15
8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~ http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 1/15  

~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 1/15

 

Page 2: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 2/15

2

Lembar 10

Page 3: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 3/15

3

Musim

ang kulihat adalah dia, ketika mataku mulai menang-

kap cahaya. Yang kuingat adalah dia, ketika aku tak

lagi mengingat siapa diriku? Yang aku tahu, musim ini ber-

ubah, membawa dirinya pergi jauh, membawa ingatan diri-

ku dan...

 Waktu melintas didepanku dengan kecepatan penuh.

Kulihat dirimu dari balik jendela kamar. Kubiarkan bayang-

an dirinya menyentuh diriku. Aku hanya terpaku disini,

tanpa sedikitpun memalingkan pandanganku. Dia melihat-

ku sekilas dan kudapati senyum kecil itu. Debaran yang ada

di dadaku menekan tulang-tulangku. Getarannya terasa

lembut. Tak sadar diriku melayang, aku ikuti kemana

dirinya pergi. Aku keluar dari peraduanku, kuhampiri dia

dan ku-sapa.

”Maaf, ada yang bisa saya bantu?” tanyaku canggung,

pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutku.

Dia hanya diam. Ia menatap kearah yang berlawanan

denganku. Sama sekali tidak memperhatikan diriku. Kurasa

tidak semua gadis cantik bersikap seperti ini padaku. Tapidia, kutemukan sesuatu yang beda. Sedikit acuh tak acuh.

Page 4: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 4/15

4

”Maaf, kalau bisa agak menjauh dari diriku.” ucapnya

sedikit sinis.

 Aku melongoh, sebatang besi runcing dengan diame-

ter satu centi  menembus jantungku. Rasanya ingin mati,

tapi aku tahan. Aku masih ingin melihat senyumnya.

”Kenapa?” 

” Yang dapat menjawab pertanyaanmu adalah dirimu

sendiri. Kenapa masih bertanya padaku?” jawabnya ringan,tidak ada menekanan disetiap katanya, atau ada hanya saja

sedikit dikaburkan dengan suara merdunya.

”Nama saya Yusuf!” 

Dia masih diam, bahkan ia menolak tanganku. Sama

sekali dia tak peduli denganku. Aku tarik lagi tanganku

 yang kusodorkan padanya. Dia menatapku sekilas, dia tak

mengembangkan senyum. Dia juga tak menekuk wajahnya.

Entah, aku tak tahu dengan mimik wajahnya yang tenang.

Mungkin dia sudah biasa menghadapi laki-laki seperti diri-

ku. Dia berjalan menjauh dariku. Aku masih terdiam di-

sini, menatap dia pergi. Ujung jilbabnya melambai kearah-

ku, seakan mengolok diriku. Dasar payah, baru begitu saja

sudah menyerah, kalau berani kejar aku. 

”Gadis yang sedikit sombong !” pikirku, aku kembali ke-

dalam kamarku. Kuamati wajahku didepan cermin. Tidak

ada yang salah, hidung, mata, dan pesonaku masih disana.

Kuperhatikan sekali lagi diriku, baju yang aku pakai tidak

ada yang salah. Celana yang aku pakai baik-baik saja.

Page 5: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 5/15

5

Tapi dia..., entah aku semakin ingin tahu tentang

dirinya. Rupanya dia telah menyihir diriku. Aku akan me-

nunggunya disini, dia pasti melintas didepan rumahku lagi. Aku yakin dia akan kembali, dan aku tak akan menyia-yia-

kan kesempatan ini sekali lagi.

 Aku harus tahu namanya dan aku ingin melihat se-

nyumnya. Gadis yang sedikit sombong ini harus tahu, dia

telah membuat dadaku berdegup. Dan aku merasa tulang

rusukku yang hilang menjadi sakit.

 Ahh...

Pagi ini, aku lihat dia melintas didepan rumahku lagi.Hujan turun, sedikit dingin. Payung hitam itu, melindungi

dirinya dari terpahan hujan. Aku sedikit iri pada hujan, ia

dapat membelainya dengan mudah. Aku menatap setiap

gerakan tubuhnya, dadaku bergetar lagi. Hari ini semakin

hebat, lebih hebat dari rintihan hujan. Lebih lebat dari

angin yang menerjang pepohonan. Aku dimabuk cinta.Entah, hanya sesaat saja, aku begitu tergila-gila padamu.

Padahal aku tak mengenal dirinya? Inikah yang dinamakan

cinta pada pandangan pertama.

Kakiku kembali memaksaku untuk mengejar dirinya.

Tanpa aba-aba tubuhku lari kearahmu. Kubiarkan tetes-

tetes air ini membasahi diriku. Entah, aku sendiri bingungdengan keadaan diriku.

Page 6: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 6/15

6

”Tunggu...!” teriakku. Hujan menyergap diriku, ia

berusaha menghalangi diriku untuk bertemu dengannya.

Tapi aku tak akan kalah, aku akan melawan.

Gadis berjilbab ini menoleh kearahku. Wajahnya ter-

lihat sedikit kesal melihat diriku. Jilbab merah mudanya

kembali melambai kearahku.

”Kamu?” ucapnya, ia melanjutkan jalanya sedikit ce-

pat.

Hujan menerjang tubuhku, kini aku dalam rangkulan

dinginnya. Ku percepat jalanku, aku kejar dia.

”Maaf...!  Aku ada sedikit perlu denganmu!” kataku

lagi, berharap dia akan berhenti dan memperhatikan diri-

ku.

”Apa kau ingin merayuku!” ucapnya sedikit penekan-

an, Ia menghadap kearahku. Jarak kami hanya 1 meter, dan

itu terasa sangat jauh. Rintihan hujan sedikit menganggu

pendengaran kami.

”Tidak!” 

”Apa?” ”Tidak!” teriakku. 

”Terus,” 

”Hujan-hujan, mau kemana?” bibirku bergetar kedin-

ginan atau bergetar karena gadis dihadapanku ini.

”Itu bukan urusanmu!” katanya.”Maaf, aku hanya...!” 

Page 7: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 7/15

7

”Hanya apa?”  sergahnya. Aku belum menyelesaikan

ucapanku. Ia tampak tenang, sementara aku tak bisa me-

nahan debaran dadaku. Mungkin ia telah menyiapkan diriseandainya aku berbuat macam-macam padanya. Jalanan

sangat sepi, hujan-hujan begini tak akan ada orang bodoh

 yang mau keluar dari rumahnya selain aku.

”Hanya ingin tahu namamu?” hujan semakin deras, ia

menatapku pelan. Ia berlindung dibawah payung, dan se-

pertinya tak ingin berbagi denganku.

Lama...

”Hanya itu?” 

”Ya...” 

”Kalau sudah tahu namaku. Apakah akan ada perta-

nyaan atau keinginan yang ingin kamu dapatkan dari diri-

ku lagi?” 

 Aku diam. Angin menerobos diriku dan dia. Jilbab

 yang dia kenakan sedikit miring. Aku mendekap tubuhku

 yang terasa dingin. Aku tak berani menatap wajahnya. Ku-

tundukkan kebodohanku, cinta sering membuat seseorang

menjadi gila. Tapi, apakah saat ini aku sedang jatuh cinta.

”Ya...!” jawabku pelan. 

”Kamu berusaha meray u diriku!” 

”Ya...!” 

”Kamu...!”  dia membesarkan matanya padaku. Dia

terlihat sangat manis. Dua bola mata yang indah, kilatan

Page 8: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 8/15

8

 yang ditimbulkannya sangat menawan. Petir berkilat-kilat

dibelakang kami, tapi dia lebih menakjubkan.

”Ya...!” 

Hanya kata ini yang mampu keluar dari mulutku. Bu-

lir-bulir air ini berusaha menyingkirkan diriku. Dia mena-

tapku lagi, kali ini sedikit tersenyum. Mungkin ia merasa

iba padaku. Melihat diriku mengigil kedinginan hanya in-

gin mendapat namanya. Atau aku memang berniat merayu-

nya.

”Zulaikha,” ucapnya. Aku mendapat senyum yang pa-

ling manis dari gadis berjilbab ini. Dia tak mengulurkan

tanganya padaku. Seperti layaknya orang lain yang berke-

nalan.

”Jodoh...!” kataku. Tubuhku larut bersama air hujan,mengalir kemana ia pergi.

”Apa...?” 

”Tidak!” jawabku. ”Kenapa kau tak mengulurkan tan-

ganmu. Seharusnya kalau orang berkenalan pasti berjabat

tangan.” 

”Kamu berharap sesuatu yang tidak akan aku laku-

kan!” katanya pelan. Dia tersenyum, bulatan pipinya meng-

embang.

”Kenapa?” tanyaku heran.

” Yang bisa menjawab pertanyaanmu adalah dirimu

sendiri. Kenapa masih bertanya padaku?” 

Page 9: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 9/15

9

Dia mengatakan kalimat yang sama dengan kalimat

 yang dia ucapkan kemarin. Aku tidak mengerti dengan

 yang dia maksud. Tapi setidaknya aku tahu apa yang dia ka-takan. Sebuah jawaban simpel yang mengatakan bahwa kita

bukan muhrim.

”Ya, aku tahu. Tapi...” 

”Tapi apa?” dia selalu memotong perkataanku. 

”A ku hanya sedikit heran? Kamu membawa payung,tapi tidak mau berbagi denganku. Tidakkah kamu melihat

diriku yang basah dan kedinginan.” Kami berteduh dibawa

pohon besar ditepi jalan. Aku tak tahu nama pohon ini.

 yang jelas ia sangat besar.

” Yang bisa menjawab pertanyaanmu adalah dirimu

sendiri...” 

”Kenapa masih bertanya padaku?” lanjutku. Kali ini

aku yang memotong perkataannya. Aku bisa menebak apa

 yang akan dia katakan. Dia tersenyum, aku sedikit senang

telah berhasil mendapat perhatian darinya dan namanya.

” Ya..., aku tahu. Tapi salahkah bila aku ingin mendengar

jawaban darimu?” 

”Tidak...! kamu tidak salah!”  dia sedikit kikuk. Sebe-

narnya aku juga merasa seperti itu. Tapi aku tahan, aku tak

mau terlihat bodoh dihadapanya. Terlebih lagi dia yang

telah berhasil memesonaku.

”Kenapa kamu selalu berkata seperti itu?” ”Aku tak tahu!” jawabnya pendek. 

Page 10: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 10/15

10

”Tidak adakah kata yang lebih mudah dimengerti.

 Aku berharap kamu tak akan menjawab pertanyaanku den-

gan jawaban seperti ini. Yang bisa menjawab pertanyaanmuadalah dirimu sendiri. Kenapa masih bertanya padaku?” 

aku mengulang kata-kata gadis berjilbab nan manis ini.

”Eh, aku...”

” Yusuf,” aku menyebut namaku. Dia terlihat bingung.

”Ya... Aku tahu!” ”Kok  bisa tahu?” 

Dia kembali tersenyum. Tubuhku sedikit melayang,

menerjang hujan yang turun pagi ini.

”Kamu lupa? Kemarin kamu yang mengatakanya,” 

”Kamu masih ingat?” Dia tertawa lebar. Belum ada tanda-tanda hujan akan

berhenti, ia tumpahkan semua yang ia punya disini.

”Kedinginan?” tanyanya. 

 Aku mengangguk pelan.

”Baiknya kamu pulang dan menghangatkan diri.” Ka-tanya lembut, bibirnya berwarna merah muda.

”Terus kamu?” tanyaku sedikit bodoh. Aku ingin men-

dapat perhatian lebih darinya.

Dia tersenyum untuk yang kesekian kalinya. Aku suka

hari ini, hujan dan senyumnya. Sepertinya musim ini akan

menjadi kenangan yang mungkin aku sangat enggan untuk

melupakannya.

Page 11: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 11/15

11

” Aku akan kuliah,” 

”Kuliah?” 

”Ini bukan musim untuk orang malas!” 

”Dan memang saat hujan adalah waktu terbaik untuk

menjadi malas.” 

”Hanya orang-orang yang berpikiran bodoh berpen-

dapat seperti itu.” 

 Aku sedikit terlonjak, mendengar katanya yang sedikit

menusuk. Dibawah hujan ini aku semakin kedinginan. Se-

dikit aku tahan, sedikit pengorbanan. Mungkin beberapa

orang akan menganggapku gila. Dan aku memang telah

menjadi gila karena gadis ini.

”Sayang...! Manusia tak pernah tahu. Musim yang in-

dah ini dibiarkan begitu saja. Bagiku ini adalah musim

terbaik dari musim-musim yang lain. Aku bisa melihat pe-

tani-petani tersenyum dan aku temukan alam ini bersenan-

dung. Tapi seperti inilah manusia, ia hanya terus menge-

luh. Bila turun hujan, ia meminta panas. Jika panas ia me-

minta hujan. Buatku sama saja, karena musim akan benar-

benar berubah.” 

”Tidak juga,” sambungku. ” Aku tak pernah mengeluh

dengan musim ini. Musim sangat baik, karena musim ini

mengantarkan diriku untuk bertemu dengan dirimu. Aku

akan selalu menanti hingga musim akan kembali lagi.” 

”Kamu merayuku lagi!” 

” Ya..!” 

Page 12: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 12/15

12

”Hentikan itu, Yusuf..!” 

”Ya...!” 

”Yusuf...!” 

”Ya...” 

” Assalamualaikum, Yusuf!” 

Dia berbalik arah, dia bersiap pergi dari hadapanku.

Hujan belum akan segera berhenti. Pohon besar dan juga

rindang ini sedikit menyelamatkan diriku dari hujan. Pada-

hal ia semakin bersemangat menghujani tubuhku dengan

butiran-butiran lembutnya.

”Tunggu..., kuliah libur. Sebaiknya kamu pulang saja!

Dimana-mana kalau hujan pasti diliburkan.” dia menoleh

kearahku. Aku berhasil sekali lagi menahannya.

”Libur...? sok tahu!” 

”Ya...!” 

” Yusuf...! Aku bukan orang bodoh yang percaya den-

gan ucapan orang bodoh.” 

”Dan aku bukan orang yang cukup bodoh untuk men-

jadikan dirimu bodoh.” 

Diam, hanya suara gemericik air hujan.

”Kamu benar hanya orang-orang bodoh yang akan per-

gi kuliah pada saat hujan seperti hari ini. Orang-orang akan

memilih tidur dan berselimut tebal. Malas melakukan

sesuatu dan hanya bisa menghabiskan waktu yang berhargaini dengan sia-sia. Tapi ini bukan soal kebodohan atau yang

Page 13: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 13/15

13

lain. Ini adalah semangat dari musim yang indah. Mungkin

kamu akan heran, tapi aku benar-benar tak ingin menyia-

nyiakan hidupku. Walau hu-jan sekalipun. Ini adalah tang-gung jawab dan...!” 

”Dan apa?” sambungku cepat.  Aku ingin tahu apa

 yang akan keluar dari mulut gadis bernama Zulaikha ini.

”Aku tak punya waktu untuk menjelaskanya padamu.” 

”Tapi...,” ”Lain kali, akan aku jelaskan padamu. Kulihat kamu

kedinginan, sebaiknya pulang dan menghangatkan tubuh-

mu. Aku tak punya banyak waktu aku tak ingin terlambat,” 

”Bisakah kita bertemu kembali?” 

”Insya Allah...” 

”Janji...!” 

”Menurutmu bagaimana?” 

”Ehm...” 

”Kamu bilang musim ini sangat baik. Karena ia telah

mempertemukan kita. Mungkin saja musim ini masih ber-

pihak pada kita dan akan selalu bersama kita.” 

”Kita...!” ucapku senang. 

”Ya...!” 

”Jadi kita?” kataku sedikit tak percaya. 

”Teman...!” ”Ya...!” aku tak percaya. 

Page 14: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 14/15

14

Dia tersenyum, aku benar-benar tidak percaya. Sung-

guh aku sangat berterima kasih padamu, wahai musim. Mu-

sim yang indah, musim yang membawa diriku dimabuk cin-ta. Ini langkah awal, teman adalah ikatan yang baik.

”Ok...! Aku sudah boleh pergi.” 

”Ya,” balasku. ” Assalamualaikum, Zulaikha!” 

” Alaikumsalam...” dia tersenyum dan berjalan menjauh

dari hadapanku. Aku segera berbalik arah, rasanya aku tak ingin berlalu

dari hadapanya. Andai saja aku bisa menghentikan waktu,

akan kuhentikan sekarang juga.

Tubuhku melayang entah kemana? Mungkinkah aku

telah benar-benar gila karena gadis yang baru saja aku kenal

namanya. Kubiarkan tubuhku menari mengikuti irama rin-

tik hujan. Nyanyian hujan membawaku terbang, dengan sa-

 yap-sayap basah dipunggungku. Rasa dingin yang tadi men-

gertak diriku berangsur hilang.

”Yusuf...!” seseorang meneriakkan namaku. Aku se-

gera menoleh ke arahnya.

Mataku menangkap suatu cahaya. Berkilat-kilat den-

gan ujung cahaya yang panjang. Berpendar-pendar dan ber-

putar didekatku. Ia menyambarkan sinarnya yang menyilau-

kan mataku. Kupejamkan mataku sebentar, kukatupkan te-

lapak tanganku ke wajah. Berharap dapat menyingkirkan

cahaya aneh ini. Cahaya ini semakin menyebarkan lidah-lidah panjangnya, menjulur kearahku.

Page 15: ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

8/17/2019 ~ Tester-Kertas Kado-Kumcer ~Dedik~

http://slidepdf.com/reader/full/-tester-kertas-kado-kumcer-dedik 15/15

15

Zulaikha berlari ke arahku, dia lemparkan payung hi-

tam yang dia pegang. Dia menatapku, beberapa gurat ke-

takutan mengantung diwajah cantiknya. Dia tak lagi meng-hiraukan hujan yang terus menerjangnya. Tangannya ber-

usaha meraihku, dan...

 Jedduarrrr...

Bruakkk....

Sesuatu menghantam dirinya. Suara-suara yang mem-buatku pusing. Telingaku terasa sakit. Kilat-kilatan cahaya

 yang membutakan mata. Daun-daun jatuh berguguran diba-

 wah kakiku. Beberapa ranting menusuk tanah yang becek.

 Aku tak bisa merasakan aliran darahku. Kakiku terasa

berat. Detakan jantung yang kemarin, hari ini, dan saat ini

berdetak kencang tak lagi menjadi milikku. Tubuhku mela- yang, masih sempat kulihat senyum dan deru nafasnya. Se-

telah itu, dia tak terlihat lagi dihadapanku.

Kabut hitam menyelubungi diriku. Hujan semakin de-

ras menerpa tubuhku. Rintik-rintik hujan menusuk ku-

litku, memberikan rasa sakit yang entah aku tak bisa me-

nahanya. Dan dia, hanya ada bayangan yang masih tampakjelas dipelupuk mataku. Aku terpental jauh, kepalaku

menghantam tanah keras. Mulutku tak bisa mengeluarkan

kata-kata. Terasa ngilu, samar-samar hujan mulai berhenti

dan suara-suara bising itu mendekap tubuhku lagi.