Click here to load reader
Upload
zikri-nurmansyah
View
41
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
“Philosophical Ethics and Business” di Indonesia
Etika bisnis yang diterapkan pada sebuah perusahaan dapat menjadi pondasi yang kuat
untuk beroperasinya sebuah perusahaan, karena adanya rasa percaya dari masyarakat yang dapat
meningkatkan produktivitas untuk berlangsungnya bisnis tersebut. Namun, saat ini di Indonesia
etika bisnis lemah dalam penerapannya. Banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku
bisnis agar bisnis tersebut tetap berlangsung.
Contoh kasusnya sangat banyak di lapangan, misalnya kasus bakso yang komposisinya
terdapat daging babi, boraks, dan bahan kimia lainnya, sedangkan mayoritas warga negara
Indonesia adalah pemeluk agama Islam yang melarang umatnya untuk memakan daging babi
serta bahan-bahan kimia yang dapat merusak tubuh, dan masih banyak lagi contoh bisnis di
sektor kuliner yang menyalahi etika bisnis. Contoh dibidang jasa yakni permasalah di sektor
perfilman, software, dan lain-lain. Untuk perfilman sendiri banyak pelaku pembajak yang
mengabaikan peraturan-peraturan tentang hak siar, pendistribusian dan peng-copian film.
Praktek bisnis nonetikal ini bukan hanya dilakukan oleh bisnis kecil saja melainkan juga
bisnis-bisnis besar terutama industri. Banyak perusahaan industri yang membuang limbah secara
sembarang tanpa memperhitungkan dampak yang dihasilkan baik bagi masyarakat maupun
lingkungan. Limbah yang merupakan zat sisa tersebut tidak diolah terlebih dahulu, tetapi
langsung dibuang begitu saja ke aliran sungai. Di dalam zat sisa tersebut bisa saja mengandung
racun yang berdampak negatif baik untuk manusianya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Kecenderungan penerapan etika bisnis di Indonesia sungguh memprihatinkan. Moralitas
pengusaha Indonesia masih rendah didukung dengan carut marutnya perundang-undangan serta
hilangnya wibawa aparat penegak keadilan karena kasus korupsi yang menjerat institusi-institusi
negara ini.
Wawasan etika yang buruk menyebabkan kerugian bukan hanya dirasakan oleh manusia
saja melainkan lingkungan disekitarnya. Selain karena peraturan perudang-undangan yang carut
marut juga citra penegak hukum yang rusak karena prilaku oknum didalamnya koruptif sehingga
seolah-olah tidak adanya keseriusan dan ketegasan dalam memberantas bisnis-bisnis yang kontra
dengan etika bisnis yang disepakati bersama.
Etika bisnis dalam tinjauan di Indonesia bisa kita refleksikan pada kondisi krisis ekonomi
sekarang ini. Semakin berlarutnya penanganan krisis membuktikan bahwa etika bisnis
di Indonesia masih buruk baik itu di kalangan swasta dalam hal ini pengusaha, pemerintah baik
dari pusat maupun daerah di segala tingkatan. Adanya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan
oleh kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak transparan, akuntabel, tidak memperdulikan
kepentingan rakyat dan yang lebih utama adalah maraknya praktek KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme).
Rendahnya etika bisnis yang terlihat dari kebijakan pemerintah yang tidak masuk akal
tercermin juga pada hal lain, yaitu kerusakan yang disebabkan oleh praktek KKN (korupsi,
kolusi, Nepotisme). Setiap proyek baik proyek yang didanai oleh pihak luar negeri atau
pemerintah selalu digerogoti oleh para koruptor. Yang terjadi kemudian adalah otak kita telah
dipenuhi oleh otak proyek. Karena dengan adanya proyek tersebut dampaknya adalah pada
pemasukan ke kantong-kantong pribadi yang ujung-ujungnya korupsi.
Apabila kita melihat dari fenomena diatas tentunya kesalahan terbesar dalam memahami
keberadaan etika dan moral dalam suatu bisnis di Indonesia terletak pada kecenderungan untuk
memisahkan keduanya dari keberadaan sistem kemasyarakatan. Etika dan moral dalam
pandangan yang berkembang di Indonesia cenderung dilihat sebagai sebuah variabel yang
semata-mata tumbuh dari dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Jadi tidak diwujudkan
dalam sebuah lingkup yang lebih besar misalnya dalam sebuah negara atau perusahaan.
Maka dari itu, untuk menciptakan etika bisnis yang baik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility), tanggung jawab sosial harus
selalu ada dalam jiwa pembisnis. Karena seorang pembisnis haru tau apa saja yang akan
dipertanggungjawabkan saat melakukan bisnis dilingkungan sosial.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih
maka diharapkan pembisnis tetap bisa bertahan dengan kondisi yang ada.
4. Menciptakan persaingan yang sehat. Dengan adanya persaingan yang sehat dalam berbisnis
maka keuntungan yang dapat diambilpun juga bisa lebih banyak karena timbulnya kreativitas
dari pelaku dengan adanya persaingan yang sehat.
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”. Konsep ini harus selalu diterapkan
dengan memperhtikan lingkungan untuk tempat berbisnis agar tidak menganggu
keberlangsungan sosial selanjutnya dan tidak merusak sumber daya yang sudah ada.
6. Mampu menyatakan yang benar itu benar. Dengan bersifat jujur kepada konsumen akan
mendatangkan hal yang paling baik yakni kepercayaan yang harus ada disetiap bisnis.
7. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah. Dengan adanya saling percaya maka ada rasa persaingan yang sehat
dan tidak ada niat untuk saling menjatuhkan antar pebisnis.
8. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama. Tanpa
melakukan kecurangan terhadap pembisnis lain yang dapat merugikan pihak yang dicurangi.
9. Kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati. Dengan
adanya hal tersebut akan menjadi adanya rasa persaudaraan antar pembisnis yang
menimbulkan rasa saling menjaga dan melindungi.
10. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan. Akar etika ini lebih bersifat tetap dan harus ditaati oleh para
pelaku bisnis yang ada.
Mekanisme Corporate Governance yang dirancang sesuai dengan karakteristik suatu
masyarakat, hanya akan berfungsi optimal jika semua individu yang terkait dengan berbagai
elemen dalam sistem tersebut berpedoman pada aspek moralitas atau etika di dalam
melaksanakan fungsi dan tanggungjawabnya masing-masing. Untuk itu, diperlukan adanya suatu
pedoman etika bisnis yang jelas dan terinci agar setiap pelanggaran moral bisa dipertanggung
jawabkan di hadapan hukum formal.
Kemauan berbagai individu yang terkait dengan sisitem corporate governance untuk taat
asas dan taat hukum serta berpedoman pada etika bisnis di dalam melaksanakan aktivitasnya,
akan sangat menentukan berjalannya sistem yang ada secara lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Novita Sari, 2013.http://novitasari26111995.blogspot.co.id/2014/06/penerapan-etika-bisnis-di-
indonesia.html, (17 Mar 2017, 13.30)
Adi Kurniawan, 2013.http://komang4d1.blogspot.co.id/2013/09/etika-bisnis-di-indonesia.html,
(17 Mar 2017, 14.30)
Afief, 2017.Implementasi etika bisnis di indonesia, page 6-9,
http://www.academia.edu/17255314/IMPLEMENTASI_ETIKA_BISNIS_DI_INDONESIA
Lasmiatun, 2012. Implementasi etika bisnis di indonesia : ada apa di corporate governance,
no.36, page 6. http://ejurnal.stiedharmaputra-smg.ac.id/index.php/DE/article/view/49/48