View
4.387
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Mengapa Orang Malas Serius
Beragama
Tulisan sederhana ini saya dedikasikan kepada Truth, Critical Thinking, Courage, dan Peace.
Kepada semua orang yang memilih kebenaran walau menyakitkan daripada kepalsuan yang menyenangkan…
Kepada semua orang yang tidak memberi alasan untuk tidak menggunakan pikiran…
Kepada semua orang yang tidak sekedar menerima ajaran dari orangtua atau masyarakat tanpa berpikir kritis…
!Karya ini dibuat hari Sabtu, 20 Maret 2010, dari jam 11.36 siang sampai jam
15.37 sore oleh Aidil Rizali. Segera karya ini saya jadikan public domain
yang berarti Anda bisa mengaksesnya tanpa memperdulikan hak-hak saya
sebagai penulis dan berarti karya ini sama sekali tidak dilindungi undang-
undang negara manapun.
Saya mendukung Copyleft.
dan Knowledge Should Be Free Movement sepertiyang diadvokasikan oleh Komisi Eropa.
Pembuka
Bagi banyak orang, agama mereka adalah bagian penting atau bahkan
terpenting dari identitas mereka. Ini dapat dibuktikan misalnya, kalau dulu
anda sekolah, anda bisa mengatakan kepada teman anda, ‘Woi dasar Arab
lho!’ atau ‘Batak, batak’ atau ‘Wong Jowo’, dan teman anda biasanya
tertawa saja dikatain seperti itu. Saling mengejek suku bangsa lumrah.
Begitu juga mengejek jenis kelamin, kita kan sering mendengar seorang
perempuan curhat, ‘Semua lelaki begini atau begitu’, dan banyak laki-laki
pun suka komplain, ‘Ah perempuan bawel’. Dan mereka pun masih bisa
berteman. Bahkan mungkin anda juga pernah ‘perang nama orangtua’, anda
akan mengejek nama orangtua teman anda (teman disini ya teman sekolah,
biasanya SMP) lalu dia juga akan balas menyebut nama orangtua anda.
Bayangkan, hal sesensitif nama orangtua saja masih bisa ditoleransi.
Tapi saya sama sekali belum pernah dengar orang mengatakan, ‘Woi
dasar Kristen lu!’, atau ‘Islam, Islam’ atau agama lain secara terbuka, baik
bercanda atau serius. Agama terlalu dianggap serius rupanya. Orang bisa
marah walaupun teman dekat sekalipun. Bahkan bukan satu dua orang saja,
semua orang tiba-tiba merasakan dinding yang memilah mereka. Bisa saja
semua orang beragama itu jadi kalang kabut. Hal ini tidak terjadi pada jenis
kelamin atau suku bangsa. Kalau seorang perempuan mengatakan, ‘laki-laki
tukang bohong.’ Tidak lantas semua laki-laki kesal. Kalau seorang teman
mengatakan, ‘Lambat banget nih Jawa.’, orang-orang Jawa lain pun santai-
santai saja. Tetapi kalau kita bilang ‘Nih Muslim bego banget’, ‘Tuh Kristen
tolol’, tiba-tiba semua Muslim atau Kristen jadi ikutan kesal. Hal ini hanya
terjadi pada agama. Ironisnya kebanyakan dari kita sebenarnya justru malas
serius beragama. Orang-orang yang gampang kesal karena agama biasanya
orang-orang yang kalau kita ajak shalat lima waktu di mesjid atau aktif di
gereja justru malas-malasan.
Lalu apa tanda-tanda orang yang serius beragama itu sendiri? Mari kita
lihat bersama dihalaman-halaman selanjutnya.
Penulis
Daftar Isi
Mengetahui Sejarah Agama
Membandingkan Agama
Pusing Beragama
Ekstrim Beragama
Agama Konsumerisme
Membuat agama sendiri
Theis
Atheis
Apatheis
Apa Yang Anda Percaya Belum Tentu Yang Benar
Penutup
Mengetahui Sejarah Agama
Lain kali anda ke mesjid, coba anda tanya beberapa orang dari mulai anak
kecil sampai orang yang sudah tua beberapa pertanyaan berikut:
1. Coba sebutkan 10 saja nama sahabat Nabi.
2. Tahun berapa Fath Mekkah terjadi.
3. Apa perbedaan terpenting antara Mazhab Syafi’i dan Maliki.
Kecuali mesjid anda ada di pesantren, umumnya orang sama sekali tidak
bisa menjawab ketiga pertanyaan diatas.
Jadi sangat timpang bahwa orang menganggap agama sesuatu yang penting
tetapi kemudian kebanyakan bahkan tidak mengenal (atau merasa tidak perlu
mengenal) banyak hal tentang agamanya.
Bahkan orang yang belajar sejarah agama kadang-kadang tidak bisa
menentukan siapa yang paling dekat dengan Nabi diantara Ali dan
Mu’awiyah. Padahal bila cermat, kita akan memilih jawaban Ali karena Ali
adalah keponakan Nabi, yang juga menantu Nabi, dan Ali merupakan salah
satu muslim pertama. Sedangkan Mu’awiyah baru masuk Islam setelah Fath
Mekkah. Nabi sendiri pernah bilang bahwa berbeda orang yang masuk Islam
di awal Islam (saat lagi lemah dan diserang) dan ketika Islam sudah jaya.
Orang-orang ini termakan saja dengan ucapan bahwa seorang Muslim harus
menganggap sama semua sahabat Nabi. Padahal Nabi sendiri tidak
menganggap sama semua sahabatnya. Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali
lebih dekat kepada Nabi karena mereka semua merupakan menantu atau
mertua Nabi selain menjadi sahabat, dan keempat orang ini pula yang lazim
dianggap sebagai khalifah teladan.
Orang lalu juga sering tidak tahu sejarah datangnya agama ke keluarga
mereka. Harap anda sadar bahwa keluarga anda tidaklah selalu beragama
Islam (atau Kristen dst), pasti ada satu generasi di pohon keluarga anda yang
tadinya diluar agama tersebut memilih (atau bahkan dipaksa, kita tidak akan
pernah tahu secara pasti) untuk masuk agama tersebut.
Walaupun suatu ajaran agama bisa jadi mengajarkan jangan memaksa orang
lain beragama, tetapi dalam prakteknya, pemaksaan agama bisa saja
dilakukan. Ketika Islam menaklukkan Spanyol, ada data yang menunjukkan
beberapa orang Kristen dan Yahudi dipaksa masuk Islam. Beberapa ratus
tahun kemudian juga di Spanyol, justru gantian orang Islam dan Yahudi
dipaksa masuk Kristen. Ini bukan fenomena khusus di Spanyol, ini terjadi
diseluruh dunia. Silahkan dicek.
Atau bisa jadi orang masuk suatu agama karena agama itu populer dan
mereka merasa akses untuk posisi penting di pemerintahan tidak bisa mereka
raih kalau tidak pindah agama. Ketika Kaisar Konstantin pindah dari agama
Romawi ke agama Kristen, banyak pejabat-pejabatnya yang langsung pindah
agama juga, percaya atau tidak percaya itu urusan belakangan.
Orang yang serius beragama pasti akan tertarik mengetahui sejarah
agamanya mulai dari siapa orang-orang penting, apa kejadian-kejadian
penting dan dimana tempat-tempat penting agamanya. Banyak orang
menggunakan tameng ‘sibuk’ untuk membenarkan kurangnya pemahaman
mereka akan agama mereka sendiri. Padahal jika saja anda menganggap
mengetahui lebih dalam tentang agama anda sama pentingnya dengan makan
dan buang air pastilah anda akan menyediakan beberapa menit sehari untuk
belajar. Dan jika itu dikalikan dengan umur anda sekarang, anda pasti sudah
tahu banyak.
Walau Nabi mengatakan orang yang berilmu itu lebih tinggi derajatnya
dibanding orang yang hanya sekedar shalat atau baca Qur’an tetapi tidak
paham artinya, kebanyakan Muslim justru melakukan kebalikannya.
Kebanyakan malah mementingkan shalat atau baca Qur’an tanpa tahu arti
dari apa yang mereka ucapkan. Mereka tidak tertarik kepada Asbabun Nuzul
dan Asbabul Wurud, bahkan banyak yang tidak tahu arti dua kata tersebut.
Asbabun Nuzul adalah Sebab Turun dari suatu ayat. Asbabul Wurud adalah
Sebab Dikatakan suatu perkataan oleh Nabi (hadist). Hal ini juga terjadi
pada pengikut agama lain. Tanyalah kepada seorang Kristen atau Hindu atau
Buddha atau Yahudi atau Jain atau Shinto seberapa banyak ayat yang
mereka hapal, kebanyakan hanya hapal 0.1% dari isi kitab mereka.
Banyak orang beragama yang tidak tahu sejarah hari raya mereka. Di agama
Kristen misalnya, banyak pengikut Kristen yang tidak tahu atau tidak perduli
bahwa perayaan hari lahir Yesus ada yang jatuh pada tanggal 25 Desember,
ada yang tanggal 7 Januari dan ada yang tanggal 6 Desember. Banyak yang
tidak perduli bahwa hari Natal kini menjadi hari penuh konsumerisme, yang
sebenarnya bertentangan dengan ajaran Kristen sendiri. Sekarang justru
kalau Natal yang banyak adalah film Sinterklas, padahal Sinterklas kan
fiktif, padahal hari Natal hari raya untuk Yesus bukan untuk merayakan
Sinterklas. Tapi banyak orang tidak ambil pusing, maunya fun saja.
Membandingkan Agama
Banyak orang bilang semua ‘agama’ itu benar. Itu bisa terjadi karena mereka
bersikap sopan dan diplomatis atau mereka serius percaya hal itu benar.
Kalau mereka serius mengatakan semua agama itu benar, makna benar itu
apa?. Memang benar semua agama benar bagi pengikutnya masing-masing.
Sama seperti semua agama itu salah bagi bukan pengikutnya.
Tetapi agama itu tidak mungkin benar semua karena terjadi banyak
kontradiksi kepercayaan antar agama. Jika agama ini mengatakan tuhan
hanya satu, lalu agama itu mengatakan ada ratusan tuhan, tidak mungkin
dua-duanya benar. Akan lucu bila kita percaya setelah kita mati ada
beraneka ragam surga dan neraka untuk masing-masing pengikut agama.
Islam jelas-jelas mengatakan semua orang yang tidak percaya kepada
Allah dan Rasulullah ya akan masuk neraka selama-lamanya. Dalam
kepercayaan Kristen justru terbalik, kalau seorang Kristen percaya pesan
Rasulullah justru ia dianggap telah murtad dari Kristen dan masuk neraka.
Karena agama dianggap isu sensitif dan sangat pribadi biasanya orang
memilih tidak membandingkan satu agama kepada agama yang lain. Padahal
membandingkan itu adalah hal yang lumrah dan naluriah. Kita membanding-
bandingkan segalanya. Mau beli mie kita bandingkan dulu. Mau beli susu
bayi kita bandingkan dulu baik harga maupun kualitas dari berbagai macam
merek susu. Mau beli mobil, rumah, mau nonton film, dengar musik, baca
buku, semuanya ada berbagai pilihan dan kita pasti pilih. Yang paling jelas
adalah memilih pasangan hidup. Sadar atau tidak dari ratusan atau belasan
lawan jenis yang menarik pada akhirnya kita memilih satu saja kan? Nah
disini kita memilih pegangan hidup.
Disini kita harus jujur dulu pada diri sendiri apakah kita ikut suatu agama
karena agama itu benar atau karena itu agama yang dianut oleh orangtua kita
dan sejak kecil diajarkan kepada kita sehingga agama itu kita anggap benar?
Memang susah untuk bersikap objektif dalam hal agama karena agama
sudah sama seperti makanan, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan amat
susah untuk dirubah. Anda biasa puluhan tahun makan nasi, hingga merasa
bila belum makan nasi sama saja belum makan. Anda bingung bagaimana
orang lain (seperti orang Eropa atau Amerika) bisa kenyang tanpa makan
nasi. Nah orang Amerika pun berpikiran seperti itu.
Agama manapun sebenarnya juga banyak konflik dengan ‘dirinya’
sendiri. Agama Islam umum dibelah lagi menjadi agama Islam Sunni dan
Islam Syiah. Nah banyak orang Sunni yang bilang Syiah itu sesat dan bukan
Islam. Didalam Sunni sendiri ada berbagai mazhab. Mazhab Maliki, Syafii,
Hambali, Hanafi dan banyak lagi, walaupun mereka saling menghormati
tetapi dalam realitasnya tidak selalu begitu. Lalu kemudian ada perbedaan
antara tradisionalis dan modernis seperti NU dan Muhammadiyah. Tidak
jarang orang-orang ini berantem, baik berantem secara ide, mulut bahkan
fisik. Ironis kan?
Agama harus bisa dilihat sebagai suatu ‘ide’ sama seperti ide-ide lain.
Ide selalu berasal dari seseorang dan ide itu bisa diterima dan ditolak, ide itu
bisa didukung, bisa dikritik. Hanya dengan meneliti agama secara objektif
dan tidak memasukkan ego kita didalamnya, membandingkan agama bisa
berlangsung jernih. Bila ide membandingkan agama kita dengan agama lain
terlihat seperti hal yang besar, ya coba bandingkan perbedaan dalam agama
sendiri. Walaupun sama-sama Islam atau Kristen atau Hindu, banyak
pemuka-pemuka agama yang punya penafsiran dan ritual yang berbeda.
Pusing Beragama
Orang malas serius beragama karena kalau dipikirin serius kita bisa jadi
pusing. Pusing beneran. Mencari kebenaran bukan hal gampang lho. Ini hal
sulit. Sama sulitnya dengan menahan sakit di ginjal atau sakit jantung atau
sakit kepala. Kebanyakan dari kita lebih memilih di kasih obat penghilang
rasa sakit yang memberi ‘ilusi’ sehat daripada merasakan ‘kebenaran’ sakit.
Orang tidak mau susah-susah intinya begitu. Toh bagi kebanyakan orang,
agama itu bukan hal terpenting dalam hidupnya. Banyak orang cuma
berpikir bahwa agama itu penting. Tapi lihat dibanyak rumah, buku-buku
agama dibeli tapi tidak dibaca. Kamar anak-anak isinya poster idola
Amerika atau Jepang. Kebanyakan film dan musik adalah film dan musik
sekuler yang tidak bernapaskan agama sama sekali.
Ekstrim Beragama
Orang juga malas serius beragama karena mereka takut jadi fanatik. Banyak
yang bilang kalau kita beragama harus fanatik. Tetapi fanatik ini membuat
kita jadi serasa wakil Tuhan yang bebas menyakiti orang lain atas nama
agama. Banyak juga orang yang jadinya hidup di jaman lampau, mereka
mencoba mengimitasi secara literal kehidupan pendiri agama mereka.
Jadinya mereka tidak cocok dengan kehidupan modern. Ada juga yang jadi
aneh, benci kepada orang Amerika misalnya. Padahal orang Amerika itu kan
sangat plural beraneka ragam. Atau benci orang Muslim atau Kristen atau
Hindu. Bencilah kepada orang karena perkataan atau perbuatannya salah
bukan karena latar belakang agama atau ras.
Sombong Beragama
Walaupun semua ajaran moral tidak suka orang sombong, menjadi orang
yang tahu banyak tentang agama malah bisa menjadikan orang itu merasa
dirinya tinggi, lalu pergi kemana-mana, ke daerah-daerah merasa dirinya
pemegang cahaya kebenaran. Akhirnya orang muak.
Karena tidak mau tersentuh ‘penyakit’, orang-orang yang sombong ini
maunya dekat-dekat dengan grup mereka saja. Jika anda berbeda sedikit saja
dengan apa yang mereka anggap benar, mereka langsung menjauhi anda.
Mereka serius beragama tetapi belum tentu mereka benar dalam beragama.
Sama seperti anda serius berolahraga tetapi belum tentu anda melakukannya
dengan benar (mungkin pemanasan anda sedikit hingga keram, mungkin
anda tidak pendinginan).
Agama Konsumerisme
Walau mereka tidak akan mengakuinya sampai mati, kebanyakan orang
sebenarnya beragama yang sama yaitu agama Konsumerisme. Tanya setiap
anak sekolah, apakah mereka lebih suka mendengar musik pop atau musik
relijius? Yang saya lihat mereka semua lebih suka mendengar musik pop,
bahkan yang sekolah di sekolah relijius. Saya pernah dibuat terkejut ketika
acara pentas seni yang dibuat suatu sekolah relijius isinya menyanyikan
lagu-lagu pop lokal dan Barat saja, hanya dibuka dengan pembacaan Al-
Qur’an.
Lalu lihat di bioskop, orang lebih suka menonton film-film action,
romance, comedy, animation daripada film relijius. Ini merata bagi pengikut
agama manapun. 10 film terlaris sepanjang masa semuanya adalah film non-
relijius (Avatar, Titanic, Lord of the Rings, Spider-Man, Batman, dsb). Jadi
orang-orang beragama ini lebih suka makhluk ciptaan imajinasi manusia
daripada makhluk yang benar-benar ada ciptaan Tuhan. Orang malas nonton
dokumenter film tentang binatang dan tumbuhan betapapun bagusnya.
Lalu lihat apa yang orang lakukan jika ia punya kelebihan uang, apakah
mereka memberikannya kepada orang miskin atau yatim piatu atau mereka
memilih beli mobil, renovasi rumah, makan-makan, beli handphone, dan
liburan ke luar negeri.
Banyak orang yang ibadahnya rajin tetapi tidak pernah mengajak
keluarganya mengunjungi panti asuhan, panti jompo, umumnya mereka pada
sibuk ke mal-mal saja. Padahal ajaran agama secara gamblang mendorong
orang untuk perduli kepada masalah sosial dan tidak egois hanya
mementingkan kesenangan diri sendiri dan keluarga. Di mal mereka shalat.
Pertanyaannya, mereka itu shalat kepada Tuhan atau kepada Mal? Apakah
mereka berucap bismillah (dengan nama Allah) atau bismalah (dengan nama
Mal), apa mereka mengucap Allahuakbar atau Malkuakbar (Mal ku maha
besar)? Terimakasih Mal, berkat Engkau saya bisa foya-foya disini bareng
keluarga (atau teman).
Membuat agama sendiri
Entah kenapa di Indonesia orang harus mengikuti satu dari lima agama
‘resmi’ pemerintah, padahal kebebasan beragama adalah hak asasi semua
orang. Banyak pengikut agama-agama ‘lokal’ tidak diterima di pemerintahan
dan mereka pun harus pura-pura ikut agama lain. Coba kita empati kepada
mereka. Bayangkan kalau ada negara yang melarang kelima agama resmi
ini, kesal kan kita?
Tidak semua orang merasa puas dengan agama yang diikuti orangtua
mereka dan yang dicekoki disekolah. Seorang David Koresh membuat
agamanya sendiri yaitu agama Davidian, dia bilang dia adalah Tuhan, dan
ternyata ada saja yang percaya. David dan 54 pengikutnya ditembak sampai
mati oleh pemerintah Amerika Serikat.
Agama baru yang cukup terkenal adalah agama Saintologi, agama Tom
Cruise. Agama ini dibuat Ron Hubbard, tadinya sekedar untuk terapi tetapi
banyak orang mulai suka sehingga akhirnya pada tahun 1993 Saintologi
resmi menjadi agama. Ron bilang Tuhan bernama Xenu membawa miliaran
manusia dengan kapal luar angkasa yang amat besar ke bumi 75 juta tahun
yang lalu. Walaupun ini tidak masuk akal kebanyakan kita, Tom Cruise dan
teman-temannya benar-benar percaya hal ini.
Di jaman Nabi Musa, ada juga orang yang membuat sapi sebagai tuhan.
Patung anak sapi yang dibuat oleh tangan sendiri kemudian disembah. Ada
saja yang ngikutin.
Orang dapat dan mau percaya apa saja. Apalagi bila keluarga mereka
percaya hal yang sama dan ajaran itu diajarkan sejak kecil. Betapapun orang
diluar agama mereka melihat agama mereka itu tidak masuk akal. Kalau
orang bisa percaya sapi itu tuhan dan manusia dibawa tuhan melalui kapal
luar angkasa ke bumi, orang bisa percaya apa saja. Di India dulu, janda yang
ditinggal mati suami harus membakar diri sendiri biar menemani suami di
alam lain. Walaupun mereka takut, mereka tetap menjalankan ritual ‘gila’
ini. Di suku Aztec, mereka percaya lima dewa mereka bunuh diri agar
manusia dapat hidup terus. Maka untuk membayar pengorbanan ini setiap
tahun mereka mengorbankan gadis tercantik untuk dibakar hidup-hidup.
Hampir 250,000 manusia dikorbankan untuk ritual ini pada abad ke-15. Bagi
suku Aztec, pengorbanan ini dianggap sakral dan orang yang akan dibunuh
merasa terhormat dipilih sebagai korban. Itulah yang namanya keyakinan.
TheisTheis sebenarnya mencakup semua orang yang percaya adanya
Tuhan/Dewa/Pencipta. Tetapi istilah ini kemudian khusus menjadi milik
orang-orang yang setelah membandingkan agama demi agama demi agama,
memilih untuk tidak beragama. Jadi mereka percaya akan adanya Tuhan
tetapi tidak percaya kepada ajaran manapun dan tidak pula membuat agama
sendiri.
Epicurus seorang filsuf jaman Yunani Kuno mengajarkan bahwa Tuhan
terlalu penting untuk memikirkan nasib makhluknya. Tuhan tidak perduli
anda bahagia atau tidak, karena anda tidak penting bagiNya. Mau semua
manusia bahagia atau sengsara tidak ada pengaruhnya sedikitpun kepada
Tuhan. Jika kita saja manusia tidak perduli kepada nasib semut-semut,
apalagi Tuhan kepada manusia. Perbandingan tinggi manusia kepada semut
dan Tuhan kepada manusia sangat jauuuuhhhhh sekali.
Thomas Jefferson, Presiden ke-3 Amerika Serikat, adalah seorang theis
terkenal. Semakin banyak orang yang percaya kepada Tuhan tapi sangsi
kepada ajaran agama manapun.
Banyak orang mengagumi karya orang yang lain agama. Seorang Muslim
yang taat bisa jadi menyukai yoga (yang dibuat orang Hindu), The Beatles
(orang Kristen), karate (orang Shinto), bahkan karya dan produk orang ateis
sekalipun, sadar tidak sadar. Lalu kemudian ia berdoa yang intinya semua
Muslim akan selamat sedangkan non-Muslim walaupun berbuat baik
sebanyak apapun tetapi karena bukan Muslim, akan disiksa di neraka.
Seperti tidak ada yang janggal. Ini juga berlaku dengan seorang Kristen dan
agama lain. Ini yang membuat sebagian orang memilih tidak beragama
manapun karena ide bahwa orang masuk neraka hanya karena salah
kepercayaan tidak dapat mereka terima. Jika di dunia ini ada rezim yang
memasukkan semua orang yang beragama A ke surga dunia dan semua
orang diluar agama A itu ke neraka dunia, tentu rezim itu akan dikutuk
habis-habisan oleh negara-negara lain, bahkan bisa diserang. Theis tidak bisa
menerima Tuhan yang memberi mereka pikiran dan hati yang baik bisa
membuat penilaian seperti itu. Seseorang itu dinilai dari perbuatannya.
Hanya karena B beragama sama dengan saya, bukan berarti saya akan beli
karyanya kalau karyanya jelek. Hanya karena C beda agama bukan berarti
saya tidak suka hasil karyanya, kalau hasilnya bagus ya saya suka. Apakah
bisa diterima seorang yang baik, berani dan menolong saya ketika saya
tenggelam masuk neraka karena bukan agama A, sedangkan orang yang
suka menyakiti saya tetap akhirnya masuk surga karena beragama A? Orang
bilang kita tidak bisa mengerti pikiran Tuhan, dan ada yang bilang pada
dimensi tertentu semua itu baik. Padahal dalam kitab suci manapun tidak
akan ada pembenaran memberi makan bayi dengan bangkai tikus, dan tidak
akan ada agama yang mengutuk orang yang menolong orang lain. Bahkan
orang atheis dan apatheis pun setuju. Jadi nilai universal itu ada.
Atheis
Atheis adalah orang yang tidak percaya adanya pencipta yang membuat
manusia. Walaupun di Indonesia atheis dianggap sama dengan komunis
sebenarnya kedua hal ini tidak selalu sejalan. Dan komunis pun sebenarnya
tidak ‘jahat’ seperti yang kita pikir selama ini. Partai Komunis Indonesia
tidak akan pernah menjadi sebesar itu dengan simpatisan puluhan juta orang
bila mereka ‘jahat’. Komunisme mengajarkan suatu masyarakat tanpa kelas
dan tanpa barang pribadi dimana semua orang bisa hidup bahagia.
Komunisme kesal karena sistem kapitalis membuat sedikit orang elite kaya
raya dan kebanyakan orang menjadi buruh mereka dengan kondisi hidup
menyedihkan. Walau idenya bagus, sayangnya pada kenyataannya hal ini
tidak selamanya terjadi. Justru banyak negara komunis menjadi lebih ‘jahat’
kepada rakyatnya daripada negara kapitalis.
Seorang kapitalis juga bisa jadi atheis, siapapun bisa jadi atheis. Bahkan
atheis adalah ‘agama’ terbesar ketiga setelah Kristen (gabungan semua
agama berorientasi ke ajaran Yesus), dan Islam (semua agama yang
berorientasi ke ajaran Muhammad).
Albania adalah negara paling atheis di dunia. Setelah merdeka dari
Kerajaan Turki pada 1912, Albania langsung mengharamkan yang namanya
beragama. Yang menarik, orang-orangnya juga setuju. Orang Albania
melihat semua agama itu sebagai ‘serangan ide asing’. Mereka melihat
agama adalah ‘ancaman dan serangan bagi budaya tradisional Albania’.
Pada tahun 1923, umat Muslim di Albania merubah gaya shalat mereka (jadi
cuma berdiri tanpa rukuk dan sujud), shalat dengan bahasa Albania, dan
membuka jilbab.
Pada tahun 1929, Gereja Albania lepas dari Gereja Katolik. Kemudian
semua sekolah agama dilarang. Dan akhirnya pada tahun 1967, 2.169 tempat
beribadah (mesjid, gereja) dialihgunakan menjadi pusat-pusat budaya
Albania. UUD Albania mengatakan negara Albania adalah negara yang
mendukung atheisme agar masyarakat mempunyai sudut pandang rasional
terhadap kehidupan.
Anak-anak Albania sama sekali tidak tahu tentang agama, tidak ada
satupun buku agama yang bisa ditemukan di Albania. Albania adalah negara
atheis total pertama di dunia (yang kemudian diikuti Korea Utara, hanya saja
Korea Utara masih mempunyai tuhan manusia yaitu Kim Il-Sung. Presiden
kedua Korut dari tahun 1972 sampai ia meninggal tahun 1994. Setelah ia
meninggal jabatan presiden dihapus, dan dalam undang-undang ia ditulis
sebagai the Eternal President. )
Apatheis
Pembuat film Religulous Bill Maher menganggap dirinya seorang apatheis.
Kalau theis percaya adanya Tuhan dan atheis percaya Tuhan tidak ada.
Kaum apatheis tidak mau memikirkan adanya Tuhan atau tidak. Jadi dia
sama sekali nggak mikirin agama. Di otaknya kata ‘Tuhan’ atau ‘agama’
tidak ada. Dia tidak perduli. Kebanyakan dari kita sebenarnya sadar tidak
sadar adalah seorang apatheis. Agama yang kita anut sebenarnya adalah
tradisi keluarga. 99% orang didunia mengikuti agama orangtua mereka, dan
biasanya akan tetap pada agama yang sama. Orang yang pindah agama
sangat sedikit sekali. Orang yang serius beragama dengan cara belajar
sejarah agamanya secara komprehensif dan detil dan membandingkan
ajaran-ajaran agama terlalu sedikit. Mayoritas orang hanya sampai pada kulit
terluar agamanya saja.
Apa Yang Anda Percaya Belum Tentu Yang Benar
Dan sebaliknya apa yang benar belum tentu yang anda percaya. Ini terjadi
setiap hari. Anda percaya sepenuhnya bahwa anda adalah anak kandung
orangtua anda, ternyata anda anak angkat. Anda percaya anak anda normal,
ternyata dia gay. Anda percaya kepada partai dan politikus tertentu akan
membawa kebaikan bagi bangsa, ternyata dia korup. Sesuatu itu benar kalau
sesuai dengan kenyataan. Kalau teman anda bilang dia berumur 20 tahun
tetapi ternyata di akte kelahirannya dia baru berumur 18 tahun, maka teman
anda bohong.
Ada orang yang percaya benar kalau seseorang mendapat musibah, itu
pasti karena dia berbuat dosa. Jadi jutaan orang yang dibunuh, diperkosa,
kena tsunami, kepeleset, kecelakaan, semuanya pantas karena mereka penuh
dosa. Tetapi bila logika ini konsisten, berarti hal kecil macam digigit
nyamuk pun berarti kita berdosa, karena kalau tidak berdosa, maka si
nyamuk tidak akan menggigit kita. Sebaliknya kalau kita dapat kebaikan,
atau uang (walau uang hasil korupsi) maka itu karena kita berbuat baik. Ini
jelas tidak masuk akal dan tidak bisa diterima akal sehat. Sayangnya
kebanyakan orang belum pernah atau belum menguasai kualitas berpikir
kritis, jadilah mereka tetap terperangkap kepada kepercayaan yang salah.
Apa yang anda percaya belum tentu benar, tapi juga belum tentu salah.
Apa yang populer belum tentu benar, tapi juga belum tentu salah. Cari tahu
dong.
Penutup
Walaupun sekarang terlihat ada komunitas-komunitas anak muda yang
relijius dari berbagai agama dan di berbagai negara. Mesjid (tempat sujud)
terbesar didunia bukanlah di Mekkah, tetapi di mal-mal di Dubai, Kuala
Lumpur, Jakarta, dimana orang bersujud kepada barang-barang mahal yang
dibeli agar mereka merasa ‘mahal’ dan up-to-date. Gereja terbesar di dunia
bukanlah di Vatikan, tetapi di stadium-stadium sepakbola di Inggris,
Spanyol, Indonesia, dimana orang tidak capek-capeknya menyebut-nyebut
nama Tuhan mereka sebenarnya, yaitu para pemain bola dan kesebelasan
mereka dengan penuh semangat dan kobaran api perjuangan.
Begitulah dari dulu hingga kapanpun kebanyakan orang akan malas
untuk terlalu dalam menekuni agama, karena agama membosankan dan tidak
fun, sebagaimana dilihat musik, film dan buku bestseller sepanjang zaman
bukanlah buku-buku agama. Memang ada klaim bahwa buku terlaris adalah
Injil atau Al-Qur’an, tetapi kebanyakan yang punya buku suci tidak pernah
membaca buku tersebut sampai habis atau dengan pemahaman yang penuh.
Berbeda dengan orang yang membeli buku novel, biasanya dihabiskan
secepat mungkin. Sebagian beralasan agama terlalu ribet dan bikin pusing.
Sedangkan perangkap bagi orang yang serius menekuni agama adalah
sikap fanatik dan sombong. Seorang yang fanatik dan sombong kepada
kepercayaannya dapat membahayakan dirinya dan masyarakat.
Anda juga mungkin berpikir menjadi theis, atheis, atau apatheis, itu
terserah anda. Sayangnya pemerintah Indonesia masih diskriminatif
sehingga tidak mengakui agama-agama lain seperti agama Yahudi, agama
Jain, agama Shinto, agama Zoroaster. Orang juga harus diberi kebebasan
untuk tidak menganut agama manapun. Seperti di Amerika, Presiden Obama
berkata ‘Orang Amerika adalah orang Kristen dan Islam, Yahudi dan Hindu,
dan orang-orang yang tidak percaya agama manapun.’
Recommended