Upload
ririn-pamungkas
View
367
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Gerakan Mas SALIJO( Masyarakat Sadar Lingkungan Hijau)Penyadaran
Lingkungan Hijau Terhadap Masyarakat Yogyakarta
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh:
Muhammad Radhi Mafazi 1300013002
Irma Dasi 1300013153
Andika Akmal 1300013287
Ririn Pamungkas Sulistyo Putri 1400013017
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................. iv
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
Tujuan dan Manfaat ..... .................................................................................. 2
GAGASAN ...................................................................................................... 2
KESIMPULAN ................................................................................................ 6
LAMPIRAN ..................................................................................................... 8
iv
Ringkasan
Berdasarkan data terbit kan BPS (Badan Pusat Stastik) kota Yogyakarta,
pendapatan per kapita penduduk DIY (GRDP constan market price) Rp
16.139.158 pada 2013 silam. Dari data tersebut dapat diartikan masyarakat kota
yogyakarta tergolong masyarakat menengah kebawah,hal ini dapat dilihat ketika
DIY hanya di peringkat 23 dari 33 provinsi yang ada menurut data dari
(wikipedia). Masyarakat menengah kebawah adalah masyarakat yang sumber
pendapatanya dari pertanian maupun perkubunan. Menurut data dari jogja.go.id
lahan pertanian. Pada era kepemimpinan Haryadi Suyuti, lebih mengedepankan
pembangunan di empat sektor yang menyumbangkan angka pendapat daerah
tertinggi sebesar 81,02% salah satunya hotel dan mall. Kebijakan ini memberikan
dampak pada lingkungan masyarakat Yogyakarta. Beberapa dampak yang terjadi
adalah peningkatan suhu udara, kekeringan, perilaku agresif pada masyarakat
Yogyakarta.
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk menyadarkan kepada
masyarakat pentingnya lingkungan hijau dan dampak yang akan terjadi apabila
pembangunan gedung pencakar langit di pemukiman warga tetap di teruskan.
Manfaat penelitian ini secara teoritis, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
memberi masukan teoritis bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya
psikologi sosial, serta dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan
komunitas. Manfaat secara praktis dalam karya tulis ilmiah, memberi wadah
kepada masyarakat untuk mampu bergerak menolak pembangunan gedung
pencakar langit sebagai langkah preventif melalui komunitas.
Mas SALIJO sebagai gerakan berbentuk komunitas yang ditawarkan dalam
karya tulis ilmiah ini, dalam Mas SALIJO terdapat dua bagian penting yang di
beri nama Pak HULI(Pakar Hukum dan Lingkungan) dan Mas Beni(Masyarakat
Berbagi Opini). Pak HULI yang berisi para pakar dan ahli dalam bidang hukum
dan lingkungan sebagai pendamping masyarakat mengenai tatacara perundang-
undangan dalam menyampaikan opini yang benar,tepat dan sesuai dengan
perundang-undangan dan ilmu lingkungan. Mas Beni berfungsi sebagai wadah
bagi masyarakat yang berhasil menolak berdirinya hotel dan mall di lingkungan
mereka.
Kesimpulannya adalah Yogyakarta yang terkenal sebagai kota yang ramah dari
berbagai sudut pandang mulai dari perilaku masyarakatnya dan lingkungan yang
bersahabat sudah tidak ada lagi apabila pembangunan gedung pencakar langit
lebih marak dari pada pembukaan lahan hijau.Rekomendasi dari tulisan ini adalah
pemerintah bersama gerakan Mas Salijo bersama masyarakat Yogyakarta,kembali
menghijaukan Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yogyakarta merupakan Ibu kota provinsi DIY, dikenal sebagai kota pelajar dan
mempunyai penduduk yang ramah serta berbudaya. Didukung dengan luas
wilayah yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Provinsi
DIY dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45
Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 428.282 jiwa (sumber data
dari SIAK per tanggal 28 Februari 2013) dengan kepadatan rata-rata 13.177
jiwa/Km², menurut data yang terbitkan oleh BPS(Badan Pusat Stastik) kota
Yogyakarta,pendapatan per kapita penduduk DIY (GRDP constan market price)
Rp 16.139.158 (data 2013 jogjakota.go.id). Dari data diatas, penduduk DIY
tergolong masyarakat menengah kebawah. Hal ini dapat dilihat, DIY terdapat
pada peringkat 23 dari 33 provinsi (wikipedia). Masyarakat menengah kebawah
merupakan masyarakat dengan keterbatasan ekonomi, yang lebih mengandalkan
sektor pertanian dan perkebunan di daerah tanah yang subur. Menjadi masalah
ketika hotel dan mall di daerah Yogyakarta semakin menjamur. Data yang kami
ambil dari hasil observasi di daerah Yogyakarta, dapat ditemui adanya perubahan
tata kota yang semakin tidak layak, ditambah maraknya pembangunan hotel serta
mall. Semenjak kepemimpinan Haryadi Suyuti yang mengedepankan
pengembangan pariwisata, dengan alasan, dalam kurun waktu 2007-2012
mencapai 5,19% per tahun. Adanya pertumbuhan ekonomi ini berarti ada
peningkatan produksi dari berbagai kegiatan ekonomi yang ada di Kota
Yogyakarta. Laju pertumbuhan masing-masing sektor menunjukkan angka dari -
1,43% (sektor industri pengolahan) hingga 8,02% (sektor keuangan, sewa dan jasa
perusahaan). Empat sektor yang memberikan kontribusi terbesar (81,02%)
terhadap kenaikan PDRB tersebut yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran,
sektor jasa, sektor keuangan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi
(Jogja.go.id).
Timbul banyak sekali tanda tanya besar, karena di setiap ruang kosong atau
lahan pertanian produktif, akan di rencanakan pembangunan hotel ataupun mall.
Data dari jogjakarta.go.id dikatakan bahwa lahan pertanian kota setiap tahun
mengalami penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan 7,8% dari
luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi (lahan pekarangan).
Dampak lain dari segi lingkungan pendangkalan sumur masyarakat jogja yang
mengakibatkan kekeringan di daerah pemukimannya didirikan gedung pencakar
langit(hotel, mall, apartemen). Menurut data yang kami kutip dari harian jogja
selasa 16 september 2014, selama musim kemarau debit air sumur berkurang dua
meter sampai 2,5 meter di sebagian besar wilayah jogja. Bahkan di sejumlah
lokasi untuk mendapatkan air, warga harus menggali atau mengebor sumur hingga
kedalaman 17 meter.
2
Perubahan yang mendadak ini dapat berakibat fatal terhadap pola perilaku
masyarakat, Schoggen(1989) salah satu ahli psikologi lingkungan yang
mengembangkan teori behavioral setting dari Roger.R.Barker, manusia akan
berperilaku sesuai dengan tatanan(seting) lingkungannya. Di tempat yang sama,
perilaku akan berbeda kalau tatanan tempat itu berbeda(misal ruang kelas yang
diubah tatanannya menjadi ruang pesta, maka perilaku yang muncul dalam ruang
kelas itu adalah perilaku pesta bukan perilaku belajar). Hal ini bisa juga terlihat
pada pola kehidupan warga Yogyakarta yang kini memiliki kecenderungan
berperilaku agresif. Agresif cenderung berhubungan dengan banyak faktor,
termasuk depersonalisasi (Zimbardo, 1970), keadaan yang melengkapi
agresif(Anderson, Benjamin, Bartholowmew, 1998; Berkowitz & Le Page196),
temperatur dan kondisi lingkungan lainnya yang memicu (Anderson, Anderson,
Dorr Deneve, & flanangan, 2000). Lingkungan yang kondusif perlu diusahakan
dengan sungguh oleh para orang tua dan masyarakat guna membentuk tunas-tunas
yang aktif dan kreatif namun tidak agresif. Adanya kecenderungan agresif pada
anak-anak dan remaja, mengindikasikan adanya kecenderungan agresif pada
lingkungan masyarakat. Tetapi secara terperinci dalam tulisan ini akan dijelaskan
dampak secara lebih mendalam mengenai lingkungan serta solusi yang
ditawarkan.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai penyadaran masyarakat
tentang pentingnya lingkungan hijau dan dampak yang akan terjadi apabila
pembangunan gedung pencakar langit di pemukiman warga tetap di teruskan.
Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi masukan
teoritis bagi perkembangan ilmu psikologi yang bersepektif kritis psikologi
komunitas, serta dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan
komunitas. Manfaat praktis karya tulis adalah memberikan gagasan tentang wadah
bagi masyarakat agar termotivasi bergerak melakukan upaya preventif dalam
menolak gedung pencakar langit di Yogyakarta.
GAGASAN
Yogyakarta kini sedang terancam krisis lingkungan hijau akibat banyaknya
gedung-gedung pencakar langit yang berdiri bebas di perkarangan maupun di
lahan hijau yang masih produktif, berada di area pemukiman warga. Salah satu
dampak yang akan terjadi apabila pembangunan gedung pencakar langit ini tidak
dihentikan adalah kekeringan. Berdasarkan data dari Harian Jogja (rabu,17
september 2014) seorang pakar Geologi UPN Veteran Jogjakarta Eko Teguh
Paripurno, pengambilan air sumur untuk kepentingan hotel di kota Jogja
berpotensi menyedot ketersediaan muka air tanah. Muka air tanah di DIY ini terus
mengalami penurunan 15 sentimeter sampai 50 sentimeter per tahunnya hasil
3
penelitian 2001-2006. Bidang Sumber Daya Mineral Dinas Pekerjaan Umum
DIY sebelumnya juga mengungkapkan, setiap tahunnya air muka tanah
mengalami penurunan sampai 30 cm dipantau sejak 2012. Pembangunan gedung
pencakar langit sebagai salah satu cara meningkatkan pendapatan daerah tidak
akan menjadi masalah ketika pembangunan sesuai dengan prosedur yang telah di
tetapkan. Berdasarkan data pada Koran Harian Jogja (kamis, 18 september 2014),
Ike Janita Dewi ketua tim peneliti Dampak Kajian Perhotelan mengatakan bahwa,
apabila upaya pengelolaan lingkungan hidup, upaya pemetaan lingkungan hidup
dan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) diperketat maka pertumbuhan hotel
tidak sebanyak ini. Tentang rekomendasi pengeboran sumur dalam, menurutnya
hampir dipastikan berpengaruh pada pendangkalan sumur rumah warga dengan
analogi Satu kamar hotel membutuhkan 380 liter air, sedangkan rumah tangga
maksimal hanya 300 liter.
Ancaman kekeringan bukanlah satu-satunya momok yang akan mengintai
warga Yogyakarta. Dampak lain yang terjadi adalah ketika pembangunan
bangunan pencakar langit ini dibiarkan begitu saja, peningkatan suhu udara akan
terjadi di daerah pemukiman masyarakat Yogyakarta. Pembangunan di daerah
pemukiman yang padat, secara relatif luas ruang terbuka antara bangunan juga
menjadi kecil dibandingkan dengan jumlah keseluruhan ruang vertikalnya. Jumlah
komponen panas matahari yang diterima dan dipancarkan oleh dinding bangunan
(panas pantulan) menjadi lebih besar, hal ini diperparah oleh panas yang
dipancarkan oleh atap dan ruang antara bangunan. Oleh sebab itu jumlah
keseluruhan peningkatan panas lingkungan menjadi lebih tinggi di kawasan yang
dipenuhi oleh bangunan-bangunan terbuat dari kaca dan bahan lain yang memiliki
daya serap dan pantul panas yang tinggi ( Rudy Ferial, 2007).
Satu hal yang mulai nampak dari perubahan setting lingkungan di Jogja dapat
dilihat dari perilaku masyarakatnya. Beberapa bulan lalu, muncul perilaku agresif
seperti pembancokan, geng, dan perilaku kekerasan lainnya. Perilaku ini tentu saja
tidak terjadi secara alamiah begitu saja melainkan karena setting lingkungan yang
tidak dengan budaya yang secara tidak langsung mempengaruhi perilaku
masyarakat. Schoggen(1989) salah satu ahli psikologi lingkungan yang
mengembangkan teori behavioral setting dari Roger.R.Barker, manusia akan
berperilaku sesuai dengan tatanan(seting) lingkungannya
Sebagai langkah preventif untuk mengurangi pembangunan gedung pencakar
langit yang merusak lingkungan, maka gerakan ini dibentuk untuk membantu
masyarakat dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat yang sedang terancam
oleh dampak pembangunan hotel dan mall. Berikut ini adalah bagan program
yang kami tawarkan. Yang kami sebut gerakan Masyarakat Sadar Lingkungan
Hijau(Mas Salijo).
4
A. Mas SaLijo(Masyarakat Sadar Lingkungan Hijau)
Gambar 1.1 Bagan Komunitas Sadar Lingkungan Hijau
Gerakan ini dibentuk oleh masyarakat yang sudah berhasil menolak berdirinya
bangunan pencakar langit di daerah pemukiman mereka salah satunya adalah
warga .Wadah ini berguna sebagai sarana pembantu dan penyokong secara moril
bagi masyarakat lainnya yang sedang terancam. Alasan memilih nama komunitas
Mas SALIJO karena disesuaikan oleh adat dan budaya di kalangan masyarakat
Yogyakarta, wujud dari Respect For Humanity Diversity yang termasuk dalam
core values. Core values dalam teori psikologi komunitas adalah nilai-nilai dasar
yang menjadi filosofi dasar dalam membangun komunitas,salah satunya adalah
Respect For Humanity Diversity yang merupakan bentuk penghormatan terhadap
perbedaan yang ada seperti budaya, gender, agama, etnis. Tujuan adalah serta agar
lebih bisa diterima oleh masyarakat Yogyakarta karena lebih akrab di telinga
masyarakat Yogyakarta.
Komunitas ini merupakan bentuk Empowerment, yang artinya penguatan
terhadap komunitas yang terpinggirkan, dalam masyarakat yang tergolong
kelompok minoritas dibandingkan dengan investor. Di dalam wadah ini terdapat
beberapa bantuan yang bergerak di bidang advokasi dan keilmuan lingkungan
yang akan di isi oleh para pakar ahli di bidangnya.
5
B. Pak HULI
Pak HULI berbentuk seperti wadah yang berisi Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang akan membantu
masyarakat dalam melakukan audiensi kepada pemerintah khususnya
DPRD,Walikota,atau Gubenur, dan tatacara mengajukan opini sesuai UU yang
berlaku.
C. Mas Beni
Mas Beni dengan tujuan sebagai Psychological Empowerment yaitu kekuatan
secara psikologis atau bantuan secara moril untuk mendukung gerakan
masyarakat yang mau menyelamatkan alam Yogyakarta dari pembangunan
gedung pencakar langit, karena dalam diri Mas Beni terdapat masyarakat
Yogyakarta yang telah berhasil menolak berdirinya hotel dan mall di daerah
pemukiman warga, beberapa masyarakat yogyakarta seperti warga Karangkajen RT
48/RW 13,warga RT 25 RW 06,kelurahan Gunung Ketur kecamatan Pakualaman
,warga Jalan Timoho II, Muja muju umbulharjo, warga Ngadiwinatan (Harian
Jogja, 10 september 2014).
D. Langkah-Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan
Gagasan Komunitas sadar lingkungan ini dibentuk dengan strategi awal Pilot
Project(proyek percobaan) pada masyarakat yang sudah berhasil menolak
berdirinya hotel ataupun mall di pemukiman warga. Mekanisme pembentukannya
adalah:
1. Ormawa membentuk suatu wadah yang bernama Mas SALIJO sebagai
wujud kepedulian mereka tentang lingkungan hijau di daerah
Yogyakarta.
2. Ormawa mengajak masyarakat yang sudah berhasil menolak berdirinya
hotel, untuk memberikan ilmunya kepada masyarakat lain yang sedang
terancam hotel dalam bentuk wadah yang bernama Mas
Beni(Masyarakat Berbagi Opini)
3. Ormawa mengajak Lembaga Bantuan Hukum,LSM dan WALHI yang
ada untuk bersama-sama membantu wadah yang bernama Pak
Huli(Pakar Hukum dan Lingkungan). Berfungsi sebagai sarana bantuan
hukum dan mengedukasi tentang pentingnya lingkungan hidup.
4. Maka dibentuklah Mas SALIJO sebagai wadah keduanya(Mas Beni dan
Pak Huli), dengan tujuan membantu masyarakat yang terancam oleh
pembangunan hotel dan mall.
5. Mas SALIJO akan berfungsi sebagai penyuluh mengenai dampak
pembangunan hotel dan mall, serta sebagai pendampingan terhadap
warga yang terancam oleh pembangunan hotel dan mall.
6
KESIMPULAN
Kurangnya kesadaran masyarakat Yogyakarta mengenai dampak lingkungan,
fisik, dan psikis yang akan terjadi kepada mereka masih kurang, hal ini terjadi
karena masyarakat Yogyakarta sebagian besar adalah masyarakat menengah
kebawah di buktikan dengan data pendapatan per kapita penduduk DIY (GRDP
constan market price) Rp 16.139.158 data 2013 silam dan data dari wikipedia
yang menempatkan DIY pada peringkat 23 dari 33 provinsi. Dengan begitu wajar
ketika para investor yang mempunyai banyak modal, memberikan dananya
kepada masyarakat yang di pemukimannya terdapat lahan subur atau tanah
perkarangan yang bisa di bangun gedung pencakar langit dengan harga yang
tinggi.
Dampak yang akan terjadi apabila pembangunan gedung pencakar langit ini
dibiarkan adalah kekeringan yang akan melanda daerahnya, pengambilan air
sumur untuk kepentingan hotel di kota Jogja, berpotensi menyedot ketersediaan
muka air tanah, pendapat yang diungkapkan pakar Geologi UPN Veteran Jogja
Eko Teguh Paripurno terkait kekeringan yang dialami oleh warga Yogyakarta.
Muka air tanah di DIY ini terus mengalami penurunan 15 sentimeter sampai 50
sentimeter per-tahunnya hasil penelitian 2001-2006. Bidang Sumber Daya
Mineral Dinas Pekerjaan Umum DIY sebelumnya juga mengungkapkan setiap
tahunnya air muka tanah mengalami penurunan sampai 30 cm, dipantau sejak
2012.
Dampak lain yang akan terjadi apabila pembangunan gedung pencakar langit
itu dibiarkan adalah pemanasan lingkungan dan udara. Jika bangunan tinggi
didirikan di daerah pemukiman yang padat, secara relatif luas ruang terbuka
antara bangunan juga menjadi kecil dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
ruang vertikalnya. Jumlah komponen panas matahari yang diterima dan
dipancaran oleh dinding bangunan (panas pantulan) menjadi lebih besar
disamping panas yang dipancarkan oleh atap dan ruang antara bangunan. Oleh
sebab itu jumlah keseluruhan peningkatan panas lingkungan menjadi lebih tinggi
di kawasan yang di penuhi oleh bangunan-bangunan terbuat dari kaca dan bahan
lain yang memiliki daya serap dan pantul panas yang tinggi. Dari dua dampak
tersebut adalah dampak lingkungan fisik yang akan terjadi, sedangkan dampak
psikis khususnya perilaku masyarakat akan lebih terlihat yang merupakan
golongan dampak jangka panjang dari pemanasan lingkungan dan kekeringan,
adalah perilaku agresif masyarakatnya.
Masyarakat Yogyakarta yang terkenal ramah, sopan santun dan bertata krama
mungkin tidak akan lagi menjadi ciri khasnya, karena lingkungan merubah seting
dari tempatnya, ketika lingkungan yang sejuk, tanah yang subur dan
kesederhanaan yang dibaur dengan segarnya udara sudah tidak terasa lagi dan di
7
gantikan dengan kekeringan serta panasnya udara di sekitar maka terjadilah
tindakan yang cenderung agresif ataupun mau menangnya sendiri, walaupun hal
itu tetap berada di Yogyakarta. Schoggen,1989 salah satu ahli psikologi
lingkungan yang mengembangkan teori behavioral setting dari Roger.R.Barker,
manusia akan berperilaku sesuai dengan tatanan(seting) lingkungannya. Di tempat
yang sama, perilaku akan berbeda kalau tatanan tempat itu berbeda(misal ruang
kelas yang diubah tatanannya menjadi ruang pesta, maka perilaku yang muncul
dalam ruang kelas itu adalah perilaku pesta bukan perilaku belajar).
Mas Salijo adalah solusi yang ditawarkan dalam tulisan ini untuk menyadarkan
kepada masyarakat akan dampak jangka pendek dan jangka panjang yang akan
terjadi dilingkungan mereka apabila pembangunan gedung pencakar langit
dibiarkan berdiri di pemukiman mereka, dengan konsep gerakan yang bertujuan
memberikan sokongan secara moril dan pengetahuan tentang hukum, lingkungan
kepada masyarakat yang ingin menolak gedung pencakar langit berdiri di
peumukiman mereka, di dalamnya terdapat beberapa program pembantu seperti
Mas Beni(Masyarakat Berbagi Opini) yang akan membantu masyarakat dari sisi
moril agar mereka terinspirasi untuk terus bergerak menghentikan pembangunan
gedung pencakar langit yang ditawarkan. Ada Pak Huli program yang akan
membantu masyarakat untuk menjelaskan dampak secara lingkungan apabila
gedung pencakar langit itu berdiri di pemukiman masyarakat, serta membantu
lewat jalur hukum agar masyarakat bisa mengungkapkan pendapatnya kepada
aparatur daerah yang berperan sentral (DPRD, Walikota, Gubenur). Masyarakat
Yogyakarta diharapkan sadar akan lingkungan hijau yang semakin menyusut dari
tahun ketahun, dari kesadaran itu maka masyarakat Yogyakarta dan aparatur
daerah berperan penting sebagai penyelamat lingkungan serta penyelamat
generasi penerus bangsa yang aktif, kreatif namun tidak agresif.
8
Daftar Pustaka
Anantsari, S. (2006). Menyikapi Perilaku Anak Agresif. Yogyakarta: Kanisius.
Anonim. (21 NOVEMBER 2014, November 21). modules KUA. Retrieved Maret
24, 2015, from jogjakota.go.id: http://www.jogjakota.go.id
BPS, s. s. (2013). Indikator Ekonomi Kota Yogyakarta 2013. Yogyakarta: Sinar
Biru Offset.
Febriarni, A. T. (2014, september 18). Proyek Diduga Langgar Amdal. Harian
Jogja.
Ferial, R. (2007). Bangunan Tinggi Dan Lingkungan Kota. TeknikA, 92.
P.Johson, D. W. (2012). Dinamika Kelompok,edisi kesimbila TEORI DAN
KETRAMPILAN. Jakarta: PT INDEKS.
Pamungkas, A. T. (2014, September 17). Jogja Terancam Kekeringan. Harian
Jogja.
sarwono, s. w. (2005). Psikologi sosial, Psikologi kelompok dan Psikologi
Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PEMBIMBING
A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Elli Nur Hayati, MPH, PhD, Psi
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional
4 NIP/NIY 60050529
5 NIDN 050306661
6 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 03/Juni/1966
7 E-mail [email protected]
9 Nomor Telepon/HP 0274-372052
10 Alamat Kantor Jl. Kapas No. 9, Semaki, Yogyakarta
11 Nomor Telepon/Faks 0274-563515
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 40 orang; S-2 = 10 orang; S-3 = 1 orang 13. Mata Kuliah yg Diampu
1. PSD Wawancara
2. Psikologi Komunitas
3. Metopen Kualitatif
4. Teknik Penulisan Skripsi (TPS)
B. Riwayat Pendidikan S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
Umea University,
Umea, Swedia
Umea University, Umea,
Swedia
Bidang Ilmu Psikologi Epidemiology &
Public Health
Epidemiology & Global
Health
Tahun Masuk-Lulus Juli 1984 – Februari 1991 Juli 2003 – Juni 2004 September 2007 –
Desember 2013
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
“Hubungan antara sikap
karyawan terhadap peran
gender wanita dengan
intensi melakukan sexual
harassment terhadap
karyawati”
“Mom, why don’t you
just look for another
good daddy? Women’s
lived experience and
decision to leave
abusive marriage”
“Domestic violence
against women in rural
Indonesia: Searching for
multilevel prevention”
C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya) No.
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1 Beasiswa studi lanjut program Master STINT (Swedish Institute for
Higher Education), Swedia
2003
2 Beasiswa studi lanjut program Doctoral SIDA/SAREC, Global Health
Research School
2007 - 2011
Yogyakarta, 27 Maret 2015
Elli Nur Hayati, MPH, PhD, Psi
10
11
12
13
14