Upload
nanangn007
View
487
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ok
Citation preview
Laporan Seminar Perancangan
Arsitektur
Pekampungan Warisan Vernakular Lampung
Studi Kasus
Kampung Wana, Melinting,
Lampung Timur&
Kampung Negeri Olok Gading,
Teluk Betung
EKSPRESI BENTUK DAN FUNGSI
DALAM ARSITEKTUR VERNAKULAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Didasari dari undang-undang Republik Indonesia no. 5 tahun 1992,
tentang upaya perlindungan benda cagar budaya dan PERDA serta
undang-undang tentang pelestarian bagunan, yang dianggap
memiliki nilai-nilai sejarah pelestarian warisan arsitektur atau bangunan
tua yang termuat dalam UUBG pasal 38.
Efek globalisasi yang terus berdatangan (moderenisasi), menyebabkan
jumlah bangunan vernakular tersebut sudah menjadi sedikit jumlahnya.
Karena sedikitnya penelitian yang konprehensif menyebabkan
peninggalan leluhur ini sulit diwariskan yang bisa terjadi tidak akan
dapat ditemukan lagi di lingkungan masyarakatnya ,sehingga
dikhawatirkan tradisi ini akan mengalami kepunahan dan hilang
identitas/jati dirinya. padahal sejarah sangat penting bagi manusia saat
ini. Setiap arus waktu yang telah berlalu tak akan dapat kembali,
namun mengupayakan masa lalu untuk hadir di tengah-tengah
kehidupan hari ini menjadi prestasi yang pantas dibanggakan guna
merenungkan apa yang kita lakukan selama ini.
Lingkup Pembahasan
• Inti pembahasan dari laporan seminar perancangan arsitektur ini adalah
sebatas pembahasan masalah bagaimana arsitektur vernakular ini tercipta
yang diekspresikan lewat fungsi dan bentuknya serta secara garis besar
kaitanya pada karakteristik vernakular yaitu karakteristik proses dan produk
yang berfokus pada studi kasus Kampung Wana, Melinting Lampung Timur
dan Kampung Negeri Olok Gading, Teluk Betung.
• Pada pembahasan arsitektur vernakular dibahas pada objek tradisional
(penekanan pada rumah tinggal) yang terbagi dalam beberapa kategori
yaitu lingkungan yang dibahas hanya sebatas pola pekampungan, fungsi
yang dibahas sebatas struktur ruang/pembagian ruang, bentuk yang
dibahas sebatas tipologi, dan garis besar struktur & konstruksi sedangkan
ornamen tidak dibahas.
Tujuan
A. Untuk mendeskripsikan arsitektur vernakular Lampung secara fisik melalui
tradisi masyarakatnya.
B. Untuk menyingkap bagaimana budaya masyarakat dan lingkungannya
memberikan pengaruh dalam fungsi dan bentuk bangunannya.
C. Melestarikan kekayaan arsitektur vernakular Lampung sebagai identitas diri.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian dan Istilah
• Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam
proses penciptaan karya seni. Ekspresi dapat diartikan pula
pengungkapan atau proses menyatakan (maksud, gagasan,
perasaan dan sebagainya). Bentuk adalah ujud sesuatu
barang/model. Fungsi adalah kegunaan suatu hal. Arsitektur
adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi
bangunan, jembatan, dsb; metode dan gaya rancangan suatu
konstruksi bangunan. Vernacular adalah bahasa daerah/setempat,
logat asli.
• Ekspresi Bentuk dan Fungsi dalam Arsitektur Vernacular
adalah pengungkapan maksud/gagasan dari ujud suatu model dan
kegunaannya dalam metode gaya rancangan suatu bangunan
setempat.
B. Ekspresi
1. aspek ekspresi yang dapat dilihat secara obyektif
Ekspresi dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek, yakni :
a. Fungsi, fungsi dapat melahirkan bentuk yang ekspresif misalnya
kita membuat sebuah lumbung padi dengan menitik beratkan
pada pemenuhan fungsi, maka akan muncul bentuk lumbung
yang dapat menghindari terjadinya pembusukan padi,
menghindari gangguan tikus dan sebagainya.
b. Struktur. Penonjolan struktur sebagai elemen estetis pada
sebuah bangunan dapat melahirkan bentuk yang ekspresif pula.
c. Budaya. Misalnya pada bangunan tradisional, ekspresi yang
dimunculkan merupakan hasil tampilan budaya.
2. Teori Gestalt tentang Ekspresi
Tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa garis (line) dan
bentuk (form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-
makna secara langsung melalui garis itu sendiri dan bidang.
C. Bentuk
1. Definisi Bentuk
Wujud/ujud merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-
permukaan dan sisi-sisi bentuk. Bentuk adalah suatu media atau alat
komunikasi untuk menyampaikan arti yang dikandung oleh bentuk itu sendiri
atau untuk menyampaikan pesan tertentu kepada penikmatnya.
2. Faktor yang Mewujudkan Bentuk
Ada beberapa faktor yang melahirkan suatu bentuk, antara lain :
a. Fungsi, Batasan fungsi secara umum dalam arsitektur adalah pemenuhan
terhadap aktifitas manusia, tercakup didalamnya kondisi alami. Sedangkan
bangunan yang fungsional ialah bangunan yang dalam pemakaianya
memenuhi kebutuhan secara tepat dan tidak mempunyai unsur-unsur yang
tidak berguna. Aktifitas timbul dari kebutuhan manusia baik itu kebutuhan
jasmani maupun rohani. b. Symbol, Simbol yang sedikit tesamar yang menyatakan peran dari
suatu bentuk. Simbol metaphor. Simbol sebagai unsur pengenal.
c. Teknologi struktur dan bahan,
3. Jenis Bentuk Bangunan dan Periodedisasi Rumah Tinggal
Ada 4 tipologi atau jenis bangunan masyarakat Lampung yaitu;
– Tempat tinggal (lamban),
– Tempat pertemuan masyarakat adat (sesat) ,
– Tempat ibadah (mesjid/mesigit),
– Tempat menyimpan padi/gabah (balai/walai).
Periode-periode bangunan vernakular Lampung
Tahun 1900-an umumnya berbentuk segi empat dan beratap (kekopni
lamban/pemugungan) atau bumbungan, bubung perahu/pelana
(pamugung tebak/bubung perahu) dan kerusut (bubung kukus) dengan
atap rumah terbuat dari ijuk atau sabuk dari pohon aren/enau.
Halaman. Rumah umunya luas segi empat, sedikit jendela, tidak
memiliki beranda.
Tahun 1930-an, atap ijuk mulai diganti dengan seng dan
genting. Harga lada yang tinggi membuat masyarakat Lampung
mampu membuat rumah yang lebih besar dari sebelumnya dan
mendapatkan genting atau seng dari Jakarta. Tukang
didatangkan dari Meranjat, Sumatera Selatan. Bubungan
rumah pun banyak berubah menjadi limas (pamugung saying).
Bubungan rumah limas pengaruh dari rumah panggung di
Meranjat.
Setelah 1930-an, yakni tahun 1960-an, bentuk rumah mengalami perubahan
lagi, yakni berukuran lebih kecil ketimbang bangunan yang terbuat tahun
1930-an, bertiang lebih pendek (sektar 2 meter), serta beranda rumah yang
desainnya terpengaruh rumah gaya Eropa. Bahan baku pasir, batu, bata dan
semen mulai dipakai terutama untuk beranda rumah.
4. Tipologi Bangunana. Tipologi rumah tinggal1) Tipe asli (kenali) Bentuk rumah bujur sangkar, Bentuk atap limas dengan bahan ijuk Jendela rumah kecil Tangga masuk berada disamping sebelah belakang rumah2) Tipe limas panjang Bentuk rumah persegi panjang Bentuk atap pelana Jendela rumah besar dan memiliki daun jendela diluar Berdiri di atas tiang yang menerus sampai ke atap Memiliki beranda di depan rumah Tangga masuk pada beranda
3) Tipe limas Palembang Bentuk rumah persegi
panjang Bentuk atap perisai Tiang penyangga rumah
tidak terlalu tinggi Tangga masuk ada di
depan rumah berada di tengah pada beranda
4) Tipe limas Palembang Bentuk rumah persegi
panjang Bentuk atap perisai Tiang penyangga rumah
tidak terlalu tinggi Tangga masuk ada di
depan rumah berada di tengah pada beranda
2. Teori – teori tentang fungsi :
Menurut Geofrey Broadbent
•Fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab pertanyaan :
apa yang dituntut oleh bangunan ?
•Fungsi sebagai apa saja yang diekspresikan dan diinformasikan oleh arsitektur
melalui panca indera kita.
Menurut Christian Norberg-Schulz
•Fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab : apa tugas
bangunan ?
•Fungsi sebagai tugas dan pekerjaan yang harus dijalankan oleh suatu
lingkungan binaan.
Menurut Larry L. Ligo
•Fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur untuk menjawab fungsi sebagai
konsep.
•Fungsi sebagai tugas/pekerjaa ataupun efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh
arsitektur.
3. Fungsi Ruang
Pada umumnya fungsi ruang dapat dibagi kedalam empat kelompok besar,
yaitu : ruang publik, ruang individu (privasi), ruang sirkulasi dan ruang servis.
E. Arsitektur Vernakular
1. Definisi Arsitektur Vernakular
Kata Vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native). Maka
vernakular arsiektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun
oleh masyarakat setempat.
• Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, serta Romo
Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang
hampir senada, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan
berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan
berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan
pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta
merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut
berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi
• Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan
manusia saja, tetapi yang lebih penting adalah hubungan antara manusia
dengan lingkungannya.
2. Klasifkasi dan Karakteristik Arsitektur Vernakular
Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, mengklasifikasikan
arsitektur vernakular kedalam beberapa tinjauan, yaitu :
• Arsitektur vernakular sebagai produk,
• Arsitektur vernakular sebagai proses,
• Arsitektur vernakular dari tinjauan filosofis.
Amos Rapoport dalam bukunya House, Form and Culture,
mengklasifikasikan dua jenis arsitektur vernakular, yaitu tradisional dan
modern.
Beliau juga menyatakan bahwa karakteristik bangunan vernakular adalah
sebagai berikut :
• bangunannya tidak didukung oleh prinsip dan teori bangunan yang benar,
• menyesuaikan dengan lingkungannya,
• sesuai dengan kemampuan masyarakatnya (teknologi dan ekonomi),
• menggambarkan budaya masyarakatnya (sebagai penanda, simbol, dll),
• terbuka terhadap sumberdaya alam yang ada disekitarnya dan selalu dapat
menerima perubahan-perubahan (trial & error) sehingga dapat bertahan.
3. Konsep Arsitektur Vernakular
Tinjaunan karakteristik sebuah bangunan atau karya arsitektur sebagai arsitektur
vernakular menurut Amos Rapoport adalah :
• Karakteristik Proses
Karakteristik proses adalah cara lingkungan tercipta, dan bagaimana jadinya.
• Karakteristik Produk
Karakteristik produk adalah menjelaskan seperti apa lingkungan itu, keadaan
alamnya, kualitas dan kelengkapannya, termasuk arsitektur tradisional, dan
aspek estetika dari lingkungan terbangun.
TINJAUAN KHUSUS
Studi Kasus Kampung Wana, Melinting
• Secara garis besar lahan-lahan peruntukan di Kampung Wana terpilah
menjadi 3 zona peruntukan lahan, yaitu : zona kebun/ladang, zona
pemukiman termasuk bangunan-bangunan fisik lainnya yang merupakan
sarana sosial budaya, serta zona sawah rawa hujan serta pemakaman.
• Zona pemukiman dan sarana bangunan fisik lainnya berada diantara zona
kebun/ladang dan zona sawah rawa hujan/pemakaman, dengan posisi zona
perumahan yang lebih mendekati rawa (bawang) dengan kontur menurun.
Jarak dari deretan rumah terpinggir ke rawa rata-rata berkisar antara 50-200
meter. Di sekitar rawa banyak terdapat sumber air, berupa mata-mata air.
Sehingga jalan desa serta sebaran perumahan yang berderet-deret dan
berhadap-hadapan, menjadi nampak sealur dengan alur tepian rawa
Pintu masuk K. Wana& Zona
Kebun/ladang
SituasiZona
Pemukiman
Zona pemakaman & Rawa/mata
air
Gambar 3.2Pembagian Zona peruntukan Lahan
ZonaKebun/ladan
ZonaKebun/ladan
ZonaPemuki
man
ZonaPemuki
man
ZonaPemakaman &
air rawa
ZonaPemakaman &
air rawa
Desa Tanjung
aji
Kec. Marga
sekampung
Kec. Bandar sribhawono
Ds. 2
Ds. 3
Ds. 4
Ds.6
Ds.8
Ds. 9
Ds.10
Ds.11
Ds. 13
Ds.14 Ds. I
Ds. 5
Ds.7
Ds.12
Keterangan :
Batuan
PemakamanSumber Air/rawaMasjid/Balai
Rumah PenyimbangSanggar
Fasilitas lainnya ;Kantor camat, Puskesmas, F. Pendidikan & Polsek
Keterangan :
Pemukiman
Pemakaman
Jalan
Kubangan
Kuwayan
Tanah Subur
Sawah, Rawa, Batuan & Rumbia
Ketela, pisang & Jagung
Lada
Kelapa
Tumbuhan Kayu
3. Tinjauan Aspek Bentuk
a. Tipologi Bangunan
1) Rumah Tinggal
Kampung Wana
Lahan rumah
(wangunan/pemapalan/
petegian), adalah satu
areal lahan yang
dipergunakan untuk
bagunan rumah, termasuk
bagian halaman yang
belum ada bagunannya.
Areal lahan ini diolah,
diratakan kemudian
ditinggikan bagian lahan
untuk berdirinya rumah
serta menempatkan
umpak-umpak batu
(pematu/galang batu) pada
titik-titik yang telah
ditetapkan untuk bangunan
rumah.Gambar 3.5. Bentuk
Massa Bangunan Rumah Tinggal Kampung Wana
Gambar 3.5. Bentuk Massa Bangunan Rumah Tinggal Kampung Wana
Bentuk dasar massa
bangunan persegi panjang (pesagi/mahany
ukan)
Bentuk dasar massa
bangunan persegi panjang (pesagi/mahany
ukan)
Layout Lahan Rumah
Jalan
Batas lahan Rumah
Garis imajiner denah rumahGalang batu/umpak
Tanah yang di tinggikan
Drainase
hanyukuni
bangkok
TIPE RUMAH MEWAH & RUMAH
BIASA
Tipe Rumah Sederhana/
Rakyat
Gambar 3.6. Tipologi Rumah pada
Pemukiman Kampung Wana
rumah-rumah tinggal Orang Melinting di Kampung Wana pada dasarnya
masih mempertahankan bentuk arsitektur aslinya, yaitu rumah panggung
(nowou gacak/lamban langgar/lambahan ranggal), yang rata-rata
mengunakan material kayu.
Secara umum rumah vernakular di Kampung Wana ini dapat dibagi ke
dalam tiga tipe yang dibedakan berdasarkan kualitas bahan yang
digunakan, pengolahan bahan, unsur-unsur ornamen serta ukuran luasnya,
yaitu tipe rumah mewah, tipe rumah biasa yang merupakan tipe
kebanyakan, dan tipe rumah sederhana. Pada aspek ukuran luasnya serta
kualitas bahan, tipe rumah mewah dan tipe rumah biasa sesunguhya tidak
banyak berbeda.
terdiri dari bagian bagian bawah (kaki), tengah (badan), serta atap (kepala).
Bagian bawah bangunan yang dimaksud berupa tiang-tiang kayu yang
disusun secara berderet melebar dan memanjang mengikuti denah rumah
yang berbentuk persegi panjang, yang dalam istilah tradisi arsitektur
Lampung disebut sebagai bentuk mahanyuk’an. Bagian yang melebar
(bangkok) adalah bagian tampak depan dan belakang rumah, sedangkan
yang memanjang (hanyukuni) adalah bagian tampak samping rumah.
2) Bangunan tempat istirahat di
ladang/kebun
Kedua jenis bangunan itu pada dasarnya
hampir sama yaitu berbentuk bangunan
panggung yang sangat sederhana dengan
mengunakan bahan-bahan yang ada disekitar
kebun/ladang. Denah bangunan lazimnya
berbentuk segi empat sama sisi atau persegi
panjang dengan ukuran 2 x 2 meter atau 2 x 3
meter. Perbedaannya adalah pada tinggi
lantai bangunan (panggung) dari permukaan
tanah, yaitu sekitar 60 sampai 150 cm.
3)Masjid/BalaiMenurut nara sumber setempat, bangunan masjid yang ada saat ini di masa lalu berbentuk bangunan panggung, yang memakai material kayu. Namun dewasa ini masjid tersebut telah di ganti material dinding dan lantainya dengan tembok, sedangkan bentuknya masih seperti yang dulu
Gambar 3.8.Tempat istirahat
di ladang
Gambar 3.9.
Masjid/Balai
b. Struktur dan Konstruksi
Dalam proses membangun rumah di kampung Wana masih menggunakan
tradisi yang telah disesuaikan oleh perkembangan jaman, seperti penentuan
hari pembangunan, pola gotong royong dalam mendirikan bangunan, serta
memohon berkah atau syukuran. Proses pengawetan kayu pula
mengunakan sistem tradional dengan cara di rendam di lumpur sawah rawa
tadah hujan selama 1 tahun. Proses membangun ini yang melatar belakangi
lamanya untuk mendirikan sebuah rumah paling cepat yaitu 5 tahun.
Sistem konstruksi rumah pada kampung Wana adalah sebagai
berikut :
Atap, terdiri dari : Kuda-kuda yang terdapat 2 jenis atap yaitu
atap pelana & atap limasan
Pentup atap yang awalnya ijuk/ rumbia di ganti
menjadi genteng
Plafond terbuat dari papan kayu.
Rangka bangunan, terdiri dari ; Kolom, terdapat 2 jenis kolom yaitu kolom
menerus&kolom terputus
Dinding, pada rumah tipe mewah
dipasang 2 lapis
Lantai, perbedaan level lantai sebagai
penanda antara zona bersih , kotor.
b.Poindasi, yang berfungsi sebagai pondasi rumah adalah umpak, antara
umpak dan kolom tidak ada ikatan melainkan bahan perantara seperti ijuk.
4.Tinjauan aspek fungsi
a. Rumah Tinggal
Rumah tinggal pada pekampungan Wana ini di bagi menjadi 2 fungsi secara
fisiknya, yaitu ;
Pembagian antara bawah
Secara tradisi bagian bawah rumah ini biasa dimanfaatkan sebagai kandang
ternak (sapi, kamping, ayam), tempat menumbuk padi, serta tempat penyimpan
peralatan kebutuhan pertanian atau rumah tangga. pada awalnya di masa
lampau bagian ruang itu hanya merupakan bagian bawah rumah yang tidak
dimanfaatkan secara khusus. Sebagaimana diketahui fungsi utama konstruksi
rumah panggung pada mulanya berkaitan dengan ancaman binatang buas serta
luapan air banjir, dan kelembaban tanah.
Pembagian antara atas
Pembagian fungsi tata ruang bagian dalam rumah pada pokoknya sama
untuk semua tipe. Pembagian itu selain sebagai kebutuhan fisik
penghuninya juga mencerminkan nilai-nilai serta aturan-aturan atau
norma-norma pergaulan sosial keluarga, seperti pembagian wilayah
antara laki-laki dan perempuan, yang dimaksudkan agar tidak
bersentuhan antara laki-laki dan perrempuan yang bukan muhrimnya
serta pembagian ruang antara bersih dan kotor.
11
2 2
3
4
56
7
7
8
910
10
911
Penambahan pates berpengaruh pada penambahan luas Lapang lom. Awalnya daerah ini bagian dari luwah ragah.
Perubahan yang terjadi pada pawon & garang dapur. Terjadi penambahan ruang yaitu tadahembun juyow.
Perubahan pada tangga yang mengadopsi gaya Eropa. Pengaruh dari jajahan belanda.
Denah Rumah Tinggal Tipe Mewah/Biasa
9
10
6
7
4
3
2
1
Denah Rumah Tinggal Tipe Sederhana
Keterangan ;
1Garang Hadap
2Tadahembun luar3Pengidangan/luwah ragah/lapang luar4Lapang lom (Pengindangan sebay)5Ruang makan6Lembe pates7Pates8geragal/jembatan/jerambah9garang dapur/kudan1dapur/pawon/sakelak1tadahembun juyow
Keterangan ;
1Garang Hadap
2Tadahembun luar3Pengidangan/luwah ragah/lapang luar4Lapang lom (Pengindangan sebay)5Ruang makan6Lembe pates7Pates8geragal/jembatan/jerambah9garang dapur/kudan1dapur/pawon/sakelak1tadahembun juyow
Gambar 3.17.Pembagian Ruang
Dalam pada Rumah Tinggal Kampung
Wana
Studi Kasus Kampung Negeri Olok Gading
• Pola pekampungan
Pusat kegiatan atau aktivitas adat berada di tengah-tengah perkampungan yaitu
pada bangunan Balai Adat/Sesat yang berdepanan dengan rumah kepala
adat. Letak dari satu rumah kerumah lainnya saling berdekatan yang
dibatasi dengan pagar dikeliling pada batas halaman rumahnya. Hal ini
untuk menjaga peripasi pada masing-masing rumah serta untuk
memokuskan agar memudahkan dalam melakukan aktivitas adat yang
mana persiapan adat tidak perlu dilakukan di masing-masing rumah seperti
pada pemukiman di kampung Wana. Pola pemukiman berbentuk linier
mengikuti jalan poros utama dan menyebar secara klaster kearah belakang
pada area bangunan sesat dan kepala adat.
Zona Pemakaman masyarakat Negeri Olok Gading
Zona Pemakaman masyarakat Negeri Olok Gading
Zona pusat kegiatan adat ditandai adanya bangunan sesat & rumah kepala adat yang saling berhadapan
Zona pusat kegiatan adat ditandai adanya bangunan sesat & rumah kepala adat yang saling berhadapan
Zona sumber air, sumber kehidupan, sebagai penanda pintu masuk kampung
Zona sumber air, sumber kehidupan, sebagai penanda pintu masuk kampung
Gambar. 3.21Pembagian Zona Perkampungan
Kepala
Badan
Kaki
Gambar 3.22. Anatomi
Bangunan Rumah Tinggal
Gambar. 3.23.
Lamban Balak
• Struktur dan Konstruksi
Sistem konstruksi pada kampung Negeri Olok Gading Sebagai berikut :
• Atap, Secara garis besar atap pada rumah tinggal dan sesat di kampung
Negeri Olok Gading adalah atap perisai/pelana dengan penambahan atap di
depan dan belakangnya. Atap seperti ini memiliki konstruksi yang sama
dengan rumah tradisional Sumatera Selatan.
• Rangka bangunan, Pada kampung ini tipe kolom rata-rata tipe kolom
menerus. Kolom yang digunakan kolom berbentuk segi empat ataupun
gelondongan pada tiang panggungnya sedangkan untuk bagian atas
memakai kolom persegi.
• Dinding rumah disusun tidak rata dengan kolom, melainkan di luar kolom
struktur dipasang bagian luarnya saja secara vertikal tetapi ada juga rumah
yang pemasangan dindingnya rata dengan kolom struktur.
• Lantai pada rumah tinggal ini memakai material bambu maupun kayu.
Terdapat perbedaan lantai pada daerah dapur.
• Pondasi, Pondasi pada kampung Negeri Olok Gading Ini sama halnya
degan Kampung Wana, Melinting. Tidak ada perbedaan yang mendasar
dari material ataupun secara strukturnya.
Hubungan atas
Hubungan tengah
Hubungan bawah
Gambar. 3.25.Pembagian
rumah LampungBerdasarkan Kosmologi
Gambar. 3.26Denah Rumah pada
Lamban Balak
Bagian ini pada awalnya tidak ada penambahan pada bilik sanak
ANALISA
Kesimpulan
• Dilihat dari klasifikasi arsitektur vernakular secara tradisonal, pada
pekampungan Wana, Melinting termasuk karakteristik arsitektur vernakular
secara proses dan produk, sedangkan pada pekampungan Negeri Olok
Gading termasuk karakteristik Produk.
Bentuk
Tipologi bangunan
• Pada mulanya sama–sama mengekspresikan pola kehidupan
masyarakatnya sebagai akibat pengaruh aktivitas dan kebudayaan
masyarakatnya terhadap faktor lingkungan sekitarnya.
• Pada perkembangan dewasa ini ekspresi tipologi bentuk bangunan yang
ada telah banyak berubah karena pengaruh kebudayaan luar seperti;
Banten, Bugis dan Meranjat serta pengaruh ajaran islam. Sedangkan
ekspresi dari karakter fisik tipologi bangunannya masih berpengaruh
terhadap aktivitas dan karakter lingkungan sekitarnya terutama pada objek
pekampungan Wana sedangkan pada Objek pekampungan Negeri Olok
Gading ekspresi karakter terhadap lingkungan sekitar telah terpengaruh
pada moderenisasi.
Tipologi rumah tinggal
• Pada rumah tinggal kampung Wana, Melinting tergolong pada tipologi limas
Melayu, tipe ini sudah mencirikan adanya budaya luar terutama Melayu,
Banten, dan Bugis dan tidak menekankan penggunaan ornamen yang
terlalu banyak.
• Pada rumah tinggal kampung Negeri Olok Gading, tergolong pada tipologi
limas Palembang, tipe ini pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tipe
rumah masyarakat Kudus dan Meranjat, Sumatera Selatan.
Struktur dan konstruksi
• Struktur dan konstruksi pada arsitektur vernakular Lampung di kedua studi
kasus masih menggunakan metode teknologi lama yaitu; sambungan kayu
mengunakan pasak dan ikatan dari bahan rotan serta pondasi
menggunakan umpak dari batu yang di teruskan dengan kolom-kolom
struktur. Teknologi tersebut tahan terhadap gempa.
Fungsi• Pada arsitektur vernakular Lampung di kedua objek penelitian
fungsi yang ada telah memenuhi apa yang dituntut oleh bangunan, apa tugas bangunan dan fungsi sebagai konsep.
• Pada rumah tinggal di masing-masing objek penelitian ruang-ruang yang ada fungsinya berpengaruh pada aktivitas manusia di dalamnya serta tingkat sosialnya.
• Fungsi pada rumah tinggal di kampung Wana telah banyak berubah sesuai dengan kebutuhan manusianya. Sedangkan pada kampung Negeri Olok gading hanya beberapa saja yang berubah seperti; penambahan kamar tidur anak, namun bangunan rumah tinggalnya telah banyak yang tergusur oleh arus moderenisasi.
• Pola perkampungan• Pola perkampungan vernakular Lampung menghadap jalan poros
utama secara linier dan menyebar membentuk pola grid maupun cluster.
• Pembagian zona peruntukan lahan terbagi tiga; zona depan perkebunan/ sumber air, zona tengah pemukiman, dan belakang Pemakaman.
Saran
Dalam rangka pelestarian arsitektur Lampung untuk mempertahankan
idenitas/jati dirinya dan keberlanjutan budaya, fungsi, keragaman arsitektur
vernakular pada kedua objek studi kasus dapat disarankan sebagai berikut :
Pada perkampungan Wana, Melinting :
• Harus dibuatkan fasilitas usaha seperti; pasar tradisional pada dusun satu
dekat zona fasilitas publik, sehingga fungsi rumah tinggal pada bah lamban
(kolong rumah) tidak lagi berfungsi sebagai tempat usaha.
• Konservasi pada zona tadah air hujan seperti; pemulihan mata air dan
fungsi tempat mandi/kuwayan serta pemugaran pemakaman yang tidak
terawat pada saat ini.
• Perawatan pada material bangunan rumah tinggal dikarenakan kondisi yang
ada tidak pernah mengalami perawatan sehingga material yang ada rusak
termakan usia.
Pada perkampungan Negeri Olok Gading :
• Bila ingin di pertahankan identitas arsitekturnya, harus diadakan
rekonstruksi kembali pemukiman yang telah berganti dengan bangunan
modern sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat dan
lingkungannya pada saat ini dengan mereferensi dari karakter arsitektur
vernakular yang ada.
• Perawatan pada material bangunan rumah tinggal dikarenakan kondisi yang
ada tidak pernah mengalami perawatan sehingga material yang ada rusak
termakan usia.
SEKIANTERIMA KASIH
Studi KasusKampung Wana Kampung Negeri Olok Gading
Fasilitas publicArah perkembangan
fasilitas public
arah perkembangan
Terbagi tiga; zona kebun/lading,zona pemukiman, zona rawa hujan dan pemakaman.
Terbagi tiga; zona sumber air,zona pemukiman dan pusat kegiatan, pemakaman.
Pemukiman yang ada menghadap ke jalan poros utama secara linier dan menyebar ke belakang dengan membentuk pola grid.
Pemukiman yang ada menghadap ke jalan poros utama secara linier dan berkembang ke belakang dengan membentuk pola cluster.
Pada zona perkebunan sudah banyak dibangun pemukiman karena adanya pendatang yang tinggal di sana (penambahan jumlah penduduk).
Pada zona sumber air masih di fungsikan sebagai tempat mencuci dan mandi anak-anak, sedangkan untuk konsumsi tidak lagi digunakan.
Pada zona pemukiman Pekampungan kampung wana berkembang kearah barat mengikuti poros jalan utama, sedangkan pada pemukiman awal/ dusun 1 sebagian di bangun fasilitas publik seperti; sekolahan, puskesmas, kantor camat dan polsek.
Pada zona pemukiman dan pusat kegiatan pemukiman yang ada sudah berkembang menjadi kampung kota. Pusat kegiatan berada di tengah pemukiman.
Pada zona rawa hujan dan pemakaman fungsi yang ada tidak lagi digunakan karena mata air tertutup, sedangkan pada pemakaman masi di fungsikan tetapi kondisi memperhatinkan (tidak terurus).
Pada zona pemakaman fungsi yang ada masih di gunakan dan kondisi terawatt tetapi bentuk vernakularnya berubah karena telah dibikin gapura dan pagar keliling dinding bata.
Perkembangan pola perkampungan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga berpengaruh pada fungsi bangunan rumah.Contoh; tidak ada fasilitas untuk kegiatan usaha, pasar/pusat berbelanja sehingga masyarakat di sana mengubah fungsi bah lamban menjadi tempat usaha.
Perkembangan pola perkampungan sudah sesuai memenuhi kebutuhan masyarkatnya ditandai fungsi yang ada pada bangunan rumah tidak berubah karena adanya pasar dan fasilitas publik lain didekat area perkampungan.