Upload
lekien
View
235
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
DR. HASANI AHMAD SAID, M.A.
DISKURSUS MUNASABAH
AL-QUR’AN Mengungkap Tradisi Tafsir Nusantara: Tinjauan Kritis Terhadap Konsep
dan Penerapan Munasabah dalam Tafsir al-Mishbah
Kata Pengantar:
Prof. Dr. Fathurrahman Rauf
Dr. Ahsin Sakho Muhammad, M.A.
Puslitbang Lektur dan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
KATA PENGANTAR
Mengawali kata pengantar karya ini, tidak ada kalimat yang paling tepat
untuk menunaikan puji dan syukur, selain kepada Dzat yang maha terpuji yaitu
Allah Swt. Salawat dan salam, kita mohonkan kehadirat-Nya, semoga selalu
dipersembahkan kepada Nabi dan Rasul penutup, yaitu Muhammad Saw. beserta
segenap keluarga dan sahabatnya; bahkan umatnya hingga akhir zaman.
Atas karunia-Nya pula, penulisan karya yang bertajuk “Diskursus Munasabah
Alquran: Mengungkap Tradisi Tafsir Nusantara: Tinjauan Kritis Terhadap
Konsep dan Penerapan Munasabah dalam Tafsir al-Mishbah Kajian Atas Tafsir
al-Mishbah” ini dapat diselesaikan. Karya ini berasal dari disertasi penulis yang
berjudul “Diskursus Munasabah Alquran: Kajian atas tafsir al-Mishbah” pada
Program Studi Pengkajian Islam, dalam bidang Tafsir di Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Disertasi tersebut telah dipertahankan pada
sidang Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada hari Jumat 25 Februari 2011 dan Ujian
Promosi (Terbuka) pada hari Senin, 28 Maret 2011. Karya disertasi yang menjadi
buku ini menandai berakhirnya masa studi S3 penulis, dari September 2008
hingga Maret 2011. Pada wisuda ke-83, 16 April 2011, Prof. Dr. Komarddin
Hidayat selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan penghargaan
kepada penulis atas prestasi yang telah dicapinya sebagai Sarjana S3 Terbaik
Sekolah Pascasarjana Tahun Akademik 2010/2011.
Sehubungan dengan terselesaikannya karya ini, sungguh pada tempatnyalah
apabila penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada banyak
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang ikut berpartisipasi
membangun teori dan data. Sehingga, karya ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Maka, penulis selayaknya mengabdikan budi baik kepada para pihak
yang telah membantu dengan ungkapan syukur al-hamdulillah yang tidak
terhingga.
Karya yang ada di tangan pembaca ini adalah disertasi penulis sebagai salah
satu persyaratan memperoleh gelar doktor studi Islam, konsentrasi Tafsir dan ‘Ul‼m
al-Qur’an pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keseluruhan proses penulisan hingga lahirnya karya tulis ini tidak mungkin berjalan
dengan lancar tanpa peran serta dan bantuan dari pelbagai pihak. Untuk itu Penulis
bermaksud mempersembahkan ungkapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada para pihak tersebut.
Ungkapan hormat dan terima kasih yang pertama, Penulis persembahkan terun-
tuk kedua orang tua tercinta, Ahmad Syamsuri bin H. Said dan Sunariyah binti H.
Surya, yang telah menjalankan tugas mulianya dengan sangat baik sebagai
pendidik, pembimbing, dan pengayom bagi kedubelas putera-puterinya. Tanpa jasa
besar dan doanya yang tulus tiada ternilai, rasa-rasanya sulit bagi penulis untuk
dapat menyele-saikan studi ini. Semoga Allah Swt. memberikan balasan yang
terbaik buat keduanya: kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan hingga akhir
hayatnya.
Ucapan terima kasih laik disampaikan kepada seluruh Civitas Akademika
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, terutama Direktur, Prof.
Dr. Azyumardi Azra, M.A. yang selalu menunjukkan keteladanan sebagai
akademisi sejati. Demikian pula untuk para Deputi Direktur—juga berperan
sebagai “Tim Akademik” yang solid—yakni: Prof. Dr. Suwito, M.A., Dr. Fuad
Jabali, M.A., Dr. Ujang Thalib, M.A., dan Dr. Yusuf Rahman, M.A. yang telah
berbaik hati mencurahkan segenap kritik dan sarannya yang sangat konstruktif.
Ungkapan terima kasih juga Penulis persembahkan buat seluruh Civitas
Akademika IAIN Raden Intan, Lampung sebagai “ladang” pengabdian dan
pengajaran, terkhusus buat Bapak Prof. Dr. HM. Mukri, M.Ag., selaku Rektor dan
Prof. Dr. KH. Musa Sueb, M.A. (mantan Rektor) dan para Wakil Rektor yang telah
memberikan keleluasaan dan toleransi waktu untuk mepercepat studi. Penulis juga
berhutang budi kepada Bapak Dekan Fakultas Syariah, Prof. Dr. H. Suharto, SH.,
M.A. dan Dr. H. Faisal, S.H., M.A., (mantan Dekan Syariah, Warek II saat ini),
para wakil dekan serta para dosen, Kabag, Kasubbag, dan staf karyawan, yang telah
memberikan banyak motivasi, masukan dan pertimbangan bijak, sehingga dapat
memperlancar dan mempercepat studi.
Secara khusus Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tinggi untuk Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A. dan Prof. Dr. H. Chatibul Umam
selaku Promotor, Guru, dan Orang tua Penulis yang telah “menyisakan” waktu
untuk membimbing Penulis di tengah aktivitas yang amat padat. Demikian pula
untuk para Penguji mulai dari ujian proposal disertasi hingga work in progress,
ujian pendahuluan Doktor, hingga sidang ujian promosi Doktor: Prof. Dr.
Azyumardi Azra, M.A., Prof. Dr. Suwito, M.A., Prof. Dr. Zainun Kamal Faqih,
M.A., Prof. Dr. Yunan Yusuf, M.A., Prof. Dr. Zainal Rafli, M.Pd., Dr. Yusuf
Rahman, Dr. Fu’ad Jabali, M.A dan Prof. Dr. Rodoni yang telah membubuhkan
saran dan masukan konstruktif untuk perbaikan penulisan disertasi ini.
Untuk seluruh guru, ustazh, dosen-dosen Penulis Program S-1, Sekolah
Pascasarjana UIN Jakarta, Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI DKI Jakarta dan
Pendidikan Kader Mufassir (PKM) Pusat Studi Al-Qur’an, yang pernah terlibat
secara intens dalam proses pengajaran yang tidak tersebutkan satu persatu
namanya, semoga jasa baik mereka bermanfaat dan selalu terukir dalam
kenangan.
Ungkapan penuh hormat dan penghargaan yang tulus Penulis sampaikan
untuk Prof. Dr. K.H. Fathurrahman Rauf beserta Ibu dan keluarga besar, sebagai
panutan, pembimbing, dan orang tua Penulis, khususnya ungkapan terima kasih
buat istri tersayang, dr. Laeli Puspita Sari dan ‘bidadari’ Nakhwa Haura Jamila
Elhasani meski sangat disibukkan dengan urusan sebagai dokter muda, namun
dengan penuh kesabaran dan kesetiaan selalu mendampingi dan menyemangati
Penulis baik dalam suka maupun duka, terutama selama menjalani studi di
Pascasarjana dan mengemban tugas sebagai dosen di IAIN Raden Intan,
Lampung.
Ungkapan takzim juga Penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Muhammad
Amin Suma, S.H., M.A., M.M. dan Ibu, dan Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi,
M.A. dan Ibu, Prof. Dr. Nasarudin Umar, M.A., Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,
M.A., dan Dr. Ahsin Muhammad Sakha, M.A. Beliau-beliau menjadi orang tua
dan sekaligus membimbing bagaimana seharusnya bersikap dan berinteraksi di
dunia kampus. Demikian pula teruntuk kang Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie,
S.H., M.A. beserta teh Hajjah Yeni yang telah membuka jalan yang amat luas
bagi Penulis untuk berkiprah dalam dunia organisasi, kampus dan
kemasyarakatan. Semoga Allah Swt. menganugerahkan balasan yang memadai.
Ungkapan khusus juga penulis sampaikan kepada guru idola dan panutan
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A., keluarga dan putera-puterinya terutama Ibu
Najeela Shihab, M.Psi. (emba Ela), dan Nasywa Shihab (emba Chacha) yang telah
menyambungkan dan menggali sisi-sisi keilmuan dan keulamaan yang tidak
terekspose oleh media, baik via email, sms, face book, maupun tatap muka
langsung. Tidak lupa untuk guru, kawan dan rekan di Pendidikan Kader Mufassir,
Pusat Studi al-Qur’an: Ust. Dr. H. Wahib Mu’thi, M.A., Dr. H. Muchlis M.
Hanafi, M.A., HM. Arifin, M.A. beliau bertiga sebagai ‘tim solid’ Manager
Program PSQ, yang terus menyemangati, membimbing dan mengevaluasi sudah
sejauh mana karya dan kualitas disertasi telah tergarap dengan baik.
Kepada rekan-rekan Penulis, baik dalam komunitas kampus maupun dalam
pelbagai aktivitas keorganisasian, antara lain: Lebba Pongsibanne, M.Si., Dr. HM.
Nurul Irfan, M.A., untuk rekan-rekan Staf Pengajar Fakultas Syariah IAIN Raden
Intan lampung, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan UIN Jakarta, Keluarga Mahasiswa Cilegon, HMB Jakarta, HMB
Lampung, Himpunan Qori’ dan Qoriah Mahsiswa (HIQMA) UIN Jakarta,
Pengurus Buperda Masjid Fathullah, terutama Prof. Dr. H. Abdul Aziz Dahlan,
Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali, M.A., Dr. Hj. Isnawati Rais, M.A., Dr. H.
Zuhdi Anwar, M.A., Habib Muhsin Al-Haddar, SE., Dr. H. Asep Syarifuddin
Hidayat, SH., MH., LTTQ, IRMAFA, LPQ dan segenap rekan-rekan ‘aktifis’
Masjid Fathullah UIN Jakarta, dan lain-lain.
Tak lupa, Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama RI
yang membantu lewat Program Beasiswa Pendidikan untuk Dosen IAIN Raden
Intan, Lampung dan Beasiswa Pendidikan Kader Mufassir, Pusat Studi al-Qur’an,
Baznas, Bazis DKI. Bantuan dan penghargaan dari beberapa institusi ini turut mem-
bantu meringankan beban finansial selama studi di Sekolah Pascasarjana.
Buat keluarga besar Pabean, Cilegon, Banten terutama untuk kesebelas
kakak, seorang adik, dan beberapa keponakan: Kang Fuad, S.Pd. dan Teh Isah
beserta ketiga putrinya: Linda, Eroh dan Najma; Kang Fadil dan Teh Umroh
beserta ketiga anaknya: Syukron, Iim dan Azka; Kang Tafriji, S.E., M.M. dan Teh
Sumarni, S.Pd., beserta keempat putra: Adi S., S.H., Opan, Akim, Syafaah (Alm.);
Teh Mat dan Kang H. Zaenul beserta empat anak: Tuti (alm.), Fauzi, Lina dan
Ela; Kang Isro dan Teh Suariyah beserta tiga anak: Indah, Iqbal, dan Fakhri; Teh
Muk dan M. Isa (alm.) beserta tiga anak: Didit (alm.), Yuli dan Alung; Kang Lies
dan Teh Nunung beserta satu putrinya: Tari; Kang Suri, S.IP., dan Teh Fat beserta
kedua putra: Syifa dan Haikal; Teh Toya dan Kang Sub beserta tiga putera: Anis,
Indra dan Wildi; Teh Juda, S.Pd.I dan Kang Taufik beserta satu puteranya, Alvin,
dan Dedi, S.Sos dan Winda S.Pd.I terima kasih atas dukungan dan doanya.
Karena doa dan support mereka karya ini ada, dan untuk adik dan keponakan-
keponakan Penulis, melalui karya ini, kalian adalah generasi penerus dari Kakang
dan jadilah yang lebih baik dari yang telah kakang raih selama ini.
Secara khusus, penulis ucapakan terima kepada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, khususnya Dr. Drs. H. Choirul Fuad Yusuf, M.Si., Dr.
Hamdar Raiyyah, M.A., Dr. Hj. Fakhriati, M.A., mas Riza Pratama, S.Th.I., Msi.
dan Mas Ruslan yang memberikan kesempatan karya ini untuk diterbitkan
melalui program seleksi penerbitan disertasi/karya ilmiah tahun 2013. Tentu
semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu di sini, penulis ucapkan
banyak terima kasih, karena tanpa bantuan mereka, karya ini tidak mungkin dapat
terselesaikan. Untuk kedua orang tua yang telah meninggal dunia khususnya dan
lain-lain secara keseluruhan, penulis panjatkan do’a: “Rabbighfirli waliwalidayya
warhamhuma kama Rabbayani saghira; walijami‘ al-muslimin wa al-muslimat,
al-ahya’i minhum wa al-amwat. Khusus untuk penulis, “Rabbi zidni ‘ilman
warzuqni fahman”. Untuk para pembaca penulis doakan: “Allahummaftah lana
hikmataka, wansur ‘alaina rahmataka min khaza’ini rahmatika ya arhama al-
rahimin”.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena masih
banyak sisi keistimewaan Alquran yang belum diungkap dalam karya ini. Namun
demikian, penulis berharap, yang sedikit ini mampu memberikan gambaran
sekelumit tentang sisi keistimewaan Alquran dan dapat berkontribusi baik bagi
umat dan perkembangan keilmuan. Semoga para pembaca akan tergugah untuk
mendalami lebih jauh sebagai kelanjutan penulisan ini, dan semoga keistimewaan
dan kemukjizatan perspektif susunan dan urutan ayat-ayat dan surah-surah
Alquran melalui pendekatan kajian munasabah dapat mengantarkan kaum muslim
untuk lebih menghayati dan mengamalkan tuntunannya.
Bambu Apus, Pamulang, 11 Desember 2013
Hasani Ahmad Said
KATA PENGANTAR Oleh Prof. Dr. Fathurrahman Rauf
(Guru Besar Bahasa & Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
﴾بسماهللالرحمنالرحيم ﴿
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Salawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada yang sebaik-baik insan, Muhammad saw Nabi akhir
zaman. Juga kepada segenap keluarga, sahabat, dan para pengikut setia hingga
akhir zaman. Wa ba’du.
Mengawali kata pengantar buku yang berjudul ”Diskursus Munasabah
Alquran” yang ditulis oleh Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. sudah barang tentu
menyambut gembira atas kehadirannya. Bagaimana tidak, Alquran sebagai jalan
hidup (way of life) bagian seluruh ummat muslim di seluruh penjuru dunia.
Kehadiran kajian dalam buku ini yang berasal dari Disertasi di Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta tentu sangat membantu dalam
ranah pemahaman terhadap teks Alquran itu.
Alquran adalah kalam Allah yang sekaligus merupakan mukjizat, yang
diturunkan kepada Muhammad SAW dalam bahasa Arab, yang sampai kepada
umat manusia dengan cara al-tawâtur (langsung dari Rasul kepada umatnya), yang
kemudian termaktub dalam mushaf. Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan
nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan
individual dan sosial bagi umat Islam dalam segala aspeknya.
Namun demikian, Alquran tidak boleh ditonjolkan sebagai kitab antik
yang harus dimitoskan, karena hal tersebut bisa menciptakan jarak antara Alquran
dengan realitas sosial. Alquran di satu pihak diidealisasi sebagai sistem nilai
sakral dan transendental; sementara di pihak lain realitas sosial yang harus
dibimbingnya begitu pragmatis, rasional, dan materialistis. Seolah-olah nilai-nilai
Alquran yang diadreskan untuk manusia berhadap-hadapan dengan realitas itu.
Membumikan Alquran merupakan sebuah keniscayaan. Sebagai kitab suci
terakhir, Alquran menerobos perkembangan zaman, melintasi batas-batas
geografis, dan menembus lapisan-lapisan budaya yang pluralistik. Karena
memang kandungannya selalu sejalan dengan kemaslahatan manusia. Di mana
terdapat kemaslahatan di situ ditemukan tuntunan Alquran dan di mana terdapat
tuntunan Alquran di situ terdapat kemaslahatan.
Ulum Alquran sebagai metodologi tafsir sudah terumuskan secara mapan
sejak abad ke 7-9 Hijriyah, yaitu saat munculnya dua kitab Ulum Alquran yang
sangat berpengaruh sampai kini, yakni al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, karya Badr
al-Din al-Zarkasyi (w.794 H) dan al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, karya Jalal al-Din
al-Suyuthi (w. 911 H).
Salah satu cabang studi Ulum al-Qur’an yang penting untuk diungkap
adalah kajian munasabah. ‘Ilm al-Munâsabah (ilmu tentang keterkaitan antara satu
surat/ayat dengan surat/ayat lain) merupakan bagian dari Ulum al-Qur’an. Ilmu ini
posisinya cukup urgen dalam rangka menjadikan keseluruhan ayat Alquran
sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Sebagaimana tampak dalam salah satu
metode tafsir Ibn Katsir ; al-Qur’an yufassirû ba’dhuhu ba’dhan, posisi ayat yang
satu adalah menafsirkan ayat yang lain, maka memahami Alquran harus utuh, jika
tidak, maka akan masuk dalam model penafsiran yang atomistik (sepotong-
sepotong).
Ilmu munasabah adalah ilmu yang menerangkan korelasi atau hubungan
antara surat dan ayat yang lain, baik korelasi itu bersifat umum atau khusus,
rasional (aqli), indrawi (hassiyy), atau imajinatif (khayali) atau korelasi berupa as-
sabab dan al- musabab, ‘illat dan ma’lut, perbandingan, dan pelawanan, baik yang
ada dibelakangnya atau ayat yang ada di mukanya.
Tentang adanya hubungan tersebut, maka dapat diperhatikan lebih jelas
bahwa ayat-ayat yang terputus-putus tanpa adanya kata penghubung (pengikat)
mempunyai munasabah atau persesuaian antara satu dengan yang lain. Dasar-
dasar pemikiran munasabah anatara ayat-ayat dan surat Alquran. Satu surat
walaupun banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu
dengan yang lain, sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan
pandangan pada awal surat, tapi hendaknya memperhatikan pula ahir surat, atau
sebaliknya.karena bila tidak demikian akan terabaikan maksud ayat-ayat yang
diturunkan itu.
Mengenai hubungan antara suatu ayat atau surat dengan ayat atau surat
lain(sebelum atau sesudah), tidak kalah pentingnya adengan mempelajari sebab
nuzul ayat. sebab untuk mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surat-
surat itu dapat membantu kita mengetahui hubungan antara ayat dan surat yang
lain.
Untuk menemukan makna tersirat dalam susunan dan urutan kalimat, ayat-
ayat, surat-surat dalam Alquran sehingga bagian-bagian dari Alquran saling
berhubungan dan menjadi rangkaian yang utuh, mempermudah pemahaman
Alquran, memperkuat keyakinan akan kebenaran Alquran sebagai wahyu Tuhan
dan sekaligus menolak tuduhan bahwa susunan Alquran itu kacau, maka buku
yang ditulis oleh Doktor terbaik, tercepat dan termuda pada Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011 ini, menjawab persoalan-persoalan yang
pelik itu.
Sekali lagi bahwa hadirnya buku yang ditulis oleh Dr. Hasani Ahmad
Said, M.A. ini tentu menjadi kontribusi baik bagi masyarakat secara luas. Jadi, ada
baiknya buku ini dibaca oleh siapapun. Baik santri, ilmuwan, peneliti, akademisi,
pengkaji Islam secara umum. Semoga semua paparan yang terdapat di dalamnya
bermanfaat bagi pembacanya. Akhirnya, saya menyambut baik atas terbitnya buku
ini. Harapan saya semoga buku ini membawa manfaat bagi pembaca, dan umat
pada umumnya. Amin.
Pamulang, Desember 2013
Fathurrahman Rauf
KATA PENGANTAR BUKU
“DISKURSUS MUNASABAH ALQURAN”
Kajian atas Tafsir al-Misbah Oleh Ahsin Sakho Muhammad
(Rektor Institut Ilmu al-Qur’an Jakarta)
Alquran adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab
hidayah atau kitab petunjuk kehidupan umat manusia. Diamping itu kitab suci
Alquran juga berfungsi sebagai kitab kemukjizatan yang memperlihatkan bahwa
Alquran bukan ucapan nabi Muhammad, bukan pula ucapan dari Malaikat Jibril
dan bukan pula ucapan lainnya. Alquran adalah kalamullah atau firman Allah
yang merupakan citra diri Allah, karena kalam adalah merupakan salah satu
sifatNya diantara sifat-sifatNya yang lain. Jika Alquran adalah merupakan kitab
“mukjizat”, maka kemukjizatan Alquran berbeda dengan kemukjizatan-
kemukjizatan yang lain yang pernah ada sebelum nabi Muhammad. Ada beberapa
perbedaan antara kemukjizatan Alquran dengan kemukjizatan para nabi-nabi
terdahulu, antara lain ialah :
Pertama : kemukjizatan nabi –nabi terdahulu bersifat hissi atau sesuatu
yang bisa dilihat oleh panca indera, seperti kemukjizatan nabi Musa yang berupa
tongkat yang bisa membelah laut menjadi daratan, bisa memancarkan mata air
dari batu, bisa berobah menjadi ular. Kemukjizatan nabi Saleh berupa keluarnya
unta betina dan anaknya dari batu-batu yang besar. Kemukjizatan nabi Ibrahim
yaitu tidak terbakar ketika dibakar oleh penguasa musyrik yang zalim.
Kemukjizatan nabi Isa yang bisa menghidupkan orang mati, menjadikan burung-
burungan dari tanah liat menjadi hidup dan terbang, menyembuhkan orang sakit
yang susah disembuhkan, mengetahui apa yang disimpan dalam rumah-rumah
orang, semuanya atas izin Allah. Sementara kemukjizatan Alquran adalah bersifat
“maknawi” yaitu sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh panca indera, tapi oleh
perasaan, akal, pikiran, perenungan yang mendalam. Sudah tentu hal ini sangat
berbeda dengan kemukjizatan yang bersifat hissi.
Kemukjizatan yang bersifat “hissiyyah” terkesan masyarakatnya masih
belum dewasa secara keagamaan, walaupun mereka adalah bangsa yang sudah
maju dari segi peradaban sebagaimana bangsa Mesir di zaman Fir’aun. Bangsa
yang belum dewasa dari segi keagamaan akan lebih memerhatikan pada hal-hal
yang bersifat hissiyyat semata karena terkesan luar biasa, namun kejadian itu
hanya sesaat.
Kedua : terkait dengan poin diatas, kemukjizatan nabi-nabi terdahulu telah
hilang ditelan masa dengan meninggalnya nabi-nabi terdahulu. Untuk masa
setelah itu, pengikut nabi-nabi terdahulu tidak bisa lagi melihat dan merasakan
kemukjizatan nabi- nabi mereka terdahulu, karena mukjizat mereka bersifat
sementara dan sesuai situasi dan kondisinya. Mereka hanya mendengarkan hal
tersebut dari cerita-cerita nenek moyang mereka, yang seringkali sudah banyak
dibumbui oleh cerita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara rasional atau
kesejarahan.
Akan halnya dengan Alquran, kemukjizatannya tidak pernah lekang oleh
panas dan tidak pula lapuk karena hujan, karena kemukjizatan Alquran bersifat
“maknawiyyah” atau sesuatu yang hanya bisa dirasakan, direnungi dan di hayati.
Ternyata kemukjizatan yang bersifat “maknawi” ini lebih hebat dan lebih tahan
lama dari kemukjizatan yang bersifat “hissi”. Allah sengaja menjadikan mukjizat
akhir zaman menjadi mukjizat yang “maknawiyah” karena perjalanan kehidupan
manusia semenjak nabi Adam sampai nabi Muhammad sudah sedemikian lama,
berbagai eksperimen kehidupan telah dijalani oleh umat manusia. Berbagai bentuk
azab dan cobaan yang berupa azab-azab yang mengguncang dan menghancurkan
telah dialami oleh umat –umat terdahulu, sebagaimana umat nabi Nuh, nabi Hud,
nabi Shalih, Fir’aun, Qarun dan lain-lainnya. Maka umatnya nabi Muhammad
sebagi umat terakhir dan nabi Muhamad sebagai nabi terakhir, sudah dirasakan
cukup dewasa untuk menerima ajaran samawi. Salah satu bentuk kedewasaan
umat nabi Muhammad adalah bentuk kemukjizatan umat akhir zaman adalah
kemukjizatan “maknawi” yang hanya bisa diperoleh oleh perenungan yang
mendalam dan dampaknya pada segenap umat manusia. Umat akhir zaman juga
tidak di azab dengan azab yang menyeluruh sebagaimana umat masa lalu, tapi
dalam bentuk peringatan-peringatan dan kejadian-kejadian yang cukup
memberikan pelajaran. Umat nabi Muhammad masih diberi kesempatan untuk
melakukan taubat dan evaluasi diri sebelum datangnya hari kiamat.
Sebagaimana diketahui bahwa Alquran dalam mengetengahkan kisah,
umumnya tidak runtut, kecuali kisah nabi Yusuf. Jika Alquran bercerita, maka
yang tersaji adalah plot-plot cerita yang tidak rinci, hanya cerita yang patut
mendapatkan pelajaran. Pembaca Alquran dituntut untuk memikirkan sendiri
pelajaran yang bisa diambil dari cerita-cerita Alquran. Inilah salah satu indikator
bahwa Alquran mengajak pembacanya menjadi dewasa. Walaupun hanya berupa
isyarah-isyarah sederhana, kadangkala berupa ungkapan yang ringkas, tapi penuh
“kinayah”(kiasan).
Jika kemukjizatan Alquran terletak pada dirinya, maka para ulama dari
masa lalu sampai kini terus berusaha mencari letak kemukjizatan Alquran. Pada
saat bangsa arab menggandrungi sastera arab, para sasterawan mencari
kemukjizatan Alquran dari ungkapan dan redaksinya. Lalu satu demi satu para
ulama mengemukakan berbagai bentuk kehebatan Alquran, melalui apa yang
kemudian dinamakan ilmu balaghah yang terdiri dari Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan
dan Ilmu badi’. Nama-nama ar-Rummani, al-Khaththabi, al-Jurjani, al-Baqillani,
al-Sakkaki dan lain-lainnya muncul ke permukaan. Pada sisi yang lain para
pengamat kemukjizatan Alquran tidak henti-hentinya mencari sisi kemukjizatan
Alquran dari sisi isinya, lalu muncullah teori kemukjizatan yang bersifat Tasyri’I
yang mengetenghakan kehebatan syari’at islam dan hukum-hukum yang
diberlakukan seperti dalam hal bentuk ibadat, mu’amalat, mnakahat dan jinayat.
Lalu ada lagi teori kemukjizatan al-Ghaiby yaitu terungkapnya hal-hal yang ghaib
pada Alquran yang tak mungkin diperoleh oleh nabi Muhammad kecuali dari
Allah. Muncul juga teori kemukjizatan yang berupa “al-Wa’d dan al-Wa’id atau
janji dan ancaman yang selalu terbukti sepanjang sejarah kehidupan umat
manusia. Lalu muncul teori kemukjizatan ilmy atau ilmu pengetahuan yang
mengemukakan kecocokan antara penemuan modern dalam bidang sains dan
teknologi dengan apa yang dikemukakan oleh Alquran. Muncul juga
kemukjizatan yang bersifat ‘adadi yaitu bilangan yang ada dalam Alquran baik
berkaitan dengan jumlah huruf, kalimat, ayat dan lain sebagainya, seperti
keseimbangan jumlah satu kalimat dalam Alquran dengan kalimat yang menjadi
lawannya, atau bentuk-bentuk keistimewaan lainnya. Dengan diketemukannya
I’jaz ‘Adadi ini, maka semakin terkuak pula kehebatan Alquran.
Ilmu Munasabat Alquran
Perhatian ulama terhadap Alquran tidak terhenti sampai disitu saja, tapi
beralih kepada hal lain yaitu hubungan antara satu segi dalam Alquran dengan
segi lainnya. Menurut jumhur ulama, susunan ayat –ayat Alquran, begitu juga
susunan surah-surah dalam Alquran adalah langsung dari Allah, bukan bikinan
nabi Muhammad dan bukan pula ijtihad para sahabat nabi. Dengan demikian bisa
dipastikan bahwa dibalik susunan Alquran, baik ayat-ayatnya, maupun surah-
surahnya bisa dipastikan ada hubungan, korelasi, keserasian. Menurut mereka
yang memercayai teori ilmu munasabah, Alquran adalah laksana sebuah bangunan
yang antara satu bagian dengan bagian lainnya terdapat keserasian yang demikian
kokoh dan indah. Pada kenyataannya para ulama yang tekun dalam mencari
munasabah dalam Alquran menemukan hal-hal yang mencengankan. Ternyata
dibalik bagian –bagian dari Alquran apakah antara ayat pada satu surah atau
antara dua surah terdapat keserasian yang sangat signifikan. Hal inilah yang
menyebabkan banyak kalangan mencoba menguraikan bentuk munasabah sesuai
dengan ijtihadnya masing-masing.
Harus diakui bahwa munasabah dalam Alquran tidak ada penjelasannya
dari nabi dan para sahabat. Oleh karena itu maka “Ilmu munasabat” dikatagorikan
sebagai ilmu yang tidak wajib di pelajari. Sebab kalau wajib di pelajari, berarti
harus ada penjelasan dari nabi.
Menurut pendapat penulis mempelajari munasabah dalam Alquran adalah
sesuatu yang penting digeluti oleh praktisi tafsir Alquran. Mempelajari Ilmu
Munasabah juga sangat mengasyikkan. Pencarian terhadap munasabah menuntut
konsentrasi dalam mempelajari tujuan pokok dari setiap bagian dari Alquran.
Kemudian mempelajari hubungan antara satu bagian dangan bagian yang lain.
Merupakan satu kebahagiaan dan kepuasan tersendiri manakala dijumpai adanya
munasabah yang signifikan pada satu bagian dari Alquran. Melalui ilmu
munasabah ini bisa diketahui kemukjizatan Alquran. Jika sebuah surah
mengandung bermacam topik, maka topik tersebut adalah ibarat ramuan obat cara
qur’an untuk mengobati satu penyakit pada manusia baik selaku individu maupun
anggauta masyarakat. Mengetahui munasabah juga bisa memahami inti persoalan
yang ada pada satu ayat atau kelompok ayat.
Pada abad-abad pertama masa lalu kajian seperti ini belum ada, barulah
pada abad keempat Hijriyah, persoalan ini mulai muncul. Diantara ulama yang
menghadirkan dan mempunyai kepedulian pada “Ilmu al-Munasabat” adalah :
1. al-Thabari (w. 310 H.);
2. Abu Bakar al-Naisaburi (w. 324 H.);
3. al-Razi (w. 606 H.);
4. al-Harrali Abu al-Hasan (w. 637 H.);
5. al-Gharnathi, Ahmad bin Ibrahim az-Zubair, Abu Ja’far (w. 708 H.) dalam
kitabnya “ al-Burhan fi Munasabat tartib Suwar al-Qur’an”;
6. al-Biqa’i (w. 885 H.) dalam kitab Tafsirnya “Nazhm al-Durar fi Tanasub
al Ayat wa as-Suwar” kemudian diringkas dalam kitabnya “Dilalat al-
Burhan al-Qawim ‘ala Tanasub Al-Qur’an al-‘Azhim”;
7. al-Sayuthi (w. 911 H.) dalam kitabnya “Tanasuq ad-Durar fi Tanasub as-
Suwar” diringkas dalam kitab “Asrar at-Tanzil”, dan kitabnya yang lain
adalah: “Marashid al-Mathali’ fi Tanasub al-Maqashid wa al-mathali’”;
8. Syekh Sajaqli Zadah al-Mursyi (w. 1150 H.) pengarang kitab “Nahr an-
Najaat fi bayan Munasabaat Umm al-Kitab”
Pada saat ini kitab- kitab tafsir yang muncul saat ini banyak yang menaruh
perhatian kepada “munasabat” seperti tafsir “al-Manar”, tafsir “al-Maraghi”,
tafsir “fi Zhilal Al-Qur’an”, tafsir “al-Munir” karya Wahbah az-Zuhaili”, Syekh
Siddiq al-Ghumari mempunyai kitab Jawahir al-Bayan fi Tanasub Al-Qur’an”
dan lain lainnya.
Setelah banyak sajian praktis tentang munasabat dalam Alquran, barulah
para ulama melakukan penelitian terhadap macam-macam munasabah dalam
Alquran. Imam Sayuthi dalam kitabnya “Asrar Alquran”membagi munasabah
dalam beberapa bagian: yaitu :
1. Tartib surah-surah dalam Alquran dan hikmah dibalik peletakan satu surah
pada tempatnya;
2. Hubungan antara pembukaan surah dengan akhir surah sebelumnya;
3. Hubungan antara awal surah dengan isi surah;
4. Hubungan antara awal surah dengan akhir surah;
5. Hubungan antara satu ayat dengan ayat setelahnya;
6. Hubungan antara akhiran ayat (fashilah) dengan awal ayat;
7. Hubungan antara nama surah dengan kandungan surah.
Sementara peneliti lain membagi Munasabah menjadi tiga bagian besar
yaitu :
1. Munasabah pada satu surah : yang terdiri dari :
a. munasabah antara awal surah dengan akhir surah.
b. b.munasabah antara satu ayat dengan ayat sebelumnya.
c. munasabah antara dua hukum pada beberapa ayat datau dalam satu ayat.
d. munasabah antara nama surah dan kandungan surah.
2. Munasabah antara dua surah : yang terdiri dari :
a. Munasabah antara akhir surah dengan akhir surah sebelumnya.
b. Munasabah antara kandungan satu surah dengan kandungan pada surah
berikutnya.
3. Munasabah secara umum, yaitu memunasabahkan antara bagian-bagian dalam
Alquran walau tidak berurutan.
Peranan Ilmu Munasabat Dalam Penafsiran Alquran
Ilmu Munasabat adalah merupakan salah satu cabang Ilmu-Ilmu Alquran.
Ilmu munasabat sudah lama dikaji oleh ulama tafsir pendahulu. Betapapun
demikian masih ada pro dan kontra terhadap keberadaan unsur “munasabah”
dalam Alquran. Imam asy-Syaukani dalam tafsirnya “ Fath al-Qadir” mengkritik
al-Biqa’i yang memperbanyak kajian tentang munasabah . asy-Syaukani
mengatakan: 1. Ilmu munasabah adalah ilmu yang dipaksakan. Tidak pantas
dimasukkan kedalam sastera arab yang biasa, apalagi di masukkan kedalam
Alquran yang merupakan teks yang mempunyai kandungan sastera yang sangat
tinggi. 2.Ilmu munasabah adalah termasuk ilmu tafsir bir-ra’yi dalam Alquran, hal
ini tidak boleh.3.mencari–cari manasabah menghabiskan waktu dengan sesuatu
yang tidak berguna.
Namun disisi lain banyak ulama yang mendukung adanya teori
“munasabah” dalam Alquran ini. Mereka menganggap bahwa dengan mengetahui
“munasabah” dalam Alquran akan sangat membantu dalam memahami kandungan
Alquran. Al-Biqa’I menukil dari gurunya tentang kegunaan Ilmu Munasabah :
يقول عن شيخه المغربي المالكي: "األمر الكلي المفيد لعرفان مناسبات اآليات في جميع
القرآن هو أنك تنظر الغرض الذي سيقت له السورة، وتنظر إلى ما يحتاج إليه ذلك الغرض
البعد من المطلوب.. وإذا فعلته من المقدمات، وتنظر إلى مراتب تلك المقدمات في القرب و
وجه النظم مفصال بين كل آية وآية في كل سورة". -إن شاء هللا -تبين لك
وتتوقف اإلجادة فيه على: "معرفة مقصود السورة -أي في علم المناسبات -ويقول أيضا
في غاية المطلوب ذلك فيها، ويفيد ذلك معرفة المقصود في جميع جملها، فلذلك كان هذا العلم
النفاسة، وكانت نسبته من علم التفسير، نسبة البيان من علم النحو".Artinya : secara global untuk mengetahui Ilmu Munasabah pada
Alquran adalah engkau melihat terlebih dahulu tujuan umum dari satu
surah, kemudian engkau lihat unsur-unsur yang terlibat dalam
menggolkan tujuan umum tersebut, dilihat dari kedekatan dan unsur-
unsur tersebut. Jika engkau telah melakukan hal tersebut, engkau akan
mengetahui susunan dan urutan satu ayat. oleh karena itu Ilmu
Munasabah adalah ilmu yang sangat bagus. Hubungan antara ilmu ini
dengan ilmu tafsir adalah laksana hubungan antara ilmu balaghah
dengan ilmu nahwu.
Penulis mendukung gagasan tentang adanya ilmu munasabah ini, karena
bagaimana mungkin sebuah susunan kalam suci dipaparkan begitu saja tanpa ada
kaitan antara satu ayat dengan ayat berikutnya. Jika dalam satu surah ada satu
tujuan umum, maka semua komponen yang ada, adalah merupakan pendukung
utama dari tujuan umum tersebut. Antara satu bagian dengan bagian lainnya bisa
dipastikan ada hubungan. Jika ayat-ayat Alquran diibaratkan seperti obat, maka
komponen-komponen yang ada adalah resep untuk mengobati dari sebuah
persoalan yang ada. Antara satu komponen dengan komponen lainnya jelas ada
kaitan.
Hubungan Ilmu Munasabah Dengan Kemukjizatan Alquran
Terkuaknya beberapa macam munasabah, kita semakin yakin tentang
kemukjizatan Alquran, bahwa ternyata dibalik susunan Alquran baik susunan
kalimatnya, ayat-ayatnya, surah-surahnya, semuanya mengandung “nuktah” atau
faedah yang sangat berguna dalam mempelajari esensi dari kandungan Alquran
baik melalui ayat-ayatnya atau surah-surahnya.
Letak kemukjizatan Alquran jika dilihat dari Ilmu Munasabah, adalah
bahwa antara satu ayat dengan ayat berikutnya yang ada pada satu surah,
diturunkan dalam waktu dan situasi yang berbeda. Kadangkala ada satu ayat yang
diturunkan di Mekah diselipkan diantara ayat-ayat yang diturunkan di madinah,
begitu juga sebaliknya ada ayat-ayat yang diturunkan di madinah diselipkan
diantara ayat-ayat yang diturunkan di Mekah. Namun setelah ayat-ayat tersebut
disandingkan dengan ayat berikutnya, ternyata mempunyai keserasian yang begitu
indah. Hal ini jelas tidak mungkin dilakukan oleh manusia manapun dan tingkat
kecerdasan yang bagaimanapun. Semua itu jelas berasal dari Allah SWT. Dengan
demikian ilmu munasabah telah menyumbangkan satu sisi dari kemukjizatan
Alquran dari sekian banyak sisi kemukjizatan Alquran.
Buku yang ada dihadapan anda adalah satu dari sekian banyak kitab atau
buku yang ditulis tentang “ilmu Munasabah” dalam Alquran. Penulisnya adalah
Dr. Hasani seorang spesialis dalam Ilmu Munasabah. Karya yang lahir dari
Disertasinya meneliti tentang berbagai munasabah yang ada pada tafsir “al-
Misbah” karya Ustadz Quraisy Syihab. Tafsir “al-Misbah” adalah tafsir
kontemporer yang terkemuka saat ini di Indonesia. Tafsir ini menggunakan
pijakan yang biasa digunakan oleh para penafsir salafi terdahulu, tapi ditulis
dengan rasa Indonesia, metode berfikir yang moderat, gaya bahasa yang
sederhana, mudah dipahami. Salah satu karakteristik dari tafsir ini “al-Misbah”
adalah kajian tentang “munasabah” dalam ayat-ayat Alquran dan surah-surahnya,
sebuah uraian yang demikian menonjol. Hal ini sangat menarik untuk dikaji.
Dr. Hasani dalam tulisan ini telah banyak menguak tentang berbagai
bentuk munasabah dalam Alquran. Dalam karyanya ini Dr. Hasani menemukan
bentuk munasabah yang ditemukan dari penelitiannya terhadap tafsir al-Misbah,
menemukan ada dua macam munasabah yaitu : a. Munasabah Ayat. b. pola
munasabah surah. Setiap macam dari dua macam munasabah tersebut mempunyai
beberapa macam lagi sehingga jumlahnya sekitar 13 macam bentuk munasabah.
Berikut ini uraiannya:
A.Munasabah Ayat yang terdiri dari :
1. Munasabah antar ayat dengan ayat dalam satu surah;
2. Munasabah antara satu ayat dengan fashilah (penutup);
3. Munasabah antara kalimat dan kalimat dalam ayat;
4. Munasabah antara kata dalam surah;
5. Munasbah antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah.
B.Pola munasabah surah yang terdiri dari :
1. Munasabah antara surah dengan surah sebelumnya;
2. Munasabah awal uraian surah dengan akhir surah sebelumnya;
3. Munasabah antar awal surah dengan akhir surah sebelumnya;
4. Keserasian tema surah dengan nama surah;
5. Keserasian penutup surah dengan uraian awal/mukadimah surah
berikutnya;
6. Hubungan antara kisah dalam satu surah;
7. Hubungan antara surah surah Alquran;
8. Hubungan antara fawatihussuwar dengan isi surah.
Dari penjelasan tersebut dapat penulis katakan bahwa apa yang
dikemukakan oleh Dr. Hasani setelah melakukan penelitan yang mendalam
terhadap beberapa macam keserasian yang dikemukakan oleh Bapak Quraisy
Syihab dalam tafsirnya “ al-Misbah” adalah satu upaya yang patut dihargai. Apa
yang disarankan dan diusulkan oleh penulis mudah-mudahan bisa direspon oleh
para peneliti berikutnya, sehingga menjadi kajian-kajian yang saling mendukung.
Bagaimanapun juga ilmu munasabah adalah sesuatu ilmu yang bersifat
ijtihadi. Kalau sudah demikian maka sangat boleh terjadi untuk menonjolkan satu
munasabah akan berbeda antara satu orang dengan lainnya, tergantung dari sudut
pandangnya. Selama masih dikatagorikan “ma’qul” atau rasional, bisa ditoleransi
keberadaannya.
Ada beberapa munasabah yang kiranya perlu diberikan perhatian secara
khusus yaitu munasabah antara awal ayat yang diakhiri dengan nama dan sifat-
sifat Allah. Begitu juga munasabah antara “qasam” atau sumpah-sumpah dalam
Alquran dengan “muqsam ‘alaih” atau jawab qasam. Pada masa yang akan datang,
mjungkin akan terkuak lagi beberapa munasabah dalam Alquran yang belum
terkuak pada masa kini.
Penutup.
Akhirnya, penulis mengharapkan agar kajian terhadap Alquran terus
digalakkan dalam berbagai macam seginya, karena kita ingin eksistensi Alquran
bisa terus bergerak sejalan dengan derap langkah masyarakat di tengah tengah
kehidupan modern. Tujuan kita semua adalah bagaimana Alquran bisa terus
memberikan rahmahnya kepada masyarakat dunia. Alquran yang sekarang adalah
sama dengan Alquran masa lalu pada masa nabi dan para sahabatnya. Jika pada
masa lalu, Alquran telah merobah sejarah kehidupan umat manusia, maka kita
selaku generasi penerus perlu melakukan upaya-upaya menghidupkan kembali
semangat api Alquran. Alquran memang kelihatan diam, tapi didalamnya terdapat
kekuatan yang demikian dahsyat untuk merobah masyarakat. Yang bisa
melakukan semua itu adalah kita, umat islam, kita pembawa amanah Alquran.
PP Dar Al-Qur’an
Kebon baru Arjawinangun Cirebon
10 April 2011 M/6 Jum. Awal 1432 H
Ahsin Sakho Muhammad
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h{ = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s{ = ص
d{ = ض
t{ = ط
z{ = ظ
ع = ‘
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ن
h = ه
w = و
y = ي
B. Vokal Pendek C. Vokal Panjang
______ = a (ـــ ا) = a>
______ = i (ـــ ى) = i>
______ = u (ـــ و) = u>
D. Diftong E. Pembauran
al = (ال) aw = (أو)
al-sh = (الش) ay = (أي)
-wa al = (وال)
DAFTAR ISI
SEPATAH KATA KEPALA BADAN LITBANG DAN DIKLAT................... i
KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG LEKTUR DAN
KHAZANAH KEAGAMAAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR PENULIS ....................................................................... v
KATA PENGANTAR PROF. DR. FATHURRAHMAN RAUF ................. xiii
KATA PENGANTAR DR. AHSIN SAKHO MUHAMMAD, MA. ............ xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................_xxx
BAB I : MUNASABAH DALAM KAJIAN AL-QUR’AN_______ 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 33
C. Tujuan, Manfaat dan Signifikansi Buku 34
D. Penulisan Terdahulu Yang Relevan 36
E. Metodologi Penulisan 45
F. Sistematika Penulisan Buku 50
BAB II: METODOLOGI MUNASABAH ALQURAN: MENYOAL PERAN
MUNASABAH SEBAGAI INSTRUMEN PENAFSIRAN
53
A. Melacak Tradisi Awal Munasabah Alquran 53
B. Munasabah Perspektif Pakar Ilmuan Alquran dari klasik hingga Pra-Modern
81
C. Munasabah dalam Tinjauan Ilmuan Alquran Kontemporer 91
D. Menyoal Munasabah: Respon Terhadap Kritik Ilmuan Barat dan Orientalis
111
BAB III: TAFSIR AL-MISHBAH DALAM TRADISI TAFSIR
NUSANTARA______
A. Kondisi Sosial dan Intelektual Masa
M. Quraish Shihab 129
B. Kesarjanaan dan Karya-karya M. Quraish Shihab 129
C. Metode dan Karakteristik Tafsir al-Mishbah 179
D. Posisi Tafsir al-Misbah dalam Tradisi Tafsir Nusantara 192
BAB IV: MODEL MUNASABAH ALQURAN DALAM TAFSIR AL-
MISHBAH
A. Metode Menyingkap Munasabah Alquran 215
B. Urgensi, Fungsi dan Kegunaan Memahami Ilmu Munasabah Serta Upaya
Pengembangannya 225
C. Karakteristik Munasabah dan Jenis-jenisnya dalam Tafsir al-Mishbah
236
D. Analisis Perbandingan Terhadap Pola dan Pendekatan 245
BAB V: TINJAUAN KRITIS TERHADAP KONSEP DAN PENERAPAN
MUNASABAH DALAM TAFSIR AL-MISHBAH 253
A. Ragam Kajian Munasabah dalam Tafsir al-Mishbah: Mengurai Bukti
Kesatuan Alquran 253
B. Pola Munasabah Ayat (Munasabat Ayat) 256
1. Munasabah antar Ayat dengan Ayat dalam
Satu Surah 260
2. Munasabah antara Satu Ayat dengan Fasilah (Penutupnya) 290
3. Munasabah antara Kalimat dengan Kalimat dalam Ayat 295
4. Munasabah antara Kata dalam Satu Ayat 314
5. Munasabah Ayat Pertama Dengan Ayat Terakhir Dalam Satu Surah
318
C. Pola Munasabah Surat (Munasabat al-Suwar) 326
1. Munasabah antar Surah dengan Surah sebelumnya 329
2. Munasabah Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah 338
3. Munasabah antara Awal Surah dengan Akhir Surah Sebelumnya
348
4. Munasabah Tema Surah Dengan Nama Surah 353
5. Munasabah Penutup Surah dengan Uraian Awal/Mukadimah Surah
Berikutnya 358
6. Munasabah Antara Kisah dalam Satu Surah 363
7. Munasabah Antara Surah-surah Alquran 370
8. Munasabah Antara Fawatih al-Suwar Dengan Isi Surah 376
BAB VI: PENUTUP 387
A. Kesimpulan 387
B. Rekomendasi 389
DAFTAR PUSTAKA
391
INDEKS 417
GLOSSARY 429
LAMPIRAN 433
BIODATA PENULIS 445
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian tentang Munasabah berawal dari kenyataan bahwa sistematika
urutan ayat-ayat atau surah-surah Alquran sebagaimana terdapat dalam Mushaf
‘Uthmani sekarang tidak berdasarkan pada kronologis turunnya. Kendati demikian,
setiapkali ayat turun, nabi memberi tahu tempat ayat-ayat itu dari segi sistematika
urutannya dengan ayat-ayat atau surah-surah yang lainnya, sambil memerintah
sahabatnya untuk menulisnya. Dalam Alquran, ada beberapa indikasi yang
mempunyai sinyal kuat yang menunjukkan bahwa Alquran adalah satu kesatuan
yang memiliki keserasian (munasabah) satu di antara lainnya. Misalnya Q.S. al-
Nisa’ [4]: 821, Q.S. H‼d [11]: 1,2 al-Zumar [39]: 23.3
Al-Qur•‼bi dalam menjelaskan surah al-Nisa’ ayat 82 tersebut, sebagai salah
satu mukjizat Alquran dari sisi hubungan antara ayat-ayat dan surah-surahnya,
tanpa sedikitpun ada pertentangan.4 Rif‘at Fawzi juga mengatakan bahwa
Alquran memiliki kemukjizatan berupa hubungan antara bagian-bagiannya.
Surah bertalian dengan surah sebelum maupun sesudahnya, ayat bertalian dengan
ayat sebelum ataupun sesudahnya, keterkaitan makna dan tema, sehingga terjadi
penyempurnaan. Semua itu terjadi lebih dari satu tema, dalam satu ayat atau satu
surah, seperti tergambar dalam surah al-Nisa’ di atas.5
1 “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Seandainya Alquran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapati di dalamnya pertentangan yang banyak”. 2 “Alif lam ra, (Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapih. Kemudian dijelaskan secara
terperinci yang diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” 3 “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Alquran yang serupa (mutu ayat-
ayatnya) lagi berulang-ulang…”. 4 Imam Abi ‘Abd Allah al-Qur•‼bi, al-Jami‘ al-Ahkam al-Qur’an (Damaskus: Maktabah Ghazali, t.t.),
78. 5 Rif‘at Fawzi, al-Wahdat al-Mau○‼‘iyah li Surat al-Qur’aniyah (Bayr‼t: Dar al-Salam, 1986), 5-6.
Al-Zamakhshari memberikan penjelasan surah H‼d ayat 1 di atas dengan
mengumpamakan Alquran susunannya laksanan sebuah bangunan yang kokoh.6
Sedang surah al-Zumar ayat 23 di atas, dipahami sebagai penjelasan bahwa tidak
ada perkataan yang lebih baik dibandingkan dengan Alquran. Dalam hal ini, al-
Zarkashi berkata: “Salah satu ciri perkataan yang baik adalah adanya hubungan
antara satu bagian dengan bagian lain, sehingga tidak ada kalimat yang
terbuang.7
Kajian terhadap Alquran dan Hadis8 telah berjalan dalam sejarah yang
cukup panjang. Alquran adalah wahyu Ilahi yang berisi nilai-nilai universal
kemanusiaan. Ia diturunkan9 untuk dijadikan petunjuk, bukan hanya untuk
sekelompok manusia ketika ia diturunkan, tetapi juga untuk seluruh manusia
hingga akhir zaman.10 Dalam Alquran, ada beberapa indikasi yang mempunyai
sinyal kuat yang menunjukkan bahwa Alquran adalah satu kesatuan yang
6 Al-Imam Ab‼ al-Qasim Jarallah Mahmud bin ‘Umar Al-Zamakhshari, Tafsir al-Kashaf ‘an ♦aqa’iq
Ghawamid al-Tanzil wa ‘Uy‼n al-Aqawil fi Wuj‼h al-Ta’wil (Bayr‼t: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995), 377.
7 Badr al-Din Muhammad bin ‘Abd Allah al-Zarkashi, al-Burhan fi‘Ul‼m al-Qur’an (Mesir: Dar Ihya’
al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1376 H./ 1957 M.), 132.
8 Penjelasan hal itu, termaktub pada Hadis Nabi yang artinya: “Aku tinggalkan dua perkara, jika kalian berpegang kepada keduanya, maka kamu tidak akan sesat, yaitu Kitabullah (al-Qur’a>n) dan Sunnah Rasul (al-H}adi>th)”. Lihat Ima>m Ma>lik, al-Muwat}t}a’ (Mesir: Kita>b al-
Sha‘ba>b, t.th.), 560, lihat pula Ima>m Ah}mad Ibn H}anbal, Musna>d Ah}mad ibn H}anbal (Bayru>t:
Da>r al-S}adi>r, t.th.), 26, dalam persepsi hadis lain ada juga yang menjelaskan bahwa ajaran pokok
Islam hanya Alquran saja. Hal tersebut bisa dilihat antara lain pada Abu> Da>wu>d, Sunan Abi> Da>wu>d (Mesir: Must}afá al-Ba>bi> al-H}alabi>, 1952), 442.
9 Al-Zarqāni> dalam komentarnya, bahwa makna “turun” seperti pada ayat Q.S. al-Isra>/17:
105 tidak dapat disamakan dengan makna turun dalam arti fisik dan tempat. Penggunaan kata
seperti ini, menurutnya tidak relevan digunakan untuk Alquran. Menurutnya, makna “turun” lebih
tepat dipahami sebagai kata yang bersifat maja>zi> dan dipahami sebagai pemberitahuan Allah
yang dihunjamkan ke dada Nabi dengan berbagai bentuk cara pewahyuan. Lihat, Muh}ammad
‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1988), 42-
43.
10 Nilai-nilai dasar Alquran mencakup berbagai aspek kehidupan manusia secara utuh dan
komprehensif (Q.S. al-’An‘a>m/6:37). Tema-tema pokoknya mencakup aspek ketuhanan, manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat, alam semesta, kenabian, wahyu, eskatologi, dan
makhluk-makhluk spiritual. Eksistensi, orisinalitas, dan kebenaran ajarannya dapat dibuktikan
oleh sains modern (QS. al-H}ujura>t/15:9), sedang tuntunan-tuntunannya adalah rahmat bagi
semesta alam (Q.S. al-Furqa>n/25:1).
memiliki keserasian (muna>sabah) satu di antara lainnya. Misalnya Q.S. al-
Nisa>’/4: 8211, Q.S. Hu>d/11: 1,12 al-Zumar/39: 23.13
Al-Qurt}u>bi> dalam menjelaskan surah al-Nisa>’ ayat 82 tersebut, sebagai
salah satu mukjizat Alquran dari sisi hubungan antara ayat-ayat dan surah-
surahnya, tanpa sedikitpun ada pertentangan.14 Rif‘at Fawzi> juga mengatakan
bahwa Alquran memiliki kemukjizatan berupa hubungan antara bagian-
bagiannya. Surah bertalian dengan surah sebelum maupun sesudahnya, ayat
bertalian dengan ayat sebelum ataupun sesudahnya, keterkaitan makna dan tema,
sehingga terjadi penyempurnaan. Semua itu terjadi lebih dari satu tema, dalam
satu ayat atau satu surah, seperti tergambar dalam surah al-Nisa>’ di atas.15
Al-Zamakhshari> memberikan penjelasan surah Hu>d ayat 1 di atas dengan
mengumpamakan Alquran susunannya laksanan sebuah bangunan yang kokoh.16
Sedang surah al-Zumar ayat 23 di atas, dipahami sebagai penjelasan bahwa tidak
ada perkataan yang lebih baik dibandingkan dengan Alquran. Dalam hal ini, al-
Zarkashi> berkata: “Salah satu ciri perkataan yang baik adalah adanya hubungan
antara satu bagian dengan bagian lain, sehingga tidak ada kalimat yang
terbuang.17
11 “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? kalau kiranya Alquran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.
12 “Alif la>m ra>, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu.”
13 “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Alquran yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang…”.
14 Ima>m Abi> ‘Abd Alla>h al-Qurt}u>bi>, al-Jami>‘ al-Ah}ka>m al-Qur’a>n (Damaskus: Maktabah
Ghazali, t.t.), 78.
15 Rif‘at Fawzi>, al-Wah}dat al-Maud}u>‘iyah li> Surat al-Qur’a>niyah (Bayru>t: Da>r al-Sala>m,
1986), 5-6.
16 Al-Ima>m Abu> al-Qasim Jarullah Mah}mud bin ‘Umar Al-Zamakhshari>, Tafsi>r al-Kashaf ‘an H}aqa>’iq Ghawa>mid al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wil fi> Wuju>h al-Ta’wi>l (Bayru>t: Da>r al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, 1995), 377.
17 Badr al-Di>n Muh}ammad bin ‘Abd Alla>h al-Zarkashi>>, al-Burha>n fi>‘Ulu>m al-Qur’a>n (Mesir:
Da>r Ih}ya>’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1376 H./ 1957 M.), 132.
Lahirnya pengetahuan tentang korelasi (Muna>sabah)18 yang masuk dalam
kajian ‘Ulu>m al-Qur’a>n, berawal dari kenyataan bahwa sistematika Alquran
sebagaimana terdapat dalam Mushaf Uthmani sekarang tidak berdasarkan pada
kronologis turunnya.19 Itulah sebabnya terjadi perbedaan pendapat di kalangan
ulama Salaf tentang urutan surat di dalam Alquran. Pendapat pertama, bahwa hal
18 Louis Ma’luf dalam Qamu>s al-Munjid menguraikan kata muna>sabah bahwa secara
harfiyah, kata muna>sabah, terambil dari kata na>saba-yuna>sibu-muna>sabatan yang berarti dekat
(qari>b), dan yang menyerupai (mitha>l). al-Muna>sabah searti dengan al-muqa>rabah, yang
mengandung arti mendekatkan dan menyesuaikan. Al-Suyu>t}i juga mengurai kata muna>sabah
berarti perhubungan, pertalian, pertautan, persesuaian, kecocokan dan kepantasan. Kata al-muna>sabah, adalah sinonim (mura>dif) dengan kata al-muqa>rabah dan al-musha>kalah, yang
masing-masing berarti kedekatan dan persamaan. Lihat, Louis Ma’luf, Qamu>s al-Munjid fi> al-Lughah wa al-A‘lam (Bayru>t: Da>r al-Sharqy, 1976), 803. Lihat pula, Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an (Bayru>t: Da>r al-Fikr: tt.), 108.
19 Perdebatan sejarah kodifikasi penulisan dan sistematika Alquran pada Mus}haf ‘Uthma>ni
dibahas tuntas oleh W. Monthgomery Watt, dalam satu buku yang bertajuk Bell’s Introduction to The Qur’a>n dalam satu bab khusus “The History of The Text”. Dalam bab ini Watt, membagi
menjadi empat bahasan. Pertama, the collection of the Quran (pengumpulan Alquran), kedua, The pre-‘Uthma>nic codices (naskah pra Uthman), ketiga, The wraiting of the Quran and early textual studies (penulisan Alquran dan kajian teks awal), dan keempat, the authenticity and completeness of the Quran (keotentikan dan kesempurnaan Alquran). Dalam mengurai benang kusut perdebatan
Mus}haf ‘Uthma>ni, Bell, misalnya menulis: “This traditional account of the quran under ‘Uthman is also open criticisms, tough they are not so serious as in the case of Abu bakar’s collection. The most serious difficulties are those connected with the suhuf of H}afsa. Some versions of the story suggest that the work of the commissionars was simply to make a fair copy, in the dialect of Quraysh, of the material of these leaves. Some important material, however, has come to light since the publication of Friedrich Schwally’s revised edition of the second volume of Noldeke’s Geshichte des Qura>ns in 1919. In particular there is a story of how the coliph Marwan when governor of Medina wanted to get hold of the ‘leaves’ of H}afsa to destroy them, and eventually on her death persuaded her brother to hand them over. Marwan was afraid lest the unusual readings in the might lead to further dissention in the community”. (“Kisah turun-temurun
tentang ‘kumpulan’ Alquran di bawah Uthman juga rawan kecaman, meskipun tidak begitu serius
seperti dalam kasus ‘kumpulan’ Abu Bakar. Kesulitan yang paling serius adalah berkaitan dengan
suh}uf yang dimiliki H}afsah. Beberapa versi cerita mengisyaratkan bahwa tugas yang diberikan
kepada orang-orang hanyalah untuk membuat salinan yang baik dalam dialek Quraisy dari bahan
yang ditulis di atas dedaunan ini. Namun, pada tahun 1919 terbit jilid kedua karya Noldeke
“Geshichte des Qura>ns”, edisi yang direvisi oleh Friedrich Schwally, dan sejak itu bahan-bahan
yang penting ditemukan kembali. Terutama ada kisah bagaimana Khalifah Marwan yang menjadi
Gubernur Madinah ingin memusnahkan ‘dedaunan’ yang dimiliki H}afsah, dan akhirnya, tatkala
H}afsah meninggal, membujuk kakaknya untuk menyerahkannya. Marwan khawatir adanya
bacaan yang tidak lazim di dalamnya itu bisa menimbulkan pertikaian lebih lanjut dalam
masyarakat. Lihat, W. Monthomery Watt, Bell’s Introduction to The Qur’a>n (Leiden: Edinburgh
University Press, 1994), 43. Kajian mendalam juga dilakukan oleh MM. Al-A‘D}ami dalam The History of Qur’a>nic Text From Revelation to Compilation A Comparative Study with the old and new Testament, dan diterjemahkan menjadi Sejarah Teks al-Qur’a>n dari Wahyu sampai Kompilasi kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terj. Sohirin
Solihin, Anis Mata, Ugi Suharto, Lili Mulyadi (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), Taufik Adnan
Amal menulis Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005).
itu didasarkan pada tawqi>fi> dari Nabi.20 Golongan kedua berpendapat bahwa, hal
itu didasarkan atas ijtiha>di. 21 Para sahabat setelah mereka bersepakat dan
memastikan bahwa susunan ayat-ayat adalah tawqi>fi> . Golongan ketiga
berpendapat, serupa dengan golongan pertama, kecuali surat al-Anfa>l dan
Bara>’ah yang dipandang bersifat ijtiha>di>. Pendapat pertama didukung antara lain
oleh al-Qad}i Abu>> Bakar, Abu>> Bakar Ibn al-Anbari>, al-Kirmani> dan Ibnu al-H}isar.
Pendapat kedua didukung oleh Ma>lik, al-Qad}i Abu> Bakar dan Ibn al-Fa>ris.
Pendapat ketiga dianut oleh al-Bayha>qi>. Salah satu penyebab perbedaan pendapat
ini adalah mushaf-mushaf ulama Salaf yang urutan suratnya bervariasi.
Atas dasar perbedaan pendapat tentang sistematika ini, wajarlah jika
masalah teori korelasi Alquran kurang mendapat perhatian dari para ulama yang
menekuni ’Ulu>m al-Qur’a>n. Ulama yang pertama kali menaruh perhatian pada
masalah ini, menurut al-Zarka>shi, adalah Shaykh Abu>> Bakr ‘Abd Allah Ibn al-
Naysabu>>ri> (w. 324 H.),22 kemudian diikuti ulama ahli tafsir seperti Abu>> Ja‘far bin
Zubayr dalam kitab Tarti>b al-Suwar al-Qur’a>n, Shaykh Burha>n al-Di>n al-Biqa>‘i>
dengan bukunya Naz}m al-Dura>r fi> Tana>sub al-A>ya>t wa al-Suwar, dan Al-Suyu>t}i
dalam kitab Asra>r Tarti>b al-Qur’a>n. Quraish Shihab belakangan menambahkan
20 Abu> Zayd memandang urutan surat dianggap tauqi>fi karena pemahaman seperti itu sesuai
dengan konsep wujud teks imanen yang sudah ada di lauh} al-mah}fu>z}, sebagai usaha
menyingkapkan sisi lain dari I‘jaz. Lihat, Nas}r H}ami>d Abu> Zayd, Mafhu>m al-Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Ih}ya> al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1992), 159.
21 Discours dalam memperdebatkan tentang urutan surat dikupas tuntas juga oleh al-
Zarqa>ni. Menurut al-Zarqa>ni bahwa tertib susunan ayat dan surat adalah Ijtiha>di. Pendapat ini
didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, mus}h}af pada catatan Alquran tidaklah sama. Kedua,
sahabat pernah mendengar Nabi membaca Alquran berbeda dengan tertib surat yang terdapat
dalam Alquran. Dan ketiga, adanya perbedaan pendapat mengenai tertib surat ini menunjukkan
tidak adanya petunjuk yang jelas atas tertib yang dimaksud. Alasan lain yang mengemuka bahwa
tertib surah sebagai ijtiha>di> tampak tidak kuat. Riwayat tentang sebagian sahabat pernah
mendengar Nabi membaca Alquran berbeda dengan tarti>b al-mus}h}af yang sekarang dan adanya
tentang catatan mus}h}af sahabat yang berbeda bukanlah mutawa>tir. Tertib mus}h}af sekarang
berdasarakan riwayat mutawa>tir. Kemudian, tidak ada jaminan bahwa semua sahabat yang
memiliki catatan mush}}af itu hadir bersama Nabi tiap saat turun ayat Alquran. Karena itu,
kemungkinan tidak utuhnya tarti>b al-mus}h}af Alquran sahabat sangat besar. Lihat, Muh}ammad
‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1988), 348.
22 Hal ini terindikasikan apabila Alquran dibacakan kepada al-Naysaburi, maka ia bertanya
mengapa ayat ini ditempatkan di samping sebelahnya. Bahkan ia mencela para ulama Baghdad
karena mereka tidak memperhatikan ‘ilm al-muna>sabah. Lihat, al-Zarka>shi, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1957). 38.
Muh}ammad ‘Abduh, Rashi>d Rid}á, Muh}ammad Shalt}ut, mereka inilah di antranya
yang konsen membahas persolan ini dalam tafsirnya.23
Diskursus penting tafsir Alquran muslim modern24 dalam konteks
relevansi untuk kajian muna>sabah dalam Alquran di dunia muslim kontemporer,
mengemuka setelah selesainya penulisan disertasi di School Oriental and African
Studies (SOAS) pada tahun 2006, yang telah mencoba menerapkan muna>sabah
dengan pendekatan bahasa untuk menafsirkan Alquran. Disertasi ini ditulis oleh
Salwa M.S. El-Awa yang bertajuk Textual Relation in The Quran: Relevance,
Coherence and Structure, yang diterbitkan oleh Routledge, New York, tahun
2006.25 Dalam disertasinya, Salwa, mengadopsi sebuah metodologi baru dalam
rangka membaca teks Alquran. Ia menggunakan teori-teori relevansi linguistik
dalam membahas dan menganalisis relasi-relasi yang kompleks dalam surat-surat
Alquran. Disertasi ini menunjukkan dengan jelas, ketidaksambungan tema
dengan surat-surat Alquran yang panjang. Dan konteks serta struktur Alquran
agar dapat dibaca ulang dan dijelaskan dengan metodologi kontemporer. Hal ini
dimaksudkan, dalam rangka membantu para pembaca Alquran agar menggunakan
metode ini dalam menciptakan proses kognisi pada makna yang diciptakan.
23 M. Quraish Shihab. “Ibrahi>m bin ‘Umar al-Biqa>‘i>: Ahli Tafsir yang Kontroversial.” Jurnal
Ulu>mul Qur’an, LSAF, 1, (1989), 5.
24 Istilah tafsir alquran Muslim modern dikenalkan oleh J.M.S. Baljon dalam karyanya yang
berjudul Modern Muslim Koran Interpretation (1880-1960). Baljon melalui karya ini, membagi
menjadi enam bahasan. Pertama, (introduction) pendahuluan, kedua, ways interpretation
(pendekatan penafsiran), ketiga, characteristic features of the Koran (gambaran Alquran),
keempat, theological issues (isu-isu ketuhanan), kelima, Koran and Modern Time (Alquran dan
masa modern), dan keenam conclution (kesimpulan). Dalam pengantarnya, Baljon mengatakan
bahwa studi ini merupakan kelanjutan sekaligus pelengkap bab terakhir (Der Islamische Modernismus und seine Koranauslegung) karya Ignaz Goldziher mengenai tafsir Alquran (Die Rachtungen der Islamische Koranauslegung, Leiden, Brill, 1920). Kelanjutan penelitian Goldziher
ini tampaknya diperlukan, seperti juga terhadap tafsir modern yang dipublikasikan 40 tahun yang
silam. Karya ini, dianggap oleh Baljon, sejauh karya itu, merupakan sumbangan terlengkap, dan
juga bisa dimanfaatkan bahasa-bahasa urdu yang masih dipergunakan. Lihat, J.M.S. Baljon,
Modern Muslim Koran Interpretation (1880-1960) (Leiden: E.J. Brill, 1968), vi.
25 Salwa M.S. El-Awa, Textual Relation in The Quran: Relevance, Coherence and Structure
(Routledge, New York, 2006), diakses pada 20 Januari 2010 dari
http://www.amazon.com/Textual-Relations-in-Quran-ebook/dp/B000OI14MQ, lihat pula, Eva
Nugraha, ulasan review “Textual Relation in The Quran: Relevance, Coherence and Structure.”
SPS UIN Jakarta, The School, vol. 2. No. 5/ Mei (2009): 4.
Salwa, dalam kesimpulan akhirnya menganggap bahwa area kajian relasi teks
(muna>sabah) masih belum jelas..26
Berbeda dengan penemuan Salwa, Amir Faishol Fath, doktor Tafsir dan
‘Ulu>m al-Qur’a>n, lulusan Internasional Islamic University Islamabad, menulis
disertasi Naz}ariyah wih}dat al-Qur’a>niyah ‘Inda ‘Ulama>’ al-Muslimi>n Wa
Dauruha> fi> Fikri al-Isla>mi> (Konsep kesatuan Alquran di mata ulama Islam, dan
pengaruhnya dalam pemikiran Islam). Karya ini merupakan disertasinya yang
membuktikan akan adanya kesatuan kesatuan Alquran (the unity of Alquran)
dengan mengemukakan bukti-bukti berdasar kepada penelitian dari ulama ahl al-
sunnah, ahli tafsir dari klasik mulai Imam Fakhr al-Ra>zi> (w. 606), Ima>m ibn
H}ayya>n (w. 745 H.), al-Biqa>‘i> (w. 885 H.) dan al-Suyu>t}i>, kemudian masa
pertengahan seperti Ima>m al-Alu>si> (w. 1270) hingga kontemporer seperti Ima>m
al-Mara>ghi> (w. 1952 H.), Sayid Qut}b (w. 1966 H.), Sa’i>d Hawa (w. 1989 H.), dan
Wahbah Zuhaili.27
Richard Bell dalam tulisannya yang kemudian direvisi oleh W.
Montgomery Watt dalam Bell’s Introduction To The Qur’a>n, mengatakan:
“Whatever view is taken of the collection and compilation of the Qur’an, the possibility remains that parts of it may have been lost. If, as tradition states, Zayd in collecting the Qur’a>n was dependent an chance writings and human memories, parts may easily have been forgotten. Yet conjunction of apparently unrelated verses st certain points in the Qur’a>n suggests that the editors preserved absolutely everything they came across which thay had reason to believe had once been part of the Qur’a>n”.28 “Pandangan apapun yang diambil mengenai pengumpulan dan penyusunan Quran, kemungkinannya tetap ada bahwa beberapa bagian dari Quran mungkin hilang. Kalau seperti yang dinyatakan oleh Hadis, Zayd dalam mengumpulkan Quran tergantung pada penulisan secara
26 Salwa M.S. El-Awa, Textual Relation in The Quran: Relevance, Coherence and Structure,
(Routledge, New York, 2006), diakses pada 20 Januari 2010 dari
http://doi.wiley.com/10.1002/9780470751428,http://www.google.co.id/search?client=opera&rls=
en&q=Salwa+M.S.+ElAwa&sourceid=opera&ie=utf-8&oe=utf-8, diakses pada 20 Januari 2010.
27 Lihat, Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010),
xiii-xx.
28 W. Monthomery Watt, Bell’s Introduction to The Qur’a>n (Leiden: Edinburgh University
Press, 1994), 56.
kebetulan dan ingatan manusia, dengan mudah atau bagian-bagiannya terlupakan. Namun, gabungan ayat-ayat yang tampaknya tidak berhubungan di beberapa tempat dalam Quran mengisyaratkan bahwa para penyunting mempertahankan dengan mutlak semua yang mereka temukan dan yang beralasan untuk diyakini bahwa itu dulunya merupakan bagian dari Quran”.
Tuntutan bagi terjadinya Alquran yang s}a>lih} likulli zama>n wa maka>n,
Quraish Shihab mengistilahkan dengan “Membumikan Alquran”. Dalam bahasa
Nas}r H}a>mid Abu>> Zayd dikenal tekstualitas Alquran (mafhu>m al-nas}) atau
meminjam Shahrur “al-Qira>‘ah al-mu‘a>s}irah” (pembacaan dengan cara baru)
mulai timbul ketika adanya kesenjangan di antara keadaan, hubungan, dan
peristiwa dalam masyarakat, sempitnya terhadap pemahaman Alquran, dan lain-
lain. Ketika kesenjangan tersebut telah mencapai tingkat yang sedemikian rupa,
maka tuntutan perubahan yang mengupayakan membaca ulang teks semakin
mendesak. Membumikan Alquran merupakan sebuah keniscayaan. Sebagai kitab
suci terakhir, Alquran menerobos perkembangan zaman, melintasi batas-batas
geografis, dan menembus lapisan-lapisan budaya yang pluralistik. Karena
memang kandungannya selalu sejalan dengan kemaslahatan manusia. Di mana
terdapat kemaslahatan di situ ditemukan tuntunan Alquran dan di mana terdapat
tuntunan Alquran, di situ terdapat kemaslahatan. Membumikan Alquran
sesungguhnya tidak lain adalah melakukan upaya-upaya terarah dan sistematis di
dalam masyarakat agar nilai-nilai Alquran hidup dan dipertahankan sebagai
faktor kebutuhan di dalamnya, serta bagaimana menjadikan nilai-nilai Alquran
sebagai bagian inheren dari perbendaharaan nilai-nilai lokal dan universal di
dalamnya. Asas pembumian Alquran mempunya tiga perinsip,29 yaitu: 1)
29 Pembagian ini di dasarkan pada teks itu sendiri dan realitas teks yang berkembang.
Sebagaimana halnya nilai-nilai lain, proses akulturasi dan enkulturasi nilai-nilai dasar Alquran
dalam lintasan sejarah tidak saja memberi warna baru kepada sasaran-sasarannya, karena ia
membuka diri pada setiap budaya posistif sepanjang masa. Ini antara lain disebabkan karena
sebagian besar ayatnya dapat mengandung aneka interpretasi dan karena kitab suci ini
menghidangkan simbol (amtha>l) yang sarat makna, lagi terbuka bagi nalar para cendekiawan. Di
sinilah kekhususan Alquran; ia memberikan kesempatan kepada setiap budaya untuk menafsirkan
dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya. Dalam kenyataannya,
meskipun hanya satu Alquran, tetapi terjadi spektrum keanekaragaman pemahaman dan
penerapan ajaran di dunia Islam. Proses pembumian Alquran tidak bisa menghindari fenomena
kontak budaya (cultural contact), yaitu antara tuntutan untuk mewujudkan tata nilai yang haq
meniadakan kesulitan (’ada>m al-h}araj), 2) pembatasan beban (taqli>l al-takli>f),
dan 3) penetapan hukum secara berangsur-angsur (al-tadri>j fi at-tashri>‘).
Keberangsuran ini membuktikan adanya proses dialogis dan dialektis antara
Alquran dan realitas sosial. Hal ini juga memberikan legitimasi psikologis dan
sosiologis untuk penerapan strategi bertahap dalam proses pembumian Alquran.
Dengan demikian, proses pembumian Alquran harus dipandang sebagai proses
berkelanjutan, pergumulan yang tanpa henti, seiring dengan perjalanan waktu
dan perkembangan umat manusia.
Jumhur ulama telah sepakat bahwa urutan ayat dalam satu surat
merupakan urutan-urutan tawqi>fi> >, yaitu urutan yang sudah ditentukan oleh
Rasulullah sebagai penerima wahyu.30 Akan tetapi mereka berselisih pendapat
tentang urutan-urutan surat dalam Mushaf, apakah itu tawqi>fi> atau ijtiha>di>
(pengurutannya berdasarkan ijtihad penyusun mush}}af). Nas}r H}a>midAbu>> Zayd,31
wakil dari ulama kontemporer, berpendapat bahwa urutan-urutan surat dalam
Mushaf sebagai tawqi>fi> , karena menurut dia, pemahaman seperti itu sesuai
dengan konsep wujud teks imanen yang sudah ada di lauh} al-mah}fu>z}. Perbedaan
antara urutan turun dan urutan pembacaan merupakan perbedaan yang terjadi
dan kepentingan untuk memelihara keharmonisan di dalam masyarakat. Tentu saja dalam hal ini
keharmonisan tidak boleh dikorbankan untuk menegakkan tata nilai yang haq, dan ia pun tidak
boleh dipertahankan bila dibangun atas landasan yang bathil. Lihat,
http://www.psq.or.id/profile.asp?mnid=14, akses pada 14 Januari 2010.
30 Lihat perdebatan para ulama itu dalam Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i, al-Itqan fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n
(Damaskus : Da>r al-Fikr, 1979), 60-63.
31 Secara khusus Abu> Zayd mengungkapkan bahwa muna>sabah merupakan salah satu bagian
dari aspek I‘ja>z (kemukjizatan) Alquran, sebagaimana Abu> Zayd mengutip pendapat al-Zarka>shi
sebagai berikut: “Mushaf seperti suhuf-suhuf mulia, sama dengan yang terdapat dalam kitab yang tertutup rapat (lauh} al-mah}fu>z}), semua surat dan ayatnya disusun secara tauqi>fi>. Penghafal Alquran bila meminta fatwa mengenai berbagai macam hukum atau ia memperdebatkannya, atau mendiktekannya maka ia akan menyebutkan ayat sesuai dengan yang ditanyakannya. Dan jika ia kembali kepada bacaan, maka ia tidak mengatakan seperi apa yang di fatwakan, dan tidak pula seperti yang diturunkan secara terpisahpisah, melainkan seperti yang diturunkan secara keseluruhan di Bayt al-‘Izzah. Di antara yang jelas-jelas mukjizat ialah uslu>b dan susunannya yang mengagumkan. Sebab, ia merupakan kitab yang ayat-ayatnya dikokohkan, kemudian diturunkan secara terpisah-pisah dari sisi yang maha bijaksana lagi maha mengetahui. Yang pertama kali pantas untuk diteliti dalam setiap ayat adalah apakah ayat berkaitan dengan ayat sebelumnya atau ia berdiri sendiri. Dalam hal ini banyak ilmu. Demikian pula dengan surat, sisi keterkaitannya dengan surat sebelumnya dan konteksnya perlu di cari”. Lihat, Nas}r H}a>midAbu>
Zayd, Mafhu>m al-Nas}, 159.
dalam susunan dan penyusunan yang pada gilirannya dapat mengungkapkan
persesuaian antar ayat dalam satu surat, dan antar surat yang berbeda, sebagai
usaha menyingkapkan sisi lain dari I‘ja>z.32
Dari perdebatan akademik tentang muna>sabah yang diperbincangkan di
atas, secara garis besar dapat dipetakan menjadi dua aliran.33 Pertama, pihak
yang menyatakan bahwa memastikan adanya pertalian erat antara surat dengan
surat dan antara ayat dengan ayat, dengan kata lain, perlu adanya muna>sabah.
Kelompok ini seperti kata al-Zarqa>ni diwakili antara lain oleh Shaykh ‘Izz al-
Di>n Ibn ‘Abd al-Salam, atau yang dikenal dengan ‘Abd al-Salam (577-660 H.).
Menurut kelompok pertama, muna>sabah adalah ilmu yang menjelaskan
persyaratan baiknya kaitan pembicaraan (irtiba>t} al-kala>m) apabila ada hubungan
keterkaitan antara permulaan pembicaraan akhir pembicaraan yang tersusun
menjadi satu kesatuan.34
Kedua, golongan atau pihak yang menganggap bahwa tidak perlu adanya
muna>sabah ayat, karena peristiwanya saling berlainan. Ada paling tidak dua
alasan mengapa golongan kedua ini enggan atau menganggap tidak perlu adanya
muna>sabah. Pertama, kelompok kedua berargumen bahwa Alquran diturunkan
dan diberi hikmah secara tawqi>fi> >, hal ini atas petunjuk dan kehendak Allah.35
Kedua, bahwa satu kalimat akan memiliki muna>sabah bila diucapkan dalam
konteks yang sama. Karena Alquran diturunkan dalam berbagai konteks, maka
Alquran tidak memiliki muna>sabah. Pendapat ini juga diajukan oleh ‘Izz al-Di>n
ibn ‘Abd al-Salam (w. 660 H.). Di sinilah seolah-olah ‘Izz al-Di>n ingin
mengatakan bahwa susunan ayat mesti berdasarkan turunnya.36 Sementara yang
32 Nas}r H}a>midAbu> Zayd, Mafhu>m al-Nas}, 159.
33 Al-Zarqani, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a >n (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1988), 348.
34 ‘Abd al-Rah}ma>n Ibn Abi> Bakr ibn Muh}ammad Abu al-Fad}l al-Suyu>t}i, Asra>r Tarti>b al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-I’tis}a>m, t,th.), 108.
35 Baca lebih lanjut, Muh}ammad Burha>n al-Di>n Al-Zarkashi>, Al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n,
37, lihat pula, Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 108.
36 Abu> Zayd mencoba melerai dan mengomentari pendapat kelompok kedua yang tidak
menyepakati adanya muna>sabah dengan mengatakan bahwa pendapat yang dikemukakan
Izzuddi>n agar keterkaitan ayat dengan ayat dan surat dengan surat, terhadap sebab yang berbeda-
beda, yang tidak menjadi persyaratan baiknya susunan kalimat (irtiba>t} al-kala>m) jangan sampai
diajukan oleh kelompok yang pro atau mendukung terhadap muna>sabah
mengatakan bahwa ketidak teraturan susunan ayat mengandung rahasia.
Pro-kontra kajian muna>sabah antara pentingnya mengedepankan
muna>sabah dan tidak perlu adanya muna>sabah telah menjadi konsumsi publik
yang tidak terpisahkan dari kajian ‘ulu>m al-Qur’a>n. Pertanyaan besar tentang
apakah adanya muna>sabah itu bersifat tauqi>fi> atau ijtiha>di mengemuka dan perlu
adanya jawaban akademik. Pertanyaan ini bisa jadi sangat menarik untuk dibawa
ke ranah diskusi, dan kemudiaan disusul dengan menyoal pada tataran lebih
dalam, apakah perlu adanya muna>sabah al-Qur’a>n atau bisa jadi kalau pendapat
yang sangat ekstrim tidak perlu adanya muna>sah seperti wacana perdebatan di
atas.
Dalam konteks tafsir nusantara, M. Quraish Shihab adalah salah seorang
mufassir yang bisa di “anggap” mewakili karya tafsir di Indonesia, selain banyak
menelorkan karya-karya brilian.37 Dan curahan pemikirannya di bidang Alquran
dipaksakan. Akan tetapi jika keterkaitan uraian terjadi karena satu sebab yang sama, maka
menghubungkannya adalah suatu hal yang baik, dan disinilah letak baiknnya muna>sabah. Nas}r
H{ami>d Abu> Zayd, Mafhu>m al-Nas}, 159..
37 Karya-karya M. Quraish Shihab yang berhasil penulis potret sebagai berikut: Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alaudin,1984), Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Depag, 1987), Satu Islam Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987), Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI, Unisco,1990), Tafsir al-Amanah (Jakarta: Pustaka
Kartini, 1992), Tafsir al-Qur’an al-Karim atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya
(Bandung :Pustaka Hidayah,1997), Pengantin al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 1999), Sejarah dan Ulumal-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), Fatwa-Fatwa Seputar al-Qur’an dan Hadis
(Bandung: Mizan, 1999), Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung: Mizan, 1999),
Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan, 1999), Fatwa-Fatwa Seputar Tafsir al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1999), Menuju Haji Mabrur (Jakarta: Pustaka, Zaman, 1999), Panduan Puasa Bersama Muhammad Quraish Shihab (Jakarta: Republika, 1999), Mahkota Tuntunan Ilahi; Tafsir Surah al-Fatihah (Jakarta: Untagama,1988), Hidangan Ilahi Ayat-Ayat Tahlil (Jakarta:
Lentera Hati, 1996), Membumikan Al-Qur'an (Bandung: Mizan, 1992), Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994), Studi Kritis Tafsir al-Manar Karya Muh}ammad Abduh dan M.Rashid Rid}a (Bandung : Pustaka Hidayah, 1994), Untaian Permata Buat Anakku ; Pesan al-Qur'an untuk mempelai (Bandung: al-Bayan, 1995), Wawasan al-Qur'an (Bandung:
Mizan, 1996), Mukjizat Al-Qur'an (Bandung: Mizan, 1997), Sahur Bersama Muhammad Quraish Shihab di RCTI (Bandung: Mizan 1997), Menyingkap Tabir Ilahi, Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1998), Mahkota Tuntunan Ilahi; Tafsir Surah al-Fatihah (Jakarta : Untagama, 1998), Fatwa Fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan,
1999), Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat (Jakarta: Lentera Hati, 1999), Tafsir al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Surga dan Ayat ayat Tahlil (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Menjemput Maut (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
Mistik Seks dan Ibadah (Jakarta: Republika, 2004), Jilbab PakaianWanita Muslimah (Jakarta:
Lentera Hati, 2004), Dia Dimana Mana (Jakarta: Lentera Hati, 2004), Perempuan (Jakarta:
dengan menggunakan pendekatan muna>sabah, ia dihidangkan melalui magnum
opusnya Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Dari sisi
tema sudah bisa dianalisis, kata “keserasian", ini mengandung makna
“muna>sabah”, karena munasabah mengandung arti keserasian. Selain itu,
percikan pemikiran Quraish Shihab banyak terpengaruh oleh al-Biqa>‘i> seorang
tokoh penggagas tana>sub al-aya>t wa al-suwa>r. Hal ini dimaklumi karena Ia secara
serius dan mendalami kajian kitab Naz}m al-Durar-nya al-Biqa>‘i> yang dituangkan
dan dikupas habis secara serius dalam bentuk disertasi S3-nya di Universitas Al-
Azhar, Mesir tahun 1982 yang bertajuk Naz}m al-Dura>r fi> Tana>sub al-A>ya>t wa al-
Suwar. Hasil karya disertasinya ini, terangkum dalam dua jilid besar yang
tersimpan di perpustakaan Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta, yang ia rintis
dalam melebarkan sayap dan menurunkan tradisi akademiknya, khusunya di
bidang tafsir dan ulu>m Al-Qur’a>n. Sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab terilhami dan banyak mengutip
(nuqil) dari al-Biqa’i>. Sebagaimana pengakuan dalam sekapur sirih tafsirnya
sebagai berikut:
“Akhirnya, penulis merasa sangat perlu menyampaikan kepada
pembaca bahwa apa yang dihidangkan di sini bukan sepenuhnya ijtihad
penulis. Hanya karya ulama-ulama terdahulu dan kontemporer, serta
pandangan-pandangan mereka sungguh banyak penulis nukil, khususnya
pandangan pakar tafsir Ibra>hi>m Ibn ‘Umar al-Biqa>‘i> (w. 885 H-1480 M)
yang karya tafsirnya ketika masih berbentuk manuskrip menjadi bahan
disertasi penulis di Universitas Al-Azhar, Cairo, dua puluh tahun yang
lalu. Demikian juga karya tafsir pemimpin tertinggi Al-Azhar dewasa ini,
Sayyid Muh}ammad T}ant}a>wi, juga Shaykh Mutawalli al-Sha’ra>wi, dan
tidak ketinggalan Sayyid Qut}ub, Muh}ammad T}a>hir ibn ‘A>shu>r, Sayyid
Muh}ammad H{usein T}aba>t}aba>’i, serta beberapa pakar tafsir yang lain”.38
Berikut adalah salah satu contoh penafsira Quraish Shihab awal surah al-
Fa>tih}ah dengan mengetengahkan aspek muna>sabah.
Lentera Hati, 2005), 40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta :Lentera Hati, 2005), Logika Agama
(Jakarta : Lentera Hati, 2005), lengkapnya baca bab III.
38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta:
Lentera hati, 2006), xiii.
Bismilla>hirrah}ma>nirrah}i>m yang terdiri dari (بسم هللا الرمحن الرحيم(“
19 huruf itu, adalah pangkalan muslim bertolak. Jumlah huruf-hurufnya
sebanyak Sembilan belas huruf. Demikian pula dengan ucapan h}auqalah:
La>h}aula wa la> quwwata illa> billa>h. Tiada daya (الحول والقوه اال ابهلل)
(untuk memperoleh manfaat) dan upaya untuk (menolak mudarat) kecuali
dengan (bantuan) Allah. Kalimat inipun (bila digunakan dalam aksara
uang digunakan al-Qur’an) mempunyai Sembilan belas huruf. Dengan
demikian permulaan dan akhir usaha setiap muslim adalah bersumber dan
berakhir pada kekuasaan Allah yang Rah}ma>n dan Rah}i>m, Yang Maha
Pengasih dan Penyayang itu. Dalam Q.S. al-Muddaththir/74: 30
dinyatakan bahwa penjaga neraka terdiri dari Sembilan belas malaikat.
Basmalah dan Hauqalah yang masing-masing mempunyai sembilan belas
huruf itu, dapat menjadi perisai bagi seseorang yang menghayati dan
mengamalkan tuntunan kedua kalimat tersebut. Menjadi perisai terhadap
kesembilan belas penjaga neraka itu.39 Pada ayat kedua, احلمد هلل رب العاملني “segala puji hanya bagi Allah pemelihara seluruh alam.” Dalam basmalah
terkandung pujian kepada Allah swt., antara lain dalam menampilkan
kedua sifat-Nya, ar-Rah}ma>n dan ar-Rahi>m. Karena itu wajar jika pada
ayat ini ditegaskan bahwa segala puji bagi Allah, apalagi karena Dia
adalah pemelihara seluruh alam.”40
Contoh lain dalam Q.S. al-Baqarah (2): 2 yang berbunyi:
ذالك الكتاب الريب فيه هدى للمتقني "Itulah al-Kita>b, tidak ada keraguanpadanya; petunjuk bagi orang-orang
bertaqwa.” “Setelah menyebut beberapa huruf yang digunakan oleh ayat-ayat
al-Qur’a>n, ditegaskannya bahwa itulah yakni al-Qur’a>n yang huruf kata-
katanya seperti alif la>m mi>m merupakan al-kita>b, yakni kitab yang sangat
sempurna tidak ada keraguan padanya; yakni pada kandungannya dan
kesempurnaannya dan berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh manusia
kendati yang menarik manfaatnya hanyalah orang-orang bertaqwa.41
Pada surat al-Fa>tih}ah ayat satu, Quraish Shihab sebelumnya menguraikan
panjang lebar makna ba>’ yang dibaca bi pada bismilla>h, kemudian diuraikan kata
39 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, 16.
40 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, 27.
41 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, 27.
Al-Rah}ma>n al-Rah}i>m,42 ketika masuk ke ayat yang kedua ia mengatakan bahwa
basmalah terkandung pujian kepada Allah swt., karena menampilkan kedua sifat-
Nya Rah}ma>n Rah}i>m dan ayat dua, Quraish Shihab mencoba menghubungkannya
menjadi suatu kewajaran ayat dua dilanjutkan dengan segala puji bagi Allah.
Sedang surat al-Baqarah (2): 2, Ia menafsirkan alif la>m mi>m adalah al-kita>b.
Dari dua contoh model penafsiran di atas, terlihat bahwa Quraish Shihab
dalam menafsirkan Alquran, sangat memperhatikan aspek muna>sabah dengan
menguraikan keserasian kata demi kata dalam satu surah dan keserasian
hubungan ayat dengan ayat berikutnya. Akan tetapi perlu juga dikritisi bahwa
aspek muna>sabah yang ia diterapkan, pada penelitian awal penulisan ini,
nampaknya tidak konsisten dalam pemakaian muna>sabah. Misalnya, pada ayat
terakhir surat al-Fa>tih}ah, ia sama sekali tidak menguraikan muna>sabah
(pertalian) antara penutup surat al-Fatih}ah dengan awal surat al-Baqarah. Di
akhir surat al-Fa>tih}ah, setelah menghidangkan makna al-d}a>lli>n, kemudian ia
mengupas kata a>mi>n.
Memasuki awal surat al-Baqa>rah, Quraish Shihab memulai dengan
perkataan surah al-Baqarah terdiri dari 286 ayat. Surah ini dinamakan AL-
BAQARAH yang berarti “seekor sapi” karena di dalamnya memuat kisah
penyembelihan sapi yang diperintahkan Allah kepada Bani Isra>’i>l. (ayat 67-74).
Selanjutnya, menerangkan kedudukan dan tema serta masalah-masalah surat ini,
sehingga sampai kepada pernyataan bahwa uraian surah ini berkisar pada
penjelasan dan pembuktian tentang betapa haq dan benarnya kitab suci dan
betapa wajar petunjuk-petunjuk di ikuti dan diindahkan.43 Sekali lagi, peneliti
tidak mendapatkan uraian yang mencoba menghubungkan antara akhir surat al-
Fa>tih}ah dengan awal surat al-Baqarah.
Dari uraian dan hipotesa perdebatan akademik seputar wawasan
muna>sabah Alquran di atas, jelaslah bahwa muna>sabah sebagai bagian dari alat
bantu memahami kita>b Alla>h yang digunakan oleh Quraish Shihab dalam
42 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, 11-26.
43 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, 81-84
magnum opus tafsirnya Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,
menarik untuk dilakukan penelitian sekaligus menjawab anggapan bahwa sistem
penyusunan ayat dan surat dalam Alquran terkesan tidak sistematis dan koheren.
B. Permasalahan: Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan ditelisik melalui rangkaian studi ini
adalah mengenai muna>sabah sebagai alat rancang penafsiran Alquran atau kata
lain alat kontekstualisasi penafsiran dikaitkan dengan permasalahan dan upaya
kontekstualisasi dalam penafsiran yang berkembang di masyarakat Indonesia.
Permasalahan ini akan dikaji melalui sudut pendekatan Tafsir Al-Mishbah,
perspektif ‘Ulu>m al-Qur’a>n, dalam ruang lingkup kajian muna>sabah al-Qur’a>n.
Oleh karena itu, kajian ini dapat diuraikan ke dalam lima sorotan besar
dalam bentuk pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut:
Pertama, menyoal bagaimana peran muna>sabah al-Qur’a>n sebagai instrumen
penafsiran?; Kedua, di mana posisi Tafsir Al-Mishbah dalam tradisi tafsir
nusantara?; Ketiga, bagaimana model muna>sabah al-Qur’a>n perspektif Tafsir Al-
Mishbah, apakah mendukung muna>sabah al-Qur’a>n atau menolak, atau bahkan
kondisional bisa menolak dan mendukung sesuai dengan kebutuhan?; Keempat,
sejauh mana konsep dan aplikasi muna>sabah al-Qur’a>n di Indonesia memengaruhi
struktur bangun model penafsira Alquran di Indonesia?; Kelima, bagaimana pola
dan strategi menuju upaya kontekstualisasi di tengah arus perubahan sosial di
Indonesia dan seberapa jauh muna>sabah al-Qur’a>n meng-cover proses
kontekstualisasi dalam masyarakat. Namun demikian, agar fokus kajian ini tidak
mengalami bias, maka hal-hal yang tidak memiliki relevansi, terutama substansi
yang berada di luar kaitan langsung dengan core kajian dalam studi ini tidak akan
menjadi perioritas yang memadai.
Selain itu, fokus kajian dibatasi pada aspek muna>sabah al-Qur’a>n. Dari
asumsi-asumsi yang muncul, permasalahan pokok berkaitan dengan muna>sabah
dalam tafsir Al-Misba>h, di perinci dan diidentifikasi kembali melalui beberapa
masalah sebagai berikut: muna>sabah kalimat dengan kalimat dalam ayat;
muna>sabah ayat dengan ayat dalam satu surat; muna>sabah awal uraian dengan
akhir uraian; muna>sabah akhir uraian surat terdahulu dengan awal surat
berikutnya; muna>sabah antara surat dengan surat dan muna>sabah antar tema
dengan tema.
C. Tujuan, Manfaat dan Signifikansi Penelitian
Studi ini dilakukan untuk memenuhi beberapa harapan dan tujuan yang
ingin dicapai. Pada garis besarnya studi ini dimaksudkan untuk menggali
informasi seputar fakta-fakta empirik penerapan muna>sabah dalam rancang-
bangun penafsiran Alquran di Indonesia. Selain itu, manfaat studi ini sebenarnya
tidak hanya untuk merespon pelbagai persoalan-persoalan dalam latar belakang
masalah di atas, akan tetapi studi ini diharapkan dapat menjawab dan
mengungkap fakta yang lebih akurat, obyektif, dan kredibel tentang kondisi
obyektif implementasi teori muna>sabah yang digunakan oleh Quraish Shihab
sebagai intelektual dan ahli tafsir Indonesia dan keberlangsungan teori dan
impelmentasi muna>sabah hingga kini dan di masa mendatang dikaitkan dengan
pola pemikiran kontemporer yang saat ini digandrungi.
Realisasi penelitian ini akan bermanfaat dan signifikan paling tidak:
pertama, memperluas kajian penafsiran al-Quran tentang muna>sabah al-Qur’a>n
secara konseptual. Karena perkembangan zaman dan tuntutan realitas hidup umat
manusia mengharuskan ditemukannya model-model yang berbeda dan baru
tentang muna>sabah yang lebih akomodatif dan mendekati kepada maksud
Alquran. Kedua, adanya kajian ini dapat menjadi kontribusi ilmiah dalam disiplin
ilmu-ilmu Alquran. Karena ilmu Alquran bukanlah disiplin ilmu yang mati dan
terbatas untuk jangkauan masa lampau saja, akan tetapi juga mengakomodir
perkembangan baru sesuai dengan pemahaman manusia dalam setiap zamannya.
Dan terakhir, kajian ini dapat memberikan arah bagi penelitian-penelitian serupa
yang lebih intensif di belakang hari. Kesinambungan antara satu penelitian
dengan penelitian yang lain, selain dapat mengurangi tumpang tindihnya
(overlapping) informasi, ia juga bisa menjadi koreksi bagi penelitian terdahulu
yang menawarkan pandangan baru sebagai antisipasi atas persoalan-persoalan
yang dihadapi zamannya.
Ada beberapa pertimbangan teoritis yang menjadikan studi ini memiliki
bobot dan arti penting. Pertama, secara sosiologis ajaran Islam dalam hal ini
Alquran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam praktik kehidupan umat
Islam Indonesia sejak masa silam. Inilah yang menjadikannya sebagai
perwujudan dari Alquran yang dikontekstualisasikan melalui teori muna>sabah,
dengan kata lain teks Alquran tidak mungkin terlepas dengan sosio kultural
masyarakat sebagai realitas konteks budaya pemahaman dan aplikasinya.
Kedua, secara teologis, Alquran sebagai teks suci yang peranannya bukan
hanya teks bacaan akan tetapi lebih dari itu sebagai sebuah pandangan/jalan
hidup (way of life). Teks Alquran yang berbahasa Arab, tentunya sangat fleksibel
dengan kondisi pembacanya, di mana dan kapanpun berada.
Ketiga, perdebatan di dunia akademik menyoal apakah korelasi
(muna>sabah) berawal dari kenyataan bahwa sistematika Alquran dalam mus}h}af
’Uthmani sekarang tidak berdasar pada kronologis turunnya, maka perdebatan
selanjutnya adalah apakah urutan surat di dasarkan pada tawqi>fi> atau ijtiha>di?
Richard Bell dan Salwa M.S. El-Awa, menyangsikan adanya muna>sabah,
padahal, jauh sebelum mereka teori muna>sabah telah digunakan lama dalam
proses penafsiran Alquran, maka pertanyaan besar ini perlu di jawab melalui
penerapan muna>sabah.
Keempat, secara khusus Quraish Shihab mewakili penafsir di Indonesia
mempunyai konsen yang besar tentang kajian muna>sabah, maka tentunya
perwujudannya dituangkan dalam penafsirannya. Maka, kajian ini dianggap
penting untuk mengetahui jawaban yang jelas dan mendalam terhadap pokok
masalah di atas.
Oleh karena itu, studi ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan disiplin ilmu muna>sabah al-Qur’a>n di dunia
akademik, dan Indonesia pada khususnya. Atau dengan kata lain, studi ini
diharapkan menjadi kontribusi akademis dan bahan pertimbangan pemikiran bagi
pengembangan ’ilmu muna>sabah dalam kajian ’ulu>m al-Qur’a>n.
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Studi tentang diskursus muna>sabah al-Qur’a>n yang dikaitkan dengan
kronologis penyusunan ayat dan surah di dunia Islam, termasuk di Indonesia,
serta kajian tokoh Quraish Shihab sebagai rujukan primer disertasi ini sudah
cukup banyak dilakukan.
Pertama, seorang doktor lulusan SOAS (School of Oriental and African
Studies), Salwa M.S. El-Awa, yang terangkum dalam karya disertasinya yang
sudah dicetak berjudul Textual Relation in The Quran: Relevance, Coherence and
Structure, (Routledge, New York, 2006).44 Kedua, W. Montgomery Watt dalam
Bell’s Introduction To The Qur’a>n.45 Ketiga, Nas}r H}a>midAbu>> Zayd, dalam
44 Dalam disertasinya, Salwa megadopsi sebuah metodologi baru dalam membaca teks
Alquran. Ia menggunakan teori relevansi linguistik dan menganalisis relasi-relasi yang kompleks
dalam surat-surat Alquran. Buku ini menunjukkan dengan jelas ketidak tersambungan tema
dalam surat-surat yang panjang, dan konteks serta struktur Alquran agar dibaca ulang dan
dijelaskan dengan metodologi kontemporer. Disertasi ini berupaya menjawab pertanyaan apakah
Alquran memiliki korelasi atau kesatuan organik dan apakah hal tersebut benar-benar secara
menyeluruh merupakan gambaran dari kualitas teks atau tidak? Menurutnya, saat ini ada dua
pendekatan modern untuk dilakukan oleh mereka yang meneliti relasi teks dalam alquran.
Pertama, berdasarkan pencarian mufasir atas kesatuan tema-tema. Kedua, melibatkan relasi
analisis pragmatis di antara ungkapan-ungkapan atau segmen dari teks. Salwa, menggunakan
pendekatan kedua, yaitu dengan teori relevansi (relevance theory) dan komunikasi. Secara teori,
sebuah ungkapan (segment of text) dikatakan memiliki relevansi jika ia memberi kontribusi pada
pemahaman seseorang atas teks dalam satu atau tiga cara spesifik, setiap segmen dari wacana
atau teks berlaku sebagai konteks yang memungkinkan memahami segmen lainnya. Ia memilih
dua surat dalam Alquran sebagai subyek penelitiannya, yakni surat al-Ahza>b dan al-Qiya>mah.
Pemilihan surat ini dilakukannya secara random dan merupakan representasi dari kelompok
makiyyah dan madaniyyah. Surat al-Ahza>b dikelompokkan menjadi 10 kelompok ayat, untuk
memudahkannya penandaan para analisis dengan istilah mayor marker dan minor marker. Untuk
melihat relasi teks pada surat al-Qiya>mah, Salwa membaginya menjadi 7 paragraf. Setiap
paragraf ia tandai dengan penomoran dari fitur kebahasan dan ditandai dengan major changes dari
setiap pembahasan. Pada kesimpulan akhirnya, Salwa menyatakan bahwa sampai selesainya
penelitian disertasi ini, area kajian teks masih tetap abu-abu. Lihat, Salwa M.S. El-Awa, yang
terangkum dalam karya disertasinya berjudul Textual Relation in The Quran: Relevance, Coherence and Structure (Routledge, New York, 2006).
45 Ia mengatakan bahwa pandangan apapun yang diambil mengenai pengumpulan dan
penyusunan Alquran, kemungkinannya tetap ada bahwa beberapa bagian dari Alquran mungkin
hilang. Dalam Alquran mengisyaratkan bahwa para penyunting mempertahankan dengan mutlak
semua yang mereka temukan dan yang beralasan untuk diyakini bahwa itu dulunya merupakan
bagian dari Alquran. W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to The Qur’a>n (Leiden:
Edinburgh University Press, 1994),
Mafhu>m al-Na>s}: Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Kairo: Da>r al-Ih}ya> al-Kutub al-
‘Arabiyah, 1992).46 Keempat, Fazlur Rahman, dalam Islam dan Modernitas :
Tentang Transformasi Intelektual, Ahsin Mohammad (penterjemah), (Bandung :
Penerbit Pustaka, 1995).47
Kelima, Mustansir Mir, menulis buku Coherence in The Quran: A Study
of Is}lahi’s Concept of Naz }m in Tadabbur al-Quran, (Indianapolis: American
Trust Publication, 1986).48 Keenam, Muh}ammad Shahrur dalam magnum opus-
nya al-Kita>b wa al-Qur’a>n: Qira>‘ah mu‘a>s}irah,49 Ketujuh, Al-Zarqa>ni, menulis
kitab Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1988).50
46 Secara khusus Abu> Zayd mengungkapkan bahwa muna>sabah merupakan salah satu bagian
dari aspek I’ja>z (kemukjizatan) Alquran. Bahwa semua surat dan ayatnya disusun secara tauqi>fi>. Di antara yang jelas-jelas mukjizat ialah uslu>b dan susunannya yang mengagumkan. Abu> Zayd
sebagai wakil dari ulama kontemporer, berpendapat bahwa urutan-urutan surat dalam mus}af
sebagai tauqi>fi, karena menurut dia, pemahaman seperti itu sesuai dengan konsep wujud teks
imanen yang sudah ada di lauh} al-mah}fu>z}}. Perbedaan antara urutan “turun” dan urutan
“pembacaan” merupakan perbedaan yang terjadi dalam susunan dan penyusunan yang pada
gilirannya dapat mengungkapkan “persesuaian” antar ayat dalam satu surat, dan antar surat yang
berbeda, sebagai usaha menyingkapkan sisi lain dari I’ja>z. Lihat, Nas}r H{ami>d Abu> Zayd, Mafhu>m al-Na>s}: Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Ih}ya> al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1992).
47 Ia memandang bahwa tentang betapa mendesak dan masuk akalnya untuk memahami
Alquran sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif. Dari sisi ini, maka yang bernilai mutlak
dalam Alquran adalah prinsip-prinsip umumnya (us}u>l al-kulliyah) bukan bagian-bagiannya.
Bagian-bagian Alquran adalah respon spontanitasnya atas realitas historis yang tidak bisa
langsung diambil sebagai problem solving atas masalah-masalah kekinian. Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, Ahsin Mohammad (terj.), (Bandung: Penerbit
Pustaka, 1995).
48 Dalam buku ini, ia mengkaji konsep nad}m yang ditawarkan oleh Is}la>hi> di dalam kitabnya
Tadabbur al-Qur’a>n. Buku ini juga mendeskripsikan latar belakang konsep Is}la>hi> sejak zaman
klasik sampai masa al-Fara>bi>, ia juga menggambarkan bagaimana pengembangan konsep
muna>sabah untuk membuktikan keutuhan ide Alquran. Mustansir Mir, Coherence in The Quran: A Study of Ishlahi’s Concept of Nazm in Tadabbur al-Quran (Indianapolis: American Trust
Publication, 1986).
49 Ia berpandangan bahwa muna>sabah itu ada. Satu contoh penafsirannya yang erat
kaitannya dengan muna>sabah antar ayat, misalnya, Shahrur menafsirkan dan mengaitkan satu
ayat dengan ayat lain untuk menampilkan makna otentik, yang dalam hal ini bertalian dengan
masalah poligami. Seperti yang telah dikaji di awal. Muh}ammad Muh}ammad Shahrur, al-Kita>b
wa al-Qur’a>n : Qira>’ah Mu‘a>>s}irah, (Kairo: Sina Publisher, cet. I, 1992).
50 Buku ini merupakan buku pengantar ilmu-ilmu Alquran yang penekanannya tertuju pada
perkembangan terkini seputar ilmu Alquran. Lebih lanjut buku ini menjawab problematika yang
dilontarkan para ilmuan Barat. Satu di antara sub bab yang dikaji adalah muna>sabah. Dalam
kesimpulannya mengemukakan kesatuan Alquran dari segi lafad}, susunan kalimat, susunan ayat,
jumlah ayat dan surat serta keragaman maksud dan tujuan yang disampaikannya. Menurut
Zarqa>ni bahwa tertib susunan ayat dan surat adalah ijtiha>di. Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}im al-
Zarqa>ni, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1988).
Kedelapan, Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n, menulis kitab Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-
Qur’a>n.51 Kesembilan, Abdullah Mahmu>d Shahatah, menulis sebuah kitab yang
berjudul Ahda>f Kulli Su>rat wa Maqa>s}idiha> fi> al-Qur’a>n al-Kari>m (tujuan dan
maksud setiap surat dalam Alquran), (Mesir: Al-Hay’at al-Mis}riyyah al-‘Ammah
li> al-Kita>b, 1986).52 Kesepuluh, ‘Abdul Wadud Kashful Anwar.53 Kesebelas,
Muh}ammad Burha>n al-Di>n Al-Zarkashi>.54
Keduabelas, al-Suyu>t}i.55 Ketigabelas, Burha>n al-Di>n Ibn ‘Umar Ibrahi>m
al-Biqa>‘i> >.56 Keempatbelas, Lukmanul Hakim.57 Kelimabelas, Endad Musadad.58
51 Kitab ini merupakan kajian ilmu-ilmu Alquran. Di dalamnya terdapat pembahasan
mengenai tarti>b al-mus}a>f dan muna>sabah. Buku ini merupakan buku pengantar ‘ulum Al-Qur’a>n.
Al-Qat}t}a>n hanya membuat rumusan mengenai pola muna>sabah yang biasa disebut oleh para pakar
‘ulum Al-Qur’a>n. Misalnya, Al-Qat}t}a>n menulis status tarti>b al-mus}h}a>f, yang sangat mendukung
bahwa tarti>b al-mus}h}a>f dan penyusunannya itu tauqi>fi>.
52 Dalam karya ini, Shahat}ah menulis secara lengkap 114 surat mengenai maksud dan tujuan
yang terdapat setiap surat-surat Alquran. Dalam kesimpulan akhirnya, Shahatah ingin
membuktikan bahwa setiap surat dalam Alquran tidak disusun apa adanya. Akan tetapi
mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Walaupun karya ini bentuk aplikatif dari konsep
muna>sabah, tetapi isinya banyak mengurai muna>sabah. Abdullah Mahmu>d Shahatah, Ahda>f Kulli Su>rat wa Maqa>s}idiha> fi> al-Qur’a>n al-Kari>m (Mesir: Al-Hay’at al-Mis}riyah al-‘Ammah li> al-Kita>b,
1986).
53‘Abd alWadud Kashful Anwar, Mula>h}az}a>t H}aul Tana>sub Fawa>tih} al-A>ya>t wa al-Khawa>timiha>, karya ini merupakan tesis pada tahun 1999. ia menulis berjudul Mula>h}az}a>t H}aul Tana>sub Fawa>tih} al-A>ya>t wa al-Khawa>timiha>, tahun 1999. Tulisan ini banyak bersifat teoritis
dan hanya terbatas pada hubungan antara pembuka ayat dengan penutup ayat.
54 Ia menulis kitab Al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Mesir: Da>r Ihya> al-Kutub al-‘Arabiyyah,
1957), Zarkashi berpendapat bahwa bukanlah kalam yang diturunkan secara tidak sengaja,
kebetulan, dan tanpa sasaran dan tujuan tertentu. Dengan demikian, setiap penggunaan dan
susunan kata (lafaz}), konstruksi ayat dan surat (muna>sabah bayn al-a>ya>t wa suwar) serta
peralihan tema yang terdapat di dalamnya memiliki kekuatan konsep sebagai suatu kalam yang
utuh dan padu (muttathiqa>t al-maba>ni> wa muntaz}ima>t al-ma’a>ni> ka al-kalimat al-wa>h}idah).
Muh}ammad Burha>n al-Di>n Al-Zarkashi>, Al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Mesir: Da>r Ih}ya> al-Kutub
al-‘Arabiyyah, 1957).
55 Ia menulis kitab Asra>r Tarti>b al-Qur’a>n, al-Suyu>t}i dalam buku ini mengupas Tarti>b al-Qur’a>n, kemudian memberikan cara dan tahapan untuk menemukan muna>sabah al-Qur’a>n. Teori
dan aplikasi yang dilakukan al-Suyu>t}i memberikan gambaran secara luas dan lugas. Dalam
konsep al-Suyu>t}i muna>sabah adalah ilmu yang menjelaskan persyaratan baiknya kaitan
pembicaraan (irtiba>t} al-kala>m) apabila ada hubungan keterkaitan antara permulaan pembicaraan
akhir pembicaraan yang tersusun menjadi satu kesatuan. Abdurrahman Ibn Abi> Bakr ibn
Muh}ammad Abu al-Fad}l al-Suyu>t}i, Asra>r Tarti>b al-Qur’a>n, (Kairo: Da>r al-I’tis}a>m, 1978).
56 Ia menulsi buku Naz}m al-Dura>r fi> Tana>sub al-A>yat wa al-Suwar, (Haydiradab: Majlis
Da>’ira>t al-Ma’a>rif al-Uthma>niyyah, 1969). Al-Biqa>’i dalam kitab ini menyatakan bahwa ternyata
masalah muna>sabah telah dirintis oleh para ulama sebelumnya. Ia menyebutkan beberapa tokoh
yang menjadi rujukannya dalam menyusun kitabnya yang terkenal membahas muna>sabah
tersebut. Selanjutnya, al-Biqa>’i menyatakan sebelum pola muna>sabah yang berkembang pra al-
Keenambelas, Anshori59 Ketujuhbelas, Howard M. Federspiel.60 Kedelapanbelas,
Isti’anah.61 Kesembilanbelas, Hamdani Anwar.62 Keduapuluh, Fathurrahman
Djamil63 Keduapuluh satu, Arief Subhan.64
Biqa>’i> masih sebatas tarti>b surat. Al-Biqa>’i juga memperkenalkan muna>sabah yang terkandung
pada pengulangan kisah Alquran serta implikasinya yang terkandung di dalamnya. Dan implikasi
itu dalam bukunya ini, adalah bahwa muna>sabah merupakan bagian dari kemukjizatan Alquran.
Burha>n al-Di>n Ibn ‘Umar Ibrahi>m al-Biqa>’i>, Naz}m al-Dura>r fi> Tana>sub al-A>yat wa al-Suwar, (Haydiradab: Majlis Da>’ira>t al-Ma’a>rif al-Uthma>niyyah, 1969).
57 Ia menulis disertasi Analisis Tentang Aspek Muna>sabah Dalam Kitab Tafsir al-Maraghi (Studi Munasabah Anattar Surat dan Antar Ayat). Dalam kesimpulan akhirnya, Hakim
mengatakan bahwa tidak ditemukan pernyataan al-Maraghi secara eksplisit mengenai tujuan
akhir dari penggaliannya dalam aspek muna>sabah dalam kitab tafsirnya. Apakah muna>sabah
sebagai penguat dukungannya pada ketauqifiy-an tarti>b al-su>rah di dalam mus}h}af atau
penggaliannya dalam masalah ini sebagai penambah khazanah kemukjizatan Alquran yang terus
menantang manusia untuk menggali kemukjizatannya. Hakim, melanjutkan dari penelitian ini
ditemukan nilai filosofis: kesatuan ide Alquran merupakan bagian dari kemukjizatan Alquran, dan
Alquran adalah kalamullah yang maha satu (ah}ad). Lukmanul Hakim. ”Analisis Tentang Aspek
Muna>sabah Dalam Kitab Tafsir al-Maraghi (Studi Munasabah Antar Surat dan Antar Ayat).”
Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
58 Menulis tesis dengan judul Muna>sabah dalam Tafsir Mafa>tih al-Ghaib. Kesimpulan akhir
Musadad mengatakan bahwa al-Ra>zi dalam tafsirnya hanya mengemukakan lima jenis
muna>sabah. yaitu muna>sabah surat dengan surat, muna>sabah awal uraian dengan akhir uraian
surat, muna>sabah antar awal dengan akhir surat sebelumnya, muna>sabah antar ayat dengan ayat
dalam satu surat, dan muna>sabah kalimat dengan kalimat dalam ayat. Bentuk hubungan tersebut
lanjut Musadad didasarkan pada satu cara (metode) yaitu menghubungkan surat/ayat dengan
surat/ayat sebelumnya dengan menjelaskan keserasiannya baik dilihat dari materi tema sentral
surat, hubungan yang serasi antara kalimat dalam ayat maupun hubungan kebahasaan di antara
ayat atau surat. Endad Musadad. ”Muna>sabah dalam Tafsir Mafa>tih al-Ghaib.” Tesis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005.
59 Menulis disertasi tentang Quraish Shihab berjudul Penafsiran Ayat-ayat Jender Dalam Tafsir al-Mishbah. Pada kesimpulan akhirnya Anshori dari hasil penelitian ditemukan bahwa
pandangan Quraish Shihab tentang jender adalah jenis kelamin. Dengan demikian, bias jender
berarti penyimpangan yang dilakukan oleh setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan,
muslim maupun non muslim, dan ulama maupun non ulama, dari masa lalu hingga masa sekarang.
Lihat, Anshori. ”Penafsiran Ayat-ayat Jender Dalam tafsir al-Mishbah.” Disertasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2006.
60 Seorang Profesor di Institut Studi-Studi Islam, Universitas Mc-Gill di Montreal, Kanada,
dan juga Profesor ilmu politik di Universitas negara bagian Ohio di Newark, Ohio AS. menulis
buku Popular Indonesian Literature of The Quran, diterjemahkan oleh Tajul Arifin berjudul
Kajian al-Quran di Indonesia Dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab (Bandung: Mizan,
1996). Menurut penulisnya, pada awalnya penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan sumber
bagi orang Barat yang tertarik dengan Islam di Asia Tenggara. Ia secara khusus dalam epilognya
menulis tiga karya Quraish Shihab yakni Lentera hati, Membumikan al-Qur’an, dan Wawasan al-Quran. Federspiel dalam mengomentari buku pertama (Lentera Hati), ia mengatakan bahwa
Lentera Hati merupakan buku penting dan bermanfaat bagi penduduk muslim awam dalam
meletakkan dasar bagi kepercayaan dan praktik Islam yang benar. Pada buku kedua, Federspiel
mengatakan bahwa buku ini (wawasan al-Qur’an) banyak merujuk ke sumber-sumber bahasa
Arab, serta disusun dengan rapih dan baik. Ia merupakan kajian yang dipersiapkan oleh seorang
cendekiawan muslim untuk digunakan oleh orang Muslim awam guna memberikan ”ikhtisar nilai-
Berdasarkan review terhadap beberapa laporan penelitian seperti telah
penulis sebutkan di atas, sejatinya belum mencerminkan locus, fokus, dan
orientasi atau pendekatan sebagaimana yang peneliti lakukan melalui studi ini.
Penelitian mengenai aspek muna>sabah di dalam Tafsir Al-Mishbah sejauh ini
belum pernah ada yang melakukan. Penelitian ini merupakan sesuatu yang bisa
jadi dianggap penelitian pertama yang mengangkat kajian muna>sabah perspektif
Tafsir Al-Misbah karya Muhammad Quraish Shihab. Aspek muna>sabah yang
tidak terlepas dari uslu>b kebahasaan merupakan salah satu pembahasan yang
tidak terpisahkan dari uraian tafsirnya. Di sinilah tergambar salah satu urgensi
penelitian ini untuk mencari solusi yang ditawarkan oleh Quraish Shihab
sehingga tafsir dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Sebagai tafsir yang
bercorak sosial kemasyarakatan (adab al-ijtima>‘i), maka Quraish Shihab juga
mengungkap tema-tema kontemporer ke-Indonesiaan.
nilai agama” yang baru. Howard M. Federspiel, Popular Indonesian Literature of The Quran,
diterjemahkan oleh Tajul Arifin berjudul Kajian al-Quran di Indonesia Dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1996).
61 Menulis Tesis dengan judul Metodologi Muhammad Quraish Shihab dalam Menafsirkan Al-Qur’an. Dalam kesimpulan tulisannya mengatakan bahwa Wawasan Al-Quran menggunakan
metode maud}u>‘i (tematik), sama halnya dengan al-Farmawi. Selanjutnya, ia memaparkan bahwa
karya Tafsir al-Misbah menggunakan metode tah}li>li> (runtutan ayat). Dan dua karya ini dianggap
oleh Isti’anah tidak lepas dari metode interteks. Isti’anah. ”Metodologi Muhammad Quraish
Shihab dalam Menafsirkan Al-Quran.” tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.
62 Menulis dalam Jurnal Mimbar Agama dan Budaya, tahun 2003. Ia hanya membahas yang
berkaitan dengan motivasi penulisan, sumber yang digunakan, metode yang dipilih, corak yang
menjadi kecenderungan dan sistematika yang dianut dalam penulisannya. Hamdani Anwar. Jurnal Mimbar Agama dan Budaya, XIX, no. 2 (2003), 188.
63 Ia menulis di Jurnal Studia Islamika, (2009). Djamil, mengupas pemikiran Muhammad
Quraish Shihab dari aspek: qat}‘i, z}anni, na>sikh mansukh dan fungsi hadis terhadap Alquran. Ia
dalam kesimpulannya melihat bahwa Quraish Shihab memandang suatu ayat disebut qat}’i, bila
memiliki satu arti atau penafsiran tertentu. Dan disebut z}ani, jika terbuka untuk diberi berbagai
macam makna. Namun Quraish Shihab menurut Djamil tidak setuju terhadap dikotomi ini.
Sedang berkenaan dengan nasikh mansukh Shihab memandang bahwa dia tidak melihat satu ayat
ternasakh itu terhapus, tetapi lebih kepada tertunda, karena bisa jadi kondisinya bisa seperti
kondisi ketika teks itu ada, maka teks yang terhapus itu, kembali berlaku. Dan masalah terakhir
fungsi hadis, apakah Nabi mempunyai kewenangan membuat hukum di luar Alquran. Berkenaan
dengan ini, ada dua kelompok. Kelompok pertama membuat hukum baru dan kedua menolaknya.
Dalam kaitan ini, Shihab lebih mengedepankan aspek maslahat dalam penentuan hukum.
Fathurrahman Djamil, Jurnal Studia Islamika, 6, no. 2, (1999).
64 Menulis dalam Majalah Tsaqafah, (2003). Subhan lebih banyak mengungkap sisi biografi
mulai dari kelahiran, perjalanan akademik, rihlah ilmiah, serta gagasan dan pandangan yang
diinginkan. Arif Subhan. Majalah Tsaqafah, 1, no. 3, (2003).
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Paradigma Penelitian
Studi terhadap tafsir kontekstual melalui pendekatan muna>sabah ini
termasuk dalam kategori model sosial kemasyarakatan (adab al-ijtima>‘i).
Pemilihan metode ini dengan menimbang empat hal. Pertama, gejala atau
fenomena yang diteliti lebih merupakan gejala sosial yang bersifat dinamis, yakni
respons dan perilaku kontekstual masyarakat dalam tafsir Alquran di Indonesia.
Kedua, Subject Matter dalam studi ini adalah menyangkut suatu dinamika sosial,
hukum, politik, hasil-hasil, dan keberlangsungan. Ketiga, merupakan
pertimbangan subyektif peneliti, yakni bahwa dinamika bermasyarakat di
Indonesia bukanlah diskursus sederhana, karenanya baru bisa dipahami dengan
baik apabila data dan informasinya dipaparkan secara lengkap dengan
mengembangkan kategori-kategori relevan, termasuk dengan analisis
interpretatifnya.
Keempat, dari pelbagai teori yang digunakan dapat dinyatakan termasuk
dalam gugusan teori dalam paradigma pluralis. Penelitian ini pada akhirnya
menunjukkan wataknya yang empirik. Selanjutnya, paradigma yang digunakan
dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Peneliti berupaya pada
posisi fasiliatator yang mencoba mendialogkan pelbagai fakta sosial terkait
kontekstualisasi penafsiran Alquran di Indonesia. Demikian pula dokumen-
dokumen yang ada dan berkaitan dinamika Tafsir Al-Mishbah sebagai
representasi tafsir Alquran Indonesia akan diungkap secara kritis. Kemudian,
akan dipersandingkan dan diperhadapkan antara yang satu dengan yang lain.
2. Strategi Memperoleh Data dan Sumbernya
Terdapat dua pertimbangan dalam hal memilih metode pengumpulan data
dan informasi, yaitu hubungan antara pertanyaan penelitian (research questions)
serta pengumpulan data dan trianggulasi metode yang berbeda (menggunakan
sumber-sumber informasi dan metode yang beragam).
Dengan demikian, untuk memperoleh informasi yang memadai dari
pertanyaan-pertanyaan penelitian ini maka dimungkinkan mengkombinasikan
empat teknik, yakni: wawancara mendalam (indepth interview), studi
dokumentasi, diskusi terfokus (FGD), dan studi literatur yang relevan.
Pertama, wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara
mendalam akan dilakukan dengan sumber-sumber informsi kunci (key
informants). Informan kunci adalah M. Quraish Shihab sebagai penulis tafsir
(infoman utama)
Kedua, studi dokumentasi. Studi dokumentasi dimaksudkan guna
memotret dinamika sosial dan politik tafsir di Indonesia. Sumber-sumber
dokumen dimaksud antara lain: ‘tafsir Indonesia, ulu>m al-Qur’a>n,, jurnal, buku-
buku terkait, surat kabar harian, majalah, dan sebagainya.
Secara khusus, penelitian disertasi ini dilakuakn melalui riset kepustakaan
(library research), yaitu dengan membaca karya-karya Quraish Shihab sebagai
data primer dan meneliti karangan-karangan yang ditulis oleh orang lain tentang
Quraish Shihab sebagai data sekunder.65 Dan kajiannya secara deskriptif dan
analitis, yakni penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahaman
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.66
Deskriptif analitis yakni analitis dalam pengertian historis dan filosofis.
Sebagai suatu analisis filosofis terhadap seorang tokoh yang hidup pada suatu
zaman yang lalu,67 maka secara metodologis menggunakan pendekatan sejarah
65 Komaruddin, Kamus Riset (Bandung: Angkasa, 1984), 145, liaht pula, Noeng Muhajir,
Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Yake Sarasin, 1996), 49.
66 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2003), 63.
67 Anton Bakker dan Achmad Charris Zubeir, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), 61.
(historical approach),68 yang mengungkap hubungan seorang tokoh dengan
masyarakat, sifat, watak pemikiran dan ide seorang tokoh.69
Ketiga, focussed group discussion (FGD). Cara ini dilakukan sebanyak
dua hingga tiga kali untuk membahas suatu diskursus yang bersifat khusus atau
spesifik yang memerlukan kajian lebih mendalam dan pemecahan.
Keempat, studi literatur terkait. Langkah ini dilakukan dengan cara
mempelajari tulisan-tulisan seputar tafsir di Indonesia, berupa buku, artikel,
makalah, dan sebagainya.
1. Langkah Strategis Analisis Data
Dalam menganalisis data, digunakan analisis isi (content analysis).
Analisis ini merupakan analisis tentang isi pesan suatu komunikasi dan
mengolahnya,70 dalam artian menangkap pesan yang tersirat dari satu atau
beberapa pernyataannya. Secara teknis analisis ini mencakup upaya a).
Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi, b). Menggunakan
kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan c). Menggunakan teknik analisis tertentu
sebagai pembuat prediksi.71 Jadi, yang dimaksud dengan analisis isi, dalam
penelitian ini adalah melakukan analisa terhadap makna yang tekandung dalam
gagasan Quraish Shihab, terutama tentang tafsir yang terdapat dalam berbagai
sumber.
Strategi analisis data dilakukan dengan dua cara, yakni: Pertama,
pemetaan dan kategorisasi data. Data atau informasi yang dikumpulkan terlebih
dahulu dipetakan, yang pada akhirnya menghasilkan pengelompokan yang sesuai
dengan pembabakan data yang telah dirancang.
68 Syahrin Harahap, Penuntun Penulisan Karya Ilmiah Studi Tokoh Dalam Bidang
Pemikiran Islam (Medan: IAIN Press, 1995), 18.
69 M. Nizar, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 62.
70 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001), 71.
71 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Yake Sarasin, 1996), 49.
Kedua, kontekstualisasi data atau informasi yang berangkat dari
kategorisasi yang sudah dilakukan. Peneliti akan menganalisis untuk memahami
data dalam konteksnya dengan menggunakan pelbagai metode guna
mengidentifikasi hubungan antara unsur-unsur data yang berbeda.
2. Penulisan Laporan
Laporan penelitian ditulis secara naratif-analitis. Peneliti tidak hanya
akan menyajikan paparan tentang data atau informasi yang bersumber dari
informan dan data dokumen (realist tale), terlebih tidak hanya berdasarkan kesan
peneliti yang dicoba ditafsirkan secara dramatis (impressionist tale), melainkan
lebih mengembangkan analisis berdasar penafsiran-penafsiran yang rasional.
Secara spesifik peneliti akan menggunakan dua teknik analisis data dan
penafsiran data yang dikombinasikan dalam menuliskan laporan penelitian ini,
yakni etnometodologis dan simiotik yang dikaitkan dalam konteks kultur dan
struktur.
Sumber yang digunakan dalam penulisan disertasi ini berasal dari data
primer (primary resources) dan sekunder (secondary resources). Sumber
primernya adalah karya M. Quraish Shihab sendiri yakni Tafsir al-Mishbah
Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta: Lentera hati, 2006), cet. VII.
Sedangkan data sekundernya penulis menggunakan buku-buku atau kitab tafsir
Indonesia dan kitab-kitab ’Ulu>m al-Qur’a>n dan buku lain yang terkait dengan
cakrawala pemikiran Quraish Shihab serta ilmu-ilmu yang terkait dalam berbagai
bidang ilmu.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam membahas disertasi ini, maka karya ilmiah ini
ditulis dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari pasal-pasal yang
terkait antara satu dengan yang lainnya, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi uraian tentang latar
belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat dan signifikansi penelitian, penelitian terdahulu yang relevan,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab ke dua membicarakan muna>sabah al-Qur’a>n: menyoal peran
munasabah sebagai instrumen penafsiran, yang meliputi melacak tradisi awal
muna>sabah alquran, muna>sabah perspektif pakar ilmuan Alquran dari klasik
hingga pra-modern, muna>sabah dalam tinjauan ilmuan Alquran kontemporer, dan
menyoal muna>sabah: respon terhadap kritik ilmuan Barat dan orientalis.
Bab ke tiga mengungkap tentang Tafsir al-Mishbah dalam tradisi tafsir
nusantara, yang meliputi : kondisi sosial dan intelektual masa M. Quraish Shihab,
kesarjanaan dan karya-karya M. Quraish Shihab, posisi Tafsir al-Misba>h dalam
tradisi tafsir nusantara
Bab IV adalah model muna>sabah al-Qur’a>n dalam Tafsir al-Mishbah,
yang meliputi: pola muna>sabah antar ayat, pola muna>sabah antar surat, analisis
perbandingan terhadap pola dan pendekatan, dan karakteristik muna>sabah dan
jenis-jenisnya dalam Tafsir Al-Mishbah.
Bab ke lima merupakan bab penutup, yang berisi tentang kesimpulan
yang di tarik dari pembahasan dari sub-sub sebelumnya, dalam rangka menjawab
masalah pokok yang telah dirumuskan di bagian pendahuluan dan juga memuat
saran-saran konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA
A. Kitab Suci
Al-Qur’a>n al-Kari>m
B. Buku
1. Tafsir Alquran
Adnan, R. Muhammad, Al-Qur’an Suci Basa Jawi, 1969
Al-Alu>si, Tafsi>r Ru>h} al-Ma‘a>ni>>, Kairo: al-Mu>niriyyah, 1980
al-Biqa>‘i>, Burha>n al-Di>n, Naz}m al-Durar fi> Tana>sub al-A>ya>t wa al-Suwar, Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1415 H.
al-Bantani, Syaikh Nawawi, Tafsi>r al-Muni>r. Kairo, al-H{alabi, 1887.
‘Asyu>r, Muh}ammad al-T{a>hir bin, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Tu>nis: al-Da>r al-
Tu>nisiyyah li> al-Nashr, t.t.
al-Dhahabi, Muh}ammad H{usayn >, Tafsi>r Ma’a>li>m al-Tanzi>l (Baghda>d: al-
Mut}anna>, t.th.), 141.
Chalil, Munawar, Tafsi>r al-Qur’a>n Hidayatur Rahman, (Jakarta: Siti Sjamsiah,
1958)
Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI,
2004
Hasan Bandung, A. Al-Furqa>n, Jakarta: Tinta Mas, 1962
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994
Hawa, Sa’id, al-Asa>s fi> al-Tafsi>r, Mesir: Da>r al-Salam, 1989
al-Ja>wi>, Al-Syaykh Muh}ammad Nawa>wi>, Mara>h Labi>d – Tafsi>r al-Nawa>wi>, Kairo: Da>r Ih}ya>’ al-Kutub al-‘Arabiyyah - ‘I>sa> al-Ba>bi> al-H}alibi>, t.t.
al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, Mada>rij al-Sa>liki>n Bayn Mana>zil Iyya<ka Na’budu wa Iyya>ka Nasta’i>n Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.
Kasim Bakri, Tafsir al-Quranul Hakim, 1960
Kemajuan Islam Yogyakarta, Qur’an Kejawen Sundawiyah
al-Khat}i>b, ‘Abd al-Kari>m, Tafsi>r al-Qur’a>n li> al-Qur’a>n, Bayru>t: Da}r al-Fikr,
1970
Mushtahafa Rembang, Bisyri, al-Ibri>z}, 1960
al-Qa>s}i>mi>, Muhammad Jama>l al-Di>n, Mah}a>sin al-Ta’wi>l, Bayru>t: Da>r al-Fikr,
1975
Qut}b, Sayyid, Tafsi>r fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, Bayru>t: Da>r al-Ih}ya>’ al-Tija>ri al-
’Arabiyyah, 1386 H.
Rid}á, Muh}ammad Rasyi>d, Tafsi>r al-Mana>r, Kairo: Da>r al-Manar, 1373 H.), 63.
al-Ra>zi>, Fakhr al-Di>n, Mafa>tih}} al-Ghayb, Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
1994
Rid}á, Muh}ammad Rashid, Tafsi>r al-Fa>tih}ah wa Sitti Suwar min Khawa>tim al-Qur’a>n al-Kari>m Kairo: Da>r al-Manar, 1367 H.
_______, Tafsi>r al-Mana>r, Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1998
al-Rafi>‘i>, Mus}t}afá S}adiq, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, Bayru>t: Da>r al-Ma>‘rifah, t.t.
al-Sya>thi’, A‘i>shah ‘Abd al-Rah}ma>n bint, al-Tafsi>r al-Baya>ni li> al-Qur’a>n al-Kari>m, Kairo: Da>r Ih}ya> al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1992
al-S}abu>ni>, Muh}ammad ‘Ali>, S}afwat al-Tafa>si>r, Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1992
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Tafsir An-Nur, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Al-S}awi, Hasiyah ‘Ala> al-‘Ala>mah al-S}awi ‘Ala Tafsi>r al-Jala>layn, t.p.: Da>r al-
Ih}ya>’, t.t.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishba>h Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Jakarta: Lentera hati, 2006
_______, Tafsir al-Amanah, Jakarta:Pustaka Kartini, 1992
_______, Tafsir al-Qur’an al-Karim atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya, Bandung :Pustaka Hidayah,1997
_______, Mahkota Tuntunan Ilahi; Tafsir Surah al-Fatihah, Jakarta : Untagama,
1998
Yunus, Mahmud, Tafsi>r Qur’a>n Indonesia, 1935
Al-Zamakhshari>, Al-Ima>m Abu> al-Qasim Jarullah Mah}mud bin ‘Umar, Tafsi>r al-Kashaf ‘an H}aqa>iq Ghawa>mid al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wil fi> Wuju>h al-Ta’wi>l, Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995
2. Hadis
Abu> Da>wu>d, Sunan Abi> Da>wu>d, Mesir, Must}afa> al-Ba>bi> al-H{alabi>, 1952
Al-Bayhaqi>, Al-Madkhal ila> al-Sunan al-Kubra>, Kuwayt: Da>r al-Khulafa>’ li> al-
Kita>b al-Isla>mi>, 1404
H{anbal, Ima>m Ah}mad Ibn, Musna>d Ah}mad ibn H{anbal, Bayru>t: Da>r al-S{adi>r,
t.th.
Ma>lik, Ima>m, al-Muwat}t{a’, Mesir: Kita>b al-Sha‘bab, t.th.
Nawawi, S}ah}i>h} Muslim bi Sharh} Nawawi, Kairo: Da>r al-H}adi>th, 1994
Shihab, M. Quraish, 40 Hadits Qudsi Pilihan, Jakarta: Lentera Hati, 2005
3. Seputar Ilmu Al-Quran dan Kajian Alquran
al-Di>n, H}asan Muh}ammad Baja’, al-Wih}dah al-Maud}u>’iyyah fi> Su>rah Yu>suf, Jeddah: Mat}bu>’ah Tiha>mah, 1983
Atjeh, Abu Bakat, Sejarah Alquran, Jakarta: Ramadhani, 1950
A‘Z}ami, MM., The History of Qur’a>nic Text From Revelation to Compilation A Comparative Study with the old and new Testament, (Sejarah Teks al-Qur’a>n dari Wahyu sampai Kompilasi kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), terj. Sohirin Solihin, Anis Mata, Ugi
Suharto, Lili Mulyadi, Jakarta: Gema Insani Press, 2005
Iyazi, Ali, al-Mufassirun, Hayatuhum wa Manhajuhum, Makkah: Wizarah al-
Thqafah, 1415
Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Alvabet,
2005
Amal, Taufi>k Adnan &Sumsu Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual al-Qur’an: Sebuah Kerangka Konseptual, Bandung: Mizan, 1989
El-Awa, Salwa M.S., Texstual Relation in The Quran: Relevance, Coherence and Structure, Routledge, New York, 2006
At}a’, ‘Abd al-Qadir Ah}mad, dalam pengantar al-Suyu>thi, Asra>r Tarti>b al-Qur’a>n, Kairo: Da>r al-I‘tis}a>m, 1978.
Az}ra, Az}yumardi, (ed.), Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2000.
al-Biqa>‘i>, Burha>n al-Din Ibn ‘Umar Ibrahi>m, Nadz} al-Dura>r fi> Tana>sub al-A>yat wa al-Suwar, H{eidiradab: Majlis Da>ira>t al-Ma‘a>rif al-‘Uthma>niyyah, 1969
Al-Ba>qilla>ni>, I‘ja>z al-Qur’a>n, Bayrūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996.
al-Bu>t}i, Muh}ammad Sa‘id Ramad}an, Min Rawa>‘i al-Qur’a>n, Bayrut-
Libanon/Damshik: Maktabah al-Farabi, 1397 H/1977 M.
Baidan, Nashruddin, Perkembangan Tafsir di Indonesia, diterbitkan oleh Tiga
Serangkai, tahun 2003.
_______, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000
Baljon, J.M.S., Modern Muslim Koran Interpretation (1880-1960), Leiden: E.J.
Brill, 1968
Burhanuddin, Mamat S., “Hermeneutika Al-Quran ala Pesantren (Analisis Trehadap Tafsir marah Labid Karya KH. Nawawi Banten, Yogyakarta: UII
Press, 2006
al-Dhahabi>, Muh}ammad H{usayn, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>>n, Kairo: Maktabah
Wahbah, 2000
Faiz, Fahruddin, Hermeneutika Al-Qur’an Tema-tema Kontroversial, Yogyakarta: eLSAQ, 2005
Federspiel, Howard M., Popular Indonesian Literature of The Quran, diterjemahkan oleh Tajul Arifin berjudul Kajian al-Quran di Indonesia Dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab, Bandung: Miz}an, 1996
al-Farmawi, Abd al-H{ay, al-Bida>yah fi> Tafsi>r al-Maud}u‘’i>, Kairo: al-Had}arah al-
‘Arabiyah, 1977
Federspiel, Howard M., Popular Indonesian Literature of The Qur’an, Cornell
modern Indonesian Project, 1994.
_______, terj., Kajian al-Quran di Indonesia Dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab, oleh tajul Arifin ,Bandung: Miz}an, 1996.
Fawzi>, Rif‘at, al-Wah}dat al-Maud}u>‘iyah li> Surat al-Qur’a>niyah, Bayru>t: Da>r al-
Sala>m, 1986
Fath, Amir Faishol, The Unity of al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010
Gusmian, Islah, Khaz}anah Tafsir Indonesia: dari Hermeneutic hingga Idiologi, Jakarta: Teraju, 2003.
Hasan, Hamka, Tafsir Jender: Studi Perbandingan antara Tokoh Indonesia dan Mesir, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2009
H{anafi>, H{assan, al-Tura>th wa al-Tajdi>d: Mauqifuna min al-Tura>th al-Qadi>m, Kairo: al-Markaz al-‘Arabi>, 1980
Hanafi, Muhlis M., “Metode Tafsir Alquran Modern di Indonesia: Analisa
Terhadap Beberapa Karya Quraish Shihab.” Makalah “Refleksi karya M.
Quraish Shihab.” Perpustakaan PSQ, 23 Desember 2009
_______, “Refleksi karya M. Quraish Shihab.” Perpustakaan PSQ, 23 Desember
2009. Disampaikan pula pada acara Tribute to Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
_______, Urgensi Memahami Ilmu Muna>sabat, disampaikan dalam “Workshop
Para Penyusun Tafsir Tiga Serangkai, TOT Medan,” Jakarta, Gedung Pusat
Studi Alquran, 2009
al-H{asani>, Muh}ammad ibn ‘Alawi> al-Ma>liki>, Zubdah al-Itqa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Samudera Ilmu-ilmu Alquran Ringkasan Kitab al-Itqa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n Karya al-Ima>m Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i, terj. Tarmana Abdul Qasim,
Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003
Harun, Salman, Mutiara Surat al-Fa>tihah; Analisis Syekh Muhammad Nawawi Banten, Jakarta: CV Kafur, 2000
Hafiduddin, Didin, Tinjauan atas Tafsir Munir Karya Imam Muhammad Nawawi Tanara dalam Warisan Intelektual Islam Indonesia, (Bandung: Miz}an, 1987
Hidayat, Komaruddin, “Membaca Sosok Quraish Shihab”, makalah Seminar
Pemikiran Quraish Shihab, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ciputat
Jakarta, 28 September 1996
Ichwan, Moch Nur, Al-Qur’an Sebagai Teks (Teori Teks dalam Hermeneutik Qur’an Nasr Hamid Abu Zayd, dalam Studi al-Qur’a>n Kontemporer Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir, ed. Abdul Mustaqim – Sahiron
Syamsudin, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002
‘Itr, Nu>r al-Di>n, ‘Ulu>m al-Qur’a>n al-Kari>m, Damsyik: Mat}ba‘ah al-S}aba>h}, 1996
M./1416 H.
Isma‘i>l, ‘Abd al-Fatah, Rasm al-Mus}h}af wa al-Ihtija>j bih fi> al-Qira>’ah, Mesir:
Maktabah Nahd}ah, 1960
al-Ja>biri>, Muh}ammad ‘A>bid, Madkhal ila> al-Qur’a>n, Bayru>t; Markaz Dira>sat al-
Wih}dah al-‘Arabiyah, 2004
Al-Ja>hiz, al-Baya>n wa al-Tibya>n, Kairo: Mat}ba‘ah Lajnah tarjamah wa Nashr,
1948
Juhdi, Masjfuk, Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980
Jefferi, Arthur, Materials for The History of The Text of the Quran: The Old Codices, Leiden: E.J. Brill, 1937
_______, The Koran Interpreted, London: Allen & Uwin, 1955
Jansen, JJG., The Interpretation of The Koran in Modern Egypt, Leiden: E.J.
Brill, 1974
Johns, Anthony H., Islam di Dunia Melayu: Sebuah Survei Penyelidikan dengan Beberapa Referensi Kepada Tafsir Alquran, dalam Az}yumardi Az}ra,
Perspektif Islam Asia Tenggara, Jakarta: YOI, 1987
_______, Islam in The Malay World: an Explanatory Survey With Some Reference to Qur’anic Exegesis, Islam in Asia: Volume II Southeas and East Asia, Boulden: Westview, 1984.
_______, Qur’anic Exegesis in the Malay World: in Search of a Profile, dalam
Andrew Rippin ed., Aproaches to The History of The Interpretation of the Qur’an, Oxford: Clarendon House, 1988
al-Ka>fi>ji>, Muh}ammad bin Sulayma>n, al-Taysi>r fi> Qawa>‘id ‘Ilm al-Tafsi>r, tah}qi>q,
Na>s}ir bin Muh}ammad al-Mat}ru>di,> Damsyik: Da>r al-Qalam, 1410 H.
al-Kha>lidi>, S}alah}, al-Manhaj al-H}araki fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, Jeddah: Da>r al-
Manarah, 1986
_______, al-Baya>n fi> I‘ja>z al-Qur’a>n, Amma>n: Da>r Ammar, 1411 H.
Khalaf Alla>h, Muh}ammad Ah}mad, al-Fann al-Qas}a>s}i> fi> al-Qur’a>n al-Kari>m, Sharah} wa al-ta‘li>q oleh Khali>l ‘Abd al-Kari>m, Bayrut, Kairo, Si>na> li> al-Nashr wa al-Intisha>r al-‘Araby, 1999
LAL, Anshari, Penafsiran Ayat-ayat Jender menurut Muhammad Quraish Shihab, Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008
McAuliffe, Jane Dammen, Encyclopaedia of the Qur’an, Leiden; Brill, 2001
Mir, Mustansir, Coherence in The Quran: A Study of Ishlahi’s Concept of Naz}m in Tadabbur al-Quran, Indianapolis: American Trust Publication, 1986
Mu>sá, Muh}ammad H}asan bin ‘Aqil, I‘ja>z al-Qur’a>n al-Kari>m bain al-Suyu>t}i> wa al-‘Ulama>’ Jeddah: Da>r al-Andalu>s al-H}ad}ara>’, 1989
al-Naysabu>ri>, Abi al-H{asan ‘Ali bin Ah}mad al-Wa>h}i>di>, Asba>b al-Nuzu>l, Bayru>t:
Da>r al-Fi>kr, 1409 H./1988 M.
Nurtawab, Ervan, Tafsir al-Quran Nusantara Tempo Doeloe, Jakarta: Ushul
Press, 2009.
Nöldeke, Theodor, (Ed.) Freiderich Schwally, Ta>rikh al-Qur’a>n, terj. dan tah}qi>q
George Tamir, Bayru>t: Konrad-Adenauer-Stiftung, 2004
P., Musthafa, M. Quraish Shihab Membumikan Kalam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Powers, David S., “The Exegetical Genre Na>sikh al-Qur’a>n wa mansu>khuhu,”
dalam Andrew Rippin, Approach to the History of the Interpretation of the Qur’an, Oxford: Clarendon Press, 1988
al-Qat}t}a>n, Manna>‘ Khali>l, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Bayru>t: Manshu>ra>t al-
‘As }r al-H{adi>th, 1393 H.
al-Qurt}u>bi, Abi> ‘Abd Alla>h Muhammad bin Ah}mad al-Ans}a>ri, al-Jami‘ li> al-Ah}ka>m al-Qura>n, Bayrut: Da>r al-Fikr, 1993.
al-Ra>fi’i>, Mus}t}afa> S{a>diq, I‘ja>z} al-Qur’a>n wa al-Bala>gah al-Nah}wiyyah, Bayrūt:
al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. ke-3, 1990.
Riddel, Peter G., Transferring a Tradition: Abd al-Rauf al-Singkili’s rendering into Malay of The Jalalayn Commentary, Berkeley, CA: Center for South
and Southeast Asian Studies, University of California, 1990.
Rid}á, Muh}ammad Rashi>d, Wah}y al-Muh}ammadi>, Kairo: Maktabah al-Isla>mi>, t.t.
Sale, George, The Koran: Translated into English, London: Frederick Warne,
1724
As-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan
Bintang, 1965
Shihab, Umar, Kontekstualisasi Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005
al-Sabt, Kha>lid Uthma>n, Qawâ‘id al-Tafsi>r Jam‘an wa Dira>satan, al-Mamlakah
al-‘Arâbiyyah al-Su‘u>diyyah: Da>r ibn ‘Affan, 1999
Shuhbah, Muh}ammad bin Muh}ammad Abu>, al-Madkhal li> Dira>sah al-Qur’a>n al-Kari>m, Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1992
al-S}a>bu>ni>, Muh}ammad ‘Ali, al-Tibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Bayrut: ‘A>lim al-
Kutub, 1405 H./1985 M.
Shihab, M. Quraish, Al-Luba>b: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fa>tih}ah} & Juz ‘Amma Jakarta: Lentera Hati, 2008
_______, Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya, Ujung Pandang:
IAIN Alaudin,1984
_______, dalam pengantar buku Taufik Adnan Amal. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Fabets, 2005
_______, Rasionalitas al-Quran Studi Kritis atas Tafsir al-Manar, Jakarta:
Lentera hati, 2006
_______, Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Surga dan Ayat ayat Tahlil, Jakarta, Lentera Hati, 2001
_______, Hidangan Ilahi Ayat-Ayat Tahlil, Jakarta: Lentera Hati, 1996
_______, Fatwa-Fatwa Seputar Tafsir al-Qur’an, Bandung: Miz}an, 1999
_______, Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah Mahdah, Bandung: Mizan, 1999
_______, Fatwa-Fatwa Seputar Tafsir Alquran, Bandung: Mizan, 1999
_______, Sejarah dan Ulumul-Qur’an Jakarta : Pustaka Firdaus, 1999
_______, Fatwa-Fatwa Seputar al-Qur’an dan Hadis, Bandung: Miz}an, 1999
_______, M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994
_______, Studi Kritis Tafsir al-Manar Karya Muhammad Abduh dan M.Rasyid Ridha, Bandung : Pustaka Hidayah, 1994
_______, Untaian Permata Buat Anakku; Pesan al-Qur'an untuk mempelai, Bandung: al-Bayan, 1995
_______, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2005
_______, Mukjiz}at al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Bandung: Miz}an, 1998.
_______, Menyingkap Tabir Ilahi, Asma> al-Husna> dalam Perspektif al-Qur'an
Jakarta: Lentera Hati, 1998
_______, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jakarta: Lentera Hati, 2007
Syari>f, Muh}ammad, Ittija>ha>t al-Tajdi>d fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m fi> Mis}r, Kairo: Da>r al-Tura>th, 1982
al-Suyu>t}i>, ‘Abd Alrah}ma>n Ibn Abi >> Bakr Ibn Muh}ammad Abu> al-Fad}l, Asra>r Tarti>>b al-Qur’a>n, Kairo: Da>r al-I‘tisha>m, 1978
_______, al-Tah}ri>r Fi> ‘Ilm al-Tafsi>r, tah}qi>q: Fath}i> Fari>d, Kairo: Da>r al-Mana>r li>
al-Nashr wa al-Tauzi‘, 1406 H.
_______, al-Itqan fi>> ‘Ulu >m al-Qur’a>n, Damaskus: Da>r al-Fi>kr, 1979.
_______, Luba>b al-Nuqu>l fi>Asba>b al-Nuzu>l, Bayru>t: Da>r Ih}ya>’ al-‘Ulu>m, t.t.
_______, Qat}f al-Azhar fi> Kashf al-Asra>r, Qatar: Kementerian Wakaf dan Urusan
Islam, 1414 H.
Suma, Muhammad Amin, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Fi>rdaus,
2000
al-Sya>thibi>, al-Muwa>faqa>t, Bayrut: Da>r al-Fi>kr, 1975.
Shahrur, Muhammad, Al-Ki>ta>b wa al-Qur’a>n : Qira’ah Mua>s}irah, Kairo : Sina
Publisher, 1992.
Shahat}ah, ‘Abd Alla>h Mah}mu>d, Ahda>f Kulli Su>rat wa Maqa>s}i>diha> fi>> al-Qur’a>n al-Kari>>m, Mesir: Al-H{ay’at al-Mis}riyyah al-‘Ammah li >> al-Kita>b, 1986
al-Sa‘id, Labib, al-Jam‘ al-S}auti> li> al-Qur’a>n al-Kari>m, Mesir: Da>r al-Ka>tib al-
‘Ara>by, t.th.
al-Su‘ud, Muhammad bin Muhammad Abi>, Irsha>d al-‘Aql al-Salim Ila> al-Qur’a>n al-Kari>m Bayru>t: Da>r Ih}ya> al-tura>th al-‘Arabi, 1990
Syari>f, M. Ibra>hi>m, Ittija>ha>t al-Tajdi>d fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m fi> Mis}r, Kairo:
Da>r al-Tura>ts, 1982
Syuhbah, Muh}ammad ibn Muh}ammad Abu>, al-Madkhal li Dira>sa>h al-Qur’a>n al-Kari>m, Mesir: Maktabah al-Sunnah, 1992
Tamir, George, Muqaddimah al-Tarjamah al-‘Arabiyyah li Ta>rikh al-Qur’a>n,
Bayru>t: Konrad-Adenauer-Stiftung, 2004
al-Wa>h}idi>, Abu> H{asan ‘Ali ibn Ah}mad, Asba>b al-Nuzu>l, Bayru>t, Da>r al-Fi>kr,
1991
Watt, W. Monthomery, Bell’s I>ntroduction to The Qur’a>n, Leiden: Edi>nburgh
Uni>versi>ty Press, 1994
_______, Richard Bell: Pengantar Studi> Quran, terj. Lilian D. Tedjasudana,
Jakarta: I>NI>S, 1998
Ibn Warraq, The Origins of The Qur’an, Essays on Islam’s Holy Book, New
York: Prometheus Books, 1998
Yusuf, Yunan, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, Sebuah telaah tentang Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
Yu>suf, Muh}ammad Ah}mad, I’ja>z al-Baya>ni> fi> Tarti>b A>ya>t al-Qur’a>n wa Suwaruh, Mesir: Da>r al-Mat}ba’ah al-Dauliyah, 1979
al-Z}arqa>ni>, Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n,
Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1988
Zaini, Syahminan dan Ananto Kusuma Seta, Bukti-bukti Kebenaran Alquran, Jakarta: Kalam Mulia, 1993
Al-Z}arkasyi>, Muhammad Burha>n al-Din, Al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Mesir:
Da>r Ih}ya> al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1957.
Zayd, Nas}r H{ami>d Abu>, Mafhu>m al-Nas}: Dira>sah fi>> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, kairo: Da>r
al-Ihya> al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1992
_______, Al-Quran Hermeneutika dan Kekuasaan, terj. Dede Iswadi, et.all.,
Bandung: RQiS, 2003
_______, Tekstualitas al-Qur’an : Ktitik Terhadap Ulumul Qur’an, terj. Khai>ran
Nahdiyyin, Yogyakarta : LkiS, 2001
4. Buku-buku Keislaman dan Umum
Ambari, Muarif, Shaykh Nawawi al-Bantani Indonesia, Jakarta: Sarana Utama,
tt.
al-‘Aqi>qi, Na>jib, al-Mustshriqu>n, Mesir: Da>r al-Ma‘a>rif, t.th.
‘Abba>s, Fad}l H}asan, al-Bala>ghah Funu>nuha> wa Afna>nuha>, tp.: Da>r al-Furqa>n,
t.tp.
al-Baghda>di, I>d}a>h al-Maknu>n, Bayrut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1982
Appleby, Joyce, Lynn and Margaret Jacob, Post Modernism and The Crisis of Modernity, dalam Telling the Truth About History, New York: W.W.
Norton, 1994
Azra, Azyumardi, Jaringan Global dan Lokal I>slam Nusantara, Bandung: Mizan,
2002.
_______, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVI>I> dan XVIII, Jakarta: Mizan, 1998
_______, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000
Badawi>,‘Abd al-Rah}ma>n, Mawsu>‘ah al-Mustasyriqi>n, Bayru>t: Da>r al-‘Ilm al-
Mala>yi>n, 1993
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubeir, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990
Ba>ha>, Muh}ammad, al-Fikr al-Isla>mi> al-H{adi>th wa S}ilatuh bi al-Isti‘ma>r al-Gharbi>, t.tp.: Maktabah Wahbah, 1991
Benda, Harry J., “Islam di Asia Tenggara dalam Abad ke-20.” Dalam Perspektif Islam di Asia Tenggara, penyunting Azyumardi Azra, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1989
Behrend, T.E., et.al. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara jilid 4, Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta: YOI, 1998
Boulatta, Isa J.. “H{assan H{anafi>.” dalam John L. Esposito, (ed.), The Oxford Encyclopedia of Islamic World, New York: Oxford University Press, 1995
Chaidar, Sejarah Pujangga Islam, Shaykh Nawawi al-Bantani-Indonesia, Jakarta:
CV. Utama, 1979
al-Fa>dani>,‘Ilm al-Di>n Ya>si>n bin ‘Abba>s, H}asan al-S}iya>ghah Sharh}} Duru>s al-Bala>ghah, Rembang: al-Ma‘had al-Di>ni> al-Anwa>r, tt.
Hafiduddin, Didin, “Tinjauan Atas Tafsi>r Muni>r Karya Imam Muh}ammad
Nawa>wi> Tanara” dalam Warisan Intelekyual Islam Indonesia, Bandung:
Mizan, 1987
Harahap, Syahri, Penuntun Penulisan Karya Ilmiah Studi Tokoh Dalam Bidang Pemikiran Islam, Medan: IAIN Press, 1995
Hamka, Kenang-kenangan Hidup, Jakarta: Bulan Bintang, 1979
al-Ja>zimi>, ‘Ali dan Must}afa Ami>n, al-Balaghah al-Wa>d}ih}ah, Mesir: Da>r al-
Ma’a>rif, t.th.
al-Jurjani, ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali, al-Ta‘rifat, Bayrut: Dar al-Kutub al-
‘Arabi>, 1405 H.
al-Khat}i>b, Muh}ammad Aja>j, Al-Sunnah Qabla al-Tadwi>n, terj. AH. Akram
Fahmi, Jakarta: Gema Insani Press, 1999
Komaruddin, Kamus Riset, Bandung: Angkasa, 1984
Khali>fah, H}aji, Kashfu al-Z}unun ‘an Asas al-Kutub wa al-Funun, Bayru>t: Da>r al-
Fikr, 1990
Kahalah, ‘Umar Rid}a, Mu'jam al-Mu’allifi>n Tara>jum Mus}annif al-Kutub al-'Arabiyyah, Bayru>t: Da>r Ih}ya> Tura>s al-'Arabi, t.th.
Khaldu>n, Abd al-Rah>ma>n Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldu>n, Bayru>t: Da>r al-Fikr,
1406 H.
Maarif, Syafii, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung: Mizan,
1993
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Yake Sarasin,
1996
Muir, Sir William, The Life of Mahomet and History of Islam to the Era of the Hegira: with Introductory Chapters on the Original Sourches for the Biography of Mahomet and on the Pre-Islamite History of Arabia, London,
Smith, Elder and Co, 1981
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2003
Nizar, M., Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, Jakarta: UI Press,1985
Nanji, Azim. “Introduction” dalam Azim Nanji (ed.), Mapping Islamic Studies: Genealogy, Continuity and Change, Berlin & New York: Mouton de
Gruyter, 1997
Noer, Deliar, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: PL3ES,
1990
Paret, Rudi, The Study of Arabic and Islam at German Universities: German Orientalist Since Theodor Nöldeke, Weisbaden; Franz Steiner, 1968
Rahman, Fazlur, Islam dan Modernitas : Tentang Transformasi Intelektual, Ahsin
Mohammad (penterjemah), Bandung : Penerbit Pustaka, 1995
_______, Islam and Modernity, Chicago: Universitas of Chicago Press, 1982
Rodinson, Maxim, Europe and the Mystique of Islam, London: Univ. of
Washington Press, 1987
Shihab, Alwi, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung:
Mizan, 1999
al-Sabt, Kha>lid ‘Uthma>n, Qawa>’id al-Tafsi>r Jam’an wa Dira>sah (Mesir: Da>r Ibn
‘Affa>n, 1421 H.),
Shihab, M. Quraish, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Depag, 1987
_______, Pengantin al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 1999
_______, Panduan Shalat Bersama Quraish Shihab, Jakarta: Republika Press,
2003
_______, Doa Harian Bersama M. Quraish Shihab, Jakarta: Lentera Hati, 2009
_______, Satu Islam Sebuah Dilema, Bandung: Mizan, 1987
_______, Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda, MUI, Unisco,1990
_______, Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah dan Muamalah, Bandung: Mizan, 1999
_______, Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama, Bandung: Mizan, 1999
_______, Menuju Haji Mabrur, Jakarta: Pustaka, Zaman, 1999
_______, Panduan Puasa Bersama Muhammad Quraish Shihab, Jakarta:
Republika, 1999
_______, Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan, 1994
_______, Sahur Bersama Muhammad Quraish Shihab di RCTI, Bandung: Mizan
1997
_______, Menyingkap Tabir Ilahi, Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an,
Jakarta: Lentera Hati, 1998
_______, Fatwa Fatwa Seputar Ibadah Mahdah, Bandung: Mizan, 1999
_______, Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat, Jakarta: Lentera
Hati, 1999
_______, Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Surga dan Ayat ayat Tahlil, Jakarta: Lentera Hati, 2001
_______, Menjemput Maut, Jakarta: Lentera Hati, 2002
_______, Mistik Seks dan Ibadah, Jakarta: Republika, 2004
_______, Jilbab PakaianWanita Muslimah, Jakarta: Lentera Hati>, 2004
_______, Dia Dimana Mana, Jakarta: Lentera Hati, 2004
_______, Perempuan: dari Cinta Sampai Seks, dari Nikah Mut’ah ke Nikah Sunnah, dari Bias Lama sampai Bias Baru, Jakarta : Lentera Hati, 2005
_______, Logika Agama; Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal dalam Islam,
Jakarta : Lentera Hati, 2005
_______, Menabur Pesan Ilahi; al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat Jakarta: Lentera hati, 2006
_______, Wawasan al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, Jakarta: Lentera Hati 2006
_______, Yang Sarat & Yang Bijak, Jakarta: Lentera hati, 2007
_______, Secercah Cahaya Ilahi Hidup bersama al-Qur’an (Mizan: Bandung,
2007
_______, Ayat-ayat Fitna Sekelumit Keadaban Islam di Tengah Purbasangka, Jakarta: Pusat Studi al-Quran dan Lentera Hati, 2008
_______, M. Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, Jakarta: Lentera hati, 2008
_______, Kehidupan Setelah Kematian Surga yang Dijanjikan al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hati, 2008
_______, M. Quraish Shihab Menjawab – 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui, Jakarta: Lentera hati, 1010
_______, Berbisnis dengan Allah: Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia-Akhirat (Jakarta: Lentera hati, 2008
Southern, Richard W., Western Views of Islam in the Middle Ages, Cambridge:
Harvard Univerrsity, 1962
al-Siba>‘i>, Mus}t}afá, al-Sunnah wa Maka>natuha> fi> al-Tashri>>‘ al-Isla>mi> (Sunnah dan Peranannya dalam Penetapkan Syariat Islam) terj. Nurchalis Madjid,
Jakarta: Pustaka Fi>rdaus, 1995
Steenbrink, Karl A., Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad 19, Jakarta: Bulan Bintang, 1984
al-Shaukani, Muh}ammad ‘Ali, al-Badr al-T}ahli bi Mah}a>sin min Ba‘di al-Qarn al-Sabi‘, Bayru>t: Da>r al-Ma’a>rif, t.t.
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2001
Shaghir, Wan Moh. Shaghir Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Toko-Tokohnya di Nusantara, Surabaya: al-Ikhlas, 1980
Taymiyah, Ah}mad bin ‘Abd. Al-H{ali>m bin, Majmu>‘ al-Fata>wa>, Jam‘ wa tarti>b:
‘Abd. al-Rah}ma>n bin Qa>sim al-‘A>s}imi>,
Warraq, Ibnu, Why I Am Not a Muslim, New York: Prometheus Books, 1995
C. Karya I>lmiah dan Penelitian Tidak Dipublikasikan
Anshori, Penafsiran Ayat-ayat Jender Dalam tafsir al-Mishbah, disertasi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2006.
Ahmad, Asnawi, “Pemahaman Shaykh Nawa>wi> tentang Ayat Qadar dan Jabbar
dalam kitab tafsirnya “Marah Labid.” Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 1989
Burhanuddin, Mamat Salamat, “Hermeneutika al-Qur’a>n di Indonesia: Suatu
Kajian Terhadap Kitab tafsir al-Muni>r Karya KH. Nawawi Banten.”
Disertasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003
El-Awa, Salwa M.S., Texstual Relation in The Quran: Relevance, Coherence and Structure, disertasinya di SOAS, Inggris, 2006
Hakim, Lukmanul, Analisis Tentang Aspek Munasabah Dalam Ki>tab Tafsir al-Maraghi> (Studi> Munasabah Antar Surat dan Antar Ayat), Disertasi di UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006
Hadiyanto, Andy, Repetisi Kisah Al-Quran (Analisis Struktural Genetik Terhadap Kisah Ibrahim dalam Surat Makiyyah dan Madaniyyah), disertasi
UIN, 2009.
Harun, Salman, Hakekat Tafsir Tarjuman al-Mustafid Karya Syekh Abdurrauf, disertasi doktornya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1988
Isti’anah, Metodologi> Muhammad Quraish Shihab dalam Menafsirkan Al-Quran. Tesis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2002.
Musadad, Endad, Muna>sabah dalam Tafsi>r Mafa>tih al-Ghaib, Tesis di UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, tahun 2005.
Nurtawab, Ervan, Discourse on Translation in Hermeneutics: Its Application to The Analysis of Abdurra’uf’s Turjuman al-Mustafid, tesis di Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Rasyad, Aminuddin, “Perguruan Diniyyah Perkembangan Puteri Padang Panang
1923-1978: Suatu Studi Mengenai Perkembangan Sistem Pendidikan
Agama.” Disertasi IAIN Jakarta (1982
Riddell, Peter G., Abdurra’uf al-Sinkili’s Tarjuma>n al-Mustafi>>d: A Critical Study of His Treatment of Juz 16, disertatasi Dotornya di Australia National
University, 1984
Shihab, M. Quraish. “Naz}m al-Durar li> al-Biqa‘i> Tah}qi>q wa Dira>sah.” Disertasi
Doktor Universitas al-Azhar Cairo, 1982
D. Jurnal, Koran dan Majalah
Arif, Syamsuddin, “Al-Qur’an, Orientalisme dan Luxenberg”. dalam Al-Insan, Jurnal Kajian Islam, Depok: Lembaga kajian dan Pengembangan Islam, Gema Insani, 1, no. 1, Januari, 2005
Arief Subhan. “Tafsir Yang Membumi.” Majalah Tsaqafah, I. No. 3, 2003
Anwar, Hamdani, Jurnal Mimbar Agama dan Budaya, vol. XIX, no.2, 2003
Bakhtiar, Edi, “M. Quraish Shihab dan Metode Penafsiran al-Qur’an.” Jurnal Substansia, I, No. 1, 2001
Djamil, Fathurrahman, Jurnal Studia Islamika, vol. 6, no. 2, 1999
Fauzi, Ihsan Ali. “Orientalisme di Mata Orientalis Maxim Rodinson tentang
Citra dan Studi Barat atas Islam.” Jurnal Ilmu dan Kebuayaan Ulumul Qur’an, III, no. 2, 1991
Iman, Fauzul. “Munasabah Al-Qur’an.” Jurnal Panji Masyarakat, no. 843, November, 2005
Johns, Anthony H.. “Tafsir al-Qur’a>n di Dunia Indonesia-Melayu.” terj.
Syahrullah Iskandar, Jurnal Studi al-Qur’a>n, I, no. 3, 2006
Kompas, “Lebih Jauh dengan M. Quraish Shihab”, Minggu, 18 Februari 1996Shihab, Umar, Kontekstualisasi Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005
Muhammad, Ahsin Sakho, “Aspek-aspek Penyempurnaan Terjemah dan Tafsir
Departemen Agama.” Jurnal Lektur Keagamaan, Jakarta, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 3, no. 1, 2005
Manzoor, S. Parvez. “Method Vis A Vis Truth: Orientalisme dan Studi al-
Qur’ân.” Jurnal Studi al-Qur’ân 1, no. 2, 2006
Nahrawi, Izza Rahman, Profil Kajian Alquran di Nusantara Sebelum Abad ke 20, Jurnal al-Huda, vol. II, no.6, 2000.
Nurtawab, Ervan, Melacak Tradisi Awal Penafsiran Alquran di Nusantara, Jurnal
Lektur Keagamaan 4:2, 2006.
Qara’i, ‘Ali Qull. ”The Qur’an and Its Translator.” Al-Tauhid, XII, no. 2, 1994
Rahman, Fazlur, “Some Recent Books on the Qur’an by Western Authors.”
Journal of Religion, 61, no. 1, Januari, 1984
Riddell, Peter G., From Kitab Malay to Literary Indonesian: A Case Study in Semantic Change, dalam Indo-Islamika, Journal of Islamic Science,
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Volume 5,
November 1, 2008/1429
_______, “The Sources of ‘Abd al-Ra’u>fs Tarjuma>n al-Mustafi>d.” Journal of Malaysian Branch of Royan Asiatic Sociaty, LVII 92, 1984
Shihab, M.Quraish, Ibrahim bin Umar al-Biqa‘i>: Ahli Tafsir yang Kontroversial, Jurnal Ulumul Qur’an, LSAF, Vol. 1, 1989
_______, “Metode Tafsir: Tak ada yang Terbaik.” Jurnal Pesantren, VII, no. 1,
1991
_______, “Orientalisme.” Jurnal Studi al-Qur’ân, 1, no. 2, 2006Saenong, Faried
F.. “Kesarjanaan Alquran di Barat; Studi Bibliografis.” Jurnal Studi al-Qur’an, 2, no. 2, 1996
_______, “Ibrahi>m bin ‘Umar al-Biqa>’i>: Ahli Tafsir yang Kontroversial”, Jurnal ‘Ulumul Qur’an, Vol. 1, Jakarta, LSAF, 1998
Setiawan, M. Nur Kholis. “Al-Qur’an dalam Kesarjanaan Klasik dan
Kontemporer.” Jurnal Studi al-Qur’ân, 1, no. 1, 2006
Subhan, Arif, Majalah Tsaqafah, Vol. 1, no.3, 2003.
Surur, M. Sobahus, “Telaah tentang Tafsir Alquran Departemen Agama RI.”
Jurnal Lektur Keagamaan, Jakarta, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 1, no. 1, 2003
Steenbrink, Karel, Qur’an Interpretations of Hamzah Fansuri (1600) and Hamka (1908-1982): A Comparison, Jurnal Studia Islamika, 2:2, Program
Pascasarjana I>AI>N Jakarta, 1995.
_______, “Hamka (1908-1981) The Integration of The Islamic Ummah of
Indonesia.” Studia Islamika, Indonesian Journal for Islamic Studies, 1, no. 3, 1994
_______, “Berdialog dengan Karya-karya Kaum Orientalis.” Jurnal Studi al-Qur’an, 2, no. 2, 1996
SPS UI>N Jakarta, The School, vol. 2. No. 5/ Mei 2009, h. 4
Tihami. “Pemikiran Fiqh Shaykh Imam Nawawi al-Bantani.” Studia Islamika 8, no. 1-3, 2001
Umar, Nasaruddin. “al-Qur’an di Mata Mantan Intelektual Muslim: Ibn Warraq
dan Mark A. Gabriel”. Jurnal Studi al-Qur’ân, 1, No. 2, 2006
Yusuf, M. Yunan, Karakteristik Tafsir al-Quran di Indonesia Abad 20, Jurnal Ulum al-Quran, Vol. III, no.4, 1992
E. Websi>te
Ananewbie, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab (diakses 4 Juli 2010);
didapatkan dari http://ananewbie.wordpress.com/2009/09/07/prof-dr-
muhammad-quraish-shihab.
Jeffery, Arthur, The Textual History of The Qur’an, (diakses 27 April 2010);
diambilkan dari http://www.bible.ca/islam/library/Jeffery/thq.htm.
_______, Arthur Jefferi, The Quran as Scripture, New York: R.F. Moore Co.,
1952, akses 27 April 2010,
http://www.bible.ca/islam/library/Jeffery/thq.htm.
Barrie, Indonesians in Focus: M Quraish Shihab (akses 4 Juli 2010); didapatkan
dari http://www.planetmole.org/indonesian-news/indonesians-in-focus-m-
quraish-shihab.html.
Burhanuddin, Mamat Salamat, “Shaykh Nawawi al-Bantani al-Jawi: al-Ghazali
Modern.” Diakses dari wwww. syaikh-nawawi-al-bantani-4.html.
Harun, Salman, “Kerancuan-kerancuan Istilah-istilah dalam Metodologi Tafsir.”
Diakses tanggal 19 Agustus 2010 dari http://salmanharun-
institute.blogspot.com/2009/01/kerancuan-istilah-istilah-dalam_01.html.
Husaini, Adian, Kajian Orientalis di UIN Jakarta, (akses 27 Aril 2010);
didapatkan dari www.hidayatullah.com.
http://doi.wiley.com/10.1002/9780470751428.fmatter, unduhan, 20 Januari 2010,
http://www.google.co.id/search?client=opera&rls=en&q=Salwa+M.S.+ElAwa&s
ourceid=opera&ie=utf-8&oe=utf-8, unduhan, 20 Januari 2010
http://www.psq.or.id/profi>le.asp?mnid=14, unduhan 14 Januari 2010
http://www.bible.ca/islam/library/Jeffery/thq.htm.
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/08/biografi-quraish-shihab.html.
http://ichwanzt.blogspot.com/2008/06/biografi-quraish-shihab.html.
http://wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Agama _Republik_Indonesia, akses 14
Juli 2010.
http://www.psq.or.id/profile.asp?mnid=15, akses 14 Juli 2010
http://tiarawacana.co.id/kat_infobuku.php?ID=31.
Jansen, J.J.G., Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern [buku on-line), Yogyakarta:
Tiara Wacana, t.th.
Omar, Hasuria Che, Haslina Haroon, Aniswal Abd Ghani, The Sustainable of The Translation Field, 26. [book on-line] (diakses 19 Agustus 2010);
didapatkan dari:http://books.google.com/books
Singh, Nagendra Kr, International Encyclopaedia of Islamic Dinasties :103.
[book on-line], (diakses 19 Agustus 2010); didapatkan dari
http://books.google.com/books?id.
al-Sha>mir, Ra>bit}ah ’Udaba>’. Al-Shaykh Manna‘ al-Qat}t}a>n, (akses 3 Juli 2010);
dari http://www.odabasham.net/show.php?sid=8353.
Latif, Yudi, Indonesian Muslim Intelligentsia and Power, Institute of Southeast
Asia Studies International Encyclopaedia of Islamic Dynasties, 69-73.
[book on-line] (diakses 19 Agustus 2010); didapatkan dari:
http://books.google.com/books?
Kamilah, Natijah, Corak tafsir al-Mishba>h Karya M. Quraish Shihab (akses 5 Juli
2010); didapatkan dari http://natijahkamilah.blogspot.com/2009/03/corak-
tafsir-al-misbah-karya-m-quraish.html
F. Kamus
al-Afri>qi>, I>bnu Manz}u>r, Lisa>n al-‘Ara>b, Bayrut: Da>r al-S{adi>>r, tth.
Abadi, al-Fayruz, Kamus al-Muh}i>t}, Bayrut: Da>r al-H{ayl, t.th.
Al-Baqi>>, Muh}ammad Fu’ad ‘Abd, al-Mu‘ja>m al-Mufharas li> al-Fa>z}} al-Qur’a>n, Bayrut: Da>r al-Fi>kr, 1987
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
al-Fayru>z Aba>di, Kamu>s al-Muh}i>t}, Bayrut: Da>r al-H{ayl, t.th.
al-Is}faha>ni>, Ima>m, al-Mufrada>t li> Al-Fa>z} al-Qur’a>n, Damaskus: Da>r al-Qalam,
1992
Munawwir, A.Warson, Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku
PP al-Munawwir, 1984
Ma’luf, Lois, Qamus al-Munjid fi>> al-Lughah wa al-A‘lam, (Bayrut: Da>r al-
Sharqy, 1976.
Dr. Hasani Ahmad Said, S.Th.I., M.A. lahir di ‘kota baja’ tepatnya Jl.
Pabean, Kec. Purwakarta, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Ahad, 21 Februari
1982, adalah anak kesebelas dari dua belas bersaudara dari pasangan ayahanda
Ahmad Syamsuri bin H. Said dan Ibunda Sunariyah binti H. Surya. Saat ini
bertugas sebagai Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jenjang karir pendidikan tertingginya mulai tahun 2008- sekarang
sebagai Mahasiswa Program Doktor/ Kandidat Doktor Islamic Studies Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menulis disertasi ”Diskursus Munasabah Alquran: Kajian Atas Tafsir al-Mishba>h” di bawah bimbingan Prof.
Dr. H. Hamdani Anwar, M.A. dan Prof. Dr. H. Chatibul Umam. Tahun 2005-
2007 menyelesaikan S-2 Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Program Studi Kajian Islam, Konsentrasi Tafsir Hadis, selesai 2 tahun 1 bulan,
menulis tesis bertajuk ”Corak Pemikiran Kalam Tafsi>r Fath} al-Qa>di>r; Telaah Atas Pemikiran al-Syauka>ni> Bidang Teologi Islam”, di bawah bimbingan Prof.
Dr. H. Salman Harun. Tahun 2005-2007 menyelesaikan Setara S-2 (non Tesis)
Mahasiswa Pendidikan Kader Ulama (PKU) Angkatan Ke VIII, MUI (Majlis
Ulama Indonesia) DKI Jakarta, diwisuda oleh wakil gubernur DKI Jakarta ketika
itu Dr. Ing. H. Fauzi Bowo. Tahun 2001-2005: S-1 UIN (Universitas Islam
Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis,
selesai 3 tahun 4 bulan, menulis skripsi bertajuk ”Hadis tentang Adzan Ditinjau
Dari Segi Sejarah: Kajian Atas Kitab Kutub al-Sittah, Masalah Adzan Shubuh
dan Jumat, dengan pembimbing Dr. H. Luthfi Fathullah, M.A. dan Dr. H.
Bustamin, MBA; tahun 1998-2001: MA (Madrasah Aliyah) al-Khairiyah
Karangtengah, Cilegon Banten; 1995-1998: MTs (Madrasah Tsanawiyah) al-
Khairiyah Karangtengah, Cilegon Banten; 1989-1995: SDN (Sekolah Dasar
Negeri) Pecinan Cilegon, Banten; dan 1989-1995: MI (Madrasah Ibtidaiyah) al-
Khairiyah Karangtengah, Cilegon, Banten.
Sedang Pendidikan Non Formal, tahun 1995-2000: Pondok Pesantren
Salafi Nurul Qamar, yang sekarang berganti nama menjadi Ponpes Banu al-
Qamar Cilegon Banten; 2002: Kursus Komputer dan Internet INMADA Jakarta;
2003: Kursus computer semua program di Computer Café Jakarta; 2005: Kursus
Bahasa Inggris di Oxford Cours Indonesia; 2007-2008: Kursus Bahasa Inggris, di
Pare, Kediri; 2007-2008: Kursus Bahasa di Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta; tahun 2010 mengikuti Pendidikan Kader Mufassir (PKM)
angkatan V, Pusat Studi Alquran, Jakarta, dibawah asuhan Prof. Dr. M. Quraish
Shihab, M.A. dan dari lembaga ini pula mendapatkan kesempatan beasiswa
Program Sandwich ke Kairo, Mesir dalam rangka memantapkan keilmuan Tafsir
dan ‘Ulu>m al-Qur’a>n, sekaligus memperkaya dan merampungkan disertasi. Pengalaman Mengajar dan Pengabdian Masyarakat; 2009 - sekarang:
Dosen Tetap Tafsir (Ilmu-ilmu Alquran/ Hermeneutika Alquran) pada Fakultas
Syariah IAIN Raden Intan, Lampung, mengampu mata kuliah Ilmu Kalam, Studi
Naskah; tahun 2008-2009 sebagai Dosen Luar Biasa (DLB) pada Fakultas
Syariah IAIN Raden Intan Lampung mengampu mata kuliah ‘Ulu>m al-H}adith ; 2008: Asisten Profesor di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, mengasistensi Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan dalam
mengampu mata kuliah Ilmu Kalam dan Studi Naskah Tasawuf ; tahun 2007-
2009 sebagai Asisten Profesor di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, mengasisteni Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A.
mengampu mata kuliah ‘Ulu>m al-Qur’a>n; 2008-2009: Dosen tidak tetap di
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengasisteni
Prof. Dr. Sutarmadi, M.A. dan Drs. Odjo Kusnara, M.A. mengampu mata kuliah
‘Ulu>m al-Hadi>th dan Hadis Ahkam; 2008-2009: Pelaksana Laboratorium Ibadah
dan Fatwa di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2007-2008: Pengajar pelatihan seni baca al-Qur’an di di Yayasan Pesantren
Nurul Iman, Pondok Aren, Tangerang, Banten; 2005-2008: Pengajar Tilawah al-
Qur’an di HIQMA (Himpunan Qari’ dan Qari’ah Mahasiswa) UIN Syahid
Jakarta; 2005-2006: Pengajar Pelatihan Seni Baca al-qur’an di YPI al-Khairiyah
Kebon Jeruk Jakarta; 2004-2005: Pengajar Tilawah al-Qur’an di SMP 87 Pondok
Pinang Jaksel; 2002- sekarang: Imam tetap Masjid Fathullah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam Pelatihan, Seminar, dan Lokakarya pernah mengikuti beberapa
even dari lokal, nasional hingga internasional, di antarnya: pada 2010: Peserta
Seminar Nasional: “Terorisme Vs Penegakan Syariah di Indonesia; Akar Masalah dan Opini Publik & Integrasi Keilmuan di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” Milad ke-43 dan Bulan Syariah, Fakulta Syariah dan Hukum UIN
Jakarta, 4-5 Mei 2010; 2010: peserta Liqâ Markaz al-Dirâsât al-Qur’âniyyah ma’a al-Ustâdz al-Duktûr ‘Abd al-Hay Husain al-Farmâwî, Ustâdz bi Jâmi’ah al-Azhhar bi al-Qâhirah, Jakarta, Pusat Studi Alquran, April 2010; 2010: Panitia
Seminar Pendidikan dan Pengembangan Karir Islami, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Jakarta, 10 Maret 2010; 2010: Peserta Seminar Hukum dan
Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta dengan MGMP se
DKI Jakarta, 2010; 2010: Peserta One Day Seminar ‘A Conversation with Modernity, Auditorium SPs UIN Jakarta, March 30, 2010; 2009: peserta
International Conference Islamic Law in The Modern World, Faculty Sharia and
Law, Syarif Hidayatullah, State Islamic University (UIN), Jakarta, December,
18-20 2009 M./ Muharram 01-03 1431 H.; 2009: Peserta International Seminar,
Urgency of Solidarity and Unity in The Islamic World, Jakarta, 19-20 December
2009, PBNU, Sultan Hotel; 2009: Peserta Pelatihan Penulisan karya Ilmiah
Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung, 1 Desember 2009; 2009:
Peserta Pembibitan/Pembekalan Calon Dosen dilingkungan IAIN Raden Intan
Lampung, 26-27 Oktober, 2009; 2008: Peserta international conference Freedom and Right of Return; Palestina and 60 Yerars of Ethnic Cleansing, VOP (Voice of
Palestina, International NGO’s Union for Supporting Palistinians Right, dan
Universitas of Indonesia Centre for Midle East and Islamic Studies, di Makara
Hotel UI Depok; 2008: Peserta Pelatihan Training ESQ Ekskutif angkatan 73, di
Menara 165 Jakarta; 2006: Peserta Seminar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini,
“Menggali Potensi Anak Usia Dini dalam Perspektif Pendidikan Islam, IAIA al-
Aqidah Jakarta, Aula masjid Istiqlal, 25 Mei 2006; 2006: Peserta Seminar dan
Launcing Buku Fiqih Aborsi “Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan;
2006: Peserta Sarasehan Ulama Jabodetabek dengan Tema “Ekonomi Syariah
dan Perbangkan Syariah”, Wisma Tugu Jakarta, PKES, Muamalah Institut, dan
MUI; 2005: Panitia Pelatihan Training Menejemen Organisasi Himpunan Qari’
dan Qori’ah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatulah Jakarta;2004: Peserta Dialog
Publik “Penyatu Peradilan Upaya Penegakan Supremasi Hukum di Indonesia”,
BEMJ Peradilan Agama UIN Jakarta; 2004: Peserta Seminar Nasional
“Mengembangkan Wacana Tafsir Kontemporer Hermeneutika Sebagai Metodologi; 2004: Peserta Seminar Nasional Islam dan Politik “Peluang Partai dan Politisi Islam di Tengah Hegemoni Nasional dalam Pemilu 2004”; 2003:
Peserta Seminar Tafsir “Menggagas Tafsir Emansipatoris: Antara Doktrin dan Realitas”; 2003: Peserta Semiloka dan Mukernas “Rekonstruktualisasi Al-Quran di Indonesia, Sebuah Gagasan Menuju Masyarakat Transformatif”; 2003: Peserta
Aliansi Solidaritas Perempuan Indonesia “Damailah Acehku, Damai Sejahtera Indonesia”; 2003: Peserta Seminar Nasional “Mengurai Benang Kusut Relasi Jender, Antara Nature dan Nurture”; 2003 : Peserta Semiloka Kurikulum dan
Silabi Ekonomi Islam; 2003 : Panitia Pelatihan Training Menejemen Organisasi
Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al-Qur’an; 2003: Peserta Seminar Nasional
“Tafsir Misoginis Dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual”; 2003 : Peserta
Seminar Hukum “Upaya Membangun Masyarakat Tentram dan Tertib”
(Mengkaji Ulang Perda DKI no 11/1998 Tentang Kamtibnas); 2003: Peserta
Seminar Peringatan Hari Kartini “Perempuan Dalam Tantangan dan Perubahan”;
2003: Peserta Diskusi Publik “Membincang Pergolakan Pemikiran Ahmad Wahib”; 2003: Peserta Seminar dan Bedah Buku “Huru-Hara Akhir Zaman”;
2003 : Peserta Kongres V dan Dialog Nasional “Humanisme dalam Islam” FORMASI (Forum Mahasiswa Syariah Se-Indonesia);2003 :Peserta Milad III
LTTQ “Menyoal Dimensi Spiritual al-Quran dalam Keilmuan”; 2002: Peserta
Seminar Nasional “Telaah Pendidikan Agama dalam RUU Sisdiknas”, BEM
FITK, FAJAR, dan JIL, UIN Jakarta; 2002: Peserta Pelatihan Jurnalitik PMII
KOMFAKSYA HUM, Cab. Ciputat, UIN Jakarta; 2002: Peserta Seminar
Nasional “Penegakan HAM dan Gencatan Senjati di Aceh, BEM UIN Syahid”;
2002: Peserta Seminar Perguruan Tinggi Se-Jakarta “Membedah Pemikiran Fiqih Sosial KH.Ali Yafie” Pencarian Wacana Baru Fiqih Kontekstual, Solusi
Problematika Kekinian; 2002 : Peserta Seminar Nasional “Menggagas Teologi Perdamaian: Upaya Rekonstruksi Pemahaman Keagamaan Berperadaban”; 2001:
Peserta Pelatihan Kader HMI (LK I) HMI Cabang Ciputat; 2001 : Peserta Masa
Orientasi Anggota Baru “Menjamah Bahasa, Menggenggam Dunia” Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2001:
Peserta Training Manjemen Organisasi “Improfisasi Profesionalistis dalam Berorganisasi” HIQMA UIN Jakarta;
Di bidang organisasi, perbah menjabat, 1998-1999: Ketua OSIS MA Al-
Khairiyah Karang Tengah; 2003-2004: Ketua I Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al-
Quran; 2003-2004: Ketua koordinator bidang Tilawah al-Qur’an Himpunan
Qori’dan Qori’ah Mahasiswa UIN Jakarta; 2004-2005: Ketua koordinator divisi
Tahsin al-Qur’an Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al-Qura’an Masjid Fathullah UIN
Syahid Jakarta; 2004-2005: Pengurus Cabang HMI Ciputat; 2004-2005: Wakil
Ketua HIQMA UIN Syahid Jakarta; 2003-Sekarang: Sekretaris Forum
Silaturrahmi Jama’ah Masjid (FOSMA) Fathullah UIN Syahid Jakarta; 2005-
Sekarang: Dewan Alumni HIQMA UIN Syahid Jakarta dan Dewan Pertimbangan
Organisasi HIQMA UIN Jakarta; 2006-2007: Dewan Pertimbangan Organisasi
pada LTTQ (Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al-Qur’an) Masjid Fathullah UIN
Jakarta; 2007-2008: Direktur Public Relation pada LTTQ (Lembaha Tahfidz dan
Ta’lim al-Qur’an) Masjid Fathullah UIN Jakarta; 2008- sekarang: Instruktur
tahsin Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al-Qur’an UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedang Prestasi-Prestasi pada tahun 1999 sebagai Juara III MTQ
Tingkat Kecamatan Pulo Merak Cilegon Banten; 2003: Juara III MSQ Tingkat
Kabupaten Bekasi; 2004: Juara I MTQ Tingkat Nasional Oxford Cours Indonesia
bekerjasama dengan DEPAG RI; 2004: Juara III MSQ Tingkat Kabupaten
Bekasi; 2004 : Juara II MSQ PIONIR Tingkat Nasional antar Mahasiswa se-
IAIN dan PTAIN di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung; 2004: Juara I MTQ se-
UIN BEMJ PBA UIN Syahid Jakarta; 2004: Juara I MTQ GEBYAR HIQMA se-
Jabodetabek; 2004: Juara I MTQ se-Jabodetabek di Masjid al-Azhar; 2004: Juara
III MTQ se-Jabodetabek di Masjid Sunda Kelapa memperebutkan Piala Menteri
Agama RI, DEPAG RI; 2004 : Juara III MSQ Tingkat Kabupaten Tangerang;
2005: Juara II MSQ Tingkat Kota Tangerang; 2005 : Juara I MSQ Tingkat
Kabupaten Bekasi.
Dalam bidang akademik telah dan akan terus menghasilkan karya-karya
ilmiah baik berupa buku, kontributor tulisan, dan editor di antarnya: Eksistensi
Manusia Perspektif al-Qur’an dan Hadis, Paper Madrasah Aliyah al-Khairiyah
Cilegon, Banten, tahun 2001; Hadis tentang Azan Ditinjau dari Segi Sejarah;
Kajian Masalah Azan Subuh dan Jumat, 2005, Skripsi S1 UIN Jakarta; Amstal
dalam al-Qur’an, Makalah, diseminarkan pada PPs S2 UIN Jakarta, 2006; Kajian
Deskriptif terhadap Tafsir al-Hijri Karya K.H. Didin Hafiduddin, makalah
diseminarkan pada PPs S2 UIN Jakarta, 2006; Embriologi dalam al-Quran dan
Ilmu Pengetahuan Moderen, 2007; Wanita dalam al-Qur’an, makalah PKU MUI
DKI Jakarta, 2006; Makna Tahun Baru Hijriah, makalah disampaikan pada
Studium General di MA al-Khairiyah, Cilegon, Prov. Banten, 2006; Studi Ilmu-
ilmu al-Quran, Jakarta: al-Zikra Press, 2008; Corak Pemikiran Kalâm Tafsîr Fath al-Qâdîr; Telaah Atas Pemikiran al-Syaukânî Bidang Teologi Islam, Tesis S-2
SPs UIN Jakarta, 2007; Syair-syair Cinta: Kajian tahlil terhadap Corak Kasidah Burdah karya al-Bushiri, Editor, Jakarta: Puspita Press, 2009; Studi Ilmu-Ilmu
Hadis, Lampung: Syariah Press, 2010; Kepribadian Qur’ani, Editor, Jakarta:
WNI, 2009; Caknur di Mata Anak Muda, Kontributor Tulisan, Jakarta:
Paramadina, 2008; Menimbang Perbankkan Syari’ah di Indonesia, Jurnal Bimas
Islam, Vol. 2 no. 3, Tahun 2009; Kesetaraan Jender dalam Perspektif Hukum Waris, Jurnal Bimas Islam, Tahun 2010; Dimensi Ruhani Manusia dalam Al-
Qur’an dan Tasawuf, Jurnal Bimas Islam, Tahun 2010; Problem Solving: Mengurai 1001 Masalah; Menuai 1001 Pemecahannya, Makalah di sampaikan
pada Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Perguruan Islam al-Khairiyah
Madrasah al-Khairiyah Karangtengah Kota Cilegon, Prov. Banten Pabean,
Cilegon, 14 Januarii 201; Dan karya dengan judul Diskursus Munasabah Alquran:
Kajian Atas Tafsir al-Mishba>h yang tersaji ini adalah buah karya akademik
disertasi penulis sebagai syarat memperoleh gelar doktor dalam bidang ilmu
Tafsir dan umul Qur’an pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selain itu, aktif juga sebagai penulis lepas dan tetap pada kolom opini
pada beberapa Koran lokal dan beberapa website di antarnya Lampung Post,
Radar Lampung, Kabar Banten, Radar Banten, Baraya Post, Tangsel Post, Alo
Indonesia, Majalah Alif dan lain-lain. Karya itu antar lain: Sportifitas Politik; Berlaga di Kancah Pilkada, opini Radar Lampung, 30 Juni 10; Kisruh Meledaknya Tabung Gas, Opini Radar Banten, 7 Juli 10; Meledaknya Tabung Gas, Opini Lampung Post, 8 Juli 2010; Meninjau Ulang Kenaikan TDL, Opini
lamung Post, 20 Juli 2010; Bom Waktu Tabung Gas, Opini Kabar Banten, 26 Juli
2010; Ramadhan dan Renungan Kematian, Opini Kabar Banten, Agustus 2010;
Ramadan dan Tabir Kehidupan, Opini lampung Post, Jum'at, 20 Agustus 2010;
Tradisi Pulang Kampung, Opini Kabar Banten, 7 September 2010; Halal Bihalal; Pribumisasi Ajaran Islam, Opini Kabar Banten, Sabtu 18 September 2010;
Halalbihalal Meneguhkan Pluralisme, Opini Lampung Post, Senin 20 September
2010; Banten “Primadona Ibu Kota RI, Opini Kabar Banten, Rabu, 22 September
2010; Meluruskan Makna Jihad (1), Opini Radar Banten, Sabtu 25 September
2010; Meluruskan Makna Jihad (2), Opini, Kabar Banten, 25 September 2010;
Memaknai Fungsi Masjid, Opini Kabar Banten, Jumat 31 September 2010;
Masjid, Simbol Peradaban Islam, Opini, Lampung Post, Jum'at, 8 Oktober 2010;
Dimensi Ruhani Manusia, Opini Kabar Banten, Sabtu, 9 Oktober 2010; Islam dan Pemanfaatan Energi, Kabar Banten, Sabtu, 22 Januari 2011.
Di sela-sela rutinitas aktifitas tersebut, juga mengabdi sebagai Imam
tetap Masjid Fathullah UIN Jakarta. Juga terlibat aktif dengan dunia dakwah
melalui berbagai mimbar, imam, dan sebagai Qari’ (pembaca al-Qur’an) dari
tingkat kampung, masjid, instansi pemerintah, hotel, Kampus (Wisuda, Seminar
Nasional-Internasional, Pengukuhan Guru Besar dan Dr. H.C.) hingga menuju ke
Istana Presiden dan Wakil Presiden. Penulis dapat di sapa melalu email/fb:
[email protected], Twitter: @hasaniahmad, atau website:
hasaniahmadsaid.com, Hp. 0877 0207 2011.