View
725
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
Tugas individu dosen pembimbingAdministrasi perpajakan dan praktikum komputer SRI ZULIARNI, S.sos, MBA
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK dan PENGUSAHA KENA PAJAK
Oleh
NAMA : RETNO SURIPTO
NIM : 1201134787
ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
Daftar pustaka
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian NPWP dan fungsi NPWP
B. pendaftaran untuk mendapatkan NPWP
C. tata cara mendaftar NPWP
D. wajib pajak pindah
E. penghapusan NPWP dan persyaratan
F. penerbitan nomor pokok wajib pajak secara jabatan
G. sanksi yang berhubungan dengan NPWP
H. penetapan pengusaha kena pajak
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pajak bagi sebagian orang seperti pegawai swasta atau PNS bukanlah hal yang asing lagi. Namun
bagi mereka yang membuka usaha wiraswasta mungkin tidak sedikit juga yang belum mengenal
pajak. Seyogyanya pajak itu diharuskan bagi mereka yang merasa sebagai warga negara Indonesia
yang telah memenuhi syarat wajib pajak. Namun penegakkan pajak di Indonesia belum lah
dirasakan oleh semua masyarakat karena kurangnya sosialisasi dan kesadaran diri dari si wajib
pajak itu sendiri. Baiklah untuk turut mengenalkan pajak kepada kita semua kali ini yang saya
akan bahas adalah tentang apa itu Nilai Pokok Wajib Pajak dan penetapan pengusaha kena
pajak
Berdasarkan Pasal 2 ayat (8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012, Wajib Pajak
badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang memenuhi ketentuan
sebagai PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Siapa Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan PKP? Berdasarkan Pasal 1 UU PPN 1984, PKP
adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau menerima barang kena
pajak. Batasan Pengusaha Kecil berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
68/PMK.03/2010 adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto
tidak lebih dari Rp600.000.000,00.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian NPWP dan fungsi NPWP
2. pendaftaran untuk mendapatkan NPWP
3. tata cara mendaftar NPWP
4. wajib pajak pindah
5. penghapusan NPWP dan persyaratan
6. penerbitan nomor pokok wajib pajak secara jabatan
7. sanksi yang berhubungan dengan NPWP
8. penetapan pengusaha kena pajak
BABII
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor pajak yang diberikan kepada mereka wajib pajak
sebagai identitas untuk mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya dalam
membayar pajak. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) ini dapat kita dapatkan setelah kita
melakukan registrasi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan
Potensi Perpajakan (KP4). Dengan menganut sistem self assessment semua wajib pajak wajib
mendaftarkan dirinya sendiri baik secara langsung kepada KPP atau KP4 setempat ataupun
melakukan register secara online dengan e-registration.
Adapun fungsi Nilai Pokok Wajib Pajak itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Sebagai identitas dari si wajib pajak
2. Sebagai alat dalam administrasi perpajakan
3. Dilampirkan atau dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan berkaitan
dengan si wajib pajak
4. Mewujudkan administrasi perpajakan yang tertib dan rapi
Selain fungsi di atas NPWP juga memberikan manfaat kepada wajib pajak yang memilikinya
seperti kemudahan dalam membuat pasport, pengajuan kredit bank, pembayaran pajak final (PPh,
PPN, dll dan beberapa urusan administrasi lainnya. Manfaat lain yang diperoleh adalah pelayanan
dalam bidang perpajakan itu sendiri seperti pengembalian pajak, pengurangan pajak, dan yang
paling vital adalah penyetoran dan pelaporan pajak.
Lalu siapa yang wajib untuk memiliki NPWP ini? Berikut ini ketentuan wajib pajak pribadi yang
saya kutip dari pajak.go.id.
1. Orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas
2. Orang pribadi yang melakukan pekerjaan tidak bebas namun memiliki penghasilan
di atas PTKP
2. Pendaftaran Untuk Mendapatkan Nilai Pokok Wajib Pajak
3. Berdasarkan sistem self assessment setiap WP wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi
Perpajakan (KP4) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
WP, untuk diberikan NPWP.
4. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan
pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
5. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha
berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
6. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
bila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat
pada akhir bulan berikutnya.
7. WP Orang Pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh NPWP.
3. Tata cara Pendaftaran Nilai Pokok Wajib Pajak
Untuk mendapatkan NPWP Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan
menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan:
1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan: Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi
penduduk Indonesia atau foto kopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari
instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.
2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan :
2.1. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa
bagi orang asing;
2.2. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.
3. Untuk WP Badan :
3.1.Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan
dari kantor pusat bagi BUT;
3.2 Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa
bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif;
3.3Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal
kabupaten
Lurah atau Kepala Desa.
4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong:
1.1 Fotokopi KTP bendaharawan;
1.2 Fotokopi surat penunjukkan sebagai bendaharawan.
5. Untuk Joint Operation sebagai wajib pajak Pemotong/pemungut:
2.1 Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation;
2.2 Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation;
2.3 Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa
bagi orang asing, dari salah seorang pengurus joint operation.
6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita
kawin tidak pisah harta harus melampirkan foto kopi surat keterangan terdaftar.
Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.
7. cara daftar nilai pokok wajib pajak online
cara mendaftar online sangatlah mudah , anda cukup mengunjungi website dinas perpajakan
hpp:// pajak.go.idkemudian masuk ke bagian menu”e-registration” kemudian klik”created
account”.kemudian anda diminta untuk mengisi data-data pada bagian pendaftaran tersebut yang
formulirnya sama saja dengan formulir pendaftaran secara manual di kantor pajak.setelah mengisi
semua data , anda akan mendapat konfirmasi melalui email,jika telah berhasil anda dapat login
langsung ke akun anda.kemudian anda dapat mencetaknya formulir tersebut dan menyerahkannya
ke kantor pajak setempat yang dilengkapi dengan foto copy ktp anda.
4 Wajib Pajak Pindah
Dalam hal Wajib Pajak pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha, Wajib Pajak
melaporkan diri ke KPP lama maupun KPP baru dengan ketentuan:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang (Lurah atau
Kepala Desa)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Non Usaha, Surat keterangan tempat tinggal baru dari
Lurah atau Kepala Desa, atau surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.
3. Wajib Pajak Badan, Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha adalah
surat keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala
Desa.
5 Penghapusan Nilai Pokok Wajib Pajak dan Persyaratannya
1. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya
fotokopi akte kematian atau laporan kematian dari instansi yang berwenang;
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,
disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil;
3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila sudah
selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi
oleh para ahli waris;
4. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte
pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;
5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai
Bentuk Usaha Tetap, disyaratkan adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri
dokumen yang mendukung bahwa Bentuk Usaha Tetap tersebut tidak memenuhi syarat lagi
untuk dapat digolongkan sebagai Wajib Pajak;
6. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib
Pajak.
6 Penerbitan Nilai Pokok Wajib Pajak Secara Jabatan
KPP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila WP tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan NPWP. Bila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak ternyata WP
memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP maka terhadap wajib pajak yang bersangkutan
dapat diterbitkan NPWP secara sepihak oleh Direktorat Jenderal Pajak.GHH
7 Sanksi yang berhubungan dengan Nilai Pokok Wajib Pajak
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. A.Berdasarkan PER-31
tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pemotongan, Penyetoran PPh Pasal 21 Pasal
20;
1)Bagi penerima penghasilan yang PPh pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada
tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP 2)Jumlah PPh Pasal 21 yang
harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% (seratus dua puluh
persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak 3)Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final 4)Dalam hal
pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghaslan yang telah dipotong
PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mendaftarkan
diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan paling
lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah
dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terhutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak.
8 Penetapan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Berdasarkan Pasal 2 ayat (8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012, Wajib
Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang memenuhi
ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Siapa Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan PKP? Berdasarkan Pasal 1 UU PPN 1984, PKP
adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak. Namun demikian, Pengusaha Kecil dikecualikan dari kewajiban melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Artinya, Pengusaha Kecil boleh memilih untuk
dikukuhkan PKP atau tidak.
Batasan Pengusaha Kecil berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010
adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih
dari Rp600.000.000,00.
1. Batas Waktu Pelaporan Kegiatan Usaha
Kapan batas waktu pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP? Jawabannya ada di Pasal 4
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010. Pengusaha wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun
buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp 600.000.000,00.
Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tersebut
dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan saat jumlah peredaran bruto dan/atau
penerimaan brutonya melebihi Rp 600.000.000,00. Contoh, jika omzet Rp600.000.000,00
terlampaui di bulan Maret 2012, maka batas waktu pelaporan kegiatan usahanya adalah pada
tanggal 30 April 2
2. Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha
Tempat bagi Wajib Pajak di atas untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
adalah di :
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak; atau
2. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Tempat pelaporan usaha di KPP tertentu ini adalah untuk Wajib Pajak tertentu yang
pengadministrasian nya tidak didasarkan pada wilayah, tapi misalnya pada jenis Wajib Pajaknya
atau memang ditentukan seperti Wajib Pajak yang terdaftar di KPP LTO, KPP Madya, atau KPP
di lingkungan Kanwil Khusus.
Wajib Pajak yang melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dilakukan melalui
permohonan tertulis. Berdasarkan permohonan tersebut, Kepala Kantor Pelayanan Pajak
melakukan pengukuhan PKP paling lambat 5 hari kerja terhitung sejak permohonan diterima
secara lengkap. Proses pengukuhan PKP ini dilakukan melalui kegiatan verifikasi
3. Fungsi Penetapan pengusaha kena pajak
1. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPnBM.
2. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
3. Sarana dalam pemenuhan Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan
Barang Mewah (PPnBM).
4. Penetapan pengusaha kena pajak Secara Jabatan
Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Pengukuhan PKP secara jabatan, apabila WP tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sedangkan berdasarkan data yang dimiliki
Direktorat Jenderal Pajak ternyata Wajib Pajak memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Contoh kasus : WP telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal
20/05/2010. Namun ternyata dikemudian hari diketahui / terdapat data bahwa sejak tahun 2009
WP sudah seharusnya dikukuhkan menjadi PKP. Maka sebenarnya kewajiban sebagai PKP harus
dipenuhi WP sejak tahun 2009 dan Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Pengukuhan PKP
secara jabatan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dapat kita ketahui bersama bahwa NPWP adalah nomor wajib pajak yang wajib dimiliki
oleh para wajib pajak. Fungsi dari NPWP itu sendiri dapat sebagai identitas para wajib pajak,
sebagai alat dalam administrasi perpajakan,dilampirkan di setiap dokumen yang terkait dengan
wajib pajak, dan mewujudkan administrasi perpajakan yang rapi dan tertib.
sebagai seorang yang patuh dengan peraturan negara republik indonesia hendaklah kita
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai mana yang sudah tercantum
Berdasarkan Pasal 2 ayat (8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012, Wajib
Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang memenuhi
ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Dan Berdasarkan Pasal
1 UU PPN 1984, PKP adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
menerima barang kena pajak
Akan tetapi nomor pokok wajip pajak dapat tidak berlaku apabila tidak sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan kepada wajib pajak
Dapat disebabkan karena: a)Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan,
disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau laporan kematian dari instansi yang
berwenang, b)Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,
disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil;
c)Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila sudah
selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh
para ahli waris, d)Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya
akte pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;
e)Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk
Usaha Tetap, disyaratkan adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang
mendukung bahwa Bentuk Usaha Tetap tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat
digolongkan sebagai Wajib Pajak;
f)Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak.
Maka dari itu penulis mangharapkan semua para wajib pajak bayarkan pajak anda sesuai dengan
kewajiban yang harus dibayarkan. Karna pajak merupakan modal pembangunan bangsa
“Saya bangga bayar pajak”
Daftar Pustaka
1 Mardiasmo. 2006. Perpajakan: Edisi Revisi 2006. Yogyakarta:CV ANDI OFFSET.
2 Mardiasmo. 1991. Perpajakan:Cetakan keenan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
3 Soemitro, Rochmat. 1993. Pajak Penghasilan. Bandung: PT. Eresco.
4 http://id.google.com diakses tanggal 17 oktober 2013
SITUS WEB
1 Budiyono dan Abdul Koni. 2009. Pajak untuk Non NPWP. [Tersedia] www.infopajak.com
(03 juni2010).
2 Rudi. 2008. Tarif Pajak Versi Undang – Undang Baru. [tersedia] www.klinik- pajak.com
( 02 Juni2010).
3 Wahyudi, Dudi. 2008. Tarif Pemotongan Pajak Lebih Tinggi untuk Wajib Pajak Non
NPWP. [tersedia] www. Google.com (01 Juni 2010).
4 Wahyudi, Dudi. 2008. PPh Pasal 21 Baru. [Tersedia] www.Google.com (02 Juni 2010).
Recommended