Upload
buithu
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang
sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari
berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan
perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari
pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara
juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran
hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran
udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll
disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan
memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran
udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun
di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia
dan terjadinya penularan penyakit.
Udara sendiri adalah salah satu kebutuhan manusia, selain
makanan, sandang, rumah, dan sebagainya. Udara sangat berpengaruh
pada kesehatan manusia, terutama udara di luar ruangan (outdoor);
kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Kualitas udara yang buruk dapat ditemui di kawasan industri atau jalan
raya yang padat. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan yaitu pengukuran
kualitas udara.
1.2. Rumusan Praktikum
Pada dasarnya, yang menjadi pokok permasalahan adalah:
1. Peralatan apakah yang digunakan untuk menguji kualitas udara di
outdoor?
2. Bagaimana prosedur kerja yang akan dilaksanakan saat praktikum?
3. Kriteria apa sajakah yang diukur saat praktikum?
4. Bagaimana hasil dari pengukuran kualitas udara di outdoor?
1
5. Bagaimana hasil perbedaan pengukuran kualitas udara yang diukur
pada dua tempat yang berbeda?
1.3. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pratikum yang dilakukan, antara lain:
1. Melakukan pengujian fisik kualitas udara di luar ruangan (outdoor).
2. Mengukur tingkat kebisingan, kelembaban, suhu, intensitas cahaya,
jumlah partikel debu yang terdapat di luar ruangan.
3. Mengidentifikasi kualitas fisik udara di luar ruangan (outdoor) dengan
peralatan yang sudah tersedia.
1.4. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari pratikum yang dilakukan, antara lain:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian fisik kualitas udara.
2. Mahasiswa dapat mengukur tingkat kelembaban, kebisingan, suhu,
intensitas cahaya, jumlah partikel debu yang terdapat di luar ruangan.
3. Mahasiswa dapat menentukan seberapa besar kualitas fisik udara di
luar ruangan (outdoor) dengan peralatan yang sudah tersedia.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Definisi Pencemaran Lingkungan Hidup.
Menurut pasal 1 angka 12 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1997, yang disebut pencemaran lingkungan adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
2.2. Pencemaran Udara.
Menurut Chambers (1976) dan Masters (1991), yang
dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau
substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai
sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat
dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia,
binatang, vegetasi dan material.
Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai
perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan alami
atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker, 1980). Menurut
Kumar (1987), pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di
atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu
keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia
dan lingkungannya. Pengertian lain dari pencemaran udara adalah adanya
bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia (man made). Hal ini
untuk membedakan dengan pencemaran udara alamiah (natural air
pollution) dan pencemaran udara ditempat kerja (occupational air
pollution).
3
2.3. Pengukuran Kualitas Udara Secara Fisik.
Pengukuran kualitas udara secara fisik yang akan di ukur meliputi
pengukuran sebagai berikut:
1. Pengukuran suhu dan kelembaban udara
Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu
zat. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki
oleh suatu benda. kenaikan suhu untuk menaikan suhu suatu zat di
perlukan kalor (Q), besarnya tergantung jenis zatnya, banyaknya zat
yang dipanaskan dan kenaikan suhu yang diinginkan. Kalor jenis (c)
adalah kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk menaikan 1°C. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu udara adlah thermometer.
Sedangkan kelembapan udara (humidity gauge) adalah jumlah uap
air di udara (atmosfer). Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara.
Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan disebut dengan
Hygrometer.
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam
udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air
dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam
udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan
maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air
sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan
mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara
jenuh. Ada dua istilah kelembapan udara yaitu kelembapan tinggi dan
kelembapan rendah. Kelembapan tinggi adalah jumlah uap air yang
banyak diudara, sedangkan kelembapan rendah adalah jumlah uap air
yang sedikit diudara. Hygrometer adalah sejenis alat untuk mengukur
tingkat kelembaban relatif pada suatu tempat. Sedangkan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara adalah
thermohygrometer
4
2. Pengukuran arah angin
Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah
horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu
tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan
relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau
hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan
antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal
adanya angin basah, angin kering dan sebagainya. Sifat-sifat ini
dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu:
a. Daerah asalnya;
b. Daerah yang dilewatinya; dan
c. Lama atau jarak pergerakannya.
d. Dua komponen angin yang diukur ialah kecepatan dan arahnya.
e. Anemometer merupakan alat pengukur arah dan kecepatan angin
yang banyak digunakan dalam bidang meteorologi dan geofisika.
Kata Anemometer berasal dari Yunanianemos, yang berarti
angin. Anemometer ini pertama kali diperkenalkan oleh
Leon BattistaAlberti dari Italia pada tahun 1450.
3. Pengukuran debu.
Debu ialah nama umum untuk sejumlah partikel padat kecil dengan
diameter kurang dari 500 mikrometer. Di atmosfer Bumi, debu berasal
dari sejumlah sumber loess yang disebarkan melalui angin, letusan
gunung berapi, pencemaran, dll. Debu udara dianggap aerosoldan bisa
memiliki tenaga radiasi lokal yang kuat di atmosfer dan berpengaruh
pada iklim. Di samping itu, jika sejumlah partikel kecil disebarkan ke
udara di daerah tertentu (seperti tepung terigu), dalam keadaan tertentu
ini bisa menimbulkan bahaya ledakan. Partikel debu dapat
menimbulkan efek pada manusia seperti menyebabkan penyakit
paru seperti pneumokoniosis, penyakit yang yang terjadi di antara
sejumlah pekerja tambang. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
pengaturan terhadap keadaan kerja.
5
Untuk mencegah debu masuk lewat pernafasan, dapat
menggunakan masker atau sapu tangan ketika berada di tempat
berdebu. Pengendalian debu adalah penekanan partikel padat dengan
diameter kurang dari 500 mikrometer. Pelanggaran kendali debu paling
sering terjadi di pembangunan perumahan baru di daerah perkotaan.
Nilai NAB dari tiap masing-masing debu (setiap debu mempunyai NAB
yang berbeda-beda) Sedangkan karakteristik debu di saluran pernafasan
yaitu:
A. Debu-debu berukuran 5-10 mikron : ditahan saluran nafas bagian
atas (gangguan paryngitis)
B. Debu-debu berukuran 3-5 mikron : ditahan saluran nafas bagian
tengah (asma bronchitis)
C. Debu-debu berukuran 1-3 mikron : akan mengendap di permukaan
alveoli paru-paru (pneumokoniosis)
D. Debu-debu berukuran 0,1-1 mikron : tidak mudah mengendap jadi
hanya hinggap di permukaan alveoli.
E. Debu-debu berukuran < 0,1 mikron : tidak hinggap di permukaan
alveoli atau selaput lendir, oleh karena gerakan Brown, yang
menyebabkan debu bisa keluar masuk alveoli.
4. Pengukuran tingkat kebisingan.
Ada beberapa sumber kebisingan, diantaranya yaitu sumber polusi
suara seperti lalu lintas kendaraan, lingkungan, peralatan listrik, TV dan
musik sistem, sistemalamat publik, kereta api dan udara, lalu lintas, dan
bahkan kita juga menjadi korban kebisingan yang dihasilkan oleh
peralatan rumah tangga yang digunakan oleh kita. Sebagian besar
korban polusi suara adalah orang yang tinggal di kota metropolitan atau
kota-kota besar dan mereka yang bekerja di pabrik.
2.4. Peraturan Mengenai Standar Kualitas Fisik Udara
Menurut keputusan menteri Negara lingkungan hidup nomor: KEP-
48/MENLH/11/1996, ambang batas kebisingan untuk Ruang Terbuka
Hijau adalah 50 dB A.
6
Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009
tentang baku mutu kualitas udara ambien. Standart untuk parameter debu
dengan waktu pemaparan 24 jam, baku mutunya adalah 0,26 mg/Nm3.
2.5. Efek Bahan Pencemar Udara Terhadap Lingkungan.
Efek bahan pencemar udara terhadap lingkungan memiliki banyak
efek, seperti pada di bawah ini:
1. Efek terhadap kondisi fisik atmosfer.
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer
antara lain adalah:
A. Gangguan jarak pandang (visibility).
B. Memberikan warna tertentu pada atmosfer.
C. Mempengaruhi struktur dari awan.
D. Mempengaruhi keasaman air hujan.
E. Mempercepat pemanasan atmosfer.
2. Efek terhadap Faktor Ekonomi
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap faktor yang berhubungan
dengan ekonomi antara lain:
A. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan
(keropos).
B. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).
C. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada
makanan/minuman oleh bahan beracun (kontaminasi dan
dioksin).
D. Meningkatnya biaya perawatan/pengobatan penyakit yang di
sebabkan oleh pencemaran udara.
3. Efek terhadap Vegetasi
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi
antara lain ialah:
A. Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel
tumbuhan terutama pada daun.
B. Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi.
C. Mempengaruhi proses reproduksi tanaman.
7
D. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman
E. Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (misalnya
lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta
morfologi vegetasi tersebut).
4. Efek terhadap Kehidupan Binatang
Efek terhadap kehidupan binatang, balk binatang peliharaan maupun
bukan (binatang liar), dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi
dan keracunan bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadinya
migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO2.
5. Efek Estetik
Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemar udara antara
lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang
mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya
terjadi kerusakan bahan tersebut.
6. Efek terhadap Kesehatan Manusia pada Umumnya
Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan
kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara
terhadap individu atau masyarakat dapat berupa:
A. Sakit, baik yang akut maupun kronis.
B. Penyakit yang tersembunyi, yang dapat memperpendek umur,
menghambat pertumbuhan, dan perkembangan.
C. Mengganggu fungsi fisiologis dari paru, saraf, transpor oksigen
oleh hemoglobin, kemampuan sensorik.
D. Kemunduran penampilan, misalnya pada aktifitas atlet,
aktifitas motorik, aktifitas belajar, iritasi sensorik.
E. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh.
F. Rasa tidak nyaman (bau).
7. Efek terhadap Saluran Pernafasan
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran
pernafasandapat menyebabkan terjadinya:
8
a. Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan
pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga
tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
b. Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar.
c. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan
d. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
e. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang
pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan menjadi
menyempit.
f. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
Akibat dari semua hal tersebut di atas, akan menyebabkan
terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk
bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan. Pencemaran Udara di dalam Ruangan (INDOOR) Di
daerah perkotaan pada umumnya, 80% dari kehidupan suatu individu tinggal
di luar ruangan (indoor). Sebagian dari padanya, khususnya anak, bayi,
orang tua dan penderita penyakitkronis, waktu tinggal di dalam ruangan lebih
banyak.
Bahan polutan di dalam rumah, tempat kerja, maupun dalam
gedung yang merupakan tempat-tempat umum, kadarnya berbeda dengan
bahan polutan di luar ruangan. Meningkatnya kadar bahan polutan di
dalam ruangan selain dapat berasal dari penetrasi polutan dari luar
ruangan, dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam ruangan, seperti
asap rokok, asap yang berasal dari dapur, atau pemakaian obat anti nyamuk.
Sumber lain dari bahan polutan di dalam ruangan adalah perlengkapan
pekerja seperti pakaian, sepatu, ataupun perlengkapan lainnya yang dibawa
masuk ke dalam rumah dari tempat kerja.
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Rancangan Bangun
Pengukuran yang kita lakukan merupakan pengukuran secara
observasional karena hanya melakukan kegiatan pengamatan dan
pengukuran kualitas fisik udara saja. Pengukuran ini digunakan untuk
mengukur kualitas fisik dari udara seperti kelembaban dan suhu, arah
angin, debu, serta tingkat kebisingan pada ruang terbuka.
Pengukuran kualitas udara akan dilaksanakan di ruang terbuka, di
lapangan parkir selatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk mengukur kualitas udara pada pratikum
kesehatan lingkungan ini adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran suhu dan kelembaban, alat dan bahan yang digunakan
adalah:
a. Hygrometer.
Hygrometer adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat
kelembaban relatif pada suatu tempat. Biasanya alat ini
ditempatkan di dalam bekas (container) penyimpanan barang yang
memerlukan tahap kelembapan yang terjaga seperti dry box
penyimpanan kamera. Kelembapan yang rendah akan mencegah
pertumbuhan jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut.
Bentuk sederhana Hygrometer adalah khusus dikenal sebagai
Psychrometer dan Hygrometer menggunakan dua Thermometer.
Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara
biasa dan yang kedua untuk mengukur suhu udara jenuh/ lembab
(bagian bawah Thermometer diliputi kain/kapas yang basah).
Thermometer Bola Kering membiarkan tabung air raksa dibiarkan
kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya. Sedangkan
Thermometer Bola Basah membuat tabung air raksa dibasahi agar
suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu
yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
10
2. Pengukuran tingkat kebisingan, alat dan bahan yang digunakan adalah:
a. Sound level meter.
Sound Level Meter merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar suara bising. Alat ini digunakan untuk
mengukur intensitas kebisingan antara 30-130 dBA dan dari
frekuensi 20Hz-20.000Hz.
b. Pencatat waktu.
3. Pengukuran arah angin, alat dan bahan yang digunakan adalah:
a. Kincir angin buatan
b. Kompas
c. Pencatat waktu
d. Alat tulis
4. Pengukuran debu, alat dan bahan yang digunakan adalah:
a. Perangkat EPAM 5000 yang dilengkapi dengan skala/meter.
b. Pencatat waktu
c. Alat tulis
3.3. Prosedur Kerja.
Prosedur kerja pada pratikum pengukuran fisik kualitas udara
adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran suhu dan kelembaban udara, prosedur kerjanya adalah
sebagai berikut:
a. Letakkan atau pegang alat setinggi 1 meter di atas permukaan
tanah.
b. Lihat menunjukkan ke angka berapa jarum suhu dan kelembaban.
c. Catat hasil pengukuran.
2. Pengukuran tingkat kebisingan, prosedur kerjanya adalah sebagai
berikut:
a. Tentukan tempat sampling yang baik.
b. Letakkan atau pegang sound level meter pada ketinggian 1,00
sampai 1,2 meter..
c. Arahkan mikrofon ke sumber suara.
d. Hidupkan sound level meter dengan menggeser tombol switch on.
11
e. Setel respon F (fast) dan ilter C pada intensitas impulsive.
f. Catat angka yang muncul pada display setiap 5 detik
g. Lakukan pengukuran selama 1 menit
h. Hitung rata-rata
3. Pengukuran arah angin
a. Membuat alat kincir arah angin dengan bufalo, tusuk gigi dan
sedotan air mineral
b. Bawa alat ke tempat yang ingin di jadikan uji coba
c. Siapkan kompas dan juga jam sebagai penunjuk arah angin dan
waktu
d. pada saat angin ada, kincir akan menunjukkan kemana arah angin
ada
e. lihat kompas
f. catat hasil dan foto hasilnya.
4. Pengukuran debu, prosedur kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Bawa alat ke tempat yang ingin di jadikan uji coba
b. Tekan tombol on pada alat
c. Pilih “special functions” – “system options” – “extended options”
– “size select” – “10,0 um – M” – “special function” – “system
option” – “sample rate” – “1 min (15days)” – “run” – “run –
continue” – “now”.
d. Catat setiap 1menit hasil debu yang muncul pada alat selama
30menit
3.4. Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum pengukuran fisik kualitas udara, akan dilakukan
di parkir selatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3.5. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Pratikum pengujian fisik kualitas udara akan dilaksanakan pada:
a. Hari/tanggal : Rabu s/d Sabtu, 20 - 23 maret 2013
12
3.6. Rincian Biaya
Untuk rincian biaya pratikum kesling ini, tidak ada biaya yang
dikeluarkan dikarenakan alat dan bahan sudah tersedia di laboratorium
kesehatan lingkungan fakultas kesehatan masyarakat universitas airlangga.
13
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1. Hasil Praktikum
A. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan di lapangan parkir
selatan FKM Universitas Airlangga hari Rabu tanggal 21 maret 2013
pada pukul 16.05 sore hari. Adapun hasil pengukuran suhu dan
kelembaban adalah sebagai berikut:
Cuaca : cerah (berawan)
Kelembaban : 65%
Suhu : 34oC
B. Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan di lapangan parkir selatan FKM
Universitas Airlangga pada hari Rabu tanggal 21 Maret 2013 pada
pukul 16.05. Pengukuran kebisingan dilakukan selama satu menit dan
dicatat setiap lima detik. Sumber suara yang diukur ada dua kategori
yaitu pada saat jalan raya ramai kendaraan dan pada saat sepi
kendaraan. Adapun hasil pengukuran kebisingan adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan
No Kondisi jalanan ramai Kondisi jalanan sepi
1 81,0 dB 81,1 dB
2 80,2 dB 77,8 dB
3 78,9 dB 77,0 dB
4 80,8 dB 78,9 dB
5 80,7 dB 80,4 dB
6 80,5 dB 79,8 dB
7 80,7 dB 80,7 dB
8 80,7 dB 78,4 dB
9 81,6 dB 69,0 dB
10 82,3 dB 68,1 dB
14
11 83,4 dB 79,1 dB
12 83,5 dB 83,1 dB
Rata-rata 81,19 dB 77,78 dB
Kondisi jalanan ramai adalah saat jalanan / jalan raya sedang
banyak-banyak kendaraan bermotor yang melintas di depan lapangan
parker selatan FKM UNAIR, sedangkan kondisi jalanan sepi adalah
pada saat jalanan / jalan raya tidak ada / jarang ada kendaraan yang
sedang melintas di depan lapangan parker selatan FKM UNAIR
C. Pengukuran Arah Angin
Pengukuran arah angin dilakukan di lapangan parkir selatan FKM
Universitas Airlangga pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2013 pada
pukul 13.35. Pengukuran yang dilakukan dilapangan parkir selatan
menunjukkan bahwa angin lebih condong ke arah E (timur) – NE
(timur laut). Jadi terkadang angin mengarah ke E, tapi juga terkadang
jika ada angin lagi mengarah ke NE.
D. Pengukuran Partikulat Debu
Pengukuran debu dilakukan tanggal 22 Maret 2013 pada pukul
11.36 di lapangan parkir selatan FKM UA. Pengukuran dilakukan
selama 30 menit dan dilakukan pencatatan setiap satu menit. Adapun
hasil pengukuran debu adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengukuran Particulat Debu.
No Waktu Konsentrasi
Debu (mg/m3)
No Waktu Konsentrasi
Debu (mg/m3)
1 11:36:25 0,015 16 11:51:25 0,012
2 11:37:25 0,011 17 11:52:25 0,008
3 11:38:25 0,010 18 11:53:25 0,006
4 11:39:25 0,025 19 11:54:25 0,008
5 11:40:25 0,019 20 11:55:25 0,007
6 11:41:25 0,018 21 11:56:25 0,009
7 11:42:25 0,020 22 11:57:25 0,008
8 11:43:25 0,021 23 11:58:25 0,016
9 11:44:25 0,019 24 11:59:25 0,009
15
10 11:45:25 0,017 25 12:00:25 0,007
11 11:46:25 0,017 26 12:01:25 0,005
12 11:47:25 0,015 27 12:02:25 0,004
13 11:48:25 0,014 28 12:03:25 0,004
14 11:49:25 0,014 29 12:04:25 0,003
15 11:50:25 0,013 30 12:05:25 0,005
Nilai maksimum pada pukul 11:39:25 sebesar 0,025 mg/m3
Nilai minimum pada pukul 12:04:25 sebesar 0,003 mg/m3
T.W.A (nilai rata-rata) pengukuran debu sebesar 0,011 mg/m3
S.T.E.L (partikel debu diudara yang di atas NAB) pada pengukuran
debu sebesar 0,016 mg/m3.
4.2. Pembahasan
A. Pengukuran suhu dan kelembaban
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban untuk di luar ruangan,
pada saat pengukuran peneliti mengetahui bagaimana suhu dan
kelembaban di tempat itu dengan merasakannya. Berdasarkan hasil
pengukuran yang dilakukan, suhu di lapangan parkir selatan FKM
sebesar 34oC, sementara untuk kelembaban adalah sebesar 40%-60%.
Suhu kelembaban yang diukur dapat bergantung pada waktu
pengukuran, iklim, dan cuaca. Kelembaban udara adalah tingkat
kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam
bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Udara yang kami ukur
menunjukan udara yang lembab karena memang pada saat pengukuran
udara di lapangan parkir selatan FKM cukup panas. Kelembapan tinggi
adalah jumlah uap air yang banyak diudara, sedangkan kelembapan
rendah adalah jumlah uap air yang sedikit diudara.
Suhu dan kelembaban juga berpengaruh terhadap kesehatan
manusia. Suhu dan kelembaban yang berlebih dapat menyebabkan
dehidrasi, sedangkan kelembaban berlebih dapat memicu asma bagi
orang yang sensitif.
16
B. Pengukuran tingkat kebisingan
Menurut keputusan menteri Negara lingkungan hidup nomor:
KEP-48/MENLH/11/1996, ambang batas kebisingan untuk Ruang
Terbuka Hijau adalah 50 dB A.
Kebisingan yang diukur di lapangan parkir selatan FKM bersumber
pada suara bising kendaraan bermotor di jalan raya. Pengukuran
dilakukan pada dua kondisi dimana jalan ramai kendaraan dan jalanan
sepi kendaraan. Kedua pengukuran dalam kondisi diatas menunjukan
bahwa tingkat kebisingan tidak memenuhi standar.
Dengan cara kita mengukur kebisingan ini kita bias mengetahui
apakah di daerah lapangan parker selatan FKM UNAIR ini termasuk
bising atau tidak. Hasilnya tidak memenuhi standart dengan peraturan
yang ada, maka dapat menimbulkan tuli atau gangguan pendengaran
jika berada di tempat itu dalam kurun waktu yang lama.
C. Pengukuran debu.
Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009
tentang baku mutu kualitas udara ambien. Standart untuk parameter
debu dengan waktu pemaparan 24 jam, baku mutunya adalah 0,26
mg/m3. Dari jumlah rata-rata partikulat debu yang di dapat pada
pengukuran di lapangan parkir selatan FKM UA menunjukkan kadar
aman yaitu sebesar 0,011 mg/m3. Namun pada partikulat meter
menunjukkan adanya partikulat debu yang dapat berisiko
menyebabkan gangguan kesehatan apabila di hirup dalam kurun waktu
terus menerus.
Nilai maximum yang di dapat pada saat pengukuran menunjukkan
banyaknya particulat debu di udara sebesar 0,025 mg/m3. Dari nilai
maksimum ini, maka konsentrasi particulat debu di udara pada
lapangan parkir selatan FKM memenuhi standart. Sumber debu dapat
berasal dari asap kendaraan bermotor dan debu jalanan, semakin
banyak jumlah debu di udara akan semakin banyak pula debu yang
dihirup dan dapat berdampak pada kesehatan.
17
Pengukuran kualitas udara luar ruangan diperlukan, karena kualitas
udara luar ruangan mempengaruhi kesehatan manusia. Salah satu
parameter pengukurannya adalah partikel debu. Partikel debu
berukuran di bawah 5 mikron dapat langsung masuk ke dalam paru-
paru lalu mengendap di alveoli, sehingga dapat menyebabkan penyakit
kronis seperti kanker paru. Sementara itu, partikel debu yang
berukuran di atas 5 mikron dapat menyebabkan iritasi di saluran
pernafasan bagian atas. Partikel debu yang terbawa oleh angin juga
dapat menyebabkan iritasi pada mata dan mengurangi daya tembus
pandang mata (visibility).
D. Pengukuran arah angin
Hasil pengukuran kelompok kami, arah angin pada jam 13.35 di
lapangan parkir selatan FKM condong mengarah ke E – NE.
Pengukuran arah angin perlu dilakukan, karena agar kita bias
mengetahui kemana arah debu itu akan terbang, sehingga dapat
memudahkan kita untuk mengukur debu.
18
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pengukuran fisik kualitas udara meliputi pengukuran suhu dan
kelembaban udara, pengukuran kebisingan, pengukuran debu, dan
pengukuran arah mata angin. Pengukuran fisik kualitas udara bertujuan
untuk mengetahui bagaimana keadaan fisik udara sekitar kita dan
bagaimana keadaan udara yang seharusnya. Penetapan standar kualitas
udara telah diatur dalam berbagai peraturan. Berdasarkan hasil praktikum
yang didapatkan, hasil pengukuran debu dan kelembaban menunjukkan
hasil di atas standart. Ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang panas,
menyebabkan suhu dan kelembaban meningkat.
Pada pengukuran debu, di dapatkan hasil rata-rata partikulat debu
di udara di bawah standart yang ditentukan. Pada kondisi ini, debu yang
ada di udara masih dalam keadaan aman. Tetapi pada pengukuran debu
juga didapatkan partikulat yang dapat menimbulkan resiko kesehatan jika
dihirup dalam waktu yang lama. Hasil pengukuran kebisingan yang
didapatkan menyatakan bahwa di halaman parkir selatan FKM, NAB
kebisingan di atas standart. Hal ini disebabkan karena banyaknya suara
kendaraan bermotor yang menyebabkan ambang kebisingan tinggi. pada
pengukuran arah angin, angin condong mengarah ke timur maupun
kadang-kadang ke timur laut.
5.2. Saran
Dari hasil pengukuran di atas menyatakan bagwa ada partikulat
debu yang dapat mengganggu kesehatan, maka di sarankan untuk setiap
pengendara kendaraan menakai APD berupa masker, agar partikulat debu
ersebut tidak ikut terhirup. Sehingga tidak mengganggu kesehatan,
khususnya kesehatan pernapasan / paru-paru.
Untuk pengukuran debu, pencatatan waktu (detik) yang kurang
singkron dengan hasil catatan waktu yang ada di memori alat,
perbandingan debu untuk jalan yang sepi kendaraan bermotor kurang
19
efektif, karena masih ada kendaraan bermotor yang lewat di seberang
jalan, jadi hasil yang di dapatkan kurang efektif dan ada hasil yang mirip
dengan keadaan jalan yang ramai kendaraan bermotor.
20
DAFTAR PUSTAKA
Wikibooks, Materi Suhu. Diunduh pada tanggal 01 Maret 2013.
<http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Fisika/Materi:Suhu>
Trianaakbar, Presentasi Fisik Lingkungan Kebisingan. Diunduh pada tanggal 01
Maret 2013. <http://www.slideshare.net/trianaakbar/presentasi-fis-ling-
kebisingan>
Scribd, Pengertian Kelembaban. Diunduh pada tanggal 02 Maret 2013.
<http://www.scribd.com/doc/89729664/Pengertian-Kelembaban>
Kompasiana, Kebisingan Sebagai Pencemaran Udara. Diunduh pada tanggal 02
Maret 2013 <http://green.kompasiana.com/polusi/2012/10/07/kebisingan-sebagai-
pencemaran-udara-499744.html>
Diah Dyeah, Laporan Praktikum K3. Diunduh pada tanggal 02 Maret 2013.
<http://diah-dyeah.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-k3-2.html>
BPLHD Jawa Timur, Teknik Sampling Kualitas Udara. Diunduh pada tanggal 03
Maret 2013. <http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-
pemantauan-pencemaran/171-teknik-sampling-kualitas-udara>
Andaniyani, Pengertian Suhu Ruang. Diunduh pada tanggal 03 Maret 2013.
<http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2346853-pengertian-suhu-ruang/
#ixzz2MPPS1nrY>
Dikiumbara, Category Lighting. Diunduh pada tanggal 03 Maret 2013.
<http://dikiumbara.wordpress.com/category/lighting>
Wikipedia, Pengertian Debu. Diunduh pada tanggal 03 Maret 2013.
<http://id.wikipedia.org/wiki/Debu>
Iwan Sugiyarto, Nilai Ambang Batas. Diunduh pada tanggal 03 Maret 2013.
<http://iwansugiyarto.blogspot.com/2011/11/nilai-ambang-batas-nab.html>
PARAMETER PENCEMAR UDARA DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KESEHATAN. Di undu pada tanggal 2 april 2013
<http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF >
21
LAMPIRAN
Gambar 1. Pengukuran Kebisingan, Suhu, dan Kelembaban.
Gambar 2. Pengukuran Partikulat Debu.
22
Gambar 3. Pengukuran Arah Angin.
Gambar 4. Hasil Partikulat Debu Pada EPAM 5000
23