25
KONSTRUK PSIKOLOGI KESABARAN DAN PERANNYA DALAM KEBAHAGIAAN SESEORANG Oleh: Subhan El Hafiz, Fahrul Rozi, Ilham Mundzir, Lila Pratiwi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA ABSTRAK Kesabaran merupakan konsep yang berakar dari konsep Islam (Shabr) oleh karena itu perumusan konstruk psikologi kesabaran harus mengacu pada sumber awalnya yaitu Al Quran dan Hadits. Penelitian ini dilakukan dengan banyak pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Begitu juga dengan metode, dilakukan dengan banyak metode. Studi 1 adalah pendefinisian psikologi kesabaran menggunakan pendekatan kualitatif dengan tafsir Quraish Shihab terhadap ayat dan hadits yang memiliki kata sabar. Berdasarkan tafsir tersebut peneliti mencari kata kunci dan membuat kategorisasi hingga analisa data. Hasilnya didapat definisi psikologi kesabaran. Studi 2 yang dilakukan pada 86 orang mahasiswa F. Ilmu Kesehatan dan 140 mahasiswa F. Psikologi merupakan tahap pembuatan instrumen pengukuran sabar dengan dua metode, yaitu tes dan skala. Tes bertujuan untuk dapat membedakan kelompok sabar dan tidak serta tingkatannya sedangkan skala hanya melihat tingkatan kesabaran. Hasilnya kedua instrumen cukup baik dalam konsistensi internal Alpha Cronbach, yaitu 0,830 untuk skala dan 0,708. Selain itu tes juga mampu membedakan individu sabar dan tidak sabar. Studi 3 merupakan lanjutan dari studi 2 untuk melihat hubungan kesabaran dengan variabel kebahagiaan. Variabel yang diuji adalah kepuasan hidup, kebahagiaan, dan optimisme. Kepuasan hidup diukur dengan Satisfaction with Life Scale (Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985), Kebahagiaan menggunakan 1 aitem skala (Khalek & Ahmed, 2006), dan optimisme menggunakan Revised-Life Orientation Test (Scheier, Carver dan Bridges, 1994) yang dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman. Hasilnya untuk skala kesabaran didapatkan korelasi yang signifikan dengan kebahagiaan (r=0,346) dan optimisme (r=0,350) namun tidak dengan kepuasan hidup sedangkan untuk tes kesabaran didapatkan korelasi yang signifikan dengan kepuasan hidup (r=0,256) namun tidak dengan optimisme dan kebahagiaan. Kata Kunci: Sabar, Psikologi Kesabaran, Skala Kesabaran, Tes Kesabaran, Kepuasan Hidup, Kebahagiaan, Optimisme.

Penelitian kesabaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penelitian kesabaran

KONSTRUK PSIKOLOGI KESABARAN DAN PERANNYADALAM KEBAHAGIAAN SESEORANG

Oleh:Subhan El Hafiz, Fahrul Rozi, Ilham Mundzir, Lila Pratiwi

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

ABSTRAK

Kesabaran merupakan konsep yang berakar dari konsep Islam (Shabr) oleh karena itu perumusankonstruk psikologi kesabaran harus mengacu pada sumber awalnya yaitu Al Quran dan Hadits.Penelitian ini dilakukan dengan banyak pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Begitu juga dengan metode, dilakukan dengan banyak metode.

Studi 1 adalah pendefinisian psikologi kesabaran menggunakan pendekatan kualitatif dengantafsir Quraish Shihab terhadap ayat dan hadits yang memiliki kata sabar. Berdasarkan tafsirtersebut peneliti mencari kata kunci dan membuat kategorisasi hingga analisa data. Hasilnyadidapat definisi psikologi kesabaran.

Studi 2 yang dilakukan pada 86 orang mahasiswa F. Ilmu Kesehatan dan 140 mahasiswa F.Psikologi merupakan tahap pembuatan instrumen pengukuran sabar dengan dua metode, yaitu tesdan skala. Tes bertujuan untuk dapat membedakan kelompok sabar dan tidak serta tingkatannyasedangkan skala hanya melihat tingkatan kesabaran. Hasilnya kedua instrumen cukup baik dalamkonsistensi internal Alpha Cronbach, yaitu 0,830 untuk skala dan 0,708. Selain itu tes jugamampu membedakan individu sabar dan tidak sabar.

Studi 3 merupakan lanjutan dari studi 2 untuk melihat hubungan kesabaran dengan variabelkebahagiaan. Variabel yang diuji adalah kepuasan hidup, kebahagiaan, dan optimisme. Kepuasanhidup diukur dengan Satisfaction with Life Scale (Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985),Kebahagiaan menggunakan 1 aitem skala (Khalek & Ahmed, 2006), dan optimismemenggunakan Revised-Life Orientation Test (Scheier, Carver dan Bridges, 1994) yang dianalisamenggunakan uji korelasi Spearman. Hasilnya untuk skala kesabaran didapatkan korelasi yangsignifikan dengan kebahagiaan (r=0,346) dan optimisme (r=0,350) namun tidak dengankepuasan hidup sedangkan untuk tes kesabaran didapatkan korelasi yang signifikan dengankepuasan hidup (r=0,256) namun tidak dengan optimisme dan kebahagiaan.

Kata Kunci: Sabar, Psikologi Kesabaran, Skala Kesabaran, Tes Kesabaran, KepuasanHidup, Kebahagiaan, Optimisme.

Page 2: Penelitian kesabaran

Psychologycal Construct on Patient (Sabar) and Its Role for Happiness ;Abstract;Patient (sabar) is a concept that had rooted in Islamic value (shabr), therefore the making ofpatient construct must refer to first source which are Al Quran and Hadits. This research wasconducted in multi approach, qualitative and quantitative. Also for the method, there are multimethod.

Study 1 purpose was to define what is patient (sabar) using qualitative approach. In thisapproach, tafsir of Quraish Shihab for verse and hadits which has had word shabr as data. Basedon this tafsir, researcher define a key word using codification and continued with categorization,till analyze. The result is definition of Psychology of Patient (Sabar).

Study 2 was conduct to 86 undergraduate student from Health Science Faculty and 140 fromPsychology Faculty using 2 instrument to measure patient (sabar), which are test and scale. Testinstrument was created to made distinct between patient and unpatient group and also the level ofpatient (sabar). Scale was created only to see level of patient (sabar) in person. The result showedboth instrument has a good internal consistancy which showed from Alpha Cronbach, 0.830 forscale and 0.708 for test, Result also found, test can made a distinction betwee patient (sabar) withunpatient person.

Study 3 is next phase of second study with purpose of this study is to see correlation of patient toother variabel of happiness. Those variabel were Life Satisfaction, Happiness, and Optimism.Life satisfaction was measured with Satisfaction with Life Scale (Diener, Emmons, Larsen, &Griffin, 1985), Happines measured with singel item (Khalek & Ahmed, 2006), and optimism wasmeasured with Revised-Life Orientation Test (Scheier, Carver dan Bridges, 1994) and thosevariable tested by Spearman Correlation. The result showed scale of patient (sabar) hadsignificant correlation to happiness (r=0.336) and optimism (r=0,350) but there is no correlationto life satisfaction. While patient (sabar) test had correlation to life satisfaction but there is nocorrelation to optimism and happiness.

Keywords: Sabar (Patient), Psychology of Patient (Sabar), Patient (Sabar) Scale, Patient(Sabar) Test, Life Satisfaction, Happiness, Optimism.

Page 3: Penelitian kesabaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Integrasi ilmu Islam dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu misi yang ingin

diemban oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Proses ini juga diupayakan untuk dipenuhi oleh

salah satu amal usahanya yaitu Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA).

Psikologi UHAMKA sebagai bagian dari UHAMKA juga memiliki misi yang sama, yaitu

mengintegrasikan ilmu jiwa (Psikologi) dengan Islam.

Upaya untuk membuat konstruk psikologi kesabaran merupakan salah satu upaya untuk

mencapai misi di atas. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konsep Islam ke dalam ranah

Psikologi sehingga konsep ini tidak hanya indah dalam tataran normatif namun juga sederhana

dalam tataran aplikatif. Pada tataran aplikatif, penelitian ini berupaya membuat konstruksi alat

ukur kesabaran dan tahap-tahap untuk mendorong munculnya kesabaran dalam sebuah

konseling.

Alasan pemilihan sabar sebagai konsep yang akan dikonstruksi karena sabar merupakan

konsep yang sering disampaikan namun banyak terjadi miskonsepsi. Beberapa kesalah konsep

sabar dalam pemaknaannya dalam kehidupan sehari-hari antara lain: sabar disetarakan dengan

pasrah, sabar disetarakan dengan nrimo, atau sabar disamakan dengan menunggu, atau dengan

istilah lainnya yang sering ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Secara konseptual,

penyetaraan diatas sesungguhnya menggiring pada reduksi dan pendangkalan makna sabar yang

sesungguhnya sehingga upaya untuk memahami sabar dalam konsep yang lebih komprehensif

perlu dilakukan.

Namun membahas hanya kesabaran saja belum mampu menjelaskan perannya dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam penelitian ini sabar juga akan dibahas dalam

konteks kebahagiaan seseorang yaitu bagaimana peran sabar dalam kebahagiaan seseorang.

1.2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan membuat kontruk psikologi kesabaran yang

kemudian dikreasikan dalam skala dan tes. Manfaat skala dan tes ini kemudian menjadi dasar

untuk munculnya terapi sabar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, konstruk sabar ini

Page 4: Penelitian kesabaran

juga perlu diuji dalam perannya dalam menghadirkan kebahagiaan dalam diri seseorang.

1.3. Keutamaan (Urgensi) Penelitian

Dalam upaya integrasi Islam dan Psikologi dan mendukung pelaksanaan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK) Fakultas Psikologi UHAMKA, maka penelitian ini menjadi penting

untuk mendukung pelaksanaan integrasi Islam dan Psikologi dalam banyak aspek. Metode dalam

penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam upaya mengintegrasikan Islam dan Psikologi

sedangkan outputnya dapat dimanfaatkan untuk perkuliahan dan penggunaan alat tes/ skala sabar

dalam keseharian.

Selain manfaat berupa munculnya alat ukur kesabaran seseorang, penelitian ini juga

bermanfaat untuk membuat standar konseling untuk terapi kesabaran yang diharapkan dapat

membantu mengatasi masalah individu dan meningkatkan kebahagiaannya.

Page 5: Penelitian kesabaran

BAB II KAJIAN

PUSTAKA

2.1. Sabar

Sabar berasal dari bahasa Arab Sabara. Ia memiliki sejumlah makna, tergantung pada

harf jarrin yang mengikutinya. Sabara ‘ala bermakna bersabar atau tabah hati. Sabara ‘an

bermakna menahan atau mencegah. Sabara bihi artinya menangung (Munawir, 1997).

Menurut Ensiklopedia al-Qur’an, kata sabar disebut sebanyak 103 kali (bandingkan, kata

shalat diungkap sebanyak 124 kali. 25 kali bermakna membakar dan derivasinya, 99 kali

bermakna berdoa dan meminta. Shalat yang bermakna sebagai shalat sebagai bentuk ibadah

“hanya”diungkap sebanyak 83 kali. Zakat, diungkap sebanyak 32 kali, adil 28 kali, afwu 32 kali,

amal 359 kali, fakkara disebut sebanyak 18 kali, Allah, disebut sebanayk 2.698), tersebar dalam

46 surah (terdiri dari 29 surah Makiyah, dan 17 surah Madaniyah), dan 101 ayat. Dijelaskan

bahwa sabar dari segi kebahasaan berarti menahan, puncak sesuatu dan batu.

Al-Ashfahani, dalam kitabnya Mufradat fi Gharabil-Qur’an, menjelaskan bahwa sabar

berarti menahan kesulitan. Namun demikian, kata sabar mempunyai arti berbeda-beda sesuai

dengan objek yang dihadapinya. Jika seseorang mampu bertahan dalam musibahyang

dihadapinya, ia disebut sabar. Lawannya adalah gelisah (jaza’). Sabar dalam perjuangan disebut

dengan berani (syaja’ah); lawannya adalah takut (jubnu). Menahan sesuatu yang

mengkhawatirkan disebut dengan lapang dada; lawannya adalah cemas. Sabar, dengan demikian,

bermakna menahan diri atau tabah menghadapi sesuatu yang sulit, berat dan mencemaskan;

baikbersifat jasmani maupun rohani (Shihab, dkk., 2007).

Kata sabar diambil dari kata yang terdiri dari huruf shad, ba dan ra. Maknanya berkisar

pada tiga hal yakni menahan, ketinggian sesuatu dan sejenis batu. Dari makna menahan, lahirlah

kata konsisten atau bertahan, karena yang bertahan menahan pandangannya pada satu sikap.

Seseorang yang menahan gejolak hatinya dinamai bersabar; yang dipenjara sampai mati dinamai

mashburah. Dari makna kedua lahir kata shubr yang berarti puncak sesuatu dan dari makna

ketiga muncul kata ash-shubroh yaitu batu kukuh lagi kasar atau potongan besi. Ketiga makna

tersebut salng berkaitan. Seorang yang sabar akan menahan diri dan unttuk itu ia memerlukan

kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya.

Quraish shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan bahwa sabar artinya menahan diri

Page 6: Penelitian kesabaran

dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Selain itu, ia menjelaskan

bahwa kesabaran secara umum dibagi menjadi dua. Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran

dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota

tubuh seperti sabar dalam menunaikan ibadah haji yang menyebabkan keletihan. Termasuk pula,

sabar dalam menerima cobaan jasmaniyah seperti penyakit, penganiayaan dan sebagainya.

Kedua, sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar

kepada kejelekan semisal sabar dalam menahan amarah, atau menahan nafsu seksual yang bukan

pada tempatnya (Shihab, 2000a).

Kata sabar didalam Al-Qur’an disebut dalam beragam konteks dan pengertian yang

kemudian, apabila ditelaah bersama, dapat menunjukkan kepada makna tertentu.

2.2. Konstruk Psikologi Kesabaran

Berdasarkan kata kunci di atas, psikologi kesabaran dapat dibagi ke dalam tiga unsur,

yaitu: unsur komponen utama, unsur komponen pendukung, dan unsur atribut dari sabar. Unsur

komponen utama terdiri dari: menahan sebagai respon awal, proses/ aktif, butuh ilmu, dan ber-

tujuan kebaikan. Sedangkan unsur komponen pendukung terdiri dari: optimis, pantang

menyerah, patuh/ taat pada aturan, memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi, kon-

sisten, dan tidak mengeluh. Sedangkan unsur atribut terdiri dari emosi, pikiran, perkataan, dan

perbuatan/ perilaku.

Pembagian ini juga dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.1.Konstruk Psikologi Kesabaran

Unsur Komponen Utama Unsur Komponen Pendukung Unsur Atribut

1. menahan sebagai respon awal,

2. proses/ aktif,

3. Taat/ patuh pada aturan, dan

4. bertujuan kebaikan

1. Optimis2. Pantang menyerah3. Semangat mencari informasi/ ilmu4. Semangat untuk membuka

alternatif solusi5. Konsisten6. Tidak mengeluh

1. Emosi2. Pikiran3. Perkataan4. Perbuatan/ Perilaku

Page 7: Penelitian kesabaran

Unsur komponen utama adalah dinamika yang ada dalam sebuah kesabaran seseorang.

Unsur proses terdiri dari 4 (empat) hal yang harus ada dalam sebuah kesabaran. Kehilangan salah

satu dari unsur aspek menyebabkan segala proses dinamis yang terjadi tidak dapat digolongkan

sebagai kesabaran.

Unsur komponen pendukung adalah unsur yang mewarnai kesabaran seseorang. Unsur

ini terdiri dari 6 hal yang masing-masing perlu ada dalam kesabaran seseorang namun

kekuatannya berbeda-beda. Perbedaan kekuatan dari masing-masing sifat kesabaran inilah yang

nantinya akan menjadi dasar untuk melihat tingkatan sabar seseorang.

Unsur atribut adalah unsur dimana proses sabar terjadi, yaitu emosi, pikiran, perkataan,

dan perbuatan/ perilaku. Setiap kesabaran dapat terjadi pada masing-masing atribut atau keselur-

uhan atribut baik secara bersamaan atau sendiri-sendiri. Walaupun dapat terjadi secara terpisah,

setiap atribut akan mempengaruhi atribut lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka susunan definisi Psikologi Kesabaran adalah seba-

gai berikut: Psikologi Kesabaran adalah respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran,

perkataan, dan perbuatan yang taat pada aturan untuk tujuan kebaikan dengan didukung oleh op-

timis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/ ilmu, memiliki semangat untuk membuka

alternatif solusi, konsisten, dan tidak mudah mengeluh.

Berdasarkan Atribut Psikologi kesabaran maka kesabaran berdasarkan atributnya adalah

sebagai berikut :

1. Atribut emosi

yaitu respon awal yang aktif dalam menahan emosi yang taat pada aturan untuk tujuan ke-

baikan dengan didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/ ilmu,

memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi, konsisten, dan tidak mudah mengeluh.

2. Atribut pikiran

yaitu respon awal yang aktif dalam menahan pikiran yang taat pada aturan untuk tujuan ke-

baikan dengan didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/ ilmu,

memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi,, konsisten, dan tidak mudah mengeluh.

3. Atribut perkataan

Page 8: Penelitian kesabaran

yaitu respon awal yang aktif dalam menahan perkataan yang taat pada aturan untuk tujuan

kebaikan dengan didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/

ilmu, memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi,, konsisten, dan tidak mudah men-

geluh.

4. Atribut perbuatan/ perilaku

yaitu respon awal yang aktif dalam menahan perilaku yang taat pada aturan untuk tujuan ke-

baikan dengan didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/ ilmu,

memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi,, konsisten, dan tidak mudah mengeluh.

2.3. Konsep Umum Kebahagiaan

Seligman (2002) dalam konsep autenthic happiness mengatakan bahwa emosi positif

seseorang terkait dengan hal-hal yang membahagiakan dapat dibagi kedalam tiga kelompok

besar, yaitu: emosi positif terhadap masa lalu, emosi positif terhadap masa kini, dan emosi positif

terhadap masa depan. Untuk masa lalu, emosi positif tersebut adalah kepuasan hidup

(satisfaction), sedangkan untuk masa depan, emosi positif tersebut adalah optimis. Selain itu,

untuk masa kini emosi positif dikenal dengan konsep kebahagiaan.

2.4. Optimis

Ada beberapa konsep yang serupa dalam kajian optimis, yaitu: harapan, berorientasi

masa depan (future-orientation), dan berpikir kedepan (future-mindedness) (Peterson dan

Seligman, 2004). Konsep optimis seringkali menjadi lawan dari pesimis, dan harapan merupakan

lawan dari tanpa harapan. Namun demikian, beberapa penelitian terkait dengan konsep ini

memberikan batasan yang berbeda-beda.

Salah satu kajiannya dari emosi positif masa depan adalah penelitian yang menempatkan

disposisi optimis. Konsep ini menempatkan harapan umum bahwa hal-hal baik akan banyak

terjadi pada masa yang akan datang, dengan demikian, konsep ini adalah perspektif mengenai

bagaimana seseorang mengejar tujuannya. Orang-orang optimis, berdasarkan konsep ini, akan

melanjutkan usaha untuk mencapai tujuannya (Carver & Scheier, 1981, 1990 dalam Peterson dan

Seligman 2004).

Konsep lain dari optimis diajukan oleh Seligman dkk (dalam Peterson dan Seligman,

Page 9: Penelitian kesabaran

2004) yang memberi batasan konsep optimis adalah orang yang mampu menjelaskan kejadian

buruk diakibatkan oleh faktor eksternal, ketidakstabilan, dan sebab yang spesifik. Namun

sebaliknya, jika seseorang menjelaskan kejadian-kejadian buruk dalam kaitannya dengan faktor

internal, kestabilan, dan sebab umum maka individu berorientasi pesimis.

Konsep lain adalah yang diajukan oleh Snyder (1994, 2000 dalam Peterson dan

Seligman, 2004) mengajukan konsep optimis sebagai terminology bahwa dimana individu

berharap bahwa tujuan dapat dicapai. Konsep ini lebih banyak membahas mengenai harapan-

harapan dan seberapa besar harapan itu dapat mendorong orang untuk mencapai tujuannya.

Berdasarkan tiga konsep optimis di atas, dalam penelitian ini konsep optimis yang akan

diteliti adalah konsep optimis yang diajukan oleh Carver dan Scheir (1981, 1990), yaitu disposisi

optimis. Pemilihan konsep ini mengacu pada konsep-konsep kesabaran yang menunjukkan sifat

aktif dalam upaya mencapai tujuan. Untuk mengukur optimis berdasarkan konsep ini, digunakan

Life Orientation Test (LOT). Namun dalam penelitian berikutnya tedapat beberapa revisi terkait

dengan tes ini maka pengukuran kesabaran yang digunakan adalah LOT versi revisi yaitu

Revised Life Orientation Test (LOT-R) (Carver, Scheir, & Bridges, 1994).

Mengacu pada dua variable diatas, maka hipotesa penelitiannya adalah ada hubungan

antara kesabaran dan disposisi optimis.

2.5. Kepuasan Hidup

Konsep kepuasan hidup umumnya mengacu pada memori positif terhadap masa lalu.

Pada orang-orang yang depresi, emosi mengenai masa lalu lebih banyak diwarnai oleh memori

yang menyedihkan dibandingkan memori yang membahagiakan. Walaupun demikian, masih

diperdebatkan apakah emosi senang atau sedih yang mempengaruhi cara berpikir kita terhadap

masa lalu atau sebaliknya (Seligman, 2002).

Kepuasan hidup didefinisikan dalam beberapa teori, diantaranya penjelasan Shin &

Jhonson (1978 dalam Diener, dkk. 1985) yang mengatakan bahwa kepuasan hidup adalah

penilaian menyeluruh dari kualitas hidup seseorang berdasarkan kriteria yang dia tentukan

sendiri. Penjelasan diatas mengacu pada konsep penilaian kepuasan hidup sebagai proses

penilaian dalam kognitif seseorang. Penjelasan ini menekankan bahwa penilaian terhadap

kepuasan hidup harus dilihat dari kondisi kekinian dan dibandingkan dengan kriteria yang

ditentukannya (Diener, dkk. 1985).

Page 10: Penelitian kesabaran

Konsep kesabaran dan kepuasan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi

positif dan karakter positif dalam diri manusia. Jika dilihat apakah kepuasan hidup dan kesabaran

saling berkorelasi, nampaknya agak sulit menjelaskan hubungan kedua variable tersebut secara

teoritis karena sabar berorientasi pada masa depan sedangkan kepuasan hidup berorientasi pada

masa lalu. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa kepuasan hidup kemungkinan tidak

berkorelasi dengan kesabaran atau sebaliknya.

Jika melihat konsep kesabaran yang tidak berhubungan dengan kepuasan hidup maka

sulit untuk dibuat hipotesa bahwa kedua hal ini berkaitan. Namun demikian hal ini tetap akan

diuji dalam penelitian untuk melihat korelasi kedua variable di atas. Untuk mengukur kepuasan

hidup seseorang, digunakan Skala Kepuasan Hidup (Diener, dkk., 1985) yang dibuat

menggunakan beberapa aitem dalam skala tersebut, dengan dasar pemikiran bahwa seseorang

perlu menilai secara keseluruhan terhadap kepuasan hidup yang diukur.

2.6. Kebahagiaan

Ada banyak teori mengenai kebahagiaan, namun jika dibagi kedalam beberapa aspek,

kebahagiaan dapat dibagi menjadi kebahagiaan dalam konsep afeksi, kognisi, sikap, atau

gabungan. Untuk konsep afeksi, teori kebahagiaan Kahneman (2000 dalam Venhooven, 2006)

mengatakan bahwa kebahagiaan adalah gabungan pengalaman afektif yang menjadi dasar

penilaian umum dalam hidup. Dalam konsep kognisi, kebahagiaan adalah penilaian seseorang

terhadap kondisi dirinya dibandingkan dengan standar eksternal atau aspirasinya (McDowell &

Newll, 1987 dalam Venhooven, 2006).

Konsep kebahagiaan diatas terlihat hampir serupa dengan konsep kepuasan hidup kerena

memang sebagian besar konsep kebahagiaan dimulai dengan kepuasan hidup. Namun demikian,

mengacu pada konsep Seligman (2002) kepuasan hidup lebih berorientasi pada emosi positif

terhadap masa lalu sedangkan kebahagiaan berorientasi emosi positif masa kini. Dengan

demikian dapat dipahami mengapa kebahagiaan sangat terikat pada kepuasan hidup karena

individu yang masih merasa tertekan dengan masa lalunya akan menurunkan pemaknaan kondisi

saat ini berupa kebahagiaan.

Konsep kebahagiaan lain adalah kebahagiaan dalam sikap, yaitu sikap positif dalam

menghadapi hidup. Sementara dalam konsep gabungan, konsep yang dijadikan dasar

kebahagiaan adalah subjective well-being yaitu puas dengan hidup (sikap) dan memiliki emosi

Page 11: Penelitian kesabaran

positif. Dengan demikian, konsep gabungan menjelaskan bahwa kebahagiaan adalah sikap yang

positif terhadap hidup disertai dengan emosi-emosi yang juga positif (Venhooven, 2006).

Jika mengacu pada beberapa konsep bahagia yang dijelaskan di atas bahwa seseorang

akan merasa bahagia dalam kognisinya jika dibandingkan dengan kesabaran maka akan terlihat

pola hubungan antara dua variable tersebut. Dalam sabar, individu yakin tujuannya akan tercapai

apabila dia mampu menahan emosi, perkataan, pikiran, maupun perilakunya sehingga orang

yang sabar cenderung akan merasa bahwa kondisi pribadinya tidak jauh berbeda dengan kondisi

yang diharapkan. Dengan demikian, individu yang lebih sabar akan cenderung lebih bahagia

karena yang dirasakannya mendekati konsep idealnya.

Untuk mengukur kebahagiaan yang bersifat kognitif ini maka skala yang digunakan

adalah skala dengan satu pertanyaan, “seberapa bahagia anda?”. Hal ini akan menstimuli kognisi

individu untuk menilai level kebahagiaan individu. Pengukuran ini juga terlihat cukup valid

mengacu pada penelitian Khalek dan Ahmed (2006) yang mengukur kebahagiaan menggunakan

satu aitem skala.

Berdasarkan kajian diatas maka hipotesa mengenai hubungan kebahagiaan kognitif

dengan kesabaran menunjukkan ada hubungan antara kesabaran dengan kebahagiaan.

Page 12: Penelitian kesabaran

BAB III METODE

PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian disesuaikan dengan pendekatan penelitian yang dilakukan. Penelitian

dengan pendekatan kualitatif dilaksanakan di perpustakaan yang mendukung terjadinya proses

diskusi dan referensi yang sesuai dengan tema yang diteliti. Penelitian kulitatif merupakan desk-

research dalam membuat konstruk psikologi kesabaran. Sedangkan lokasi penelitian dengan

pendekatan kuantitatif dilakukan di Universitas Prof.DR.HAMKA (UHAMKA) terutama pada

Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Psikologi.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif

digunakan untuk menyusun konstruk Psikologi Kesabaran dengan metode tafsir tafsir maudhu'i

atau tafsir tematik dengan tujuan—meminjam ungkapan Ali bin Abi Thalib—agar al-Qur’an

menguraikan sendiri maksudnya. Dalam metode ini peneliti akan menghimpun ayat-ayat yang

berkenaan dengan sabar dalam al-Qur’an dari berbagai surat. Lalu, peneliti akan membahas dan

menganalisa kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi kesatuan yang utuh (Shihab, 1995).

Sedangkan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode

survei deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, data dan

informasi yang telah dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner, hasilnya akan

dipaparkan secara deskriptif, dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan di awal penelitian (Riduwan dalam Karim, 2008). Penelitian kuantitatif

digunakan untuk mengetahui seberapa sabar, bahagia, optimis dan puas akan kehidupan

seseorang. Instrumen penelitian kuantitatif terdiri dari skala kesabaran, tes kesabaran,

kebahagiaan, kepuasan hidup dan orientasi hidup.

3.3. Responden Penelitian

Dalam penelitian ini, responden penelitian adalah 86 orang mahasiswa Fakultas Ilmu

Kesehatan dan 120 mahasiswa Fakultas Psikologi.

Page 13: Penelitian kesabaran

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini memiliki instrumen yang terdiri dari lima dan masing-masing memiliki

petunjuk yang berbeda-beda. Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya jawaban responden

yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, penulis memberikan petunjuk pengisian kuesioner

untuk mengantisipasi kesalahan yang terjadi karena kelalaian.

Untuk membuat instrumen pengumpulan data, digunakan :

a. Tes kesabaran : Instrumen tes kesabaran dibuat dengan tujuan untuk dapat membedakan indi-

vidu yang sabar dan tidak sabar sebelum dilakukan pengukuran tingkat kesabaran. Instrumen

ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu bagian untuk mengkategorikan individu sabar atau

tidak dan bagian untuk melihat tingkat kesabaran individu.

Berikut blue print tes kesabaran:

Tabel 3.1Blue Print Tes Kesabaran

Jenis Dimensi Komponen No. AitemPenentuan Kat-egori Sabar

Emosi Patuh/ Taat (Utama) 5*Pikiran Patuh/ Taat (Utama) 7*

PenentuanTingkatan Sabar

Emosi Semangat mencari ilmu dan alternatif solusi 9*Tidak mengeluh 14*

Pikiran Pantang menyerah 1*Optimis 3Semangat mencari alternatif solusi 10Semangat mencari ilmu/ informasi 13Tidak mengeluh 15*

Perkataan Optimis 2*Pantang menyerah 4Semangat mencari ilmu 11

Perbuatan Semangat mencari ilmu dan alternatif solusi 12*Distraktor 6, 8

Pada tes kesbaran ini, untuk kategori sabar menggunakan skoring 1 dan 0, 1 untuk sabar dan

0 untuk tidak sabar. Untuk kategori unfavorable, 0 diberikan untuk yang setuju (S) dan sangat

setuju (SS). Sedangkan pada bagian yang mengukur tingkat kesabaran, penilaian/ scoring

dari 0 sampai 3, dimana pada aitem favorable sangat setuju (SS) diberi nilai 3. Pada tes ini

tidak ada pilihan netral (N) atau tidak tahu (TT) karena individu diminta untuk membay-

angkan jika dirinya ada dalam situasi tersebut.

Tes diatas, pada bagian penentuan tingkatan sabar, cukup reliabel dengan alpha cronbach se-

besar 0.708. Sedangkan validitas konstruk jika dibandingkan dengan resilience, terdapat

Page 14: Penelitian kesabaran

Aite

m5

10

Fre

qu

en

cy

korelasi signifikan sebesar 0,259 (Sig. 0,002). Pemilihan hardiness sebagai penguji validitas

konstruk dikarenakan konsep sabar memiliki kemiripan dengan hardiness walaupun keduan-

ya memiliki konsep yang berbeda. Adapun reliabilitas hardiness dalam penelitian ini adalah

0,503.

Pada bagian untuk menentukan sabar atau tidak seseorang, terlihat bahwa 2 (dua) aitem yang

dimaksud dapat dapat membedakan kedua kelompok secara signifikan. Untuk aitem nomor

5, terdapat perbedan nilai rata-rata skor tingkat kesabaran antara kelompok yang sabar (n=81)

dengan kelompok yang tidak sabar (n=52) sebesar 1,588 (Sig. 0.008), sedangkan untuk aitem

nomor 7, terdapat perbedan nilai rata-rata tingkat sabar antara kelompok yang sabar (n=63)

dengan kelompok yang tidak sabar (n=72) sebesar 1,526 dengan taraf signifikansi 0,035.

Berikut bagan perbandingan skor tingkat kesabaran pada aitem nomor 5 dan nomor 7:

10

8

6

4

2

0

10

8

6

4

2

0

20 25 30

Total Tingkat Sabar

Bagan 3.1Grafik Perbedan Distribusi Nilai

Kelompok Sabar (1) dan Kelompok Tidak Sabar (2) pada Aitem No. 5

Untuk validitas konstruk, selain dilihat hubungan hasil tes kesabaran dengan hardiness, juga

dilihat korelasi antara tes kesabaran dengan kesabaran menurut persepsi diri. Dalam peneli-

tian ini terlihat hubungan antara signifikan antara tes sabar dengan sabar menurut persepsi

diri sebesar 0,228 (Sig. 0,007). Berbeda dengan skala kesabaran, dalam tes kesabaran penilai-

an diri dengan hasil tes berkorelasi secara signifikan.

Page 15: Penelitian kesabaran

Aite

mN

o. 7

10

Fre

qu

en

cy

20

15

10

5

0

20

15

10

5

00 5 10 15 20 25 30 35

Total Skor Tingkat Sabar

Bagan 3.2Grafik Perbedan Distribusi Nilai

Kelompok Sabar (1) dan Kelompok Tidak Sabar (2) pada Aitem No. 7

Jika aitem nomor 5 dan nomor 7 digabung sehingga terdapat tiga klasifikasi nilai, yaitu tidak

sabar (TS=0), agak sabar (AS=1), dan sabar (S=2). Dalam analisa terhadap tingkat kesabaran

dilihat dari tiga klasifikasi ini maka didapat hasil yang bahwa kelompok yang berbeda secara

signifikan hanya pada kelompok tidak sabar (n=53) dengan kelompok agak sabar (n=30) dan

kelompok sabar (n=57). Adapun perbedaan nilai rata-rata antara kelompok TS dengan AS

adalah 3,687 (Sig. 0,003) sedangkan kelompok TS dengan S adalah 4,268 (Sig. 0,0001).

Namun untuk kelompok agak sabar (AS) dan sabar (S) tidak ditemukan perbedaan yang sig-

nifikan, yaitu 0,581 (Sig. 0,631).

Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok hanya dapat dibedakan

pada Tidak Sabar (TS) dengan yang lain, yaitu Agak Sabar (AS) dan Sabar (S). Dengan de-

mikian klasifikasi AS dan S tidak bisa digunakan untuk membedakan tingkatan sabar seseor-

ang berdasarkan tes kesabaran ini.

b. Skala kesabaran. Skala ini disusun berdasarkan sifat unsur kesabaran yang diambil dari kon-

struk psikologi kesabaran yang telah ditentukan. Dari pengertian tersebut, dibuatlah definisi

operasional tentang sabar yaitu (1) optimis dalam menghadapi segala permasalahan, (2)

pantang menyerah dalam pemecahan masalah, (3) semangat mencari ilmu/ informasi, (4)

memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi, (5) konsisten dalam upaya pemecahan

Page 16: Penelitian kesabaran

masalah, dan (6) tidak mengeluh saat menghadapi masalah. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan angket.

Pembuatan Skala kesabaran bertujuan untuk mengetahui tingkat kesabaran seseorang dalam

menjalani hidup. Skala kesabaran ini menggunakan skala Likert yang dimodifikasi dengan

empat alternatif jawaban, yaitu sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3) dan sangat

setuju (4).

c. Kesabaran (penilaian diri). Tes ini berupaya membandingkan konsep kesabaran yang

dimiliki oleh masyarakat dengan konsep kesabaran berdasarkan konsep Psikologi

Kesabaran. Tes kesabaran ini hanya memiliki 1 pertanyaan dengan rentang jawaban 0 – 10.

d. Skala Kebahagian. Tes ini berupaya mengukur kebahagiaan dengan masing-masing 1

pertanyaan dengan rentang skor 0-10, 0 untuk jawaban sangat rendah dan 10 untuk jawaban

sangat tinggi. Tes ini bertujuan untuk mengukur efektifitas skala yang memiliki pernyataan

dan prosedur yang panjang dengan satu pertanyaan yang berkenaan dengan seberapa

bahagia seseorang dalam menjalani hidup. Skala ini bersumber dari penelitian Measuring

Happiness With a Single-Item Scale (Khalek & Ahmed, 2006).

e. Skala Kepuasaan Hidup. Tes ini disadur dari The Satisfaction With Life Scale (SWLS)

(Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985). Tes ini terdiri dari 5 pernyataan yang masing-

masing pernyataan diberikan pilihan jawaban dengan rentang skor 1-7.

f. Tes Optimis (orientasi hidup). Tes ini disadur dari Revised Life orientation Test (LOT-R)

karya Scheier, Carver dan Bridges (1994 dalam Peterson & Seligmen, 2004). Tes ini

merupakan kuisioner lapor-diri yang terdiri dari sepuluh penyataan dengan dua penyataan

pengecoh yang merefleksikan optimis dan pesimistis yang dimiliki oleh seseorang.

Koesioner ini memiliki rentang skor 0-4 (Peterson & Seligmen, 2004).

3.5. Reliabilitas

Berdasarkan hasil analisa terlihat bahwa reliabilitas skala kesabaran adalah 0,830.

3.6. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur yang dilakukan peneliti dalam pengambilan data untuk penelitian kualitatif adalah

sebagai berikut:

1. Menghimpun ayat-ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Page 17: Penelitian kesabaran

2. Membahas ayat-ayat dan hadits yang berkaitan dengan sabar menurut kajian tafsir untuk

menemukan kata kunci dari tiap ayat dan hadits yang berhubungan sabar. Dalam hal ini,

kajian tafsir yang berhubungan dengan ayat atau hadits yang berbicara tentang sabar

merupakan bahan mentah (raw data) penelitian kualitatif ini.

3. Koding: tahapan koding adalah tahapan menetukan kata kunci dari bahasan tentang sabar

sebagaimana tafsir terhadap ayat dan hadits yang berbicara tentang sabar. Pada saat kod-

ing, aktivitas yang dilakukan oleh peneliti adalah membahas inti/ kesimpulan dari tiap

kajian tafsir untuk ditentukan kata kuncinya.

4. Kategorisasi: Berdasarkan kata kunci yang sudah didapatkan peneliti mengelompokkan

kata kunci yang memiliki landasan dan dasar yang serupa. Penentuan jenis kategori tidak

ditentukan diawal namun ditentukan setelah kata kunci ditemukan sehingga proses kat-

egorisasi murni didasari hasil kajian terhadap tafsir dan bukan asumsi awal.

5. Pemodelan: Pada tahap ini, peneliti mengkaji tiap kategori dan melihat kaitan antar kat-

egori sehingga ditemukan model untuk menjelaskan konsep sabar berdasarkan kajian

tafsir dan peran tiap kata kunci dalam model.

Tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang tecakup sebagai

berikut:

1. Penyebaran kuisioner yang berisi skala sabar, tes kesabaran, kesabaran penilaian diri,

skala optimis, skala kebahagiaan, skala kepuasan hidup, dan skala hardiness.

2. Tes dan skala yang sudah dibuat ini kemudian dianalisa untuk melihat hubungan

keduanya sehingga dapat ditentukan validitas eksternal dari kedua alat ukur tersebut dan

hubungan masing-masing variabel dengan variabel lainnya.

3.7. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif analisa data dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation

sedangkan pada penelitian kualitatif, teknik analisa yang dilakukan adalah content analysis

berdasarkan data mentah yang didapat dari kajian tafsir tentang sabar.

Page 18: Penelitian kesabaran

4.1. Diskusi

4.1.1. Diskusi Skala Kesabaran

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penyebaran kuisioner dan skala penelitian, didapatkan responden penelitian

sejumlah 86 orang yang berasal dari Fakultas Ilmu Kesehatan UHAMKA. Semua responden

berasal dari semester awal, semester 1, dan pengambilan data penelitian dilakukan pada minggu

pertama Oktober 2012.

Dalam rangka menghargai peran serta responden dalam penelitian, responden

mendapatkan souvenir berupa ballpoint. Pemberian kuisioner dilakukan dalam masa perkuliahan

dengan meminta izin pada dosen pengampu mata kuliah dalam menggunakan sekitar 10 menit

waktu perkuliahannya untuk melakukan penelitian ini. Berdasarkan izin dari dosen tersebut,

penelitian ini dilakukan.

Hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat peran kesabaran terhadap kebahagiaan

pada masa lalu, masa kini, dan masa depan membuktikan bahwa kesabaran memiliki korelasi

dengan dua dari tiga emosi positif tersebut. Hubungan kesabaran dengan emosi positif masa

depan, yaitu optimisme terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi

sebesar 0,35 (α = 0,01). Sedangkan hubungan kesabaran dengan emosi positif masa kini, yaitu

kebahagiaan memiliki hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi 0,346 (α = 0,01).

Kepuasaan yang mewakili emosi positif masa lalu ternyata menunjukkan tidak ada

hubungan yang sigifikan. Hal ini berarti, kesabaran tidak cukup mempengaruhi perasaan

seseorang terhadap masa lalunya. Walaupun demikian kepuasan tetap saling mempengaruhi dan

saling berhubungan dengan emosi positif masa kini berupa kebahagiaan.

Menariknya, berdasarkan hasil analisa terhadap data korelasi antar variabel, emosi positif

masa kini (bahagia) berkorelasi signifikan pada emosi positif masa lalu (kepuasan) dan masa

depan (optimis). Namun jika dikorelasikan antara kepuasan dan optimisme, dua variabel ini tidak

memiliki hubungan yang berarti. Salah satu penjelasan yang dapat diberikan terhadap hasil ini

adalah kepuasan dan optimisme merupakan dua hal yang berbeda dimana emosi masa lalu

(kepuasan) dan emosi masa depan (optimisme) tidak berhubungan kecuali melalui emosi masa

kini (kebahagiaan).

Page 19: Penelitian kesabaran

Jika dibandingkan indeks korelasi kesabaran dengan kebahagiaan dan optimisme terlihat

bahwa kesabaran lebih berhubungan dengan optimisme dibanding kebahagiaan. Perbedaan

indeks korelasi antara kesabaran dengan optimisme serta kesabaran dengan kebahagiaan adalah

sebesar 0,04. Fakta ini menunjukkan bahwa kesabaran memiliki peran yang lebih besar pada

optimisme seseorang dibanding kebahagiaannya.

Jika dilihat peran kesabaran terhadap optimisme maka secara statistik dapat dilihat bahwa

kesabaran memberi pengaruh sebanyak 12,3% pada rasa optimisme seseorang. Bahkan

kesabaran dapat dijadikan variabel prediksi optimisme. Cara untuk memprediksi skor optimisme

seseorang dapat menggunakan persamaan, Skor Optimisme (y) = 8.438 + [0,75 X Skor

Kesabaran (x)].

Jika peran kesabaran, sebagaimana hasil di atas memberi sumbangan pada rasa optimis

sebanyak 12,3% maka kesabaran hanya memberi sumbangan sebanyak 12% pada kebahagiaan.

Sebagaimana konsep kesabaran dalam penelitian ini bersifat aktif dan memiliki tujuan maka

dapat diterima jika peran kesabaran lebih besar pada optimisme dibandingkan kebahagiaan.

Untuk memprediksi skor kebahagiaan seseorang menggunakan skor kesabaran dapat dilakukan

dengan menghitung Skor Kebahagiaan (y) = 1,862 + [(0,046) X Skor Kesabaran (x)].

Selain itu, jika kita melihat dari sifat kesabaran yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat

dipahami bagaimana peran kesabaran terhadap optimisme yaitu salah satu sifat dari kesabaran

adalah optimisme. Dengan demikian, korelasi antara kesabaran dan optimisme ini juga

memperlihatkan tingkat validitas dari skala kesabaran itu sendiri yang teruji dengan sendirinya.

Hal ini berarti skala kesabaran sudah dapat digunakan untuk mengukur psikologi kesabaran

seseorang.

Tidak adanya korelasi dengan kepuasan hidup juga sudah diharapkan dalam penelitian

ini, yaitu dalam penelitian tentang kesabaran harapan yang ingin dipenuhi adalah kesabaran

berkorelasi sangat kuat dengan optimisme, berkorelasi kuat dengan kebahagiaan, dan berkorelasi

lemah dengan kepuasan. Korelasi yang kuat dengan optimisme karena kesabaran harus memiliki

tujuan ke depan yang menjadi dasar optimisme seseorang, sedangkan korelasi dengan

kebahagiaan dapat dipahami dari unsur aktif serta sifat tidak mengeluh yang menjadi dasar untuk

menerima kondisi saat ini dan merupakan konsep kebahagiaan.

Sabar memiliki korelasi yang lemah dengan kepuasan hidup masa lalu diharapkan dalam

konsep sabar dimana aktifitas sabar berorientasi masa depan yang berpijak pada kondisi masa

Page 20: Penelitian kesabaran

kini. Dengan demikian, sabar tidak banyak berkontribusi pada penerimaan kondisi masa lalu

seseorang. Kepuasan hidup, sebagaiman yang diteliti dalam penelitian ini, justru mendorong agar

individu lebih dapat menerima masa lalunya sehingga secara konseptualpun tidak cukup

berkorelasi dengan sabar.

Mengacu pada hasil analisa diatas, korelasi sabar dengan optimisme sebagaimana

diharapkan terjadi pada responden, begitu juga dengan kebahagiaan, namun tidak ada korelasi

signifikan dengan kepuasan hidup. Penjelasan mengenai tidak berkorelasinya sabar dengan

kepuasan hidup, sebagaimana konsep yang diajukan oleh Seligman (2002) bahwa kepuasan

hidup lebih mengacu pada penilaian masa lalu sedangkan sabar lebih berorientasi pada masa

depan. Dua konsep yang terpisah berdasarkan dimensi waktu ini dapat menjelaskan mengapa

kesabaran tidak banyak mempengaruhi kepuasan hidup.

Namun dalam korelasi antara variable lain, yaitu kepuasan hidup, kebahagiaan, dan

optimisme, terlihat hanya kebahagiaan yang berkorelasi dengan semua variabel lain, namun

optimisme dan kepuasan hidup tidak saling berkorelasi. Penjelasan yang sama mengenai hal ini

juga dapat dijelaskan dari konsep Seligman (2002) yang menempatkan optimisme sebagai

orientasi masa depan dan kepuasan hidup berorientasi masa lalu. Akibat dua dimensi waktu yang

terpisah ini menyebabkan rendahnya korelasi antar variable.

4.1.2. Diskusi Tes Kesabaran

Penelitian yang menguji korelasi tes kesabaran dengan variable lainnya dilakukan pada

140 responden, dengan rincian 39 laki-laki dan 99 perempuan. Penelitian ini dilakukan pada

mahasiswa Psikologi UHAMKA pada bulan November 2012. Hasil penelitian menunjukkan

beberapa temuan menarik terkait dengan hubungan antar variable.

Dalam analisa tes kesabaran antara laki-laki dan perempuan, ditemukan bahwa tidak ada

beda yang signifikan tingkat kesabaran laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa

asumsi yang berkembang bahwa laki-laki lebih sabar (atau sebaliknya) tidak dapat dibuktikan

dalam penelitian ini. Dengan demikian, baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki

kesabaran dalam semua tingkatannya.

Mengacu pada hipotesa pertama, yaitu hubungan antara kesabaran dengan optimisme

yang tidak terbukti dapat terjadi karena kurang baiknya penyesuaian skala optimisme pada

partisipan. Reliabilitas Revised Life Orientation Test (LOT-R) sangat rendah, bahkan mencapai

Page 21: Penelitian kesabaran

nilai negative, yaitu -0,040. Rendahnya reliabilitas ini kemungkinan karena responden tidak

cukup responsive terhadap pernyataan yang ada.

Hal ini juga ditunjukkan dengan ditolaknya hipotesa 4, 5, dan 6 yang ketiganya mencoba

melihat hubungan berbagai variabel yang dikaitkan dengan optimisme. Rendahnya reliabilitas

optimisme yang ditunjukkan oleh reliabilitas LOT-R menyebabkan ketiga hipotesa ini tidak

dapat dibuktikan dan menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan. Hal ini masih perlu dikaji

lebih jauh untuk melihat kesalahan dalam pengukuran.

Begitu juga dengan kebahagiaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara hasil tes kesabaran dengan kebahagiaan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan menggunakan skala kesabaran yang

menunjukkan hubungan kedua variable. Sekali lagi hal ini kemungkinan terjadi karena

kelemahan instrument pengukuran yang digunakan.

Berbeda dengan penelitian yang menggunakan skala sabar pada responden di Fakultas

Ilmu Kesehatan, dalam penelitian ini justru hipotesa kedua terbukti, yaitu ada hubungan positif

dan signifikan antara kesabaran dengan kepuasan hidup. Pada penelitian sebelumnya, kedua

variabel ini tidak ditemukan hubungan dan salah satu penjelasan yang dapat diberikan adalah

kedua hal tersebut terpisah oleh dimensi waktu yang cukup jauh, yaitu masa lalu dan masa

depan. Namun agaknya hasil itu tidak berlaku pada responden di Fakultas Psikologi.

Selain masalah dalam instrument pengukuran, masalah lain yang dapat menyebabkan

ditolaknya hipotesa yang diajukan adalah perbedaan konsep yang cukup mendasar antara kedua

kelompok ini. Kemampuan dalam merespon perlu diperhatikan untuk melihat problem penelitian

ini.

Page 22: Penelitian kesabaran

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan kajian terhadap tafsir Quraish Shihab terhadap ayat dan hadits yang

mengandung istilah dan kata sabar, dapat didefinisikan bahwa psikologi kesabaran adalah

respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang

taat pada aturan untuk tujuan kebaikan dengan didukung oleh optimis, pantang menyerah,

semangat mencari informasi/ ilmu, memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi,

konsisten, dan tidak mudah mengeluh.

2. Skala sabar dan tes kesabaran memiliki konsistensi internal (reliabelitas) yang cukup

tinggi sehingga dapat digunakan sebagai instrument pengukuran. Adapun nilai reliabilitas

dari skala kesabaran adalah 0,830 dan tes kesabaran 0,708. Selain itu, tes kesabaran

mampu membedakan individu yang tidak sabar dengan individu yang sabar.

3. Skala kesabaran berkorelasi dengan kebahagiaan dan optimisme namun tidak berkorelasi

dengan kepuasan hidup. Sebaliknya, tes kesabaran berkorelasi dengan kepuasan hidup

namun tidak dengan kebahagiaan dan optimisme.

4. Pada skala kesabaran, korelasi dengan optimisme lebih tinggi dibanding dengan korelasi

dengan kebahagiaan namun hal ini tidak dapat dibuktikan pada tes kesabaran.

5. Penelitian yang dilakukan pada responden dari Fakultas Ilmu Kesehatan menunjukkan

adanya saling korelasi antara kebahagiaan, kepuasan hidup, dan optimisme. Pada peneli-

tian yang dilakukan pada responde dari Fakultas Psikologi hanya ada korelasi antara ke-

puasan hidup dan kebahagiaan namun tidak ada korelasi dengan optimisme.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

Page 23: Penelitian kesabaran

1. Pengujian skala dan tes kesabaran pada kelompok lintas agama untuk melihat apakah

konstruk sabar yang dibuat berdasarkan konsep Islam, al Quran dan Hadits, dapat diter-

ima oleh berbagai golongan termasuk bagi individu dari kelompok agama lain.

2. Begitu juga pengujian skala dan tes kesabaran pada kelompok lintas budaya dan tidak se-

batas sub-budaya perlu dilakukan untuk melihat apakah konstruk kesabaran ini, beserta

instrumennya, berlaku untuk budaya lain dan negara lain.

3. Kajian lebih komprehensif dalam menguji validitas skala dan tes karena dalam penelitian

ini belum didapatkan hasil yang konsisten jika instrumen diujikan pada komunitas yang

berbeda.

4. Penelitian selanjutnya juga perlu mengkaji variable-variabel yang mempengaruhi

kesabaran, seperti religiusitas, self efficacy, dan sebagainya untuk memahami konstruk

ini dengan lebih baik.

5. Perlu juga dikaji ada tidaknya perbedaan konsep sabar pada masyarakat dengan konstruk

sabar yang dihasilkan dalam penelitian ini.

6. Berdasarkan metode penyusunan konstruk kesabaran, perlu dikembangkan juga metode

yang sama untuk konsep Islam yang lain, seperti Ikhlan, Syukur, dan sebagainya se-

hingga dapat menjadi teori psikologi yang berdasar pada epistemology budaya dan nilai

Islam.

5.2.2. Bagi Masyarakat

1. Kesabaran adalah kompetensi yang dapat dikembangkan dan hasil penelitian menun-

jukkan bahwa konstruk ini berkorelasi dengan beberapa emosi positif individu yang men-

dasari kebahagiaan seseorang. Dengan demikian, perlu dibuat upaya untuk meningkatkan

kompetensi kesabaran dalam rangka meningkatkan kebahagiaan individu.

2. Dalam dunia pendidikan, perlu dibentuk sistem pendidikan yang dapat melatih kompet-

ensi kesabaran karena kompetensi ini memiliki manfaat yang cukup besar bagi individu.

Page 24: Penelitian kesabaran

3. Bagi individu, adanya kompetensi kesabaran dapat menjadi dasar untuk melakukan

upaya-upaya yang dapat meningkatkan kompetensi kesabaran sesuai dengan konstruk

kesabaran yang sudah dijelaskan dalam penelitian ini.

4. Bagi praktisi, perlu dikaji upaya menjadikan kompetensi kesabaran sebagai upaya untuk

mengubah perilaku individu dalam terapi-terapi psikologi. Dengan demikian, terapi

psikologi akan lebih mengarah pada nilai-nilai Islam yang universal.

Page 25: Penelitian kesabaran

DAFTAR PUSTAKA

Diener, Ed., R. A. Emmesons, R. J. Larsen, S. Griffin. (1985). The Satisfaction with Life Scale.Journal of Personality Assesment, 49, 1, h. 71-71.

Karim. (2006). Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Khalek, A., Ahmed M. (2006). Measuring Happiness With A Single-Item Scale, Social Behaviorand Personality: an International Journal. Vol. 34, No. 2, h. 139-150.http://dx.doi.org/10.2224/sbp.2006.34.2.139

Munawir, A.W. (1997). Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.

Peterson, Christopher & Seligman, M.E.P. (2004). Character Strengths and Virtues A Handbookand Classification. Washington, D.C.: APA Press and Oxford University Press.

Carver, C.S., M.F. Scheier, & M.W. Bridges. (1994). Distinguishing Optimism FromNeuroticism (and Trait Anxiety, Self Mastery, and Self Esteem): A Reevaluation of TheLife Orientation Test. Journal of Personality and Social Psychology , Vol .67, No. 6,h.1063-1078.

Seligman, M. E.P. (2002). Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to RealizeYour Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press.

Shihab, M. Q. dkk. (2007), Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata. Jakarta: Lentera HatiPusat Studi Al-Qur’an dan Yayasan paguyuban Ikhlas.

Shihab., M.Q. (2007a). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 1.Jakarta: Lentera Hati.

Veenhoven, R. (2006). How Do We Asses How Happy We Are? Tenets, Implication andTenability of Three Theories. Paper Presented at Conference: New Direction in Study ofHappiness: United States and International Perspectives. University of Notre Dame,USA, October 22-24, 2006.