Upload
phamdieu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI
DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA DINAS PENDAPATAN IlAERAH
PROVINSIDKIJAKARTA
SYARIF HIDAYATULLAH JAKART.l\
Oleh:
SYIFA SHAFARIYAH RAHMANI
NIJ\f:204082002335
Oilerima "- ·--....-- -...,,...""' ~._,,.._,,,w ,
~.uri '. o;ri··::.:-·r'L·::::··~··.(.) ...... . gl. . ;;.. "'"'Ci" 6
Ne. 1n11uk , .o.c.;::~::~::i:::::::::rr·t,f, klasifikasi : ........ . ·····································
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS EFEKTIVITAS PEMUNGUTAl'll PAJAK DAN RETRIBUSI
DAERAH TERHADAP PENDAP ATAN ASLI DAERAH
PADA DINAS PENDAPATAN DAE.RAH
PROVINSIDKIJAKARTA
SKRIP SI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Oleh [
PERPUSTAl<AAN UTAMA UIN SYAHID JAKARTA
Syifa Shafariyah Rahmani
NIJ\1:204082002335
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing IT
~· / \
< a Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 131 474 891
Afif Sulfa , SE, AK. M.Si
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIIIAYATULLAH
JAKARTA
1429 HI 2008 M
Bari ini Rabu Tanggal 25 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Syifa Shafariyah Rahmani NIM: 204082002335 dengan judul skripsi "ANALISIS EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN ASLI DAERAI-1 PROPINSI DIG JAKARTA". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
~I Rini, SE~K., M.Si
Sekretaris Drs. Ab I Hamid Cebba AK MBA
Ketua
Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms Penguji Ahli
Hari ini Kamis, Tanggal 4 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Syifa Shafariyah Rahmani NIM: 204082002335 dengan judul Skripsi "ANALISIS EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPTAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENOAPATAN DAERAH PROVINS! DKI JAKARTA". Memperhati~n kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gehrr Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Desember 2008
Tim Penguji Uiian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Pembimbing I
iii
(0 Afif Sulfa, SE,.AK. M.Si
Pembimbing II
~urricu[um Vitae :i.ftar Riwayat Hidup
RT 1- PERSONAL DATA ;IAN 1- DATA PRIBADI
I Name SYIFA SHAFARIYAH RAHMANI 'a Lengkap
:kname SYIFA a Panggilan
Sex ( ) Male ( ") Female Pria Wanita
ce & Date of Birth oat & Tanggal Lahir
Jakarta Mth: October Date: 31 Year: 1985 Age: 23 Bin
ight 155cm 'gi Badan
tionality INDONESIA !ngsaan
rent Address 11al Sekarang
JI. Semanggi I Rt. 001/03 No 21 Ciputat Timur Ke!. Cempaka Putih - Tangerang 15412
rital Status '.ls Pernikahan
RT II - EDUCATION ;IAN II - PENDIDIKAN
( ./) Single Belum Menikah
) Married Menikah
Formal Education / Pendidikan Formal
Name of School/University Faculty/Major Nania Sekolah/Universitas Fakultas!Jun,san
SDN Legoso Tangerang -
MTSN Islamiyah Tangerang -
SMKN Islamiyah Tangerru1g Akuntansi
Tgl Th
Weight Berat Badan
Religion Agama
Usia
55Kg
ISLAM
Phone : +6221 74701345 HP : +6221 96681777
)Widow Janda
) Widower Duda
From To
(Year) (Year) Hingga
Dari (Talnm) (Tahun)
1991 1998
1998 2001
2001 2004
Informal Education / Pendidikan Non Formal
Name of SchooljUniversity Nania SekolahjUniversitas
Lembaga Pendidikan Komputer
Terapan "PHITAGORAS", Jakarta
Lembaga Bahasa Inggris "JIMS
LANGUAGE COURSE'', Jakatia
\.RT III - EXPERIENCES ,GIAN III - PENGALAMAN
From Faculty/Major
(Year) Fakultas/Jurusan Dari (falwn)
Administrasi Perkantoran 2005
Toefl 2008
JOB EXPERIENCES / Pengalaman Pekerjaan
003 Magang di PT. Telkom, Bag Pemasaran
003 Magang di Bank Wakalumi, Bag Administrasi
To (Year) Hingga (fahun)
2005
2008
004 Magang di PT. Pratama, Bag. Administrasi & Umum
007 Magang KPKD Wa\ikotamadya, bag. Keuangan
ORGANISASION EXPERIENCES/ Pengalaman Organisasi
.004 Bendahara di Asosiasi
004 Divisi Kerohanian di SCAF A Tangerang
:MINAR DAN WOOKSHOP
Seminar Visit To BI GedungBI
Wookshop Perbankan Syariah Analisa Peiuang UIN Syahid Jakarta
Kerja di Bank Syariah Indonesia
Seminar Nasional "CG! dan Kebangkrntan UIN Syahid Jakarta
Indonesia"
Wookshop Fraud Indication and Audit UIN Syahid Jakarta
Technique Forensic In Coorporation With KAP,
KPK, PP AK & BPKJBPKP
CAPP ABILITY
'perating System
,pplication
•Microsoft Windows
• Microsoft Office • Microsoft Excel •SPSS
2006
2006
2006
2007
ABSTRACT
Syifa Shafariyalt Rahmani. Title "Analyze effectivity Revenue Tax and Retribution to Original Region Income with Original Region Income Province DKJ Jakarta''. (SJ) Tax Concentration, Accounting Major in Economics And Social Science Faculty of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 HI 2008 M
This research purpose is to explain the level of tax revenue effectivity with original region income (PAD) (X1), the level of retribution revenue with original region income (PAD) (X;J, and to explain the level of effi!ctifity revenue tax and retribution region with Original Region Income (PAD). This research use data collected with book method, observation and interview in region Revenue Office (Dipenda) of Province of DKJ Jakarta. The tax have been to interposed data in the field with exiting theo1y. The data is analyze by multiple regressio,1 method are used in SPSS 15 Version.
The result of this research shows that the level of ejfectivity region tax revenue (X1) have significant influence to Original Region Income (PAD) for about 0. 007 or (0. 007 < 0. 05), level of effectivity region retribution (X2) no significant influence to Original Region Income (PAD) for about 0.176 or (0.176 > 0. 05) and the level with of according region tax revenue and region retribution have significant influence to Original Region Income (PAD) fiir about 0.004 which is less than 0.05. Based on R2 influence analyze e.fkctivity level to tax and retribution revenue can explain Original Region Income (PAD) for about 99.6%.
Keyword: Effectivity Region Tax Revenue, Effectivi(V Region Retribution
Revenue, Original Region Income (PAD).
ABSTRAK
Syifa Shafariyah Rahmani. Judul "Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta". Strata Satu (SI) Konsentrasi Pajak, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 HI 2008 M.
Penelitian ini bertujuan w1tuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Variabel yang menjadi fokus penelitian adalah tingkat efektivitas pemungutan pajak (X1), tingkat efektivitas pemungutan retribusi (X2) sebagai variabel bebas dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini rnenggunakan data yang dikumpulkan dengan metode pustaka, observasi dan wawancara di Dipenda Provinsi DKI Jakarta. Untuk menginterprestasikan data di lapangan dengan teori yang ada. Data dianalisis dengan menggunakan metode regresi berganda pada SPSS 15.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas pemungutan pajak daerah (X1) berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 0.007 at:rn (0.007 < 0.05), efektivitas pemungutan retribusi daerah (X2) tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 0.175 atau (0.176 > 0.05) dan pemungutan pajak dan retribusi daerah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 0.004 dimana kurang dari 0.05. Berdasarkan koefisien detenninasi dapat diketahui bahwa pengaruh tingkat efektivitas pemungutan pajak dan retribusi dapat menjelaskan sebesar 99.6% terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kata kunci: Efektivitas Pernungutan Pajak Daerah, Efektivitas Pemungutan
Retribusi Daeralh, Pendapatan Asli Daerab (PAD).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabil' Aalamiin, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayah-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta. salam semoga selalu
tercurah pada junjunan kita baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat
beliau yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh keselamatan dan
kebahagiaan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang benair.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempuma baik
dari penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
saran mem\ju perbaikan sangat penulis harapkan.
Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan d:m kesulitan telah
penulis hadapi. Namun, berkat petunjuk dan hidayah Allah SWT, serta dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu diantaranya:
1. Bapak dan mamah tersayang Drs. H. Djedjen Zainudin dan Tikah Atikah
yang telah memberikan banyak ha! yang berarti bagi iip, semangat, cinta,
perhatian, moril ataupun materil, kasih sayang dan do' a yang bapak dan
mamah berikan tak akan dapat tergantikan oleh apapun. Semoga karya
kecil ini dapat sedikit membahagiakan mamah dan bapak. iip sayang
banget sama bapak dan mamah. Kakakku Nita. S.hum dan Ka Syaihu
(master) makasih banyak atas bantuannya baik moril ataupun materil serta
semangat, keponakanku yang tersayang dan yang paling ganteng Gildan
makasih ya de sudah menghibur tante, Adik-adikku tercinta: Fatia dan
Taufik makasih atas bimtuannya ya, Imam dan Fikri jangan sering-sering
nonton film hantu ya .. kakak sayang kalian, makasih buat semuanya.
2. Kakakku "Saikun dan Tarjudin" makasih atas do'anya, perhatian, nasehat,
serta semangat dan motivasi yang kalian berikan kepada penulis hingga
3. Sahabat-sahabatku tercinta, F4: Lili, Mora dan Mawar (makasih atas
motivasi, dulnmgan dan kebersamaan kita).
4. Dekan fakultas Ekonomi Bapak Faisal Badroen l\1BA, Pudek Akademik
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid. MS dan selaku pembimbing skripsi.
5. Kepala Jurusan Akuntansi, Bapak Abdul Hamid Cebba Ak. MBA dan
Sekretaris Jurusan Akuntansi Bapak Amilin, SE., Ak.,Msi.
6. Pembimbing 1, Bapak Prof. DR. Abdul Hamid. MS, yang telah
memberikan perhatian, pengarahan dan motivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
7. Pembimbing II, Bapak Afif Sulfa, SE., AK.,M.Si 1terima kasih atas segala
motivasi dan perbaikan demi kelancaran sk:J:ipsi ini semoga ilmu yang
telah bapak berikan menjadi ilmu yang bermanfaat.
8. Dosen di fakuitas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS) yang telah mendidik
penulis, semoga Allah membalas semua kebaikan bapak dan ibu dengan
berlipat ganda.
9. Kepala Kantor Dipenda Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan izin
penulis untuk melakukan riset. Serta semua pihak yang telah membantu,
Bapak Kunto (maaf ya pak sudah ngerepotin bapak), Pak H. Taufik
(makasih atas semua masukan tuk penulis), Pak H. Edi (makasih sudah
meluangkan waktunya) dan pak Ciko makasih atas bantuannya, terima
kasih untuk semuanya.
I 0. Sahabat-sahabatku: Putri, Maryati, Yuli, E'neng, Elrn, Nida, Nisa, Ulfa,
Agis, Na2ng, Ferdi, Lutfi, Fahrni, Mario, Zamal, Fi'i, Nanda, Imam, Mas
Adi, Bang Fredi, Herman, Tika, Tias, Dika, Habib, Mba Evi, Fara, Nila,
Hendri, Elya, Arya (maksih ya .. buat suport kalian) dan Teteh-teteh'Q Teh
Euis dan Teh Tira (makasih ya atas masukan dan nasehatnya).
11. Teman-teman seperjuangan di Aktmtansi A, Akuntansi B, Manajemen A,
Manajemen B angkatan 2004.
12. Semua pegawai dan staff akademik Fakultas Ekonomi Non Regnier: Bu
Ani (makasih ya .. bu atas nasehatnya), bu yuli, bu isma, pal' alferd, Pak
Ajis, Pak Budi, Pak Heri, Pak Seandy. Makasih atas segala bantuannya
selama penulis berada di FEIS.
Nanmn, disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempuma, baik dari segi isi, dan metodologi penulisan. Untuk itu saran
dan kritik sangat penulis harapkan guna penye:mpumaan skripsi ini.
Akhimya penulis berharap semoga karya ini bennanfaat bagi pembaca,
khususnya untuk menambah wawasan, pengetahuan serta informasi.
Jakruia, 4 Desember 2008 Penulis
Syifa Shafariyah Rahmani
DAFTARISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...........................•....• i LEMBAR PENGESAHAN U.JIAN KOMPREHlENSIF •.......................•.•.... ii LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN SKRIPSI ..............•............................ iii DAFT AR RIWA Y AT HIDUP .............................................•.............•..•.......•.• iv ABSTRACT ..................................................................................................... vii ABSTRAK .................................................................................................•..... viii KA TA PEN GANT AR .............................•............•....•......•....•.......................... ix DAFT AR ISI .....................•......................................................................•....... xii DAIFTAR TABEL ....•.......................•..•.....................•...............•....•...........•...•. xiv DAFT AR GAMBAR ....................•..........................•..............................••....... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................•....................•..........•.. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................•...•.•.. 6
BAB II TINJAUAN PUST AKI\ ...................................................•............. 8 A. Pajak dan Ruang Lingkup .......................................................... 8
1. Devinisi Pajak ................................................................ 8 2. Fungsi Pajak ................................................................... 9 3. Pengelompokan Pajak .................................................. 11 4. Tata Cara Pemungutan Pajak ........................................ 12 5. Kewajiban dan Hak-hak Pajak ...................................... 16 6. Pcrbedaan Pajak Dengan Rctribusi ............................... 19 7. Manfaat Pajak ................................................................ 20
B. Pendapatan Asli Daerah ............................................................ 21 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah .............................. 21 2. Smnber Pendapatan Asli Daerah .................................... 21
C. Pajak Daerah .............................................................................. 22 1. Pengertian Pajak Daerah ............................................... 22 2. Objek Pajak Daerah dan Tarif Pajak Daerah ................ 23 3. Fungsi Pajak Daerah ....................................................... 24 4. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah .......................... 25 5. Tata cara Pembayaran dan Penagihan ........................... 25 6. Sistem Pemungutan Pajak Daerah .................................. 26 7. Daluwarsa Pajak Daerah ............................................... 27 8. Keberatan, Banding dan Gugatan .................................. 2 7 9. Cara Perhitungan Pajak Daerah ..................................... 29
D. Retribusi Daerah ........................................................................ 29 I. Pengertian Retribusi Daerah .......................................... 29 2. Objek Retribusi Daerah ................................................. 31
------------------···-·------------12
5. Sistem dan Tata Cara Pemungutan Retribusi ................ 34 6. Cara Perhitungan Retribusi Terhutang .......................... 35 7. Penetapan dan Pembayaran Retribusi ........................... 36 8. Daluwarsa Retribusi Daerah ........................................... 38
E. Efektivitas ................................................................................. 38 F. Kerangka Pemikiran .................................................................. 39 G. Hipotesis ................................................................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 41 A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 41 B. Metodologi Penentuan Sampel.. ................................................ 41 C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 42 D. Metode Analisis ......................................................................... 43
1. Uji Normalitas ............................................................... 43 2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 44 3. Uji Hipotesis ................................................................... 46 4. Pengukuran Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi
terhadap PAD ................................................................. 48 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................ 48
BAB IV AN ALIS IS DAN PEMBAHASAN ................................................ 50 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 50
!. Sejarah Singkat Dipenda Provinsi DIG Jakarta ............ 50 2. Visi dan Misi Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta52 3. Kedudukan, Tugas dan f~ungsi ....................................... 53 4. Struktur Organisasi ........................................................ 55
B. Penemuan dan Pembahasan ........................................................ 66 1. Efektivitas Pemungutan Pajak Daerail di Provinsi DKI
Jakarta ............................................................................ 66 2. Efektivitas Pemungutan Retribusi Daerah di Provinsi
DKI Jakarta .................................................................... 68 3. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI
Jakarta ............................................................................ 72 C. Hasil Uji Penelitian ..................................................................... 74
1. Uji Nom1alitas ............................................................... 74 2. Uji Asumsi Klasik ......................................................... 76 3. Uji Hipotesis ................................................................. 79 4. Penelitian Sebelumnya .................................................. 85
BAB V Kesimpulan Dan Implikasi ........................................................... 87 A. Kesimpulan ................................................................................ 87 B. Implikasi ................................................................................. 88 C. SaraJ1 ................................................................................. 89
00
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Mekanisme Penetapan dan Pembayaran Retribusi Daerah 37
2.2 Kerangka Pemikiran 39
4.1 Struktur Organinasi Dipenda Provinsi DKI Jakarta 65
4.2 Pertumbuhan Target dan Realisasi PAD 73
4.3 Grafik Normalitas 75
4.4 Grafik Scatterpot 77
A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran
waj ib rakyat kepada negara. Dari pajak ini yang man a akan digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan, (http://www-pajakdaerah.htm).
Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan
pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak
diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, yaitu mulai tanggal I Januari
2001.
Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari
sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung p•embiayaan pengeluaran
daerah. Dari berbagai altenatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut
oleh daerah, Undang-undang tentang penerimaan da1:rah menetapkan pajak
dan retribusi daerah menjadi salah sumber penerimaan yang berasal dari
dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah.
Dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia, sejak Indonesia
merdeka sampai sekarang ini pajak dan retribusi daerah telah menjadi sumber
penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah. Sejak tahun 1948 berbagai
Undang-undang tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan
1
antara pusat dan daerah telah menetapkan pajak dan retribusi daerah sebagai
sumber penerimaan daerah, bahkan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
1974 pajak dan retribusi daerah dimasukkan menjadi p1mdapatan asli daerah.
Untuk memungut pajak dan retribusi daerah pemerintah dan DPR
sejak lama telah mengeluarkan undang-undang sebagai dasar hukum yang
kuat. Selain itu, peraturan yang dikeluarkan pada masa pemerintahan
penjajahan Belanda masih ada yang tetap digunakan sampai dengan tahun
1997. Hal ini terjadi karena ketentuan peralihan Undang-undang Dasar 1945
memang memungkinkan penerapan peraturan pemndang-undangan yang
masih ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru.
Hanya saja, mengingat perkembangan kondisi sosial, ekonomi, dan
politik yang semakin membaik segala peraturan pemungutan pajak dan
retribusi daerah di Indonesia perlu dilakukan agar memiliki dasar hukum yang
lebih kuat dan hasilnya dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah.
Terlepas dari pemberlakuan Undang-undang pajak daerah dan retribusi
daerah yang baru, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang
undang Nomor 34 Tahun 2000. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 lahir
sebagai upaya untuk mengubah sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah
yang berlangsung di Indonesia, yang banyak menimbulkan kendala, baik
dalam penetapan maupun pemungutan. Adanya ketidakjelasan dalam
penetapan objek pajak maupun objek retribusi serta kemungkinan timbulnya
2
pengenaan berganda telah mengakibatkan proses pemungutan pajak dan
retribusi daerah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi ekonomi dan
dinamika masyarakat.
Oleh karena itu, lahimya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 telah
membawa perubahan dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah. Dalam
perkembangan penerapan undang-undang tersebut, pcmerintah dan DPR
merasa perlu dilakukan perubahan dan penyempumaan seiring dengan
perkembangan situasi perekonomian secara makro serta perubahan kondisi
sosial politik, yang ditandai dengan semangat otomomi daerah yang semakin
besar. Dengan demikian, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 lahir sebagai
penyempumaan terhadap Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997.
Segala kondisi diatas memang dimungkinkan dalam pengenaan dan
pemungutan pajak dan retribusi daerah. Agar tidak membingungkan dan
merugikan masyarakat, peraturan tentang pajak dan retribusi daerah harus
disosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami dengan jelas.
Untuk menyesuaikan dengan pemungutan pajak dan retribusi daerah pada
suatu daerah, pembahasan ini tentang suatu jenis pajak atau retribusi daerah
tetap harus mengacu pada peraturan daerah dan ketentuan kepala daerah yang
ditetapkan untuk suatu jenis pajak daerah atau pun retribusi daerah yang
dipungut pada daerah tersebut.
3
Untuk merealisasikan keinginan dalam menetapkan otonomi daerah
guna mengurangi ketergantungan daerah pada pemerintah pusat, maka
pemerintah pusat telah menetapkan UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
pemerintah daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 Tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini mengisyaratkan
diberlakukannya otonomi daerah, dimana pemerintah daerah baik pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten, maupun kota telah diberikan wewenang
untuk mengatur rumah tangga daerah sendiri melalui otonomi daerah yang
mengedepanka;:i kemandirian daerah.
Retribusi daerah merupakan pendapatan asli daerah yang cukup besar
peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya PAD. Sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia saat ini penarikan
retribusi hanya dapat di pungut oleh pemerintah daerah. Jadi dengan demikian,
retribusi yang di pungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah.
Pengertian dari retribusi daerah adalah pemungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberi izin tertentu yang khusus disediakan dan
diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan (Ahmad
yani, 2004: 56). Jadi dalam retribusi daerah jasa dan adanya retribusi daerah
tersebut langsung dapat ditunjuk. Misalnya, retribusi pasar dibayar karena
adanya penggunaan ruangan pasar tertentu oleh sipembayar retribusi.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh:
4
I. Ahmad Najib (2006), yang meneliti tentang Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Pene1imaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kebupaten
Karawang. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa
keempat Variabel Independent (pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan
milik daerah, serta pendapatan lain yang sah) berpengaruh secara
signifikan terhadap penerimaan PAD Kebupaten Karawang.
2. Nurul Hadi (2008), yang meneliti Optimalisasi Penerimaan Retribusi
Daerah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Dat;ah (PAD) di
Kota Depok. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
penerimaan retribusi daerah di kota depok tahun 2002-2005 sudah
mencapai optimal, sedangkan ditahun 2006 penerimaan retribusi daerah
tidak mencapai optimal. Disamping itu dapat disimpulkan bahwa retribusi
daerah mempunyai hubungan (korelasi) positif dengan perubahan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 0.584 atau 58.4%. Retribusi
daerah juga memiliki kontribusi signifikan terhadap perubahan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sebesar 0.341 atau 34.1 %. Hal ini menurtjukan bahwa
pengaruh retribusi daerah lemah terhadap perubahan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di kota Depok.
Perbedaan mendasar yang penulis ingin menjabarkan dengan
penelitian sebelumnya, bahwa dalam penelitian ini penulis lebih fokus untuk
mengetahui apakah pemungutan pajak dan retribusi claerah yang merupakan
sumber Pendapatan Asli Daerah sudah mencapai efektif.
5
Dengan ini penulis tertarik meneliti melalui penulisan skripsi yang
berjudul " Analisis Efektivitas Pemungntan Pajak dan Retribnsi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi DKI Jakarta".
B. Rnmnsan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat merumuskan beberapa
pennasalahan sebagai berikut:
I. Seberapa besar tingkat efektivitas pemungutan pajak terhadap Pendapatan -· -Asli Oaerah Provinsi OKI Jakarta.
2. Seberapa besar tingkat efektivitas pemungut?Jl retribusi terhadap
Pendapatan Asli Oaerah Provinsi OKI Jakarta.
3. Seberapa besar pajak dan retribusi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Oaerah Provinsi DKI Jakarta.
C. Tujnan dan Manfaat Penelitian
1. Tujnan Penelitian
a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan pajak terhadap
Pendapatan Asli Oaerah Provinsi OKI Jakarta.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan retribusi terhadap
Pendapatan Asli Oaerah Provinsi OKI Jakarta.
6
c. Untuk mengetahui pajak dan retribusi secara bersama-san1a
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DK.I Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana (SI) pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri (UIN).
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan swnbangan pemikiran
bagi pemerintah dalam mengambil kebijaksimaan dalam usahanya
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Dae,rah guna membiayai
pembangunan daerah khususnya penerimaan yang berasal dari pajak
daerah. Diliarapkan sebagai bahan dan info1masi bagi peneliti
selanjutnya terhadap ma~alah dan tempat yang sama dengan kajian
yang lebih mendalam untuk meningkatkan pendapatan pajak dan
retribusi di Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DK! Jakarta.
7
BAB II
TINJAUAN PUST AKA
A. Pajak dan Rnang Linglmp
1. Definisi Pajak
Menurut Elry Suandy (2005: 10), Sebagai perbandingan pajak
dapat disajikan definisi dari beberapa sarjana, yang dimuat secara
kronologi:,.
Definisi M. J.H. Smeets
Dalam bukunya De Economishe Betekenis der Belastingen, 1951,
mengatakan:
"Belastingen zijn aan de overheid (vo/gens normen) verschuligde, afdwinngbare pretties, zonder dat hiertegenover, ln het individuele gevel, aanwijsbare tegen-prestaties staan; zij streklren tot dekking van publieke uintgaven. "
"Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui normanorma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah."
Soeparman Soemahamidjaja
Dalam disertasinya yang berjudul "Pajak Berdasarkan Asas
Gotong Royong," Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964:
"Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan nonna-nonna hukum, guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum."
Rochmat Soemitro
Dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan
adalah sebagai berikut:
"pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuklran dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum," dengan peajelasan sebagai berikut: "Dapat dipaksakan" artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak, 1tidak dapat ditunjukkan jasa timbal-balik tertentu, seperti halnya dengan re1ribusi.
Definisinya yang kemudian dipertahankan (sebagai koreksi dari
bagian pertama dari definisinya semula) dapat disimpulkan dari iuran
dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Pembangunan, Eresco, 1974,
halaman 8. Definisi tersebut kurang lebih dapat berbunyi sebagai berikut:
"Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan 'surplus' -nya digunakan untuk
simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk
membiyai investasi publik (public incestment). "
2. Fungsi Pajak
Menurut Erly Suandy (2005: 14), terdapat dua fungsi pajak, yaitu
fungsi budgetair (finansial) dan fungsi regulerend (fungsi mengatur):
a. Fungsi Budgetair/Finansial
Fungsi budgetair/finansial yaitu memasukan uang sebanyak-
banyaknya ke kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara.
9
Penerimaan dari sektor pajak dewasa ini menjadi tulang punggung
penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Untuk tahun anggaran 2004 penerimaan dalan1 negeri Rp 403 tiiliun,
terdiri penerimaan pajak Rp 279,2 t:Jiliun sedangkan penerimaan negara
bukan pajak Rp 123,8 t:Jiliun terdiri dari penerimaan sumber daya alam
Rp 92,4 triliun, laba BUMN Rp 9, 1 triliun, darn pendapatan lainnya Rp
22,3 t:Jiliun.
Penerimaan pajak selama pelita VI ditargetkan tumbuh 17,3% rata
rata per tahun. Penerimaan pajak sebagai pe:rsentase terhadap total
penerimaan dalam negeri harus meningkat dari 64,5% pada akhir pelita
V mcnjadi 77,8% pada akhir pelita VI.
b. Fungsi Regulerend!Fungsi Mengatur
Fungsi regulerend I fungsi mengatur yaitu pajak digunakan
sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat di bidang ekonomi, sosial
maupun politik dengan tujuan tertentu.
Pajak digunakan sebagai alat untuk m•~ncapai tujuan te1tentu
dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:
I) Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan
dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik investasi
dalam negeri maupun investasi asing.
2) Pengenaan pajak ekspor untuk produk-JProduk tertentu dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.
10
3) Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
untuk produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi
produk-produk dalam negeri.
Di samping kedua fungsi di atas pajak masih mi:mpunyai tujuan-tujuan
lain seperti untuk redistribusi pendapatan atau menggulangi inflasi.
3. Pengelompokan Pajak
Menurut Mardiasmo (2006: 5), pengelompokan pajak terdiri dari:
a. Menurut golongan
I) pajak Iangsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain.
Contoh: Pajak Penghasilan
2) pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang Iain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
b. Menurut sifatnya
I) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertamnahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
J I
c. Menurut lembaga pemungutnya
1) Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan
Bea Materai.
2) Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas:
(a) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor.
(b) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.
4. Tata Cara Pemuugutan Pajak
a. Stelse Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakunan berdasarlam 3 stelse (Mardiasmo,
2006: 6):
I) Stelse nyata (riel stelse)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelse nyata
mempw1yai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelse
12
ini adalah pajak yang dikenakan lebih realities. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode
(setelah penghasilan riil diketahui).
2) Stelse anggapan (fictieve stelse)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah
dapat ditetapkan besamya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan.
Kebaikan stelse ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,
tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya
adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
3) Stelse campuran
Stelse ini merupakan kombinasi antara stelse nyata dan ste!se
anggapan. Pada awal tahun, besamya paja:k dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besamya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenamya. Bila besamya pajak
menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan,
maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil
kelebihannya dapat diminta kembali.
13
b. Cara Pemuugutau Pajak
Menurut Erly Suandy (2005: 41), Dalam era globalisasi
sekarang ini batas negara menjadi tidak jelas bagi wajib pajak dalam
mencari dan memperoleh penghasilan, sehingga pemungutan pajak ini
penting untuk menentukan negara mana yang berhak memungut
pajak. Dalam pemungutan pajak penghasilan ada tiga macam cara
yang biasa dilakukan:
I) Asas Domisili (tempat tinggai)
Dalam asas ini pemungutan pajak penghasilan pada domisili atau
tempat tinggal waib pajak dalam suatu negarac. Negara dimana wajib
pajak bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap wajib pajak
tanpa melihat darimana pendapatan atau penghasilan tersebut
diperoleh, baik dalam negeri maupun luar negeri dan tanpa melihat
kebangsaan/ kewarganegaraan wajib pajak tersebut.
2) Asas Sumber
Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada sumber
pendapatan/penghasilan dalam suatu negara. Menurut asas ini, negara
yang menjadi sumber pendapatan/ penghasilan tersebut berhak
memungut pajak tanpa memperhatikan domisili clan kewarganegaraan
waj ib pajak.
3) Asas kebangsaan (Nationaliteit)
Dalam asas ini, pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan atau
kewarganegaraan dari wajib pajak, tanpa melihat darimana sumber
14
pendapatan/ penghasilan tersebut maupun di negara mana tempat
tinggal (domisili) dari wajib pajak yang bersangkutan.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2006:7), sistem pe:mungutan pajak terbagi
menjadi tiga, yaitu:
1) Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
(a)Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus;
(b)Wajib Pajak bersifat pasif;
( c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2) Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
Ciri-cirinya:
(a)Wewenang untuk menentukan besarnya p1tjak terutang ada pada
Wajib Pajak sendiri;
15
(b)Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang;
( c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3) With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dsn bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya p~jak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
Wewenang menentukan besamya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
S. Kewajiban dan Hak-hak Wajib Pajak
Dari ketentuan yang dimuat dalam Undang··undang Pajak Nasional
(UU Perpajakan Tahun 2000) terdapat kewajiban dari wajib pajak dan
hak-haknya sebagai berikut:
1) Kewajiban Wajib Pajak:
(a) Melaksanakan pendaftaran diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas dar"1 wajib pajak. Dengan
diperolehnya NPWP tersebut selain dipergunakan untuk mengetahui
identitas wajib pajak yang sebenamya, juga berguna untuk menjaga
ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan. Terdapat wajib pajak yang tidak
16
mendaftarkan diri mendapatkan NPWP akan dikenakan sanksi
pidana.
(b) Mengambil sendiri blanko Surat Pemberitahuan (SPT) ditempat
tempat yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak. Fungsi SPT
adalah sebagai sarana wajib pajak untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah wajib pajak yang
sebenarnya terutang dan laporan tentang pemenuhan pembayaran
pajak yani,; telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak serta
laporan tentang pembayaran pajak yang telah dipotong oleh pihak
ketiga.
(c) Wajib pajak untuk mengisi dengan benar dan lengkap dan
menandatangani sendiri surat pemberitahuan pajak kemudian
mengembalikan surat pemberitalman ini kepada kantor inspeksi
pajak.
( d) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan-pencatatan. Pada
dasamya setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan diharuskan mengadakan pembukuan.
2) Hak-hak Wajib Pajak:
(a) Wajib pajak mempunyai hak untuk menerima tanda bukti pemasukan
surat pemberitahuan. Pengiriman surat pemberitahuan melalui kantor
pos dan giro hams dilakukan secara tercatat, dan tanggal pengiriman
dianggap sebagai tanda bukti tanggal penerimaan.
17
(b) Wajib pajak mempunyai hak mengajukan pe1mohonan penundaan
penyampaian surat pemberitahuan. Penundaan pengajuan dari wajib
pajak disebabkan wajib pajak mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pembukuannya.
(c) Wajib pajak mempunyal hak untuk melakukan pembetulan sendiri
SPT yang telah dimasukan pembetulan atas surat pemberitahuan
dapat dilakukan oleh wajib pajak jika terdapat kekeliruan dalam
pengisian SPT yang dibuat oleh wajib pajak.
(d) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan dan penundaan
pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya.
(e) Wajib pajak berhak melakukan pengambilan kelebihan pembayaran
pajak serta memperoleh kepastian terbitnya Surat Keputusan
Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP).
(f) Wajib pajak berhak melakukan permohonan pembetulan salah tulis
atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dalam penerapan peraturan perundang
undangan perpajakan.
(g) Wajib pajak berhak mengajukan keberatan dan berhak atas kepastian
terbitnya surat keputusan atas surat permohonan keberatannya.
(h) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan banding atas surat
keberatannya yang telah diputuskan oleh Direktorat Jendral Pajak.
18
(i) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan penghapusan atau
pengenaan sanksi perpajakan serta pembetulan ketetapan pajak yang
salah atau keliru.
0) Wajib pajak berhak memberi kuasa khusus kepada orang lain untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
6. Perbedaan Pajak dengan Retribnsi
Perbedaan pajak dengan retribusi adalah sebagai berikut:
a) Kontra Prestasinya: pada retribusi kontra prnstasinya dapat dituajuk
secara langsung dan secara individu dan golongan tertentu
sedangkan pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara
langsung.
b) Balas Jasa Pemerintah: pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk
umum, seluruh rakyat menikmati balas jasa, baik yang membayar
pajak maupun yang dibebaskan dari pajak. Sebaliknya, pada retribusi
balas jasa negara/pemerintah berlaku khusus, hanya dinikmati oleh
pihak yang melakukan pembayaran retribusi.
c) Sifat Pemungutannya: pajak bersifat um um, artinya berlaku untuk
setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak.
Sementara itu, retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu
yang menikmati jasa pemerintah yang dapat dlitunjuk.
d) Sifat Pelaksanaan: pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan
yang berlaku umum dan dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan,
yaitu setiap orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari
19
pemerintah harus membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada
retribusi bersifat ekonomis sehingga pada hakikatnya diserahkan
pada pihak yang bersangkutan untuk membayar atau tidak. Hal ini
berbeda dengan pajak, sifat paksaan pada pajak adalah yuridis,
artinya bahwa setiap orang yang melanggarnya akan mendapat
sanksi hukuman, baik berupa sanksi pidana maupun denda.
e) Lembaga atau Badan Pemungutannya: pajak dapat dipungut oleh
pemerintah pusat atau pun pamerintah daerah sedangkan retribusi
hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
7. Manfaat Pajak
Masyarakat jelas perlu melihat apa manfaat nyata dari pajak yang
telah mereka bayarkan. Dengan begitu, mereka dapat melihat bahwa pajak
yang mereka bayarkan ada kegunaannya untuk bangsa. Dan mereka dapat
bangga karena telah membayar pajak. Pemerintah perlu transparansi
terhadap penggunaan dana pajak. Contoh, infonnasi berapa jumlah gaji
pegawai negeri yang sudah dibayarkan, dimana saja jalan raya yang sudah
diperbaiki, dimana saja lampu jalan yang sudah diperbaiki atau diganti.
Jika pemerintah mampu melakukan ha! ini, beban membayar pajak bukan
tidak mungkin akan terasa jauh lebih ringan di pundak wajib pajak.
(Indonesia Tax Review, 2006: 5).
20
B. Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerab
Setiap daerah memiliki wewenang dan kewajiban untuk menggali
sumber keuntungan sendiri dengan melakukan segala upaya untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan demikian
pemerintah daerah dapat melaksanakan tugas pemerintah dan
pembangunan yang semakin mantap demi kesejaht<:raan masyarakatnya.
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan pernndang-undangan yang
berlaku.
Jadi dapat disimpulkan pendapatan asli daerah mernpakan suatu
penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber wilayahnya sendiri
berdasarkan peraturan pernndang-undangan yang berlaku. Pendapatan asli
daerah hams betul-betul dominan dan mampu memikul beban kerja yang
diperlukan hingga pelaksanaan otonomi daerah tidak dibiayai oleh dari
subsidi atau dari sumbangan dari pihak ketiga atau pinjaman daerah.
2. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli daerah mernpakan bagian dari sumber pendapatan
daerah sebagaimana diatur dalam pasal 55 UU No.5 Tahun 1947 sebagai
salah satu sumber pendapatan daerah dalam kait:in pelakasaan otonomi
daerah. Sumber-sumber pendapatan asli dearah tidak dapat dipisahkan dari
pendapatan daerah secara keseluruhan. Menurut Undang-undang Nomor
21
25 tahun 1999 tentang pemerintah daerah, Undang-undang Nomor 22
tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah.
C. Pajak Daerah
l. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Elry Suandy (2005: 236), Pajak daerah adalah iuran yang
wajib dilakukan oleh orang pribaJi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dlipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Indonesia Tax Review (2007: 17), Terdapat dalam
Rencana Undang-undang pajak daerah dan re:tribusi daerah adalah
pemberian sanksi kepada Pemerintah Daerah yang tidak mematuhi aturan
pasal 138 ayat (I) dan ayat (2) serta pasal 139 ayat (1) dan ayat (5) RUl}
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pasal-pasal RUU Pajak Daerah dan
Retribusi Dae rah ini, mengatur tentang kewaj iban daerah untuk meminta
persetujuan pihak di atasnya sebelum dan sesudah menetapkan suatu perda
baru, serta kewajiban memberhentikan pemberlakuan perda yang telah
dibatalkan oleh pemerintah pusat.
22
2. Objek Pajak Daerab dan Tarif Pajak Daerab
Menurut Erly Suandy (2005: 236), objek pajak daerah dan tarif pajak
daerah, sebagai berikut:
Pajak Daerah Tingkat I Tarif Tertinggi
I. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air 5%
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaman di atas Air I 0%
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfuatan Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan 20%
Pajak Daerab Tingkat II Tarif Tertinggi
I. Pajak Hotel 10%
2. Pajak Restoran 10%
3. Pajak Hiburan 35%
4. Pajak Reklame 25%
5. Pajak Penerangan Jalan 10%
6. Pajak Pengambilan & Pengelolahan Baban Galian Golongan C 20%
7. Pajak Parkir 20%
Tarif pajak untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air,
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Pajak Pengambilan dan
pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan ditetapkan seragam di
seluruh Indonesia dan diatur dengan peraturan Pemerintab.
23
Sedangkan untuk Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pe11gambilan Bahan Galian
Golongan C, dan Pajak Parkir ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Selain
pajak tersebut di atas, Peraturan Daerah dapat rnenetapkan jenis pajak
Kabupaten/Kota lainnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. bersifat pajak dan bukan retribusi;
b. objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/
Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup
rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
c. objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum;
d. objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan/atau objek
pajak pusat;
e. potensial memadai;
f. tidak memberikan dampak ekonomi yang negative;
g. memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat;
h. menjaga kelestarian lingkungan.
3. Fungsi Pajak Daerah
Sebagaimana fungsi pajak pada umrnmnya, pajak daerah
mempunyai fungsi utama namun yang membedakan pajak pada umumnya
di peruntukkan untuk negara sedangkan pajak daerah untuk daerah sebagai
pendapatan asli daerah.
24
4. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah
Dalam pemungutan pajak daerah, terdapat suatu istilah yang
kadang disamakan walaupun sebenamya memiliki pengertian yang
berbeda, yaitu subjek pajak dan wajib pajak. Dalam beberapa jenis pajak,
seperti pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, subjek pajak
identik dengan wajib pajak, yaitu setiap orang atau badan yang memenuhi
ketentuan sebagai subjek pajak diwajibkan untuk membayar pajak secara
otomatis menjadi wajib pajak.
5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah saat terutangnya pajak.
Surat ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar, Surat Ketetapan pajak Daerah kurang Bayar Tambahan, Surat
Tagihan Pajak daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar ditambah dan harus dilunasi dalarn jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. A.tas permohonan wajib
pajak, kepala daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak
untuk mengangsur atau menunda pembayaran p11jak, dengan dikenakan
bunga sebesar 2% ( dua persen) sebulan setelah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan. Dan tata cara pembayaran, penyetoran, tempat
pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayamn pajak diatur dengan
Keputusan Kepala Daerah.
25
6. Sistem Pemungntan Pajak Daerah
Sistem pemungutan pajak daerah dapat dibagi menjadi dua yaitu
sistem official assesment dan sistem self assasment, yaitu:
a. Sistem official assesment
Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah
dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau
dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib pajak setelah menerima
SKPD atau do;.:umen lain yang dipersamakan tinggal melakukan
pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada
kantor pos atau bank persepsi. Jika wajib pajak tidak kurang
membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPD).
b. Sistem self assesment
Wajib pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD adalah formulir
untuk menghitung, memperhitungkan, memhayar, dan melaporkan
pajak yang terutang. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar
atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan
ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
26
4) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksudkan pada ayat
' (3) adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak berakhimya
keadaan diluar kekuasaan penggugat.
5) Terhadap I (satu) pelaksanaan penagiahan atau I (satu) keputusan
diajukan I (satu) surat gugatan.
9. Cara Perhitungan Pajak Daerah
Besamya pokok pajak dihitung dengan cara: mengalikan tarif pajak
dengan dasar pengenaan pajak. Cara perhitungai~ ini digunakan untuk
setiap jenis pajak daerah, yang juga merupakan dasar perhitungan untuk
semua jenis pajak pusat.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengen=n P:a:r
D. Retribusi Daerah
1. Peugertian Retribusi
Menurut Erly Suandy (2005: 242), Retribusi adalah pemungutan
yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa
yang disediakan oleh negara. Retribusi yang dipungut oleh pemerintah
Indonesia sekarang diatur dalam Undang-undanng Nomor 18 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun
2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Undang-undang
ini yang dimaksud dengan retribusi adalah pungut:m sebagai pembayaran
29
atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerab dengan objek sebagai
berikut:
a. Jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan pt:manfaatan um um serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;
b. Jasa usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersial karena pada
dasamya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;
c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemda dal.am rangka pembinaa,
pei.gaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentin1;an orang pribadi atau
badan.
Ada beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini
dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut (Siahaan, 2005: 7):
a. Retribusi merupakan pungutan yang di pungut berdasarkan undang
undang dan peraturan daerah yang berlaku;
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah;
c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas
jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya;
30
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang di selenggarakan oleh
pemerintah daerah yang di nikmati oleh orang atau badan;
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi daerah adalah sanksi secara
ekonomi, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh
jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Retribusi daerah merupakan bagian dari P•endapatan Asli Daerah
(PAD) yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah dan meraklkan kes<)jahteraan masyarakat.
Daerah kabupaten/kota diberi kewenangan dalam menggali potensi
sumber-sumber keuntungannya dengan menetapkan jenis retribusi selain
yang telah di tetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
2. Objek Retribusi Daerah
Objek retribusi daerah terdiri dari:
a. Jasa umum, yaitu berupa pelayanan yang disudiakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;
b. Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial;
c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksndkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
31
daya alam, barang, prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
3. Subjek Retribusi Daerah
Subjek retribusi daerah sebagai berikut:
a. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi arau badan yang
menggunakanlmenikmati pelayanan jasa um um yang bersangkutan.
b. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakanlmenikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
c. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daera.h.
4. Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah
Menurut Dispenda DKI Jakarta (2008:36), terdapat beberapa
pertimbangan untuk menyusun petunjuk teknis pemungutan retribusi
daerah, sebagai berikut:
a. Adanya perbedaan karakteristik pelayanan yang ada pada masing
masing unit SK.PD pemungut retribusi, yang ~.alah satunya berakibat
adannya perbedaan sarana pemungutan retribusi daerah, dimana ada
SK.PD yang memakai Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKPD) dan
yang memakai karcis.
b. Diperlukannya kepastian hukum atas kewenangan petugas pelaksana
pemungutan retribusi daerah untuk menghindari adanya pelanggaran
administrasi.
32
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Tabel 2.1 Petunjuk Tekuis Pemungutan JR.etribusi
70 Tahun 2007
79 Tahun 2007
80 Tahun 2007
86 Tahun 2007
87 Tahun 2007
88 Tahun 2007
89 Tahun 2007
96 Tahun 2007
I 09 Tahun 2007
110 Tahun 2007
111 Tahun 2007
117 Tahun 2007
118 Tahun 2007
l I 9 Tahun 2007
120 Tahun 2007
121 Tahun 2007
122 Tahun 2007
139 Tahun 2007
154 Tahun 2007
Petuajuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah Pelayanan Pertanian dan K1:hutanan Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah Pelayanan Ke endudukan clan Catalan Si il Petunjuk Tenis Pernungutan Retribusi Daerah Pela anan Ke ariwisataan Petuajuk Teknis Pernungutan Retribusi Daerah Pela anan Penan Ian an Baba a Kebakaran Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah Pela anan keolahra aan Petunjuk Teknis Pernungutan Retribusi Daerah Pela anan Pertamban an Petunjuk Teknis Pemungilan Retribusi Daerah Pela anan Perindustrian dan Perda an an Petunjuk Teknis Pernungutan Retribusi Daerah Pela anan Pertamanan Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah Pela anan Taman Mar asatwa Ra unan Petunjuk Teknis Pemunguitan Retribusi Daerah Pela anan Kebersihan Petunjuk Teknis Pemungu1tan Retribusi Daerah Pelayanan Ketertiban, Ketentrarnan dan Perlindun an Mas arakat Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah Pelayanan Pemakaian FasiJiitas Bangunan Milik Pemerintah Daerah Petuajuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah Pela anan Perumahan Petunjuk Teknis Pernungutan Retribusi Daerah Pela anan Peke · aan Umum Petunjuk Teknis Pernungulan Retribusi Daerab Pela anan Pen elola Lin kun an Hidu Petunjuk Teknis Pemungulan Retribusi Daerah Pela anan Planetarium dan Observatoriurn Petunjuk Teknis Pemungu1an Retribusi Daerah Pela anan Petemakan, Perikanan dan Kelautan Petunjuk Teknis Pernungu1an Retribusi Daerah Pela anan Tata Kota Petunjuk Teknis Pemungu1an Retribusi Daerah Pelayanan Penerangan Jalan Umum clan sarana Jarin an Utilitas
33
tentang Retribusi Daerah Paasal 12 menyebutkan bahwa tata cara
pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan Kepala Daerah.
Pemungutan retribusi daerah tidak dapat diborongkan. Retribusi
dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan. (Dipenda Propinsi DKI Jakarta).
6. Cara Perhitungan Retribusi Terhutang
Besamya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara
mengalikan t&ri pajak dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian,
besamya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan tarif retribusi dan
tingkat penggunaan jasa dengan rum us berikut ini:
Rotrib'"i T<ruffiog " T>rif Rctrib'"i 'fagh• =" J,~ I
a. Tingkat Penggunaan Jasa
Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan senagai kuantitas
penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban bi:aya yang dipikul daerah
untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan. Misalnya: beberapa
kali masuk tempat rekreasi, beberapa kali/berapajam parkir kendaraan.
Akan tetapi ada pula penggunaan jasa yang tidak dapat dengan
mudah diukur. Dalam ha! ini tingkat penggunaan jasa mungkin perlu
tingkat berdasarkan rumus. Misalnya: mengenai izin bangunan, tingkat
penggunaan jasa dapat ditaksir dengan rumus yang didasarkan atas luas
35
tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat lbangunan, dan rencana
penggunaan bangunan.
b. TarifRetribusi
Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau presentase tertentu yang
ditetapkan dalam perda l tahun 2006 tentang retribusi daerah. Tarif
dapat ditentukan sergam atau dapat diadakan perbedaan mengenai
golongan tarif sesuai dengan prinsip dan sasaran tarif tertentu,
misaluya: perbedaan retribusi tempat rekreasi antara anak Jan dewasa,
retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil, retribusi pasar antara
kios dan los, retribusi sampah antara rumah tangga dan industry.
Besamya tarif dapat dinyatakan dalam rupiah per unit tingkat
penggunaan jasa.
7. Peoetapao dao Pembayarao Retribusi
Menurut Dipenda Provinsi OKI Jakarta (2008: 40) penetapan dan
pembayaran retribusi daerah sebagai berikut:
36
Gambar2.1 Mekanisme Penetapan dan Pembayaran Retribnsi Daerah
· --- --- -- - --:--· ----:-;:::~: --·: _=·:;:·::i)'.'-;ii:·;;,?~t;1_:;1;f~{;~~;~;y~~Z;}
•···.· ··M.·.· .. ·.e.·.k·.·an.·is .. me Penetapan clan Pembayanm Ret:fiti···u· si'.J··. · . Daerah · ·
":?::{::~(:.-)_;,_=1;.;:>>'; ,:.- ': /::.- ,_' - ---- -- ,. ' -·- - --·' -- _,. - ' ---
7. Pelayanan
l'KRDAsli
Gubemur ""'':·;c:'::1•C•\ DKI Jakarta Biro
Wajib Retribusi
1 Keuangan
11. Permohonan ~ Retribusi Laporan Penetapan
••·· J (BKP) ""'-..~j~- .__......., & Pembayaran
2. SKRD I Laporan ~----------~
Lembar 1,2,3,4
3. Pernbayaran
Dengan Menggunakan SKRD
' KPKD
4. SKRDAsli
Penetapan &
Pcmbayaran
6. SKRD Tembusan
I I
Dipenda
i 5. SKRD Tembusan J..........~---------'
....;.._,.;.-~-----'
Sumber: Dipenda Propinsi OKI Jakarta
37
Catalan:
1. Jatuh tempo pembayaran SKRD 30 hari sejak diterbitkan;
2. Surat peringatan diterbitkan 7 (tujuh) hari sebelum SKRD jatuh tempo;
3. Surat teguran diterbitkan 7 (tujuh) hari setelah SKRD jatuh tempo;
4. SKRD tidak dibayar tepat waktu diterbitkan strd dengan sanksi 2% per
bu Ian;
5. SKRD di isi sesuai dengan ayat penerimaan.
8. Daluwarsa Retribusi Daerah
Batas daluwarsa dari retribusi daerah adalah 3 tahun kecuali wajib
pajak melakukan tindak pidana retribusi daerah. Jangka waktu 3 tahun
ditangguhkan jika:
a. Diterbitkan surat teguran;
b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib netribusi secara langsung
maupun tidak langsung.
E. Efektivitas
Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan
oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output
yang kontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut.
Efesiensi dan efektivitas berkaitan satu sama lain, merupakan setiap
pusat tanggung jawab harus efektif dan efisien, dimana, organisasi harus
mencapai tujuannya dengan cara optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang
menjalankan tugasnya dengan kosumsi terendah atas sumber daya, mungkin
akan efisien, tetapi jika output yang dihasilkannya gaga! dalam memberikan
38
kontribusi yang memadai pada pencapaian cita-cita organisasi, maka pusat
tanggung jawab tersebut tidaklah efektif. Jika suatu depatermen kredit
menangani pekerjaan dokumen yang berkaitan dengan penunggakan rekening
pada biaya yang rendah perunitnya, maka departemen tersebut efisien; namun
jika, pada bersamaan, departemen tersebut gaga! dalarn menagih (atau terlibat
dalam pertentangan yang tidak perlu dengan para. konsumennya), maka
departemen tidaklah efektif. (Robet Antony, 2005: 174).
F. Kcrangka Pemikiran
Target
•• Tingkat
Efektivitas Pemungutan
Pajak
Gambar2.2 Kerangka pemikiran
Tingkat Efektifitas
. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
ReaJigasi
·-
Tingkat Efektivitas
Pemungutan Retribusi
39
G. Hipotesis
G~j Tingkat efektivitas Pemungutan pajak berpengaruh terhadap
PAD.
Ha2 = Tingkat efektivitas pemungutan retribusi berpengaruh terhadap
PAD.
Ha3 = Tingkat pemungutan pajak dan retribusi daerah berpengaruh
secara bersama-sama terhadap PAD.
40
BAB ID
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Liugkup Penelitian
Dalam pembuatan skripsi ini penulis melakukan penelitian di Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta JI. Abdul Muis No.66 Jakarta Pusat.
Dalam skripsi ini penulis membahas Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak
dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asl:i Daerah Pada Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan pajak daerah dan retribusi daerah selama lima (5) tahun, yaitu
periode 2003 sampai 2007di Dinas Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI
Jakarta sedangkan metode penetuan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan pengambalian data
tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan.
41
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan metode:
I. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi awal tentang
permasalahan yang ada, sehingga penulis dapat mementukan permasalahan
atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih lengkap, maka penulis perlu melakukan wawancara dengan para
pegawai yang terkait guna memperoleh informasi yang diperlukan dalam
penelitian.
2. Observasi
Pengamatan langsung atas dokumen-dokumen yang digunakan dalam
rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian.
3. Metode Kepustakaan
Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian
kepustakaan dengan mempelajari dan mengumpulkan data melalui buku
buku, jumal perpajakan, jumal akuntansi, literature, artikel, Undang
undang Perpajakan, data dari internet dan bacaan yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan.
42
D. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan metode analisis
Deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan data,
menginterprestasikan data, dan menjabarkan data sehingga memberikan
gambaran yang objektif dari masalah yang dianalisis melalui wawancara,
observasi dan kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik melalui
pendekatan "Regresi Berganda" untuk melihat seberapa besamya pemungutan
p.:jak dan retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi OKI Jakarta.
1. Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model rngresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati no1T.1al. Deteksi normalitas dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar
pengambilan keputusan: jika data yang menyebar disekitar diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi mengikuti asumsi
normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan
atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. (Santoso, 2002: 211 ).
43
2. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Multikoliniearitas berarti antara variabel bebas yang satu dengan variabel
bebas yang lain dalam model regresi sating berkorelasi linear. Biasanya,
korelasinya mendekati sempuma atau sempuma (koefisien korelasinya
tinggi atau bahkan satu). Deteksi tersebut dapat dHihat dari VIF (Variance
Inflation Factor) dan TOL (Tolerance). Jika nilai VIF tidak lebih dari 5
dan nilai TOL tidak kurang dari 0.1 maka dapat dikatakan terbebas dari
multikoliniearitas (Dwi Prayatno, 2008).
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti variansi (varians) variabel tidak sama untuk
semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak
random (acak) tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai
dengan besamya satu atau lebih variabel bebas. Adanya
heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan
beberapa cara. Cara yang penulis gunakan adalah dengan melihat grafik
Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot climana sumbu X adalah
residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di Studentized.
Dasar pengambilan keputusan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika
44
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyeibar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisita.
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakalh dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan. Pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Suatu model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menget..ihui ada
tidaknya autokorelasi perlu juga dikemukakan hipotesis dengan bentuk
sebagai berikut:
Ho= Tidak terjadi adanya autokorelasi diantara data pengamatan.
Ha = Terjadinya adanya autokorelasi diantara data pengamatan.
Ada tidaknya autokorelasi dalam peneiitian ini dideteksi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Ukuran yang digunakan untuk
menyatakan ada tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistic Durbin
Watson mendekati angka 4, maka dapat dinyatakan bahwa data
pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi, dalam hal sebaliknya
maka dinyatakan terdapat autokorelasi (Dwi Prayatno, 2008).
45
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Bertujuan untuk memprediksi besarnya variabel terikat dengan
menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya.
Adapun persamaan regresi berganda yaitu:
Y =a+ b1X1+ b2X2+ei
Dimana:
Y = Variabel dependen pendapatan asli daerah (PAD)
X1 = Variabel independent tingkat efektifitas pemungutan pajak daerah
X2 = V aria be I independent tingkat efektivitas pemungutan retribusi
daerah
a = Konstanta
e =Error
b = Angka arah atau koefesien yang menunjukkan angka peningkatan
atau penurunan variabel dependent berdasarkan pada variabel
independent.
b. Uji F Statistik (Uji Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama
sama terhadap variabel dependen untuk mengambil keputusan
hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkat
kesalahan 0,05.
46
c. Uji t-statistik
Uji t-statistik digunakan untuk mengetalmi pengaruh masing
masing variabel independen secara residual terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui ada atau tida,knya pengaruh masing
masing variabel-variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 0.05. Jika nilai
propability t lebih besar dari 0.05 maka tidak ada pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi
tidak signifikan), sedangkan jika nilai propability t lebih kecil dari
0.05 maka terdapat pengaruh dari variabd independen terhadap
variabel dependen (koefisien regresi signifikan).
d. Uji R2 atau r2 (Koefesien Determinasi)
Uji koefesien determinasi dignnakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel independent (pajak dan retribusi) terhadap
variabel dependent (pendapatan asli daerah) yaitu mengkuadratkan
koefesien korelasi. Jika R-square adalah sebesar I berarti fluktuasi
variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi
variabel dependen. Nilai R-square berkisar hampir I, berarti
semakin kuat kemampuan variable indepernden dapat menjelaskan
variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R-square semakin
mendekati angaka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel
independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen.
47
4. Pengulmran Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Terhadap
PAD
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan antara realisasi
dengan target yang direncanakan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan
rnenentukan urutan prioritas pengingkatan faktor-faktor yang
rnernpengaruhi penerirnaan pajak. Rurnus yang digunakan untuk
rnengukur tingkat efektivitas pemungutan pajak dan retribusi adalah
sebagai berikut:
f{ealisasi Efektivitas = x 100%
Target
Adapun pengukuran yang digunakan untuk rnengetahui tingkat
efektivitas pemungutan pajak dan retribusi terhadap PAD sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Pengukuran Tingkat Pcmungutan Pajak dan Retribusi Terhadap PAD
Nilai I Kriteria ·-
95,00%- 100,00% I Sangat Efektif (SE) 80,00% - < 94,00% I Efektif (E) I 68.00% _ < 79,00% I Cukup Efektif (CE) 56.00% - < 67,00% I Ku rang Efektif (KE)
L 0,00% - < 55,00% I Tidak Efektif (TE) -~
Setiap unsur pemungutan pajak dan retribusi dinilai berdasarkan tingkat
efektivitas yang diberi nilai sehingga diperoleh angka yang menggambarkan
tingkat pernungutan pajak dan retribusi, yaitu dengan menggunakan tingkat
48
kesesuaian anatara kedua variabel yang menjadi penentu urutan prioritas
faktor yang mempengaruhi pemungutan pajakdan retribusi terhadap PAD.
Penerimaan pajak dan retribusi yang tinggi merupakan harapan dari
kantor/institusi pajak dengan realisasi yang diberikan Dispenda DK! Jakarta.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel dalam penulisan skripsi ini adalah:
I. Pajak dan retribusi adalah pemungutan yang dikenakan oleh pernerintah
kepada rakyat atau masyarakat. Pajak merupakan pungutan yang dapat
dipaksakan pemerintah dan hasil pemungutannya tidak berdarnpak
langsung kepada masyarakat, sedangkan retribusi pungutan langsung
kepada masyarakat dan hasil dari pungutannya juga langsung kepada
1nasyarakat.
2. Target dan realisasi pendapatan pajak dan retribusi merupakan target
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dan kenyataan yang diterima dari
pajak dan retribusi yang diterima pada periode tertentu.
3. Untuk melihat tingkat efektivitas pernungutan pajak dan retribusi apakah
realisasi melebihi atau kurang dari target pendapatan asli daerah (PAD).
4q
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Um nm Objek Penelitian
l. Sejarah Singkat Dipenda Provinsi DKI Jakarta
Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DKI Jakarta sesuai tugas dan
tanggungjawabnya telah dibentuk sejak tanggal 11 September 1952
yang pada waktu itu disebut Kantor Urusan Pajak. Sesuai dengan
perkembangannya telah berubah berapa kali nama maupun struktur
organisasinya yang disesuaikan dengan kondisi pada waktu itu.
Sampai dengan tahun 1966 unit k'erja yang menangani
pendapatan di daerah DK! Jakarta bemama Urusan Pendapatan dan
Pajak sebagai salah satu bagian dari Direktorat Keuangan DKI
Jakarta.
Pada tahun 1968, status urusan p,endapatan dan pajak
ditingkatkan menjadi Dinas Pajak dan Pendapatan DK! Jakarta.
Berdasarkan Keputusan Gubernur DK! Jakartm Nomor 163/2.48.1968
tanggal 3 September 1968 tentang perubahan atau peningkatan status
urusan Jakarta sebagai instansi atau Lembaga Penerimaan Daerah
yang menangani kegiatan, diatur perubahan dan penyempurnaan
Nama dan Struktur Organisasi Dinas Pajak dan Pendapatan DK!
50
Jakarta. Selanjutnya disempurnakan lagi dengan Keputusan Gubernur
No. 431 Tahun 1977 Tanggal 10 Juni 1977.
Sesuai dengan ketentuan pasal 49 Undang-undang No. 5 tahun
1974 tentang pokok-pokok penerimaan di daierah, yang menetapkan
bahwa pembentukan, susunan organisasi dan formasi Dinas Daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan pedoman yang
diterapkan Mendagri, maka dikeluarkan Perda No. 5 tahun 1983
tanggal 6 Oktober 1983 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dipenda Provinsi DKI Jakarta yang sekaligus merubah
status dan sebutan dari Dinas Pajak dan Pemdapatan DKI Jakarta
menjadi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan
Keputusan Mendagri Nomor 84 tahun 1995 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Dipenda Provinsi DKI Jakar'.a, maka Perda
Nomor 5 Tahun 1983 diganti dengan Perda Nomor 9 tahun 1995
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dipenda Provinsi DKI Jakarta.
Untuk menindak lanjuti Perda Nomor 9 tahun 1995 tersebut,
Gubernur Kepala Daerah Provinsi DKI Jakruta telah mengeluarkan
Keputusan Nomor 1926 tahun 1996 tentang Rincian Tugas,
Wewenang dan Tanggung jawab seksi-seksi dan sub-bagian di
lingkungan Dipenda Provinsi DKI Jakarta.
Dengan semakin meningkatnya usaha pembangunan disegala
bidang yang merupakan tugas pokok pemerintah daerah sebagai
51
perwujudan dari otonomi nyata dan bertanggung jawab, perlu
diserasikan dengan adanya usaha pemupukan dan adanya daya untuk
membiayai usaha pembangunan, kedudukan, tugas dan fungsi aparat
penghimpun pendapatan daerah sangat penting sebagai penunjang
usaha pembangunan daerah.
2. Visi dan Misi Pendapatan Daerah Provinsi IIKI Jakarta
a. Visi
Menjadikan Dinas Pendapatan Daerah (PAD) sebagai organisasi
yang efesien, efektif dan transparan dalam pemungutan pendapatan
daerah melalui pelayanan prima dengan dukungan aktif
masyarakat.
b. Misi
I) Menyelenggarakan pemungutan pendapatan daerah.
2) Mengadakan koordinasi dengan instansi lain dalam
perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pemungutan
pendapatan daerah.
3) Melaksanakan kegiatan pemungutan pendapatan daerah dengan
prinsip proposionalisme, transparan dan pelayanan prima.
4) Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan
prinsiftransparan dan akuntabel.
5) Menciptakan kemudahan, keterbukaan keadilan, kepastian dan
tanggung jawab dalam kegiatan pemungutan.
52
6) Mendorong dan menciptakan partisipasi alctif masyarakat
dalam pengawasan pemungutan pendapatan daerah.
7) Peningkatan proposionalisme aparat dengan memanfaatkan
teknologi informasi dalam kegiatan pemungutan pendapatan
daerah.
3. Kedudukan, Tugas dan Fuugsi
Menurut Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2001 dan Keputusan
Gubernur Nomor 29 tahun 2002, sebagai berikut:
a. Kedudukan
Unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan
daerah yang dipimpin oleh Seseorang Kepala Dinas yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi DKI
Jakarta melalui Sekretaris Daerah dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten keuangan.
Lebih lengkapnya kedudukan Dinas Pendapatan Daerah
Propinsi DKl Jakarta sebagai berikut:
I) Dinas Pendapatan Daerah merupakan unsur pelaksana
pemerintah daerah dibidang pendapatan daerah.
2) Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Gubemur melalui Sekretaris Daerah.
53
3) Dinas Pendapatan Daerah dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya dikoordinasikan oleh Asi:lten Keuangan.
b. Tugas Pokok
Din as pendapatan daerah mempunyai tu gas
menyelenggarakan pemungutan pendapatan daerah dan
mengadakan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan,
pelaksanan serta pengendalian pemungutan pendapatan daerah.
c. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi DK! Jakarta mempunyai fungsi:
I) Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah.
2) Penyusunan rencana dan progran1 kegiatan dibidang
pendapatan daerah.
3) Penelitian, pengkajian, evaluasi, penggalian dan pengembangan
pendapatan daerah.
4) Pembinaan pelaksanaan kebijakan pelayanan dibidang
pendapatan daerah.
5) Penyelenggaraan pelayanan dan pemungutan pendapatan
daerah.
6) Pengkoordinasi pemungutan dana perimbangan.
7) Pemberian izin di bidang pendapatan daerah.
54
8) Evaluasi, pemantauan dan pengendalian pungutan pendapatan
daerah.
9) Pengelolaan dukungan teknis dan administrasi.
I 0) Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas, unit
pelayanan Pajak Kendaraan Bennotor (PKB) dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bennotor (BBN-KB).
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan peraturan daerah Nomor 29 tahun 2002 tentang
bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi DK.I Jakarta terdiri dari:
a. Kepala Dinas, mempunyai tugas:
I) Memimpin pelaksanaan tu gas dan fungsi sebagai perumus
kebijakan teknis, menyusun renl;lllla dan program kegiatan,
meneliti, mengkaji, mengevalua:si, menggali dan
mengembangkan pendapatan daerah, membina pelaksanaan
kebijakan pelayanan, mengkoordinasikan pelaksanaan
pemungutan dana perimbangan, memberi izin tertentu,
mengelola dukungan telrnis dan administrasi.
2) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan bagian,
subdinas, suku dinas, unit pelaksanaan teknis daerah dan
kelompok jabatan fungsional.
55
b. Wakil Kepala Dinas, mempunyai tugas:
I) Membentuk kepala dinas dalam memimpin pelaksanaan tugas
dan fungsi.
2) Menyelenggarakan koordinasi dan pengendalian atas
pelaksanaan segala kebijakan yang ditetapkan Kepala Dinas.
3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.
4) Mewakili Kepala Dinas apabila Kepala Dinas berhalangan
dalam melaksanakan tugasnya.
c. Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas:
I) Menyelenggarakan urusan ketatausahaan, keuangan,
kepegawaian, perlengkapan dan penyusunan program serta
kerumahtanggaan.
2) Menyusun kebijakan teknis dibidang administrasi umum,
melaksanakan urusan surat menyurat dan kearsipan,
melaksanakan urusan kerumahtanggaan, mengelola urusan
keuangan, menyusun rencana kegiatan dan program Kerj a
Dinas, melaksanakan urusan kepegawaian, melaksanakan
urusan perlengkapan.
Bagian tata usaha terdiri dari:
(a)Subbagian umum;
(b)Subbagian keuangan;
( c) Subbagian kepegawaian;
56
( d) Subbagian perlengkapan.
d. Subdinas Perencanaan dan Pengembangan Pendapatan Daerah,
mempunyai tugas:
l) Menyusun rencana penerimaan daerah dan rencana strategi,
program kerja dan rencana kegiatan, merumuskan standar
kinerja dan standar sarana administrasi pungutan Dipenda serta
melaksanakan penelitian pengembang.an potensi dan sistem
pemungutan p1;,ndapatan daerah.
2) Menyusun program kerja dan rencana kegiatan Dinas
Pendapatan Daerah, mengkoordinasi dan menyusun rencana
strategi dan rencana penerimaan pendapatan daerah,
melaksanaan penelitian dan mengembangan potensi, sistem dan
prosedur pendapatan daerah, menganalisa data dan informasi
yang berhubungan dengan pendapatan daerah, menyusun
standar laporan akuntabilitas kinerja di lingkungan Dinas
Pendapatan Daerah.
3) Menyusun standar pemungutan pajak dan retribusi daerah,
meneliti dan mengkaji organisasi dan manajemen, menyusun
standar perhitungan potensi pajak dan retribusi serta
merumuskan tata cara pemeriksaan manual per jenis pajak
daerah.
57
Subdinas perencanaan dan pengembangan pendapatan
daerah terdiri dari:
(a)Seksi perencanaan;
(b)Seksi penelitian dan pengembangan.;
( c) Seksi analisis potensi dan standarisasi pajak daerah;
(d)Seksi analisis potensi dan standarisasi retribusi daerah.
e. Subdinas Peraturan Pendapatan Daerah dan Penyuluhan,
mempunyai tugas:
1) Melaksanakan inventarisasi dan dokumentasi, evaluasi dan
pengkajian, serta perumusan produk peraturan perundang
undangan pendapan daerah dan yang berkaitan pemprosesan
penyelesaian keberatan, banding dan gugatan pajak daerah dan
retribusi daerah.
2) Melakukan penyuluhan dan pemlberian izin tertentu,
merumuskan naskah kerjasama dengan linstansi terkait.
Subdinas peraturan pendapatan daerah dan penyuluhan
terdiri dari:
(a) Seksi dokomentasi peraturan pendapatan daerah;
(b) Seksi pengkajian dan penyuluhan peraturan pajak daerah;
(c) Seksi pengkajian dan penyuluhan peraturan retribusi
daerah;
( d) Seksi pengkajian dan penyuluhan peraturan dan bagi has ii
pajak dan pendapatan lain-lain;
58
( e) Seksi penyuluban pendapatan daerah.
f. Subdinas Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak,
mempunyai tugas:
1) Melaksanakan pengendalian dan koordinasi penerimaan bagi
hasil pajak, bagi hasil bukan pajak dan pendapatan lain-lain
dari penerimaan pusat.
2) Menyusun program kerja dan rencana kegiatan di bidang bagi
basil pajak dan bagi basil bukan pajak, melaksanakan
pengendalian dan koordinasi dengan instansi terkait dalam
rangka intensifikasi dan ekstensifikasii pemungut bagi basil
pajak dan bagi basil bukan pajak serta pendapatan lain-lain,
penatausahaan penerimaan bagi basil pajak dan bagi basil
bukan pajak serta pendapatan lain-lain.
Subdinas bagi hasi pajak dan bagi basi bukan pajak terdiri dari:
(a) Seksi data dan informasi;
(b) Seksi bagi basil Pajak Bumi dan Bangunan;
( c) Seksi bagi basil Bea Peroleban Hak Atas Tanab dan
Bangunan, dan Pajak Pengbasilan;
( d) Seksi bagi basil bukan Pajak dan pendapatan lainnya.
g. Subdinas Pengendalian, mempunyai tugas:
I) Melaksanakan pengendalian terbadap pelaksanaan rencana
strategi, program kerja dan rencana kegiatan, rencana
59
penerimaan pendapatan daerah, rencana anggaran belanja
dipenda, dan kegiatan pemungutan pendapatan asli daerah dan
dana perimbangan serta melakukan analisis dan evaluasi
laporan akuntabilitas kinerja serta mengkoordinasikan tindak
lanjut hasil pemeriksaan.
2) Melaksanakan legalisasi sarana administrasi pemungutan pajak
daerah dan retribusi daerah, mengbimpun dan menyusun
laporan pelaksanaan program kerja dan rencana kegiatan serta
laporan akuntabilitas kinerja dipenda.
Subdinas pengendalian terdiri dari:
(a) Seksi dokumentasi dan pelaporan;
(b) Seksi pengendalian pemungutan pajak daerah;
( c) Seksi pengendalian pemungutan retribusi daerah;
( d) Seksi pengendalian kinerja.
h. Subdinas Pemeriksaan Pendapatan Daerah, mempunyai tugas:
I) Melaksanakan pemeriksaan dan pengawasan terhadap objek
pajak dan subjek pajak serta melakukan koordinasi dengan
instansi terkait dalam rangka penyidikan dan penertiban objek
dan subjek pendapatan daerah.
2) Menyusun program kerja dan rencana kegiatan di bidang
pemeriksaan pendapatan daerah dan mengkaji dan merumuskan
60
3) Menyajik:an dan mendistribusikan data dan infonnasi pajak
daerah.
Subdinas infonnasi pendapatan daemh terdiri dari:
(a) Seksi penatausahaan infonnasi;
(b) Seksi informasi pajak daerah;
( c) Seksi infonnasi retribusi daerah dan pendapatan Iain-lain;
( d) Seksi infonnasi bagi has ii pajak dan bagi buk:an paj ak.
j. Suku Dinas Pendapatan Daerah, memp1.myai tugas:
I) Menyusun program kerja dan rencana kegiatan, melaksanak:an
pemungutan pajak daerah, menerbitkan izin tertentu,
melaksanakan penegakkan ketentuan peraturan perundang
undangan perpajakan daerah serta mdaksanakan koordinasi
pemungutan pendapatan daerah dengan instansi terkait.
2) Pendataan dan pemeriksaan subjek dan objek pajak daerah,
penatausahaan penetapan, pembayaran dan tunggakan pajak
daerah, penatausahaan objek dan subjek pajak daerah,
penetapan besamya pajak daerah, penerbitan izin tertentu
dalam bidang perpajakan.
3) Penagihan pasif atas piutang pajak daerah, penyelesaian
permohonan keberatan sesuai dengan kewenangannya,
penertiban dan/atau penyegelan atas pelanggaran peraturan
perundang-undangan pajak daerah, melaksanak:an legalisasi
62
tanda masuk/karcis hiburan, bonlbill penjualan, reklame, rumah
penginapan dan/atau rumah makan, :;erta dokumen lainnya
yang dipersamakan.
4) Melaksanakan koordinasi pemungutan pendapatan daerah
dengan instansi terkait di lingkungan kotamadya, pembinaan
teknis pada seksi dinas pendapatan daer.ah kecamatan.
Suku dinas pendapatan daerah terdiri dari:
(a) Subbagian tata usaha;
(b) Seksi penatausahaan dan pelaporan pendapatan daeral:;
( c) Seksi penetapan;
( d) Seksi penagihan dan keberatan;
( e) Seksi bagi has ii pajak, retribusi daerah, dan pendapatan
daerah lain-lain;
(f) Seksi pemeriksaan.
k. Seksi Dinas Pendapatan Daerah Kecamatan,, mempunyai tugas:
I) Menyusun program kerja dan rencana kegiatan seksi dinas
pendapatan daerah kecamatan, malakukan pendataan dan
pemeriksaan pajak daerah, menetapkan dan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
2) Menerbitkan izin reklame sesuai dengan kewenangan,
menatausahakan berkas wajib pajak, melegalisasi tanda
masuk/karcis hiburan, bonlbill penjualan dan dokumen lainnya
63
yang dipersamakan, menyusun daftar subjek dan objek
pendapatan daerah.
3) Menatausahakan dan menyusun daftar penerimaan pendapatan
daerah, melaksanakan penagihan pasif terhadap tunggakan
pajak daerah; menyusun daftar penetapan, pembayaran dan
tunggakan pajak daerah.
4) Malakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
pemungutan dan penertiban pajak dimrah, membuat laporan
secara berkala semua kegiatan pada seksi dinas pendapatan
daerah kecamatan.
I. Unit Pelaksana Teknis Dinas, mempunyai tugas:
1) Di lingkungan dinas pendapatan daerah dibentuk uuit
pelaksana teknis dinas sesuai dengan kebutuhan.
2) Pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja unit pelaksana
teknis dinas pendapatan daerah ditetapkan dengan keputusan
Gubemur.
m. Kelompok Jabataan Fungsional, mempunyai tugas:
1) Melaksanakan kegiatan dalam menunjang tu gas dan fungsi
dinas pendapatan daerah sesuai dengan keahlian dan
kebutuhan.
64
Gambar4.1 Skruktur Organisasi Dipenda Provinsi D~l Jakarta
K!!Ol!POKJABATAI FUISIOllAL
"'"""""" """""""""' .......
"'"''"""" .......... TH'UU
Sumber: Dipenda Provinsi DKI Jakarta
""'"'"
"'" ""
"'"'
65
B. Penemuan dan Pembahasan
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
1. Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah di Provinsi DKI Jakarta
a. Hasil Pemungutan Pajak Daerah
Perkembangan pemungutan pajak daerab dapat dilihat dari
kontribusi pemungutan pajak daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi DKI Jakarta yang relatif besar jika
dibandingkan dengan hasil pemungutan retribusi daerah.
Tabel 4.1 Target dan Realisaqi Pajak Daerah di Provinsi DKI Jakarta
tahun 2003-2007 (dalam Rnt>iah)
Target Realisasi Pertarnbahan Perbandingan Realisasi (%) Realisasi
dengan Target (%)
4.101.581.626.000 4.401. 724.404.022 - 107
5.286.030.117.000 5.498.478.327.416 124,9 104
6.115.192.326.000 6.499.708.720.984 118,2 106
7.149.000.000.000 6.482.649.163.338 99,7 91
8.334.270.000.000 7.202.527.438.121 111,1 86
Jumlab 453,9 494
Rata-rata 113,4 98,8
Sumber: Pengendahan Dtpenda Provmst OKI Jakarta (data dtolah)
Perbandingan jumlah yang ditargetkar1 dengan yang terealisir
pada umumnya setiap tabun mengalami peningkatan, perbandingan
realisasi dengan target rata-rata mencapai 98,8% pertabun yang
menunjukkan tingkat pemungutan pajak sangat efektif terhadap
PAD. Perbandingan realisir dengan target dalam penerimaan pajak
66
daerah terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp. I 07%
sangat efektif atau dapat dikatakan bahwa target sebesar Rp.
4.101.581.626.000,- realisasinya sebesar Rp. 4.401.724.404.022,-.
Mengenai pertambahan realisasi penerimaan pajak daerah dari
tahun ke tahun yang nampaknya terns mengalami peningkatan,
dimana pada tahun 2003 realisasi pajak daerah hanya dapat
mencapai sebesar Rp. 4.401.724.404.022,- sedangkan pada tahun
2004 terjadi pertambahan sebesar Rp. 5.498.478.327.416,- maka
pertambahan realisasi penerimaan pajak daerah untuk tahWl
anggaran 2004 bila dibandingkan dengan tahun anggaran 2003 laju
pertumbuhan dapat mencapai 124,9%. Sedangkan rata-rata laju
pertumbuhan selama 5 periode tahun anggaran sebesar I 13,4%.
Untuk tahun 2007 perbandingan realisasi pcnerimaan pajak daerah
oleh dipenda tidak sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu 86%
menunjukkan nilai tersebut efektif atau penerimaan pajak daerah
sebesar Rp. 7.202.527.438.121,- sedangkan target yang diharapkan
sebesar Rp 8.334.270.000.000,-.
b. Peranan Pajak Daerah terhadap PAD Provinsi DKI Jakarta
Keinginan untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan
Pajak Daerah pada Dipenda Provinsi DKI Jakarta terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jakarta, dapat dihitung dengan cara
membandingkan realisasi pemungutan Pajak Daerah disatu pihak
67
dengan realisasi penerimaan PAD dilain pihak dengan
memperhatikan tabel 4.2 berikut dapat dilihat besamya persentase
(%)Pajak Daerah terhadap PAD tahun anggaran 2003-2007.
Tabel 4.2 Persentase Sumbangan Pajak Daerah Terhadap PAD Provinsi DKI
Jakarta
Tahun Realisasi PAD Realisasi P~jak Persentase Anggaran Dae rah Realisasi Pajak
Daerah atas PAD
2003 5.470.516.836.160 4.401. 724.404f.022 . 80,47
2004 6.681.235.972.442 5.498.478.327.4 J 6 82,30
2005 7.585.060.383.845 6.499. 708. 720.984 85,70
2006 7.817.545.125.278 6.482.649.163.338 83,00
2007 8.731.096.244.968 7.202.527.438:.121 82,50
Jumlah 413,97
Rata-rata 82,80
Sumber: D1penda Provinsi OKI Jakarta (data diolah)
2. Efektivitas Pemungutan Retribusi Daerab di Provinsi DKI
Jakarta
a. Perkembangan Penerimaan rctribnsi
Penerimaan retribusi dapat dilihat dari kontribusi
penerimaan retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Provinsi DK! Jakarta yang relatif kecil jika dibandingkan dengan
hasil pemungutan pajak daerah
68
Distribusi penerimaan retribusi daerah Provinsi DKI Jakarta
jika dikelompokkan berdasarkan bidang urusan dapat dilihat
dibawah ini:
Tabet 4.3 Penerimaan Retribusi Provinsi DKI Jakam1 tabun 2003-2007
Bida11g 2003 3004 2005 2006 2007
Pen1erintahan 5.437.707 5.804.292 6.090.582 9.768.126 14.100.120
Ekonomi 7.709.139 7.500.278 7.913.909 22.388.165 32.621.099
Kesra 138.304. JI 9 186.316.768 133.557.574 r 46.447.111 262.598.305
Pembangunan 185.075.734 223.442.836 272.135.822 265.819.621 359.044.950
Juntlal1 336.526.699 423.064.174 419.697.888 "44.423.047 668.364.475
%Kenaikan 5,40"/o 25,71% -0,79% 5,85% 50,45%
Somber: Dtpenda Renbang Provms1 DK! Jakarta
Kontribusi penerimaan retribusi daerah terbesar berasal dari
bidang pembangunan, dan kenaikan terbesar dialami pada tahun
2007 sebagai akibat pemberlakuan Peraturan Daerah Nomor I
Tahun 2006 tentang retribusi, dengan kebijakan sebagai berikut:
I) Perubahan dasar tarif retribusi;
2) Penambahan pelayanan;
3) Pengurangan I menihilkan tarifretribusi.
b. Realisasi dan Kontribusi Retribusi Daeral~
Gambaran realisasi dan kontribusi retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) dan APBD tahun 2003-2007 dapat
dilihat pada tabel berikut ini: 69
Tahun
2007
2006
2005
2004
2003
Tabel 4.4 Perbandingan APBD, Realisasi PAD, Retribnsi dan Persentase
Kontribnsi Realisasi Retribnsi t~irhadap PAD
APBD Realisasi PAD Kontribusi Terhadap PAD
Realisasi % Retribusi
19.883.339.189. 703 9.143.085.836.048 668.364.475.079 7,31
18.084.404.134.830 8.452.403.885.154 444.423.046.863 5,25
15.386.552.727.218 8.045.222.734.711 419.697.888.675 5,22
13.424.427.563.232 6.679.522.557.272 423.064.174.823 6,33
12.401.833.120. 716 5.470.516.836.360 336.526.699.308 6, 15
. Sumber: Dtpenda Renbang Provmst DK! Jakarta
Kontribusi realisasi penerimaan retribusi terhadap realisasi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2003-2007 mengalami
peningkatan setelah pemberlakuan Peraturan Daerah Nomor I
Tahun 2006 yang dapat dilihat lampiran 2 dm1 3.
c. Hasil Pemungutan Retribusi Di Provinsi ]()Kl Jakarta
Untuk mengetahui perkembangan pemungutan retribusi di
Provinsi DKl Jakarta selmna lima tahun terakhir (2003-2007) dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
70
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Tabel 4.5 Target dan Realisasi Retribnsi Di Provinsi ][)Kl Jakarta tahun
2003-2007
Target Realisasi Perbandingan Realisasi dengan
Target(%)
354.881.076.000 336.526.699.308 94,8
382.095.017.000 423.057.324.823 I I0,72
372.951.235.000 419.674.270.039 112,5
472.531.996.600 449.340.321.740 95,01
625.574.830.047 676.461. 756.557 108,13
Jumlah 521,16
Rata-rata 104,23
Sumber: Dipenda Provinsi OKI Jakarta (data diolah)
Perbandingan jumlah yang direncanakan dengan yang
terealisir pada tahun 2007 mengalami peningkatan, yaitu sebesar
108,13% atau dapat dikatakan bahwa target sebesar Rp
625.574.830.047,- realisasinya sebesar Rp 676.461.756.557.
Perbandingan rencana dan realisasi rata-rata mencapai !04,23% per
tahun yang dapat diketahui bahwa nilai pemungutan retribusi
terhadap PAD sangat efektif.
71
•
3. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Proviinsi DKI Jakarta
a. Hasil Pemungutan Pendapatan Daernb di Provinsi DIG
Jakarta
Untuk mengetahui perkembangan pemungutan pendapatan
asli daerah (PAD) di Provinsi DKI Jakarta seiama lima tahun
terakhir (2003-2007) dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut ini:
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Tabet 4.6 Target dan Realisasi Pendapatan Da€>rah Provinsi DKI
Jakarta Tahon 2003-2007
Target Realisasi Perbandingan Realisasi dan Target(%)
4.928.704.552.000 5.470.516.836.160 110,99
6.134.562.201.000 6.681.235.972.442 108,91
7.073. 742.541.677 7.585.060.383.845 107,22
8.666. 795.967. 748 7.817.545.125.278 990,20
10.290.610.986.193 8.731.096.244.968 84,84
Jumlah 502,16
Rata-rata 100,432
Sumber: Dipenda OKI Jakarta (data diolah)
Perbandingan jumlah PAD yang direncanakan dengan yang
terealisir pada tahun 2007 mengalami peningkatan, yaitu sebesar
84,84% atau dapat dikatakan bahwa target sebesar Rp
10.290.610.986.193,- realisasinya sebesar Rp 8.731.096.244.968,-.
Perbandingan rencana dan realisasi rata-rata mencapai 100,432%
72
per tahun yang dapat diketahui bahwa nilai pemungutan PAD
sangat efektif.
b. Target dan Realisasi pendapatan asli daerah tahun 2003-2007 dapat
dilihat dengan grafik dibawah ini:
Gambar4.2 Pertumbuhan Target dan Realisasi PAD Tabon 2003-2007
II f\1 -W0'ff;?
oil.rA PERTuMsuHAN TARGET DAN REAL1sAs1 PENDAPATAN DAE RAH
2003
TAHUN 2003 - 2007
2004 2005 TAHUN
o Tarwrt [I RoaHsasl
Sumber: Dipenda Provinsi DK! Jakarta
2000 2007
Dari data pertumbuhan target dan rnalisasi penclapatan asli
daerah dari tahun 2003 sampai clengan tahun 2005 mengalami
peningkatan sedangkan di tahun 2006-2007 mengalami penurnnan
dari target yang di rencanakan clengan yang terealisir.
73
C. Basil Uji Penelitian
1. Uji Normalitas
Menurut Singgih Santoso (2000:214), dasar pengambilan keputusan
normalitas sebagai berikut:
I) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas bertujuan untuk meng1tii variabel independen
yai<u tingkat efektivitas pemungutan pajak dan retribusi, dan variabel
dependen yaitu PAD dalam sebuah mode:! regresi berdistribusi
normal atau tidak.
74
Normal p.p Plot of Regression Standardi:zed Residual
Dependent Variable: PAD
~.o
.a 0.8
E ll.
§ 0.6 (.)
'ti ~ ~ 04 Q.
ill 0.2 0
/ 0
0
0.0•-'-+--~--~--~-~--~
0.0 0.2 0.4 0.6 O.!I 1.0
Observed Cum Prob
Gambar4.3
Grafik diatas memperlihatkan hasil dari uji normalitas dengan
menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi
dengan normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas.
75
2. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Deteksi terhadap multikoliniearitas dapat dilihant dari Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL).
Tabel 4.7 Multikolinearitas
Model Collinearitv StatiHtics
1 Pajak Daerah
Retrtbusi Daerah
a.Dependen Variable:PAD sumber: (data diolab)
Tolerance VIF
,342 2,928
,342 2,928
Dari tabel diatas terlihat bahwa VIF 2.928 dan TOL 0.342,
ini berarti nilai VIF adalah 2. 928 lebih kecil dari 5, sehingga bisa
diduga bahwa antara variabel independen dapat dianggap tidak
terjadi persoalan multikoliniearitas atau tepatnya hanya low
collinearity (Dwi Prayatno, 2008:41 ).
b. Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplot dibawah ini merupakan basil uji
heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu tingkat
efektivitas pemungutan pajak dan retribusi, dan variabel dependen
yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan 1tji tersebut
menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak
membentuk suatu pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
76
surnbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi h•eteroskedastisitas pada
model regresi. Dapat disirnpulkan bahwa h1strurnen penelitian ini
rnernenuhi asurnsi hornoskedastisitas.
' ·1.5
0
c. Autokorelasi
Scatterplot
Dependent Variable: PAD
0
0
0
-11_0 -0.s o.o o'.s
Model 1
Regression Studentized Residual
Gambar4.4
Tabet 4.8 Model Summary(b)
Durbin-Watson =i 3,050 _J
a Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah b Dependent Variable: PAD sumber: date diolah
0
77
Untuk mengetahui apakah terdapat a:utokorelasi bisa dilihat
pada tabel 4.8. Namun demikian secara umum bisa diambil patokan
sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari ( 4-dL) maka
hipotesis no! ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dO), maka hipotesis no!
diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan
( 4-dL ), maka tidak menghasilkan kesirnpulan yang pasti.
Rumus Uji Durbin Watson sebagai berikut:
d=~ ~ex
Keterangan:
d = nilai Durbin Watson
e =residual
3.050 = ~ (e,-es.11I ~e2x
Hasil analisis tabel Summary adalah model regresi yang baik
adalah yang bebas dari problem autokorelasi, yaitu hubungan
antara kesalahan periode t dengan kt:salahan periode t-1.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan angka D-W adalah 3.050
78
Model
1
yang berarti berada dibawah angka 4. Dengan demikian tidak
terjadinya autokorelasi.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.9 Coefficients( a)
Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Constant) 616119056340,714 303237064043,558 Pajak Daerah ,993 ,082 Retribusi 1,441 ,701 Daerah
Standardized Coefficients T Sia.
Beta
2,032 ,179
,874 12,079 ,007
,149 2,057 ,176
a Dependent Vanable: PAD Sumber: data diolah
Hasil analisis tabe! Coefficients' <liatas memperlihatkan
bahwa nilai constant 616119056340.714, pajak daerah 0.993 dan
retribusi daerah 1.441. Sehingga analisis regresi berganda dapat
dirumuskan seperti berikut ini:
Y = 616119056340.714 + 0.993 X1 + 1.441 X2 + e
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar 616119056340.714; artinya jika pajak (X1)
dan retribusi (X2) nilainya adalah 0, maka PAD (Y) nilainya
adalah Rp 616119056340.714.
2) Koefesien regresi variabel pajak daerah (X1), sebesar 0.993;
artinya j ika variabel independen lain nilainya tetap dan pajak
79
mengalami kenaikan 1%, maka PAD (Y) akan mengalami
peningkatkan sebesar Rp 0.993. Koefesien bemilai positif
artinya terjadi hubungan positif antara pajak daerah terhadap
PAD, semakin naik pajak daerah maim semakin rneningkatan
PAD.
3) Koefesien regresi variabel retribusi daerah (X2), sebesar 1.441;
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan retribusi
daerah mengalami kenaikan 1%, maka PAD (Y) akan
mengalami peningkatkan sebesar Rp 1.441. Koefesien bemilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara retribusi daerah
terhadap PAD, semakin naik retribusi daerah maka semakin
rneningkatan PAD.
Hal ini rnengindikasikan bahwa jik.a tidak ada variabel
tingkat efektivitas pajak dan retribusi, PAD bemilai
616119056340.714. Koefisien regresi 0.993 menyata!Glll bahwa
setiap penambahan sejumlah tingkat efektivitas pemungutan pajak
akan meningkatkan PAD sebe5ar 0.993 dan koefisien regresi 1.441
menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah tingkat efektivitas
pemungutan retribusi akan meningkatkan PAD sebesar 1.441.
80
Model 1
b. Uji F Statistik (Uji Simultan)
Sum of ~uares Regression 6095959772424360000,000
Residual 21860688713988390,000
Tolal 6117820461138350000,000
Tabel 4.10 Anova<bl
di Mean ~U!!!,
2 3047979886212182000,000
2 10930344356994190,000
4
F Sia.
278,855 ,004(a)
a Predictors: (Constant), Retnbus1 Daerah, Paiak Daerah b Dependent Valiable: PAD Sumber: data diolah
Dasar pengambilan keputusan untuk uji simultan antara variabel
X dan Y adalah sebagai berikut:
I) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho
ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).
2) Jika nilai probabilitas sig Iebih besar dari nilai probabilitas 0. 05
atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak
signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).
Hasil analisis pada tabel ANOVAb diatas diperoleh F sebesar
278.855 dengan nilai probabilitas (sig) sebesar 0.004, ini berarti nilai
probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.004 <
0.05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh sccara signifikan antara
pajak dan retribusi secara bersama-sama terhadap PAD. Jadi dari hasil
81
Model
1
PERPUSTAKAAN UTAMA \ UIN SYAHID JAKARTA
analisis ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pajak dan retribusi secara
bersama-sama berpengaruh terhadap PAD.
c. Uji t-statistik
(Constant}
Pajak Daerah
Retribusi Dae rah
Tabel 4.11 Coefficients( a)
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
616119056340,714 303237084043,558
,993 ,082
1,441 ,701
Standardized Coufficlents t Sia.
Beta
2,032 ,179
,874 12,079 ,007
,149 2,057 ,176
a Dependent Vanable: PAD sumber: data diolah
Uj i t-statistik dari has ii pengolahan data program SPSS 15
ditunjukan pada tabel Coefficientsa, da3ar pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak hipotesis tiap variabel independen
adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas 0. 05 atau (sig < 0. 05), maka Ha diterima dan Ho
ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).
b. Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0. 05
atau (sig > 0. 05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak
signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).
I) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel tingkat efektivitas
pemungutan pajak (X1) akan dirumuskan sebagai berikut:
82
Ha1 = Tingkat efektivitas pemungutan pajak berpengaruh
terhadap PAD.
Ho1 = Tingkat efektivitas pemungutan P<\iak tidak berpengaruh
terhadap PAD.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui
bahwa variabel tingkat efektivitas pemungutan pajak memiliki sig
0.007, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0.05 atau (0.007 < 0.05) maka Ho ditolak, artinya
secara persial ada pengaruh signifikan antara pajak daerah terhadap
PAD. Jadi, antara tingkat pemungutan pajak berpengaruh terhadap
PAD sebesar 0.874 atau 87.4%.
2) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel tingkat efektivitas
pemungutan retribusi (X2) akan dirumuskan sebagai berikut:
Ha2 = Tingkat efektivitas pemungutan retribusi berpengaruh
terhadap PAD.
Ho2 = Tingkat efektivitas pemungutan retribusi tidak berpengaruh
terhadap PAD.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui
bahwa variabel tingkat efektivitas pemungutan retribusi memiliki
sig 0.176, ini berarti nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai
83
probabilitas 0.05 atau (0.176 > 0.05) maka Ho diterima, artinya
secara persial tidak ada pengaruh signifikan antara retribusi daerah
terhadap PAD. Jadi, tingkat pemungutan retribusi tidak
berpengaruh terhadap PAD dikarenakan penerimaan retribusi
daerah lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan pajak daerah.
Pernyataan diatas konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Najib (2006), yang menunjukan bahwa hasil uji-t
statistik pada retribusi daerah terhadap PAD memiliki signifikan
0.000 jauh kecil dari 0.05, maka dalam hal ini Ha2 diterima dan
Ho2 ditolak, artinya bahwa retribusi daerah mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap PAD di Kabupaten Karawang.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul 1-!adi (2008), yang
menwtjukkan bahwa hasil dari uji-t statistik memiliki signifikan
(0.000 < 0.05), yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
antara penerimaan retribusi daerah terhadap PAD di Kota Depok.
Sedangkan ada pengaruh yang dilakukan oleh Ahmad Najib
(2006), terdapat pengaruh antara retribusi daerah di Kabupaten
Karawang disebabkan karena penerimaan retribusi daerah di
Kabupaten Karawang cenderung meningkat setiap tahunnya
dikarenakan objeknya terus bertambah, hal ini senada dengan
tujuan pemungutan daerah yaitu untuk meningkatkan efektivitas
84
pemungutan pajak dan retribusi daerah. Jadi dapat di simpulkan
bahwa pajak dan retribusi daerah memberikan kontribusi yang
besar terhadap pendapatan daerah.
d. Uji R2 (koefesien determinasi)
Tabel 4.12 Model Summary(b)
I Adjusted H Model H R Square ! Square 1 .99B(a) ,996 l ,993
a Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah b Dependent Variable: PAD sumber: (data diolah)
Std. Error of the Estimate
104.548.287.202,585
Karenajumlah variabel independen tidak lebih dari dua, maka
peneliti menggunakan R2 (koefisien determinasi) dan bukan
Ad.i usted R 2. Berdasarkan ta be I Model Summai/ diatas diperoleh
hasil bahwa R2 0.996. jika disajikan persenta:ienya adalah sebesar
99.6%. Angka tcrsebut mempunyai maksud bahwa variabel tingkat
pemungutan pajak dan retribusi secara bersarna dapat rnenjelaskan
sebesar 99.6% variabel PAD. Adapun sisanya sebesar 4% (100%-
99.6%) dipengaruhi atau dijclaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam model ini. atau masuk kedalam pajak dan retribusi
daerah lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pemungutan pajak dan retribusi dapat
111e111berikan pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
85
Standard Error of Estimate (SEE) adalah sebesar
I 04.548.287.202,585. semakin kecil SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
86
A. Kcsimpulau
BABV
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
I. Tingkat efektivitas pemungutan pajak (variabel X1) yang diukur oleh
PAD (variabel Y) memiliki sig 0.007, ini berarti nilai probabilitas sig
lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan
tingkat efektivitas pemungutan pajak berpengaruh terhadap PAD
dapat diterima yaitu sebesar 0.874 atau 87.4%.
2. Tingkat efektivitas pemungutan retribusi (variabel X2) yang diukur
oleh PAD (variabel Y) memiliki sig 0.176, ini berarti nilai probabilitas
sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang
menyatakan tingkat efektivitas pcmungutan r1eti"ibusi berpcngaruh
terhadap PAD ditolak.
3. Tingkat pemungutan pajak daerah (variah~I X1) dan tingkat
pemungutan retribusi daerah (variabel X2) secara bersama-sama
berpengamh terhadap PAD, diperoleh F sebesar 278.855 dengan nilai
probabilitas sig sebesar 0.004, ini berarti nilai probabilitas sig lebih
kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.004 < 0.05) maka Ha diterima.
penelitian yang menyatakan tingkat pajak dan retribusi
berpengaruh secara bersama-sama berpeng;aruh terhadap PAD
diterima.
4. Untuk menentukan besar variabel independen dapat menjelaskan
variabel dependen diperoleh hasil bahwa R2 0.996. Anglea tersebut
mempunyai maksud bahwa variabel tingkat efektivitas pajak dan
retribusi secara bersama dapat menjelaskan scbesar 99.6% variabel
PAD. Adapun sisanya Jebesar 4% (100%-99.6%) dipengarnhi oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini
akan diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan
penelitian.
I. Bagi pemerintah Provinsi DKl Jakarta, hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi untuk mengambil kebijakan dalam ha! pemungutan
pajak clan retribusi daerah, dalam hal untuk mengoptimalisasi
pemungutan pajak dan retribusi.
2. Pemungutan pajak dan retribusi di Provinsi DK! Jakarta diatas standar
100% menambah keuangan daerah sehingga mempengaruhi PAD DK!
Jakarta sehingga dapat membantu penyelenggaraan dan pembangunan
DK! Jakarta.
3. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat
pemungutan pajak memiliki pengaruh sebesar 87.4% terhadap PAD
dirasa sangat wajar. Karena pemungutan pajak berpengaruh terhadap
Pendapata Asli Daerah
4. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat
pemungutan pajak dan retribusi secara simultan memiliki pengaruh
terhadap PAD sebesar 99.6% dirasa kurang. Karena pada analisis
sebelumnya diperolah hasil tingkat pemungutan pajak memiliki
pengaruh sebesar 87.4% terhad PAD. Namun, pada pengujian tingkat
pemungutan retribusi terhadap PAD tidak me:miliki pengaruh. Hal
tersebutlah yang menyebabkan pengolahan data secara simultan hanya
menunjukkan angka 99.6%.
C. Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan hasil penelilian diatas, maka dapat
di ajukan beberapa saran sebagai berikut:
I. Penelitian selanjutnya di harapkan mengambil lebih dari 5 tahun.
2. Penelitian selanjutnya di harapkan tidak hanya mengambil satu objek
peneliti.
3. Pemerintah DKI Jakarta agar lebih tegas dalam pemberlakuan
peraturan perpajakan, ha! ini pajak dan retribusi lebih ditingkatkan.
4. Dari penelitian nu diharapkan dapat memacu peningkatkan
penerimaan daerah khususnya pajak dan retribusi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Antony, Robert N dan Vijay Govindarajan. "Management Control System: Sistem Pengendalian Manajemen" Edisi 11, Buku I, Salemba Empat, 2005.
Dipenda Provinsi DKI Jakarta. "Gambaran Umum Retribusi Daerah ", 2008 .
. . .. . .. . . . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . . . . .. "Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Retribusi Daerah " .
. . .. . .. . .. . .. . ... .. . ... .. .. . . .. .. . . .. "Buku Himpunan Peraturan Pajak Daerah" 2004 .
. . . . . .. . .. . .. . . . . .. . . . . .. . . .. .. .. . . . "Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 Tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah" .
. .. . . .. ... . .. . .. ... . .. . .. . . .. ... .. . . "Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kelja ".
Gunadi. "Teknik Pemeriksaan Pajak Untuk Penetapan Surat Ketetapan Paja/C' Bagian 1-2, 2005.
Hamid, Abdul. "Pedoman Penulisan Skripst', Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2007.
Indonesia Tax Review. "Menjadikan Pajak lebih Bersahabaf' volume V/edisi32. 2006.
Indonesia tax Review. " Mengintip Amandemen UU Pajak Daerah" volume VII/edisi 05. 2007.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. "Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen". Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, 2004.
Iswahyudi, Tedy " Reformasi Pajak : Menuju Sistem Administrasi Pe1pajakan yang Menompang Penerimaan Paja/C' Jumal Perpajakan Indonesia, Volume 4, Nomor 8, Mei 2005.
Junaedi "Analisis Pengaruh Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Propinsi DK.I Jakartd' (Ski psi UIN), Jakarta, 2005.
Mardiasmo "Perpajakan" edisi revisi, penerbit Andi, Yogyakarta, 2005.
Najib, Ahkmad "Analisis Faktor:faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Kabupaten Karawang" (Skripsi UIN), Jakarta 2006.
Hadi, Nurul "Optimalisasi penerimaan retribusi Daer.ah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Depok" ( Skripsi UIN). Jakarta 2008.
Peraturan Pemerintah "Tentang Pajak Daerah No 65 Tahun 2001".
Priyatno, Dwi "Mandiri Belajar SPSS" Cet. I, Mediakom. Y ogyakarta. 2008.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 "Tentang Pemerintah Daerah".
.. .. .... .. .. .. ..... .... . Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, " Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah .Daerah".
Santoso, Singgih. "Buku Latihan SPSS Statistik Parametik:', PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000.
Siahaan, Marihot P "Pajak Daerah dan Retribusi Daerah" edisi 1-2, PT Grafindo Persada, 2006.
Stanislaus dan Uyanto. "Pedoman Analisis Data Dengan SPSS", Graha Ilmu, Y ogyakarta, 2006.
Suandy, Erly "Perpajakan" edisi 2, Salemba Empat, 2006 .
.. .. . .. .... .. .. "Hukum Pqjak:' edisi 3, Salemba Empat, 2005.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Penerimaan Daerah.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribu Daerah.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Yani, Ahmad, "Hubungan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah Di Indonesid', PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004.
DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINS I DAERAH KHUSUS IBUKOT A JAKARTA
SURAT KETERANGAN Nomor: 1833/-082. 7
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nam a NIP Pangkat Jabatan
Drs. PARASIAN PURBA, SE, MM 470053098 Pembina (IV/a) Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pendapatan Daerah Provi1nsi DKI Jakarta
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa :
Nam a NIM Jurusan Universitas
Syifa Safariyah Rahmani 204082002335 Akuntansi Syarif Hidayatullah Jakarta
telah melaksanakan riset/penelitian di Oinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka pengumpulan data dan informasi sebagai bahan penyusw1an skripsi, dengan judul "Anallsls Efektivitas Pemungutan Retribusi dan !Pajak Daerah Terhadap PAD" dari tanggal 22 September sampai dengan 31 Oktober 2008.
Keterangan ini untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 7 November 2008
Regression
Variables Entered/Removed(b)
Variables Variables Model Entered Removed 1 Retribusi
Daerah, Pajak Daerah(a)
a All requested variables entered. b Dependent Variable: PAD
Method
Enter
Model Summary(b)
Adjusted R Std. Error of the Model R R Sauare Sau are Estimate 1 ,998(a) ,996 ,993 104.548.287.202,585
a Predictors: (Constant), Retnbus1 Daerah, Pajak Daerah b Dependent Variable: PAD
ANOVA(b)
Model Sum of Squares dr I
Durbin-Watson
3,050
Mean Square 1 Regression 6095959772424360000,000 ~I 30479798862'12182000,000
Residual 21860688713988390,000 Total 6117820461138350000,000
a Predictors: (Constant), Retnbus1 Daerah, Pajak Daerah b Dependent Variable: PAD
10930344358994190,000
41
Coefficients( a)
Standardized Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig~-· ·"'- -------------·---- . -------- --·~ .. -------···
B Std. Error Beta 1 (Constant) 616119058340,714 303237084043,558 2,032 ,179
Pajak Daerah ,993 ,082 ,874 12,079 ,007 Retribusi 1,441 ,701 ,149 2,057 ,176 Daerah
a Dependent Variable: PAD
F SiQ.
278,855 ,004(a)
Collinearity Statistics ---- -----· ..
' Tolerance VIF
,342 2,928
,342 2,928
1fficlent Correlatlons(a)
Retribusl Model Dae rah Paiak Daerah 1 Correlations Retribusi Daerah 1,000 -,811
Pajak Daerah -,811 1,000 Covariances Retribusi Daerah ,491 -,047
Pajak Daerah -,047 ,007
a Dependent Variable: PAD
Residuals Statistlcs(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N :cted Value 5.473.250.050.048,00 8. 7 45.161.588. 736,00 7.257.090.912.538,60 1.234.499.875. 701, 132 5 >redicted Value -1,445 1,205 ,000 1,000 5 jard Error of dedValue 53582778368,000 102922076160,000 78970131301,338 20060065317,877 5
1ted Predicted Value 5.483.527.143.424,00 9.186.767.273.984,00 7.360.030.704.174,94 1.376.898. 759.081,896 5 lual -91.883.970.560,000 114.784.518.144,000 ,001 73.926.802.842,386 5 ~e•idual -,879 1,098 ,000 ,707 5 Residual -1,375 1,4021 -, 173 1,037 5
.ed Residual -455.671.250.944,000 181.166.130.116,000 I -102.948. 791.636,341 245.212.459.396, 117 5 Deleted Residual -4,166
··~L ,530 4,283 5
11. Distance ,251 3,077 1,600 1,152 5 's Distance ,001 6,137 1,493 2,623 5 9red Leverage Value ,063 ,769 ,400 ,288 5
ependent Variable: PAD
1.5-
"O Q) ... 0 1.0-;; II! D.. "O 0.5-
.~ 'E Q)
::I Ill- oo"O Ill . c> ~
~o.s-
-1.0-
-1.5-
0
I I
-1.5 -1.0
Scatterplot
Dependent Variable: PAD
0
0
0
I I I
-0.5 0.0 0.5
Regression Studentized Residual
I
1.0
0
I
1.5
I ' !
PEKEMBANGAN PENERIMAAN
MUNGUT 2003 2004 2005 2006 2007 RAT A-RA TA RE.AUSASI
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASJ
TAHAN
1n dan Capil 2,960,000,000 2,968,565,000 3,010,200,000 2,524,800,000 2,866,155,000 2,701,750,000 3,000,000,000 5,162,769,200 4,SOJ,000,000 7 ,690,282,000
" 9.63% 0.89% 1.70% ·14.95% -4.79% 7.01% 4.67% 91.09% ·17.90% 156.34% 0.16
bakaran 470,000,000 544,899,074 528,750,000 801,108,086 700,000,000 866,727 ,509 1,000,000,000 1,026,528.322 1,25),000,000 1,255,459,933
'" 17.50% 32.44% 12.50% 47.02% 32.39% 8.19% 42.86% 18.44% 4.17% 25.55% 0.20
1nfTlaS 1,505,570,893 1,883.743.347 1,655,500,000 2,374.884,125 2,015.000,000 2,364,605,232 2,800,000,000 3,410.078,621 3,SOJ,000,000 4,999,377,750
'" 7.54% 21.64% 9.96% 26.07% 21.72% ·0.43% 38.96% 44.21% ·7.89% 78.55% 0.18
150,000,000 40,500,000 . 103,500,000 150,000,000 157,500,000 150,000,000 168,750.000 173,933,208 155,000,000
" 25.00% --4.28% ·100.00% 155.56% #DIV/O! 52.17% 0.00% 7.14% ·3.37% 3.33% 0.45
,H 5,085,570,893 5,437 ,707.421 5,194,450,000 5,804,292,211 5,731,155,000 6,090,582,741 6,950,000,000 9,768,126,143 9,423,933,208 14,100,119,683
'enkanan dan Laut 5,700,000,000 6,414,989,248 6.108,527.000 6,092,809.195 6.258,527,000 6,308,544,692 6,750,000.000 6,702.561.816 7.60),000,000 9,183,617,223
" 3.64% 14.05% 7.17% ·5.02% 2.46% 3.54% 7.85% 6.25% 11.36% 36.05% 0.05
d~n Perdagangan 285,000,000 314,894,400 350,000,000 266.121.100 328,000,000 334,583,000 6,500,000,000 6.980,531,100 6,957,328,250 15,294,591,425
" 14.00% 25.32% 22.81% -15.49% ·6.29% 25.73% 1881.71% 1986.34% ·0.61% 135.30% 4.13
i K<:hutanan 400,000,000 398,779,968 470,000,000 496,063,091 520,000,000 5ao.3i1. 759 2,750,000,000 4.250.276,883 3,183,775,448 1,063,240,909
" 17.65% ·1.09% 17.50% 24.40% 10.64% 16.98% 428.85% 632.41% ·41.39% ·61.34% 1.41
550,000,000 580,475,000 618,750,000 645,285,000 680,000,000 690,470,000 1,900,000,000 2,319, 175,000 2,30),000,COO 3.425,390,000
" 10.00% 25.89% 12.50% 11.16% 9.90% 7.00% 179.41% 235.88% -76.40% 80.28% 0.54
UKM . 9,841,425,000 2,135,620,500 11.411,670,695 3,654.260,000
" H 6,935,000,000 7,709,138,616 7 ,547 :1.11 ,000 7,500,278,386 7,786,527,000 7,913,909,451 27,741,425,000 22,388,165,299 31,457,774,393 32,621,099,557
TERAAN RAKYAT
tnbusi 1z•n Sarana )
" 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% O.CO%
'uskesmas 29,369,016,027 27,732,038,460 35, 100,000,000 31.476,585,500 40, 191,422,000 36, j 95,319,224 60,659,814,700 34.285.173,969 70,37.3,160,383 48.765.275,969
" 21.92% 51.34% 19.51% 13.50% 14.51% 14.99% 50.93% ·5.28% 12.23% ·19,61% 0.27
25,500.000.000 20.474.646.157 25.000,000,000 18,083,384,723 25,000.000.000 25,353,727.610 26.000,000.000 22.612.619,285 30.14.3.422.417 28, 155,900.086
" 24.09% 9.87% ·1.96% ·11.68% 0.00% 40.20% 4.00% -10.81% 7.€7% 8.29% 0.15
35,700,000,000 35,356,342.191 41,6GO,OOO,OOO 42.671.663,707 54,00•3,500,COO 53.848.599.249
" 19.00% 18.74% 16.53% 20.69% ·100.00% ·100.00% NA NA " NA
13.908,387,000 12,145,037,424 14.765,000,000 13,077' 736,670 19,600,000,000 18,594,743,589 30,000.000,000 24,440,172,486 34,78€,641,253 25,420,947,473 6.99% 20.82% 6.16% 7.68% 32.75% 42.19% 53.06% 31.44% 15.96% -15.26% 0.21
15,000,000,000 10,773.579,851 10,267,767,000 11,503,990,826 20,000,000,000 15,833,056,063 20,581.793,900 20,769.948,366 24,404,(50,000 24,716,979,844 . 50.00% 30.27% -31.55% 6.78% 94.78% 37.63% 2.91% 3i.18% -4.67% 20.09% 0.26
2,405,606,080 340,000 3,339,765,000 2, 7 41,573,844 3,965,000,000 4,346,621,459 8,030,000,000 6,867,636,817 9,790,000,000 9,438,279,846 NA -99.94% 38.83% 806245.25% 18.72% 58,54% 102.52% 58.00% 40.12% 17.54%
10,000,000,000 33.660,000,000 31,857,558,719 42,865,840,500 24,929, 101,558 NA NA 236.60% NA -100.00% -100.00% NA NA NA NA
on Oaerah 485,000,000 292,700,000 634,480,000 1,007,185,000 1,286,875.0DO 208,630, 172 1,286,875,000 1,760,166,548 1,492,201,965 4,289.771,563 130.95% 71.14% 30.82% 244.10% 102.82% -79.29% 0.00% 743.68% ·17.10% 233.35% 1.98
10,531,278,000 9,805,774,925 10, 143,732,000 10,200,933,380 10,270,338,000 11,967,073,174 8,000,000,000 9,371,632,650 8,700,000,000 9,227,613,400 -4.26% -1.35% -3.68% 4.03% 1.25% !7.31% -22.11% -21.69% -15.29% 15.35% (0.04)
dan Observ 385.000,000 394,828,500 433,125,000 356,403,500 498,093,000 412,553,000 1,000,000,000 756,351,500 1, 101,576,973 602,851,000 6,94% 9.56% 12.50% -9.73% 15.00% 15.75% 100,77% 83.33% -3.14% ~39.71% 0.20 ,
)emuda 2,100,000,000 2,475,162,450 2,300,000,000 2,582,944,725 2,500,000,000 2,663,034, 125 2,600,000,000 3,024,478,975 2,898,886,771 3,178,856,750 10.53% 11.24% 9.52% 4.35% 8.70% 3.10% 4,00% 13.57% -36.98% 22.26% 0.09
'T Monas 1,900,000,000 1,364.482.375 1,915,000,000 1,614,292.225 2,270,000,000 1,798.795,825 2,300,000.000 2,419,270,375 2,875,000,000 3,440,282.525 6.74% -16.93% 0.79% 18.31% 18.54% 11.43% 1.32% 34.49% 11.00% 49.58% 0.07
1akaman Umum 5.300,000,000 5,766.549.000 5,600,000,000 5,778,923,000 5,900,000,000 6,180,221,500 6,750.000,000 7,388,843,000 7,500,000,000 7,898,602,000 6.00% 7.25% 5.66% 0.21% 5.36% 5.94% 14.41% 19.56% -3.23% 17.02% 0.08
Ragunan 12,506,088,000 11.722.617.950 14,005,825,000 13,363,592,300 15,206,825,000 10.003,798,200 18,700,000,000 12,750,839,500 13,000,000,000 18,685,244,250 30.-49% 8.53% 12.00% 14.00% 8.57% -25.14% 22.97% 27.46% -30.48% ·0,08% 0.04
I 165,090,375,107 138,304,119,283 198,765,694,000 186,316,758, 119 145,688,553,000 133,557 ,573,941 185,908,483,600 146,447, 133,471 303,942,980,262 262,598,305,513
<AN I I 56,499,000,000 67,821,807,113 61,295,304,000 83,729,829.449 90,000,000,000 124,678,947,143 75,000,000,000 90,7:,3,867,409 75,371 056,0t:2 130,784,211,646
28.07% -9.75°/, 8.49% 23.46% 46.83% 48.91% -16.67% -27.23% ·17.17% 74.38% 0.25
1,350,320,000 343,053,000 720,000,000 355,876,316 470,000,000 204,899,412 3,000,000,000 806,899,854 3.500 000,000 1,694.848,424 0.00% -27.62% -46.68% 3.74% -34.72% -42.42% 538,30% 293.80% 16.67% ·43.51% 0.36
59,499,000,000 72.299,664.067 62,500,000,000 89,281,335,497 68.000.000,000 95,476,372,867 95,000,000.500 117,217.200,293 97,000.000,000 162,598,700,594 45.95% 2.32% 5.04% 23.49% 8.80% 6.94% 39.71% 22.77% -19,31% 71.16% 0.20
300,000,000 323,218,000 330,000,000 281,442,000 420,000,000 463,913,000 400,000,000 368,061.700 520,000,000 667,785.000 36.36% -40.17% 10.00% ·12.93% 27.27% 64.83% -4.76% -20.66% 30.00% 66.95% 0.18
1 ( DLLAJR) 24,695,810,000 26.725,019.930 27,259,015,000 32.605,942,300 30,300,000,000 33,923,077,052 40,000,487,500 33,4 i 3,271,597 42,500,000,000 33,483,709,584 8.80% ·061% 10.37% 22.01% 11.16% 4.04% 32.01% -1.50% 21.43% -1€.29% 0.06
1,000,000,000 851.492,330 829.302,000 1.179,740,745 835,000.000 817,976,700 s.200.000.000 1.998.159.967 6.200.000,000 4,431.961.185 0.00% -2<12% -17.07% 38.55% 0.69% -30.66% 522.75% 144.28% 8,93% -i4.77% 0 32
' I
TI 1.725.000,000 1,587,464,368 1,940,000,000 1.093,099, 100 1.840.000.000 I 1,357,618,018 2,400,000,000 1,628,306.833 4,SOC,000,000 1.711,122,534 0.00% 10,13% 12.46% -31.14% 0.00% 24.20% 23.71% 20.68% 100.00% -28.70% 0.02
Perne;aan 200,000,000 197.920.000 225,000,000 225,582,500 225.000.00C I 225,350,000 275,000,000 120.709,500 318,877,545 322.590,500 16.42% 658% 12.50% i3.98% 0.00% -0.10% 22.22% -46.43% 15.96% 17.31% (0.05}
1 32,000,000,000 14.424,993,180 15,000,000,000 14,155,978,200 20,000.000,000 14,414,763,350 26,950,000,000 17,586.134,207 45,790,208,600 19,428,379,555 0.00% -2.34% -53.13% -1.86% 33.33% 1.83% 34.75% 22.00% 69.91% -27.9i% 0.05
500,000,000 501,102,000 519,299,000 534,010,000 555,000,000 572.905,000 1,050,000,000 866,057,000 1,000,000,000 1,258,093,000 17.65% 17.35% 3.86% 6,57% 6.87% 7.28% 89.19% 51.17% ·27.18% 19.82% 0.17
2,656,600,000 956,763,590 3,250,000,000 2,273,994,879
m Transm1gras1 - 114,190,000 500,000,000 389,553,325
I 177 ,770, 130,000 185,075,733,988 170,617,920,000 223,442,836,107 212,745,000,000 272, 135,822,542 251,932,088,000 265,819,621,950 260,750,142,187 359,044,950,326
URUHNYA 354,881,076,000 336,526,699,308 382, 125,341,000 423,064, 17 4,823 372,951,235,000 419,697 ,888,675 472,531 ,996,600 444,423,046,863 625,574,1330,050 668,364,475,079 -
25.33% 541% 7.68%. 25.71% ·2A0% -0.80% 26.70% 5.89% 15.28% 41.44%
rgan, KPKD & Laporan Um/
an yang f;dak tercapai adalah pada taf1un 2003 hanya sebesar 94,84°/o & tahun 2006 sebesar 84,01°/o
RENCAf.JA
Ro. I
4,101,581,625,000
354,881,076,000
93.762.579.00C
378,479,271,000
4,928,704,552,000
KONTRIBUSI RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TAHUN 2003 - 2007
2003 2004 2005 2006
REALISASI RENCANA REALISAS! RENCANA REAUSASI RENCANA REAU SAS I
Ro. I % Ro. I Ro. I % Ro. I Ro. I % Ro. I Ro.
3 4 5 6
4,401.724,404,022 80 5,286,030.117.000 5A9e,606,707,318 82 6, 115, 192,326,000 6,499,873,646,728 " 7, 149,D:J0,000,000 6,482.168,811,472
336,526,699,308 8 382,095,017,000 423,064,174,823 8 372,951,235,000 419,697,888,675 ' 472,531,996,600 444,245,510,913
92,977, 190,320 2 102,431,525.000 102.057,272.255 2 103,400,000,000 102,7'12,BOS,273 1 132,335,966.854 131,698,589,490
I 912.928.004,2941 639.288.542,510 I 12 354,005,542,000 655.794.402,876 '° 462,198.960,000 1,022,9C8.391,035 13 1.394.290.873,279
5,470,516,836, 160 100 6, 134,562,201,000 6,679,522,557,272 100 7,073,742,541,000 8,045,222,734,711 100 8,666,795,967,748 8,452,403,885,154
2007
RE NC ANA REAUSASI
I % Ro. I Ro. %
7
' 77 8,334,270,000,000 ,, ' 7 ,202,489,658,437 79
5 625,574,830,047 668,309,331,280 c 11 !
2 139,351.196,434 144,045,716,494 2
18 1, 191,414,959,712 1.138,774.66,.701 I 12
100 10,290,610,986, 193 9, 151,619.,370,912 100
l. JENIS PELA YANAN REALISASI 2005 TARGET 2005 REAUSASI 2006 TARGET 2006 REALISASI 2007 TARGET 2007 KET
3 4 9
JASA UMUM:
Pelayanan Kesehatan 99,191,839,594 10b,553,422,000 108,913,252, 123 145,074,706,600 214,864,766,276 266, 181,564,550
Pe!ayanan Persampahan/Kebers1han 10,703,917,674 8,936.658.000 I 7,760,634,700 6,793,040,000 7,754,603,400 7, 114,320,000
Penggantian Biaya Cetak KTP 867,245,000 1,079,400,000 2,980,510,000 1,171,425,000 5, 168,268,000 2,907,310,000
Penggantian Biaya Cetak Akte Capif 1,760,605,000 1,706,590,000 2, 140, 178,200 1,748,410,000 2,518,034,000 1,592,690.000
Pelayanan Pernakaman 6,020,161,500 5,668, 700,000 7,063,877,000 6,234,035,000 7,492,711,000 6,927,400,000
Pelayanan Park!r Tepi Jalan Umum 12,271,457,250 17,475,456,000 14,407,552,462 20,500,000,000 14,685,218,848 37,085,208,600
Pengujian Kendaraan Bermotor 23,432,440,002 21,124,325,000 23,030,849,000 26,720,000,000 23,044,282,500 27,512,381,000
Pemeriksaan Alat Pernadam Kebakaran 838,460,009 673, 130,000 992, 128,322 947,859,000 1,208,998,933 1, 195,850,000
Penggantian B1aya Cetak Peta 475,988,000 425,000,000 925,128,009 475,000,000 516,506,760 56:1,877,545
) Pengujian Kapal Perikanan - 1,836,000 850,000 198,000 850,000
155,562,114,029 165,642,681,000 168,215,945,816 209,665,325,600 277 ,253,587' 717 351,085,451,695
JASA USAHA:
I Jasa Usaha Pemaka1an Kekayaan Daerah 13,202,704,426 14,520,846,000 21,715,057,481 26,271,152,000 29,203,125,317 32,42.3,828,392
' Jasa Usaha Tempat Pelelangan lkan 2,575,592,003 2,638,245,000 2,3~7,203,994 2,340,000,000 2,543,620,256 2,500,000,000
' Jasa Usaha Terminal 8,277,266,050 7,501,469,000 8,311,627.097 10,800,487,500 8, 153, 198,784 10,800,000,000
I Jasa Usaha Tempat Parkir Khusus 2, 143,306, 100 2,524,544,000 3,178,581,745 6,450,000,000 4,743,160,707 8,705,000,000
i Jasa Usaha Tempat PenginapanNil!a 690,470,000 680,000,000 2,319, 175,000 1,900,000,000 3,425,390,000 2,300,000,000
; Jasa Usaha Penyedotan Kakus 1.238,455,500 1,302,480,000 1,405,417,000 1,175,760,000 1,440,945,000 1,554,480,000
' Jasa Usaha Rumah Potong Hewan 1,266,021,000 1,300,000,000 1,264,078, 176 1,305,500,000 1,118,963,125 1,350,000,000
I Jasa Usaha Tempat P.endaratan Kapal j4,941,000 15,000,000 21,986,950 19,650,000 20,070,000 19,650,000
I Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan OR 10,728,531,825 15,594,519,000 14.078.352,450 18.873,976,000 18,696,047,875 14,752,473,973
I Jasa Usaha Penjualan Produksi Daerah 114,800,000 66,000,000 97,133,300 2, 120,500,000 161,948,964 145,000,000
Jasa Usaha UKM - 2, 135,620,500 9,841,425,000 3,654,260,000 11,411,670,695 , Jasa Usaha Ketenagakerjaan - 114,190,000 389,553,325 500,000,000
40,252,087,904 46, 143, 103,000 56,958,423,693 81.098,450,500 73,550.283.353 86,462, 103,060
PERIZINAN TERTENTU :
!zin Peruntukan Penggunaan Tanah 26,829,717,907 22,021,000,000 16,663, 703, 186 10,000,000,000 25,770,554,359 10,000,000,000
' lzin Mendlrikan Bangunan 193,074,964, 103 135,779,000,000 190,482,946,007 159,800,000,500 267,418,441,621 162, 121,056,045
' lzin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol - 150,000
lzin Gangguan 2,364,605,232 2,015,000,000 3,415.378,621 2,800,000,000 5,001,677,750 3,509,500,000 , lzin Trayek 1,613,649,500 1,350,451,000 1,531,050,000 1,800,000.000 1,706,016,900 3,50'1,619,000 i lzin Bidang Perindustrian & Perdagangan 6,022,180,000 4,711,620,000 15,389,768,500 5,638, 100,250
lzin I Retribusi Pertambangan 956,763,590 2,656,600,000 2.273,994,879 3,250,000,000
223,882,936, 7 42 161, 165,451,000 219,072,021,404 181,768,220,500 317,560,604,009 188,026,275,295
JUMLAH SELURUHNYA 419,697, 138,675 372,951,235,000 444,423,046,863 472,531,996,500 668,364,475,079 625,574,830,050
itan Kode Rekening Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 900 Tahun 2005
10 JENIS PELAYANAN REALISASI TARGET REALISASI TARGlOT REALISASI TARGET
KET 2005 2005 2006 2006 2007 2007
1 3 4 9
1 Jasa Usaha Pemaka1an Kekayaan Oaerah
Dinas Kebudayaan & Permuseuman ' 10,000,000 65,017,800 74,000,000 93, 140,900 139,000,000
UPT, Monas 30,350,000 55, 125,000
Oinas Kependudukan & Capil 73,900,000 80, 165,000 42,081,000 80,165,000 3,980,000 '
BPLHD 572,905,000 555,000,000 860,757,000 1,050,000,000 1,255,793,000 990,500,000
' Dinas Peternakan, Perikanan & Kelautan 2,433,455,689 2,290,282,000 3,017,050,696 3,030,780,000 5,285,482,878 3,652,650,000
Oinas Pekerjaan Umum 1,357,618,018 i,940,000.000 1,638,306,833 2,400,000,000 1,711,122,534 4,800,000,000
Dinas Pertanian & Kehulanan 484,046,759 469,000,000 4, 173,624,583 644,500,000 936.509,909 3.063,775,448
Oinas PJU & SJU 204,889,412 470,000.000 806,899,854 3,000,000.000 1,694,848,424 3,500,000,000
Dmas Penndustnan & Perdagangan 334,583,000 328,000,000 1,659,656, 100 1,826,600,000 3,314,189,925 1,376,078,000
Oinas Olah Raga & Pernuda 550,225, 125 522,199,000 775,329,600 522, 199,000 976,433,250 718,886,771
Kantor Pe!ayanan Pemakaman 160,060,000 231,300,000 324,966,000 515,965,000 405.891,000 572,600,000
Kantor Tarnan Margasatwa Ragunan 3,569,074,200 4,293,075,000 4,032,240,500 5, 129,825,000 6,141,612,500 4,26s,10:~.ooo
0'1nas Kebersihan 24,700,000 31,200,000 28,925,000 31,200,000 32.065,000 31,200,000
Dinas Kebakaran 28,267,500 26,870,000 34,400,000 52,141,000 46,461,000 54, 150,000
Oinas Pertamanan 463,913,000 420,000,000 368,061,700 400,000,000 667,785,000 520,000,000
' Dinas Perumahan 918,176,160 835,000,000 1,998,159,967 5,200,000,000 4,431,961.185 6,200,000,000
Oinas Perhubungan 599, 721,500 323.755,000 I 539,745,500 680,000,000 580,211,500 680,000,000
' Dinas Kesehatan (Labkesda) 1,068,449,404 1,286,875,000 1,118,786,548 1,286,875,000 1,060,319,563 1,492,20i,965
RSUD l<oja 109,236,074 11 O,B/0,000 ' 115,277,000 355, 179,392 109,950,000
RSUD Pasar Reba ' ' ' ' ' '
RSUD Budhi Asih 19,363,450 50,000,000 45,672.000 52,500,000 11,908,250 60,35C-,OOO
RSUO Tarakan 16,161,500 19.125,000 10.176,800 19,125,000 ' 13,45C.OOO
RSUD Duren Sawit 26,098,635 23,000,000 6,450,000 10,000,000 43,230,107 10,00C,000
RSUD Cengkareng '
Biro Urnum 157,500,000 150,000,000 168,750,000 150,000,000 155,000.000 173,933,208
JUMLAH SELURUHNYA 13,202,704,426 14,520,846,000 21,715,057,481 26,271, 152,000 29,203,125,317 32,423,828,392
JAYA RAYA - ·
/?1~~ ~( l~; ~
-=::::--
PERATURAN DAERAH PROVINS! D.AERAH l\HUSUS
IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 1 TAHUN 2006
TENTAN~3
RETRIBUSI DAERfa\H
PERATURAN DAERAH PROVINS! DAERA.H KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 1 TAHUN 2006
TENT ANG
RETRIBUSI DAERAH
DEN GAN RAHMJ'.\.T TU HAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PROVINS! DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
!nimbang: a. bahwa dengan Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota
Jakarta Nomo1· 3 Tahun 1999 telah ditetapkan pengaturan
tentang Retribusi Daerah;
b. bahwa dalam rangka mendukung perkembangan Otonomi
Dae rah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab dalarn
penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah dan dengan
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagairnana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000,
maka Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, dalam rangka peningkatan
pelayanan kepada masyarakat serta pengawasan dan
pengendalian perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Retribusi Daerah.
ingat: 1. Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie Stbl. 1926
Nomor 226);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tarnbahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 204(l);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan
ketentuan Pokok Peternakan dan l<esehatan Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor
10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2824);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
l<erja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918);-
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi
Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3193);
6. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan (Lernbaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1982 Nomor 2, Tarnbahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nornor 3214);
7. Undang-Undang Nornor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nornor 22, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3274);
8. Undang-Undang Nornor 8 Tahun 19135 tentang Perikar1an
(Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nornor 46, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik
Indonesia Nornor 3299);
9. Undang-Undang Nornor 15 Tahun 1985 tentang Ketenaga
listrikan (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nornor 74, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik Indonesia
Nornor 3317);
10. Undang-Undang Norn or 16 Tahun 1985 tentang Ru mah
Susun (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nornor 75, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik Indonesia
Nornor 3318);
11. Undang-Undang Nornor 5 Tahun 1990 tentang f<onservasi
Surnber Daya Alam dan Ekosisternnya (Lernbaran f\Jegara
Republik Indonesia Tahun 1990 Nornor 49, Tarnbahan
Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
12. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang l~erumahan
dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3469);
13. Undang-Undang Nomor 13 Tahun ·1992 tentang Per
keretaapian (Lembaran Negara R13publik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 4 7/1992, Tam bah an Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3479);
14. Ur1dang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3480);
15. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3481 );
16. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 199;~ tentang Pe\ayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3493);
17. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian di Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3502);
18. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 199!5 tentang Usaha Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3611 );
19. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia (Lembaran Negara Flepublik Indonesia
Nomor 73 Tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3647 );
20. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Oaerah dan Retribusi Oaerah sebagaimana telah
dirubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nornor 246
Tahun 2000, Tarnbahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4048);
21. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaar1
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3699);
22. Undang-Undang Nornor 5 Tahun 1999 ten tang Lar·<:wgan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tarnbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3814);
23. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsurnen (Lernbaran Negara Flepublik Indonesia
24. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3833);
25. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nornor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851 ):
26. Undang - Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus lbukota Negara
Republik Indonesia Jakarta (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3878);
27. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi (Lembaran Negara Repulik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4152);
28. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Bangun
Bangunan (Lembaran Negara Repulik Indonesia
Tahi..;n 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4247);
29. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Per
lindungan Anal< (Lembaran Negara Repulik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 109, Tarn bah an Lembaran Neaara
30. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 · tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Repulik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
31. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2003 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4247);
32. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200L1
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4377);
33. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 ten tang Pem
bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Repulik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tam bah an
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
34. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 118
Tahun 2004);
35. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Oaerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 125 Tahun 2004, Tambahan Lembar2n
Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
36. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4444);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib
Pembebasan Untuk Ditera dan atau Ditera Ulang Serta
Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Tal<ar, Timbang dan
Perlengkapannya (Lembaran ~!egara Republik Indonesia
Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan l_embaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3283);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Ta;1un 1987 tentang
Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan
Tempat Pemakaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1987 Nomor 15, Tambahan- Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3350);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Ru mah
Susun (Lembaran Negara Republik lnoonesia Tahun 1988
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3372);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang
Penyerahan Sebagian Unsur Pemerintahan Dalam Bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tk. I dan
Daerah Tk. II (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1990 t\Jomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3410);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang
Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3445);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Nega1·a
Republik Indonesia Nomor 3527);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang
Pemeriksaan f<endaraan Bermotor di Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3528);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1994 tentang
Penghunian Rumah oleh Bukan Pemilik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3576);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 189, Tambahan
47. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 1999 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 187, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3907);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang
l<epelautan (Lembaran Negara F~epublil< Indonesia
Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3928);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang
Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3934);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 25 ·Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2000 tentang
f<enavigasian (Lembaran Negara 1=\epublik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 160, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Norn or 4001 );
52. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nnrnnr 11 Q T::irnhc:ih"'n I nmh,.,Mn ldnnn•n
53. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4227):
54. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 1988 tentang Usaha -atau f<egiatan Yar1g Tidal<
Dikenakan Wajib Daftar Perusal1aan;
55. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengeridalian
Minuman Beralkohol;
56. Peraturan Daerah Daerah l<husus lbul<ota Jakarta
Nomor 5 Tahun 1978 tentang Pengaturan Tempat da11
Usaha Serta pembinaan Pedagang Kali Lima dalam
Wilayah Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Dae rah
Daerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1979 Nomor 15):
57. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah l<husus lbukota
Jakarta (Lembaran Daerah Daerah l<husus lbukota Jakal'ta
Tahun 1986 Nomor 91):
58. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 12 Tahun 1986 tentang Penomoran Bangunan dalam
Wilayah Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Dae rah
Daerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1987 Nomo1· 31):
59. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 5 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan di
Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lemba1·an Dae rah Dae rah
f<husus lbukota Jakarta Tahun 1988 Norn or 31);
60. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertioan Umum Dalam
Wilayah Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Dae rah
Daerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1989 Nomor 72);
61. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 8 Tahun 1989 tentang F'engawasan Pemotongan
ternak, Perdagangan ternak dan Daging di \tVilayah Dae rah
Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Daerah Dae rah Khusus
lbukota Jakarta Tahun 1990 Nomor 2);
62. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 3 Tahun 1990 tentang Usaha Persusuan di Wilayah
Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Dae rah Dae rah
Khusus lbukota Jakarta Tahun 1991 Nomor 2);
63. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 1 Tahun 1991 tentang Rumah Susun di Daerah
Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Dae rah Daerah Khusus
lbukota Jakarta Tahun 1992 Nomor 19);
64. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan dalam Wilayah
Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Dae rah Dae rah
65. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nornor 2 Tahun 1992 tentang Pernakaman Umum dalarn
wilayah Dae rah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Daeral1
Dae rah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1992 Nornor 43);
66. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nornor 3 Tahun 1992 tentang Penanggulangar. Bahaya
Kebakaran dalam Wilayah Daerah r\husus lbukota Jakarta
(Lembaran Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Tahun 1992 Nornor 22);
67. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nornor 5 Tahun 1992 tentang Penarnpungan dan
Perno\ongan Unggas serta Peredaran Daging Unggas di
Wilayah Dae rah Khusus lbukota Jakarta (Lernbaran Dae rah
Daerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1992 Nornor 75):
68. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota .Jakarta
Nornor 11 Tahun 1995 tentang Pengawasan Hewan Ren tan
Rabies Serta Pencegahan dan Penanggulangan Rabies cli
Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lernbaran Dae rah Daerah
Khusus I bukota Jakarta Tahun 1996 Nornor· 4 7):
69. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nornor 13 Tahun 1997 tentang Usaha Perikanan cli Daerah
Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Daerah Daeral1 f\husus
lbukota Jakarta Tahun 2000 Nomor 12);
70. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan dan
Pajak Pemanfataan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
(Lembaran Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta Tahun
1998 Nomor 30);
71. Peraturan Daerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran (Lembaran Dae rah
Daerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1999 Nomor 22);
72. Peraturan Oaerah Daerah Khusus lbukota Jakarta
r-.Jomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Daer ah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Oaerah
Oaerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1999 Nomor 23);
73. Peraturan Oaerah Oaerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Jaringan Utilitas (Lembaran
Daerah Oaerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1999
Nomor 25);
74. Peraturan Daerah Oaerah Khusus lbuko:a Jakarta
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan
Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya (Lembaran
Oaerah Propiosi Oaerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 1999
Nomor 26);
75. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Oaerah dan
Sektretariat Dewan Perwakilan Rakvat Daerah Prooinsi
Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Daerah Propinsi
Daera.h Khusus lbukota Jakarta Tahun 2001 Nomor 66):
76. Peraturan Daerah Propinsi Daerah f<husus lbukota Jakarta
Nomor 8 Tahun 2001 tentang F)okok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (LemQ.aran Daerah Propinsi Daerah
Khusus lbukota Jakarta Tahun 2001 Nomor 92):
77. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota ,laka1-ta
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta d' Propinsi
Dae rah Khusus lbukota Jakarta (l_embaran Dae rah Propinsi
Daerah Khusus lbukota Jakarta Tahun 2002 Norn or 76);
78. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 11 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Per
tambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi serta
Ketenagalistrikan (Lembaran Daerah Prcpinsi Daerah
f<husus lbukota Jakarta Tahun 2003 Nomor 83);
79. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Kereta Api, Sungai dan Danau serta Penyeberangan
di Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran
Dae rah Propinsi Dae rah Khusus I bukota Jakarta Tahun 2003
Nomor 87);
80. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil (Lembaran Daerah Propinsi Daerah
81. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pengendalian Mutu
dan Keamanan Komoditas Hasil Pertanian di Propinsi
Daerah Khusus lbukota Jakarta (Lembaran Daerah Propinsi
Dae rah Khusus lbukota Jakarta Tahun 2004 Nomor 62);
82. Peraturan Daerah Propinsi Oaerah Khusus lbukota
Jakarta Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Dae rah Propinsi Dae rah Khusus lbukota Jaka1ia
Tahun 2004 Nomor 65);
83. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta Nomor 11 Tahun 2004 tenta11g Peredaran Hasil
Hutan dan Usaha lndustri Primer Hasil Hulan Kayu
(Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta
Tahun 2004 Nomor 66);
84. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota
Jakaria Nomor 17 Tahun 2004 tentang ::Jengelolaan Barang
Daerah (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta Tahun 2004 Nomor 72);
85. Peraturan Oaerah Provinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara (Lembaran Daerah Provinsi Daeral1
f<husus lbukota Jakarta Tahun 2005 Nomor 4).
i '· ! f
1 ; f i ~
b. ketentuan material sebagaimana diatur dalam masingmasing Peraturan Daerah tentang Pemungutan Pajak Daerah, dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah untuk masing-masing Pajak Daerah.
(2) Peraturan Daerah ini mulai.' berlaku pada tangga\ diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
, Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta.
Ditetapkan ci Jakarta
pada tanggal 25 Juni 2002
GUBERNUR PROP!NS! DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
SUTIYOSO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Juni 2002
SEKRETARIS DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
H. FAUZI BOWO NIP 470044314
LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2002 NOMOR 75
46
l.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKC
NOMOR 4 TAHUN 2002
TENT ANG
KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH (KUPD)
PENJELASAN UMUM
Pada dasan1ya Undang-undang Nomor 18 Tahun 19
Daerah dan Retribusi Daerah, sebagaimana telah diubah dengar
Nomor 34 Tahun 2000, menempatkan pajak Daerah seb2
perpajakan Nasional, dalam arti pemungutan pajak Daerah dil<
dengan sistem perpajakan Nasional, rnaka sistem pemungutan p<
disempumakan, pemungutannya diintensifk.an dan aparat perpaji
ditingkatkan kemampuannya di bidang perpajakan Daerah.
Dalam undang~undang tersebut rnasyarakat Waj
ditingkatkan peran sertanya untuk memer.uhi kewajiban perpaj~
diarahkan serta dibina agar dengan sadar memenuhi kewajiba
menempatkan Wajib Pajak sebagai objek sudah harus dih·
menempatkannya sebagai mitra kerja yang memiliki hak
perpajakan Daerah.
Sejalan dengan peningkatan pelayanan kepada m
dilatarbelakangi kemampauan keuangan Daerah yang mem<IJ
pungutan pajak terus diupayak.an peningkatannya melalui
peraturan perpajakan Daerah yang lebih mudah dipahami,
memberikan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban Wajib
' "''
Di sisi lain tuntutan masyarakat terhadap adanya transparansi
pemungutan pajak semakin meningka~ ha! ini perlu diimbangi dengan berbagai
pengaturan tentar.g pengawasan dalam pelaksanaan pemungutan pajak Daerah.
Peluang yang diberikan Und<ing-undang Nomor 34 Tahun 2000 untuk
melakukan penyempumaan Peraturan Daerah, merupakan dasar pemikiran yang
melandasi tekad dan keing!nan untuk meningkatkan kualitas produk hukum
perpajakan Daerah, melalui penyederhanaan ketentuan·ketentuan pelaksanaan
pemungutan (ketentuan ~ormal) perpajakan Daerah yang lebih simpel, integral dan
sederhana, ~ehingga mudah dipahami oleh Wajib Pajak maupun aparat pelaksana,
yang pada gilirannya diharapkan mampu meningkatkan partisipasi dan peran serta
masyarakat dalani memenuhi k.etentuan ·perpajakan Daerah, serta mudah dalam
pelaksanaa.; ad..-:;ir.istrasi pemunguta.11nya.
Untuk mewujudkan · maksud dan keinginan terscbut, perlu secara
terpisah antara ketentuan fonnal dan ketentuan material perpajakan Daerah.
Ketentuait formal perpaja.L:an Daerah mengatur mengenai pelaksanaan
pemungutan Pajak Daerah, hak dan kewajiban Wajib Pajak, sanksi administrasi
maupun sanksi pidana, yang merupakan pedoman umum pemungutan Pajak
Daerah. Oleh k.arenanya Peraturan Daerah ini disebut sebagai Ketentuan Llmum
Pajak Daerah (KUPD), yang diberlakukan terhadap Peraturan Daerah yang
mengatur mengenai ketentuan .. mat~rial untuk masing-masing jenis Pajak Daerah
·yang rjipungut di Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal I
48
angka I s.d. 6: Cukup jelas.
angka 7
angka 8
: Yang dimaksud dengan tan pa imbalan langsung
adalah bahwa atas pembayaran pajak Daerah
tidak diherikan imbalan lan~sung secara
individual, tetapi diberikan secara kolektif.
Cukup jelas.
angka 9
angka J 0 s.d. 34
Pasal 2
Pasal 3 ayat( I)
ayat (2)
ayat (3)
Pasal 4 ayat (I)
ayat(2)
Yang dimaksud
Perusahaan Listrik pemunE
Negan pemungut Pajak Penerangar
sebagai pemungut Pajak
Kendaraan Bennotor. Sedang
petnotong belum ada dalam s
Pajak Daerah.
: Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cnkup jetas_
C;.:kt:p jefa::.
Yang dimaksud dengan tidak adalah bahwa seluruh pemungur:an pajak tidak dapai pihak ketiga. Namun dim1 kerja sama dengan pihak kt: proses pemungutan paja pencetakan formulir perpa. surat-surat kepada Waji penghimpunan data - Objek 1
Kegiatan yang tidak dap: dengan pihak ketiga penghitungan besamya paj: pengawasan penyetoran paj: pajak.
Cukup jelas.
; Yang dimaksud dengan
disosialisasikan kepada me
ditetapkan adalah ditujukan ,
pajak Daerah selain yang tela
pasal 2 Peraruran Daerah ini
yang baru).
;o
•
Pasal 5 ayat( I )
ayat (2)
Pasal6 ayat(I)
ayat (2)
ayat (3)
ayat (4)
: Ayat ini mengatur sistem pemungutan/
pengenaan pajak, yaitu :
a. Self assessment (dibayar sendiri), adalah
perigenaan paj:ik yang memberi kepercayaan kepada Wajib P.ajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar
melaporkan sendiri pajak yang
dengan menggunak: n SPTPD.
dan
terutang
b: Official assessment (ditetapkan oleh Gubemur), adalah pengemun pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh Gubemur atau pejabat :yang ditunjuk melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.
c. Witho!ding (pemungut pajak), adalah
pengenaan .pajak yang dipungut oleh
pemungut pajak. antara lain Pen1sahaan
Listrik Negara (PLN) yang telah ditetapkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65
1;ahun 2001 tentang Pajak Daerah, sebagai
pemungut pajak Pajak Penerangan Jala." atas
penggunaan tenaga listrik yang disediakan
oleh PLN.
: Cukup jelas.
: SPOPD tidak
pemungutan pemungut.
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
dipergunakan bagi
pajak yang dipungut
sistem oleh
ayat(5)
ayat (6)
ayat(7)
Pasal 7 ayat (I)
ayat(2)
ayat (3)
::iv~t {4.\ -.,,-- '.,
ayat (5)
ayat(6)
ayat (7)
Pasal 8 ayat (I)
ayat (2)
: Cukup jelas.
: 'NPWPD secara labatan dit Wajib Pajak tidak mendaftar Dinas Pendapatan Daerah ' material telah memenuhi menjadi Wajib Pajak.
: Cukup jelas.
: Cukup je!as.
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
Cukup je!as.
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
: Yang dimaksud dengan jeni:
adalah pajak-pajak yang dipung
official assessment.
: Yang dimaksud dengan me mp waktu penyarnpaian SPTPD bahwa Wajib Pajak temya menyampaikan SPTPD sesuai waktu yang ditetapkan benar-1 kesulitan, karena masa!ah~mas berkaitan dengan persYaraU dilampirkan dalarn pengajuan kelengkapan SPTPD.
Pemberian jangka waktu palit
sebagaimana dimak.sud ayat i1
jangka waktu penyampaian SP1
: Cukup je!as
Pasal 9 ayat (I)
ayat (2)
Pasal !Oayat(I)
ayat (2)
52
t
Yang dimaksud dengan kalimat .. belum
melakukan tindakan pemeriksaan11 ad!ilah surat pemberitahuan atau surat tugas pemeriksaan
yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Pendapatan
Daerah, belum dis~mpaikan kenada Wajib Pajak
ata>J kuasanya atau pegawai dan Wajib Pajak.
Conteh:
Pembayaran Pajak Restoran dalam SPTPD untuk
masa f,ajak.· bulan Juni 2000 sebesar
Rp 10.000.000,00 SPTPD terseliut terdapat
kekeliruan dan \Vajib Pajak membetulkan
sendiri SPTPD masa pajak tersebut pada bulan
September 2001 serta kepadanya belum
dilakukan tindakan pemeriksaan.
Penghitungan bunga (sanksi administrasi 2o/o per
bu Ian).
Pajak terutani; karena pembetulan = Rp I 5.000.000,00
Pembayaran p.ajak masa Jun! 2000 "' Rp I 0.000.000,00
P~i;k yang knraftg dibayar
S<ink'>i Administrasi :
Bunga 2o/. per bulan
,. = Rp S.000.000.00
{2o/o x 15 bulan) x RpS.000.000,CO = Rp 1.500.000,00
Pajak dan Sunga Yang Haros Dibayar = Rp 6.500.000,00
Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
: Cukup jelas.
Pasal 11
ayat (I)
Pasal ini n1engatur tentang per ketetapan pajak atas pajak yang d
(sistem self assessment). Pen ketetapan pajak ditujukan kepad<i
tertentu yang disebabkan oleh ~
da!am pengisian SPTPD diten1ukannya data fiskal yang tic
oleh Wajib Pajak.
: Ketentuan ayat ini n1emberi kewe11
Gubernur dalam hal ini I< Pendapatan Daerah untuk dapa
SKPDKB, SKPDKBT ata,~. S: terhadap kasus-kasus tertentu s~
daiam ayat ini, dengan perk.ata.
terhadap Wajib Pajak tertentu yilJ
atau berdasarkan hasil peme
memenuhi kewajiban formal danJ;
material.
Contoh
I. Seorang Wajib Pajak tidak
Surat Pemberitahuan Pajak
masa pajak tertentu, rnisalny
pajak 2000. Setelab ditegur
waktu tertentu juga belun1
Surat Pemberitahuan Pajak
dalam jangka waktu paling
sejak saat terutangnya pajak C
ha! ini Kepala Dinas Pend
dapat menerbitkan SKPDKB
terutang.
2. Seorang Wajib Pajak telah
SPTPD pada tahun pajak
jangka waktu paling lama 5
dari basil pemeriksaan Surat
I
l 54
hurufa
angka I)
angka 2)
Pajak Daerah yang disampaikan tidak benar.
Atas pajak yang terutang kurang bayar
tersebut, Kepala Dinas Pendapatan Daerah
dapat menerbitkan SKPDKB ditambah
denga!l sanksi 11dministrasi.
3. Wajib Pajak sebagaimanfl dirnaksud dalam
contoh 2 yang telah diterbitkan SKPDKB,
apabila dalam jangka waktu paling lama 5
tahun sesµdah p<i.jak yang terutang ditemukan
data baru dan atau data yang semulµ. belurn
terungkap yang menyebabkan penambahan
jumiafi pajak yarig teri1ta..i1g, rncl:::! Guben'!!lr
dalarn hal ini Kepala Dinas Pendapatan
Daerah dapat menerbitkan SKPDKBT.
4. Wajib Pajak berdasa.rkan hasil pemeriksaan
temyata jumlah pajak yang terutang sama
besamya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tldak terutang dan tidak ada kredit
pajak, maka Gubemur dalam hal ini Kepala
Dinas Pendapatan Daerah dapat menerbitkan
SKPDN.
: Cukup jelas.
: Y ruig dimaksud dengan kalimat "SPTPD tidak
disampaikan" adalah penyampaian SPTPD tidak
dalam batas waktu yang ditentukan setelah
ditegur secara tertulis. Artinya Wajib Pajak tetap
menyarnpaikan SPTf'D tetapi telah melampaui
batas waktu yang ditetapkan dalam surat
teguran.
angka 3)
hurufb & c
ayat (2)
ayat (3)
w Yang dimaksud "kewajiba
tidak dipenuhi" dapa
ken1ungkinan:
Pertama, SPTPD sam
disampaikan;
Kedua, SPTPD disampaik;
benar.
- Yang dimaksud dengar. per jabatan adalah penetapa terutang yang di~akukan ' pejabat yang ditunjuk ber ada ·atau ket~rangap lain Gt~bernur atat! pejabat yan~
Cukup jelas.
: Ayat ini mengatur sanksi te
yang tidak memenuhi kew3:
yaitu mengenakan sanksi
bunga sebesar 2% sebulan i
atau terlambat dibayar u1
paling lama 24 bulan atas p
terlambat dibayar. Sanksi
bunga ·dihitung sejak sazi
sarnpai dengan diterbitkaru
Pajak Daerail Kurang Bayar
Dalam hal Wajib Pajal
kewajiban perpajakam
dimaksud pada ayat (I) hu
Wajib Pajak tidak mengisi
Pajak Daerah yang sehar
maka dikenakan sanksi
kenaikan pajak sebesar 2:
yang terutang. Dalam kasu
56
menetapkan pajak yang terutang secara jabatan
me!alui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daera.~ K.urang Bayar. Selain sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 25o/o dari pokok pajak
yang terutangjuga dikenakan sanksi administrasi
bcrupa bunga 2% ·Sebulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat d~bayar untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan. Sanksi administrasi
berupa bunga d.ihitung sejak saat terutangnya
· pajak sarnpai' dengan diterbitkannya Surat"
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar.
· Contoh:
Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD untuk
masa pajak atau tahun pajak 2000 dan setelah
ditegur secara tertulis Wajib Pajak tersebut tidak
juga memenuhi kewajiban perpajakannya,
Kepala Dinas Pendapatan Daerah melakukan
penetapan pajak yang terutang sccara jabatan
pada bulan April.
Misalkan:
B~rdasarkan penetapan jabatan
Pajak yg terutang
Pembayaran Pajak Th 2000.
Pokok Pajak
Sanksi berupa kenaikan
25% x Rp.60.000.000
Pajak Kurang Dibayar
Sanksi Berupa bunga
= 160.000.000,00
= 100.000.000,00
= 60.000.000,00
15.000.000.00
75.000.000,00
2% x 16 bulan x Rp.75.000.000 = 24.000.000.00
Pajak Yang Harus Dibayar = 99.000.000.00
ayat (4) dan (5)
Pasal 12 ayat(I)
ayat (2)
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15 ayat (I) dan (2)
ayat (3)
ayal(4)
Dalarn ha!
kewajiban Wajib Pajak
perpajakanni dimaksud pada ayat (l) hu
ditemukannya data baru c
semula belum terungkap ya1
pemeriksa.an sehingga paj
bertambah, maka terhad
dikenakan sanksi administn
I 00% dari jumlah kekurai
administrasi ini tidak <liken
Pajak melaporkannya s
tindakan pemerik.saan.
: Yang dimaksud doku1
dipersamakan adalah
dipergunakan dan berfungsi
antara lain berupa karcis,
tagihan rekening listrik.
: Cukup jelas
: Cukup jelas
: Cukup jelas
: Jcnis pajak tertentu yang p;
telah diatur bersamaan <la.Ian
pelayanan administrasi
pembayaran Pajak Peneran
bersamaan dengan pembaya
listrik kepada PLN.
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
58
ayat (5)
Pasal 16 ayat (I )
ayat (2)
ayat (3)
Pasal 17
Pasal 18
ayat (2)
Pasal 19ayat(I)
ayat (2)
ayat (I)
: Besamy:i bunga ditetapkan dengan menerbitkan
STPD dan dihitung sejak berakhimya jatuh tempo pembayaran sampai dengan diterbitkan
STPD.
: Cukup jelas
: Cukup jelas
: Yang dimaksud dengan sarana pen1bayaran lain
adalah antara la~n surat tagihan rekening listrik
·, Cukup jelas.
: Penundaan pembayaran pajak dapat
Angw suran Ke--1 · Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
dipetiimb~gkan berda<'3fkan kesulitan likuiditas
yang dialami Wajib Pajak dengan dikenakan
bunga sebesar 2 °/o sebulan.
Contoh:
Apabila pajak terutang dalam SKPDKB sebesar
Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) telah
disetujui pembayaran angsuran .;ebanyak 5 kali
den,gan besar angsuran yang sama, maka
penghitungan besamya angsuran ditambah
bunga sebagai berkut.
Utar;g Pokok . Sunga Jumlah Pajak Angsuran 2% Angsuran
10.000.000 2.000.000 200.000 2.200.000 8.000.000 2.000.000 160.000 2.160.000 6.000.000 2.000.000 120.000 2.120.000 4.000.000 2.000.000 80.000 2.080.000 2.000.000 2.000.000 40.000 2.040.000
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
ayat{3)
Pasal 20 ayat (I)
ayat(2)
Ayat ini mengatur pengenaai
yang tidak atau kurang diba:
tempo pembayaran atau terlar
Yang dimaksud Penagih~
serangkaian tindakan agar
melunasi utang' pajak dan
dengan menegur atau
melaksanakan penagihan sek
memberitahukan Surat Pa
pencegahan, melaksana: melaksanakan penyande_raar
yang telah disita.
Yang dimaksud dalam ayat i
yang sejenis adalah surat
dengan surat teguran atau SUI
Periyampaian Surat Teguran
jatuh tempo pembayaran.
ayat (3) huruf a sd c : Cukup jelas.
huruf d
Pasal 21 ayat (I)
: Yang dimaksud dengan S<J
pajak adalah tanggal jatuh
yang tercantum dahim-sura
peringatan atau surat lain yaJ
: Yang dimak.sud dengan
Seketika clan Se<aligus
penagihan pajak yang dilalo
Pajak kepada Penangg·
menunggu tanggal jatuh
yang meliputi selurub uw
jenis pajak, masa pajak. dan
6<1'
ayat (2)
ayat (3)
aya: (4)
Pasal 22 ayat (I)
ayat (2)
Pasal 23 ayat ( ! )
ayat (2)
ayat (3)
ayat (4)
pajak diangkat· oleh Kt pala Dinas Pendapatan
Daerah.
: Cukup jelas.
: Surat perintah penagihan seketika dan sekcligus
adalah surat yang diterbitkan oieh Kepala Dinas
Pendapatan Daerah kepada petugas jurusita
ur.tuk melakukan penagihan pajak seketika dan
sekaligus.
.Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
dapat dijadikan dasar untuk melakukan
penagihan p3jak deng.an surat paksa.
: Cukup jelas.
: Pengertian kata ·'dapat" pada ayat ini adalah
bahwa penagihan pajak dengan surat paksa baru
dapat dilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak
melunasi utang pajak sampai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran dan setelah jangka
waktu 21 hari surat teguran atau su::-at peringatan
.~tau ,surat lain yang sejenis diterlma oleh Wajib
Pajak atau Waji~. Pajak tidak memenuhi
angsuran pembayaran pajak atau penundaan
pembayaran pajak.
; Cukup jelas.
: Cukup jelas.
; Cukup jelas.
: Cukup jelas.
: Yang dimaksud dengan "maupun di tempat lain yang dimungkinkan ·· adalah kantor pemerint-'lhan kelurahan setempat.
ayat (51
ayat(6)
ayat (7)
ayat (8)
ayat (9)
ayat (10)
ayat(ll) •
ayat(12)
Pa.c;al ?:4 ayat (1)
ayat (2)
Pasal 25 ayat (I)
ayat (2)
aya:m
Cukup jelas.
Cukup jelas.
· Cukup je!as.
· Cukup jelas.
· Cukup jelas.
· Cukup jelas.
: Cukup jelas.
: Cukup je!as.
: Jangka waktu 2 kali 24 jam din
memberi kesempatan kepada P~
melunasi utang pajak sebagai
daiam Surat Paksa yang bersang
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Kehadiran para saksi dim;:
meyakinkan bahwa pelaksru dilaksanakan sesuai dengan ket
perundang-undangan yang berla
Serita Acara Pelaksanaan :
pemberitahuan kepada Penang
masyarakat bahwa pengt:
Penanggung Pajak telah
Penanggung Pajak kepada Peja
itu, dalam setiap penyitaan, Juru
membuat Berita Acara Pelaksa
jelas dan lengkap yang sek
memuat hari dan tanggal, nom<
Pajak, nama Penanggung Pajak
barang yang disita., dan tempat ~
Pasal 26 ayat ( I )
ayat (2)
62
: T ujuan penyitaan adalah rriemperoleh jaminan
pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat diiaksanakan
terh:idap semua barang Penanggung Pajak, baik
yang berada di te~pat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan ·Penanggung Pc:jak. atau di
tempat lain maupun yang penguasaannya berada
di tangan pihak lain.
Pada dasamya .penyitaan dilaksanakan dengan
mendahulukan · barang bergerak, namun dalam
keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan
.langsung terhadap barang tidak bergerak t.a11pa melaksanakan pep.yitaan i.t:d1adap barung
bergerak. Keadaan tertentu, misalnya, Juru Sita Pajak tidak menjumpai barang bergerak yang dapat dijadikan objek sita, atau barang bergerak
yang dijumpa!.nya tidak mempunyai nilai, atau
harganya tidak memadai jika dibandingkan
dengan utang pajaknya_
Pengertian kepemilikan atas tanah meiiputi,
antara lain, hak milik, hak pakai. hak guna
bangunan. dan hak guna usaha.
Yang dimaksud dengan penguasaan berada di
tangan pihak lain. misalnya, disewakan atau
dipinjarnkan, sedangkan yang dimaksud dengan
dibebani dengan hak ta.11ggungan sebagai
jarninan peluriasan utang tertentu, misalnya, barang yang dihipotekkan, digadaikan, atau
diagunkan.
: Pada dasamya penyitaan terhadap badan
dilakukan terhadap barang milik perusahaan.
Namun apabila nilai barang tersebut. tidak
mencukupi atau barang n1ilik perusahaan tidak
dapat ditemukan atau karena kesu\itan dalain
Pasal 27
ayat (3)
ayat (4)
melaksanakan penyitaan re
perusahaan tidak rnencukt
dapat dilakukan terhadap
pengurus, kepala perwaki
penanggung jawab, pemili
untuk yayasan.
Dalarn memperkirakan ni!a
Juru Sita Pajak harus memf
jenis bara11g berdasarkan l
Juru Sita Pajak tidak dapat
secara berlebihan. Dalam I
Pajak dimungkinkan untu
Jasa Penilai.
Yang dimaksud dengan bi
adalah biaya pelaksanaan
Perintah Melaksanakan Per
Lelang, Jasa Penilai
sehubungan dengan penagil
,, Cukup jelas.
: Ketentuan ini dimaksudkar
dapat melabanakan penyi
milik Penanggung Pajak :
diketahui kemudian apahi
telah disita terdahulu rnembayar ut.ang pajak c
pajak. Dengan demikia
dilaksanakan lebih dari sat
jumlah yang cukup untuk
dan biaya penagihan b
1naupun setelah lelang dila!
64
Pasal 28 ayat (I) Sekalipun penanggung pajak te!ah melunasi
hutang pajak tetapi belum melunasi biaya penagihan paj<:i.k, penjualan secara !elang
terhadap barang yang telah disit;;i tetap dapat
dilaksanakan.
ayat (2) : Cukup jelas.
ayat (3) huruf a : Cukup jelas.
hurufb · : P.emindahbukuan oi:ijek sita yang tersimpan di
bank berupa dep0sito berjangka, tabungan, saldo
rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan
mengacu kepada ketentuan mengenai rahasia
bank sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
huruf c s.d f : Cakup jelas
Pasal 29 ayat (1) : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada penanggung pajak rnelunasi
hutang pajaknya sebelum pelelang:an terhadap
barang yang dis:ta dilaksanakan. Sesuai dengan
··.ketentuan dalam peraturan lelang setiap
penjualan secara lelang harus didahului dengan
Pengumuman Letang.
ayat (2) : Cukup je!as.
ayat (3) : Dalam hal barang tidak bergerak yang akan
dilelang bersama~sama barang bergerak,
pengumuman lelang dilak.ukan dua kali untuk
barang tidak bergerak. satu kali bersama-sama
barang bergerak pada pengumuman pertama,
sehingga penjualan barang bergerak dapat
didahulukan.
ayat (4)
Pasal 30 ayat (I)
ayat (2)
ayat (3)
Pengertian tidak harus di
media massa misalnya den pengumuman yang .. ditem1
u1num, misalnya di Kantor
papan pengumuman kantor p
Mengingat bahwa Jelang
lanjut eksekusi dari St
kedudukannya sama dengan
yang telah mempunyai kek1
maka sekalipun Wajib I
keberatan dan belum mem
\elang tetap dapat dilaksa.nnJ.:
Karena penguasaan barang
berpindah dari Penanggung f
maka pejabat yang bersan.
wewenang untuk menjual
dimaksud. Mengingat Penru memiliki barang yang disita
bahwa barang yang disita lelang pada waktu yang tela
tetap dapat dilaksanakan dihadir_i oleh Penanggung Pa.
: Pada dasamya lelang tidak c
Penanggung Pajak telah m•
dan biaya penagihan pajak..
terdapat putusan pengadilan
gugatan pihak ketiga at.as
yang disita, atau putusan Pei
mengabulkan gugatan Pen~
pe laksanaan penagihan pajal
yang akan dilelang musnah
bencana alatn. lelang tetap
66
Pasal 31 ayat (I)
ayat (2)
walaupun utang pajak dan biaya penagihan pajak
belum dilunasi.
: Cu kup je las.
: Cukup jelas.
ayat (3) huruf a s.d c : Cukup jelas.
huruf d
ayat (4)
ayat (5)
Pasa! 32 ayat (I)
ayat (2) huruf a
hurufb
: Hak lain yang ditetapkan oleh Gubemur setelah
dikoordinasikan dengan Pemerintah Pusat da\am
hal il'i Departe111en Keuangan.
·: Cukup jelas.
'. Yang dimaksud dengan jangka waktu
penambahan penundaan pembayaran, apabila
pennohonan penundaan pembayaran dikabulkan.
: Saat kedaluwarsa penagihan pajak ini perlu
ditetapkan untuk memberi kepastian hukum
kapan utang pajak tersebut tidak dapat ditagih
lagi.
: Dalam hal diterbitkan Surat teguran dan Surat
Pat;;a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak
tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
: Yang dimaksud dengan pengakuan utang pajak
secara langsung adalah · Wajib Pajak dengan
kesadarannya menyatakan masih mempunyai
utang pajak dan belum meiunasinya kepada
Pemerintah Daerah.
Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara
tidak langsung adalah Wajib Pajak tidak secara
nyata-nyata langsung menyatakan bahwa ia
mengakui mempunyai utang pajak kepada
Pemerintah Daerah.
Pasal 33 ayat (I)
huruf a s.d. e
huruff
ayat (2)
ayat (3)
contoh
- Wajib Pajak mengajt angsuran/penundaan pemb
- Wajib Pajak mengaj1
keberatan.
: Apabila Wajib Pajak berper
pajak dalam surat ket1
pemungutan tidak. sebagairr
Wajib Pajak dapat mengaju
kepada Gubernur yang
ketetapan pajak.
Keberatan yang diajukan ac
atau isi dari ketetapan
perhitungan jumlah yang
menurut perhitungan Wajib
Satu keberatan harus diajuk
pajak dan satu tahun pajak.
: Cukup jelas
Yang dimaksud
orang pribadi
dengan
atau ba
peraturan perundang--un
Daerah atau yang ditu1
sebagai pemotong/pemung
: Alasan-alasan yang jel
mengemukakan dengan d
jumlah pajak yang terutani
petugas pajak (fiskus) tidal
Ayar ini mengharusl
membuktikan ketidakben