Upload
nguyenlien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia
karena dengan adanya pendidikan diharapkan manusia dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan kreativitasnya, pendidikan dapat diperoleh dengan
jalur formal dan informal serta memiliki jenjang dalam mengikuti tahap pendidikan
dimulai dari tingkat dasar sampai ketingkat pendidikan perguruan tinggi. Pendidikan
jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik,
kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental-
emosional-spiritual sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang
erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan
yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup
sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Dalam
proses pembelajaran penjasorkes guru diharapkan mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, tehnik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-
nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, disiplin, bertanggung jawab) dan pembiasaan pola
hidup sehat, yang dalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional
1
2
didalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental
intelektual, emosi dan social Sikap siswa terhadap nilai-nilai biasanya sangat
dipengaruhi oleh persepsinya tentang tingkah laku gurunya dan cara guru dalam
mengajarkan materi pelajaran kepada siswanya.
Pendidikan jasmani sangat penting dalam membentuk kepribadian dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan jasmani saat ini di
Indonesia memiliki tujuan keseimbangan aspek pendidikan baik itu dari segi
psikomotor, kognitif maupun afektif . Sehat baik secara jasmania maupun rohania.
Pembentukan kepribadian dan watak yang baik sangat penting bagi peserta
didik guna melahirkan generasi baru Indonesia yang berguna bagi bangsa. ”Di dalam
tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”, ungkapan ini sangat benar dan
membangun untuk menjadikan pribadi yang kuat baik jasmani maupun rohani.
Kecerdasan akal pikiran saja tidak cukup untuk membentuk kepribadian yang baik,
tetapi juga kesehatan jiwa yang serta merta membangun pola pemikiran dalam
kesuksesan pembelajaran. Pendidikan jasmani tidak hanya sekedar untuk kebugaran
tubuh saja, tetapi juga melatih jiwa untuk berpikir sehat dan kritis yang diperlukan
guna melahirkan individu Indonesia yang berkarakter.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan harus dilakukan secara
menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia indonesia seutuhnya,
yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni,
olahraga, dan perilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life skill) yang diwujudkan
3
melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan
diri dan berhasil dimasa datang. dengan demikian peserta didik memiliki
ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran
dan pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan melalui proses
belajar di sekolah salah satunya dalam bentuk permainan bolavoli.
Permainan bolavoli merupakan permainan yang harus didukung dengan
gerakan yang kompleks yaitu yang disertai unsur kondisi fisik memadai. Dengan
kondisi fisik yang baik akan memudahkan melakukan gerakan-gerakan yang sulit.
Kondisi fisik adalah suatu persyaratan yang sangat penting dalam usaha peningkatan
kemampuan seseorang dalam melakukan permainan bolavoli. Disamping kondisi
fisik, yang perlu diperhatikan dalam latihan olahraga voli adalah metode mengajar
dan penggunaan media dalam belajar.
Pelaksanaan pembelajaran khususnya materi bolavoli tentunya sangat
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa serta kemampuan gerak yang lebih
baik demi tercapainya tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan khususnya pada
pendidikan jasmani. Namun dalam mencapai tujuan dari pendidikan jasmani
khususnya di Sekolah SMP Negeri 2 polewali tidaklah berjalan lancar karena
dipengaruhi oleh beberapa masalah dalam proses pembelajaran, seperti kurangnya
sarana dan prasaran dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Dalam pembelajaran khususnya materi bolavoli siswa kurang bersemangat dalam
belajar. Setiap diberikan materi bolavoli siswa sering mengeluh sakit pada jari-jari
tangan saat melakukan passing bawah, kondisi ini membuat suasana belajar siswa
4
kurang optimal yang mengakibatkan siswa susah bermain bolavoli khususnya passing
bawah. Dengan demikian berakibat juga pada rendahnya kemampuan siswa dalam
melakukan passing bawah bolavoli.
Agar pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga berhasil di Sekolah
SMP Negeri 2 Polewali khususnya pembelajaran bolavoli maka harus di ciptakan
lingkungan kondusif. Bola yang dipakai adalah bola standar yang dibuat pabrik. Bola
merupakan perlengkapan yang harus ada dalam proses pembelajaran permainan
bolavoli, oleh karena itu bola merupakan salah satu faktor penting dalam mempelajari
permainan bolavoli, khususnya pada penguasaan kemampuan teknik dasar passing
bawah
Bolavoli termasuk cabang olahraga permainan yang didalamnya memiliki
teknik-teknik dasar yang harus dikuasai, jika ingin menjadi pemain yang handal.
Teknik-teknik dasar tersebut antara lain; (1) Servis. Dalam olahraga bolavoli servis
yang akurat sangat di butuhkan. Servis adalah pembuka serangan dan dapat memberi
kesulitan pada lawan saat menerima servis tersebut. (2) (Passing). Passing atas dan
passing bawah dalam permainan bolavoli adalah hal yang penting untuk dikuasai.
Dalam keadaan menyerang teknik passing atas lebih banyak digunakan untuk
memberi umpan kepada teman yang siap melakukan smash, sedangkan passing
bawah lebih banyak digunakan dalam keadaan bertahan. Teknik dasar lainnya adalah
(3) Smash. Di dalam permainan bolavoli smash sangat penting untuk mendapatkan
poin. Smash yang kuat dan akurat sangat di butuhkan agar tidak mudah untuk di blok
lawan. Teknik dasar yang terakhir adalah (4) Blok. Teknik blok ini digunakan untuk
5
membendung serangan lawan melalui smash-smash yang dilakukan smasher. Untuk
mencapai pembinaan bolavoli yang baik haruslah didukung oleh struktur tubuh.
Struktur tubuh merupakan faktor utama dalam memilih pemain, sebab pemain yang
memiliki komposisi tubuh yang ideal akan sangat berperan dalam permainan, seperti
tinggi badan dan kekuatan otot lengan dan keseimbangan.
Struktur tubuh ini sangat penting di perhatikan dalam cabang bolavoli.
Sebagai contoh seorang yang berat badannya berlebihan akan mengalami kesulitan
dalam berlari, melompat maupun dalam mengubah arah secara tiba-tiba ketika ada
bola. Begitupun tinggi badan, juga mempengaruhi dalam pelaksanaan teknik bermain
di lapangan, seperti pada saat berebut bola. Oleh karena itu keterampilan dalam
permainan bolavoli adalah satu bagian yang penting dan paling sulit untuk dipelajari,
untuk diperlukan waktu yang lama dan ketekunan dari pemain untuk berlatih dengan
penuh kesungguhan.
Dengan memiliki teknik atau keterampilan yang baik, Siswa SMP 2 Polewali
dapat menyimpan dan mempergunakan tenaga yang minimal. Dengan demikian,
siswa dapat menguasai tempo permainan dari awal sampai akhir pertandingan.
Keterampilan bermain bolavoli yang dimaksud disini adalah: passing bawah.
Berdasarkan harapan dan kenyataan yang terjadi maka dalam penelitian ini, peneliti
mencoba mengambil judul: Pengaruh kekuatan otot lengan, keseimbangan
dinamis dan tinggi badan terhadap kemampuan passing bawah dalam
permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian pada pembahasan latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh langsung kekuatan otot lengan terhadap tinggi badan
dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten
Polewali Mandar?
2. Apakah ada pengaruh langsung keseimbangan dinamis terhadap tinggi badan
dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten
Polewali Mandar?
3. Apakah ada pengaruh langsung kekuatan otot lengan terhadap kemampuan
passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar?
4. Apakah ada pengaruh langsung keseimbangan dinamis terhadap kemampuan
passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar?
5. Apakah ada pengaruh langsung tinggi badan terhadap kemampuan passing
bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar?
6. Apakah ada pengaruh tidak langsung kekuatan otot lengan melalui tinggi
badan terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada
siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar?
7
7. Apakah ada pengaruh tidak langsung keseimbangan dinamis melalui tinggi
badan terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada
siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh langsung kekuatan otot lengan
terhadap tinggi badan dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2
Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh langsung keseimbangan dinamis
terhadap tinggi badan dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2
Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh langsung kekuatan otot lengan
terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa
SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh langsung keseimbangan dinamis
terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa
SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
5. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh langsung tinggi badan terhadap
kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP
Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
8
6. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tidak langsung kekuatan otot lengan
melalui tinggi badan terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan
bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
7. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tidak langsung keseimbangan
dinamis melalui tinggi badan terhadap kemampuan passing bawah dalam
permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan berguna bagi:
1. Memberikan informasi tentang pengaruh kekuatan otot lengan, keseimbangan
dinamis dan tinggi badan terhadap kemampuan passing bawah permaianan
bolavoli pada siswa.
2. Memberikan informasi kepada Pembina, guru olahraga, dan siswa tentang kan
kemampuan passing atas permainan bolavoli.
3. Bagi peneliti dapat memberikan sumbangan akademis dan hasil emperis
sebagai perluasan cakrawala pada ilmu pengetahuan khususnya pada disiplin
ilmu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam meningkatkan
kemampuan passing atas permainan bolavoli .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kerangka acuan atau landasan teori yang erat
kaitannya dengan permasalah penelitian ini serta diharapkan dapat menunjang dalam
merumuskan hipotesis. Dengan demikian hal-hal yang akan dikemukakam dalam
tinjauan pustaka adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan Lengan
Kekuatan otot adalah kemampuan kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam penggunaan otot untuk penerimaan beban sewaktu
bekerja.Kekuatan yaitu komponen kondisi fisik seseorang yang berkaitan dengan
kemampuan mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
Menurut M.Sajoto (1995:8).Tujuan pemberian latihan kekuatan adalah meningkatkan kemampuan latihan kekuatan lengan untuk dapat melakukan gerakan-gerakan sampai kebatas maksimal sehingga dapat mencapai perestasi dari gerakan yang dimaksud. peningkatan kemampuan kekuatan lengan adalah melalui peningkatan kemampuan kerja otot-otot lengan.
Kekuatan otot yang dihasilkan oleh otot-otot yang terdapat pada lengan
digunakan untuk menggerakkan lengan dengan tujuan untuk kecepatan renang.
Otot-otot lengan terdiri atas ototpangkal lengan atas terdiri dari 1).Musculus
biceps brachii2). Musculus bracialis 3). Musculus kurako brakialis 5). Muskulus
triseps brachii dan otot lengan bawah terdiri dari 1). Musculus ekstensor
9
10
carpiradialis longus 2). Musculus carpiradialis brevis 3). Musculus carpiradialis
ulnaris 4). Musculus digitorum carpiradialis 5). Musculus ekstensor policis
longus 6). Musculus pronator teres 6). Musculus palmaris ulnaris 7). Musculus
palmaris longus 8). Musculus fleksor carpiradialis 9). Musculus fleksor
digitorsublimas 10). Musculus digitrum profudus 10). Musculus fleksor policic
longus 11). Musculus pronator teres equadratus 12). Musculus suprinator brevis
(Syaifuddin ,1994 : 53). Lengan didalam susunan struktur tubuh manusia
termasuk tubuh bagian atas. Anggota gerak tubuh bagian atas terdiri dari : 1).
Humerus (tulang lengan), 2). Ulna (tulang hasta), 3). Radius (tulang pengumpil),
4). Carpalia (tulang pergelangan tangan), 5). Metacarpalia (tulang telapak
tangan), 6). Phalanges (tulang jari-jari tangan) (Sudarminto , 1992 : 50).
Menurut Sudarminto (1992 : 93) menjelaskan bahwa kerangka tubuh manusia
tersusun atas system pengungkit. Pengungkit adalah suatu batang yang kaku
bergerak dalam suatu busur lingkaran mengitari sumbunya,maka geraknya
disebut gerak rotasi atau angular. Pada waktu bergerak dalam lintasan busur
maka jarak yang ditempuh oleh tiap titik yang ada di sepanjang batang
pengungkit akan berada satu sama lainnya, artinya makin dekat letaknya titik itu
dari sumbu geraknya makin kecil geraknya dan makin jauh letaknya titik itu dari
sumbu geraknya makin besar geraknya. Menurut Clarke, (1980: 50) kekuatan
adalah:Penentu utama pencapaian prestasi olahraga kekuatan digolongkan
menjadi 2 macam yaitu kekuatan absolut dan kekuatan relatif. Kekuatan absolut
adalah menunjukkan berat maksimal yang dapat dipindahkan oleh olahragawan,
11
sedangkan kekuatan relatif ialah merupakan perbandingan antara kekuatan
maksimal dan berat badan. Kekuatan maksimal merupakan kekuatan/kemampuan
otot atau sekelompok otot paling tinggi yang dapat diproduksi pada saat
itu.Lengan merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia. Tubuh manusia
terdiri atas bagian kepala (cranium), batang badan (thrunchus) dan anggota gerak
badan (extremitas superior dan extremitas inferior).
Lengan merupakan anggota bagian tubuh yang digunakan sebagai alat
dayung untuk membawa badan melaju kedepan. Keberadaan lengan dan otot-
ototnya, baik proporsi maupun kemampuannya harus dimanfaatkan sehingga
menunjang kekuatan pada saat menarik dalam mengayu lenganpada gerakan
tangan gaya bebas
Ditinjau dari gerak anatomi, lengan merupakan anggota gerak atas
(extremitas superior). Sebagai anggota gerak atas lengan terdiri dari seluruh
lengan, mulai dari lengan atas (ante brachium), lengan bawah (brachium), tangan
Gambar 2.1. Bentuk Otot Lengan Sumber: MensHealth.com
12
(palmar) sampai ujung jari tangan (phalanx). Otototot yang terlibat pada lengan
saat melakukan push (tarikan) antara lain: otot deltoideus, pectoralis major,
biceps brachii, brachialis, brachioradialis, pronator teres, flexor carpiradialis,
flexor policis longus, flexor carpi ulnae, dan flexor carpi radialis. Dalam
gerakan tangan, otot lengan mempunyai peran penting untuk menghasilkan
tarikan yang maksimal,efektif dan efisien.
Dalam gerakan tangan, otot lengan harus dikerahkan sebaik mungkin pada teknik
yang benar. Mengerahkan otot-otot lengan secara tepat saat melakukan teknik
tangan yang benar, maka akan diperoleh hasil kemampuan tangan yang
memuaskan. Melihat pentingnya Kekuatan lengan dalam pencapaian prestasi
maksimal dalam melakukan gerakan tangan pada renang gaya bebas, maka perlu
pengembangan dan pembinaan Kekuatan lengan secara terprogram dan intensif,
sudah barang tentu harus mengacu pada prinsip-prinsip yang ada dalam latihan
kekuatan.Kekuatan lengan adalah kwalitas yang memungkinkan otot untuk
melakukan kerja, secara fisik dalam waktu secepat-cepatnya atau secara
eksplosif.
2. Keseimbangan Dinamis
a. Pengertian Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan
tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi.Definisi menurut O’Sullivan,
keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada
bidangtumpu terutama ketika saat posisi tegak.Selain itu menurut Ann
13
Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untukmempertahankan tubuh
dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta
menggunakanaktivitas otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk
mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) ataupusat gravitasi (center of
gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).Keseimbangan melibatkan
berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem
muskuloskleletal danbidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan
massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampuuntuk
beraktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis :
kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbanganpada posisi tetap (sewaktu
berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan
dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika
bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi
sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor)
dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur
dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi)
sebagai respon terhadap perubahankondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi
juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan,pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
14
b. Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan
postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan
sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari
tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan
gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh
agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika
bagian tubuh lain bergerak.
c. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
1) Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty &
Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang
sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber
utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak
gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.Penglihatan muncul ketika
mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
15
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga
memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata.
Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada
sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus.Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem
labyrinthine.Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan
percepatan perubahan sudut.Melalui refleks vestibulo-occular, mereka
mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus
vestibular yang berlokasi di batang otak.Beberapa stimulus tidak menuju
nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan
korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus
vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke
motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada
leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular
16
bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif.Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar
sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi
lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor
raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi
kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan
jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan kontrol postur.Beberapa kelompok otot baik pada
ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat
berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan
17
jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu.
3) Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas.Semua
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan
otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan
beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal
(internal force).Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi
otot untuk melakukan kontraksi.Sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan
otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan
gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus
mempengaruhi posisi tubuh.
18
4) Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran
motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik
lingkungan.
5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan
gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi
terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama
pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila
tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan
seimbang.Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau
perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di
atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :
ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang
tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan.
2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui
pusat gravitasi dengan pusat bumi.Hubungan antara garis gravitasi, pusat
gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.
19
3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan
permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,
tubuh dalam keadaan seimbang.Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya
area bidang tumpu.Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.
Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri
dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka
stabilitas tubuh makin tinggi.
e. Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga
pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas
bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain
(misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri
dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular
dan somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity
(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan
(input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta
memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi
informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap
dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang
sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari
20
kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan
saat berdiri static maupun dinamik.
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi,
menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan
sensorimotor.Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk
merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur
lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh.Tubuh dapat membentuk banyak
postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama
mungkin.Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari
tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur
dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah
telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah
ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar
dari bidang tumpu.
3. Tinggi badan
1. Hakikat Struktur Tubuh
Berbicara struktur tubuh, maka akan berhubungan dengan pertumbuhan
fisik seseorang. Pertumbuhan manusia banyak ditandai oleh adanya perubahan
pada struktur tubuh, usia dan aspek lain yang menunjang kedewasaan. Berat
badan dan tinggi seorang anak harus senantiasa seimbang atau ideal, karena
ketika tidak berada pada keadaan ini maka anak akan memiliki tubuh yang
21
tinggi kurus yang akan menjadi suatu halangan dalam mengembangkan
kemampuan motoriknya. Begitu juga anak yang badannya kecil dan gemuk,
yang diakibatkan oleh cepatnya kelenjar lemak tumbuh. Dengan kata lain
komposisi tubuh seorang anak harus baik.
Menurut Rusli Lutan (1988:80) mengatakan bahwa:
Komposisi tubuh dapat didefinisikan sebagai ratio antara massa tubuh tanpa lemak (semua jaringan tanpa lemak, seperti tulang, otot, dan organ) dengan lemak tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang berbeda.
Pertumbuhan berdampak pada aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ organ tubuh. Meskipun demikian
perbedaannya, namun pertumbuhan dan perkembangan saling berkaitan dan
bergantung satu sama lain karena terjadi secara sinkron pada masing-masing
individu. Crow and Crow (dalam Husdarta 2010:2) menjelaskan tentang
pertumbuhan dan perkembangan, Bahwa:
1. Pertumbuhan adalah terbatas pada perubahan-perubahan structural dan fisiologis sedangkan
2. Perkembangan bersangkutan erat dengan pertumbuhan maupun potensi-potensi (kemampuan-kemampuan bawaan) dari tingkah laku sensitive terhadap rangsang-rangsang lingkungan.
Menurut Anwar Pasau(1989:6) mengatakan bahwa :
1. Growth (Pertumbuhan) adalah pertambahan ukuran panjang dan besar dari tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam proses perkembangan anak menuju kedewasa
2. Development (Perkembangan), adalah pertumbuhan dan peningkatan kemampuan system tubuh dan fungsi organ-organ tubuh.
22
Disamping itu ada tahapan dalam proses ini. Menurut Husdarta
(2010:207) mengatakan bahwa:
Beberapa factor yang berpengaruh posistif menambah stimulasi pada pertumbuhan dan perkembangan antara lain kondisi social ekonomi yang lebih baik, perbaikan status kesehatan, factor genetic, serta olahraga yang teratur sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Sajoto (1988:3) bahwa: Bagian struktur tubuh adalah; (a)
Ukuran tinggi badan, dan panjang badan, b. ukuran besar, lebar dan berat
tubuh, c. Somatotype. Dan untuk memudahkan pegertian dan pengukuran
serta evaluasi dalam antropometri menurut, Y. Matsura yang dikemukakan
Anwar Pasau, (2012:6) Pertumbuhan fisik yang dinilai dapat digolongkan atau
diklarifikasi kan dalam tiga kelas atau golongan yaitu :
1. Ukuran panjang tubuh yang meliputi tinggi badan, tinggi duduk, tinggi badan , panjang lengan, panjang kaki, panjang jari-jari, leher,dll.
2. Ukuran besar tubuh meliputi lingkaran dada, kepala, leher, lengan, paha, perut, pinggul dan lain-lain.
3. Amount growth : yaitu: berat badan merupakan perpaduan ukuran tinggi dan berat badan.
Sedangkan yang dinilai dalam perkembangan (development) yang mencakup
potensi tubuh dan fungsi organ-organ tubuh adalah: kemampuan fisik seperti,
kekuatan (strength), kecepatan (speed), kelincahan (agility), daya tahan
(endurance), daya atau tenaga (power), kelentukan (flexibility), keseimbangan
(balance), ketepatan (accuracy).
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:
Pertumbuhan merupakan perubahan secara psiologis sebagai hasil dari proses
23
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak
yang sehat, dalam perjalanan waktu hidupnya. Sedangkan perkembangan
merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur tubuh dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Setiap individu berbeda tingkat pertumbuhan
fisiknya, ada yang cepat dan ada yang lambat.
4. Passing Bawah
1. Pengertian Passing bawah bola voli
Passing bawah merupakan teknik dasar bola voli.Teknik ini digunakan
untuk menerima servis, menerima spike, memukul bola setinggi pinggang
kebawah dan memukul bola yang memantul dari net. Passing bawah merupakan
awal dari sebuah penyerangan dalam bola voli.Keberhasilan penyerangan
tergantung dari baik buruknya passing bawah. Apabila bola yang dioperkan
jelek, maka pengumpanakan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola
yang baik untuk para penyerang.
Gambar 2.2. Passing Bawah Sumber: Tutorial Olahraga
24
Adapun cara melakukan passing bawah adalah sebagai berikut:
Berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu dan lutut ditekuk Rapatkan dan luruskan kedua lengan di depan badan hingga kedua ibu
jari sejajar Lakukan gerakan mengayunkan kedua lengan secara bersamaan dari
bawah keatas hingga setinggi bahu Saat bola tersentuhkedualengan, lututdiluruskan Serkenaan bola yang baik tepat pada lengan di atas pergelangan
tangan.
5. Pengertian Permainan BolaVoli
Pemaian bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga yang paling populer
di dunia, dilihat dari sejarah perkembangan bolavoli terlihat ide-ide dasar yang
terkandung dalam permainan tersebut.
Bolavoli dimainkan oleh dua tim dimana tiap tim beranggotakan dua sampai enam
orang dalam satu lapangan berukuran 30 kaki persegi (9 meter persegi) bagi setiap
tim, dan kedua tim dipisahkan oleh sebuah net. (Barbara, Dkk 2004: 2)
Permainan bolavoli adalah suatu permainan yang menggunakan bola untuk dipantulkan (di-volley) di udara hilir mudik di atas net (jaring), dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak daerah lapangan lawan dalam rangka mencari kemenangan. Mem-volley atau memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan seluruh anggota atau bagian tubuh dari ujung kaki sampai kekepala dengan pantulan sempurna. (Mukholid, 2007: 13)
Untuk berlangsungnya permainan ini dengan baik masing-masing pemain dari
satu regu harus memiliki keterampilan didalam memainkan bola serta kerjasama
yang baik, yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan. Permainan bolavoli
ini juga mengalami perkembangan seperti halnya oalahraga-olahraga lainnya,
25
perkembangan bolavoli ini mulai dari evan dan perkembangan dari permainan
bolavoli itu sendiri seperti bolavoli pantai, bolavoli mini dan banyak lagi.
Bolavoli merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh 2 regu dengan
jumlah pemain masing-masing regu 6 orang (Anwarudin 2011: 21)
Selain perkembangan tersebut masih banyak perkembangan yaitu dalam
peraturan permainan dan peraturan perwasitan yang semakin mengalami
perubahan disesuaikan dengan perkembangan pola manusia ataupun situasi dan
kondisi yang saat ini dihadapi. Walaupun juga tidak terlalu jauh meninggalkan
unsur atau konsep utama dalam permainan bolavoli . marupakan suatu masa
dimana siswa memiliki kebutuhan akan gerak motorik terutama motorik kasar, tapi
harus tetap diperhatikan adalah bagaimana pembelajaran permainan bolavoli ini
diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan motorik siswa sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan fisik maupun psikisnya.
Permainan bolavoli juga akan berjalan lancar jika ada peraturan-peraturan
yang mengatur, baik mengenai bola, net, perlengkapan dan lapangan yang
dipergunakan, disamping juga cara memainkannya bola oleh permainan serta wasit
dan ofisial pertandingan yang membantu, sehingga permainan dapat berjalan
dengan lancar. Selain itu dalam permainan bolavoli juga dibutuhkan teknik untuk
sampai ketujuan yang diharapkan.
a) Tujuan Permainan Bolavoli dalam Pendidikan
Untuk mencapai tujuan pendidikan dimana Olahraga sebagai alat
pendidikan. Permainan bolavoli telah dimasukan sebagai salah satu mata
26
pelajaran yang telah dimasukan dalam kurikulum tergabung dalam permainan
bola besar. Selain untuk kesegaran jasmani, permainan ini juga bisa digunakan
sebagai sarana pendidikan yaitu untuk mendidik anak secara keseluruhan.
Bahwa bolavoli bisa kita jadikan suatu alat untuk sarana pendewasaan anak
atau alat untuk mendidik anak dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,
misalnya: nilai kerjasama, percaya diri, tanggung jawab, keberanian dan
sportivitas.
Ada beberapa tujuan yang bisa diharapkan dari permainan ini, yaitu: (1) tujuan utama yaitu membentuk anak didik secara menyeluruh baik jasmani, rohani maupun sosial, (2) diharapkan dengan kesegaran jasmani tercapai maka kecerdasan dalam bermain bolavoli juga tercapai sehingga kesegaran tubuh terjaga, dengan itu anak didik bisa belajar dengar sehat, dan tercapailah kecerdasan anak, (3) bermain dengan unsur rekreatif atau kesenangan dan sukarela melakukannya maka dengan bermain bolavoli ini kita bisa mendapatkan kepuasan, (4) bermain bolavoli juga bisa dijadikan terapi, (5) Tujuan terakhir yang bisa dicapai dengan bermain bolavoli yaitu untuk meraih prestasi setinggi-tinggtnya. (Mawarti, 2009: 93)
Kelima tujuan di atas, kesemuanya itu bisa kita dapatkan dengan bermain
bolavoli akan tetapi hal tersebut juga tergantung tujuan kita, dan usaha yang
kita lakukan. Apalagi untuk tujuan prestasi maka segala usaha dan upaya pasti
akan dilakukan tidak hanya mudah diraih, akan tetapi butuh pengorbanan yang
besar untuk mendapatkan hasil yang optimal. Untuk meraihnya maka perlu
adanya latihan intensif yang terprogram dan membutuhkan pembinaan yang
berlanjut. Oleh karena itu tujuan yang terakhir tersebut hanya diminati oleh
beberapa orang saja yang benar-benar mengerti dibidang bolavoli .
27
b) Teknik Dasar Permainan Bolavoli
(1) Pengertian Teknik
Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan
pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan
tugas yang pasti dalam cabang olahraga (khususnya cabang permainan
bolavoli ). Sejalan dengan itu teknik dasar menurut ahli:
Menurut Suharno, HP, (1983) dalam Blog-Ahfa bahwa:Teknik dikatakan baik apabila dari segi anatomis/fisiologis mekanik dan mental terpenuhi secara benar persyaratannya, apabila di terapkan pencapaian prestasi maksimal untuk menganalisa gerakan teknik, umumnya para guru atau pelatih akan dapat mengoreksi dan memperbaiki.
Syarat utama agar dapat bermain bolavoli adalah menguasai teknik
dasar bermain bolavoli . Agar permainan bolavoli berjalan atau berlangsung
dengan baik, lancar dan teratur, maka para pemain dituntut harus menguasai
unsur-unsur dasar permainan, yaitu teknik dasar bermain bolavoli . Teknik
dasar bolavoli pada dasarnya merupakan suatu upaya seorang pemain untuk
memainkan bola berdasarkan peraturan dalam permainan bolavoli .
Teknik dasar bolavoli merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara
efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan
bolavoli . Teknik dalam permainan bolavoli merupakan aktivitas jasmani
yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai
peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal.
28
Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efesien dan efektif. Teknik dalam bolavoli dapat diartikan, sebagai cara memainkan bola dengan efesien dan efektif sesuai dengan peraturan-peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. (Yunus, 1992: 68)
Arti teknik dalam bahasan ini adalah prosedur yang telah dikembangkan
berdasarkan praktek. Teknik dasar merupakan suatu gerak dasar yang harus
dimiliki oleh seorang pemain bolavoli baik dalam gerakan kaki dan juga
gerakan tubuhnya. Masing-masing individu tidak akan sama dalam setiap
gerak dasarnya ini, tergantung dari postur tubuh dan gerak multilateralnya
setiap orang.
Oleh karena itu sebagai pelatih atau guru pendidikan jasmani hendaknya
mengetahui hal tersebut sehingga materi latihan yang akan diberikan
hendaknya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu, tidak
boleh semua dianggap memiliki kemampuan awal yang sama.
Teknik dasar dalam permainan bolavoli menurut Horst Bachke (1980)
dalam Suhadi (2005: 4) meliputi service, penerimaan service, pasing dan
umpan, pukulan serangan, bendungan (block), dan penerimaan.
Neville (1990) dalam Suhadi (2005: 4) bermain bolavoli meliputi service, passing bawah, passing atas, serangan (smash), dan bendungan (block). Dalam perkembangannya untuk kepentingan pembinaan, bolavoli dikenal dengan istilah permainan bolavoli mini. Permainan bolavoli mini ini memiliki perbedaan pada peraturan yang dimodifikasi.
29
c) Macam-macam Teknik Dasar Permainan Bolavoli
(1) Servis
Servis merupakan tindakan menempatkan bola kedalam permainan.
Dimana dilakukan oleh pemain belakang, dilakukan dibelakang garis
belakang dengan memukul bola dengan sebelah tangan dengan cara
sedemikian rupa hingga bola dapat terkirimkan melintasi net ke daerah
lawan. Servis juga merupakan awal dimulainya suatu permainan bolavoli .
Sunardi (1993) dalam Masirete (2013: 5) mengemukakan bahwa servis adalah pukulan awal untuk memulai permainan. Servis sebagai awal dari permainan sudah mengalami perkembangan sejalan dengan berkembangnya permainan bolavoli , maka servis saat ini bukan lagi hanya sekedar untuk memulai suatu pertandingan, namun sekarang servis sudah diartikan sebagai suatu serangan awal atau pertama bagi regu yang melakukan servis.
Dalam melakukan servis ada beberapa macam cara atau model, yaitu:
(A) Servis bawah/underhand serve, (B) Servis atas/overhead serve, dan (C)
Servis lompat/jump serve. Sedangkan menurut hasil bola yang dihasilkan
setelah dilakukan servis maka ada servis: (a) Berputar/Spin, (b)
Mengambang/Float. Dari jenis putaran hasil bola servis maka ada servis: (a)
Putaran kedepan/top spin, (b) Putaran kebelakang/back spin, (c) Putaran
kesamping/side spin.
(2) Passing Bawah
Suatu teknik menerima bola dengan menggunakan kedua tangan.
Perkenaan pada ruas tangan di atas pergelangan tangan ke atas sampai
dengan siku. Teknik passing bawah ini sering digunakan untuk menerima
30
bola dari servis lawan. Ada dua macam sikap awal dalam melakukan passing
bawah, yaitu: passing bawah dengan sikap awal tangan ditekuk dan sikap
awal tangan lurus. Kedua sikap awal ini memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing tergantung pada jenis servis yang akan dihadapi.
(3) Passing Atas
Suatu teknik dasar dalam permainan bolavoli dimana di dalam
permainan yang sesungguhnya akan digunakan sebagai teknik pemberian
atau penyajian bola kepada teman untuk dipukul atau di smash ke daerah
lawan. Jenis pasing atas ada dua macam yaitu: (a) passing atas dengan
lompatan, (b) passing atas tidak dengan lompatan. Sedangkan menurut hasil
arah bola yang disajikan atau diumpankan ada passing atas ke depan dan
passing atas ke belakang. Teknik dasar ini sangat penting karena dengan
hasil penyajian bola yang baik dan pembagian bola yang bagus maka suatu
serangan dalam permainan bolavoli akan sukses
Passing atas adalah Penguasaan teknik passing atas yang baik akan
menentukan keberhasilan regu untuk membantu serangan yang baik. maka
dari itu pemain haruslah mampu menguasai teknik passing atas ini.
Teknik dasar ini sangat penting karena dengan hasil penyajian bola yang baik dan pembagian bola yang bagus maka suatu serangan dalam permainan bola voli akan sukses. Kesulitan dalam penguasaan teknik ini biasanya pada perempuan karena mereka takut dengan jari-jari mereka yang terlalu halus. Bahkan tidak sedikit dari para perempuan tersebut yang lemah pada kekuatan jari-jari mereka. (Sujarwo, 2009: 37-38)
31
Passing atas pada prinsipnya hampir sama dengan passing bawah hanya
sikap tangannya yang berbeda. Passing atas merupakan hal yag tak kalah
pentingnya dengan teknik-teknik lainnya dalam permainan bola voli.
Penguasaan teknik passing atas ini akan menentukan keberhasilan regu
untuk membantu serangan yang baik apalagi jika dilakukan secara
bervariasi.
Pada perempuan karena mereka takut dengan jari-jari mereka yang
terlalu halus. Bahkan tidak sedikit dari para perempuan tersebut yang lemah
pada kekuatan jari-jari mereka. Hal lain yang tidak kalah sulitnya dalam
melakukan passing atas adalah bagaimana menempatkan bola hasil passing
atas tersebut ke tujuan, ini memerlukan feeling dan keterampilan yang kuat.
Dalam permainan bolavoli pasir cara melakukan passing atasnya agak
berbeda dengan bolavoli indoor.
(4) Smash
Teknik dasar ini merupakan teknik dasar yang sangat disukai oleh
pemain atau atlet bolavoli , karena teknik inilah yang sangat memiliki seni
dalam permainan bolavoli dimana seorang pemain bolavoli harus mampu
melewatkan bola di atas net, dengan loncatan setinggi tingginya untuk dapat
melewati blok dan masuk ke sasaran yaitu daerah pertahanan lawan.
Smash atau Spike dalam bolavoli merupakan hal yang sangat digemari
oleh setiap pemain bolavoli , karena melalui spike seorang mendapat
kepuasan diri. (Dirjen Dikdas, 2000: 64).
32
Teknik ini membutuhkan skill yang bagus dan juga akurasi yang tepat
dimana seorang pemain bolavoli harus mampu dengan cepat menentukan
kemana arah bola harus diarahkan agar tidak terkena blok, agar tidak masuk
didaerah sendiri (tidak melewati net), dan agar masuk di daerah lapangan
lawan. Sehingga teknik ini membutuhkan intelektual dan juga pengalaman
dari seorang atlet atau pemain tersebut.
Kesulitan yang sering dialami oleh seorang pemain bolavoli dalam
menguasai teknik ini adalah: masalah timing ball/ titik saat bola akan
dismash, masalah posisi tangan saat perkenaan bola, jarak pukul tangan
terhadap net, langkah smash, dan sebagainya. Ada beberapa tipe smash
menurut jenis bola sajian dari tossernya adalah: smash bola semi (semi
spike), smash bola open/tinggi(open spike), smash bola cepat A dan B (quick
A dan B), smash dari garis belakang (back attack).
(5) Blok
Blok atau bendungan merupakan salah satu teknik dasar dalam
permainan bolavoli yang harus dikuasai dalam permainan bolavoli ,
terutama teknik ini sangat dibutuhkan saat lawan memiliki spike atau
serangan smash yang baik. Dalam proses berlatih teknik dasar ini, biasanya
atlet atau pemain merasa bosan karena dia harus mampu menahan smash
lawan yang bisa kemungkinan kemana saja arah pukulannya. Pemain atau
atlet yang memiliki tinggi badan atau postur tubuh yang tinggi hendaknya
dapat memanfaatkan ketinggian badannya dalam melakukan blok ini.
SISWA SMP NEGERI 2 POLEWALI
KEKUATAN OTOT LENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS TINGGI BADAN
KEMAMPUAN PASSING BAWAHBOLAVOLI
33
Apabila pemain memiliki postur tubuh yang kurang memadahi masih
bisa menggunakan cara membendung serangan akan tetapi dengan lebih
menunggu bola dan menyangga bola pukulan lawan tersebut. Kesulitan yang
mungkin dialami dalam belajar teknik blok ini adalah seorang pemain atau
atlet harus mampu mengantisipasi dan memperhitungkan: (1) kemana arah
bola yang diumpankan dari tosser/setter ke spiker/smasher, (2) arah pukulan
dari smasher/spiker, (3) kebiasaan atau skill yang dimiliki oleh smasher/tipe
smasher.
B. Kerangka Pikir
C.
D.
E.
F.
G.
Gambar 2.3. Skema Kerangka Pikir
Cabang olahraga bolavoli merupakan salah satu jenis olahraga permainan
memiliki system jalur terbuka (open loop), artinya pada saat permainan berlangsung,
34
bola yang datang dari pihak lawan arahnya tidak dapat diduga-duga. Hal ini
dibutuhkan seleksi stimulus yang dating sebelum mempersiapkan respon yang paling
tepat. Dengan kata lain, untuk menerima serangan lawan dibutuhkan antisipasi ke
arah mana bola yang diservis lawan, ke arah mana bola yang di smash lawan, apakah
bola tersebut di smash atau tidak jadi di smash, hal tersebut perlu
pendugaan/perkiraan sehingga dalam bergerak tidak salah langkah, namun sebaliknya
kita dapat melakukan gerakan dengan tepat dan akurat dalam menerima serangan
lawan. Untuk dapat mengantisipasi bola-bola yang datang dari lawan serta dalam
melakukan serangan, dibutuhkan figur pemain yang dapat menunjang ke arah pola
gerak tersebut. Tinggi badan sangat berperan dalam melakukan servis bawah
maupun dalam melakukan smash, kekuatan otot lengan dan keseimbangan
dibutuhkan dalam menjangkau bola-bola sulit yang datang dari serangan lawan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai
berikut:
1. Jika ada sekelompok siswa, maka diduga ada pengaruh langsung kekuatan
otot lengan terhadap tinggi badan dalam permainan bolavoli pada siswa SMP
Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
2. Jika ada sekelompok siswa, maka diduga ada pengaruh langsung
keseimbangan dinamis terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan
bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
35
3. Jika ada sekelompok siswa, maka diduga ada pengaruh langsung kekuatan
otot lengan terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli
pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
4. Jika ada sekelompok siswa, maka diduga ada pengaruh langsung
keseimbangan dinamis terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan
bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
5. Jika ada sekelompok siswa, maka diduga ada pengaruh langsung tinggi badan
terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa
SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
6. Jika ada sekelompok siswa, maka diduga ada pengaruh tidak langsung
kekuatan otot lengan melalui tinggi badan terhadap kemampuan passing
bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar.
7. Jika ada sekelompok siswa, maka diduga ada pengaruh tidak langsung
keseimbangan dinamis melalui tinggi badan terhadap kemampuan passing
bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar.
C. Hipotesis Penelitian
Beradasakan latar belakang, tinjauan puataka, dan kerangka pikir, maka
hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
36
1. ada pengaruh langsung kekuatan otot lengan terhadap tinggi badan dalam
permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
2. ada pengaruh langsung keseimbangan dinamis terhadap tinggi badan dalam
permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
3. ada pengaruh langsung kekuatan otot lengan terhadap kemampuan passing
bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar.
4. ada pengaruh langsung keseimbangan dinamis terhadap kemampuan passing
bawah dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar.
5. ada pengaruh langsung tinggi badan terhadap kemampuan passing bawah
dalam permainan bolavoli pada siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten
Polewali Mandar.
6. ada pengaruh tidak langsung kekuatan otot lengan melalui tinggi badan
terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa
SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
7. ada pengaruh tidak langsung keseimbangan dinamis melalui tinggi badan
terhadap kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa
SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada dasarnya metode merupakan teknik atau cara yang dipergunakan untuk
mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sitematis dalam
mengungkapkan dan memberi jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam
suatu penelitian, sehingga arah dan tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran sesuai
dengan apa yang ditemukan dalam penelitian dan betul-betul sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah jenis penelitian ex pos facto. Menurut
Sudaryono (2013:11) dalam penelitiaan ex pos facto, peneliti menyelidiki
permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variable – variabel. Variabel terikat
dalam penelitian seperti ini segera dapat diamati dan persoalan utama peneliti
selanjutnya adalah menemukan penyebab yang menimbulkan akibat tersebut. Lokasi
penelitian yang dipilih adalah di SMPN Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu gejala yang timbul dalam pelaksanaan
penelitian, gejala bervariasi tersebut memiliki karakteristik tertentu dan menjadi
37
38
objek penelitian.Menurut Ibnu dalam Winarno (2011:26), variabel adalah suatu
konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori, atau kondisi.
Sedangkan Sugiyono (2011:2), mengatakan bahwa: “Variabel penelitian pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Adapun variabel yang ingin diteliti adalah:
a. Variabel bebas ( variabel independent )- Kekuatan otot lengan- Keseimbangan Dinamis
b. Variabel moderating- Tinggi Badan
c. Variabel terikat ( variabel dependent )- Permainan Bolavoli
2. Desain Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain penelitian Analisis Jalur (Path Analisys). Secara
sederhana, rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut :
-
Gambar 3.1 Desain Penelitian Analisis Jalur (path Analisys)Sumber : Sugiyono
X1
X2
YX3
39
Keterangan:
X1 = kekuatan otot lengan
X2 = Keseimbangan Dinamis
X3 = Tingi Badan
Y = Kemampuan bolavoli
C. Definisi Operasional
Variabel yang diteliti perlu didefenisikan dalam bentuk operasional agar lebih
pasti dan tidak membingungkan. Untuk maksud tersebut diberikan definisi
operasional variabel penelitian sebagai berikut :
1. Kekuatan otot lengan
Kekuatan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk
menerima beban sewaktu bekerja/beraktivitas. Otot lengan yang kuat sangat
dibutuhkan karena akan memengaruhi gerakan sehingga bola dapat sampai ke
sasaran.
2. Keseimbangan dinamis
Keseimbangna dinamis adalah kemampuan siswa mempertahankan posisi
tubuhnya untuk menahan beban atau tahanan yang dilakukan secara dinamis
atau berdiri dengan satu kaki dan dalam posisi jinjit, dan hasilnya ditampilkan
dalam bentuk poin.
40
3. Tinggi badan
Tinggi badan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran
tinggi badan siswa. Satuan pengukuran adalah cm.
4. Kemampuan bolavoli
Keterampilan bermain bolavoli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil yang dicapai siswa dalam melakukan tes keterampilan bolavoli passing
bawah.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan suatu kumpulan atau kelompok individu yang dapat
diamati oleh orang lain yang memiliki perhatian terhadapnya. Menurut Sugiyono
(2011:61) mengungkapkan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Putrawan dalam Winarno (2011:79) mengatakan bahwa:
populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang kita tentukan.
Berdasarkan pandangan beberapa pakar tersebut, maka populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Polewali
41
2. Sampel
Sugiyono (2011:62) mendefinisikan “Sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.Sedangkan menurut Winarno (2011:83)
mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi pusat
penelitian kita, dalam ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 30 orang siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali mandar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan suatu penelitian
adalah penggunaan instrument tes yang valid. Dengan instrument yang handal, data
yang terkumpul akan semakin obyektif, reabilitas dan valid.
1. Tes Kekuatan Lengan (Push-Up)
a. Tujuan :Untuk mengukur kekuatan otot lengan.
b. Alat dan perlengkapan :
1) Ruangan berlantai rata/datar,
2) stopwatch,
3) Formulir tes dan alat tulis.
c. Pelaksanaan tes :
1) Peserta tes telungkup kedua lengan lurus ke bawah dipakai untuk menahan
berat badan.
42
2) Telapak tangan selurus bahu, kaki menempel di lantai dan pinggul tidak
boleh menyentuh lantai.
3) Pada aba-aba “YA” peserta mulai menurunkan dan menaikkan badannya
dan berhenti setelah ada aba-aba “STOP” atau jika tidak mampu
melanjutkan gerakan sampai waktu habis.
d. Penilaian : jumlah gerakan yang sempurna yang dilakukan selama 60 detik.
2. Keseimbangan
Tes keseimbangan ini bertujuan untuk mengukur keseimbangan dinamis.
Peralatan yang digunakan dalam tes ini adalah: (1) Ruang yang datar. (2)
Stopwatch. (3) 11 potong pita plastik. (4) Tanda berukran 1 x ¾ inci (2,54 x 1,9
cm). (5) Pita ukur atau penggaris. (6) Blanko/Formulir Tes. (7) Alat Tulis
Menulis.
Peserta tes berdiri pada kaki kanan sebagai awal, kemudian lompat ke tanda
pertama bertumpu pada kaki kiri, kemudian pertahankan sikap berdiri dalam posisi
statis selama 5 detik. Selanjutnya lompat kembali ke tanda kedua bertumpu pada
kaki kanan kemudian pertahankan sikap selama 5 detik. Dilanjutkan dengan kaki
lain, melompat dan mempertahankan sikap statis selama 5 detik, sampai tes ini
diselesaikan. Ujung telapak kaki peserta tes harus benar-benar dapat menutupi
setiap tanda pita plastik, sehingga tidak dapat dilihat. Percobaan dikatakan berhasil
apabila setiap pita plastik tertutup oleh ujung telapak kaki, tumit tidak menyentuh
lantai atau bagian badan lainnya, serta dapat mempertahankan sikap statis setiap
pita plastik selama 5 detik dengan ujung telapak kaki tetap menutupi pita plastik
43
dan berdiri tegak dengan satu kaki tumpu. Ujung kaki yang lain diletakkan
dibelakang lutut kaki lainnya dan letakkan kedua tangan dipinggul. Dengan aba-
aba yang diberikan peserta tes mengangkat tumitnya dari lantai atau menjinjit dan
pertahankan sikap ini selama mungkin, tumit tanpa menyentuh lantai atau
menggeserkan ujung telapak kaki dari tempat semula atau memindahkan kedua
tangan dari pinggul.
1 3 7 9 10
start 5
2 4 6 8
30’’ 30” 60” 30” 30”
3. Tinggi Badan
Tinggi badan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran tinggi
badan siswa. Satuan pengukuran adalah cm.
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif,
maupun inferensial atau uji hipotesis untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian.
Adapun gambaran yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
44
1. Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
umum tentang data yang meliputi: total nilai, nilai rata-rata, standar deviasi,
rentang nilai, nilai maksimal dan nilai minimal.
2. Analisis secara inferensial digunakan untuk menguji hipotesi-hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji Analisis Jalur (Path Analysis).
Jadi keseluruhan analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis komputer dengan bantuan program SPSS Versi 20.00 dengan taraf
signifikan 95% atau α 0,05.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyajian hasil-hasil analisis data dalam bab ini merupakan rangkuman hasil
analisis menggunakan program SPSS, sedangkan hasil perhitungan statistik secara
lengkap dapat dilihat pada bagian lampiran.
A. Deskripsi Data
Untuk mendapatkan gambaran umum data suatu penelitian maka
digunakanlah analisis data deskriptif terhadap data Kekuatan otot lengan,
Keseimbangan dinamis, dan Tinggi badan Terhadap Kemampuan Passing bawah
Pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar
. Hal ini dimaksudkan untuk memberi makna pada hasil analisis yang telah
dilakukan. Hasil analisis deskriptif data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil analisis deskriptif data Kekuatan otot lengan, Keseimbangan dinamis, dan Tinggi badan Terhadap Kemampuan Passing bawah Pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Variabel N Sum Mean Stdv Range Min Max VarianceKekuatan otot
lengan30
1066 35.53 5.412 17 28 45 29.292
Keseimbangan dinamis
30
2401 80.03 6.100 22 68 90 37.206
Tinggi badan 30
4886 162.87 3.954 14 155 169 15.637
Kemampuan passing bawah
30
699 23.30 2.246 7 20 27 5.045
45
46
Tabel tersebut diatas merupakan gambaran deskriptif variabel Kekuatan otot
lengan, Keseimbangan dinamis, dan Tinggi badan Terhadap Kemampuan Passing
bawah Pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar. Adapun
kesimpulan hasil pada tabel diatas untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1. Kekuatan otot lengan
Berdasarkan data hasil penelitian Kekuatan otot lengan (X1) pada Siswa SMP
Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar, maka diperoleh nilai maksimum 45,
nilai minimum 28, sehingga rentangnya 17. nilai rata-rata sebesar 35,53, simpangan
baku (s) sebesar 5,41 dan varians sebesar 29,29.
2. Keseimbangan dinamis
Berdasarkan data hasil penelitian Keseimbangan dinamis (X2) pada Siswa
SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar, maka diperoleh nilai
maksimum 90, nilai minimum 68, sehingga rentangnya 22. nilai rata-rata sebesar
80,03, simpangan baku (s) sebesar 3,95 dan varians sebesar 37,20.
3. Tinggi badan
Berdasarkan data hasil penelitian Tinggi badan (X3) pada Siswa SMP Negeri 2
Polewali Kabupaten Polewali Mandar, maka diperoleh nilai maksimum 169, Nilai
minimum 155, sehingga rentangnya 14. nilai rata-rata sebesar 162,87, simpangan
baku (s) sebesar 3,95 dan varians sebesar 15,63.
4. Kemampuan passing bawah
Berdasarkan data hasil penelitian Kemampuan passing bawah (Y) pada Siswa
SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar, maka diperoleh nilai
47
maksimum 27, nilai minimum 20, sehingga rentangnya 7. nilai rata-rata sebesar
23,30, simpangan baku (s) sebesar 2,24 dan varians sebesar 5,04.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Berhubung karena pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
statistik dengan teknik Analisis Jalur (Path Analysis), maka perlu dilakukan uji
persyaratan analisis, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menarik kesimpulan,
dalam penelitian ini uji persyaratan yang dimaksud meliputi: uji normalitas data dan
uji linearitas data.
1. Uji Normalitas Data
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar uji parametrik dapat digunakan
dalam penelitian adalah data harus mengikuti sebaran normal, maka dilakukan uji
normalitas data. Pengujian normalitas data dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh pada hasil penelitian berada pada sebaran normal. Pengujian
normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov.
Kriteria untuk menyatakan apakah data berasal dari sampel yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien
Sig. Atau nilai P dengan 0,05 (taraf Signifikan). Apabila nilai P lebih besar dari 0,05
(taraf signifikansi) yang berarti tidak signifikan, maka memiliki makna bahwa data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya apabila P-Value lebih
kecil dari 0.05 yang berarti signifikan, maka memiliki makna bahwa data berasal dari
populasi yang berdistribusikan tidak normal.
48
Adapun hasil pengujian normalitas data variabel Kekuatan otot lengan,
Keseimbangan dinamis, dan Tinggi badan Terhadap Kemampuan Passing bawah
Pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 4.2. Hasil pengujian normalitas data variabel Kekuatan otot lengan, Keseimbangan dinamis, dan Tinggi badan Terhadap Kemampuan Passing bawah Pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Variabel KS-Z P α Ket.Kekuatan otot lengan 0,986 0,285 0,05 Normal
Keseimbangan dinamis 0,718 0,681 0,05 NormalTinggi badan 0,908 0,382 0,05 Normal
Kemampuan passing bawah 0,961 0,314 0,05 Normal
Berdasarkan tabel hasil pengujian normalitas data menggunakan Uji
Kolmogorov Smirnov diatas dapat diketahui hasil untuk masing-masing variabel
sebagai berikut:
a. variabel Kekuatan otot lengan (X1) pada tabel diatas menunjukkan bahwa data
tersebut berada pada sebaran normal, karena nilai P yang diperoleh lebih besar dari
0,05 (taraf signifikan) yaitu 0,285>0,05
b. Variabel Keseimbangan dinamis (X2) pada tabel ditas menunjukkan bahwa data
tersebut berada pada sebaran normal, karena nilai P-Value yang diperoleh lebih
besar dari 0,05 (taraf signifikan) yaitu 0,681>0,05
49
c. Variabel Tinggi badan (X3) pada tabel ditas menunjukkan bahwa data tersebut
berada pada sebaran normal, karena nilai P-Value yang diperoleh lebih besar dari
0,05 (taraf signifikan) yaitu 0,382>0,05
d. Variabel Kemampuan passing bawah (Y) pada tabel ditas menunjukkan bahwa
data tersebut berada pada sebaran normal, karena nilai P-Value yang diperoleh
lebih besar dari 0,05 (taraf signifikan) yaitu 0,314>0,05
2. Analisis Linearitas Data
Sebuah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini perlu diuji dan dibuktikan
melalui data empiris yang diperoleh dilapangan melalui tes dan pengukuran terhadap
seluruh variabel yang diteliti. Karena data penelitian ini mengikuti sebaran normal,
maka untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan analisis statistik parametrik
dengan menggunakan analisis linearitas. Analisis linearitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dua variabel mempunyai pengaruh yang linear atau tidak linear
secara signifikan. Salah satu persyaratan suatu data dikatakan linear apabila Pvalue
lebih besar dari 0,05 (Pvalue>0,05). Adapun hasil linearitas antar variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis linearitas Kekuatan otot lengan terhadap Tinggi badan pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Pengujian linearitas variabel Kekuatan otot lengan terhadap Tinggi badan
dilakukan untuk mengetahui apakah antara Kekuatan otot lengan terhadap Tinggi
badan mempunyai pengaruh yang linear atau tidak secara signifikan. Adapun hasil
50
pengujian linearitas variabel Kekuatan otot lengan terhadap Tinggi badan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Hasil uji linearitas Kekuatan otot lengan terhadap Tinggi badan pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Variabel Nilai P Α KetKekuatan otot lengan terhadap Tinggi badan
0,720 0,05 Linear
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil uji linearitas dari variabel
Kekuatan otot lengan terhadap variabel Tinggi badan diperoleh nilai linearitas sebesar
0,720, karena nilai linearitas data tersebut lebih besar dari 0,05 (0,720>0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa antara Kekuatan otot lengan dengan Tinggi badan terdapat
pengaruh yang linear.
b. Analisis linearitas Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Pengujian linearitas variabel Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan
dilakukan untuk mengetahui apakah antara Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi
badan mempunyai pengaruh yang linear atau tidak secara signifikan. Adapun hasil
pengujian linearitas variabel Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4. Hasil uji linearitas Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan pada Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Variabel Nilai P α KetKeseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan
0,848 0,05 Linear
51
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil uji linearitas dari variabel
Keseimbangan dinamis terhadap variabel Tinggi badan diperoleh nilai linearitas
sebesar 0,848 karena nilai linearitas data tersebut lebih besar dari 0,05 (0,848>0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa antara Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan
terdapat pengaruh yang linear.
c. Analisis linearitas Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Pengujian linearitas variabel Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan
passing bawah dilakukan untuk mengetahui apakah antara Kekuatan otot lengan
terhadap Kemampuan passing bawah mempunyai pengaruh yang linear atau tidak
secara signifikan. Adapun hasil pengujian linearitas variabel Kekuatan otot lengan
terhadap Kemampuan passing bawah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5. Hasil uji linearitas Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Variabel Nilai P α KetKekuatan otot lengan terhadap Kemampuan passing bawah
0,459 0,05 Linear
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil uji linearitas dari variabel
Kekuatan otot lengan terhadap variabel Kemampuan passing bawah diperoleh nilai
linearitas sebesar 0,459, karena nilai linearitas data tersebut lebih besar dari 0,05
(0,459>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa antara Kekuatan otot lengan dengan
Kemampuan passing bawah terdapat pengaruh yang linear.
52
d. Analisis linearitas Keseimbangan dinamis terhadap Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Pengujian linearitas variabel Keseimbangan dinamis terhadap Kemampuan
passing bawah dilakukan untuk mengetahui apakah antara Keseimbangan dinamis
terhadap Kemampuan passing bawah mempunyai pengaruh yang linear atau tidak
secara signifikan. Adapun hasil pengujian linearitas variabel Keseimbangan dinamis
terhadap Kemampuan passing bawah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6. Hasil uji linearitas Keseimbangan dinamis terhadap Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Variabel Nilai P α KetKeseimbangan dinamis terhadap Kemampuan passing bawah
0,491 0,05 Linear
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil uji linearitas dari variabel
Keseimbangan dinamis terhadap variabel Kemampuan passing bawah diperoleh nilai
linearitas sebesar 0,491, karena nilai linearitas data tersebut lebih besar dari 0,05
(0,491>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa antara Keseimbangan dinamis terhadap
Kemampuan passing bawah terdapat pengaruh yang linear.
e. Analisis linearitas Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Pengujian linearitas variabel Tinggi badan terhadap Kemampuan passing
bawah dilakukan untuk mengetahui apakah antara Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah mempunyai pengaruh yang linear atau tidak secara
53
signifikan. Adapun hasil pengujian linearitas variabel Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7. Hasil uji linearitas Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Variabel Nilai P α KetTinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah
0,189 0,05 Linear
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil uji linearitas dari variabel Tinggi
badan terhadap variabel Kemampuan passing bawah diperoleh nilai linearitas sebesar
0,189, karena nilai linearitas data tersebut lebih besar dari 0,05 (0,189>0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa antara Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah
terdapat pengaruh yang linear.
C. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menurunkan tujuh hipotesis, dimana ketujuhnya harus diuji
kebenarannya dengan menggunakan analisis statistik inverensial yakni dengan
menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis). Secara beruntun, hipotesis dalam
penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut:
Model persamaan struktural dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
54
βyx1
βx3x1
βyx3
βx3x2
βyx2
Gambar 4.1. Model Persamaan Struktur
Keterangan:
X1 : Kekuatan otot lenganX2 : Keseimbangan dinamisX3 : Tinggi badanY : Kemampuan passing bawahβx3x1,βx3x2, βyx1, βyx2, βyx3 : koefisien persamaan struktur
berdasarkan model persamaan struktur diatas, selanjutnya dalam penelitian ini
model persamaan sturktur tersebut dibedakan menjadi 2 sub struktur. Persamaan
struktur sub 1 merupakan model persamaan antara variabel Kekuatan otot lengan,
Keseimbangan dinamis, Tinggi badan dan Kemampuan passing bawah. Adapun
model persamaan sub struktur tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Sub Struktur I
βx3x1
βx3x2
X1
X2
YX3
X1
X2
X3
55
Gambar 4.2 Model Persamaan Struktur 1
Sub Struktur II
βyx1
βyx3
βyx2
Gambar 4.3 Model persamaan Struktur II
Berdasarkan gambaran model persamaan struktural di atas, dimana terdapat
dua model persamaan struktur dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini.
Adapun hasil pengujian hipotesis untuk setiap struktur yang dikemukakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis Sub Strukur I
βx3x1
βx3x2
Gambar 4.4 Model Pengujian Hipotesis Sub Struktur I
Berdasarkan pada model pengujian hipotesis sub struktur 1 pada gambar di
atas, ada tiga hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis tersebut adalah:
X1
X2
YX3
X1
X2
X3
56
1. H0: Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan
terhadap Tinggi badan
H1: Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan terhadap
Tinggi badan
2. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung signifikian Keseimbangan dinamis
terhadap Tinggi badan
H1 : Terdapat pengaruh langsung signifikan Keseimbangan dinamis terhadap
Tinggi badan.
Berdasarkan pada model persamaan struktur 1 diatas, selanjutnya hipotesis
tersebut dilakukan pengujian. Adapun hasil pengujian hipotesis model persamaan sub
struktur 1 adalah sebagai berikut:
a. Uji Hipotesis Individual Sub Struktur I
hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 : βx3x1= 0
H1 : βx3x1≠ 0
2. H0 : βx3x2= 0
H1 : βx3x2≠ 0
Secara kalimat sebagai berikut:
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan
terdahap Tinggi badan.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan
terhadap Tinggi badan.
57
2. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Keseimbangan dinamis
terhadap Tinggi badan.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Keseimbangan dinamis
terhadap Tinggi badan.
Pengujian hipotesis dari data setiap variabel yang dikemukakan pada hipotesis
tersebut dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. Adapun hasil yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel koefisien persamaan struktural model 1 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Hasil analisis multivariat regresi struktur 1 variabel Kekuatan otot lengan, Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan.
Variabel Beta P Α
Kekuatan otot lengan
0,283 0,012 0,05
Keseimbangan dinamis
0,464 0,023 0,05
Persamaan diatas dikatakan layak untuk digunakan karena nilai P pada uji
tersebut <0,05. Dari tabel koefisien Model Sub Struktur 1 diatas diperoleh nilai
koefisien persamaan struktural untuk variabel Kekuatan otot lengan sebesar -0,012.
Sedangkan nilai signifikan yang diperoleh untuk variabel Kekuatan otot lengan
adalah 0,283 Karena nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,012 <0,05) maka dapat
diambil keputusan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh langsung yang signifikan
Kekuatan otot lengan terhadap Tinggi badan.
Koefisien persamaan struktural yang diperoleh untuk variabel Keseimbangan
dinamis adalah 0,464. Sedangkan nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,023.
58
Karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,023<0,05) maka dapat diambil
kesimpulan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh langsung yang signifikan
Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan.
2. Pengujian Hipotesis Sub Struktur II
Model kedua yang diajukan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian
persamaan yaitu Model Sub Struktur 2. Adapun gambaran model tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
βyx1
βyx3
βyx2
Gambar 4.5. Model Pengujian Hipotesis Sub Struktur 2
Berdasarkan pada model pengujian hipotesis sub struktur 2 pada gambar
diatas, ada tiga hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut:
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan
terhadap Kemampuan passing bawah.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan
terhadap Kemampuan passing bawah.
2. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Keseimbangan dinamis
terhadap Kemampuan passing bawah
X1
X2
YX3
59
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Keseimbangan dinamis
terhadap Kemampuan passing bawah.
3. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada model persamaan struktur 2 diatas,
selanjutnya pengujian hipotesis menggunakan SPSS versi 20. Adapun hasil pengujian
hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Uji Hipotesis Individual Sub Struktur 2
1. H0 : βyx1 = 0
H1 : βyx1≠ 0
2. H0 : βyx2 = 0
H1 : βyx2≠ 0
3. H0 : βyx3 = 0
H1 : βyx3≠ 0
Secara kalimat sebagai berikut:
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan
terhadap Kemampuan passing bawah.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Kekuatan otot lengan
terhadap Kemampuan passing bawah.
60
2. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Keseimbangan dinamis
terhadap Kemampuan passing bawah.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Keseimbangan dinamis
terhadap Kemampuan passing bawah.
3. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan diatas, adapun hasil pengolahan data
menggunakan program SPSS versi 20 untuk hipotesis tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.9. Hasil analisis multivariat regresi struktur 2 Variabel Kekuatan otot lengan, Keseimbangan dinamis dan Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah
Variabel Beta P α
Kekuatan otot lengan 0,342 0,001 0,05
Keseimbangan dinamis
0,237 0,017 0,05
Tinggi badan 0,504 0,000 0,05
Dari tabel koefisien sub struktur 2 diatas diperoleh nilai koefisien persamaan
struktural untuk variabel Kekuatan otot lengan sebesar 0,342 dengan signifikan yang
diperoleh adalah 0,001. Karena nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,001<0,05) maka
61
dapat diambil keputusan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh langsung yang
signifikan Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan passing bawah.
Nilai koefisien Keseimbangan dinamis sebesar 0,237 dengan signifikan yang
diperoleh 0,017. Karena nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,017<0,05) maka dapat
diambil keputusan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh langsung yang signifikan
Keseimbangan dinamis terhadap Kemampuan passing bawah. Sedangkan perolehan
nilai koefisien Tinggi badan sebesar 0,504 dengan signifikan yang diperoleh 0,007.
Karena nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,000<0,05) maka dapat diambil keputusan
H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh langsung yang signifikan Tinggi badan
terhadap Kemampuan passing bawah.
Mengingat dalam desain analisis jalur terdapat pengaruh secara tidak
langsung, maka hipotesis tersebut juga perlu di uji apakah memiliki pengaruh tidak
langsung yang signifikan atau tidak memiliki pengaruh tidak langsung yang
signifikan. Koefisien yang dapat menjelaskan pengaruh antar variabel ini adalah
standarized coefficient beta. Dalam hal ini akan dilihat hasil hipotesis ke enam yaitu
pengaruh tidak langsung Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah. Dan hipotesis ke tujuh yaitu pengaruh tidak langsung
Keseimbangan dinamis melalui Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah.
Pada hipotesis ke enam yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh tidak
langsung Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan terhadap Kemampuan passing
bawah. Diketahui nilai koefisien beta pengaruh langsung Kekuatan otot lengan
terhadap Tinggi badan adalah 0,283 dan nilai koefisien beta pengaruh langsung
62
Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah adalah 0,504. Maka nilai
koefisien beta pengaruh tidak langsung Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan
terhadap Kemampuan passing bawah adalah 0,283x0,504=0,142. Hasil ini
menunjukkan nilai koefisien beta tersebut lebih kecil dibanding nilai koefisien beta
Pengaruh langsung Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan passing bawah
sebesar 0,342 (0,142<0,342). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh tidak langsung antara Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah.
Pada hipotesis ke tujuh yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh tidak
langsung Keseimbangan dinamis melalui Tinggi badan terhadap Kemampuan passing
bawah. Diketahui nilai koefisien beta pengaruh langsung Keseimbangan dinamis
terhadap Tinggi badan adalah 0,464 dan nilai koefisien beta pengaruh langsung
Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah adalah 0,504. Maka nilai
koefisien beta pengaruh tidak langsung Keseimbangan dinamis melalui Tinggi badan
terhadap Kemampuan passing bawah adalah 0,464x0,504=0,233. Hasil ini
menunjukkan nilai koefisien beta tersebut lebih kecil dibanding nilai koefisien beta
Pengaruh langsung Keseimbangan dinamis terhadap Kemampuan passing bawah
sebesar 0,237 (0,233<0,237). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh tidak langsung antara Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah.
Berdasarkan hasil pengujian untuk stuktur 1 dan struktur 2, maka diperolah
hasil diagram jalur keseluruhan variabel adalah sebagai berikut.
X1
63
βyx1= 0,342
βx3x1= 0,283 βyx3x1 = 0,142
βyx3 = 0,504
βyx3x2 = 0,233 βx3x2 = 0,464
βyx2 = 0,237
Gambar 4.6. Model Hasil Pengujian Sub Struktur 1 dan Sub Struktur 2
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi dari variabel Kekuatan otot
lengan, Keseimbangan dinamis, Tinggi badan dan Kemampuan passing bawah.
Selanjutnya pengujian hipotesis perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan
interpretasi antara hasil analisis yang dicapai dengan teori yang mendasari penulisan.
Penjelasan ini diperlukan agar dapat diketahui kesesuaian teori dengan hasil
penelitian yang dicapai.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa dari tujuh hipotesis
yang diajukan terdapat pengaruh yang signifikan. Dengan kata lain ada tujuh
hipotesis yang diterima dan signifikan. Untuk mengetahui bagaimana keadaan
pengaruh antara variabel Kekuatan otot lengan, Keseimbangan dinamis, Tinggi badan
dan Kemampuan passing bawah dapat di jabarkan sebagai berikut.
X2
YX3
64
Hipotesis pertama yaitu ada pengaruh langsung Kekuatan otot lengan terhadap
Tinggi badan. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai signifikan yang
diperoleh adalah 0,012 karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (0,012<0,05)
maka hipotesis yang diajukan diterima. Dengan kata lain Kekuatan otot lengan
berpengaruh langsung terhadap Tinggi badan. Hipotesis kedua yaitu ada pengaruh
langsung Keseimbangan dinamis terhadap Tinggi badan. Berdasarkan hasil uji
hipotesis yang dilakukan, nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,023 karena nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05 (0,023<0,05) maka hipotesis yang diajukan diterima.
Dengan kata lain Keseimbangan dinamis berpengaruh langsung terhadap Tinggi
badan. Dalam mempelajari berbagai kemampuan gerak yang baru, maka jelaslah
harus mempunyai tinggi badan yang baik. Selain itu, dengan seringnya melakukan
aktivitas yang beragam dan melingkupi aspek olahraga yang dibutuhkan juga dapat
membantu perkembangan dan pertumbuhan seseorang. Karena dengan banyaknya
aktivitas gerak dapat membantu semakin aktifnya organ-organ dalam tubuh untuk
bekerja. Dengan demikin berdampak pula terhadap peningkatan ukuran dan
kemampuan dari bagian-bagian tubuh yang sering digerakkan. Keseimbangan
dinamis merupakan kunci yang menentukan fisiologis atlet dari performance dan
yang penting adalah memeperbaiki tujuan dari program latihan. Oleh karena itu
Keseimbangan dinamis sangat erat kaitannya dengan Tinggi badan.
Hipotesis ketiga yaitu ada pengaruh langsung Kekuatan otot lengan terhadap
Kemampuan passing bawah. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai
signifikan yang diperoleh adalah 0,001 karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
65
(0,001<0,05) maka hipotesis yang diajukan diterima. Dengan kata lain, Kekuatan otot
lengan berpengaruh langsung terhadap Kemampuan passing bawah. Hal ini
memberikan sumbangan kepada individu untuk dapat tampil di berbagai keterampilan
motorik. Artinya bahwa untuk dapat melakukan aktivitas dengan baik harus ditunjang
dengan Kemampuan passing bawah yang baik pula. Kekuatan otot lengan
pengaruhnya dengan Kemampuan passing bawah sangat berpengaruh dalam olahraga
karena setiap orang yang mempunyai Kekuatan otot lengan yang ideal dan
Kemampuan passing bawah yang dimiliki bisa menunjang pada cabang olahraganya.
Hipotesis keempat yaitu ada pengaruh langsung Keseimbangan dinamis
terhadap Kemampuan passing bawah. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan,
nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,017 karena nilai signifikan lebih kecil dari
0,05 (0,017<0,05) maka hipotesis yang diajukan diterima. Dengan kata lain,
Keseimbangan dinamis berpengaruh langsung terhadap Kemampuan passing bawah.
Keseimbangan dinamis merupakan kunci yang menentukan fisiologis atlet dari
performance dan yang penting adalah memeperbaiki tujuan dari program latihan.
Oleh karena itu Keseimbangan dinamis sangat erat kaitannya dengan Kemampuan
passing bawah yang baik pula.
Hipotesis kelima yaitu ada pengaruh langsung Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai
signifikan yang diperoleh adalah 0,000 karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis yang diajukan diterima. Dengan kata lain, Tinggi badan
berpengaruh langsung terhadap Kemampuan passing bawah.
66
Hipotesis keenam yaitu ada pengaruh tidak langsung Kekuatan otot lengan
melalui Tinggi badan terhadap Kemampuan passing bawah. Berdasarkan hasil uji
hipotesis yang dilakukan, nilai koefisien beta yang diperoleh adalah 0,142. karena
nilai koefisien beta yang diperoleh lebih kecil jika dibandingkan koefisien beta
pengaruh langsung Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan passing bawah yaitu
0,342 (0,142<0,342) maka hipotesis yang diajukan ditolak. Ini berarti bahwa tidak
terdapat pengaruh tidak langsung antara Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan
terhadap Kemampuan passing bawah. Jika dihubungkan berdasarkan hipotesis ketiga
dimana terdapat pengaruh langsung Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan
passing bawah, terdapat perubahan yang signifikan. Dimana jika turut dipengaruhi
oleh Tinggi badan, maka tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan. Hal
ini berarti bahwa walaupun Kekuatan otot lengan tidak berpengaruh banyak terhadap
Kemampuan passing bawah jika Tinggi badan ikut berpengaruh, maka tidak terdapat
pengaruh tidak langsung antara Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah. Kemampuan passing bawah merupakan kemampuan
yang mengharuskan seseorang mempunyai Kekuatan otot lengan yang ideal,
kemampuan gerak, kemampuan fisik, kemampuan tehnik dan kemampuan mental
yang baik. Sehingga jika seseorang memiliki Kekuatan otot lengan yang ideal maka
seseorang berpotensi untuk mempunyai Kemampuan passing bawah yang lebih baik
pula.
Hipotesis ketujuh yaitu ada pengaruh tidak langsung antara Keseimbangan
dinamis melalui Struktur terhadap Kemampuan passing bawah. Berdasarkan hasil uji
67
hipotesis yang dilakukan, nilai koefisien beta yang diperoleh adalah 0,233. karena
nilai koefisien beta yang diperoleh lebih kecil jika dibandingkan koefisien beta
pengaruh langsung Keseimbangan dinamis terhadap Kemampuan passing bawah
yaitu 0,237 (0,233<0,237) maka hipotesis yang diajukan ditolak. Ini berarti bahwa
tidak terdapat pengaruh tidak langsung antara Keseimbangan dinamis melalui Tinggi
badan terhadap Kemampuan passing bawah. Berdasarkan hipotesis keempat dimana
terdapat pengaruh langsung yang signifikan Keseimbangan dinamis terhadap
Kemampuan passing bawah. Jika seseorang memiliki Keseimbangan dinamis yang
baik, maka potensi untuk meningkatkan Kemampuan passing bawah akan semakin
besar karena Keseimbangan dinamis sangat menentukan performance seseorang
dalam melakukan teknik Kemampuan passing bawah.
Dengan demikian berarti bahwa untuk menjadi peserta passing bawah yang
terampil, ada banyak faktor yang dapat berpengaruh, selain faktor Kekuatan otot
lengan, Keseimbangan dinamis dan Tinggi badan. Ketika kita sudah mempunyai
modal dari ketiga faktor tersebut untuk peserta passing bawah. Namun, selain itu
faktor lain juga perlu diperhatikan. Karena dalam olahraga apapun, faktor fisik,
tehnik, taktik dan mental merupakan dasar yang paling diperlukan untuk menjadi
seorang olahragawan yang dapat berprestasi di kancah regional,nasional maupun
internasional.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bedasarkan analisis data dengan perhitungan statistik dan hasil pengujian
hipotesis serta dari pembahasan, maka hasil penelitian ini disimpulkan sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh langsung yang signifikan antara Kekuatan otot lengan terhadap
Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
2. Ada pengaruh langsung yang signifikan antara Keseimbangan dinamis terhadap
Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
3. Ada pengaruh langsung yang signifikan antara Kekuatan otot lengan terhadap
Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar
4. Ada pengaruh langsung yang signifikan antara Keseimbangan dinamis terhadap
Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
68
69
5. Ada pengaruh langsung yang signifikan antara Tinggi badan terhadap
Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
6. Ada pengaruh tidak langsung Kekuatan otot lengan melalui Tinggi badan
terhadap Kemampuan passing bawah Siswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten
Polewali Mandar.
7. Ada pengaruh tidak langsung antara Keseimbangan dinamis melalui Struktur
terhadap Kemampuan passing bawah iswa SMP Negeri 2 Polewali Kabupaten
Polewali Mandar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Pelatih dan Pembina olahraga, agar di dalam memilih atlet passing bawah yang
ingin dikembangkan harus memperhatikan unsur kekuatan otot lengan dan
keseimbangan dinamis sebagai penunjang dalam melakukan passing bawah
dalam permainan bola voli.
2. Bagi atlet, untuk meraih prestasi yang baik dalam passing bawah memerlukan
kerja keras dan latihan yang kontinyu dan berkaitan dengan teknik dasar passing
bawah. ilmu yang berguna sebagai bahan masukan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara L. Viera, MS; Bonnie Jill Ferguson, MS. (2000). Bola Voli Tingkat Pemula. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Burhan Nur, Gunawan, Marzuki. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Coaching Youth Volleyball. (2007). Melatih Bola Voli Remaja. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pramana.
Depdikbud. (1994). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. (1999). Petunjuk Tes Keterampilan Bolavoli Usia 13-15 Tahun. Jakarta: Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdiknas.
Dieter Beutelstal. (1986). Belajar Bermain Bola Volley. Bandung: Pioner Jaya.
Endang R, Panggung S, B. Suhartini. (2007). Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY.
Glen H. Egstrom, Frances Schaafsma. (1966). Volleyball. USA: Win C. Brown Company Publishers.
Harsono. ( 1988 ) Coacing dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coacing, Jakarta : P2LPTK Depdikbud.
Husain Usman. (2006). Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Machfud Irsyada. (2000). Bolavoli. Jakarta: Depdikbud RI, Dirjen Dikdasmen, Dirdikgutentis.
Muhajir. (2006). Pendidikan Jasmani dan Praktik. Jakarta, Erlangga.
M Muhyi. (2009). Meningkatkan Kebugaran Jasmani Melalui Permainan danOlahraga Bolavoli. Surabaya: PT. Grasindo.
M. Yunus. (1992). Olahraga Pilihan Bola Voli. Yogyakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Depdikbud.
70
71
Nurhasan. ( 2001 ). Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani, Prinsip-Prinsip dan Penerapannya, Departamen Pendidikan Nasional, Dikdasmen kerjasama Ditjen Olaraga.
Ngatman S. (2001). Petunjuk Praktikum Tes dan Pengukuran. Yogyakarta: FIK UNY.
--------------. (2005). Silabi Mata Kuliah Statistika.Yogyakarta: FIK UNY.
Nuril Ahmadi. (2007). Panduan Olahraga Bola Voli. Solo: Era pustaka Utama.
PBVSI. (2004). Peraturan Permainan Bolavoli. Jakarta: PBVSI.
Ricvhard H Cox. (1980). Teaching Volleyball. Minnesota: Burgess Publishing Company.
Roji ( 2004-2005 ). Pendidikan Jasmani Kurikulum 2004 Bebasis Kompetensi, Erlangga
Suhadi. (2005). Pengaruh Model Pembelajaran Bola Voli Suhadi Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Sekolah Dasar. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 3
Suharno HP. (1986). Metodik Melatih Permainan Bola Volley. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Sukardiyanto (2002). Pengantar Teori dan Metologi Melatih Fisik, Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yokyakarta.
---------------. (1984). Dasar-Dasar Permainan Bolavolley. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Theng KH. (1973). Permainan Volley Ball modern. Bandung: Kanisius.
72
LAMPIRAN
73
Lampiran 1: Data Kekuatan Otot Lengan, Keseimbangan Dinamis dan Tinggi
Badan Terhadap Kemampuan Passing Bawah Dalam Permainan
Bolavoli
NO NAMAKekuatan
otot lengan KESEIMBANGANTinggi badan
Passing bawah
1 A40 80 160 22
2 A42 80 162 23
3 R45 87 167 27
4 R43 85 165 25
5 M38 80 164 24
6 A28 70 155 20
7 A30 80 164 23
8 I35 75 160 22
9 H30 77 160 21
10 M43 85 158 25
11 R40 87 167 25
12 M38 90 168 26
13 T40 85 163 25
14 A28 80 156 20
15 T40 87 169 26
16 L35 84 165 25
17 S29 70 160 20
18 Y28 70 162 22
19 B35 85 165 24
20 H 40 83 167 25
74
21 A38 75 168 26
22 I35 90 168 26
23 A30 78 159 20
24 F33 80 163 23
25 K30 68 160 20
26 Z43 85 169 26
27 F35 75 160 22
28 A30 75 160 21
29 R37 80 164 24
30 J28 75 158 21
75
Lampiran 2. Analisis Descriptive dan Frekuensi
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Kekuatan Lengan 30 17 28 45 1066 35.53 .988 5.412 29.292
Keseimbangan 30 22 68 90 2401 80.03 1.114 6.100 37.206
Tinggi Badan 30 14 155 169 4886 162.87 .722 3.954 15.637
Passing Bawah 30 7 20 27 699 23.30 .410 2.246 5.045
Valid N (listwise) 30
Kekuatan Lengan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 28 4 13.3 13.3 13.3
29 1 3.3 3.3 16.7
30 5 16.7 16.7 33.3
33 1 3.3 3.3 36.7
35 5 16.7 16.7 53.3
37 1 3.3 3.3 56.7
38 3 10.0 10.0 66.7
40 5 16.7 16.7 83.3
42 1 3.3 3.3 86.7
43 3 10.0 10.0 96.7
45 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Keseimbangan
76
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 68 1 3.3 3.3 3.3
70 3 10.0 10.0 13.3
75 5 16.7 16.7 30.0
77 1 3.3 3.3 33.3
78 1 3.3 3.3 36.7
80 7 23.3 23.3 60.0
83 1 3.3 3.3 63.3
84 1 3.3 3.3 66.7
85 5 16.7 16.7 83.3
87 3 10.0 10.0 93.3
90 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tinggi Badan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 155 1 3.3 3.3 3.3
156 1 3.3 3.3 6.7
158 2 6.7 6.7 13.3
159 1 3.3 3.3 16.7
160 7 23.3 23.3 40.0
162 2 6.7 6.7 46.7
163 2 6.7 6.7 53.3
164 3 10.0 10.0 63.3
165 3 10.0 10.0 73.3
167 3 10.0 10.0 83.3
168 3 10.0 10.0 93.3
169 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Passing Bawah
77
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 5 16.7 16.7 16.7
21 3 10.0 10.0 26.7
22 4 13.3 13.3 40.0
23 3 10.0 10.0 50.0
24 3 10.0 10.0 60.0
25 6 20.0 20.0 80.0
26 5 16.7 16.7 96.7
27 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lampiran 3. Histogram
78
79
80
Lampiran 4. Analisis Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kekuatan
Lengan
Keseimbangan Tinggi Badan Passing Bawah
N 30 30 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 35.53 80.03 162.87 23.30
Std.
Deviation5.412 6.100 3.954 2.246
Most Extreme
Differences
Absolute .180 .131 .166 .175
Positive .180 .102 .166 .119
Negative -.129 -.131 -.119 -.175
Kolmogorov-Smirnov Z .986 .718 .908 .961
Asymp. Sig. (2-tailed) .285 .681 .382 .314
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
81
Lampiran 5. Analisis linearitas
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Tinggi Badan * Kekuatan
Lengan30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
Tinggi Badan *
Kekuatan
Lengan
Between
Groups
(Combined) 234.850 10 23.485 2.041 .087
Linearity 164.781 1 164.781 14.321 .001
Deviation
from
Linearity
70.069 9 7.785 .677 .720
Within Groups 218.617 19 11.506
Total 453.467 29
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Tinggi Badan * Kekuatan
Lengan.603 .363 .720 .518
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Tinggi Badan *
Keseimbangan30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
82
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Tinggi Badan *
Keseimbangan
Between
Groups
(Combined) 247.143 10 24.7142.27
6.059
Linearity 197.081 1 197.08118.1
49.000
Deviation
from
Linearity
50.062 9 5.562 .512 .848
Within Groups 206.324 19 10.859
Total 453.467 29
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Tinggi Badan *
Keseimbangan.659 .435 .738 .545
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Passing Bawah * Kekuatan
Lengan30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Passing Bawah *
Kekuatan
Between
Groups
(Combined) 112.217 10 11.222 6.256 .000
Linearity 95.753 1 95.753 53.378 .000
83
Lengan
Deviation
from
Linearity
16.464 9 1.829 1.020 .459
Within Groups 34.083 19 1.794
Total 146.300 29
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Passing Bawah * Kekuatan
Lengan.809 .654 .876 .767
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Passing Bawah *
Keseimbangan30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Passing Bawah *
Keseimbangan
Between
Groups
(Combined) 111.005 10 11.100 5.976 .000
Linearity 94.728 1 94.728 50.993 .000
Deviation from
Linearity16.277 9 1.809 .974 .491
Within Groups 35.295 19 1.858
Total 146.300 29
84
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Passing Bawah *
Keseimbangan.805 .647 .871 .759
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Passing Bawah * Tinggi
Badan30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean
Square
F Sig.
Passing Bawah *
Tinggi Badan
Between
Groups
(Combined) 126.943 11 11.540 10.731 .000
Linearity 109.861 1 109.861 102.158 .000
Deviation
from
Linearity
17.082 10 1.708 1.588 .189
Within Groups 19.357 18 1.075
Total 146.300 29
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Passing Bawah * Tinggi
Badan.867 .751 .931 .868
Lampiran 6. Analisis Regresi
85
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables Removed Method
1
Keseimbangan,
Kekuatan
Lenganb
. Enter
a. Dependent Variable: Tinggi Badan
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .690a .477 .438 2.965 .477 12.297 2 27 .000
a. Predictors: (Constant), Keseimbangan, Kekuatan Lengan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 216.160 2 108.080 12.297 .000b
Residual 237.306 27 8.789
Total 453.467 29
a. Dependent Variable: Tinggi Badan
b. Predictors: (Constant), Keseimbangan, Kekuatan Lengan
Coefficientsa
86
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 131.428 7.483 17.563 .000
Kekuatan
Lengan.207 .140 .283 1.473 .012
Keseimbangan .301 .125 .464 2.418 .023
a. Dependent Variable: Tinggi Badan
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1
Tinggi Badan,
Kekuatan Lengan,
Keseimbanganb
. Enter
a. Dependent Variable: Passing Bawah
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .951a .904 .893 .734 .904 81.755 3 26 .000
a. Predictors: (Constant), Tinggi Badan, Kekuatan Lengan, Keseimbangan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 132.278 3 44.093 81.755 .000b
Residual 14.022 26 .539
Total 146.300 29
a. Dependent Variable: Passing Bawah
b. Predictors: (Constant), Tinggi Badan, Kekuatan Lengan, Keseimbangan
87
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -35.383 6.534 -5.415 .000
Kekuatan Lengan .142 .036 .342 3.928 .001
Keseimbangan .087 .034 .237 2.560 .017
Tinggi Badan .287 .048 .504 6.011 .000
a. Dependent Variable: Passing Bawah
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
88
FOTO FROPIL TEMPAT PENELITIAN SMP NEGERI 2 POLEWALI
89
FOTO BERSAMA BAPAK DOSEN PEMBIMBING DAN KASEK SMPN 2 POLEWALI DAN TEMAN - TEMAN KELOMPOK
90
FOTO PENGARAHAN DARI BAPAK DOSEN PEMBIMBING
91
FOTO TES KEKUATAN OTOT LENGAN (PUSH UP 60 DETIK)
92
FOTO TES KESEIMBANGAN DINAMIS
93
FOTO PENGUKURAN TINGGI BADAN ( cm )
94
FOTO TES KEMAMPUAN PASSING BAWAH
95
96
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
97
98
Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Penelitian
99
RIWAYAT HIDUP
Ida S, lahir di Majene Kabupaten Majene pada
tanggal 4 Januari 1973, anak keempat dari lima
bersaudara dari pasangan Said Ibrahim dan Hj. Sitti Isa
Penulis mengawali jenjang pendidikan formal di SD
Negeri 004 Polewali dan selesai pada tahun 1986,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah tingkat pertama di SMP Negeri
2 Polewali dan selesai pada tahun 1989. Tahun 1992 menamatkan pendidikan di
SMA Negeri 2 Polewali. Pada tahun 1998 menyelesaikan pendidikan S1 di IKIP
ujung Pandang dengan jurusan Pendidikan Olah Raga Pada tahun 2003 terangkat
menjadi PNS pada Departement Pendidikan Pemuda dan Olahraga dengan mata
pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga pada SMP Negeri 2 Polewali Pada tahun
2014 melanjutkan pendidikan S2 di Program Pascasarjana di Universitas Negeri
Makassar pada program studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Progaram ini
bekerjasama dengan Universitas Negeri Makassar dan Pemerintah Kabupaten
Polewali Mandar.