45
Laporan Seminar Perancangan Arsitektur Pekampungan Warisan Vernakular Lampung Studi Kasus Kampung Wana, Melinting, Lampung Timur & Kampung Negeri Olok Gading, Teluk Betung EKSPRESI BENTUK DAN FUNGSI DALAM ARSITEKTUR VERNAKULAR

Presentasi seminar acc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: Presentasi seminar acc

Laporan Seminar Perancangan

Arsitektur

Pekampungan Warisan Vernakular Lampung

Studi Kasus

Kampung Wana, Melinting,

Lampung Timur&

Kampung Negeri Olok Gading,

Teluk Betung

EKSPRESI BENTUK DAN FUNGSI

DALAM ARSITEKTUR VERNAKULAR

Page 2: Presentasi seminar acc

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Didasari dari undang-undang Republik Indonesia no. 5 tahun 1992,

tentang upaya perlindungan benda cagar budaya dan PERDA serta

undang-undang tentang pelestarian bagunan, yang dianggap

memiliki nilai-nilai sejarah pelestarian warisan arsitektur atau bangunan

tua yang termuat dalam UUBG pasal 38.

Efek globalisasi yang terus berdatangan (moderenisasi), menyebabkan

jumlah bangunan vernakular tersebut sudah menjadi sedikit jumlahnya.

Karena sedikitnya penelitian yang konprehensif menyebabkan

peninggalan leluhur ini sulit diwariskan yang bisa terjadi tidak akan

dapat ditemukan lagi di lingkungan masyarakatnya ,sehingga

dikhawatirkan tradisi ini akan mengalami kepunahan dan hilang

identitas/jati dirinya. padahal sejarah sangat penting bagi manusia saat

ini. Setiap arus waktu yang telah berlalu tak akan dapat kembali,

namun mengupayakan masa lalu untuk hadir di tengah-tengah

kehidupan hari ini menjadi prestasi yang pantas dibanggakan guna

merenungkan apa yang kita lakukan selama ini.

Page 3: Presentasi seminar acc

Lingkup Pembahasan

• Inti pembahasan dari laporan seminar perancangan arsitektur ini adalah

sebatas pembahasan masalah bagaimana arsitektur vernakular ini tercipta

yang diekspresikan lewat fungsi dan bentuknya serta secara garis besar

kaitanya pada karakteristik vernakular yaitu karakteristik proses dan produk

yang berfokus pada studi kasus Kampung Wana, Melinting Lampung Timur

dan Kampung Negeri Olok Gading, Teluk Betung.

• Pada pembahasan arsitektur vernakular dibahas pada objek tradisional

(penekanan pada rumah tinggal) yang terbagi dalam beberapa kategori

yaitu lingkungan yang dibahas hanya sebatas pola pekampungan, fungsi

yang dibahas sebatas struktur ruang/pembagian ruang, bentuk yang

dibahas sebatas tipologi, dan garis besar struktur & konstruksi sedangkan

ornamen tidak dibahas.

Page 4: Presentasi seminar acc

Tujuan

A. Untuk mendeskripsikan arsitektur vernakular Lampung secara fisik melalui

tradisi masyarakatnya.

B. Untuk menyingkap bagaimana budaya masyarakat dan lingkungannya

memberikan pengaruh dalam fungsi dan bentuk bangunannya.

C. Melestarikan kekayaan arsitektur vernakular Lampung sebagai identitas diri.

Page 5: Presentasi seminar acc

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dan Istilah

• Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam

proses penciptaan karya seni. Ekspresi dapat diartikan pula

pengungkapan atau proses menyatakan (maksud, gagasan,

perasaan dan sebagainya). Bentuk adalah ujud sesuatu

barang/model. Fungsi adalah kegunaan suatu hal. Arsitektur

adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi

bangunan, jembatan, dsb; metode dan gaya rancangan suatu

konstruksi bangunan. Vernacular adalah bahasa daerah/setempat,

logat asli.

• Ekspresi Bentuk dan Fungsi dalam Arsitektur Vernacular

adalah pengungkapan maksud/gagasan dari ujud suatu model dan

kegunaannya dalam metode gaya rancangan suatu bangunan

setempat.

Page 6: Presentasi seminar acc

B. Ekspresi

1. aspek ekspresi yang dapat dilihat secara obyektif

Ekspresi dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek, yakni :

a. Fungsi, fungsi dapat melahirkan bentuk yang ekspresif misalnya

kita membuat sebuah lumbung padi dengan menitik beratkan

pada pemenuhan fungsi, maka akan muncul bentuk lumbung

yang dapat menghindari terjadinya pembusukan padi,

menghindari gangguan tikus dan sebagainya.

b. Struktur. Penonjolan struktur sebagai elemen estetis pada

sebuah bangunan dapat melahirkan bentuk yang ekspresif pula.

c. Budaya. Misalnya pada bangunan tradisional, ekspresi yang

dimunculkan merupakan hasil tampilan budaya.

2. Teori Gestalt tentang Ekspresi

Tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa garis (line) dan

bentuk (form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-

makna secara langsung melalui garis itu sendiri dan bidang.

Page 7: Presentasi seminar acc

C. Bentuk

1. Definisi Bentuk

Wujud/ujud merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-

permukaan dan sisi-sisi bentuk. Bentuk adalah suatu media atau alat

komunikasi untuk menyampaikan arti yang dikandung oleh bentuk itu sendiri

atau untuk menyampaikan pesan tertentu kepada penikmatnya.

2. Faktor yang Mewujudkan Bentuk

Ada beberapa faktor yang melahirkan suatu bentuk, antara lain :

a. Fungsi, Batasan fungsi secara umum dalam arsitektur adalah pemenuhan

terhadap aktifitas manusia, tercakup didalamnya kondisi alami. Sedangkan

bangunan yang fungsional ialah bangunan yang dalam pemakaianya

memenuhi kebutuhan secara tepat dan tidak mempunyai unsur-unsur yang

tidak berguna. Aktifitas timbul dari kebutuhan manusia baik itu kebutuhan

jasmani maupun rohani. b. Symbol, Simbol yang sedikit tesamar yang menyatakan peran dari

suatu bentuk. Simbol metaphor. Simbol sebagai unsur pengenal.

c. Teknologi struktur dan bahan,

Page 8: Presentasi seminar acc

3. Jenis Bentuk Bangunan dan Periodedisasi Rumah Tinggal

Ada 4 tipologi atau jenis bangunan masyarakat Lampung yaitu;

– Tempat tinggal (lamban),

– Tempat pertemuan masyarakat adat (sesat) ,

– Tempat ibadah (mesjid/mesigit),

– Tempat menyimpan padi/gabah (balai/walai).

Periode-periode bangunan vernakular Lampung

Tahun 1900-an umumnya berbentuk segi empat dan beratap (kekopni

lamban/pemugungan) atau bumbungan, bubung perahu/pelana

(pamugung tebak/bubung perahu) dan kerusut (bubung kukus) dengan

atap rumah terbuat dari ijuk atau sabuk dari pohon aren/enau.

Halaman. Rumah umunya luas segi empat, sedikit jendela, tidak

memiliki beranda.

Tahun 1930-an, atap ijuk mulai diganti dengan seng dan

genting. Harga lada yang tinggi membuat masyarakat Lampung

mampu membuat rumah yang lebih besar dari sebelumnya dan

mendapatkan genting atau seng dari Jakarta. Tukang

didatangkan dari Meranjat, Sumatera Selatan. Bubungan

rumah pun banyak berubah menjadi limas (pamugung saying).

Bubungan rumah limas pengaruh dari rumah panggung di

Meranjat.

Page 9: Presentasi seminar acc

Setelah 1930-an, yakni tahun 1960-an, bentuk rumah mengalami perubahan

lagi, yakni berukuran lebih kecil ketimbang bangunan yang terbuat tahun

1930-an, bertiang lebih pendek (sektar 2 meter), serta beranda rumah yang

desainnya terpengaruh rumah gaya Eropa. Bahan baku pasir, batu, bata dan

semen mulai dipakai terutama untuk beranda rumah.

4. Tipologi Bangunana. Tipologi rumah tinggal1) Tipe asli (kenali) Bentuk rumah bujur sangkar, Bentuk atap limas dengan bahan ijuk Jendela rumah kecil Tangga masuk berada disamping sebelah belakang rumah2) Tipe limas panjang Bentuk rumah persegi panjang Bentuk atap pelana Jendela rumah besar dan memiliki daun jendela diluar Berdiri di atas tiang yang menerus sampai ke atap Memiliki beranda di depan rumah Tangga masuk pada beranda

Page 10: Presentasi seminar acc

3) Tipe limas Palembang Bentuk rumah persegi

panjang Bentuk atap perisai Tiang penyangga rumah

tidak terlalu tinggi Tangga masuk ada di

depan rumah berada di tengah pada beranda

4) Tipe limas Palembang Bentuk rumah persegi

panjang Bentuk atap perisai Tiang penyangga rumah

tidak terlalu tinggi Tangga masuk ada di

depan rumah berada di tengah pada beranda

Page 11: Presentasi seminar acc
Page 12: Presentasi seminar acc
Page 13: Presentasi seminar acc

2. Teori – teori tentang fungsi :

Menurut Geofrey Broadbent

•Fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab pertanyaan :

apa yang dituntut oleh bangunan ?

•Fungsi sebagai apa saja yang diekspresikan dan diinformasikan oleh arsitektur

melalui panca indera kita.

Menurut Christian Norberg-Schulz

•Fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab : apa tugas

bangunan ?

•Fungsi sebagai tugas dan pekerjaan yang harus dijalankan oleh suatu

lingkungan binaan.

Menurut Larry L. Ligo

•Fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur untuk menjawab fungsi sebagai

konsep.

•Fungsi sebagai tugas/pekerjaa ataupun efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh

arsitektur.

3. Fungsi Ruang

Pada umumnya fungsi ruang dapat dibagi kedalam empat kelompok besar,

yaitu : ruang publik, ruang individu (privasi), ruang sirkulasi dan ruang servis.

Page 14: Presentasi seminar acc

E. Arsitektur Vernakular

1. Definisi Arsitektur Vernakular

Kata Vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native). Maka

vernakular arsiektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun

oleh masyarakat setempat.

• Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, serta Romo

Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang

hampir senada, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan

berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan

berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan

pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta

merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut

berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi

• Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan

manusia saja, tetapi yang lebih penting adalah hubungan antara manusia

dengan lingkungannya.

Page 15: Presentasi seminar acc

2. Klasifkasi dan Karakteristik Arsitektur Vernakular

Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, mengklasifikasikan

arsitektur vernakular kedalam beberapa tinjauan, yaitu :

• Arsitektur vernakular sebagai produk,

• Arsitektur vernakular sebagai proses,

• Arsitektur vernakular dari tinjauan filosofis.

Amos Rapoport dalam bukunya House, Form and Culture,

mengklasifikasikan dua jenis arsitektur vernakular, yaitu tradisional dan

modern.

Beliau juga menyatakan bahwa karakteristik bangunan vernakular adalah

sebagai berikut :

• bangunannya tidak didukung oleh prinsip dan teori bangunan yang benar,

• menyesuaikan dengan lingkungannya,

• sesuai dengan kemampuan masyarakatnya (teknologi dan ekonomi),

• menggambarkan budaya masyarakatnya (sebagai penanda, simbol, dll),

• terbuka terhadap sumberdaya alam yang ada disekitarnya dan selalu dapat

menerima perubahan-perubahan (trial & error) sehingga dapat bertahan.

Page 16: Presentasi seminar acc

3. Konsep Arsitektur Vernakular

Tinjaunan karakteristik sebuah bangunan atau karya arsitektur sebagai arsitektur

vernakular menurut Amos Rapoport adalah :

• Karakteristik Proses

Karakteristik proses adalah cara lingkungan tercipta, dan bagaimana jadinya.

• Karakteristik Produk

Karakteristik produk adalah menjelaskan seperti apa lingkungan itu, keadaan

alamnya, kualitas dan kelengkapannya, termasuk arsitektur tradisional, dan

aspek estetika dari lingkungan terbangun.

Page 17: Presentasi seminar acc

TINJAUAN KHUSUS

Studi Kasus Kampung Wana, Melinting

• Secara garis besar lahan-lahan peruntukan di Kampung Wana terpilah

menjadi 3 zona peruntukan lahan, yaitu : zona kebun/ladang, zona

pemukiman termasuk bangunan-bangunan fisik lainnya yang merupakan

sarana sosial budaya, serta zona sawah rawa hujan serta pemakaman.

• Zona pemukiman dan sarana bangunan fisik lainnya berada diantara zona

kebun/ladang dan zona sawah rawa hujan/pemakaman, dengan posisi zona

perumahan yang lebih mendekati rawa (bawang) dengan kontur menurun.

Jarak dari deretan rumah terpinggir ke rawa rata-rata berkisar antara 50-200

meter. Di sekitar rawa banyak terdapat sumber air, berupa mata-mata air.

Sehingga jalan desa serta sebaran perumahan yang berderet-deret dan

berhadap-hadapan, menjadi nampak sealur dengan alur tepian rawa

Pintu masuk K. Wana& Zona

Kebun/ladang

SituasiZona

Pemukiman

Zona pemakaman & Rawa/mata

air

Page 18: Presentasi seminar acc

Gambar 3.2Pembagian Zona peruntukan Lahan

ZonaKebun/ladan

ZonaKebun/ladan

ZonaPemuki

man

ZonaPemuki

man

ZonaPemakaman &

air rawa

ZonaPemakaman &

air rawa

Desa Tanjung

aji

Kec. Marga

sekampung

Kec. Bandar sribhawono

Ds. 2

Ds. 3

Ds. 4

Ds.6

Ds.8

Ds. 9

Ds.10

Ds.11

Ds. 13

Ds.14 Ds. I

Ds. 5

Ds.7

Ds.12

Keterangan :

Batuan

PemakamanSumber Air/rawaMasjid/Balai

Rumah PenyimbangSanggar

Fasilitas lainnya ;Kantor camat, Puskesmas, F. Pendidikan & Polsek

Keterangan :

Pemukiman

Pemakaman

Jalan

Kubangan

Kuwayan

Tanah Subur

Sawah, Rawa, Batuan & Rumbia

Ketela, pisang & Jagung

Lada

Kelapa

Tumbuhan Kayu

Page 19: Presentasi seminar acc

3. Tinjauan Aspek Bentuk

a. Tipologi Bangunan

1) Rumah Tinggal

Kampung Wana

Lahan rumah

(wangunan/pemapalan/

petegian), adalah satu

areal lahan yang

dipergunakan untuk

bagunan rumah, termasuk

bagian halaman yang

belum ada bagunannya.

Areal lahan ini diolah,

diratakan kemudian

ditinggikan bagian lahan

untuk berdirinya rumah

serta menempatkan

umpak-umpak batu

(pematu/galang batu) pada

titik-titik yang telah

ditetapkan untuk bangunan

rumah.Gambar 3.5. Bentuk

Massa Bangunan Rumah Tinggal Kampung Wana

Gambar 3.5. Bentuk Massa Bangunan Rumah Tinggal Kampung Wana

Bentuk dasar massa

bangunan persegi panjang (pesagi/mahany

ukan)

Bentuk dasar massa

bangunan persegi panjang (pesagi/mahany

ukan)

Layout Lahan Rumah

Jalan

Batas lahan Rumah

Garis imajiner denah rumahGalang batu/umpak

Tanah yang di tinggikan

Drainase

hanyukuni

bangkok

TIPE RUMAH MEWAH & RUMAH

BIASA

Tipe Rumah Sederhana/

Rakyat

Gambar 3.6. Tipologi Rumah pada

Pemukiman Kampung Wana

Page 20: Presentasi seminar acc

rumah-rumah tinggal Orang Melinting di Kampung Wana pada dasarnya

masih mempertahankan bentuk arsitektur aslinya, yaitu rumah panggung

(nowou gacak/lamban langgar/lambahan ranggal), yang rata-rata

mengunakan material kayu.

Secara umum rumah vernakular di Kampung Wana ini dapat dibagi ke

dalam tiga tipe yang dibedakan berdasarkan kualitas bahan yang

digunakan, pengolahan bahan, unsur-unsur ornamen serta ukuran luasnya,

yaitu tipe rumah mewah, tipe rumah biasa yang merupakan tipe

kebanyakan, dan tipe rumah sederhana. Pada aspek ukuran luasnya serta

kualitas bahan, tipe rumah mewah dan tipe rumah biasa sesunguhya tidak

banyak berbeda.

terdiri dari bagian bagian bawah (kaki), tengah (badan), serta atap (kepala).

Bagian bawah bangunan yang dimaksud berupa tiang-tiang kayu yang

disusun secara berderet melebar dan memanjang mengikuti denah rumah

yang berbentuk persegi panjang, yang dalam istilah tradisi arsitektur

Lampung disebut sebagai bentuk mahanyuk’an. Bagian yang melebar

(bangkok) adalah bagian tampak depan dan belakang rumah, sedangkan

yang memanjang (hanyukuni) adalah bagian tampak samping rumah.

Page 21: Presentasi seminar acc

2) Bangunan tempat istirahat di

ladang/kebun

Kedua jenis bangunan itu pada dasarnya

hampir sama yaitu berbentuk bangunan

panggung yang sangat sederhana dengan

mengunakan bahan-bahan yang ada disekitar

kebun/ladang. Denah bangunan lazimnya

berbentuk segi empat sama sisi atau persegi

panjang dengan ukuran 2 x 2 meter atau 2 x 3

meter. Perbedaannya adalah pada tinggi

lantai bangunan (panggung) dari permukaan

tanah, yaitu sekitar 60 sampai 150 cm.

3)Masjid/BalaiMenurut nara sumber setempat, bangunan masjid yang ada saat ini di masa lalu berbentuk bangunan panggung, yang memakai material kayu. Namun dewasa ini masjid tersebut telah di ganti material dinding dan lantainya dengan tembok, sedangkan bentuknya masih seperti yang dulu

Gambar 3.8.Tempat istirahat

di ladang

Gambar 3.9.

Masjid/Balai

Page 22: Presentasi seminar acc

b. Struktur dan Konstruksi

Dalam proses membangun rumah di kampung Wana masih menggunakan

tradisi yang telah disesuaikan oleh perkembangan jaman, seperti penentuan

hari pembangunan, pola gotong royong dalam mendirikan bangunan, serta

memohon berkah atau syukuran. Proses pengawetan kayu pula

mengunakan sistem tradional dengan cara di rendam di lumpur sawah rawa

tadah hujan selama 1 tahun. Proses membangun ini yang melatar belakangi

lamanya untuk mendirikan sebuah rumah paling cepat yaitu 5 tahun.

Sistem konstruksi rumah pada kampung Wana adalah sebagai

berikut :

Atap, terdiri dari : Kuda-kuda yang terdapat 2 jenis atap yaitu

atap pelana & atap limasan

Pentup atap yang awalnya ijuk/ rumbia di ganti

menjadi genteng

Plafond terbuat dari papan kayu.

Rangka bangunan, terdiri dari ; Kolom, terdapat 2 jenis kolom yaitu kolom

menerus&kolom terputus

Dinding, pada rumah tipe mewah

dipasang 2 lapis

Lantai, perbedaan level lantai sebagai

penanda antara zona bersih , kotor.

b.Poindasi, yang berfungsi sebagai pondasi rumah adalah umpak, antara

umpak dan kolom tidak ada ikatan melainkan bahan perantara seperti ijuk.

Page 23: Presentasi seminar acc

4.Tinjauan aspek fungsi

a. Rumah Tinggal

Rumah tinggal pada pekampungan Wana ini di bagi menjadi 2 fungsi secara

fisiknya, yaitu ;

Pembagian antara bawah

Secara tradisi bagian bawah rumah ini biasa dimanfaatkan sebagai kandang

ternak (sapi, kamping, ayam), tempat menumbuk padi, serta tempat penyimpan

peralatan kebutuhan pertanian atau rumah tangga. pada awalnya di masa

lampau bagian ruang itu hanya merupakan bagian bawah rumah yang tidak

dimanfaatkan secara khusus. Sebagaimana diketahui fungsi utama konstruksi

rumah panggung pada mulanya berkaitan dengan ancaman binatang buas serta

luapan air banjir, dan kelembaban tanah.

Pembagian antara atas

Pembagian fungsi tata ruang bagian dalam rumah pada pokoknya sama

untuk semua tipe. Pembagian itu selain sebagai kebutuhan fisik

penghuninya juga mencerminkan nilai-nilai serta aturan-aturan atau

norma-norma pergaulan sosial keluarga, seperti pembagian wilayah

antara laki-laki dan perempuan, yang dimaksudkan agar tidak

bersentuhan antara laki-laki dan perrempuan yang bukan muhrimnya

serta pembagian ruang antara bersih dan kotor.

Page 24: Presentasi seminar acc

11

2 2

3

4

56

7

7

8

910

10

911

Penambahan pates berpengaruh pada penambahan luas Lapang lom. Awalnya daerah ini bagian dari luwah ragah.

Perubahan yang terjadi pada pawon & garang dapur. Terjadi penambahan ruang yaitu tadahembun juyow.

Perubahan pada tangga yang mengadopsi gaya Eropa. Pengaruh dari jajahan belanda.

Denah Rumah Tinggal Tipe Mewah/Biasa

9

10

6

7

4

3

2

1

Denah Rumah Tinggal Tipe Sederhana

Keterangan ;

1Garang Hadap

2Tadahembun luar3Pengidangan/luwah ragah/lapang luar4Lapang lom (Pengindangan sebay)5Ruang makan6Lembe pates7Pates8geragal/jembatan/jerambah9garang dapur/kudan1dapur/pawon/sakelak1tadahembun juyow

Keterangan ;

1Garang Hadap

2Tadahembun luar3Pengidangan/luwah ragah/lapang luar4Lapang lom (Pengindangan sebay)5Ruang makan6Lembe pates7Pates8geragal/jembatan/jerambah9garang dapur/kudan1dapur/pawon/sakelak1tadahembun juyow

Gambar 3.17.Pembagian Ruang

Dalam pada Rumah Tinggal Kampung

Wana

Page 25: Presentasi seminar acc

Studi Kasus Kampung Negeri Olok Gading

• Pola pekampungan

Pusat kegiatan atau aktivitas adat berada di tengah-tengah perkampungan yaitu

pada bangunan Balai Adat/Sesat yang berdepanan dengan rumah kepala

adat. Letak dari satu rumah kerumah lainnya saling berdekatan yang

dibatasi dengan pagar dikeliling pada batas halaman rumahnya. Hal ini

untuk menjaga peripasi pada masing-masing rumah serta untuk

memokuskan agar memudahkan dalam melakukan aktivitas adat yang

mana persiapan adat tidak perlu dilakukan di masing-masing rumah seperti

pada pemukiman di kampung Wana. Pola pemukiman berbentuk linier

mengikuti jalan poros utama dan menyebar secara klaster kearah belakang

pada area bangunan sesat dan kepala adat.

Zona Pemakaman masyarakat Negeri Olok Gading

Zona Pemakaman masyarakat Negeri Olok Gading

Zona pusat kegiatan adat ditandai adanya bangunan sesat & rumah kepala adat yang saling berhadapan

Zona pusat kegiatan adat ditandai adanya bangunan sesat & rumah kepala adat yang saling berhadapan

Zona sumber air, sumber kehidupan, sebagai penanda pintu masuk kampung

Zona sumber air, sumber kehidupan, sebagai penanda pintu masuk kampung

Gambar. 3.21Pembagian Zona Perkampungan

Page 26: Presentasi seminar acc

Kepala

Badan

Kaki

Gambar 3.22. Anatomi

Bangunan Rumah Tinggal

Gambar. 3.23.

Lamban Balak

Page 27: Presentasi seminar acc
Page 28: Presentasi seminar acc

• Struktur dan Konstruksi

Sistem konstruksi pada kampung Negeri Olok Gading Sebagai berikut :

• Atap, Secara garis besar atap pada rumah tinggal dan sesat di kampung

Negeri Olok Gading adalah atap perisai/pelana dengan penambahan atap di

depan dan belakangnya. Atap seperti ini memiliki konstruksi yang sama

dengan rumah tradisional Sumatera Selatan.

• Rangka bangunan, Pada kampung ini tipe kolom rata-rata tipe kolom

menerus. Kolom yang digunakan kolom berbentuk segi empat ataupun

gelondongan pada tiang panggungnya sedangkan untuk bagian atas

memakai kolom persegi.

• Dinding rumah disusun tidak rata dengan kolom, melainkan di luar kolom

struktur dipasang bagian luarnya saja secara vertikal tetapi ada juga rumah

yang pemasangan dindingnya rata dengan kolom struktur.

• Lantai pada rumah tinggal ini memakai material bambu maupun kayu.

Terdapat perbedaan lantai pada daerah dapur.

• Pondasi, Pondasi pada kampung Negeri Olok Gading Ini sama halnya

degan Kampung Wana, Melinting. Tidak ada perbedaan yang mendasar

dari material ataupun secara strukturnya.

Page 29: Presentasi seminar acc

Hubungan atas

Hubungan tengah

Hubungan bawah

Gambar. 3.25.Pembagian

rumah LampungBerdasarkan Kosmologi

Gambar. 3.26Denah Rumah pada

Lamban Balak

Bagian ini pada awalnya tidak ada penambahan pada bilik sanak

Page 30: Presentasi seminar acc

ANALISA

Page 31: Presentasi seminar acc
Page 32: Presentasi seminar acc
Page 33: Presentasi seminar acc
Page 34: Presentasi seminar acc
Page 35: Presentasi seminar acc
Page 36: Presentasi seminar acc
Page 37: Presentasi seminar acc
Page 38: Presentasi seminar acc

Kesimpulan

• Dilihat dari klasifikasi arsitektur vernakular secara tradisonal, pada

pekampungan Wana, Melinting termasuk karakteristik arsitektur vernakular

secara proses dan produk, sedangkan pada pekampungan Negeri Olok

Gading termasuk karakteristik Produk.

Bentuk

Tipologi bangunan

• Pada mulanya sama–sama mengekspresikan pola kehidupan

masyarakatnya sebagai akibat pengaruh aktivitas dan kebudayaan

masyarakatnya terhadap faktor lingkungan sekitarnya.

• Pada perkembangan dewasa ini ekspresi tipologi bentuk bangunan yang

ada telah banyak berubah karena pengaruh kebudayaan luar seperti;

Banten, Bugis dan Meranjat serta pengaruh ajaran islam. Sedangkan

ekspresi dari karakter fisik tipologi bangunannya masih berpengaruh

terhadap aktivitas dan karakter lingkungan sekitarnya terutama pada objek

pekampungan Wana sedangkan pada Objek pekampungan Negeri Olok

Gading ekspresi karakter terhadap lingkungan sekitar telah terpengaruh

pada moderenisasi.

Page 39: Presentasi seminar acc

Tipologi rumah tinggal

• Pada rumah tinggal kampung Wana, Melinting tergolong pada tipologi limas

Melayu, tipe ini sudah mencirikan adanya budaya luar terutama Melayu,

Banten, dan Bugis dan tidak menekankan penggunaan ornamen yang

terlalu banyak.

• Pada rumah tinggal kampung Negeri Olok Gading, tergolong pada tipologi

limas Palembang, tipe ini pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tipe

rumah masyarakat Kudus dan Meranjat, Sumatera Selatan.

Struktur dan konstruksi

• Struktur dan konstruksi pada arsitektur vernakular Lampung di kedua studi

kasus masih menggunakan metode teknologi lama yaitu; sambungan kayu

mengunakan pasak dan ikatan dari bahan rotan serta pondasi

menggunakan umpak dari batu yang di teruskan dengan kolom-kolom

struktur. Teknologi tersebut tahan terhadap gempa.

Page 40: Presentasi seminar acc

Fungsi• Pada arsitektur vernakular Lampung di kedua objek penelitian

fungsi yang ada telah memenuhi apa yang dituntut oleh bangunan, apa tugas bangunan dan fungsi sebagai konsep.

• Pada rumah tinggal di masing-masing objek penelitian ruang-ruang yang ada fungsinya berpengaruh pada aktivitas manusia di dalamnya serta tingkat sosialnya.

• Fungsi pada rumah tinggal di kampung Wana telah banyak berubah sesuai dengan kebutuhan manusianya. Sedangkan pada kampung Negeri Olok gading hanya beberapa saja yang berubah seperti; penambahan kamar tidur anak, namun bangunan rumah tinggalnya telah banyak yang tergusur oleh arus moderenisasi.

• Pola perkampungan• Pola perkampungan vernakular Lampung menghadap jalan poros

utama secara linier dan menyebar membentuk pola grid maupun cluster.

• Pembagian zona peruntukan lahan terbagi tiga; zona depan perkebunan/ sumber air, zona tengah pemukiman, dan belakang Pemakaman.

Page 41: Presentasi seminar acc

Saran

Dalam rangka pelestarian arsitektur Lampung untuk mempertahankan

idenitas/jati dirinya dan keberlanjutan budaya, fungsi, keragaman arsitektur

vernakular pada kedua objek studi kasus dapat disarankan sebagai berikut :

Pada perkampungan Wana, Melinting :

• Harus dibuatkan fasilitas usaha seperti; pasar tradisional pada dusun satu

dekat zona fasilitas publik, sehingga fungsi rumah tinggal pada bah lamban

(kolong rumah) tidak lagi berfungsi sebagai tempat usaha.

• Konservasi pada zona tadah air hujan seperti; pemulihan mata air dan

fungsi tempat mandi/kuwayan serta pemugaran pemakaman yang tidak

terawat pada saat ini.

• Perawatan pada material bangunan rumah tinggal dikarenakan kondisi yang

ada tidak pernah mengalami perawatan sehingga material yang ada rusak

termakan usia.

Page 42: Presentasi seminar acc

Pada perkampungan Negeri Olok Gading :

• Bila ingin di pertahankan identitas arsitekturnya, harus diadakan

rekonstruksi kembali pemukiman yang telah berganti dengan bangunan

modern sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat dan

lingkungannya pada saat ini dengan mereferensi dari karakter arsitektur

vernakular yang ada.

• Perawatan pada material bangunan rumah tinggal dikarenakan kondisi yang

ada tidak pernah mengalami perawatan sehingga material yang ada rusak

termakan usia.

Page 43: Presentasi seminar acc

SEKIANTERIMA KASIH

Page 44: Presentasi seminar acc
Page 45: Presentasi seminar acc

Studi KasusKampung Wana Kampung Negeri Olok Gading

Fasilitas publicArah perkembangan

fasilitas public

arah perkembangan

Terbagi tiga; zona kebun/lading,zona pemukiman, zona rawa hujan dan pemakaman.

Terbagi tiga; zona sumber air,zona pemukiman dan pusat kegiatan, pemakaman.

Pemukiman yang ada menghadap ke jalan poros utama secara linier dan menyebar ke belakang dengan membentuk pola grid.

Pemukiman yang ada menghadap ke jalan poros utama secara linier dan berkembang ke belakang dengan membentuk pola cluster.

Pada zona perkebunan sudah banyak dibangun pemukiman karena adanya pendatang yang tinggal di sana (penambahan jumlah penduduk).

Pada zona sumber air masih di fungsikan sebagai tempat mencuci dan mandi anak-anak, sedangkan untuk konsumsi tidak lagi digunakan.

Pada zona pemukiman Pekampungan kampung wana berkembang kearah barat mengikuti poros jalan utama, sedangkan pada pemukiman awal/ dusun 1 sebagian di bangun fasilitas publik seperti; sekolahan, puskesmas, kantor camat dan polsek.

Pada zona pemukiman dan pusat kegiatan pemukiman yang ada sudah berkembang menjadi kampung kota. Pusat kegiatan berada di tengah pemukiman.

Pada zona rawa hujan dan pemakaman fungsi yang ada tidak lagi digunakan karena mata air tertutup, sedangkan pada pemakaman masi di fungsikan tetapi kondisi memperhatinkan (tidak terurus).

Pada zona pemakaman fungsi yang ada masih di gunakan dan kondisi terawatt tetapi bentuk vernakularnya berubah karena telah dibikin gapura dan pagar keliling dinding bata.

Perkembangan pola perkampungan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga berpengaruh pada fungsi bangunan rumah.Contoh; tidak ada fasilitas untuk kegiatan usaha, pasar/pusat berbelanja sehingga masyarakat di sana mengubah fungsi bah lamban menjadi tempat usaha.

Perkembangan pola perkampungan sudah sesuai memenuhi kebutuhan masyarkatnya ditandai fungsi yang ada pada bangunan rumah tidak berubah karena adanya pasar dan fasilitas publik lain didekat area perkampungan.