1
-- jsn.dela MENTALITAS PENEBAR RANJAU PAKU DI Jakarta, di ruas-ruas jalan tertentu, banyak pengendara motor yang bannyakempes.Bocor terkena paku. Paku-paku itu tidak dengan sen- dirinya adadi jalanan, melainkan sengaja dite- bar. Ada orang-orang tertentu yang sengaja menebar paku supayaban sepeda motor pada bocor dan para penambal ban itu akan dapat keuntungan. Orang-orang inilah yang memang sengaja mencelakakan orang lain demi keun- tungan pribadi. Saking banyaknyapaku, orang- orang yang peduli dengan keselamatan peng- endaramotor mengumpulkannyadengan besi magnet. Luar bisa banyaknya! Rupanya ada orang yang memang memiliki mentalitas penebar ranjau paku yang menyu- sahkan orang lain demi keuntunganpribadi. Ki- ta bisa bayangkan kerugian yang diakibatkan oleh para penebar paku ini terhadap kepenting- an-kepentingan sepeda motor yang tertunda. Mungkin dia mau presentasi untuk urusan kan- tornJa. Mungkin ada yang mau menjemput anakflya di sekolah. Ada yang mau mengantar jualan. Ada yang buru-buru mau mengambil uang di ATM. Sejumlah aktivitas itu tertunda, terganggugara-gara ban sepeda motor mereka bocor oleh paku yang sengajaditebar. Singkatnya, dengan paku-paku yang ditebar tersebut, sejumlah orang tertunda kepenting- annya. Bisa jadi ada yang kesempatannya ter- buang gara-gara ban sepeda motornya kempes. Tidak adayang tewas dari penebaraan paku ini yang bisamenyebabkan sepeda motornyajatuh atautabrakan.Meski demikian,bankempesda- pat menjadi penyebabsejumlah kerugian. Mentalitas penebar ranjau paku ini perlu mendapatkan perhatian serius. Mentalitas orang-orarig seperti ini adalahmentalitas orang- orang korup yang melihat demi kepentingan pribadi dan mencelakakan pihak lain. Mungkin omset penambalan ban akan meningkat, tetapi cobabayangkansederet kepentingan yang ter- tunda dan sederet kesempatan yang melayang gara-garatindakan penebaranpaku ini. Mentalitas semacam ini ada di berbagai sektor dan tempat. Dalam dunia pendidikan, mungkin $ta bisa menemukan seorang guru matematika yang sengaja tidak memberikan nilai baik (sengaja memberi nilai jelek) agar si siswa mengikuti pelajaran tambahan yang dise- Ienggarakansang guru. Di universitas, mungkin ada seorangdosen pembimbing skripsi yang sengaja mempersulit bimbingan agar si mahasiswa "ndandakke" skripsinya di biro jasa pembuatan skripsi yang dikelolanya. Atau ada seorang dosen yang se- ngaja merusak fasilitas kampus agar pihak uni- versitas mengadakan pembelian atau biaya perawatan tempat dia menjadi koordinator pengadaanbar4ng (tempat dia mendapatkan fee atau mark up dana). Di berbagai belahandunia, mentalitas sema- cam ini bukanlah hal yang aneh. Kita tahu para penjual senjatalahyang seringkali melakukan provokasi terhadap kedua belah pihak agar ber- perang. Para penjual senjatalah yang menang- guk keuntungan ketika terjadi perang. Mereka menjual senjata kepadamasing-masingpihak yang berseteru.Inilah gambaranyang dilukis- kan dalam sebuahfilm Hollywood yang dibin- tangi oleh NicolasCage. Dalam teori konspirasi, berbagai penyakit mematikan (termasuksalahsatunyaflu burung), konon sengaja diciptakan dan disebarkan vi- rusnya agar vaksin atau antivirusnya yang ju- ga merekaciptakan dan mereka jual secara mo- nopoli dibeli oleh negara yang terkena wabah tersebut. Sebuah keuntungan yang luar biasa diraup oleh kartel penjualan antivirus. Para pengedar narkotikalah yang sengaja membuat para remaja menjadi ketagihan agar barang dagangannya laku. Tingginya penggu- naan narkotika memang "diciptakan atau dikre- asikan' agar para generasi muda itu menjadi kecanduan dan tergantung pada barang haram itu. Berkat narkotikalah orang-orangsemacam Pablo Escobar dari Medilin, columbia malah di- anggap sebagaisanto. IGdang-kadang sayatakut membanyangkan jika mentalitas penebar ranjau paku ini juga menjalar pada pembuat dan pedagang nisan. Jangan-jangan, agar nisan yang mereka jual bi- salaku keras, mereka menciptakan berbagai ke- mungkinan agar banyak orang meninggal atau tewas. Merekamenciptakan berbagaitrik. Ter- masuksalahsatunyamemasang iklan bertulis- kan, "Beli satu, gratis dua!". DT. NURHADI, M.Hum. Pemimpin Redaksi PEWARA DINAMIKA N0VIavlSlft 2*]. 1

staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132236129/lainlain/... · Created Date: 8/1/2005 1:16:38 AM

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • -- jsn.dela

    MENTALITAS PENEBAR RANJAU PAKUDI Jakarta, di ruas-ruas jalan tertentu, banyakpengendara motor yang bannya kempes. Bocorterkena paku. Paku-paku itu tidak dengan sen-dirinya ada di jalanan, melainkan sengaja dite-bar. Ada orang-orang tertentu yang sengajamenebar paku supaya ban sepeda motor padabocor dan para penambal ban itu akan dapatkeuntungan. Orang-orang inilah yang memangsengaja mencelakakan orang lain demi keun-tungan pribadi. Saking banyaknyapaku, orang-orang yang peduli dengan keselamatan peng-endara motor mengumpulkannya dengan besimagnet. Luar bisa banyaknya!

    Rupanya ada orang yang memang memilikimentalitas penebar ranjau paku yang menyu-sahkan orang lain demi keuntunganpribadi. Ki-ta bisa bayangkan kerugian yang diakibatkanoleh para penebar paku ini terhadap kepenting-an-kepentingan sepeda motor yang tertunda.Mungkin dia mau presentasi untuk urusan kan-tornJa. Mungkin ada yang mau menjemputanakflya di sekolah. Ada yang mau mengantarjualan. Ada yang buru-buru mau mengambiluang di ATM. Sejumlah aktivitas itu tertunda,terganggu gara-gara ban sepeda motor merekabocor oleh paku yang sengaja ditebar.

    Singkatnya, dengan paku-paku yang ditebartersebut, sejumlah orang tertunda kepenting-annya. Bisa jadi ada yang kesempatannya ter-buang gara-gara ban sepeda motornya kempes.Tidak ada yang tewas dari penebaraan paku iniyang bisa menyebabkan sepeda motornyajatuhatautabrakan. Meski demikian, bankempes da-pat menjadi penyebab sejumlah kerugian.

    Mentalitas penebar ranjau paku ini perlumendapatkan perhatian serius. Mentalitasorang-orarig seperti ini adalah mentalitas orang-orang korup yang melihat demi kepentinganpribadi dan mencelakakan pihak lain. Mungkinomset penambalan ban akan meningkat, tetapicoba bayangkan sederet kepentingan yang ter-tunda dan sederet kesempatan yang melayanggara-gara tindakan penebaran paku ini.

    Mentalitas semacam ini ada di berbagaisektor dan tempat. Dalam dunia pendidikan,mungkin $ta bisa menemukan seorang gurumatematika yang sengaja tidak memberikannilai baik (sengaja memberi nilai jelek) agar sisiswa mengikuti pelajaran tambahan yang dise-Ienggarakan sang guru.

    Di universitas, mungkin ada seorang dosenpembimbing skripsi yang sengaja mempersulitbimbingan agar si mahasiswa "ndandakke"skripsinya di biro jasa pembuatan skripsi yangdikelolanya. Atau ada seorang dosen yang se-ngaja merusak fasilitas kampus agar pihak uni-versitas mengadakan pembelian atau biayaperawatan tempat dia menjadi koordinatorpengadaan bar4ng (tempat dia mendapatkanfee atau mark up dana).

    Di berbagai belahan dunia, mentalitas sema-cam ini bukanlah hal yang aneh. Kita tahu parapenjual senjatalah yang seringkali melakukanprovokasi terhadap kedua belah pihak agar ber-perang. Para penjual senjatalah yang menang-guk keuntungan ketika terjadi perang. Merekamenjual senjata kepada masing-masing pihakyang berseteru. Inilah gambaran yang dilukis-kan dalam sebuah film Hollywood yang dibin-tangi oleh Nicolas Cage.

    Dalam teori konspirasi, berbagai penyakitmematikan (termasuk salah satunya flu burung),konon sengaja diciptakan dan disebarkan vi-rusnya agar vaksin atau antivirusnya yang ju-ga mereka ciptakan dan mereka jual secara mo-nopoli dibeli oleh negara yang terkena wabahtersebut. Sebuah keuntungan yang luar biasadiraup oleh kartel penjualan antivirus.

    Para pengedar narkotikalah yang sengajamembuat para remaja menjadi ketagihan agarbarang dagangannya laku. Tingginya penggu-naan narkotika memang "diciptakan atau dikre-asikan' agar para generasi muda itu menjadikecanduan dan tergantung pada barang haramitu. Berkat narkotikalah orang-orang semacamPablo Escobar dari Medilin, columbia malah di-anggap sebagai santo.

    IGdang-kadang saya takut membanyangkanjika mentalitas penebar ranjau paku ini jugamenjalar pada pembuat dan pedagang nisan.

    Jangan-jangan, agar nisan yang mereka jual bi-sa laku keras, mereka menciptakan berbagai ke-mungkinan agar banyak orang meninggal atautewas. Mereka menciptakan berbagai trik. Ter-masuk salah satunya memasang iklan bertulis-kan, "Beli satu, gratis dua!".

    DT. NURHADI, M.Hum.

    Pemimpin Redaksi

    PEWARA DINAMIKA N0VIavlSl f t 2*] . 1