Upload
lethien
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
2019
Laporan Kinerja RSPD -2018
i
Pengantar Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun 2018
disusun sebagai pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis pada tahun anggaran 2018. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mengacu pada Peraturan Menteri Sosial No. 19 Tahun 2015, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pengukuran Kinerja, Laporan Kinerja dan Riview Atas Laporan Kinerja di Lingkungan Kementerian Sosial, Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atau alat penilai dalam memenuhi setiap target kerja dan pemakaian sumber daya yang telah digunakan dalam menjalankan misi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (Dit. RSPD). Sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, performance Dit. RSPD diukur atas dasar penilaian indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial tahun 2018.
Sampai dengan Desember 2018, secara umum capaian kinerja sasaran yang telah ditetapkan telah memenuhi target dan sesuai rencana. Meskipun demikian, berbagai pencapaian target indikator kinerja Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial memberikan gambaran bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap Penyandang Disabilitas secara keseluruhan sangat ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen aparatur negara, masyarakat, dan dunia usaha.
Dengan adanya laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun 2018 ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja, efisiensi, efektivitas dan produktivitas Kementerian Sosial.
Jakarta Januari 2019
Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Rachmat Koesnadi, M.Si
Laporan Kinerja RSPD -2018
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (RSPD) ini
merupakan bentuk pertanggungjawaban atas perjanjian kinerja melalui kegatan Direktorat
RSPD, Dekonsentrasi, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah bidang Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas berisi laporan capaian kinerja
yang mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas,
yang di dalamnya menyajikan dan melaporkan kegiatan yang dilakukan berdasarkan tugas
dan fungsi Kementerian Sosial, khususnya di bidang Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas selama tahun anggaran 2018.
Capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun 2018
tercapai dengan sangat baik, dimana target sasaran tercapai sebesar 104,2%. Dalam
mewujudkan tujuan dan sasaran strategis, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas yang terdiri dari satker kantor Pusat, 19 satker UPT dan melalui mekanisme
dekonsentrasi di 34 Provinsi, dengan total anggaran sebesar Rp. 322.589.506.000,-. Adapun
realisasi keuangan pada satker pusat sebesar 88,37%; UPT sebesar 98,9 %, dan
Dekonsentrasi sebesar 95,09 %, sehingga total realisasi anggaran sebesar 96,48%.
Target sasaran yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2018 adalah
terwujudnya rehabilitasi sosial penyandang disabilitas penyandang disabilitas, dengan jumlah
target sebesar 32.474 Penyandang disabilitas yang dilayani. Capaian target kinerja Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun 2018 secara keseluruhan adalah sebesar
104,2 % atau jumlah total yang dilayani adalah sebanyak 33.843 orang. Di samping capaian
pelaksanaan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas yang telah melebihi target output,
secara kualitatif telah dicapai peningkatan dan prestasi kerja. Ringkasan prestasi kinerja yang
dihasilkan di tahun 2018, dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Peningkatan jumlah penerima manfaat dari yang sebelumnya ditargetkan sebanyak
32.474 orang, dalam pelaksanaanya tercapai sebesar mencapai 33.843 orang
2. Berdasarkan hasil laporan pelaksanaan kegiatan tahun 2018, outcome yang diperoleh
dari hasil pelayanan sebesar 59,6% atau sebanyak 20.166 penyandang disabilitas
yang telah meningkat keberfungsian sosialnya. Sebanyak 11.506 penyandang
disabilitas, telah meningkat keberfungsian sosialnya, dimana telah meningkat
kemampuan pemenuhan kebutuhannya, meningkat akses dalam pemenuhan hak
Laporan Kinerja RSPD -2018
iii
dasar, dan mampu mengembangkan (mengaktualisasikan) diri. Adapun peningkatan
kemampuan penyandang disabilitas diketahui dalam hal :
a. Peningkatan kemampuan activity daily living, sebanyak 1.669 orang atau sebesar
4,9 %
b. Peningkatan kemampuan sosialisasi dan kemampuan sosial, sebanyak 2.152
orang atau sebesar 6,4 %.
c. Peningkatan dalam kemampuan orientasi mobilitas, sebanyak 1.787 orang, atau
sebesar 5,3 %.
d. Dapat melanjutkan sekolah, sebanyak 457 orang atau sebesar 1,4%.
e. Dapat menerapkan ketrampilan teknis, sebanyak 1.065 orang atau 3,1%
f. Dapat bekerja di rumah atau keluarga sendiri, sebanyak 622 orang atau sebesar
1,8%.
g. Dapat bekerja di tempat lain, sebanyak 110 orang atau sebesar 0,3%
h. Bekerja pada Sektor formal, sebanyak 31 orang atau 0,1 %
i. Berwirausaha, sebanyak 1.170 orang atau sebesar 3,5%
j. Dapat mengembangkan usaha dan mampu mempekerjakan orang lain, sebanyak
52 orang atau sebesar 0,2%.
Permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap
penyandang disabilitas adalah berkaitan dengan masalah SDM pelaksanan rehabilitasi sosial
yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi sosial khususnya pelaksanaan
di daerah yang memerlukan pendampingan, pemantauan dan pelaporan yang tepat.
Tantangan lainnya berkaitan dengan belum maksimalnya keterlibatan dunia usaha dan
masyarakat dalam mewujudkan hak-hak penyandang disabilitas, seperti halnya masih
minimnya penyadang disabilitas yang dapat diterima di dunia kerja.
Untuk mengatasi kendala tersebut, dilakukan beberapa pemecahan masalah sebagai
berikut : (1) diperlukan upaya pengembangan program dan strategi baru dalam penanganan
masalah penyandang disabilitas; (2) perlunya peningkatan kompetensi SDM pelaksana
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, sesuai dengan perkembangan isu disabilitas; (3) Di
samping itu kementerian sosial perlu berkoordinasi dan bekerjasama dengan kementerian
terkait lainnya, seperti kementerian tenaga kerja, industri dan perdagangan. (4) Mendorong
dan memotivasi semua pihak agar turut berpartisipasi dan terlibat dalam penanganan masalah
penyandang disabilitas sebagai bagian dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Dan
tentunya kesempatan yang diberikan oleh masyarakat seluas-luasnya kepada penyandang
disabilitas untuk berperan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki
Laporan Kinerja RSPD -2018
iv
DAFTAR ISI Pengantar .............................................................................................................................. i
ringkasan eksekutif ............................................................................................................... ii
daftar isi ................................................................................................................................ iv
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................. 6
A. GAMBARAN UMUM ........................................................................................................ 6
b. Dasar hukum ............................................................................................................. 14
c. Aspek strategis .......................................................................................................... 14
d. Sistematika penyajian ............................................................................................... 16
BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja ..................................................................... 18
a. Rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015 - 2019 ............................. 18
b. Rencana strategis tahun 2015 - 2019 ........................................................................ 19
c. Tujuan ....................................................................................................................... 20
d. Sasaran kegiatan ...................................................................................................... 20
e. Perjanjian kinerja tahun 2018 .................................................................................... 23
BAB III Akuntabilitas Kinerja .................................................................................................. 24
a. Capaian kinerja tahun 2018 .................................................................................... 24
b. Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja ................................................. 30
c. Analisis capaian kinerja .......................................................................................... 32
D. Realisasi anggaran 2018 ........................................................................................... 48
e. Analisa terhadap capaian kinerja rehabilitasi sosial penyandang disabilitas .............. 52
f. Analisa efisiensi penggunaan sumberdaya ............................................................... 54
g. Analisa program kegiatan yang menunjang keberhasilan atau kegagalan pencapaian pernyataan kinerja ........................................................................................................... 55
BAB IV Kesimpulan dan Saran ................................................................................................ 57
Laporan Kinerja RSPD -2018
v
Daftar Tabel : Tabel 1: Struktur Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas ............................................... 7
Tabel 2 : Unit Pelaksana Teknis Bidang Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas ........................................... 12
Tabel. 3 Sasaran Strategis Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 2014-2019 .............................................. 21
Tabel. 4 Sasaran Strategis dan Kegiatan 2018 ..................................................................................................... 22
Tabel. 5 Perjanjian Kinerja Tahun 2018 ................................................................................................................. 23
Tabel 6. Skala Nilai Peringkat Kinerja .................................................................................................................... 24
Tabel 7. Capaian Kinerja Tahun 2018 .................................................................................................................. 25
Tabel 8. Penerima Manfaat Dit. RSPD Tahun 2018 ............................................................................................. 26
Tabel 9. Capaian Target Unit Pelaksana Teknis RSPD Tahun 2018................................................................... 27
Tabel 10. Capaian Target Melalui Dekonsentrasi RSPD Tahun 2018.................................................... 28
Tabel 11. Pembandingan Capaian Kinerja dengan Tahun Sebelumnya ............................................................... 30
Tabel. 12. Sebaran outcome berdasarkan jenis disabilitas yang dilayani .............................................................. 38
Tabel. 13. Kegiatan Pengembangan SDM Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Tahun 2018 ... 46
Tabel 14. Realisasi Keuangan Pusat, UPT dan Dekonsentrasi 2018 .................................................................... 48
Tabel. 15. Realisasi Keuangan UPT RSPD Tahun 2018 ....................................................................................... 49
Tabel. 16. Realisasi Keuangan melalui Dana Dekonsentrasi Tahun 2018 ............................................................ 50
Laporan Kinerja RSPD -2018
6
BAB I
P E N D AH U L U A N
A. GAMBARAN UMUM
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas merupakan salah satu unit
teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, dan
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Sosial, tugas pokok dan fungsi Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas adalah sebagai berikut :
1. Tugas
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas.
2. Fungsi
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas fisik, mental, sensorik, intelektual dan disabilitas ganda;
b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas fisik, mental, sensorik. dan intelektual dan disabilitas ganda;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas fisik. mental. sensorik, dan intelektual
dan disabilitas ganda;
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang rehabilitasi
sosial penyandang disabilitas fisik, mental, sensorik dan intelektual dan
disabilitas ganda;
e. pemantauan. evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas fisik, mental, sensorik serta intelektual
dan disabilitas ganda; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
3. Struktur Organisasi
Laporan Kinerja RSPD -2018
7
Tabel 1: Struktur Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas terdiri atas:
a. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik;
b. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental;
c. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik;
d. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual; dan;
e. Subbagian Tata Usaha.
a. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Fisik
Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas
ganda.
Dalam melaksanakan tugas, Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Fisik, menyelenggarakan fungsi:
1) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas ganda dalam panti
dan luar panti;
Laporan Kinerja RSPD -2018
8
2) penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas ganda dalam dan
luar panti;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria. di
bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas fisik dan penyandang
disabilitas ganda dalam panti dan luar panti;
4) penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas
ganda dalam panti dan luar panti; dan
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas
ganda dalam panti dan luar panti.
Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik terdiri atas:
1) Seksi Rehabilitasi Sosial Dalam Panti;
Seksi Rehabilitasi Sosial Dalam Panti mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi
sosial penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas ganda
dalam panti.
2) Seksi Rehabilitasi Sosial Luar Panti.
Seksi Rehabilitasi Sosial Luar Panti mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi
sosial penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas ganda luar
panti.
b. Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental
Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas mental.
Dalam melaksanakan tugas, Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Mental menyelenggarakan fungsi:
Laporan Kinerja RSPD -2018
9
1) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial orang
dengan masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa;
2) penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial orang
dengan masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang rehabilitasi sosial orang dengan masalah kejiwaan dan orang
dengan gangguan jiwa;
4) penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
rehabilitasi sosial orang dengan masalah kejiwaan dan orang dengan
gangguan jiwa; dan
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang rehabilitasi sosial orang dengan masalah kejiwaan dan orang
dengan gangguan jiwa.
Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental terdiri atas:
1) Seksi Rehabilitasi Sosial Orang dengan Masalah Kejiwaan;
Seksi Rehabilitasi Sosial Orang dengan Masalah Kejiwaan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pernantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang rehabilitasi sosial orang dengan masalah kejiwaan.
2) Seksi Rehabilitasi Sosial Orang dengan Gangguan Jiwa.
Seksi Rehabilitasi Sosial Orang dengan Gangguan Jiwa mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
rehabilitasi sosial orang dengan gangguan jiwa.
c. Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik
Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang rehabilitasi Sosial penyandang disabilitas sensorik.
Dalam melaksanakan tugas, Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Sensorik menyelenggarakan fungsi:
1) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas sensorik;
Laporan Kinerja RSPD -2018
10
2) penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas sensorik;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas sensorik;
4) penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
rehabilitasi sosiaI penyandang disabilitas sensorik; dan
5) pemantauan, evaIuasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas sensorik.
Subdirektorat Rehabilitasi SosiaI Penyandang Disabilitas Sensorik terdiri atas:
1) Seksi Pemenuhan Aksesibilitas Dasar;
Seksi Pemenuhan Aksesibilitas Dasar mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar,prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pemenuhan aksesibilitas dasar.
2) Seksi Monitoring dan Evaluasi
Seksi Monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang monitoring dan
evaluasi.
d. Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual
Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual.
Dalam melaksanakan tugas, Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Intelektual menyelenggarakan fungsi:
1) penyiapan bahan penimusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas intelektual;
2) penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas intelektual;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual;
Laporan Kinerja RSPD -2018
11
4) penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual; dan
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual.
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual terdiri atas:
1) Seksi Pendampingan Sosial
Seksi Pendampingan Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pendampingan sosial
2) Seksi Pelayanan Sosial.
Seksi Pelayanan Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan sosial.
e. Sub bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha,
kepegawaian, dan rumah tangga serta administrasi perencanaan program dan
anggaran Direktorat.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas menjabarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai bagian dari
Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, yang secara lebih luas merupakan bagian
dari renstra Kementerian Sosial yang di dalamnya tertuang Visi dan Misi. Pada Renstra
periode 2015 – 2019, yang menjadi fokus kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas adalah melaksanakan upaya peningkatan kemampuan
penyandang disabilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan
kemampuan mereka dalam berinteraksi dan partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan ini sejalan dengan prinsip nawacita no. 5, yakni meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat Indonesia.
Kegiatan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas bersifat pelayanan
langsung terhadap penyandang disabilitas dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT),
yang merupakan instansi vertikal yang secara teknis berada di bawah Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial RI.
Laporan Kinerja RSPD -2018
12
Selain instansi vertikal Kemensos, perpanjangan fungsi layanan ini juga
dilaksanakan oleh Dinas Sosial atau dinas yang melayani bidang sosial pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di seluruh Indonesia.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Dekonsentrasi
Selama tahun 2018, pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas
secara langsung dilakukan oleh 19 Balai / Unit Pelaksana Teknis yang membagi jenis
pelayanan berdasarkan jenis disabilitas. 19 UPT tersebut tersebar di seluruh Indonesia,
dengan jangkauan pelayanan lintas provinsi, dan kab/ kota.
Keberadaan UPT saat ini menjadi ”show window” Kementerian Sosial, khususnya
dalam penanganan penyandang disabilitas yang tidak dapat dilayani pada tingkat kab / kota
dan Provinsi. UPT Penyandang Disabilitas merupakan perwakilan Kementerian Sosial
sebagai instansi vertikal di Daerah yang menangani masalah disabilitas. Oleh karenanya,
selain melakukan pelayanan dalam panti, UPT juga memberikan layanan penjangkauan
dengan sistem layanan luar panti, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan layanan
yang diperlukan di daerah. Adapun Balai / UPT Panti yang memberikan pelayanan dan
rehabilitasi dibawah pembinaan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas adalah
sebagai berikut :
Tabel 2 : Unit Pelaksana Teknis Bidang Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Milik Kementerian Sosial RI
NO Nama UPT Layanan Jenis Disabilitas
Utama
Alamat
1 BBRSBPDF Soeharso, Surakarta
Disabilitas Fisik Jl.Tentara Pelajar jebres Surakarta 57126, Jawa Tengah
2 BBRSBG Kartini, Temanggung
Disabilitas Intelektual
Jl. Kartini No.1 - 2, Temanggung, Jawa Tengah
3 BBRVBD Cibinong, Bogor
Disabilitas Fisik Jl.SKB No.5 Karadenan, Cibinong, Bogor, 16913, Jawa Tengah
4 BPBI Abiyoso, Bandung
Disabilitas Sensorik Netra
Jl. Karkhof No.21 Leuwigajah, Cimahi Selatan, Cimahi, 40532, Jawa Barat
5 PSBN Wyata Guna, Bandung
Disabilitas Sensorik Netra
Jl. Pajajaran No 52, Bandung, Jawa Barat
6 PSBD Budi Perkasa, Palembang
Disabilitas Fisik Jl. Sosial No.441Km.5, Palembang 20181, Sumatera Selatan
7 PSBL Dharmaguna, Bengkulu
Disabilitas Mental Jl. A.Yani Km.29,6 Gantung Payung Banjarbaru, 70721 Kalimantan Selatan
8 PSBN Tan Miyat, Bekasi
Disabilitas Sensorik Netra
Jl. H.Moeljadi Djojomartono No.19, Bekasi Timur, Jawa Barat
Laporan Kinerja RSPD -2018
13
Sejumlah 19 UPT tersebut melayani berbagai jenis disabilitas, tiga diantaranya
merupakan unit eselon II, dan satu dari ke 19 UPT tersebut merupakan unit Eselon IV. Selain
melalui UPT, pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas juga dilakukan
dengan melibatkan Dinas Sosial ataupun Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani
masalah / urusan sosial, khususnya penyandang disabilitas. Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas melaksanakan program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
secara terkoordinasi dan terpadu, dalam rangka pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Kegiatan rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas dilakukan melalui progam rehabilitasi
sosial dan perlindungan sosial yang mencakup asistensi sosial, advokasi sosial, bimbingan
keterampilan, mental dan keagamaan, bimbingan sosial, edukasional, penyesuaian
psikososial dan latihan vokasional untuk meningkatkan kemampuan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat. Kegiatan Rehabilitasi sosial yang
dilakukan melalui satker daerah, yaitu dengan mekanisme dekonsentrasi.
NO Nama UPT Layanan Jenis Disabilitas
Utama
Alamat
9 PSBRW Melati, Jakarta
Disabilitas Sensorik Rungu Wicara
Jl. Gebang Sari No.38, Bambu Apus, Jakarta Timur
10 PSBL Phalamarta, Sukabumi
Disabilitas Mental Jl. Perintis Kemerdekaan No.130 Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat
11 PSBRW Efata, Kupang
Disabilitas Sensorik Rungu Wicara
Jl. Timor Raya Km 36 Kupang Timur, NTT
12 PSBN Mahatmiya, Bali
Disabilitas Sensorik Netra
Jl. S.Parman No.1, Kediri, Tabanan, 82123, Bali
13 PSBG Ciung Wanara, Bogor
Disabilitas Intelektual
Jl. SKB No.3 Kel.Karadenan, Kec. Cibinong, Bogor, Jawa Barat
14 PSBN Tu Mou Tou, Manado
Disabilitas Sensorik Netra
Jl. Daan Mogot No.116-118, Kel.Paal IV Tikala Baru, Manado, 95126, Sulawesi Utara
15 PSBL Budi Luhur, Banjarbaru
Disabilitas Mental Jl. Jend. A. Yani Km. 29,6 No. 50 Kel. Guntung Payung Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
16 PSBG Nipotowe, Palu
Disabilitas Intelektual
Jl. Towua No.134, Palu, Sulawesi Tengah
17 PSBD Wirajaya, Makassar
Disabilitas Mental Jl. A.P. Pettarani Makassar 90232, Sulawesi Selatan
18 PSBRW Meo Hai Kendari
Disabilitas Sensorik Rungu Wicara
Jl. Mayjen DI Panjaitan No 173 Kendari Sulawesi Tenggara
19 PSRSPDM Margo Laras di Pati
Disabilitas Mental Jl. Soediono, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati
Laporan Kinerja RSPD -2018
14
B. Dasar Hukum
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas merupakan salah satu satuan kerja
teknis yang berada di bawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial yang
melaksanakan tugasnya berlandaskan Peraturan Perundangan-Undangan, antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
e. Undang-Undang Nomor19 tahun 2011 tentang Ratifikasi Konvensi Pemenuhan Hak-hak
Penyandang Disabilitas.
f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyandang Disabilitas.
g. Peraturan Presiden No.75 tahun 2015, tentang Rencana Aksi Nasional HAM (2018 –
2019).
h. Peraturan Presiden No.2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015 - 2019
i. Peraturan Menteri Pan dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata cara Review atas pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah.
j. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 20/2015 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian Sosial.
k. Permensos No. 27 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Sosial tahun 2015-2019
l. Permensos No. 14 tahun 2017 (Perubahan pertama dari Permensos no.20/2015); Permensos No. 22/2018 (perubahan kedua dari permensos no. 20/2015)
C. Aspek Strategis
Isu disabilitas merupakan cross cutting issue yang perlu mendapatkan penanganan
secara komprehensif. Penyandang Disabilitas merupakan salah satu penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang permasalahannya sangat kompleks, sehingga dalam
penanganannya memerlukan upaya yang bersifat terpadu dengan melibatkan multidisiplin
dan multisektor dari berbagai pihak. Permasalahan Penyandang Disabilitas bukan saja
menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi merupakan tanggung jawab segenap
lapisan masyarakat termasuk dunia usaha.
Pemerintah telah menetapkan isu disabilitas sebagai salah satu masalah prioritas
yang perlu ditangani. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) 2018 -2019 dimana Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial telah menetapkan 3 prioritas yaitu : 1) Ketelantaran 2) Kecacatan,
3) Ketunaan Sosial. Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan
fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana ketika berhadapan
Laporan Kinerja RSPD -2018
15
dengan berbagai hambatan dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektif mereka dalam
masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.
Isu strategis dalam percepatan penurunan kemiskinan dan peningkatan pemerataan
pada periode 2018 – 2019 adalah: (i) pertumbuhan ekonomi yang inklusif terutama bagi
masyarakat kurang mampu dan rentan, (ii) peningkatan penyelenggaraan perlindungan sosial
yang komprehensif bagi penduduk rentan dan pekerja informal, (iii) perluasan dan
peningkatan pelayanan dasar untuk masyarakat kurang mampu dan rentan, dan (iv)
pengembangan penghidupan berkelanjutan (RPJMN 2018-2019).
Kondisi permasalahan penyandang disabilitas, tidak hanya menyangkut permasalahan
individu tetapi juga berkaitan dengan masalah sosial. Cara penanganannya pun telah
mengalami pergeseran paradigma dari pendekatan belas kasihan (charity based approach),
ke arah yang lebih mengedepankan pendekatan yang mengutamakan pemenuhan hak-hak
penyandang disabilitas (right based approach). Pergeseran paradigma tersebut juga
dilandasi fakta bahwa Pemerintah Indonesia telah menandatangani Convention on the Rights
of Persons with Disabilities / CRPD (Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
pada tanggal 30 Maret 2007 di New York yang diwakili oleh Menteri Sosial Republik
Indonesia. Ratifikasi konvensi hak-hak penyandang disabilitas tersebut menunjukan
kesungguhan Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan upaya penghormatan, pelindungan,
pemenuhan, dan pemajuan hak-hak penyandang disabilitas, yang pada akhirnya diharapkan
dapat mewujudkan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas. Ini mengandung
konsekuensi bahwa setiap Penyandang Disabilitas harus bebas dari penyiksaan, perlakuan
yang salah, tidak manusiawi, semena-mena, eksploitasi, dan merendahkan martabat
manusia.
Di samping itu, penyandang disabilitas juga rentan terhadap resiko sakit dan berbagai
guncangan lainnya seperti krisis ekonomi, bencana alam, atau dampak negatif perubahan
iklim. Berbagai risiko tersebut menyebabkan penyandang disabilitas dan penduduk kurang
mampu mengalami kemiskinan kronis atau kesulitan untuk keluar dari kemiskinan. Menurut
data Susenas diperkirakan 4,5 juta dari 6 juta rumah tangga termiskin menetap dalam
kemiskinan selama 3 tahun lebih, sedangkan 1,5 juta rumah tangga termiskin terancam selalu
dalam kondisi kemiskinan. Untuk itu, diperlukan serangkaian kebijakan dan program
perlindungan yang memberi peluang bagi penduduk kurang mampu dan rentan.
Oleh karena itu, penanganan permasalahan Penyandang Disabilitas tidak hanya
berfokus pada Penyandang Disabilitas saja, tetapi juga diarahkan pada pemeliharaan dan
penyiapan kondisi lingkungan fisik yang dapat mendukung perluasan aksesibilitas terhadap
penyandang disabilitas. Perkembangan situasi dan permasalahan Penyandang Disabilitas
yang semakin kompleks merupakan tantangan kita semua untuk membentuk kerangka kerja
yang bertumpu pada pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
16
Berdasarkan isu-isu strategis tersebut, Direktorat Rehabilitasi Sosial melakukan
beberapa strategi dalam mendorong upaya pemenuhan kebutuhan dasar / fasilitasi hak
dasar, sebagai berikut :
a. Mendukung penataan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan termasuk
peraturan daerah yang berkenaan dengan penyelenggaraan rehabilitasi sosial
Penyandang Disabilitas.
b. Meningkatkan kualitas hidup dan akses seluas-luasnya bagi Penyandang Disabilitas /
Penyandang Disabilitas, khususnya Penyandang Disabilitas yang memerlukan
rehabilitasi sosial.
c. Menata kembali kelembagaan dan peningkatan profesionalisme rehabilitasi sosial
Penyandang Disabilitas yang berbasis pekerjaan sosial, baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
d. Memantapkan kualitas dan akuntabilitas manajemen rehabilitasi sosial Penyandang
Disabilitas mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi,
pelaporan, penyediaan data dan koordinasi atau keterpaduan.
e. Meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat termasuk masyarakat mampu, dunia
usaha, perguruan tinggi, dan Orsos / LSM dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial
Penyandang Disabilitas secara terpadu dan berkelanjutan.
f. Menciptakan iklim yang dapat memperkuat ketahanan sosial masyarakat dan
mengembangkan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial
untuk berpartisipasi dalam mencegah masalah sosial Penyandang Disabilitas serta
mendukung rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
g. Mendukung terlaksananya kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan rehabilitasi
sosial Penyandang Disabilitas yang terkoordinasi dengan kebijakan pemerintah.
h. Mengoptimalkan penyediaan data dan pengembangan indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur capaian rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
i. Mengembangkan advokasi dan pendampingan sosial di dalam pengelolaan program
rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
D. Sistematika Penyajian
Pembuatan Laporan Kinerja ini dilakukan dalam rangka untuk mengkomunikasikan
pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas selama tahun 2018.
Capaian kinerja (performance result) 2018 tersebut diperbandingkan dengan Rencana
Kinerja (performance plan) 2018 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Dengan
pola pikir tersebut, maka Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut:
Laporan Kinerja RSPD -2018
17
Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas penjelasan umum dan fungsi
organisasi, dengan aspek strategis organisasi serta isu strategis.
Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 2018, menjelaskan ringkasan / ikhtisar
perjanjian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun
2018.
Bab III Laporan Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi
Sosial Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dikaitkan dengan
pertanggung jawaban publik terhadap pencapaian strategis untuk tahun 2018.
Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Direktorat Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan
menguraikan rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan kinerja di masa
yang akan datang.
Laporan Kinerja RSPD -2018
18
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan
akuntabel, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitasberpedoman pada dokumen
perencanaan yang terdapat pada :
a. RPJMN 2015-2019;
b. Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial 2015 – 2019 ;
c. Perjanjian Kinerja Tahun 2018.
A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 - 2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan
tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPMN)
2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Kementerian
Sosial dalam 5 tahun (2015 – 2019) tidak menetapkan visi tersendiri, namun menggunakan
visi pembangunan nasional tahun 2015 – 2019 (visi presiden) yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
Berdasarkan RPJMN 2015 - 2019 pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan yang
harus dicapai dalam kurun waktu tersebut adalah : mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif untuk mendukung kemandirian ekonomi, keberlanjutan kehidupan sosial dan
kesejahteraan masyarakat, serta mengurangi kesenjangan antar wilayah; meningkatnya
kepedulian terhadap lingkungan; serta semakin membaiknya tata kelola pembangunan
berkelanjutan yang tercermin pada meningkatnya kualitas pelayanan dasar, pelayanan
publik, serta menurunnya tingkat korupsi.
Berikut 9 program unggulan Presiden yang di sebut dengan “Nawa Cita”:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintah yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
Berkaitan dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional, dimana salah
satuarah kebijakan nasional adalah penyelenggaraan perlindungan sosial yang
komprehensif, (Lamp. Perpres No. 2 tahun 2015) Ruang lingkup layanan Rehabilitasi Sosial
Laporan Kinerja RSPD -2018
19
terdapat di dalam Arah Kebijakan Nomor 3: "Penyelenggaraan perlindungan sosial yang
komprehensif." Sesuai dengan amanat RPJPN 2005-2025, RPJMN 2015-2019, dan
mempertimbangkan tingginya tingkat ketimpangan serta upaya penurunan tingkat
kemiskinan sebesar 8-7 persen. Maka, arah kebijakan Kementerian Sosial Tahun 2015-
2019 dalam rangka mendukung pencapaian Visi, Misi, dan Nawa Cita adalah sebagai
berikut :
1. Penyelenggaraan Perlindungan Sosial yang Komprehensif;
2. Pengembangan penghidupan berkelanjutan (peningkatan kesejahteraan keluarga);
3. Perluasan dan peningkatan akses pelayanan dasar;
4. Penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara kesejahteraan sosial.
B. Rencana Strategis Tahun 2015 - 2019
Rencana Strategis pada Kementerian Sosial Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari
konteks Rencana Pembangunan Jangka Menengah nasional. Untuk mendukung
implementasinya, perlu upaya peningkatan advokasi regulasi dan kebijakan sangat penting
dilakukan di tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak dasar penduduk penyandang
disabilitas, lansia, masyarakat adat, dan kelompok masyarakat marjinal lain. Selain itu proses
perencanaan, penganggaran dan implementasi perlu dilakukan dengan pendekatan yang
berpihak pada kelompok tersebut. Selanjutnya dilakukan langkah untuk penyusunan
Rencana Aksi Nasional (RAN) Penyandang Disabilitas 2015-2019 yang saat ini telah
ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2015 tentang RAN HAM serta
regulasi pendukung bagi penyandang disabilitas, lanjut usia, masyarakat adat dan kelompok
marjinal lain.
Arah kebijakan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial tahun 2015-2019 telah disusun dan
telah disesuaikan dengan perkembangan terkini. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial
mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, yaitu untuk
mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong
agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Pada level Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandnag Disabilitas, Visi yang hendak dicapai adalah : “Terwujudnya
Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disbilitas Berbasiskan Pemenuhan Hak Asasi
Manusia”. Visi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dijabarkan melalui misi
sebagai berikut:
1) Mewujudkan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas yang berkeadilan,
2) Profesionalisme rehabilitasi sosial penyandang disabilitas,
3) Mewujudkan keselarasan peraturan perundangan dan kebijakan teknis terhadap
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
20
Pelaksanaan visi dan misi tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah untuk dapat
mewujudkan masyarakat yang inklusif dengan menyediakan layanan yang dapat di akses
oleh semua pihak termasuk penyandang disabilitas sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial. Komitmen ini dikuatkan lagi dalam Undang-Undang Nomor 19
tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas, dan
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2018 tentang Penyandang Disabilitas, dimana penyandang
disabilitas sebagaimana warga negara yang lain mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh taraf kesejahteraan sosial dan kualitas hidup yang sama dalam hidup
bermasyarakat.
Pelayanan dan perlindungan bagi penyandang disabilitas salah satunya dengan
menyelenggarakan program asistensi sosial, rehabilitasi sosial berbasis komunitas (luar
panti) untuk PMKS yang berada di luar sistem keluarga, dan pelayanan di dalam lembaga /
panti (dalam panti).
C. Tujuan
Tujuan Rehabilitasi Sosial penyandang disabilitas adalah :
1. Menyelaraskan peraturan perundangan dan kebijakan terhadap rehabilitasi sosial
Penyandang Disabilitas.
2. Mewujudkan rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas yang berkeadilan,
3. Meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial terhadap Penyandang Disabilitas yang terpadu
dan terintegrasi melalui institusi dan masyarakat
Kebijakan diarahkan pada peningkatan pemenuhan hak dasar dan inklusivitas
penyandang disabilitas, yakni dengan meningkatkan advokasi regulasi dan kebijakan di
tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak dasar penduduk penyandang disabilitas.
Rehabilitasi sosial penyandang disabilitas diselenggarakan guna meningkatkan
kemampuan disabilitas dalam pemenuhan kebutuhan dasar, dan hak dasar. Selain itu
penyelenggaraan pelayanan juga dilakukan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelaksana asistensi sosial melalui penguatan fungsi pendampingan dan penjangkauan oleh
SDM kesejahteraan sosial, peningkatan jejaring kerja melalui media, dunia usaha dan
masyarakat, pengembangan skema pendidikan dan pelatihan bagi SDM kesejahteraan sosial
serta pengembangan kapasitas pengelolaan data.
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran kemensos sebagaimanan ditetapkan dalam renstra kemensos 2015-1019, yaitu
berkontribusi menurunkan kemiskinan, sejalan dengan arah penyelenggaraan kesejahteraan
sosial yang komprehensif. Adapun tujuan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos
Laporan Kinerja RSPD -2018
21
yaitu meningkatnya taraf kesejahteraan sosial penduduk miskin dan rentan, dimana sasaran
program rehabilitasi sosial adalah meningkatnya keberfungsian sosial penyandang masalah
kesejahteraan sosial.
Berkaitan dengan sasaran rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, maka tujuan
layannan yang diberikan adalah dalam rangka meningkatkan keberfungsian sosial
penyandnag disabilitas. Peningkatan keberfungsian sosial ini ditandai dengan peningkatan
kemampuan dalam : memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengatasi masalah sosial yang
dihadapi, menampilkan peran dalam lingkungan sosialnya, dan mengembangkan atau
mengaktualisaikan diri. Kehadiran Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
dikaitkan dalam upaya untuk mengembalikan keberfungsian penyandang disabilitas.
Sebagaimana amanat Undang-Undang No. 8 tahun 2016, Pemerintah dan Pemda wajib
memberikan akses terhadap penyandang disabilitas. Renstra Direktorat Rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas ditetapkan pada tahun 2014 dan telah mengalami penyesuaian dalam
penetapan target. Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran-sasaran strategis
yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu lima tahun adalah sebagai berikut:
Tabel. 3 Sasaran Strategis Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 2014-2019
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Satuan Target Renstra Target 5 tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Terwujudnya Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar
Penyandang Disabilitas yang dilayani / tahun
52.333 53.307 30.866 31.619 37.943 Output: 206.068 : Outcome 3.26 (%)
Sumber : Renstra Dit. RSPD 2015-2019
Setelah menentukan tujuan dan sasaran, maka langkah selanjutnya perlu ditentukan
bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Cara mencapai tujuan dan sasaran merupakan strategi
organisasi untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, meliputi
penetapan strategi, kebijakan, program dan kegiatan
Strategi :
Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang disabilitas bertujuan memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar. Keberadaan penyandang disabilitas yang belum tersentuh dengan
rehabilitasi sosial perlu disiasati dengan adanya perluasan pelayanan rehabilitasi sosial. Oleh
karenanya peningkatan jangkauan dan akses terhadap rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan layanan terhadap penyandang disabilitas.
Kebijakan :
Laporan Kinerja RSPD -2018
22
Diperlukan regulasi dan panduan yang jelas yang mengatur bagaimana pelaksanaan
rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan pada berbagai tingkat. Penyelarasan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan teknis terhadap rehabiltasi sosial penyandang disabilitas
merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Meluasnya jangkauan
pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas harus dapat diimbangi dengan
peningkatan kompetensi, keterpaduan, dan kualitas rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
pada tahun 2018, sasaran yang akan dicapai berkaitan dengan pencapaian sasaran program
sebagai berikut :
Tabel. 4 Sasaran Strategis dan Kegiatan 2018
Sasaran Kegiatan IKSS (Impact) IKP (Outcome) IKK (Output)
Terwujudnya rehabilitasi sosial bagi penyandang Disabilitas
% meningkatnya kemampuan penyandang disabilitas dalam memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
Meningkatnya akses penyandang disabilitas yang meningkat kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dasar
a. Rehabilitasi Sosial melalui Dit.RSPD Sebanyak 7.670 orang
b. Rahabilitasi sosial penyandang disabilitas melalui UPT sebanyak 7.416 orang PD
c. Rehabilitasi sosial melalui Dekonsentrasi Sebanyak 16.688 orang PD
d. Literasi bagi penyandang disabilitas sebanyak 35 jenis
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas telah menetapkan Indikator
Kinerja Utama (IKU) secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam
mencapai sasaran strategis organisasi. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan memilih
indikator-indikator kinerja yang ada di dalam Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas tahun 2015-2019, yang diturunkan dari rencana strategis di atasnya.
Dalam Rencana kerja yang disajikan sebagaimana berikut, merupakan Rencana Kinerja
Tahunan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas sebagai UKE II ditambah
dengan unit kerja dibawahnya, yaitu 19 Unit Pelaksana Teknis.
Dalam pelaksanaannya, implementasi kebijakan ini dapat dilaksanakan pada
berbagai tingkat / level. Pemerintah Pusat dalam hal ini bertugas sebagai pembuat regulasi.
Unit Pelaksana Teknis sebagaimana telah disebut dalam uraian Bab satu merupakan
pelaksana pelayanan langsung bagi penyendang disabilitas yang masih dapat ditingkatkan
kapasitasnya melalui rehabilitasi sosial. Pemerintah daerah sendiri bertugas dalam
Laporan Kinerja RSPD -2018
23
melaksanakan rehabilitasi sosial yang jangkauan pelayanannya berada pada tingkat kab /
kota atau berada dalam provinsi yang bersangkutan.
E. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian
kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan
pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta
sumber daya yang tersedia. Dokumen tersebut memuat sasaran strategis, indikator kinerja,
beserta target kinerja dan anggaran.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas telah menyusun Penetapan
Kinerja Tahun 2018 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi. Tabel
perjanjian kinerja tersebut merupakan ringkasan dari perjanjian kinerja (output) yang hendak
dicapai melalui kegiatan rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas pada tahun 2018, yang
diselenggarakan melalui kegiatan Pusat, 19 UPT, dan 34 satuan kerja perangkat daerah /
Dinas Sosial.
Pada tahun 2018 terjadi perubahan dan penyesuaian pada target rencana kerja,
disebabkan adanya kebutuhan, terutama dalam merespon bencana alam di tanah air yang
terjadi pada tahun 2018. Dengan adanya kebutuhan tersebut, maka terjadi perubahan target
penyandang disabilitas yang dilayani. Perjanjian Kinerja pada tabel berikut merupakan
Perjanjian Kinerja tahun 2018.
Tabel. 5 Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Target awal Target Penyesuaian
Terwujudnya Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar melalui kegiatan Dit.RSPD
7.670 orang 8.370 orang
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar melalui kegiatan UPT Rehabsos PD
7.416 orang 7.416 orang
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar melalui kegiatan Dekonsentrasi di 34 Provinsi
16.688 orang 16.688 orang
Laporan Kinerja RSPD -2018
24
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Tahun 2018
Penilaian kinerja dilakukan dengan mengacu pada Perjanjian Kinerja Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun 2018 yang telah disepakati. Penilaian
ini dilakukan untuk mengevaluasi dan mengukur dalam rangka pengumpulan data kinerja
yang hasilnya akan memberikan gambaran keberhasilan dan kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran.
Pengukuran tingkat capaian Tahun 2018 dilakukan dengan cara menyandingkan antara
target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Dari hasil pengumpulan data
selanjutnya dilakukan kategorisasi kinerja sesuai dengan tingkat capaian kinerja. Skala
penilaian kinerja disusun berdasarkan pada :
Tabel 6. Skala Nilai Peringkat Kinerja
No. Interval Nilai
Realisasi Kinerja
Kriteria Penilaian Realisasi
Kinerja
Kode Warna
1. 91 ≤ 100 Sangat baik Hijau Tua
2. 76 ≤ 90 Tinggi Hijau Muda
3. 66 ≤ 75 Sedang Kuning Tua
4. 51 ≤ 65 Rendah Kunig Muda
5. ≤ 50 Sangat Rendah Merah
Pada Tahun 2018, target total sebesar 30.886 penyandang disabilitas. Kinerja yang
ditetapkan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (RSPD) memuat
beberapa sasaran dengan tolak ukur kinerja menggunakan indikator output. Penilaian
didasarkan dengan cara membandingkan target yang telah ditetapkan dengan capaian
pada tahun yang bersangkutan.
Target kegiatan rehabilitasi sosial penyandanag disabilitas melalui satker Pusat pada
Tahun 2018, adalah sebanyak 8.370. target ini secara garis besar terdiri dari 2 output,
yaitu pusat 7.170 orang – target alat bantu PD sebanyak 1.200 orang. Selama tahun 2018
kinerja Direktorat RSPD dicapai melalui sasaran sebagai berikut :
Laporan Kinerja RSPD -2018
25
Tabel 7. Capaian Kinerja Tahun 2018
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar dan fasilitas hak dasar melalui kegiatan Dit.RSPD terdiri dari :
1) Pemenuhan kebutuhan dasar sebanyak 353 orang (diberikan melalui : Yayasan
Taruna Mandiri Kab. Kuningan, YPALB PERWARI Kuningan, Yayasan Pondok Bina
Kasih, Yayasan Bina Terang Sejahtera Cilember, Panti Asuhan Krida Mulya Rongkop,
LKS ADK Bhakti Wanita, LKS ODK Yaumul Hasanah Kabupaten Lombok Barat,
Yayasan Silih Asih Megamendung dan Yayasan Bina Tauhid Darul Miftahudin)
2) Pemberdayaan penyandang disabilitas melalui pemberian Stimulan Usaha Ekonomi
Produktif (Fisik sebanyak 75 orang (Tasikmalaya dan Limapuluh kota, Intelektual
sebanyak 37 orang). Peningkatan Kemandirian (UEP) sebanyak 27 orang (di
Kabupaten limapuluh kota, Jakarta, dan Bogor)
3) Pemberian bantuan peningkatan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas melalui
LKS, sebanyak 862 orang.
4) Pembuatan kartu Penyandang Disabilitas sebanyak 7.000 orang
5) Pemberian Alat bantu Penyandnag disabilitas sebanyak 1998 orang penerima
manfaat
Berikut ini ringkasan penerima manfaat melalui kegiatan rehabsos penyandang disabilitas
pada satker pusat :
Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase
Terwujudnya Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar melalui kegiatan Dit.RSPD
8.370 orang
10.352 orang
123,7%
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar melalui kegiatan UPT Rehabsos PD
7.416 orang
7.480 orang
100,8%
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar melalui kegiatan Dekonsentrasi di 34 Provinsi
16.688 orang
16.051 Orang
96,18%
TOTAL 32.474 orang
33.843 orang
104,2%
Laporan Kinerja RSPD -2018
26
Tabel 8. Penerima Manfaat Dit. RSPD Tahun 2018
No. Jenis bantuan
Jumlah Penerima Manfaat
(org)
Outcome / hasil yang diharapkan
1 Yayasan Taruna Mandiri Kab. Kuningan 52 Meningkatnya kemampuan penyandang disabilitas dalam pemenuhan kebutuhan dasar
penyandang disabilitas. Terpenuhinya kebutuhan dasar
dalam rangka meningkatkan keberfungsian sosial
penyandnag disabilitas
2 YPALB PERWARI Kuningan 95
3 Yayasan Pondok Bina Kasih 23
4 Yayasan Bina Terang Sejahtera Cilember 24
5 Panti Asuhan Krida Mulya Rongkop 22
6 LKS ADK Bhakti Wanita 26
7 LKS ODK Yaumul Hasanah Kabupaten Lombok Barat 47
8 Yayasan Bina Tauhid "Darul Miftahudin" 50
9 Yayasan Silih Asih Megamendung 14
10 UEP Kusta Kabupaten 50 Kota 50 Meningkatnya keberfungsian social, dalam arti memiliki
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari; dan mampu mengembangkan (mengaktualisasikan) diri.
11 UEP Kusta Kab Tasikmalaya 25
12 Peningkatan Kemandirian (UEP) di Kabupaten 50 Kota 20
13 Workshop Sambung Roso (GOES) 37
14 Bantuan Sosial UEP An. Marlon Nainggolan 1
15 Wisma Chesire Jakarta 5
16 Bantuan Sosial UEP An. Wowo (Bogor) 1
17 Yayasan Lembaga Pemberdayaan Tenaga Kerja Penyandang Cacat (YLPTKP)
39 Meningkatkan akses penyandang disabilitas
terhadap lingkungan yang inklusif melalui advokasi regulasi dan kebijakan di
tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak dasar dan penyuluhan sosial dalam rangka pendidikan dan
penyadaran masyarakat
18 Yayasan Pena Demokrasi Indonesia (Bogor) 29
19 Yayasan kasih Tuna Daksa (Lombok Tahap II) 60
20 Panti YPPLB-A Tuna Netra Kab.Lima Puluh Kota 56
21 LKSD Arafah (Tahap II) 21
22 Yayasan Aura Indah Bersaudara (Sukabumi) 70
23 YKTD 387
24 YLPTKP 200 25 Pembuatan Kartu Penyandang disabilitas 7.000 Meningkatkan akses
penyandang disabilitas terhadap lingkungan yang
inklusif 26 Pemberian Alat Bantu Penyandnag Disabilitas 1998 Meningkatkan kemampuan
mobilitas penyandang disabilitas. Untuk trciptanya lingkungan
inklusif, bebas hambatan bagi PD yang memerlukan alat bantu
khusus penyanndang disabilitas. Sumber : diolah dari hasil pelaksanaan 2018
Berikut ini ringkasan penerima manfaat melalui kegiatan rehabsos penyandang disabilitas
yang dilakukan melalui 19 satker Unit Pelaksana Teknis Dit.RSPD :
Laporan Kinerja RSPD -2018
27
Tabel 9. Capaian Target Unit Pelaksana Teknis RSPD Tahun 2018
No. Jenis Layanan UPT Target Realisasi Persentase
1 Layanan Rehabilitasi Sosial Sistem dalam
Panti
1590
orang
1590
orang
100 %
2 Layanan Penjangkauan / Luar Panti 5.826
orang
5.890
orang
101 %
TOTAL 7.416 orang
7.480 orang
100,8%
Bedasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa realisasi layanan rehabsos tidak
mengalami kenaikan atau sesuai target, sedangkan realisasi kegiatan penjangkauan
mengalami kenaikan diibandingkan target yang ditetapkan. Realisasi target penjangkauan
mengalami kenaikan dari target yang ditetapkan disaebabkan adanya kebutuhan daerah
untuk respon kasus melalui TRC. Misalnya untuk PSBD Budi Perkasa palembang, target
penjangkauan yang sebelumnya ditetapkan dari 8 menjadi 32 orang;
Adapun target kegiatan reguler layanan dalam panti pada umumnya tidak mengalami
kenaikan, begitu pula untuk kegiiatan penjangkauan yang sebelumnya telah diagendakan
tidak mengalamu perubahan capaian secara signifikan. Seperti halny adengan Rehabilitasi
sosial Berbasis masyarakat (RBM), dimana realisasi sesuai dengan target yang ditetapkan,
yaitu sebanyak 200 orang di 3 provinsi. Begitu pula hal nya dengan UPT lainnya yang
memberikan layanan jangkauan kedaruratan sering kali mendapati jumlah penyandang
disabilitas yang harus dilayani lebih banyak dari target yang ditetapkan dan dari anggaran
yang tersedia.
Gambar : Pelaksanaan UPSK Melalui Dekonsentrasi
Laporan Kinerja RSPD -2018
28
Kegiatan dekonsentrasi rehabilitasi sosial dilakukan di 34 provinsi dengan total target
16.688 orang penerima manfaat. Target layanan tersebut terdiri dari beberapa kegiatan
antara lain : Unit Pelayanan Sosial Keliling, layanan Kedaruratan dan Respon Kasus, serta
pemberian alat bantu. Namun demikian , capaian target melalui dekonsentrasi tidak tercapai
seluruhnya.atau hanya sebesar 96,18 % dari total target yang telah ditetapkan. Dimana
13.389 Orang dilayani melalui Unit Pelayanan Sosial Keliling, layanan Kedaruratan dan
Respon Kasus; dan sejumlah 2.622 orang diberikan alat bantu.
Sedangkan untuk kegiatan dekonsentrasi tahun 2018, capaian kinerja yang dicapai antara
lain sebagai berikut :
Tabel 10. Capaian Target Melalui Dekonsentrasi RSPD Tahun 2018
Nama Satker Dekonsentrasi
UPSK Ketrampilan, PBK, UEP, respon kasus
Alat Bantu
Trget Rlisai Trget Rlisai Trget Rlisai
DINAS SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA 100
100
170
170 60 60
DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA BARAT 200
200
329
329
99 99
DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 100
100
500
500
100 100
DINAS SOSIAL PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 300
300 100 100
DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR 200
200
390
390 75 75
DINAS SOSIAL ACEH 100
100
125
125 105 105
DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA 300
300
240 240 100 100
DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA BARAT 100
100
360
300 75 75
DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU 100
100
162
162 65 86
DINAS SOSIAL, KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI
400
400
110 13 55 55
DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA SELATAN 300
300
100
129 95 95
DINAS SOSIAL PROVINSI LAMPUNG 300
300
340
340 55 55
DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT 200
200
125 125 55 55
DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
100
100
35
35 55 55
DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
300
300
300
300 75 75
Laporan Kinerja RSPD -2018
29
Nama Satker Dekonsentrasi
UPSK Ketrampilan, PBK, UEP, respon kasus
Alat Bantu
Trget Rlisai Trget Rlisai Trget Rlisai
DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 200
200
130 130 95 65
DINAS SOSIAL PROPINSI SULAWESI UTARA 300
300
130
130 65 65
DINAS SOSIAL DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH
200
200
75
75 128 128
DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI SELATAN 600
600
111 111 55 55
DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 100
100
263
263 110 110
DINAS SOSIAL PROVINSI MALUKU 200
200
110
117 55 76
DINAS SOSIAL PROVINSI BALI 100
100
115 110 65 65
DINAS SOSIAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
100
100
75 75
DINAS SOSIAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
200
200
1.480
1.399 123 219
DINAS SOSIAL, KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PROVINSI PAPUA
400
280 65 15
DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI BENGKULU
200
200
240
240 55 55
DINAS SOSIAL PROPINSI MALUKU UTARA 100
100
195 195 95 95
DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN 200
200
225 225 65 65
DINAS SOSIAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
120
120
60
60 60 72
DINAS SOSIAL, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI GORONTALO
300
300
125
125 80 64
DINAS SOSIAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU 100
100
499
499 64 64
DINAS SOSIAL PROVINSI PAPUA BARAT 100
60 10
DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI BARAT 100
100
190 190 100 80
DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA 20
20
50
50 80 44
JUMLAH 6.740 6.640 7.284 7.132 2.664 2.622 PERSENTASE 96,18 %
Kaltara untuk alat bantu tidak terealisasi sebanyak 36, disebabkan adanya dana APBD (baik
bersumber dari anggaran provinsi maupun kab/ kota) yang telah teranggarkan dan dicairkan
lebih dulu untuk kegiatan pemberian alat bantu.
Laporan Kinerja RSPD -2018
30
Meskipun capaian rehabilitasi sosial di daerah melalui dekonsentrasi baru mencapai
96,18 %, secara total capaian yang diperoleh mencapai 104,2%, dengan adanya tambahan
realisasi melalui alat bantu di Pusat, dan tambahan layanan penjangkauan di UPT kemensos.
Oleh karenanya total capaian menunjukan hasil yang lebih besar dari target yang telah
ditetapkan di tahun sebelumnya.
B. Perbandingan Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja
Pembandingan capaian kinerja pada Diektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas dibandingkan dengan tahun sebelumnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Capaian kinerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu capaian target pada tahun
2015, 2016, 2017, dan 2018, serta dibandingkan dengan target yang harus dilayani sesuai
dengan Renstra Direktorat rehabilitasi sosial periode tahun 2015 – 2019, seperti dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 11. Pembandingan Capaian Kinerja dengan Tahun Sebelumnya
Sasaran Kegiatan
Sasaran Penerima Layanan
Capaian Target Renstra
2015 2016 2017 2018 (target 5 tahun)
Progres 2019 minimal
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (RSPD)
Penyandang Disabilitas (jiwa)
51.938 PD
53.440 PD
30.866 PD
33.843 PD
206.068 PD
82,5% 35.981
PD
Capaian target sampai dengan tahun 2018 pada periode renstra 2014-2019 adalah 170.087
orang penyandang disabilitas, atau menunjukkan jumlah yang telah diberikan fasilitas dan
akses hak dasar sebanyak 82,5 %. Perubahan strategi pencapaian target rehabsos
penyandnag disabilitas yang dilakukan pada tahun 2018 telah menyebabkan bertambahnya
jumlah capaian rehabsos pada periode ini sebesar 16,4% dari tahun sebelumnya. Hal ini
berarti pada periode selanjutnya kegiatan rehabsos penyandang disabilitas cukup ditargetkan
sebesar 35.981 orang yang perlu dicapai di tahun berikutnya.
Namun demikian target tersebut masih dapat ditambahkan jika dibandingkan dengan jumlah
populasi penyandnag disabilitas di Indonesia yang jumlahnya mencapai 6 juta lebih dengan
merujuk pada data Susenas tahun 2012. pencapaian ini masih jauh dari beban populasi
PMKS Penyandang disabilitas yang harus ditangani di Indonesia, yaitu sebesar 6.800.640
penyandang disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
31
1. REALISASI TAHUN INI DIBANDINGKAN DENGAN TARGET RENCANA STRATEGIS
Realisasi tahun ini yaitu sebesar 33.843 orang penyandang disabilitas yang dilayani
merupakan target yang dicapai dalam satu tahun anggaran 2018. Adapun akumulasi
target yang dicapai dari tahun 2015 s.d tahun 2018 adalah sebesar 170.087 orang
penyandang disabilitas atau sebesar 82,5 % dari total target dalam renstra, sampai
dengan tahun 2019. Capaian ini telah melebihi angka target pada renstra yang
menetapkna penerima manfaat pada tahun 2018 sebanyak 31.619. Jumlah Penyanndag
disabilitas yang dilayani melalui UPT sebesar 7.481 orang, jumlah ini leboh besa
dibandingkan dengan target tahun sebelumnya dengan kapasitas 19 UPT.
Meskipun dari tahun ke tahun sasaran PD yang mendapatkan pelayanan semakin
meningkat, namun peningkatan tersebut belum sesuai dengan peningkatkan
permasalahan PD yang juga mengalami peningkatan baik dalam hal jumlah maupun
kualitasnya. Permasalahan utama yang dihadapi adalah pencapaian sasaran ini sangat
tergantung dengan anggaran yang tersedia (APBN) dan belum adanya kemampuan
dalam menggali sumber dana lain baik dari dalam maupun luar negeri sehingga target
sasaran tidak dapat naik secara signifikan.
2. REALISASI TAHUN INI DIBANDINGKAN DENGAN TARGET STANDAR NASIONAL
Seperti kita ketahui bahwa jumlah penyandang disabilitas masih cukup tinggi.
Berdasarkan hasil Susenas Badan Pusat Statistik tahun 2012 menunjukkan bahwa
jumlah penyandang disabilitas sebesar 6.008.640 jiwa, yang dibagi dalam beberapa
kategori yaitu: 1) Penyandang Disabilitas Netra 1.780.204 jiwa; 2) Penyandang
Disabilitas rungu 472.817 jiwa.;3) Penyandang Disabilitas wicara 164.686 jiwa; 4)
Penyandang Disabilitas Intelektual 402.817 jiwa; 5) Penyandang disabilitas mental
170.120 jiwa; 6) Penyandang Disabilitas Ganda 2.401.592 jiwa. Pencapaian tahun ini,
yaitu sebesar 33.843 penyandang disabilitas berarti merupakan 0,56% dari total
penyandang disabilitas. Adapun pencapaian dalam 4 tahun adalah sebesar 2,56% dari
jumlah populasi penyandang disabilitas. Angka ini masih jauh lebih kecil dibandingkan
dengan populasi disabilitas di Indonesia.
Permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap
penyandang disabilitas adalah berkaitan dengan terbatasnya jumlah penyandang
disabilitas yang ditangani dibandingkan dengan total populasi penyandang disabilitas. Di
samping itu pelaksanaan rehabilitasi soaial bagi penyandanag disabilitas berkaitan
dengan masalah SDM pelaksanan rehabilitasi sosial yang menyebabkan belum
optimalnya pelaksanaan rehabilitasi sosial khususnya pelaksanaan di daerah yang
memerlukan pendampingan, pemantauan dan pelaporan yang tepat. Tantangan lainnya
berkaitan dengan belum maksimalnya keterlibatan dunia usaha dan masyarakat dalam
Laporan Kinerja RSPD -2018
32
mewujudkan hak-hak penyandang disabilitas, seperti halnya masih minimnya
penyandang disabilitas yang dapat diterima di dunia kerja.
C. Analisis Capaian Kinerja Sasaran :
Meningkatnya penyandang disabilitas yang mampu memanfaatkan bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar. Sasaran strategis ini berkaitan dengan sasaran terlaksananya pelayanan
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di dalam dan luar lembaga yang sesuai standar.
Peningkatan layanan rehabsos luar panti meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.
Tolok ukur capaian sasaran ini yaitu indikator Jumlah penyandang disabilitas yang mampu
memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Pemanfaatan bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar melalui rehabsos merupakan prasayarat untuk mendapatkan layanan
lebih lanjut, sehingga keberfungsian penyandang disabilitas dapat tercapai.
Meningkatnya keberfungsian seseorang ditandai dengan :
a. Meningkatnya kemampuan penyandang disabilitas dalam pemenuhan kebutuhan dasar
penyandang disabilitas.
b. Meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari;
c. Meningkatkan akses penyandang disabilitas terhadap lingkungan yang inklusif
d. Meningkatkan kemampuan mobilitas penyandang disabilitas. Untuk terciptanya
lingkungan inklusif, bebas hambatan bagi PD yang memerlukan alat bantu khusus
penyandang disabilitas
e. Mampu mengembangkan (mengaktualisasikan) diri.
Fokus utama sasaran ini adalah penyandang disabilitas yang mendapatkan rehabilitasi sosial.
Pencapaian indikator rehabilitasi sosial terhadap penyandang disabilitas dilakukan melalui
kegiatan perlindungan dan rehabilitasi sosial bagi Penyandang Disabilitas. Kegiatan ini
bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas
melalui kegiatan rehabilitasi sosial. Kegiatan ini dibiayai oleh dana DIPA Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, 19 UPT Kemensos, dan Provinsi melalui
dekonsentrasi di 34 provinsi.
Adapun UPT kemensos yang era di bawah koordinasi Dit. RSPD adalah Sebagai berikut :
a. BBRVBD Cibinong, dengan target layanan dalam panti sebanyak 85 orang, dan luar
panti 500 orang.
Pelatihan yang ada yaitu : penjahitan, komputer, pekerjaan logam, otomotif,
elektronika dan desain grafis/percetakan bagi penyanndag disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
33
Pada tahun 2018, penyandang disabilitas fisik melayani 85 orang penyandang
disabilitas fisik. dan membantu menyalurkan mereka untuk dapat bekerja di
perusahaan. Sedangkan 100 orang lainnya merupakan terget luar panti /
penjangkauan. Penambahan target di luar lembaga sebanyak 25 orang, sebelumnya
target luar panti sebesar 500 orang menjadi 525 orang.
b. BBRSBD Soeharso Surakarta,
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta Tahun 2018 pada sasaran satu sudah
tercapai 221 terdiri dari penerima manfaat regular sejumlah 155 orang, kegiatan TRC
sejumlah 2 orang, penjangkauan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat
(PRSBM) sejumlah 50 orang, bantuan modal usaha bagi eks penerima manfaat
program penjangkauan sejumlah 6 dan kegiatan penjangkauan kegiatan bimbingan
pemantapan sejumlah 8 orang atau tercapai 100%.
c. PSBD Budi Perkasa Palembang, dengan target 293 orang.
Pencapaian sasaran strategis tahun 2018 meningkatnya penyandang disabilitas yang
; menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas dasar melalui
pencapaian target IKU jumlah PM yang terpenuhi kebutuhan dasar dan fasilitas hak
dasar di dalam panI dengan target sebesar 85 orang dan realisasi target sebesar 85
orang, sedangkan untuk PM yang terpenuhi kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar
di luar panti dengan target sebesar 8 orang dan realisasi taget sebesar 32 orang.
RBM target sesuai realisasi sebanyak 200 orang di 3 prov ( sumbar 40 orang; PM
Reguler 85 orang. Juli baru mencapai realisasi bulan juli. Tida
d. PSBD Wirajaya Makassar, dengan target 430 orang
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-
komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target
yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja PSBD Wirajaya Makassar. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : Pemenuhan kebutuhan dasar
(pakaian seragam PM, pakaian dalam ,sepatu,handuk dan sandal )Pemeriksaan rutin
seminggu sekali oleh dokter rekanan; Rujukan rumah sakit jika diperlukan
penanganan rawat inap.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : Penguatan bimbingan,
kegiatan rekreatif dan pengisian waktu luang.; Pendampingan PM sesuai kondisi
masing-masing atau terapi kelompok; Kegiatan pelatihan keterampilan sesuai
dengan bakat dan minat; Senam pagi atau aerobik guna menjaga kesehatan
penerima manfaat
Laporan Kinerja RSPD -2018
34
e. PSBL Phalamartha Sukabumi, dengan target capaian 570 orang.
Penerima manfaat dalam panti 110, luar panti target 350 ( 300 penjangkauan; 30
family support, 20 TRC.) realisasi TRC 26 orang. Ada evakuasi yang lebih banyak.
Bersama TRC, Dinsos jabar, Kepolisian, dll. 100 sukabumi, 50 di bogor, 50 di kota
bogor, 50 di Kab. Bandung barat, 50,
f. PSBL Dharma GUnan Bengkulu, dengan target 370, dan capaian sebesar 374 orang.
Target penerima manfaat 80 orang dalam panti teralisasi semua, ada pemulangan
63 orang. On off. Jadi terisi semua.Homecare 220, TRC 70. TRC di kab Bintan, Kepri,:
44 PM; 30 . TRC dari target 70 terealisasi 74 orang, target 70 mendapat bantuan
sosial untuk usaha, yang 4 orang diberikan paket tambahan permakanan yang
anggarannya diambil dari anggaran operasional. permohonan berasal dari dinsos
setempat. saat TRC kerja sama dengan dokter / puskesmas setempat, dinkes,
kepolisian. di 50 kota difasilitasi pemerintah kabupaten 50 kota.
g. PSBL Budi Luhur Banjarbaru, dengan target capaian ; 286 orang
Terdapat 70 orang penerima manfaat dalam panti, penjangkauan 210 orang; TRC
pasung ada 6 orang. Penjangkauan tersebar di 7 lokasi : tanah bumbu, tabalong, hulu
sungai utara, katinga, barito selatan, barito timur, kota waringin timur, masing-masing
lokasi 30 PM. Di dalam panti yang 70 orang ada 11 orang anak negara.
h. PSRS PDM Margo Laras Pati, dengan Target 310 orang.
Penerima manfaat dalam panti 50 org, merupakan PM lanjutan tahun 2017.
penjangkauna 250 di 3 prov - 4 kab. Kab Sleman, Tuban, Grobokan, Pati. Masing-
masing 65 orang. Kegiatan sudah dimulai maret, berakhir september
i. PSBRW Melati Jakarta, dengan target capaian 330 orang.
Berdasarkan hasil evaluasi realisasi outcome 30% dari 80 orang PM reguler, berhasil
bekerja. Target 24 orang ditargetkan bekerja, menjadi 46 orang yang bekerja.
Potensi anak yang cukup baik, meningkatnya kepercayaan publik, adanya MoU
dengan perusahaan. Instruktur melati dari RW. awalnya perusahaan ragu dengan
kemampuan komunikasi dengan penerima manfaat RW. dengan adanya pertemuan
dengan perusahaan dan diundang pada saat pertemuan dengan orang tua
membangun komunikasi dan kepercayaan. "perlu ada advokasi peksos ke
perusahaan, meyakinkan dengan cara visualisasi program untuk mengadvokasi
layanan rehabsos dan mempromosikan PD bahwa dapat bekerja.
Laporan Kinerja RSPD -2018
35
j. PSBRW Meohai Kendari, dengan target capaian 335 orang.
Target penerima manfaat dalam panti sebanyak 35, luar panti 300. realisasi 18
tamat, 1 yang dipulangkan, karena ada masalah sebelum waktu pulang
k. PSBRW Efata Kupang, dengan target 295 orang, capaian 296 orang.
Penerima manfaat dalam balai sejumlah 70 orang; di luar balai 220, tambahan1 dari
TRC. Semula target 5 orang menjadi 6 orang)
l. PSBN Wyata Guna Bandung, dengan target capaian 495 orang.
175 dari layanan reguler dalam panti. 320 layanan luar panti. Adanya perjanjian hak
pinjam pakai (kemensos oleh dirjen ) dengan dinas pendidikan bandung
m. PSBN Tan Miyat Bekasi, dengan target capaian 300 orang.
Pada umumnya penyanndag disabilitas sensorik netra di PSBN Tan Miyat
merupakan PD yang saat ini sedang bersekolah. Namun dengan kebijakan baru
masih diperbolehkan sekolah sampai dengan Juni untuk PM yang bersekolah
n. PSBN Mahatmiya Bali, dengan target dan capaian 270 orang.
Layanan rehabilitasi sosial di mahatmiya sudah mulai ditingkatkan ke arah
kemandirian penyanndag disabilitas. Selain layanan reguler dan penjangkauan
PSBN mahatmiya sudah membuat cafe yang pengelolaannya dilakukan oleh
penyandnag disabilitas sensorik netra.
o. PSBN Tu Mou To Manado, dengan target capaian 350 orang.
Jumlah target dalam panti sebanyak 50, ada sisa PM tahun lalu 39. target penerima
11 orang. Realisasi output 50 orang. 4 org mengundurkan diri karena menikah,
mental ganda, membuka usaha. Ada atlet partagames yang mendapat
penghargaan. Luar panti target 220 org; UPSK 80 orang
p. BPBI Abiyoso Bandung, dengan target capaian 570 orang.
Target layanan berupa penjangkauan baca tulis, braille cornber, curah pendapat,
story telling, workshop marketing. 51.645 buku, terealisasi 51.845, ada permintaan
pelanggan utk cetak ulang. Total target 35 jenis, terealisasi sesuai target.
(1) Penyediaan buku bantu disabilitas
(2) Buku Braille (literasi khusus) bagi penyandang Disabilitas Netra
(a) Undang-undang Disabilitas Braille
(b) Buku Alqurán Braille dan agama Islam lainnya
Laporan Kinerja RSPD -2018
36
(c) Buku Alkitab Braille dan buku rohani lainnya
(d) Buku bacaan umum Braille
(3) psikologi
(4) meditasi
(5) kesehatan
(6) Buku cerita Braille
(7) Buku fiksi
(8) Buku puisi
(9) Buku Pengetahuan Umum dan Panduan sehari-hari
(10) Memasak
(11) Bercocok tanam
q. BBRSBG Temanggung, dengan target capaian 640 orang.
Layanan rehabilitasi sosial reguler dalam panti dengan target 150, target penyaluran
salur 40 orang, teralisasi 45. dari 45 orang yang bekerja si sektor formal 3 orang.
Penjangkauan : shelter workshop peduli : 125 orang ada di 5 kab. RSBK 355
terealisasi 355, di 9 kabupaten. Day care 10 orang, yang lulus puran rehasbsos 3,
termasuk di yang lulus 45 orang tadi (reguler 42, 3 daycare.) ada replikasi di blitar
adopsi/ replikasi dijadikan salah satu keberhasilan. Blitar melakukan study banding,
dan dimintai pendampingan melakukan replikasi di blitar.
r. PSBG Ciung Wanara, dengan target capaian 230 orang.
Penyandnag disabilitas intelektual yang dilayani dalam panti sebanyak 50 org,
penjangkauan 160, RSBK 20 orang. Penjangkauan awalnya diseleksi 180 orang ,
namun yang memenuhi syarat 160. di ciung wanara ada 10 orang, pada januari 2019
sudah menjadi 5 orang anak negara. 5 orang sdh disalurkan dinsos terkait untuk
dibantu bertemu dengan keluarganya (bogor, ciamis)
s. PSBG Palu, dengan target capaian 370 orang.
Target penyandang disabilitas yang dilayani 70 org, realisasi 73. on off. Penyaluran
10 orang ke lembaga, target luar panti dan penjangkauan 300 orang (30 org home
care; 30 org RBM; 240 org penjangkauan di kab Donggala, Morowali, Parigi
Moutoung, Kab Poso, kab Sigi, Toli-toli, Kota Palu, 2 prov Sulbar : Mamuju tengah
mamuju Utara di Sulbar). bantuan paket untuk masing-masing penerima manfaat;
pelaksanaan disesuaikan dengan alokasi anggaran.
Laporan Kinerja RSPD -2018
37
Pelaksanaan rehabilitasi sosial di Pusat antara lain dengan melalui kegiatan,
pemberian alat bantu penyandang disabilitaas, penjangkauan kasus pasung dan pemberian
bantuan atau pelayanan kedaruratan bagi penyandang disabilitas. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai terpenuhinya hak-hak penyandang disabilitas, dan
mengoptimalkan koordinasi penanganan penyandang disabilitas.
Adapun sebaran capaian outcome untuk kegiatan rehabsos dapat dilihat pada grafik di
bawah ini :
Terlaksananya rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas ditunjukan dengan adanya
penyandang disabilitas baik yang dilayani di dalam panti maupun di luar panti. Serta
terlaksananya layanan advokasi penyandang disabilitas. Pada tahun 2018 persebaran
capaian outcome berdasarkan jenis cluster disabilitas adalah sebagai berikut :
Laporan Kinerja RSPD -2018
38
Tabel. 12. Sebaran outcome berdasarkan jenis disabilitas yang dilayani
Jenis DisabilitasDisabilitas
Activity
daily
living
Sosialisasi
Kemampuan
sosial
Orientasi
mobilitas
Sekolah Menerapkan
ketrampil-an
teknis
Bekerja di
rumah /
keluarga
Bekerja
di
tempat
lain
Bekerja
pada
Sektor
formal
Berwirausaha mengembangkan
usaha
SENSORIK 661 1028 713 91 550 342 0 26 413 0
MENTAL 217 70 60 290 2 19 3 0 3 10
INTELEKTUAL 376 320 320 72 110 218 4 4 38 38
FISIK 415 734 694 4 403 43 103 1 716 4
1669 2152 1787 457 1065 622 110 31 1170 52
Pada tahun 2018 layanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas telah menunjukkan hasil kinerja berupa peningkatan kapasitas dan
kemampuan penyandang disabilitas yang dilayani. Antara lain meningkatnya kemampuan dalam :
a. Peningkatan kemampuan activity daily living, sebanyak 1.669 orang. Kemampuan ini diberikan sebagai pendidikan dasar dan aktivitas sehari-
hari penyandang disabilitas. Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar untuk sementara dapat membantu dalam pemberian pelatihan
sehari-hari. Pada sistem pantikemungkinan besaf bahkan mayoritas penerima manfaat akan mendapatkan bimbingan yang berguna dalam
melatih PD sehari-hari
b. Peningkatan kemampuan sosialisasi sebanyak 2.152 orang. Pemberian intervensi terhadap PD oleh pekerja sosial atau petugas di LKS
maupun UPT meningkatkan kemampuan sosial PD dalam berinteraksi dengan lainnya.
c. Peningkatan dalam kemampuan orientasi mobilitas, sebanyak 1.787 orang. Pemberian alat bantu dan latihan penggunaan meningkatkan
kemampuan penyandnag disabilitas dalam mobilitas, serta mengenal lebih baik lingkungan tempat tinggalnya.
d. Dapat melanjutkan sekolah, sebanyak 457 orang. Adanya intervensi mengenai PD secara intensif, membantu PD usia sekolah mampu kembali
ke dunia pendidikan atau dapat mengakses pendidikan setelah mendapat layanan rehabsos.
Laporan Kinerja RSPD -2018
39
e. Dapat menerapkan ketrampilan teknis, sebanyak 1.065 orang. Penynndang disabilitas yang berada di panti sosial, secara intensif telah mampu
mengembangkan ketrampilan teknisnya sebagai bekal ia kembali pulih dan meningkatkan ketrampilan selanjutnya.
f. Dapat bekerja di rumah atau keluarga sendiri, sebanyak 622 orang. Penyandnag disabilitas yang telah dilatih mampu menerapkan
ketrampilannya, sehingga setelah kembali keluarga ia bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya berpartisipasi dalam mencari sumber
penghidupan keluarga.
g. Dapat bekerja di tempat lain, sebanyak 110 orang. Pada umumny aPenyanndag disabilitas yang berhasil bekerja berasal dari disabilitas fisik
yang telah diberi pelatihan di BBRVBD Cibinong. Adanya kerjasama dengan pihak lain dan pelatihan akses pelatihan membuka peluang bagi
Penyandang disabilitas untuk dapart bekerja pada sektor formal, setelah mereka mendapatkan pendidikan. Bekerja pada Sektor formal
sebanyak 31 orang.
h. Berwirausaha. Selain bekerja, lulusan penyandang disabilitas yang telah dididik di Unit Pelaksana Teknis Disabilitas Kemensos, telah
membuka usaha dengan berbagai jenis usaha baik di bdang massage, penjahitan, usaha kelontong, dan lain-lain.Berwirausaha, sebanyak
1.170 orang atau sebesar 3,5%
i. Pengembangan Usaha. Pemberian bantuan Paket usaha bagi penyandang disabilitas dapat mengembangkan usaha dan mampu
mempekerjakan orang lain. Pada tahun 2018, terdapat 52 orang PD yan telah mampu mengembangkan usahanya.
Laporan Kinerja RSPD -2018
40
Berikut ini adalah gambaran capaian yang dihimpun berdarakna jenis disabilitas di UPT
Pata UPT disabilitas fisik, peningkatan tertinggi dirasakan dalam hal kemampuan sosial atau
adanya kemampuan berinteraksi yang lebih baik disertai adanya kemampuan dalam mobilitas
karena diberikan alat bantu bagi penyanndag disabilitas fisik setelah mendapatkan layanan
rehabilitasi oleh UPT disabilitas fisik. Hasil dari evaluasi terhadap penerima manfaat
menunjukkan kemampuan berwirausaha dari penyanndag disabilitas karena mereka pada
umumnya telah dibekali oleh ketrampilan dan diberikan paket usaha ekonomi mandiri setelah
dinyatakan lulus.
Laporan Kinerja RSPD -2018
41
Berbeda dengan jenis disabilitas fisik, yang pada umumnya dapat distimulasi untuk
pengembangan usaha, disabilitas mental justru hanya sedikit sekali yang mampu
mngembangkan usaha seteleh mendapat pelayanan. Bahkan untuk berpartisipasi bersama
keluarga di rumah dalam mencari nafkah pun masih sedikit dialami oleh PD Mental.
Pada umumnya keberhasilan mereka yang dilayani baru pada kemampuan perawatan sehari-
hari dan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Hal ini menjadi modal utama dalam mencapai
tingkar keberhasilan yang lebih diinginkan oleh keluarga dan lingkungan sosial terdekat
dimana kegiatan pemulihan dan kembali ke sekolah dianggap capaian tertinggi untuk
penyanndag disabilitas.
Sesuai dengan amanah Perpres No. 75 Tahun 2015 tentang RAN HAM dan Inpres No 10
Tahun 2015 tentang Aksi HAM khususnya aksi 25 tentang penemuan, pembebasan dan
pengobatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dipasung, Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Sosial memiliki tanggung jawab dalam melakukan penjangkauan kasus pasung
agar penyandang disabilitas mental dapat dibebaskan dari pasung dan memperoleh layanan
kesehatan jiwa sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu dilaksanan penjangkauan kasus
pasung di beberapa 15 lokasi di Indonesia untuk memberikan edukasi kepada keluarga dan
masyarakat agar merubah sikap dan pola perilaku mereka untuk dapat menolak
pemasungan.
Capaian Kegiatan: Terjangkau dan teridentifikasinya penyandang disabilitas mental yang
dipasung. Penjangkauan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya hanya upaya
melepaskan pemasungan tanpa diikuti dengan pendampingan kepada PDM, keluarga dan
masyarakat. Petugas yang melakukan penjangkauan harus memahami betul apa itu
gangguan jiwa dan penanganan yang tepat untuk ODGJ, sehingga pada saat penjangkauan
mereka mempunyai kemampuan untuk berbagi pengetahuan dan kemampuan penanganan
Penyandang Disabilitas Mental kepada keluarga dan masyarakat.
Penjangkauan kasus pemasungan harus dilakukan secara intensif lebih dari 1 kali kunjungan
dan sangat diperlukan adanya pendampingan yang memadai hingga keluarga dan
PDM/ODGJ benar-benar paham tentang kondisi yang dialami PDM/ODGJ dan penanganan
yang tepat. Untuk itu sangat diperlukan pelatihan yang memadai bagi petugas penjangkauan
kasus pemasungan.
Laporan Kinerja RSPD -2018
42
Bagi penyanndnag disabilitas sensorik yang secara fisik mengalami hambatan berkomunikasi
secara verbal maupun visual, peningkatan kemampuan sosialisai dan kemampuan sosial
mereka setelah memasuki panti merupakan hal yang lebih banyak didapatkan setelah
mendapat layanan.
Pemberian ketrampilan di UPT yang disampaikansecara berkelompok dan bersam-sama
mampu meningkatkan kemampuan sosial, karena mereka bersama-sama dilatih dalam
berinteraksi satu smalain. Di samping itu pelstihsn mobilitas menjadi hal utama yang
disampaikan kepada penyanndang disabilitas sensorik.
Hasil dari pemberian bim ingan di UPT menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
penerapan teknis di bandingkan dengan sebelum ke UPT. Dengan adanyapelatihan yang
dilakukan secara terus menerus membantu membiasakan diri mereka sendiri, sehingga pada
saat kembali ke rumah mereka sudah dapat menerapkan ketrampiilan teknis yang telah
dipelajarinya.
Beberapa penyanndag disabilitas sensorik netra justru telah mampu mengembangkan
kemampuan usahanya, dengan bantuan pemberian paket Usaha Ekonomi Produktif mereka
mampu membuka usaha, bahkan ada yang sudah sanggup memberikan lapangan pekerjaan
bagi sesama penyandang disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
43
Bagi penyandang disabilitas intelektual, dengan kemampuan IQ di bawah rata-rata,
keberhasilan yang didapat dalam hal penenigkatan kemampuan aktivitas sehari-hari. Hal in
disebabkan usia biologis mereka tidak secepat perkembangan otaknya, mereka memiliki
keterbatasan berpikir, sehingga seringkali aktivitiasnya masih tergantug pada orang dewasa
di sekitarnya. Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari PD Intelektual di UPT
ini menjadi hal yang seringkali dijadikan tolok ukur keberhasilannya, menyusul kemampuan
sosialmdan orientasi mobilitas.
Meskipun demikan, pemberian bimbingan yana gterus menerus tidak menutup kemungkinan
bagi mereka untuk dapat meningkatkan ketrampilan teknis lainnya.
Dari hasil evaluasi tahun 2018 di UPT disabilitas intelektual dapat diketahui bahwa mereka
yang telah mengikuti kegiatan bimbingan mampu menerapkan ketrampilannya dan sudah
dpat berpartisipsi bekerja bersama di rumah / keluatga. Bahkan beberapa di antaranya telah
mampu melakukan kegiaatan berwirausaha dan mengembangkannya.
Salah satu keberhasilan di bidang pelayanan rehsbsos salah satu di antaranya yaitu telah
dilakukan upaya pembuatan kampung peduli penyanndag disabilitas ,yeng merupakan
bentuk pemberdayaan terhadap penyanndag disabilitas intelektual.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2018, tercapai 20.166 Outcome atau sebesar 59,6
% dari total 33.843 penyandang disabilitas yang telah dilayani
Indikator capaian outcome dapat dilihat dari :
a. Jumlah penyandang disabilitas yang dapat mengakses dan berhasil memperoleh layanan
publik (Mendaftarkan dan mendampingi PMKS dalam mengakses layanan kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, dan atau lingkungan sosial lainnya)
b. Jumlah daerah provinsi dan kab / kota yang menerbitkan regulasi untuk pemenuhan hak
dasar dan inklusivitas Penyandang Disabilitas. Sampai saat ini sudah ada 8 provinsi yang
menerbitkan Perda tentang disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
44
Di samping target-target yang telah dicapai di atas. Pada tahun 2018 Direktorat Rehabilitasi
Sosial bekerja sama Dengan Kementerian Sekretariat Negara, USIP-1 , USAID, melalui
progam kerjsama negara selatan-selatan telah melakukan kerjasama bidang rehabilitasi
sosial penyandnag disabilitas.dimana PSBN Mahatmiya bali memberikan pelatihan bagi
penyandnag disabilitas sensorik netra warga Fiji dalam melakukan tekniik pijat Indonesia.
Ketrampilan ini dapat digunakan bagi penyandang disabilitas dalam meningkatkan
kemandirian dan menjadi sumber penghidupan merka. Terdapat 10 penyandnag disbilitas
yang berasal dari Fiji dilatih oleh PSBN Mahatmiya, Kemensos RI.
Outcome :
Tahun 2018 sudah diadakan pelatiha ToT untuk penyandang disabilitas Fiji, dengan jumlah
peserta sebanyak 10 orang (dilakukan di Bali). Tim akan berkolaborasi mengadakan
Pelatihan Urut di Suva pada tanggal 11-15 Februari 2019 ini, yang kemudian akan dilanjutkan
di Nadi.
Berdasarkan UU no 18 tentang Kesehatan Jiwa, Perpres No 75 Tahun 2015 tentang RAN
HAM dan Inpres No.10 Thun 2015 tentang Aksi HAM khususnya aksi 25 tentang penemuan,
pembebasan dan pengobatan orang dengan gangguan jiwa (odgj) dipasung yang menjadi
tugas kementerian kesehatan, kementerian sosial memiliki tugas untuk mendukung upaya
pelaksanaan aksi tersebut. Layanan rehabilitasi psikiatrik, rehabilitasi psikososial dan
rehabilitasi sosial merupakan upayan terintergrasi dan berkesinambungan dalam upaya
pemulihan dan pengembangan keberfungsian sosial odgj, maka membutuhkan petugas yang
handal dalam penanganan PDM/ODGJ. Untuk itu diselenggarakan kegiatan Peningkatan
Kapasitas Tim TRC dalam Penjangkauan dan Pendampingan Rehabilitasi Sosial Bagi Korban
Pasung..
Tim TRC/Pendamping/TKSK.Sakti Peksos/PSM yang handal merupakan ujung tombak
untuk penanganan PDM/ODGJ. Namun kerapkali terbentur oleh ketersediaan anggaran
penjangkauan di daerah dan komitmen yang kuat dari lintas sektor di masing-masing wilayah.
Rapat Koordinasi Finalisasi Penyusunan Perjanjian Kerjasama Pencegahan dan
Penanganan Pemasungan
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari tanggal 03-05 Mei 2018 di Hotel Fave Jakarta dengan
jumlah peserta 30 orang.
.
Capaian kegiatan:
Tersedianya dokumen perjanjian kerjasama yang memuat peran dan tanggung jawab
masing-masing pihak dalam mengembangkan sistem layanan kesehatan jiwa yang
terintegrasi.
Laporan Kinerja RSPD -2018
45
Penyusunan Pedoman Gerakan Stop Pemasungan
Salah satu tugas dan tanggung jawab Kementerian Sosial RI yang tercantum dalam MOU
dan PKS pencegahan dan penanganan pemasungan adalah Melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan dibidang
rehabilitasi sosial dalam Pencegahan dan Penanganan Pemasungan Bagi Penyandang
Disabilitas Mental/ Orang Dengan Gangguan Jiwa. Sebagai implementasi dari tugas
tersebut, maka dilaksanakan kegiatan Penyusunan Pedoman Gerakan Stop
Pemasungan.
Capaian kegiatan:
Tersusunnya draft pedoman Gerakan Stop Pemasungan Bagi Penyandang Disabilitas
Mental.
Tersinkronisasinya masing-masing tugas dan tanggung jawab Kementerian/Lembaga
terkait dalam pencegahan dan penanganan penyandang disabilitas mental khususnya
ODGJ
Pelaksanaan Uji Coba Rumah Unit Informasi dan Layanan Sosial PDM
Layanan Rumah Antara dapat menjadi jembatan dalam proses pemulihan penyandang
disabilitas mental dari layanan medis dan layanan sosial menuju perawatan oleh
keluarga. Layanan Rumah antara bertujuan mempersiapkan penyandang disabilitas
mental dan keluarga dalam proses re-integrasi dengan harapan dapat menekan resiko
kekambuhan dan menjamin keberlanjutan layanan. Pelaksanaan Uji coba Rumah Antara
dilaksanakan di Provinsi Sumatera barat selama 5 bulan, mulai bulan Agustus 2018
sampai dengan Bulan Desember 2018.
Capaian kegiatan :
a. Terlaksananya Kegiatan Uji Coba Rumah Antara Bagi PDM di Sumbar
b. Terwujudnya layanan penanganan penyandang disabilitas mental yang terintegrasi.
c. Rekomendasi juga dapat menghasilkan kesepakatan dan komitmen antar berbagai
pihak. Pencapaiannya dapat dikatakan sekitar 15%, dimana pada saat ini pemerintah
daerah mulai bertindak untuk membuat perda yang mendukung disablitas. Pada tahun
2018 juga Kemensos telah berproses melakukan MoU dengan intansi terkait, seperti
Kementerian Kesehatan, BPJS, Kepolisian RI, dan Kemendagri, dalam upaya
menangani penyandang disabilitas mental secara terintegras
Laporan Kinerja RSPD -2018
46
Capaian Peningkatan SDM tahun 2018
Selain kegiatan yang bersifat layanan langsung terhadap penyandang disabilitas,
direktorat rehabilitasi sosial penyanndag disabilitas telah melakukan beberapa kegiatan
pengembangan kompetensi pegawai dan sumber daya manusia (SDM) penyelenggaraan
rehabsos penyanndang disabilitas.
Adapun berbagai kegiatan yang telah diikuti antara lain sebagai berikut :
Tabel. 13. Kegiatan Pengembangan SDM Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Tahun 2018
Kegiatan Pengembangan SDM Target Realisasi
Target Bimbingan Teknis Tenaga Pendamping Penyandang Disabilitas di Masyarakat
613 613
Bimtek data 30 30
Rapat Koordinasi Teknis Bidang Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Tahun 2018 (sosialisasi SIM PD)
130 130
Peningkatan Kapasitas Petugas Pendampingan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas Mental
96 96
Training of Trainner Dukungan Motivasi bagi Atlet Penyandang Disabilitas
330 330
Bimbingan Teknis SDM Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
1200 1127
Capacity Building Petugas LKSPD dan FKKPDA 80 80
Peningkatan Kapasitas Bagi Penyandang Disabilitas Intelektual yang mengikuti Ekonomi Produktif "Goes"
58 58
Penguatan Kapasitas SDM Rehabsos Disabilitas 50 50
Peningkatan kapasitas SDM penyelenggara Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
10 13
Uji Kompetensi PNS yang Masuk dalam Jabatan Fungsional Peksos dan Pensos (pak Firman Diklat Peksos & Pak Redy)
2
Diklat Fungsional Perencana Muda (desry) 1
Konferensi Nasional Temu Alumni Beasiswa Pusbindiklatren & Workshop Pengembangan Jejaring Kerja sama (Novelia)
1
Diklat Fungsional Pengangkatan Arsiparis tingkat Terampil (a.n Gina Natriani)
1
Workshop pengembangan layanan rumah singgah / rumah antara (Bu, Ana, irma, Dina, Rumondang)
6
ToT Human Right For Mental Health (Ilyana Desiana, Desrywani)
2
TOTAL 2.597
2.655
Laporan Kinerja RSPD -2018
47
Capaian Kegiatan:
Adanya peningkatan dan pemahaman bagi pendamping/TKSK/ M dalam pendampingan
penjangkauan, penanganan rehabilitasi sosial bagi korban pasung di wilayah di seluruh
Indonesia.
Adanya rekomendasi peningkatan kapasitas tim TRC dalam penjangkauan dan pendampingan rehabilitasi sosial bagi korban pasung
Laporan Kinerja RSPD -2018
48
D. Realisasi Anggaran 2018
Pada tahun 2018 terjadi perubahan anggaran untuk kebutuhan penambahan
tunjangan kinerja. Oleh karena itu dilakukan relokasi anggaran yang berasal dari satker pusat
ke UPT kemensos. Salah satunya dari direktorat rehabilitasi sosial penyandnag disabilitas ke
UPT Rehabsos Penyandang disabilitas. Sehingga, komposisi anggaran berubah menjadi
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas selain melaksanakan kegiatan di pusat juga memberikan anggaran untuk di
daerah, yaitu kegiatan rehabilitasi sosial yang dilakukan melalui 19 UPT yang tersebar di
seluruh tanah air, dengan anggaran Rp. 216.167.209.000,-, yang kemudian direvisi untuk
kebutuhan tunkin menjadi Rp. 223.869.614.000 . Di samping itu, tersedia juga mekanisme
pemberian pelayanan melalui dana dekonsentrasi. Anggaran yang disediakan untuk dana
dekonsentrasi sebesar Rp. 45.573.105.000,- untuk 34 provinsi.
Adapun realisasi anggaran kegiatan rehabilitasi sosial melalui Pusat, UPT dan
dekonsentrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 14. Realisasi Keuangan Pusat, UPT dan Dekonsentrasi 2018
No Satker Anggaran Realisasi (Rp.) Persentase Semula Setelah Revisi
1. Pusat 55.735.092.000 53.146.387.000 46.963.863.772 88,37%
2. UPT 216.167.209.000 223.869.614.000 220.938.406.580 98,69%
3. Dekonsentrasi (34 provinsi)
45.573.105.000 45.573.105.000 43.337.695.024 95,09%
Jumlah 317.475.406.000 322.589.506.000 311.239.965.376
96,48%
Adapun realisasi anggaran secara total adalah sebesar 96,48%. Anggaran yang
bersisa berasal dari sisa pagu yang tidak teralisasi semuanya, disebabkan jumlah realisasi
lebih kecil dari pada yang dianggarkan. Namun demikian target tetap terlaksana. Hal ini berarti
telah terjadi efisiensi terhadap anggaran belanja negara. Realisasi keuangan secara
keseluruhan menunjukan 96,48 %. Sedangkan realisasi fisik pelaksanaan kegiatan adalah
sebesar 104,2 %.
Rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas menunjukan peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Yaitu dengan realisasi fisik 104,2%, sedangkan
realisasi keuangan 96.48 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 96.26
%. Peningkatan capaian ini menunjukan kinerja yang semakin baik dari tahun ke tahun.
Laporan Kinerja RSPD -2018
49
Untuk persebaran realisasi keuangan di UPT RSPD kemensos bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 15. Realisasi Keuangan UPT RSPD Tahun 2018
NO Kegiatan Pagu Realisasi %
1. PRSPDM “Margolaras” Pati
8.753.739.000
8.561.313.841 97,80%
2. Balai Penerbitan Braille Indonesia “Äbiyoso” Cimahi
13.018.323.000
12.789.757.633 98,24%
3. Panti Sosial Bina Laras “Phalamartha” Sukabumi
9.040.433.000
8.859.119.797 97,99%
4. Panti Sosial Bina Netra "Wiyata Guna", Bandung
15.280.241.000
15.077.213.451 98,67%
5.
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa "Prof.Dr.Soeharso" Surakarta
26.947.358.000
26.788.747.214 99,41%
6. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita "Kartini" Temanggung
21.638.036.000
21.598.363.333 99,82%
7. Panti Sosial Bina Daksa "Budi Perkasa", Palembang
11.713.997.000
11.379.989.312 97,15%
8. Panti Sosial Bina Daksa "Wirajaya", Makassar
11.926.011.000
11.805.702.868 98,99%
9. Panti Sosial Bina Netra "Mahatmiya" Tabanan
8.070.187.000
7.967.219.720 98,72%
10. Panti Sosial Bina Netra "Tu Mou Tou", Manado
7.371.432.000
7.298.244.676 99,01%
11. Panti Sosial Bina Netra Tan Miyat, Bekasi
10.187.139.000
10.051.658.073 98,67%
12. Panti Sosial Bina Laras "Budi Luhur" Banjarmasin
8.230.933.000
8.119.612.292 98,65%
13. Panti Sosial Bina Grahita "Ciung Wanara", Bogor
9.158.352.000
8.992.031.892 98,18%
14. Panti Sosial Bina Grahita "Nipotowe", Palu
9.099.306.000
8.962.857.259 98,50%
15. Panti Sosial Bina Laras "Dharma Guna" Bengkulu
8.828.987.000
8.719.714.690 98,76%
16. Panti Sosial Bina Rungu Wicara "Melati" Jakarta
9.388.207.000
9.222.978.031 98,24%
17. Panti Sosial Bina Rungu Wicara "Effata" Kupang
8.445.353.000
8.181.944.463 96,88%
18. Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa, Cibinong
19.944.875.000
19.783.910.162
99,19%
19. Panti Sosial Bina Rungu Wicara "Meohai" Kendari
6.826.705.000
6.778.027.873 99,29%
Total : 223.869.614.000 220.938.406.580 98,69%
Laporan Kinerja RSPD -2018
50
Adapun pagu dan realisasi anggaran kegiatan rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas pada
34 provinsi melalui mekanisme dana dekonsentrasi dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 16. Realisasi Keuangan melalui Dana Dekonsentrasi Tahun 2018
NO Kegiatan Pagu Realisasi %
1 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta 1.806.904.000
1.803.014.000 99,78%
2 Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat 1.527.245.000
1.509.273.000 98,82%
3 Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah 1.748.630.000
1.739.860.000 99,50%
4 Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta 1.564.020.000
1.306.515.200 83,54%
5 Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur 1.710.170.000
1.708.279.800 99,89%
6 Dinas Sosial Aceh 1.204.485.000
1.100.929.500 91,40%
7 Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
1.980.245.000
1.925.283.000 97,22%
8 Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat
1.667.738.000
1.485.095.300 89,05%
9 Dinas Sosial Provinsi Riau 788.020.000
773.965.000 98,22%
10 Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jambi
1.571.390.000
1.450.046.300 92,28%
11 Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan
1.801.955.000
1.792.907.500 99,50%
12 Dinas Sosial Provinsi Lampung 1.903.111.000
1.895.536.000 99,60%
13 Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Barat
1.069.150.000
1.068.652.125 99,95%
14 Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah
402.977.000
402.083.000 99,78%
15 Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan
1.453.698.000
1.424.228.000 97,97%
16 Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur
1.292.965.000
1.255.289.000 97,09%
17 Dinas Sosial Propinsi Sulawesi Utara 1.629.340.000
1.505.351.000 92,39%
18 Dinas Sosial Daerah Propinsi Sulawesi Tengah
1.270.110.000
1.256.405.000 98,92%
19 Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan
1.985.710.000
1.974.490.000 99,43%
20 Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tenggara
1.350.470.000
1.321.312.200 97,84%
21 Dinas Sosial Provinsi Maluku 1.343.746.000
1.337.812.000 99,56%
Laporan Kinerja RSPD -2018
51
NO Kegiatan Pagu Realisasi %
22 Dinas Sosial Provinsi Bali 1.062.712.000
965.057.010 90,81%
23
Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Barat
654.666.000
654.584.500 99,99%
24 Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur
2.968.075.000
2.823.625.667 95,13%
25 Dinas Kesejahteraan Sosial Dan Masyarakat Terisolir Provinsi Papua
1.067.870.000
770.660.000 72,17%
26 Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bengkulu
1.099.500.000
1.087.652.500 98,92%
27 Dinas Sosial Propinsi Maluku Utara 1.203.990.000
1.203.557.000 99,96%
28 Dinas Sosial Provinsi Banten 923.448.000
913.398.000 98,91%
29 Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
632.080.000
564.509.804 89,31%
30 Dinas Sosial Provinsi Gorontalo 989.100.000
958.816.200 96,94%
31 Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Riau
1.547.214.000
1.541.522.100 99,63%
32 Dinas Sosial Provinsi Papua Barat 546.390.000
225.500.000 41,27%
33 Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat 1.191.481.000
1.176.056.000 98,71%
34
Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara
614.500.000
416.429.318 67,77%
Total 45.573.105.000
43.337.695.024 95,09%
Kegiatan yang dilakukan adalah Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK), Pelatihan
Ketrampilan (baik di LBK maupun di luar LBK), Praktek Belajar Kerja (PBK), deteksi dini,
RBM, pemberian Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Pemberian Alat Bantu Penyandang
Disabilitas, kampanye sosial, pendampingan ASPDB. Verifikasi Calon Penerima Manfaat,
Monitoring Penerima Manfaat Kegiatan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Gerakan
Stop Pemasungan (GSP) 2018 / Kedaruratan, Administrasi Kegiatan, Unit Informasi dan
Layanan Sosial (UILS); Literasi Khusus bagi Penyandang Disabilitas Netra, Rumah Singgah,
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Penyandang Disabilitas
Beberapa provinsi sudah memiliki Perda mengenai penyandang disabilitas, seperti : DIY,
Jateng, Lampung, Bali, kalbar, Jabar, Aceh, juga di Kota Sukoharjo dan Kota Malang. Dari
hasil laporan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dapat diketahui adanya terjadi kerja sama
Laporan Kinerja RSPD -2018
52
potensi lembaga Kesos yang banyak memfasilitasi PD, misalnya bunga Bali, Puspadi-
yayasan eks Yakkum (sudah memberikan kursi roda yang adaptif). Di samping itu juga
adanya keterlibatan dari penyandang disabilitas sendiri dalam penangan RBM.
E. ANALISA TERHADAP CAPAIAN KINERJA REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
Berdasarkan target yang telah ditetapkan yang tercantum dalam perjanjian kinerja,
maka target dapat terpenuhi sebanyak 100%, yaitu terlaksananya pemberian
30.866 penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
Dengan realisasi keuangan total Pusat, UPT dan Dekonsentrasi sebesar 98,18%.
Sedangkan berdasarkan target dalam renstra, baru mencapai 136.244 penyandang
disabilitas dari total 206.068 Penyandang diabilitas yang menjadi target renstra, yang berarti
bahwa pencapaiannya adalah 66,12% di tahun ke-3 periode renstra 2015-2019. Sehingga
target 33,88% berikutnya harus dicapai dalam dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2018 dan
2019.
Dalam hal ini, keberfungsian sosial artinya memiliki kemampuan dalam 4 (empat) aspek:
(1) mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari;
(2) mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapi;
(3) mampu menampilkan peranan dalam lingkungan sosialnya; dan
(4) mampu mengembangkan (mengaktualisasikan) diri atau
OUTCOME : Pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas yang diselenggarakan di
dalam panti maupun di luar panti, diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat
kesejahteraan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas yang telah dilatih di panti
sosial secara signifikan telah mengalami perubahan dalam hal peningkatan kemampuan
kemampuan motorik, berinteraksi sosial, dan peningkatan keterampilan dalam bidang usaha.
Outcome sasaran strategis ke dua ini adalah penyandang disabilitas yang telah
meningkat kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan keberfungsian sosialnya.
Meskipun demikian outcome tersebut belum disertai dengan impact yang diharapkan, yaitu
meningkatnya perawatan dari keluarga dan kesejahteraan penyandang disabilitas. Penelitian
dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI, yang
dilakukan menyatakan bahwa hasil penelitian, hak penyandang disabilitas sudah dipenuhi
keluarga, namun belum melibatkan instansi lain di luar sektor sosial. Seperti halnya dengan
kebutuhan layanan fisioterapi yang belum terstandar sesuai dengan profesi (perawat,
fisioterapi).
Laporan Kinerja RSPD -2018
53
Pencapaian rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di luar panti yaitu sebanyak 16.331
orang, yang diberikan pelayanan melalui pemberian UEP, Penjangkauan UPT, pemberian
alat bantu, UPSK, LBK maupun dengan melalui layanan kedaruratan. Dari hasil pelayanan
rehabilitasi sosial yang diberikan, dapat diketahui bahwa masih sebagian kecil yang mampu
bekerja. Dari 1.570 orang penyandang disabilitas yang dilayani selama setahun di dalam panti
sosial, terdapat 945 orang penyandang disabilitas yang sudah dapat bekerja di perusahaan,
yaitu sebesar 20% dari total yang dilayani di panti. Kegiatan rehabilitasi sosial diarahkan
mampu mengantarkan penyandang disabilitas ke dunia kerja sehingga memperolah
penghasilan dan hidup layak, memiliki sumber penghidupan dan mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar di masyarakat.
Outcome terpenuhinya kebutuhan dasar dan hak dasar, dengan indikator :
a. Berat badan Penyandang Disabilitas sebelum dan setelah rehabilitasi
b. Kebersihan penampilan fisik PMKS sebelum dan setelah rehabilitasi
c. Kesehatan jasmani sebelum dan sesudah direhabilitasi
d. Penyandang Disabilitas yang mampu melakukan aktivitas pokok perawatan diri seperti
makan, minum, mandi, berpakaian, berpindah tempat, ke toilet, dan mencuci tanpa atau
dengan hanya sedikit bantuan orang lain.
e. Penyandang Disabilitas yang memperoleh Akta Lahir, KTP, surat nikah dan KK sebagai
hasil dari pendampingan.
Meningkatnya keberfungsian sosial Penyandang Disabilitas , yang ditunjukan dengan
kemampuan interaksi dengan lingkungannya dan kemampuan melakukan peran sosial
sesuai dengan status sosialnya. Pencapaian Outcome jika dapat memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut :
a. Meningkatnya Kemampuan keterampilan sesudah di rehabilitasi
b. Meningkatnya Kemampuan sosial sesudah di rehabilitasi
c. Meningkatnya Kemampuan usaha setelah di rehabilitasi
d. Dapat diterima atau disalurkan ke tempat kerja
Indikator :
Meningkatnya kemampuan penyandang Disabilitas dalam memenuhi kebutuhan dasar
melalui Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas sebanyak 30.940 orang Penyandang
Disabilitas baik di dalam panti maupun di luar panti.
Sebanyak 1.590 orang penyandang Disabilitas telah mengikuti rehabilitasi sosial melalui
sistem pelayanan dalam panti
Keberhasilan pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas dapat dilihat dari segi:
Laporan Kinerja RSPD -2018
54
1. Penyandang disabilitas sudah mempunyai kemauan dan kemampuan dalam memotivasi
diri. Bagi mereka penyandang disabilitas yang sudah dilatih mampu memahami dan
menguasai suatu ketrampilan kerja tertentu yang dapat digunakan sebagai bekal untuk
mendapat peghasilan yang dapat menghidupi diri sendiri, atau bersama degan keluarga.
Penyandang disabilitas dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial secara wajar dalam
lingkungan kemasyarakatan.
2. Semakin banyaknya keterlibatan instansi lain maupun dunia usaha dalam pelayanan
terhadap penyandang disabilitas. Masyarakat dapat menerima dan memberikan
kesempatan kerja / usaha dan mengusahakan lapangan pekerjaan secara layak kepada
penyandang disabilitas.
3. Bagi masyarakat sendiri, dapat memahami dan menghayati bahwa permasalahan
penyandang disabilitas bukanmerupakan tanggung jawab pemerintah saja tetapi,
merupakan permasalahan yang menjadi tanggung jawab bersama.Masyarakat
memberikan kesempatan secara terbuka kepada penyandang disabilitas untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan di masyarakat, baik dalam kegiatan sosial,
keagamaan, maupun kegiatan lainnya.
F. ANALISA EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBERDAYA
Secara umum pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang disabilitas baik UPT maupun melalui kegiatan dekonsentrasi berjalan baik, tidak
menemui kendala yang berarti untuk kegiatan regular. Dengan Pencapaian target kinerja
capaian output 100% dan realisasi keuangan sebesar 96,48 % maka dapat dikatakan
penggunaan anggaran cukup efektif dan efisien, didukung dengan sumber daya manusia dan
sarana prasaran yang memadai.
Adapun realisasi anggaran secara total adalah sebesar 96,48%. Anggaran yang
bersisa berasal dari sisa pagu yang tidak teralisasi semuanya, disebabkan jumlah realisasi
lebih kecil dari pada yang dianggarkan. Namun demikian target tetap terlaksana. Hal ini berarti
telah terjadi efisiensi terhadap anggaran belanja negara. Realisasi keuangan secara
keseluruhan menunjukan 96,48 %.
Meningkatnya keberfungsian social, dalam arti memiliki kemampuan dalam
(1) memenuhi kebutuhan sehari-hari;
(2) mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapi;
(3) mampu menampilkan peranan dalam lingkungan sosialnya; dan
(4) mampu mengembangkan (mengaktualisasikan) diri.
Laporan Kinerja RSPD -2018
55
G. ANALISA PROGRAM KEGIATAN YANG MENUNJANG KEBERHASILAN ATAU
KEGAGALAN PENCAPAIAN PERNYATAAN KINERJA
Berdasarkan capaian kinerja sebagaimana dikemukakan terlihat bahwa semua target
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental Tahun 2018 tercapai. Namun
demikian, dalam beberapa aspek perlu peningkatan lebih lanjut dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan ataupun penghambat dan
pendukung dalam keberhasilan program kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas tahun 2018 diantaranya sebagai berikut :
1. Faktor penghambat
Secara umum pencapaian target berhasil baik, Namun demikian, untuk meningkatkan
jangkauan dan pelayanan permasalahan yang ditemui adalah keterbatasan data yang akurat
dari masing-masing provinsi. Dari Populasi penyandang disabilitas yang besarnya mencapai
6.008.640 jiwa belum diketahui secara pasti pemetaan by name by address. Sementara itu
layanan rehabilitasi sosial masih menemui kendala keterbatasan jangkauan pelayanan.
Jangkauan pelayanan yang sangat terbatas karena sasaran pelayanan tersebar sampai ke
desa terpencil, yang belum tentu terdata. Target penyandang disabilitas yang dilayani hanya
sebagian kecil dibandingkan dengan total populasi penyandang disabilitas.
Belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap penyandang disabilitas
berkaitan dengan SDM pelaksana dan pengelolaan rehsos. Ketidaktepatan formasi dan peta
jabatan pada satker daerah. Hal ini berpengaruh kepada pelayanan rehabilitas sosial bagi
penyandang disabilitas. Belum memadainya standar pedoman pelayanan kesejahteraan
sosial bagi penyandang disabilitas baik yang dilakukan melalui pelayanan dalam panti
maupun luar panti, dan jenis pelayanan pengembangan lainnya di masyarakat. Belum
optimalnya pendampingan, pemantauan, dan pelaporan reahabilitasi sosial bagi penyandang
disabilitas, terutama untuk kegiatan yang berada di daerah karena keterbatasan anggaran.
Instansi sosial milik pemerintah daerah, yang diharapkan dapat membantu dalam proses
tersebut belum dapat memberikan dukungan yang optimal.
Dunia usaha dan masyarakat belum dapat menerima sepenuhnya penyandang disabilitas
untuk ikut terlibat, baik dalam dunia kerja maupun dalam aspek kemasyarakatan lainnya
meskipun beberapa diantaranya sudah mulai menjalin kerja sama dengan kemensos.
Kendala lain yang ditemui adalah aksesibilitas yang minim bagi penyandang disabilitas.
Undang-undang yang ada perlu diperkuat dengan adanya peraturan yang mengikat sampai
ke tingkat daerah provinsi, kab/ kota. Masih rendahnya komitmen pemerintah daerah dalam
upaya penanganan penyandang disabilitas ditandai dengan masih minimnya sharing budget
Laporan Kinerja RSPD -2018
56
dari pemerintah derah untuk penanganan masalah disabilitas, hanya sebagian kecil yang
sudah memiliki inisiatif untuk merespon masalah aktual bidang disabilitas.
Kendala dalam hal pemberian bantuan berkaitan dengan persyaratan dimana biasanya
kurang rekomendasi dari dinsos setempat, dan tidak menyertakan Rincian Anggaran Biaya.
Persyaratan yang tidak lengkap menyebabkan terhambatnya pemberian bansos. Dari segi
pelaporan / monitoring berkaitan dengan telambatnya pelaporan dari penerima bantuan atau
tidak termonitor dan tidak adanya pengendalian. Solusi : direktorat RSPD telah
mengalokasikan kegiatan baik untuk keperluan monitoring maupun verifikasi calon penerima
manfaat melalui kegiatan dekonsentrasi.
2. Faktor pendukung
Berbagai faktor pendukung berhasilnya pelaksanaan kegiatan Direktorat Rehabilitasi
Sosial Penyandang Disabilitasdiantaranya, adanya komitmen yang tinggi dari Kementerian
Sosial khususnya Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitasdan seluruh
stakeholder dari unsur instansi terkait teknis, Perguruan Tinggi, Lembaga/Orsos, Dunia
usaha dan unsur masyarakat dalam melindungi dan mewujudkan pemenuhan hak-hak
penyandang disabilitas di bidang tugasnya masing-masing.Konsekuensinya adalah
pendekatan ini memerlukan terobosan-terobosan program yang berkaitan dengan
penanganan permasallahan disabilitas dari instansi terkait melalui kegiatan yang dapat
mendorong dan mempercepat pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dalam berbagai
aspek kehidupan. Adanya dukungan, kerjasama dan koordinasi yang baik diantara unsur
masyarakat, dunia usaha, Perguruan Tinggi, LSM /Yayasan /Orsos/ Instansi pemerintah
terkait, baik di pusat maupun daerah dalam pelaksanaan tercapainya pemenuhan hak-hak
penyandang disabilitas.
Di samping itu Indonesia telah memiliki perangkat hukum yang memadai dalam
rangka melindungi hak-hak Penyandang Disabilitasseperti Undang-undang No 19 Tahun
2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities
(Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) dan Undang-undang Disabilitas No.
8 tahun 2018, tentang penyandang disabilitas, yang mengandung makna memajukan,
melindungi, dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua
penyandang disabilitas, serta penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas
sebagai bagian yang tidak teisahkan (inherent dignity). Seluruh kegiatan yang mencakup
isu disabilitas mengacu dan berlandaskan pada regulasi tersebut agar dapat terwujud
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
57
BAB IV
P E N U T U P 1. Kesimpulan
Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum dapat memenuhi target dan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan walau dalam pelaksanaannya ada
hambatan-hambatan terutama dalam pelaksanaan dana bantuan sosial. Capaian Kinerja
pada tahun 2018 dapat dikatakan sangat baik, dalam hal pencapaian keuangan maupun
realisasi capaian target. Dimana dengan realisasi keuangan mencapai 96,48 % dan
realisasi fisik sebesar 104,2 %.
a. Hasil capaian kinerja secara total menunjukkan capaian kinerja melebihi target yaitu,
dari jumlah target total sebesar 32.474 Penyandang disabilitas yang dilayani, dan
realiasi sejumlah 33.843 orang. Capaian target kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas tahun 2018 secara keseluruhan adalah sebesar 104,2%.
Program kegiatan merupakan dasar yang dapat dijadikan acuan untuk selanjutnya.
b. Pencapaian kinerja, selain dilakukan secara kuantitatif dapat pula dilakukan dengan
penilaian secara kualitatif dengan pemilahan capaian rehabilitasi sosial berdasarkan
ragam disabilitas dengan kualifikasi sebagai berikut :
1) Disabilitas Fisik
a) Menerapkan ketrampilan teknis
b) Bekerja di rumah / keluarga
c) Bekerja dengan orang lain
d) Bekerja pada Sektor formal
2) Disabilitas Mental
a) Activity daily living
b) mampu mengelola / manajemen gejala
c) Munculnya kesadaran minum obat (patuh)
d) Bersosialisasi (meningkatnya kemampuan sosial)
e) (Tidak tergantung pada orang lain)
f) Orientasi mobilitas
g) Menerapkan ketrampilan teknis
h) Bekerja di rumah / keluarga
i) Bekerja dengan orang lain
j) Bekerja pada Sektor formal
3) Disabilitas Sensorik - Netra
a) Menerapkan ketrampilan teknis
b) Bekerja di rumah / keluarga
Laporan Kinerja RSPD -2018
58
c) Bekerja dengan orang lain
d) Bekerja pada Sektor formal
e) Berwi-rausaha (self employment)
4) Disabilitas Sensorik – Rungu/Wicara
a) Orientasi Mobilitas
b) Menerapkan ketrampilan teknis
c) Bekerja di rumah / keluarga
d) Bekerja dengan orang lain
e) Bekerja pada Sektor formal
5) Disabilitas Intelektual
a) Activity daily living (tahun berjalan)
b) Socialization / Kemampuan sosial (tahun berjalan)
c) (Tidak tergantung pada orang lain)
d) Orientasi mobilitas (tahun berjalan)
e) Menerapkan ketrampilan teknis (di atas 1 tahun)
f) Bekerja di rumah / keluarga (di atas 1 tahun / setelah keluar panti)
g) Bekerja dengan orang lain
h) Bekerja pada Sektor formal
Adapun permasalahan yang ditemui berkaitan dengan penanganan disabilitas
sangatlah kompleks sehingga dalam penanganannya memerlukan penanganan terpadu
yang bersifat multidisipliner dan multisektoral dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan
beragamnya permasalahan terkait dengan penyandnag disabilitas. Disadari sepenuhnya
bahwa beban permasalahan penyandang disabilitas tidak mungkin dapat diatasi sendiri
oleh pemerintah dan hal ini merupakan tanggung jawab sosial segenap lapisan masyarakat.
Oleh karena itu masalah disabilitas merupakan cross cutting issues yang perlu
mendapatkan penanganan secara komprehensif. Permasalahan penyandang disabilitas
memang masih dihadapkan dalam berbagai kendala yaitu (1) dari sisi masyarakat pada
umumnya masih terjadi pemahaman yang salah tentang potensi penyandang disabilitas
sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan sama sekali sehingga cenderung akan
menjadi beban dan perlu dikasihani, (2) dari sisi penyandang disabilitas itu sendiri harus
diakui bahwa ada diantara mereka yang menggunakan kondisi disabilitasnya untuk
memperoleh keuntungan pribadi dengan cara mengeksploitasi kekurangannya sehingga
menimbulkan rasa iba dan belas kasihan orang lain untuk kemudian meminta bantuan. Hal
ini tentu saja akan sangat merugikan para penyandang disabilitas itu sendiri maupun
penyandang disabilitas pada umumnya, (3) dari sisi pengusaha juga dirasakan masih
Laporan Kinerja RSPD -2018
59
kurangnya kepedulian mereka dalam menerima tenaga kerja penyandang disabilitas. (4)
kendala lain adalah masih terbatasnya penyediaan aksesibilitas umum bagi penyandang
disabilitas baik aksesibilitas fisik maupun non fisik, sehingga belum kondusif untuk membuat
penyandang disabilitas bisa mandiri.
Upaya pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas sebagaimana tertulis dalam
Undang-Undang No. 19 Tahun 2011, Undang-undang No.18 tahun 2014, dan UU No.8
tahun 2016 perlu terus untuk diadvoksi. Peraturan perundang-undangan dan kebijakan
teknis yang terkait dengan pemenuhan, penghormatan dan perlindungan hak-hak
penyandang disabilitas sudah ada dan sudah dilaksanakan sesuai bidang tugasnya
masing-masing, namun demikian belum maksimal dalam implementasinya, sehingga perlu
meningkatkan keselarasan dalam regulasi dengan kebijakan teknis tersebut. Hal ini
menjadi komitmen bagi bangsa Indonesia dalam melindungi hak-hak penyandang
disabilitas dan mengajak semua pihak menyadari serta memahami bagaimana menghargai,
melindungi serta memenuhi hak hak penyandang disabilitas, sebagaimana yang telah
diamanatkan oleh undang – undang dasar, yakni yang menjamin hak dan
kesempatan penyandang disabilitas terpenuhi, mulai dari hak hidup, kesejahteraan sosial,
aksesibilitas hingga bebas dari diskriminasi, penelantaran, penyiksaan dan eksploitasi.
2. Saran
a. Memberi masukan dan berkoordinasi dengan Pusdatin dalam melakukan pendataan lebih
spesifik disesuaikan dengan kebutuhanpengembangan program pelayanan bagi
penyandang disabilitas.
b. Program kegiatan yang sudah berjalan perlu terus dikembangkan dengan lebih
menekankan pada pemberdayaan dan penguatan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)
Penyandang Disabilitas dalam rangka pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
c. Peningkatan kualitas petugas dalam melaksanakan rehabilitas sosial penyandang
disabilitas perlu terus dilakukan secara intensif untuk menjawab tantangan
perkembangan isu disabilitas dan permasalahan penyandang disabilitas yang semakin
kompleks.
d. Dukungan dari berbagai pihak, baik strategi maupun keterlibatan dalam memecahkan
masalah secara bersama dengan melibatkan unsur pemerintah, masyarakat / organisai
sosial, dan dunia usaha.
e. Upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi terkait baik di
pusat, panti pusat maupun daerah agar dilakukan dengan lebih intensif, mengingat
berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya dapat dilakukan
dengan melibatkan segenap instansi pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, dan
Laporan Kinerja RSPD -2018
60
dunia usaha. Agar implementasi Sistem AKIP benar-benar efektif, perlu segera
direalisasikan sinergitas antara laporan kinerja dan laporan keuangan sebagai satu
kesatuan, sehingga realisasi anggaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan
berbanding lurus dengan output maupun out come kegiatan yang bersangkutan. Dengan
sinergitas tersebut, kinerja organisasi dari setiap lembaga pemerintah yang dibiayai oleh
APBN / APBD benar-benar terukur, bermanfaat dan akuntabel.
f. Mengupayakan keterlibatan dari instansi / kementerian / lembaga lain yang berkaitan
dengan permasalahan disabilitas. Sesuai dengan amanat Undang-undang, dimana
permasalahan ini merupakan permasalahan lintas sektor yang perlu ditangani secara
bersama-sama. Misalnya untuk mengakses layanan kesehatan, kependudukan, dan
pendidikan diperlukan kerja sama lintas sektor. Hal ini dapat berguna dalam
mengembangkan penyandang disabilitas, misalnya melalui pengembangan program
pelatihan dan penempatan tenaga kerja disabilitas.
Laporan Kinerja RSPD -2018
61
LAMPIRAN
Indikator Kinerja Utama Perjanjian Kinerja Rencana Kinerja Tahunan Rencana Aksi Pencapaian Kinerja
RENSTRA DIIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL
PENYANDANG DISABILITAS TAHUN
2015-2019
acer [Alamat email]
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
i
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
periode 2015-2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas pokok Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas untuk 5 (lima) tahun ke depan. Renstra
ini disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra
periode sebelumnya, analisa atas pendapat para pemangku kepentingan
(stakeholders) di tingkat pusat dan daerah, analisa terhadap dinamika perubahan
lingkungan strategis baik global maupun nasional. Selain itu, Renstra ini juga
disusun dengan berpedoman pada RPJMN 2015-2019 dan sekaligus dimaksudkan
untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran,
agenda dan misi dan visi pembangunan nasional Presiden Joko Widodo.
Mengingat hal tersebut, maka semua unit kerja, pimpinan dan staf di lingkungan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas harus melaksanakannya secara
akuntabel dan senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja (better
performance). Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra secara kredibel
untuk mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara, maka akan
dilakukan evaluasi setiap tahun. Apabila diperlukan dan dengan memperhatikan
kebutuhan dan perubahan lingkungan strategis, dapat dilakukan perubahan/revisi
muatan Renstra termasuk indikator-indikator kinerjanya. Revisi dilakukan sesuai
dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan.
Jakarta, Juli 2017 Direktur Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas,
Bambang Sugeng
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GRAFIK v
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
1.1 Kondisi Umum 5
1.2 Harapan Pengembangan Pelayanan, Perlindungan
dan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang
Disabilitas 10
2. Potensi dan Permasalahan 11
2.1 Potensi 11
2.2 Permasalahan 15
2.3 Isu-Isu Strategis 19
2.4 Tantangan 21
2.5 Peluang 22
2.6 Kekuatan 23
2.7 Kelemahan 24
2.8 Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan 25
2.9 Landasan Hukum 27
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN DIREKTORAT JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL 29
1. Visi 30
2. Misi 31
3. Tujuan 31
4. Sasaran Strategis 31
5. Indikator Kinerja Utama (IKU) 32
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
iii
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN DIREKTORAT JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL 33
1. Arah Kebijakan Umum, Norma dan Sasaran Pokok
Pembangunan Nasional 2015-2019 33
2. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Rehabilitasi Sosial
Berdasarkan Agenda Pembangunan Nasional 35
3. Kerangka Regulasi 48
4. Kerangka Kelembagaan 49
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 59
1. Target Kinerja 59
2. Kerangka Pendanaan 61
BAB V PENUTUP 62
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
iv
DAFTAR TABEL Judul Tabel Halaman
Tabel 1 Potensi dan Permasalahan dalam konsep SWOT 25
Tabel 2 Analisis Kondisi Yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan 27
Tabel 3 Target kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun 2015-2019
32
Tabel 4 Baseline dan Sasaran Pembangunan dalam RPJMN 2015-2019
34
Tabel 5 Kebutuhan regulasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial Tahun 2015-2019 Kementerian Sosial
50
Tabel 6 Hubungan antar indikator kinerja Ditjen Rehabilitasi Sosial 2015-2019
55
Tabel 7 Tujuan, sasaran strategis, dan indikator kinerja utama Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 2015-2019
59
Tabel 8 Angka Target kinerja Kementerian Sosial tahun 2015-2019 60
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
v
DAFTAR GRAFIK Judul Halaman
Grafik 1 Sebaran dan Jumlah Pegawai di masing-masing dari 38 UPT Kemensos RI dibawah Manajemen Ditjen Rehabsos
12
Grafik 2
SOTK Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
52
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan kesejahteraan sosial dengan paradigma keadilan sosial dan
hak asasi manusia bertanggungjawab untuk membangun kehidupan yang lebih
baik dari orang-orang yang kurang beruntung atau terpinggirkan dalam
pembangunan, selain itu juga bertanggungjawab untuk melakukan pencegahan
agar orang-orang yang rentan tidak berkembang menjadi penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS), serta mengembangkan berbagai potensi
masyarakat maupun pemerintah yang dapat didayagunakan didalam menangani
para penyandang masalah kesejahteraan sosial. Esensinya adalah bahwa
pembangunan kesejahteraan sosial tidak semata-mata responsif terhadap
masalah kesejahteraan sosial yang sedang terjadi, melainkan juga antisipatif
terhadap berbagai kemungkinan perkembangan masalah kesejahteraan sosial.
Salah satu bidang pembangunan kesejahteraan sosial yang penting sesuai
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 dan merupakan salah satu tugas pokok
Kementerian Sosial adalah memberikan pelayanan dalam rangka rehabilitasi
sosial dan juga perlindungan sosial terhadap para PMKS. Rehabilitasi sosial
dilaksanakan melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Ditjen Rehsos) yang
kedudukan, tugas dan fungsinya diatur dengan Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Sosial, yaitu menyelenggarakan, memfasilitasi dan mengendalikan rehabilitasi
sosial kepada para penyandang masalah keterlantaran, kedisabilitasan dan
ketunaan sosial. Ditjen Rehsos bertanggung jawab untuk memfasilitasi
peningkatkan kesejahteraan penyandang masalah-masalah tersebut serta
memberikan perlindungan sosial agar mereka dapat berfungsi sosial dan menjadi
modal pembangunan.
Perkembangan paradigma mengenai hak asasi manusia, seiring
berkembangnya masalah-masalah sosial sebagai akibat terjadinya berbagai
perubahan sosial, krisis, konflik sosial, bencana dan gejala disintegrasi sosial
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
2
menyebabkan telah meningkatnya kuantitas maupun kualitas penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS) termasuk penyandang disabilitas.
Perubahan yang terjadi dewasa ini mengakibatkan jenis dan kompleksitas
masalah penyandang disabilitas telah berkembang secara spesifik sesuai dengan
ragamnya yaitu penyandang disabilitas tubuh, penyandang disabilitas rungu
wicara, penyandang disabilitias netra, penyandang disabilitas mental,
penyandang disabilitas intelektual, dan penyandang disabilitas ganda.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial, negara berkewajiban untuk menangani dan mewujudkan kehidupan yang
layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas kebutuhan dasar warga
negara termasuk di dalamnya penyandang disabilitas. Untuk mencapai
kesejahteraan sosial, negara patut menyelenggarakan pelayanan dan
pengembangan kesejahteraan sosial secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan.
Isu disabilitas sebagai salah satu tantangan utama pembangunan dalam
percepatan pemerataan dan keadilan. Hal ini tertuang dalam Buku I Rencana
Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019, yang menjelaskan
bahwa,”Perluasan kesempatan kerja dan usaha yang baik perlu diciptakan untuk
mendukung penduduk kurang mampu dan pekerja rentan termasuk penyandang
disabilitas ........” (hal. 2-12)
Rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dalam percepatan pemerataan dan
keadilan, telah ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial c.q
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dalam bentuk afirmatf action
yang diarahkan pada 3 (tiga) komponen, yaitu: Penyandang Disabilitas, Keluarga,
dan Masyarakat. Melalui tiga komponen tersebut diharapkan tidak ada lagi bentuk
diskriminasi terhadap penyandang disabilitas serta menumbuhkan rasa percaya
diri yang didukung adanya persepsi positif dari para pihak dan lingkungan
terdekat dalam rangka mewujudkan keberfungsian sosial penyandang disabilitas
di masyarakat.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
3
Tantangan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas ke depan dihadapkan
pada masih banyaknya penyandang disabilitas yang saat ini masih belum
terjangkau, terbatasnya sarana dan kualitas pelayanan serta terjadinya
perubahan sosial yang sangat cepat yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
permasalahan. Di samping itu pada era otonomi daerah, banyak daerah belum
memainkan peran yang optimal dalam memberikan pelayanan, perlindungan dan
rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas.
Untuk mengantisipasi perkembangan masalah tersebut, para pelaku
pembangunan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas perlu
mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki serta memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang akan mendukung peningkatan pelayanan.
Harapan tersebut perlu direspon dengan perencanaan pembangunan yang lebih
sitematis. Untuk itu rencana strategis (renstra) pembangunan kesejahteraan
sosial dalam bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas perlu dirumuskan
dengan mengacu kepada masalah sosial yang ada dan kecenderungan masalah
sosial di masa yang akan datang.
Perencanaan strategis, mengacu pada UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan
tahunan. Perencanaan jangka panjang dirumuskan dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 dan
perencanaan jangka pendek dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Sementara itu, perencanaan jangka menengah dituangkan dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) yang Tahap I tahun 2004-
2009, Tahap II tahun 2010-2014, yang telah ditetapkan dan dilaksanakan,
selanjutnya RPJMN Tahap III tahun 2015-2019 yang ditetapkan sesuai dengan
visi misi program prioritas Presiden terpilih untuk periode pemerintahan 2015-
2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019). RPJMN
Tahap III selanjutnya dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah
kementerian/lembaga atau Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga,
Salah satunya adalah Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
4
Penyusunan rencana strategis ini merupakan pedoman bagi Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas terutama untuk lima tahun ke depan.
Rencana Strategis ini diperlukan untuk memperjelas arah yang ingin dicapai
dengan cara yang efektif dan efisien, berdasarkan skala prioritas, dan dengan
memperhatikan konsekuensi masa depan. Rencana strategis ini juga dapat
menjadi landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan keputusan,
menggunakan keleluasaan yang maksimum terhadap bidang-bidang yang berada
di bawah kontrol organisasi, memecahkan masalah utama organisasi,
memperbaiki kinerja organisasi, menangani keadaan yang berubah dengan cepat
secara efektif, serta membangun kerja kelompok dan keahlian. Rencana strategis
tersebut disusun dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik berbasiskan
kinerja dan akuntabilitas.
Penyusunan Renstra mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN). Oleh karena itu Rencana Startegis tersebut akan memuat visi,
misi, tujuan, strategi, sasaran utama, kebijakan, dan program-program
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dan hasilnya dapat
diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Program-program yang terukur
tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintahan Jangka Pendek (1
tahun), dan dijabarkan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Agenda pembangunan bidang rehabilitasi sosial untuk periode Tahun 2015-
2019 dituangkan dalam Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari RPJMN Tahun
2015-2019 dan Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial serta Renstra
Kementerian Sosial Tahun 2015-2019. Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas memuat substansi pengembangan sistem rehabilitasi dan
perlindungan sosial, komprehensif, berkesinambungan dan merupakan
perpaduan sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta
antarsektoral yang dituangkan dalam penjelasan tentang kondisi umum, potensi
dan permasalahan, visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan
strategi, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, target kinerja (sasaran
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
5
strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan) serta kerangka pendanaan
pembangunan bidang perlindungan sosial.
1.1. Kondisi Umum
Selama periode Renstra 2010-2014, penyelenggaraan kesejahteraan sosial
telah mengalami perubahan paradigma penting dan mendasar, dari charity ke
berbasis hak, dari kasuistik/parsial ke inklusi, dari single issue ke crosscutting
issues, dari institusional based mengarah ke community/family based, serta dari
residual care ke holistic care. Namun demikian di beberapa capaian
program/kegiatan, pelayanan yang diberikan masih bersifat target khusus atau
parsial yang diarahkan pada program-program prioritas nasional, bidang dan
kementerian. Hal tersebut dikarenakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial
masih terpusat pada pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintahan daerah maupun masyarakat.
Data populasi Penyandang Disabilitas berdasarkan SUSENAS 2012 adalah
sebesar 6.008.600 jiwa. Mengingat Rencana Strategis Ditjen Rehabilitasi Sosial
2015-2019 tidak dapat dipisahkan dengan capaian hasil kinerja pada periode
2010-2014, maka dapat digambarkan tentang capaian program/kegiatan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas tahun 2010 – tahun 2014
adalah 231.725 jiwa. Capaian program/kegiatan tersebut diharapkan
memberikan berkontribusi dalam penurunan angka kemiskinan dan kerentanan
serta kesenjangan selama tahun 2010 -2014.
Selama tiga dasawarsa terakhir, telah terjadi pergeseran landasan filosofis
serta sosiologis yang mempengaruhi kondisi yuridis praktek penanganan
disabilitas di berbagai belahan dunia. Sebelumnya disabilitas dianggap sebagai
persoalan medis atau dikenal dengan medical model yang menyebabkan secara
sosiologis penanganannya dianggap sebagai tanggung jawab bidang medis.
Pendekatan yang dilakukan lebih diarahkan pada upaya pemberian pertolongan
dan atau rehabilitasi medis melalui farmakologi atau terapi fisik. Pendekatan ini
memandang bahwa disabilitas lebih merupakan persoalan individu atau kelompok
penyandang disabilitas (groups of persons with disabilities) dan proses
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
6
rehabilitasi dilakukan secara terinstitusi melalui lembaga medis seperti rumah
sakit atau klinik rehabilitasi.
Pendekatan ini dipandang memiliki kelemahan karena tidak memberikan
peluang yang cukup bagi penyandang disabilitas untuk memiliki kesiapan dalam
menghadapi kehidupan sosial dan kemasyarakatan dengan kondisi disabilitas
yang dialami. Sebaliknya keluarga, masyarakat, serta lingkungan tidak memiliki
cukup kesiapan untuk memahami, menerima dan membuka kesempatan kepada
penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas cenderung mengalami
keterasingan dalam kedisabilitasnnya dan mengalami hambatan-hambatan sosial
untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Kondisi ini telah merubah
pendekatan penanganan disabilitas dari medical model menuju social model,
dimana disabilitas tidak lagi dipandang sebagai persoalan medis tetapi menjadi
persoalan sosial yang memerlukan perhatian dan penanganan bersama
khususnya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.
Model sosial memandang bahwa disabilitas merupakan persoalan ketika
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama
berinteraksi dengan berbagai hambatan yang dapat menyulitkan partisipasi
penuh dan efektif dalam masyarakat atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya.
Hal ini menegaskan bahwa disabilitas tidak hanya persoalan individu tertapi
menjadi persoalan sosial apabila menyebabkan penyandang disabilitas
mengalami hambatan untuk berpartisipasi secara setara dengan orang lain.
Pemahaman medical model secara tidak langsung juga menyebabkan
pandangan masyarakat terhadap isu disabilitas terbatas sebagai sebuah
perbuatan amal atau charity yang didasarkan pada belas kasihan dan tidak
mengandung unsur pengembangan atau pemberdayaan. Sejalan dengan
berkembangnya pendekatan model sosial, penanganan disabilitas telah
berkembang pada isu pemenuhan hak (rights) dimana upaya yang dilakukan
tidak hanya merupakan bantuan dan pertolongan medis serta amal tetapi
merupakan hal yang wajib dilakukan dalam kerangka pemenuhan hak
penyandang disabiltas secara setara dengan orang lain, tidak saja dalam konteks
rehabilitasi dan perlindungan atas kebutuhan sebagai individu atau kelompok
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
7
disabilitas tetapi dalam konteks pengembangan kemampuan dan pemberdayaan
(empowerment) penyandang disabilitas, keluarga, dan masyarakat.
Pengembangan kemampuan dan pemberdayaan ini adalah bagian dari upaya
habilitasi (habilitation) yang merupakan proses penanganan yang komprehensif
yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan perkembangan penyandang
disabilitas melalui berbagai program yang dirancang untuk meningkatkan
kesehatan, kesejahteraan dan pencapaian potensi fisik, sosial, psikologis, serta
vokasional secara optimal melalui aktifitas yang bermanfaat dan produktif.
Pelayanan habilitasi dirancang untuk mengembangkan, memelihara dan atau
memaksimalkan kemandirian dan keberfungsian penyandang disabiltas dalam hal
perawatan diri, pertumbuhan fisik, perkembangan emosi, sosialisasi, kemampuan
komunikasi, dan keterampilan sosial.
Pelayanan habilitasi dapat meliputi: (a) pengembangan perilaku sosial dan
keterampilan interpersonal dan pengurangan perilaku-perilaku yang
maladaptive; (b) pengembangan kognitif termasuk keterampilan penanganan
situasi darurat, pengetahuan tentang waktu, cara pengaturan dan penggunaan
uang, pengenalan jalan dan rambu-rambu, kemampuan pemecahan masalah,
dan lain-lain; (c) penggunaan waktu luang dan rekreasi; (d) orientasi masyarakat
dan latihan melakukan mobilitas serta perjalanan; (e) pengembangan
kemampuan komunikasi; (f) pengembangan keterampilan merias dan
menampilkan diri secara pantas, berpakaian, serta perilaku perawatan diri seperti
membersihkan diri, makan, bercukur (ADL), keterampilan menjaga kesehatan
diri, pencegahan dan pemeliharaan kebutuhan; (g) keterampilan dalam
menentukan sikap dan melakukan advokasi diri (self advocacy) terkait hak
kewarganegaraan, hukum, dan kebutuhan sosial.
Upaya pengembangan dan pemberdayaan penyandang disabiltias
mengandung konsekuensi bahwa saat ini diperlukan pemberian kesempatan
kepada keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi secara luas dalam berbagai
penanganan isu disabilitas, dengan disertai upaya pengembangan fungsi-fungsi
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Lembaga Kesejahteraan Sosial bidang disabilitas
di masyarakat.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
8
Upaya pemberdayaan penyandang disabilitas tidak dapat dilakukan hanya
oleh satu sektor dalam hal ini Kementerian Sosial melalui pelaksanaan tugas dan
fungsi Direktorat, tetapi harus melibatkan semua pihak terkait dan masyarakat
(inklusif). Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa persoalan disabilitas
merupakan persoalan yang beririsan (cross cutting issues) yang memerlukan
penangan bersama secara lintas sektor dan lintas program. Dalam hal ini
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas telah membuka koordinasi
dan kerjasama dengan Kementerian dan Lembaga lain yang memiliki tugas dan
fungsi yang beririsan dalam upaya-upaya pemenuhan hak penyandang
disabilitas. Segala upaya penanganan disabilitas saat ini diarahkan pada upaya
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dengan pelibatan penyandang
disabilitas dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat menuju inklusifitas
disabilitas (disability inclusion) dalam keseluruhan proses pembangunan di
Indonesia menuju masyarakat inklusi (community inclusion).
Istilah penyandang disabilitas mempunyai arti yang bernuansa negatif
sehingga mempunyai dampak yang sangat luas pada penyandang disabilitas
sendiri, terutama dalam kaitannya dengan kebijakan publik yang sering
memposisikan penyandang disablitas sebagai objek dan tidak menjadi prioritas.
Istilah “penyandang disabilitas” dalam perspektif bahasa Indonesia mempunyai
makna yang berkonotasi negatif sebagai objek yang ’rusak’ dan tidak terpakai
dan tidak sejalan dengan prinsip utama hak asasi manusia, yakni kesamaan
harkat dan martabat semua manusia, dan sekaligus bertentangan dengan nilai-
nilai luhur bangsa kita yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan hal tersebut, istilah “penyandang disabilitas” perlu diganti dengan
istilah baru yang mengandung nilai filosofis yang lebih konstruktif dan sesuai
dengan prinsip hak asasi manusia yaitu ”penyandang disabilitas’” yang sudah
mulai digunakan secara resmi pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012
tentang Pengesahan Ratifikasi Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas.
Perubahan dari minimalnya pengaturan tanggung jawab negara terhadap
perlindungan penyandang disabilitas menjadi pemaksimalan pengaturan
tanggung jawab negara di segala bidang sesuai dengan cara pandang hak asasi
manusia. Perlindungan diberikan sebagai bukti terpenuhinya kewajiban negara
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
9
dalam hal ini pemerintah, kepada rakyatnya, di mana pemerintah mempunyai
kewajiban yang mutlak untuk memberikan perlindungan hak asasi penyandang
disabilitas dengan cara memberikan hak dan kesempatan yang sama dengan
orang-orang lain dalam semua bidang.
Perlindungan dan pemenuhan HAM kelompok penyandang disabilitas
merupakan tanggung jawab negara. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Secara moral dan hukum masyarakat
juga mempunyai tanggung jawab untuk menghormati HAM sesama anggota
masyarakat lainnya, sebagaimana juga ditegaskan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
10
1.2. Harapan pengembangan pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi
sosial bagi Penyandang Disabilitas
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelayanan
sosial juga mengalami perkembangan. Model-model pelayanan berkembang cepat
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelayanan sosial
yang selama ini hanya ditujukan kepada pemulihan dan kuratif telah bergerak ke
arah pelayanan pengembangan. Pelayanan yang dahulunya sentralistik dan
terfokus pada satu sasaran pelayanan dalam panti telah berubah menjadi
pelayanan yang multi layanan (subsidi silang, family support, multi sasaran,
penjangkauan).
Perkembangan-perkembangan ini telah pula mempengaruhi paradigma
pelayanan sosial yang semula ditujukan kepada pemulihan dan rehabilitasi bergeser
kepada paradigma perlindungan. Perkembangan ini sudah barang tentu karena
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk perkembangan
dan peningkatan kesadaran mengenai hak-hak penyandang disabilitas. Pada masa
yang akan datang, pelayanan sosial ditujukan untuk memenuhi hak agar setiap
penyandang disabilitas terlindungi, terlayani, dan terpulihkan guna mencapai taraf
kesejahteraan sosial yang setinggi-tingginya.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
11
2. Potensi dan Permasalahan
2.1. Potensi
2.1.1. Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial
Menurut PP No. 39 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan kesejahteraan
sosial, sumber daya manusia pekerjaan sosial adalah sumber daya manusia yang
melakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; baik langsung maupun tidak
langsung yang salah satunya meliputi rehabilitasi sosial, (Pasal 69 dan Pasal 72).
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesejahteraan Sosial adalah orang yang
memiliki kompetensi secara; pendidikan, pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman dengan nilai-nilai pekerjaan sosial yang melandasinya melakukan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam rangka perubahan, penguatan,
dan memfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar
dapat berperan dalam upayanya memenuhi kebutuhan dasar, berelasi sosial,
serta mengambil peran-peran sosial yang diharapkan oleh lingkungan sosial
mereka.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas pada tahun 2015
memiliki sejumlah 41 orang pegawai yang siap melaksanakan kegiatan. Pegawai
tersebut terdiri dari 8,89% golongan II; 60% golongan III dan 31% golongan
IV. Latar belakang pendidikan mereka adalah SLTA, Diploma III, Diploma IV/S1,
Magister/S2 dan Doktor/S3. Selain SDM yang ada di Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas, jumlah tersebut juga tersebar di 19 Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dengan jumlah 1.247 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 5,37%
golongan I, 22,61% golongan II, 63,35% golongan III, 6,66% golongan IV.
Untuk latar belakang pendidikannya adalah 4,89% SD; 4,73% SMP; 35,20%
SLTA, 0,40% D2; 9,30% D3; 6,98% D4; 32,64% S1, 5,85% S2.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
12
Di samping SDM dengan status PNS (aparatur) berdasarkan unit kerja,
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas juga memiliki SDM dengan
status relawan atau pendamping sosial berbasis masyarakat atau non aparatur
yang tersebar di berbagai daerah dengan lokus wilayah: provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan, antara lain Tim Reaksi Cepat
(TRC) dan Pendamping ASPDB sejumlah 1239 orang.
Grafik 1 Sebaran dan Jumlah Pegawai di masing-masing dari 38 UPT
Kemensos RI dibawah Manajemen Ditjen Rehabsos
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
13
2.1.2. Sumber Daya Lembaga Kesejahteraan Sosial
Sumber daya Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) sangat beragam,
dibentuk untuk mendukung pelaksanaan kegiatan teknis yang ada, diantaranya
adalah LKS yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan dan pencapaian
tujuan penyelenggaraan rehabilitasi Sosial penyandang disabilitas. Jumlah LKS
tersebut tersebar di beberapa Provinsi/Kabupaten/Kota sebanyak 448 LKS. LKS
tersebut melaksanakan tugas pokok dan fungsingya dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
LKS-LKS tersebut ada yang berbadan hukum, terdaftar dan yang bersifat
responsif dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan tertentu dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas. Kebijakan ke
depan terkait dengan LKS tersebut adalah memperkuat dengan mendorong
setiap LKS memiliki akreditasi sesuai dengan pelayanan yang ada dan
diharapkan selama 5 tahun.
2.1.3. Nilai-Nilai Sosial Masyarakat
Terciptanya kondisi sejahtera adalah hak dasar penduduk. Setiap orang
sebagaimana amanat konstitusional berhak mendapatkan penghidupan yang
sejahtera tanpa terkecuali atau social justice yang meliputi; material, spiritual
dan sosial. Untuk itu tugas pemerintah adalah memenuhi penghidupan
sejahtera yang merupakan amanat konstitusi warga negara guna menciptakan
kondisi yang memungkinkan masyarakat hidup sejahtera.
Terkait dengan hal tersebut penting juga untuk dilakukan upaya-upaya
dalam mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan
kepada penyandang disabilitas, masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah
yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara
drastis; menyediakan akses yang sama bagi penyandang disabilitas
terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi;
serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
14
Jika negara hadir dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
penyandang disabilitas melalui seperangkat instrumen kebijakan dan program
yang diambil. Masyarakat mempunyai seperangkat nilai-nilai sosial yang diyakini
dan memainkan peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan
berdasarkan perspektif kearifan lokal. Nilai-nilai sosial tersebut merupakan
keyakinan relatif yang memuat makna tertentu tentang baik dan buruk, benar
dan salah. Nilai-nilai sosial masyarakat yang dikontruksi Kementerian Sosial
berasal dari keyakinan relatif yang diyakini memiliki makna sama dalam
meningkatkan kesejahteraan. Kesetiakawanan sosial adalah wujud konsepsi
nilai-nilai sosial masyarakat yang luhur yang berkembang dari nilai-nilai
masyarakat yang berinteraksi dengan situasi dan lingkungan. Kegotong
royongan, saling menghormati, empati, rasa peduli dan keinginan untuk berbagi
merupakan sebagian dari nilai-nilai sosial yang mendasari konsepsi
kesetiakawanan sosial.
Kesetiakawanan sosial merupakan nilai sosial yang mendorong para pihak
terkait dan masyarakat untuk saling berbagi dalam upaya mengurangi
permasalahan sosial bangsa dalam rangka peningkatan kesejahteraan serta
pencegahan dampak lebih lanjut dari permasalahan disabilitas yang ada. Nilai-
nilai kesetiakawanan sosial membutuhkan contoh nyata dalam kehidupan
bermasyarakat yang tidak saja bersifat kedaerahan (kearifan lokal) tetapi juga
dalam lingkup nasional. Karena itu, kesetiakwanan sosial senantiasa disertakan
dengan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan untuk mempertegas
pemaknaan yang benar.
Dengan adanya nilai-nilai sosial masyarakat yang dikemas dalam
kesetiakawanan sosial, tidak hanya persoalan bangsa yang dapat diselesaikan
tetapi juga masalah kesejahteraan bangsa dan negara dapat diwujudkan.
Kedamaian, saling menghargai dan menghormati serta hidup dalam
keberagaman merupakan hasil yang diberikan dari penerapan nilai-nilai
tersebut. Karena itu, nilai-nilai sosial tersebut harus dapat di tingkatkan,
dikembangkan, dan diinternalisasikan dalam kehidupan masyarakat, bernegara,
dan berbangsa serta diimplementasikan dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
15
2.2 Permasalahan
Berdasarkan fakta dan hasil analisis, masih banyak permasalahan yang
dihadapi oleh Penyandang Disabilitas di Indonesia, yang tidak saja menyangkut
kedisabilitasannya saja, namun juga mempengaruhi berbagai aspek. Disabilitas
diartikan sebagai hilang/terganggunya fungsi fisik atau kondisi abnormal fungsi
struktur anatomi, psikologi, maupun fisiologi seseorang. Disabilitas telah
menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan atau gangguan terhadap
fungsi sosialnya sehingga mempengaruhi keleluasaan aktivitas fisik,
kepercayaan, dan harga diri dalam berhubungan dengan orang lain ataupun
dengan lingkungan. Kondisi seperti ini menyebabkan Penyandang Disabilitas
kurang mendapat kesempatan bergaul, bersekolah, bekerja dan bahkan kadang-
kadang menimbulkan perlakuan diskriminatif dari lingkungannya.
Sisi lain dari disabilitas adalah menyangkut pandangan sebagian orang
yang menganggap sebagai kutukan, sehingga mereka perlu disembunyikan oleh
keluarganya. Perlakuan seperti ini menyebabkan hak Penyandang Disabilitas
untuk dapat tumbuh dan berkembang serta aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi.
Masalah disabilitas seringkali menjadi semakin berat karena disertai dengan
masalah kemiskinan, ketelantaran, dan keterasingan. Disamping itu juga masih
banyak Penyandang Disabilitas belum mendapat rehabilitasi dan perlindungan
sosial.
Permasalahan mendasar yang dihadapi dalam penyelenggaraan
rehabilitasi sosial bagi Penyandang Disabilitas adalah:
a. Isu disabilitas belum belum dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat dan
juga pelaksana program sehingga cakupan atau jangkauan program
Rehabilitasi Sosial Penyandang belum meluas sampai ke seluruh wilayah
Indonesia.
b. Sarana dan prasarana yang aksesibel bagi Penyandang Disabilitas masih
sangat terbatas.
c. Aspek kelembagaan, anggaran yang tersedia dan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) pelaksana masih terbatas, sehingga penyelenggaraan
Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial Penyandang Disabilitas belum optimal.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
16
d. Peran pemerintah masih dominan dalam program penyelenggaraan
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas sehingga keterlibatan keluarga dan
masyarakat masih rendah.
e. Implementasi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan Penyandang
Disabilitas belum maksimal.
f. Komitmen pemerintah daerah dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial
belum mendapatkan dukungan anggaran yang memadai.
g. Peran masyarakat melalui organisasi nirlaba dan dunia usaha dalam
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas belum dapat didayagunakan secara
optimal.
Selain permasalahan tersebut di atas, di dalam pelaksanaan program
selama kurun waktu 2005-2009, terdapat beberapa persoalan yang dihadapi
Direktrorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas yang juga bisa menjadi
faktor penghambat pencapaian kinerja pada masa yang akan mendatang jika
tidak diberi perhatian. Permasalahan tersebut adalah konstelasi faktor internal
(khususnya yang berkaitan dengan sumber daya manusia, dana, sarana dan
prasarana), dan faktor eksternal (keluarga, masyarakat serta nilai-nilai sosial
yang beragam), serta terbatasnya ketersediaan dalam pencapaian kinerja
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Pelaksanaan rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas telah berkembang
akan tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Faktor yang menjadi
tantangan adalah permasalahan disabilitas yang semakin kompleks, dan masih
banyak permasalahan yang belum sepenuhnya terselesaikan sejalan dengan
dinamika sosial ekonomi masyarakat. Untuk itu, penanganan masalah
Penyandang Disabilitas melalui rehabilitasi sosial perlu terus dilanjutkan secara
berkesinambungan dan ditingkatkan agar apa yang telah dicapai dapat terus
ditingkatkan dan jangkauan pelayanan dapat diperluas.
Perkembangan pembangunan kesejahteraan sosial saat ini diwarnai oleh
adanya perubahan paradigma pembangunan nasional, yang bergeser dari
sentralistik ke arah desentralistik. Hal ini merupakan penjabaran dari kebijakan
pemerintah untuk memberikan peran dan posisi yang lebih besar kepada
masyarakat sebagai pelaku dan pelaksana utama pembangunan. Melalui
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
17
kebijakan otonomi daerah, pemerintah memberikan kewenangan yang seluas-
luasnya kepada daerah, khususnya daerah kabupaten/kota untuk
menyelenggarakan pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian otonomi tersebut tidak sepenuhnya
berjalan mulus, karena masih sering ditemukan adanya ekses negatif yang
mengakibatkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaan pembangunan di
bidang kesejahteraan sosial khususnya bidang disabilitas. Perubahan ini
hendaknya disikapi secara arif, bijaksana, dan diarahkan pada terwujudnya
pemahaman dan komitmen pelaku pembangunan kesejahteraan sosial di setiap
daerah kabupaten dan kota.
Sehubungan dengan hal itu, kiranya perlu dikembangkan sistem
rehabilitasi yang lebih memberikan keleluasaan dan kesempatan yang luas
kepada keluarga dan masyarakat, untuk turut mengembangkan program-
program bagi kesejahteraan sosial Penyandang Disabilitas. Perluasan sistem
rehabilitasi sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat dapat dilaksanakan lebih
optimal, karena masyarakat melihat, merasakan dan terlibat langsung dengan
berbagai upaya rehablitasi sosial yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
permasalahan penyandang diabilitas serta sumber daya yang ada di masyarakat
itu sendiri.
Upaya mengangkat derajat kesejahteraan sosial dapat dipandang sebagai
bagian dari investasi sosial yang ditujukan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas SDM bangsa Indonesia, sehingga mampu
menjalankan tugas-tugas kehidupannya secara mandiri sesuai dengan nilai-nilai
yang layak bagi kemanusiaan.
Terkait dengan masalah disabilitas, Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas menghadapi tantangan eksternal yang mencakup
perubahan lingkungan global, regional, dan nasional. Dalam lingkungan global,
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas menyadari bangsa-bangsa
di dunia sedang mengalami perubahan yang dinamis atas penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam segenap aspek kehidupan. Nilai-nilai
kehidupan yang bersifat tradisional bergeser kepada nilai-nilai kehidupan
modern yang disertai munculnya dampak negatif berupa kesenjangan sosial
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
18
diantara bangsa-bangsa yang memerlukan perhatian lebih serius.
Perkembangan global lainnya adalah munculnya kecenderungan yang
menyatukan bangsa-bangsa ke dalam suatu kesatuan berdasarkan kepentingan
dan kesepahaman seperti meningkatnya kesadaran akan demokratisasi dan
desentralisasi, HAM, lingkungan hidup, gender, civil society, serta komitmen
terhadap penanggulangan kemiskinan dan berbagai masalah sosial lainnya,
termasuk masalah disabilitas.
Komitmen bersama dan kerjasama yang harmonis antara pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat sangat diperlukan, dalam upaya
menggalang kekuatan untuk menyelenggarakan rehabilitasi dan perlindungan
sosial yang terencana, terintegrasi dan terpadu bagi Penyandang Disabilitas.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
19
2.3.Isu-isu Strategis
A. Lemahnya data penyandang disabilitas menjadi kendala dalam melakukan
intervensi dan sasaran yang tepat. Program-program jaminan sosial dalam
bentuk bantuan langsung tunai (cash transfer) yang diberikan kepada
penyandang disabilitas berat merupakan upaya terobosan yang
memanfaatkan data yang diperoleh dari pendataan langsung, sehingga
tingkat keakuratannya lebih valid dan dapat memberikan gambaran
pemetaan/luasnya permasalahan. Diberdayakannya kembali Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) sebagai mitra kerja Kementerian Sosial menjadi perhatian
penting yang perlu direalisasikan.
B. Perlindungan sosial diperlukan oleh penyandang disabilitas untuk
memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar, dan memperoleh aksesibilitas
agar dapat berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan. Terkait dengan hal tersebut, rehabilitasi sosial dalam
memberikan perlindungan sosial masih terbatas, baik dari SDM, sarana-
prasarana, dan penganggarannya.
C. Tidak sebanding antara jumlah Panti-panti yang menangani penyandang
disabilitas dengan data yang adsa, demikian dengan sarana prasarananya
untuk mendukung pelayanan dalam memberikan bimbingan sosial,
bimbingan vokasional masih belum memadai.
D. Belum dapat diandalkannya kuantitas dan kualitas SDM yang mempunyai
latar belakang profesi pekerjaan sosial dalam mengentaskan masalah
penyandang disabilitas.
E. Standard dan pedoman rehabilitasi sosial penyandang disabilitas yang ada
masih belum update, sehingga dalam melakukan intervensi terhadap
penyandang disabilitas belum berpegang pada metode dan pendekatan yang
optimal. Kajian dalam rangka mengembangkan model pelayanan atau
mengembangkan teknologi pelayanan sosial menjadi pilihan yang tidak dapat
ditawar lagi. Keberagaman metode rehabilitasi sosial yang dilakukan
terutama oleh masyarakat perlu dikaji dan ditemukan derajat kesesuaiannya
dengan pendekatan pekerjaan sosial sehingga dapat dirumuskan suatu
standar tidak saja sesuai dengan kaidah ilmiah ilmu pekerjaan sosial tetapi
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
20
juga menggambarkan konsensus dengan komunitas praktisi di lapangan. Hal
ini tentu bukanlah persoalan mudah, namun mesti dilaksanakan.
F. Peningkatan kualitas SDM dalam bentuk pembekalan, pemantapan,
bimbingan teknis, pelatihan dan magang, serta studi banding relatif masih
rendah tidak sebanding dengan kebutuhan akan tenaga pelayanan yang
profesional. Lulusan perguruan tinggi seperti profesi pekerjaan sosial belum
sepenuhnya terserap dalam lembaga/lapangan pelayanan. Hal ini terjadi
setidaknya karena belum tersedianya suatu sistem yang memberikan
peluang kerja yang mensejahterakan profesi tersebut. Sementara itu masih
sangat banyak pekerja non profesi pekerjaan sosial di sektor kesejahteraan
sosial terutama di lembaga-lembaga milik masyarakat belum memiliki
pengetahuan yang memadai tentang intervensi pekerjaan sosial.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
21
2.4. Tantangan
A. Berkembangnya kompleksitas masalah penyandang disabilitas. Kompleksitas masalah sebagaimana telah disebutkan di atas tidak saja semakin mempersulit dalam penanganannya tetapi telah menuntut suatu upaya penanganan yang komprehensif.
B. Belum terwujudnya persamaan hak dan kesempatan. Persamaan hak atas setiap warga negara yang dijamin oleh undang-undang ternyata dalam implementasinya relatif masih sangat sulit. Penyandang disabilitas sebagai contoh yang seharusnya mendapat kesempatan bekerja di perusahaan dengan jaminan setiap 100 orang harus menerima/ada 1 orang pekerja ternyata belum dapat sepenuhnya terwujud.
C. Masih banyak pelayanan sosial dalam masyarakat yang belum profesional. Pelayanan sosial sebagai salah satu bentuk upaya mengentaskan penyandang disabilitas dari masalahnya banyak didukung oleh partisipasi masyarakat. Ada sekitar 448 LKS yang berpartisipasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial, namun dari jumlah tersebut ternyata masih sangat sedikit pekerja profesional dan sangat banyak yang belum memahami pendekatan pekerjaan sosial.
D. Rendahnya aksesibiltas pelayanan sosial. Aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sosial masih sangat terbatas. Jumlah lembaga yang ada belum sebanding dengan kebutuhan. Sebagai contoh masih banyak penyandang disabilitas yang belum mendapatkan pelayanan sosial yang mereka butuhkan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas untuk meningkatkan akses masyarakat terdapat pelayanan.
E. Sarana prasarana milik Pemda dan masyarakat terbatas. Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap lembaga-lembaga pelayanan sosial milik Pemda dan masyarakat menunjukkan bahwa lembaga-lembaga tersebut masih relatif belum memberikan pelayanan dengan prima. Faktor keterbatasan sarana dan prasarana menjadi kendala utama disamping kendala yang lain, padahal partisipasi mereka dalam rehabilitasi sosial penyandang disabilitas sangat diperlukan. Dukungan peningkatan sarana prasarana tersebut menjadi salah satu kebijakan yang harus dilakukan.
F. Implementasi standard pelayanan belum optimal. Standar pelayanan minimal memberikan jaminan kualitas pelayanan sosial yang baik. Beberapa bagian dalam sistem rehabilitasi sosial telah ditetapkan standarnya dan menjadi kebijakan Kementerian Sosial, namun dalam implementasinya masih jauh dari harapan. Evaluasi terhadap rehabilitasi sosial di dalam panti yang dilaksanakan oleh GIZ tahun 2017 menemukan bahwa pelaksaan pelayanan rehabilitasi sosial standar masih menemui beberapa kendala yang perlu segera dicarikan solusi.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
22
2.5. Peluang
A. Adanya komitmen nasional dan global dalam upaya pelayanan sosial (target pencapaian MDG’s). Sasaran rehabilitasi sosial sebagian besar sesuai dengan target MDG’s. Hal ini tentu menjadi peluang yang sangat baik bagi Kementerian Sosial c.q. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandsang Disabilitas dalam melaksanakan program dan kegiatannya.
B. Potensi dan Sumber Kesos dapat dikembangkan. Rekapitulasi data potensi sumber kesejahteraan sosial per provinsi PUSDATIN tahun 2007 menyebutkan bahwa ada 190.028 PSM, 24.583 Orsos, 56.177 Karang Taruna, 7.510 dunia usaha yang melaksanakan usaha kesejahteraan sosial dan 55.424 Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM). Hal ini tentu merupakan peluang yang sangat besar untuk mendayagunakan potensi tersebut dalam pembangunan kesejahteraan sosial termasuk bagi penyandang disabilitas. Jumlah tersebut bisa tetap, bertambah atau berkurang tergantung bagaimana mereka dibina dan diberdayakan.
C. Partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan sosial. Pada data di atas tentang potensi sumber kesejahteraan sosial jelas menunjukkan tingginya partisipasi masyarakat dan dunia usaha. Partisipasi tersebut memberi arti yang sangat penting jika dilihat dari adanya keterbatasan pemerintah. Tanggung jawab masyarakat dan dunia usaha yang diwujudkan dengan partisipasi mereka memberikan pelayanan sosial harus terus dipelihara dan ditingkatkan. Pemberian penghargaan menjadi salah satu cara untuk mendorong meningkatnya partisipasi.
D. Jaringan kerja dengan berbagai pihak dalam pengembangan program pelayanan sosial. Masalah kesejahteraan sosial dilihat dari dimensi kompleksitasnya membutuhkan suatu upaya yang komprehensif. Hal ini terjadi karena sasaran utama intervensi kesejahteraan/pelayanan sosial adalah manusia yang memiliki banyak dimensi dan dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan. Masalah kesejahteraan sosial sering kali bersifat situasional, sehingga menuntut suatu pemecahan masalah yang utuh. Oleh karena itulah dibutuhkan kerjasama dengan pihak lain dalam mengatasi masalah kesejahteraan sosial.
E. Kebutuhan profesi pekerjaan sosial. Meningkatnya kebutuhan terhdap profesi pekerjaan sosial juga menjadi peluang tersendiri untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan mensosialisasikan pendekatan pelayanan sosial yang didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Profesi pekerjaan sosial adalah field force atau leading profession Kementerian Sosial
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
23
termasuk didalamnya Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dalam melaksanakan pembangunan kesejahteraan sosial atau pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas.
2.6. Kekuatan
A. Ketersediaan SDM. Jumlah dan kualitas SDM sebagaimana sebagaimana tersebut di atas, adalah kekuatan yang memberi pengaruh besar terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai visi dan misinya. Dilihat dari latar belakang pendidikan, keterampilan dan pengalaman kerja, kekuatan SDM yang ada dapat dipastikan akan mampu menjawab semua tantangan dan mengeliminasi berbagai kelemahan yang ada sehingga visi menjadi sesuatu hal yang sangat mungkin untuk dicapai dalam lima sampai dengan dua puluh lima tahun yang akan datang.
B. Ketersediaan berbagai pedoman, model dan teknologi pelayanan sosial. Kebijakan pelayanan sosial dan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas yang diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan dilengkapi dengan pedoman dan model. Pedoman dan model pelayanan itu sendiri pada hakekatnya adalah teknologi pelayanan sosial yang dikembangkan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh penyandang disabilitas. Hampir seluruh program dan kegiatan yang dilakukan dilengkapi oleh pedoman dan model untuk menjamin ketepatan perlakuan.
C. Perangkat perundang-undangan tersedia. Ketersediaan perangkat perundang-undangan baik dalam bentuk undang-undang seperti Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, maupun dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Keputusan Menteri Sosial menjadi kekuatan yang menjadi dasar pelakasanan program dan kegiatan di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. Hal ini tentu akan memberi pijakan dan kepastian dalam melaksanakan program pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial.
D. Tersedianya UPT dan sarana prasarana yang memadai. Sejak Otonomi Daerah dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 (kemudian dilakukan beberapa kali revisi terakhir Undang-Undang No. 32 Tahun 2004) Kementerian Sosial menyerahkan panti sosial kepada Daerah kecuali beberapa panti/UPT yang menjadi percontohan. Dengan adanya lembaga percontohan ini Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas lebih dapat memfokuskan diri membenahi baik dari segi SDM,
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
24
sarana prasarana maupun teknologi pelayanan. Hal ini tentu menjadi kekuatan tersendiri untuk mengembangkan pelayanan sosial yang terstandar (pelayanan sosial prima) bagi penyandang disabilitas.
2.7. Kelemahan
A. Data yang belum akurat dan mutakhir. Data di bidang kesejahteraan sosial baik masalah maupun potensi sumber merupakan kebutuhan dasar dalam penyusunan rencana program, namun data pula yang menjadi salah satu hal yang sulit untuk didapat dengan akurasi yang tinggi. Akurasi dan kemutahiran data menjadi salah satu kelemahan yang dimiliki. Mendapatkan data penyandang disabilitas di bidang rehabilitasi sosial seringkali terhalangi oleh berbagai faktor seperti stigma, rasa malu keluarga, bahkan aturan atau sanksi hukum turut berperan menciptakan hidden population.
B. Kurangnya dukungan dana untuk pelayanan sosial. Dukungan anggaran bagi pelaksanaan program rehabilitasi sosial penyandang disabilitas relatif masih kecil.
C. Terbatasnya pekerja sosial pada layanan operasional. Pekerja sosial profesional pada layanan operasional seperti panti dan pusat pelayanan lainnya relatif masih sangat terbatas. Banyak diantara pegawai yang berlatar belakang pendidikan pekerjaan sosial bekerja di bagian administratif, padahal tenaga dan keahlian mereka sangat dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung. Kendala yang dihadapi terkait dengan tingkat kesejahteraan pekerja sosial yang relatif belum memadai sehingga ketertarikan pegawai yang berlatar belakang pendidikan pekerjaan sosial menjadi sangat kurang.
D. Kurangnya koordinasi dan sinergi lintas program. Koordinasi dan sinergi merupakan kata yang mudah diucapkan tetapi sulit dalam pelaksanaannya. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa penanganan masalah penyandang disabilitas haruslah dilaksanakan secara terpadu untuk mencapai hasil yang optimal dari pelaksanaan program. Hal ini juga penting artinya karena program dan anggaran terkait dengan isu disabilitas tersebar ke dalam K/L yang berbeda, padahal pada derajat tertentu memiliki kaitan yang erat tetapi sulit untuk disinergiskan.
E. Belum optimalnya perencanaan & anggaran. Data yang kurang memadai, kurangnya dukungan dana, terbatasnya tenaga profesinal pekerja sosial dan kurangnya koordinasi dan sinergi lintas program tentu
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
25
berpengaruh besar terhadap perencanaan dan pengalokasian anggaran. Pembenahan terhadap keempat aspek tersebut terutama pada penyediaan data yang akurat mutlak dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja perencanaan dan anggaran.
Secara sederhana dengan menggunakan konsep SWOT interaksi keempat
aspek yaitu: tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1
Potensi dan Permasalahan dalam konsep SWOT
LINGKUNGAN ESKTERNAL
LINGKUNGAN INTERNAL
Tantangan kompleksitas masalah
disabilitas aksesibiltas & sarana
prasarana profesionalisme &
standard pelayanan
`
Peluang komitmen nasional dan
global partisipasi & potensi
dan sumber kesos Jaringan kerja profesi pekerjaan sosial
Kekuatan pedoman, model dan
teknologi perundang-undangan UPT percontohan
Strategi Utama Sosialisasi& publikasi Advokasi Peningkatan kapasitas
Strategi kerjasama Kemitraan strategis Ekstensifikasi
Kelemahan Data SDM UPT koordinasi dan sinergi perencanaan &
anggaran
Strategi investasi Penataan manajemen
sistem informasi & perencanaan
Pengembangan SDM UPT
Peningkatan koordinasi dan keterpaduan
Strategi jangka panjang Penerapanan
manajemen kualitas kontrol
Reorientasi kinerja Renumerasi
2.8. Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan
Kondisi yang diharapkan kedepan adalah meningkatnya kesadaran dan
kepedulian berbagai pihak baik pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
dan dunia usaha. Sinergitas antar stakeholders tersebut menjadi kunci
keberhasilan. Hal ini diperlukan karena jumlah masalah dan kebutuhan
masyarakat kelompok sasaran demikian besar dan kompleksitas masalah yang
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
26
dihadapi tidak cukup diatasi sendiri-sendiri. Kerja sama untuk meningkatkan
jangkauan dan kualitas pelayanan menjadi bagian tersendiri dalam kaitan ini.
Kepedulian dan kesadaran yang tinggi dari dan kerja sama yang baik
dengan berbagai pihak harus juga diiringi oleh peningkatan profesionalitas
pelayanan sosial. Profesionalitas pelayanan mencakup ketersediaan tenaga
profesional dalam jumlah yang memadai; sarana prasarana yang cukup
jumlah dan berkualitas didukung peraturan perundang-undangan serta
modalitas pelayanan sosial yang berkembang baik.
Kondisi lain yang perlu diciptakan adalah ketepatan sasaran dalam
memberikan pelayanan sosial. Ketepatan sasaran tidak akan pernah terwujud
dengan baik tanpa ketersediaan data dan informasi yang akurat. Perbaikan
sistem pemutahiran data dan informasi masalah dan sumber penanganannya
perlu terus dilakukan. Data yang valid dan mutahir selain akan menghasilkan
kinerja yang baik dan tepat sasaran juga akan berpengaruh pada pengalokasian
sumber daya. Efisien adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suatu hasil
tambahan dari kerja yang didasarkan pada data dan informasi yang tepat.
Hasil yang diharapkan pada jangka panjang adalah meningkatnya
kesejahteraan sosial, taraf hidup dan kemandirian dari masyarakat yang
tidak hanya penyandang disabilitas dan keluarganya saja tetapi juga masyarakat
secara keseluruhan. Dengan demikian pelayanan sosial yang diberikan oleh
pemerintah dan masyarakat yang didukung oleh dunia usaha dengan corporate
sosial responsibility (CSR) akan mewujudkan keadilan sosial.
Keterkaitan antara dampak jangka menengah (kondisi yang diharapkan)
dan dampak jangka panjang (proyeksi kedepan/tujuan akhir) dengan strategi
yang dirancang untuk meraihnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
27
Tabel 2
Analisis Kondisi Yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan
STRATEGI DAMPAK JANGKA
MENENGAH
(2015-2019)
DAMPAK JANGKA PANJANG
(2019-2025)
Strategi Utama Sosialisasi & publikasi Advokasi Peningkatan kapasitas
Kepedulian Kesadaran Profesionalisme Aksesibilitas
Sejahtera Kualitas hidup Mandiri
Strategi kerjasama Kemitraan strategis Ekstensifikasi
Jangkauan kualitas pelayanan
keadilan
Strategi Investasi Jangka Menengah Penataan manajemen
sistem informasi & perencanaan
Pengembangan SDM UPT
Peningkatan koordinasi dan keterpaduan
Ketepatan sasaran jangkauan profesionalisme kualitas pelayanan efisiensi
Strategi Investasi Jangka Panjang Penerapanan
manajemen kualitas kontrol
Reorientasi kinerja Renumerasi
Kualitas pelayanan Profesionalisme
2.9. Landasan Hukum
UU RI No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat;
UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
UU RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah;
UU RI No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
28
UU RI No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Ratifikasi CRPD
UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
UU RI No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial;
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia 2015 – 2019.
Permensos RI Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial;
Permensos RI Nomor 21 Tahun 2017 tentang Kartu Penyandang Disabilitas.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
29
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL
PENYANDANG DISABILITAS
Selaras dengan tujuan penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana
dimandatkan dalam Pasal 3 (b) UU No. 11 tahun 2009, Kementerian Sosial
diharapkan dapat memulihkan fungsi sosial penduduk miskin dan rentan yang
termasuk kedalam kelompok PMKS dalam rangka mencapai kemandirian secara
sosial maupun ekonomi baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Esensi
dari kata sejahtera atau Indonesia sejahtera memberikan indikasi bahwa: (i) tidak
ada seorang warga negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya,
(ii) tidak seorang pun warga negara yang tidak memperoleh hak dasarnya, dan
(iii) tidak seorang pun warga negara yang memiliki resiko dan atau miskin dan
rentan yang tidak mendapat jaminan dan perlindungan dari negara, serta (iv)
tidak seorang pun warga negara yang tidak mempunyai peluang untuk melakukan
investasi dalam rangka memperbaiki kondisi sosial yang lebih baik. Dengan kata
lain, sesuai amanat konstitusional, negara dan pemerintah berkewajiban mengatasi
masalah kemiskinan yang terjadi pada 40 persen penduduk berpenghasilan rendah
dan miskin.
Kemiskinan dalam arti sebagai kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar hanyalah fenomena (masalah di permukaan), bukan noumena (akar
masalah). Noumena-nya adalah kesenjangan antara penduduk paling miskin
dengan paling kaya sulit. Maka, jika penanggulangan kemiskinan hanya dilakukan
dalam bentuk pemberian bantuan sosial (asistensi sosial) kepada penduduk untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya, maka hal itu tidak akan membantu memecahkan
inti permasalahan.
Ditetapkannya Visi dan Misi Presiden serta agenda pembangunan pemerintah
yang dikemas dalam Nawacita dengan menekankan perubahan mendasar pada
pola perilaku/mental dan penataan program bantuan sosial (asistensi),
memperjelas bahwa masalah nilai dan perilaku menjadi persoalan mendasar dalam
setiap penyelenggaraan pembangunan. Setiap program asistensi sosial harus
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
30
mampu memberikan perubahan bagi penerima layanan. Karena itu, menjadi hal
yang sangat penting setiap penyelenggaraan kesejahteraan sosial merujuk pada
Visi, Misi, dan Nawacita yang dilandasi oleh semangat kesetiakawanan sosial,
kepahlawanan dan keperintisan dalam kerangka perubahan mental menuju
kondisi kesejahteraan sosial yang lebih baik.
1. Visi
Presiden merupakan pelaksana undang-undang dan Menteri merupakan
pembantu presiden. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial membantu Menteri
Sosial dalam menyelenggarakan pelayanan bidang rehabilitasi sosial dan
Direktorat Rehabilitasi Sosial berkontribusi dalam pelaksanaan rehabiitasi sosial
bagi penyandang disabilitas. Menteri sosial berkewajiban membantu
mewujudkan visi dan misi presiden, khususnya di bidang sosial. Oleh karena itu
Visi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas selama 5 tahun kedepan
(2015-2019) harus mendukung visi pembangunan nasional (Visi Presiden) tahun
2015-2019, yaitu:
No. Level Visi
1 Presiden “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri,
dan berkepribadian berlandaskan nilai dan
semangat gotong royong.”
2 Kemensos “Terwujudnya kesejahteraan sosial fakir miskin,
pendududuk rentan, dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) dan kelompok marjinal
lainnya.”
3 Ditjen Rehabilitasi
Sosial
“Terwujudnya Kesejahteraan Sosial PMKS dan
kelompok marjinal lainnya.”
4 Direktorat Rehsos
Penyandang
Disabilitas
“Terwujudnya Kesejahteraan Sosial Penyandang
Disabilitas”.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
31
2. Misi
Sesuai mandat Pasal 7 ayat 1 Undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, Mandat RPJMn 2015-2019 bidang Kesejahteraan Sosial dan
dalam rangka mendukung terwujudnya Nawa Cita, maka misi Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas adalah:
1. Meningkatkan keberfungsian sosial penyandang disabilitas melalui
rehabilitasi sosial dalam bentuk bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
(bantuan permakanan, pakaian, tempat tinggal, pemberian alat bantu,
bimbingan aktivitas perawatan pokok sehari-hari/activity daily living [AD]),
dan fasilitasi akses hak dasar (layanan identitas hukum, perlindungan
sosial, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar).
2. Meningkatkan akses penyandang disabilitas terhadap lingkungan yang
inklusif melalui advokasi regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah
untuk pemenuhan hak dasar dan penyuluhan sosial dalam rangka pendidikan
dan penyadaran masyarakat.
3. Tujuan
a. Meningkatnya keberfungsian sosial penyandang disabilitas.
Dalam hal ini, keberfungsian sosial artinya memiliki kemampuan dalam 4
(empat) aspek:
(1) mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari;
(2) mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapi;
(3) mampu menampilkan peranan dalam lingkungan sosialnya; dan
(4) mampu mengembangkan (mengaktualisasikan) diri.
Seseorang disebut pulih kebefungsian sosialnya apabila telah kembali
mampu: (1) memenuhi kebutuhan sehari-hari; (2) mengatasi masalah-
masalah sosial yang dihadapi; dan (3) menampilkan peranan dalam
lingkungan sosialnya;
b. Meningkatnya lingkungan inklusif pada level kabupaten/kota bagi
penyandang disabilitas.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
32
Tabel. Indikator Tujuan
Tujuan Indikator Target 5 tahun
a. Meningkatnya
keberfungsian sosial
penyandang disabilitas.
(1) Jumlah penyandang disabilitas
yang mampu memenuhi
kebutuhan sehari-hari;
(2) Jumlah penyandang disabilitas
mampu mengatasi masalah-
masalah sosial yang dihadapi;
(3) Jumlah penyandang disabilitas
mampu menampilkan peranan
dalam lingkungan sosialnya;
dan
(4) Jumlah penyandang disabilitas
mampu mengembangkan
(mengaktualisasikan) diri.
206.068
Penyandang
Disabilitas
b. Meningkatnya lingkungan
inklusif pada level
kabupaten/kota bagi
penyandang disabilitas
Jumlah Kabupaten / kota yang
memiliki regulasi untuk
pengembangan akses lingkungan
inklusif bagi penyanndag disabilitas
1 % dari Total Kab
/ kota
4. Sasaran Strategis
a. Meningkatnya penyandang disabilitas yang mampu memanfaatkan
bantuan pemenuhan kebutuhan.
Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar diantaranya digunakan untuk fasilitasi akses
terhadap hak dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain: kebutuhan
pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan / atau pelayanan
sosial.
b. Meningkatnya jumlah kab/kota yang memiliki regulasi untuk pengembangan akses
lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas.
Terkait dengan UU No. 8 / 2016 tentang Penyandang disabilitas yang telah disahkan
pada tahun 2016, maka diharapkan munculnya perda / regulasi di tingkat daerah
dan kab/ kota untuk mengimplementasikannya. Adapun jumlah total kabupaten /
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
33
kota se Indonesia adalah 514, sehingga 1% dari jumlah tersebut, target yang hendak
dicapai adalah 6 peraturan daerah, yang terbit dalam kurun waktu 5 tahun.
Tabel. Indikator Sasaran per tahun
Sasaran Indikator Target 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya penyandang disabilitas yang mampu memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
Jumlah penyandnag disabilitas yang mampu memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasa,
52.333 53.307 30.866 31.619 37.943
Meningkatnya jumlah kab/kota yang memiliki regulasi untuk pengembangan akses lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas
Jumlah Kab/ Kota yang memiliki Perda Disabilitas
- 1 1 2 2
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
34
5. Indikator Kinerja Utama (IKU)
a. Persentase (%) penyandang disabilitas yang mampu memanfaatkan
bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Persentase (%) kab/kota yang memiliki regulasi untuk pengembangan
akses lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas.
Untuk memastikan keberhasilan pencapaian sasaran strategis Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 2015-2019, maka perlu ditetapkan
target kinerja sebagai berikut:
Tabel 3
Target kinerja Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
tahun 2015-2019 Populasi ( Susenas 2012)
Target Output dan Outcome
5 Tahun
Target Output Per Tahun Target Outcome per tahun (%)
Target Outcome Akumulasi (%)
Output : 206.068
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015
2016
2017
2018 2019
6.006.640 Outcome 3.26 (%)
52.333 53.307 30.866 31.619 37.943 0.83 0.84 0.49 0.50 0.57 0.83 1.67 2.16 2.66 3.23
Sumber: Hasil pembahasan revisi Renstra Kemensos 215-2019, tgl 8 Nov di Ruang Roren
Sasaran strategis dan IKU tersebut dapat diwujudkan melalui
penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial yang dimaksudkan untuk memulihkan dan
mengembangkan kemampuan penyandang disabilitas yang mengalami disfungsi
sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Cakupan pelayanan Rehabilitasi Sosial meliputi: penyandang disabilitas fisik,
mental, intelektual, dan sensorik yang membutuhkan penanganan dan perlindungan
khusus.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
35
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN DIREKTORAT
REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
1. Arah Kebijakan Umum, Norma, dan Sasaran Pokok Pembangunan
Nasional 2015-2019
Arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 dalam mendukung
pencapaian Visi, Misi, dan Nawacita yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi
(Tusi) Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas antara lain :
1. Meningkatkan kualitas SDM dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
2. Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.
Sedangkan norma pembangunan kabinet kerja, diarahkan pada:
1. Membangun untuk manusia dan masyarakat.
2. Upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, produktivitas tidak boleh
menciptakan ketimpangan yang makin menghalangi, menghambat,
mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus
menjadi agen pertumbuhan.
3. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
Selanjutnya, sasaran pokok pembangunan nasional 2015-2019 yang memiliki
keterkaitan dengan Tusi Kementerian Sosial, sebagai berikut (lihat Tabel 9).
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
36
Tabel 4
Baseline dan Sasaran Pembangunan dalam RPJMN 2015-2019
No Pembangunan Baseline 2014
Sasaran 2019
1. Sasaran Makro Pembangunan Manusia dan Masyarakat
a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 73,8 76,3
b. Indeks Pembangunan Masyarakat 0,55 Meningkat
c Indeks Gini 0,41 0,36
d. Meningkatnya presentase penduduk yang menjadi peserta SJSN
51,8% Min, 95%
e. Kepersetaan Program SJSN Ketenagakerjaan Pekerja Informal
1,3 juta 3,5 juta
Ekonomi Makro a. Pertumbuhan ekonomi 5,1% 8,0%
b. Tingkat Kemiskinan 10,96 % 7 – 8 %
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat Perlindungan Anak
a. Prevalensi kekerasan terhadap anak Laki-laki 38,62%
Perempuan 20,48%
Menurun
Pembangunan Masyarakat a. Indeks gotong royong 0,55% Meningkat
b. Jumlah konflik sosial (pertahun) 164 Menurun
3. Sasaran Pembangunan Dimensi Pemerataan Menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi
a. Tingkat kemiskinan (%) 10,96 7,0-8,0
Meningkatnya cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat miskin dan rentan
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
37
b. Perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan (40% penduduk berpendapatan terendah)
Kepesertaan jaminan kesehatan 86 % 100%
c. Pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan (40% penduduk berpendapatan terendah)
Kepemilikan akte lahir 64,6% 77,4%
d. Kepesertaan program SJSN ketenagakerjaan
Pekerja informal 1,3 juta 3,5 juta
4. Sasaran Pembangunan Kewilayahan dan Antar wilayah a. Pembangunan perdesaan
Peningkatan desa - sd 2.000 desa
mandiri
b. Tata kelola dan reformasi birokrasi
Opini WTP atas laporan keuangan K/L 74% 95%
Sumber Data : Buku I RPJMN 2015-2019
2. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Rehabilitasi Sosial Berdasarkan
Agenda Pembangunan Nasional
Dalam dokumen RPJMN 2015-2019 dikemukakan bahwa perkembangan
kemiskinan yang menggambarkan dinamika kesejahteraan masyarakat, khususnya
kelompok miskin dan rentan, dipengaruhi oleh berbagai faktor secara simultan,
termasuk perkembangan perekonomian Indonesia, integrasi perekonomian
Indonesia secara global, perubahan demografi, dan kebijakan afirmatif yang
dilaksanakan. Selama kurun waktu beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan
berhasil diturunkan dari 15,42% pada tahun 2008 menjadi 11,47% pada bulan
September tahun 2013, atau penduduk miskin berkurang lebih dari enam juta jiwa.
Kondisi ini menunjukkan bahwa berbagai program penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan dalam bentuk 4 kelompok program (klaster), yaitu:
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
38
bantuan dan jaminan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha
mikro-kecil dan program-program pro-rakyat, telah berjalan dengan cukup baik.
Meskipun demikian, kecepatan penurunan kemiskinan dalam beberapa tahun
belakangan ini mengalami perlambatan. Oleh karena itu, melalui sinergi
keseimbangan ekonomi makro dan pelaksanaan kebijakan afirmatif yang optimal
diharapkan tingkat kemiskinan ini dapat diturunkan lebih jauh.
Dalam kerangka penurunan kemiskinan tersebut, pertumbuhan dan kemajuan
sosial ekonomi masyarakat serta perubahan struktur perekonomian Indonesia
memiliki 2 konsekuensi penting, yaitu: (1) penduduk golongan menengah ke bawah
akan semakin membutuhkan sistem perlindungan yang komprehensif, dan (2)
adanya potensi meningkatnya kesenjangan antar kelompok miskin dan non miskin
yang menjadikan masalah sosial semakin kompleks.
Perlindungan sosial diperlukan agar penduduk miskin dan rentan
terlindungi pemenuhan kebutuhannya, terutama pelayanan kesehatan dan
kebutuhan bahan pokok, apabila terjadi goncangan ekonomi maupun sosial. Dalam
mengurangi potensi kesenjangan antar kelompok maka perlu dilakukan upaya
perluasan akses terhadap pemanfaatan pelayanan dasar. Sedangkan upaya yang
bisa dilakukan untuk mengurai kompleksitas permasalahan kemiskinan adalah
dengan pembekalan ketrampilan wirausaha maupun keterampilan teknis kepada
penduduk miskin dan rentan, sehingga dapat meningkatkan daya saing mereka
melalui kegiatan ekonomi produktif.
Dengan demikian, untuk mampu mempercepat laju penurunan tingkat
kemiskinan secara signifikan, reformasi menyeluruh terhadap kebijakan
penanggulangan kemiskinan sangat diperlukan dan dituangkan dalam 3 kebijakan
afirmatif yang lebih komperehensif, integratif dan bertarget spesifik,
yaitu: (i) mengembangkan sistem perlindungan sosial yang
komprehensif, (ii) meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin
dan rentan, serta (iii) mengembangkan penghidupan yang berkelanjutan.
Sasaran yang diharapkan dapat diwujudkan melalui kebijakan afirmatif yang
lebih komperehensif, integratif dan bertarget spesifik terkait dengan upaya
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
39
mempercepat laju penurunan tingkat kemiskinan secara signifikan dimaksud
adalah:
a. Menurunnya tingkat kemiskinan menjadi 6,0% – 8,0% pada tahun 2019.
b. Terselenggarakannya perlindungan sosial yang komprehensif, yang
mencakup : (1) terpenuhinya hak dasar seluruh rakyat, termasuk penyandang
disabilitas, lanjut usia dan kelompok marjinal lainnya, dan (2) terbukanya peluang
masyarakat miskin untuk berinvestasi pada peningkatan kapasitas keluarga,
pengelolaan resiko sepanjang siklus hidup dan terlibat dalam pertumbuhan
ekonomi.
c. Berkurangnya kesenjangan akses pelayanan dasar, yang mencakup
identitas hukum, pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi, layanan listrik serta
hunian layak untuk masyarakat miskin dan rentan, termasuk masyarakat
penyandang masalah kesejahteraan sosial.
d. Meningkatnya kapasitas penduduk miskin sehingga dapat meningkatkan
akses terhadap kegiatan ekonomi produktif, terutama meningkatkan ketrampilan
kewirausahaan, ketrampilan teknis dalam meningkatkan daya saing di pasar
tenaga kerja, dan meningkatkan akses mereka terhadap lembaga finansial.
Terkait dengan agenda pembangunan nasional yang ditetapkan dalam
Nawacita, beberapa agenda tersebut menjadi misi Kementerian Sosial. Oleh karena
itu, arah kebijakan dan strategi nasional yang mengusung agenda pembangunan
dan sesuai dengan misi Kementerian Sosial perlu menjadi rujukan dalam
merumuskan kebijakan dan strategi bidang Rehabilitasi sosial. Arah kebijakan
dan strategi nasional tersebut adalah; (i) membangun Indonesia dari
pinggiran, (ii) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat
Indonesia, (iii) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan perubahan
karakter penerima manfaat layanan.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
40
1.1. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Membangun dari pinggiran harus dipahami dalam perspektif yang utuh, yakni
sebagai afirmasi untuk mendorong keterkaitan, keselarasan, dan kemitraan antar
wilayah dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Melalui pembangunan ini
diharapkan wilayah-wilayah yang selama ini kurang diprioriataskan didorong
menjadi bagian penting dari pusat pertumbuhan dan aktivitas penyelenggaraan
kesejahteraan sosial. Terkait dengan agenda pembangunan ini, agenda nasional
memfokuskan pada; penanggulangan kemiskinan dengan sasaran :
a. Meningkatkan penjangkauan pelayanan dasar mencakup identitas hukum,
sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, dan sarana
ekonomi yang inklusif bagi masyarakat miskin dan rentan termasuk penyadnang
disabilitas dan lanjut usia.
b. Meningkatnya perlindungan sosial, produktivitas, dan pemenuhan hak dasar
bagi penduduk miskin dan rentan.
Arah kebijakan nasional dalam penanggulangan kemiskinan, dengan
memperhatikan karakteristik dan kebutuhan masyarakat miskin dan rentan melalui
upaya pengurangan ketimpangan yang dilakukan dengan pembangunan yang
inklusif dan kebijakan afirmatif yang lebih nyata, yaitu: (i) mengembangkan sistem
perlindungan sosial yang komprehensif, (ii) meningkatkan pelayanan dasar bagi
masyarakat miskin dan rentan, dan (iii) megnembangkan penghidupan yang
berkelanjutan. Untuk mencapai arah kebijakan tersebut perlu didukung oleh basis
data perencanaan yang handal dalam satu sistem informasi yang terpadu baik
ditingkat pusat maupun daerah, serta penguatan kapasitas aparat pemerintah di
tingkat pusat dan daerah.
Strategi yang digunakan dalam agenda ini yang terkait dengan kesejahteraan
sosial mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Meningkatkan perlindungan, produktivitas dan pemenuhan hak dasar
bagi penduduk miskin dan rentan, melalui (i) penataan asistensi sosial terpadu
berbasis keluarga dan siklus hidup yang mencakup anatar lain bantuan tunai
bersyarat dan/atau sementara, pangan bernutrisi, peningkatan kapasitas
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
41
pengasuhan dan usaha keluarga, pengembangan penyaluran bantuan melalui
keuangan digital, serta pemberdayaan dan rehabilitasi sosial.
b. Peningkatan inklusivitas bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia pada
setiap aspek penghidupan.
c. Penguatan kelembagaan dan koordinasi melalui peningkatan kualitas dan
ketersediaan tenaga kesejahteraan sosial, standarisasi lembaga kesejahteraan
sosial, serta pengembangan sistem layanan dan rujukan terpadu.
d. Memperluas dan meningkatkan pelayanan dasar untuk penduduk miskin dan
rentan, melalui; peningkatan ketersediaan infrastrukutr dan sarana pelayanan
dasar, meningkatkan penjangkauan pelayanan dasar, dan penyempurnaan
pengukuran kemiskinan yang menyangkut kriteria, standrisasi, dan sistem
pengelolaan data terpadu.
e. Meningkatkan penghidupan penduduk miskin dan rentan melalui;
pemeberdayaan ekonomi berbasis pengembangan ekonomi lokal, dan
pendampingan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan keterampilan.
f. Advokasi kepada penduduk miskin dan rentan tentang peningkatan kualitas
pendidikan dan kesehatan anak yang akhirnya dapat mengontrol pertumbuhan
penduduk terutama penduduk miskin dan rentan.
g. Pengembangan kawasan perbatasan, daerah tertinggal, dan pembangunan
desa dan kawasan perdesaan.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
42
2.2 Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia,
melalui peningkatan kesejahteraan rakyat.
Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia harus
dipahami sebagai arti pembangunan pada seluruh siklus hidup manusia yang pada
hakekatnya adalah membangun manusia sebagai sumberdaya pembanguan yang
produktif dan berdaya saing, serta sebagai insan dan anggota masyarakat yang
dapat hidup secara rukun, damai, gotong royong, patuh pada hukum, dan aktif
dalam bermasyarakat. Agenda pembangunan ini menekanan pada; terbangunnya
manusia Indonesia yang berkualitas, produktif, berdaya saing, dan sejahtera,
khususnya bagi penduduk berpenghasilan 40 persen terendah. Terkait dengan
agenda pembangunan ini, agenda nasional memfokuskan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui penghidupan yang berkelanjutan dengan
sasaran:
a. Terfasilitasinya sebanyak mungkin rumah tangga miskin dan rentan yang
memperoleh program pengembangan penghidupan berkelanjutan.
b. Terbentuknya kelembagaan pendampingan di daerah sebagi media untuk
meningkatkan kapasitas dan keterampilan penduduk miskin dan rentan.
c. Terbentuknya kelompok-kelompok masyarakat produktif di kantong-kantong
kemiskinan tingkat kecamatan sebagai media untuk pembangunan masyarakat
miskin dan rentan.
Arah kebijakan nasional dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui penghidupan yang berkelanjutan, dengan memperhatikan peningkatan
kapasitas dan keterampilan penduduk miskin dan rentan melalui peningkatan
kualitas pendampingan melalui; (i) pengembangan sistem dan mekanisme
pendampingan, (ii) pengembangan sistem pemberdayaan kapasitas dan
keterampilan dalam pengelolaan keuangan keluarga, peningkatan
motivasi, dan peningkatan keterampilan manajemen, keterampilan
wirausaha, dan keterampilan kerja sesuai kebutuhan lokal, dan (iii)
intensifikasi pendampingan secara berkesinambungan.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
43
Strategi yang digunakan dalam agenda ini yang terkait dengan kesejahteraan
sosial mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Pengembangan sistem dan mekanisme pendampingan.
b. Pengembangan sistem pemberdayaan kapasitas dan keterampilan dalam
pengelolaan keuangan keluarga, peningkatan motivasi, dan peningkatan
keterampilan manajemen, keterampilan wirausaha, dan keterampilan kerja
sesuai kebutuhan lokal, penguatan kelembagaan dan koordinasi melalui
peningkatan kualitas dan ketersediaan tenaga kesejahteraan sosial, standarisasi
lembaga kesejahteraan sosial, serta pengembangan sistem layanan dan rujukan
terpadu.
c. Intensifikasi pendampingan secara berkesinambungan.
2.3. Penyelenggaraan Perlindungan Sosial yang Komprehensif
Arah kebijakan penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif
merupakan kebijakan yang difokuskan pada upaya melindungi masyarakat miskin
dan rentan agar terlindungi secara minimal kebutuhan dasar dan hak dasarnya serta
mampu melakukan investasi sosial untuk menopang kehidupannya secara produktif.
Arah kebijakan ini dilakukan dengan melakukan perbaikan dan peningkatan
terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Penataan asistensi sosial, baik reguler yang berdasarkan siklus hidup
maupun temporer sesuai dengan jenis dan durasi resiko, melalui Program
Keluarga Produktif dan Sejahtera dengan strategi:
Mengintegrasikan berbagai asistensi sosial berbasis keluarga bagi
keluarga miskin dan rentan.
Memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial berbasis komunitas untuk
PMKS yang berada di luar sistem keluarga, serta menjadikan pelayanan
di dalam lembaga/panti sebagai alternatif terakhir
Melaksanakan asistensi sosial temporer, baik yang berskala maupun
berskala kelompok
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
44
Standarisasi pelaksanaan asistensi sosial temporer
b. Peningkatan pemenuhan hak dasar dan inklusivitas penyandang disabilitas,
lanjut usia, serta kelompok masyarakat marjinal pada setiap aspek kehidupan
dengan strategi :
Meningkatkan advokasi regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan
daerah untuk pemenuhan hak dasar bagi penduduk penyandang
disabilitas, lanjut usia, masyarakat adat serta kelompok masyarakat
marjinal
Meningakatkan penyuluhan sosial untuk mendidik dan menyadarkan
masyarakat mengenai lingkungan inklusif bagi penyandang
disabilitas,lanjut usia dan kelompok masyarakat marjinal.
c. Penguatan kelembagaan sosial yang meliputi standar pelayanan, sistem
rujukan, data, dan sistem pengaduan yang terintegrasi serta asistensi sosial
dengan strategi:
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksana asistensi sosial
termasuk di dalamnya pekerja sosial masyarakat, pendamping program
dan lembaga pemberi pelayanan.
2.4. Perluasan dan peningkatan pelayanan dasar
Perluasan dan peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan
rentan merupakan arah kebijakan yang difokuskan pada upaya-upaya bagaimana
perlindungan sosial yang sudah dilaksanakan dapat diperluas dan melibatkan pihak
terkait, baik pemerintah pusat dan pemerintahan daerah maupun kelembagaan
sosial masyarakat. Arah kebijakan ini dilakukan dengan menyediakan dan
memperkuat hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan dasar bagi
masyarakat miskin dan rentan, dengan strategi:
1) Penyusunan jenis pelayanan dasar dan indikator bidang rehabilitasi sosial
dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM)
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
45
2) Penguatan sistem pengembangan sumber daya manusia kesejahteraan
sosial (SDM Rehsos)
b. Meningkatkan penjangkauan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan
rentan dengan strategi:
1) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hak dasar dan layanan
dasar
2) Pengembangan dan penguatan sistem pementauan dan evaluasi berbasis
masyarakat terkait penyediaan layanan dasar.
2.5. Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan
Arah kebijakan pengembangan penghidupan berkelanjutan merupakan arah
kebijakan yang difokuskan pada peran aktif para pihak, dan peningkatan kualitas
pendampingan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat
miskin dan rentan. Arah kebijakan ini dilakukan dengan upaya-upaya sebagai
berikut:
a. Peningkatan peran pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan
ekonomi lokal bagi masyarakat miskin dan rentan dengan strategi:
1) Peningkatan dan perluasan integrasi program produktifitas ekonomi bagi
masyarakat miskin dan rentan
2) Peningkatan kerjasama yang melibatkan pemerintah, dunia usaha,
perguruan tinggi dan masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat
miskin dan rentan kepada usaha ekonomi produktif.
b. Peningkatan kualitas pendampingan dalam rangka peningkatan kapasitas
dan keterampilan masyarakat miskin dan rentan dengan strategi:
1) Pengembangan mekanisme pendampingan usaha ekonomi produktif bagi
masyarakat miskin dan rentan
2) Peningkatan kapasitas pendamping usaha ekonomi produktif
3) Meningkatkan pembentukan kelompok usaha bersama masyarakat miskin
secara mandiri.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
46
2.6. Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Penyelenggara Rehabilitasi Sosial
Penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia penyelenggara
Rehabilitasi sosial merupakan arah kebijakan yang difokuskan pada upaya-upaya
peningkatan kualitas pelayanan, sumber daya rehabilitasi sosial, mekanisme
pengawasan, dan penilaian keberhasilan capaian kinerja. Arah kebijakan ini
dilakukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas lembaga kesejahteraan sosial (LKS), dengan strategi:
1) Pengembangan pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial.
2) Peningkatan jumlah LKS yang terakreditasi di bidang penyelenggaraan
Rehabilitasi sosial.
3) Memperluas cakupan pendampingan bagi LKS.
b. Peningkatan kualitas SDM penyelenggara rehabilitasi sosial, dengan
strategi:
1) Peningkatan kualitas SDM melalui pemberian sertifikasi profesi pekerjaan
sosial.
2) Pengembangan diklat bagi SDM penyelenggara kesejahteraan sosial.
c. Peningkatan penerapan standar pelayanan pada penyelenggaraan
kesejahteraan sosial, dengan strategi:
1) Penyempurnaan dan pengembangan standar oprasional prosedur dan
standar pelayanan.
2) Peningkatan mutu dan kualitas sarana dan prasarana.
3) Pengembangan manajemen, instrumen monitoring dan evaluasi, serta
pengawasan.
Pada lingkup penanganan pembangunan kesejahteraan sosial dan penangan
PMKS rehabilitasi sosial di Indonesia, dalam RPJMN III (2015-2019) setidaknya
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
47
terdapat beberapa isu strategis, yang juga akan menentukan dan menjadi dasar
terhadap arah kebijakan dan strategi Ditjen Rehabilitasi Sosial, yaitu :
1. UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan UU Nomor 13
Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin memberikan kewenangan penuh
kepada Kementerian Sosial sebagai leading sector dalam penanggulangan
kemiskinan. Ke depan akan semakin diintensifkan koordinasi dengan 18
Kementerian/Lembaga terkait lainnya dalam kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, melakukan penguatan kapasitas kelembagaan
dan koordinasi internal di lingkungan Kementerian Sosial, dan melakukan
advokasi ke legislatif untuk mendapatkan alokasi anggaran yang proporsional
dengan peran Kementerian Sosial sebagai leading sector penanggulangan
kemiskinan.
2. Pengarusutamaan (mainstreaming) penyandang disabilitas dalam
pembangunan, sebagai konsekuensi logis dari ditetapkannya UU Nomor 19
Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Ke
depan akan diintensifkan sosialisasi tentang UU dimaksud kepada stakeholders
terkait dalam upaya : membuka kesempatan bekerja bagi penyandang
disabilitas, memberikan akses terhadap berbagai pelayanan sosial dasar, dan
menjamin aksesibilitas bagi penyandang disabilitas atas sarana pelayanan
publik.
3. Ditetapkannya PP Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Bagi
Pecandu dan Korban Penyalahgunaan NAPZA mengamanahkan Kementerian
Sosial sebagai penanggung jawab pelaksanaan rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan NAPZA. Ke depan akan dioptimalkan lembaga kesejahteraan
sosial pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat, yang bergerak di
bidang rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA untuk menjadi IPWL dan
menguatkan kapasitas LKS yang menangani korban penyalahgunaan NAPZA.
4. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Anak mengamanahkan Kementerian Sosial untuk menyiapkan Lembaga
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial Bersertifikat sebagai
pendamping bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum. Ke depan akan
diintensifkan kerjasama dengan Kementerian/Lembaga terkait maupun
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
48
pemerintah daerah, baik dalam membangun LPKS bagi ABH, maupun tenaga
peksos bersertifikat sebagai pendamping bagi ABH di Sistem Peradilan Pidana
Anak.
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
8. Peraturan Menteri Sosial (Permensos) Nomor 1 Tahun 2015 tentang Standar
Lembaga Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial.
Selanjutnya, kebijakan Ditjen Rehabilitasi Sosial lainnya yang mendukung
kebijakan RPJMN 2015-2019 yang agendanya bersinggungan antara Kementerian
Sosial dengan Kementerian/Lembaga Lain, seperti :
1. Mendukung Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak
2. Penanganan Anak dan Perempuan Korban Tindak Kekerasan
3. Meningkatkan upaya terapi psiko sosial dan rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan NAPZA
4. Pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar
5. Peningkatan kualitas pelayanan publik
6. Penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan
pembangunan yang efisien, efektif, transparan, dan terintegrasi
3. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas.
3.1.1. Arah Kebijakan
a. Mendukung penataan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan
termasuk peraturan daerah yang berkenaan dengan penyelenggaraan
rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
49
b. Meningkatkan kualitas hidup dan akses seluas-luasnya bagi Penyandang
Disabilitas / Penyandang Disabilitas, khususnya Penyandang Disabilitas yang
memerlukan rehabilitasi sosial.
c. Menata kembali kelembagaan dan peningkatan profesionalisme rehabilitasi
sosial Penyandang Disabilitas yang berbasis pekerjaan sosial, baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
d. Memantapkan kualitas dan akuntabilitas manajemen rehabilitasi sosial
Penyandang Disabilitas mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, pelaporan, penyediaan data dan koordinasi atau
keterpaduan.
e. Meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat termasuk masyarakat
mampu, dunia usaha, perguruan tinggi, dan Orsos/LSM dalam
penyelenggaraan rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas secara terpadu
dan berkelanjutan.
f. Menciptakan iklim yang dapat memperkuat ketahanan sosial masyarakat dan
mengembangkan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan tanggung jawab
sosial untuk berpartisipasi dalam mencegah masalah sosial Penyandang
Disabilitas serta mendukung rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
g. Mendukung terlaksananya kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan
rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas yang terkoordinasi dengan kebijakan
pemerintah.
h. Mengoptimalkan penyediaan data dan pengembangan indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur capaian rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
i. Mengembangkan advokasi dan pendampingan sosial di dalam pengelolaan
program rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
3.1.1. Strategi:
a. Kampanye sosial, mengandung makna memberikan pemahaman, sosialisasi, penyadaran, dan kepedulian terhadap pelaku rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas dalam upaya penyelenggaraan rehabilitasi sosial
b. Kemitraan sosial, mengandung makna adanya kerja sama, kepedulian, kesetaraan, kebersamaan,dan jaringan kerja yang menumbuh kembangkan kemanfaatan timbal balik antara pihak-pihak yang bermitra.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
50
c. Partisipasi sosial, mengandung makna adanya prakarsa dan peranan dari penerima pelayanan dan lingkungan sosialnya dalam pengambilan keputusan serta melakukan pilihan terbaik untuk peningkatan kesejahteraan sosialnya.
d. Advokasi dan pendampingan sosial, mengandung arti adanya upaya memberikan perlindungan, pembelaan, dan asistensi terhadap hak-hak dasar Penyandang Disabilitas.
e. Penyediaan aksesibilitas fisik dan non fisik bagi Penyandang Disabilitas dimaksudkan guna mempermudah mobilitas dan akses terhadap pelayanan-pelayanan dasar.
4. Kerangka Regulasi
UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN telah mengamanatkan penanganan
kerangka regulasi yang sejalan dengan kerangka pendanaan sejak proses
perencanaan. Hal tersebut akan meningkatkan kualitas kebijakan dan regulasi yang
tertib sehingga memungkinkan setiap program/kegiatan dapat memberikan
manfaat yang lebih optimal. Tujuan kerangka regulasi dalam pembangunan sektor
dan bidang adalah:
1) Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-
undangan sesuai kebutuhan pembangunan;
2) Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka
mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan
3) Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan
peraturan-perundang-undangan.
Sejalan dengan RPJMN tahap III (2015-2019), sinergi antara kebijakan dan
kerangka regulasi dilakukan untuk memantapkan pembangunan nasional di
berbagai bidang pembangunan.
Kebutuhan regulasi dalam lima tahun dimaksudkan sebagai pedoman
penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Jangka Menengah (2015-2019).
Kerangka regulasi di dalam mendukung arah kebijakan dan strategi pembangunan
bidang kesejahteraan sosial tahun 2015-2019 diantaranya adalah: 1). Revisi UU No.
4/1997 tentang Penyandang Cacat sesuai dengan UU No. 19/2011 tentang Ratifikasi
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
51
CRPD; 2). Penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) bagi penyandang disabilitas;
3). Melengkapi peraturan pelaksana standar pelayanan minimal dan pengaturan
pembagian kewenangan yang antara lain mengatur koordinasi antar lembaga di
tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial, sarana prasarana, serta penguatan fungsi, peran, standar dan kapasitas
lembaga penyelenggara mencakup kesejahteraan anak, penanganan fakir miskin,
penanganan korban penyalahgunaan napza, tunasosial, korban tindak kekerasan
dan atau pekerja migran bermasalah, serta permasalahan sosial lainnya dalam
rangka peningkatan kesejahteraan, keberfungsian sosial dan kemandirian; 4)
Mendorong penyusunan regulasi daerah untuk advokasi dan implementasi
inklusivitas penyandang disabilitas dan lanjut usia di daerah. Kerangka regulasi
yang disusun untuk Tahun 2015-2019 dalam mendukung pelaksanaan penerapan
sasaran strategis dapat di lihat pada Tabel di bawah ini.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
52
Tabel 5 Kebutuhan regulasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
Tahun 2015-2019 Kementerian Sosial
No Uraian Tahun Volume Target
1. Rencana kebutuhan penyusunan regulasi; OTK,penyandang disabilitas tunasosial,dan ekotip
2015 3
2. Rencana kebutuhan penyusunan regulasi; tunasosial dan lanjut usia,
2016 2
3. Rencana kebutuhan penyusunan regulasi; pengasuhan anak, lanjut usia, dan standar lembaga kesejahteraan sosial bagi tuna susila.
2017 3
4. Rencana kebutuhan penyusunan regulasi; 2018 3 5. Rencana kebutuhan penyusunan regulasi; 2019 3
Sumber Data : Bag. OHH Ditjen Reh. Sosial (2015).
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
53
5. Kerangka Kelembagaan
Kerangka kelembagaan pemerintah yang efektif dan akuntabel sebagai
pelaksana program pembangunan merupakan salah satu penentu keberhasilan
pelaksanaan pembangunan. Kelembagaan merujuk kepada organisasi, pengaturan
hubungan inter dan antar organisasi, serta sumber daya manusia aparatur.
Organisasi mencakup rumusan tugas, fungsi, kewenangan, peran, dan struktur.
Pengaturan hubungan inter dan antar-organisasi mencakup aturan main dan/atau
tata hubungan kerja inter dan antar-organisasi/lembaga pemerintah, sedangkan
sumber daya manusia aparatur negara mencakup para pejabat negara dan aparatur
sipil negara yang menjalankan organisasi tersebut.
4.1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) adalah komponen penting dalam
sebuah organisasi/kelembagaan. SOTK adalah sebuah mekanisme yang
menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangan yang menjadi
tugas pokok dan fungsi sebuah unit kerja. Mengingat pentingnya SOTK tersebut,
maka untuk 2015-2019 Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
melakukan penyempurnaan dalam rangka mendukung capaian tujuan dan
program/kegiatan yang ditetapkan baik dalam sasaran strategis maupun indikator
kienrja.
SOTK Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas saat ini adalah
berdasarkan Permensos 20/HUK/2015 yang memuat empat Sub Direktorat Eselon
III (lihat gambar), yang meliputi: Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Fisik, Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental,
Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik, dan Sub
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
54
Grafik 2 SOTK Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Mandat Kelembagaan Ditjen Rehabilitasi Sosial
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention om
the Rights Of Persons With Disabilites (Konvensi mengenai hak-hak
Penyandang Disbiltas
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
lampiran: hal pembagian kewenangan pemerintah Pusat dan Daerah
e. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) adalah komponen penting dalam
sebuah organisasi/kelembagaan. SOTK adalah sebuah mekanisme yang
menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangan yang menjadi
tugas pokok dan fungsi sebuah unit kerja. Mengingat pentingnya SOTK tersebut,
maka untuk 2015-2019 Kementerian Sosial melakukan penyempurnaan dalam
rangka mendukung capaian tujuan dan program/kegiatan yang ditetapkan baik
dalam sasaran strategis maupun indikator kinerja.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
55
a. Tugas
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas.
b. Fungsi
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas menyelenggarakan
fungsi :
1. Perumusan kebijakan di bidang rehabiliasi sosial penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas sensorik, dan
penyandang disabilitas intelektual;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang rehabiliasi sosial penyandang disabilitas
fisik, penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas sensorik, dan
penyandang disabilitas intelektual;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabiliasi
sosial penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental,
penyandang disabilitas sensorik, dan penyandang disabilitas intelektual;
4. Pemberian bimbingan teknis di bidang rehabiliasi sosial penyandang
disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas
sensorik, dan penyandang disabilitas intelektual;
5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang rehabiliasi sosial penyandang
disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas
sensorik, dan penyandang disabilitas intelektual;
6. Pelaksanaan urusan tata usaha, perencanaan program dan anggaran,
kepegawaian, dan rumah tangga direktorat.
Irisan-irisan sasaran dan tugas pokok serta fungsi tersebut sangat
mempengaruhi capaian kinerja Kementerian Sosial terutama untuk mengukur
indikator kinerja output, outcome dan impact. Memperhatikan hal-hal tersebut,
diperlukan adanya perubahan/ penyesuaian organisasi dan tata kelola Kementerian
Sosial yang dapat menampung fungsi-fungsi yang diamanatkan oleh UU No. 11
Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
56
2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, serta pencapaian pembangunan nasional
2015-2019.
4.2. Tatalaksana Antar Indikator Kinerja
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, capaian kinerja Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas diarahkan pada : (i) meningkatnya
kemampuan penyandang disabilitas dalam memenuhi kebutuhan dasar, (ii)
terpenuhinya hak dasar dan inklusivitas bagi penyandang disabilitas. Untuk
mencapai tujuan tersebut ditetapkan beberapa indikator kinerja :
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
57
Tabel 6 Hubungan antar indikator kinerja Ditjen Rehabilitasi Sosial 2015-2019
Sasaran Strategis IKSS (Impact) IKP (Outcome) IKK (Output)
Meningkatnya kemampuan penyandang disabilitas yang mampu memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
% meningkatnya kemampuan penyandang disabilitas dalam memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
Meningkatnya akses penyandang disabilitas yang meningkat kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dasar
a. Layanan asistensi sosial bagi 22.500 penerima Layanan
b. bantuan sosial bagi 90.393 penerima manafaat layanan manfaat layanan
c. Layanan dalam panti bagi 8.200 penerima manfaat layanan
d. Layanan luar panti bagi 56.565 penerima manfaat layanan
% Kab/Kota yang memiliki regulasi bagi penyadang disabilitas.
Tersedianya akses layanan khusus di K/L, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kab/Kota bagi penyandang disabilitas.
Layanan akses informasi tentang layanan khusus di 65 K/L, 34 Provinsi, dan 514 Kab/Kota bagi 14.856.845 penerima manfaat layanan.
Meningkatnya dukungan regulasi, anggaran dan/atau layanan publik yang inklusif oleh Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kab/Kota bagi penyandang disabilitas.
Layanan akses informasi dukungan layanan publik di 34 Provinsi, dan 514 Kab/Kota bagi 14.856.845 penerima manfaat layanan.
Meningkatnya layanan publik yang dapat diakses bagi penyandang disabilitas.
Layanan akses informasi tentang aksesibilitas layanan publik yang dimanfaatkan di 34 Provinsi, dan 514 Kab/Kota bagi 14.856.845 penerima manfaat layanan.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
58
4.3. Penataan dan Pengembangan Panti Rehabilitasi Sosial
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin, seluruh program dan kegiatan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial diarahkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial
PMKS dengan melibatkan seoptimal mungkin peran serta setiap PSKS.
Dalam program Rehabilitasi Sosial, upaya penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di Dalam Panti dan
Luar Panti. Kegiatan di Dalam Panti bagi penyandang disabilitas dilaksanakan
di 19 panti rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. Dalam perkembangannya,
masih diperlukan peningkatan layanan baik didalam panti maupun diluar panti
karena hasil yang telah dicapai melalui panti-panti sosial belum optimal.
Hal ini terutama karena ketidakseimbangan yang terjadi antara
perkembangan jumlah dan sebaran permasalahan penyandang disabilitas yang
jauh lebih cepat dibandingkan daya jangkau, kapasitas dan kemampuan
pelayanan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh panti sosial, baik milik
pemerintah maupun masyarakat. Namun demikian, mencermati perkembangan
penyandang disabilitas, keberadaan panti-panti sosial tetap strategis sebagai
salah satu alternatif pelayanan kesejahteraan sosial (alternative care) yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam penanganan penyandang
disabilitas. Panti sosial dikatakan strategis karena merupakan salah satu wujud
dari pelaksanaan kewajiban pemerintah dalam memenuhi hak-hak dasar
warganya yang karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar.
Di tengah-tengah keterbatasan kemampuan sumber daya dan sarana
prasarana dalam menangani penyandang disabilitas, upaya untuk merevitalisasi
peran Panti milik pemerintah dan masyarakat harus tetap dilakukan agar Panti
memiliki keunggulan komparatif dan benar-benar dapat menjadi alternatif
sumber-sumber pertolongan sosial yang dapat diakses oleh individu dan
masyarakat (resources-based). Berkaitan dengan upaya revitalisasi melalui
penataan dan pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial melalui panti-
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
59
panti sosial, diperlukan perencanaan yang dapat memberikan kejelasan arah
kebijakan, strategi dan rencana pola pelayanan kesejahteraan sosial di Panti
Sosial.
Terkait dengan arah kebijakan penyelenggaraan perlindungan sosial
yang komprehensif bagi penduduk rentan, penataan dan pengembangan panti
sosial secara spesifik diarahkan pada peningkatan pendampingan dan
pelayanan sosial bagi penduduk kurang mampu dan rentan, termasuk
penyandang disabilitas yang berada di luar sistem keluarga, melalui rehabilitasi
sosial berbasis komunitas, serta menjadikan pelayanan di dalam lembaga/panti
sebagai alternatif terakhir. Pelayanan bagi penyandang disabilitas berbasis
komunitas dilakukan melalui peningkatan kapasitas pendampingan sosial dan
ekonomi untuk membangun produktifitas; pelatihan dalam pengasuhan
(termasuk homecare dan daycare) agar penyandang disabilitas memiliki
kesempatan yang sama di berbagai aspek penghidupan serta mendapatkan
kemudahan dalam memperoleh pelayanan publik dan fasilitas umum untuk
mewujudkan kemandirian penyandang disabilitas yang mensejahterakan.
Penataan dan pengembangan panti sosial juga terkait dengan
pelaksanaan Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa , khususnya
pasal 28 ayat (1) serta Penyelenggaraan pemberian ketrampilan kerja
(vokasional). Penyelenggaraan pemberian ketrampilan kerja (vokasional)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses rehabilitasi sosial. Hal
ini dinyatakan dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial Pasal 7-8, juga
dalam Undang-Undang Penyandang Disabilitas No.4 Tahun 1997 serta Pasal 26
Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas yang diratifikasi melalui Undang-
Undang No. 19 tahun 2011.
Dalam upaya membuka perluasan kesempatan kerja bagi penyandang
disabilitas, BBRVBD Cibinong sebagai institusi penyelenggara pelatihan kerja
perlu dilakukan penaatan kembali BBRVBD ke arah (center of excellence) pusat
keunggulan penyediaan SDM penyandang disabilitas dalam dunia kerja,
Pengembangan diarahkan pada : 1). Penyediaan tenaga kerja penyandang
disabilitas dalam dunia industri; 2). Penyiapan penyandang disabilitas sebagai
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
60
wirausawan mandiri. Untuk itu perlu dikembangkan : 1). Kurikulum pelatihan
yang integratif dan strategis, 2). Peningkatan kapasitas instruktur yang memiliki
daya inovasi dan kreativitas dalam proses pembelajaran, 3). Penambahan waktu
permagangan, peninjauan proses penerimaan klien yang lebih fleksible; serta
meninjau ulang struktur organisasi BBRVBD.
Penataan panti juga terkait dengan UU No. 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, khususnya mengenai pelembagaan layanan Rehabilitasi
Sosial di Pusat dan Daerah. Mengacu pada UU No. 11 Tahun 2009 dijelaskan
bahwa Negara bertanggungjawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial
yang ditujukkan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang
termasuk dalam kategori kelompok yang memerlukan rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar baik melalui keluarga, masyarakat
maupun panti sosial.
Terkait dengan tujuan dimaksud, 19 UPT Penyandang Disabilitas akan
dijadikan sebagai Pusat Rujukan Nasional Rehabilitasi Sosial yang akan mampu
memerankan lembaganya sebagai pusat percontohan nasional. Pemilihan dan
pemilahan pusat-pusat rujukan nasional tersebut akan dipertimbangkan
berdasarkan wilayah regional atau pertimbangan lain yang akan lebih
memudahkan proses pelaksanaan rujukan dan koordinasi. Operasionalisasi dari
pusat rujukan nasional ini, termasuk mekanisme koordinasi layanan dan
rujukannya, akan diatur lebih lanjut dalam standar teknis rehabilitasi sosial di
pusat rujukan nasional dan standar layanan rehabilitasi sosial di dalam keluarga,
masyarakat dan lembaga sesuai dengan peraturan perundangan.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
61
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
1. Target Kinerja
Target Kinerja Kementerian Sosial Tahun 2015-2019 mencakup hasil dan
satuan hasil yang akan dicapai dari setiap indikator kinerja, baik Indikator Kinerja
Sasaran Program (IKP), maupun Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKK), yang
bermuara pada pencapaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) yang menjadi
capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Berikut ini
adalah indikator kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 2015-
2019 :
1.1. Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)
Sasaran strategis adalah sasaran yang menjadi penilaian penting dari capaian
kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas selama kurun waktu
lima tahun (2015-2019) yang merupakan indikator kinerja bagi Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan menjadi input bagi Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial serta Kementerian/Lembaga. Lebih jelasnya untuk
melihat keterkaitan antara tujuan, sasaran strategis dan indikator pencapaian
kinerja dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 7 Tujuan, sasaran strategis, dan indikator kinerja utama
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 2015-2019
Tujuan Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Target 2015-2019
Meningkatnya keberfungsian sosial penyandang disabilitas melalui bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
Meningkatnya penyandang disabilitas yang mampu memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
1. Persentase (%) Penyandang disabilitas yang mampu memanfaatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
Tabel
Terlampir
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
62
Tujuan Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Target 2015-2019
2. Persentase (%) kab/kota yang memiliki regulasi untuk pengembangan akses lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas.
1 %
Tabel 8 Angka Target kinerja Kementerian Sosial tahun 2015-2019
Target Kinerja (5 tahun) untuk Direktorat Penyandang Disabilitas adalah 3,23% dari total populasi P. Disabilitas 6,008,640 orang (Sumber Data : Data Susenas 2012).
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
63
2 Kerangka Pendanaan
Penganggaran pembangunan kesejahteraan sosial bidang pelayanan dan
rehabilitasi sosial disusun berdasarkan pada anggaran berbasis kinerja
(performance budget) yang diatur dalam UU no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, dimana penyusunan anggaran berdasarkan atas perencanaan kinerja yang
terdiri dari program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta indikator kinerja
yang ingin dicapai. Dengan demikian, anggaran yang disusun memperhatikan
sasaran strategis, kondisi yang diinginkan dengan target yang ingin dicapai dalam
kurun waktu tertentu.
Oleh karena itu tujuan dari anggaran berbasis kinerja pada rencana dan
program Direktorat ehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mengarah pada:
a. Tercapainya sasaran strategis yang telah ditetapkan sesuai dengan target.
b. Tersusunnya perencanaan dan penganggaran yang efektif dan efisien.
Anggaran Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dialokasikan
untuk kegiatan di pusat, dekonsentrasi dan UPT (lihat lampiran Sasaran dan Biaya
Anggaran Direktorat Rehsos Penyandang Disabilitas 2015-2019). Alokasi anggaran
kegiatan Pusat meliputi kegiatan pada Direktorat dan Bantuan-bantuan sosial; serta
dukungan manajemen.
UPT merupakan pencerminan kinerja Direktorat dalam menangani sasaran garapan
permasalahan pelayanan dan rehabilitasi sosial, sehingga akan mengalokasikan
anggarannya dari kepemerintahan yang baik, kegiatan pelayanan dan rehabilitasi
sosial, dan sarana prasarana.Sedangkan dana dekonsentrasi merupakan dana
dukung terhadap kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial di daerah yang
disalurkan kepada Propinsi berdasarkan penjajagan dan usulan sesuai dengan data
permasalahan di daerah.
RENSTRA DIREKTORAT RSPD 2015-2019
64
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kesejahteraan Sosial Tahun 2015-
2019 merupakan kelanjutan dari Rencana Strategis 2010-2014 yang telah
dilaksanakan pada periode lalu. Dokumen Restra ini diharapkan dapat mempertegas
posisi dan peranan pembangunan kesejahteraan sosial serta dapat menyatukan
derap langkah semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan
kesejahteraan sosial (pemangku kepentingan), baik pemerintah, dunia usaha,
maupun institusi kemasyarakatan untuk mencapai terlaksananya perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian program yang sesuai dengan paradigma
pembangunan serta kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai pengguna layanan
(beneficiaries/customer) pembangunan kesejahteraan sosial.
Rencana Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Tahun 2015–2019 pada
tingkat Eselon II Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, disusun
dengan memperhatikan RPJPN 2005-2025, pelaksanaan pembangunan
kesejahteraan sosial sampai saat ini dan perkembangan terakhir, serta perubahan
paradigma yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan yang terjadi.
Sebagai rencana strategis untuk 5 (lima) tahun mendatang, rencana strategis
pembangunan kesejahteraan sosial Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
tahun 2015–2019 diharapkan dapat menjadi dokumen yang mampu memberikan
arah strategis, target, dan sasaran yang tepat, tetapi fleksibel dengan
perkembangan situasi yang terjadi, khususnya dalam bidang pembangunan
kesejahteraan sosial dan kondisi setempat yang unik dan spesifik.