Upload
lyphuc
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN
METODE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI
KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMIA
MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA
SMA NEGERI GONDANGREJO
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh
SANTRINITAS YULIA DWI RAHMAWATI
K3308054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Santrinitas Yulia Dwi Rahmawati
NIM : K3308054
Jurusan/Program Studi : P.MIPA/Pendidikan Kimia
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN METODE SSCS
(SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI KEGIATAN
LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN
HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISW A
SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 16 Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
Santrinitas Yulia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN
METODE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI
KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMIA
MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA
SMA NEGERI GONDANGREJO
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
SANTRINITAS YULIA DWI RAHMAWATI
K3308054
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si NIP. 19650916 199103 2 009
Pembimbing II
Budi Utami, S.Pd, M.Pd NIP. 19741015 200501 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 16 Oktober 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
: Dra. Kus Sri Martini, M.Si
: Endang Susilowati, S.Si., M.Si
: Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si
: Budi Utami, S.Pd., M.Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Santrinitas Yulia D.R. K3308054. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN METODE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMI A MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Oktober 2012. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan aktivitas siswa SMA N Gondangrejo dengan penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium pada materi pokok sistem koloid, (2) meningkatkan hasil belajar siswa SMA N Gondangrejo dengan penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium pada materi pokok sistem koloid.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus diawali dengan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2011/2012. Data diperoleh melalui wawancara dengan guru, observasi, tes, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok sistem koloid. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I aktivitas siswa yang meliputi aspek oral activitiy, listening activity, visual activity dan writting activity menunjukkan persentase ketercapaian sebesar 32% sedangkan pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 66%, (2) model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan kualitas hasil belajar kimia materi pokok sistem koloid. Hasil belajar yang dinilai meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada siklus I untuk penilaian aspek kognitif ketuntasan belajar siswa sebesar 51% dan pada siklus II meningkat menjadi 78%, sedangkan untuk aspek afektif ketuntasan belajar siswa yang menunjukkan sikap positif selama pembelajaran siklus I sebesar 73% dan pada siklus II meningkat menjadi 88%, untuk aspek psikomotor ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 83% dan pada siklus II meningkat menjadi 88%.
Kata Kunci : PTK, Problem Solving SSCS, Laboratorium, Sistem Koloid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Santrinitas Yulia D.R. K3308054. THE APPLICATION OF PROBLEM SOLVING LEARNING MODEL USING SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) METHOD THROUGH LABORATORY ACTIVITIE S TO IMPROVE THE STUDENTS ACTIVITY AND STUDY RESULT I N THE SUBJECT MATTER OF COLLOID SYSTEM FOR STUDENT IN SMA N GONDANGREJO IN ACADEMIC YEAR 2011/ 2012. Thesis, The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University. October 2012. The aims of this research are: (1) to improve the students activity in SMA N Gondangrejo with problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities on the subject matter of colloid system, (2) to improve the quality of study result in SMA N Gondangrejo with problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities on the subject matter of colloid system. This research was a classroom action research that was held in two cycles. The cycles are started by preparation phase and execution phase that consist action planning, action, observation, and reflection. The research subject was in XI IPA 1 of SMA N Gondangrejo, in the period year of 2011/2012. The data was obtained by interview with teacher, observation, test, quisioner, and documentation. We use descriptive qualitatif technique to analize the data. The result of the research are: (1) problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities can improve the students activity in chemical study of subject matter colloid system. It can be seen in the execution of first cycle and second cycle. In the first cycle students activities covering aspects of oral activitiy, listening activity, visual activity and writting activity showed the achievement percentage was 32%, while in the second cycle of students activity increased to 66%, (2) problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities can improve the quality of study result in chemical study of subject matter colloid system. It can be seen from the assessment of cognitive, affective and psychomotor aspect. First cycle showed that the students mastery learning for cognitive aspect were 51% and in the second cycle increased up to 78%, while the affective aspects that students showed a positive attitude were 73% and increased up to 88% in the second cycle, for the assessment psychomotor aspects the mastery learning were 83% in the first cycle and increased up to 88% in the second cycle.
Key word : Classroom Action Research, Problem Solving SSCS, Laboratory, Colloid System.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Niatkan segala bentuk ikhtiar semata-mata untuk ibadah” (Penulis)
”Tanamkan dalam diri sebuah kalimat tasbih dalam setiap detik ,satu gagasan dalam
setiap menit ,dan satu karya dalam setiap jam ”
” Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses itu
sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju puncak
sukses.”
(Lambert Jeffries)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk
� Ibu dan Bapak tercinta sebagai karunia terindah
dalam hidupku
� Kakak dan adikku yang selalu memberi warna
dalam setiap ikhtiarku.
� Teman-temanku di Program Studi Pendidikan Kimia
2008
� Keluarga besar Program Studi Pendidikan Kimia
PMIPA FKIP UNS
� Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak
rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada waktu-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian
dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan penulis
menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah
menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si, selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang
telah memberikan pengarahan dan izin penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Ibu Budi Utami, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II yang telah pula memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga memperlancar penulisan
skripsi ini.
6. Ibu Dra. Suprapti, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri Gondangrejo yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
7. Bapak Joko Raharjo, selaku guru Kimia Kelas XI SMA Negeri Gondangrejo yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Siswa-siswi kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
9. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa memberikan yang terbaik, kasih sayang,
dan semangat bagi penulis.
10. Kakak dan adikku tercinta yang senantiasa menjadi motivator.
11. Sahabat-sahabatku Program Studi Pendidikan Kimia 2008. Terimakasih untuk
segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya.
12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh
dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................... 4
C. Perumusan Masalah ..................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
E. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 6
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7
1. Belajar ..................................................................................... 7
2. Model Pembelajaran ............................................................... 8
3. Model Pembelajaran Problem Solving ................................... 10
4. Metode Pembelajaran ............................................................ 11
5. Model Problem Solving SSCS ................................................ 12
a. Pengertian SSCS ............................................................... 12
b. Manfaat Pembelajaran SSCS ............................................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Tahapan Pembelajarn SSCS ............................................. 12
d. Perbandingan Pembelajaran Konvensionl dengan SSCS . 12
5. Aktivitas Siswa ....................................................................... 13
6. Hasil Belajar ........................................................................... 14
7. Pembelajaran Berbasis Laboratorium ..................................... 14
8. Sistem Koloid ......................................................................... 15
a. Pengertian Koloid ............................................................. 15
b. Jenis-Jenis Koloid ............................................................. 16
c. Sifat-Sifat Koloid .............................................................. 17
d. Cara Pembuatan Koloid .................................................... 21
e. Koloid Dalam Kehidupan ................................................. 23
B. Penelitiana Yang Relevan ............................................................ 23
C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 25
D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 27
1. Tempat Penelitian ................................................................... 27
2. Waktu Penelitian .................................................................... 27
B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 27
C. Metode Penelitian ........................................................................ 28
D. Data dan Sumber Data ................................................................. 28
E. Pengumpulan Data ....................................................................... 29
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 30
1. Instrumen Pembelajaran ......................................................... 30
2. Instrumen Penelitian ............................................................... 30
a. Instrumen Penilaian Kognitif ............................................. 30
b. Instrumen Penilaian Afektif ............................................... 33
c. Instrumen Penilaian Psikomotor ........................................ 35
d. Intrumen Penilaian Aktivitas Siswa ................................... 35
G. Uji Validitas Data ........................................................................ 36
H. Analisa Data ................................................................................ 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
I. Indikator Kinerja Penelitian ......................................................... 37
J. Prosedur Penelitian ...................................................................... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 43
A. Deskripsi Tahap Pra KBM .......................................................... 43
B. Deskripsi Hasil Siklus I ............................................................... 44
1. Tahap Perencanaan Tindakan I .............................................. 44
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan I ............................................... 46
3. Tahap Observasi I ................................................................... 48
4. Tahap Refleksi I ..................................................................... 58
C. Deskripsi Hasil Siklus II .............................................................. 61
1. Tahap Perencanaan Tindakan II ............................................. 61
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan II .............................................. 62
3. Tahap Observasi II ................................................................. 63
4. Tahap Refleksi II .................................................................... 72
D. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................. 74
E. Pembahasan .................................................................................. 78
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ................................................. 83
A. SIMPULAN ................................................................................. 83
B. IMPLIKASI ................................................................................. 83
1. Implikasi Teoritis .................................................................... 83
2. Implikasi Praktis ..................................................................... 84
C. SARAN ........................................................................................ 84
1. Bagi Guru ............................................................................... 84
2. Bagi Siswa .............................................................................. 84
3. Bagi Peneliti ........................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85
LAMPIRAN ....................................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Siklus SSCS .......................................................................................... 11
2.2 Contoh Larutan, Koloid dan Suspensi ................................................... 16
2.3 Perbedaan Hamburan Cahaya pada Larutan, Koloid dan Suspensi ...... 17
2.4 Gerak Brown pada Partikel Koloid ...................................................... 18
2.5 Sel Elektrolisis ....................................................................................... 18
2.6 Proses Dialisis ....................................................................................... 20
2.7 Skema Kerangka Penelitian Tindakan ................................................... 26
3.1 Skema Prosedur Penelitian .................................................................... 38
4.1 Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode Angket
dan Observasi Siklus I ........................................................................... 50
4.2 Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus I ............................... 53
4.3 Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I .................... 55
4.4 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I .......................................... 56
4.5 Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus I .................................... 58
4.6 Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I ............................................ 60
4.7 Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode Angket
dan Observasi Siklus II .......................................................................... 65
4.8 Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus II .............................. 68
4.9 Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II ................... 69
4.10 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II ......................................... 70
4.11 Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus II .................................. 72
4.12 Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus II ........................................... 73
4.13 Histogram Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ..... 74
4.14 Ketercapaian Tiap Indikator Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ..... 75
4.15 Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus I dan Siklus II .......... 76
4.16 Ketercapaian Tiap Indikator Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ....... 77
4.17 Ketercapaian Tiap Indikator Aspek Psikomotor Siklus I dan Siklus II.. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Beberapa Model pembelajaran Dengan Kesesuaian Materi ................... 11
2.2 Perbandingan Pengajaran Problem Solving SSCS dengan Konvensional 13
2.3 Perbandingan Sifat Larutan, Koloid dan Larutan ................................... 17
2.4 Jenis-Jenis Koloid ................................................................................... 17
2.5 Perbedaan Sol Hidrofil dan Hidrofob ..................................................... 22
3.1 Pedoman Penskoran Aspek Afektif ........................................................ 33
3.2 Indikator Keberhasilan Siklus I dan Siklus II ......................................... 37
4.1 Hasil Uji Kompetensi Sistem Koloid TA. 2010/2011 ............................ 44
4.2 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Kognitif Siklus I .......................... 45
4.3 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Afektif ......................................... 46
4.4 Simpulan Analisis Tryout Angket Aktivitas ........................................... 46
4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................... 49
4.6 Hasil Angket Aktivitas Siswa Siklus I ................................................... 50
4.7 Hasil Tes Kognitif Siklus I ..................................................................... 52
4.8 Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siklus I .............. 56
4.9 Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus I ........................................... 57
4.10 Target Keberhasilan dan Ketercapaian Pembelajaran Siklus I ............... 59
4.11 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Kognitif Siklus II ......................... 62
4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .............................................. 64
4.13 Hasil Angket Aktivitas Siswa Siklus I ................................................... 65
4.14 Hasil Tes Kognitif Siklus II .................................................................... 66
4.15 Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siklus II ............. 70
4.16 Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus II ......................................... 71
4.17 Target Keberhasilan dan Ketercapaian Pembelajaran Siklus II ............. 73
4.18 Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II .............................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus ...................................................................................................... 88
2 RPP Siklus I Pertemuan 1 ......................................................................... 90
3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ......................................................................... 101
4 RPP Siklus I Pertemuan 3 ......................................................................... 118
5 RPP Siklus I Pertemuan 4 ......................................................................... 132
6 RPP Siklus I Pertemuan 5 ......................................................................... 139
7 RPP Siklus II Pertemuan 1 ....................................................................... 152
8 RPP Siklus II Pertemuan 2 ....................................................................... 176
9 LKS Sistem Dispersi ................................................................................ 189
10 LKS Sifat-Sifat Koloid ............................................................................. 192
11 LKS Pembuatan Sistem Koloid ................................................................ 196
12 LKS Peranan Koloid ................................................................................. 199
13 LKS Siklus II ............................................................................................ 201
14 Hasil Wawancara Guru ............................................................................. 204
15 Kisi-Kisi Tryout Kognitif Siklus I ............................................................ 206
16 Instrumen Tryout Kognitif Siklus I .......................................................... 207
17 Lembar Jawab Instrumen Tryout Kognitif Siklus I .................................. 213
18 Kisi-Kisi Tryout Kognitif Siklus II ........................................................... 214
19 Instrumen Tryout Kognitif Siklus II ......................................................... 215
20 Lembar Jawab Instrumen Tryout Kognitif Siklus II ................................. 222
21 Kisi-Kisi Tryout Instrumen Afektif .......................................................... 223
22 Instrumen Tryout Afektif .......................................................................... 224
23 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Siswa ............................................................ 226
24 Instrumen Tryout Angket aktivitas Siswa ................................................ 227
25 Analisis Tryout Kognitif Siklus I ............................................................. 229
26 Analisis Tryout Kognitif Siklus II ............................................................ 230
27 Analisis Tryout Angket Afektif ................................................................ 231
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
28 Analisis Tryout Angket aktivitas Siswa ................................................... 232
29 Kisi-Kisi Instrumen Kognitif Siklus I ...................................................... 233
30 Instrumen Kognitif Siklus I ...................................................................... 234
31 Kisi-Kisi Instrumen Kognitif Siklus II ..................................................... 241
32 Instrumen Kognitif Siklus II ..................................................................... 242
33 Kisi-Kisi Instrumen Afektif ...................................................................... 249
34 Instrumen Penilaian Afektif ..................................................................... 250
35 Kisi-Kisi Instrumen Psikomotor ............................................................... 252
36 Lembar Observasi Psikomotor ................................................................. 253
37 Kriteria Penskoran Observasi Psikomotor ................................................ 254
38 Kisi Instrumen Angket Aktivitas Siswa ................................................... 256
39 Instrumen Angket Aktivitas Siswa ........................................................... 257
40 Lembar Observasi Aktivitas Siswa .......................................................... 259
41 Kriteria Penskoran Observasi Aktivitas Siswa ......................................... 260
42 Analisis Penilaian Aspek Kognitif Siklus I .............................................. 262
43 Analisis Penilaian Aspek Afektif Siklus I ................................................ 264
44 Analisis Penilaian Aspek Psikomotor Siklus I ......................................... 266
45 Analisis Angket Aktivitas Siswa Siklus I ................................................. 267
46 Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................ 268
47 Analisis Penilaian Aspek Kognitif Siklus II ............................................. 270
48 Analisis Penilaian Aspek Afektif Siklus II ............................................... 272
49 Analisis Penilaian Aspek Psikomotor Siklus II ........................................ 274
50 Analisis Angket Aktivitas Siswa Siklus II ............................................... 275
51 Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ........................................... 276
52 Nilai Ujian Mid Semester ......................................................................... 277
53 Kelompok Praktikum Homogen ............................................................... 278
54 Kelompok Praktikum Acak ...................................................................... 279
55 Nilai Sistem Koloid TA. 2010/2011 ......................................................... 280
56 Daftar Hadir Siswa ................................................................................... 282
57 Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Siklus I ................................... 283
58 Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Siklus II .................................. 285
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
59 Perhitungan Validitas Isi Aspek Afektif ................................................... 287
60 Perhitungan Validitas Isi Angket Aktivitas ............................................... 289
61 Dokumentasi Proses Pdembelajaran .......................................................... 291
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, maka
pemerintah mengeluarkan kebijakan pemerintah tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang merupakan pengembangaan dari kurikulum 2004. Menurut
Subagiyo, Slamet dan Nurjanah (2007: 2) pada kurikulum KTSP tidak lagi
menggunakan pendekatan yang dalam pembelajarannya didominasi oleh guru
(teacher centered), tetapi guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek
pendidikan (student centered). Pada kurikulum ini kegiatan belajar mengajar
difokuskan pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman,
sehingga diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam
memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan dan
keterampilan berkarya. Dalam ha1 ini peran guru hendaknya mampu membantu siswa
dalam membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan
pengalaman lain yang telah mereka miliki guna memecahkan permasalahan
pembelajaran.
Namun dari beberapa hasil kajian masih banyak ditemui berbagai masalah
yang berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran tersebut. Salah satunya
disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa
kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan berfikir konstruktivistik,
karena proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru (teacher centered).
Menurut Ramson (2010: 14), situasi belajar yang kurang mengembangkan
keterampilan berfikir konstruktivistik mengakibatkan kurangnya kreativitas siswa
dalam berfikir. Kondisi demikian dapat menyebabkan siswa menjadi pasif karena
proses pembelajaran di dalam kelas cenderung diarahkan kepada kemampuan siswa
untuk menghafal informasi, tanpa dituntut untuk memahami informasi serta
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa hanya pintar secara
teoritis tetapi dalam aplikasi masih kurang. Sehingga dalam proses pembelajaran
siswa perlu dibiasakan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Menurut Pribadi (2009: 159) proses belajar yang berlandaskan pada teori
belajar konstruktivis dapat membangun pemahaman siswa dan memberi makna
terhadap informasi dan peristiwa yang dialaminya, karena dalam proses belajar siswa
dilatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, kritis, kreatif,
dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Sedangkan
menurut Mudiman (2006: 25) pembangunan pengetahuan siswa dapat dilakukan
dengan pemberian rangsangan berupa masalah-masalah dari dunia nyata yang relevan
dengan kebutuhan siswa untuk dibahas dan dicari jalan keluarnya. Sehingga dalam
proses pembelajaran guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang
dikemas dalam proses mengkonstruksi bukan hanya sekedar menerima pengetahuan,
yaitu dengan memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk
melakukan eksplorasi sederhana, menguasai konsep-konsep sains dan kecakapan
berfikir rasional, sehingga siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar seperti yang
diharapkan secara maksimal.
Pada penelitian ini digunakan model pembelajaran problem solving dengan
metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium.
Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah yang dilengkapi kegiatan
laboratorium ini diharapkan siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran serta
termotivasi dalam mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan
yang dihadapinya melalui percobaan/eksperimen. Dengan eksperimen siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri, sehingga akan mempermudah
pemahaman konsep siswa. Selain itu kegiatan eksperimen juga dapat melatih siswa
untuk berfikir secara ilmiah (Roestiyah, 2008: 80).
Model pembelajaran problem solving SSCS merupakan sebuah pembelajaran
yang terpusat pada siswa, yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau
berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti. Model pembelajaran ini melibatkan siswa
dalam penelitian, sehingga siswa menjadi terlibat secara aktif dalam penerapan
konsep, dan keterampilan berfikir. Mereka dirangsang untuk menjadi seorang
eksplorer mencari penemuan terbaru, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pengambil keputusan, dan sebagai komunikator mengembangkan metode dan teknik
untuk bertukar pendapat dan berinteraksi (Pizzini, 1991: 4).
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia SMA Negeri Gondangrejo tahun
pelajaran 2011/2012, dapat diketahui beberapa permasalahan yang ada di sekolahan
tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Dalam penyajian materi guru masih banyak menggunakan metode yang
menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered), seperti metode
ceramah yang masih dominan dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan
siswa saat pembelajaran siswa hanya mencatat dan mendengarkan saja, dan masih
jarang siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas.
3. Belum optimalnya penggunaan laboratorium sebagai sarana pembelajaran kimia.
4. Masih banyaknya siswa yang sulit memahami dan menguasai konsep pada materi
sistem koloid, hal ini dapat dilihat dari data hasil uji kompetensi dasar sistem
koloid pada tahun ajaran 2010/2011, yang menyatakan bahwa tidak lebih dari 50%
siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM = 68).
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka perlu dilakukan suatu
tindakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar sehingga diharapkan
dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep, sehingga
hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Tindakan ini dapat dilakukan melalui sebuah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut
Iskandar (2009: 22) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk
memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan
agar mau untuk mengubahnya.
Dalam pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) banyak pokok
bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah pokok
bahasan sistem koloid. Materi pokok sistem koloid secara umum bersifat konkret
(nyata) dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga melalui kegiatan
eksperimen/percobaan dimungkinkan siswa akan lebih mudah dalam memahami
materi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dalam proses pembelajaran pada materi pokok sistem koloid, keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran sangat dituntut yaitu bertujuan untuk meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa. Sehingga perlu dilakukan suatu cara untuk
meningkatkan keaktifan siswa tersebut, yaitu melalui penerapan model pembelajaran
problem solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui
kegiatan laboratorium. Pada penerapan model pembelajaran problem solving
menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan
laboratorium ini secara umum menuntut keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
yaitu untuk mencari pemecahan masalah yang disajikan oleh guru dengan melakukan
percobaan secara langsung dan nyata serta menyimpulkan hasil percobaannya dan
mengkomunikasikan hasil percobaan kepada siswa lain. Melalui kegiatan tersebut
dimungkinkan dapat meningkatkan keaktian siswa dalam kegiatan pembelajaran
sehingga akan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa.
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan model pembelajaran problem
solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan
laboratorium dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa serta
membantu siswa memahami konsep mata pelajaran kimia pada materi pokok sistem
koloid, maka perlu dilakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diadakan
di SMA Negeri Gondangrejo semester genap tahun ajaran 2011/2012.
B. Pembatasan Masalah
Suatu penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga
perlu diberikan batasan masalah. Pada penelitian ini batasan masalah dititik
beratkan pada :
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo,
Karanganyar semester genap tahun pelajaran 2011/2012, hal ini didasarkan
pada hasil observasi tahap pra kegiatan pembelajaran dimana kelas tersebut
terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa yang harus
diberikan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran problem
solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Materi pelajaran dibatasi pada pokok bahasan sistem koloid SMA Kelas II
semester 2.
4. Aktivitas siswa dalam belajar kimia meliputi: visual activities, listening
activities, oral activities, writing activities.
5. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian dibatasi pada penilaian aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
6. Proses pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS
(search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan
aktivitas siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo pada materi pokok sistem
koloid?
2. Apakah model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS
(search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan
hasil belajar kimia siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo pada materi pokok
sistem koloid?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Peningkatan aktivitas siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran
2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan
metode SSCS (search, solve, create, share) dilengkapki kegiatan laboratorium
pada materi pokok sistem koloid.
2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran
2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan
metode SSCS (search, solve, create, share) dilengkapi kegiatan laboratorium
pada materi pokok sistem koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan alternatif model pembelajaran yang lain bagi guru kimia untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya yang melakukan penelitian tindakan kelas tentang pengajaran
kimia, khususnya dalam pembelajaran problem solving.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menambah pengalaman belajar
siswa yang menarik dan bermakna. Dengan penerapan model pembelajaran
problem solving melalui kegiatan laboratorium dalam suasana yang
menyenangkan, diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dan
berprestasi dalam kegiatan pembelajaran.
b. Manfaat Bagi Guru
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme
guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini dapat digunakan oleh guru
untuk memahami apa yang terjadi di dalam kelas, dan kemudian
meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional.
c. Manfaat Bagi Inovasi Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas atau memperbaiki
proses pembelajaran yang sebelumnya telah dilakukan oleh guru khususnya
pada materi pokok sistem koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Menurut Pribadi (2009: 9) belajar merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan
yang diperlukan. Sedangkan menurut. Gagne dalam Pribadi (2009: 9) belajar
merupakan proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan,
tindakan, dan perilaku seseorang.
Dalam bukunya Educational Psychology, Witherington mengemukakan
bahwa belajar merupakan suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari interaksi berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian (Aunurrahman, 2009: 35).
Teori belajar yang mendasari penelitian ini adalah:
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997: 28), belajar merupakan proses
mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengetahuan, dan lingkungan. Sehingga diperlukan keaktifan dari
masing-masing siswa. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi
harus dibentuk dan dibangun sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan
bukan merupakan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Keaktifan seseorang sangat berperan dalam
perkembangan pengetahuan tersebut.
b. Teori Belajar Psikologi Sosial
Menurut teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali
merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi
melalui interaksi-interaksi. Interaksi tersebut dapat searah (one directional),
yaitu stimuli dari luar yang menyebabkan timbulnya respon ataupun
interaksi dua arah, yaitu interaksi antar individu. Di dalam proses
pembelajaran terlihat nyata bahwa suasana kelompok belajar adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
persaingan, kerjasama, kebebasan serta perasaan terkekang (Aunurrahman
2009: 46).
2. Model Pembelajaran
Pembelajaran menurut Gagne dalam Pribadi (2009: 9) sebagai ”a set of
event embedded in purposeful activities that facilitate learning” yaitu
pembelajaran sebagai serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Istilah pembelajaran
memiliki makna sebagai kegiatan yang dimulai dari mendesain,
mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan yang dapat
meciptakan terjadinya proses belajar. Sedangkan menurut Alvin W. Howard
dalam Slameto (2003: 32), pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba
menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations dan knowledge.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Menurut Brady dalam Aunurahman (2009: 146) model pembelajaran dapat
diartikan sebagai blueprint yang dapat digunakan untuk membimbing guru di
dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Joyce & Weil dalam
Santyasa (2007: 7) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang mampu
menjadi pedoman dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran tertentu sehingga mencapai hasil sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Keragaman model pembelajaran dikembangkan untuk
menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang
tidak memungkinkan guru terpaku pada model pembelajaran tertentu. Ketepatan
penggunaan model pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa,
serta timbulnya proses belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
memusatkan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang
berlangsung (Aunurahman, 2009: 172).
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih model
pembelajaran yang tepat menurut Haris (2008: 1) yaitu:
a. Berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai.
b. Disesuaikan dengan sifat dan jenis materi pembelajaran.
c. Disesuaikan dengan kemampuan siswa, kondisi serta karakteristik peserta
didik.
d. Disesuaikan ketersediaan fasilitas.
e. Disesuaikan alokasi waktu yang tersedia.
Sedangkan menurut Suradji (2008: 110-112) beberapa faktor yang
menjadi pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran antara lain:
a. Disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Disesuaikan dengan kemampuan siswa serta kepribadian siswa.
c. Disesuaikan dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari.
d. Disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah.
Menurut Santyasa (2007: 8) ada lima contoh model pembelajaran yang
memiliki kecenderungan berlandaskan pada paradigma konstruktivistik, yaitu:
a. Model Problem Solving adalah model pembelajaran yang mengupayakan
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
b. Model Inquiry Training merupakan model pembelajaran yang lebih
menekannkan pada kegiatan siswa secara mandiri untuk melakukan
eksplorasi dalam memecahkan suatu persoalan.
c. Model Problem-Based Instruction merupakan model pembelajaran yang
merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban-
jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban
terhadap masalah.
d. Model Pembelajaran Konseptual merupakan model pembelajaran yang
mendorong guru maupun siswa untuk menghubungkan antara materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
diajarkan dalam situasi nyata, serta menerapkan materi dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Model Group Investigation merupakan model pembelajaran yang
menekankan partisipasi dan aktivitas siswa dalam kelompok untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, seperti buku pelajaran.
3. Model Pembelajaran Problem Solving
Menurut Nasution (2000: 170) model pembelajaran problem solving
merupakan model pembelajaran dimana dalam proses belajar siswa berusaha
menemukan pemecahan masalah yang baru berdasarkan aturan-aturan yang telah
dipelajarinya lebih dahulu. Menurut Gagne dalam Mayasari (2008: 20) model
pembelajaran problem solving dilihat sebagai bentuk pembelajaran yang paling
tinggi tingkatannya, bentuk pembelajaran yang lebih kompleks dan tergantung
pada proses atau pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
Tujuan utama penggunaan model pembelajaran problem solving adalah
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam mencari sebab akibat
dari suatu masalah, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan
analitis serta mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional. Sehingga pembelajaran
dengan menggunakan model problem solving merangsang ketrampilan berfikir
konstruktivis siswa dalam mencari pemecahkan dari suatu masalah.
Langkah-langkah pemecahan masalah menurut John Dewey dalam
Hamalik (2003: 176) adalah:
a. Memahami masalah
b. Menentukan hipotesis
c. Mengumpulkan data-data
d. Mengetes hipotesis dengan data-data
e. Menarik kesimpulan
f. Melaksanakan keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4. Metode Pembelajaran
Metode mengajar sangat penting keberadaannya dalam proses belajar
mengajar. Menurut Slameto (2003: 82), metode merupakan jalan atau cara yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi secara umum, metode
pembelajaran adalah segala cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan
situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar mengajar sehingga dapat ketercapaian prestasi belajar
dapat memuaskan. Menurut Slavin (2008) ada beberapa metode pembelajaran
yang sekarang dikembangkan untuk berbagai jenis materi pembelajaran. Pada
Tabel 2.1 berikut disajikan perbandingan penggunaan metode pembelajaran
berdasarkan kesesuaian dengan materi pembelajaran:
Tabel 2.1. Beberapa Metode Pembelajaran Dengan Kesesuaian Materi
Metode Kesesuaian Materi
STAD Materi yang sudah didefinisikan dengan jelas, seperti
matematika, berhitung, penggunaan mekanika bahasa,
geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu
pengetahuan ilmiah.
TGT Materi yang dapat dibuat permainan.
TAI Digunakan pada materi yang berkaitan dengan
penguasaan materi sebekumnya.
CIRC Digunakan pada materi yang bersifat narasi, yang dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami
bacaan.
GI Digunakan pada materi yang berhubungan dengan
penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi
sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang
bersifat multi aspek.
Jigsaw Materi yang bersifat penjelasan terperinci, misalnya
siswa diminta membaca bab, atau materi lain biasanya
untuk bidang studi sosial, biografi, dan sebagainya.
SSCS Materi yang berorientasi pada penemuan, khususnya
bidang studi ilmu pengetahuan ilmiah dan matematika
(Slavin, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Model Problem Solving Dengan Metode SSCS
a. Pengertian SSCS (Search,Solve,Create and Share)
Metode Search Solve Create Share (SSCS) merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving dalam
mencari pemecahan masalah yang melalui tahap search (penyelidikan),
solve (pemecahan), create (kreasi), share (berbagi). Model problem solving
SSCS didesain untuk mengembangkan ketrampilan berfikir dan bertindak
secara kreatif dalam mencari pemecahan masalah dengan melibatkan siswa
di dalam suatu penyelidikan, sehingga meningkatkan pemahaman terhadap
konsep ilmu. Dengan terlibatnya siswa dalam melakukan penyelidikan
terhadap pemecahan masalah, maka dapat membangkitkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran. SSCS dikembangkan oleh Dr. Edward L.
Pizzini pada tahun 1988 di Universitas lowa (Pizzini, 1991: 1).
b. Manfaat Pembelajaran SSCS
Manfaat pembelajaran SSCS menurut Pizzini (1991: 6) bagi siswa
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Membuka minat atau membangkitkan perhatian siswa.
2) Melibatkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran IPA.
3) Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses belajar.
4) Mengembangkan pemahaman sains teknologi dan masyarakat dengan
memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tahapan Metode Pembelajaran SSCS
Gambar 2.1. Siklus SSCS (Sumber: Pizzini, 1991: 5)
SEARCH
SHARE
CREATE
SOLVE
Fact Finding
Skill Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Metode pembelajaran SSCS terdiri dari 4 tahap yaitu search, solve,
create, and share. Selengkapnya 4 tahapan atau langkah-langkah SSCS pada
gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut (Pizzini, 1991: 7-9):
1) Search (penyelidikan), pada tahap ini siswa menyelidiki pada suatu
pertanyaan topik yang ada, yaitu melalui kegiatan membaca buku-buku
yang relevan dengan topik masalah.
2) Solve (pemecahan), pada tahap ini siswa mendesain dan
mengaplikasikan cara penyelesaian masalah untuk mendapatkan hasil
penyelidikan. Tahap solve ini berdasarkan atas pemahaman siswa selama
proses search.
3) Create (kreasi), pada tahap ini siswa menganalisis dan
mengimpretasikan data dan mereka mengkreasi jawaban untuk
mengkomunikasikan jawaban yang mereka dapatkan.
4) Share (berbagi), pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil
penyelesaian permasalahan yang diperolehnya kepada siswa lain.
d. Perbandingan Model Pembelajaran Problem Solving SSCS dengan
Model Konvensional
Menurut Pizzini (1991: 10), terdapat perbedaan pengajaran problem
solving SSCS dan pengajaran konvensional, yaitu:
Tabel 2.2. Perbandingan pengajaran problem solving SSCS dengan
konvensional.
No Pengajaran problem solving
SSCS
Pengajaran Konvensional
(buku teks)
1. Membangkitkan siswa Berorientasi pada buku bacaan
2. Pembelajaran berpusat pada siswa Pembelajaran berpusat pada guru
3. Perhatian siswa tinggi Umumnya perhatian siswa
kurang, tidak relevan, dan tidak
mengena untuk siswa tertentu
4. Partisipasi siswa aktif Partisipasi siswa pasif
5. Belajar secara individu/dalam
kelompok kecil
Belajar seluruh kelas
6. Keterampilan berfikir tingkat
tinggi
Keterampilan berfikir tinggkat
rendah
7. Berorientasi pada penerapan ilmu
pengetahuan
Berorientasi pada jawaban yang
benar
(Sumber: Pizzini, 1991: 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6. Aktivitas Siswa
Menurut Sudjana (2009: 22) proses belajar merupakan segala kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses belajar
sangat menentukan kualitas hasil belajar siswa, dimana proses belajar yang
menarik dan menyenangkan akan membuat siswa menjadi lebih antusias belajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Meningkatnya kualitas proses
pembelajaran dapat ditandai dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut Sudjana (2009: 3), penilaian proses belajar adalah upaya
memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dan
guru dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Proses belajar
mempersyaratkan perubahan yang berupa sikap, pengetahuan informasi,
kemampuan dan keterampilan melalui pengalaman.
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menurut Fajar (2004: 13)
digolongkan dalam 5 hal yaitu:
a. Visual activities, merupakan kegiatan menggunakan indera penglihatan,
seperti membaca, memperhatikan gambar, melakukan demonstrasi dan
eksperimen.
b. Oral activities, merupakan kegiatan yang bersifat fisik menggunakan indera
pengucap, seperti bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
wawancara, diskusi.
c. Listening activities, merupakan kegiatan menggunakan indera pendengar,
seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.
d. Motor activities, kegiatan yang merupakan aktivitas gerak, seperti senam,
menari, melukis.
e. Writing activities, merupakan kegiatan yang menggunakan tangan seperti
menulis cerita, karangan, laporan, angket, tugas, dan mencatat.
Pada penelitian ini kualitas proses belajar dibatasi pada aktivitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi visual activities, oral activities,
listening activities, dan writing activities. Penilaian aktivitas belajar siswa ini
dilakukan melalui observasi langsung yang dilakukan oleh observer terhadap
masing-masing siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
7. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Benyamin Bloom dalam
Sudjana (2009: 22) mengklsifikasikan hasil belajar menjadi tiga aspek yakni
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif
berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pada penelitian ini penilaian aspek kognitif dilakukan melalui tes tertulis pada
materi Sistem Koloid, dimana kategori soal yang diukur hanya meliputi aspek
ingatan, pemahaman, dan aplikasi.
Aspek afektif berkenaan dengan watak perilaku siswa. Berdasarkan
Pedoman Pengembanagn Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif (Depdiknas,
2008: 4) aspek afektif terdiri dari lima karakteristik yang penting yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, moral. Pada penelitian ini pengukuran aspek afektif
dilakukan melalui metode angket yang diisi langsung oleh masing-masing
siswa, metode ini berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang
adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap
karakteristik afektif diri sendiri.
Aspek psikomotor memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dalam berbagai mata pelajaran,
seperti lari, melompat, menari, melukis, memukul dan lain sebagainya (Pribadi,
2009: 17). Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di laboratorium,
aspek ini pengukurannya ditunjukkan pada keterampilan dalam praktikum,
misalnya keterampilan dalam menuang larutan, merangkai alat serta
keterampilan kerja. Pada penelitian ini penilaian aspek psikomotor dilakukan
dengan cara observasi langsung kepada siswa saat kegiatan praktikum
berlangsung.
8. Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat yang dilengkapi dengan alat-alat dan
bahan-bahan untuk melakukan percobaan/penelitian. Pada dasarnya, dalam
pelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih
lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya.
Menurut Roestiyah (2008: 82) penggunaan kegiatan laboratorium
mempunyai beberapa keuntungan :
a. Dengan kegiatan laboratorium siswa terlatih menggunakan metode ilmiah
dalam menghadapi suatu masalah, sehingga tidak mudah percaya pada
sesuatu yang belum pasti kebenarannya.
b. Melalui kegiatan laboratorium, siswa lebih aktif berfikir dan berbuat.
c. Siswa dalam melaksanakan proses kegiatan laboratorium disamping
memperoleh ilmu pengetahuan, juga menemukan pengalaman praktis serta
keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium.
9. Sistem Koloid
a. Pengertian Koloid
Sistem koloid adalah suatu sistem yang terdiri atas fase terdispersi
dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan
disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan disebut medium
pendispersi. Berdasarkan dari besarnya ukuran partikel zat terdispersi
(zat terlarut), maka sistem dispersi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang
relatif besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya.
Biasanya ukuran partikel lebih dari 100 nm. Berupa campuran
heterogen. Contoh: campur air dengan pasir, air kopi, campuran
minyak dengan air.
2) Koloid, merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya antara
1 nm sampai 100 nm. Contoh: susu, jeli, selai, santan, mayones.
3) Larutan sejati, merupakan sistem dispersi yang ukuran partikel-
partikelnya sangat kecil. Biasanya memiliki ukuran partikelnya kurang
dari 1 nm. Umumnya berupa campuran homogen. Contoh: larutan gula,
larutan garam, sirup.
(Purba, M., 2000: 49)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Tabel 2.3. Perbandingan Sifat antara Larutan, Koloid, dan Suspensi
Pembeda Larutan Koloid Suspensi
Ukuran Partikel
Fase
Warna Larutan
Sifat larutan
Penyaringan
Kestabilan
Pengendapan
kurang 1 nm
satu fase
jernih
homogen
tidak dapat disaring
stabil
tidak mengendap
antara 1 nm-100 nm
dua fase
agak keruh
antara homogen dan
heterogen
tidak dapat disaring
relatif stabil
sukar mengendap
> 100 nm
dua fase
keruh
heterogen
dapat disaring
tidak stabil
mudah
mengendap
(Sumber: Retnowati, 2004: 138)
Gambar 2.2. Contoh dari larutan, koloid, dan suspensi
b. Jenis-Jenis Koloid
Dalam sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi dapat
berupa zat padat, zat cair, atau gas. Berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersi, maka koloid dapat dibagi menjadi 8 jenis, yaitu:
Tabel 2.4. Jenis-jenis Koloid
Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi
Jenis Koloid Contoh
Gas
Gas
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Buih / Busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi cair
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol (gel)
Sol padat
busa sabun, krim kocok
batu apung, karet busa, lava
kabut, awan, hairspray
susu, santan, es krim, mayones
keju, mutiara, jeli, agar-agar
asap, debu di udara
tinta, kanji, cat, pasta gigi
paduan logam, kaca berwarna,
gelas warna, intan
(Sumber: Retnowati, 2004: 139)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Sifat-Sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya)
oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.
Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan
tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-
partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati.
Gambar 2.3. perbedaan hamburan cahaya pada larutan, koloid, suspensi
Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita amati
seperti:
a) Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang
berasap/berdebu
b) Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau
berkabut akan tampak jelas.
c) Sinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam ruangan
berdebu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang
hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak Brown ini
disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium pendispersi dengan
partikel koloid yang terdispersi.
Gambar 2.4. Gerak brown pada partikel koloid
3) Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan koloid dalam muatan listrik.
Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode
kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel
koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis
muatannya. Koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke katode
(elektrode negatif), sedangkan koloid negatif akan bergerak ke anode
(elektrode positif).
Gambar 2.5. Sel elektroforesis sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Adsorpsi
Adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Untuk
berlangsungnya adsorbsi, harus ada adsorbat sebagai zat yang ditarik
dan adsorben sebagai zat yang menarik.
Pemanfaatan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
a) Proses pemutihan gula pasir.
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan
melalui tanah diatome dan arang tulang.
b) Penyembuhan sakit perut dengan serbuk karbon atau norit.
c) Penjernihan air keruh dengan menggunakan tawas (Al2(SO4)3).
Dilakukan dengan menambahkan tawas atau alumunium sulfat.
Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3
yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-zat
warna atau zat pencemar pada air.
d) Penggunaan arang aktif.
- Penggunaan arang halus pada masker, berfungsi untuk
menyerap gas yang beracun.
- Filter pada rokok, yang berfungsi untuk mengikat asap nikotin.
5) Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid. Koagulasi
partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara yakni :
a) Cara mekanis
Dapat digumpalkan dengan cara pengadukan, pemanasan atau
pendinginan. Contoh: pembuatan selai, pembuatan cincau,
pembuatan eskrim, darah yang dipanaskan, pembuatan agar - agar.
b) Peristiwa kimia
Dapat dibuat dengan menambahkan elektrolit ke dalam sistem
koloid tersebut. Misalnya sol tanah liat dalam air sungai
digumpalkan dengan penambahan tawas.
Contoh koagulasi dalam kehidupan sehari – hari:
Pembentukan delta di muara sungai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik Cottrel.
Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam
formiat.
Susu ditetesi air jeruk akan menggumpal.
6) Koloid Pelindung
Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain
yang disebut sebagai koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan
membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi
mengelompok. Contoh :
a) Gelatin yang digunakan pada pembuatan es krim untuk mencegah
pembentukan kristal es yang keras dan kasar.
b) Zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid
pelindung.
7) Dialisis
Pada pembuatan koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat
mengganggu kestabilan koloid. Ion-ion pengganggu ini dapat
dihilangkan dengan proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini,
sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong
koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong
koloid terbuat dari selaput semipermeabel, yaitu selaput yang dapat
melewatkan partikel-partikel kecil seperti ion atau molekul sederhana.
Dengan demikian ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air
Gambar 2.6. Proses Dialisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
8) Koloid Liofil dan Liofob
Koloid yang medium pendispersinya zat cair dibedakan menjadi
koloid liofil dan liofob. Hal ini didasarkan atas sifat antara partikel
pendispersi dengan partikel terdispersi.
a) Koloid Liofil
Liofil artinya suka pada mediumnya (cairan). Sehingga gaya tarik-
menarik antara zat terdispersi dengan mediumnya cukup besar.
Contoh : Kanji, agar-agar, sabun, detergen.
b) Koloid Liofob
Liofob artinya tidak suka mediumnya (cair). Sehingga gaya tarik-
menarik antara zat terdispersi dengan mediumnya sangat lemah
atau bahkan tidak ada.
Contoh : sol Fe(OH)3, As2S3, sol-sol logam.
Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua
jenis koloid diatas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid
hidrofob.
Tabel 2.5. Perbedaan sol hidrofil dan sol hidrofob
No Sol hidrofil Sol hidrofob
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengadsorbsi mediumnya
Stabil
Tidak mudah digumpalkan
dengan penambahan elektrolit
Viskositas lebih besar daripada
mediumnya
Bersifat reversible
Efek tyndall lemah
Tidak dapat mengadsorpsi
mediumnya
Kurang Stabil
Mudah menggumpal pada
penambahan elektrolit
Viskositas hampir sama dengan
mediumnya
Tidak reversible
Efek Tyndall lebih jelas
(Sumber: : Retnowati, 2004: 141)
d. Cara Pembuatan Koloid
Pembentukan koloid dapat digambarkan secara skematis, sebagai berikut:
Kondensasi Dispersi
Larutan Suspensi Koloid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1) Cara Kondensasi
Yaitu penggabungan ion-ion, atom-atom atau molekul-molekul
membentuk partikel yang lebih besar.
a) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan
oksidasi. Contoh : pembuatan sol belerang
Reaksi : 2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S (s)
b) Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3, apabila kedalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3.
Reaksi : FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3 (s) + 3HCl(aq)
c) Pertukaran ion
Contoh : pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke
dalam larutan As2O3.
Reaksi : 3H2S(g) + As2O3(aq) As2S3(s) + 2H2O(l)
d) Mencampurkan larutan encer
Contoh : larutan encer AgNO3 dicampur dengan larutan encer HCl.
Reaksi : AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO3(aq)
2) Cara Dispersi
Dispersi merupakan pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid.
a) Cara Mekanik
Contoh: sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang
bersama-sama gula pasir, kemudian mencampur serbuk halus
tersebut dengan air.
b) Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar
misalnya suspensi, gumpalan atau endapan dengan menambahkan
zat pemecah tertentu.
Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c) Cara Busur Bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol logam. Dua kawat logam
yang berfungsi sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian
kedua ujung kawat diberi loncatan listrik.
e. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
Banyak contoh aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari dan
industri, yaitu antara lain:
1) Industri Kosmetika
Bahan kosmetik seperti foundation, finishing cream, shampo, pelembab
badan, pasta gigi dan deodoran berbentuk koloid dan umumnya sebagai
emulsi.
2) Industri tekstil
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya
serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid
karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga dapat melekat pada
tekstil.
3) Industri Sabun dan Detergen
Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi
antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat
membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak.
4) Industri Makanan
Contoh aplikasi koloid dalam industri makanan antara lain pembuatan
agar-agar, keju, mentega, susu, saus, dan salad.
(Priscilla Retnowati, 2004: 139-141)
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian
skripsi yang dilakukan oleh Hendrastuti (2010: 74) yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) dan
Experimenting Demonstrating Information (EDI) Dengan Memperhatikan Sikap
Ilmiah Siswa SMA Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dan Non Elektrolit”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran SSCS dan EDI memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kimia
pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Selain itu juga dalam abstrak
penelitian tesis yang dilakukan oleh Ramson (2010: 1) berjudul “Model
Pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya”. Penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran SSCS secara
signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir
kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, selain itu model
pembelajaran SSCS juga memotivasi siswa dalam mempelajari konsep-konsep
cahaya, berinteraksi dengan sesama, melatih menggunakan prosedur, serta melatih
membuat kesimpulan.
Gok, T dan Silay, I (2010: 19) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “The
Effects of Problem Solving Strategies on Student’s Achievement, Attitude and
Motivation”. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan strategi pemecahan masalah lebih efektif dalam
meningkatkan prestasi siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran secara
konvensional. Solaz-Portoles, JJ. (2008: 110) dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul “Types of Knowledge and Their Relations to Problem Solving in Science:
Directions for Practice”, menyimpulkan bahwa proses belajar siswa melalui
pendekatan berfikir logis untuk mencari solusi pemecahan masalah dapat
memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran, sehingga prestasi siswa juga
akan meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dijurnalkan oleh Irwan (2011: 11) yang berjudul
“Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, Share (SSCS)
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa
Matematika”, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan problem posing model SSCS lebih baik dalam
meningkatkan kemampuan penalaran matematis mahasiswa bila dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional. Selain itu pendekatan problem posing model
SSCS dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa, dan kecepatan mengajukan
pertanyaan dan memberikan tanggapan terhadap jawaban dosen. Jurnal Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Jahro dan Susilawati (2008: 25) yang berjudul “Analisis Penerapan Metode
Praktikum Pada Pembelajaran Ilmu Kimia di Sekolah Menengah Atas” dapat diambil
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran dengan menggunakan media
laboratorium dapat meningkatkan kualitas hasil belajar kimia siswa di SMA.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan pengamatan, sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di
SMA Negeri Gondangrejo masih menggunakan metode ceramah yang lebih berpusat
pada guru (teacher centered), sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Selain itu guru kurang mengoptimalkan penggunaan media dalam
pembelajaran seperti laboratorium kimia. Penyampaian ilmu yang bersifat satu arah
ini menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam menerima pembelajaran karena
siswa hanya sebagai objek pembelajaran dan kurang terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga proses belajar dan hasil belajar siswa menjadi rendah, hal ini
dapat dilihat pada saat kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan
mencatat materi yang disampaikan oleh guru saja, serta siswa masih jarang yang
bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka mengerti. Oleh karena itu,
diperlukan suatu penelitian tindakan untuk mendapatkan model pembelajaran yang
tepat, sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran problem solving dengan
metode SSCS (Search, Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium, dimana
pada penerapannya siswa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran
untuk mencari pemecahan suatu masalah melalui kegiatan laboratorium. Sehingga
dengan penerapan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat terlibat secara
aktif dan merangsang siswa untuk berfikir kreatif dalam menemukan hasil
pemecahan masalah. Dengan terlibatnya siswa dalam kegiatan pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar serta hasil belajar siswa.
Dari uraian diatas, diduga bahwa penggunaan model pembelajaran problem
solving dengan metode SSCS (Search, Solve, Create, Share) melalui kegiatan
laboratorium dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan adanya
peningkatan kualitas proses belajar tentu saja akan meningkatkan pula pemahaman
siswa terhadap materi pokok Sistem Koloid. Peningkatan proses belajar siswa dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dari meningkatnya aktivitas belajar siswa, sedangkan peningkatan hasil belajar siswa
dapat dilihat dari prestasi belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Secara singkat skema kerangka berfikir disajikan dalam Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.7. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Tindakan
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, dapat dikemukakan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS (Search,
Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
2. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS (Search,
Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
Keadaan Awal Tindakan Keadaan Akhir
1. Dominasi metode ceramah
2. Aktivitas belajar siswa
masih rendah.
3. Belum optimalnya
penggunaan laboratorium
sebagai sarana
pembelajaran kimia.
4. Hasil belajar siswa masih
rendah
Penerapan model
pembelajaran Problem
Solving dengan
metode SSCS (Search,
Solve, Create, Share)
Peningkatan
aktivitas dan hasil
belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Gondangrejo, Karanganyar
pada kelas XI IPA 1 semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012
yaitu pada bulan Mei-September 2009. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi: observasi awal, pengajuan judul skripsi,
permohonan pembimbing, pembuatan proposal, perijinan penelitian, survei
sekolah yang bersangkutan, dan penyusunan instrumen penelitian,
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012.
b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian
yang meliputi tahap pelaksanaan tindakan kelas, observasi, evaluasi, analisis,
dan tindak lanjut (pelaksanaan siklus-siklus tindakan kelas) dilaksanakan
mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2012.
c. Tahap penyelesaian, meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan yang
dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2012.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan adalah siswa kelas XI IPA1 di SMA Negeri
Gondangrejo tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 41, yang terdiri dari 5
laki-laki dan 36 perempuan. Pemilihan subjek dalam penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa subjek tersebut mempunyai permasalahan-permasalahan yang
telah teridentifikasi pada saat observasi awal sehingga penggunaan metode dan media
yang telah dirancang dapat diterapkan pada kelas XI IPA1. Objek penelitian adalah
aktivitas siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran problem solving
dengan metode SSCS melalui kegiatan laboratorium pada materi sistem koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Metode Penelitian
Pada dasarnya desain penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas bersifat praktis dengan tujuan
utama untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang sehari-hari dialami
oleh guru dan siswa dimana pelaksanaannya dilakukan dalam kawasan kelas atau
sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Kegiatan penelitian bermula dari permasalahan yang dihadapi oleh guru
dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan
masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan
terukur. Hal penting dalam penelitian ini adalah tindakan nyata (action) yang
dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan
dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika solusi
yang direncanakan belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu
dilakukan penelitian siklus berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif
pemecahan masalah yang lain) sampai permasalahan dapat diatasi.
Rancangan solusi yang dimaksud pada penelitian ini adalah tindakan berupa
penggunaan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS (Search,
Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium. Penelitian ini direncanakan
dilakukan dalam dua siklus jika siklus pertama belum menunjukkan perbaikan. Hal
ini berdasarkan pertimbangan penyesuaian alokasi waktu untuk pembelajaran materi
sistem koloid dengan program semester yang sudah disusun oleh guru, sehingga
pelaksanaan penelitian tidak mengganggu jadwal kegiatan pembelajaran.
D. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi tentang
keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa
data hasil observasi aktivitas siswa serta aspek psikomotor dan wawancara yang
menggambarkan proses pembelajaran di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud
adalah penilaian hasil belajar pada materi pokok sistem koloid yang berupa nilai
(skor) yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan aspek kognitif melalui tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kognitif siklus I, tes kognitif siklus II, serta tes aspek afektif siswa baik siklus I
maupun siklus II.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran yang bersangkutan,
wawancara ini dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, hal ini bertujuan untuk
mengetahui permasalahan dan kondisi siswa pada proses pembelajaran, sehingga
dapat direncanakan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi
permasalahan yang ada.
2. Observasi
Observasi dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa yang meliputi visual
activities, listening activities, oral activities dan writing activities. Observasi
dilakukan langsung oleh observan kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Selain itu observasi juga dilakukan untuk menilai aspek psikomotor
siswa saat melakukan kegiatan praktikum.
3. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur kemampuan aspek kognitif
siswa setelah dilakukan tindakan. Tes diberikan kepada siswa tiap akhir siklus,
yaitu siklus I dan siklus II.
4. Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui sikap serta minat siswa
terhadap materi pokok sistem koloid. Angket ini berisi tentang penilaian aspek
afektif, dimana angket diisi langsung oleh masing-masing siswa pada akhir
penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh dari angket
tersebut maka dapat diketahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa.
5. Kajian Dokumentasi
Kajian dokumentasi dilakukan untuk mencari data hasil ulangan harian
siswa materi pokok sistem koloid tahun 2010/2011, untuk mengetahui hasil
belajar aspek kognitif siswa pada tahun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen
pembelajaran dan instrumen penilaian.
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran meliputi:
a. Silabus
Silabus yang digunakan dalam penelitian adalah silabus yang telah
disusun oleh sekolah yang diperoleh dari guru Kimia sekolah yang
bersangkutan dalam penelitian.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dengan tujuan
dalam pelaksanaan KBM dapat terstruktur dengan baik.
2. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian pada penelitian ini meliputi instrumen penilaian
kognitif, instrumen penilaian afektif, instrumen penilaian psikomotor dan
instrumen penilaian aktivitas siswa.
a. Instrumen Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif dengan 5 alternatif
jawaban, dimana jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah
diberi skor 0. Langkah pembuatan tes terdiri dari membuat kisi-kisi, menyusun
soal tes, dan mengadakan uji coba tes (tryout).
Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya
pembeda maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu
diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima
materi pokok bahasan sistem koloid.
1) Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen
memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry (2007) untuk
melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregorry adalah sebagai
berikut:
Content Validity = DCBA
D
Dimana :
A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan
menurut panelis II
C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan
menurut panelis II
D : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan.
(Gregorry, 2007: 97-98)
2) Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada
waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk
obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai berikut :
tS
r2
2
tt
pq St
1-n
n
Keterangan :
rtt : koefisien realibilitas
n : jumlah item
S : deviasi standar
p : indeks kesukaran
q : 1-p
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:233)
3) Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan
indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan
hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban
yang seharusnya diperoleh dari suatu item.
maksimalSkor
B IK
Keterangan :
IK : indeks kesukaran
B : jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
Skor maksimal : besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawabab benar
dari suatu item
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,81 ─ 1,00 : Mudah Sekali (MS)
0,61 ─ 0,80 : Mudah (Md)
0,41 ─ 0,60 : Sedang/Cukup (Sd-C)
0,21 ─ 0,40 : Sukar (Sk)
0,00 ─ 0,20 : Sukar Sekali (SS)
(Masidjo, 1995:189-192)
4) Uji Daya Pembeda Soal
Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban
benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari
siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu
item (Masidjo, 1995:198). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong
kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
maksimalskor x NKBatau NKA
KB -KA ID
Keterangan :
ID : indeks diskriminasi
KA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
tergolong kelompok atas
KB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau
bawah
NKA atau NKB x Skor maksimal : perbedaan jawaban benar dari siswa-
siswa yang tergolong kelompok atas
dan bawah yang seharusnya diperoleh.
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,80 ─ 1,00 : Sangat Membedakan (SM)
0,60 ─ 0,79 : Lebih Membedakan (LM)
0,40 ─ 0,59 : Cukup Membedakan (CM)
0,20 ─ 0,39 : Kurang Membedakan (KM)
Negatif ─ 0,19 : Sangat Kurang Membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995:198-201)
b. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-
item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Aspek afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Skor untuk Pernyataan
(+) (-)
SS (Sangat setuju)
S (Setuju)
TS (Tidak setuju)
STS (Sangat tidak setuju)
4
3
2
1
1
2
3
4
(Depdiknas, 2008: 16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diuji
cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.
1) Uji Validitas
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen
memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry (2007) untuk
melihat validitas isi secara keseluruhan, yaitu sebagai berikut:
Content Validity = DCBA
D
Dimana :
A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan
menurut panelis II
C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan
menurut panelis II
D : jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan.
(Gregorry, 2007: 97-98)
Kriteria validitas suatu tes (rxy ) adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:246)
2) Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen afektif digunakan rumus
Alpha (untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) atau soal
dalam bentuk uraian, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2
2
i
tt
S1
1-n
n
tSr
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas suatu tes
n : jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1 : bilangan konstan
2
iS : jumlah varian skor dari tiap-tiap item
St2 : varian total
Kriteria pengujian:
Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas
yang tinggi (reliable).
Jika r 11 ≤ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas
yang tinggi (unreliable).
(Sudijono, 2008: 208-209)
c. Instrumen Penilaian Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor berupa lembar penilaian observasi
kinerja (Performance Assesment) dan penilaian laporan hasil praktikum.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi sistematik,
yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai
instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sejumlah aspek yang dinilai
dari kegiatan siswa selama melakukan praktikum di laboratorium.
d. Instrumen Penilaian Aktivitas Siswa
Instrumen penilaian aktivitas siswa berupa lembar observasi dan
angket. Lembar observasi diisi langsung oleh observan pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung, sedangkan angket aktivitas belajar diisi oleh
siswa pada tes akhir siklus. Aktivitas belajar siswa yang dinilai meliputi visual
activities, listening activities, oral activities dan writing activities.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
G. Uji Validitas Data
Data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik
kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut Moleong (2001: 178) teknik
triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap suatu
data.
Pada penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan
membandingkan atau mengecek ulang informasi yang diperoleh dari tiga sumber data
yaitu dari sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan observan.
H. Analisis Data
Analisa dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai sejak awal sampai
berakhirnya pengumpulan data. Jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis berdasarkan nilai hasil
belajar siswa (aspek kognitif, afektif, psikomotor dan aktivitas siswa) dengan mencari
nilai rata-rata serta persentase keberhasilan belajar, sedangkan data kualitatif yaitu
data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran
tentang ekspresi peserta didik berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap mata
pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap (afektif), keterampilan dalam praktikum
(psikomotor) serta aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Teknik analisis
data pada penelitian ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (Iskandar,
2009: 75) yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data merupakan penyeleksian data yang berupa catatan-catatan
lapangan melalui seleksi yang ketat, dengan ringkasan atau uraian singkat, serta
menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas. Penyajian data dilakukan dalam
rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara
sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan
observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan dilakukan
secara bertahap yaitu penarikan kesimpulan sementara yang masih berpeluang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menerima masukan dan dapat diuji kembali oleh data di lapangan kemudian
dilakukan verifikasi untuk memperoleh kesimpulan yang tepat. Setelah data
penelitian dapat diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam
bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian.
I. Indikator Keberhasilan Tiap Siklus
Target indikator keberhasilan siklus I dan siklus II, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Indikator Keberhasilan Siklus I dan Siklus II
J. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan penelitian
mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam
Depdikbud (1999: 21) yang berupa model spiral. Kemmis menggunakan sistem spiral
refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan
perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk perencanaan pemecahan masalah.
Pada penelitian, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dari aspek
kognitif, setelah dilaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan solusi
yang telah direncanakan, siswa diberi tes sebagai tes siklus. Kemudian dari tes
tersebut dilakukan evaluasi apakah hasil tes tersebut sudah memenuhi target
keberhasilan yang telah ditetapkan atau belum, jika belum memenuhi target
Indikator Sub
Indikator
Target Cara Mengukur
Siklus I Siklus II
Aktivitas
Siswa
Aktivitas
Siswa
50% 60% Diamati saat pembelajaran dan dihitung
dari jumlah siswa yang mendapatkan
kriteria penilaian A (baik sekali) dan B
(baik) pada skor ketuntasan individu.
Hasil
Belajar
Aspek
Kognitif
60% 70% Diukur dari hasil tes aspek kognitif dan
dihitung dari jumlah siswa yang dapat
mencapai nilai KKM (68).
Aspek
Afektif
70% 80% Diukur dari hasil tes aspek afektif dan
dihitung dari jumlah siswa yang
mendapatkan kriteria A dan B pada skor
ketuntasan individu.
Aspek
Psikomotor
60% 70% Diamati saat praktikum dan dihitung dari
jumlah siswa yang mendapatkan kriteria
A dan B pada skor ketuntasan individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
keberhasilan di siklus I maka dilaksanakan pembelajaran ulang di siklus II dengan
menggunakan rancangan pembelajaran yang telah diperbaiki sesuai dengan hasil
refleksi pada siklus I.
Skema rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam skema
sebagai berikut:
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
Pelaksanaan
Tindakan I
Observasi I Refleksi I
Belum
Terselesaikan
Terselesaikan
Siklus I
Perencanaan
Tidakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Observasi II
Refleksi II Terselesaikan
Belum
Terselesaikan
Siklus II
Perencanaan
Tidakan I
Perencanaan
Tidakan III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Secara umum, langkah-langkah operasional dalam penelitian meliputi tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan tindakan, yang terdiri dari : tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Permintaan ijin kepada kepala sekolah dan guru kimia SMA Negeri
Gondangrejo.
b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan belajar
mengajar khususnya mata pelajaran kimia di SMA Negeri Gondangrejo.
c. Megidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia.
d. Mengetahui kemampuan awal siswa berdasarkan hasil ujian mid semester
semester 2.
2. Tahap Pelaksanaan Siklus
Adapun tahapan-tahapan pada pelaksanaan siklus yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (Planning)
1) Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa siklus
tindakan kelas, dalam hal ini kegiatan belajar mengajar direncanakan
menggunakan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS
(Search, Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium pada materi
pokok sistem koloid.
2) Menyusun instrumen penelitian meliputi lembar observasi aktivitas siswa,
soal tes kognitif, dan angket afektif dan angket respon siswa terhadap
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
1) Melaksanakan KBM sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam
Rencana Pembelajaran.
2) Melakukan kegiatan pemantauan proses pembelajaran melalui observasi
langsung.
3) Menyelenggarakan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4) Melakukan modifikasi berupa perbaikan atau penyempurnaan alternatif
tindakan apabila proses dan prestasi belajar siswa masih kurang
memuaskan.
c. Tahap Observasi
1) Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi.
2) Mendiskusikan dengan guru maupun dosen terhadap hasil pengamatan
setelah proses belajar mengajar selesai.
3) Membuat kesimpulan hasil pengamatan.
d. Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan
yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Berdasarkan hasil refleksi
peneliti mencoba untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi
akibat tindakan yang pernah dilakukan. Apabila hasil pengamatan ternyata siswa
mengikuti pelajaran dengan antusias yaitu siswa aktif dan bersemangat, siswa
merespon dan terjadi komunikasi multi arah, maka model pembelajaran yang
dilaksanakan dapat dikatakan berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam
pelaksanaan tindakan maka peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk
mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan serta mengembangkan
strategi pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Tahap Pra Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Tahap pra KBM berisi kegiatan observasi untuk mendapatkan gambaran
awal mengenai keadaan kegiatan belajar mengajar yang kemudian dilanjutkan
dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran
tersebut. Gambaran awal keadaan kegiatan belajar mengajar diperoleh melalui
wawancara dengan guru mata pelajaran kimia dan pengamatan kegiatan belajar
mengajar langsung di kelas. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kegiatan
belajar mengajar di kelas, diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran kimia di kelas adalah menggunakan metode
ceramah yang disertai dengan memberikan contoh-contoh soal yang menguatkan
materi pelajaran. Pada saat proses pembelajaran, aktivitas siswa masih rendah hal ini
dibuktikan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa hanya diam dan
mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru serta siswa hanya
mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan dari guru bila ditunjuk, selain itu jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum jelas siswa jarang ada yang mau bertanya. Berdasarkan hasil observasi saat
kegiatan pembelajaran berlangsung hanya sebesar 17% saja siswa yang
menunjukkan keaktifan dalam bertanya.
Selain aktivitas belajar siswa yang masih rendah, permasalahan yang
ditemukan dalam observasi adalah belum optimalnya penggunaan media
laboratorium dalam proses pembelajaran padahal banyak materi kimia yang
harusnya disertai dengan media praktikum, kurangnya penggunaan media praktikum
ini menyebabkan siswa memiliki gambaran yang abstrak terhadap materi
pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang dipelajari.
Laboratorium kimia di SMA Negeri Gondangrejo sebenarnya memiliki alat dan
bahan kimia yang cukup lengkap akan tetapi belum dipergunakan secara maksimal.
Hal ini disebabkan karena tidak adanya laboran di sekolah tersebut sehingga guru
merasa kerepotan jika harus mempersiapkan sendiri kegiatan praktikum bagi siswa.
Selain masalah-masalah tersebut diatas berdasarkan data hasil uji kompetensi dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sistem koloid pada tahun ajaran 2010/2011 masih ada beberapa siswa yang belum
mencapai KKM, yaitu sebesar 68. Simpulan data hasil uji kompetensi dasar sistem
koloid pada tahun ajaran 2010/2011 pada kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dan data secara lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 55.
Tabel 4.1. Hasil Uji Kompetensi Sistem Koloid Tahun Ajaran 2010/2011 Kelas
XI IPA1 dan XI IPA2
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa
yang Tuntas
Persentase
Ketuntasan
XI IPA1 37 15 41%
XI IPA2 38 19 50%
Berdasarkan kegiatan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa
pembelajaran kimia di SMA Negeri Gondangrejo masih rendah yaitu siswa masih
pasif dalam kegiatan pembelajaran, serta masih kurangnya variasi metode
pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam proses pembelajaran. Sehingga perlu
diterapkan model pembelajaran inovatif untuk memperbaiki proses pembelajaran
tersebut, yaitu melalui model pembelajaran problem solving dengan metode (SSCS)
search, solve, create, and share. Model pembelajaran problem solving SSCS
merupakan model pembelajaran konstruktivis, sehingga dalam penerapannya
menuntun siswa berpartisipasi aktif untuk bekerjasama dalam kelompok
memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Langkah pemecahan masalah
dilakukan dengan bantuan media laboratorium, yaitu praktikum. Dengan
berpartisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan kegiatan
pembelajaran akan lebih produktif dan dapat meningkatkan kualitas proses serta
hasil belajar siswa.
B. Deskripsi Hasil Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Siklus I
1. Tahap Perencanaan Tindakan I
Tahap perencanaan tindakan dimulai dengan membuat instrumen yang
akan digunakan dalam penelitian. Penelitian menggunakan silabus mata pelajaran
kimia pokok bahasan Sistem Koloid dari SMA Negeri Gondangrejo (Lampiran 1)
sebagai pedoman penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Berdasarkan silabus tersebut peneliti membuat RPP yang terdiri dari 5 pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pada siklus I, 4 pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 pertemuan untuk
tes evaluasi hasil belajar siklus I. Masing-masing pertemuan menggunakan model
pembelajaran problem solving dengan metode search, solve, create and share
(SSCS) melalui kegiatan laboratorium.
Kegiatan laboratorium berisi kegiatan praktikum yang dilakukan di
laboratorium tentang materi sistem koloid, sedangkan media LKS berisi tentang
soal-soal bahan diskusi kelompok, prinsip dasar petunjuk praktikum serta tabel
data pengamatan.
Instrumen lain yang perlu disiapkan adalah alat evaluasi hasil dan proses
belajar. Evalusi hasil dan proses belajar siswa dilakukan dengan menggunakan
tes objektif untuk aspek kognitif, angket untuk aspek afektif dan aktivitas siswa
serta observasi untuk penilaian aspek psikomotor dan aktivitas siswa saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Instrumen yang telah disiapkan ini harus
ditryoutkan terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat evaluasi.
Untuk instrumen aspek kognitif, afektif dan angket aktivitas siswa ditryoutkan
terlebih dahulu kepada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri Gondangrejo, dimana
kelas ini sudah terlebih dahulu mendapatkan materi sistem koloid. Hasil tryout
yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengukur reliabilitas, daya beda dan
tingkat kesukaran soal. Simpulan analisis tryout instrumen penilaian kognitif
siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 25, analisis tryout instrumen penilaian afektif dapat dilihat pada Tabel
4.3 dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 27, sedangkan analisis tryout
instrumen penilaian aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 28. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 30
soal objektif sebagai instrumen tes kognitif dan 30 soal checklist sebagai
instrumen tes afektif serta 20 soal checklist sebagai instrumen tes aktivitas siswa.
Tabel 4.2 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Penilaian Kognitif Siklus I
Jml
Soal
Reliabilitas Daya Pembeda Soal Taraf Kesukaran Soal
Koefisien
Reliabilitas
Kriteria SM LM CM KM SKM MS Md Sd Sk SS
35 0,83 Reliabel 0 0 9 21 5 3 17 12 3 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Keterangan Tabel 4.2 :
• Daya Beda Soal
SM : Sangat Membedakan
LM : Lebih Membedakan
CM : Cukup Membedakan
KM : Kurang Membedakan
SKM : Sangat Kurang Membedakan
• Taraf Kesukaran Soal
MS : Mudah Sekali
Md : Mudah
Sd : Sedang
Sk : Sukar
SS : Sukar Sekali
Tabel 4.3. Simpulan Analisis Tryout Instrumen Penilaian Afektif
Jumlah
Soal
Reliabilitas
Koefisien
Reliabilitas
Kriteria
30 0,998 Reliabel
Tabel 4.4. Simpulan Analisis Tryout Instrumen Aktivitas Siswa
Jumlah
Soal
Reliabilitas
Koefisien
Reliabilitas
Kriteria
14 0,781 Reliabel
Perhitungan validitas soal instrumen penilaian kognitif, afektif dan angket
aktivitas pada siklus I dilakukan dengan menggunakan perhitungan validitas isi.
Berdasarkan perhitungan dari rumus Formula Gregorry pada Lampiran 57 untuk
instrumen kognitif diperoleh hasil perhitungan content validity sebesar 0,735 dan
untuk instrumen afektif diperoleh hasil sebesar 0,80 (Lampiran 59) sedangkan
untuk angket aktivitas sebesar 0,928 (Lampiran 60).
Pada penelitian ini observasi proses belajar siswa yang diamati adalah
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang meliputi visual
activities, listening activities, oral activities dan writing activities. Pada proses
pembelajaran berlangsung siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana
pembagian kelompok pada siklus I dilakukan secara acak.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
Kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh peneliti kemudian
diterapkan di kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai pada tanggal 2 Mei 2012.
Berdasarkan rancangan pembelajaran yang telah disusun, pelaksanaan
pembelajaran pada materi sistem koloid membutuhkan waktu 10x45 menit (5 kali
pertemuan). Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran ini
adalah model problem solving dengan menggunakan metode search, solve, create
and share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium. Penerapan model pembelajaran
ini menuntun siswa berpartisipasi aktif bekerjasama dalam kelompok untuk
memecahkan permasalahan yang diberikan guru, yaitu melalui kegiatan
laboratorium.
Pada pelaksanaannya di awal pembelajaran guru memberi pengarahan
kepada siswa tentang metode dan media yang akan digunakan selama proses
pembelajaran pada materi pokok sistem koloid. Sebelum memasuki materi
pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai beberapa
contoh bahan-bahan yang ada disekitar kita yang termasuk kedalam sistem
koloid. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
pada pertemuan tersebut dam menerangkan tentang metode pembelajaran dengan
menggunakan SSCS. Sebelum masuk ke kegiatan inti pembelajaran guru
membagi kelompok menjadi 8 kelompok dimana masing-masing kelompok
terdiri dari 5 orang dan ada satu kelompok yang terdiri dari 6 orang. Pembagian
kelompok ini dilakukan secara acak.
Pada proses pembelajaran guru tidak menyampaikan materi secara penuh,
namun siswa yang harus aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan mencari
pemecahan masalah yang disajikan oleh guru melalui metode SSCS yang
dilengkapi kegiatan laboratorium. Model pembelajaran problem solving dengan
metode SSCS dimulai dari tahap search. Pada tahap search guru meminta siswa
membaca buku kimia tentang materi tentang sistem koloid. Proses search ini
memudahkan siswa dalam memahami materi Sistem Koloid. Selanjutnya dari
pemahaman yang dimiliki siswa tentang sistem koloid tersebut akan digunakan
siswa sebagai pedoman pada tahap selanjutnya yaitu proses solve. Proses solve
dilakukan oleh siswa melalui kegiatan praktikum maupun pengamatan langsung
terhadap suatu objek, sehingga dari proses solve ini siswa mendapatkan hasil
pemecahan masalah. Hasil pemecahan masalah yang didapatkan oleh masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
masing kelompok kemudian dicatat atau ditulis oleh masing-masing siswa dalam
kelompok tersebut ke dalam lembar jawab (create). Dan kemudian perwakilan
dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah
kelompoknya ke depan kelas (share).
Pada setiap pembelajaran guru membagikan kepada masing-masing siswa
lembar kerja siswa (LKS) yang berisi tentang petunjuk praktikum dan soal-soal
yang harus dicari pemecahan masalahnya oleh siswa secara kelompok. Setiap
siswa wajib menulis hasil diskusi pemecahan masalah dari kelompok masing-
masing dan mengumpulkannya kepada guru diakhir pembelajaran sebagai nilai
tugas.
3. Tahap Observasi I
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti, guru dan rekan
observer melakukan pengamatan. Simpulan hasil observasi tindakan pada siklus I
dapat dilihat pada rincian dibawah ini:
a. Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru
beserta rekan observasi, terlihat bahwa siswa cukup memperhatikan pada saat
guru memberikan apersepsi dan menjelaskan gambaran umun tentang metode
SSCS. Pada saat guru meminta siswa membaca buku materi kimia tentang
sistem koloid, siswa sudah melaksanakannya dengan baik walaupun masih ada
beberapa siswa yang asyik mengobrol sendiri dan melakukan aktivitas lain
seperti menggambar dan melamun. Pada saat kegiatan praktikum secara
berkelompok, ada beberapa kelompok yang anggotanya masih sibuk sendiri
atau tidak ikut bekerjasama dalam kelompoknya untuk melakukan kegiatan
praktikum.
Berbeda dengan aktivitas di laboratorium, aktivitas siswa pada saat
diskusi kelompok belum semua siswa ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi.
Kegiatan diskusi masih didominasi oleh siswa yang berkemampuan akademik
tinggi, siswa yang berkemampuan akademik rendah cenderung diam saja,
mereka hanya mendengarkan dan jarang mengeluarkan pendapatnya atau
malah asyik mengobrol sendiri. Selain itu masih ada siswa yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mencatat hasil pemecahan masalah, mereka mengandalkan jawaban dari teman
dalam kelompokkanya dan kemudian mereka menyalin jawaban tersebut. Pada
saat presentasi hasil pemecahan masalah masing-masing kelompok terlihat
jelas bahwa pembagian tugas dalam kelompok belum merata, kegiatan
mengajukan atau menjawab pertanyaan masih didominasi siswa yang
berkemampuan tinggi. Dalam pengerjaan tugas rumah semua siswa sudah
mengumpulkan namun masih ada beberapa siswa yang tidak tepat waktu
mengumpulkanya serta masih ada beberapa pertanyaan yang belum dijawab.
Selama siklus I berlangsung ada 2 siswa yang tidak masuk dengan alasan
sakit.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada
siklus I cukup dapat mengajak siswa lebih berperan aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I untuk tiap
pertemuan secara lengkap terdapat pada Lampiran 46 dan secara ringkas
disajikan hasilnya pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
N
o
Indikator Sub Indikator Persentase Ketercapaian
Indiktaor
1. Visual
activity
Membaca buku materi kimia tentang
Sistem Koloid
70 % 68,5%
Memperhatikan penjelasan guru/teman 67 %
2. Oral activity
Bertanya kepada kelompok lain yang
sedang presentasi
33 % 47,5%
Memberikan atau menanggapi pendapat
dalam kerja kelompok
(diskusi/presentasi)
62 %
3. Listening
activity
Mendengarkan penjelasan guru/teman 73 % 73%
4. Writing activity
Mengerjakan tugas/PR 72 % 66,5%
Menulis yang relevan dengan KBM 61 %
Persentase Rata-Rata 63 %
Selain melalui metode observasi, penilaian aktivitas siswa juga melalui
metode angket yang diisi oleh siswa. Hasil penilaian angket aktivitas siswa
siklus I dapat dilihat pada Lampiran 45 dan secara ringkas dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4.6. Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Indikator Persentase Ketercapaian
1. Visual activity 80,75%
2. Oral activity 69%
3. Listening activity 81,5%
4. Writing activity 71,75%
Persentase rata-rata 75,75%
Perbandingan hasil observasi dan angket aktivitas siswa dapat dilihat
pada gambar histogram 4.1.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Visual Activity Oral Activity Listening
Activity
Writing
Activity
68.5
47.5
7366.5
80.75
69
81.5
71.75
Pers
enta
se K
eter
cap
aia
n (
%)
Indikator Penilaian Aktivitas
Observasi
Angket
Gambar 4.1. Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode
Observasi dan Angket
Dari kedua metode tersebut, setelah dilakukan analisa ternyata ada
beberapa siswa yang hasil observasi serta hasil angketnya berbeda. Oleh
karena itu maka dilakukan teknik triangulasi yaitu dengan melakukan
wawancara dengan beberapa siswa tersebut untuk mengetahui berdasarkan
metode angket dan observasi manakah yang lebih sesuai dengan keadaan
aktivitas siswa yang sebenarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan berapa
siswa tersebut diperoleh hasil bahwa metode observasilah yang dianggap lebih
valid bila dibandingkan metode angket, hal ini dikarenakan beberapa siswa
dalam mengisi angket dengan memilih jawaban yang baik-baik saja, tidak
sesuai dengan kemampuan dirinya yang sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan hasil observasi penilaian aktivitas siswa dapat dilihat
bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif pada indikator oral activities.
Aktivitas belajar pada siklus I ini belum dapat mencapai target keberhasilan
yang telah ditetapkan oleh peneliti dan guru, dimana peneliti dan guru
mentargetkan sebanyak 50% siswa dapat mencapai kompetensi aktivitas
belajar, dimana berdasarkan observasi hasil belajar siswa siklus I ini hanya
sebesar 32% siswa yang dapat mencapai kompetensi aktivitas belajar.
Berdasarkan data hasil observasi, dari ke tujuh sub indikator yang telah
ditetapkan terdapat 3 sub indikator yang masih dibawah persentase rata-rata
kelas, yaitu :
a. Bertanya kepada kelompok lain yang sedang presentasi.
b. Memberikan atau menanggapi pendapat dalam kegiatan diskusi/presentasi.
c. Menulis yang relevan dengan KBM.
Berdasarkan hasil observasi, kegiatan siswa dalam mengajukan
pertanyaan dalam kegiatan presentasi kelas masih sangat kurang, hal ini
disebabkan masih banyaknya siswa yang enggan dan malu dalam mengajukan
pertanyaan. Selain itu dalam diskusi kelompok sebagian siswa masih belum
memberikan pendapatnya dalam mencari pemecahan masalah, diskusi
kelompok masih didominasi oleh siswa-siswa yang aktif, siswa yang pasif
hanya mendengarkan jalannya diskusi atau bahkan asyik mengobrol sendiri.
Begitu juga pada waktu presentasi kelompok hanya siswa-siswa yang aktif
saja yang mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang
mempresentasikan hasil pemecahan masalah. Sedangkan untuk sub indikator
menulis yang relevan dengan KBM, juga hasilnya masih kurang. Hal ini
dikarenakan siswa sudah mempunyai LKS dan materinya juga berupa hafalan
jadi mereka merasa tidak perlu mencatat lagi. Aktivitas belajar siswa pada
siklus I ini masih perlu di tingkatkan lagi terutama pada sub indikator oral
activities dan writing activities supaya pada siklus II nanti dapat mencapai
target keberhasilan yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Hasil Belajar
Ketuntasan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran kimia merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penelitian ini. Hasil belajar pada
penelitian ini dilihat pada aspek kognitif, selain itu juga dilakukan penilaian pada
aspek afektif untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran serta
aspek psikomotor untuk mengetahui keterampilan siswa pada saat melakukan
kegiatan praktikum di laboratorium.
Pengukuran hasil belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan tiga
teknik yaitu teknik tes yaitu untuk penilaian aspek kognitif, teknik angket untuk
penilaian aspek afektif dan teknik observasi untuk penilaian aspek psikomotor.
1) Aspek Kognitif
Dari hasil analisis data hasil belajar siswa aspek kognitif diperoleh
bahwa nilai rata-rata kelas adalah 65,8 dengan presentase ketuntasan belajar
adalah 51%. Adapun rincian hasil tes dari masing-masing indikator
kompetensi pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil Tes Kognitif Siklus I
No Indikator Nomor
Soal
(%) Ketercapaian
Setiap
Soal
Setiap
Indikator
Kompetensi
1. Mendefinisikan sistem koloid 1
21
80 %
83 %
81,5 %
2. Menyebutkan ciri-ciri sistem koloid 2
22
63 %
73 %
68 %
3. Mengelompokkan campuran yang ada di
lingkungan sekitar ke dalam suspensi, koloid,
larutan
3 63 % 63 %
4. Menggunakan ciri-ciri suspensi, koloid dan larutan
sejati untuk menentukan jenis sistem dispersi suatu
zat dalam suatu percobaan
4 39 % 39 %
5. Mendefinisikan pengertian jenis-jenis sistem
koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersi
5
23
63 %
71 %
67 %
6. Menyebutkan contoh-contoh sistem koloid
berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi
6
24
71 %
71 %
71 %
7. Menyebutkan sifat-sifat sistem koloid 7 66 % 66 %
8. Mengkaitkan ciri-ciri koloid dengan peristiwa efek
tyndall
8
9
76 %
78 %
77 %
9. Mendefinisikan konsep tentang gerak brown 10 73 % 75,5 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
11 78 %
10. Menjelaskan peristiwa elektroforesis dan
penerapannya
12
13
61 %
41 %
51 %
11. Memberikan contoh peristiwa koagulasi koloid 14 59 % 59 %
12. Menyebutkan contoh koloid pelindung dalam
kehidupan sehari-hari
15
25
85 %
20 %
52,5 %
13. Memberikan contoh peristiwa adsorpsi koloid 16 41 % 41 %
14. Menggunakan senyawa-senyawa elektrolit untuk
pembentukan koagulasi
26 44 % 44 %
15. Mengelompokkan sol ke dalam sol hidrofil dan sol
hidrofob
17 85 % 85 %
16. Mendefinisikan pembuatan sistem koloid dengan
cara kondensasi
18
27
68 %
66 %
67 %
17. Memberikan contoh pembuatan koloid dengan
cara kondensasi
29
30
85 %
80 %
82,5 %
18. Mendefinisikan beberapa cara pembuatan koloid
dengan cara dispersi
19
28
78 %
76 %
77 %
19. Memberikan contoh pembuatan koloid dengan
cara dispersi
20 22 % 22 %
Rata-rata 66 %
Grafik persentase ketercapaian tiap indikator tes kognitif siklus I dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
81.5
6863
39
6771
66
77 75.5
51
59
52.5
4144
85
67
82.577
22
Per
sen
tase
Ket
erca
paia
n (
%)
Indikator Soal Asspek Kognitif
Gambar 4.2. Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus I
Dari analisis tes kognitif siklus I diatas, dapat disimpulkan bahwa
masih ada beberapa indikator soal yang belum tuntas ketercapaiannya oleh
semua siswa. Indikator kompetensi yang belum tuntas adalah indikator yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
ketercapaiannya oleh siswa masih dibawah persentase target ketercapaian,
yaitu sebesar 60%. Indikator yang belum tuntas inilah yang nantinya harus
lebih ditekankan pada pembelajaran siklus II untuk meningkatkan kualitas
hasil belajar siswa. Indikator-indikator kompetensi yang belum mencapai batas
ketuntasan tersebut adalah:
(1) Menggunakan ciri-ciri suspensi, koloid dan larutan sejati untuk
menentukan jenis sistem dispersi suatu zat dalam suatu percobaan.
(2) Menjelaskan peristiwa elektroforesis dan penerapannya.
(3) Memberikan contoh peristiwa koagulasi koloid.
(4) Menyebutkan contoh koloid pelindung dalam kehidupan sehari-hari.
(5) Memberikan contoh peristiwa adsorpsi koloid.
(6) Menggunakan senyawa-senyawa elektrolit untuk pembentukan koagulasi.
(7) Memberikan contoh pembuatan koloid dengan cara dispersi.
Berdasarkan analisis tes siklus I materi pokok sistem koloid Kelas XI
IPA1 pada lampiran 41 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan kelas
adalah sebesar 51% atau sebanyak 21 siswa yang mencapai ketuntasan dari 41
siswa yang mengikuti tes siklus I, dimana kriteria ketuntasan minimal (KKM)
siswa untuk mata pelajaran kimia di SMA Negeri Gondangrejo adalah 68.
Persentase ketercapaian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan bila
dibandingkan tahap prasiklus, dimana berdasarkan hasil wawancara dengan
guru diperoleh data bahwa sebesar 22% siswa dapat mencapai batas
ketuntasan kelas.
Dari persentase ketuntasan kelas yang dicapai pada siklus I ini
menunjukkan bahwa hasil belajar dari penilaian aspek kognitif belum
memenuhi target yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu 60%. Kurang
berhasilnya pembelajaran yang dilakukan pada siklus I ini disebabkan oleh
siswa belum terbiasa dalam mencari pemacahan masalah melalui metode
pembelajaran SSCS yang dilengkapi kegiatan praktikum, sehingga pada awal-
awal pembelajaran situasi dan keadaan kelas masih kurang kondusif selain itu
masih kurangnya keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru
maupun teman pada kegiatan presentasi serta masih banyaknya siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
malas mencatat apa yang sedang dipresentasikan atau didiskusikan sehingga
masih banyak siswa yang kurang memahami materi sistem koloid yang
mengakibatkan mereka tidak dapat menjawab dengan tepat soal-soal kognitif
pada tes di siklus I. Berdasarkan data hasil analisis penilaian aspek kognitif
siklus I pada lampiran 42 dapat diperoleh simpulan jumlah siswa yang tuntas
dan yang belum tuntas seperti digambarkan pada diagram pie ketercapaian
hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus I yang disajikan pada Gambar
4.3.
Tidak
Tuntas 49%
Tuntas
51%
Gambar 4.3. Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus I
2) Aspek Afektif
Selain penilaian aspek kognitif, juga dilakukan penilaian aspek afektif
siswa untuk memberikan informasi kepada guru tentang sikap siswa terhadap
proses pembelajaran, karena penilain afektif merupakan salah satu penentu
keberhasilan belajar seseorang. Dalam penelitian ini, untuk aspek afektif hasil
belajar siswa pada pembelajaran siklus I ditargetkan 70% siswa menunjukkan
afektif yang positif selama proses pembelajaran. Penilaian untuk aspek afektif
diperoleh melalui metode angket yang diisi oleh siswa. Hasil penilaian angket
afektif pada pembelajaran materi pokok sistem koloid menunjukkan hasil yang
cukup baik. Persentase ketercapaian tiap indikator penilaian aspek afektif
siswa kelas XI IPA1 pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.8. Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siswa
No Indikator Persentase (%)
Ketercapaian
1. Sikap 75,4%
2. Minat 79%
3. Konsep Diri 72,8%
4. Nilai 86%
5. Moral 77,8%
Persentase rata-rata 78%
Dari hasil penilaian angket aspek afektif yang diisi oleh siswa kelas XI
IPA1, persentase siswa yang mendapatkan nilai afektif kategori positif (nilai A
dan B), yaitu sebanyak 73% (Lampiran 43). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa target yang diinginkan dalam aspek afektif siswa sudah tercapai, karena
sudah memenuhi target yang ditentukan yaitu 70%. Persentase ketercapaian
penilaian aspek afektif siswa kelas XI IPA1 pada pembelajaran siklus I dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
A
34%
B
39%
C
27%
Keterangan :
A : Sangat Aktif
B : Aktif
C : Kurang Aktif
D : Sangat Kurang Aktif
Gambar 4.4. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I
3) Aspek Psikomotor
Nilai psikomotor merupakan penilaian tentang unjuk kerja siswa dalam
melaksanakan kegiatan praktikum. Penilaian aspek psikomotor ini dilakukan
melalui observasi terhadap masing-masing siswa pada saat melakukan
kegiatan praktikum (Lampiran 44). Adapun rincian hasil penilaian dari
masing-masing indikator kompetensi dapat dilihat pada Tabel 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.9. Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siswa Siklus I
No Aspek Yang Dinilai Presentase
Pencapaian Skor
1 2 3
1. Cara mengambil larutan dengan menggunakan
pipet tetes
22% 61% 17%
2. Cara memasukkan zat kedalam tabung reaksi 11% 69% 20%
3. Cara menuang larutan dari pipet tetes ke dalam
tabung reaksi
16% 57% 27%
4. Cara mengaduk zat yang ada dalam tabung reaksi 5% 68% 27%
5. Cara mencatat data hasil praktikum - 33% 67%
6. Kerjasama melakukan praktikum - 40% 60%
7. Kerapian dan kebersihan - 59% 42%
8. Urutan kerja dalam praktikum disesuaikan dengan
petunjuk praktikum
- 41% 59%
Skor Rata-Rata 7% 53% 41%
Keterangan :
Skor 1 : jika kurang dari 2 kriteria penilaian yang dilakukan
Skor 2 : jika 2-3 kriteria penilaian yang dilakukan
Skor 3 : jika semua kriteria penilaian dilakukan
Dari hasil observasi aspek psikomotor pembelajaran siklus I materi
pokok sistem koloid menunjukkan hasil yang cukup baik. Berdasarkan hasil
perhitungan aspek psikmotor pada lampiran 44 persentase siswa yang
mendapatkan nilai psikomotor kategori positif (nilai A dan B), yaitu sebanyak
83%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa target yang diinginkan dalam
penilaian aspek psikomotor siswa sudah tercapai, karena sudah memenuhi
target yang ditentukan yaitu 60%. Persentase ketercapaian penilaian aspek
psikomotor siswa kelas XI IPA1 pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada
Gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
A
46%B
37%
C
17%
Keterangan :
A : Sangat Aktif
B : Aktif
C : Kurang Aktif
D : Sangat Kurang Aktif
Gambar 4.5. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus I
Meskipun target dalam penilaian aspek psikomotor pada siklus I ini
sudah tercapai, namun berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa
indikator yang perlu ditingkatkan pada pembelajaran siklus II nanti, karena
pada indikator tersebut masih ada siswa yang mendapatkan skor 1, indikator
tersebut antara lain:
a) Cara mengambil larutan dengan menggunakan pipet tetes
b) Cara memasukkan zat kedalam tabung reaksi
c) Cara menuang larutan dari pipet tetes ke dalam tabung reaksi
d) Cara mengaduk zat yang ada dalam tabung reaksi
4. Tahap Refleksi I
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan tujuan supaya siswa
lebih menguasai tentang materi pokok sistem koloid. Pada awal kegiatan
pembelajaran siklus I masih ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan
baik, salah satunya yaitu siswa belum terbiasa dalam mencari pemacahan
masalah melalui metode pembelajaran SSCS yang dilengkapi kegiatan
praktikum, sehingga pada awal-awal pembelajaran situasi dan keadaan kelas
masih kurang kondusif. Selama proses pembelajaran siswa diberi
permasalahan yang berupa soal, kemudian soal tersebut dicari penyelesaian
permasalahannya melalui metode SSCS yang dilengkapi kegiatan praktikum
dan diskusi secara kelompok. Pada awal pembelajaran siswa masih sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kesulitan menemukan jawaban dari permasalahan, akan tetapi dengan
bimbingan dari guru, kesulitan tersebut dapat diatasi.
Pembelajaran dengan menggunakan metode SSCS (Search, Solve,
Create, Share) melalui kegiatan praktikum pada tindakan I sudah terlaksana
cukup optimal. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang cukup baik
yaitu meliputi interaksi siswa dalam kelompok maupun interaksi siswa antar
kelompok serta interaksi siswa dengan guru terlihat cukup baik pada saat
proses pembelajaran. Siswa berani bertanya pada hal – hal yang belum mereka
pahami mengenai materi pelajaran kepada teman maupun guru, meskipun
masih ada beberapa siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah pelaksanan pembelajaran siklus I selesai maka dilaksanakan tes
evaluasi siklus I yaitu pada pertemuan ke 5, dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap materi pokok sistem koloid yang telah
dipelajari. Berdasarkan target keberhasilan pada siklus I yang telah ditetapkan,
maka ketercapaian dari kegiatan pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil
yang terlihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Target Keberhasilan dan Ketercapaian Siklus I
No Aspek yang
Diamati
Siklus I Kriteria
Keberhasilan Target Ketercapaian
1. Aktivitas Siswa 50% 32% Belum Berhasil
2. Aspek Kognitif 60% 51% Belum Berhasil
3. Aspek Afektif 70% 73% Berhasil
4. Aspek Psikomotor 60% 83% Berhasil
Dari data diatas dapat digambarkan dalam bentuk histogram pada
Gambar 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4
50
60
70
60
32
51
73
83
Per
sen
tase
Ket
erca
paia
n (
%)
Aspek Penilaian
Target
Ketercapaian
Gambar 4.6. Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I
Keterangan :
1 : Aktivitas Belajar Siswa
2 : Aspek Kognitif
3 : Aspek Afektif
4 : Aspek Psikomotor
Dari grafik diatas terlihat bahwa untuk aspek afektif dan psikomotor hasil
belajar siswa pada penelitian ini sudah berhasil melampaui target yang
diharapkan. Namun untuk aspek kognitif dan aktivitas siswa belum dapat
mencapai target yang ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, maka perlu
dilakukan tindakan selanjutnya yaitu perlu direncanakan adanya pembelajaran
siklus II untuk materi sistem koloid. Dari pembelajaran siklus II diharapkan
nantinya kualitas proses dan hasil belajar kimia dari para siswa untuk materi
sistem koloid dapat mencapai target yang ditentukan. Terlebih untuk aspek
kognitif dan aktivitas siswa, dimana kedua aspek ini akan lebih ditekankan
pada pembelajaran siklus II karena pada siklus sebelumnya belum berhasil
mencapai target yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I masih ditemukan beberapa
kekurangan, diantaranya adalah:
a. Beberapa siswa kurang tepat waktu dalam menyelesaikan dan
mengumpulkan tugas secara individu maupun kelompok.
b. Beberapa siswa masih kurang aktif dalam mengajukan pendapat maupun
bertanya.
c. Masih ada beberapa siswa yang tidak mencatat apa yang sedang
dipresentasikan atau didiskusikan untuk melengkapi buku materi yang
mereka punya.
d. Hasil belajar siswa untuk aspek kognitif belum mencapai target ketuntasan
yang diharapkan.
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I masih perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran yaitu dengan melakukan ke tindakan selanjutnya atau
siklus II. Hal ini dimaksudkan supaya target peningkatan kualitas proses dan
hasil belajar terpenuhi sehingga semua kompetensi pembelajaran dapat
dikuasai oleh siswa.
C. Deskripsi Hasil Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Siklus II
1. Tahap Perencanaan Tindakan II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perlu dilakukan
perencanaan untuk pelaksanaan tindakan siklus II sebagai tindak lanjut untuk
menyempurnakan pembelajarana siklus I yang belum berhasil memenuhi target
pencapaian. Perencanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan
siklus I, tetapi lebih disempurnakan untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.
Perencanaan ini meliputi pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
siklus II serta LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi petunjuk praktikum dan
soal-soal bahan diskusi kelompok. Instrumen lain yang perlu disiapkan adalah
lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi psikomotor siswa,
angket afektif, serta soal tes kognitif siklus II.
Dalam proses pembelajaran siklus II ini pembentukan kelompok
dilakukan secara heterogenisasi, yaitu berdasarkan nilai ujian tengah semester
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
siswa. Dengan pembentukan kelompok yang secara heterogen ini maka
diharapkan siswa yang kurang pandai dapat bertanya tentang materi yang belum
dipahami kepada siswa yang lebih pandai, sehingga memudahkan pemahaman
siswa, selain itu pada pembelajaran siklus II ini guru lebih mengutamakan
pembelajaran dengan pembahasan soal-soal pada indikator yang belum tuntas
pada siklus I dengan tujuan agar siswa lebih paham dan menguasai konsep materi
tentang sistem koloid. Selain itu guru juga lebih mendorong siswa yang masih
enggan dan malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan serta masih
kurang partisipasi aktif dalam melakukan kegiatan kelompok, dan dengan
berbagai strategi membangkitkan kesadaran dan memotivasi siswa untuk belajar
dengan sungguh-sungguh. Guru juga berusaha menumbuhkan kesadaran kepada
siswa untuk melengkapi materi sistem koloid dengan mencatat sendiri hal-hal
yang penting yang belum ada pada buku paket.
Seperti halnya pada siklus I, sebelum digunakan sebagai alat evaluasi
hasil belajar siswa, soal-soal tes kognitif diujicobakan terlebih dahulu pada kelas
XI IPA2 SMA Negeri Gondangrejo. Simpulan analisis tes ujicoba instrumen
penilaian kognitif siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 26. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 30 soal objektif
sebagai instrumen penilaian tes kognitif dari 35 soal objektif.
Tabel 4.11 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Penilaian Kognitif Siklus II
Jml
Soal
Reliabilitas Daya Pembeda Soal Taraf Kesukaran Soal
Koefisien
Reliabilitas
Kriteria SM LM CM KM SKM MS Md Sd Sk SS
35 0,75 Reliabel 0 0 3 27 5 2 10 22 1 0
Keterangan Tabel 4.2 :
• Daya Beda Soal
SM : Sangat Membedakan
LM : Lebih Membedakan
CM : Cukup Membedakan
KM : Kurang Membedakan
SKM : Sangat Kurang Membedakan
• Taraf Kesukaran Soal
MS : Mudah Sekali
Md : Mudah
Sd : Sedang
Sk : Sukar
SS : Sukar Sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Untuk perhitungan validitas soal dilakukan dengan menggunakan validitas
isi yang dilakukan oleh dua orang panelis. Berdasarkan perhitungan dari rumus
Formula Gregorry diperoleh hasil perhitungan content validity sebesar 0,8
(Lampiran 58).
2. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II merupakan kelanjutan dari
siklus I yang dilaksanakan mulai tanggal 24 Mei 2012 dengan alokasi waktu
4 x 45 menit (2 kali pertemuan). Dalam proses pembelajaran guru melakukan
penekanan pada konsep-konsep pokok yang belum dipahami siswa sesuai dengan
hasil analisis dan refleksi pada tindakan I, dengan tetap menggunakan model
pembelajaran problem solving dengan metode SSCS melalui kegiatan
laboratorium. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II adalah guru
membagikan LKS yang berisi bahan diskusi kelompok dan petunjuk praktikum
kepada masing-masing siswa dan mengkondisikan siswa secara berkelompok
untuk berdiskusi dan mencari pemecahan masalah melalui kegiatan praktikum.
Pada awal pembelajaran guru meminta siswa membaca buku kimia
tentang materi sistem koloid (search). Selanjutnya dari pemahaman yang dimiliki
siswa tentang sistem koloid tersebut siswa mencari pemecahan masalah melalui
kegiatan praktikum maupun pengamatan langsung terhadap suatu objek (solve).
Hasil pemecahan masalah yang didapatkan oleh masing-masing kelompok
kemudian dicatat atau ditulis oleh masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
ke dalam lembar jawab (create). Dan kemudian perwakilan dari masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah ke depan kelas (share).
3. Tahap Observasi II
Selama proses pembelajaran siklus II berlangsung, peneliti, guru dan
rekan observan melakukan pengamatan. Simpulan hasil observasi tindakan pada
siklus II dapat dilihat pada rincian dibawah ini:
a. Aktivitas Siswa
Dalam pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam
mengikuti pelajaran dengan metose SSCS. Hal ini terlihat dari peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
aktivitas belajar siswa sebagai hasil pelaksanaan tindakan siklus II. Hasil
observasi aktivitas belajar siswa siklus II untuk tiap pertemuan dapat dilihat
pada Lampiran 49. Kegiatan kelompok baik diskusi kelompok maupun
presentasi kelompok sudah berjalan dengan baik, karena semua anggota
kelompok telah ikut ambil bagian dalam kerja kelompok. Siswa yang
dulunya masih enggan dan malu dalam mengajukan pertanyaan, sudah mulai
terlihat berpartisipasi aktif baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun
presentasi. Kemudian dalam diskusi dan presentasi kelas sudah tidak lagi
didominasi oleh siswa dengan kemampuan akademik tinggi karena sudah
dilakukan secara bergantian baik dalam menyampaiakan hasil diskusi
maupun menjawab pertanyaan.
Penilaian aktivitas siswa pada siklus II ini sama dengan pada siklus I,
yaitu dengan menggunakan metode angket, observasi, dan wawancara.
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui keabsahan data yang
diperoleh dari metode angket dan observasi. Berdasarkan hasil wawancara
dengan berapa siswa diperoleh hasil bahwa metode observasi dianggap lebih
valid bila dibandingkan metode angket, hal ini dikarenakan beberapa siswa
dalam mengisi angket dengan memilih jawaban yang baik-baik saja, tidak
sesuai dengan kemampuan dirinya yang sebenarnya. Hasil analisis aktivitas
siswa pada siklus II melalui metode observasi dapat dilihat pada Tabel 4.12
dan secara lengkap disajikan dalam Lampiran 51.
Tabel 4.12. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
N
o
Indikator Sub Indikator Persentase
Sub Indikator
Persentase
Indikator
1 Visual
activity
Membaca buku materi kimia tentang
Sistem Koloid
79,9 % 77%
Memperhatikan penjelasan guru/teman 74 %
2 Oral
activity
Bertanya kepada kelompok lain yang
sedang presentasi
44,5 % 59%
Memberikan atau menanggapi
pendapat dalam kerja kelompok
(diskusi/presentasi)
73,2 %
3 Listening
activity
Mendengarkan penjelasan guru/teman 79 % 79%
4 Writing
activity
Mengerjakan tugas/PR 90 % 84,5%
Menulis yang relevan dengan KBM 79 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Sedangkan hasil penilaian aktivitas siswa melalui metode angket
pada siklus II dapat dilihat pada Lampiran 50 dan secara ringkas dapat dilihat
pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Indikator Persentase Ketercapaian
1. Visual activity 85%
2. Oral activity 73,5%
3. Listening activity 82,5%
4. Writing activity 81,5%
Persentase rata-rata 81%
Perbandingan hasil observasi dan angket aktivitas siswa pada siklus
II dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode
Observasi dan Angket
Aktivitas belajar siswa pada siklus II bila dibandingkan dengan
siklus I mengalami peningkatan. Dimana berdasarkan hasil observasi
aktivitas siswa pada siklus I hanya sebanyak 32% siswa saja yang dapat
mencapai target ketuntasan aktivitas belajar siswa, sedangkan pada siklus II
ini sebanyak 66% siswa dapat mencapai target ketuntasan aktivitas siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
yang telah ditentukan oleh guru dan peneliti, yaitu sebesar 60% (Lampiran
51). Dari peningkatan persentase ketercapaian ini maka dapat disimpulkan
bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah berhasil karena sudah
dapat mencapai target ketuntasan yang telah ditentukan pada siklus II.
Peningkatan aktivitas siklus II ini disebabkan oleh penerapan model
pembelajaran problem solving SSCS yang merupakan model pembelajaran
berbasis konstruktivisme, sehingga menuntut siswa untuk aktif dalam
mencari pemecahan masalah secara berkelompok, selain itu pembentukan
kelompok yang secara heterogen, membuat siswa semakin berani bertanya
kepada temannya yang lebih pandai dan semakin termotivasi untuk berani
menyampaikan pendapat dalam kegiatan presentasi kelas.
b. Hasil Belajar
Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan penelitian
ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diamati pada
penelitian ini adalah aspek kogitif, afektif dan psikomotor siswa selama
pembelajaran berlangsung. Hasil tes siklus II merupakan penentu
keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus I.
1) Aspek Kognitif
Untuk mengetahui penguasaan siswa mengenai materi sistem
koloid dilakukan tes aspek kognitif siklus II yang hasilnya dapat dilihat
pada Lampiran 47. Adapaun rincian hasil tes kognitif siklus II untuk tiap
indikator dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Hasil Tes Kognitif Siklus II
N
o
Indikator Nomor
Soal
(%) Ketercapaian
Setiap
Soal
Setiap
Indikator
Kompetensi
1 Mendefinisikan sistem koloid 4 85 % 85 %
2 Menyebutkan ciri-ciri sistem koloid 1 73 % 73 %
3 Mengelompokkan campuran yang ada di
lingkungan sekitar ke dalam suspensi,
koloid, larutan
6 73 % 73 %
4 Menggunakan ciri-ciri suspensi, koloid dan 11 73 % 75 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
larutan sejati untuk menentukan jenis sistem
dispersi suatu zat dalam suatu percobaan
25 76 %
5 Mendefinisikan pengertian jenis-jenis sistem
koloid berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersi
2 78 % 78 %
6 Menyebutkan contoh-contoh sistem koloid
berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi
3
16
73 %
78 %
76 %
7 Menyebutkan sifat-sifat sistem koloid 5 73 % 73 %
8 Mengkaitkan ciri-ciri koloid dengan
peristiwa efek tyndall
18 88 % 88 %
9 Mendefinisikan konsep tentang gerak brown 7
22
76 %
83 %
79,5 %
10 Menjelaskan peristiwa elektroforesis dan
penerapannya
10
14
20
73 %
88 %
66 %
76 %
11 Memberikan contoh peristiwa koagulasi
koloid
8
23
71 %
68 %
70 %
12 Menyebutkan contoh koloid pelindung
dalam kehidupan sehari-hari
9
19
29
83 %
85 %
68 %
79 %
13 Memberikan contoh peristiwa adsorpsi
koloid
12
26
80 %
80 %
80 %
14 Menggunakan senyawa-senyawa elektrolit
untuk pembentukan koagulasi
15
27
66 %
88 %
77 %
15 Mengelompokkan sol ke dalam sol hidrofil
dan sol hidrofob
13 90 % 90 %
16 Mendefinisikan pembuatan sistem koloid
dengan cara kondensasi
21 78 % 78 %
17 Memberikan contoh pembuatan koloid
dengan cara kondensasi
30 83 % 83 %
18 Mendefinisikan beberapa cara pembuatan
koloid dengan cara dispersi
24 85 % 85 %
19 Memberikan contoh pembuatan koloid
dengan cara dispersi
17
28
76 %
71 %
73,5 %
Rata-rata 78 % 79 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Grafik ketuntasan tiap indikator tes kognitif siklus II dapat
dilihat pada Gambar 4.8.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
85
73 73 7578 76
73
88
79.576
70
79 8077
90
7883 85
73.5P
erse
nta
se K
eter
cap
aia
na
n (
%)
Indikator Soal Aspek Kognitif
Gambar 4.8. Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus II
Dari analisis tes kognitif siklus II diatas, dapat disimpulkan
bahwa setiap indikator kompetensi aspek kognitif sudah dapat
mencapai persentase target ketercapaian serta mengalami peningkatan
persentase ketercapaian bila dibandingkan pada siklus I. Pada siklus II
ditargetkan siswa yang mencapai ketuntasan adalah sebesar 70% atau
setidaknya 29 siswa yang mencapai ketuntasan dari 41 siswa dalam
satu kelas. Dari data penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan yaitu sebesar 80% atau sebanyak 33 siswa dari
41 siswa dalam satu kelas (Lampiran 47). Hasil ini sudah berhasil
memenuhi target yang sudah ditentukan sebelumnya. Peningkatan hasil
pembelajaran pada siklus II ini dikarenakan oleh penerapan model
pembelajaran yang lebih difokuskan pada materi yang indikator
kompetensinya belum mencapai target yang ditentukan, sehingga dapat
membuat siswa semakin memahami materi pelajaran tersebut. Selain
itu juga dikarenakan kesadaran siswa dalam mencatat hasil diskusi dan
pemecahan masalah serta pembentukan kelompok yang dilakukan
secara heterogen sehingga membuat siswa semakin berani untuk
bertanya dan berpendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Data mengenai ketuntasan hasil belajar siswa untuk aspek
kognitif pada siklus II dapat dilihat pada diagram pie yang disajikan
pada Gambar 4.9.
Tuntas
78%
Tidak
Tuntas
22%
Gambar 4.9. Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus II
2) Aspek Afektif
Meskipun pada pembelajaran siklus I untuk aspek afektif sudah
dapat tercapai, namun pada pembelajaran siklus II ini tetap dilakukan tes
evaluasi, hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan persentase
ketercapaian siswa pada aspek afektif bila dibandingkan pada
pembelajaran siklus I.
Penilaian aspek afektif pada siklus II ini diperoleh melalui
metode angket yang diisi oleh siswa. Hasil analisis penilaian angket
afektif pada pembelajaran siklus II menunjukkan hasil yang cukup baik,
dimana persentase siswa yang mendapatkan nilai afektif kategori positif
(nilai A dan B), yaitu sebanyak 88% (Lampiran 48). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa penilaian aspek afektif pada siklus II sudah dapat
mencapai target yang telah ditentukan oleh guru dan peneliti
yaitu sebesar 80% serta mengalami peningkatan jika dibandingkan hasil
ketercapaiannya dari siklus I, yaitu dari 73% menjadi 88%. Persentase
ketercapaian tiap indikator aspek afektif siswa kelas XI IPA1 pada
pembelajaran siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.15. Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siswa
No Indikator Persentase Ketercapaian
1. Sikap 76,8%
2. Minat 80%
3. Konsep Diri 77%
4. Nilai 87,5%
5. Moral 80%
Persentase rata-rata 80%
Persentase ketercapaian aspek afektif siswa kelas XI IPA1 pada
pembelajaran siklus II disajikan dalam diadram pie pada Gambar 4.10.
A
49%B
39%
C
12%
Keterangan :
A : Sangat Aktif
B : Aktif
C : Kurang Aktif
D : Sangat Kurang Aktif
Gambar 4.10. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II
3) Aspek Psikomotor
Untuk tes psikomotor siswa, walaupun hasil belajar siswa pada
siklus I sudah dapat mencapai terget keberhasilan, namun karena pada
penelitian ini digunakan media laboratorium jadi kegiatan praktikum
pada pembelajaran siklus II tetap dilaksanakan, selain itu pada
penilaian psikomotor siklus I pada beberapa indikator masih ada siswa
yang memperoleh skor 1, sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Penilaian aspek psikomotor siklus II ini dilakukan melalui
observasi terhadap masing-masing siswa pada saat melakukan kegiatan
praktikum (Lampiran 49). Adapun rincian hasil penilaian dari masing-
masing indikator kompetensi dapat dilihat pada Tabel 4.16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.16. Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siswa Siklus II
N
o
Aspek Yang Dinilai Presentase
Pencapaian Skor
1 2 3
1. Cara mengambil larutan dengan menggunakan
pipet tetes
10% 61% 29%
2. Cara memasukkan zat kedalam tabung reaksi 7% 49% 44%
3. Cara menuang larutan dari pipet tetes ke dalam
tabung reaksi
- 66% 34%
4. Cara mengaduk zat yang ada dalam tabung reaksi - 59% 42%
5. Cara mencatat data hasil praktikum - 22% 78%
6. Kerjasama melakukan praktikum - 39% 61%
7. Kerapian dan kebersihan - 54% 46%
8. Urutan kerja dalam praktikum disesuaikan
dengan petunjuk praktikum
- 32% 68%
Skor Rata-Rata 2% 48% 50%
Keterangan :
Skor 1 : jika kurang dari 2 kriteria penilaian yang dilakukan
Skor 2 : jika 2-3 kriteria penilaian yang dilakukan
Skor 3 : jika semua kriteria penilaian dilakukan
Dari hasil observasi aspek psikomotor pembelajaran siklus II
pada materi pokok sistem koloid jika dibandingkan siklus I jumlah
siswa yang mendapatkan nilai psikomotor kategori positif (A dan B)
menunjukkan peningkatan selain itu persentase siswa yang mendapat
skor 3 juga semakin meningkat. Berdasarkan analisis hasil observasi
aspek psikomotor siswa siklus II (Lampiran 48), persentase siswa yang
mendapatkan nilai psikomotor kategori positif (A dan B) adalah
sebesar 88% atau 36 siswa dari 41 siswa dalam satu kelas. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa target yang diinginkan dalam penilaian
psikomotor siswa siklus II sudah tercapai, dimana target ketercapaian
untuk aspek psikomotor pada siklus II adalah sebesar 70%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Diagram pie hasil penilaian aspek psikomotor siswa kelas XI
IPA1 pada pembelajaran siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.11.
A
66%
B
22%
C
12%
Keterangan :
A : Sangat Aktif
B : Aktif
C : Kurang Aktif
D : Sangat Kurang Aktif
Gambar 4.11. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus II
4. Tahap Refleksi II
Pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid dengan menerapkan
model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS melalui kegiatan
laboratorium pada siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil pembelajaran
siklus I. Dimana pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan hasil yang lebih
baik bila dibandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I. Proses pembelajaran
pada siklus II ini sama dengan proses pembelajaran pada siklus I, yaitu siswa
mencari pemecahan masalah melalui proses search, solve, create, share (SSCS)
yang dilengkapi kegiatan praktikum. Pada pembelajaran siklus II ini lebih
ditekankan pembahasan soal-soal pada indikator yang belum tuntas pada siklus I
serta aktivitas siswa yang masih rendah. Dari hasil analisis data terlihat bahwa
terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Setelah proses pembelajaran siklus II selesai dilaksanakan maka pada
tanggal 30 Mei 2012 dilaksanakan tes evaluasi siklus II untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pokok sistem koloid. Berdasarkan target
keberhasilan pada siklus II, maka ketercapaian hasil dan proses belajar dari
kegiatan pembelajaran siklus II diperoleh hasil yang terlihat pada Tabel 4.17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.17. Target Keberhasilan dan Ketercapaian Siklus II
No Aspek yang
Diamati
Siklus II Kriteria
Keberhasilan Target Ketercapaian
1. Aktivitas Siswa 60% 66% Berhasil
2. Aspek Kognitif 70% 80% Berhasil
3. Aspek Afektif 80% 88% Berhasil
4. Aspek Psikomotor 70% 88% Berhasil
Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram, seperti pada
Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus II
Keterangan :
1 : Aktivitas Belajar Siswa
2 : Aspek Kognitif
3 : Aspek Afektif
4 : Aspek Psikomotor
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4
60
70
80
7066
78
88 90
Per
sen
tase
Ket
erca
paia
n (
%)
Aspek PenilaianTarget Ketercapaian
Ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari histogram diatas terlihat bahwa pada hasil siklus II semua aspek
penilaian telah menunjukkan keberhasilan mencapai target ketuntasan, selain itu
hasil dari pembelajaran siklus II yang meliputi kualitas proses dan hasil belajar
siswa juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar
siklus I.
D. Perbandingan Hasil Tindakan Pada Tiap Siklus
Berdasarkan analisis hasil pembelajaran siklus I dan siklus II, maka
disajikan histogram perbandingan persentase ketercapaian hasil pembelajaran siklus
I dan siklus II yang meliputi aktivitas siswa, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor.
Penilaian proses belajar pada penelitian ini dilakukan pada aspek aktivitas
siswa melalui metode observasi dan angket. Penilaian aktivitas siswa ini meliputi
empat indikator yaitu visual activity, oral activity, listening activity, writing activity.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa persentase
ketercapaian aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Hal
ini dapat terlihat pada histogram perbandingan persentase ketercapaian aktivitas
siswa pada tiap indikator pada Gambar 4.13.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Visual activity Oral activity Listening
activity
Writing
activity
68.5
47.5
7366.5
77
59
7984.5
Per
sen
tase
Ket
erca
paia
n (
%)
Indikator Penilaian Aktivitas
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.13. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Aktivitas Siswa
Pada Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Selain proses belajar siswa, pada penelitian ini juga dilakukan penilaian
hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk
aspek kognitif terjadi kenaikan persentase ketercapaian di semua indikator
kompetensi dari siklus I dan siklus II. Selain itu persentase siswa yang tuntas dalam
tes evaluasi aspek kognitif dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan.
Dimana pada siklus I sebesar 51% ketuntasan siswa,sedangkan pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 78% siswa.
Berikut disajikan histogram perbandingan persentase ketercapaian tiap
indikator kompetensi aspek kognitif pada siklus I dan siklus II pada Gambar 4.14.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Per
sen
tase
Ket
erca
paia
n (
%)
Indikator Aspek Kognitif
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.14. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Kompetensi
Tes Kognitif Siklus I dan Siklus II
Selain aspek kognitif, aspek afektif juga merupakan salah satu penilaian
proses belajar. Penilaian aspek afektif melalui metode angket yang meliputi
penilaian sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Berikut disajikan histogram
perbandingan persentase ketercapaian tiap indikator kompetensi aspek afektif siklus
I dan siklus II pada Gambar 4.15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sikap Minat Konsep Diri Nilai Moral
75.479
72.8
86
77.876.880
77
87.5
80P
erse
nta
se K
eter
cap
aia
n (
%)
Indikator Aspek Afektif
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.15. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Kompetensi
Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar histogram diatas dapat dilihat bahwa semua indikator
penilaian aspek afektif pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Selain
aspek kognitif dan afektif, penilaian proses belajar pada penelitian ini juga meliputi
aspek psikomotor. Penilaian aspek psikomotor dilakukan melalui observasi langsung
kepada masing-masing siswa saat melakukan kegiatan praktikum di laboratorium.
Perbandingan persentase ketercapaian tiap indikator kompetensi untuk aspek
psikomotor pada siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk histogram pada
Gambar 4.16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 4.16. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Kompetensi
Aspek Psikomotor Siklus I dan Siklus II
Data lengkap hasil pembelajaran materi pokok Sistem Koloid pada siklus I
dan siklus II disajikan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No Aspek yang
Dinilai
Siklus I Siklus II Refleksi
1. Aktivitas Siswa 32% 66% Aktivitas siswa yang meliputi
visual activity, oral activity,
listening activity, writing
activity mengalami
peningkatan
2. Aspek Kognitif 51% 80% Ketuntasan aspek kognitif
meningkat
3. Aspek Afektif 73% 88% Ketuntasan aspek afektif
meningkat
4. Aspek
Psikomotor
83% 88% Ketuntasan aspek psikomotor
meningkat
Berikut histogram perbandingan ketercapaian hasil pembelajaran siklus I
dan siklus II disajikan pada Gambar 4.18
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
65
7771
75
8986
8087
7379 78 80
9387
8289
Per
sen
tase
Ket
erca
pa
ian
(%
)
Indikator Penilaian Aspek Psikomotor
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4
32
51
73
83
66
78
88 90P
erse
nta
se (
%)
Kete
rca
pa
ian
Aspek Penilaian
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.18. Histogram Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
1 : Aktivitas Belajar Siswa
2 : Aspek Kognitif
3 : Aspek Afektif
4 : Aspek Psikomotor
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa pada pembelajaran siklus II target
(indikator keberhasilan) dari aspek yang dinilai semuanya telah mencapai target
ketercapaian siklus II yang telah ditentukan serta mengalami peningkatan bila
dibandingkan hasil pembelajaran siklus I. Sehingga dari hasil pembelajaran siklus II
ini tidak perlu dilanjutkan ke pembelajaran siklus berikutnya, karena penilaian
kualitas proses dan hasil belajar siswa semuanya sudah mencapai target ketercapaian
yang telah ditentukan.
E. Pembahasan
Penggunaan model pembelajaran problem solving dengan metode search,
solve, create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium telah diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo
dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan 7 kali pertemuan (14 x 45 menit), dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
tindakan siklus I dilaksanakan dalam 5 pertemuan (10 x 45 menit) dan siklus II
dalam 2 pertemuan (4 x 45 menit). Kegiatan pembelajaran pada masing-masing
siklus diakhiri dengan mengadakan evaluasi pembelajaran yang berupa tes objektif
aspek kognitif dan pengisian angket aspek afektif dan aktivitas siswa. Sedangkan
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi terhadap aktivitas
siswa serta observasi psikomotor pada saat kegiatan praktikum di laboratorium.
Penerapan model pembelajaran problem solving melalui metode SSCS
meliputi empat tahapan yaitu search (penyelidikan), solve (pemecahan), create
(kreasi) dan share (berbagi), dimana pada penerapan model pembelajaran ini
dilengkapi oleh kegiatan laboratorium untuk mempermudah siswa dalam memahami
materi pokok sistem koloid. Model pembelajaran problem solving SSCS merupakan
model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme, sehingga menuntut siswa untuk
berpartisipasi aktif bekerjasama dalam kelompok untuk mencari pemecahan masalah
secara mandiri. Dengan partisispsi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran maka
dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada
siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
problem solving SSCS melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan aktivitas
siswa, yaitu aktivitas siswa yang meliputi visual activity, oral activity, listening
activity, dan writing activity. Berdasarkan hasil observasi aktivitas dapat
disimpulkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan persentase ketercapaian
dari tahap pratindakan, siklus I dan siklus II, dimana pada tahap observasi
pratindakan sebanyak 17% atau sebanyak 7 siswa yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 32% dan siklus II
meningkat menjadi 66%. Meskipun pada sikus I sudah mengalami peningkatan,
namun persentase siswa yang aktif belum dapat mencapai target keberhasilan yang
telah ditentukan. Pada siklus I hasil observasi aktivitas siswa pada aspek oral
activity menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, hal ini dikarenakan masih
banyak siswa yang enggan untuk mengajukan pertanyaan maupun memberikan
pendapat sehingga penilaian oral activity siswa masih rendah. Karena masih ada
indikator yang belum mencapai target ketuntasan maka penilaian aktivitas siswa
dilanjutkan pada pembelajarn siklus II, dimana guru lebih mendorong siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
masih enggan dan malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan serta siswa
yang belum berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan kelompok. Peningkatan
persentase aktivitas siswa pada siklus II ini juga disebabkan oleh pembentukan
kelompok yang secara heterogen, sehingga membuat siswa yang kurang pandai
semakin berani bertanya kepada temannya yang lebih pandai dan semakin
termotivasi untuk berani menyampaikan pendapat dan bertanya pada saat kegiatan
presentasi. Peningkatan aktivitas siswa pada penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang telah dijurnalkan yang dilakukan oleh Andriani, Nely dkk (2011: 4) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan
aktivitas siswa yang meliputi emotional activities, writing activities, listening
activities, dan visual activities.
Selain dapat meningkatkan kualitas proses, penerapan model pembelajaran
problem solving SSCS yang dilengkapi kegiatan laboratorium juga dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar pada penelitian ini
adalah ketuntasan belajar siswa pada prestasi belajar kognitif, afektif atau sikap
siswa terhadap pembelajaran dan keterampilan psikomotor siswa dalam
melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium. Penilaian aspek afektif dan
psikomotor ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada guru terkait sikap
siswa dan penilaian keterampilan siswa selama proses pembelajaran. Untuk aspek
kognitif dilakukan melalui tes evaluasi pada akhir siklus yang berupa soal objektif
terdiri dari 30 nomor soal. Berdasarkan wawancara dengan guru, ketuntasan belajar
siswa pada materi pokok sistem koloid sebelum tindakan hanya 41%, setelah
dilakukan tindakan pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 51%.
Namun dari hasil analisis masih terdapat 7 indikator dari 19 indikator kompetensi
yang belum tuntas, belum tuntasnya beberapa inikator ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu siswa belum terbiasa dalam mencari pemacahan masalah melalui
metode pembelajaran SSCS yang dilengkapi kegiatan praktikum, sehingga pada
awal-awal pembelajaran situasi dan keadaan kelas masih kurang kondusif selain itu
masih kurangnya keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru
maupun teman pada kegiatan presentasi serta masih banyaknya siswa yang malas
mencatat apa yang sedang dipresentasikan atau didiskusikan sehingga masih banyak
siswa yang kurang memahami materi sistem koloid. Belum tuntasnya beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
indikator tersebut maka perlu dilakukan tindakan pembelajaran siklus II. Pada siklus
II persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi sebesar 80%. Peningkatan
hasil pada siklus II ini dikarenakan oleh penerapan model pembelajaran yang lebih
difokuskan pada materi yang indikator kompetensinya belum mencapai target yang
ditentukan, sehingga dapat membuat siswa semakin memahami materi pelajaran
tersebut. Selain itu pembentukan kelompok yang dilakukan secara heterogen
membuat siswa semakin berani untuk bertanya dan berpendapat. Dari segi aspek
afektif siswa, persentase siswa yang mendapatkan penilaian kategori baik sekali (A)
dan baik (B) sebesar 73% pada siklus I dan meningkat menjadi 88% pada siklus II.
Sementara itu, dari segi keterampilan psikomotor siswa, persentase siswa yang
mendapatkan penilaian kategori aktif sekali (A) dan aktif (B) siklus I sebesar 83%
sedangkan pada siklus II yaitu 88%. Penerapan model pembelajaran problem solving
dapat meningkatan kualitas hasil pembelajaran ini sesuai dengan hasil penelitian
yang telah dijurnalkan oleh Subratha, Nyoman (2007: 145) yang menyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan capaian
kompetensi dasar yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor
pada tiap siklus. Selain itu juga penelitian yang telah dijurnalkan oleh Verawati, dkk
(2009: 1) yang menyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran problem
solving SSCS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika,
dimana ketuntasan belajar pada siklus I adalah 60%, siklus II 80%.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat
diketahui bahwa dari hasil pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan persentase ketercapaian yang telah ditentukan, selain itu pada hasil
pembelajaran siklus II penilaian proses dan hasil belajar siswa telah mencapai target
ketercapaian yang telah ditentukan oleh guru dan peneliti, sehingga proses
pembelajaran pada materi pokok sistem koloid di kelas XI IPA1 diberhentikan
sampai siklus II, hal ini karena siswa dianggap telah mencapai indikator yang
ditentukan. Sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran problem solving dengan menggunakan metode search, solve, create,
share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo Tahun Pelajaran
2011/2012 pada materi pokok Sistem Koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode search, solve,
create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan kualitas
proses belajar kimia siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo pada materi
pokok Sistem Koloid. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa yang
meliputi visual activity, oral activity, listening activity, dan writing activity yang
mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II, dimana pada siklus I
berdasarkan hasil observasi menunjukkan sebanyak 32% siswa yang dapat
mencapai kompetensi aktivitas belajar, pada pembelajaran siklus II mengalami
peningkatan jumlah siswa yang dapat mencapai kompetensi aktivitas belajar yaitu
sebanyak 66%.
2. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode search, solve,
create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil
belajar kimia siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo pada materi pokok
Sistem Koloid. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar aspek kognitif, afektif dan
psikomotor siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I ketercapaian aspek
kognitif, afektif dan psikomotor oleh siswa secara berturut-turut diperoleh
sebanyak 51%, 73%, 83%. Hasil pembelajaran siklus II mengalami peningkatan
persentase ketercapaian siswa yaitu sebesar 80%, 88% dan 88% untuk aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya agar dapat
membantu siswa dalam meningkatkan hasil dan proses belajar kimia secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran problem
solving dengan metode search, solve, create, share (SSCS) melalui kegiatan
laboratorium dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar kimia untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem
Koloid.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Bagi Guru
Hendaknya guru dapat menyajikan materi Sistem Koloid menggunakan model
pembelajaran problem solving dengan metode search, solve, create, share (SSCS)
melalui kegiatan laboratorium dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam
menyajikan materi Sistem Koloid menggunakan model pembelajaran problem solving
dengan metode search, solve, create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium
sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
3. Bagi Peneliti
a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat
mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang
telah dibuat untuk disesuaikan penggunaanya, terutama dalam hal alokasi
waktu, fasilitas pendukung dan karakteritik siswa yang ada pada sekolah
tempat penelitian tersebut.
b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkapkan dan
dikembangkan.