101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN METODE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh SANTRINITAS YULIA DWI RAHMAWATI K3308054 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012

digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

  • Upload
    lyphuc

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN

METODE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI

KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMIA

MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA

SMA NEGERI GONDANGREJO

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh

SANTRINITAS YULIA DWI RAHMAWATI

K3308054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Oktober 2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Santrinitas Yulia Dwi Rahmawati

NIM : K3308054

Jurusan/Program Studi : P.MIPA/Pendidikan Kimia

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN METODE SSCS

(SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI KEGIATAN

LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN

HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISW A

SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 16 Oktober 2012

Yang membuat pernyataan

Santrinitas Yulia

Page 3: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN

METODE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI

KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMIA

MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA

SMA NEGERI GONDANGREJO

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

SANTRINITAS YULIA DWI RAHMAWATI

K3308054

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika

Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

SURAKARTA

Oktober 2012

Page 4: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si NIP. 19650916 199103 2 009

Pembimbing II

Budi Utami, S.Pd, M.Pd NIP. 19741015 200501 2 003

Page 5: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 16 Oktober 2012

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota II

: Dra. Kus Sri Martini, M.Si

: Endang Susilowati, S.Si., M.Si

: Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si

: Budi Utami, S.Pd., M.Pd

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002

Page 6: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Santrinitas Yulia D.R. K3308054. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN METODE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMI A MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Oktober 2012. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan aktivitas siswa SMA N Gondangrejo dengan penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium pada materi pokok sistem koloid, (2) meningkatkan hasil belajar siswa SMA N Gondangrejo dengan penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium pada materi pokok sistem koloid.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus diawali dengan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2011/2012. Data diperoleh melalui wawancara dengan guru, observasi, tes, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok sistem koloid. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I aktivitas siswa yang meliputi aspek oral activitiy, listening activity, visual activity dan writting activity menunjukkan persentase ketercapaian sebesar 32% sedangkan pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 66%, (2) model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan kualitas hasil belajar kimia materi pokok sistem koloid. Hasil belajar yang dinilai meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada siklus I untuk penilaian aspek kognitif ketuntasan belajar siswa sebesar 51% dan pada siklus II meningkat menjadi 78%, sedangkan untuk aspek afektif ketuntasan belajar siswa yang menunjukkan sikap positif selama pembelajaran siklus I sebesar 73% dan pada siklus II meningkat menjadi 88%, untuk aspek psikomotor ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 83% dan pada siklus II meningkat menjadi 88%.

Kata Kunci : PTK, Problem Solving SSCS, Laboratorium, Sistem Koloid

Page 7: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT Santrinitas Yulia D.R. K3308054. THE APPLICATION OF PROBLEM SOLVING LEARNING MODEL USING SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, SHARE) METHOD THROUGH LABORATORY ACTIVITIE S TO IMPROVE THE STUDENTS ACTIVITY AND STUDY RESULT I N THE SUBJECT MATTER OF COLLOID SYSTEM FOR STUDENT IN SMA N GONDANGREJO IN ACADEMIC YEAR 2011/ 2012. Thesis, The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University. October 2012. The aims of this research are: (1) to improve the students activity in SMA N Gondangrejo with problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities on the subject matter of colloid system, (2) to improve the quality of study result in SMA N Gondangrejo with problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities on the subject matter of colloid system. This research was a classroom action research that was held in two cycles. The cycles are started by preparation phase and execution phase that consist action planning, action, observation, and reflection. The research subject was in XI IPA 1 of SMA N Gondangrejo, in the period year of 2011/2012. The data was obtained by interview with teacher, observation, test, quisioner, and documentation. We use descriptive qualitatif technique to analize the data. The result of the research are: (1) problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities can improve the students activity in chemical study of subject matter colloid system. It can be seen in the execution of first cycle and second cycle. In the first cycle students activities covering aspects of oral activitiy, listening activity, visual activity and writting activity showed the achievement percentage was 32%, while in the second cycle of students activity increased to 66%, (2) problem solving learning model using SSCS (search, solve, create, share) method through laboratory activities can improve the quality of study result in chemical study of subject matter colloid system. It can be seen from the assessment of cognitive, affective and psychomotor aspect. First cycle showed that the students mastery learning for cognitive aspect were 51% and in the second cycle increased up to 78%, while the affective aspects that students showed a positive attitude were 73% and increased up to 88% in the second cycle, for the assessment psychomotor aspects the mastery learning were 83% in the first cycle and increased up to 88% in the second cycle.

Key word : Classroom Action Research, Problem Solving SSCS, Laboratory, Colloid System.

Page 8: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

“Niatkan segala bentuk ikhtiar semata-mata untuk ibadah” (Penulis)

”Tanamkan dalam diri sebuah kalimat tasbih dalam setiap detik ,satu gagasan dalam

setiap menit ,dan satu karya dalam setiap jam ”

” Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses itu

sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju puncak

sukses.”

(Lambert Jeffries)

Page 9: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk

� Ibu dan Bapak tercinta sebagai karunia terindah

dalam hidupku

� Kakak dan adikku yang selalu memberi warna

dalam setiap ikhtiarku.

� Teman-temanku di Program Studi Pendidikan Kimia

2008

� Keluarga besar Program Studi Pendidikan Kimia

PMIPA FKIP UNS

� Almamater

Page 10: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak

rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada waktu-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian

dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan penulis

menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah

menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si, selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang

telah memberikan pengarahan dan izin penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Ibu Budi Utami, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II yang telah pula memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga memperlancar penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Dra. Suprapti, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri Gondangrejo yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

7. Bapak Joko Raharjo, selaku guru Kimia Kelas XI SMA Negeri Gondangrejo yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

Page 11: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

8. Siswa-siswi kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Terima kasih atas bantuan dan

kerjasamanya.

9. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa memberikan yang terbaik, kasih sayang,

dan semangat bagi penulis.

10. Kakak dan adikku tercinta yang senantiasa menjadi motivator.

11. Sahabat-sahabatku Program Studi Pendidikan Kimia 2008. Terimakasih untuk

segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya.

12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh

dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

Page 12: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK.................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan Masalah .................................................................... 4

C. Perumusan Masalah ..................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

E. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 6

BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7

1. Belajar ..................................................................................... 7

2. Model Pembelajaran ............................................................... 8

3. Model Pembelajaran Problem Solving ................................... 10

4. Metode Pembelajaran ............................................................ 11

5. Model Problem Solving SSCS ................................................ 12

a. Pengertian SSCS ............................................................... 12

b. Manfaat Pembelajaran SSCS ............................................ 12

Page 13: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

c. Tahapan Pembelajarn SSCS ............................................. 12

d. Perbandingan Pembelajaran Konvensionl dengan SSCS . 12

5. Aktivitas Siswa ....................................................................... 13

6. Hasil Belajar ........................................................................... 14

7. Pembelajaran Berbasis Laboratorium ..................................... 14

8. Sistem Koloid ......................................................................... 15

a. Pengertian Koloid ............................................................. 15

b. Jenis-Jenis Koloid ............................................................. 16

c. Sifat-Sifat Koloid .............................................................. 17

d. Cara Pembuatan Koloid .................................................... 21

e. Koloid Dalam Kehidupan ................................................. 23

B. Penelitiana Yang Relevan ............................................................ 23

C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 25

D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 27

1. Tempat Penelitian ................................................................... 27

2. Waktu Penelitian .................................................................... 27

B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 27

C. Metode Penelitian ........................................................................ 28

D. Data dan Sumber Data ................................................................. 28

E. Pengumpulan Data ....................................................................... 29

F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 30

1. Instrumen Pembelajaran ......................................................... 30

2. Instrumen Penelitian ............................................................... 30

a. Instrumen Penilaian Kognitif ............................................. 30

b. Instrumen Penilaian Afektif ............................................... 33

c. Instrumen Penilaian Psikomotor ........................................ 35

d. Intrumen Penilaian Aktivitas Siswa ................................... 35

G. Uji Validitas Data ........................................................................ 36

H. Analisa Data ................................................................................ 36

Page 14: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

I. Indikator Kinerja Penelitian ......................................................... 37

J. Prosedur Penelitian ...................................................................... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 43

A. Deskripsi Tahap Pra KBM .......................................................... 43

B. Deskripsi Hasil Siklus I ............................................................... 44

1. Tahap Perencanaan Tindakan I .............................................. 44

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan I ............................................... 46

3. Tahap Observasi I ................................................................... 48

4. Tahap Refleksi I ..................................................................... 58

C. Deskripsi Hasil Siklus II .............................................................. 61

1. Tahap Perencanaan Tindakan II ............................................. 61

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan II .............................................. 62

3. Tahap Observasi II ................................................................. 63

4. Tahap Refleksi II .................................................................... 72

D. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................. 74

E. Pembahasan .................................................................................. 78

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ................................................. 83

A. SIMPULAN ................................................................................. 83

B. IMPLIKASI ................................................................................. 83

1. Implikasi Teoritis .................................................................... 83

2. Implikasi Praktis ..................................................................... 84

C. SARAN ........................................................................................ 84

1. Bagi Guru ............................................................................... 84

2. Bagi Siswa .............................................................................. 84

3. Bagi Peneliti ........................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85

LAMPIRAN ....................................................................................................... 87

Page 15: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus SSCS .......................................................................................... 11

2.2 Contoh Larutan, Koloid dan Suspensi ................................................... 16

2.3 Perbedaan Hamburan Cahaya pada Larutan, Koloid dan Suspensi ...... 17

2.4 Gerak Brown pada Partikel Koloid ...................................................... 18

2.5 Sel Elektrolisis ....................................................................................... 18

2.6 Proses Dialisis ....................................................................................... 20

2.7 Skema Kerangka Penelitian Tindakan ................................................... 26

3.1 Skema Prosedur Penelitian .................................................................... 38

4.1 Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode Angket

dan Observasi Siklus I ........................................................................... 50

4.2 Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus I ............................... 53

4.3 Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I .................... 55

4.4 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I .......................................... 56

4.5 Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus I .................................... 58

4.6 Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I ............................................ 60

4.7 Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode Angket

dan Observasi Siklus II .......................................................................... 65

4.8 Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus II .............................. 68

4.9 Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II ................... 69

4.10 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II ......................................... 70

4.11 Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus II .................................. 72

4.12 Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus II ........................................... 73

4.13 Histogram Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ..... 74

4.14 Ketercapaian Tiap Indikator Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ..... 75

4.15 Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus I dan Siklus II .......... 76

4.16 Ketercapaian Tiap Indikator Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ....... 77

4.17 Ketercapaian Tiap Indikator Aspek Psikomotor Siklus I dan Siklus II.. 78

Page 16: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Beberapa Model pembelajaran Dengan Kesesuaian Materi ................... 11

2.2 Perbandingan Pengajaran Problem Solving SSCS dengan Konvensional 13

2.3 Perbandingan Sifat Larutan, Koloid dan Larutan ................................... 17

2.4 Jenis-Jenis Koloid ................................................................................... 17

2.5 Perbedaan Sol Hidrofil dan Hidrofob ..................................................... 22

3.1 Pedoman Penskoran Aspek Afektif ........................................................ 33

3.2 Indikator Keberhasilan Siklus I dan Siklus II ......................................... 37

4.1 Hasil Uji Kompetensi Sistem Koloid TA. 2010/2011 ............................ 44

4.2 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Kognitif Siklus I .......................... 45

4.3 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Afektif ......................................... 46

4.4 Simpulan Analisis Tryout Angket Aktivitas ........................................... 46

4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................... 49

4.6 Hasil Angket Aktivitas Siswa Siklus I ................................................... 50

4.7 Hasil Tes Kognitif Siklus I ..................................................................... 52

4.8 Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siklus I .............. 56

4.9 Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus I ........................................... 57

4.10 Target Keberhasilan dan Ketercapaian Pembelajaran Siklus I ............... 59

4.11 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Kognitif Siklus II ......................... 62

4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .............................................. 64

4.13 Hasil Angket Aktivitas Siswa Siklus I ................................................... 65

4.14 Hasil Tes Kognitif Siklus II .................................................................... 66

4.15 Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siklus II ............. 70

4.16 Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus II ......................................... 71

4.17 Target Keberhasilan dan Ketercapaian Pembelajaran Siklus II ............. 73

4.18 Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II .............................................. 77

Page 17: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus ...................................................................................................... 88

2 RPP Siklus I Pertemuan 1 ......................................................................... 90

3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ......................................................................... 101

4 RPP Siklus I Pertemuan 3 ......................................................................... 118

5 RPP Siklus I Pertemuan 4 ......................................................................... 132

6 RPP Siklus I Pertemuan 5 ......................................................................... 139

7 RPP Siklus II Pertemuan 1 ....................................................................... 152

8 RPP Siklus II Pertemuan 2 ....................................................................... 176

9 LKS Sistem Dispersi ................................................................................ 189

10 LKS Sifat-Sifat Koloid ............................................................................. 192

11 LKS Pembuatan Sistem Koloid ................................................................ 196

12 LKS Peranan Koloid ................................................................................. 199

13 LKS Siklus II ............................................................................................ 201

14 Hasil Wawancara Guru ............................................................................. 204

15 Kisi-Kisi Tryout Kognitif Siklus I ............................................................ 206

16 Instrumen Tryout Kognitif Siklus I .......................................................... 207

17 Lembar Jawab Instrumen Tryout Kognitif Siklus I .................................. 213

18 Kisi-Kisi Tryout Kognitif Siklus II ........................................................... 214

19 Instrumen Tryout Kognitif Siklus II ......................................................... 215

20 Lembar Jawab Instrumen Tryout Kognitif Siklus II ................................. 222

21 Kisi-Kisi Tryout Instrumen Afektif .......................................................... 223

22 Instrumen Tryout Afektif .......................................................................... 224

23 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Siswa ............................................................ 226

24 Instrumen Tryout Angket aktivitas Siswa ................................................ 227

25 Analisis Tryout Kognitif Siklus I ............................................................. 229

26 Analisis Tryout Kognitif Siklus II ............................................................ 230

27 Analisis Tryout Angket Afektif ................................................................ 231

Page 18: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

28 Analisis Tryout Angket aktivitas Siswa ................................................... 232

29 Kisi-Kisi Instrumen Kognitif Siklus I ...................................................... 233

30 Instrumen Kognitif Siklus I ...................................................................... 234

31 Kisi-Kisi Instrumen Kognitif Siklus II ..................................................... 241

32 Instrumen Kognitif Siklus II ..................................................................... 242

33 Kisi-Kisi Instrumen Afektif ...................................................................... 249

34 Instrumen Penilaian Afektif ..................................................................... 250

35 Kisi-Kisi Instrumen Psikomotor ............................................................... 252

36 Lembar Observasi Psikomotor ................................................................. 253

37 Kriteria Penskoran Observasi Psikomotor ................................................ 254

38 Kisi Instrumen Angket Aktivitas Siswa ................................................... 256

39 Instrumen Angket Aktivitas Siswa ........................................................... 257

40 Lembar Observasi Aktivitas Siswa .......................................................... 259

41 Kriteria Penskoran Observasi Aktivitas Siswa ......................................... 260

42 Analisis Penilaian Aspek Kognitif Siklus I .............................................. 262

43 Analisis Penilaian Aspek Afektif Siklus I ................................................ 264

44 Analisis Penilaian Aspek Psikomotor Siklus I ......................................... 266

45 Analisis Angket Aktivitas Siswa Siklus I ................................................. 267

46 Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................ 268

47 Analisis Penilaian Aspek Kognitif Siklus II ............................................. 270

48 Analisis Penilaian Aspek Afektif Siklus II ............................................... 272

49 Analisis Penilaian Aspek Psikomotor Siklus II ........................................ 274

50 Analisis Angket Aktivitas Siswa Siklus II ............................................... 275

51 Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ........................................... 276

52 Nilai Ujian Mid Semester ......................................................................... 277

53 Kelompok Praktikum Homogen ............................................................... 278

54 Kelompok Praktikum Acak ...................................................................... 279

55 Nilai Sistem Koloid TA. 2010/2011 ......................................................... 280

56 Daftar Hadir Siswa ................................................................................... 282

57 Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Siklus I ................................... 283

58 Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif Siklus II .................................. 285

Page 19: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

59 Perhitungan Validitas Isi Aspek Afektif ................................................... 287

60 Perhitungan Validitas Isi Angket Aktivitas ............................................... 289

61 Dokumentasi Proses Pdembelajaran .......................................................... 291

Page 20: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, maka

pemerintah mengeluarkan kebijakan pemerintah tentang Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang merupakan pengembangaan dari kurikulum 2004. Menurut

Subagiyo, Slamet dan Nurjanah (2007: 2) pada kurikulum KTSP tidak lagi

menggunakan pendekatan yang dalam pembelajarannya didominasi oleh guru

(teacher centered), tetapi guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek

pendidikan (student centered). Pada kurikulum ini kegiatan belajar mengajar

difokuskan pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman,

sehingga diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam

memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan dan

keterampilan berkarya. Dalam ha1 ini peran guru hendaknya mampu membantu siswa

dalam membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan

pengalaman lain yang telah mereka miliki guna memecahkan permasalahan

pembelajaran.

Namun dari beberapa hasil kajian masih banyak ditemui berbagai masalah

yang berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran tersebut. Salah satunya

disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa

kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan berfikir konstruktivistik,

karena proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru (teacher centered).

Menurut Ramson (2010: 14), situasi belajar yang kurang mengembangkan

keterampilan berfikir konstruktivistik mengakibatkan kurangnya kreativitas siswa

dalam berfikir. Kondisi demikian dapat menyebabkan siswa menjadi pasif karena

proses pembelajaran di dalam kelas cenderung diarahkan kepada kemampuan siswa

untuk menghafal informasi, tanpa dituntut untuk memahami informasi serta

menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa hanya pintar secara

teoritis tetapi dalam aplikasi masih kurang. Sehingga dalam proses pembelajaran

siswa perlu dibiasakan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman

nyata.

Page 21: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Menurut Pribadi (2009: 159) proses belajar yang berlandaskan pada teori

belajar konstruktivis dapat membangun pemahaman siswa dan memberi makna

terhadap informasi dan peristiwa yang dialaminya, karena dalam proses belajar siswa

dilatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, kritis, kreatif,

dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Sedangkan

menurut Mudiman (2006: 25) pembangunan pengetahuan siswa dapat dilakukan

dengan pemberian rangsangan berupa masalah-masalah dari dunia nyata yang relevan

dengan kebutuhan siswa untuk dibahas dan dicari jalan keluarnya. Sehingga dalam

proses pembelajaran guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang

dikemas dalam proses mengkonstruksi bukan hanya sekedar menerima pengetahuan,

yaitu dengan memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk

melakukan eksplorasi sederhana, menguasai konsep-konsep sains dan kecakapan

berfikir rasional, sehingga siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar seperti yang

diharapkan secara maksimal.

Pada penelitian ini digunakan model pembelajaran problem solving dengan

metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium.

Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah yang dilengkapi kegiatan

laboratorium ini diharapkan siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran serta

termotivasi dalam mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan

yang dihadapinya melalui percobaan/eksperimen. Dengan eksperimen siswa mampu

mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang

dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri, sehingga akan mempermudah

pemahaman konsep siswa. Selain itu kegiatan eksperimen juga dapat melatih siswa

untuk berfikir secara ilmiah (Roestiyah, 2008: 80).

Model pembelajaran problem solving SSCS merupakan sebuah pembelajaran

yang terpusat pada siswa, yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau

berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti. Model pembelajaran ini melibatkan siswa

dalam penelitian, sehingga siswa menjadi terlibat secara aktif dalam penerapan

konsep, dan keterampilan berfikir. Mereka dirangsang untuk menjadi seorang

eksplorer mencari penemuan terbaru, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru,

Page 22: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pengambil keputusan, dan sebagai komunikator mengembangkan metode dan teknik

untuk bertukar pendapat dan berinteraksi (Pizzini, 1991: 4).

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia SMA Negeri Gondangrejo tahun

pelajaran 2011/2012, dapat diketahui beberapa permasalahan yang ada di sekolahan

tersebut, antara lain sebagai berikut :

1. Dalam penyajian materi guru masih banyak menggunakan metode yang

menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered), seperti metode

ceramah yang masih dominan dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan

siswa saat pembelajaran siswa hanya mencatat dan mendengarkan saja, dan masih

jarang siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas.

3. Belum optimalnya penggunaan laboratorium sebagai sarana pembelajaran kimia.

4. Masih banyaknya siswa yang sulit memahami dan menguasai konsep pada materi

sistem koloid, hal ini dapat dilihat dari data hasil uji kompetensi dasar sistem

koloid pada tahun ajaran 2010/2011, yang menyatakan bahwa tidak lebih dari 50%

siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM = 68).

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka perlu dilakukan suatu

tindakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar sehingga diharapkan

dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep, sehingga

hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Tindakan ini dapat dilakukan melalui sebuah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut

Iskandar (2009: 22) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pendekatan untuk

memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk

memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan

agar mau untuk mengubahnya.

Dalam pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) banyak pokok

bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah pokok

bahasan sistem koloid. Materi pokok sistem koloid secara umum bersifat konkret

(nyata) dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga melalui kegiatan

eksperimen/percobaan dimungkinkan siswa akan lebih mudah dalam memahami

materi tersebut.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Dalam proses pembelajaran pada materi pokok sistem koloid, keaktifan siswa

dalam kegiatan pembelajaran sangat dituntut yaitu bertujuan untuk meningkatkan

proses dan hasil belajar siswa. Sehingga perlu dilakukan suatu cara untuk

meningkatkan keaktifan siswa tersebut, yaitu melalui penerapan model pembelajaran

problem solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui

kegiatan laboratorium. Pada penerapan model pembelajaran problem solving

menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan

laboratorium ini secara umum menuntut keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran

yaitu untuk mencari pemecahan masalah yang disajikan oleh guru dengan melakukan

percobaan secara langsung dan nyata serta menyimpulkan hasil percobaannya dan

mengkomunikasikan hasil percobaan kepada siswa lain. Melalui kegiatan tersebut

dimungkinkan dapat meningkatkan keaktian siswa dalam kegiatan pembelajaran

sehingga akan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa.

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan model pembelajaran problem

solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share) melalui kegiatan

laboratorium dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa serta

membantu siswa memahami konsep mata pelajaran kimia pada materi pokok sistem

koloid, maka perlu dilakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diadakan

di SMA Negeri Gondangrejo semester genap tahun ajaran 2011/2012.

B. Pembatasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga

perlu diberikan batasan masalah. Pada penelitian ini batasan masalah dititik

beratkan pada :

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo,

Karanganyar semester genap tahun pelajaran 2011/2012, hal ini didasarkan

pada hasil observasi tahap pra kegiatan pembelajaran dimana kelas tersebut

terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa yang harus

diberikan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

2. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran problem

solving menggunakan metode SSCS (search, solve, create, share).

Page 24: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3. Materi pelajaran dibatasi pada pokok bahasan sistem koloid SMA Kelas II

semester 2.

4. Aktivitas siswa dalam belajar kimia meliputi: visual activities, listening

activities, oral activities, writing activities.

5. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian dibatasi pada penilaian aspek

kognitif, afektif dan psikomotor.

6. Proses pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS

(search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan

aktivitas siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo pada materi pokok sistem

koloid?

2. Apakah model pembelajaran problem solving menggunakan metode SSCS

(search, solve, create, share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan

hasil belajar kimia siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo pada materi pokok

sistem koloid?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran

2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan

metode SSCS (search, solve, create, share) dilengkapki kegiatan laboratorium

pada materi pokok sistem koloid.

2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran

2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran problem solving menggunakan

metode SSCS (search, solve, create, share) dilengkapi kegiatan laboratorium

pada materi pokok sistem koloid.

Page 25: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

E. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan alternatif model pembelajaran yang lain bagi guru kimia untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya yang melakukan penelitian tindakan kelas tentang pengajaran

kimia, khususnya dalam pembelajaran problem solving.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Siswa

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menambah pengalaman belajar

siswa yang menarik dan bermakna. Dengan penerapan model pembelajaran

problem solving melalui kegiatan laboratorium dalam suasana yang

menyenangkan, diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dan

berprestasi dalam kegiatan pembelajaran.

b. Manfaat Bagi Guru

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme

guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini dapat digunakan oleh guru

untuk memahami apa yang terjadi di dalam kelas, dan kemudian

meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional.

c. Manfaat Bagi Inovasi Pembelajaran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas atau memperbaiki

proses pembelajaran yang sebelumnya telah dilakukan oleh guru khususnya

pada materi pokok sistem koloid.

Page 26: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Menurut Pribadi (2009: 9) belajar merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan

yang diperlukan. Sedangkan menurut. Gagne dalam Pribadi (2009: 9) belajar

merupakan proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan,

tindakan, dan perilaku seseorang.

Dalam bukunya Educational Psychology, Witherington mengemukakan

bahwa belajar merupakan suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari interaksi berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian (Aunurrahman, 2009: 35).

Teori belajar yang mendasari penelitian ini adalah:

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Suparno (1997: 28), belajar merupakan proses

mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan objek,

fenomena, pengetahuan, dan lingkungan. Sehingga diperlukan keaktifan dari

masing-masing siswa. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi

harus dibentuk dan dibangun sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan

bukan merupakan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang

berkembang terus-menerus. Keaktifan seseorang sangat berperan dalam

perkembangan pengetahuan tersebut.

b. Teori Belajar Psikologi Sosial

Menurut teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali

merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi

melalui interaksi-interaksi. Interaksi tersebut dapat searah (one directional),

yaitu stimuli dari luar yang menyebabkan timbulnya respon ataupun

interaksi dua arah, yaitu interaksi antar individu. Di dalam proses

pembelajaran terlihat nyata bahwa suasana kelompok belajar adanya

Page 27: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

persaingan, kerjasama, kebebasan serta perasaan terkekang (Aunurrahman

2009: 46).

2. Model Pembelajaran

Pembelajaran menurut Gagne dalam Pribadi (2009: 9) sebagai ”a set of

event embedded in purposeful activities that facilitate learning” yaitu

pembelajaran sebagai serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan

maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Istilah pembelajaran

memiliki makna sebagai kegiatan yang dimulai dari mendesain,

mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan yang dapat

meciptakan terjadinya proses belajar. Sedangkan menurut Alvin W. Howard

dalam Slameto (2003: 32), pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba

menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau

mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations dan knowledge.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru

mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan

intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Menurut Brady dalam Aunurahman (2009: 146) model pembelajaran dapat

diartikan sebagai blueprint yang dapat digunakan untuk membimbing guru di

dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Joyce & Weil dalam

Santyasa (2007: 7) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang mampu

menjadi pedoman dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran tertentu sehingga mencapai hasil sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Keragaman model pembelajaran dikembangkan untuk

menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang

tidak memungkinkan guru terpaku pada model pembelajaran tertentu. Ketepatan

penggunaan model pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa,

serta timbulnya proses belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu

Page 28: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

memusatkan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang

berlangsung (Aunurahman, 2009: 172).

Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih model

pembelajaran yang tepat menurut Haris (2008: 1) yaitu:

a. Berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai.

b. Disesuaikan dengan sifat dan jenis materi pembelajaran.

c. Disesuaikan dengan kemampuan siswa, kondisi serta karakteristik peserta

didik.

d. Disesuaikan ketersediaan fasilitas.

e. Disesuaikan alokasi waktu yang tersedia.

Sedangkan menurut Suradji (2008: 110-112) beberapa faktor yang

menjadi pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran antara lain:

a. Disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

b. Disesuaikan dengan kemampuan siswa serta kepribadian siswa.

c. Disesuaikan dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari.

d. Disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah.

Menurut Santyasa (2007: 8) ada lima contoh model pembelajaran yang

memiliki kecenderungan berlandaskan pada paradigma konstruktivistik, yaitu:

a. Model Problem Solving adalah model pembelajaran yang mengupayakan

individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan

pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya.

b. Model Inquiry Training merupakan model pembelajaran yang lebih

menekannkan pada kegiatan siswa secara mandiri untuk melakukan

eksplorasi dalam memecahkan suatu persoalan.

c. Model Problem-Based Instruction merupakan model pembelajaran yang

merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban-

jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban

terhadap masalah.

d. Model Pembelajaran Konseptual merupakan model pembelajaran yang

mendorong guru maupun siswa untuk menghubungkan antara materi yang

Page 29: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

diajarkan dalam situasi nyata, serta menerapkan materi dalam kehidupan

sehari-hari.

e. Model Group Investigation merupakan model pembelajaran yang

menekankan partisipasi dan aktivitas siswa dalam kelompok untuk mencari

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

yang tersedia, seperti buku pelajaran.

3. Model Pembelajaran Problem Solving

Menurut Nasution (2000: 170) model pembelajaran problem solving

merupakan model pembelajaran dimana dalam proses belajar siswa berusaha

menemukan pemecahan masalah yang baru berdasarkan aturan-aturan yang telah

dipelajarinya lebih dahulu. Menurut Gagne dalam Mayasari (2008: 20) model

pembelajaran problem solving dilihat sebagai bentuk pembelajaran yang paling

tinggi tingkatannya, bentuk pembelajaran yang lebih kompleks dan tergantung

pada proses atau pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.

Tujuan utama penggunaan model pembelajaran problem solving adalah

untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam mencari sebab akibat

dari suatu masalah, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan

analitis serta mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional. Sehingga pembelajaran

dengan menggunakan model problem solving merangsang ketrampilan berfikir

konstruktivis siswa dalam mencari pemecahkan dari suatu masalah.

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut John Dewey dalam

Hamalik (2003: 176) adalah:

a. Memahami masalah

b. Menentukan hipotesis

c. Mengumpulkan data-data

d. Mengetes hipotesis dengan data-data

e. Menarik kesimpulan

f. Melaksanakan keputusan

Page 30: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Metode Pembelajaran

Metode mengajar sangat penting keberadaannya dalam proses belajar

mengajar. Menurut Slameto (2003: 82), metode merupakan jalan atau cara yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi secara umum, metode

pembelajaran adalah segala cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan

situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi

kelancaran proses belajar mengajar sehingga dapat ketercapaian prestasi belajar

dapat memuaskan. Menurut Slavin (2008) ada beberapa metode pembelajaran

yang sekarang dikembangkan untuk berbagai jenis materi pembelajaran. Pada

Tabel 2.1 berikut disajikan perbandingan penggunaan metode pembelajaran

berdasarkan kesesuaian dengan materi pembelajaran:

Tabel 2.1. Beberapa Metode Pembelajaran Dengan Kesesuaian Materi

Metode Kesesuaian Materi

STAD Materi yang sudah didefinisikan dengan jelas, seperti

matematika, berhitung, penggunaan mekanika bahasa,

geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu

pengetahuan ilmiah.

TGT Materi yang dapat dibuat permainan.

TAI Digunakan pada materi yang berkaitan dengan

penguasaan materi sebekumnya.

CIRC Digunakan pada materi yang bersifat narasi, yang dapat

meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami

bacaan.

GI Digunakan pada materi yang berhubungan dengan

penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi

sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang

bersifat multi aspek.

Jigsaw Materi yang bersifat penjelasan terperinci, misalnya

siswa diminta membaca bab, atau materi lain biasanya

untuk bidang studi sosial, biografi, dan sebagainya.

SSCS Materi yang berorientasi pada penemuan, khususnya

bidang studi ilmu pengetahuan ilmiah dan matematika

(Slavin, 2008)

Page 31: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

5. Model Problem Solving Dengan Metode SSCS

a. Pengertian SSCS (Search,Solve,Create and Share)

Metode Search Solve Create Share (SSCS) merupakan metode

pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving dalam

mencari pemecahan masalah yang melalui tahap search (penyelidikan),

solve (pemecahan), create (kreasi), share (berbagi). Model problem solving

SSCS didesain untuk mengembangkan ketrampilan berfikir dan bertindak

secara kreatif dalam mencari pemecahan masalah dengan melibatkan siswa

di dalam suatu penyelidikan, sehingga meningkatkan pemahaman terhadap

konsep ilmu. Dengan terlibatnya siswa dalam melakukan penyelidikan

terhadap pemecahan masalah, maka dapat membangkitkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran. SSCS dikembangkan oleh Dr. Edward L.

Pizzini pada tahun 1988 di Universitas lowa (Pizzini, 1991: 1).

b. Manfaat Pembelajaran SSCS

Manfaat pembelajaran SSCS menurut Pizzini (1991: 6) bagi siswa

antara lain adalah sebagai berikut:

1) Membuka minat atau membangkitkan perhatian siswa.

2) Melibatkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran IPA.

3) Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses belajar.

4) Mengembangkan pemahaman sains teknologi dan masyarakat dengan

memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari.

c. Tahapan Metode Pembelajaran SSCS

Gambar 2.1. Siklus SSCS (Sumber: Pizzini, 1991: 5)

SEARCH

SHARE

CREATE

SOLVE

Fact Finding

Skill Learning

Page 32: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Metode pembelajaran SSCS terdiri dari 4 tahap yaitu search, solve,

create, and share. Selengkapnya 4 tahapan atau langkah-langkah SSCS pada

gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut (Pizzini, 1991: 7-9):

1) Search (penyelidikan), pada tahap ini siswa menyelidiki pada suatu

pertanyaan topik yang ada, yaitu melalui kegiatan membaca buku-buku

yang relevan dengan topik masalah.

2) Solve (pemecahan), pada tahap ini siswa mendesain dan

mengaplikasikan cara penyelesaian masalah untuk mendapatkan hasil

penyelidikan. Tahap solve ini berdasarkan atas pemahaman siswa selama

proses search.

3) Create (kreasi), pada tahap ini siswa menganalisis dan

mengimpretasikan data dan mereka mengkreasi jawaban untuk

mengkomunikasikan jawaban yang mereka dapatkan.

4) Share (berbagi), pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil

penyelesaian permasalahan yang diperolehnya kepada siswa lain.

d. Perbandingan Model Pembelajaran Problem Solving SSCS dengan

Model Konvensional

Menurut Pizzini (1991: 10), terdapat perbedaan pengajaran problem

solving SSCS dan pengajaran konvensional, yaitu:

Tabel 2.2. Perbandingan pengajaran problem solving SSCS dengan

konvensional.

No Pengajaran problem solving

SSCS

Pengajaran Konvensional

(buku teks)

1. Membangkitkan siswa Berorientasi pada buku bacaan

2. Pembelajaran berpusat pada siswa Pembelajaran berpusat pada guru

3. Perhatian siswa tinggi Umumnya perhatian siswa

kurang, tidak relevan, dan tidak

mengena untuk siswa tertentu

4. Partisipasi siswa aktif Partisipasi siswa pasif

5. Belajar secara individu/dalam

kelompok kecil

Belajar seluruh kelas

6. Keterampilan berfikir tingkat

tinggi

Keterampilan berfikir tinggkat

rendah

7. Berorientasi pada penerapan ilmu

pengetahuan

Berorientasi pada jawaban yang

benar

(Sumber: Pizzini, 1991: 10)

Page 33: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

6. Aktivitas Siswa

Menurut Sudjana (2009: 22) proses belajar merupakan segala kegiatan

yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses belajar

sangat menentukan kualitas hasil belajar siswa, dimana proses belajar yang

menarik dan menyenangkan akan membuat siswa menjadi lebih antusias belajar

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Meningkatnya kualitas proses

pembelajaran dapat ditandai dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. Menurut Sudjana (2009: 3), penilaian proses belajar adalah upaya

memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dan

guru dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Proses belajar

mempersyaratkan perubahan yang berupa sikap, pengetahuan informasi,

kemampuan dan keterampilan melalui pengalaman.

Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menurut Fajar (2004: 13)

digolongkan dalam 5 hal yaitu:

a. Visual activities, merupakan kegiatan menggunakan indera penglihatan,

seperti membaca, memperhatikan gambar, melakukan demonstrasi dan

eksperimen.

b. Oral activities, merupakan kegiatan yang bersifat fisik menggunakan indera

pengucap, seperti bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,

wawancara, diskusi.

c. Listening activities, merupakan kegiatan menggunakan indera pendengar,

seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

d. Motor activities, kegiatan yang merupakan aktivitas gerak, seperti senam,

menari, melukis.

e. Writing activities, merupakan kegiatan yang menggunakan tangan seperti

menulis cerita, karangan, laporan, angket, tugas, dan mencatat.

Pada penelitian ini kualitas proses belajar dibatasi pada aktivitas belajar

siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi visual activities, oral activities,

listening activities, dan writing activities. Penilaian aktivitas belajar siswa ini

dilakukan melalui observasi langsung yang dilakukan oleh observer terhadap

masing-masing siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Page 34: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Benyamin Bloom dalam

Sudjana (2009: 22) mengklsifikasikan hasil belajar menjadi tiga aspek yakni

aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif

berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pada penelitian ini penilaian aspek kognitif dilakukan melalui tes tertulis pada

materi Sistem Koloid, dimana kategori soal yang diukur hanya meliputi aspek

ingatan, pemahaman, dan aplikasi.

Aspek afektif berkenaan dengan watak perilaku siswa. Berdasarkan

Pedoman Pengembanagn Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif (Depdiknas,

2008: 4) aspek afektif terdiri dari lima karakteristik yang penting yaitu sikap,

minat, konsep diri, nilai, moral. Pada penelitian ini pengukuran aspek afektif

dilakukan melalui metode angket yang diisi langsung oleh masing-masing

siswa, metode ini berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang

adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap

karakteristik afektif diri sendiri.

Aspek psikomotor memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan dalam

melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dalam berbagai mata pelajaran,

seperti lari, melompat, menari, melukis, memukul dan lain sebagainya (Pribadi,

2009: 17). Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di laboratorium,

aspek ini pengukurannya ditunjukkan pada keterampilan dalam praktikum,

misalnya keterampilan dalam menuang larutan, merangkai alat serta

keterampilan kerja. Pada penelitian ini penilaian aspek psikomotor dilakukan

dengan cara observasi langsung kepada siswa saat kegiatan praktikum

berlangsung.

8. Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat yang dilengkapi dengan alat-alat dan

bahan-bahan untuk melakukan percobaan/penelitian. Pada dasarnya, dalam

pelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi

Page 35: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih

lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya.

Menurut Roestiyah (2008: 82) penggunaan kegiatan laboratorium

mempunyai beberapa keuntungan :

a. Dengan kegiatan laboratorium siswa terlatih menggunakan metode ilmiah

dalam menghadapi suatu masalah, sehingga tidak mudah percaya pada

sesuatu yang belum pasti kebenarannya.

b. Melalui kegiatan laboratorium, siswa lebih aktif berfikir dan berbuat.

c. Siswa dalam melaksanakan proses kegiatan laboratorium disamping

memperoleh ilmu pengetahuan, juga menemukan pengalaman praktis serta

keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium.

9. Sistem Koloid

a. Pengertian Koloid

Sistem koloid adalah suatu sistem yang terdiri atas fase terdispersi

dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan

disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan disebut medium

pendispersi. Berdasarkan dari besarnya ukuran partikel zat terdispersi

(zat terlarut), maka sistem dispersi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang

relatif besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya.

Biasanya ukuran partikel lebih dari 100 nm. Berupa campuran

heterogen. Contoh: campur air dengan pasir, air kopi, campuran

minyak dengan air.

2) Koloid, merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya antara

1 nm sampai 100 nm. Contoh: susu, jeli, selai, santan, mayones.

3) Larutan sejati, merupakan sistem dispersi yang ukuran partikel-

partikelnya sangat kecil. Biasanya memiliki ukuran partikelnya kurang

dari 1 nm. Umumnya berupa campuran homogen. Contoh: larutan gula,

larutan garam, sirup.

(Purba, M., 2000: 49)

Page 36: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Tabel 2.3. Perbandingan Sifat antara Larutan, Koloid, dan Suspensi

Pembeda Larutan Koloid Suspensi

Ukuran Partikel

Fase

Warna Larutan

Sifat larutan

Penyaringan

Kestabilan

Pengendapan

kurang 1 nm

satu fase

jernih

homogen

tidak dapat disaring

stabil

tidak mengendap

antara 1 nm-100 nm

dua fase

agak keruh

antara homogen dan

heterogen

tidak dapat disaring

relatif stabil

sukar mengendap

> 100 nm

dua fase

keruh

heterogen

dapat disaring

tidak stabil

mudah

mengendap

(Sumber: Retnowati, 2004: 138)

Gambar 2.2. Contoh dari larutan, koloid, dan suspensi

b. Jenis-Jenis Koloid

Dalam sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi dapat

berupa zat padat, zat cair, atau gas. Berdasarkan fase terdispersi dan medium

pendispersi, maka koloid dapat dibagi menjadi 8 jenis, yaitu:

Tabel 2.4. Jenis-jenis Koloid

Fase

Terdispersi

Fase

Pendispersi

Jenis Koloid Contoh

Gas

Gas

Cair

Cair

Cair

Padat

Padat

Padat

Cair

Padat

Gas

Cair

Padat

Gas

Cair

Padat

Buih / Busa

Busa padat

Aerosol cair

Emulsi cair

Emulsi padat

Aerosol padat

Sol (gel)

Sol padat

busa sabun, krim kocok

batu apung, karet busa, lava

kabut, awan, hairspray

susu, santan, es krim, mayones

keju, mutiara, jeli, agar-agar

asap, debu di udara

tinta, kanji, cat, pasta gigi

paduan logam, kaca berwarna,

gelas warna, intan

(Sumber: Retnowati, 2004: 139)

Page 37: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Sifat-Sifat Koloid

1) Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya)

oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul

koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall

(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.

Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan

tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem

koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-

partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk

dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,

partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya

sedikit dan sangat sulit diamati.

Gambar 2.3. perbedaan hamburan cahaya pada larutan, koloid, suspensi

Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita amati

seperti:

a) Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang

berasap/berdebu

b) Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau

berkabut akan tampak jelas.

c) Sinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam ruangan

berdebu.

Page 38: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2) Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang

hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak Brown ini

disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium pendispersi dengan

partikel koloid yang terdispersi.

Gambar 2.4. Gerak brown pada partikel koloid

3) Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan koloid dalam muatan listrik.

Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode

kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel

koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis

muatannya. Koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke katode

(elektrode negatif), sedangkan koloid negatif akan bergerak ke anode

(elektrode positif).

Gambar 2.5. Sel elektroforesis sederhana

Page 39: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

4) Adsorpsi

Adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Untuk

berlangsungnya adsorbsi, harus ada adsorbat sebagai zat yang ditarik

dan adsorben sebagai zat yang menarik.

Pemanfaatan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari antara lain :

a) Proses pemutihan gula pasir.

Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan

melalui tanah diatome dan arang tulang.

b) Penyembuhan sakit perut dengan serbuk karbon atau norit.

c) Penjernihan air keruh dengan menggunakan tawas (Al2(SO4)3).

Dilakukan dengan menambahkan tawas atau alumunium sulfat.

Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3

yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-zat

warna atau zat pencemar pada air.

d) Penggunaan arang aktif.

- Penggunaan arang halus pada masker, berfungsi untuk

menyerap gas yang beracun.

- Filter pada rokok, yang berfungsi untuk mengikat asap nikotin.

5) Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid. Koagulasi

partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara yakni :

a) Cara mekanis

Dapat digumpalkan dengan cara pengadukan, pemanasan atau

pendinginan. Contoh: pembuatan selai, pembuatan cincau,

pembuatan eskrim, darah yang dipanaskan, pembuatan agar - agar.

b) Peristiwa kimia

Dapat dibuat dengan menambahkan elektrolit ke dalam sistem

koloid tersebut. Misalnya sol tanah liat dalam air sungai

digumpalkan dengan penambahan tawas.

Contoh koagulasi dalam kehidupan sehari – hari:

Pembentukan delta di muara sungai

Page 40: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat

koagulasi listrik Cottrel.

Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam

formiat.

Susu ditetesi air jeruk akan menggumpal.

6) Koloid Pelindung

Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain

yang disebut sebagai koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan

membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi

mengelompok. Contoh :

a) Gelatin yang digunakan pada pembuatan es krim untuk mencegah

pembentukan kristal es yang keras dan kasar.

b) Zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid

pelindung.

7) Dialisis

Pada pembuatan koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat

mengganggu kestabilan koloid. Ion-ion pengganggu ini dapat

dihilangkan dengan proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini,

sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong

koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong

koloid terbuat dari selaput semipermeabel, yaitu selaput yang dapat

melewatkan partikel-partikel kecil seperti ion atau molekul sederhana.

Dengan demikian ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air

Gambar 2.6. Proses Dialisis

Page 41: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

8) Koloid Liofil dan Liofob

Koloid yang medium pendispersinya zat cair dibedakan menjadi

koloid liofil dan liofob. Hal ini didasarkan atas sifat antara partikel

pendispersi dengan partikel terdispersi.

a) Koloid Liofil

Liofil artinya suka pada mediumnya (cairan). Sehingga gaya tarik-

menarik antara zat terdispersi dengan mediumnya cukup besar.

Contoh : Kanji, agar-agar, sabun, detergen.

b) Koloid Liofob

Liofob artinya tidak suka mediumnya (cair). Sehingga gaya tarik-

menarik antara zat terdispersi dengan mediumnya sangat lemah

atau bahkan tidak ada.

Contoh : sol Fe(OH)3, As2S3, sol-sol logam.

Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua

jenis koloid diatas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid

hidrofob.

Tabel 2.5. Perbedaan sol hidrofil dan sol hidrofob

No Sol hidrofil Sol hidrofob

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mengadsorbsi mediumnya

Stabil

Tidak mudah digumpalkan

dengan penambahan elektrolit

Viskositas lebih besar daripada

mediumnya

Bersifat reversible

Efek tyndall lemah

Tidak dapat mengadsorpsi

mediumnya

Kurang Stabil

Mudah menggumpal pada

penambahan elektrolit

Viskositas hampir sama dengan

mediumnya

Tidak reversible

Efek Tyndall lebih jelas

(Sumber: : Retnowati, 2004: 141)

d. Cara Pembuatan Koloid

Pembentukan koloid dapat digambarkan secara skematis, sebagai berikut:

Kondensasi Dispersi

Larutan Suspensi Koloid

Page 42: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1) Cara Kondensasi

Yaitu penggabungan ion-ion, atom-atom atau molekul-molekul

membentuk partikel yang lebih besar.

a) Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan

oksidasi. Contoh : pembuatan sol belerang

Reaksi : 2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S (s)

b) Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.

Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3, apabila kedalam air mendidih

ditambahkan larutan FeCl3.

Reaksi : FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3 (s) + 3HCl(aq)

c) Pertukaran ion

Contoh : pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke

dalam larutan As2O3.

Reaksi : 3H2S(g) + As2O3(aq) As2S3(s) + 2H2O(l)

d) Mencampurkan larutan encer

Contoh : larutan encer AgNO3 dicampur dengan larutan encer HCl.

Reaksi : AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO3(aq)

2) Cara Dispersi

Dispersi merupakan pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid.

a) Cara Mekanik

Contoh: sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang

bersama-sama gula pasir, kemudian mencampur serbuk halus

tersebut dengan air.

b) Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar

misalnya suspensi, gumpalan atau endapan dengan menambahkan

zat pemecah tertentu.

Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3

Page 43: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c) Cara Busur Bredig

Cara ini digunakan untuk membuat sol logam. Dua kawat logam

yang berfungsi sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian

kedua ujung kawat diberi loncatan listrik.

e. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari

Banyak contoh aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari dan

industri, yaitu antara lain:

1) Industri Kosmetika

Bahan kosmetik seperti foundation, finishing cream, shampo, pelembab

badan, pasta gigi dan deodoran berbentuk koloid dan umumnya sebagai

emulsi.

2) Industri tekstil

Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya

serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid

karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga dapat melekat pada

tekstil.

3) Industri Sabun dan Detergen

Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi

antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat

membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak.

4) Industri Makanan

Contoh aplikasi koloid dalam industri makanan antara lain pembuatan

agar-agar, keju, mentega, susu, saus, dan salad.

(Priscilla Retnowati, 2004: 139-141)

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian

skripsi yang dilakukan oleh Hendrastuti (2010: 74) yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) dan

Experimenting Demonstrating Information (EDI) Dengan Memperhatikan Sikap

Ilmiah Siswa SMA Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit

Page 44: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dan Non Elektrolit”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran SSCS dan EDI memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kimia

pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Selain itu juga dalam abstrak

penelitian tesis yang dilakukan oleh Ramson (2010: 1) berjudul “Model

Pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya”. Penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran SSCS secara

signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir

kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, selain itu model

pembelajaran SSCS juga memotivasi siswa dalam mempelajari konsep-konsep

cahaya, berinteraksi dengan sesama, melatih menggunakan prosedur, serta melatih

membuat kesimpulan.

Gok, T dan Silay, I (2010: 19) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “The

Effects of Problem Solving Strategies on Student’s Achievement, Attitude and

Motivation”. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan strategi pemecahan masalah lebih efektif dalam

meningkatkan prestasi siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran secara

konvensional. Solaz-Portoles, JJ. (2008: 110) dalam jurnal penelitiannya yang

berjudul “Types of Knowledge and Their Relations to Problem Solving in Science:

Directions for Practice”, menyimpulkan bahwa proses belajar siswa melalui

pendekatan berfikir logis untuk mencari solusi pemecahan masalah dapat

memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran, sehingga prestasi siswa juga

akan meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dijurnalkan oleh Irwan (2011: 11) yang berjudul

“Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, Share (SSCS)

Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa

Matematika”, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan problem posing model SSCS lebih baik dalam

meningkatkan kemampuan penalaran matematis mahasiswa bila dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional. Selain itu pendekatan problem posing model

SSCS dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa, dan kecepatan mengajukan

pertanyaan dan memberikan tanggapan terhadap jawaban dosen. Jurnal Penelitian

Page 45: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Jahro dan Susilawati (2008: 25) yang berjudul “Analisis Penerapan Metode

Praktikum Pada Pembelajaran Ilmu Kimia di Sekolah Menengah Atas” dapat diambil

kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran dengan menggunakan media

laboratorium dapat meningkatkan kualitas hasil belajar kimia siswa di SMA.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di

SMA Negeri Gondangrejo masih menggunakan metode ceramah yang lebih berpusat

pada guru (teacher centered), sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Selain itu guru kurang mengoptimalkan penggunaan media dalam

pembelajaran seperti laboratorium kimia. Penyampaian ilmu yang bersifat satu arah

ini menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam menerima pembelajaran karena

siswa hanya sebagai objek pembelajaran dan kurang terlibat dalam kegiatan belajar

mengajar, sehingga proses belajar dan hasil belajar siswa menjadi rendah, hal ini

dapat dilihat pada saat kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan

mencatat materi yang disampaikan oleh guru saja, serta siswa masih jarang yang

bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka mengerti. Oleh karena itu,

diperlukan suatu penelitian tindakan untuk mendapatkan model pembelajaran yang

tepat, sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran problem solving dengan

metode SSCS (Search, Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium, dimana

pada penerapannya siswa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran

untuk mencari pemecahan suatu masalah melalui kegiatan laboratorium. Sehingga

dengan penerapan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat terlibat secara

aktif dan merangsang siswa untuk berfikir kreatif dalam menemukan hasil

pemecahan masalah. Dengan terlibatnya siswa dalam kegiatan pembelajaran

diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar serta hasil belajar siswa.

Dari uraian diatas, diduga bahwa penggunaan model pembelajaran problem

solving dengan metode SSCS (Search, Solve, Create, Share) melalui kegiatan

laboratorium dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan adanya

peningkatan kualitas proses belajar tentu saja akan meningkatkan pula pemahaman

siswa terhadap materi pokok Sistem Koloid. Peningkatan proses belajar siswa dilihat

Page 46: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dari meningkatnya aktivitas belajar siswa, sedangkan peningkatan hasil belajar siswa

dapat dilihat dari prestasi belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Secara singkat skema kerangka berfikir disajikan dalam Gambar 2.7 berikut:

Gambar 2.7. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Tindakan

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, dapat dikemukakan

hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS (Search,

Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

2. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS (Search,

Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

Keadaan Awal Tindakan Keadaan Akhir

1. Dominasi metode ceramah

2. Aktivitas belajar siswa

masih rendah.

3. Belum optimalnya

penggunaan laboratorium

sebagai sarana

pembelajaran kimia.

4. Hasil belajar siswa masih

rendah

Penerapan model

pembelajaran Problem

Solving dengan

metode SSCS (Search,

Solve, Create, Share)

Peningkatan

aktivitas dan hasil

belajar siswa

Page 47: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Gondangrejo, Karanganyar

pada kelas XI IPA 1 semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012

yaitu pada bulan Mei-September 2009. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan

secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, meliputi: observasi awal, pengajuan judul skripsi,

permohonan pembimbing, pembuatan proposal, perijinan penelitian, survei

sekolah yang bersangkutan, dan penyusunan instrumen penelitian,

dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012.

b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian

yang meliputi tahap pelaksanaan tindakan kelas, observasi, evaluasi, analisis,

dan tindak lanjut (pelaksanaan siklus-siklus tindakan kelas) dilaksanakan

mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2012.

c. Tahap penyelesaian, meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan yang

dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2012.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian tindakan adalah siswa kelas XI IPA1 di SMA Negeri

Gondangrejo tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 41, yang terdiri dari 5

laki-laki dan 36 perempuan. Pemilihan subjek dalam penelitian ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa subjek tersebut mempunyai permasalahan-permasalahan yang

telah teridentifikasi pada saat observasi awal sehingga penggunaan metode dan media

yang telah dirancang dapat diterapkan pada kelas XI IPA1. Objek penelitian adalah

aktivitas siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran problem solving

dengan metode SSCS melalui kegiatan laboratorium pada materi sistem koloid.

Page 48: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

C. Metode Penelitian

Pada dasarnya desain penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas bersifat praktis dengan tujuan

utama untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang sehari-hari dialami

oleh guru dan siswa dimana pelaksanaannya dilakukan dalam kawasan kelas atau

sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

Kegiatan penelitian bermula dari permasalahan yang dihadapi oleh guru

dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan

masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan

terukur. Hal penting dalam penelitian ini adalah tindakan nyata (action) yang

dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan

dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika solusi

yang direncanakan belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu

dilakukan penelitian siklus berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif

pemecahan masalah yang lain) sampai permasalahan dapat diatasi.

Rancangan solusi yang dimaksud pada penelitian ini adalah tindakan berupa

penggunaan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS (Search,

Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium. Penelitian ini direncanakan

dilakukan dalam dua siklus jika siklus pertama belum menunjukkan perbaikan. Hal

ini berdasarkan pertimbangan penyesuaian alokasi waktu untuk pembelajaran materi

sistem koloid dengan program semester yang sudah disusun oleh guru, sehingga

pelaksanaan penelitian tidak mengganggu jadwal kegiatan pembelajaran.

D. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi tentang

keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa

data hasil observasi aktivitas siswa serta aspek psikomotor dan wawancara yang

menggambarkan proses pembelajaran di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud

adalah penilaian hasil belajar pada materi pokok sistem koloid yang berupa nilai

(skor) yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan aspek kognitif melalui tes

Page 49: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kognitif siklus I, tes kognitif siklus II, serta tes aspek afektif siswa baik siklus I

maupun siklus II.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran yang bersangkutan,

wawancara ini dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, hal ini bertujuan untuk

mengetahui permasalahan dan kondisi siswa pada proses pembelajaran, sehingga

dapat direncanakan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi

permasalahan yang ada.

2. Observasi

Observasi dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa yang meliputi visual

activities, listening activities, oral activities dan writing activities. Observasi

dilakukan langsung oleh observan kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung. Selain itu observasi juga dilakukan untuk menilai aspek psikomotor

siswa saat melakukan kegiatan praktikum.

3. Tes

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur kemampuan aspek kognitif

siswa setelah dilakukan tindakan. Tes diberikan kepada siswa tiap akhir siklus,

yaitu siklus I dan siklus II.

4. Angket

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui sikap serta minat siswa

terhadap materi pokok sistem koloid. Angket ini berisi tentang penilaian aspek

afektif, dimana angket diisi langsung oleh masing-masing siswa pada akhir

penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh dari angket

tersebut maka dapat diketahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa.

5. Kajian Dokumentasi

Kajian dokumentasi dilakukan untuk mencari data hasil ulangan harian

siswa materi pokok sistem koloid tahun 2010/2011, untuk mengetahui hasil

belajar aspek kognitif siswa pada tahun sebelumnya.

Page 50: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen

pembelajaran dan instrumen penilaian.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran meliputi:

a. Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian adalah silabus yang telah

disusun oleh sekolah yang diperoleh dari guru Kimia sekolah yang

bersangkutan dalam penelitian.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dengan tujuan

dalam pelaksanaan KBM dapat terstruktur dengan baik.

2. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian pada penelitian ini meliputi instrumen penilaian

kognitif, instrumen penilaian afektif, instrumen penilaian psikomotor dan

instrumen penilaian aktivitas siswa.

a. Instrumen Penilaian Kognitif

Penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif dengan 5 alternatif

jawaban, dimana jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah

diberi skor 0. Langkah pembuatan tes terdiri dari membuat kisi-kisi, menyusun

soal tes, dan mengadakan uji coba tes (tryout).

Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya

pembeda maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu

diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima

materi pokok bahasan sistem koloid.

1) Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan

fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi

apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur

yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut.

Page 51: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen

memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry (2007) untuk

melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregorry adalah sebagai

berikut:

Content Validity = DCBA

D

Dimana :

A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis

B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan

menurut panelis II

C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan

menurut panelis II

D : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis

Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan.

(Gregorry, 2007: 97-98)

2) Uji Reliabilitas

Realibilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada

waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk

obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai berikut :

tS

r2

2

tt

pq St

1-n

n

Keterangan :

rtt : koefisien realibilitas

n : jumlah item

S : deviasi standar

p : indeks kesukaran

q : 1-p

Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :

0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)

Page 52: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)

0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)

Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)

(Masidjo, 1995:233)

3) Uji Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan

indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan

hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban

yang seharusnya diperoleh dari suatu item.

maksimalSkor

B IK

Keterangan :

IK : indeks kesukaran

B : jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item

Skor maksimal : besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawabab benar

dari suatu item

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

0,81 ─ 1,00 : Mudah Sekali (MS)

0,61 ─ 0,80 : Mudah (Md)

0,41 ─ 0,60 : Sedang/Cukup (Sd-C)

0,21 ─ 0,40 : Sukar (Sk)

0,00 ─ 0,20 : Sukar Sekali (SS)

(Masidjo, 1995:189-192)

4) Uji Daya Pembeda Soal

Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban

benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari

siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu

item (Masidjo, 1995:198). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong

kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).

Page 53: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

maksimalskor x NKBatau NKA

KB -KA ID

Keterangan :

ID : indeks diskriminasi

KA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa

tergolong kelompok atas

KB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa

tergolong kelompok bawah

NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau

bawah

NKA atau NKB x Skor maksimal : perbedaan jawaban benar dari siswa-

siswa yang tergolong kelompok atas

dan bawah yang seharusnya diperoleh.

Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,80 ─ 1,00 : Sangat Membedakan (SM)

0,60 ─ 0,79 : Lebih Membedakan (LM)

0,40 ─ 0,59 : Cukup Membedakan (CM)

0,20 ─ 0,39 : Kurang Membedakan (KM)

Negatif ─ 0,19 : Sangat Kurang Membedakan (SKM)

(Masidjo, 1995:198-201)

b. Instrumen Penilaian Afektif

Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan

adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan

memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-

item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Aspek afektif

Skor untuk aspek yang dinilai Skor untuk Pernyataan

(+) (-)

SS (Sangat setuju)

S (Setuju)

TS (Tidak setuju)

STS (Sangat tidak setuju)

4

3

2

1

1

2

3

4

(Depdiknas, 2008: 16)

Page 54: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diuji

cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.

1) Uji Validitas

Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen

memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry (2007) untuk

melihat validitas isi secara keseluruhan, yaitu sebagai berikut:

Content Validity = DCBA

D

Dimana :

A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis

B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan

menurut panelis II

C : jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan

menurut panelis II

D : jumlah item yang relevan menurut kedua panelis

Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan.

(Gregorry, 2007: 97-98)

Kriteria validitas suatu tes (rxy ) adalah sebagai berikut :

0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)

0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)

0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)

Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)

(Masidjo, 1995:246)

2) Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen afektif digunakan rumus

Alpha (untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) atau soal

dalam bentuk uraian, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

Page 55: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2

2

i

tt

S1

1-n

n

tSr

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas suatu tes

n : jumlah item yang dikeluarkan dalam tes

1 : bilangan konstan

2

iS : jumlah varian skor dari tiap-tiap item

St2 : varian total

Kriteria pengujian:

Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas

yang tinggi (reliable).

Jika r 11 ≤ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas

yang tinggi (unreliable).

(Sudijono, 2008: 208-209)

c. Instrumen Penilaian Psikomotor

Instrumen penilaian psikomotor berupa lembar penilaian observasi

kinerja (Performance Assesment) dan penilaian laporan hasil praktikum.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi sistematik,

yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai

instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sejumlah aspek yang dinilai

dari kegiatan siswa selama melakukan praktikum di laboratorium.

d. Instrumen Penilaian Aktivitas Siswa

Instrumen penilaian aktivitas siswa berupa lembar observasi dan

angket. Lembar observasi diisi langsung oleh observan pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung, sedangkan angket aktivitas belajar diisi oleh

siswa pada tes akhir siklus. Aktivitas belajar siswa yang dinilai meliputi visual

activities, listening activities, oral activities dan writing activities.

Page 56: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

G. Uji Validitas Data

Data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik

kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut Moleong (2001: 178) teknik

triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan

sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap suatu

data.

Pada penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan

membandingkan atau mengecek ulang informasi yang diperoleh dari tiga sumber data

yaitu dari sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan observan.

H. Analisis Data

Analisa dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai sejak awal sampai

berakhirnya pengumpulan data. Jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa

data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis berdasarkan nilai hasil

belajar siswa (aspek kognitif, afektif, psikomotor dan aktivitas siswa) dengan mencari

nilai rata-rata serta persentase keberhasilan belajar, sedangkan data kualitatif yaitu

data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran

tentang ekspresi peserta didik berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap mata

pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap (afektif), keterampilan dalam praktikum

(psikomotor) serta aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Teknik analisis

data pada penelitian ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (Iskandar,

2009: 75) yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Reduksi data merupakan penyeleksian data yang berupa catatan-catatan

lapangan melalui seleksi yang ketat, dengan ringkasan atau uraian singkat, serta

menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas. Penyajian data dilakukan dalam

rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara

sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan

observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan dilakukan

secara bertahap yaitu penarikan kesimpulan sementara yang masih berpeluang untuk

Page 57: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

menerima masukan dan dapat diuji kembali oleh data di lapangan kemudian

dilakukan verifikasi untuk memperoleh kesimpulan yang tepat. Setelah data

penelitian dapat diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam

bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian.

I. Indikator Keberhasilan Tiap Siklus

Target indikator keberhasilan siklus I dan siklus II, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Indikator Keberhasilan Siklus I dan Siklus II

J. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan penelitian

mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam

Depdikbud (1999: 21) yang berupa model spiral. Kemmis menggunakan sistem spiral

refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan

perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk perencanaan pemecahan masalah.

Pada penelitian, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dari aspek

kognitif, setelah dilaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan solusi

yang telah direncanakan, siswa diberi tes sebagai tes siklus. Kemudian dari tes

tersebut dilakukan evaluasi apakah hasil tes tersebut sudah memenuhi target

keberhasilan yang telah ditetapkan atau belum, jika belum memenuhi target

Indikator Sub

Indikator

Target Cara Mengukur

Siklus I Siklus II

Aktivitas

Siswa

Aktivitas

Siswa

50% 60% Diamati saat pembelajaran dan dihitung

dari jumlah siswa yang mendapatkan

kriteria penilaian A (baik sekali) dan B

(baik) pada skor ketuntasan individu.

Hasil

Belajar

Aspek

Kognitif

60% 70% Diukur dari hasil tes aspek kognitif dan

dihitung dari jumlah siswa yang dapat

mencapai nilai KKM (68).

Aspek

Afektif

70% 80% Diukur dari hasil tes aspek afektif dan

dihitung dari jumlah siswa yang

mendapatkan kriteria A dan B pada skor

ketuntasan individu.

Aspek

Psikomotor

60% 70% Diamati saat praktikum dan dihitung dari

jumlah siswa yang mendapatkan kriteria

A dan B pada skor ketuntasan individu.

Page 58: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

keberhasilan di siklus I maka dilaksanakan pembelajaran ulang di siklus II dengan

menggunakan rancangan pembelajaran yang telah diperbaiki sesuai dengan hasil

refleksi pada siklus I.

Skema rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam skema

sebagai berikut:

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

Pelaksanaan

Tindakan I

Observasi I Refleksi I

Belum

Terselesaikan

Terselesaikan

Siklus I

Perencanaan

Tidakan II

Pelaksanaan

Tindakan II

Observasi II

Refleksi II Terselesaikan

Belum

Terselesaikan

Siklus II

Perencanaan

Tidakan I

Perencanaan

Tidakan III

Page 59: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Secara umum, langkah-langkah operasional dalam penelitian meliputi tahap

persiapan dan tahap pelaksanaan tindakan, yang terdiri dari : tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

a. Permintaan ijin kepada kepala sekolah dan guru kimia SMA Negeri

Gondangrejo.

b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan belajar

mengajar khususnya mata pelajaran kimia di SMA Negeri Gondangrejo.

c. Megidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia.

d. Mengetahui kemampuan awal siswa berdasarkan hasil ujian mid semester

semester 2.

2. Tahap Pelaksanaan Siklus

Adapun tahapan-tahapan pada pelaksanaan siklus yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa siklus

tindakan kelas, dalam hal ini kegiatan belajar mengajar direncanakan

menggunakan model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS

(Search, Solve, Create, Share) melalui kegiatan laboratorium pada materi

pokok sistem koloid.

2) Menyusun instrumen penelitian meliputi lembar observasi aktivitas siswa,

soal tes kognitif, dan angket afektif dan angket respon siswa terhadap

pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

1) Melaksanakan KBM sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam

Rencana Pembelajaran.

2) Melakukan kegiatan pemantauan proses pembelajaran melalui observasi

langsung.

3) Menyelenggarakan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.

Page 60: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

4) Melakukan modifikasi berupa perbaikan atau penyempurnaan alternatif

tindakan apabila proses dan prestasi belajar siswa masih kurang

memuaskan.

c. Tahap Observasi

1) Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi.

2) Mendiskusikan dengan guru maupun dosen terhadap hasil pengamatan

setelah proses belajar mengajar selesai.

3) Membuat kesimpulan hasil pengamatan.

d. Tahap Refleksi (Reflecting)

Refleksi merupakan kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan

yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Berdasarkan hasil refleksi

peneliti mencoba untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi

akibat tindakan yang pernah dilakukan. Apabila hasil pengamatan ternyata siswa

mengikuti pelajaran dengan antusias yaitu siswa aktif dan bersemangat, siswa

merespon dan terjadi komunikasi multi arah, maka model pembelajaran yang

dilaksanakan dapat dikatakan berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam

pelaksanaan tindakan maka peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk

mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan serta mengembangkan

strategi pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Page 61: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Tahap Pra Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Tahap pra KBM berisi kegiatan observasi untuk mendapatkan gambaran

awal mengenai keadaan kegiatan belajar mengajar yang kemudian dilanjutkan

dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran

tersebut. Gambaran awal keadaan kegiatan belajar mengajar diperoleh melalui

wawancara dengan guru mata pelajaran kimia dan pengamatan kegiatan belajar

mengajar langsung di kelas. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kegiatan

belajar mengajar di kelas, diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran kimia di kelas adalah menggunakan metode

ceramah yang disertai dengan memberikan contoh-contoh soal yang menguatkan

materi pelajaran. Pada saat proses pembelajaran, aktivitas siswa masih rendah hal ini

dibuktikan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa hanya diam dan

mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru serta siswa hanya

mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan dari guru bila ditunjuk, selain itu jika

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang

belum jelas siswa jarang ada yang mau bertanya. Berdasarkan hasil observasi saat

kegiatan pembelajaran berlangsung hanya sebesar 17% saja siswa yang

menunjukkan keaktifan dalam bertanya.

Selain aktivitas belajar siswa yang masih rendah, permasalahan yang

ditemukan dalam observasi adalah belum optimalnya penggunaan media

laboratorium dalam proses pembelajaran padahal banyak materi kimia yang

harusnya disertai dengan media praktikum, kurangnya penggunaan media praktikum

ini menyebabkan siswa memiliki gambaran yang abstrak terhadap materi

pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang dipelajari.

Laboratorium kimia di SMA Negeri Gondangrejo sebenarnya memiliki alat dan

bahan kimia yang cukup lengkap akan tetapi belum dipergunakan secara maksimal.

Hal ini disebabkan karena tidak adanya laboran di sekolah tersebut sehingga guru

merasa kerepotan jika harus mempersiapkan sendiri kegiatan praktikum bagi siswa.

Selain masalah-masalah tersebut diatas berdasarkan data hasil uji kompetensi dasar

Page 62: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sistem koloid pada tahun ajaran 2010/2011 masih ada beberapa siswa yang belum

mencapai KKM, yaitu sebesar 68. Simpulan data hasil uji kompetensi dasar sistem

koloid pada tahun ajaran 2010/2011 pada kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat dilihat

pada Tabel 4.1 dan data secara lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 55.

Tabel 4.1. Hasil Uji Kompetensi Sistem Koloid Tahun Ajaran 2010/2011 Kelas

XI IPA1 dan XI IPA2

Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa

yang Tuntas

Persentase

Ketuntasan

XI IPA1 37 15 41%

XI IPA2 38 19 50%

Berdasarkan kegiatan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa

pembelajaran kimia di SMA Negeri Gondangrejo masih rendah yaitu siswa masih

pasif dalam kegiatan pembelajaran, serta masih kurangnya variasi metode

pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam proses pembelajaran. Sehingga perlu

diterapkan model pembelajaran inovatif untuk memperbaiki proses pembelajaran

tersebut, yaitu melalui model pembelajaran problem solving dengan metode (SSCS)

search, solve, create, and share. Model pembelajaran problem solving SSCS

merupakan model pembelajaran konstruktivis, sehingga dalam penerapannya

menuntun siswa berpartisipasi aktif untuk bekerjasama dalam kelompok

memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Langkah pemecahan masalah

dilakukan dengan bantuan media laboratorium, yaitu praktikum. Dengan

berpartisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan kegiatan

pembelajaran akan lebih produktif dan dapat meningkatkan kualitas proses serta

hasil belajar siswa.

B. Deskripsi Hasil Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Siklus I

1. Tahap Perencanaan Tindakan I

Tahap perencanaan tindakan dimulai dengan membuat instrumen yang

akan digunakan dalam penelitian. Penelitian menggunakan silabus mata pelajaran

kimia pokok bahasan Sistem Koloid dari SMA Negeri Gondangrejo (Lampiran 1)

sebagai pedoman penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Berdasarkan silabus tersebut peneliti membuat RPP yang terdiri dari 5 pertemuan

Page 63: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pada siklus I, 4 pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 pertemuan untuk

tes evaluasi hasil belajar siklus I. Masing-masing pertemuan menggunakan model

pembelajaran problem solving dengan metode search, solve, create and share

(SSCS) melalui kegiatan laboratorium.

Kegiatan laboratorium berisi kegiatan praktikum yang dilakukan di

laboratorium tentang materi sistem koloid, sedangkan media LKS berisi tentang

soal-soal bahan diskusi kelompok, prinsip dasar petunjuk praktikum serta tabel

data pengamatan.

Instrumen lain yang perlu disiapkan adalah alat evaluasi hasil dan proses

belajar. Evalusi hasil dan proses belajar siswa dilakukan dengan menggunakan

tes objektif untuk aspek kognitif, angket untuk aspek afektif dan aktivitas siswa

serta observasi untuk penilaian aspek psikomotor dan aktivitas siswa saat

kegiatan pembelajaran berlangsung. Instrumen yang telah disiapkan ini harus

ditryoutkan terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat evaluasi.

Untuk instrumen aspek kognitif, afektif dan angket aktivitas siswa ditryoutkan

terlebih dahulu kepada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri Gondangrejo, dimana

kelas ini sudah terlebih dahulu mendapatkan materi sistem koloid. Hasil tryout

yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengukur reliabilitas, daya beda dan

tingkat kesukaran soal. Simpulan analisis tryout instrumen penilaian kognitif

siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran 25, analisis tryout instrumen penilaian afektif dapat dilihat pada Tabel

4.3 dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 27, sedangkan analisis tryout

instrumen penilaian aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 28. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 30

soal objektif sebagai instrumen tes kognitif dan 30 soal checklist sebagai

instrumen tes afektif serta 20 soal checklist sebagai instrumen tes aktivitas siswa.

Tabel 4.2 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Penilaian Kognitif Siklus I

Jml

Soal

Reliabilitas Daya Pembeda Soal Taraf Kesukaran Soal

Koefisien

Reliabilitas

Kriteria SM LM CM KM SKM MS Md Sd Sk SS

35 0,83 Reliabel 0 0 9 21 5 3 17 12 3 0

Page 64: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Keterangan Tabel 4.2 :

• Daya Beda Soal

SM : Sangat Membedakan

LM : Lebih Membedakan

CM : Cukup Membedakan

KM : Kurang Membedakan

SKM : Sangat Kurang Membedakan

• Taraf Kesukaran Soal

MS : Mudah Sekali

Md : Mudah

Sd : Sedang

Sk : Sukar

SS : Sukar Sekali

Tabel 4.3. Simpulan Analisis Tryout Instrumen Penilaian Afektif

Jumlah

Soal

Reliabilitas

Koefisien

Reliabilitas

Kriteria

30 0,998 Reliabel

Tabel 4.4. Simpulan Analisis Tryout Instrumen Aktivitas Siswa

Jumlah

Soal

Reliabilitas

Koefisien

Reliabilitas

Kriteria

14 0,781 Reliabel

Perhitungan validitas soal instrumen penilaian kognitif, afektif dan angket

aktivitas pada siklus I dilakukan dengan menggunakan perhitungan validitas isi.

Berdasarkan perhitungan dari rumus Formula Gregorry pada Lampiran 57 untuk

instrumen kognitif diperoleh hasil perhitungan content validity sebesar 0,735 dan

untuk instrumen afektif diperoleh hasil sebesar 0,80 (Lampiran 59) sedangkan

untuk angket aktivitas sebesar 0,928 (Lampiran 60).

Pada penelitian ini observasi proses belajar siswa yang diamati adalah

aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang meliputi visual

activities, listening activities, oral activities dan writing activities. Pada proses

pembelajaran berlangsung siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana

pembagian kelompok pada siklus I dilakukan secara acak.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan I

Kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh peneliti kemudian

diterapkan di kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran 2011/2012.

Page 65: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai pada tanggal 2 Mei 2012.

Berdasarkan rancangan pembelajaran yang telah disusun, pelaksanaan

pembelajaran pada materi sistem koloid membutuhkan waktu 10x45 menit (5 kali

pertemuan). Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran ini

adalah model problem solving dengan menggunakan metode search, solve, create

and share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium. Penerapan model pembelajaran

ini menuntun siswa berpartisipasi aktif bekerjasama dalam kelompok untuk

memecahkan permasalahan yang diberikan guru, yaitu melalui kegiatan

laboratorium.

Pada pelaksanaannya di awal pembelajaran guru memberi pengarahan

kepada siswa tentang metode dan media yang akan digunakan selama proses

pembelajaran pada materi pokok sistem koloid. Sebelum memasuki materi

pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai beberapa

contoh bahan-bahan yang ada disekitar kita yang termasuk kedalam sistem

koloid. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

pada pertemuan tersebut dam menerangkan tentang metode pembelajaran dengan

menggunakan SSCS. Sebelum masuk ke kegiatan inti pembelajaran guru

membagi kelompok menjadi 8 kelompok dimana masing-masing kelompok

terdiri dari 5 orang dan ada satu kelompok yang terdiri dari 6 orang. Pembagian

kelompok ini dilakukan secara acak.

Pada proses pembelajaran guru tidak menyampaikan materi secara penuh,

namun siswa yang harus aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan mencari

pemecahan masalah yang disajikan oleh guru melalui metode SSCS yang

dilengkapi kegiatan laboratorium. Model pembelajaran problem solving dengan

metode SSCS dimulai dari tahap search. Pada tahap search guru meminta siswa

membaca buku kimia tentang materi tentang sistem koloid. Proses search ini

memudahkan siswa dalam memahami materi Sistem Koloid. Selanjutnya dari

pemahaman yang dimiliki siswa tentang sistem koloid tersebut akan digunakan

siswa sebagai pedoman pada tahap selanjutnya yaitu proses solve. Proses solve

dilakukan oleh siswa melalui kegiatan praktikum maupun pengamatan langsung

terhadap suatu objek, sehingga dari proses solve ini siswa mendapatkan hasil

pemecahan masalah. Hasil pemecahan masalah yang didapatkan oleh masing-

Page 66: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

masing kelompok kemudian dicatat atau ditulis oleh masing-masing siswa dalam

kelompok tersebut ke dalam lembar jawab (create). Dan kemudian perwakilan

dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah

kelompoknya ke depan kelas (share).

Pada setiap pembelajaran guru membagikan kepada masing-masing siswa

lembar kerja siswa (LKS) yang berisi tentang petunjuk praktikum dan soal-soal

yang harus dicari pemecahan masalahnya oleh siswa secara kelompok. Setiap

siswa wajib menulis hasil diskusi pemecahan masalah dari kelompok masing-

masing dan mengumpulkannya kepada guru diakhir pembelajaran sebagai nilai

tugas.

3. Tahap Observasi I

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti, guru dan rekan

observer melakukan pengamatan. Simpulan hasil observasi tindakan pada siklus I

dapat dilihat pada rincian dibawah ini:

a. Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru

beserta rekan observasi, terlihat bahwa siswa cukup memperhatikan pada saat

guru memberikan apersepsi dan menjelaskan gambaran umun tentang metode

SSCS. Pada saat guru meminta siswa membaca buku materi kimia tentang

sistem koloid, siswa sudah melaksanakannya dengan baik walaupun masih ada

beberapa siswa yang asyik mengobrol sendiri dan melakukan aktivitas lain

seperti menggambar dan melamun. Pada saat kegiatan praktikum secara

berkelompok, ada beberapa kelompok yang anggotanya masih sibuk sendiri

atau tidak ikut bekerjasama dalam kelompoknya untuk melakukan kegiatan

praktikum.

Berbeda dengan aktivitas di laboratorium, aktivitas siswa pada saat

diskusi kelompok belum semua siswa ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Kegiatan diskusi masih didominasi oleh siswa yang berkemampuan akademik

tinggi, siswa yang berkemampuan akademik rendah cenderung diam saja,

mereka hanya mendengarkan dan jarang mengeluarkan pendapatnya atau

malah asyik mengobrol sendiri. Selain itu masih ada siswa yang tidak

Page 67: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

mencatat hasil pemecahan masalah, mereka mengandalkan jawaban dari teman

dalam kelompokkanya dan kemudian mereka menyalin jawaban tersebut. Pada

saat presentasi hasil pemecahan masalah masing-masing kelompok terlihat

jelas bahwa pembagian tugas dalam kelompok belum merata, kegiatan

mengajukan atau menjawab pertanyaan masih didominasi siswa yang

berkemampuan tinggi. Dalam pengerjaan tugas rumah semua siswa sudah

mengumpulkan namun masih ada beberapa siswa yang tidak tepat waktu

mengumpulkanya serta masih ada beberapa pertanyaan yang belum dijawab.

Selama siklus I berlangsung ada 2 siswa yang tidak masuk dengan alasan

sakit.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada

siklus I cukup dapat mengajak siswa lebih berperan aktif dalam mengikuti

pembelajaran. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I untuk tiap

pertemuan secara lengkap terdapat pada Lampiran 46 dan secara ringkas

disajikan hasilnya pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

N

o

Indikator Sub Indikator Persentase Ketercapaian

Indiktaor

1. Visual

activity

Membaca buku materi kimia tentang

Sistem Koloid

70 % 68,5%

Memperhatikan penjelasan guru/teman 67 %

2. Oral activity

Bertanya kepada kelompok lain yang

sedang presentasi

33 % 47,5%

Memberikan atau menanggapi pendapat

dalam kerja kelompok

(diskusi/presentasi)

62 %

3. Listening

activity

Mendengarkan penjelasan guru/teman 73 % 73%

4. Writing activity

Mengerjakan tugas/PR 72 % 66,5%

Menulis yang relevan dengan KBM 61 %

Persentase Rata-Rata 63 %

Selain melalui metode observasi, penilaian aktivitas siswa juga melalui

metode angket yang diisi oleh siswa. Hasil penilaian angket aktivitas siswa

siklus I dapat dilihat pada Lampiran 45 dan secara ringkas dapat dilihat pada

Tabel 4.6.

Page 68: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 4.6. Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Indikator Persentase Ketercapaian

1. Visual activity 80,75%

2. Oral activity 69%

3. Listening activity 81,5%

4. Writing activity 71,75%

Persentase rata-rata 75,75%

Perbandingan hasil observasi dan angket aktivitas siswa dapat dilihat

pada gambar histogram 4.1.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Visual Activity Oral Activity Listening

Activity

Writing

Activity

68.5

47.5

7366.5

80.75

69

81.5

71.75

Pers

enta

se K

eter

cap

aia

n (

%)

Indikator Penilaian Aktivitas

Observasi

Angket

Gambar 4.1. Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode

Observasi dan Angket

Dari kedua metode tersebut, setelah dilakukan analisa ternyata ada

beberapa siswa yang hasil observasi serta hasil angketnya berbeda. Oleh

karena itu maka dilakukan teknik triangulasi yaitu dengan melakukan

wawancara dengan beberapa siswa tersebut untuk mengetahui berdasarkan

metode angket dan observasi manakah yang lebih sesuai dengan keadaan

aktivitas siswa yang sebenarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan berapa

siswa tersebut diperoleh hasil bahwa metode observasilah yang dianggap lebih

valid bila dibandingkan metode angket, hal ini dikarenakan beberapa siswa

dalam mengisi angket dengan memilih jawaban yang baik-baik saja, tidak

sesuai dengan kemampuan dirinya yang sebenarnya.

Page 69: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Berdasarkan hasil observasi penilaian aktivitas siswa dapat dilihat

bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif pada indikator oral activities.

Aktivitas belajar pada siklus I ini belum dapat mencapai target keberhasilan

yang telah ditetapkan oleh peneliti dan guru, dimana peneliti dan guru

mentargetkan sebanyak 50% siswa dapat mencapai kompetensi aktivitas

belajar, dimana berdasarkan observasi hasil belajar siswa siklus I ini hanya

sebesar 32% siswa yang dapat mencapai kompetensi aktivitas belajar.

Berdasarkan data hasil observasi, dari ke tujuh sub indikator yang telah

ditetapkan terdapat 3 sub indikator yang masih dibawah persentase rata-rata

kelas, yaitu :

a. Bertanya kepada kelompok lain yang sedang presentasi.

b. Memberikan atau menanggapi pendapat dalam kegiatan diskusi/presentasi.

c. Menulis yang relevan dengan KBM.

Berdasarkan hasil observasi, kegiatan siswa dalam mengajukan

pertanyaan dalam kegiatan presentasi kelas masih sangat kurang, hal ini

disebabkan masih banyaknya siswa yang enggan dan malu dalam mengajukan

pertanyaan. Selain itu dalam diskusi kelompok sebagian siswa masih belum

memberikan pendapatnya dalam mencari pemecahan masalah, diskusi

kelompok masih didominasi oleh siswa-siswa yang aktif, siswa yang pasif

hanya mendengarkan jalannya diskusi atau bahkan asyik mengobrol sendiri.

Begitu juga pada waktu presentasi kelompok hanya siswa-siswa yang aktif

saja yang mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang

mempresentasikan hasil pemecahan masalah. Sedangkan untuk sub indikator

menulis yang relevan dengan KBM, juga hasilnya masih kurang. Hal ini

dikarenakan siswa sudah mempunyai LKS dan materinya juga berupa hafalan

jadi mereka merasa tidak perlu mencatat lagi. Aktivitas belajar siswa pada

siklus I ini masih perlu di tingkatkan lagi terutama pada sub indikator oral

activities dan writing activities supaya pada siklus II nanti dapat mencapai

target keberhasilan yang telah ditetapkan.

Page 70: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b. Hasil Belajar

Ketuntasan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran kimia merupakan

salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penelitian ini. Hasil belajar pada

penelitian ini dilihat pada aspek kognitif, selain itu juga dilakukan penilaian pada

aspek afektif untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran serta

aspek psikomotor untuk mengetahui keterampilan siswa pada saat melakukan

kegiatan praktikum di laboratorium.

Pengukuran hasil belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan tiga

teknik yaitu teknik tes yaitu untuk penilaian aspek kognitif, teknik angket untuk

penilaian aspek afektif dan teknik observasi untuk penilaian aspek psikomotor.

1) Aspek Kognitif

Dari hasil analisis data hasil belajar siswa aspek kognitif diperoleh

bahwa nilai rata-rata kelas adalah 65,8 dengan presentase ketuntasan belajar

adalah 51%. Adapun rincian hasil tes dari masing-masing indikator

kompetensi pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Tes Kognitif Siklus I

No Indikator Nomor

Soal

(%) Ketercapaian

Setiap

Soal

Setiap

Indikator

Kompetensi

1. Mendefinisikan sistem koloid 1

21

80 %

83 %

81,5 %

2. Menyebutkan ciri-ciri sistem koloid 2

22

63 %

73 %

68 %

3. Mengelompokkan campuran yang ada di

lingkungan sekitar ke dalam suspensi, koloid,

larutan

3 63 % 63 %

4. Menggunakan ciri-ciri suspensi, koloid dan larutan

sejati untuk menentukan jenis sistem dispersi suatu

zat dalam suatu percobaan

4 39 % 39 %

5. Mendefinisikan pengertian jenis-jenis sistem

koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium

pendispersi

5

23

63 %

71 %

67 %

6. Menyebutkan contoh-contoh sistem koloid

berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi

6

24

71 %

71 %

71 %

7. Menyebutkan sifat-sifat sistem koloid 7 66 % 66 %

8. Mengkaitkan ciri-ciri koloid dengan peristiwa efek

tyndall

8

9

76 %

78 %

77 %

9. Mendefinisikan konsep tentang gerak brown 10 73 % 75,5 %

Page 71: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

11 78 %

10. Menjelaskan peristiwa elektroforesis dan

penerapannya

12

13

61 %

41 %

51 %

11. Memberikan contoh peristiwa koagulasi koloid 14 59 % 59 %

12. Menyebutkan contoh koloid pelindung dalam

kehidupan sehari-hari

15

25

85 %

20 %

52,5 %

13. Memberikan contoh peristiwa adsorpsi koloid 16 41 % 41 %

14. Menggunakan senyawa-senyawa elektrolit untuk

pembentukan koagulasi

26 44 % 44 %

15. Mengelompokkan sol ke dalam sol hidrofil dan sol

hidrofob

17 85 % 85 %

16. Mendefinisikan pembuatan sistem koloid dengan

cara kondensasi

18

27

68 %

66 %

67 %

17. Memberikan contoh pembuatan koloid dengan

cara kondensasi

29

30

85 %

80 %

82,5 %

18. Mendefinisikan beberapa cara pembuatan koloid

dengan cara dispersi

19

28

78 %

76 %

77 %

19. Memberikan contoh pembuatan koloid dengan

cara dispersi

20 22 % 22 %

Rata-rata 66 %

Grafik persentase ketercapaian tiap indikator tes kognitif siklus I dapat

dilihat pada Gambar 4.2.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

81.5

6863

39

6771

66

77 75.5

51

59

52.5

4144

85

67

82.577

22

Per

sen

tase

Ket

erca

paia

n (

%)

Indikator Soal Asspek Kognitif

Gambar 4.2. Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus I

Dari analisis tes kognitif siklus I diatas, dapat disimpulkan bahwa

masih ada beberapa indikator soal yang belum tuntas ketercapaiannya oleh

semua siswa. Indikator kompetensi yang belum tuntas adalah indikator yang

Page 72: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

ketercapaiannya oleh siswa masih dibawah persentase target ketercapaian,

yaitu sebesar 60%. Indikator yang belum tuntas inilah yang nantinya harus

lebih ditekankan pada pembelajaran siklus II untuk meningkatkan kualitas

hasil belajar siswa. Indikator-indikator kompetensi yang belum mencapai batas

ketuntasan tersebut adalah:

(1) Menggunakan ciri-ciri suspensi, koloid dan larutan sejati untuk

menentukan jenis sistem dispersi suatu zat dalam suatu percobaan.

(2) Menjelaskan peristiwa elektroforesis dan penerapannya.

(3) Memberikan contoh peristiwa koagulasi koloid.

(4) Menyebutkan contoh koloid pelindung dalam kehidupan sehari-hari.

(5) Memberikan contoh peristiwa adsorpsi koloid.

(6) Menggunakan senyawa-senyawa elektrolit untuk pembentukan koagulasi.

(7) Memberikan contoh pembuatan koloid dengan cara dispersi.

Berdasarkan analisis tes siklus I materi pokok sistem koloid Kelas XI

IPA1 pada lampiran 41 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan kelas

adalah sebesar 51% atau sebanyak 21 siswa yang mencapai ketuntasan dari 41

siswa yang mengikuti tes siklus I, dimana kriteria ketuntasan minimal (KKM)

siswa untuk mata pelajaran kimia di SMA Negeri Gondangrejo adalah 68.

Persentase ketercapaian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan bila

dibandingkan tahap prasiklus, dimana berdasarkan hasil wawancara dengan

guru diperoleh data bahwa sebesar 22% siswa dapat mencapai batas

ketuntasan kelas.

Dari persentase ketuntasan kelas yang dicapai pada siklus I ini

menunjukkan bahwa hasil belajar dari penilaian aspek kognitif belum

memenuhi target yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu 60%. Kurang

berhasilnya pembelajaran yang dilakukan pada siklus I ini disebabkan oleh

siswa belum terbiasa dalam mencari pemacahan masalah melalui metode

pembelajaran SSCS yang dilengkapi kegiatan praktikum, sehingga pada awal-

awal pembelajaran situasi dan keadaan kelas masih kurang kondusif selain itu

masih kurangnya keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru

maupun teman pada kegiatan presentasi serta masih banyaknya siswa yang

Page 73: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

malas mencatat apa yang sedang dipresentasikan atau didiskusikan sehingga

masih banyak siswa yang kurang memahami materi sistem koloid yang

mengakibatkan mereka tidak dapat menjawab dengan tepat soal-soal kognitif

pada tes di siklus I. Berdasarkan data hasil analisis penilaian aspek kognitif

siklus I pada lampiran 42 dapat diperoleh simpulan jumlah siswa yang tuntas

dan yang belum tuntas seperti digambarkan pada diagram pie ketercapaian

hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus I yang disajikan pada Gambar

4.3.

Tidak

Tuntas 49%

Tuntas

51%

Gambar 4.3. Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus I

2) Aspek Afektif

Selain penilaian aspek kognitif, juga dilakukan penilaian aspek afektif

siswa untuk memberikan informasi kepada guru tentang sikap siswa terhadap

proses pembelajaran, karena penilain afektif merupakan salah satu penentu

keberhasilan belajar seseorang. Dalam penelitian ini, untuk aspek afektif hasil

belajar siswa pada pembelajaran siklus I ditargetkan 70% siswa menunjukkan

afektif yang positif selama proses pembelajaran. Penilaian untuk aspek afektif

diperoleh melalui metode angket yang diisi oleh siswa. Hasil penilaian angket

afektif pada pembelajaran materi pokok sistem koloid menunjukkan hasil yang

cukup baik. Persentase ketercapaian tiap indikator penilaian aspek afektif

siswa kelas XI IPA1 pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Page 74: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 4.8. Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siswa

No Indikator Persentase (%)

Ketercapaian

1. Sikap 75,4%

2. Minat 79%

3. Konsep Diri 72,8%

4. Nilai 86%

5. Moral 77,8%

Persentase rata-rata 78%

Dari hasil penilaian angket aspek afektif yang diisi oleh siswa kelas XI

IPA1, persentase siswa yang mendapatkan nilai afektif kategori positif (nilai A

dan B), yaitu sebanyak 73% (Lampiran 43). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa target yang diinginkan dalam aspek afektif siswa sudah tercapai, karena

sudah memenuhi target yang ditentukan yaitu 70%. Persentase ketercapaian

penilaian aspek afektif siswa kelas XI IPA1 pada pembelajaran siklus I dapat

dilihat pada Gambar 4.4.

A

34%

B

39%

C

27%

Keterangan :

A : Sangat Aktif

B : Aktif

C : Kurang Aktif

D : Sangat Kurang Aktif

Gambar 4.4. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I

3) Aspek Psikomotor

Nilai psikomotor merupakan penilaian tentang unjuk kerja siswa dalam

melaksanakan kegiatan praktikum. Penilaian aspek psikomotor ini dilakukan

melalui observasi terhadap masing-masing siswa pada saat melakukan

kegiatan praktikum (Lampiran 44). Adapun rincian hasil penilaian dari

masing-masing indikator kompetensi dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Page 75: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 4.9. Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siswa Siklus I

No Aspek Yang Dinilai Presentase

Pencapaian Skor

1 2 3

1. Cara mengambil larutan dengan menggunakan

pipet tetes

22% 61% 17%

2. Cara memasukkan zat kedalam tabung reaksi 11% 69% 20%

3. Cara menuang larutan dari pipet tetes ke dalam

tabung reaksi

16% 57% 27%

4. Cara mengaduk zat yang ada dalam tabung reaksi 5% 68% 27%

5. Cara mencatat data hasil praktikum - 33% 67%

6. Kerjasama melakukan praktikum - 40% 60%

7. Kerapian dan kebersihan - 59% 42%

8. Urutan kerja dalam praktikum disesuaikan dengan

petunjuk praktikum

- 41% 59%

Skor Rata-Rata 7% 53% 41%

Keterangan :

Skor 1 : jika kurang dari 2 kriteria penilaian yang dilakukan

Skor 2 : jika 2-3 kriteria penilaian yang dilakukan

Skor 3 : jika semua kriteria penilaian dilakukan

Dari hasil observasi aspek psikomotor pembelajaran siklus I materi

pokok sistem koloid menunjukkan hasil yang cukup baik. Berdasarkan hasil

perhitungan aspek psikmotor pada lampiran 44 persentase siswa yang

mendapatkan nilai psikomotor kategori positif (nilai A dan B), yaitu sebanyak

83%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa target yang diinginkan dalam

penilaian aspek psikomotor siswa sudah tercapai, karena sudah memenuhi

target yang ditentukan yaitu 60%. Persentase ketercapaian penilaian aspek

psikomotor siswa kelas XI IPA1 pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada

Gambar 4.5.

Page 76: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

A

46%B

37%

C

17%

Keterangan :

A : Sangat Aktif

B : Aktif

C : Kurang Aktif

D : Sangat Kurang Aktif

Gambar 4.5. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus I

Meskipun target dalam penilaian aspek psikomotor pada siklus I ini

sudah tercapai, namun berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa

indikator yang perlu ditingkatkan pada pembelajaran siklus II nanti, karena

pada indikator tersebut masih ada siswa yang mendapatkan skor 1, indikator

tersebut antara lain:

a) Cara mengambil larutan dengan menggunakan pipet tetes

b) Cara memasukkan zat kedalam tabung reaksi

c) Cara menuang larutan dari pipet tetes ke dalam tabung reaksi

d) Cara mengaduk zat yang ada dalam tabung reaksi

4. Tahap Refleksi I

Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan tujuan supaya siswa

lebih menguasai tentang materi pokok sistem koloid. Pada awal kegiatan

pembelajaran siklus I masih ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan

baik, salah satunya yaitu siswa belum terbiasa dalam mencari pemacahan

masalah melalui metode pembelajaran SSCS yang dilengkapi kegiatan

praktikum, sehingga pada awal-awal pembelajaran situasi dan keadaan kelas

masih kurang kondusif. Selama proses pembelajaran siswa diberi

permasalahan yang berupa soal, kemudian soal tersebut dicari penyelesaian

permasalahannya melalui metode SSCS yang dilengkapi kegiatan praktikum

dan diskusi secara kelompok. Pada awal pembelajaran siswa masih sangat

Page 77: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kesulitan menemukan jawaban dari permasalahan, akan tetapi dengan

bimbingan dari guru, kesulitan tersebut dapat diatasi.

Pembelajaran dengan menggunakan metode SSCS (Search, Solve,

Create, Share) melalui kegiatan praktikum pada tindakan I sudah terlaksana

cukup optimal. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang cukup baik

yaitu meliputi interaksi siswa dalam kelompok maupun interaksi siswa antar

kelompok serta interaksi siswa dengan guru terlihat cukup baik pada saat

proses pembelajaran. Siswa berani bertanya pada hal – hal yang belum mereka

pahami mengenai materi pelajaran kepada teman maupun guru, meskipun

masih ada beberapa siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran.

Setelah pelaksanan pembelajaran siklus I selesai maka dilaksanakan tes

evaluasi siklus I yaitu pada pertemuan ke 5, dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat penguasaan siswa terhadap materi pokok sistem koloid yang telah

dipelajari. Berdasarkan target keberhasilan pada siklus I yang telah ditetapkan,

maka ketercapaian dari kegiatan pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil

yang terlihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Target Keberhasilan dan Ketercapaian Siklus I

No Aspek yang

Diamati

Siklus I Kriteria

Keberhasilan Target Ketercapaian

1. Aktivitas Siswa 50% 32% Belum Berhasil

2. Aspek Kognitif 60% 51% Belum Berhasil

3. Aspek Afektif 70% 73% Berhasil

4. Aspek Psikomotor 60% 83% Berhasil

Dari data diatas dapat digambarkan dalam bentuk histogram pada

Gambar 4.6.

Page 78: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4

50

60

70

60

32

51

73

83

Per

sen

tase

Ket

erca

paia

n (

%)

Aspek Penilaian

Target

Ketercapaian

Gambar 4.6. Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I

Keterangan :

1 : Aktivitas Belajar Siswa

2 : Aspek Kognitif

3 : Aspek Afektif

4 : Aspek Psikomotor

Dari grafik diatas terlihat bahwa untuk aspek afektif dan psikomotor hasil

belajar siswa pada penelitian ini sudah berhasil melampaui target yang

diharapkan. Namun untuk aspek kognitif dan aktivitas siswa belum dapat

mencapai target yang ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, maka perlu

dilakukan tindakan selanjutnya yaitu perlu direncanakan adanya pembelajaran

siklus II untuk materi sistem koloid. Dari pembelajaran siklus II diharapkan

nantinya kualitas proses dan hasil belajar kimia dari para siswa untuk materi

sistem koloid dapat mencapai target yang ditentukan. Terlebih untuk aspek

kognitif dan aktivitas siswa, dimana kedua aspek ini akan lebih ditekankan

pada pembelajaran siklus II karena pada siklus sebelumnya belum berhasil

mencapai target yang diharapkan.

Page 79: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Dalam pelaksanaan tindakan siklus I masih ditemukan beberapa

kekurangan, diantaranya adalah:

a. Beberapa siswa kurang tepat waktu dalam menyelesaikan dan

mengumpulkan tugas secara individu maupun kelompok.

b. Beberapa siswa masih kurang aktif dalam mengajukan pendapat maupun

bertanya.

c. Masih ada beberapa siswa yang tidak mencatat apa yang sedang

dipresentasikan atau didiskusikan untuk melengkapi buku materi yang

mereka punya.

d. Hasil belajar siswa untuk aspek kognitif belum mencapai target ketuntasan

yang diharapkan.

Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I masih perlu dilakukan

perbaikan pembelajaran yaitu dengan melakukan ke tindakan selanjutnya atau

siklus II. Hal ini dimaksudkan supaya target peningkatan kualitas proses dan

hasil belajar terpenuhi sehingga semua kompetensi pembelajaran dapat

dikuasai oleh siswa.

C. Deskripsi Hasil Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Siklus II

1. Tahap Perencanaan Tindakan II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perlu dilakukan

perencanaan untuk pelaksanaan tindakan siklus II sebagai tindak lanjut untuk

menyempurnakan pembelajarana siklus I yang belum berhasil memenuhi target

pencapaian. Perencanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan

siklus I, tetapi lebih disempurnakan untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.

Perencanaan ini meliputi pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

siklus II serta LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi petunjuk praktikum dan

soal-soal bahan diskusi kelompok. Instrumen lain yang perlu disiapkan adalah

lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi psikomotor siswa,

angket afektif, serta soal tes kognitif siklus II.

Dalam proses pembelajaran siklus II ini pembentukan kelompok

dilakukan secara heterogenisasi, yaitu berdasarkan nilai ujian tengah semester

Page 80: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

siswa. Dengan pembentukan kelompok yang secara heterogen ini maka

diharapkan siswa yang kurang pandai dapat bertanya tentang materi yang belum

dipahami kepada siswa yang lebih pandai, sehingga memudahkan pemahaman

siswa, selain itu pada pembelajaran siklus II ini guru lebih mengutamakan

pembelajaran dengan pembahasan soal-soal pada indikator yang belum tuntas

pada siklus I dengan tujuan agar siswa lebih paham dan menguasai konsep materi

tentang sistem koloid. Selain itu guru juga lebih mendorong siswa yang masih

enggan dan malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan serta masih

kurang partisipasi aktif dalam melakukan kegiatan kelompok, dan dengan

berbagai strategi membangkitkan kesadaran dan memotivasi siswa untuk belajar

dengan sungguh-sungguh. Guru juga berusaha menumbuhkan kesadaran kepada

siswa untuk melengkapi materi sistem koloid dengan mencatat sendiri hal-hal

yang penting yang belum ada pada buku paket.

Seperti halnya pada siklus I, sebelum digunakan sebagai alat evaluasi

hasil belajar siswa, soal-soal tes kognitif diujicobakan terlebih dahulu pada kelas

XI IPA2 SMA Negeri Gondangrejo. Simpulan analisis tes ujicoba instrumen

penilaian kognitif siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan secara lengkap dapat

dilihat pada Lampiran 26. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 30 soal objektif

sebagai instrumen penilaian tes kognitif dari 35 soal objektif.

Tabel 4.11 Simpulan Analisis Tryout Instrumen Penilaian Kognitif Siklus II

Jml

Soal

Reliabilitas Daya Pembeda Soal Taraf Kesukaran Soal

Koefisien

Reliabilitas

Kriteria SM LM CM KM SKM MS Md Sd Sk SS

35 0,75 Reliabel 0 0 3 27 5 2 10 22 1 0

Keterangan Tabel 4.2 :

• Daya Beda Soal

SM : Sangat Membedakan

LM : Lebih Membedakan

CM : Cukup Membedakan

KM : Kurang Membedakan

SKM : Sangat Kurang Membedakan

• Taraf Kesukaran Soal

MS : Mudah Sekali

Md : Mudah

Sd : Sedang

Sk : Sukar

SS : Sukar Sekali

Page 81: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Untuk perhitungan validitas soal dilakukan dengan menggunakan validitas

isi yang dilakukan oleh dua orang panelis. Berdasarkan perhitungan dari rumus

Formula Gregorry diperoleh hasil perhitungan content validity sebesar 0,8

(Lampiran 58).

2. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II merupakan kelanjutan dari

siklus I yang dilaksanakan mulai tanggal 24 Mei 2012 dengan alokasi waktu

4 x 45 menit (2 kali pertemuan). Dalam proses pembelajaran guru melakukan

penekanan pada konsep-konsep pokok yang belum dipahami siswa sesuai dengan

hasil analisis dan refleksi pada tindakan I, dengan tetap menggunakan model

pembelajaran problem solving dengan metode SSCS melalui kegiatan

laboratorium. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II adalah guru

membagikan LKS yang berisi bahan diskusi kelompok dan petunjuk praktikum

kepada masing-masing siswa dan mengkondisikan siswa secara berkelompok

untuk berdiskusi dan mencari pemecahan masalah melalui kegiatan praktikum.

Pada awal pembelajaran guru meminta siswa membaca buku kimia

tentang materi sistem koloid (search). Selanjutnya dari pemahaman yang dimiliki

siswa tentang sistem koloid tersebut siswa mencari pemecahan masalah melalui

kegiatan praktikum maupun pengamatan langsung terhadap suatu objek (solve).

Hasil pemecahan masalah yang didapatkan oleh masing-masing kelompok

kemudian dicatat atau ditulis oleh masing-masing siswa dalam kelompok tersebut

ke dalam lembar jawab (create). Dan kemudian perwakilan dari masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah ke depan kelas (share).

3. Tahap Observasi II

Selama proses pembelajaran siklus II berlangsung, peneliti, guru dan

rekan observan melakukan pengamatan. Simpulan hasil observasi tindakan pada

siklus II dapat dilihat pada rincian dibawah ini:

a. Aktivitas Siswa

Dalam pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam

mengikuti pelajaran dengan metose SSCS. Hal ini terlihat dari peningkatan

Page 82: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

aktivitas belajar siswa sebagai hasil pelaksanaan tindakan siklus II. Hasil

observasi aktivitas belajar siswa siklus II untuk tiap pertemuan dapat dilihat

pada Lampiran 49. Kegiatan kelompok baik diskusi kelompok maupun

presentasi kelompok sudah berjalan dengan baik, karena semua anggota

kelompok telah ikut ambil bagian dalam kerja kelompok. Siswa yang

dulunya masih enggan dan malu dalam mengajukan pertanyaan, sudah mulai

terlihat berpartisipasi aktif baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun

presentasi. Kemudian dalam diskusi dan presentasi kelas sudah tidak lagi

didominasi oleh siswa dengan kemampuan akademik tinggi karena sudah

dilakukan secara bergantian baik dalam menyampaiakan hasil diskusi

maupun menjawab pertanyaan.

Penilaian aktivitas siswa pada siklus II ini sama dengan pada siklus I,

yaitu dengan menggunakan metode angket, observasi, dan wawancara.

Metode wawancara digunakan untuk mengetahui keabsahan data yang

diperoleh dari metode angket dan observasi. Berdasarkan hasil wawancara

dengan berapa siswa diperoleh hasil bahwa metode observasi dianggap lebih

valid bila dibandingkan metode angket, hal ini dikarenakan beberapa siswa

dalam mengisi angket dengan memilih jawaban yang baik-baik saja, tidak

sesuai dengan kemampuan dirinya yang sebenarnya. Hasil analisis aktivitas

siswa pada siklus II melalui metode observasi dapat dilihat pada Tabel 4.12

dan secara lengkap disajikan dalam Lampiran 51.

Tabel 4.12. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

N

o

Indikator Sub Indikator Persentase

Sub Indikator

Persentase

Indikator

1 Visual

activity

Membaca buku materi kimia tentang

Sistem Koloid

79,9 % 77%

Memperhatikan penjelasan guru/teman 74 %

2 Oral

activity

Bertanya kepada kelompok lain yang

sedang presentasi

44,5 % 59%

Memberikan atau menanggapi

pendapat dalam kerja kelompok

(diskusi/presentasi)

73,2 %

3 Listening

activity

Mendengarkan penjelasan guru/teman 79 % 79%

4 Writing

activity

Mengerjakan tugas/PR 90 % 84,5%

Menulis yang relevan dengan KBM 79 %

Page 83: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Sedangkan hasil penilaian aktivitas siswa melalui metode angket

pada siklus II dapat dilihat pada Lampiran 50 dan secara ringkas dapat dilihat

pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Indikator Persentase Ketercapaian

1. Visual activity 85%

2. Oral activity 73,5%

3. Listening activity 82,5%

4. Writing activity 81,5%

Persentase rata-rata 81%

Perbandingan hasil observasi dan angket aktivitas siswa pada siklus

II dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Perbandingan Pencapaian Aktivitas Siswa Melalui Metode

Observasi dan Angket

Aktivitas belajar siswa pada siklus II bila dibandingkan dengan

siklus I mengalami peningkatan. Dimana berdasarkan hasil observasi

aktivitas siswa pada siklus I hanya sebanyak 32% siswa saja yang dapat

mencapai target ketuntasan aktivitas belajar siswa, sedangkan pada siklus II

ini sebanyak 66% siswa dapat mencapai target ketuntasan aktivitas siswa

Page 84: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

yang telah ditentukan oleh guru dan peneliti, yaitu sebesar 60% (Lampiran

51). Dari peningkatan persentase ketercapaian ini maka dapat disimpulkan

bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah berhasil karena sudah

dapat mencapai target ketuntasan yang telah ditentukan pada siklus II.

Peningkatan aktivitas siklus II ini disebabkan oleh penerapan model

pembelajaran problem solving SSCS yang merupakan model pembelajaran

berbasis konstruktivisme, sehingga menuntut siswa untuk aktif dalam

mencari pemecahan masalah secara berkelompok, selain itu pembentukan

kelompok yang secara heterogen, membuat siswa semakin berani bertanya

kepada temannya yang lebih pandai dan semakin termotivasi untuk berani

menyampaikan pendapat dalam kegiatan presentasi kelas.

b. Hasil Belajar

Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan penelitian

ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diamati pada

penelitian ini adalah aspek kogitif, afektif dan psikomotor siswa selama

pembelajaran berlangsung. Hasil tes siklus II merupakan penentu

keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus I.

1) Aspek Kognitif

Untuk mengetahui penguasaan siswa mengenai materi sistem

koloid dilakukan tes aspek kognitif siklus II yang hasilnya dapat dilihat

pada Lampiran 47. Adapaun rincian hasil tes kognitif siklus II untuk tiap

indikator dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Hasil Tes Kognitif Siklus II

N

o

Indikator Nomor

Soal

(%) Ketercapaian

Setiap

Soal

Setiap

Indikator

Kompetensi

1 Mendefinisikan sistem koloid 4 85 % 85 %

2 Menyebutkan ciri-ciri sistem koloid 1 73 % 73 %

3 Mengelompokkan campuran yang ada di

lingkungan sekitar ke dalam suspensi,

koloid, larutan

6 73 % 73 %

4 Menggunakan ciri-ciri suspensi, koloid dan 11 73 % 75 %

Page 85: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

larutan sejati untuk menentukan jenis sistem

dispersi suatu zat dalam suatu percobaan

25 76 %

5 Mendefinisikan pengertian jenis-jenis sistem

koloid berdasarkan fase terdispersi dan

medium pendispersi

2 78 % 78 %

6 Menyebutkan contoh-contoh sistem koloid

berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi

3

16

73 %

78 %

76 %

7 Menyebutkan sifat-sifat sistem koloid 5 73 % 73 %

8 Mengkaitkan ciri-ciri koloid dengan

peristiwa efek tyndall

18 88 % 88 %

9 Mendefinisikan konsep tentang gerak brown 7

22

76 %

83 %

79,5 %

10 Menjelaskan peristiwa elektroforesis dan

penerapannya

10

14

20

73 %

88 %

66 %

76 %

11 Memberikan contoh peristiwa koagulasi

koloid

8

23

71 %

68 %

70 %

12 Menyebutkan contoh koloid pelindung

dalam kehidupan sehari-hari

9

19

29

83 %

85 %

68 %

79 %

13 Memberikan contoh peristiwa adsorpsi

koloid

12

26

80 %

80 %

80 %

14 Menggunakan senyawa-senyawa elektrolit

untuk pembentukan koagulasi

15

27

66 %

88 %

77 %

15 Mengelompokkan sol ke dalam sol hidrofil

dan sol hidrofob

13 90 % 90 %

16 Mendefinisikan pembuatan sistem koloid

dengan cara kondensasi

21 78 % 78 %

17 Memberikan contoh pembuatan koloid

dengan cara kondensasi

30 83 % 83 %

18 Mendefinisikan beberapa cara pembuatan

koloid dengan cara dispersi

24 85 % 85 %

19 Memberikan contoh pembuatan koloid

dengan cara dispersi

17

28

76 %

71 %

73,5 %

Rata-rata 78 % 79 %

Page 86: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Grafik ketuntasan tiap indikator tes kognitif siklus II dapat

dilihat pada Gambar 4.8.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

85

73 73 7578 76

73

88

79.576

70

79 8077

90

7883 85

73.5P

erse

nta

se K

eter

cap

aia

na

n (

%)

Indikator Soal Aspek Kognitif

Gambar 4.8. Ketercapaian Tiap Indikator Tes Kognitif Siklus II

Dari analisis tes kognitif siklus II diatas, dapat disimpulkan

bahwa setiap indikator kompetensi aspek kognitif sudah dapat

mencapai persentase target ketercapaian serta mengalami peningkatan

persentase ketercapaian bila dibandingkan pada siklus I. Pada siklus II

ditargetkan siswa yang mencapai ketuntasan adalah sebesar 70% atau

setidaknya 29 siswa yang mencapai ketuntasan dari 41 siswa dalam

satu kelas. Dari data penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan

yang cukup signifikan yaitu sebesar 80% atau sebanyak 33 siswa dari

41 siswa dalam satu kelas (Lampiran 47). Hasil ini sudah berhasil

memenuhi target yang sudah ditentukan sebelumnya. Peningkatan hasil

pembelajaran pada siklus II ini dikarenakan oleh penerapan model

pembelajaran yang lebih difokuskan pada materi yang indikator

kompetensinya belum mencapai target yang ditentukan, sehingga dapat

membuat siswa semakin memahami materi pelajaran tersebut. Selain

itu juga dikarenakan kesadaran siswa dalam mencatat hasil diskusi dan

pemecahan masalah serta pembentukan kelompok yang dilakukan

secara heterogen sehingga membuat siswa semakin berani untuk

bertanya dan berpendapat.

Page 87: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Data mengenai ketuntasan hasil belajar siswa untuk aspek

kognitif pada siklus II dapat dilihat pada diagram pie yang disajikan

pada Gambar 4.9.

Tuntas

78%

Tidak

Tuntas

22%

Gambar 4.9. Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus II

2) Aspek Afektif

Meskipun pada pembelajaran siklus I untuk aspek afektif sudah

dapat tercapai, namun pada pembelajaran siklus II ini tetap dilakukan tes

evaluasi, hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan persentase

ketercapaian siswa pada aspek afektif bila dibandingkan pada

pembelajaran siklus I.

Penilaian aspek afektif pada siklus II ini diperoleh melalui

metode angket yang diisi oleh siswa. Hasil analisis penilaian angket

afektif pada pembelajaran siklus II menunjukkan hasil yang cukup baik,

dimana persentase siswa yang mendapatkan nilai afektif kategori positif

(nilai A dan B), yaitu sebanyak 88% (Lampiran 48). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa penilaian aspek afektif pada siklus II sudah dapat

mencapai target yang telah ditentukan oleh guru dan peneliti

yaitu sebesar 80% serta mengalami peningkatan jika dibandingkan hasil

ketercapaiannya dari siklus I, yaitu dari 73% menjadi 88%. Persentase

ketercapaian tiap indikator aspek afektif siswa kelas XI IPA1 pada

pembelajaran siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Page 88: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 4.15. Ketercapaian Tiap Indikator Penilaian Aspek Afektif Siswa

No Indikator Persentase Ketercapaian

1. Sikap 76,8%

2. Minat 80%

3. Konsep Diri 77%

4. Nilai 87,5%

5. Moral 80%

Persentase rata-rata 80%

Persentase ketercapaian aspek afektif siswa kelas XI IPA1 pada

pembelajaran siklus II disajikan dalam diadram pie pada Gambar 4.10.

A

49%B

39%

C

12%

Keterangan :

A : Sangat Aktif

B : Aktif

C : Kurang Aktif

D : Sangat Kurang Aktif

Gambar 4.10. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II

3) Aspek Psikomotor

Untuk tes psikomotor siswa, walaupun hasil belajar siswa pada

siklus I sudah dapat mencapai terget keberhasilan, namun karena pada

penelitian ini digunakan media laboratorium jadi kegiatan praktikum

pada pembelajaran siklus II tetap dilaksanakan, selain itu pada

penilaian psikomotor siklus I pada beberapa indikator masih ada siswa

yang memperoleh skor 1, sehingga perlu dilakukan perbaikan.

Penilaian aspek psikomotor siklus II ini dilakukan melalui

observasi terhadap masing-masing siswa pada saat melakukan kegiatan

praktikum (Lampiran 49). Adapun rincian hasil penilaian dari masing-

masing indikator kompetensi dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Page 89: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 4.16. Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siswa Siklus II

N

o

Aspek Yang Dinilai Presentase

Pencapaian Skor

1 2 3

1. Cara mengambil larutan dengan menggunakan

pipet tetes

10% 61% 29%

2. Cara memasukkan zat kedalam tabung reaksi 7% 49% 44%

3. Cara menuang larutan dari pipet tetes ke dalam

tabung reaksi

- 66% 34%

4. Cara mengaduk zat yang ada dalam tabung reaksi - 59% 42%

5. Cara mencatat data hasil praktikum - 22% 78%

6. Kerjasama melakukan praktikum - 39% 61%

7. Kerapian dan kebersihan - 54% 46%

8. Urutan kerja dalam praktikum disesuaikan

dengan petunjuk praktikum

- 32% 68%

Skor Rata-Rata 2% 48% 50%

Keterangan :

Skor 1 : jika kurang dari 2 kriteria penilaian yang dilakukan

Skor 2 : jika 2-3 kriteria penilaian yang dilakukan

Skor 3 : jika semua kriteria penilaian dilakukan

Dari hasil observasi aspek psikomotor pembelajaran siklus II

pada materi pokok sistem koloid jika dibandingkan siklus I jumlah

siswa yang mendapatkan nilai psikomotor kategori positif (A dan B)

menunjukkan peningkatan selain itu persentase siswa yang mendapat

skor 3 juga semakin meningkat. Berdasarkan analisis hasil observasi

aspek psikomotor siswa siklus II (Lampiran 48), persentase siswa yang

mendapatkan nilai psikomotor kategori positif (A dan B) adalah

sebesar 88% atau 36 siswa dari 41 siswa dalam satu kelas. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa target yang diinginkan dalam penilaian

psikomotor siswa siklus II sudah tercapai, dimana target ketercapaian

untuk aspek psikomotor pada siklus II adalah sebesar 70%.

Page 90: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Diagram pie hasil penilaian aspek psikomotor siswa kelas XI

IPA1 pada pembelajaran siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.11.

A

66%

B

22%

C

12%

Keterangan :

A : Sangat Aktif

B : Aktif

C : Kurang Aktif

D : Sangat Kurang Aktif

Gambar 4.11. Penilaian Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus II

4. Tahap Refleksi II

Pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid dengan menerapkan

model pembelajaran problem solving dengan metode SSCS melalui kegiatan

laboratorium pada siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil pembelajaran

siklus I. Dimana pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan hasil yang lebih

baik bila dibandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I. Proses pembelajaran

pada siklus II ini sama dengan proses pembelajaran pada siklus I, yaitu siswa

mencari pemecahan masalah melalui proses search, solve, create, share (SSCS)

yang dilengkapi kegiatan praktikum. Pada pembelajaran siklus II ini lebih

ditekankan pembahasan soal-soal pada indikator yang belum tuntas pada siklus I

serta aktivitas siswa yang masih rendah. Dari hasil analisis data terlihat bahwa

terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Setelah proses pembelajaran siklus II selesai dilaksanakan maka pada

tanggal 30 Mei 2012 dilaksanakan tes evaluasi siklus II untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap materi pokok sistem koloid. Berdasarkan target

keberhasilan pada siklus II, maka ketercapaian hasil dan proses belajar dari

kegiatan pembelajaran siklus II diperoleh hasil yang terlihat pada Tabel 4.17.

Page 91: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4.17. Target Keberhasilan dan Ketercapaian Siklus II

No Aspek yang

Diamati

Siklus II Kriteria

Keberhasilan Target Ketercapaian

1. Aktivitas Siswa 60% 66% Berhasil

2. Aspek Kognitif 70% 80% Berhasil

3. Aspek Afektif 80% 88% Berhasil

4. Aspek Psikomotor 70% 88% Berhasil

Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram, seperti pada

Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus II

Keterangan :

1 : Aktivitas Belajar Siswa

2 : Aspek Kognitif

3 : Aspek Afektif

4 : Aspek Psikomotor

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4

60

70

80

7066

78

88 90

Per

sen

tase

Ket

erca

paia

n (

%)

Aspek PenilaianTarget Ketercapaian

Ketuntasan

Page 92: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dari histogram diatas terlihat bahwa pada hasil siklus II semua aspek

penilaian telah menunjukkan keberhasilan mencapai target ketuntasan, selain itu

hasil dari pembelajaran siklus II yang meliputi kualitas proses dan hasil belajar

siswa juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar

siklus I.

D. Perbandingan Hasil Tindakan Pada Tiap Siklus

Berdasarkan analisis hasil pembelajaran siklus I dan siklus II, maka

disajikan histogram perbandingan persentase ketercapaian hasil pembelajaran siklus

I dan siklus II yang meliputi aktivitas siswa, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

psikomotor.

Penilaian proses belajar pada penelitian ini dilakukan pada aspek aktivitas

siswa melalui metode observasi dan angket. Penilaian aktivitas siswa ini meliputi

empat indikator yaitu visual activity, oral activity, listening activity, writing activity.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa persentase

ketercapaian aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Hal

ini dapat terlihat pada histogram perbandingan persentase ketercapaian aktivitas

siswa pada tiap indikator pada Gambar 4.13.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Visual activity Oral activity Listening

activity

Writing

activity

68.5

47.5

7366.5

77

59

7984.5

Per

sen

tase

Ket

erca

paia

n (

%)

Indikator Penilaian Aktivitas

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.13. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Aktivitas Siswa

Pada Siklus I dan Siklus II

Page 93: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Selain proses belajar siswa, pada penelitian ini juga dilakukan penilaian

hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk

aspek kognitif terjadi kenaikan persentase ketercapaian di semua indikator

kompetensi dari siklus I dan siklus II. Selain itu persentase siswa yang tuntas dalam

tes evaluasi aspek kognitif dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan.

Dimana pada siklus I sebesar 51% ketuntasan siswa,sedangkan pada siklus II

mengalami peningkatan menjadi 78% siswa.

Berikut disajikan histogram perbandingan persentase ketercapaian tiap

indikator kompetensi aspek kognitif pada siklus I dan siklus II pada Gambar 4.14.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Per

sen

tase

Ket

erca

paia

n (

%)

Indikator Aspek Kognitif

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.14. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Kompetensi

Tes Kognitif Siklus I dan Siklus II

Selain aspek kognitif, aspek afektif juga merupakan salah satu penilaian

proses belajar. Penilaian aspek afektif melalui metode angket yang meliputi

penilaian sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Berikut disajikan histogram

perbandingan persentase ketercapaian tiap indikator kompetensi aspek afektif siklus

I dan siklus II pada Gambar 4.15.

Page 94: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sikap Minat Konsep Diri Nilai Moral

75.479

72.8

86

77.876.880

77

87.5

80P

erse

nta

se K

eter

cap

aia

n (

%)

Indikator Aspek Afektif

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.15. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Kompetensi

Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan gambar histogram diatas dapat dilihat bahwa semua indikator

penilaian aspek afektif pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Selain

aspek kognitif dan afektif, penilaian proses belajar pada penelitian ini juga meliputi

aspek psikomotor. Penilaian aspek psikomotor dilakukan melalui observasi langsung

kepada masing-masing siswa saat melakukan kegiatan praktikum di laboratorium.

Perbandingan persentase ketercapaian tiap indikator kompetensi untuk aspek

psikomotor pada siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk histogram pada

Gambar 4.16.

Page 95: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Gambar 4.16. Perbandingan Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Kompetensi

Aspek Psikomotor Siklus I dan Siklus II

Data lengkap hasil pembelajaran materi pokok Sistem Koloid pada siklus I

dan siklus II disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

No Aspek yang

Dinilai

Siklus I Siklus II Refleksi

1. Aktivitas Siswa 32% 66% Aktivitas siswa yang meliputi

visual activity, oral activity,

listening activity, writing

activity mengalami

peningkatan

2. Aspek Kognitif 51% 80% Ketuntasan aspek kognitif

meningkat

3. Aspek Afektif 73% 88% Ketuntasan aspek afektif

meningkat

4. Aspek

Psikomotor

83% 88% Ketuntasan aspek psikomotor

meningkat

Berikut histogram perbandingan ketercapaian hasil pembelajaran siklus I

dan siklus II disajikan pada Gambar 4.18

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

65

7771

75

8986

8087

7379 78 80

9387

8289

Per

sen

tase

Ket

erca

pa

ian

(%

)

Indikator Penilaian Aspek Psikomotor

Siklus I

Siklus II

Page 96: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4

32

51

73

83

66

78

88 90P

erse

nta

se (

%)

Kete

rca

pa

ian

Aspek Penilaian

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.18. Histogram Ketercapaian Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

Keterangan:

1 : Aktivitas Belajar Siswa

2 : Aspek Kognitif

3 : Aspek Afektif

4 : Aspek Psikomotor

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa pada pembelajaran siklus II target

(indikator keberhasilan) dari aspek yang dinilai semuanya telah mencapai target

ketercapaian siklus II yang telah ditentukan serta mengalami peningkatan bila

dibandingkan hasil pembelajaran siklus I. Sehingga dari hasil pembelajaran siklus II

ini tidak perlu dilanjutkan ke pembelajaran siklus berikutnya, karena penilaian

kualitas proses dan hasil belajar siswa semuanya sudah mencapai target ketercapaian

yang telah ditentukan.

E. Pembahasan

Penggunaan model pembelajaran problem solving dengan metode search,

solve, create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium telah diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo

dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Penelitian

ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan 7 kali pertemuan (14 x 45 menit), dimana

Page 97: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

tindakan siklus I dilaksanakan dalam 5 pertemuan (10 x 45 menit) dan siklus II

dalam 2 pertemuan (4 x 45 menit). Kegiatan pembelajaran pada masing-masing

siklus diakhiri dengan mengadakan evaluasi pembelajaran yang berupa tes objektif

aspek kognitif dan pengisian angket aspek afektif dan aktivitas siswa. Sedangkan

saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi terhadap aktivitas

siswa serta observasi psikomotor pada saat kegiatan praktikum di laboratorium.

Penerapan model pembelajaran problem solving melalui metode SSCS

meliputi empat tahapan yaitu search (penyelidikan), solve (pemecahan), create

(kreasi) dan share (berbagi), dimana pada penerapan model pembelajaran ini

dilengkapi oleh kegiatan laboratorium untuk mempermudah siswa dalam memahami

materi pokok sistem koloid. Model pembelajaran problem solving SSCS merupakan

model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme, sehingga menuntut siswa untuk

berpartisipasi aktif bekerjasama dalam kelompok untuk mencari pemecahan masalah

secara mandiri. Dengan partisispsi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran maka

dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada

siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

problem solving SSCS melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan aktivitas

siswa, yaitu aktivitas siswa yang meliputi visual activity, oral activity, listening

activity, dan writing activity. Berdasarkan hasil observasi aktivitas dapat

disimpulkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan persentase ketercapaian

dari tahap pratindakan, siklus I dan siklus II, dimana pada tahap observasi

pratindakan sebanyak 17% atau sebanyak 7 siswa yang aktif dalam kegiatan

pembelajaran sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 32% dan siklus II

meningkat menjadi 66%. Meskipun pada sikus I sudah mengalami peningkatan,

namun persentase siswa yang aktif belum dapat mencapai target keberhasilan yang

telah ditentukan. Pada siklus I hasil observasi aktivitas siswa pada aspek oral

activity menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, hal ini dikarenakan masih

banyak siswa yang enggan untuk mengajukan pertanyaan maupun memberikan

pendapat sehingga penilaian oral activity siswa masih rendah. Karena masih ada

indikator yang belum mencapai target ketuntasan maka penilaian aktivitas siswa

dilanjutkan pada pembelajarn siklus II, dimana guru lebih mendorong siswa yang

Page 98: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

masih enggan dan malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan serta siswa

yang belum berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan kelompok. Peningkatan

persentase aktivitas siswa pada siklus II ini juga disebabkan oleh pembentukan

kelompok yang secara heterogen, sehingga membuat siswa yang kurang pandai

semakin berani bertanya kepada temannya yang lebih pandai dan semakin

termotivasi untuk berani menyampaikan pendapat dan bertanya pada saat kegiatan

presentasi. Peningkatan aktivitas siswa pada penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang telah dijurnalkan yang dilakukan oleh Andriani, Nely dkk (2011: 4) yang

menyatakan bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan

aktivitas siswa yang meliputi emotional activities, writing activities, listening

activities, dan visual activities.

Selain dapat meningkatkan kualitas proses, penerapan model pembelajaran

problem solving SSCS yang dilengkapi kegiatan laboratorium juga dapat

meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar pada penelitian ini

adalah ketuntasan belajar siswa pada prestasi belajar kognitif, afektif atau sikap

siswa terhadap pembelajaran dan keterampilan psikomotor siswa dalam

melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium. Penilaian aspek afektif dan

psikomotor ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada guru terkait sikap

siswa dan penilaian keterampilan siswa selama proses pembelajaran. Untuk aspek

kognitif dilakukan melalui tes evaluasi pada akhir siklus yang berupa soal objektif

terdiri dari 30 nomor soal. Berdasarkan wawancara dengan guru, ketuntasan belajar

siswa pada materi pokok sistem koloid sebelum tindakan hanya 41%, setelah

dilakukan tindakan pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 51%.

Namun dari hasil analisis masih terdapat 7 indikator dari 19 indikator kompetensi

yang belum tuntas, belum tuntasnya beberapa inikator ini disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu siswa belum terbiasa dalam mencari pemacahan masalah melalui

metode pembelajaran SSCS yang dilengkapi kegiatan praktikum, sehingga pada

awal-awal pembelajaran situasi dan keadaan kelas masih kurang kondusif selain itu

masih kurangnya keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru

maupun teman pada kegiatan presentasi serta masih banyaknya siswa yang malas

mencatat apa yang sedang dipresentasikan atau didiskusikan sehingga masih banyak

siswa yang kurang memahami materi sistem koloid. Belum tuntasnya beberapa

Page 99: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

indikator tersebut maka perlu dilakukan tindakan pembelajaran siklus II. Pada siklus

II persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi sebesar 80%. Peningkatan

hasil pada siklus II ini dikarenakan oleh penerapan model pembelajaran yang lebih

difokuskan pada materi yang indikator kompetensinya belum mencapai target yang

ditentukan, sehingga dapat membuat siswa semakin memahami materi pelajaran

tersebut. Selain itu pembentukan kelompok yang dilakukan secara heterogen

membuat siswa semakin berani untuk bertanya dan berpendapat. Dari segi aspek

afektif siswa, persentase siswa yang mendapatkan penilaian kategori baik sekali (A)

dan baik (B) sebesar 73% pada siklus I dan meningkat menjadi 88% pada siklus II.

Sementara itu, dari segi keterampilan psikomotor siswa, persentase siswa yang

mendapatkan penilaian kategori aktif sekali (A) dan aktif (B) siklus I sebesar 83%

sedangkan pada siklus II yaitu 88%. Penerapan model pembelajaran problem solving

dapat meningkatan kualitas hasil pembelajaran ini sesuai dengan hasil penelitian

yang telah dijurnalkan oleh Subratha, Nyoman (2007: 145) yang menyatakan bahwa

penerapan model pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan capaian

kompetensi dasar yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor

pada tiap siklus. Selain itu juga penelitian yang telah dijurnalkan oleh Verawati, dkk

(2009: 1) yang menyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran problem

solving SSCS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika,

dimana ketuntasan belajar pada siklus I adalah 60%, siklus II 80%.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

diketahui bahwa dari hasil pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami

peningkatan persentase ketercapaian yang telah ditentukan, selain itu pada hasil

pembelajaran siklus II penilaian proses dan hasil belajar siswa telah mencapai target

ketercapaian yang telah ditentukan oleh guru dan peneliti, sehingga proses

pembelajaran pada materi pokok sistem koloid di kelas XI IPA1 diberhentikan

sampai siklus II, hal ini karena siswa dianggap telah mencapai indikator yang

ditentukan. Sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran problem solving dengan menggunakan metode search, solve, create,

share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan kualitas proses dan

hasil belajar siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo Tahun Pelajaran

2011/2012 pada materi pokok Sistem Koloid.

Page 100: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode search, solve,

create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan kualitas

proses belajar kimia siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo pada materi

pokok Sistem Koloid. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa yang

meliputi visual activity, oral activity, listening activity, dan writing activity yang

mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II, dimana pada siklus I

berdasarkan hasil observasi menunjukkan sebanyak 32% siswa yang dapat

mencapai kompetensi aktivitas belajar, pada pembelajaran siklus II mengalami

peningkatan jumlah siswa yang dapat mencapai kompetensi aktivitas belajar yaitu

sebanyak 66%.

2. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan metode search, solve,

create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil

belajar kimia siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri Gondangrejo pada materi pokok

Sistem Koloid. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar aspek kognitif, afektif dan

psikomotor siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I ketercapaian aspek

kognitif, afektif dan psikomotor oleh siswa secara berturut-turut diperoleh

sebanyak 51%, 73%, 83%. Hasil pembelajaran siklus II mengalami peningkatan

persentase ketercapaian siswa yaitu sebesar 80%, 88% dan 88% untuk aspek

kognitif, afektif dan psikomotor.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan

implikasi secara teoritis dan praktis.

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan upaya

Page 101: digilib.uns.ac.id/Penerapan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya agar dapat

membantu siswa dalam meningkatkan hasil dan proses belajar kimia secara maksimal.

2. Implikasi Praktis

Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran problem

solving dengan metode search, solve, create, share (SSCS) melalui kegiatan

laboratorium dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar kimia untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem

Koloid.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Bagi Guru

Hendaknya guru dapat menyajikan materi Sistem Koloid menggunakan model

pembelajaran problem solving dengan metode search, solve, create, share (SSCS)

melalui kegiatan laboratorium dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Siswa

Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam

menyajikan materi Sistem Koloid menggunakan model pembelajaran problem solving

dengan metode search, solve, create, share (SSCS) melalui kegiatan laboratorium

sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti

a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat

mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang

telah dibuat untuk disesuaikan penggunaanya, terutama dalam hal alokasi

waktu, fasilitas pendukung dan karakteritik siswa yang ada pada sekolah

tempat penelitian tersebut.

b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian

selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkapkan dan

dikembangkan.