Upload
vanngoc
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI
PETERNAK SAPI PERAH
(Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)
SKRIPSI
Oleh :
ISTIQOMAH SETIYANINGRUM
H0407045
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI
PETERNAK SAPI PERAH
(Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/ Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh :
ISTIQOMAH SETIYANINGRUM
H0407045
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Kebutuhan Dan Perilaku Pencarian Informasi
Peternak Sapi Perah
(Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Istiqomah Setiyaningrum
H0407045
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal : 29 Februari 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Ir. Supanggyo, MP
NIP. 19471007 198103 1 001
Anggota I
Hanifah Ihsaniyati, SP, M.Si.
NIP. 19800302 200501 2 001
Anggota II
Agung Wibowo, SP, MSi
NIP. 19760226 200501 1 003
Surakarta, Februari 2012
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS
NIP. 19560225 198601 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak Sapi Perah (Kasus
Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)”. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, M.Si selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian dan Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ir. Supanggyo, MP pembimbing utama penulisan skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Hanifah Ihsaniyati, SP, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing
pendamping penulisan yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi.
6. Agung Wibowo, SP, MSi selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan
masukan serta saran dan masukan yang membangun yang telah diberikan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
7. Seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas
kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.
8. Kepala kantor KESBANG POL dan LINMAS Kabupaten Boyolali, atas izin
penelitian di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali yang telah diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
9. Camat beserta petugas Kecamatan Musuk dan Bapak Bambang Irawan SP
selaku penyuluh peternakan dan Pengurus BPP Kecamatan Musuk, Kepala
beserta pengurus KUD Musuk yang telah memberikan perizinan penelitian,
informasi, serta bantuan dalam pengumpulan data di Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali.
10. Ketua Kelompok Tani Subur Desa Sruni (Bp. Marjono), Bp. Yanto, dan
peternak sapi perah Desa Sruni yang telah memberikan banyak informasi yang
dibutuhkan penulis.
11. Kedua orang tuaku tercinta (Ayahanda Jamil dan Ibunda Srihastuti), adik
tercinta (Fuad Sidiq), Mbak Umi dan Titik, Mas Yatno serta seluruh keluarga
besar Amat Duki atas kasih sayang, kepercayaan, dukungan, doa, perhatian,
dan nasehatnya.
12. Sahabat terbaikku dengan penuh semangat kebersamaan dan ceria kita (Ari
Listiana, Galih, Nuryanti, Nur Lailani, Mbk Santi dan Mbk Rohmiyasti),
Khoirunisa, Ratih, Shohibun, Lukman, Sixtus, dan seluruh keluarga besar PKP
2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan
perjuangan bersama kita.
13. Sahabat terindahku ”Kos Fatiha” ( Dek Lilis, Mbk Ika, Mbak Fais)“Kos Rini”
(Mbak Ita dan Ita Kaerani) atas segala hal indah yang telah diberikan dan
kenangan berharga yang kita lalui bersama.
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang memerlukan.
Surakarta, Februari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
RINGKASAN ............................................................................................. x
SUMMARY ................................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 6
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 22
C. Dimensi Penelitian ........................................................................ 24
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................... 26
B. Penentuan Lokasi .......................................................................... 27
C. Metode Penentuan Informan ......................................................... 28
D. Sumber Data .................................................................................. 30
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 31
F. Validitas Data ................................................................................ 35
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 37
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa Sruni .......................................................... 40
B. Keadaan Penduduk ........................................................................ 41
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan ............................................... 45
D. Keadaan Sarana Perekonomian .................................................... 47
E. Keadaan Sarana Pendidikan .......................................................... 48
F. Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi ........................... 49
G. Kondisi Khusus Peternakan Desa Sruni ...................................... 52
V. KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI PERAH
A. Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah ........................................ 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
B. Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah ..................................... 57
C. Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi Sapi
Perah ............................................................................................. 59
D. Ikhtisar ......................................................................................... 61
VI. PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI
A. Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah ......... 63
B. Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah ...... 72
C. Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Produksi Sapi Perah ..................................................................... 77
D. Ikhtisar ......................................................................................... 85
VII. KENDALA PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI
A. Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah ......... 87
B. Kendala Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah ...... 91
C. Kendala Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Produk Olahan Susu ...................................................................... 92
D. Ikhtisar ......................................................................................... 96
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 98
B. Saran ............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 101
LAMPIRAN ................................................................................................ 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1.1
2.1
3.1
3.2
3.3
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5.1
5.2
5.3
6.1
6.2
6.3
7. 1
7. 2
7. 3
Data Statistik Susu Nasional .......................................................................
Komponen Kandungan dan Nilai Gizi Susu Sapi .......................................
Data Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali Tahun 2011 .................................................................
Tabel Jenis Data dan Sumber Data yang Dibutuhkan .................................
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................
Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sruni ........................
Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Umur ............................................
Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Tingkat Pendidikan .....................
Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Mata Pencaharian ........................
Jumlah Komoditas Tanaman Desa Sruni ...................................................
Peternakan di Desa Sruni ...........................................................................
Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Sruni ........................................
Keadaan Sarana Pendidikan di Desa Sruni ................................................
Sarana Transportasi di Desa Sruni .............................................................
Matrik Kebutuhan Informasi Informasi Teknis Budidaya Sapi
Perah oleh Peternak Sapi Perah Desa Sruni ................................................
Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Permodalan Usaha Peternak
Sapi Perah Desa Sruni ................................................................................
Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan Pemasaran
Susu Sapi Perah oleh Peternak Sapi di Desa Sruni ....................................
Matrik Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi
Perah ...........................................................................................................
Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah 72
Matrik .......................................................................................................... 77
Matrik Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Produksi Sapi Perah .......................................................................... 85
Matrik Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi
Perah ........................................................................................................... 96
Matrik Kendala Pencarian Informasi Permodalanm Usaha Sapi
Perah ........................................................................................................... 96
Matrik kendala Pencarian Informasi Pengolahan Dan Pemasaran
Produk Olahan Susu ................................................................................... 97
2
15
28
30
35
42
42
43
45
46
46
47
49
50
57
59
61
72
77
85
96
96
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
2.1
2.2
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6. 8
Current Model Used in Sense-Making studies ............................................
Diagram Kerangka Berpikir Mengenai Penelitian Perilaku
Peternak dalam Pencarian Informasi Usaha Sapi Perah Di
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali ......................................................
Kegiatan Wawancara dengan Pegawai PPL Musuk dan Pegawai ...............
Kegiatan Wawancara dengan Informan Peternak Sapi Perah di
Desa Sruni ....................................................................................................
Skema Trianggulasi Sumber (Data) .............................................................
Kegiatan Diskusi Kelompok (Review Informan) ........................................ 37
Model Analisis Interaktif ............................................................................. 39
(a), (b), (c) dan (d) Kondisi Wilayah Desa Sruni ......................................... 41
(a) dan (b) Jenis Komoditas Tanaman Desa Sruni ..................................... 46
Kondisi Ternak Kambing dan Ternak Sapi Perah Desa Sruni ..................... 47
Bangunan Koperasi Gapoktan “Karya Manunggal” Desa Sruni ................. 48
Pasar Hewan di Kabupaten Boyolali .......................................................... 48
Sarana Transportasi Desa Sruni .................................................................. 51
Kegiatan Peternak Sapi Perah Memulai Mencari Informasi
dengan Menemui Sesama Peternak ............................................................. 66
Peternak Mencari Informasi dengan Menelusuri ke Teman
Sesama Peternak yang Ditemui di TPS KUD Musuk ................................ 67
Kegiatan MonitoringInformasi Harga Pakan oleh Peternak
dengan Menemui Pemilik Toko Pakan Ternak ........................................... 69
Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Kambing oleh
Peternak dengan Menemui Pedagang Ternak di Pasar ............................... 69
Peternak Melakukan Verifikasi Informasi Pinjaman Modal
dengan Petugas Keuangan Bank BRI Cabang Musuk ................................ 75
Peternak Mencari Informasi Variasi Tambahan Perasa kepada
Pembeli Susu Olahan yang Ditemui Ketika Membeli Susu ........................ 78
Informan Melakukan Kegiatan Monitoring Perkembangan
Harga Bahan Baku Pembuatan Susu Pasteriusisasi dengan
Menemui Pedagang di Pasar ....................................................................... 82
Peternak Sapi Perah Melakukan Monitoring Perkembangan
Produksi Sabun Susu dan Susu Pasteurisasidengan memilih
Berdiskusi bersama Istri .............................................................................. 83
9
24
32
33
36
37
39
41
46
47
48
48
51
66
67
69
69
75
78
82
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian ......................................... 105
Lampiran 2. Matrik Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi
Peternak Sapi Perah Desa Sruni ............................................. 107
Lampiran 3. Peta Daerah Penelitian ......................................................... 126
Lampiran 4. Surat Perijinan Penelitian .................................................... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
RINGKASAN
Istiqomah Setiyaningrum, H0407045 “KEBUTUHAN DAN PERILAKU
PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI PERAH (Kasus Desa Sruni
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)”. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Ir.Supanggyo, MP dan Hanifah
Ihsaniyati, SP, MSi.
Masyarakat membutuhkan informasi untuk mengembangkan segala bidang
usaha.Ketersediaan pelayanan informasi bagi peternak sapi perah sangat
diperlukan dari lembaga informasi dengan menggali dari kebutuhan informasi
yang sangat dirasakan peternak sapi perah dan sesuai dengan masalah dan kondisi
yang dialami. Lembaga peternakan dan lembaga informasi diharapkan dapat
bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan informasi. Dari hasil penelitian
terdahulu kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah belum
diketahui. Selain itu juga kendala yang ditemui peternak sapi perah perlu
ditemukan guna mendapatkan solusi. Sehingga, penelitian ini dapat mendorong
pemerintah setempat untuk meningkatkan akses informasi peternak serta para
peternak semakin memperluas akses pencarian informasi.Tujuan penelitian
Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak Sapi Perah di
Desa Sruni untuk (1) menemukan kebutuhan informasi (2) menemukan perilaku
peternak sapi perah dalam pencarian informasi(3) mengungkapkan kendala
pencarian informasi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi usaha
sapi perah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus.
Menggunakan informan penelitian peternak sapi perah, PPL Desa Sruni, Kepala
Desa Sruni, dan orang yang terlibat dalam pencarian informasi, serta melihat
kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah. Penelitian
berlokasi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Validitas data
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode, review informan dengan
cara diskusi kelompok (FGD). Analisis data menggunakan analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi peternak sapi
perah meliputi teknis budidaya sapi, permodalan, serta pengolahan dan
pemasaran. Perilaku pencarian informasi peternak sapi perah meliputi tahapan
pola Ellis dan bersifat siklik (berputar). Kendala pencarian informasi budidaya
sapi yang ditemui peternak lebih berasal dari personal peternak yaitu keterbatasan
ekonomi, karakteristik/sifat peternak yang pasif dan malas untuk menelusuri
informasi, usia, dan kesibukan kegiatan peternak. Kendala yang berasal dari
lingkungan berasal keterbatasan dalam mengakses informasi dari media audio (tv,
radio) dan media cetak (buku-buku, majalah). Kendala pencarian informasi
permodalan berasal dari personal seperti ketidakaktifan peternak dengan KUD
musuk dan ketidaktahuan peternak. Kendala pencarian informasi pengolahan dan
informasi pemasaran susu berasal dari personal seperti rasa sungkan, kesibukan
kegiatan peternak. Kendala interpersonal ini seperti ketidakterbukaan dari sumber
informasi. Kendala lingkungan seperti keterbatasan akses informasi terhadap
informasi dan untuk kendala lingkungan yang ditemui adalah keterbatasan akses
informasi pada media audio dan cetak, dan jarak dengan informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
SUMMARY
Istiqomah Setiyaningrum, H0407045. “THE NEEDS AND
INFORMATION SEEKING BEHAVIOR OF FARMERS DAIRY COWS
(The Case of Sruni Village, Musuk Subdistrict, Boyolali Regency)”. Faculty of
Agriculture, Sebelas Maret University. Under the guidance of Ir. Supanggyo, MP
and Hanifah Ihsaniyati, SP, MSi.
People need information to develop all areas of business. Availability of
service information for farmers dairy cows is indispensable from the agency
information by digging from the need of information perceived farmer dairy cows
and in accordance with the conditions and problems encountered. Institute of
animal husbandry and the information expected to be collaborating institutions in
meeting the needs of the information. From the results of previous research and
behavioral information retrieval needs dairy is not yet known. In addition also the
constraints encountered farmers need to be found to get the solution. Thus, this
research can encourage local governments to enhance access to information as
well as the farmers dairy are increasingly expanding access search information.
The purpose of the research The Needs And Seeking Behavior Information Of
Farmer Dairy Cows in the village of Sruni to (1) find the information needs (2)
find the behavior of farmers dairy cows in information retrieval (3) discover
information search constraints in an effort to meet the needs of dairy business
information.
This research uses qualitative approaches with case studies. Village of
Sruni, and who were involved in the search for information, as well as looking at
the needs and information search behavior of farmers. Using the informant
farmers, PPL Sruni, head of the Sruni Village, Village and people involved in the
search for information, as well as looking at the needs and information search
behavior of farmers. The validity of the data using triangulation source and
triangulation methods, review the informant by means of FGD. Data analysis
using interactive analysis.
The results showed that the information needs farmers dairy cows
cultivation, covering technical capital, as well as processing and marketing.
Information seeking behavior of farmers covers the stages pattern of Ellis and of
the cyclic nature (spinning). Information search constraints encountered cow
cultivation farmers more comes from personal economic limitations, the farmers
dairy cows that is characteristic of passive characteristics and lazy to search
information, age, and the flurry of activity farmers. The constraints that come
from the environment comes limitations in accessing information of audio media
(tv, radio) and printed media (books, magazines). Search constraints derived from
personal information such as capital inactivity farmers dairy with KUD Musuk
and ignorance farmers. Search constraints information processing and information
marketing milk comes from personal taste like further clarification, the flurry of
activities. Interpersonal barriers such as this from undisclosed sources of
information. Environmental constraints such as limited access to information and
farmers information to environmental constraints encountered farmers information
access limitations is in marketing and media audio and print, with distance
information.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEBUTUHAN DAN PERILAKU
PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI
PERAH
KASUS DESA SRUNI KECAMATAN MUSUK
KABUPATEN BOYOLALI.
Istiqomah Setiyaningrum.1
Ir.Supanggyo, MP. 2
Hanifah Ihsaniyati, SP, M.Si..3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menemukan kebutuhan informasi (2) menemukan
perilaku peternak sapi perah dalam pencarian informasi (3) mengungkapkan kendala-
kendala pencarian informasi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi usaha sapi
perah Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
Metode dasar penelitian ini adalah metode kualitatif dengan studi kasus. Validitas
data menggunakan triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode, review informan
dengan cara diskusi kelompok (FGD) Penelitian berlokasi di Desa Sruni Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi peternak sapi perah
dilakukan dengan dengan menemui sumber informasi. Perilaku pencarian informasi
peternak sapi perah meliputi beberapa tahapan seperti pola Ellis dan bersifat siklik
(berputar). Kendala yang ditemui peternak ketika mencari informasi teknis budidaya sapi
perah berasal dari personal peternak yaitu keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat peternak
yang pasif dan malas untuk menelusuri informasi, usia, dan kesibukan kegiatan peternak.
Untuk kendala yang berasal dari lingkungan berasal keterbatasan dalam mengakses
informasi dari media audio (tv, radio) dan media cetak (buku-buku, majalah). Kendala
pencarian informasi permodalan berasal dari personal seperti ketidakaktifan peternak
dengan KUD musuk dan ketidaktahuan peternak. Kendala pencarian informasi pengolahan
dan informasi pemasaran susu berasal dari personal seperti rasa sungkan, kesibukan kegiatan
peternak. Kendala interpersonal ini seperti ketidakterbukaan dari sumber informasi. Kendala
lingkungan seperti keterbatasan akses informasi peternak terhadap informasi pengolahan dan
untuk kendala lingkungan yang ditemui peternak adalah keterbatasan akses informasi
peternak terhadap informasi pengolahan dan pemasaran pada media audio dan cetak, dan
jarak dengan informasi.
Kata Kunci : Kebutuhan Informasi, Perilaku Pencarian Informasi, Peternak
1. Mahasiswa Jurusan/ Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pendamping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
THE NEEDS AND INFORMATION SEEKING
BEHAVIOR OF BREEDER DAIRY COWS
(The Case Of Sruni Village, Musuk Subdistrict, Boyolali
Regency)
Istiqomah Setiyaningrum.1
Ir.Supanggyo, MP. 2
Hanifah Ihsaniyati, SP, M.Si..3
ABSTRAK
This research aims to (1) find the information needs (2) find the behavior of dairy
farmers in information retrieval (3) disclose information search constraints in an effort to
meet the needs of dairy business information Sruni Village sub district Musuk Boyolali
Regency
The basic method of research is qualitative methods with case studies. The validity
of the data using triangulation source (data) and the triangulation methods, review the
informant by means of group discussion (FGD) research is located in the village of Sruni
District Musuk Boyolali Regency.
The results showed that the information needs of dairy farmers do with with meet
information sources. Information seeking behavior of dairy farmers covers several stages
such as the pattern of Ellis and the cyclic nature of the (rotating). Obstacles encountered
breeder when seeking technical information cultivation dairy came from personal economic
limitations, the breeder that is characteristic of passive breeder characteristics and lazy to
search information, age, and the flurry of activities a breeder. For constraints that come from
the environment comes limitations in accessing information of audio media (tv, radio) and
printed media (books, magazines). Search constraints derived from personal information
such as capital inactivity breeder with KUD musuk and ignorance breeders. Search
constraints information processing and information marketing milk comes from personal
taste like further clarification, the flurry of activities a breeder. Interpersonal barriers such as
this from undisclosed sources of information. Environmental constraints such as limited
access to information the breeders to information processing and to environmental
constraints encountered are the breeders breeder information access limitations to
information processing and marketing in audio and print media, and the distance with
information.
Keywords: Information Needs, Information Seeking Behavior, Breeders
1. Students / Study Program of Agricultural Extension and Communication
Faculty of Agriculture, University of Surakarta of March
2. Main Supervisor
3. Accompanying Supervisor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat membutuhkan informasi untuk mengembangkan segala
bidang usaha. Van den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan bahwa
mengakses informasi dari berbagai sumber akan membuka wawasan dan
membangkitkan motivasi dan kinerja berdasarkan ide-ide baru yang
diperoleh. Rachmadi (1988) juga mengemukakan setiap manusia harus hidup
dengan informasi yang lebih baik. Informasi merupakan kebutuhan yang
penting dalam memfasilitasi masyarakat, bagi perannya di bidang
pembangunan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan informasi itu maka
masyarakat terdorong melakukan pencarian informasi terkait dengan
kebutuhan informasi untuk menjalankan usahanya. Adanya sarana media
informasi pada masyarakat pedesaan dapat meningkatkan akses terhadap
informasi pembangunan khususnya di bidang peternakan.
Ketepatan informasi yang diambil dapat menjadi sarana pendidikan
yang efektif, karena informasi juga membuka peluang memperbaiki nasib
seseorang. Dengan memiliki akses informasi akan mempermudah seseorang
mendapatkan keuntungan (Haryatmoko, 2007). Memperoleh keuntungan
dalam usahanya masyarakat tidak boleh miskin informasi. Liliweri (2001)
manyatakan masyarakat perlu memiliki alat dalam bentuk teknologi agar dia
mudah mendapatkan dan mengolah informasi. Menurut Margono (2000)
informasi sangat penting bagi masyarakat yang ingin mengembangkan
usahanya di bidang tertentu sesuai dengan permintaan pasar.
Mukson (2009) mengungkapkan usaha ternak sapi perah ke depan
merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai nilai strategis,
mengingat produk susu yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Selain itu usaha ternak sapi perah sangat membantu mempertahankan
kehidupan masyarakat. Terutama dalam hal sumber ekonomi keluarga,
pemasok bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, dan membantu
menjaga kelestarian lingkungan dengan pemanfaatan pupuk organik yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dihasilkan, serta melengkapi kualitas gizi masyarakat yang merupakan salah
satu komponen penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sudono (2002) yang menyatakan bahwa produksi susu sapi perah jenis
peranakan Fries Holland (PFH) yang diternakkan di Indonesia hanya
menghasilkan 10-12 liter susu/ekor/hari, sedangkan di beberapa negara
tetangga sudah mencapai 20 liter/ekor/hari. Boyolali merupakan salah satu
kabupaten di Jawa Tengah, yang memiliki potensi besar di bidang peternakan
sapi, hal itu ditunjukkan dengan besarnya jumlah peternak sapi di kabupaten
tersebut. Sekitar 256.560 warga atau (mencapai 30.000 dari 1 juta jiwa atau
25,66 persen) warga Boyolali yang mencapai 1 juta berprofesi sebagai
peternak sapi. Peternak tersebut memelihara sekitar 62.130 ekor sapi perah
dan 88.910 ekor sapi potong. Dari jumlah sapi perah tersebut, Boyolali dapat
menghasilkan sekitar 12.000 liter susu per hari (Anonim, 2010). Selama tiga
tahun terakhir, produksi susu nasional meningkat 40 persen. Namun dari hasil
susu itu belum dapat mencukupi kebutuhan konsumen, seperti yang
dinyatakan oleh Ratnasari (2011) dalam Fortune Indonesia bahwa populasi
sapi perah di Indonesia baru mampu memasok 30 persen kebutuhan pasar,
sehingga 70 persen permintaan susu harus didatangkan dari luar negeri (New
Zealand dan Australia). Kondisi kebutuhan susu 3 tahun ini dapat dilihat pada
tabel statistik susu nasional:
Tabel 1.1 Data Statistik Susu Nasional
Data Nilai
Satuan 2007 2008 2009 2010
Produksi susu 567,682 646,953 827,249 927,838 Ribu ton
Konsumsi susu 11,790 9,510 11,600 11,820 Kg/tahun
Kebutuhan 3.013,524 2.173,035 2.684,240 2.768,244 Ton
Populasi sapi perah 374.067 457.577 474.701 495.231 Ekor
Sumber: Departemen Pertanian
Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang berkembang paling
pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali merupakan aset non
lahan terbesar dalam rumah tangga di pedesaan. Beternak merupakan salah
satu strategi hidup yang menguntungkan bagi rumah tangga dan
kesejahteraannya bergantung banyak ternak yang dimiliki (Anonim, 2008).
Dengan mengakses informasi peternakan, peternak sapi perah dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
meningkatkan kelangsungan usaha ternak sapi perah di pedesaan. Informasi
peternakan yang memadai dan tepat waktu dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk pengembangan usaha sapi perah lebih lanjut. Adanya
informasi peternakan, peternak akan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi
penyebab-penyebab sapi perah tidak berproduksi maksimal.
Era informasi yang semakin maju pada saat ini, keterbatasan akses
peternak terhadap informasi sangat memprihatinkan. Adanya keterbatasan ini
membuat peternak sulit mengembangkan usaha sapi perah. Sehingga
ketersediaan pelayanan informasi bagi peternak perlu dilakukan.
Hasil surve awal penelitian ini peternak di Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali masih memerlukan adanya berbagai macam informasi
mengenai penanganan penyakit sapi perah, permodalan, dan pemasaran.
Produksi susu di kecamatan musuk rata-rata setiap hari menghasilkan 10 – 15
liter tiap ekor. Susu sapi yang berkualitas rendah disebabkan karena pemilihan
ransum yang kurang baik dan terjangkitnya penyakit, sehingga peternak hanya
bisa menjual kepada pedagang yang harganya tidak sesuai dengan keinginan
peternak. Adanya penyediaan layanan informasi dan pemenuhan kebutuhan
informasi dari pemerintah setempat (Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali
dan BPP Musuk) diharapkan peternak dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi susu sapi.
Kondisi riil di lokasi penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
komunikasi yang dijalankan pemerintah daerah Kecamatan Musuk (BPP
Musuk) sebagai lembaga informasi peternakan belum memberikan informasi
yang efektif bagi peternak. Programa penyuluhan pertanian BPP Musuk tidak
disusun bersama peternak secara khusus selain itu kegiatan penyuluhan
mengenai ternak sapi perah masih kurang karena pelaksanaan kegiatan
penyuluhan lebih mementingkan bidang pangan, holtikultura dan perkebunan.
Hal ini disampaikan oleh penyuluh Balai Penyuluh Pertanian Musuk sebagai
berikut:
“Untuk pertemuan kelompok ternak itu tidak dijadwalkan setiap
pasaran itu ya ndak..... pokoknya tiap kelompok minta penyuluhan ya
dilaksanakan....., atau kalau dapat informasi penting langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
disampaikan ke kelompok.... karena setiap petani peternak punya
kegiatan lain...”.
“Kelompok ternak di sini kan juga yo... kelompok pertanian.... orang-
orangnya ya pertanian juga di peternakan jadi lebih mengarah ke
perkebunan atau holtikultura itu....”.
“Kalau ternak sapi masalah produksi itu mereka sudah banyak yang
bisa dari pengalaman-pengalaman...namun untuk penyakit sapi itu ya
bisa dikatakan belum baik karena kebersihan kandang tidak
diperhatikan peternak...”
Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa peternak sapi
perah di Desa Sruni kebutuhan informasi mengenai masalah usaha sapi perah
tidak terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu agar peternak sapi perah
mengatasi keterbatasan pengetahuan dalam menjalankan usaha sapi perah,
perlu adanya penyediaan berbagai sumber informasi untuk memenuhi
kebutuhan informasi mereka.
Penelitian mengenai kebutuhan dan perilaku pencarian informasi, telah
dilakukan oleh Belkin, Ellis, Krikelas, Kuhlthau pada tahun 1980-an.
Budiyanto (2000) yang mengkaji Mengenai Kebutuhan Informasi dan
Perilaku Pencarian Informasi di Pusat Pelayanan Informasi, Kurniadi (2004)
yang mengkaji Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi di Peneliti di
Bidang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan, dan Ihsaniyati (2010) yang mengkaji
mengenai Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Petani Gurem.
Penelitian-penelitian tersebut, Budiyanto menggunakan pendekakatan
kuantitatif. Kurniadi dan Ihsaniyati menggunakan pendekatan kualitatif.
Subyek penelitian Kurniadi menggunakan para peneliti pada bidang ilmu
sosial, sedangkan Ihsaniyati menggunakan subyek penelitian petani gurem.
Penelitian Nawangsari (2011) dengan subjek petani terong kopek. Untuk
menambah khasanah keilmuan diperlukan penelitian serupa dengan obyek
penelitian yang berbeda. Sejauh ini kebutuhan informasi dan perilaku
pencarian informasi peternak sapi perah belum jelas diketahui. Selain itu juga
kendala yang ditemui peternak sapi perah perlu ditemukan guna mendapatkan
solusi. Sehingga, penelitian ini akan bermanfaat dan mendorong pemerintah
setempat untuk meningkatkan layanan akses informasi peternak serta para
peternak semakin memperluas akses pencarian informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Akses masyarakat terhadap informasi sangat diperlukan untuk
meningkatkan produktivitas sapi perah. Peternak sapi perah memerlukan
informasi untuk menjalankan usaha sapi perah. Dengan mengakses informasi
mengenai teknologi dalam usaha ternak sapi perah, permodalan, dan
pemasaran maka peternak sapi perah dapat mengembangkan usaha sapi perah
untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal dan berkualitas baik.
Susu sapi perah merupakan komoditas peternakan yang unggul di
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali, sehingga para peternak tidak akan
lepas dari kebutuhan informasi untuk mengembangkan produksi sapi perah.
Peternak sapi perah masih mengalami kendala dalam usaha ternak sapi,
permodalan dan pemasaran, sehingga perlu ditemukannya informasi yang
benar-benar dibutuhkan oleh peternak sapi perah untuk mengatasi masalah
yang dihadapinya. Sejauh ini kebutuhan informasi dan perilaku pencarian
informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten
Boyolali belum jelas diketahui. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang
dapat dirumuskan antara lain:
1. Bagaimana kebutuhan informasi peternak sapi perah di Desa Sruni
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimana perilaku peternak sapi perah dalam pencarian informasi di
Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali?
3. Bagaimana kendala yang dialami dalam pencarian informasi peternak sapi
perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali?
Tujuan penelitian Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian
Informasi Peternak Sapi Perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten
Boyolali yaitu:
1. Menemukan kebutuhan informasi peternak sapi perah dalam kegiatan
usaha sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
2. Menemukan perilaku peternak sapi perah dalam pencarian informasi di
Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Mengungkapkan kendala dalam pencarian informasi peternak sapi perah di
Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
C. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar yang harus ditempuh
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi Dinas Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Boyolali dan bagi
Balai Penyuluh Pertanian di Kecamatan Musuk, diharapkan dapat menjadi
bahan informasi dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-
kebijakan selanjutnya serta pemerintah meningkatkan fasilitas layanan
akses informasi dalam bidang peternakan.
3. Bagi peternak sapi perah, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
memperbanyak akses dan mencari informasi perkembangan kegiatan
usaha sapi perah sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan kualitas
susu sapi perah dan meningkatkan harga jual yang tinggi.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk
penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Informasi
Davis (1997) dalam Ihsaniyati (2010) mendefinisikan informasi
adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau
mendatang. Sebuah pesan memiliki informasi hanya bila ia relevan bagi
sesuatu keputusan yang akan diambil saat ini atau di masa mendatang pada
penerimanya. Yusup (1995) memaknai informasi dapat berupa data atau
fakta, tetapi juga bisa bukan. Oleh karena itu informasi tidak sama dengan
data atau fakta. Informasi bisa jadi hanya berupa kesan pikiran seseorang
atau bisa sebagai data yang tersusun rapi. Estabrook dalam Yusup (1995)
mengartikan informasi suatu rekaman atau fenomena yang diamati, atau
bisa berupa putusan-putusan yang dibuat. Yusup (2009) menyatakan
bahwa hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat peristiwa atau
fenomena tertentu merupakan informasi yang lebih bermakna berita. Berita
adalah bentuk-bentuk dari pesan komunikasi.
Wersig dan Neveling dalam Pendit (2003) melihat informasi sebagai
struktur, proses, pesan, pengetahuan, makna dan efek. Sedangkan
pengertian informasi menurut Margono (2000) yang berdasarkan konsep
dari Institut Komunikasi Internasional UNESCO, adalah kumpulan dari
berbagai keanekaragaman produk dan jasa yang dikemas menjadi suatu
aktivitas baru, salah satunya adalah pendayagunaan informasi melalui
sumber-sumber informasi yang ada guna menunjang proses produksi dan
distribusi produk dan jasa kepada pihak lain. Budiyanto (2000)
mendefinisikan informasi merupakan kumpulan data yang terstruktur,
saling berkaitan dan dapat dipahami.
Information/knowledge could describe and fix reality and that
transferring that valuable resource into the minds of participating
humans would enable them to act effectively in their work and life
environments (Dervin, 1998). Information is an answer to one or
more questions. Information is conceptualized as that sense
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
created at a specific moment in timespace by one or more humans
(Dervin, 1992).
Dervin (1992) mendefinisikan informasi yang mengartikan informasi
sebagai sebuah jawaban yang diperlukan individu disaat mengalami situasi
bermasalah dalam melintasi ruang dan waktu. Informasi pada definisi ini
dipandang dalam paradigma kognitif yaitu sebagai sesuatu yang diciptakan
dalam pikiran individu dan berada di dalam individu internal.
Kaniki (2003) menyatakan informasi membawa kesadaran bagi
penerima data yang relevan dalam konteks tertentu dan mengatasi ketidak
pastian. Pengertian informasi menurut Ihsaniyati (2010) merupakan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di saat petani gurem
berada dalam situasi bermasalah, yang mengurangi ketidakpastian, dan
bermanfaat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengertian informasi dalam penelitian ini merupakan jawaban yang
berguna bagi peternak sapi perah untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha ternak sapi perah sehingga
dapat memberikan manfaat dan dapat meningkatkan produktivitas hasil
sapi perah.
2. Kebutuhan Informasi
Masyarakat membutuhkan informasi, dimana kebutuhan informasi
berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi, kesenjangan atau ketidak
berdayaan seseorang dari tuntutan pekerjaan, kehidupan atau lingkungan.
Kebutuhan informasi merupakan kesenjangan dalam pengetahuan
pengguna saat ini (Devadason dan Lingam, 1996). Menurut Krikelas
(1983) dalam Ihsaniyati (2010) mendefinisikan kebutuhan informasi
sebagai pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang
yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Belkin (1982) dalam
Pendit (2003) menyatakan bahwa upaya menemukan informasi selalu
berkaitan dengan tugas dan masalah yang dihadapi seseorang dalam
pekerjaan.
Information need as an anomalous state of knowledge (ASK).
Information need arises from a recognized anomaly in the user‟s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
state of knowledge concerning some topic or situation and that, in
general, the user is unable to specify precisely what is needed to
resolve that anomaly. Wersig has characterized as rooted in a
problematic situation. The problematic situation, and other related
suggestion emphasize that information need is in fact not a need in
itself, but rather a means toward satisfying some more basic need,
typically, in the situations with which information science is
concerned, the resolution of a problem (Belkin, Oddy, and Brooks,
1982).
Gambar 2.1 Current Model Used in Sense-Making studies
Sense-Making studies and applications, thus, have all incorporated
two or more of the following: Situations:The time-space contexts at
which sense is constructed. Gap: The gap seen as needing
bridging, translated in most studies as "information needs" or the
questions people have as construct sense and move through time
space. Use: The uses to which the individual puts newly created
sense, translated in most studies as information helps and hurts
(Dervin, 1983).
Nicholas (2000) dalam Ihsaniyati (2010) menyatakan kebutuhan
informasi terdiri dari tiga macam. Pertama kebutuhan yang tidak disadari
dimana kebutuhan ini dialami oleh mereka yang seringkali tidak
mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan. Kedua, kebutuhan
informasi yang tidak diekspresikan, dimana kebutuhan ini tidak dialami
oleh mereka yang sadar membutuhkan informasi tertentu, tetapi tidak
dapat atau tidak mau melakukan sesuatu untuk memenuhinya. Ketiga,
kebutuhan informasi yang diekspresikan yaitu kebutuhan yang disadari
dan diupayakan dipenuhi oleh mereka yang sadar akan kesenjangan antara
pengetahuan dan keinginan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Setiap orang memiliki watak, kebiasaan, kemampuan, kecerdasan,
dan minat yang berbeda, baik dilihat dari segi psikologi umum, sosial,
maupun dari segi-segi lainnya. Orang dengan pendidikan lebih tinggi,
GAP USE
SITUATIONS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang
berpendidikan lebih rendah (Yusup, 1995). Setiap orang mempunyai
kebutuhan dan keinginan tertentu sesuai dengan harapan-harapannya
memperoleh keuntungan dari pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkannya
(Yusup, 2009).
Menurut Belkin (1986) dalam Budiyanto (2000) perilaku penemuan
informasi dimulai dari adanya kesenjangan dalam diri pencari informasi
antara pengetahuan dan kebutuhan informasi yang diperlukannya. Kuhltau
(1991) dalam Budiyanto (2000) menyatakan kebutuhan informasi muncul
akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan
kebutuhan informasi yang diperlukan kondisi kesenjangan tersebut
mendorong orang untuk mencari informasi guna mengatasi permasalahan
yang dihadapinya.
Nicholas (2000) menyatakan bahwa seseorang dapat bekerja lebih
efektif dengan informasi yaitu sebagai berikut:
One can build upon these definitions by adding that it is the
information that individuals ought to have to do their job
effektively, solve a problem satisfactorily or pursue a hobby or
interet happily. The operative word is surely „ought‟. There is an
implied value judgement here – the meeting of need is beneficial or
necessary to open to the person – and would be recognised as
such. We all make assumptions that for people to perform
efficiently, effectively, happily etc. They need to be well informed.
i.e. that their information needs should be met.
Kebutuhan informasi peternak sapi perah dalam penelitian ini
diartikan sebagai keinginan peternak untuk mengakses informasi terkait
usaha ternak sapi perah, meliputi informasi teknis usaha ternak,
permodalan dan pemasaran, yang muncul karena peternak memiliki
masalah dalam kegiatan usaha ternak namun tidak memiliki pengetahuan
yang cukup untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
3. Perilaku Pencarian Informasi
Krikelas (1983) dalam Kurniadi (2004) menyatakan perilaku
informasi adalah kegiatan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bahwa pengetahuan yang dimilikinya saat itu kurang dari pengetahuan
yang dibutuhkannya. Perilaku pencarian informasi dapat dilihat dilihat
melalui pemilihan sumber informasi. Sumber informasi terdiri dari sumber
informasi internal dan eksternal. Sumber internal dapat berupa memori
catatan pribadi, hasil pengamatan. Sedangkan sumber eksternal adalah
sumber yang didapat dengan cara hubungan langsung dengan sumber
terekam atau tertulis.
Perilaku informasi merupakan perilaku manusia dalam mencari yang
berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, baik pengguna informasi
yang pasif dan aktif dalam mencari informasi hal ini seperti perilaku
informasi yang didefinisikan Wilson (2000) yaitu:
Information Behavior is the totality of human behavior in relation to
sources and channels of information, including both active and passive
information seeking, and information use. Thus, it includes face to-face
communication with others, as well as the passive reception of
information as in.
Kuhlthau (2011) menguraikan bahwa pola pencarian informasi
sifatnya berjenjang, dimulai dari sesuatu yang tidak jelas, sampai pada
tahap kejelasan dari informasi yang dicarinya. Kuhlthau (1999)
mengungkapkan model proses pencarian informasi meliputi enam tahap:
a) Initiation, when a person first becomes aware of lack of
knowledge, information and understanding to solve a complex
problem or accomplish an involved project.
b) Selection is the second stage, when the task is to identify and select
the general area or topic to be investigated. c) Exploration, when which is often the most difficult stage for users
and the one most misunderstood by providers of information
services and designers of information systems. d) Formulation, which is the turning point of the process when
feelings of uncertainty diminish as understanding increases.
e) Collection, when interaction between the user and the system
functions most effectively and efficiently.
f) Presentation, when the task is to complete the search and resolve
the problem.
Tahapan ini mengungkapkan bahwa seseorang mengalami proses
pencarian informasi secara holistik sebagai interaksi pikiran, perasaan dan
tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Ellis, Cox dan Hall (1993) dalam Wilson (1999) mengemukakan
delapan kategori perilaku pencarian informasi yang dimulai dari:
a. Memulai (starting) yaitu kegiatan awal menandakan dimulainya
pencarian informasi.
b. Merangkaikan (chaining) yaitu kegiatan yang mengikuti mata rantai
yang menghubungkan alat penelusuran berupa sitasi, indeks, abstrak,
dan alat lainnya dengan bahan acuan.
c. Menelusur (browsing) yaitu kegiatan penelusuran pada bidang
potensial yang diminati.
d. Membedakan (differentiating) yaitu penggunaan sumber-sumber
informasi yang beragam sebagai alat untuk menyeleksi isi dan kualitas
bahan.
e. Mengawasi (monitoring) yaitu kegiatan untuk mengikuti dan
mengetahui perkembangan-perkembangan dalam bidang tertentu
melalui sumber-sumber informasi yang terpilih.
f. Menyarikan (extracting) yaitu kegiatan yang lebih bersifat sistematis
melalui sumber-sumber yang terpilih untuk menemukan informasi
yang diminati.
g. Memverifikasi (verifying) atau pengujian ketepatan, yaitu tahap
dimana pencari informasi mengecek apakah informasi yang didapat
tepat atau sesuai dengan minatnya .
h. Mengakhiri (ending) atau pengakhiran, yaitu tahap dimana pencari
informasi mengakhiri proses kegiatan pencariannya pada saat
berakhirnya topik yang ditulisnya.
Perilaku pencarian informasi peternak dalam penelitian ini adalah
aktivitas perilaku peternak untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dibutuhkan oleh peternak sapi perah yang berguna untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha ternak sapi
perah dan mengurangi ketidak pastian sehingga dapat memberikan
manfaat dan dapat meningkatkan produktivitas hasil sapi perah. Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perilaku pencarian informasi dalam penelitian ini mencoba menerapkan
model pencarian informasi dari Ellis et all.
4. Kendala Pencarian Informasi
Kendala pencarian informasi dapat muncul dari berbagai faktor baik
dari kondisi lingkungan maupun kondisi politik. Kendala pencarian
disampaikan dari beberapa pendapat.
Wilson (2000) mengungkapkan bahwa kendala pencarian informasi
muncul dari satu set, berikut pernyataannya:
“Wilson‟s then suggests that the barriers that impede the search for
information will arise out of the same set of contexts”.
Wilson (1981) dalam Wilson (2000) menyatakan:
”information need was not a fundamental need such as the need for
shelter or the need for sustenance, but rather a secondary order
need which arose out of the desire to satisfy the primary needs”.
Wilson (1981) dalam Wilson (1999) mengusulkan:
”...that the basic needs can be defined as physiological, cognitive or
affective. He goes on to note that the context of any one of these
needs may be the person him or herself, or the role demands of the
person‟s work or life, or the environments (political, economic,
technological, etc.) within which that life or work takes place. He
then suggests that the barriers that impede the search for
information will arise out of the same set of contexts...”
Hampir dapat dipastikan bahwa menurut Wersig (1993) dalam
Kurniadi (2004) setiap orang akan mengalami suatu kendala dalam
pencarian informasi. Kendala tersebut disebabkan oleh faktor internal
pencari informasi sendiri atau disebabkan oleh keduanya yaitu faktor
internal dan eksternal. Hanya saja berat ringannya kendala tersebut bagi
setiap orang tentu berbeda. Segala tindakan manusia didasarkan pada suatu
keadaan yang dipengaruhi oleh lingkungan, pengetahuan, situasi dan
tujuan yang ada pada diri manusia.
Kendala pencarian informasi menurut Wilson (2000) menyatakan
bahwa dalam pencarian informasi, seseorang akan menemui kendala.
Kendala tersebut dapat dikategorikan menjadi kendala dalam individu
(personal), hubungan antara antar individu (interpersonal) dan lingkungan
(environmental). Adapun yang dimaksud dengan kendala dalam diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
individu adalah faktor penghambat pencarian informasi yang berasal dari
dalam pencari informasi itu sendiri, misalnya faktor ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas, waktu yang dimiliki, pendidikan dan status sosial
ekonomi. Kendala yang berasal dari lingkungan pencari informasi antara
lain waktu yang terlalu lama dalam memperoleh informasi, fasilitas
informasi, keterbatasan koleksi serta politik dan ideologi. Sedangkan
kendala antar individu (interpersonal) kemungkinan timbul ketika sumber
informasi yang dibutuhkan adalah individu lain namun mengalami kendala
di dalam mengakses informasi tersebut.
Ihsaniyati (2010) menyatakan bahwa kendala yang ditemui petani
gurem pada saat melakukan pencarian informasi antara lain kendala
personal yang meliputi keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat, rasa
sungkan dan usia. Kendala interpersonal meliputi ketidakpercayaan,
ketidakterbukaan dan ketidakakraban. Kendala lingkungan antar lain
keterbatasan penyuluh dan penyuluhan pertanian, alur dan waktu pencarian
yang panjang, keterbatasan akses petani terhadap media audio dan cetak,
dan jarak dengan sumber informasi.
Menurut Muatip, et all (2008) hasil dari penelitianya peternak
mengakses informasi, informasi yang diperoleh peternak lebih banyak
bersifat teknis yang telah mereka kuasai. Informasi baru yang diperoleh
belum diaplikasikan karena keterbatasan modal, ketidakberanian dalam
mengambil resiko, kurangnya pendampingan oleh penyuluh, atau
informasi yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan peternak sapi
perah. Pada dasarnya, peternak telah banyak memperoleh informasi tetapi
belum mau mengaplikasikan pada usahanya, hal ini terjadi karena peternak
kurang memiliki keberanian. Oleh karena itu, peternak perlu didorong
untuk berani mengaplikasikan informasi yang diperolehnya. Sarana dan
prasarana diperlukan untuk mendukung informasi suatu inovasi yang akan
diaplikasikan.
Kendala yang dihadapi oleh peternak dalam pencarian informasi ini
adalah kendala yang berasal dari dalam diri peternak maupun dari luar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
yang ditemui ketika melakukan usaha pencarian informasi yang digunakan
untuk mengatasi permasalahan pada usaha ternak sapi perah.
5. Peternak Sapi Perah
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan
tersebut (Anonim, 2011). Peternak sapi perah adalah orang yang
melakukan kegiatan usaha mengembangbiakan dan membudidayakan sapi
perah untuk diambil manfaatnya.
6. Budidaya Sapi Perah
Asupan gizi pangan bagi manusia yang dibutuhkan salah satunya
adalah protein hewani, termasuk susu. Susu diyakini sebagai satu-satunya
makanan yang mempunyai kandungan nutrisi lengkap yang dibutuhkan
manusia selama periode awal kehidupan untuk tumbuh dan berkembang
anak. Kandungan nilai gizi dalam susu segar sapi perah tiap 100 gram
yaitu:
Tabel 2.1 Komponen Kandungan dan Nilai Gizi Susu Sapi Komponen Susu Sapi Nilai Gizi
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Air
61,00 kkal
3,20 g
3,50 g
4,30 g
143,00 mg
60,00 g
1,70 g
130,00 SI
0,03 tiamin (mg)
1,00 mg
88,33 g
` Sumber: Massaidi (2011)
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang
penting. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani sangat besar
manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang sedang dalam proses tumbuh,
bagi orang dewasa, dan bahkan bagi yang berusia lanjut. Efisiensi usaha
ternak tergantung dari peternak itu sendiri dalam kaitannya dengan
penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
usaha secara efisien jika usaha belum efisien, akibatnya adalah adanya
faktor-faktor yang tidak menunjang usaha tersebut (Girisonta, 1995).
Syukur (2010) mengungkapkan dalam pemeliharaan sapi perah ada
beberapa yang perlu diperhatikan:
a. Seleksi bibit sapi perah
Jenis sapi perah yang biasa dipelihara di Kecamatan Musuk
adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri seperti yang sebagai
berikut :
1) Warna bulu putih dengan bercak hitam
2) Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg
3) Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas
4) Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture baik
5) Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan
15 - 18 bulan
6) Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya.
b. Penyediaan pakan sapi perah
Hijauan sebagai makanan bahan makanan ternak, merupakan
salah satu bahan yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi
kehidupan ternak ruminansia. Oleh karena itu hijauan sebagai salah satu
bahan makanan sebagai dasar utama dalam perkembangan peternakan,
sebab semua jenis hewan ternak hanya bisa hidup dan berkembang,
serta berproduksi apabila tersedia makanan yang dimaksud, maka perlu
dimiliki adanya pengetahuan dan keterampilan di bidang produksi
hijauan makanan ternak (Girisonta, 1980).
Sapi yang sehat membutuhkan pakan yang cukup dan berkualitas,
pakan yang kaya nutrisi sangat bermanfaat untuk pemeliharaan
keseimbangan sapi mampu melaksanakan proses metabolisme secara
baik. Sapi muda yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan
jumlah pakan yang terus meningkat sampai dicapai kenaikan
pertumbuhan maksimal (Akoso, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Kandang dan Peralatan
Kandang yang dibuat harus memenuhi syarat antara lain terpisah
dari rumah kurang lebih 10 meter, draenase dan ventilasi baik, lantai
tidak licin, serta terdapat penampungan kotoran kandang. Girisonta
(1980) myatakan bahwa hewan ternak yang bisa hidup aman, tenteram,
akan mempunyai efek yang sangat baik bagi perkembangan serta
produktivitas untuk keperluan itu maka perlu diciptakan konstruksi
kandang yang optimal dan memadai.
d. Reproduksi
Menurut Dasuki (1983) dalam Nurlina (2007) dengan adanya
kegiatan kawin suntik (inseminasi buatan/IB) dari semen pejantan
unggul terhadap betina impor dan keturunannya, maka jumlah bibit sapi
cepat bertambah, dan pada gilirannya akan mempercepat pula
peningkatan jumlah produksi susu. Selain itu menurut Nurlina (2007)
Struktur populasi sapi perah diatur lebih seimbang terutama melalui
program mengadopsi inseminasi buatan. Keseimbangan komponen
struktur populasi dalam peternakan sapi perah rakyat yang tergabung
dalam koperasi yang tersebar luas dengan pemilikan kecil, lebih sukar
tercapai daripada dalam perusahaan sapi perah. Kendala lainnya adalah
masalah penggalakkan fungsionalisasi sapi perah sesuai dengan potensi
genetiknya yaitu mengutamakan tujuan produksi susu.
Lama kebuntingan sapi rata-rata 280 hari dengan variasi antara
274-291 hari dan akan berakhir dengan terjadinya kelahiran pedet.
Kelahiran pedet yang normal terjadi secara alamiah, namun adakalanya
tidak normal, dalam keadaan demikian perlu dibantu secara perlahan-
lahan dengan menarik kaki pedet yang telah terjulur ke arah luar dan
bawah. Apabila dengan bantuan masih sulit, sedangkan posisi pedet
adalah normal, maka perlu minta bantuan seorang dokter hewan untuk
membantu kelahiran apabila posisi kelahiran abnormal (Akoso, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e. Pencegah dan pengendali penyakit
Ternak dikatakan sehat apabila semua perbuatan hidupnya
berjalan serasi dengan diri sendiri dan alam sekitarnya. Setiap makhluk
hidup dipengaruhi oleh sesuatu dari luar yaitu iklim, tanah, racun dan
lainnya. Bila terjadi pengaruh buruk itu lebih kuat sedangkan badan
ternak dalam kondisi lemah, maka perbuatan hidup binatang menjadi
goncang. Hal itu karena organ tubuh terganggu sehingga mempengaruhi
kerja serta fungsi organ tersebut, yang membuat ternak menjadi sakit.
Pencegahan penyakit merupakan tindakan yang pertama dalam
melawan suatu penyakit. Metode yang biasa dilakukan antara lain ialah
karantina, imunisasi (kekebalan) dan sanitasi (Girisonta, 1980).
Ternak sapi dari luar yang masih diragukan kesehatannya
biasanya untuk sementara dilakukan karantina. Sesudah benar-benar
sehat, barulah sapi itu bisa dimasukkan ke dalam suatu kelompok sapi-
sapi yang sehat, sedangkan sapi yang sakit menular seperti radang
mulut dan kuku atau penyakit lainnya harus dilakukan isolasi
(pemisahan) di dalam kandang khusus yang jauh dari kelompok sapi
sehat. Vaksinasi untuk menanggulangi kemungkinan-kemungkinan
terjadinya infeksi penyakit asal bakteri dan virus, guna meningkatkan
kekuatan tubuh dan tercipta kekebalan tubuh. Tindakan higienis
(sanitasi) ialah usaha penjagaan kesehatan melalui melalui kebersihan
agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit, baik bakteri, virus,
maupun parasit. Tindakan higienis biasa dilakukan oleh para peternak
untuk membebaskan infeksi penyakit (Sugeng, 2003).
Adapun penyakit-penyakit sapi perah yang dikemukakan oleh
Girisonta (1990) antara lain:
1) Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC disebabkan bakteri mycobacterium tuberculose
yang merupakan penyakit kronis dan masa inkubasi tidak dapat
ditentukan secara pasti, karena sering terjadi sapi yang tampaknya
sehat dan berproduksi tinggi ternyata sapi tersebut mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kuman kuman TBC. Hal ini sangat membahayakan sapi-sapi lain
dan manusia yang minum air susu sapi yang sudah tercemar oleh
kuman-kuman TBC. Usaha pencegahan penularan dapat dilakukan
dengan mengadakan tes tuberkulinasi secara berkala setiap tahun.
Pada hewan yang menunjukan tes positif harus segera diisolir. Pada
tingkat permulaan untuk pengobatan dapat diberikan obat-obatan
antibiotika, akan tetapi bila penyakitnya sudah terlanjur akan sukar
dikendalikan dan sebaiknya sapi itu dimusnahkan.
2) Mastitis (radang kelenjar susu)
Mastitis disebabkan bakteri streptococcus coccci dan
staphylococcus cocci. Masa inkubasinya tidak pasti, cara
penularannya bakteri masuk melalui putting ambing sapi dan
berkembang biak pada saluran/kelenjar ambing. Gejala ini akan
tampak bila ambing yang terserang bengkak dan bila diraba terasa
panas, serta air susu yang dihasilkan encer nafsu makan sapi turun
bulu tampak kasar dan kusam.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan cara
pemerahan yaitu sebelum sapi diperah dibersihkan dahulu dan cara
pemerahannya harus betul-betul higienis. Hindarkan kemungkinan
hal-hal yang menyebabkan luka pada ambing melalui cara
pemerahan maupun adanya lantai kandang yang dapat menyebabkan
luka, menjaga kebersihan kandang dan alat-alat untuk pemerahan
ambing. Bila sudah akut dapat diobati dengan penyuntikan
Procainn penicillin G + hydrostreptomycin 2 cc/100 kg berat badan
sapi setiap hari.
3) Milk fever (demam susu)
Milk fever adalah penyakit yang menimpa sapi-sapi betina
yang akan atau sedang melahirkan ataupun sesudah melahirkan.
Sebagian besar penyakit ini menimpa sapi-sapi yang sedang
berproduksi. Milk fever disebabkan karena kekurangan Ca yang
akut. Hal ini akan menimbulkan gangguan metabolisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mineral,yakni metabolisme Ca yang bisa berakibat kepada seluruh
tubuh. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberi pakan atau
ransum dengan kandungan Ca, P, Mg dan pengobatan dengan
injeksi preparat-preparat Ca secara intravenous (500 cc dengan
larutan calcium gluconate 20 persen).
f. Pemerahan ambing sapi
Susu yang bersih akan didapatkan dengan mengikuti langkah
pemerahan yang dikemukakan oleh sebagai berikut:
1) Pemeriksaan terhadap penyakit menular perlu dilakukan karena
apabila terdapat penyakit dikhawatirkan dapat menulari manusia.
2) Kesehatan para pekerja harus dijaga yaitu dengan mencuci bersih dan
mengeringkan tangan sebelum pemerahan dilakukan serta pekerja
tidak menderita penyakit menular. Kuku tangan pekerja harus
dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi.
3) Membersihan sapi yang diperah agar kotoran tidak mencemari susu
yang dapat merusak kualitas susu (asam).
4) Pemerahan dilakukan 2 kali sehari pada jam-jam yang sudah pasti
dilaksankan dan pemerahan yang lembut, sebab dengan adanya
kejutan pada sapi akan menurunkan produksi sapi.
Mahanta dalam Williamson (1993) sapi perah yang sehat dengan
ambing yang sehat memproduksikan susu yang mengandung bakteri
yang relatif sedikit. Pada waktu pemerahan susu, dua atau tiga aliran
susu yang pertama dari puting mengandung lebih banyak bakteri dari
pada aliran susu yang belakangan, oleh karena itu menurut Williamson,
aliran susu pertama ini sering dibuang. Sapi perah atau ambing yang
sakit mungkin mengakibatkan susu mengandung mikroorganisme
dalam jumlah yang lebih besar.
g. Pemasaran susu sapi perah
Pemasaran dapat dilakukan melalui kelompok atau koperasi.
Produk yang dipasarkan dapat berupa susu dan hasil olahannya, daging
atau kulit (Syukur, 2010). Lebih lanjut lagi Rasyaf (1992) menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
bahwa dalam memasarkan hasil peternakan dapat dilakukan melalui
beberapa jalan yaitu:
1) Melalui pedagang pengumpul yang datang ke peternakan-peternakan,
namun keburukannya adalah harga yang diterima peternak merupakan
harga pedagang dan mereka lebih berkuasa dalam menentukan harga.
2) Memasarkan langsung ke pengecer.
3) Memasarkan langsung ke konsumen.
7. Permodalan
Modal dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan
pinjaman. Modal sendiri terdiri atas modal disetor atau modal saham dan
laba ditahan. Pinjaman dapat berupa pinjaman jangka pendek maupun
jangka panjang (Hidayat, 2001). Lebih lanjut sumber modal menurut
Sulhadi (2010) meliputi:
a. Dana sendiri, melalui mencairkan tabungan, deposito, menjual barang
berharga.
b. Keluarga, tidak banyak persyaratan, tidak terbebani bunga, jangka
waktu fleksibel.
c. Lembaga non formal, contohnya pinjaman arisan, PKK, pengajian.
d. Kemitraan, bekerjasama dengan pihak yang memiliki modal.
e. Lembaga gadai, menggadaikan barang berharga, proses cepat.
f. Lembaga non bank, contohnya meminjam dari koperasi simpan pinjam
dan lembaga keuangan mikro, tidak memerlukan agunan, jumlah
pinjaman bisa dinegosiasi.
g. Bank, contohnya KPR, PRK atau multi guna, dan KTA. Relatif aman,
jumlah pinjaman bisa besar dan unlimited, prosedur dan persyaratan
ketat.
Usaha sapi perah dalam penelitian ini adalah usaha yang
dijalankan oleh seseorang dengan memelihara sapi perah sebagai
penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik yang dimulai dari
kegiatan teknis budidaya sampai pada pemasaran, dan para peternak ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
juga membutuhkan sumber informasi modal untuk mengembangkan usaha
sapi perah ini.
B. Kerangka Berpikir
Kegiatan peternak dalam usaha sapi perah di Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyol ali dapat membantu dalam melengkapi kebutuhan pangan
dan nutrisi. Peternak harus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi susu
sapi yang dihasilkan. Peternak dalam mengusahakan sapi perah
membutuhkan informasi untuk menangani masalah-masalah yang
dihadapinya yang meliputi teknis usaha sapi perah, permodalan dan
pemasaran susu sapi.
Peternak sapi perah terdorong untuk melakukan pencarian informasi
guna untuk menangani masalah, seperti yang diungkapkan Dervin dalam
Ihsaniyati (2010) pada saat melintasi ruang dan waktu, seseorang menghadapi
situasi bermasalah. Situasi problematik ini terjadi karena adanya kesenjangan.
Kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dengan harapan yang
diinginkan menjadi kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi mendorong
seseorang melakukan pencarian informasi sehingga kebutuhan informasinya
dapat terpenuhi dan seseorang dapat melintasi ruang dan waktu.
Dalam penelitian ini perilaku pencarian informasi mengikuti pola Ellis,
Cox dan Hall (1993) dalam Wilson (1999) yang mengambarkan 8 strategi
perilaku pencarian informasi yang meliputi memulai (starting), merangkaikan
(chaining), menelusur (browsing), membeda-bedakan (differentiating),
mengawasi (monitoring), menyarikan (extracting), memverifikasi (verifying),
dan menyelesaikan (ending). Dimana pada kegiatan (1) Memulai (starting)
yaitu kegiatan awal dimana peternak memulai pencarian informasi. (2)
Merangkaikan (chaining) yaitu kegiatan peternak yang mengikuti mata rantai
yang menghubungkan sarana penelusuran berupa orang terdekat, ahli
kesehatan ternak (mantri hewan), dan media lainnya dengan bahan acuan.
(3)Menelusur (browsing) yaitu kegiatan penelusuran pada bidang potensial
yang diminati. (4) Membeda-bedakan (differentiating) yaitu penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sumber-sumber informasi yang beragam sebagi alat untuk menyeleksi isi dan
kualitas bahan. (5) Mengawasi (monitoring) yaitu kegiatan untuk mengikuti
dan mengetahui perkembangan-perkembangan dalam bidang tertentu melalui
sumber-sumber informasi yang terpilih. (6) Menyarikan (extracting) yaitu
kegiatan yang lebih bersifat sistematis melalui sumber-sumber yang terpilih
untuk menemukan informasi yang diminati. (7) Memverifikasi (verifying),
atau pengujian ketepatan, yaitu tahap dimana peternak mengecek apakah
informasi yang didapat tepat atau sesuai dengan minatnya. (8) Ending atau
pengakhiran, yaitu tahap dimana pencari informasi mengakhiri proses
kegiatan pencariannya pada saat berakhirnya masalah yang dihadapi peternak
atau juga kemungkinan peternak tidak mendapatkan solusi sehingga memilih
mengakhiri.
Dalam pencarian informasi peternak sering mengahadapi kendala atau
hambatan. Seperti yang diungkapkan Ihsaniyati (2010) bahwa kendala yang
ditemui pada saat melakukan pencarian informasi antara lain kendala
personal, interpersonal, dan lingkungan. Kendala personal yang meliputi
keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat, rasa sungkan dan usia. Kendala
interpersonal meliputi ketidakpercayaan, ketidakterbukaan dan
ketidakakraban. Kendala lingkungan antara lain keterbatasan penyuluh dan
penyuluhan pertanian, alur dan waktu pencarian yang panjang, keterbatasan
akses petani terhadap media audio dan cetak, dan jarak dengan informasi.
Alur kerangka berfikir dalam usaha sapi perah di Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali yaitu sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir Mengenai Penelitian Kebutuhan dan
Perilaku Pencarian Informasi Peternak dalam Usaha Sapi Perah di
Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali
C. Dimensi Penelitian
1. Informasi yaitu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul disaat
seseorang berada dalam situasi bermasalah, yang mengurangi
ketidakpastian, dan bermanfaat dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya.
2. Kebutuhan informasi yaitu informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi
keinginan peternak sapi sehingga mereka mengakses informasi terkait
usaha ternak, meliputi informasi teknis usaha ternak, informasi
permodalan dan informasi pengolahan dan pemasaran, yang muncul
karena peternak memiliki masalah dalam kegiatan usahanya namun tidak
memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
3. Perilaku pencarian informasi peternak dalam penelitian ini adalah aktivitas
perilaku peternak untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dibutuhkan
oleh peternak sapi perah yang berguna untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha ternak sapi perah dan
Kebutuhan informasi
peternak dalam kegiatan
usaha sapi perah :
1) Teknis budidaya sapi
perah
2) Permodalan usaha sapi
perah
3) Pengolahan susu dan
pemasaran hasil
produksi sapi perah
Kendala :
1. Personal
2. Interpersonal
3. Lingkungan
Perilaku pencariaan informasi
peternak sapi perah:
1. Starting (memulai)
2. Chaining (merangkaikan)
3. Browsing (menelusur)
4. Differentiating (membedakan)
5. Monitoring (mengawasi)
6. Extracting (menyarikan)
7. Verifying (memverifikasi)
8. Ending (menyelesaikan).
9. (Ellis, et all)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
mengurangi ketidak-pastian sehingga dapat memberikan manfaat dan
dapat meningkatkan produktivitas hasil sapi perah. Model perilaku
pencarian informasi dalam penelitian ini mencoba menerapkan model
pencarian informasi dari Ellis et all.
4. Kendala yang dihadapi oleh peternak dalam pencarian informasi ini adalah
kendala yang berasal dari dalam diri peternak maupun dari luar, yang
ditemui ketika melakukan usaha pencarian informasi yang digunakan
untuk mengatasi permasalahan pada usaha ternak sapi perah.
5. Usaha sapi perah dalam penelitian ini adalah usaha yang dijalankan oleh
seseorang dengan memelihara sapi perah sebagai penghasilan untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik yang dimulai dari kegiatan teknis
budidaya sampai pada pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif, yaitu metode penelitian kualitatif yang sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang natural setting (Sugiyono, 2010). Penelitian kualitatif itu berakar pada
latar alamiah sebagai kebutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat
penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, serta mengadakan analisis data
secara induktif. Selain itu pada penelitian kualitatif mengarahkan sasaran pada
usaha menemukan teori dari dasar, lebih mementingkan proses dari pada hasil
serta memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan
rancangan penelitiannya bersifat sementara (Sutopo, 2002).
Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang
diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti
kualitatif harus bersifat “perspektif emic” yang maksudnya dalam memperoleh
data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan
oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan,
yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh informan (sumber data)
(Sugiyono, 2010).
Penelitian ini dianalisis dengan deskriptif, karena penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang
menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga berupaya menarik realitas itu
kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran
tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2003).
Pengembangan deskripsi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
perspektif fenomenologi. Perspektif ini mengarahkan bahwa apa yang dicari
peneliti dalam kegiatan penelitiannya bagaimana melakukan kegiatan dalam
situasi penelitian, dan bagaimana peneliti menafsir beragam informasi yang
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
telah digali dan dicatat. Bagian diskripsi dalam catatan ini meliputi potret
informan, rekonstruksi dialog, diskripsi keadaan fisik, struktur tentang tempat,
dan barang-barang lain yang ada di sekitarnya. Strategi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kasus (case study). Dalam
penelitian kualitatif studi kasusnya menurut Sutopo (2002) mengarah pada
pendiskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang
yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya.
Penelitian dengan pengembangan deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan keadaan atau situasi yang sebenarnya terjadi pada saat ini
dengan menganalisis data dari bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat tanpa
memotong cerita maupun datanya dengan simbol-simbol angka. Pada
penelitian ini akan mendiskripsikan tentang keadaan peternak sapi perah di
Desa Sruni Kecamatan Musuk dalam hal kebutuhan informasi dan perilaku
dalam melakukan pencarian informasi mengenai usaha sapi perah serta
kendala yang menghalangi pencarian informasi.
B. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu
berdasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil
berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat yang diketahui sebelumnya sesuai dengan
tujuan tertentu (Sugiyono, 2010). Lokasi yang diambil adalah Kabupaten
Boyolali yang mendapat julukan atau icon “kota susu” sejak tahun 1950.
Kemudian memilih Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali
dengan pertimbangan karena Kecamatan Musuk adalah salah satu kecamatan
terkenal sebagai penghasil susu sapi perah dengan populasi sapi betina
(berproduksi) terbanyak yaitu rata-rata sebesar 109.980 liter per bulan di
Kabupaten Boyolali dan memilih Desa Sruni karena merupakan desa yang
memiliki populasi sapi perah betina berproduksi terbanyak yaitu sejumlah 611
ekor di Kecamatan Musuk. Jumlah populasi sapi betina perah dan jumlah
produksi susu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 3.1 Data Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali Tahun 2011
No Desa
Produksi susu
Populasi sapi betina
bertelur (ekor)
Produksi susu
(liter) /bulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Lampar
Dragan
Karanganyar
Jemowo
Sangup
Mriyan
Lanjaran
Karangkendal
Sumur
Keposong
Pagerjurang
Sukorejo
Sruni
Cluntang
Ringinlarik
Kebon Gulo
Kembangsari
Musuk
Sukorame
Pusporenggo
81
53
559
464
138
166
354
266
343
334
342
351
611
510
284
285
310
355
356
256
10.980
9.540
100.620
83.520
24.840
29.880
63.720
47.880
61.740
60.120
61.560
45.100
109.980
91.800
51.120
51.300
55.000
63.900
64.000
46.080
Jumlah 6.359 1.133.640
Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Musuk 2011
C. Metode Penentuan Informan
Penelitian kualitatif, posisi sumber data manusia (informan) sangat
penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan
informan di sini memiliki posisi yang sama, dan informan bukan sekedar
memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa memilih arah
dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi ini,
sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat
disebut sebagai informan dari pada responden (Sutopo, 2002). Syarat yang
digunakan untuk memilih informan antara lain, jujur, taat pada janji, patuh
pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota tim yang menentang
penelitian (Moleong, 2007).
Penelitian Perilaku Pencarian Informasi ini memilih gatekeepers
sebagai informan awal, kemudian dilanjutkan dengan snowball sampling.
Gatekeepers yang terpilih dalam penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
informasi ini adalah penyuluh di kecamatan Musuk, karena dengan
pertimbangan penyuluh lebih mengetahui peternak yang aktif dalam mencari
informasi. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa informan awal sebaiknya
memilih orang yang bisa ”membukakan pintu” untuk menggali keseluruhan
medan secara luas (mereka yang tergolong gatekeepers/penjaga gawang).
Penentuan informan selanjutnya menggunakan teknik snowball sampling.
Moleong (2007), menyebutkan tahapan-tahapan penarikan bola salju (snow
ball), yaitu:
1. Menentukan satu atau beberapa informan untuk diwawancarai sebagai
titik awal penarikan sampel.
2. Informan selanjutnya ditetapkan berdasarkan pengetahuan atau informasi
yang diperoleh dari informan awal.
3. Demikian seterusnya hingga pada satu peneliti memutuskan jumlah
informan sudah mencukupi.
Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2010) mengemukakan
bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan
penentuan sampel dalam penelitian kuantitatif. Informan yang dipilih
berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk
digeneralisasikan. Dalam hubungan ini Nasution dalam Sugiyono (2010)
menjelaskan bahwa penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila
telah sampai taraf data yang telah memadai dan bila ditambah sampel lagi
tidak memberikan informasi baru.
Penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian informasi di Desa Sruni
dapat mengumpulkan informan sebanyak 17 orang, yang terdiri dari , 6 orang
peternak sapi, 1 orang kepala desa Sruni, 1 orang mantri hewan, 1 orang
penyuluh lapang, 1 orang ketua kelompok tani 2 orang petugas KUD Musuk,
2 pemilik toko (toko pakan ternak dan toko bahan-bahan es), 1 orang Mantri
Bank BRI Cabang Musuk dan 1 orang petugas Dinas Peternakan dan
Perikanan, 1 orang petugas Dinas Kesehatan Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007), sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun jenis sumber
data dalam penelitian ini adalah: sumber data manusia (informan) dan
dokumen atau arsip.
Tabel 3.2 Tabel Jenis Data dan Sumber Data yang Dibutuhkan
Data yang diperoleh
Cara memperoleh
data
Sifat data Sumber data
Pr Sek Kuali Kuanti
Data Pokok
1. Identitas
a. Nama
b. Umur
c. Pekerjaan pokok
d. Pekerjaan sampingan
2. Kebutuhan informasi peternak
a. Teknis budidaya sapi perah
b. Permodalan usaha sapi perah
c. Pemasaran hasil produksi
3. Kegiatan pencarian informasi
a. Starting (memulai)
b. Chaining (merangkaikan)
c. Browsing (menelusur)
d. Differentiating (membedakan)
e. Monitoring (mengawasi)
f. Extracting (menyarikan)
g. Verifying (memverifikasi)
h. Ending (menyelesaikan)
4. Kendala Pencarian Informasi
a. Personal
b. Interpersonal
c. Lingkungan
Data Pendukung
1. Keadaan Alam
2. Keadaan Penduduk
3. Keadaan Pertanian
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Informan
Dokumen
atau Arsip
1. Sumber Data Manusia (Informan)
Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang sangat penting adalah
berupa manusia dengan kata-kata dan tindakannya. Penentuan informan
dilakukan dengan mendatangi langsung. Moleong (2007) menyebutkan
informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi informan harus
mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun informan
dalam penelitian ini antara lain PPL Desa Sruni, Kepala Desa dan peternak
sapi perah di Desa Sruni, serta orang yang terlibat dalam pencarian
informasi oleh peternak sapi perah.
Penyuluh Pertanian Lapang Desa Sruni merupakan pihak yang
memberikan penyuluhan terkait kegiatan sapta usaha ternak sapi perah.
Kepala Desa Sruni, karena mengetahui informasi mengenai kegiatan
perilaku peternak dalam mencari informasi yang ada di desa. Peternak di
sini adalah peternak sapi perah yang terlibat dalam kegiatan sapta usaha
ternak sapi perah yang melakukan pencarian informasi dan dianggap
mengetahui tentang masalah yang akan diteliti.
2. Arsip atau Dokumen
Sutopo (2002), menyebutkan arsip dan dokumen merupakan bahan
tertulis yang bersangkutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.
Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda
peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu).
Bila ia merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan
terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut arsip.
Penelitian ini membutuhkan dokumen dan arsip yang dapat
menjelaskan lebih rinci informasi yang dibutuhkan berdasarkan kerangka
berpikir yang telah dibuat dan dapat berkembang sesuai keadaan di
lapangan. Arsip atau dokumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
yang berasal dari data monografi Desa Sruni, data BPP di kecamatan
Musuk dan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan data
Teknik mengumpulkan data merupakan kegiatan bagaimana dan
dengan cara apa data dapat dikumpulkan dengan benar. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi
pencatatan dan dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1. Wawancara
Lebih lanjut Moleong (2007) mengartikan wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian
kualitatif pada umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam karena peneliti merasa tidak
mengetahui apa yang belum diketahuinya (Sutopo, 2002).
Penelitian ini menggunakan wawancara berencana karena peneliti
menyusun daftar pertanyaan yang dijadikan pedoman saat melakukan
wawancara dan dapat berkembang saat melakukan wawancara. Selain itu
menggunakan teknik wawancara mendalam di mana peneliti menghendaki
jawaban secara luas dan lebih mendalam dari subyek dan informan karena
peneliti merasa belum tahu tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara
menggunakan instrumen panduan wawancara.
Gambar 3.1 Kegiatan Wawancara dengan Pegawai PPL Musuk dan
Pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 3.2 Kegiatan Wawancara dengan Informan Peternak Sapi
Perah di Desa Sruni
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti di lapangan yang dapat dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung (Bungin, 2003).
Spradley dalam Sutopo (2002) menjelaskan bahwa pelaksanaan
teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi dua, yakni observasi tak
berperan sama sekali dan observasi berperan (yang terdiri dari: berperan
pasif, berperan aktif, dan berperan penuh). Dalam observasi tak berperan,
kehadiran peneliti sama sekali tidak diketahui oleh subjek yang diamati,
sehingga apapun yang dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat tidak
akan mempengaruhi segala yang terjadi pada sasaran yang sedang diamati.
Pada observasi berperan, kehadiran peneliti di lokasi diketahui oleh
informan. Observasi berperan pasif, peneliti hanya mendatangi lokasi
tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pasif, namun hadir dalam konteksnya. Pada observasi berperan aktif,
peneliti memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu
situasi berkaitan dengan penelitiannya, dengan mempertimbangkan akses
yang bisa diperolehnya yang bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data.
Pada penelitian ini menggunakan observasi berperan pasif karena
peneliti hanya mengamati kebutuhan informasi dan perilaku peternak
dalam mencari informasi serta kendala yang dihadapi peternak sapi perah.
3. Pencatatan
Pencatatan merupakan cara pengumpulan data dengan mencatat
berbagai informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan penelitian dari
sumber-sember data yang berkaitan. Menurut Bogdan dan Biklen dalam
Moleong (2007), adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Pencatatan terhadap apa yang
didengar, dialami dan dipikirkan didapat dari hasil wawancara. Sedangkan
pencatatan tentang apa yang dilihat dapat berasal dari dokumen dan arsip
yang mendukung data-data yang diteliti. Hasil wawancara harus segera
dicatat agar tidak lupa atau hilang. Dari berbagai sumber data, perlu
dicatat mana yang dianggap penting, dan yang tidak penting, data yang
sama dikelompokkan (Sugiyono, 2010).
Walaupun data yang diperoleh dari hasil wawancara telah terekam
dalam bentuk suara, namun peneliti juga tetap menulis data-data penting
yang diperoleh baik saat wawancara maupun saat pengamatan sebagai
pelengkap hasil rekaman wawancara. Setelah data terkumpul kemudian
peneliti memberikan tanggapan terhadap data tersebut berdasarkan teori
yang telah ada. Selama kegiatan penelitian ini peneliti juga perlu
mendokumentasikan sebagai data bukti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh Teknik Pengumpulan
Data Pokok
1. Identitas informan
2. Kebutuhan informasi peternak
a. Teknis budidaya sapi perah
b. Permodalan usaha sapi perah
c. Pemasaran hasil produksi sapi perah
3. Kegiatan pencarian informasi
a. Starting (memulai)
b. Chaining (merangkaikan)
c. Browsing (menelusur)
d. Differentiating (membedakan)
e. Monitoring (mengawasi)
f. Extracting (menyarikan)
g. Verifying (memverifikasi)
h. Ending (menyelesaikan)
4. Kendala Pencarian Informasi
a. Personal
b. Interpersonal
c. Lingkungan
Data Pendukung
1. Keadaan Alam
2. Keadaan Penduduk
3. Keadaan Pertanian dan peternakan
Aktivitas peternak dalam kegiatan
bekerja menjalankan usaha ternak,
usaha tani dan usaha lainnya
4. Pola interaksi peternak-peternak,
peternak-pedagang, peternak-KUD,
peternak-penyuluh, peternak dengan
anggota keluarga lainnya, peternak dan
kelompok tani
5. Kondisi transportasi dan komunikasi
Wawancara, Pencatatan
Wawancara, Pencatatan
Wawancara, Pencatatan
Wawancara, Pencatatan
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Wawancara, Pencatatan, Observasi
Pencatatan, Observasi
Pencatatan, Observasi
Pencatatan, Observasi
Observasi
Observasi
Observasi
Observasi
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian
harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk membuktikan
validitas data menggunakan trianggulasi dan review informan. Trianggulasi
merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomologi yang bersifat
multiperspektif yaitu menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya
menggunakan cara pandang.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dalam Sugiyono (2010)
terdapat tiga macam yaitu triangulasi sumber (data), triangulasi metodologi
(teknik), triangulasi waktu. Sedangkan Patton dalam Sutopo (2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
menyebutkan ada 4 macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi data,
triangulasi peneliti, triangulasi metodologi dan triangulasi teoritis. Triangulasi
data sering disebut sebagai triangulasi sumber. Triangulasi sumber
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data
yang sejenis. Triangulasi peneliti adalah menguji validitas hasil penelitian
beberapa peneliti. Triangulasi metodologi dilakukan dengan mengumpulkan
data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau pengumpulan data yang
berbeda. Sedangkan triangulasi teori adalah menggunakan perspektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu triangulasi
sumber (data) dan triangulasi metode. Trianggulasi sumber pada penelitian ini
menggunakan informan. Informan terdiri dari, PPL Desa Sruni, Kepala Desa
Sruni, peternak sapi perah dan orang-orang yang terlibat dalam pencarian
informasi di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Triangulasi
metode yang digunakan penelitian ini, yaitu penggunaan berbagai metode
untuk meneliti sesuatu hal, seperti metode wawancara, metode observasi dan
juga dicocokan dengan dokumen yang diperoleh di lapang.
Gambar 3.3 Skema Trianggulasi Sumber (Data)
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan review informan dengan cara
diskusi kelompok (FGD). Menurut Sutopo (2002), review informan dilakukan
pada saat peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha
menyusun sajian datanya, walaupun mungkin masih belum utuh dan
menyeluruh, maka laporan yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan
dengan informannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah laporan
Data
Wawancara
Pencatatan
review informan
D Dokumen/Arsip
Aktivitas Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang ditulis merupakan pernyataan atau deskripsi yang bisa disetujui oleh
mereka (Sutopo, 2002). Review informan dilakukan dengan diskusi kelompok
dimana peneliti mengundang informan peternak sapi perah dan dilaksanakan
pada tanggal 5 Oktober 2011 jam 10 pagi sampai dengan selesai. Tempat
pelaksanaan diskusi kelompok di rumah Ketua Kelompok Tani Subur Desa
Sruni.
Gambar 3.4 Kegiatan Diskusi Kelompok (Review Informan)
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model analisis interaktif,
yang berupa:
1. Reduksi Data
Menurut Miles dan Huberman (1992), reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Secara sederhana dapat dijelaskan, dengan reduksi data, data
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam
cara, melalui seleksi ketat, ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
Dari lokasi penelitian, data lapang dituangkan dalam uraian laporan
yang lengkap dan terperinci. Data dan laporan lapangan kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk
dipilih yang terpenting kemudian mencari tema atau polanya (melalui proses
penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Lebih lanjut setelah
melakukan reduksi data, peneliti memilah-milah dan menggambarkan
kondisi mengenai kebutuhan informasi peternak sapi perah di Desa Sruni,
perilaku pencarian informasi, dan kendala pencarian informasi.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan simpulan dapat dilakukan. Sajian data
ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis
sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami yang mengacu pada rumusan
masalah yang telah dibuat sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi
yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk
menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Selain data
dalam bentuk kalimat, dalam sajian data ini juga dapat meliputi berbagai
matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel
sebagai pendukung narasi. Semuanya dirancang guna merakit informasi
secara teratur supaya mudah dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam
bentuk yang lebih kompak (Sutopo, 2002). Penelitian ini disajikan dalam
bentuk foto, dan cuplikan pernyataan, dan narasi hasil wawancara.
3. Penarikan Kesimpulan
Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai
melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan
semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian datanya. Bilamana
kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi
maupun sajian datanya, maka peneliti akan mengulangi kembali
pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang
ada dan juga bagi pendalaman data (Sutopo, 2002).
Menurut Sutopo (2002), proses analisis dengan tiga komponennya
saling menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses
pelaksanaan pengumpulan data. Selain itu tiga komponen tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya
maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk
siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen
analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi
penelitiannya. Proses analisis seperti yang disebutkan di atas disebut dengan
model analisis interaktif.
Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan/
verifikasi
Gambar 3.5 Model Analisis Interaktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa Sruni
Desa Sruni merupakandesa yang terdapat diSebelahTimur Lereng
Gunung Merapi dan merupakan salah satu desa di Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.Jarak Desa Sruni dari pusat
pemerintahan Kecamatan Musuk adalah 5km, dari pusat administrasi dan
pemerintahan kabupaten adalah 10 km sedangkan jarak Desa Sruni dari
Ibukota Propinsi adalah 77 km. Adapun batas-batas wilayah Desa Sruni di
sebelah utara adalahDesa Ringinlarik dan Desa Cluntang, sebelah timur
adalah Desa Karang Kendal dan Desa Sukorejo, sebelah selatan adalah Desa
Lanjaran dan batas sebelah barat adalah Desa Mriyan.
Desa Sruni terletak pada ketinggian 750 m di atas permukaan laut dan
berdasarkan kondisi iklimnya dapat digolongkan sebagai wilayah dengan
karakteristik lembab dengan curah hujan 2.478 mm/th dan jumlah bulan
kering 5 bulan dengan rata rata suhu maksimum/minimum 30C/18
0C. Luas
wilayah Desa Sruni adalah 337,2787 ha yang terdiri dari lahan pertanian dan
non pertanian atau tempat fasilitas umum lainnya.
Desa Sruni memiliki karakteristik lingkungan berupa dataran tinggi
dengan lingkungan kering dan jenis tanah yang pada umumnya termasuk
jenis aluvial. Karakter lingkungan wilayah ini mempengaruhi jenis usaha
pertaniandan peternakan. Tanah kering sangat cocok untuk pengembangan
pertanian tanaman lahan kering, seperti tanaman rumput-rumputan untuk
makan ternak,tembakau, bunga mawar, pepaya, cengkeh, cabai, palawija,
sawi,dan sayuran. Suhu yang rendah di Desa Sruni juga sangat berpotensi
untuk usaha ternak sapi perah dari pada ternak lainnya, usaha ternak
merupakan sebagai sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 4.1(a), (b),(c) dan (d)Kondisi Wilayah Desa Sruni
B. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di suatu daerah erat hubungannya dengan kondisi
sosial ekonomi di daerah tersebut. Desa Sruni berpenduduk 3.367 jiwa dengan
990 Kepala Keluarga (KK). Berikut adalah data keadaan pendudukDesa Sruni
menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.
Adapun penjelasan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut:
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk merupakan sejumlah orang yang bertempat tinggal di
suatu wilayah pada waktu tertentu. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk
dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.Keadaan penduduk menurut
jenis kelamin di Desa Sruni adalah sebagai berikut:
c. Kondisi Jalanan
b. Kondisi Sungai Kering a. Kondisi Lahan Tegal Terasering
b. Kondisi Lahan Tegal Terasering
c.
d. Kondisi Jembatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sruni
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
1.602
1.765
47,58
52,42
Jumlah 3.367 100,00
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-
laki sebesar 1.602 jiwa (47,58persen) dan jumlah penduduk perempuan
sebesar 1.765 jiwa (52,42persen). Perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan dapat mempengaruhi pembagian pekerjaan dalam
pembangunan termasuk bidang peternakan. Nilai sex ratiosebesar 91 atau
90,76 persen tersebut menunjukkan pekerjaan dalam bidang peternakan
yang dikerjakan oleh laki-laki dapat dikerjakan oleh perempuan. Hal ini
dikarenakan jumlah penduduk perempuan yang hampir sama dengan
jumlah penduduk laki-laki.
2. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut jenjang yang
berhubungan dengan kehidupan produktif manusia yaitu 0–14 tahun
merupakan kelompok umur non-produktif, umur 15–64 tahun merupakan
kelompok umur produktif dan penduduk umur 64 tahun keatas adalah
kelompok umur sudah tidak produktif(Mantra, 1995). Adapun besarnya
jumlah penduduk menurut umur di Desa Sruni yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Umur
No Umur Jumlah Prosentase (%)
1.
2.
3.
0 – 14
15 – 64
>65
775
2.489
103
23,02
73,92
3,06
Jumlah 3.367 100,00
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa prosentase terbesar
terdapat pada kelompok umur 15-64 tahun yaitu sebesar 73,92 persen atau
sebesar 2.489 orang. Umur 15-64tahun tergolong dalam usia produktif
sehingga dengan penduduk yang besar maka kontribusi penduduk terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pembangunan di Desa Sruni juga besar,jumlah penduduk yang mempunyai
prosentase terkecil adalah umurnon produktif yaitu sebesar 3,06 persen
atau 103 orang.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan di Desa
Sruni dapat dikatakan sejahtera karena jumlah penduduk yang produktif
atau bekerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang non produktif
atau tidak bekerja sehingga penduduk yang produktif harus mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan bagi usia non
produktif yang menjadi tanggungan mereka, baik kebutuhan primer
maupun kebutuhan yang lain.
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan
di semua sektor. Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas
sumber dayamanusia di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka keadaanpenduduk akan semakin baik jika diukur dari
aspek pengetahuannya. Selain itu, penduduk dengan tingkat pendidikan
tinggi akan lebih mudah dalam menerima suatu inovasi dan perubahan.
Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran masyarakat dalam
menerima inovasi. Apabila dalam suatu masyarakat yang mempunyai
tingkat pendidikan yang tinggi dan didukung dengan kesadaran
masyarakat untuk berkembang, maka tatanan masyarakat yang lebih baik
akan dapat terwujud. Secara rinci tingkat pendidikan penduduk Desa Sruni
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
1. Tamat Perguruan Tinggi 147 4,36
2. Tamat SLTA 332 9,86
3. Tamat SLTP 329 9,77
4. Tamat SD 1.365 40,54
5. Tidak Tamat SD 921 27,35
6. Belum Tamat SD 160 4,75
7. Belum Sekolah 113 3,35
Jumlah 3.367 100,00
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tingkat pendidikan dapat dikriteriakan menjadi tiga jenis, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Dikatakan rendah jika penduduk yang tamat
SD ke atas kurang dari 30 persen. Kriteria pendidikan sedang, jika
penduduk yang tamat SD ke atas antara 30 persen sampai dengan 60
persen. Pendidikan masuk dalam kriteria tinggi jika penduduk yang tamat
SD ke atas lebih dari 60 persen.
BerdasarkanTabel 4.3 dapat diketahui bahwa keadaan penduduk
menurut tingkat pendidikan di Desa Sruni adalah tergolong sedang yaitu
dengan prosentase tertinggi pada penduduk tamat SD yaitu sebanyak 1.365
orang atau 40,54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
penduduk Desa Sruni akan pendidikan cukup tinggi, sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan wilayah tersebut karena pendidikan yang
tinggi, maka masyarakatnya memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan
akan lebih mudah dalam menerima suatu inovasi dan perubahan.
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Salah satu penunjang keberhasilan pembangunan daerah yaitu
tersedianya lapangan pekerjaan bagi penduduk sehingga mampu
meningkatkan pendapatan asli daerah.Keadaan penduduk menurut mata
pencaharian adalah jumlah penduduk pada suatu wilayah yang bekerja
berdasarkan mata pencaharian tertentu. Mata pencaharian penduduk
disuatu wilayah dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam
atau potensi lokal, ketersediaan jumlah tenaga kerja, serta kondisi sosial
ekonomi penduduk di suatu wilayah tersebut yang meliputi umur, tingkat
pendidikan, ketrampilan, modal dan sebagainya. Keadaan penduduk di
Desa Sruni berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Mata Pencaharian
No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
1. Peternakan 1024 41,41
2. Pertanian tanaman
pangan
204 8,25
3. Perkebunan 272 10,99
4. Buruh Tani 43 1,74
5. Pengusaha/pengrajin 798 32,27
6. Buruh Industri 57 2,30
7. Buruh Bangunan 18 0,73
8. Pedagang 17 0,69
9. PNS 29 1,17
10. Lain-lain 11 0,46
Jumlah 2.473 100,00
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 dan BPP Musuk 2010
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
penduduk di Desa Sruni bermata pencaharian di sektor peternakan hampir
semua penduduk Desa Sruni memiliki ternak sapi perah, hal ini terlihat
dari data yang diperoleh diketahui bahwa penduduk yang bermata
pencaharian peternak menempati urutan terbesar, yaitu penduduk bermata
pencaharian sebagai peternaksebesar 41,41 persen (BPP Musuk,
2010).Penduduk di Desa Sruni bermata pencaharian sebagai peternak
karena kondisi geografis yang cocok untuk menjalankan kegiatan
usahaternak perah selain bekerja di peternakan masyarakat desa sruni juga
melakukan pekerjaan sebagai petani. Mata pencarian sebagai petani
tanaman pangan terdapat 8,25 persen dan petani perkebunan ada 10,99
persen. Sehingga masyarakatDesa Sruni dengan bekerja di lahan pertanian
juga akan mendapatkan pakan hijauan dari sisa tanaman pertanian untuk
diberikan ke ternak sapi yang mereka pelihara.
C. KeadaanPertaniandan Peternakan
Pertanian dan Peternakan merupakan suatu bidang untuk menghasilkan
produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada pemenuhan
pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya.
Berikut ini data mengenai komoditas pertanian dan peternakan di Desa
Sruni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel4.5Jumlah KomoditasTanaman Desa Sruni
No Jenis komoditas Jumlah (ha)
1.
2.
3.
4.
5.
Pangan
Sayuran
Perkebunan
Buah-buahan
Lain-lain
37,1000
28,3000
40,4000
26,3400
52,6040
Jumlah 185,2046
Sumber : Monografi Desa Sruni Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.5jenis komoditas yang menggunakan lahan terluas
adalah tanaman perkebunan yang berupa cengkeh, sehingga tanaman cengkeh
dan tembakau merupakan produk pertanian utama dari desa Sruni. Tanaman
lainnya yang ditanam di lahan Desa Sruni adalah rumput gajah untuk pakan
ternak dan mawar.
Gambar 4. 2(a) dan (b) Jenis Komoditas Tanaman Desa Sruni
Tabel4.6Peternakan di Desa Sruni
No Jenis Ternak Jumlah (ekor)
1.
2.
3.
4.
5.
Sapi perah
Sapi Biasa
Kambing Domba
Ayam Kampung
Itik, dan lain lain
1.847
10
200
500
30
Sumber : Monografi Desa Sruni Tahun 2010 dan BPP Musuk 2011
Jenis ternak yang diusahakan adalah ternak sapi perah (FH) dari hasil
pendataan PPL Musuk tahun 2011 sebesar 1.847 ekor(BPP Musuk, 2011)
yang merupakan jumlah ternak terbesar di Desa Sruni1. Ternak lain yang
diusahakan masyarakat Desa Sruni adalah sapi biasa, kambing domba, ayam
b. Kebun Kebun Cengkeh,
Pepaya dan Tembakau a. Kondisi Mawar
1 . Bapak Bambang, Penyuluh BPP Musuk. Wawancara tanggal 8 September 2011 di BPP Musuk “Kondisi peternakan di
desa sruni...yaitu dengan jumlah peternak 667 orang, populasi sapi perah itu dari hasil pendataan 1.847ekor .... sapi
potongnya 28ekor. sudah melaksanakan IB 20% peternak se Desa Musuk. Dengan ..ee.. kesadaran masayarakat
akan kelebihan IB maka sekitar 20% peternak sudah melaksanakan IB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kampung, itik dan ternak lainnya. Jenis ternak yang paling banyak adalah
ternak sapi perah(FH). Jumlah populasi ternak di Desa Sruni ini berubah-
ubah atau tidak pasti karena setiap hari masyarakat melakukan aktivitas jual
beli2. Rata-rata masyarakat di Desa Sruni lebih banyak beternak sapi
perahkarena kondisi lingkungan yang mendukung untuk dapat menghasilkan
susu yang dapat membantu perekonomian bagi peternak.
Gambar 4. 3 Kondisi Ternak Kambing dan Ternak Sapi Perah Desa Sruni
D. Keadaan Sarana Perekonomian
Keberadaan sarana perkonomian di suatu wilayah merupakan salah satu
hal yang dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian
penduduk. Sarana perkonomian merupakan tempat dimana terjadi kegiatan
jual beli atau pemindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang
merupakan kegiatan saling menguntungkan diantara kedua belah pihak.
Dengan adanya sarana perekonomian maka dapat mempermudah masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dan juga dapat menambah lapangan pekerjaan
bagi masyarakat. Keadaan lembaga perekonomian di Desa Sruni dapat dilihat
pada Tabelberikut:
Tabel4.7 Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Sruni
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Pasar Umum 2
2. Toko/Kios/Warung 16
3. Koperasi Simpan Pinjam 1
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian
yang terdapat di Desa Sruni dapat dikatakan sudah cukup memadai yaitu
dengan adanya pasar umum sebanyak 2 buah, toko/kios/warung sebanyak 16
2 . Bapak Bambang, Penyuluh BPP Musuk. Wawancara tanggal 8 September 2011 di BPP Musuk “Kondisi peternakan
Desa Sruni... Populasi ini bisa berubah setiap hari karena kegiatan jual beli para peternak, untuk kondisi sapi
perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk itu yang pertama... bangsa sapi betina itu berasal dari peranakan saja”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
buah, dan koperasi simpan pinjam sebanyak 1 buah, koperasi ini merupakan
koperasi gabungan kelompok tani yang diberi nama Karya Manunggal.
Keberadaan sarana perekonomian di Desa Sruni tersebut sangat dibutuhkan
karena dengan adanya sarana perekonomian, kegiatan penduduk menjadi
lebih lancar, misalnya dalam hal pemasaran hasil-hasil usahatani.
Gambar 4.4 Bangunan Koperasi Gapoktan “Karya Manunggal” Desa Sruni
Pasar hewan juga terdapat di Kabupaten Boyolali dimana pasar ini
sering digunakan oleh peternak untuk kegiatan jual beli hewan. Pasar hewan
hanya ramai pada saat pasaran jawa yaitu hari “ pahing”. Masyarakat
memanfaatkan pasar ini selain kegiatan jual beli juga kegiatan mencari
informasi mengenai perkembagan harga pedet dan indukan sapi untuk
dipelihara.
Gambar 4.5 Pasar Hewan di Kabupaten Boyolali
E. KeadaanSarana Pendidikan
Sarana pendidikanmerupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar
untuk mendapatkan ilmu. Sarana pendidikan sangat penting dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
wilayah agar tingkat pengetahuan masyarakat lebih tinggi. Sehingga dengan
tingkat pendidikan yang tinggi maka masyarakat dapat lebih maju dan
berkembang. Adapun lembaga pendidikan di Desa Sruni yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.8 Keadaan Sarana Pendidikan di Desa Sruni
No. Sarana Pendidikan Jumlah (unit)
1. Taman Kanak-kanak 2
2. SD Negeri 3
3. SLTP Negeri 1
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sarana pendidikan paling
banyak di wilayah Desa Sruni yaitu SD Negeri sebanyak 3 unit, dikarenakan
tingkat sekolah dasar ini penting sebagai modal awal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain lembaga pendidikan sekolah
dasar, di Desa Sruni juga terdapat sarana pendidikan Taman Kanak-kanak
(TK) sebanyak dua unit sekolah dan SLTP Negeri sebanyak satu unit. Dengan
adanya sarana pendidikan di Desa Sruni maka diharapkan penduduk usia
sekolah dapat memperoleh pendidikan yang layak. Sehingga kualitas sumber
daya manusia yang ada juga semakin baik.
F. Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi
Sarana transportasi dan komunikasi dapat mendukung penduduk dalam
memperlancar perkembangan di suatu wilayah. Penduduk Desa Sruni
selalumembutuhkan sarana transportasi dan komunikasi untuk menjalankan
aktivitasnya sehari-hari. Sarana transportasi dan komunikasi sangat membantu
untuk berhubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Angkutan masyarakat merupakan faktor yang dapat membantu masyarakat
dan memperlancar perkembangan suatu wilayah. Sarana tranportasi
merupakan salah satu indikator modernisasi suatu wilayah.Dampak dari
modernisasi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Mantra, 1995).Berikut ini adalah sarana transportasi yang dapat digunakan
oleh penduduk Desa Sruni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4.9 Sarana Transportasi di Desa Sruni
No. Sarana Transportasi Jumlah (buah)
1. Mobil/motor 10
2. Sepeda/ojek 231
3. Lain-lain 59
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui terdapat tiga jenis sarana
transportasi yang terdapat di Desa Sruni. Sarana transportasi tersebut
diantaranya, mobil atau motor sebanyak 10 buah, sepeda atau ojek 231 buah,
dan lain-lain (bisa berupa truk, dan gluthuk) sebanyak 59 buah. Sarana
transportasi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk adalah sepeda motor
atau ojek, sedangkan yang paling sedikit adalah mobil atau motor. Sepeda
motor/ojek paling banyak dimiliki karena harganya yang terjangkau dan
hampir setiap penduduk dapat mengendarainya. Ketersediaan sarana
transportasi umum yang ada di Desa Sruniadalah angkutan umum dan ojek.
Dengan adanya kendaraan umum yang melintasi Desa Sruni, maka pola arus
penumpang dan barang banyak terjadi.
Kegiatan warga Desa Sruni untuk mengakses informasi, pusat kegiatan
ekonomi, kesehatan, ataupun pemerintahan biasanya dilakukan dengan
menggunakan angkutan umum atau mengendarai sepeda motor. Namun
dengan keadaan jalan yang sering rusak, maka mempersulit warga untuk
pergi ke luar desa.Terlebih lagi jika harus membawa barang hasil panen, air,
susu, maupun barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak dari desa ke
pasar atau sebaliknya, warga desa akan kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 4.6Sarana Transportasi Desa Sruni
Sarana komunikasi yang ada di Desa Sruni diantaranya adalah televisi,
radio, dan telepon genggam.Televisi dan radio biasanya dimanfaatkan sebagai
tempat mencari hiburan dan informasi-informasi baru sedangkan telepon
genggam dimanfaatkan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk sinyal
jaringan telepon genggam di Desa Sruni cukup sulit, hanya ada satu operator
yang bisa dimanfaatkan masyarakat Desa Sruni. Pusat layanan komunikasi
umum di Desa Sruni untuk seperti kantor pos, warung telepon (wartel), dan
warung internet (warnet) belum tersedia. Untuk memenuhi kebutuhan yang
harus menggunakan ketiga sarana tersebut, biasanya penduduk akan datang
ke pusat Kecamatan Musuk atau Kabupaten Boyolali.Informasi yang bersifat
umum, misalnya pengumuman adanya lelayu, penduduk akan menggunakan
microphone atau bisa juga dengan “gethok tular”.
Tingkat kepemilikan telepon genggam(Hp) di desa ini juga masih
rendah. Keadaan tersebut membuat warga desa lambat dalam menerima
informasi. Dengan keadaan yang demikian KUD dan BPP Musuk menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pusat sumber informasi. Keadaan tersebut sedikit tertolong dengan adanya
budaya “gethok tular” yang masih sangat kental di Desa Sruni. Dengan
adanya budaya tersebut informasi yang didapat oleh sebagian warga dapat
meyebar ke warga yang lain.
G. Kondisi Khusus Peternakan Desa Sruni
Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali merupakan daerah
pegunungan bersuhu rendah yang menjadikan usaha ternak perah lebih
berkembang dari pada usaha ternak lain. Sapi perah yang menjadi
iconnyaKabupaten Boyolali, dari tahun 1950-an sampai sekarang menjadi
kabupaten dengan sentra ternak perah yang memproduksi susu di Jawa
Tengah. Desa Sruni terletak di lereng Sebelah Timur Gunung Merapi dengan
mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai peternak sapi perah dan
petani. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dengan hasil
susu sapi perah. Hal ini terjadi karena sapi perah membutuhkan kondisi suhu
lingkungan yang lebih rendah dibanding dengan ternak lain. Meskipun usaha
ternak sapi perah lebih menjanjikan dibanding usaha pertanian, namun Desa
Sruni juga memiliki potensi komiditi lain, antara lain mawar, cengkeh,
tembakau, sayuran, cabe dan tanaman lainnya.
Usaha ternak sapi perah yang dijalankan masyarakat Desa Sruni ini
sudah turun temurun, sehingga modal awal yang dimiliki peternak sapi
biasanya dalam usaha sapi perah berasal dari warisan orang tua dan
menggunakan modal tabungan sendiri yang telah terkumpul. Potensi yang
dimiliki Desa Sruni ini menarik perhatian pemerintah untuk
mengembangkannya sehingga pada tahun 2007 mendapat sapi perah gaduhan
sebanyak 41 ekor sapi dari pemerintah. Sebelum Tahun 2010 setiap para
peternak dapat memelihara lebih dari 8 ekor sapi, namun saat ini peternak
sudah tidak mampu memelihara sebanyak itu karena selain kekurangan air,
ternak terkena penyakit yang disebabkan malnutrisi (kelumpuhan, mastitis,
dan penyakit lainnya), disisi lain menurut peternak Desa Sruni penyebab
ternak sapi saat ini kurang menguntungkan karena,harga jual sapi dan susu
yang rendah ini membuat peternak sapi merasa dirugikan karena biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
produksi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Syn sebagai berikut:
“Saya lihat situasi kepemerintahan saat ini kurang berhasil...karena ada
pihak-pihak yang ingin diuntungkan secara sepihak.... contohnya itu...
pemerintah memberi ijin impor sapi dan susu sehingga... ya...
dampaknya sapi lokal peternak Indonesia kurang meningkat karena
harga jual yang rendah..” (Hasil wawancara dengan Syn tanggal 17
September 2011).
Desa Sruni terdapat kelompok tani yang bergerak dalam melakukan
pengolahan limbahsapi dan pengolahan susu sapi, dengan adanya pengolahan
ini diharapkan peternak mendapatkan penghasilan tambahan. Peternakan di
Desa Sruni memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Peternakan sapi
perah yang dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat luas akan tetapi
warga Sruni tidak mengetahui harus bertindak bagaimana untuk
meningkatkan produksi dan nilai jual yang tinggi, karena selama ini produksi
susu sapi perah hanya berkisar 10 sampai 12 liter saja padahal harga pakan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidak sebanding dengan harga
susu. Hal ini membuat para peternak tidak mau menggunakan pakan katul
sehingga sapi perah hanya menghasilkan susu rata-rata 10 liter perhari.
Seperti informan Skmengungkapkan bahwa:
“Sapi yang dimilikisekarang sudah berkurang mbak, karena tidak
mampu ngasih pakan, karena pada saat ini harga katul brand itu
mahal”(Hasil wawancara dengan Sk 19 September 2011).
Kondisi peternakan sapi perah di Desa Sruni kesehatan dan sanitasi
ternak sangat kurang, karena keadaan desa yang sulit sumber air, membuat
peternak tidak membersihkan kotoran di badan sapi dan kandang sapi.
Kurang perhatiannya akan kebersihan ini dapat menimbulkan beberapa
penyakit sapi seperti yang diungkapkan informan Ytmyang juga berperan
sebagai mantri hewan :
“Peternak kurang memperhatikan kebersihan kandang sapi sehingga
sapi sering terkena penyakit kudis/koreng, selain itu peternak enggan
untuk melengkapi nutrisi sapi, sapi mudah terkena penyakit lumpuh
yang disebabkan mallnutrisi” (wawancara tanggal 24 September 2011).
Keadaan ini juga diperparah dengan kesadaran peternak Desa Sruni
dalam melengkapi kebutuhan nutrisi sapi yang sangat kurang, karena apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
nutrisi sapi tidak terpenuhi maka sapi akan mudah terjangkit penyakit dan
produksi susu akan rendah.
Peternak sapi perah dalam memasarkan susu sapi hanya dijual dalam
bentuk susu segar yang langsung disetorkan ke KUD melalui Tempat
Penampungan Susu dan pengumpul susu lokal. Disisi lain kalau susu diolah
menjadi produk lain dapat memiliki nilai jual yang tinggi.Melihat kondisi
yang dialami peternak sapi perah di Desa Sruni, dengan berbagai kesenjangan
yang dialami oleh peternak maka sangat perlu untuk dilakukan penelitian
mengenai kebutuhan informasi peternak sapi perah, perilaku peternak dalam
mencari informasi serta kendala yang dihadapi ketika melakukan pencarian
informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
V. KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK
Para peternak sapi perah dalam melakukan pekerjaan setiap hari akan
menemui suatu masalah dalam aktivitas kegiatan beternak sehari-hari, akan tetapi
karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ini menjadi suatu kesenjangan.
Kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dengan kondisi yang
dihadapi oleh informan peternak sapi perah Desa Sruni dalam melakukan kegiatan
usaha ini menimbulkan suatu kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan
peternak meliputi perkembangan ternak sapi perah, penyediaan pakan sapi perah,
pencegahan dan pengendalian penyakit, dan penjualan susu sapi perah, serta
pengolahan susu sapi perah dan pemasarannya. Kebutuhan informasi setiap
peternak berbeda-beda, sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh peternak.
Penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi di
Desa Sruni akan dibahas menurut informasi yang dibutuhkan dari peternak.
Informasi yang dibutuhkan setiap peternak sapi perah akan berbeda. Dari masing-
masing kebutuhan informasi informan peternak sapi perah akan dibahas pada sub
bab sebagai berikut:
A. Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah
Kebutuhan informasi teknis budidaya sapi perah ini muncul karena
kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dalam budidaya sapi
masih kurang dengan harapan untuk menyelesaikan kondisi masalah
pemeliharaan sapi perah yang dihadapi peternak pada saat ini. Informasi
teknis budidaya sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak Desa Sruni ini
meliputi informasi pada kegiatan penanganan penyakit lumpuh, pakan sapi
alternatif dan perkembangan harga “pedet” (bibit sapi). Salah satunya adalah
peternak Syn yang mengungkapkan bahwa ia membutuhkan informasi harga
bibit sapi sebagai berikut: “butuh itu...informasi perkembangan harga
sapi...mbak” karena menurut Syn setiap peternak pasti akan membutuhkan
informasi perkembangan harga bibit sapi di daerahnya maupun di daerah lain,
hal ini akan berguna untuk mengatasi ketidakpastian atau kekhawatiran
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
peternak dalam kegiatan usaha sapi, ataupun untuk menentukan keuntungan
dan kerugian usaha ternak sapi.
Selain itu informasi yang dibutuhkan peternak adalah pakan alternatif
bagi sapi. Masalah yang dihadapi peternak akan harga pakan katul yang
mahal dan tidak sebanding dengan harga susu yang dihasilkan oleh sapi perah
membuat peternak mencari pakan alternatif penggganti katul. Salah satu
peternak Desa Sruni mengatakan bahwa: “informasi-informasi pakan
alternatif selain katul itu penting mbak...” (hasil wawancara dengan Syn, 18
September 2011). Peternak Desa Sruni membutuhkan informasi tentang
alternatif pakan sapi selain katul yang juga tidak mengurangi jumlah produksi
hasil susu serta sapi tidak mengalami malnutrisi.
Informasi lain yang dibutuhkan peternak sapi Desa Sruni adalah
penyakit yang sering menyerang sapi yaitu kelumpuhan. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh informan (Sk) sebagai berikut: “butuh ...ee... informasi
penanganan penyakit sapi lumpuh itu” (hasil wawancara 19 September
2011). Banyak peternak yang menginginkan informasi penanganan
kelumpuhan pada sapi, karena memang pada saat ini banyak ternak sapi yang
terkena penyakit lumpuh. Kebutuhan informasi penyakit lumpuh sapi juga
dinyatakan oleh Penyuluh di Desa Sruni yang mengatakan bahwa
“...informasi yang dibutuhkan... mengenai penyakit sapi itu ya... kelumpuhan
sapi yang sulit cara mencegahnya...mbak” (hasil wawancara 8 September
2011). Menurut Penyuluh pencegahan lumpuh sapi untuk kondisi saat ini
sangat sulit karena ada beberapa sikap peternak yang sulit dirubah untuk
memakai pakan yang memiliki nutrisi penting dan menjaga kebersihan
kandang. Untuk menjaga kebersihan kandang sapi perah sebenarnya sangat
sulit dilakukan karena terbatasnya air yang mereka dapatkan3. Peternak
menyatakan untuk masalah kurangnya air bersih bukan masalah yang besar,
karena peternak masih mampu membeli. Akan tetapi yang menjadi masalah
di Desa Sruni adalah harga susu sapi yang terlalu rendah bagi peternak. Hal
ini dikuatkan oleh salah satu informan (Sk) sebagai berikut:
3 . Bapak Bambang, Penyuluh BPP Musuk. Wawancara tanggal 8 September 2011 di BPP Musuk “mengenai penyakit
sapi itu ya lumpuh mastitis, kembung perut, itu ya karena kecukupan air yang kurang… disini untuk minum saja
susah apalagi untuk membersihkan kandang…”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
“…Kalau mau dikasi katul sama brand ya rugi... lhaa.... harga
susunya saja tidak sebanding sama.. katul, sekarang..ee...
dibandingkan saja rego katul... 3300 per kilo sedangkan susunya (per
liter) cuma 2850 rupiah... padahal 1 sapi itu butuh katul bisa 10 kilo
tiap hari... ee... ya ndak kuat lah mbak... jadinya .ee..dikasi itu...
bonggol kates…”.
Sebenarnya keinginan peternak sapi perah dalam memperoleh atau
mengetahui berbagai informasi untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi
sangat tinggi. Akan tetapi peternak kadang beranggapan bahwa pengalaman
mereka tidak mampu untuk menjawab masalah yang mereka hadapi yaitu
cara mencegah agar sapi tidak mengalami kelumpuhan atau penyakit lainnya
seperti demam susu, dan kembung perut. Selain itu peternak selalu
membutuhkan informasi mengenai harga-harga pakan sapi, susu sapi, pedet
dan induk sapi. Mereka perlu memantau harga tersebut karena peternak
kadang takut jika harga sapi atau susu tiba-tiba rendah seperti tahun lalu yang
dipengaruhi oleh impor sapi dari luar negeri, hal ini membuat mereka merasa
dirugikan4. Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan
informasi teknis budidaya sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi
perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman
lampiran.
Tabel 5.1 Matrik Kebutuhan Informasi Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah
oleh Peternak Sapi Perah Desa Sruni
No. Jenis Kebutuhan Informasi Teknis Budidaya
Sapi Perah
Kebutuhan Informasi
Peternak Sapi Perah
1. Pengendalian Penyakit Sapi
2. Pakan Alternatif
3. Perkembangan Harga Bibit Sapi Dan Harga
Pakan
Sumber : Data Primer 2011
B. Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah
Kebutuhan informasi mengenai modal tambahan untuk usaha sapi
perah ataupun usaha lainnya sangat diperlukan oleh setiap peternak. Setiap
kegiatan yang diusahakan oleh peternak tidak akan cukup kalau hanya
dicukupi dengan modal sendiri, sehingga peternak memerlukan modal
tambahan untuk melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya. Kebutuhan informasi permodalan ini meliputi informasi tempat
4 . Bapak Suyono, peternak sapi perah. Wawancara tanggal 17 September 2011 di kandang sapi perah“pemerintah
memberi ijin impor sapi dan susu sehingga... ya... dampaknya sapi lokal peternak Indonesia kurang meningkat
karena harga jual yang rendah”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
untuk mengajukan pinjaman, jumlah modal yang akan dipinjam serta
informasi bunga dan persyaratan untuk mengajukan pinjaman.
Informasi permodalan usaha sapi perah dimanfaatkan oleh peternak
untuk menambah atau memperluas usaha baik untuk menambah ternak,
membeli pakan ternak atau untuk keperluan rumah tangga mereka. Salah satu
peternak Desa Sruni mengungkapkan bahwa membutuhkan informasi
mengenai modal yaitu sebagai berikut:
“Butuh informasi sumber modal sama jumlah modal niku... dingge
nambah usaha sapi perah misalnya beli pakan atau pun untuk beli
pedet lagi”(hasil wawancara dengan Yt, 22 September 2011).
Hal ini alasan mengenai sumber modal juga dinyatakan dari petugas KUD
yang mengurus keuangan, berikut adalah ungkapan dari petugas KUD:
“ Ya ... jumlah modal yang bisa dipinjam… untuk biaya pakan ternak
itu... masalae nek nasabah gitu nganune ... makanan, kalau biaya
sendiri itu ya.. agak sulit mbak... ya macam-macam ya ada yang
pinjem untuk makanan ternak, untuk biaya sekolah juga ada...”
Meminjam modal di KUD Musuk peternak harus menyesuaikan
antara jumlah pinjaman dengan jumlah produksi susu sapi yang dihasilkan
sebagai jaminan pengembalian. Selain itu menurut pegawai Bank BRI
peternak membutuhkan informasi mengenai persyaratan mengajukan modal
yang akan dipinjam dan waktu jatuh tempo pinjaman. Informasi mengenai
permodalan ini juga dibutuhkan oleh peternak lain untuk memperluas usaha
memproduksi sabun susu, yogurt dan olahan susu lainnya. Usaha pengelolaan
susu ini membutuhkan modal yang tidak sedikit. Sehingga informasi sumber
modal ini juga diperlukan yang berasal dari pemerintah ataupun dari instansi
lainnya dengan cara pengembalian yang lebih mudah. Peternak yang telah
mendapatkan informasi mengenai sumber pinjaman namum petrnak tidak
berani mengambilnya karena takut bagaimana cara mengembalikan pinjaman
itu karena menurut mereka pendapatan dari sapi perah tidak seberapa.
Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan
informasi permodalan usaha sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman
lampiran.
Tabel 5.2 Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Permodalan Usaha Peternak
Sapi Perah Desa Sruni
No. Jenis Kebutuhan Informasi Permodalan Usaha
Sapi Perah
Kebutuhan Informasi
Peternak Sapi Perah
1. Sumber Modal
2. Besar Bunga Pinjaman
3. Syarat Pinjaman
4. Jangka Pengembalian
Sumber : Data Primer 2011
C. Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi Sapi Perah
Peternak sapi perah di Desa Sruni tidak cukup hanya dengan informasi
dalam kegiatan beternak saja. Mereka masih membutuhkan informasi untuk
mengelola hasil susu guna meningkatkan harga jual susu. Sebagaimana
informan Mrj sebagai warga masyarakat Desa Sruni, turut prihatin akan
kondisi peternakan di desanya di mana kondisi masyarakat belum mengetahui
dalam pengolahan susu untuk meningkatkan harga jual dari susu yang
dikembalikan dari KUD karena kualitas yang rendah itu, sehingga beliau
sangat gigih mencari informasi.
Susu sapi kualitas rendah yang dikembalikan dari KUD Musuk
membuat peternak merasa sangat dirugikan, karena susu yang tidak diambil
oleh KUD itu akan rusak dan hanya akan terbuang sia-sia. Dalam benak
peternak (Mrj) bertanya-tanya bagaimana caranya supaya susu yang
dikembalikan dari KUD itu bisa dimanfaatkan. Namun ada juga sebagian
peternak memilih tidak menyetorkan ke KUD melainkan ke Tengkulak susu
dimana harga susu tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan peternak.
Peternak di Desa Sruni mencari informasi dari berbagai sumber
informasi yang sekiranya bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi
dirinya dan peternak lain di lingkungannya. Informan mau mengunjungi
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali untuk menemukan
berbagai macam informasi guna mendapatkan informasi bermanfaat untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya, sampai mengikuti diklat ke Batu
Malang di Jawa Timurpun ia turut serta. Penyuluh juga mengakui akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kegiatan peternak yang mempunyai keinginan mencari informasi untuk
meningkatkan nilai jual susu dan jaringan informasi pemasaran. Berikut
adalah ungkapan dari Penyuluh Desa Sruni:
“ Peternak itu untuk... saat ini membutuhkan informasi...ya mengenai
informasi pemasaran.... untuk memasarkan pupuk cair yang dibuat di
Kelompok Tani Subur... dan sabun susu...mbak”(hasil wawancara 8
September 2011).
Peternak membutuhkan informasi mengenai cara mengolah susu sapi,
mendapatkan ijin dari BPOM, serta pemasaraan produk-produk yang
dihasilkannya. Berikut ungkapan salah satu peternak (Mrj) ketika
membutuhkan informasi macam cara pengolahan susu sapi agar dapat
meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi adalah sebagai berikut: “butuh...
informasi gimana caranya ngolah susu supaya harganya lebih tinggi
dibanding dengan susu segar”. Dengan mendapatkan informasi pengolahan
susu sapi kebutuhan informasi oleh Informan masih belum terselesaikan
peternak yang tetap gigih dalam mencari informasi karena masih menemui
permasalahan mengenai informasi jaringan pemasaran produk sabun susu,
krupuk susu dan juga pupuk organik dari kotoran sapi yang telah dibuat
bersama kelompok tani. Informasi mengenai jaringan kerja dalam pemasaran
produk-produk itu sangat dibutuhkan, berikut adalah ungkapan Mrj mengenai
kebutuhan informasi jaringan pemasaran:
“Membutuhkan informasi Jaringan kerja pemasaran produk sabun
susu dan produk pupuk cair organik PJPR itu, dan modal untuk
memperluas bangunan produksi agar bisa mendapatkan ijin dagang
dari BPOM”
"Selama ini pemerintah belum membantu dalam penyaluran
pemasaran... kalau mau ijin ke BPOM kita harus membayar sekitar
25 jutaan padahal kita hanya peternak kecil.” (hasil wawancara 9
September 2011).
Sama halnya juga dengan kisah yang dialami informan lain yaitu
informan Jrw yang juga peternak sapi perah dan juga mengelola susu menjadi
minuman segar di warung miliknya. Beliau membutuhkan informasi
mengenai variasi rasa dari susu segar olahan yang dijual di warungnya,
berikut yang pernyataan yang diungkapkan oleh Informan Jrw, “carane bikin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
variasi rasa susu supaya susu segar yang dijual di warung laku...” (hasil
wawancara 4 November 2011). Informasi pengolahan susu, harga bahan baku
pengolahan susu, pemasaran produk olahan susu dan informasi mengenai
perkembangan produk olahan susu sangat dibutuhkan oleh peternak sebagai
sarana untuk menambah pengetahuan, karena peternak harus memiliki
informasi aktual terkait pengolahan dan pemasaran.
Kebutuhan informasi mengenai jaringan pemasaran selalu dibutuhkan
peternak sapi perah di Desa Sruni dimana informasi ini merupakan kebutuhan
informasi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
ketika melakukan aktivitas pekerjaan mereka. Peternak juga perlu memantau
perkembangan dari harga-harga bahan baku untuk pengolahan susu sapi. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi kerugian dari usaha pengolahan susu yang
mereka jalankan. Jenis informasi yang dibutuhkan ini sesuai dengan aktivitas
usaha ternak sapi perah setiap peternak Desa Sruni. Setiap peternak sapi
perah memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi
oleh minat dari peternak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
peternak. Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan
informasi permodalan usaha sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi
perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman
lampiran.
Tabel 5.3 Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan Pemasaran Susu
Sapi Perah oleh Peternak Sapi di Desa Sruni
No. Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan
Pemasaran Susu
Kebutuhan Informasi
Peternak Sapi Perah
1. Pengolahan Susu Sapi
2. Pemasaran Produk Olahan Susu Sapi
3. Harga Bahan Baku Pengolahan Susu
Sumber: Data Primer 2011
D. Ikhtisar
Informasi yang sering dibutuhkan peternak Desa Sruni adalah jenis
informasi sumber permodalan, yang mana modal dibutuhkan untuk
mempertahankan ataupun untuk memperluas usaha yang dimiliki peternak
Desa Sruni. Kebutuhan informasi mengenai teknis budidaya sapi yang juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
sering dibutuhkan oleh peternak Desa sruni adalah informasi mengenai
pencegahan penyakit lumpuh dan pakan alternatif pengganti katul selain itu
peternak juga membutuhkan informasi mengenai perkembangan harga pedet,
serta harga pakan. Sedangkan untuk kebutuhan informasi mengenai
pengolahan susu dan pemasaran produk olahan susu hanya sebagian peternak
saja. Hal ini terjadi karena kesibukan peternak Desa Sruni yang tidak
mampu untuk memperluas usaha dengan pengolahan susu sapi dan minat
peternak untuk meningkatkan harga nilai jual susu sapi.
Kebutuhan informasi peternak sapi perah Desa Sruni merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau informasi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi peternak. Informasi merupakan
kebutuhan mendasar tiap manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan informasi
perlu untuk diketahui karena berperan penting dalam memenuhi kebutuhan
tersebut dan menjaga agar peternak mendapat informasi yang efektif dan
bermanfaat pada aktivitas peternak.
Pemenuhan informasi yang dibutuhkan peternak yaitu informasi
teknis budidaya sapi perah, permodalan usaha sapi dan informasi pengolahan
serta pemasaran produk olahan susu peternak sapi perah di Desa Sruni
melakukan pencarian informasi ke berbagai sumber informasi yang mereka
percayai. Pencarian informasi ini peternak akan memulai dengan beberapa
tahapan kegiatan sebelum mengambil atau mempergunakan informasi yang
didapat oleh peternak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
VI. PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI
Tahapan pencarian informasi oleh peternak sapi perah melakukan banyak
tahapan kegiatan pencarian informasi. Perilaku peternak sapi perah ini merupakan
usaha yang dilakukan untuk mendapatkan informasi guna mengatasi masalah-
masalah dalam melakukan kegiatan usaha budidaya sapi perah yang sudah
diuraikan pada bab sebelumnya. Usaha mencari informasi yang dilakukan
peternak dengan cara mendatangi atau menggunakan sumber informasi. Melalui
pola tahapan seperti yang diungkapkan oleh Ellis et all mengambarkan langkah
perilaku pencarian informasi yang meliputi starting, chaining, browsing,
differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berbeda dengan
penelitian terdahulu, yang mana bisa melakukan 8 tahapan pencarian informasi,
sedangkan di Desa Sruni tidak semua peternak tahapan pencarian informasi, hal
ini terjadi karena sangat dipengaruhi perbedaan kebutuhan informasi dan sumber
informasi yang ditemui oleh peternak. Setiap informasi yang dibutuhkan peternak
berbeda maka tahapan kegiatan yang dilalui peternak untuk memenuhi
informasinya juga akan berbeda. Peternak sapi perah Desa Sruni hanya melalui
beberapa tahapan saja yaitu starting, chaining, browsing, differentiating,
monitoring, verifying, dan ending yang akan diuraikan sesuai dengan informasi
yang dibutuhkan oleh peternak Desa Sruni dibawah ini.
A. Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah
Aktivitas pencarian informasi mengenai teknis budidaya sapi perah
oleh peternak sapi perah Desa Sruni dilakukan dengan menemui beberapa
sumber informasi yang dipercayai oleh peternak misalnya mantri hewan,
sesama peternak, pedagang ternak, dan penyuluh. Peternak dalam mencari
informasi memilih menemui sumber informasi manusia dari pada melalui
media cetak hal ini terjadi karena media cetak yang ada di wilyah Desa Sruni
terbatas dan untuk membeli buku-buku mengenai budidaya sapi peternak
tidak mampu untuk membelinya. Sehingga peternak mengandalkan
pengalaman sendiri dan informasi dari sesama peternak atau mantri hewan.
Aktivitas pencarian informasi dilakukan dengan melalui lima tahapan yaitu
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
starting, browsing, monitoring, verifying, dan ending, berikut tahapan
pencarian informasi akan dijelaskan lebih lanjut:
1. Starting (memulai)
Tahap Starting atau memulai merupakan langkah awal pencarian
informasi yang dilakukan peternak sapi perah Desa Sruni ketika memulai
usaha untuk memenuhi kebutuhan informasi. Setiap peternak yang
mencari informasi yang dibutuhkan selalu melakukan aktivitas memulai
yang merupakan tahap pertama dalam memulai mencari informasi.
Sumber informan awal pada aktivitas memulai yang ditemui
peternak sapi perah di Desa Sruni antara lain adalah mantri hewan, sesama
peternak, pedagang sapi, dan penyuluh. Perbedaan kebutuhan informasi
oleh peternak akan mempengaruhi juga pada perbedaan sumber informasi
yang dipilih. Peternak Desa Sruni sebagian besar mencari informasi
masalah teknis beternak sapi, yaitu terutama mencari informasi
penanganan penyakit sapi melalui tahapan starting langsung menemui
informan yang dipercaya yaitu Penyuluh di Kecamatan Musuk dengan
menemui penyuluh peternak berharap mendapatkan informasi yang
diinginkannya, hal ini seperti pernyataan yang diungkapkan salah satu
informan peternak sebagai berikut:
“Mengenai informasi beternak sapi saya langsung menemui
penyuluh yang di BPP Musuk karena yang paling dekat dan
jaraknya terjangkau, untuk minta materi penyuluhan pencegahan
penyakit sapi di Kelompok Tani... “ (Hasil wawancara dengan Mrj,
13 September 2011).
Informan Mrj sebagai peternak dan juga menjabat ketua kelompok
tani harus memenuhi kebutuhan informasi anggota kelompoknya yaitu
kelompok “Tani Subur” mengenai kebutuhan informasi teknis
pemeliharaan sapi dan inovasi lain untuk menghasilkan suatu produk
(seperti pupuk dan cair, biogas). Demi mendapatkan informasi itu maka
peternak langsung menemui penyuluh BPP Musuk untuk memberikan
materi penyuluhan. Berikut ini adalah pernyataan dari penyuluh BPP
Musuk mengenai kegiatan mencari informasi ke BPP:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
“Untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan peternak itu ya...ke
sini mbak...untuk minta penyuluhan materi ini misalkan
pengolahan limbah sapi itu yang dijadikan pupuk cair atau
PJPR.....”(hasil wawancara 8 September 2011).
Informan peternak Desa Sruni memiliki permasalahan dalam
menangani penyakit lumpuh pada sapi perah, peternak mengaku lebih
mempercayakan kepada mantri hewan yang paling berpengalaman di
daerah Sruni yang terdekat, sehingga peternak langsung menemui mantri
di Desa Sruni untuk mencari informasi mengenai lumpuh sapi miliknya
dan cara mencegahnya. Hal ini seperti yang diungkapkan salah satu
peternak (Sk) sebagai berikut:
“Dulu... saya ya langsung tanya sama mantrinya soal ee.... sapi
..ee.. yang lumpuh itu... tak suruh ngobati gitu... sama tanya... ee...
kok bisa lumpuh itu gimana to pak... padahal sudah dikasih obat
gini... Kenapa saya langsung ke mantri... ya ....e... disini itu banyak
petugas mantri jadi ee ndak usah jauh-jauh cari orang to mbak...
ya saya pilih pak Yatman itu karena orangnya yang supel sama
terbuka blak-blakan itu istilahe...” (hasil wawancara dengan Sk, 19
September 2011).
“Langsung panggil mantri hewan….di Sruni ada 3 orang..jadi
tidak nyari jauh-jauh… Kalo manggil ya biasa yang kita suruh
ngobati....dulu sewaktu milih yang paling berpengalaman”(hasil
wawancara dengan Ds, 24 September 2011).
Sebagai peternak sapi pasti membutuhkan informasi mengenai
perkembangan harga bibit sapi di pasaran. Informasi ini dibutuhkan oleh
informan karena sebagai peternak perlu mengetahui perkembangan harga
sapi, untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sehingga dapat menjadi
bahan pertimbangan keberlanjutan usaha ternak sapi, mengingat kondisi
pada saat musim kemarau perlu menambah biaya produksi untuk membeli
pakan ternak. Peternak Desa Sruni memulai mencari informasi dengan
menghubungi sesama peternak terdekat atau pedagang sapi di pasar sapi
yang ada di Boyolali. Peternak memilih sumber informan yang mengetahui
perkembangan harga sapi di pasaran sehingga ia memilih sesama peternak
dan pedagang sapi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan
(Syn) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
“Mencari informasi perkembangan harga sapi, saya langsung
menemui pedagang sapi di sekitar rumah (blantik)... trus juga
menemui pedagang di pasar sapi situ” (hasil wawancara Syn,
tanggal 18 September 2011)
Gambar 6.1 Kegiatan Peternak Sapi Perah Memulai Mencari
Informasi dengan Menemui Sesama Peternak
Informasi mengenai kebutuhan pakan alternatif selain katul yang
harganya lebih terjangkau dan tidak mengurangi produksi susu sapi juga
dibutuhkan oleh setiap peternak Desa Sruni. Salah satunya adalah
informan Syn memulai kegiatan mencari informasi dengan menemui
sumber informasi awal yaitu penyuluh yang terpercaya, ia menemui pada
saat kegiatan penyuluhan di kelompok tani, berikut pernyataan dari
informan:
“Nyari tahu di pelatihan saat penyuluhan mengenai pakan sapi
selain katul itu, ee kan kalau pake katul terus bisa tidak untung
trus saya disuruh nyoba ampas tahu” (hasil wawancara dengan
Syn, 18 September 2011).
Pencarian informasi pada tahap starting yang dilakukan oleh
peternak belum menemukan beberapa penyelesaian masalah yang
dihadapi oleh peternak. Informasi yang masih belum lengkap perlu
dilakukan beberapa tahapan yaitu aktivitas menelusur informasi lebih
lanjut.
2. Browsing (menelusur)
Menelusur dapat diartikan sebagai aktivitas menelusur informasi
secara semi langsung atau semi terstruktur karena telah mengarah pada
kebutuhan informasi yang dicari. Tahap menelusur ini dilakukan oleh
setiap peternak Desa Sruni dengan cara menemui beberapa sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
informasi antara lain pedagang toko pakan ternak di pasar, dan teman
sesama peternak.
Setelah memulai mencari informasi di kegiatan penyuluhan
peternak menemui sesama peternak di desa lain yang juga berada di daerah
Boyolali untuk menelusuri informasi mengenai pakan alternatif yaitu
ampas tahu. Selanjutnya informan juga mencari informasi orang-orang
yang menjual ampas tahu. Selain itu peternak (Syn) juga ingin mendengar
langsung dari pengalaman peternak lain yang sudah memakai ampas tahu,
apakah ampas tahu bagus untuk sapi-sapinya dan cara memperoleh ampas
tahu, sehingga peternak juga bertanya ke teman peternak lain di sekitar
Desa Sruni yang sudah pernah menggunakan ampas tahu ketika bertemu
pada saat penyetoran susu di TPS. Berikut pernyataan yang diungkapkan
Syn: “saya pun ya tanya sama peternak-peternak di desa lain yang sudah
pakai ampas tahu pas ketemu di TPS”.
Gambar 6.2 Peternak Mencari Informasi dengan Menelusuri
ke Teman Sesama Peternak yang Ditemui di
TPS KUD Musuk
Peternak yang memiliki masalah mengenai penyakit sapi
(kelumpuhan) itu juga melakukan aktivitas browsing untuk mencari
informasi mengenai obat-obat yang digunakan untuk mencegah
kelumpuhan pada mantri Desa Sruni dan penyuluh di kegiatan penyuluhan
kelompok tani. Peternak mengaku saat mencari informasi ini sudah
menemukan solusi untuk mengatasi kelumpuhan seperti yang di
ungkapkan peternak sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
“Saya juga tanya sapi saya itu gimana to pak kok bisa lumpuh?,
ternyata masalah sapi itu karena malnutrisi sama kekurangan
kalsium…. Lha disini kan wajar to mbak harga pakan saja perkilo
ndak sebanding dengan harga jual susunya …” (hasil wawancara
dengan Ds, 24 September 2011).
“Dulu... saya ya langsung tanya sama mantrinya yang pak Yatman
itu...soal ...ee.... sapi ..ee.. yang lumpuh itu... tak suruh ngobati
gitu... sama tanya... ee... kok bisa lumpuh itu gimana to pak...
padahal sudah dikasih obat gini... Lha kata mantrinya itu disuruh
ngasi pakan katul yang ada nutrisinya juga jangan Cuma bonggol
kates gitu....ya bener sapi ne malnutrisi....” (hasil wawancara
dengan Sk, 24 September 2011).
3. Monitoring (mengawasi)
Setelah aktivitas memulai, peternak sapi perah melanjutkan
pencariannya dengan mengaitkan (chaining), browsing kemudian
monitoring. Monitoring atau mengawasi adalah memantau perkembangan
yang terjadi dalam usaha ternak sapi perah yang ditekuni. Peternak sapi
perah yang melalui tahapan monitoring pencarian informasi mengenai
budidaya sapi adalah kegiatan ketika peternak mengamati harga pakan
ternak, perkembangan harga hewan ternak dan kualitas susu yang
dihasilkan ternak perah. Kegiatan mengawasi (monitoring) ini dilakukan
dengan menemui sesama ternak, dan pedagang katul di toko.
Informan peternak di Desa Sruni dalam kegiatan memantau adalah
mengamati perkembangan mengenai harga pakan katul dan harga susu
sapi dimana kondisi pada saat ini adalah kondisi yang tidak memihak
peternak rakyat. Seperti yang sudah diceritakan di awal, peternak (Syn)
setelah menemui sesama peternak juga mencari pakan ampas, untuk bisa
mendapatkan keuntungan dari hasil setor susu sapi. Syn mengamati
perkembangan harga brand, ampas tahu, dan harga bibit sapi dengan
menemui pedagang di pasar sekitar Desa Sruni.
“Mengamati harga sapi dan harga pakan dengan tanya ke
tempat/toko yang penjual pakan di pasar,karena akan berpengaruh
juga pada pendapatan dari hasil setor susu,” (hasil wawancara
dengan Syn tanggal 18 September 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 6.3 Kegiatan Monitoring Informasi Harga Pakan oleh
Peternak dengan Menemui Pemilik Toko Pakan
Ternak
Informan peternak lain juga menyatakan bahwa juga memantau
perkembangan kambing etawa (kambing perah) di pasar selain harga bibit
sapi perah, salah satunya adalah peternak Mrj. Hal ini dilakukan karena
Mrj juga memiliki ternak kambing etawa untuk di ambil susunya dan
diolah menjadi susu pasteurisasi. Berikut ungkapan Mrj:
“Saya juga mengamati harga kambing di pasar mbak... selain sapi
perah itu saya juga piara etawa untuk diambil susunya juga... kan
harganya bisa lebih mahal... dari pada susu sapi...mbak”.
Terus juga susu kambing etawa, dengan membandingkan susu
sapi dengan cari-cari informasi ke daerah lain kadang melalui
penyuluh atau orang-orang yang berkunjung ke Kelompok Tani
Subur”(hasil wawancara 16 September 2011).
Gambar 6.4 Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Kambing
oleh Peternak dengan Menemui Pedagang Ternak di
Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Peternak juga mengaku, dalam mencari berbagai informasi harus
berasal dari sumber yang memiliki pengalaman dan sudah pernah
membuktikan karena informasi itu akan lebih terbukti dan bermanfaat5.
Sehingga peternak lebih yakin dalam menggunakan informasi yang
mereka dapatkan.
4. Verifying (memverifikasi)
Memverifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan melakukan
pengecekan apakah informasi yang didapat dari berbagai sumber telah
sesuai atau tepat dengan yang diinginkan. Informasi dari sumber manakah
yang akan digunakan oleh peternak sapi perah tergantung dari keakuratan,
kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi
perah di Desa Sruni. Hasil dari verifikasi yaitu keputusan penggunaan
informasi oleh peternak dari sumber informasi terpilih.
Informan juga mengaku melakukan pengecekan atau verifikasi ini
perlu dilakukan untuk mengurangi resiko ketika peternak telah
menggunakan informasi yang diperolehnya. Aktivitas memverifikasi ini
dilakukan peternak dengan berkonsultasi kepada penyuluh dan melakukan
percobaan sendiri dengan memberikan pakan ampas pada sapi serta
mengamati hasil produksi susu sapi setelah pemberian ampas tahu. Berikut
ini adalah ungkapan dari salah satu informan (Syn):
“Saya juga tanya ke penyuluhnya apa nanti tidak mengurangi
jumlah produksi susu sapi karena lemak pada ampas tidak ada....
saya mencoba sedikit.... ternyata produksi susu tetap” (hasil
wawancara dengan Syn tanggal 18 September 2011).
5. Ending (menyelesaikan)
Ending atau menyelesaikan pencarian informasi merupakan
aktivitas pencarian informasi diselesaikan dengan memanfaatkan informasi
yang diperoleh dari sumber informasi yang ditemui peternak Desa Sruni.
Pemanfaatan informasi yang dibutuhkan berarti peternak sapi perah dapat
menyelesaikan masalah secara tuntas atau sementara. Secara tuntas berarti
pencarian informasi ini dihentikan atau diakhiri karena informasi yang
dibutuhkan telah didapatkan. Ending yang bersifat sementara yaitu
5 . Bapak Dasno, peternak sapi perah. Wawancara tanggal 24 September 2011 di rumah Bapak Dasno “Kalo
manggil ya biasa yang kita suruh ngobati.. dulu sewaktu milih ya yang paling berpengalaman…Pak Yatman
itu…kita tidak … itu ya menurut kemareman saya…”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pengakhiran pencarian informasi, namun ada keinginan dari peternak Desa
Sruni untuk melakukan memulai mencari informasi yang belum lengkap.
Aktivitas pencarian informan peternak Desa Sruni mengenai pakan
alternatif pengganti katul pun berakhir dengan memilih ampas tahu untuk
diberikan ke sapinya, karena tidak akan mempengaruhi produksi susu sapi
peliharaanya, informan mengaku bahwa informasi mengenai efek samping
ampas tahu terhadap ternaknya sudah terpenuhi seperti yang diungkapkan
salah satu peternak sebagai berikut: “Ya sudah terpenuhi sampai saat ini
saya ee....masih minta dikirim ampas tahu….” (hasil wawancara dengan
Syn, tanggal 18 September 2011). Untuk informasi harga pakan katul dan
harga susu sapi ini masih selalu dibutuhkan oleh peternak karena peternak
sapi membutuhkan informasi – informasi yang akurat untuk menjawab
pertanyaan dalam melakukan aktivitas budidaya sapi.
Pengakhiran pencarian informasi oleh peternak lain Desa Sruni ada
yang bersifat sementara karena informasi yang didapat belum lengkap atau
belum dilakukan oleh peternak. Informan mengaku informasi yang
dibutuhkan dan sudah melakukan pencarian namun belum membuahkan
hasil adalah informasi mengenai lumpuh sapi seperti yang diungkapkan
oleh peternak Sk yaitu:
“...Masalah sapi yang lumpuh niku... belum tau sampai sekarang
ya akhirnya cuma dijual.... karena diobati mantri
ndak...sembuh...kalau harus ngasih pakan yang mahal ya peternak
yang ndak sanggup..” (hasil wawancara dengan Sk,tanggal 19
September 2011).
Berbagai jenis informasi yang dibutuhkan peternak sapi perah Desa
Sruni diperoleh melalui beberapa tahapan. Tahapan yang dilalui peternak
pada saat starting dilakukan dengan menemui sumber informasi awal yaitu
mantri hewan, sesama peternak, pedagang sapi dan penyuluh. Tahap
Browsing dilakukan dengan menemui pedagang pakan ternak, dan teman
sesama peternak. Tahap monitoring dilakukan dengan menemui sesama
peternak, dan pedagang pakan/ katul. Tahap verifying dilakukan oleh
peternak dengan cara percobaan sendiri dan menemui penyuluh Sruni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tahap ending ini meliputi informasi yang terselesaikan dalam bentuk
pemanfaatan informasi yang didapat, serta informasi yang belum
terselesaikan bersifat sementara, yang artinya peternak Desa Sruni akan
melakukan pencarian informasi untuk waktu yang akan datang.
Sebagian peternak Desa Sruni memilih tidak melanjutkan
pencarian informasi karena keterbatasan ekonomi untuk memakai
infornasi tersebut sehingga peternak di Desa Sruni mengurungkan dan
menunda niatnya untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan. Akan
tetapi banyak peternak sapi yang masih ingin melanjutkan mencari
informasi yang sangat dibutuhkan terkait perkembangan budidaya sapi
perah sehingga ketidakpastian dalam budidaya sapi perah yang dialami
peternak terselesaikan. Informan peternak hanya melakukan beberapa
tahap pencarian informasi hal ini karena terdapat kendala yang dihadapi
oleh peternak saat melakukan pencarian yang nantinya akan dibahas pada
pembahasan kendala pencarian informasi. Berikut dibawah ini tercantum
tabel matrik perilaku pencarian informasi teknis budidaya sapi perah di
Desa Sruni.
Tabel 6.1 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi
Perah
No. Kebutuhan Informasi Strarting Browsing Monitoring Verifying Ending
1. Pengendalian Penyakit
2. Pakan Alternatif
3. Perkembangan Harga
Bibit Ternak, Pakan,
Susu Segar
Sumber: Data Primer 2011
B. Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah
Peternak sapi perah Desa Sruni dalam melakukan suatu usaha pasti
akan membutuhkan informasi permodalan. Sebelum mendapatkan modal
peternak terlebih dahulu adalah mencari informasi mengenai sumber
tambahan untuk permodalan usaha sapi perah. Perilaku peternak mencari
informasi mengenai modal untuk usaha sapi perah ataupun usaha lainnya
dilakukan dengan menemui berbagai sumber informasi. Perilaku pencarian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
informasi permodalan usaha ini telah melalui empat tahapan pencarian
informasi yaitu starting, monitoring, verifying, dan ending sebagai berikut:
1. Starting (memulai)
Tahap starting atau memulai mencari informasi permodalan yang
dilalui oleh peternak Desa Sruni dilakukan dengan menemui sumber
informasi yang ia percayai. Sumber informasi ditemui peternak pada saat
memulai yaitu dengan memilih merembug dengan istri atau keluarga
mengenai pilihan tempat pinjaman dan besar pinjaman yang akan diminta,
karena istri atau keluarga lain sangat penting perannya untuk pertimbangan
dan peminjaman. Kemudian peternak bisa langsung melanjutkan mencari
informasi melalui pengurus KUD Musuk dan pegawai bank, seperti yang
dinyatakan peternak Desa Sruni adalah sebagai berikut:
“Iya membutuhkan informasi mengenai pinjaman modal untuk
menambah sapi. sehingga awal dalam menentukan pililihan tempat
pinjaman merembug dengan istri saya dahulu, mau..di KUD
Musuk atau ke bank saja” (Hasil wawancara dengan Try, 13
September 2011).
“Membutuhkan informasi mengenai pinjaman modal... Nggeh
pertama ya ngrembug keluarga......nak mboten enten jalan
keluare... ya... tanya-tanya tetangga niku... modale mau ngambil di
penyetoran susu... lokal ya bisa, trus pinjam di KUD Musuk ya
bisa mbak....”(hasil wawancara dengan Yt, 22 september 2011).
Peternak sapi di Desa Sruni lainnya yang membutuhkan informasi
modal tambahan untuk melanjutkan usaha yang ditekuninya, yaitu sumber
modal mengenai pengelolaan susu dan pengelolaan limbah kotoran sapi.
Informan peternak sebenarnnya membutuhkan sumber modal dari
kelompok tani. Akan tetapi karena kurangnya dana di Kelompok tani maka
peternak memulai mencari informasi sumber modal ke tempat lain6.
Peternak (Mrj) mengaku memulai mencari informasi langsung ke
pegawai Bank BRI Musuk mengenai jumlah pinjaman dan besar bunga
pinjaman. Ia melakukan ini agar lebih jelas karena pegawai di Bank lebih
mengetahui dan akan melayani dengan baik. Berikut yang diungkapkan
oleh Mrj:
6 . Bapak Marjono, ketua kelompok tani. Wawancara tanggal 16 September 2011 di rumah Bapak
Marjono“karena di kelompok tani tidak ada dana ... ee.... untuk dipinjamkan maka... Saya perlu
mengamati bunga dari kedua sumber modal itu baik dari bank dan KUD, sehingga saya dapat memilih
pinjaman mana yang lebih ringan bagi saya. Baik dari besar persen bunga dan jangka waktu cicilan yang
lebih mudah langsung ke pegawai Bank dan KUD”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
“Ya saya langsung mengurus ke BRI.... biar lebih jelas langsung
ke petugasnya biar cepat dapat ..ee.. pinjaman” (hasil wawancara
16 September 2011).
Selain informasi sumber modal peternak di Desa Sruni masih melakukan
pencarian informasi untuk menyelesaikan dan menjawab masalah-masalah
yang dihadapinya.
Menurut informan kebutuhan informasi peternak sapi pada tahap
starting ini belum terpenuhi. Informan peternak sapi masih melanjutkan
tahap pencarian informasi selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan
masalah aktivitas yang mereka lakukan.
2. Monitoring (Mengawasi)
Mengawasi adalah memantau perkembangan sumber permodalan
yang terjadi untuk menambah usaha ternak sapi perah yang ditekuni.
Peternak sapi perah yang melalui tahapan monitoring adalah kegiatan
ketika peternak mengamati besar bunga pinjaman. Mengawasi dilakukan
oleh peternak Desa Sruni dengan mencari informasi dan berdiskusi dengan
petugas KUD Musuk dan Bank BRI cabang Musuk.
Monitoring juga dilakukan informan pada pemilihan sumber
pinjaman. Sebenarnya banyak peternak menginginkan pinjaman di
koperasi gapoktan akan tetapi koperasi saat ini sedang vakum sehingga
informan memilih informasi di KUD dan Bank, berikut pernyataan dari
informan (Mrj):
“Karena di kelompok tani tidak ada dana ... ee.... untuk
dipinjamkan maka... Saya perlu mengamati bunga dari kedua
sumber modal itu baik dari Bank dan KUD, sehingga saya dapat
memilih pinjaman mana yang lebih ringan bagi saya. Baik dari
besar persen bunga dan jangka waktu cicilan yang lebih mudah
langsung ke pegawai Bank dan KUD”(hasil wawancara dengan
Mrj, 16 September 2011).
Informan peternak lain juga perlu mengamati besar bunga bank dan
besar bunga di KUD untuk pertimbangan pengambilan keputusan
pinjaman modal dengan mempercayai informasi dari petugas KUD Musuk
dan petugas Bank karena sumber informasi ini lebih mengetahui dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
peternak yakin akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap, seperti
pernyataan Try yang disampaikan sebagai berikut:
“Saya perlu mengamati bunga dari kedua sumber modal itu baik
dari bank dan KUD, sehingga saya dapat memilih pinjaman mana
yang lebih ringan bagi saya. Baik dari besar persen bunga dan
jangka waktu cicilan yang lebih mudah langsung ke pegawai Bank
dan KUD...” (hasil wawancara 8 September 2011).
3. Verifying (Memverifikasi)
Memverifikasi diartikan sebagai kegiatan melakukan pengecekan
apakah informasi yang didapat dari berbagai sumber telah sesuai atau
tempat dengan yang diinginkan. Informasi dari sumber manakah yang
akan digunakan oleh peternak sapi perah tergantung dari keakuratan,
kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi
perah di Desa Sruni. Hasil dari verifikasi yaitu keputusan penggunaan
informasi oleh peternak dari sumber informasi terpilih.
Kegiatan verifying yang dilakukan oleh peternak dalam mencari
informasi modal yaitu dengan mendatangi petugas pegawai KUD dan
pegawai Bank, dalam mencari informasi ke sumber informasi dengan
harapan peternak akan mendapatkan informasi yang paling akurat dan
terpercaya untuk mengambil keputusan. Seperti kisah informan Try
melakukan pencarian informasi mengenai besar bunga pinjaman dari dua
sumber modal pinjaman.
Gambar 6.5 Peternak Melakukan Verifikasi Informasi Pinjaman
Modal dengan Petugas Keuangan Bank BRI Cabang
Musuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Informan melakukan pengecekan informasi dengan mendatangi
petugas keuangan di KUD Musuk dan Bank BRI di Kecamatan Musuk.
Berikut pernyataan informan:
“Langsung ngecek dan tanya dengan pengelola pinjaman di KUD
Musuk, sama.... yang di Bank BRI Cabang Musuk itu.... mengenai
besar yang dipinjam sama bunga dan waktu setornya.... (hasil
wawancara dengan Try,13 September 2011).
“Pas di Bank BRI Cabang Musuk cicilannya ternyata lebih mudah
dan bunga yang tidak terlalu tinggi... dan syaratnya juga tidak
rumit.... jadi ya saya meminjam di bank, lagi pula istri juga sudah
setuju” (hasil wawancara dengan Mrj, 16 September 2011).
4. Ending (Menyelesaikan)
Peternak yang melalui tahap ending atau penyelesaian pencarian
informasi ini hampir semua peternak melaluinya antara lain Informan Try
mengakhiri pencarian informasi dengan memilih pinjam modal di KUD
karena sudah merasa yakin dan cocok dengan informasi yang diberikan
oleh petugas seperti yang Try ungkapkan sebagai berikut: “Saya pilih yang
pinjam di KUD no... mbak selain bunganya ringan juga syaratnya
mudah...” (hasil wawancara 8 September 2011).
Berbeda dengan kisah informan Yt dalam mencari informasi
tempat pinjaman setelah kegiatan awal dengan merembug bersama
keluarga akhirnya langsung menentukan pinjaman di pengumpul setor
susu lokal (tengkulak), sebagaimana yang informan ungkapkan:
“Ngeeh sampun soale sudah biasa pun kebiasaan niku ngeh
mendet modal pinjaman di penyetor lokal niku mawon....ya selain
itu cara mengembalikannya ya mudah tinggal memotong bayaran
dari susu setoran itu...” (hasil wawancara dengan Yt, 22
September 2011).
Informan Mrj merasa puas dengan informasi pinjaman modal yang
diperolehnya di Bank BRI dan mengambil keputusan untuk menambah
modal dari pinjaman tersebut. Seperti yang diungkapkan informan Mrj
berikut: “Karena sudah yakin dan puas.... langsung memutuskan untuk
pinjam modal di Bank BRI “. Informan peternak di Desa Sruni banyak
yang merasa puas karena petugas dari Bank BRI juga menjelaskan
berbagai informasi yang diperlukan peternak untuk menambah modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Selain itu petugas Bank juga menawarkan beberapa pinjaman yang lebih
mudah kepada Peternak untuk menambah modal usaha dengan alasan
kemanusiaan, berikut seperti yang diungkapkan Mantri Bank BRI Musuk:
“Ya memang yang lebih aktif kita jadi kalau saya dan teman-teman
yang bekerja dilapang pertimbangannya ya kemanusiaan... kalau
dikasih mahal ya kasihan...” (hasil wawancara 27 Desember 2011).
Perilaku peternak Desa Sruni dalam mencari informasi permodalan
dengan 4 tahapan. Tahap starting dilakukan oleh peternak Desa Sruni
dengan menemui keluarga peternak. Tahap monitoring dan tahap verifying
dilakukan dengan menemui petugas KUD Musuk dan Bank BRI cabang
Musuk. Tahap ending pencarian informasi permodalan ini ada yang belum
terselesaikan. Perilaku pencarian informasi permodalan terutama mengenai
tempo pinjaman ini masih selalu dibutuhkan oleh peternak sapi7. Informasi
sumber modal lain masih dibutuhkan oleh peternak sapi perah di Desa
Sruni misalnya dari modal bantuan pemerintah untuk mempermudah
dalam perluasan usaha pengolahan susu sapi.
Tabel 6.2 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi
Perah
No. Informasi Strarting Monitoring Verifying Ending
1. Sumber modal
2. Besar Bunga Pinjaman
3. Syarat pinjaman
4. Jangka pengembalian
Sumber: Data Primer 2011
C. Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Produk
Olahan Susu
Usaha yang dijalankan oleh peternak sapi perah di Desa Sruni sangat
membutuhkan informasi mengenai pemasaran produk-produk olahan,
misalnya informasi pemasaran olahan susu seperti sabun susu, susu
pasteurisasi dan krupuk susu. Pencarian informasi ini dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu starting, chaining, browsing, monitoring, verifying,
dan ending :
7 . Mantri BRI Cabang Musuk, di BRI kantor cabang Musuk. Wawancara 27 Desember 2011. Di kantor
BRI Musuk “ sering nasabah di sini nyari informasi untuk jatuh tempo itu mbak… mereka ngak mau
tabungan IPTW mereka hangus karena telat setor….”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
1. Starting (Memulai)
Peternak Desa Sruni pada aktivitas starting atau memulai mencari
informasi pemasaran produk olahan susu sapi dilalui dengan menemui
beberapa orang penyuluh yang berada di dinas karena awalnya informasi
pengolahan susu juga berasal dari Dinas8. Peternak Desa Sruni sangat
berharap untuk memperoleh informasi disana, seperti yang diungkapkan
salah satu peternak Desa Sruni (peternak Mrj) sebagai berikut “Untuk
pemasaran ya saya langsung menemui dan tanya ke dinas”. Dalam benak
peternak pihak Dinas tidak hanya memberi informasi mengenai
pengolahan saja tetapi juga memberi informasi mengenai jalur pemasaran
produk-produknya.
Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali juga mengaku
mengenai aktivitas peternak Desa Sruni yang mencari informasi
pemasaran produk olahan susu sapi. Berikut ungkapan dari Pegawai Dinas:
“ Iya ada mbak yang tanya mengenai informasi pemasaran krupuk
susu itu ... tapi pihak dinas kan tidak bisa membantu banyak... jadi
kami menyarankan pak Marjo itu tindak ke Dinas Kesehatan untuk
mengurus perijinan dagang dulu (BPOM)...” (hasil wawancara 4
November 2011)
Selain informan Mrj ada juga sebagian peternak lain yang juga
menjual susu hasil perahan dengan cara menjadikan minuman hangat di
warung miliknya sendiri. Peternak ini memulai mencari informasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi yang sudah dibahas pada kebutuhan
informasi di atas. Saat memulai mencari informasi, informan memilih
berkonsultasi dengan keluarga, dan kemudian informan juga menemui
beberapa pembeli susu yang juga menjadi pelanggannya, teman sesama
pemilik warung. Berikut pernyataan informan:
“Perasa susu itu ya tanya sama ibunya anak-anak, mau di variasi
dengan rasa apa saja, selain itu ya sama pelanggan di warung kan
kalau pembeli suka, bisa laris dagangan kulo mbak” (hasil
wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).
Tahapan memulai ini juga dilakukan oleh peternak Desa Sruni
untuk mencari informasi mengenai perkembangan harga bahan baku
pembuatan susu. Peternak mengaku sangat membutuhkan informasi ini
8 . Bapak Marjono, ketua kelompok tani. Wawancara tanggal 16 September 2011 di rumah Bapak
Marjono“informasi krupuk susu itu dulu dari dinas….Disnakan…jadi ya saya nyari kesana lagi…”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dan penting untuk menjalankan usaha pengolahan susu pasteurisasi.
Informasi yang dibutuhkan peternak antara lain informasi harga gula,
harga bakteri dalam membuat susu pasteurisasi, pencarian informasi ini
dilakukan dengan menemui pedagang atau dengan keluarga peternak
sendiri9. Informasi mengenai perkembangan susu pasteurisasi ini juga
dilakukan dengan berkonsultasi dengan keluarga atau dengan pembeli.
2. Chaining (Merangkaikan)
Merangkaikan (chaining) pada kegiatan mencari informasi
pengolahan dan pemasaran dilakukan peternak sapi Desa Sruni dengan
membentuk pola merangkaikan yang dilakukan peternak sapi perah yaitu
mengaitkan ke belakang. Informan dalam mencari informasi perijinan
pemasaran masih belum lengkap mereka meneruskan mencari informasi
yang belum lengkap dari sumber informasi pertama yang ditemui peternak.
Pola mengaitkan ke belakang, informan memilih menanyakan
kepada orang-orang dinas yang mengurusi perijinan industri seperti yang
dilakukan Mrj, dan orang yang menjadi pembeli dan pelanggan milik
informan (Jrw dan Mrj) untuk mencari informasi mengenai variasi rasa
dari minuman susu.
Gambar 6.6 Peternak (Mrj) Mencari Informasi Variasi
Tambahan Perasa kepada Pembeli Susu Olahan
yang Ditemui Ketika Membeli Susu
Informan setelah datang ke dinas mendapatkan sumber informasi
baru yaitu meminta izin ke Dinas Kesehatan atau Badan POM di Boyolali.
Peternak (Mrj) menyatakan bahwa: “setelah dari Dinas itu saya disuruh
untuk minta ijin dulu ke BPOM...”. Informasi dari pembeli atau pelanggan
9 . Bapak Marjono. Ketua kelompok tani. Wawancara 16 September 2011. Di ruang produksi
pengolahan susu bapak Marjono “Bahan baku pembuatan susupasteurisasi itu harga gula,
bakteri, juga mengamati susu pada proses fermentasin ya berhasil atau tidak…”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
yang ditemui informan Jrw telah memperoleh informasi variasi rasa susu
dan Mrj memperoleh variasi rasa untuk susu pasteurisasi yang ia buat.
Peternak juga melakukan pencarian informasi dengan mendatangi sesama
pemilik warung susu segar, dengan harapan mendapatkan informasi
mengenai rasa yang disukai pembeli, yang nantinya informan akan
mencoba menelusuri untuk mencari informasi di toko bahan-bahan es
untuk mendapatkan variasi rasa untuk campuran susu. Berikut pernyataan
informan mencari informasi mengaitkan ke depan dengan menanyakan
kepada pembeli di warung:
“Saya suka nawari sama pelanggan di warung, mau ditambah
variasi rasa susu apa yang disukainya. Selain itu saya juga lihat-
lihat dengan warung yang lainya, sekiranya dapat informasi buat
nambah dagangan” (hasil wawancara dengan Jrw, 4 November
2011).
3. Browsing (Menelusur)
Aktivitas menelusur informasi pemasaran secara semi langsung
atau semi terstruktur karena telah mengarah pada kebutuhan informasi
yang dicari. Tahap menelusur informasi pengolahan susu dan pemasaran
yang dilakukan oleh peternak sapi perah Desa Sruni, dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan mengunjungi toko bahan es, mengunjungi
Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Dinas Kesehatan di Kabupaten
Boyolali.
Setelah informan memulai mencari informasi tentang variasi perasa
tambahan ke pelanggan di warungnya dan belum mendapatkan informasi
yang lengkap, informan menelusur ke toko bahan es di daerah Boyolali, ia
mencari informasi bahan tambahan perasa yang tepat untuk susu yang
dijualnya. Berikut pernyataan informan Jrw:
”Langsung ke toko bahan-bahan es di sekitar pasar Boyolali, saya
nanya-nanya mengenai bahan perasa makanan buat susu segar”.
Informan lain (Mrj) melakukan browsing informasi dengan
menelusuri ke dinas – dinas yang berada di Kabupaten Boyolali. Dari
dinas itu informan mendapatkan informasi dari berbagai pihak. Informan
Mrj belum mendapatkan informasi pemasaran yang memuaskan. Terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
hal ini akan dibahas pada bagian kendala pencarian informasi peternak.
Mrj juga menelusuri informasi jaringan pemasaran melalui internet,
tetangga terdekat yang bekerja di luar kota dan beberapa orang yang
menjadi pelanggannya, teman sesama peserta diklat di Batu Malang,
termasuk peneliti sendiri juga diminta untuk mencari tempat pemasaran
sabun susu hasil produksinya.
4. Monitoring (Mengawasi)
Monitoring (mengawasi) pada bagian pengolahan dan pemasaran
ini adalah memantau perkembangan yang terjadi dalam usaha yang
dilaksanakan peternak sapi perah dan usaha lain dalam menjual produk
pengolahan susu yang ditekuni peternak sapi perah di Desa Sruni.
Monitoring dilakukan peternak sapi perah dengan berdiskusi, memonitor
perkembangan harga gula atau bahan –bahan untuk pembuatan pengolahan
susu dan harga susu sapi, berkonsultasi ke orang yang dianggap tahu dan
ahli (pemilik toko bahan-bahan es, sesama teman seprofesi) memonitor
perkembangan harga produk di toko atau warung, dan memonitor kualitas
bakteri untuk susu pasteurisasi.
Peternak ( Mrj dan Jrw) yang melalui tahapan monitoring adalah
kegiatan ketika informan peternak mengamati kualitas susu, harga gula
yang bagus dan terjangkau dengan cara mengunjungi pedagang di toko dan
berkonsultasi dengan teman-teman seprofesi mengenai perkembangan
harga susu dan perkembangan macam cara pengolahan susu. Informan Mrj
memonitor dengan berkonsultasi teman kelompok tani mengenai
perkembangan produk sabun susu, selain itu informan juga mengamati
macam produk olahan susu yang disukai para konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 6.7 Informan Melakukan Kegiatan Monitoring
Perkembangan Harga Bahan Baku Pembuatan Susu
Pasteriusisasi dengan Menemui Pedagang di Pasar
Informan lain (Jrw) juga mengamati harga susu yang sering dijual
oleh pedagang di warung lain, selain itu juga memperhatikan variasi rasa
yang digemari oleh pembeli di warungnya. Berikut adalah pernyataan
informan:
“Saya suka tanya-tanya sesama pedagang susu segar untuk harga
susu yang dijual harganya ya harus sama dengan yang lain agar
tidak rugi”. “ ya, saya juga memperhatikan variasi rasa yang
paling disukai pembeli susu di warung....” (hasil wawancara
dengan Jrw, 4 November 2011).
Informan peternak juga melakukan diskusi dengan istrinya
mengenai perkembangan produk sabun susu, krupuk susu dan susu
pasteurisasi yang sulit mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan, sehingga
peternak memutuskan untuk memproduksi jika ada pesanan saja10
. Seperti
informan Mrj yang memilih berdiskusi dengan istrinya, karena dalam
pembuatan produk produk pengolahan susu, istri juga terlibat didalamnya
sehingga harus diambil keputusan bersama.
10 . Bapak Marjono. Ketua kelompok tani. Wawancara 16 September 2011. Di rumah bapak Marjono “ya
kalu ke pasar luas seperti super market itu mintanya kalu sudah ada no ijin dagang baru bisa
nerima… karena kita tidak mampu untuk perijinan itu ya kita produksinya selama ada yang pesan
saja mbak…”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 6. 8 Peternak Sapi Perah Melakukan Monitoring Perkembangan
Produksi Sabun Susu dan Susu Pasteurisasi dengan
memilih Berdiskusi bersama Istri
Monitoring perkembangan produksi sabun susu dan susu
pasteurisasi ini juga di ungkapkan oleh istri dari peternak Desa Sruni:
“Yo saya sering membahas sama bapak mengenai keputusan
usaha sabun ini mbak... kan untuk bisa menembus pasaran yang
luas kita harus mendapatkan ijin Dinas, sedangkan kita kan hanya
peternak kecil, jadi kalau harus membiayai perijinan yang mahal
kita ndak mampu. Perijinan itu kita harus mendaftar 25 juta kita
kan hanya peternak kecil jadi ya jangan dibikin sulit, belum lagi
syarat bangunan ini... ini kan masih kurang luas, untuk mbangun
lagi ya sulit biaya nya…” (hasil wawancara dengan Ptn, 18
September 2011).
5. Verifying (memverifikasi)
Memverifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengecekan apakah
sumber informasi telah sesuai dengan kebutuhannya informasi yang
diinginkan. Sumber informasi mana saja yang akan dipercayai dan dipakai
peternak sapi perah, tergantung dari kesesuaian informasi dengan
keinginan dan kemampuan peternak sapi di Desa Sruni untuk
menggunakannya.
Verifikasi dilakukan peternak untuk perijinan produk olahan susu.
Peternak sangat berharap mendapatkan perijinan dari Dinas Kesehatan
ataupun di Badan POM untuk produk-produk olahan susu11
. Ia gigih untuk
mencari informasi dengan menemui orang-orang yang berada di Dinas
agar mendapat keringanan mengenai persyaratan untuk perijinan tersebut.
Beliau juga menghubungi pegawai dinas di Batu Malang untuk
memverifikasi dan memastikan apakah benar-benar tidak bisa memberi
11 . Bapak Marjono. Ketua kelompok tani. Wawancara 16 September 2011. Di rumah bapak Marjono
“saya selalu tanya mbak untuk perijianan di dinkes itu… mbo ya dikasi bantuan gitu…kita hanya
peternak kecil jadi ya kalau harus mengeluarkan biaya besar ya tidak mampu”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
ijin, hanya karena terkendala oleh bangunan ruang produksi. Peternak sapi
perah di Desa Sruni yang memiliki usaha pengolahan susu menjadi krupuk
susu ini juga masih terkendala dalam pemberian ijin karena persyaratan
industri yang mana peternak tidak mampu memenuhinya.
Peternak selalu meminta keringanan kepada Pemerintah Daerah
Boyolali, akan tetapi sampai saat ini belum terkabulkan, sehingga untuk
saat ini semua produk hasil pengolahan susu sapi tidak dapat masuk ke
pasar yang lebih luas dan ke pasar modern (supermarket)12
.
6. Ending (menyelesaikan)
Tahap ending atau menyelessaikan pencarian informasi pengolahan
dan pemasaran produk olahan susu sapi dilalui oleh peternak Desa Sruni.
Peternak sapi perah yang membutuhkan informasi mengenai pengelolaan
susu pasca panen, menyelesaikan pencarian informasi dengan
memanfaatkan informasi yang telah diperolehnya. Pemanfaatkan informasi
yang dibutuhkan berarti peternak sapi perah dapat menyelesaikan masalah
secara tuntas atau sementara.
Informan peternak Desa Sruni merasa yakin akan informasi
pengolahan susu yang ia dapatkan dari Dinas Peternakan dan Perikanan.
Disisi lain ia juga melihat pangsa pasar yang mendukung untuk
berwirausaha, maka peternak langsung memakai dan mempraktekkan
informasi pengolahan susu yang diperolehnya, seperti yang diutarakan
oleh salah satu informan sebagai berikut:
“ Dulu saya begitu dikasi tau cara membuatnya dan melihat
peluang pasar di Kartosuro yang bagus ya saya langsung mencoba
bikin susu pasteurisasi, sampe saat ini....” (hasil wawancara
dengan Mrj,16 September 2011).
Informan Jrw pun juga menyelesaikan pencarian informasinya,
karena sudah merasa cukup dengan informasi yang telah dicarinya dan
siap untuk menggunakan informasi itu. Seperti yang ia ungkapkan sebagai
berikut: “Sudah terselesaikan ya karena sudah marem tadi dengan
informasi yang saya dapat”. Ia merasa marem dengan informasi yang
12 . Idem 10 halaman 81.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
didapat dari beberapa pelanggannya dan dari toko bahan es yang mereka
temui.
Peternak belum mampu untuk bisa masuk ke pasaran yang luas
(supermarket), karena belum mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan dan
Badan POM, maka produk sabun susu, krupuk susu dan susu pasteurisasi
hanya melalui pengawasan dan bimbingan PEMDA Boyolali, hal ini
seperti yang disampaikan oleh Mrj “...hanya dijual di sekitar sini saja itu
pun masih Pengawasan PEMDA Boyolali” (hasil wawancara 16
September 2011). Sulitnya informasi jaringan pemasaran lain, membuat
peternak memilih mengakhiri pencarian informasi meskipun informasi
yang didapat belum menyelesaikan masalah yang dihadapi, namun
peternak masih berusaha untuk mencari informasi pemasaran lain.
Tabel 6.3 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Produksi Sapi Perah
No. Informasi Strarting Chaining Browsing Monitoring Verifying Ending
1. Pengolahan Susu
2. Pemasaran
3. Perkembangan Harga
Bahan Pengolahan
Susu
4. Perkembangan Susu
Pasteurisasi
Sumber: Data Primer 2011
D. Ikhtisar
Tahap pencarian informasi yang dibutuhkan peternak Desa Sruni dari
berbagai jenis informasi mereka menemui banyak sumber informasi. Sumber
informasi yang sering ditemui peternak untuk mencari informasi mengenai
teknis budidaya sapi perah adalah teman sesama peternak, penyuluh dan
pedagang ternak. Informasi yang belum terselesaikan yaitu mengenai
informasi penyakit lumpuh peternak memilih menemui pedagang ternak
“blanthik” untuk menjual peternak yang sulit disembuhkan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari penularan penyakit sapi ataupun kematian sapi yang dapat
merugikan peternak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tahap pencarian informasi permodalan yang dilalui peternak Desa
Sruni ini sebagian besar terselesaikan karena kemudahan pinjaman modal
untuk memajukan peternak Desa Sruni meskipun ada beberapa lembaga yang
masih kekurangan dana yaitu Koperasi Gapoktan sehingga peternak
membutuhkan informasi lembaga yang bisa dijadikan sumber modal usaha
pemasaran susu Sumber informasi yang ditemui peternak yang dipercayai
bisa memberikan informasi mengenai bunga pinjaman, persyaratan pinjaman
dan waktu pengembalian adalah pegawai KUD dan Pegawai Bank.
Tahap pencarian informasi mengenai pengolahan dan pemasaran
produk olahan susu merupakan informasi yang memerlukan tahapan paling
banyak. Pada tahap ending dalam pemasaran produk olahan susu ini masih
belum terselesaikan sehingga peternak Desa Sruni perlu melakukan starting
lagi guna mencari informasi yang dibutuhkan. Sumber informasi yang
dipercayai peternak untuk memberikan informasi mengenai pengolahan susu
adalah penyuluh dari Dinas Perternakan dan Perikanan, sedangkan untuk
pemasaran atau perijinan dagang peternak harus mengurus atau mencari
informasi mengenai cara perijinan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
VII. KENDALA PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI
Variabel kendala yang dihadapi peternak sapi perah di Desa Sruni dalam
pencarian informasi dapat berasal dari beberapa faktor. Kendala ini merupakan
gangguan atau permasalah yang muncul ketika peternak sapi perah mencari atau
menemui sumber informasi dari pencarian informasi teknis budidaya sapi perah,
informasi permodalan dan informasi pengolahan dan informasi pemasaran susu.
Jenis kendala yang dialami peternak sapi perah ini adalah kendala yang dapat
dikelompokkan berasal dari personal, interpersonal, dan lingkungan.
A. Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah
Pencarian informasi mengenai informasi teknis budidaya sapi perah
oleh peternak sapi perah Desa Sruni ini menemui beberapa kendala yaitu:
1. Personal
Kendala pencarian informasi teknis budidaya sapi perah yang
berasal dari personal atau berasal dari faktor dalam diri peternak sapi perah
Desa Sruni antara lain sebagai berikut.
a. Keterbatasan Ekonomi
Keterbatasan ekonomi bagi peternak sapi perah dapat menjadi
kendala dalam mencari sumber informasi ke tempat yang jauh atau
keluar kota untuk menghubungi orang-orang yang ahli. Selain itu untuk
memakai atau menerapkan informasi yang didapat peternak setelah
melakukan pencarian informasi tersebut juga membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Seperti kisah yang dialami oleh salah satu informan Yt
yang merupakan peternak sapi perah di Desa Sruni dan ingin mencari
informasi mengenai beternak yang baik melalui pelatihan atau membeli
buku-buku untuk menambah informasi di bidang pertanian. Adanya
keterbatasan ekonomi yang menghalangi Yt, maka ia tidak membeli
buku pedoman beternak dan bertani. Hal ini terjadi karena penghasilan
yang rendah dari hasil susu sapi yang diperoleh hanya sedikit serta
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kebutuhan pakan ternak yang mahal sedangkan harga susu tetap rendah.
Berikut adalah ungkapan pernyataan informan:
“ Kalau mau ...eee....nyari informasi ke berbagai tempat...ee....
saya tidak sanggup untuk eee biayanya, misale ikut pelatihan
yang harus mengeluarkan biaya, ee... menghubungi ee orang
yang ahli itu... trus ee membeli buku –buku peternakan....” (hasil
wawancara dengan Yt, tanggal 23 September 2011). Berkaitan dengan keterbatasan ekonomi yang menjadi kendala
adalah biaya yang akan dikeluarkan oleh peternak untuk memakai
informasi yang telah didapat. Berikut adalah pernyataan peternak sapi
perah:
“..Meskipun medapatkan informasi tapi bagi kami yang
menerapkan itu yang sulit, seperti informasi ransum pakan
yang bagus, itu kan butuh biaya, padahal harga susu saja
sudah tidak bisa memenuhi itu...” (hasil wawancara dengan
Syn, tanggal 18 September 2011).
Kendala keterbatasan ekonomi ini, maka peternak
mengurungkan niatnya untuk mencari informasi mengenai penyakit
lumpuh. Hal ini dilakukan karena peternak sudah mengetahui biaya
yang dikeluarkan untuk mempergunakan informasi tersebut mahal.
Adanya kendala ini bagi peternak di Desa Sruni dapat mengahalangi
pencarian informasi.
b. Karakteristik/Sifat
Karakteristik atau sifat yang dimiliki peternak dapat
menghalangi pencarian informasi. Karakteristik yang dimiliki peternak
Desa Sruni adalah sifat pasif dan sulit merubah kebiasaan peternak
Desa Sruni dalam memelihara sapi yang dimiliki peternak. Peternak
sapi di Desa Sruni mengaku memilih pasif karena kondisi
perekonomian yang sulit untuk menerapkan informasi-informasi
ataupun anjuran dari penyuluh dan pemerintah setempat. Berikut
pernyataan salah satunya informan (Sk) di Desa Sruni, seperti yang ia
ungkapkan sebagai berikut:
“Dengan kondisi yang saat ini banyak peternak yang memilih
pasif saja... Kalau mau nuruti ...ee... teori yang diberikan...
malah kita yang susah .... ya karna sudah kebiasaan itu... sulit
mbak dirubah…”(Hasil wawancara 19 September 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Sifat malas dalam mencari informasi dan merasa sudah cukup
dengan pengetahuan pemeliharaan sapi yang timbul dari diri peternak
Desa Sruni juga menghalangi pencarian informasi budidaya sapi perah
yang baik. Hal ini diungkapkan salah satu informan peternak Desa
Sruni (Dsn) yang mengaku bahwa,“Mau nyari informasi yang banyak,
agak... males ..begini saja sudah lumayan hasil susunya...” (hasil
wawancara 24 September 2011). Sikap kolot yang melekat pada
sebagian besar peternak sapi perah di Desa Sruni sebenarnya harus
dihilangkan, karena akan menghalangi perkembangan dan kemajuan di
bidang peternakan. Mereka merasa cukup dengan kondisi yang mereka
alami saat ini. Disisi lain banyak potensi yang bisa dikembangkan dari
peternakan Desa Sruni13
.
c. Usia
Faktor usia bagi peternak Desa Sruni dalam mencari informasi
teknis budidaya sapi perah juga sangat mempengaruhi. Kendala usia
yang tua (tidak produktif) dapat mengahalangi pencarian informasi. Hal
ini dinyatakan oleh salah satu peternak di Desa Sruni, berikut
pernyataan peternak (Dsn) “Umur tua begini... juga sudah tidak punya
semangat untuk pergi” (hasil wawancara 24 September 2011). Peternak
mengaku umur yang dimiliki peternak sudah tidak memungkinkan
untuk menelusuri berbagai informasi ke berbagai tempat sehingga
banyak peternak yang hanya mengandalkan informasi-informasi dari
pengalaman mereka sendiri.
d. Kesibukan Kegiatan Peternak
Waktu yang digunakan peternak untuk menyempatkan mencari
informasi tidak efisien, sehingga bagi peternak sapi di Desa Sruni
merupakan hal yang menghalangi, karena kesibukannya dalam
mengurus ternak-ternak dan lahan tegalnya. Banyak informan peternak
sapi perah Desa Sruni yang sibuk dalam mengurus ternak dan
menyetorkan susu, sehingga dalam mencari informasi mengenai yang
lebih luas menjadi terhambat.
13 . Bapak Yatman, Mantri hewan Desa Sruni. Wawancara 23 September 2011. “ peternak di sini itu ya bisa
di bilang rasa anggarbeninya kurang wong dikasih bantuan sapi itu saja tidak mau ngarawat sepertio
milknya sendri, pahal kalu mereka mau m enuruti anjuran mereka bisa mengembangkan ternak sperti di
jawa timur itu..lagi pula untuk sruni itu kebutuhan akan pangan hijauan itu padahal mencukupi ..”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Informan peternak Desa Sruni mengaku bahwa dengan
kesibukannya di ternak, lahan pertanian dan kadang buruh juga merasa
terhalangi oleh waktu dalam mencari informasi. Hal ini membuat
sebagian besar peternak Desa Sruni memilih kondisi yang saat
inimereka alami, dimana menjalankan usaha ternak sapi perah dengan
informasi yang terbatas. Berikut adalah pernyataan dari informan
peternak:
“Kulo niku sudah sibuk nyari pakan sapi sama kerja buruh
belum lagi ngurusi tegal tanaman cengkeh dan tembakau, jadi
ya ndak ada waktu untuk mencari informasi meskipun di TV ..
(hasil wawancara dengan Yt, 23 September 2011).
2. Lingkungan
Kendala lingkungan merupakan kendala pencarian informasi teknis
budidaya sapi perah yang berasal dari luar peternak ketika mengakses
informasi peternakan sapi perah. Kendala yang dihadapi peternak yaitu,
keterbatasan akses informasi peternak terhadap informasi peternakan pada
media audio dan cetak
Kendala yang berasal dari keterbatasan dalam mengakses informasi
dari media audio (TV, radio) dan media cetak (buku-buku, majalah) ini
merupakan keterbatasan atau tidak lengkapnya informasi peternakan yang
diambil oleh peternak di Desa Sruni. Bagi peternak Desa Sruni media
audio sangatlah terbatas, karena di TV jarang terdapat informasi mengenai
harga sapi, sehingga peternak Desa Sruni terkadang mencari informasi
dengan menemui sesama peternak ataupun petugas dari KUD di Tempat
Penyetoran Susu untuk mengetahui perkembangan sapi.
Media cetak yang digunakan peternak Desa Sruni hampir tidak ada,
karena peternak menginginkan buku-buku atau majalah mengenai
perkembangan peternakan sapi perah akan tetapi karena ekonomi yang
tidak cukup membuatnya tidak mampu membelinya. Meskipun di
Kabupaten boyolali sudah terdapat fasilitas jaringan internet namun bagi
peternak yang memiliki pengetahuan yang terbatas membuat mereka tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dapat memanfaatkan fasilitas internet untuk mencari infomasi terkait usaha
sapi perah. Berikut adalah penyataan salah satu peternak Desa Sruni:
“Nyari informasi di internet ya...... ya gak pernah mbak ndak
sempat mbak, yo…TV…, lagi pula kalau TV jarang mbak informasi
peternakan gitu, mending radio kadang saya mendengarkan
informasi harga sapi dan perkembangan sapi ..., Sebenarnya saya
pengin ada buku-buku mengenai peternakan tapi ya mahal mbak
harganya “ (hasil wawancara dengan Yt, 23 September 2011).
“Media informasi ya ada TV sama Radio biasanya ya informasi
berita-berita itu, kalau peternakan jarang ada. Internet itu saya
tidak pernah, ya karena tidak bisa caranya “(hasil wawancara
dengan Jrw, 4 November 2011).
Kendala pada pencarian infomasi teknis budidaya sapi perah yang
dialami oleh peternak Desa Sruni ini meliputi kendala personal dan
lingkungan. Kendala interpersonal jarang ditemui oleh peternak karena
sumber informasi yang ditemui peternak memiliki interaksi sosial yang
tinggi.
B. Kendala Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah
Pencarian informasi mengenai informasi permodalan usaha sapi perah
oleh peternak sapi perah Desa Sruni ini menemui beberapa kendala yang
berasal dari personal yaitu:
1. Personal
Kendala pencarian informasi permodalan usaha sapi perah yang
berasal dari personal atau berasal dari faktor dalam diri peternak sapi perah
Desa Sruni adalah sebagai berikut:
a. Ketidakaktifan Peternak dengan KUD Musuk
Kendala pencarian informasi yang disebabkan karena sebagian
peternak tidak aktif dalam KUD Musuk ini membuat peternak Desa
Sruni mencari informasi modal ke tempat lain. Karena dengan peternak
yang aktif sebagai anggota KUD Musuk akan mendapatkan kemudahan
dalam mendapatkan sumber modal dan informasi perkembangan sapi
perah14
. Salah satu pegawai di KUD Musuk menyatakan bahwa tidak
semua peternak Di Desa Sruni menyetorkan ke KUD sehingga peternak
memilih menjual ke luar daerah Musuk. Sehingga peternak mencari
14 . Petugas keuangan KUD Musuk. Wawancara 22 September 2011. Di Kud Musuk “Kendala pencarian
informasi karena ketidak aktifan peternak Desa Sruni dalam menjadi anggota KUD Musuk. Sehingga
peternak tidak mendapatkan bantual permodalan, informasi mengenai perkembangan sapi perah, dana
sosial dan dana kesejahteraan lainnya...”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
informasi permodalan kepada tengkulak ataupun ke koperasi Gapoktan
Desa Sruni. Padahal dengan menjadi anggota KUD Musuk peternak
bisa mendapatkan berbagai informasi dari penyuluhan yang
diselenggarakan KUD Musuk.
Berikut adalah pernyataan salah satu informan peternak (Yt)
yang mengaku tidak bisa mendapatkan informasi permodalan di KUD
Musuk karena ketidak aktifan peternak dalam menjadi anggota KUD
Musuk.
“Lha nangging karna KUD tidak mau nrima susu yang
kualitasnya rendah ya saya nga mau ke KUD to... mbak... jadi
informasi modal itu ya... keputusannya ke penyetor lokal itu
mawon”(hasil wawancara 22 September 2011).
b. Ketidaktahuan Peternak
Ketidaktahuan peternak Desa Sruni akan informasi mengenai
kemudahan dalam pinjaman modal di Bank BRI Musuk juga menjadi
kendala. Hal ini dinyatakan oleh Mantri Bank BRI Musuk bahwa
peternak sering tidak mengetahui dengan informasi kemudahan suatu
pinjaman di BRI. Sehingga pihak dari BRI harus lebih aktif dalam
memberikan informasi- informasi kepada peternak Desa Sruni. Berikut
adalah pernyataan dari Mantri Bank BRI:
“Cuma kadang mereka memang, karena tidak ada pengalaman
atau karena eee... tidak ada keberanian mereka ngak berani
menjelaskan ke kita... ee mereka taunya datang ke BRI pinjam..
mau dikasi KUR ya... jalan mau dikasi umum atau biasanya
ada, mereka ndak banyak tau... ya memang yang lebih aktif kita
jadi kalau saya yang bekerja dilapang pertimbangannya ya
kemanusiaan” (hasil wawancara dengan Mantri BRI Musuk, 27
Desember 2011).
C. Kendala Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Produk
Olahan Susu
Kendala yang ditemui peternak Desa Sruni pada saat mencari
informasi mengenai pengolahan dan pemasaran produk susu berasal dari
beberapa faktor sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
1. Personal
a. Rasa Sungkan
Rasa sungkan bagi peternak Desa Sruni dalam menemui
pegawai-pegawai dinas memang ada rasa tidak percaya diri, karena
peternak beralasan sungkan untuk bertemu dengan orang-orang yang
memiliki jabatan. Akan tetapi saat ini peternak sudah terbiasa
sehingga rasa sungkan itu bisa diruntuhkan, karena kebutuhan
informasi yang mendesak memunculkan keberanian untuk menemui
sumber-sumber informasi. Berikut adalah ungkapan dari salah satu
informan peternak Desa Sruni:
“Bagi saya kalau sudah sangat membutuhkan informasi maka
tidak malu atau sungkan lagi... untuk bertanya...mbak. yaa
dulu pernah ngak berani ....ee...buat menemui pegawai dinas
itu...”(hasil wawancara dengan Mrj, 18 September).
b. Kesibukan Kegiatan Peternak
Alur pencarian informasi pemasaran sangat membutuhkan
waktu yang panjang, sehingga bagi peternak sapi di Desa Sruni
merupak suatu hal yang menghalangi karena kesibukannya dalam
mengurus ternak-ternak, pengolahan susu dan mengurus lahan
tegalnya. Banyak informan peternak sapi perah Desa Sruni yang sibuk
dalam mengurus ternak dan menyetorkan susu, sehingga dalam
mencari informasi mengenai jaringan pemasaran yang lebih luas
menjadi terhambat. Hal ini disampaikan oleh informan peternak Desa
Sruni sebagai berikut:
“Untuk mencari informasi yang lebih banyak terutama dalam
mencari jaringan pemasaran waktunya ndak cukup... buat
ngurusin sapi saja harus pandai-pandai mbagi waktu.... mbak,
belum lagi kalau sore saya harus ke Kartosuro jual susu segar
dan setor susu pasteurisasi dan di toko. Makanya saya pilih
pelihara etawa” (hasil wawancara dengan Mrj,18 September
2011).
“Iya alur waktu mencari informasi ngolah susu itu
membutuhkan waktu jadi saya ya nyari informasinya yang
mudah-mudah saja soalnya sudah sibuk nyari rumput sama
merah susu itu, belum lagi saya harus jual ke warung” (hasil
wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2. Interpersonal
a. Ketidakterbukaan
Mencari informasi mengenai pengolahan susu dengan
menemui sumber informasi yang dilakukan peternak sapi perah Desa
Sruni menemui kendala internpersonal yaitu adanya ketidakterbukaan
dari sumber informasi. Ketidakterbukaan dari sumber informasi saat
memberikan informasi bagi peternak merupakan kendala, karena
dengan ketidakterbukaan sumber informasi akan membuat informasi
ini tidak lengkap dan masih menimbulkan pertanyaan di benak
informan.
Informan peternak Desa Sruni ketika mencari informasi
mengenai variasi perasa tambahan pada susu segar kepada sesama
teman penjual, mengaku tidak lengkap karena adanya ketidak
terbukaan dari sumber informasi. Berikut ungkapan dari salah satu
informan peternak (Jrw):
“Waktu nanya dengan sesama pedagang susu segar,
informasinya ada yang disembunyikan, namanya pedagang
mungkin takut disaingi atau gimana..”(hasil wawancara 4
September 2011).
Seperti yang dialami informan Mrj, saat ia berkonsultasi
dengan sumber informasi ada ketidakterbukaan dari informan yang
ditemuinya sewaktu di Batu Malang seperti yang diungkapkan yaitu:
“Sewaktu di Batu... pak Dodi itu kalau tidak saya korek-korek
dengan pertanyaan ya tidak memberi informasi yang saya
perlukan... misalkan pemasaran ya mbak... sampai saat ini
kami belum bisa memasarkan ke daearah yang luas... “ (hasil
wawancara 18 September 2011).
3. Lingkungan
a. Keterbatasan Akses Informasi Peternak Terhadap Informasi
Pengolahan dan Pemasaran pada Media Audio dan Cetak
Para informan peternak di Desa Sruni jarang mendengarkan
informasi pengolahan susu dan pemasaran melalui media televisi dan
radio karena sering isinya tidak sesuai dengan bidang peternakan,
kalau media cetak yang tersebar di daerah hanya koran harian itu pun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
jarang terdapat berita mengenai perternakan dan pertanian, sehingga
para informan tidak menggunakan media cetak. Namun ada seorang
peternak yang tidak mau ketinggalan informasi. Informan Mrj tidak
mau ketinggalan mengenai informasi sehingga informan mencari
informasi di internet baik mengenai pemasaran dan informasi lainnya.
“Akses media tidak menjadi kendala, nah kalau radio dan TV
sering tidak tepat acaranya kadang pada saat saya memiliki
waktu yang longgar kalau melihat TV isi nya hanya sinema dan
berita politik untuk berita mengenai peternakan amatlah
sedikit. Maka ... saya pilih mencari informasi di internet
juga…” (hasil wawancara dengan Mrj,18 September 2011).
b. Jarak dengan Informasi
Jarak antara informan peternak Desa Sruni dengan sumber
informasi bukanlah hal yang mengahalangi karena waktu itu di beri
fasilitas dan dibiayai oleh pemerintah, selain itu juga dia meluangkan
sedikit waktunya untuk mengikuti diklat ke Batu Malang dan ikut
lomba disana supaya memberikan pengalaman baru bagi kemajuan
masyarakat desa sruni.
“Saya mau ngikut diklat jauh-jauh ke Batu itu karena .... untuk
memajukan peternakan di Sini... supaya tidak selalu
terpuruk...mbak” (hasil wawancara dengan Mrj,18 September
2011).
Berbeda dengan kisah Informan Mrj, informan Syn tidak
mencari informasi ke luar daerah jauh karena kesibukannya
sebagaiman yang ia ungkapkan: “ya karena sudah sibuk di ternak
sama tegal” (hasil wawancara dengan Syn 18September 2011).
Begitu juga dengan informan Sk, Yt dan Dsn terhalang mengenai
jarak sumber informasi yang jauh karena informasi yang mereka cari
berbeda-beda. Selain itu informan peternak Desa Sruni tidak
mengetahui informasi apa yang akan dicari maka para informan
peternak menyatakan merasa cukup dengan keadaan saat ini,
meskipun sebenarnya mereka merasakan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan pakan ternak. Para informan pada saat kegiatan diskusi
kelompok menginginkan adanya suatu leaflet atau selebaran mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
informasi perternakan ataupun pertanian dengan bahasa yang mudah
dipahami, dari dinas pertanian untuk menambah informasi bagi
peternak, karena jarak menempuh yang jauh maka para peternak tidak
mencari informasi.
D. Ikhtisar
Hasil penelitian dari kendala pencarian informasi yang dilakukan
peternak sapi perah di Desa Sruni paling banyak ditemui oleh peternak adalah
mengenai teknis budidaya sapi perah, sedangkan untuk pemasaran dan
pengolahan susu sapi hanya di temui peternak yang melakukan usaha
pengolahan susu saja. Peternak Desa Sruni yang paling sering dihadapi
adalah kendala pencarian informasi teknis budidaya sapi perah karena
kesibukan aktivitas peternak sendiri. Kendala mengenai permodalan usaha
sapi perah yang dihadapi oleh peternak Desa Sruni adalah dana koperasi
Gapoktan yang tidak mencukupi kebutuhan peternak sehingga peternak
mencari sumber modal lainnya. Dari kendala yang dapat disimpulkan dari
hasil penenlitian dapat dilihat pada matrik sebagai berikut.
Tabel 7. 1 Matrik Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah
No. Jenis Informasi Keterbatasan
Ekonomi
Karakter/
Sifat
Usia Kesibukan
Kegiatan
Peternak
Rasa
Sungkan
Akses Media
Tv/Radio/Majalah
/ Buku
1 Harga sapi
2
Harga obat &
pakan
3 Penyakit sapi
Sumber: Data Primer 2011
Tabel 7. 2 Matrik Kendala Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah
No. Jenis Informasi Ketidakaktifan
anggota KUD
Ketidaktahuan
Peternak
1 Sumber modal
2 Besar Bunga Pinjaman
3 Syarat pinjaman
4 Jangka pengembalian
Sumber: Data Primer 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 7. 3 Matrik kendala Pencarian Informasi Pengolahan Dan Pemasaran
Produk Olahan Susu
No.
Jenis Informasi Rasa Sungkan
Kesibukan Kegiatan Peternak
Ketidakterbukaan sumber informasi
Keterbatasan Akses Media Tv/Radio/Majalah/ Buku
Jarak dengan informasi
1 Pengolahan susu
2 Pemasaran
3 Harga bahan
baku
4 Perkembangan susu
Sumber: Data Primer 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian kebutuhan dan perilaku
pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali, peneliti telah menemukan beberapa macam kebutuhan
informasi dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni
maka dapat disimpulkan antara lain:
1. Kebutuhan informasi peternak sapi perah di Desa Sruni yang meliputi
teknis budidaya (pencegahan penyakit lumpuh, pakan alternatif,
perkembangan harga pedet, dan serta harga pakan), permodalan (sumber
modal dan persyaratan pinjaman), informasi mengenai pengolahan susu
dan pemasaran produk olahan susu.
2. Perilaku pencarian informasi yang dilakukan peternak sapi di Desa Sruni
tidak banyak memerlukan tahapan atau kegiatan pencarian informasi
adalah pencarian informasi permodalan. Peternak yang memerlukan paling
banyak tahapan adalah pada saat mencari informasi pengolahan dan
pemasaran produk olahan susu. Pencarian informasi pengolahan dan
pemasaran yang lebih rumit membutuhkan banyak sumber informasi untuk
ditemui yaitu keluarga, sesama peternak, pedagang bahan es, konsumen,
DISPERTANAK, DINKES dan internet. Kegiatan pencarian informasi
dilakukan oleh peternak lebih bersifat siklik atau memutar ketika informasi
yang diperolehnya belum terselesaikan.
3. Kendala yang ditemui peternak sapi ketika melakukan pencarian informasi
dapat berasal dari personal, interpersonal, dan lingkungan peternak sapi
perah. Kendala pencarian informasi berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan informasi dan kerumitan informasi yang dicari.
a. Kendala pencarian informasi teknis budidaya sapi perah lebih berasal
dari personal peternak yaitu keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat
peternak yang pasif dan malas untuk menelusuri informasi, usia, dan
kesibukan kegiatan peternak. Untuk kendala yang berasal dari
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
lingkungan berasal dari keterbatasan dalam mengakses informasi dari
media audio (tv, radio) dan media cetak (buku-buku, majalah).
b. Kendala pencarian informasi permodalan yang ditemui peternak desa
sruni berasal dari kendala personal seperti ketidakaktifan peternak
dengan KUD musuk dan ketidaktahuan peternak mengenai kemudahan-
kemudahan terkait informasi pinjaman di BRI.
c. Kendala pencarian informasi pengolahan dan informasi pemasaran susu
berasal dari personal peternak seperti rasa sungkan, kesibukan kegiatan
peternak. Kendala interpersonal ini seperti ketidakterbukaan dari
sumber informasi yang ditemui peternak sapi perah. Sedangkan kendala
lingkungan yang ditemui peternak adalah keterbatasan akses informasi
peternak terhadap informasi pengolahan dan pemasaran pada media
audio dan cetak, dan jarak dengan informasi.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kebutuhan informasi dan
perilaku pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan
Musuk Kabupaten Boyolali saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peternak sapi perah, agar dapat meningkatkan kegiatan usaha
pencarian informasi ternak sapi perah baik dalam budidaya, pengolahan
susu maupun pengolahan limbah ternak yang dapat meningkatkan nilai
jual, dan permasalahan yang dihadapi lebih diperhatikan terutama masalah
nutrisi kebutuhan ternak dan kondisi sanitasi perternakan.
2. Terkait kebutuhan informasi peternak sapi perah saran bagi lembaga
informasi pertanian dan pengambil kebijakan (Dinas Perternakan dan
Perikanan Kabupaten Boyolali, BPP Musuk, BRI Musuk, KUD Musuk,
Koperasi Gabungan Kelompok Tani) agar lebih memperhatikan terhadap
kebutuhan informasi dari peternak bagi usaha ternak sapi perah dan agar
dijadikannya hasil penelitian ini sebagai acuan dalam memberikan layanan
informasi peternak sapi perah di Kecamatan Musuk dan menetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kondisi kebutuhan informasi
peternak sapi perah.
3. Terkait perilaku pencarian informasi peternak sapi perah saran bagi
lembaga informasi pertanian dan pengambil kebijakan (Dinas Perternakan
dan Perikanan Kabupaten Boyolali, BPP Musuk, BRI Musuk, KUD
Musuk, Koperasi Gabungan Kelompok Tani) agar lebih memperhatikan
terhadap perilaku pencarian informasi dari peternak bagi usaha ternak sapi
perah dan agar dijadikannya hasil penelitian ini sebagai acuan dalam
memberikan layanan informasi peternak sapi perah di Kecamatan Musuk
dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai kondisi perilaku
pencarian informasi peternak sapi perah.
4. Sesuai kendala yang ditemui peternak sapi perah dalam pencarian
informasi maka bagi lembaga informasi dan pengambil kebijakan atau
lembaga informasi Disnakan lebih meningkatkan keakraban dengan
peternak sapi perah dan menggiatkan penyuluhan mengenai peternakan,
lebih meningkatkan pelayanan informasi bagi peternak sapi perah, dan
memberikan media akses pelayanan informasi bagi peternak sapi perah.
5. Bagi peneliti lain, agar mengkaji kembali pola-pola kebutuhan informasi
dan perilaku pencarian informasi berdasarkan karakteristik peternak
dengan pendekatan yang sama atau berbeda dengan penelitian ini, serta
mengoreksi kelemahan yang ada pada penelitian ini.