View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
361
MENDIDIK GENERASI Z: MODEL PENGASUHAN POSITIF MELALUI KELAS
ONLINE
Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto1, Khamidun
2, Rosaria
3
Jurusan PGPAUD, Universitas Negeri Semarang
yuli.kurniawati.sp@mail.unnes.ac.id
Abstrak
Teknologi ibarat pisau bermata dua, di sisi lain memiliki dampak positif namun di sisi lain
berdampak negatif jika pemanfaatannya tidak sesuai kadarnya. Saat ini kasus yang mencuat di
kalangan orangtua dan menjadi problem serius dalam rumah adalah tingginya penggunaan
gadget oleh anak secara masif. Orangtua seperti kehilangan perannya karena tergantikan oleh
gadget, dimana anak cenderung memilih menyendiri dan asyik dengan gadget nya
dibandingkan bersama dengan orangtuanya. Mengingat permasalahan yang cukup serius ini,
maka diperlukan adanya program pengasuhan positif sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman peranan ibu sebagai istri dan ibu dalam mengasuh dan mendidik anak. Pada
umumnya lembaga-lembaga PAUD sudah mulai mengembangkan program pendidikan bagi
orangtua (ibu) sinergi dan kolaborasi antara lembaga pendidikan PAUD baik TK, KB, dan
TPA namun pelaksanaannya masih belum optimal dan belum menjadi rutinitas yang
berkelanjutan dikarenakan ketidakhadiran ibu. Kendala kesibukan ibu dapat diatasi dengan
program kelas online yang diikuti oleh para ibu (wali murid) dari anak-anak yang
menempuh pendidikan di lembaga PAUD di kota Semarang dengan memanfaatkan aplikasi
whatsapp pada smartphone.
Untuk menjaring tema yang dibahas dalam kelas online dilakukan survey online dengan
menggunakan layanan google form pada orangtua/wali murid di lembaga PAUD Kota
Semarang. Dalam form tersebut juga disertai pernyataan kesediaan untuk bergabung dalam
kelas online ibu professional.
Secara singkat, kegiatan positive parenting education melalui kelas online belum dapat
dikatakan maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah latar belakang pendidikan
orangtua dapat mempengaruhi kesadaran orangtua untuk aktif mencari pengetahuan dan
meningkatkan pemahaman diri dalam menjalan peran sebagai orangtua. Selain itu masih
kurangnya peran sekolah dalam kegiatan parenting education ini pun berpengaruh dalam
efektivitas kegiatan ini. Akibatnya pola pengasuhan anak yang dilakukan oleh orang tua di
rumah karena masih ditemukan adanya perilaku orang tua. masih yang beragam, ada perilaku
yang sering dilakukan, kadang-kadang dilakukan, dan juga ada yang sama sekali tidak
dilakukan.
Berdasarkan hasil temuan sementara di atas, dilakukan uji coba luas dengan melibatkan
subjek atau responden yang lebih beragam, narasumber yang terpilih, dan dengan aktif
melibatkan pihak sekolah melalui kepala sekolah dan guru. Hasil menunjukkan bahwa Model
“Kelas online-Ibu Profesional” efektif dan diharapkan ke depan menjadi perluasan
pengembangan program yang sifatnya tentative dari Lembaga sekolah
Kata kunci: pengasuhan positif, kelas online, model pengasuhan positif
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
362
PENDAHULUAN
Periode awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia 2-6 tahun. Masa ini biasa
dianggap sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit karena anak tampak penuh
rasa ingin tahu, bereksplorasi, menjelajah, mencoba dan berpetualang dengan penuh
keasyikan. Ada banyak hal yang menarik perhatian anak sehingga seringkali orangtua merasa
kesulitan menghadapi pertanyaan dan perilaku anak. Orangtua terkadang menganggap anak
sulit diatur, nakal, membangkang, tidak mau diam, terus bertanya dan keras kepala. Hal ini
dapat terjadi karena tidak semua orangtua memahami bahwa sesungguhnya pada masa ini
anak sedang berkembang pesat dan mulai memaksimalkan seluruh fungsi otak dan panca
inderanya, serta anak juga masihberada pada tahap perkembangan kognitif pra operasional,
yang bersifat egosentrik dan belum mampu menerima dan memahami pendapat orang lain
(Hurlock, 1990). Akan tetapi, keaktifan anak usia prasekolah dapat mempengaruhi stabilitas
emosi orangtua, sehingga yang terjadi anak terlalu diberikan apa yang diminta, atau
sebaliknya diperlakukan dengan kekerasan seperti dipukul, dicubit, dibentak, dan ancaman-
ancaman lain yang membuat anak takut secara terus menerus (Pius, 2007)
Berdasarkan uraian di atas, nampaknya orangtua seperti kewalahan menghadapi polah
anak sehingga terkadang orangtua mengambil pendekatan penananganan yang keliru. Pada
sebagian orangtua yang menyadari dampak buruk kekerasan akan mengalihkan perilaku tidak
sesuai anak dengan pemberian fasilitas gadget. Diperkuat data hasil observasi menunjukkan
bahwa sebagian orangtua sengaja memberi fasilitas gadget (handphone) agar anak mau duduk
tenang dan membuat kegaduhan di rumah.
Teknologi ibarat pisau bermata dua, di sisi lain memiliki dampak positif namun di sisi
lain berdampak negatif jika pemanfaatannya tidak sesuai kadarnya. Saat ini kasus yang
mencuat di kalangan orangtua dan menjadi problem serius dalam rumah adalah tingginya
penggunaan gadget oleh anak secara masif. Orangtua seperti kehilangan perannya karena
tergantikan oleh gadget, dimana anak cenderung memilih menyendiri dan asyik dengan
gadget nya dibandingkan bersama dengan orangtuanya. Oleh karena itu dibutuhkan perubahan
pemahaman, orangtua perlu memahami peranan mereka khususnya para ibu dalam mencegah
penyalahgunaan gadget. Secara khusus disni diperlukan peran perempuan sebagai istri dan
ibu, yang memiliki amanah spesifik sesuai potensi intrinsiknya ialah mengandung; melahirkan
dan menyusui, serta tanggung jawab bersama suami dalam mengasuh dan mendidik anak.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
363
Dari paradigma tentang peran perempuan tersebut, maka perempuan merupakan
pelopor peradaban dalam mendidik dan mewujudkan keluarga berkualitas. Selama ini, para
orangtua dan ibu “agak” mengabaikan perannya sendiri dalam medidik anak-anaknya. Para
ibu “cenderung” menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada lembaga sekolah. Sebagai
ilustrasi, anak-anak usia dini menghabiskan waktu di sekolah hanya sekitar 2-6 jam (30%) di
layanan PAUD dan sisanya 18 jam (70%) anak-anak menghabiskan waktunya di masyakarat
dan keluarga, sehingga pendidikan dalam keluarga menjadi sesuatu yang memiliki dampak
besar dalam kehidupan anak.
Orang tua khususnya ibu dalam hal ini sebagai pendidik utama dan pertama menjadi sangat
penting dalam praktik pengasuhan anak. ibu perlu banyak belajar bagaimana praktik
pengasuhan anak yang positif.
Kondisi nyata di masyarakat, Ibu selama ini hanya mengandalkan pengalaman masa
lalu untuk mengasuh anak nya di jaman sekarang. Bahkan bagi sebagian ibu mewarisi nilai
budaya pola mendidik dengan kekerasan secara turun menurun, yang sulit untuk diubah. Para
ibu banyak yang tidak mengetahui dan menyadari bahwa bentakan, cemoohan, makian
merupakan bentuk kekerasan psikologis pada anak, selanjutnya anak belajar dengan cara
meniru orangtua yang menggunakan kekerasan terhadapnya, sehingga anak menjadi lebih
agresif (Del Vecchio & O’Leary, 2006). Demikian pula yang disampaikan oleh Smetana
(1999), sebagian besar dari apa yang dipelajari oleh anak adalah melalui proses peniruan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, pengasuhan yang tidak tepat yaitu akan
meningkatkan resiko permasalahan perilaku dan emosional pada anak (Pachter, Auinger,
Palmer & Weitzman, 2006), anak akan menarik diri, rentan menjadi korban kekerasan seksual
(Papalia, Olds & Feldman, 2002), melakukan bentuk kenakalan remaja (Dannerbeck, 2005),
memiliki kompetensi sosial dan harga diri yang rendah, mengalami kesulitan untuk mengelola
emosi, mengalami hambatan belajar atau tinggal kelas, dan berisiko mengalami gangguan
psikologis ketika dewasa (Steinberg, 2000). Bahkan menurut Grossman dan Rowat (dalam
Suldo dan Huebner, 2004), orangtua yang tidak menyayangi anaknya lebih berdampak negatif
dibandingkan orangtua bercerai.
Berdasarkan temuan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa kualitas
pengasuhan yang negative berdampak buruk bagi anak. Oleh karena itu, perlu adanya
program peningkatan kualitas pengasuhan ibu. Berdasarkan hasil beberapa penelitian, salah
satu bentuk pengasuhan yang tepat diterapkan adalah pengasuhan positif. Sebuah studi yang
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
364
dilakukan oleh Morawska, et al (2011) menunjukkan bahwa program pengasuhan positif
(triple P) efektif, sangat bermanfaat, dan dapat diterima oleh para orangtua. Bahkan program
tersebut dapat diterapkan lintas cultural. Dilaporkan juga bahwa program ini efektif
diterapkan secara individu, berkelompok (grup), seminar, dan siaran televisi.
Lebih lanjut, program pengasuhan positif ini bermanfaat untuk mencegah dan
menekan terjadinya child abuse. Seperti peneilitian yang dilakukan oleh Sanders, M.R., Cann,
W., and Markie-Dadds, C, (2003) menunjukkan program pengasuhan positif (Triple-P) yang
disosialisasikan melalui media dan pesan dapat mencegah terjadinya child abuse. Sanders,
M.R, Markie-Dadds, C., and Lucy A. Tully, L.A., Bor, W. (2000) dalam penelitiannya
intervensi keluarga dengan triple P efektif untuk meningkatkam perubahan perilaku anak
prasekolah yang bermasalah. Diperkuat juga dengan penelitian oleh Bodenmann, G., Cina, A.,
Ledermann, T., Sanders M.R. (2008) menunjukkan bahwa triple P mampu menurunkan
perilaku bermasalah pada anak disbanding dua program lainnya.
Maka, akan lebih optimal ketika ada sinergi dan kolaborasi antara lembaga pendidikan
PAUD baik TK, KB, dan TPA yang memunculkan program pendidikan bagi para orang tua
untuk menjadi program unggulan yang menjadi jembatan penghubung yang sinergis antara
orang tua dan sekolah yang dilakukan secara intensif, terpadu dan berkelanjutan.
Pada umumnya lembaga-lembaga PAUD sudah mulai mengembangkan program
pendidikan bagi orangtua (ibu). Namun pelaksanaannya masih belum optimal dan belum
menjadi rutinitas yang berkelanjutan. Kendalanya adalah ketidakhadiran orangtua
dikarenakan kesibukan orangtua (ibu). Kendala kesibukan ibu dapat diatasi dengan program
kelas online yang diikuti oleh para ibu (wali murid) dari anak-anak yang menempuh
pendidikan di lembaga PAUD di kota Semarang. Kelas online ibu profesional dapat
memanfaatkan aplikasi whatsapp dan facebook pada smart mobile phone.
Untuk menjaring tema yang akan dibahas dalam kelas online dan bagaimana sistem
assessment nya nanti akan dilakukan survey dengan menggunakan layanan google form.
Untuk selanjutnya bagi para ibu yang berminat mengikuti kelas online akan menjadi member
dalam group kelas online ibu professional.
Melalui penelitian ini, diharapkan ada sebuah program pendidikan ibu berupa kelas online ibu
profesional yang berkesinambungan yang mengajarkan dan melatih ibu agar memahami
perannya dan terampil dalam menerapkan pengasuhan positif. Tujuan jangka pendek adanya
program kelas online ibu professional tentang pengasuhan positif yaitu menekan kasus
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
365
kekerasan pada anak, sedangkan tujuan jangka panjang adalah dapat mencetak generasi
cerdas dan berkarakter. Hal tersebut sesuai dengan latar belakang penelitian Unggulan
Universitas Negeri Semarang dalam bidang sosial, seni, dan budaya, bahwasanya
diperlukan adanya penelitian yang mengacu pada peningkatan pembangunan karakter
bangsa, secara khusus sesuai dengan rencana induk penelitian Universitas Negeri Semarang
yaitu: 1) Inovasi Untuk Pendidikan Berkualitas, 2) Sains dan Teknologi, 3) Peningkatan
Kualitas Hidup, dan 4) Seni Budaya Lokal.
Mengacu latar belakang masalah, terdapat sejumlah permasalahan pokok tentang
pelaksanaan pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga yaitu:
1. Tingginya tingkat kekerasan pada anak di kota Semarang. Data menyebutkan bahwa
kota Semarang memiliki tingkat kekerasan pada anak tertinggi sepanjang tahun 2016.
2. Program PAUD di kota Semarang sudah mulai mengintegrasikan kegiatan parenting
namun masih banyak juga yang melaporkan bahwa kegiatan parenting tersebut tidak
dilakukan sebagai agenda rutin, hanya pada moment tertentu saja.
3. Harapan dan keinginan orangtua cukup tinggi untuk mengikuti seminar tentang
pengasuhan yang diselenggarakan di kota Semarang agar mampu mendidik dan
mengasuh anak dengan benar namun tidak diiringi dengan contoh praktis dan tindak
lanjut (pendampingan) kegiatan seminar sehingga terkesan ilmu para orangtua ini
yang diterima meluap begitu saja.
4. Model pendidikan terpadu yang difasilitasi sekolah bagi orang tua selama ini masih
kurang, tidak berkelanjutan dan tidak sistematis.
Mengacu pada pembatasan masalah di atas, permasalahan penelitian ini adalah
bagaimana melaksanakan pengembangan model pengasuhan positif melalui kelas online ibu
professional di Kota Semarang.
Permasalahan umum penelitian ini seperti dikemukakan di atas dapat dirumuskan secara
rinci sebagai berikut:
1. Bagaimanakah praktik pengasuhan anak dan kendala yang dihadapi ibu dalam keluarga di
rumah dilihat dari standar pengasuhan positif pada anak?
2. Bagaimanakah pengembangan model pengasuhan positif melalui kelas online ibu
professional di Kota Semarang?. Model ini dikembangkan melalui tahapan:
a. mengenali kendala pengasuhan yang dihadapi para ibu secara konkret di rumah,
b. mengembangkan model konseptualteoritik,
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
366
c. melaksanakan validasi model oleh para ahli,
d. melaksanakan uji coba skala terbatas,
e. melaksanakan uji coba skala luas, dan
f. melaksanakan desiminasi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Roadmap Penelitian
B. Peta JalanPenelitian/Pengembangan
Pengasuhan Anak dalam Keluarga (PADK) merupakan salah satu bidang kajian di
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang tengah menjadi trend terkini bagi
lembaga penyelenggara seminar-seminar.
Perencanaan dan pengembangan model pengasuhan positif melalui “kelas online ibu
professional” yang didasari pertimbangan hasil penelitian terdahulu diantaranya sebuah studi
yang dilakukan oleh Morawska, et al (2011) menunjukkan bahwa program pengasuhan positif
(triple P) efektif, sangat bermanfaat, dan dapat diterima oleh para orangtua. Bahkan program
tersebut dapat diterapkan lintas cultural. Dilaporkan juga bahwa program ini efektif
diterapkan secara individu, berkelompok (grup), seminar, dan siaran televisi.
Adapun penelitian pendukung lainnya sebagai berikut:
b. Sanders, M.R, Markie-Dadds, C., and Lucy A. Tully, L.A., Bor, W. (2000). The Triple
P-Positive Parenting Program: A Comparison of Enhanced, Standard, and Self-
Directed Behavioral Family Intervention for Parents of Children With Early Onset
Conduct Problems. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 4, 624-640.
Dalam penelitiannya intervensi keluarga dengan triple P efektif untuk meningkatkam
perubahan perilaku anak prasekolah yang bermasalah.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
367
c. Sanders, M.R., Cann, W., & Markie-Dadds, C. (2003). The Triple P-Positive
Parenting Programme: A Universal Population-Level Approach to the Prevention of
Child Abuse. Child Abuse Review, 2 (3): 155–171. Hasil penelitian menunjukkan
program pengasuhan positif (Triple-P) yang disosialisasikan melalui media dan pesan
dapat mencegah terjadinya child abuse.
d. Bodenmann, G., Cina, A., Ledermann, T., & Sanders, M.R. (2008). The efficacy of
the triple p-positive parenting program in improving parenting and child behavior : a
comparison with two other treatment conditions. Behaviour Research and Therapy 46,
411–427. Hasil penelitian menunjukkan bahwa triple P mampu menurunkan perilaku
bermasalah pada anak disbanding dua program lainnya.
e. Model Pendidikan Karakter bagi Anak melalui “Sekolah Ibu” Non Formal di
Pedesaan. Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah Universitas Negeri Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan
model pendidikan karakter bagi anak sejak dini melalui program terpadu “Sekolah
Ibu” PAUD nonformal di pedesaan. Metode penelitian menggunakan penelitian dan
pengembangan dilaksanakan di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul terhadap 11
KB dan 11 SPS dengan responden orang tua sebanyak 60 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa KB dan SPS yang diteliti dapat dikembangkan menjadi “Sekolah
Ibu” dengan sasaran para orang tua yang putra-putrinya sedang mengikuti kegiatan
pembelajaran. Materi pokok yang diberikan mencakup pendidikan karakter bagi anak,
pola pengasuhan anak di rumah, dan model pembelajaran bagi anak usia dini. Hasil
penelitian tersebut kemudian dikembangkan dalam satu model konseptual-teoritik
pendidikan karakter bagi anak sejak dini melalui “Sekolah Ibu” PAUD nonformal di
pedesaan dengan dilengkapi materi modul pembelajaran pendidikan karakter bagi
anak sejak dini. Kata kunci: pendidikan karakter, pendidikan anak usia dini,
pendidikan nonformal, “Sekolah Ibu”
f. Pengembangan Modul Orang Tua Pada Content Management System (CMS) Taman
Penitipan Anak dan Pendidikan Anak Usia Dini. Yogi Prayoga, Suryatiningsih2,
Robbi Hendriyanto, (2016). Aplikasi pengembangan modul orang tua content
management system (CMS) Taman penitipan anak dan pendidikan usia dini adalah
sebuah aplikasi untuk membantu orang tua berinteraksi dan melihat perkembangan
anak ketika di taman pendidikan anak dan pendidikan anak usia dini. Aplikasi ini
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
368
dibuat dengan menggunakan metode pengerjaan prototype yang terdiri dari dua
aplikasi website dan mobile application (Android). Aplikasi pada website dibangun
menggunakan konsep Content Management System (CMS), MySQL sebagai database
dan Framework Yii. Fungsionalitas yang terdapat dalam aplikasi website dan mobile
application diantaranya melakukan proses pendaftaran secara online, melihat
perkembangan anak setiap harinya di daily report, melihat hasil perkembangan anak
selama satu semester di portofolio, melihat kegiatan di luar jam belajar dan melihat
status keuangan anak. Kata Kunci : website, mobile application, Yii, MySQL.
g. Program Pengasuhan Positif untuk Meningkatkan Keterampilan Mindful Parenting
Orangtua Remaja. Studi Kuasi Eksperimen terhadap Orangtua Siswa Kelas VII SMPN
15 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016. TESIS. Pathah Pajar Mubarok. Hasil
menunjukkan bahwa program pengasuhan positif efektif meningkatkan keterampilan
mindful parenting orangtua remaja di Bandung.
A. Pengasuhan Positif
Pengasuhan adalah sikap dan perilaku orang tua dalam mendidik, melindungi,
memelihara dan mensosialisasikan nilai-nilai dan pengetahuan kepada anak-anaknya. Salah
satu teori tentang pola asuh yang banyak dikenal adalah teori pola asuh Diana Baumrind
seorang psikolog. Baumrind (Herien: 2011) menjelaskan ada empat gaya pengasuhan, yaitu:
1. Pengasuhan authoritative yaitu model pengasuhan dengan kehangatan, harapan realistis
dan memotivasi berpikir mandiri (pengasuhan dengan tingkat responsiveness dan
demandingness tinggi) sehingga menghasilkan anak yang positif.
2. Pengasuhan neglectful (tidak mempedulikan, mengabaikan), yaitu pengasuhan dengan
tingkat responsiveness dan demandingness yang rendah, menimbulkan perilaku
bermasalah pada anak dan berkurangnya perhatian di sekolah.
3. Pengasuhan authoritarian yaitu pengasuhan yang terlalu banyak menuntut anak, tidak
ada penghargaan dan kehangatan terhadap anak serta kedisiplinan yang keras (memiliki
demandingness tinggi namun responsiveness yang rendah).
4. Pengasuhan indulgent, memiliki responsiveness tinggi namun demandingness rendah.
Hal ini menyebabkan anak tidak mengetahui dan mentaati norma sosial yang ada.
Perilakunya semaunya sendiri, kurang diterima oleh teman sebaya dan kurang tertarik
dengan kegiatan sekolah.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
369
Berdasarkan empat gaya pengasuhan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam praktik pengasuhan diperlukan adanya kualitas afeksi positif antara orangtua dan anak,
serta adanya ketegasan dalam penerapan aturan.
Salah satu penyebab orangtua (ibu) menerapkan pengasuhan negatif yaitu kurangnya
pengetahuan, kompetensi, dan pemahaman dalam pengasuhan. Oleh karena itu, peneliti
merasa perlu untuk mengupayakan adanya peningkatan kualitas pengasuhan orangtua dengan
cara memberi pengetahuan, pemahaman serta keterampilan dalam mengasuh anak.
Berdasarkan hasil literature penelitian sebelumnya, salah satu program yang terbukti
efektif untuk meningkatkan keterampilan orangtua dalam pengasuhan anak adalah program
pengasuhan positif atau dikenal dengan istilah positive parenting program (triple P). Adapun
manfaat program pengasuhan positif ini yaitu mampu mencegah terjadinya masalah
perkembangan, emosional, dan perilaku pada anak, dengan cara meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kepercayaan diri orangtua (Sanders, 2008).
Pengasuhan positif ini didasarkan pada pendekatan belajar sosial, yang memiliki teknik-
teknik untuk mendisiplinkan dan mengelola perilaku anak yang salah, seperti menetapkan
aturan yang jelas, bimbingan terarah, memberikan instruksi dengan jelas dan tenang,
pengabaian terencana, dan konsekuensi logis (Sanders, 2008).
Pengasuhan positif memiliki lima prinsip untuk menghasilkan anak yang berkembang
secara positif dan memiliki mental yang sehat (Sanders, 2008). Adapun kelima prinsip
tersebut yaitu:
1. Ensuring a safe and engaging environment
Prinsip pengasuhan yang menyediakan lingkungan yang aman bagi anak untuk
memberinya kesempatan bereksplorasi, bereksperimen dan bermain. Prinsip ini diterapkan
untuk menuju perkembangan anak yang sehat dan mencegah terjadinya luka dan kecelakaan.
2. Creating a positive learning environment,
Disini orangtua menjalankan peran sebagai guru pertama bagi anak yang harus
merespon secara positif dan konstruktif ketika berinteraksi dengan anak (seperti meminta
tolong, memberikan informasi, memberi nasehat dan memberi perhatian), mendorong anak
belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri, belajar keterampilan sosial dan komunikasi
dengan bahasa yang baik.
3. Using assertive discipline,
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
370
Prinsip ini mengarah pada penerapan disiplin tanpa paksaan, teriakan, ancaman, atau
menggunakan hukuman secara fisik. Strategi yang digunakan untuk mengubah perilaku dalam
disiplin asertif ini meliputi pemilihan aturan dasar untuk situasi tertentu; mendiskusikan
aturan dengan anak; memberikan instruksi dan permintaan yang jelas dan tenang sesuai
dengan usia anak; mengenalkan konsekuensi logis dan pengabaian terencana.
4. Having realistic expectations,
Dalam hal ini, orangtua mengeksplorasi harapan, kepercayaan dan asumsi-asumsi
tentang penyebab perilaku anak, kemudian memilih tujuan yang tepat dan realistis sesuai
dengan perkembangan anak.
5. Taking care of oneself as a parents,
Prinsip ini lebih pada mengajarkan keterampilan pengasuhan praktis yang dapat
diterapkan oleh kedua orangtua (ayah dan ibu), keterampilan mengeksplorasi keadaan
emosional orangtua, dan mendorong orangtua mengembangkan strategi koping untuk
mengelola tekanan dan emosi negatif berkaitan dengan pengasuhan, termasuk stres, depresi,
kemarahan, dan kecemasan.
Dari uraian di atas terlihat bahwa prinsip dalam Triple P mengandung aspek
responsiveness, terdapat pada prinsip ensuring a safe and engaging environment; dan
creating a positive learning environment. Sedangkan aspek demandingness terdapat pada
prinsip having realistic expectations; dan using assertive discipline.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan
(research and development) atau disingkat dengan R & D (Borg, 1983). Jenis ini dipilih
karena peneliti hendak mengembangkan model program “parenting” yang sejatinya sudah
dilakukan secara empirik yaitu program parenting offline yang dilakukan setidaknya satu kali
dalam satu semester. Program “parenting” atau pengasuhan tersebut kemudian dikembangkan
menjadi “Kelas online Ibu Profesional” dengan materi dan assesement yang lebih sistematis.
Model yang dibuat merupakan konsep model program pendidikan dengan
menyesuaikan kondisi para ibu memiliki keterbatasan waktu untuk hadir secara offline dalam
program sejenis dan didukung dengan kondisi nyata bahwa saat ini dimana dunia online lebih
menjadi prioritas.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
371
Substansi penelitian ini fokus pada upaya pengembangan model pengasuhan positif
atau “positive parenting” melalui program “Kelas online Ibu Profesional” di kota Semarang.
Borg and Gall (1979) menyatakan “educational research and develompment is a process used
to develop and validate educational product”.
Produk dari pendidikan yang dimaksud Borg and Gall tidak hanya terbatas pada
objek-objek materi seperti buku teks, film pengajaran dan lainnya tetapi juga termasuk
membangun sebuah prosedur dan proses seperti metode pengajaran atau metode dalam
mengorganisasi atau membuat rencana pengajaran. Penelitian dan pengembangan ini
dilaksanakan dalam kurun waktu mono tahun. Ke depan diharapkan dapat dilanjutkan pada
tahun-tahun berikutnya selama kurun waktu 3 tahun.
Secara garis besar kegiatan penelitian dan pengembangan pada tahap pertama terdiri
dari dua sub tahapan utama, yaitu: pertama, studi eksplorasi dan kajian pustaka. Studi
eksplorasi dengan menggunakan layanan google form bertujuan untuk dapat memetakan
permasalahan dan kebutuhan yang ada di masyarakat serta sumber daya dukung berupa
potensi lokal baik aspek budaya, ekonomi, sumber daya alam dan sumber daya manusia
sendiri yang memiliki perhatian terhadap proses perkembangan anak usia dini.
Kedua, menyusun model program “Kelas online Ibu Profesional” konseptual berdasarkan
kajian teoritis dan empirik yang pada tahap berikutnya akan divalidasi oleh pakar dan praktisi
yang relevan. Validasi model program oleh para ahli dilanjutkan dengan melaksanakan uji
coba model program secara terbatas dengan menggunakan layanan aplikasi whatsapp pada
smartphone.
Dan kemudian pada tahap terakhir akan dilaksanakan uji coba model program pada skala
yang lebih luas dan setelah itu dilakukan desiminasi atau penyebarluasan model program
pengasuhan yang telah dilaksanakan sesuai tahap-tahap dalam penelitian dan pengembangan.
B. Lokasi
Penelitian dilakukan di Kota Semarang dengan mengambil sampel ibu sebanyak 30
orang. Waktu penelitian dilakukan selama satu tahun terbagi dalam tiga tahapan. Untuk tahap
pertama dan kedua fokus pada kegiatan pengembangan model konseptual dan ujicoba model
serta validasi model oleh para ahli dan uji coba terbatas di lingkungan lokasi penelitian. Tahap
ketiga berupa uji coba skala luas dan diseminasi.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
372
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan metoda survey, wawancara tidak langsung, dan
dialog. Metode survey dilakukan dengan menggunakan layanan aplikasi google form pada
ibu-ibu di Kota Semarang. Survey dilakukan untuk memetakan permasalahan atau kendala
pengasuhan yang sering dihadapi oleh para ibu dan urgen untuk mendapatkan jalan keluar.
Secara spesifik, langkah-langkahnya adalah diawali dengan pembuatan form survey
online. Dari sini pembuatan form sudah selesai dan selanjutnya menyebarkan URL Form
pada orangtua/wali murid di lembaga PAUD Kota Semarang. Dalam form tersebut juga
disertai pernyataan kesediaan untuk bergabung dalam kelas online ibu professional. Untuk
selanjutnya bagi para ibu yang berminat mengikuti kelas online akan menjadi anggota dalam
group/komnitas kelas online ibu professional.
Metode wawancara tidak langsung dan dialog dilakukan dengan menggunakan layanan
aplikasi whatsapp pada smartphone pada grup/kelompok ibu-ibu yang menjadi anggota dalam
kelas online Ibu professional.
Pengumpulan data dengan wawancara atau dialog dilakukan pada ibu oleh tim peneiliti
terhadap hal-hal yang berkenaan dengan kelebihan, keberhasilan, kegagalan dan
permasalahan yang muncul dalam pembelajaran setelah mengikuti “Kelas online Ibu
Profesional”. Tahap pengumpulan data ini peneliti dilengkapi dengan seperangkat alat catatan
online melalui layanan whatsapp atas kejadian dan perkembangan ibu dalam mempraktikkan
ilmu pengasuhan positif.
Peningkatan kemampuan yang dimiliki oleh para ibu setelah mengikuti kelas online ibu
professional tercermin dalam:
a. tersusunnya rumusan tujuan program dari hasil diskusi antar ibu dan peneliti,
b. tersusunnya rencana kegiatan program yang sesuai dengan kebutuhan orang tua dan
alokasi waktu yang tersedia secara efektif dan efisien,
c. termanfaatkannya sumber daya lingkungan dalam kegiatan pengasuhan,
d. tersusun dan terungkapnya ide/pokok pikiran yang terkandung dalam suatu materi
program oleh ibu dan menyampaikannya kepada teman sesama ibu dan peneliti,
e. terbentuknya insiasi ibu dalam bertanya, menjawab, berpendapat, dan memecahkan
masalah dalam meghadapi pola dan perilaku anak
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
373
f. munculnya inisiasi ibu dalam mencari dan menghubungi sumber/fasilitator belajar,
peneliti maupun sumber lain yang dianggap dapat meningkatkan pengetahuan mereka
tentang pengasuhan positif
g. munculnya inisiasi untuk memaparkan dan menyimpulkan hasil perubahan anak baik
secara online (update status) pada layanan aplikasi whatsapp pada smartphone yang
ditujukan pada grup maupun masyarakat umum, maupun secara offline dengan membuat
buku catatan.
h. munculnya keberanian menyampaikan ide/hasil belajar dalam forum “kelas online ibu
profesional”,
i. termanfaatkannya jaringan belajar baik yang bersifat maya maupun fisik di sekitar
j. terungkapnya kemauan orang tua untuk mengintrospeksi dan melakukan perbaikan dalam
praktik pengasuhan sebagai family culture demi mencetak generasi cerdas dan
berkarakter dan secara khusus menekan kasus kekerasan pada anak.
Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan dalam
pembelajaran ini berupa:
1. Lembar kerja atau lembar isian hasil dialog dan wawancara tentang kemampuan dan
kemauan ibu dalam menampilkan dan mengimplementasikan hasil belajar dalam
mengasuh anak. Lembar isian ini diisi atas dasar hasil pengamatan dan analisis
narasumber/pakar pada ibu, wawancara dan dialog mendalam dengan ibu tentang
perilaku anak setelah orang tua mengikuti “Kelas online”.
Pengisian alat ukur tersebut berupa deskripsi kualitatif tentang kualitas pengasuhan
dan juga data kuantitatif tentang frekuensi pengasuhan positif yang dilakukan serta
kegiatan rutin antara orang tua dan anak untuk menanamkan karakter positif anak
dirumah.
2. Lembar isian hasil observasi yang berisi tentang aktivitas rutin dan aktivitas insidental
dalam melaksanakan pengasuhan di rumah. Observasi tidak hanya dilakukan dalam
“kelas online Ibu profesional” saja tetapi juga di lingkungan keluarga ketika mereka
mengimplementasikan hasil belajar tentang pengasuhan. Lembar isian ini diisi ibu
sebagai bentuk dari penanaman kepercayaan kepada ibu sebagai bentuk uji kejujuran,
ketertiban, dan keseriusan dalam merekam praktik pengasuhan sehari-hari sesuai yang
telah disepakati.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
374
3. Lembar isian tentang perubahan anak pada saat dilakukan ungkap pendapat tentang
perubahan sikap, perilaku dan kecenderungan bertindak terhadap berbagai persoalan
keseharian anak.
Data isian ini dapat berbentuk angka (kuantitas) maupun ungkapan kata, gambar dan
ekspresi yang akan dideskripsikan dalam bentuk kualitatif. Lembar isian ini diisi oleh
ibu dan akan dilakukan uji konfirmasi kepada pendidik PAUD setempat agar
diperoleh data yang benar-benar akurat.
4. Lembar isian orang tua, yang berisi tentang pola hubungan ibu atau orang tua dalam
melakukan interaksi dengan anak. Lembar isian ini dimaksudkan untuk mengetahui
dan merekam perubahan orang tua, baik di kelas maupun di luar kelas.
D. Teknik Analasis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Dengan demikian, analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif menggunakan statistik deskritif dan
hasilnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram. Sementara itu data kualitatif
dianalisis dengan menggunakan cara-cara analisis kualitatif seperti yang lazim dipakai dan
dikembangkan dalam penelitian kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL STUDI
Hasil penelitian di bawah ini akan menjelaskan kondisi pola pengasuhan anak oleh
orang tua yang menjadi responden penelitian ini (berjumlah 28 orang). Pertanyaan penting
dalam penelitian ini yang ingin diperoleh jawabannya adalah ketika terkadang anak
menunjukkan perilaku yang tidak tepat dan dapat membahayakan maka orangtua akan
menganggapnya perilaku yang salah, dan cenderung tidak menyukainya. Seperti misalnya
memukul seseorang, melupakan PR, memiliki emosi berlebihan, membuang makanan,
berbohong, membantah instruksi orangtua (untuk berhenti bermain hp), menolak tidur, dan
lain sebagainya. Selanjutnya orangtua diminta menggambarkan berbagai cara untuk
mengatasi perilaku anak dengan berbagai permasalahan yang muncul dalam sehari-hari
anak khususnya sebagaimana yang terjadi selama dua bulan terakhir ini:
Selain itu, pertanyaan lain yang berkait dengan pola pengasuhan anak adalah
bagaimana kendala yang dihadapi, permasalahan anak dan keseriusannya, serta materi apa
yang diperlukan oleh ibu-ibu untuk mendidik karakter anak sejak dini? Berikut akan
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
375
dijelaskan data hasil penelitian dalam grafik di bawah ini untuk menjawab beberapa
pertanyaan itu
1. Pengasuhan anak
Data hasil penelitian menunjukkan praktik pengasuhan anak oleh orangtua sebagai berikut
(dalam grafik):
Gambar. Grafik kendala praktik pengasuhan orangtua
Secara detail, kendala dalam praktik pengasuhan orangtua berada pada level sedang
(89.28%). Hal ini menunjukkan para orangtua khususnya ibu masih mengalami kendala
dalam praktik pengasuhan anak.
Tabel. Kategori kendala dalam praktik pengasuhan orangtua
No Rentang
skor
Kriteria Jumla
h
Prosentase
1 150-210 Tinggi 0 0
2 90-150 Sedang 25 89.28%
3 30-90 Rendah 3 10.7%
Jumlah 28 100%
0 50 100 150 200
1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
Series1
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
376
Berdasarkan grafik dan tabel tersebut di atas, nampak bahwa masih banyak orangtua yang
mengalami kendala pengasuhan.
2. Kondisi keseriusan permasalahan anak
Berikut ini adalah gambaran tingkat keseriusan permasalahan anak menurut perspektif
orangtua.
Gambar. Grafik tingkat keseriusan permasalahan anak
Jika dilihat dari tingkat keseriusan permasalahan anak, grafik tersebut menunjukkan bahwa
permasalahan anak yang dihadapi adalah cukup serius. Secara detail, secara umum keseriusan
permasalahan anak berada pada level tinggi (53.57%). Hal ini menunjukkan para
permasalahan yang muncul pada anak tergolong serius menurut perspektif orangtua.
Tabel. Tingkat keseriusan permasalahan anak
No Rentang
skor
Kriteri
a
Jumlah Prosenta
se
1 60-72 Tinggi 15 53.57%
2 48-60 Sedang 8 28.57%
3 36-48 Rendah 5 17.85%
Jumlah 28 100%
3. Permasalahan anak
Berdasarkan data penelitian, gambaran frekuensi kemunculan perilaku anak yang
dianggap bermasalah menurut perspektif orangtua adalah sebagai berikut:
0 20 40 60 80
1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
Series1
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
377
Gambar. Grafik frekuensi kemunculan perilaku anak bermasalah
Secara detail, frekuensi kemunculan gejala perilaku bermasalah pada anak dilaporkan oleh
sebagian orangtua berada pada level rendah (57.14%). Sebagian orangtua lagi melaporkan,
frekuensi kemunculan gejala perilaku bermasalah pada anak pada level sedang 42.85%. Hal
ini menunjukkan gejala perilaku bermasalah anak muncul cukup sering.
Tabel. Kategori fFrekuensi kemunculan perilaku anak bermasalah
No
Rentang
skor
Kriteria Jumlah Prosent
ase
1 180-252 Tinggi 0 0%
2 108-180 Sedang 12 42.85%
3 36-108 Rendah 16 57.14%
Jumlah 28 100%
Berdasarkan dua hasil identifikasi frekuensi dan tingkat keseriusan permasalahan anak,
meskipun frekuensinya tergolong cukup namun rupanya permasalahan anak dianggap serius
oleh orangtua.
A. Spesifikasi Produk Penelitian Uji Coba Terbatas
Saat ini, produk yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan ini adalah draft
model program terpadu “kelas online – ibu profesional” untuk komunitas ibu-ibu di Kota
Semarang yang mencakup di dalamnya panduan pelaksanaan dan materi pengasuhan positif
untuk anak usia dini yang dikembangkan selama 1 (satu) tahun.
Berdasarkan hasil survey, model kelas online yang direkomendasikan oleh oara
orangtua adalah aplikasi whatsapp pada smart phone dan di dalamnya ada diskusi online
0 50 100 150 200
1
5
9
13
17
21
25
Series1
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
378
bersama grup. Yang paling banyak disarankan adalah Pemberian materi via whatsapp diikuti
dengan diskusi kelompok online.
Berikut ini adalah grafik hasil rekomendasi dari para ibu saat diminta untuk
mengevaluasi dengan memberi respon (1 untuk Tidak Disarankan 2 untuk Cukup disarankan,
3 untuk Sangat disarankan) atas tiap metode yang diusulkan selama penyelenggaraan
program.
Gambar. Evaluasi Ibu atas Program
Pada praktik pelaksanaan, keaktifan peserta dalam kelas online belum sepenuhnya
optimal meskipun dari pihak fasilitator rutin memberikan stimulasi berupa tips praktik seputar
pengasuhan positif. Kurang lebih hanya 4-5 peserta yang cukup aktif memberikan respon dan
pertanyaan kepada narasumber. Berdasarkan hasil analisis dan diskusi tim dan asisten
penelitian juga narasumber, tidak maksimalnya partisipasi peserta kelas online dimungkinkan
latar belakang pendidikan peserta adalah 3 peserta dengan latar belakang pendidikan master, 3
dengan latar belakang sarjana, dan 22 sisanya adalah berlatar belakang maksimal SMP/SMA.
Latar belakang pendidikan rupanya berpengaruh dalam apakah seseorang familiar dengan
model kelas online seperti yang diusulkan.
Meskipun saat ini adalah era internet dan sosial media sudah tidak lagi barang asing,
dan saat di lakukan survey pendahuluan, aplikasi whatsapp atau diskusi online adalah
program yang paling banyak direkomendasikan namun rupanya inisiatif untuk aktif dalam
forum atau diskusi online ini dengan hanya sekedar bercakap-cakap informal dengan teman
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 5 6 7
Series1
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
379
atau keluarga adalah hal yang dianggap berbeda. Oleh karenanya satu hal yang perlu
dipertimbangkan adalah ketika responden dengan kondisi demikian perlu adanya tatap muka
sebelum melakukan kegiatan. Tatap muka ini lebih pada penyampaian informasi kegiatan dan
teknis pelaksanaan secara details.
Selain latar belakang pendidikan orangtua, kesadaran orangtua atas kebutuhan
perbaikan praktik pengasuhan juga menjadi faktor yang menentukan keberhasilan program
parenting online. Orangtua yang berpendidikan tinggi terkadang justru merasa tidak ada
permasalahan atas pengasuhan nya maupun pada anaknya. Para orangtua dengan karakter
demikian merasa dirinya sudah lebih mahir dan mengenal anaknya sendiri dengan baik jadi
tidak membutuhkan memperbaiki kualitas pengasuhannya. Selain itu juga perasaan malu dan
gengsi jika harus menyampaikan permasalahan anaknya secara umum di depan forum/grup.
Faktor yang berikutnya yaitu kualitas narasumber, mulai dari kualitas personal
maupun profesional. Narasumber yang tidak memiliki kesediaan untuk terlibat secara aktif
baik dengan alasan kesibukan maupun alasan pribadi yang lain tentu akan menghambat
jalannya program parenting online. Seperti misalnya adalah tidak segera atau menunda
memberikan respon dari pertanyaaan orangtua. Orangtua yang tadinya bersemangat untuk
bertanya dan mengharapkan respon balikan segera menjadi tidak bersemangat lagi.
B. Spesifikasi Produk Penelitian Uji Coba Luas
Saat ini, pelaksanaan penelitian pengembangan model pengasuhan positif melalui
program “kelas online – ibu profesional” telah sampai pada langkah berikut:
1. Studi pendahuluan yang akan memperkuat dan menggali lebih dalam data-data tentang
praktik pengasuhan anak dan kendala yang dihadapi ibu dalam keluarga di rumah; selain
itu studi pendahuluan berfungsi untuk mengidentifikasi kebutuhan, sarana prasarana yang
dimiliki, serta identifikasi modal sosial yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan
program,
2. Perencanaan dibuat berdasarkan teori konseptual dan hasil kajian empirik di lapangan
dirumuskan menjadi model hipotetik untuk dikembangkan,
3. Setelah tersusun rancangan model “Kelas online – Ibu profesional” dan model
pembelajarannya secara konseptual-teoritik kemudian divalidasi oleh para ahli dan
praktisi untuk mendapatkan penilaian dan masukan,
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
380
4. Uji coba dilakukan melalui uji coba terbatas dan akan menghasilkan buku panduan
pedoman penyelenggaraan “Kelas online – Ibu profesional” disertai dengan kurikulum
dan materi pembelajaran berupa model,
5. Model yang telah diujicoba ini, disertai dengan pedoman pelaksanaanya, dilanjutkan
dengan uji coba luas dengan meminimalisir problem atau kendala yang ada.
6. Diseminasi atau penyebaran tentang hasil penelitian disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi orang tua (ibu) baik dalam aspek waktu pembelajaran maupun materi
pembelajaran.
7. Model pengasuhan positif melalui “Kelas online – Ibu profesional” merupakan proyek
awal dalam melibatkan keluarga sebagai satuan pendidikan yang tidak terpisahkan.
Model yang telah diujicoba ini, disertai dengan pedoman pelaksanaanya, dilanjutkan
dengan uji coba luas dapat diadopsi oleh komunitas ibu profesional setelah dilakukan
tahap berikutnya
Berdasarkan hasil uji coba luas, maka model pengasuhan positif melalui “Kelas online – Ibu
profesional” dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Model Pengasuhan Positif melalui program Kelas Online
Permasalahan anak Serius?
Program pengasuhan,
terkendala oleh waktu
Program pengasuhan,
Pengasuhan, terkendala?
Permasalahan anak berkurang
Orangtua (latar belakang pendidikan dan kesadaran akan kebutuhan perbaikan praktik pengasuhan
Kualitas Narasumber
(kesediaan berbagi,
Program parenting online,
efektif
Keterlibatan aktif pihak
sekolah
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
381
Atas hasil evaluasi validator ahli dari praktisi, akademisi, dan stakeholder maka pada
uji coba luas, responden yang dilibatkan adalah dipilih yang memiliki latar belakang
pendidikan minimal Sarjana. Selain itu, pihak sekolah dilibatkan secara aktif untuk turut
memantau jalannya program.
Hasil menunjukkan bahwa selain faktor latar belakang pendidikan orangtua, dan
kesadaran orangtua atas kebutuhan ilmu pengasuhan juga menjadi faktor penting dalam
praktik pengasuhan positif. Keterlibatan pihak sekolah secara aktif dengan turut memantau
program secara aktif menjadi salah satu faktor keberhasilan program parenting online ini.
Popgram parenting melalui “Kelas online” semestinya terintegrasi dengan kegiatan sekolah
sebagai salah satu program ungulan sekolah. Selain itu juga kualitas narasumberbaik secara
personal maupun profesional. Narasumber yang memiliki kualitas secara personal dan
profesional akan menjadi faktor pendudung keberhasinal program pengasuhan online ini.
Produk dari penelitian dan pengembangan ini berupa model konseptual pengasuhan
positif untuk anak usia dini dengan spesifikasi produk sebagai berikut: Struktur program
terpadu “kelas online ibu profesional” berisi tentang tujuan, sasaran, pendidik, kerangka
materi pengasuhan positif dilengkapi dengan panduan pelaksanaan “kelas online ibu
profesional”, yang tertuang dalam draft modul pengasuhan positif untuk anak usia dini yang
berisi tema-tema pengasuhan positif yang perlu dibelajarkan pada ibu (terlampir).
Kesimpulan
Secara singkat, hasil sementara menunjukkan fakta di lapangan masih banyak terjadi
kendala dalam pengasuhan anak di rumah dan permasalahan anak dengan tingkat yang cukup
serius, namun dalam proses kegiatan positive parenting education melalui kelas online belum
dapat dikatakan maksimal.
Temuan itu menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orangtua dapat
mempengaruhi kesadaran orangtua untuk aktif mencari pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman diri dalam menjalan peran sebagai orangtua.
Selain itu rupanya masih kurangnya peran sekolah dalam kegiatan parenting education
ini pun berpengaruh dalam efektivitas kegiatan ini. Akibatnya pola pengasuhan anak yang
dilakukan oleh orang tua di rumah karena masih ditemukan adanya perilaku orang tua. masih
yang beragam, ada perilaku yang sering dilakukan, kadang-kadang dilakukan, dan juga ada
yang sama sekali tidak dilakukan. Padahal semestinya, dalam suatu pola asuh pilihan perilaku
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
382
itu harus dilakukan seluruhnya sebagai suatu cerminan “materi” pendidikan untuk anak sejak
dini. Program parenting melalui “Kelas online” semestinya terintegrasi dengan kegiatan
sekolah sebagai salah satu program ungulan sekolah.
Yang tidak kalah penting juga adalah kualitas narasumberbaik secara personal maupun
profesional. Narasumber yang memiliki kualitas secara personal dan profesional akan menjadi
faktor pendudung keberhasilan program pengasuhan online ini.
Berdasarkan hasil temuan sementara di atas, dilakukan uji coba luas dengan
melibatkan subjek atau responden yang lebih beragam, narasumber yang terpilih, dan dengan
aktif melibatkan pihak sekolah melalui kepala sekolah dan guru. Hasil menunjukkan bahwa
Model “Kelas online-Ibu Profesional” efektif dan diharapkan ke depan menjadi perluasan
pengembangan program yang sifatnya tentative dari Lembaga sekolah.
Saran
Bagi pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian ini, pemerintah hendaknya berisiniatif untuk gencar
mengadakan kelas parenting secara online dengan membentuk agen-agen perubahan dari level
terendah (misalnya level kota atau kecamatan melalui organisasi PKK). Hal ini untuk
memfasilitasi para orangtua dengan tingkat kesibukan yang tinggi.
Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjunyta hendaknya memperhatikan latar belakang responden (peserta kelas
online) terutama latar belakang pendidikan. Hal ini nantinya akan berpengaruh dalam teknis
atau tahap praktik pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescence competence &
subtances abuse. Journal of Early Adolescense, 11(1), 5695.
Berkowitz, L. (1993). Agression. its causes, consequences and control. Boston: McGraw Hill
Bodenmann, G., Cina, A., Ledermann, T., & Sanders, M.R. (2008). The efficacy of the triple
p-positive parenting program in improving parenting and child behavior : a
comparison with two other treatment conditions. Behaviour Research and Therapy 46,
411–427 .
Borg & Gall, M.D. (1979). Educational research an introduction. New York: Longman Inc.
Dannerbeck, A.M. (2005). Differences in parenting attributes, experiences, and behaviors of
delinquent youth with and without a parental history of incarceration. Youth Violence
and Juvenile Justice, 3, 3, 199-213.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21
383
Del Vecchio, T., & O’Leary, S.G. (2006). Antecedents of toddler aggression: dysfunctional
parenting in mother–toddler dyads. Journal of Clinical Child and Adolescent
Psychology, 35, 2, 194–202.
Hurlock, E. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayati & Soejarwo). Jakarta: Erlangga.
Leung, C., Sanders, M.R., Leung, S., Mak, R., & Lau, J. (2003). An outcome evaluation of
the implementation of triple p-positive parenting program in Hong Kong. Family
Process, 42, 4, 531-544.
Morawska, A., Sanders, M., Goadby, E., Headley, C., Hodge, H., McAuliffe, C., Pope, S., &
Anderson, E. (2011). Is the Triple P-Positive Parenting Program Acceptable to Parents
from Culturally Diverse Backgrounds. Journal of Child Family Studies, 20, 614–622.
Pachter, L.M., Auinger, P., Palmer, R., & Weitzman, M. (2006). Do parenting and the home
environment, maternal depression, neighborhood, and chronic poverty affect child
behavioral problems differently in different racialethnic groups? Pediatrics, 117, 4,
1329-1338.
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2002). A child world’s: infancy through
adolescence. (9th ed). New York: The McGraw-Hill Companies.
Pius. (2007). Dampak Kekerasan Orangtua Terhadap Perkembangan Anak: Penelitian
Kualitatif Deskriptif. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana
UGM
Sanders, M.R. (2008). Triple p-positive parenting program as a public mental health approach
to strengthening parenting. Journal of Family Psychology 22, 3, 506-517
Sanders, M.R, Markie-Dadds, C., and Lucy A. Tully, L.A., Bor, W. (2000). The Triple P-
Positive Parenting Program: A Comparison of Enhanced, Standard, and Self-Directed
Behavioral Family Intervention for Parents of Children With Early Onset Conduct
Problems. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 4, 624-640
Sanders, M.R., Cann, W., & Markie-Dadds, C. (2003). The Triple P-Positive Parenting
Programme: A Universal Population-Level Approach to the Prevention of Child
Abuse. Child Abuse Review (2003) 12 (3): 155–171
Sanders, M. R., & Woolley, M. L. (2005). The relationship between maternal selfefficacy and
parenting practices: implications for parent training. Child: Care, Health &
Development 31,1, 65–73.
Smetana, J.G. (1999). The role of parents in moral development: a social domain analysis.
Journal of Moral Education, 28 (3), 311-321
Steinberg, L. (2000). Youth violence: do parents and families make a difference. National
Institute of Justice Journal.
Suldo, S.M., & Huebner, E.S. (2004). The role of life satisfaction in the relationship between
authoritative parenting dimensions and adolescent problem behavior. Social indicators
Research, 66 (1-2), 165
Suryono, Y., & Fauziah, P.Y. (2015). Model Pendidikan Karakter bagi ANak melalui
“Sekolah Ibu” Nonformal di Pedesaan. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
19, 2, 230-242.
Recommended