Upload
andi-rizal-zuhli-doro
View
120
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anastesi
Citation preview
TERAPI OKSIGEN HIPERBARIKMay M. Lee
POIN UTAMA
Oksigen hiperbarik telah direkomendasikan dan digunakan secara luas sebagai
pengganti pada berbagai kondisi medis dengan berbagai evidence base.
Sejumlah kecil percobaan acak terkontrol membuat efisiensi terapi oksigen
hiperbarik pada banyak penyakit sulit dinilai.
Terapi oksigen hiperbarik akhir-akhir ini digunakan pada pasien dengan
keracunan kabon monoksida (CO), penyakit dekompresi (decompression
sickness/DCS), dan emboli udara, serta sebagai terapi adjuvant untuk
pencegahan dan pengobatan pada osteoradionekrosis, mionekrosis clostridial
dan pada skin graft dan skin flap.
Terapi oksigen hiperbarik adalah pilihan pengobatan pada anemia berat ketika
transfusi tidak menjadi pilihan karena efek fisiologi dari kadar pengangkutan
oksigen arteri.
Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi yang mahal, tidak tersedia secara
umum, dan tetap beresiko. Penelitian selanjutnya dibutuhkan untuk
membuktikan efektifitas dan keamanan pada berbagai kondisi.
LATAR BELAKANG
Terapi oksigen hiperbarik adalah suatu intervensi unik yang mekanisme
kerjanya belum sepenuhnya dipahami.
Hal ini telah direkomendasikan untuk penggunaan yang luas pada berbagai
kondisi medis ( Tabel 130-1) tetapi baru sejumlah kecil percobaan
randomized-controlled yang mendokumentasikan keuntungannya.
Terapi oksigen hiperbarik didefenisikan sebagai pengobatan dengan cara
pasien yang bernapas dengan oksigen 100 % dengan berada dalam suatu
chamber/kamar , tekanannya dinaikkan lebih besar dari pada tekanan laut
(atau 1 atmosfer,atm). Hal ini dapat dilakukan pada chamber yang hanya
ditempati oleh satu orang atau (monoplace) atau multiplace chamber
(mungkin memuat dua orang atau lebih ). Bernapas dengan oksigen 100 %
pada tekanan 1 atm atau pemaparan bagian tubuh yang terisolasi dengan
oksigen 100 % tidak termasuk terapi oksigen hiperbarik .
The Undersea and Hyperbaric Medical Society (UHMS) adalah sumber utama
informasi untuk penyelaman dan fisiologi pengobatan hiperbarik. Banyak
rekomendasi untuk penggunaan terapi oksigen hiperbarik berasal dari
organisasi ini.
TABEL 130-1 Kemungkinan penggunaan untuk terapi oksigen hiperbarik
Emboli udara atau gas
Keracunan Karbon Monooksida (CO)
Keracunan Karbon Monooksida (CO) yang merupakan komplikasi dari keracunan sianida
Miosistis Clostridial dan mionekrosis (gangren gas)
Crush injury, sindrom kompartemen, dan iskemik traumatik akut yang lain
Penyakit Dekompensasi
Perbaikan dari penyembuhan khususnya pada masalah luka
Kehilangan darah yang luar biasa (anemia)
Abses intrakranial
Infeksi jaringan lunak disertai nekrosis
Osteomielitis (berulang)
Cedera radiasi yang lambat (nekrosis jaringan lunak dan tulang)
Skin graft dan skin flap
Luka bakar
Sumber : disadur dari http://www.UHMS.org.
FISIOLOGI
Efek terapi oksigen hiperbarik didasarkan pada efek biologi dan fisiologi dari
hukum tentang udara/gas (PV = nRT) dan hiperoksia jaringan. Kemudian,
terapi oksigen hiperbarik lebih banyak digunakan untuk mengobati hipoksia
jaringan atau kondisi dimana terdapat gelembung gas yang menyumbat aliran
darah, yang disebut penyakit dekompressi (DCS) atau emboli gas.
Peningkatan pengangkutan oksigen (oxygen delivery) : Hukum Henry
menyatakan bahwa sejumlah gas yang larut dalam suatu cairan atau
jaringan, berbanding langsung dengan tekanan parsialnya. Sebagian besar
oksigen dibawa oleh darah dan terikat dengan hemoglobin (CaO2 = [1.39
x Hb (g/dL) x saturasi O2 (%) +0.0031 x PaO2]). Dengan demikian
perbandingan oksigen yang larut meningkat jika tekanan juga meningkat.
Pada oksigen 100% dan 3 atm, tekanan oksigen arteri dapat meningkat
hingga 2000 mmHg ( dari 100 mmHg) dan tekanan oksigen jaringan
sekitar 500 mmHg (dari 55 mmHg) yang memungkinkan 60 ml oksigen
dapat diangkut dalam satu liter darah (disamakan dengan 3 ml/L pada
tekanan 1 atm ).
Reduksi ukuran gelembung : Hukum Boyle menyatakan bahwa pada
temperatur tetap, volume udara berbanding terbalik dengan tekanannya.
Oleh karena itu, volume dari suatu gelembung gas pada tekanan 3 atm
adalah sepertiga dari tekanan air laut. Selain itu, di sekitar gelembung
yang tidak larut di ganti dengan oksigen, yang secara cepat akan
dimetabolisme oleh jaringan.
Peningkatan jumlah radikal bebas oksigen : radikal bebas oksigen
mengoksidasi protein dan membran lipid, merusak DNA, dan
menghambat fungsi metabolik bakteri. Terapi oksigen hiperbarik sendiri
adalah bakterisidal untuk beberapa bakteri anaerob, termasuk Clostridium
perfringes, dan bakteriostatik untuk beberapa spesies Escherichia dan
Pseudomonas.
Perbaikan penyembuhan luka : Memperbesar derajat oksigen di daerah
perifer dari luka yang iskemik dan meningkatkan pembentukan matriks
kolagen yang bergantung pada oksigen (oxygen-dependent) yang
dibutuhkan untuk angiogenesis.
Reduksi pada cedera reperfusi : Netrofil dilibatkan sebagai agen utama
yang berperanan pada cedera reperfusi melalui perlekatan di dinding
pembuluh darah yang iskemik, pelepasan enzim protease dan radikal
bebas yang menyebabkan vasokontriksi patologis, serta destruksi jaringan
yang luas. Terapi oksigen hiperbarik telah menunjukkan penghambatan
perlekatan netrofil dan vasokontriksi setelah iskemik pada jaringan tikus
yang iskemik.
Meningkatkan vasokontriksi : Hiperoksia pada jaringan yang normal
karena terapi oksigen hiperbarik menyebabkan vasokontriksi dengan cepat
dan signifikan, tetapi disertai dengan peningkatan pengangkutan oksigen
plasma. Aliran darah mikrovaskuler ke jaringan yang iskemik diperbaiki
dengan oleh terapi oksigen hiperbarik. Vasokontriksi ini membantu
mengurangi edema jaringan, yang berperanan pada pengobatan sindrom
kompartemen dan luka bakar.
Antagonis terhadap karbon Monooksida (CO) : CO terikat pada
hemoglobulin sekitar 200-250 kali dibanding afinitas hemoglobin
terhadap oksigen. Karboksihemoglobin menyebabkan penurunan pada
kapasitas pengangkutan oksigen darah dan pelepasan oksigen di jaringan.
Terapi oksigen hiperbarik pada tekanan 2,5 atm mengurangi waktu paruh
karboksihemoglobin dari 4 sampai 5 jam menjadi 20 menit atau kurang
pada subyek yang normal.
PENGGUNAAN
Agar pemberiannya lebih efektif, terapi oksigen hiperbarik sebaiknya di
inhalasi pada atmosfir atau melalui pipa endotrakeal pada monoplace chamber
(kamar yang memuat satu orang saja) (Gambar 130-1), atau melalui sungkup,
tutup kepala yang dipasangkan dengan kencang, atau endotrakeal pada
multiplace chamber yang lebih luas. (Gambar 130-2).
Gambar 130-1. Monoplace chamberSumber : Disadur dari http://www.sechristind.com/.
Gambar 130-2. Multiplace chamberSumber : Disadur dari http://www.sechristind.com/.
Monoplace chamber digunakan untuk pengobatan kondisi medis yang kronik
pada pasien yang stabil. Multiplace chamber memungkinkan pengawasan
yang lebih ketat pada pasien dengan penyakit kritis.
Tekanan chamber biasanya dipertahankan antara 2,5 dan 3 atm dan
berlangsung 45 – 300 menit tegantung indikasinya.
Secara khusus, terapi oksigen hiperbarik diberikan dengan pengaturan oksigen
atau udara.
Pengawasan perawatan kritis dan pengobatan , termasuk ventilasi mekanik,
sebaiknya disediakan.
PENGGUNAAN KLINIK
KERACUNAN KARBON MONOOKSIDA
Keracunan karbon monooksida adalah penyebab kematian yang paling sering
akibat keracunan di Amerika Serikat. Keracunan yang hebat ditandai dengan
kehilangan kesadaran (sinkop/pingsan, kejang dan koma), defisit neurologis,
edema paru, iskemik miokard dan asidosis metabolik yang berat. Selain itu,
pada efek toksik akut, semua korban keracunan karbon monooksida beresiko
mendapatkan gejala sisa berupa kelainan neuropsikologis yang terlambat.
Kualitas dan akibat dari percobaan klinik telah berubah secara luas, tetapi
sejumlah penelitian tidak secara acak (non randomized) menunjukkan bahwa
terapi oksigen hiperbarik mempunyai efek berlawanan pada keracunan karbon
monoksida baik akut maupun lambat.
Terapi oksigen hiperbarik tidak secara rutin direkomendasikan pada pasien
dengan keracunan karbon monooksida yang ringan sampai moderat.
Pengobatan dengan oksigen normobarik 100 % selama 4-6 jam atau sampai
gejala berkurang.
Banyak ahli yang mendukung penggunaan terapi oksigen hiperbarik dalam
keadaan terdapatnya HbCO > 40 %, kehilangan keasadaran atau wanita hamil
dengan HbCO > 20 %, karena prognosis pada pasien ini dan paparan pada
fetus tidak cukup bagus dengan terapi oksigen normobarik.
Pasien dengan keracunan CO yang berat sebaiknya mendapatkan sekurang-
kurangnya satu pengobatan dengan terapi oksigen hiperbarik pada tekanan 2-
3 atm. Terapi tambahan mungkin menghasilkan perbaikan yang lebih besar
pada gejala sisa neuropsikologi.
PENYAKIT DEKOMPRESI
Penyakit dekompresi terjadi utamanya saat rekreasi menyelam yang
pernapasannya terkompresi udara saat kembali ke permukaan air terlalu cepat,
tetapi dapat juga mengenai pilot yang terbang diatas 5500 m (penyakit
dekompressi altitude/ketinggian).
Pembentukan gelembung terjadi ketika tekanan nitrogen yang terlarut di
jaringan dan darah yang melebihi tekanan di lingkungan sekitar. Gelembung
dapat menyebabkan deformasi jaringan dan oklusi penyumbatan pembulah
darah, yang akan mengganggu perfusi dan oksigenasi jaringan. Efek
biokimiawi pada darah pemisahan gas juga menyebabkan kerusakan endotel,
perubahan hemostasis dan aktivasi lekosit.
Manifestasi penyakit dekompressi dengan tingkat keparahan mulai dari bintik
merah pada kulit (rash) yang sembuh sendiri, nyeri sendi, kejang sampai
kematian mendadak.
Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi defenitif pada penyakit
dekompressi , meskipun belum ada percobaan random yang terkontrol yang
membandingkannya dengan terapi oksigen normobarik.
Belum ada kejelasan tentang efektifitas terapi oksigen hiperbarik akibat
reduksi ukuran gelembung gas dan bantuan pada hipoksia lokal atau pada
modulasi efek patologi yang dimediasi oleh gelembung pada jaringan dan
pembuluh darah.
Pasien dengan penyakit dekompresi sebaiknya menjalani terapi oksigen
hiperbarik sesegera mungkin karena keberhasilan yang nyata pada pengobatan
menurunkan emboli udara serebral telah dilaporkan setelah 4 – 5 jam
tertunda .
Pasien dengan mendapatkan terapi oksigen hiperbarik pada tekanan 2,5 – 3
atm selama 2 - 4 jam dengan mengulang terapi dengan waktu yang lebih lama
jika dibutuhkan sampai gejalanya menghilang, atau jika tidak ada perbaikan
gejala klinik.
EMBOLI GAS ARTERIAL
Emboli gas terjadi ketika gelembung udara memasuki atau terbentuk di
sirkulasi. Hal ini dapat timbul dari inflasi pulmoner berlebihan selama
menyelam, ventilasi mekanik, penempatan kateter vena sentral, hemodialisis,
dan sumber lain.
Terdapat sedikit percobaan klinik tentang terapi oksigen hiperbarik pada
emboli gas,tetapi terapi ini dapat diterima penggunaannya secara luas sebagai
satu -satunya terapi yang menyelamatkan jiwa.
Terapi segera dengan terapi oksigen hiperbarik diberikan khususnya pada
tekanan 2,5 – 3 atm selama 2-4 jam dengan terapi yang diulang jika tidak
terlihat perbaikan gejala klinik.
INFEKSI
Miositis Clostridial dan mionekrosis: Terapi utama yang selalu dilakukan
pada awalnya adalah dekompresi bedah dan eksisi serta antimikroba. Terapi
oksigen hiperbarik adjuvant diketahui untuk mendapatkan efek antibakteri dan
antitoksin. Terdapat banyak laporan kasus dan percobaan klinik yang
menunjukkan kombinasi pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan
terhadap pembedahan yang berat dan amputasi. Organisasi UHMS (Undersea
and Hyperbaric Medical Society) merekomendasikan 3 sesi, tiap sesi 90 menit
dengan tekanan 3 atm pada 25 jam pertama, diikuti dengan terapi dua kali
sehari selama 4-5 hari sampai terlihat perbaikan klinik.
Nekrosis Fascitis: infeksi yang berkembang secara cepat pada kulit dan
jaringan dibawahnya memiliki mortalitas yang sangat tinggi. Operasi
debridement dan antibiotik adalah terapi konvensional. Penelitian pada
binatang menunjukkan bahwa terapi oksigen hiperbarik mempunyai efek
antibiotik langsung, memperbaiki tekanan oksigen, fungsi leukosit, dan
pembersihan bakteri. Terapi oksigen hiperbarik telah dilaporkan dapat
mengurangi mortalitas hingga sepertiganya. Pasien sebaiknya mendapat
pengobatan dua kali sehari selama 90-120 menit pada tekanan 2-2,5 atm,
dikurangi menjadi satu kali sehari ketika pasien telah stabil. Pengobatan
selanjutnya dapat diberikan untuk mengurangi serangan ulang.
Osteomielitis yang refrakter: terapi oksigen hiperbarik direkomendasikan pada
osteomielitis lokal dan difus, khususnya jika terdapat gangguan pembuluh
darah dan imunitas. Terapi oksigen hiperbarik memungkinkan pembentukan
matriks kolagen tergantung kecukupan oksigen untuk angiogenesis. Hal ini
juga secara langsung dan secara tidak langsung membunuh bakteri anaerob
dan memungkinkan reabsopsi osteoklastik dari tulang yang nekrosis. Terapi
oksigen hiperbarik efektif pada osteomielitis dan telah dikonfirmasikan pada
penelitian terhadap binatang. Jenis pengobatan tergantung tingkat keparahan,
tetapi direkomendasikan bahwa terapi oksigen hiperbarik diberikan selama
90-120 menit perhari pada tekanan 2 -2,5 atm ,yang dilakukan bersama
dengan debridemen, antibiotik dan dukungan gizi.
Abses intrakranial : pada pasien dengan infeksi yang hebat, multipel, dalam,
atau abses terlokalisir yang banyak, atau pasien dengan gangguan imunitas,
pembedahan yang bermasalah, atau resisten terhadap terapi konvensional,
terapi oksigen hiperbarik adjuvant dapat membantu. Kejadian klinik masih
terbatas tetapi pasien diterapi satu kali atau dua kali pada tekanan 2-2,5 atm
selama 60-90 menit. Keberhasilan ditentukan dengan hasil pemerikasaan
klinik dan radiologi. Jumlah rata-rata pengobatan ini adalah 13.
SKIN GRAFT YANG TERGANGGU
Skin graft dan rekonstruksi flap mungkin gagal karena perfusi yang tidak
adekuat dan hipoksia.
Sejumlah penelitian pada binatang dan manusia menunjukkan perbaikan graft
dengan terapi oksigen hiperbarik . Pada mikrosirkulasi skeletal terapi oksigen
hiperbarik mereduksi perlekatan lekosit endothel dan mencegah vasokontriksi
yang progresif dengan referperfusi daerah yang cedera. Mekanisme lain
termasuk stimulasi fibroblas dan sintesis kolagen.
Terapi oksigen hiperbarik sebaiknya dipertimbangkan jika suatu graft atau
flap harus dipindahkan ke tempat dengan kapiler dengan sirkulasi yang jelek,
yaitu area yang tidak terjangkau, dan khususnya jika rekonstruksi sebelumnya
pada area yang sama dan tidak berhasil.
Pasien sebaiknya mendapat pengobatan dua kali sehari dengan tekanan 2 -2,5
atm selama 90 -120 menit dikurangi sampai sekali sehari sampai graft atau
flap telah stabil.
LUKA BERMASALAH
Luka bermasalah, khususnya infeksi kaki diabetik dan ulkus insufisiensi
arterial yang paling sering diobati dengan terapi oksigen hiperbarik di
Amerika Serikat. Morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Terapi oksigen
hiperbarik telah menunjukkan perbaikan penyembuhan dan penyelamatan
kaki.
Terapi oksigen hiperbarik telah dilaporkan dapat meningkatkan oksigenasi,
proliferasi fibroblast, sintesa kolagen, epitelisasi, dan neovaskularisasi,
meningkatkan aktivitas bakterisidal dan bersifat toksik pada bakteri anaerob.
Suatu penelitian double-blind random terkontrol pada tahun 2003
memperlihatkan adanya perbaikan penyembuhan dan keuntungan pembiayaan
dengan terapi oksigen hiperbarik adjuvant pada ulkus diabetik dibandingkan
dengan kelompok placebo yang mendapatkan udara hiperbarik, walaupun
dengan jumlah sampel yang kecil.
Terapi oksigen hiperbarik sangat bermanfaat pada penanganan masalah luka
dengan mendukung pemeliharaan dan penyembuhan yang lebih cepat.
Pengobatan pada tekanan 2-2,5 atm selama 90-120 menit sekali atau dua kali
sehari dikombinasi dengan graft dan kontrol infeksi bias jadi pilihan.
ANEMIA AKIBAT SYOK HEMORAGIK
Pada kondisi hiperbarik, kadar oksigen yang terlarut dalam darah dapat
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sel dan metabolik tanpa kontribusi
dari oksihemoglobin.
Syok hemoragik dapat ditangani dengan terapi oksigen hiperbarik pada pasien
yang tidak didapatkan darah yang sesuai, atau yang menolak transfusi darah
karena alasan agama dan praktek.
Terapi oksigen hiperbarik berguna sebagai suatu tindakan sementara yang
bersifat jangka pendek, tetapi terapi ini merepotkan dan mahal, serta resiko
keracunan menyebabkan pembatasan durasi pengobatan.
Direkomendasikan bahwa pasien diobati pada tekanan sampai 3 atm selama 2
sampai 4 jam, tiga sampai empat kali sehari sampai gejala hipoksia mereda
dan dan telah terjadi regenerasi sel darah merah.
CEDERA JARINGAN AKIBAT RADIASI
Terapi radiasi merusak perbaikan proliferasi sel, menyebabkan penurunan
vaskularitas, hipoksia lokal, dan kadang-kadang nekrosis. Hal ini biasanya
bermanifestasi berupa edema, ulserasi, nekrosis tulang, penyembuhan luka
yang jelek, dan meningkatkan resiko infeksi, yang dapat menetap selama
beberapa tahun setelah kerusakan awal. Dosis radiasi yang tinggi dapat
menghasilkan radionekrosis yang spontan.
Terapi oksigen hiperbarik meningkatkan densitas pembuluh darah dan
oksigenasi pada jaringan yang rusak akibat radiasi. Tekanan oksigen
meningkat sampai kadar normal memungkinkan proliferasi fibroblast,
pembentukan kolagen, angiogenesis pada tepi luka dan re-epitelisasi.
Sebelum terapi oksigen hiperbarik tersedia, rekonstruksi jaringan mandibula
yang tidak radiaktif pada pasien dengan kanker orofaring dan kanker kepala
leher yang lain seringkali tidak berhasil dengan komplikasi berupa
osteonekrosis, radionekrosis soft-tissue, mukositis, dermatitis dan
radionekrosis laringeal yang ditemukan pada 50 -60 % pasien. Angka
keberhasilan penggunaan terapi oksigen hiperbarik telah meningkat hingga 93
%.
Keberhasilan pengobatan dengan terapi oksigen hiperbarik juga nampak pada
kerusakan setelah radiasi yang lain termasuk nekrosis dinding dada, sistitis
hemoragik akibat radiasi, dan kerusakan sistem saraf pusat akibat radiasi.
Terapi ini mahal, walaupun belum meyakinkan,namun terapi oksigen
hiperbarik telah dilakukan pada cedera akibat radiasi, khususnya
osteoradionekrosis mandibula.
Protokol terbaru untuk pencegahan dan pengobatan osteoradionekrosis
mencakup 30 sesi terapi oksigen hiperbarik sebelum operasi, masing-masing
dengan tekanan 2,4 atm selama 90 menit, dilanjutkan dengan 10 sesi setelah
operasi.
LUKA BAKAR KARENA PANAS
Mekanisme manfaat yang terjadi pada luka bakar adalah pengurangan edema
akibat vasokontriksi hiperoksia, pembentukan kolagen, dan perbaikan efek
bakterisidal.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terapi oksigen hiperbarik
mempersingkat waktu penyembuhan, hospitalisasi, dan mortalitas
dibandingkan kelompok kontrol dan mengurangi kebutuhan untuk skin graft.
Namun , penelitian lain menunjukkan tidak ada manfaatnya.
Pada saat ini, masih belum jelas bahwa terapi oksigen hiperbarik memberikan
manfaat jika ditambahkan pada perawatan biasa yang diberikan pada pasien di
unit luka bakar.
Organisasi UHMS (Undersea and Hyperbaric Medical Society)
merekomendasikan tiga sesi dalam 24 jam selama 90 menit tiap sesi kemudian
dua kali sehari pada tekanan 2-2,4 atm pada daerah luka.
CEDERA CRUSH AKUT
Pada cedera crush traumatik akut, ekstravasasi cairan intravaskuler
meningkatkan perbedaan difusi dari kapiler ke sel, bersifat progresif, iskemik
yang menetap, edema, dan penyembuhan yang tidak adekuat.
Perbaikan bedah untuk mempertahankan perfusi jaringan, penggantian darah
dan antikoagulasi adalah penanganan utama.
Terapi oksigen hiperbarik dapat memperbaiki tekanan oksigen jaringan dan
meningkatkan oksigenasi basal plasma dan meningkatkan perbaikan bentuk
eritrosit.
Vasokonstriksi hiperoksia mengurangi edema tanpa mengganggu
pengangkutan oksigen dan membalikkan siklus edema iskemik.
Terapi oksigen hiperbarik juga melawan peroksidasi lipid melalui radikal
bebas dengan cara memperbaiki reperfusi cedera.
Penelitian yang dipublikasikan masih terbatas, tetapi suatu percobaan secara
acak yang terkontrol dengan kualitas tinggi pada tahun 1996 menunjukkan
perbaikan yang signifikan pada penyembuhan dengan terapi oksigen
hiperbarik .
Pasien sebaiknya diobati dalam 4-6 jam pada daerah luka dengan tekanan 2-
2,5 atm sekali sehari selama beberapa hari.
HAL LAIN
Sejumlah penggunaan potensial lain dari terapi oksigen hiperbarik telah
diusulkan, walaupun belum valid. Indikasi selanjutnya dari terapi oksigen
hiperbarik ditujukan pada otitis media maligna, cedera akibat olahraga, cedera
otak atau cedera korda spinalis, penyakit sicle cell, stroke akut, multiple
sclerosis, tinnitus, tuli sensorineural mendadak, SIRS (systemic inflammatory
response syndrome), dan infark miokard akut. Penelitian selanjutnya
dibutuhkan sebelum terapi oksigen hiperbarik dapat disahkan untuk indikasi
potensial ini.
KOMPLIKASI
Terapi oksigen hiperbarik aman jika digunakan sesuai dengan protokol
standar dengan tekanan oksigen tidak melebihi 3 atm dan dengan sesi
pengobatan dibatasi sampai 120 menit. Beberapa efek samping yang dapat
terjadi antara lain:
Efek samping yang paling sering adalah miopia yang reversibel, yang
terjadi akibat toksisitas oksigen yang langsung pada lensa atau deformitas
fisik lensa. Tidak menyebabkan dari peningkatan pembentukan katarak.
Barotrauma pada telinga tengah dan sinus yang dapat dicegah dengan
teknik yang sama atau tuba timpanostomi dan otitis media dapat dicegah
dengan pseudoefedrin. Barotrauma telinga dalam sangat jarang terjadi
namun ruptur timpani dapat mengakibatkan tuli permanen, tinitus dan
vertigo.
Menghirup oksigen dengan konsentrasi dan tekanan yang tinggi mungkin
dapat menimbulkan kejang generalisata, tetapi dapat sembuh sendiri dan
tidak menyebabkan kerusakan yang permanen. Terapi oksigen hiperbarik
juga dikaitkan dengan hipoglikemia pada beberapa pasien dengan
diabetes. Hipoglikemia sebaiknya dibedakan dengan kejang akibat terapi
oksigen hiperbarik.
Beberapa pasien memiliki gejala trakeobronkial yang reversibel, dengan
paparan terapi oksigen hiperbarik yang berulang dapat terjadi sesak pada
dada, rasa terbakar pada substernal, dan batuk, dengan gangguan fungsi
pulmoner yang reversibel.
Pasien dengan penyakit kritis yang membutuhkan oksigen normobarik
dengan konsentrasi tinggi selama suatu periode yang lama yang kemudian
menjalani paparan berulang pada terapi oksigen hiperbarik memiliki
resiko yang lebih besar pada efek toksik pulmoner.
Efek samping psikologis seperti claustrafobia, sering terjadi khususnya di
monoplace chamber.
Tidak terdapat stimulasi pertumbuhan maligna (kanker) dengan terapi
oksigen hiperbarik .
Clinical evidence tidak mendukung timbulnya komplikasi pada fetus
seperti spina bifida atau kelainan anggota gerak.
KONTRAINDIKASI
Satu-satunya kontraindikasi absolut dari terapi oksigen hiperbarik adalah
pneumothoraks yang tidak diobati.
Kontraindikasi relatif antara lain : penyakit obstruktif paru, penyakit jantung,
gangguan keseimbangan, infeksi saluran pernapasan atas atau sinusitis,
riwayat pembedahan atau cedera pada telinga dalam waktu dekat, demam, dan
claustrofobia.
Pasien dengan riwayat gangguan kejang, pneumothoraks, atau bedah toraks
adalah resiko besar untuk menderita komplikasi yang berkaitan dengan
barotrauma atau keracunan oksigen pada sistem saraf pusat.
PEMBIAYAAN
Rata-rata, satu sesi terapi oksigen hiperbarik 90 menit memiliki biaya antara
300 dan 400 $. Biaya untuk 30-40 sesi selama pengobatan radionekrosis atau masalah luka ,
dapat berkisar antara 9000 sampai 16.000 $._