasi maka
persepsi atau citra instansi di mata masyarakat tidak akan terbentuk.
Pembentukan opini publik tersebut juga tidak lepas dari pengaruh
persepsi masyarakat terhadap BNN pada masa lampau;
2. Terbatasnya ketersediaan sarana prasarana BNN baik sarana prasarana
perkantoran, penyuluhan, rehabilitasi, maupun pemberantasan. Untuk
diketahui, bahwa sampai dengan saat ini BNN belum memiliki Gedung
Pusat yang memadai dan representatif untuk menyusun dan
melaksanakan kebijakan P4GN. Gedung yang ada saat ini berstatus
pinjam pakai dari Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. Untuk di beberapa daerah penyediaan gedung perkantoran masih
dilakukan melalui mekanisme sewa (milik pribadi/swasta) dan pinjam
pakai dari Pemerintah Daerah dengan kondisi yang sangat terbatas;
4. Dukungan anggaran untuk kegiatan P4GN dirasa masih kurang dimana
kegiatan satuan kerja daerah (BNNP dan BNN Kabupaten/Kota) masih
banyak diserap untuk pembiayaan kegiatan rutin (perkantoran) belum
optimal untuk kegiatan P4GN; dan
5. Pada satuan kerja daerah juga ditemukan kurangnya ketersediaan
Sumber Daya Manusia sehingga kegiatan P4GN belum dilaksanakan
sesuai SOP yang ditentukan.
73 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Sebagai rekomendasi terhadap kendala yang dihadapi, upaya untuk
perbaikan tersebut sebagai berikut:
1. Penyediaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas serta diberikannya
dispensasi moratorium pengadaan pegawai di lingkungan BNN;
2. Perlu kerja sama yang lebih intens di bidang penyebaran informasi baik
media elektronik, social, maupun cetak;
3. Komitmen kuat dari Pemerintah Pusat untuk penyediaan sarana
prasarana perkantoran, penyuluhan, rehabilitasi, maupun
pemberantasan;
4. Dukungan dari Pemerintah Daerah untuk dukungan penyediaan Lahan
sebagai lokasi pembangunan gedung kantor; dan
5. Komitmen Pemerintah Daerah dalam pemberian dukungan anggaran
P4GN.
B. Realisasi Anggaran
Alokasi anggaran BNN tahun 2017, sebesar Rp 1.942.717.790.000,-
(Satu triliun sembilan ratus empat puluh dua milyar tujuh ratus tujuh belas juta
tujuh ratus sembilan puluh ribu rupiah) dengan realisasi sebesar Rp
1.760.329.519.818 (Satu triliun tujuh ratus enam puluh milyar tiga ratus dua
puluh sembilan juta lima ratus sembilan belas ribu delapan ratus delapan belas
rupiah) atau sebesar (90,6%) untuk mendukung 2 Program yaitu Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN) meliputi 3 jenis belanja yaitu:
Tabel 15.
Realisasi Anggaran BNN Tahun Anggaran 2017
JENIS BELANJA PAGU (Rp) REALISASI (Rp) SISA (Rp) %
51 Belanja Pegawai 433.657.322.000 425.447.386.593 8.209.935.407 98,1%
52 Belanja Barang 884.621.813.000 765.743.345.526 118.878.467.474 86,6%
53 Belanja Modal 624.438.655.000 569.138.787.699 55.299.867.301 91,1%
Total 1.942.717.790.000 1.760.329.519.818 182.388.270.182 90,6%
74 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Adapun gambaran penyerapan anggaran, berdasarkan jenis belanja
adalah sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
Dari Total Pagu sebesar Rp 433.657.322.000,00 yang terserap sebesar
Rp 433.657.322.000,00 (98,1%), Penyerapan anggaran belanja pegawai
sudah optimal, dengan sisa anggaran tersisa sebesar 1,9%.
2. Belanja Barang
Dari Total Pagu sebesar Rp 884.621.813.000,00 yang terserap sebesar
Rp 765.743.345.526,00 (86,6%), Kurang optimalnya penyerapan Pagu
tersebut disebabkan adanya Pengadaan Barang/Jasa yang tidak bisa
dilaksanakan karena waktu yang sangat sempit (APBNP) lelang
pengadaan gagal sampai 2 kali, sedangkan barang yang dilelang
merupakan barang impor (peluru) yang tentunya membutuhkan waktu
yang relatif lama. Kegiatan lelang gagal lainnya terkait dengan pengadaan
yang memerlukan waktu cukup lama (pengadaan meubelair) dan karena
adanya kebijakan pimpinan untuk penghematan pengadaan dan sisa
lelang barang/jasa.
3. Belanja Modal
Dari Total Pagu sebesar Rp 624.438.655.000,00 yang terserap sebesar
Rp 569.138.787.699,00 (91,1%), dengan demikian Belanja Modal masih
menyisakan anggaran sebesar Rp 55.299.867.301,00 (8,9%). Sisa
anggaran tersebut karena adanya sisa-sisa lelang pengadaan dan juga
sebagai akibat adanya tagihan pihak ketiga yang ditolak SPM oleh KPPN
karena sudah melebihi batas waktu pengajuan pembayaran sebagaimana
yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan (KPPN).
Sedangkan komposisi anggaran berdasarkan sasaran Strategis dari
Lembaga adalah sebagai berikut:
75 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Grafik 19.
Komposisi Pagu BNN per Bidang Tahun Anggaran 2017
Dukungan anggaran dalam rangka meningkatkan daya tangkal (faktor
protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkoba
adalah sebesar Rp 114.856.806.000,- dengan realisasi sebesar Rp
90.993.188.438,- (79,22%). Penyerapan anggaran yang kurang optimal,
disebabkan adanya pengadaan barang/jasa yang membutuhkan waktu
pelaksanaan yang relatif lama, sehingga pengadaan barang/jasa tidak
dapat di wujudkan sebagaimana rencana semula karena dan adanya
lelang gagal dan terjadi perubahan spektek barang. Pengadaan barang
tidak bisa optimal karena alokasi dana APBNP yang pengesahannya
sudah mendekati akhir tahun anggaran. Walaupun demikian
penanggungjawab program tetap berhasil meningkatkan kemampuan
organisasi Bidang Pencegahan BNN melalui peningkatan sarana
prasarana pemberian informasi kepada masyarakat melalui pemanfaatan
media sosial.
Dukungan anggaran dengan sasaran meningkatnya kesadaran dan
kepedulian masyarakat dalam penanganan P4GN tersedia sebesar Rp
131.042.727.000,- dengan realisasi Rp 122.996.823.707,- (93,86%)
sasaran program telah menunjukkan keberhasilan walaupun belum
optimal, mengingat pencapaian sasaran tersebut memerlukan waktu yang
relatif lama dan perlu kesinambungan program.
76 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Sedangkan sasaran meningkatnya upaya pemulihan pecandu narkotika
melalui layanan rehabilitasi yang komprehensif dan berkesinambungan
dengan alokasi sebesar Rp 292.531.836.000,- dana yang terealisasi
sebesar Rp. 225.228.807.533,- (79,99%). Dari sisi penyerapan anggaran
dapat dikatakan realisasi sasaran tersebut belum optimal, oleh karena
pencapaian sasaran ini sangat dipengaruhi waktu pelaksanaan dan
koordinasi antar lembaga dan komponen masyarakat.
Untuk sasaran meningkatnya pengungkapan jaringan, penyitaan barang
bukti, dan aset sindikat peredaran gelap narkotika tersedia anggaran
sebesar Rp 490.487.587.000,- dengan realisasi sebesar Rp
444.535.691.618,- (90,63%) pemanfaatan anggaran ini untuk mendukung
sasaran strategis BNN dalam mengungkap jaringan narkotika baik
nasional maupun internasional. Pencapaian sasaran tersebut sangat
membutuhkan dukungan anggaran yang memadai untuk operasional di
lapangan ditambah dengan perlunya penambahan sarana prasarana
yang lebih up to date.
Sementara itu untuk mendukung sasaran terwujudnya manajemen
organisasi yang proporsional, profesional, dan produktif didukung alokasi
anggaran sebesar Rp 824.637.902.000,- terealisasi sebesar Rp
793.391.658.423,- (96,21%) sasaran program ini dimaksudkan guna
mendukung peningkatan organisasi BNN termasuk untuk keperluan gaji
dan tunjangan kinerja personil BNN dan juga untuk pengembangan dan
perawatan sarana prasarana peralatan perkantoran.
Oleh karena Indonesia saat ini darurat Narkoba (narkoba sudah menyebar
sampai kepelosok tanah air, dan sudah menimbulkan banyak korban nyawa
manusia maupun harta benda) semestinya Pagu anggaran untuk mencapai
sasaran strategis tersebut di atas masih sangat kurang memadai, mengingat
wilayah kerja BNN sudah menyebar di 34 Provinsi dan 172 Kabupaten/Kota,
dan 5 Balai/Loka rehabilitasi narkoba, minimnya anggaran tersebut berdampak
pada aktivitas Satker daerah menjadi terbatas.
Dari sisi pengelolaan Kinerja dan Anggaran, BNN telah berpedoman pada
rencana kerja program dan anggaran sesuai dengan fungsi yang ada. Secara
77 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
umum target kinerja anggaran Satker telah terlaksana, hanya Bidang
Rehabilitasi yang kurang optimal, hal tersebut disebabkan oleh pelaksanaan
evaluasi terhadap pelaksaan rehabilitasi tahun sebelumnya yang berakibat
tidak semua kegiatan dapat terlaksana sejak awal tahun anggaran.
Adapun gambaran realisasi anggaran BNN Tahun 2017 tergambar dalam
grafik berikut ini.
Grafik 20.
Realisasi Anggaran BNN Tahun 2017
Pengukuran nilai kinerja anggaran berpedoman pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 249 tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga yang diukur pada 2 (dua) aspek pengukuran yaitu: Aspek
Implementasi dan Aspek Manfaat. Nilai kinerja anggaran dari kontribusi kedua
aspek tersebut adalah 87,21 kategori “Baik”, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 16.
Nilai Kinerja Anggaran BNN Berdasarkan PMK 249 Tahun 2011
No. Aspek Pengukuran Bobot Capaian Bobot x Capaian
1. Aspek Implementasi 33,3% 93,63 31,18
2. Aspek Manfaat 66,7% 84 56.03
Nilai Kinerja Anggaran 87,21
(Kategori “Baik”)
1.942.717.790.0001.760.329.519.818
182.388.270.182
Pagu Realisasi
78 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Aspek Implementasi meliputi substansi penyerapan anggaran,
konsistensi atas rencana penarikan dana, capaian output, dan efisiensi dengan
capaian kinerja aspek implementasi sebesar 93,63 dengan kategori “Sangat
Baik” sebagaimana gambar berikut ini:
Gambar 3.
Pencapaian Kinerja Anggaran BNN pada Sismonev Kemenkeu
BAB IV
PENUTUP
79 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
BAB IV
PENUTUP
1. Pencapaian Target Kinerja Tahun Ketiga RPJMN 2015-2019.
Dari rata-rata capaian dari Pencapaian target kinerja BNN tahun 2017 adalah
sebesar 103%.
2. Pengukuran Kinerja Outcome.
Gambaran pencapaian IKU BNN tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Urutan Jumlah
IKU Rentang Capaian %
I. 4 Capaian ≥100% 44,44
II. 4 85% ≤ Capaian < 100% 44,44
III. 0 70% ≤ Capaian < 85% 0
IV. 1 Capaian < 50% 11,12
3. Pengukuran Kinerja Anggaran.
Pencapaian kinerja anggaran BNN tahun anggaran 2017 setelah dilakukan
rekonsiliasi dan berdasarkan PMK 249 tahun 2011 adalah sebesar 87,21%
dengan rincian sebagai berikut:
No. Aspek Pengukuran Bobot Capaian Bobot x Capaian
1. Aspek Implementasi 33,3% 93,63 31,18
2. Aspek Manfaat 66,7% 84 56.03
Nilai Kinerja Anggaran 87,21
(Kategori “Baik”)
4. Langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
a. Peningkatan koordinasi dan pembinaan teknis ke seluruh satuan kerja
sesuai dengan bidang tugas.
b. Peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan seluruh instansi
pemerintah dan suwasta serta organisasi kemasyarakatan lain, agar
berperan aktif dalam upaya P4GN.
c. Peningkatan pendidikan personil BNN baik struktural maupun fungsional.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
81 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Lampiran 1. Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2017
82 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
83 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
84 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Aspek Manfaat Program P4GN TA. 2017
Bidang Pencegahan
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
Aktivitas Diseminasi Informasi P4GN
1 Kegiatan tatap muka (sosialisasi/talkshow/insert konten) sangat menarik.
86,3% 3,45 (Baik)
2 Suasana kegiatan tatap muka (sosialisasi/talkshow/insert konten) sangat nyaman.
80,7% 3,23 (Baik)
3 Kegiatan tatap muka ini membuat Anda bersemangat untuk mengikutinya hingga akhir acara.
86,0% 3,44 (Baik)
4 Sikap pengisi acara (narasumber/praktisi) sangat ramah. 88,1% 3,52 (Baik)
5 Interaksi pengisi acara (narasumber/praktisi) dengan para peserta sangat interaktif.
85,2% 3,41 (Baik)
6 Kredibilitas narasumber/praktisi yang dihadirkan untuk menyampaikan informasi bahaya penyalahgunaan narkoba sangat kredibel.
85,9% 3,44 (Baik)
7 Materi yang disampaikan oleh narasumber penting untuk saya ketahui.
92,4% 3,69 (Sangat Baik)
8 Saya sangat paham mengenai inti informasi yang disampaikan oleh narasumber pada acara ini.
83,4% 3,33 (Baik)
9 Saya sangat sering melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di televisi (lokal/nasional).
82,1% 3,28 (Baik)
10 Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di televisi, saya berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba.
89,5% 3,58 (Baik)
11 Saya sangat sering mendengarkan iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di radio (lokal/nasional).
76,6% 3,06 (Cukup)
12 Setelah mendengarkan iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di radio, saya berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba.
86,8% 3,47 (Baik)
13 Saya memahami isi pesan iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di media cetak (surat kabar/majalah).
86,0% 3,44 (Baik)
14 Setelah membaca iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di media cetak, saya berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba.
89,0% 3,56 (Baik)
15 Saya sangat sering melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di media online (website/instagram/twitter/facebook/youtube).
79,1% 3,17 (Cukup)
16 Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di media online (website/instagram/ twitter/facebook/youtube), saya berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba.
87,5% 3,50 (Baik)
17 Souvenir/merchandise yang pernah Anda dapatkan dari BNN, BNNP, atau BNNK sangat menarik.
77,6% 3,11 (Cukup)
18 Saya tahu bahwa ganja, shabu, ekstasi, heroin, dan kokain merupakan jenis-jenis narkotika.
92,6% 3,70 (Sangat Baik)
85 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
19 Saya mengetahui bahwa narkotika adalah jenis zat/obat yang berasal dari tanaman/bukan tanaman, baik sintetis ataupun semi sintetis, yang dapat mengubah kesadaran, menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan.
91,6% 3,67 (Sangat Baik)
20 Orang yang menyalahgunakan narkoba akan berdampak kepada kesehatannya.
96,4% 3,86 (Sangat Baik)
21 Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menyalahgunakan narkoba.
92,6% 3,71 (Sangat Baik)
22 Tidak mudah terpengaruh oleh teman merupakan salah satu cara menghindari penyalahgunaan narkoba.
92,8% 3,71 (Sangat Baik)
23 Penyimpangan perilaku dan gangguan mental merupakan dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba.
91,9% 3,68 (Sangat Baik)
24 Terhadap teman/saudara yang melakukan penyalahgunaan narkoba, saya tidak mengucilkan, tetapi justru mengajak untuk segera direhabilitasi
91,4% 3,65 (Sangat Baik)
Aktivitas Advokasi: “Setelah Mengikuti Program Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba (Bang Wawan), Bapak/Ibu/Sdr mendapatkan manfaat sebagai berikut:”
1 Mendapatkan pengetahuan tentang permasalahan narkoba di Indonesia.
90,3% 3,61 (Sangat Baik)
2 Mengetahui pentingnya peran serta seluruh komponen masyarakat/institusi/pendidikan/ swasta dalam upaya penanggulangan tentang narkoba.
92,1% 3,68 (Sangat Baik)
3 Mengetahui strategi pencegahan dalam upaya penanggulangan narkoba.
86,0% 3,44 (Baik)
4 Mendapatkan peningkatan kualitas sebagai relawan anti narkoba.
84,5% 3,38 (Baik)
5 Mampu menyusun rencana aksi dalam pelaksanaan anti narkoba.
80,4% 3,22 (Baik)
6 Jadwal pelaksanaan Program Bang Wawan sudah efektif. 76,7% 3,07 (Cukup)
7 Program Bang Wawan mendapat dukungan dari masyarakat/institusi/pendidikan/swasta.
81,6% 3,26 (Baik)
8 Secara keseluruhan Program Bang Wawan yang diberikan dapat dipahami.
82,0% 3,28 (Baik)
9 Penggunaan media pembelajaran dalam penyampaian materi program Bang Wawan sangat efektif.
82,2% 3,29 (Baik)
10 Kondisi darurat narkoba Progam Bang Wawan sangat tepat untuk upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
85,1% 3,41 (Baik)
11 Kegiatan Bang Wawan merupakan program yang inovatif. 83,9% 3,36 (Baik)
12 Narasumber sangat menguasai materi progam Bang Wawan yang disampaikan.
84,2% 3,37 (Baik)
13 Materi yang diberikan saling berkaitan dan berkesinambungan.
84,4% 3,38 (Baik)
14 Narasumber mampu memberikan motivasi. 84,1% 3,36 (Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN BIDANG PENCEGAHAN
86,5% 3,46 (Baik)
86 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
“Setelah Mengikuti Program pelatihan (TOT) dan Pengembangan Kapasitas (Workshop), Bapak/Ibu/Sdr sebagai Penggiat Anti Narkoba mendapatkan manfaat sebagai berikut:”
1 Mendapatkan bimbingan teknis dalam melaksanakan P4GN secara maksimal.
87,0% 3,48 (Baik)
2 Mengetahui hak dan kewajibannya dalam P4GN. 82,7% 3,31 (Baik)
3 Pelaksanaan kegiatan P4GN dapat dilakukan secara mandiri.
79,2% 3,17 (Cukup)
4 Memiliki metode dan model dalam penyuluhan P4GN. 82,2% 3,29 (Baik)
5 Adanya sumber dana dalam pelaksanaaan P4GN, baik secara swadaya maupun dari sponsorship.
73,5% 2,94 (Cukup)
6 Adanya sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan P4GN.
76,8% 3,07 (Cukup)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
80,2% 3,21 (Baik)
Bidang Rehabilitasi
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
1. Setelah memperoleh peningkatan kompetensi yang diselenggarakan oleh BNN/BNNP/BNNKab/Kota, saya menjadi paham dan dapat melakukan:
a. Standar Pelayanan Rehabilitasi 90,5% 3,62
(Sangat Baik)
b. Cara melakukan asesmen yang benar 88,5% 3,54 (Baik)
c. Cara melakukan pemberian intervensi psikososial (konseling, psikoedukasi, dll)
85,3% 3,41 (Baik)
d. Alur rehabilitasi berkelanjutan 88,7% 3,55 (Baik)
2 Proses penyampaian materi dalam peningkatan kompetensi:
a Pemateri memiliki kompetensi yang memadai 85,4% 3,41 (Baik)
b Materi mudah dipahami 85,1% 3,40 (Baik)
c Materi sesuai dengan kebutuhan 84,9% 3,39 (Baik)
3 Pelayanan dan asistensi dari BNN/BNNP/BNNKab/Kota:
a Petugas BNN/BNNP/BNNKab/Kota melakukan pembinaan dengan baik
84,5% 3,38 (Baik)
b Bapak/Ibu/Sdr sudah mendapatkan pelayanan yang memadai ketika berhubungan dengan petugas BNN
87,9% 3,52 (Baik)
c Informasi layanan penanganan pecandu korban penyalahguna Narkoba mudah Bapak/Ibu/Sdr dapatkan
82,9% 3,32 (Baik)
4 Manfaat peningkatan kompetensi yang dirasakan:
a Bermanfaat dalam peningkatan jumlah klien yang mengakses layanan rehabilitasi
85,8% 3,43 (Baik)
b Bermanfaat dalam menurunkan angka kekambuhan di antara klien yang telah menerima layanan rehabilitasi
84,7% 3,39 (Baik)
87 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
5 Sinergitas Kelembagaan:
a BNN/BNNP/BNNK telah bersinergidengan institusi/lembaga terkait dalam melaksanakan Program Rehabilitasi
83,0% 3,32 (Baik)
b Pemberantasan peredaran gelap narkotika oleh aparat penegak hukum mempengaruhi peningkatan jumlah pecandu yang datang untuk mendapatkan program rehabiliatsi
85,7% 3,43 (Baik)
c Upaya pencegahan dan sosialisasi program rehabilitasi bagi pecandu/penyalah guna narkoba yang dilakukan oleh BNN dan instansi terkait selama ini dapat dikatakan sangat berhasil
85,5% 3,42 (Baik)
d Keberadaan BNN sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia
90,7% 3,63 (Sangat Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN BIDANG REHABILITASI
86,2% 3,45 (Baik)
Bidang Pemberantasan
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
Penyelidikan
1 Memperoleh LI:
a Mampu memperoleh informasi tentang TP Narkotika. 88,4% 3,54 (Baik)
2 Memverifikasi/menilai LI:
a Mampu membedakan fakta dan opini dari sebuah informasi tindak pidana Narkotika.
83,9% 3,36 (Baik)
b Mampu menilai kebenaran dari sebuah informasi. 83,7% 3,35 (Baik)
c Mampu untuk menilai apakah sumber/pemberi informasi kompoten atau tidak.
85,2% 3,41 (Baik)
3 Melaporkan informasi:
a Mampu membuat produk laporan informasi. 85,0% 3,40 (Baik)
4 Kemampuan memilih cover yang tepat:
a Memahami dasar dan teori undercover. 85,1% 3,40 (Baik)
b Memilih cover yang tepat dengan kasus yang sedang diselidiki.
83,9% 3,36 (Baik)
5 Kemampuan backstopping:
a Memahami pengertian dan penerapan cover story. 80,5% 3,22 (Baik)
b Memahami pengertian dan penerapan backstopping. 78,3% 3,13 (Cukup)
6 Pemahamana terhadap cover:
a Cover akan lebih baik apabila seseorang memiliki latar belakang (experience) tertentu terhadap cover tersebut.
82,4% 3,29 (Baik)
b Bakat (talent) alami seseorang akan menentukan keberhasilan dalam menerapkan cover.
81,4% 3,26 (Baik)
c Cover yang baik memerlukan latihan yang cukup panjang/tidak dapat dilakukan secara singkat.
80,1% 3,21 (Baik)
7 Memahamai teknik surveillance:
a Memahami teknik-teknik Surveillance 85,3% 3,41 (Baik)
b Jarak terhadap target merupakan penentu keberhasilan dalam keamanan Surveillance.
82,9% 3,32 (Baik)
88 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
c Mengikuti seseorang dengan cara bergantian antar tim dalam beberapa waktu merupakan teknik ABC.
81,8% 3,27 (Baik)
d Menempel terus menerus dengan tidak bergantian dapat berpengaruh pada kegagalan operasi.
75,4% 3,02 (Cukup)
e Kegiatan Surveillance dapat dilakukan secara terbuka (sengaja memperlihatkan diri) untuk tujuan khusus.
61,9% 2,48 (Cukup)
8 Covering yang digunakan dalam surveillance:
a Pemilihan tampilan fisik yang kurang tepat dapat membuat target curiga.
81,2% 3,25 (Baik)
b Menggunakan cover saat melakukan Surveillance 82,3% 3,29 (Baik)
9 Kemampuan untuk matbar:
a Memiliki kemampuan pengamatan penggambaran. 87,1% 3,49 (Baik)
b Mampu membuat laporan pengamatan dan penggambaran.
85,2% 3,41 (Baik)
c Mampu memetakan wilayah operasi. 86,3% 3,45 (Baik)
d Memahami kondisi wilayah lebih penting dari pada memahami ciri-ciri target.
77,2% 3,09 (Cukup)
10 Kemampuan wawancara:
a Memiliki pemahaman dasar terkait kegiatan wawancara.
80,6% 3,23 (Baik)
b Menyusun daftar pertanyaan lebih penting daripada keberanian dalam melakukan wawancara.
70,2% 2,81 (Cukup)
c Memahami teknik-teknik dasar dalam Elisitasi. 78,0% 3,12 (Cukup)
11 Kemampuan meng-assessment objek wawancara:
a Memiliki kemampuan dalam menilai psikologis lawan bicara.
82,5% 3,30 (Baik)
b Dapat menilai apakah seseorang dapat dipercaya atau tidak.
84,5% 3,38 (Baik)
c Menganalisa CDR. 85,0% 3,40 (Baik)
12 Kemampuan mengolah data:
a Mengolah info lapangan/informasi menjadi informasi intelijen atau suatu kajian.
86,8% 3,47 (Baik)
b Membaca informasi imagery (peta). 84,0% 3,36 (Baik)
c Menilai kebenaran laporan informasi. 84,1% 3,36 (Baik)
d Memahami prinsip 5W 1H. 82,7% 3,31 (Baik)
e Mengelompokkan data dalam suatu kategori masalah.
81,9% 3,28 (Baik)
13 Kemampuan menulis laporan:
a Dapat membuat Laporan Hasil Analisa. 87,0% 3,48 (Baik)
b Membuat laporan/tu4lisan yang bersifat strategis. 84,8% 3,39 (Baik)
14 Kemampuan mempresentasikan data:
a Dapat membuat pemetaan masalah/ anatomi jaringan.
82,9% 3,31 (Baik)
b Dapat membuat presentasi power point. 81,3% 3,25 (Baik)
c Dapat menyajikan secara lisan dan terstruktur. 84,0% 3,36 (Baik)
15 Kemampuan meng-assessment psikologis target:
a Memahami teori-teori dasar psikologi. 76,9% 3,08 (Cukup)
b Dapat memberikan assessment dasar psikologis terhadap sasaran (ESTOM dan MICE).
75,2% 3,01 (Cukup)
89 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
16 Kemampuan membina target:
a Dapat membina dan mengendalikan relasi dengan sasaran.
79,9% 3,20 (Cukup)
b Hubungan keterikatan emosional merupakan sesuatu yang penting dalam proses membina hubungan.
76,4% 3,06 (Cukup)
17 Kemampuan untuk menilai target terhadap akses informasi:
a Dapat mendalami relasi dan akses sasaran terhadap informasi.
81,3% 3,25 (Baik)
Penyidikan
1 Administrasi penyidikan dan dasar hukumnya:
a Membuat administrasi penyidikan. 88,0% 3,52 (Baik)
b Memahami dasar-dasar hukum dalam setiap administrasi penyidikan.
88,8% 3,55 (Baik)
c Mengklasifikasikan administrasi penyidikan. 87,3% 3,49 (Baik)
d Mengetahui kegunaan setiap administrasi penyidikan yang dibuat.
88,4% 3,54 (Baik)
2 Kemampuan menyusun pertanyaan:
a Membuat pertanyaan dalam bahasa yang baku. 82,1% 3,28 (Baik)
b Memasukkan unsur-unsur pasal yang di persangkakan dalam pertanyaan dengan menggunakan bahasa baku.
85,2% 3,41 (Baik)
c Memasukkan pertanyaan yang mengedepankan HAM si terperiksa.
80,3% 3,21 (Baik)
3 Kemampuan mengembangkan pertanyaan:
a Mengembangkan pertanyaan dalam bahasa yang baku demi pembuktian.
84,2% 3,37 (Baik)
b Menggali dan menemukan temuan baru dari bukti yang ada dan terperikasa demi keseempurnaan kasus.
86,0% 3,44 (Baik)
4 Kemampuan merangkai peristiwa:
a Merangkai pertanyaan dari peristiwa awal yang terjadi selama proses penyelidikan hingga penangkapan guna pembuktian
86,9% 3,48 (Baik)
5 Kemampuan mengendalikan psikologis tersangka:
a Membuat suasana yang baik bagi terperiksa demi tujuan pembuktian.
87,7% 3,51 (Baik)
b Mengetahui Hak-hak Tersangka dalam proses Penyidikan.
88,8% 3,55 (Baik)
c Membuat tersangka percaya untuk mengungkapkan segala perbuatannya demi tercapainya pembuktian.
85,6% 3,43 (Baik)
6 Kemampuan mengendalikan diri:
a Mengendalikan diri dalam pemeriksaan dengan mengedepankan HAM
85,6% 3,42 (Baik)
7 Kemampuan mengembangkan kasus:
a Mengungkap kejanggalan dari perkara yang ditangani.
84,3% 3,37 (Baik)
b Mengembangkan dan mengungkap kejanggalan kasus yang ditangani hingga selesai.
84,3% 3,37 (Baik)
8 Pemusnakah Barang Bukti Narkotika:
a Mengetahui dasar hukum pemusnahan Barang Bukti. 87,5% 3,50 (Baik)
90 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
b Membuat Administrasi Pemusnahan Barang Bukti. 87,4% 3,49 (Baik)
c Mengundang Pihak yang wajib hadir dan terkait dalam pemusnahan Barang Bukti.
88,1% 3,53 (Baik)
d Menyiapkan Barang Bukti Untuk dimusnahkan 89,0% 3,56 (Baik)
9 Kemampuan menyusun berkas dan melengkapi kekurangannya:
a Menyusun surat/administrasi penyidikan serta BAP menjadi sebuah berkas yang tersusun.
88,3% 3,53 (Baik)
b Menjilid berkas. 88,5% 3,54 (Baik)
c Berkoordinasi dengan instasi lain (kejaksaan) dalam proses penyerahan berkas untuk diteliti.
88,9% 3,56 (Baik)
d Melengkapi kekuragan berkas apabila dari pihak peneliti berkas (kejaksaan) memberikan P19, baik secara formil maupun materil.
88,1% 3,52 (Baik)
10 Penyerahan Berkas Perkara, Tersangka, dan Barang Bukti:
a Menyiapkan berkas yang telah diperbaiki sesuai petunju P19 untuk diserahkan ke Kejaksaan.
88,9% 3,56 (Baik)
b Menyiapkan tersangka untuk hadir dalam proses penyerahan tersangka kepada jaksa.
88,6% 3,54 (Baik)
c Menyiapkan barang bukti sesuai surat penyitaan untuk diserahkan kekejaksaan.
88,6% 3,54 (Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN BIDANG PEMBERANTASAN
83,7% 3,35 (Baik)
Opini Laporan Keuangan
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
1 Komitmen Pimpinan menjadi dasar untuk meraih opini WTP.
85,0% 3,40 (Baik)
2 Komitmen diwujudkan dengan memberikan arahan, bimbingan, serta petunjuk dalam setiap kegiatan bimbingan teknis, sosialisasi, dan kesempatan lainnya.
86,9% 3,47 (Baik)
3 Pakta Integritas sebagai salah satu bentuk komitmen untuk memperoleh keberhasilan menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dengan capaian standar tertinggi / memperoleh opini WTP dari BPK RI.
83,6% 3,34 (Baik)
4 Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sangat penting dibentuk untuk melaksanakan penyelenggaraan akuntansi, pelaporan keuangan, pengelolaan BMN dan Tindak Lanjut temuan BPK RI yang dibetuk di setiap Satker untuk memonitor Rencana Aksi (RA).
84,5% 3,38 (Baik)
5 Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan bertugas untuk meningkatkan pengelolaan laporan keuangan Satker melalui pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi (SAI).
87,6% 3,50 (Baik)
6 Kepala Satker bertanggung jawab dan mengawal secara langsung atas implementsi rencana aksi di lapangan dan memantau pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi.
87,3% 3,49 (Baik)
91 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
7 Anggota Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan terdiri dari pejabat/staf pengelola keuangan yang bertugas mengelola/menata Sistem Akuntansi Keuangan yang akan menghasilkan Laporan Keuangan.
87,1% 3,48 (Baik)
8 Anggota lainnya dari pejabat/staf pengelola sarana/prasarana/aset yang bertugas mengelola/menata Sistem Informasi Manajemen Barang Milik Negara untuk menghasilkan Laporan Barang Milik Negara.
82,8% 3,31 (Baik)
9 Perlunya membuat RA untuk mengantisipasi dan/atau menindaklanjuti temuan pemeriksaan BPK RI dengan fokus pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Internal, Ketaatan terhadap perundang-undangan, Kecukupan pengungkapan dalam Laporan Keuangan, dan kesesuaian Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
80,5% 3,22 (Baik)
10 RA bertujuan sebagai pedoman/petunjuk/arah seluruh Satker termasuk jadwal dalam pelaksanaan APBN agar sesuai dengan peraturan perundangan dalam rangka memperoleh opini WTP.
82,1% 3,28 (Baik)
11 RA merupakan pernyataan tentang harmonisasi rangkaian langkah konkrit menuju tata kelola pemerintahaan yang baik dan bersih, terdiri dari:
a Langkah yang harus dilakukan. 80,7% 3,23 (Baik)
b Pihak pelaksana. 79,0% 3,16 (Cukup)
c Waktu pelaksanaan. 80,0% 3,20 (Baik)
d Input yang diperlukan. 80,6% 3,22 (Baik)
e Output yang dihasilkan. 84,0% 3,36 (Baik)
12 Langkah-langkah yang perlu disusun dalam RA adalah:
a Langkah-langkah penyesuaian temuan yang dilakukan.
78,5% 3,14 (Cukup)
b Langkah perbaikan kebijakan sistem dan prosedur. 79,5% 3,18 (Cukup)
13 Setelah RA disusun, RA diserahkan kepada BPK agar pihak BPK dapat melaksanakan evaluasi, apakah RA tersebut sudah memenuhi kriteria untuk memperoleh opini WTP sekaligus memonitor pelaksanaan dari rencana sebagaimana ditetapkan dalam jadwal.
76,9% 3,08 (Cukup)
14 Seluruh RA dimonitoring dan dievaluasi oleh Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Satker yang hasilnya dilaporkan kepada Kasatker.
80,3% 3,21 (Baik)
15 Untuk mendukung pelaksanaan RA, Tim perlu dukungan anggaran yang memadai melalui pembahansan dengan pihak terkait.
77,0% 3,08 (Cukup)
16 Untuk mengendalikan proses pengelolaan laporan keuangan penyelenggara kegiatan antara lain: Kas, Piutang, Persediaan, Aktiva Tetap, Belanja, dan lain-lain dengan perlu merancang Sistem Pengendalian Intern (SPI).
79,5% 3,18 (Cukup)
17 Sistem dan prosedur pengelolaan Lembaga perlu dukungan Peraturan Kepala Lembaga, dalam memenuhi kewajiban Lembaga untuk membuat Laporan Keuangan yang sesuai dengan SAP.
80,0% 3,20 (Baik)
92 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
18 Dalam rangka memperoleh opini WTP atas laporan keuangan, maka Lembaga harus menjaga agar laporan keuangan dapat diterbitkan tepat waktu, relevan, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami oleh pengguna laporan, serta sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
86,9% 3,47 (Baik)
19 Laporan yang disajikan dalam Sistem Akuntansi Keuangan dan SIMAK BMN berjalan seiring, saling mendukung, saling melengkapi, dan tidak bertentangan serta sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
87,2% 3,49 (Baik)
20 Dalam rangka memperoleh opini WTP, Lembaga perlu segera menggunakan dan meningkatkan perangkat teknologi untuk memperbaiki pengelolaan keuangan lembaga.
81,9% 3,28 (Baik)
21 Permasalahan dalam memperoleh opini WTP terletak pada kuantitas dan kualitas SDM yang ada pada lembaga bersangkutan.
78,8% 3,15 (Cukup)
22 Untuk mensiasati permasalahan tersebut maka solusinya:
a Mengadakan pelatihan, bimtek, workshop, seminar, loka karya, atau program capacity building yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan.
86,0% 3,44 (Baik)
b Membentuk tim gabungan dengan pihak-pihak yang dianggap menguasai pengelolaan keuangan seperti APIP bahkan konsultan.
80,6% 3,22 (Baik)
c Melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang lebih menguasai sistem pengelolaan keuangan pemerintah.
81,5% 3,26 (Baik)
23 Optimalisasi peran APIP dalam upaya opini WTP:
a Sebagai tim pendamping selama pemeriksaan dilakukan oleh BPK RI.
81,6% 3,26 (Baik)
b Melakukan reviu laporan keuangan dengan tujuan memberikan keyakinan terhadap laporan keuangan yang disajikan, dengan sasaran mencakup Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
87,1% 3,48 (Baik)
24 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RA bertujuan untuk:
a Mengevaluasi implementasi hasil dan dampak dari RA.
79,2% 3,17 (Cukup)
b Mengidentifikasi hambatan yang ditemukan. 81,9% 3,28 (Baik)
c Melakukan penyesuaian RA. 80,3% 3,21 (Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN OPINI LAPORAN KEUANGAN
82,2% 3,29 (Baik)
93 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Akuntabilitas Kinerja
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
1 Setiap Satker berkewajiban menyusun LAPORAN KINERJA atas pelaksanaan Program dan Kegiatan dan anggaran masing-masing Satker.
94,7% 3,79 (Sangat Baik)
2 Para stakeholder wajib mengetahui arah dan kebijakan dan strategi yang akan di jalankan dan di kembangkan organisasi.
91,5% 3,66 (Sangat Baik)
3 Para stakeholder wajib mengetahui kerangka target kinerja dan kerangka pendanaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
87,9% 3,51 (Baik)
4 Rencana Strategi (Renstra) menjadi acuan bagi seluruh Satker sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan Satker.
92,5% 3,70 (Sangat Baik)
5 Unsur pelaksana yang terlibat di dalam organisasi wajib mengetahui dan menjalankan rangkaian program dan kegiatan yang ada dalam Renstra masing-masing Satker.
88,7% 3,55 (Baik)
6 Untuk mendukung akuntabilitas kinerja maka setiap entitas akuntabilitas kinerja wajib menyusun lembar/dokumen Perjanjian Kinerja masing-masing sebagai dasar evaluasi kinerja.
86,7% 3,47 (Baik)
7 Perjanjian Kinerja tingkat Satker merupakan kesepakatan antara pimpinan unit organisasi dengan pimpinan Satker yang wajib di implementasikan oleh Satker terkait.
88,4% 3,54 (Baik)
8 Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja wajib menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan.
86,5% 3,46 (Baik)
9 Pengukuran kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang ditetapkan dengan indikator keberhasilan sebelumnya.
90,0% 3,60 (Baik)
10 Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan diawal tahun anggaran wajib disesuaikan bila ada penyesuain kegiatan dan anggaran.
85,3% 3,41 (Baik)
11 Pelaksanaan monev ke lokasi kegiatan merupakan upaya sistematis pengukuran kinerja guna mengetahui keberhasilan dan kegagalan setiap pelaksanaan tugas.
89,1% 3,56 (Baik)
12 MONEVGAR menjadi salah satu pendukung akuntabilitas kinerja masing-masing Satker.
88,4% 3,54 (Baik)
13 Rencana Penarikan Dana (RPD) setiap Satker pada MONEVGAR menjadi dasar mengimplementasikan Perjanjian Kinerja dari Kasatker.
84,0% 3,36 (Baik)
14 Penyusunan Laporan Kinerja adalah tanggungjawab bersama oleh pelaksana kegiatan.
89,3% 3,57 (Baik)
15 Pelaporan kinerja dilakukan secara berantai mulai dari Kabupaten ke Provinsi, kemudian dari Provinsi ke Kepala BNN dan Tembusan kepada pembina fungsi dan APIP.
90,8% 3,63 (Sangat Baik)
16 Tunjangan kinerja seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan kinerja.
91,9% 3,68 (Sangat Baik)
17 Penyusunan Laporan Kinerja harus didukung dengan data yang terintegrasi mulai dari input-kegiatan-output-outcome dan berakhir pada dampak.
89,5% 3,58 (Baik)
94 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
18 Akuntabilitas kinerja merupakan upaya bersama seluruh unsur yang terlibat dalam organisasi.
88,1% 3,52 (Baik)
19 Akuntabilitas kinerja BNN tidak akan naik secara signifikan bila para pelaksana belum melaksanakan pedoman kerja secara baik dan benar.
87,8% 3,51 (Baik)
20 Upaya menaikkan tunjangan kinerja merupakan tanggung jawab bersama sebagai wujud pelaksanaan tugas yang akuntabel.
91,4% 3,66 (Sangat Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN AKUNTABILITAS KINERJA
89,1% 3,56 (Baik)
Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
Budaya Organisasi dan Sistem Anti Korupsi
1 Petugas/Pegawai/Pejabat di instansi saya menangani tugas-tugas/pekerjaan mereka secara terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan.
77,6% 3,11 (Cukup)
2 Petugas/Pegawai/Pejabat di instansi saya melaksanakan tugasnya tanpa menerima pemberian (uang/ hadiah/ hiburan/ dan kemudahan(fasilitas atau janji).
86,2% 3,45 (Baik)
3 Petugas/Pegawai/Pejabat di instansi saya dalam melaksanakan tugas/pekerjaan memberikan perlakukan yang sama tanpa membedakan daerah asal (kesukuan), sekolah asal,kekerabatan, agama.
90,1% 3,60 (Sangat Baik)
4 Petugas/Pegawai/Pejabat di instansi saya melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa menawarkan/ mengajak untuk membantu secara ilegal.
84,8% 3,39 (Baik)
5 Pelapor kejadian korupsi dan pelapor terkait pelanggaran kepentingan publik/masyarakat dilindungi secara efektif di instansi saya.
76,8% 3,07 (Cukup)
6 Petugas/Pegawai/Pejabat di instansi saya yang melakukan pelanggaran, diproses secara tegas/adil sesuai peraturan yang berlaku.
86,9% 3,48 (Baik)
7 Sistem pencegahan korupsi di internal di instansi saya telah berjalan secara efektif.
80,5% 3,22 (Baik)
Integritas Kerja terkait Pengelolaan SDM
1 Dalam Instansi saya, Proses penerimaan pegawai telah bersih dari KKN.
79,6% 3,18 (Cukup)
2 Dalam Instansi saya, Proses penempatan/ redistribusi pegawai telah bersih dari KKN.
83,1% 3,32 (Baik)
3 Dalam Instansi saya, Proses promosi/kenaikan jabatan telah bersih dari KKN.
83,1% 3,32 (Baik)
4 Dalam Instansi saya, Proses pemilihan/persetujuan pegawai yang akan ikut dalam program pengembangan kompetansi (diklat/beasiswa dll) telah bersih dari KKN.
79,4% 3,18 (Cukup)
5 Dalam Instansi saya, Proses pengurusan kenaikan pangkat telah bebas dari KKN.
81,9% 3,27 (Baik)
6 Dalam Instansi saya, Proses pengurusan gaji berkala telah bebas dari KKN.
84,6% 3,39 (Baik)
95 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
7 Dalam Instansi saya, Proses pengelolaan absensi pegawai telah bebas dari manipulasi.
81,1% 3,24 (Baik)
Integritas Kerja dan Pelaksanaan Anggaran
1 Dalam Instansi saya, pengelolaan anggaran pada pengeluaran perjalanan dinas dan biaya operasional telah bebas dari penyalahgunaan/ penyimpangan.
79,9% 3,20 (Cukup)
2 Dalam Instansi saya, pengelolaan anggaran pengadaan barang dan jasa (PBJ) telah bebas dari penyalahgunaan/ penyimpangan.
75,7% 3,03 (Cukup)
3 Dalam Instansi saya, Pengelolaan anggaran biaya penunjang pelaksanaan kegiatan (honorarium/lembur) telah bebas dari penyalahgunaan/ penyimpangan.
80,5% 3,22 (Baik)
4 Dalam Instansi saya, telah terbebas praktik pemalsuan bukti transaksi.
76,9% 3,08 (Cukup)
Integritas Kerja dan Kesesuaian Perintah Atasan dengan Aturan dan Norma
1 Atasan di Instansi saya bertanggungjawab atas pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.
83,5% 3,34 (Baik)
2 Atasan di Instansi saya selalu menaati dan memberikan perintah kerja sesuai aturan.
83,0% 3,32 (Baik)
3 Atasan di Instansi saya memberikan teguran/ peringatan/hukuman saat saya melakukan pekerjaan/tugas yang tidak sesuai dengan aturan tersebut.
81,0% 3,24 (Baik)
4 Atasan di Instansi saya selalu mematuhi kode etik dan aturan disiplin organisasi.
81,0% 3,24 (Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN REFORMASI BIROKRASI BNN
81,7% 3,27 (Baik)
Opini Publik terhadap BNN
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
1 BNN/BNNP/BNNKab/Kota telah menyelenggarakan acara Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (P4GN) dengan baik dan tepat waktu.
81,0% 3,24 (Baik)
2 Narkoba merupakan musuh bersama yang harus dilawan secara bersama-sama oleh seluruh unsur/elemen masyarakat bangsa dan negara.
96,2% 3,85 (Sangat Baik)
3 Materi Pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang disampaikan oleh petugas BNN/BNNP/BNNKab/Kota telah mampu meningkatkan pemahaman saya tentang bahaya narkoba.
87,4% 3,50 (Baik)
4 Materi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba yang disampaikan oleh petugas BNN/BNNP/BNNK/Kota telah disertai dengan alat peraga dengan menggunakan berbagai macam media (media cetak, media audio visual, media elektronik, media luar ruang).
82,8% 3,31 (Baik)
5 Petugas BNN/BNNP/BNNK/Kota telah memberikan pelayanan kepada masyarakat secara simpatik dan menjauhkan diri dari KKN.
80,5% 3,22 (Baik)
96 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
6 Pemberantasan Narkoba sebaiknya hanya ditangani oleh satu instansi yaitu BNN/BNNP/BNNKab/Kota.
50,2% 2,01 (Kurang)
7 Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh BNN/BNNP/BNNKab/Kota telah mampu mengurangi peredaran gelap narkoba di masyarakat.
73,7% 2,95 (Cukup)
8 Pemberantasan narkoba yang dilakukan BNN/BNNP/BNNKab/Kota selama ini telah berhasil menekan laju peredaran narkoba di tanah air.
73,3% 2,93 (Cukup)
9 Program rehabilitasi yang dilakukan BNN/BNNP/BNNKab/Kota sangat mendukung masyarakat bebas dari penyalahgunaan narkoba.
81,3% 3,25 (Baik)
10 Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh BNN/BNNP/BNNKab/Kota telah mampu mengurangi peredaran gelap narkoba di masyarakat.
77,0% 3,08 (Cukup)
11 BNN/BNNP/BNNK/Kota telah memberikan pelayanan prima kepada pelanggan.
77,0% 3,08 (Cukup)
12 BNN/BNNP/BNNK/Kota perlu menjadi lembaga pemerintah setingkat kementerian guna mewujudkan masyarakat Indonesia “IMUN” dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
85,5% 3,42 (Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN OPINI PUBLIK TERHADAP BNN
78,8% 3,15 (Cukup)
No. Segmen Pengukuran Kinerja Rata-Rata Capaian
(%)
Capaian Likert
Skala 4 Kriteria
1 Bidang Pencegahan 86,5% 3,46 (Baik)
2 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 80,2% 3,21 (Baik)
3 Bidang Rehabilitasi 89,3% 3,45 (Baik)
4 Bidang Pemberantasan 83,7% 3,35 (Baik)
5 Opini Laporan Keuangan 82,2% 3,29 (Baik)
6 Akuntabilitas Kinerja 89,1% 3,56 (Baik)
7 Indeks Reformasi Birokrasi 81,7% 3,27 (Baik)
8 Opini Publik terhadap BNN 78,8% 3,15 (Cukup)
Indeks Akumulatif Capaian Kinerja BNN 83,9% 3,36 (Baik)
97 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Lampiran 3. Sebaran Informasi Bidang Pencegahan
NO. SATKER HASIL JUMLAH SEBARAN INFORMASI
KONVEN SIONAL
CETAK PENYIARAN ONLINE
ZONA A
ACEH
1 BNNP Aceh 470 - - -
2 BNNKab Aceh Selatan 300 750 - -
3 BNNKab Gayo Lues 150 - - -
4 BNNKab Pidie Jaya 270 - - -
5 BNNKota Sabang 230 - 5.000 -
6 BNNKota Lhokseumawe - - - -
7 BNNKota Langsa - - - -
8 BNNKab Bireuen - - - -
9 BNNKab Pidie 93 - - -
10 BNNKab Aceh Tamiang 30 - - -
SUMATERA UTARA
11 BNNP Sumatera Utara 875 - - -
12 BNNKab Karo - - 150.000 -
13 BNNKota Binjai 480 6.000 1.000 1.000
14 BNNKota Tanjung Balai 600 7.149 7.541 2.000
15 BNNKota Gunungsitoli - - - -
16 BNNKab Deli Serdang 420 - - -
17 BNNKota Pematang Siantar - - - -
18 BNNKab Langkat - 5.000 - -
19 BNNKab Asahan 1.040 - 1.053.000 -
20 BNNKab Mandailing Natal 800 6.500 1.000 2.000
21 BNNKab Tapanuli Selatan 733 - - -
22 BNNKab Serdang Bedagai - - - -
23 BNNKota Tebing Tinggi - - - -
SUMATERA BARAT
24 BNNP Sumatera Barat 4.917 - 2.000 -
25 BNNKota Sawahlunto 298 17.500 283.000 -
26 BNNKota Payakumbuh 3.500 149.370 230.218 504.675
27 BNNKab Solok 30 - - -
RIAU
28 BNNP Riau - 437.400 265.000 -
29 BNNKab Kuantan Singingi - 26.000 22.000 109.500
30 BNNKab Pelalawan 3.388 3.000 20.400 2.153
31 BNNKota Pekanbaru - 95.180 16.000 -
JAMBI
32 BNNP Jambi - - - -
33 BNNKab Tanjung Jabung Timur 90 - - -
34 BNNKota Jambi 30 742.816 - -
35 BNNKab Batanghari - - - -
SUMATERA SELATAN
36 BNNP Sumatera Selatan 2.980 84.000 500.000 68.000
37 BNNKab Ogan Ilir - - - -
38 BNNKota Pagaralam - - - -
39 BNNKota Lubuklinggau - - - -
40 BNNKab Empat Lawang - - - -
41 BNNKota Prabumulih 7.000 5.400
42 BNNKab Muara Enim - - - -
43 BNNKab Musi Rawas - - - -
98 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
NO. SATKER HASIL JUMLAH SEBARAN INFORMASI
KONVEN SIONAL
CETAK PENYIARAN ONLINE
ZONA B
BENGKULU
44 BNNP Bengkulu - 52.000 10.000 -
45 BNNKab Bengkulu Selatan - - - -
46 BNNKota Bengkulu 684 20.000 2.000 -
LAMPUNG
47 BNNP Lampung - - - -
48 BNNKab Tanggamus - - - -
49 BNNKab Lampung Selatan - - - -
50 BNNKab Lampung Timur - - - -
51 BNNKota Metro 320 - - -
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
52 BNNP Kepulauan Bangka Belitung 519 5 180.000
53 BNNKab Bangka 50 2.436.000 4.464 105.272
54 BNNKota Pangkal Pinang - 4.900 7.000 1.500
55 BNNKab Belitung 40 12.000 25.000 400
KEPULAUAN RIAU
56 BNNP Kepulauan Riau 2.020 542.303 1.637.707 2.851.928
57 BNNKab Karimun - - - -
58 BNNKota Batam - - - -
59 BNNKota Tanjung Pinang - 14.500 90.850 -
DKI JAKARTA
60 BNNP DKI Jakarta 92.346 1.320 1.000.500 -
61 BNNKota Jakarta Selatan 230 - - -
62 BNNKota Jakarta Timur 40 144.000 40.015 4.484
63 BNNKota Jakarta Utara - 12.240 5.000 6.963
JAWA BARAT
64 BNNP Jawa Barat 10.750 192.000 91.000 -
65 BNNKab Cianjur - - - -
66 BNNKota Bandung 1.050 192.525 376.587 -
67 BNNKota Cirebon 480 66.000 29.000 -
68 BNNKota Cimahi - 59.240 566.000 -
69 BNNKab Sukabumi 6.493 130.000 330.000 -
70 BNNKab Bogor - - - -
71 BNNKab Garut - 19.500 5.600.000 -
72 BNNKab Kuningan 942 45.360 20.000 40.000
73 BNNKab Ciamis 120 26.925 80.710 4.523
74 BNNKota Depok 600 35.000 300 -
75 BNNKab Karawang - 96.110 174.423 532.732
76 BNNKab Bandung Barat 1.241 - - -
77 BNNKota Tasikmalaya 10.104 16.600 - -
ZONA C
JAWA TENGAH
78 BNNP Jawa Tengah 240 105.000 223.250 666.000
79 BNNKota Tegal 22.399 26.700 3.000 12.000
80 BNNKab Banyumas 180 959.885 - -
81 BNNKab Temanggung 470 146.297 17.500 265.900
82 BNNKab Cilacap 21.815 33.000 17.000 23.000
83 BNNKab Kendal - 290.000 46.787 -
84 BNNKab Batang - 65.000 8.500 -
85 BNNKab Purbalingga 160 699.121 346.000 -
99 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
NO. SATKER HASIL JUMLAH SEBARAN INFORMASI
KONVEN SIONAL
CETAK PENYIARAN ONLINE
JAWA TIMUR
86 BNNP Jawa Timur 11.750 304.000 10.013.800 4.253
87 BNNKota Mojokerto 12.421 7.610 62.000 10.000
88 BNNKab Sumenep 5.581 6.834.000 8.545.000 282.870
89 BNNKota Malang 11.683 10.000 - -
90 BNNKota Batu 20.949 49.860 14.000 800
91 BNNKab Tulungagung - - 70.000 -
92 BNNKab Nganjuk 5.926 11.935 1.600 -
93 BNNKab Sidoarjo 40 5.700 2.500 1.500
94 BNNKota Surabaya - - - -
95 BNNKota Kediri 20 77.000 15.600 -
96 BNNKab Malang 200 79.355 131.000 -
97 BNNKab Gresik 1.000 23.700 7.500 580
98 BNNKab Trenggalek 1.522 12.000 3.000 -
99 BNNKab Lumajang - - - -
100 BNNKab Blitar - 150 - 367.685
101 BNNKab Kediri 38.825 15.000 37.000 150.000
DI YOGYAKARTA
102 BNNP DIY 750 1.744.724 495.795 2.199.217
103 BNNKab Sleman 750 103.534 1.125.641 2.175.908
104 BNNKota Yogyakarta 245 20.107 108.000 -
BANTEN
105 BNNP Banten - - - -
106 BNNKota Tangerang Selatan 70 45.000 - -
107 BNNKota Cilegon - - - -
BALI
108 BNNP Bali 288 636.789 84.550 60.000
109 BNNKota Denpasar - 406.804 3.605.406 11.085
110 BNNKab Badung 350 109.400 4.286 24.492
111 BNNKab Gianyar 5.257 80.000 - -
NUSA TENGGARA BARAT
112 BNNP Nusa Tenggara Barat 8.775 82.000 189.700 250.407
113 BNNKab Bima - - - -
114 BNNKota Mataram 937 16.850 196.452 5.700
115 BNNKab Sumbawa Barat - 5.000 175 750
116 BNNKab Sumbawa 519 - - -
ZONA D
NUSA TENGGARA TIMUR
117 BNNKab Belu - - - -
118 BNNP Nusa Tenggara Timur - - - -
119 BNNKota Kupang - 246.515 93.686
120 BNNKab Rote Ndao - - - -
KALIMANTAN BARAT
121 BNNP Kalimantan Barat - - - -
122 BNNKab Sintang - - - -
123 BNNKab Bengkayang 100 - - -
124 BNNKota Pontianak 4.130 20.000
125 BNNKota Singkawang - - - -
126 BNNKab Sanggau 1.030 - - -
127 BNNKab Mempawah - - - -
128 BNNKab Kubu Raya - - - -
100 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
NO. SATKER HASIL JUMLAH SEBARAN INFORMASI
KONVEN SIONAL
CETAK PENYIARAN ONLINE
KALIMANTAN TENGAH
129 BNNP Kalimantan Tengah 50 - - -
130 BNNKab Kota Waringin Barat - - - -
131 BNNKota Palangkaraya 10.157 - - -
KALIMANTAN SELATAN
132 BNNP Kalimantan Selatan 53.660 - - -
133 BNNKab Barito Kuala 1.605 2.000 150.000 -
134 BNNKota Banjarmasin 100 21.000 59.900 -
135 BNNKota Banjarbaru 60 20.000 45.000 -
136 BNNKab Balangan - 37.463 180.000 -
137 BNNKab Hulu Sungai Selatan 150 - - -
KALIMANTAN TIMUR
138 BNNP Kalimantan Timur - - - -
139 BNNKota Balikpapan 1.900 - 640.000 4.841
140 BNNKota Samarinda - 93.000 153.000 151.500
SULAWESI UTARA
141 BNNP Sulawesi Utara - 548 16.000 -
142 BNNKab Bolaang Mongondow - - - -
143 BNNKota Bitung 750 75.000 147.500 27.000
144 BNNKota Manado 2.450 103.413 221.560 -
145 BNNKab Kepulauan Sangihe 620 - - -
SULAWESI TENGAH
146 BNNP Sulawesi Tengah 500 92.128 1.515.000 1.500.000
147 BNNKab Banggai Kepulauan 120 - - -
148 BNNKab Morowali - - - -
149 BNNKota Palu - 3.152 4.500
150 BNNKab Donggala - - - -
151 BNNKab Poso 1.751 2.336 1.020 -
152 BNNKab Tojo Una-Una - 6.000 10.000 -
ZONA E
SULAWESI SELATAN
153 BNNP Sulawesi Selatan - - - -
154 BNNKab Bone - - - -
155 BNNKab Tana Toraja 540 - 58.560 3.755
156 BNNKota Palopo - - - -
SULAWESI TENGGARA
157 BNNP Sulawesi Tenggara 24 1.150.420 386.410 -
158 BNNKab Muna 369 43.550 36.252 -
159 BNNKab Kolaka - - - -
160 BNNKota Kendari - - - -
GORONTALO
161 BNNP Gorontalo 30 210.000 214.000 -
162 BNNKab Boalemo 40 - 10.000 -
163 BNNKota Gorontalo 857 876.464 82.102 63.184
164 BNNKab Bone Bolango - - - -
SULAWESI BARAT
165 BNNP Sulawesi Barat - - - -
MALUKU
166 BNNP Maluku 440 10.000 11.300
167 BNNKab Buru Selatan - - - -
168 BNNKota Tual - - - -
101 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
NO. SATKER HASIL JUMLAH SEBARAN INFORMASI
KONVEN SIONAL
CETAK PENYIARAN ONLINE
MALUKU UTARA
169 BNNP Maluku Utara 534 - - -
170 BNNKab Pulau Morotai - - - -
171 BNNKota Tidore Kepulauan - 935 - -
172 BNNKab Halmahera Utara - - - -
PAPUA
173 BNNP Papua - 18.000 - -
174 BNNKab Mimika - - - -
175 BNNKab Jayapura 50 - - -
PAPUA BARAT
176 BNNP Papua Barat - - - -
KALIMANTAN UTARA
177 BNNKota Tarakan - - - -
178 BNNKab Nunukan - - - -
JUMLAH 411.373 21.737.152 52.062.952 12.679.557
TOTAL KESELURUHAN SEBARAN INFORMASI
86.891.034
102 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Lampiran 4. Daftar Hasil Pemetaan Jaringan Sindikat Narkotika Tahun 2017 Hasil pemetaan jaringan sindikat narkotika target 53 Peta Jaringan terealisasi
sebanyak 99 Peta jaringan, dengan perincian BNN Pusat berhasil memetakan
jaringan sebanyak 45 Peta jaringan dan BNNP dapat memetakan jaringan sebanyak
54 Peta Jaringan, dari jumlah 99 peta jaringan yang berhasil dipetakan tersebut,
jaringan sindikat narkotika dapat diungkap sebanyak 33 jaringan yang dapat
direalisasikan dengan dibuatkan dalam 31 LKN, 2 Laporan Polisi) sedangkan 66
jaringan lainnya sudah terpetakan, adapun data jaringan sebagai berikut:
A. Jaringan sindikat narkotika yang sudah terungkap (LKN/LP)
1. Jaringan S
2. Jaringan AV
3. Jaringan JG Bogor
4. Jaringan U als. BP
5. Jaringan J Aceh
6. Jaringan AB Kaltara
7. Jaringan A Pontianak
8. Jaringan CLM Jabar
9. Jaringan H Surabaya
10. Jaringan H Kalbar
11. Jaringan H Palembang
12. Jaringan KA Jakarta
13. Jaringan G Medan
14. Jaringan DW Surabaya
15. Jaringan A Bali
16. Jaringan M dan S
17. Jaringan A WN China
18. Jaringan B Tarakan
19. Jaringan M
20. Jarigan Diskotik Bandung
21. Jaringan T Kalbar
22. Jaringan KT Aceh
23. Jaringan D Lapas P
24. Jaringan HT Kaltara
25. Jaringan R-Ganja Jabar
26. Jaringan Kapal Aceh-Malaysia
27. Jaringan Ganja P
28. Jaringan F Pare-Pare Sulsel
29. Jaringan Ganja G
30. Jaringan A Aceh – Malaysia
31. Jaringan A Aceh – Malaysia
103 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
32. Jaringan D Aceh – Malaysia
33. Jaringan PCC DRS
B. Jaringan Sindikat Narkotika yang terpetakan
34. Jaringan MAP
35. Jaringan Supplier Narkotika SAA
36. Jaringan Y Riau
37. Jaringan YST
38. Jaringan Narkotika KGI Lombok
39. Jaringan H Lapas B
40. Jaringan Narkoba Kelompok Public Figure FA
41. Jaringan A Tebing tinggi
42. Jaringan UT Lapas T
43. Jaringan YK
44. Jaringan R Riau
45. Jaringan Public Figure seniman R
Hasil pemetaan jaringan sindikat narkotika yang dilaksanakan oleh 11 BNNP dengan
target 33 jaringan terealisasi sebanyak 54 jaringan.
A. BNNP BALI
1. Jaringan DS
2. Jaringan DG
3. Jaringan N
4. Jaringan S
5. Jaringan LA
6. Jaringan L
7. Jaringan B
8. Jaringan B
9. Jaringan JC - SG
10. Jaringan R Kerobokan
11. Jaringan R (Ganja Aceh)
12. Jaringan O Gianyar
13. Jaringan AT
B. BNNP SULAWESI UTARA
14. Jaringan AK, IM (Jaringan antar provinsi)
15. Jaringan IT – IK
16. Jaringan ZL (Jaringan S – Menado)
C. BNNP JAWA TIMUR
17. Jaringan A
18. Jaringan H
19. Jaringan A
20. Jaringan Y
104 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
21. Jaringan B
22. Jaringan H
23. Jaringan CM
24. Jaringan Y “B”
25. Jaringan PB
26. Jaringan L @ P
27. Jaringan D @ B
D. BNNP DKI JAKARTA
28. Jaringan A (Lapas C)
29. Jaringan BS
E. BNNP SULAWESI SELATAN
30 Jaringan W
31 Jaringan PP
32 Jaringan A
33 Jaringan S (Lapas B/Rutan S)
F. BNNP D.I. YOGYAKARTA
34. Jaringan B @F (Aceh – Jakarta – Yogya)
G. BNNP JAWA BARAT
34. Jaringan R (Lapas G)
35. Jaringan R Cirebon
36. Jaringan A Aceh
37. Jaringan P Bogor
H. BNNP SUMATERA UTARA
34. Jaringan Z
35. Jaringan ESG
36. Jaringan NN
37. Jaringan SR
38. Jaringan EH
39. Jaringan Medan – Palembang
I. BNNP KEPULAUAN RIAU
34. Jaringan M
35. Jaringan W
36. Jaringan Madura
37. Jaringan H
38. Jaringan Kp. Aceh
J. BNNP Kalimantan Timur
39. Jaringan SR
40. Jaringan SH
41. Jaringan DA
42. Jaringan S
43. Jaringan MA
105 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017
Lampiran 5. Data Penanganan Kasus Narkotika Tahun 2010 – 2017
TAHUN LAPORAN TERSANGKA ASET YANG DISITA
2010 2 LKN 8 Rp. 3.628.442.314
2011 9 LKN 16 Rp. 33.173.753.301
2012 14 LKN 18 Rp. 24.620.666.864
2013 15 LKN 18 Rp. 52.375.590.387
2014 11 LKN 12 Rp. 83.207.159.514
2015 12 LKN 14 Rp. 85.330.158.337
2016 21 LKN 30 Rp. 279.113.413.345
2017 30 LKN 37 Rp. 114.911.000.000
TOTAL 144 LKN 154 Rp. 673.360.184.062
Aset tersangka yang disita penyidik, terdiri dari:
1. Uang tunai, uang dalam rekening, tanah, rumah, apartemen, ranmor (KR 2 + KR 4) dan perhiasan.
2. Dikonversi dengan rupiah sesuai indeks saat disita.
Recommended