29
3.1 Sumber Data Kajian ini dilakukan dengan menerapkan analisis data sekunder untuk membentuk indeks tunggal dan indeks komposit dari sisi kualitas hidup anak maupun perlindungan khusus untuk anak. Data yang digunakan merupakan data yang memuat indikator yang komprehensif, sampling frame sama, tahun pelaksanaan survey sama, dan dapat tersedia secara berkesinambungan. Kondisi seperti ini diperlukan untuk dapat melihat tren antar waktu, sehingga dapat dilihat hasil perhitungan indeks antar waktu. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap data yang ada, kajian ini menggunakan data Susenas. Sesuai dengan data yang tesedia sampai saat ini, maka untuk kajian digunakan data Susenas 2009 (Kor dan Modul Susenas 2009). Data tersebut memuat indikator-indikator anak yang lebih lengkap dan cakupannya lebih luas dibanding sumber data lainnya. Selain itu, Susenas 2009 merupakan data yang terbaru yang tersedia pada saat kajian dilaksanakan. Sebagai contoh, SDKI tahun 2007, SUPAS tahun 2005, SP tahun 2000, Riskesdas tahun 2007. Sedangkan Susenas 2010 masih dalam proses dan belum siap untuk digunakan. Penggunaan data KOR Susenas dimaksudkan untuk membentuk indeks komposit yang berkesinambungan setiap tahun, karena data KOR tersedia setiap tahun. Dengan menggunakan data KOR 37 BAB III METODOLOGI

 · Web viewBAB IIIMETODOLOGI 3.1 Sumber Data Kajian ini dilakukan dengan menerapkan analisis data sekunder untuk membentuk indeks tunggal dan indeks komposit dari sisi kualitas hidup

  • Upload
    vunhu

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

3.1 Sumber Data

Kajian ini dilakukan dengan menerapkan analisis data sekunder untuk membentuk indeks tunggal dan indeks komposit dari sisi kualitas hidup anak maupun perlindungan khusus untuk anak. Data yang digunakan merupakan data yang memuat indikator yang komprehensif, sampling frame sama, tahun pelaksanaan survey sama, dan dapat tersedia secara berkesinambungan. Kondisi seperti ini diperlukan untuk dapat melihat tren antar waktu, sehingga dapat dilihat hasil perhitungan indeks antar waktu.

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap data yang ada, kajian ini menggunakan data Susenas. Sesuai dengan data yang tesedia sampai saat ini, maka untuk kajian digunakan data Susenas 2009 (Kor dan Modul Susenas 2009). Data tersebut memuat indikator-indikator anak yang lebih lengkap dan cakupannya lebih luas dibanding sumber data lainnya. Selain itu, Susenas 2009 merupakan data yang terbaru yang tersedia pada saat kajian dilaksanakan. Sebagai contoh, SDKI tahun 2007, SUPAS tahun 2005, SP tahun 2000, Riskesdas tahun 2007. Sedangkan Susenas 2010 masih dalam proses dan belum siap untuk digunakan.

Penggunaan data KOR Susenas dimaksudkan untuk membentuk indeks komposit yang berkesinambungan setiap tahun, karena data KOR tersedia setiap tahun. Dengan menggunakan data KOR Susenas diharapkan indikator komposit kualitas hidup anak dan perlindungan khusus untuk anak dapat diperbaharui secara berkala, sehingga dapat dijadikan sebagai baseline data untuk perumusan kebijakan pembangunan perlindungan anak di masa yang akan datang.

Sementara itu, data MODUL Susenas tidak tersedia setiap tahun. Modul yang sama akan berulang setiap tiga tahun. Modul yang ada dalam Susenas terdiri dari Modul Konsumsi, Perumahan dan Sosial

37

BAB IIIMETODOLOGI

Budaya/Pendidikan. Dalam Susenas 2009, Modul yang ada adalah Modul Sosial Budaya dan Pendidikan, yang memuat lebih banyak pertanyaan dari aspek pendidikan dan sosial budaya. Modul ini tidak ada pada tahun 2010, namun baru akan ada lagi tahun 2012.

Sehubungan dengan itu, penyusunan indeks komposit perlindungan anak menggunakan data Kor Susenas untuk setiap tahunnya. Namun demikian, indeks komposit perlindungan anak juga disusun dari data modul, untuk melihat tren setiap tiga tahun.

Pemilihan data hanya dari satu sumber dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan penyusunan indeks komposit perlindungan anak. Selain itu, data dari sumber yang berbeda belum tentu mempunyai waktu pelaksanaan survey yang sama. Begitu juga data yang diperoleh dari sumber yang berbeda belum tentu mempunyai kerangka sampel yang sama. Sebagai contoh, data SDKI yang memuat banyak indikator kesehatan, yang terbaru adalah SDKI 2007. Begitu halnya dengan data Riskesdas, meskipun sampling frame sama dengan Susenas dan memuat banyak indikator kesehatan, namun tahunnya berbeda dengan Susenas.

Dalam kajian ini, perhitungan indeks perlindungan khusus untuk anak dan indeks kualitas hidup anak dilakukan dengan memakai program EViews. Mengingat data Susenas cukup besar jumlah sampelnya, maka data harus dibagi menjadi beberapa Eviews-workfiles.

3.2 Metode Kajian

Selain analisis data sekunder, dalam kajian ini pun dilakukan serangkaian pertemuan dalam bentuk workshop, roundtable discussion, dan serangkaian seminar di pusat dan daerah dengan kementerian/lembaga terkait, para pakar, perguruan tinggi, LSM, lembaga donor, masyarakat, dll. Hal ini ditujukan untuk membahas konsep penyusunan indeks komposit perlindungan anak dan hasil perhitungannya, serta mendapatkan input untuk penyempurnaan dan hasil tersebut. Dengan demikian hasil kajian penyusunan indeks komposit perlindungan anak menjadi komprehensif sesuai dengan yang diharapkan.

38

Kegiatan seminar di daerah dilakukan di dua provinsi yaitu Bali dan Jawa Timur. Melalui kegiatan ini diperoleh masukan yang sangat berharga untuk penyempurnaan indeks komposit perlindungan anak, mengingat masukan didasarkan pada kondisi yang terjadi di lapangan. Dalam seminar di daerah selain disajikan hasil nasional dan propinsi, juga ditambah dengan hasil indeks untuk provinsi yang bersangkutan yang dirinci menurut kabupaten/kota.

3.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan data Susenas 2009 disusun beberapa indikator untuk membentuk indeks komposit kualitas hidup, indeks komposit perlindungan khusus untuk anak, dan GEI. Indikator yang disajikan merupakan indikator yang diperoleh dari KOR dan MODUL Susenas 2009.

A. Indikator dari KOR dan MODUL SUSENAS 2009, sebagai berikut: 1. Blok I : Keterangan Tempat

• Provinsi • Perkotaan dan Pedesaan

2. Blok II:• Banyaknya anggota rumah tangga

3. Blok IV:• Hubungan dengan kepala keluarga• Jenis kelamin• Umur Anak (0 – 18 tahun) • Status perkawinan

4. KOR: Blok V.C dan MODUL: Blok IV• Partisipasi bersekolah: tidak/belum pernah bersekolah, tidak

bersekolah lagi.

B. Indikator dari KOR SUSENAS 2009, sebagai berikut:1. Blok IV:

39

• Pernah menjadi korban kejahatan dalam setahun terakhir• Bepergian untuk berlibur/rekreasi dalam tiga bulan terakhir• Bepergian untuk olah raga/kesenian dalam tiga bulan

terakhir• Pernah mendapat pendidikan pra sekolah usia 0 – 6 tahun

2. Blok V.A: Keterangan Kesehatan• Keluhan kesehatan dalam 1 bulan terakhir • Terganggunya kegiatan• Status mengobati sendiri dalam 1 bulan terakhir • Status berobat jalan dalam 1 bulan terakhir, dan frekuensi• Status rawat inap dalam 1 tahun terakhir, dan lamanya

3. Blok V.B: Kesehatan Balita• Penolong kelahiran • Frekuensi mendapat imunisasi, per jenis imunisasi• Pernah mendapat Air Susu Ibu (ASI), dan lamanya

4. Blok V.C: Keterangan Pendidikan (untuk ART 5 tahun ke atas)• Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki• Tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki• Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki • Dapat membaca/menulis• Alasan tidak/belum pernah bersekolah

5. Blok V.D: Ketenagakerjaan• Status (anak) bekerja dalam seminggu terkhir. • Jumlah hari kerja seminggu terakhir• Jumlah jam kerja seminggu terakhir• Lapangan usaha/bidang pekerjaan utama• Status/kedudukan dalam pekerjaan utama

6. Blok V.E: Fertilitas dan Keluarga Berencana• Usia perkawinan pertama di bawah umur 18 tahun.

7. Blok VI. Keterangan Perumahan • Sumber air minum • Fasilitas sanitasi

8. Blok VII Pengeluaran Rumah Tangga

40

• Persentase pengeluaran untuk makanan berdasarkan persentil • Persentase pengeluaran bukan makanan dalam 12 bulan

terakhir9. Blok VIII. Keterangan Sosial Ekonomi lainnya• Menerima pelayanan kesehatan gratis dalam 6 bulan terakhir• Apakah rumah tangga pernah membeli beras murah untuk

rumah tangga miskin (raskin) selama 3 bulan terakhir?• Apakah rumah tangga ini penerima BLT 2008/2009? (Catatan:

untuk tahun selanjutnya BLT sudah tidak ada lagi)10. Blok IX. Teknologi, Komunikasi dan Informasi• Apakah ada anggota rumah tangga yang mengakses internet

sebulan terakhir?

C. Indikator dari MODUL SUSENAS 2009, sebagai berikut:1. Blok IV: Keterangan Anggota Rumah Tangga• Status menyandang cacat • Apakah mengalami gangguan interaksi dengan masyarakat?• Setahun terakhir pernah mengikuti rehabilitasi orang cacat?• Untuk ART 0-18 tahun belum kawin: apakah bapak/ibu masih

hidup?2. Blok V.A: Keterangan Kesehatan (Semua umur)• Keluhan kesehatan dalam 3 bulan terakhir • Jika ya, Apakah diobati?• Jika tidak diobati, alasan utamanya?

a. tidak ada biaya, b. akses ke fasilitas kesehatan sulit,c. lainnya

• Berapa kali makan makanan pokok dalam seminggu terakhir?• Berapa kali makan sayur dalam seminggu terakhir?• Berapa kali makan buah dalam seminggu terakhir?• Berapa kali makan lauk-pauk berprotein tinggi selama

seminggu terakhir?• Apakah tersedia tempat/lokasi tetap untuk tidur?

41

3. Blok V.B: ART berumur 0-6 tahun• Apakah ibunya atau yang bertanggung jawab terhadap anak ini

bekerja atau melakukan aktivitas rutin di luar rumah selama seminggu terakhir?

• Kepada siapa anak dititipkan atau diasuh, selama seminggu terakhir?

• Kepemilikan akte kelahiran 4. Blok V.C: ART berumur 5-18 tahun• Kegiatan ART 5-18 tahun 1 minggu terakhir bersama orang

tua/wali: o Menonton TVo Akses Interneto Makano Bermain/rekreasio Belajaro Sembahyang/Mengaji/Berdoao Diskusi o Membantu menambah penghasilan

5. Blok VD: ART berumur 5 tahun ke atas • Apakah pernah melakukan olahraga selama seminggu

terakhir?• Apakah pernah menonton/melakukan pertunjukan

kesenian/pameran seni rupa/kerajinan selama 3 bulan terakhir?

• Apakah menjadi anggota sanggar seni/sarana kegiatan budaya?• Apakah merokok dalam sebulan terakhir; • Apakah pernah/sedang mengikuti keaksaraan fungsional

selama setahun terakhir?• Apakah mengikuti jalur pendidikan berikut:

a. Paket A setara SD, b. Paket B setara SMP,

• Apakah pernah membaca selama seminggu terakhir?• Apakah mengikuti kursus selama 2 tahun terakhir?

42

6. Blok VE: ART berumur 10 tahun ke atas• Apakah mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan selama 3

bulan terakhir?7. Blok VI: ARTR 5 tahun ke atas • Terdaftar aktif di: 1. SD/SLDB, 2. M Ibtidaiyah, 3. SMP/SMPLB, 4.

M Tsanawiyah, 5. SMU/SMLB, 6. M Aliyah• Apakah memperoleh beasiswa/bantuan pendidikan?• Sumber beasiswa/bantuan pendidikan?• Penggunaan uang beasiswa/bantuan pendidikan?• Apakah mengakses internet selama tiga bulan terakhir?

Dari beberapa variabel yang telah disebutkan di atas, perlu kehati-hatian dalam menentukan variabel yang akan digunakan untuk indeks komposit kualitas hidup anak dan perlindungan khusus untuk anak. Apalagi data yang digunakan bersumber dari KOR dan MODUL. Beberapa pertanyaan ada yang sama, namun berbeda dalam hal periode waktu seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Beberapa Indikator KOR dan MODUL SUSENAS yang Sama

Tetapi Berbeda PeriodeWaktu

KOR MODUL1. 1 bulan terakhir mempunyai

keluhan kesehatan:a. Panasb. Batukc. Pilekd. Asma/napas sesak/cepat e. Diare/buang-buang airf. Sakit kepala berulangg. Sakit gigih. Lainnya

1. Pernah mengalami keluhan kesehatan selama 3 bulan terakhir?1. Ya 3. Tidak

2. Berlibur/rekreasi 3 bulan terakhir (1 April – 30 Juni 2009)

2. Melakukan kegiatan seperti dibawah ini bersama orang tua/wali selama seminggu terakhir:

43

o Bermain/rekreasi3. Bepergian untuk olah

raga/kesenian dalam tiga bulan terakhir?

3. Apakah pernah melakukan olahraga selama seminggu terakhir?

4. Apakah ada anggota rumah tangga yang mengakses internet sebulan terakhir?

4. Apakah mengakses internet selama tiga bulan terakhir?

3.4 Kerangka Analisis

Berdasarkan indikator-indikator yang terdapat dalam KOR dan MODUL SUSENAS 2009, maka dibentuk indeks komposit kualitas hidup anak dan indeks komposit perlindungan khusus untuk anak. Kerangka pembentukan indeks komposit disajikan pada Gambar 3.1.

Pada tahap awal dilakukan pemetaan terhadap indikator-indikator komposit terkait dengan anak yang telah digunakan baik di luar negeri maupun dalam negeri, seperti disajikan secara rinci pada BAB II tentang pemetaan indikator perlindungan anak. Selanjutnya dikaji indikator-indikator terkait anak yang datanya saat ini telah tersedia secara berkesinambungan di Indonesia. Alasan data harus tersedia secara berkesinambungan adalah agar dapat dilihat trennya. Setelah itu, dicari sumber data yang mencakup indikator perlindungan anak paling komprehensif dan datanya tersedia secara berkala. Perlu dicatat bahwa data yang digunakan diusahakan dari satu sumber yang sama, mengingat untuk menghindari perbedaan waktu pelaksanaan survey serta sampling frame yang tidak sama.

Dari hasil penelusuran, maka data dan sumber data yang memungkinkan untuk digunakan adalah data Susenas. Mengingat data ini tersedia dalam bentuk KOR dan MODUL, maka indikator yang digunakan dibedakan antara indikator dari KOR dan dari MODUL. Hal ini berlaku baik untuk penyusunan indeks komposit perlindungan khusus untuk anak maupun indeks kualitas hidup anak. Pemisahan ini dilakukan mengingat data MODUL Susenas bervariasi setiap tahunnya, dan baru akan sama setelah tiga tahun sekali.

44

Begitu pula indeks KOR dan MODUL dibedakan, sehingga lebih memudahkan apabila terjadi perbedaan data MODUL yang ada. Dari gabungan antara indeks KOR dan MODUL, baru dibentuk indeks komposit perlindungan khusus untuk anak maupun indeks komposit kualitas hidup anak .

Berikut adalah kerangka analisis indeks komposit perlindungan khusus untuk anak dan kualitas hidup anak, dengan beberapa kelompok indikator penyusunnya. Indikator yang berasal dari KOR dibedakan dengan indikator yang berasal dari MODUL SUSENAS. Kondisi ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam menyusun indeks komposit yang berkesinambungan. Apabila jangka waktu yang digunakan adalah tahunan, maka indikator yang dijadikan acuan adalah indikator yang berasal dari KOR. Mengingat indikator MODUL belum tentu sama setiap tahunnya, karena MODUL yang sama akan berulang setiap tiga tahun sekali.

Gambar 3.1. Kerangka Pembentukan Indeks Komposit

3.5 Metode Analisis Data

45

Untuk membentuk indeks perlindungan anak dan indeks kualitas anak, baik indeks tunggal maupun indeks komposit, dan GEI - Gender Equality Index (indeks kesetaran jender), analisisnya harus dilakukan secara bertahap sebagai di bawah ini.

3.5.1 Analisis Tahap-1: Pembentukan Faktor SelBerkaitan dengan anak usia dibawah 19 tahun, berbagai

permasalahan yang mereka hadapi, seperti makanan/bernutrisi, perawatan, kesehatan dan pendidikan-nya, sangat tergantung pada kelompok umur mereka, wilayah dan jenis kelaminnya. Sehingga, analisis yang dilakukan harus memperhitungkan kelompok umur, wilayah dan jenis kelamin, di samping status sosial-ekonomi orang tuanya. Untuk itu maka faktor-kelompok atau faktor-sel berdasarkan data anak usia di bawah 19 tahun harus ditentukan dan dibentuk terlebih dulu, sesuai dengan kebutuhan, dengan langkah-langkah sbb:1. Pemilihan sub-sample.

Pertama-tama sampel harus dipilih khusus untuk anak usia di bawah 19 tahun dengan langkah-langkah di bawah ini.

Setelah data di buka, pilihlah ”Sample” , maka sebuah tampilan akan muncul untuk memasukkan pra syarat: UMUR < 19.

Kemudian mengklik ...OK. Selanjutnya faktor-kelompok (FK) atau faktor-sel (FS) dapat

dibentuk berdasarkan data anak usia di bawah 19, antara lain seperti di bawah ini.

2. Pembentukan faktor-kelompok berdasarkan sebuah variabel(a). Kelompok umur yang ditentukan untuk tingkat pendidikan: 1. 4-6,

2. 7-12, 3. 13-15, dan 4. 16-18 tahun, dibentuk dengan menerapkan persamaan:

KU_Dik=1*(Umur>=4)+1*(Umur>=7)+1*(Umur>=13)+1*(Umur>=16)

(b).Kelompok umur untuk kesehatan BALITA: 1. < 13 bln, 2. 13 - 24 b, 3. 25- 36, dan 4. 37 – 59 bln, dibentuk memakai persamaan.

46

KU_Balita =1+1*(Umur >=13)+1*(Umur>=25)+1*(Umur>=37)

(c). Kelompok status bersekolah (KSB) berdasarkan variabel B5R13: 1.Tidak/belum bersekolah, 2. Bersekolah, dan 3. Tidak bersekolah lagi, dibentuk memakai persamaan:

KSB = 1+1*(B5R13=2)+1*(B5R13=3)3. Pembentukan faktor-sel berdasarkan dua variabel

Untuk membentuk tabel yang menyajikan persentase jumlah anak yang mempunyai masalah tertentu, seperti anak yang tak sekolah dan anak yang memerlukan perlindungan, menurut propinsi, wilayah (Kota/Desa) dan sebuah faktor tertentu, maka pertama-tama harus dibentuk faktor-sel berdasarkan dua variabel atau lebih. Sebagai ilustrasi perhatikan contoh-contoh di bawah ini.(a). Faktor-sel dengan 4-sell yang dibentuk berdasarkan wilayah

(Kota/Desa), B1R5 dan JK (Jenis Kelamin), dengan memakai persamaan:

W_JK =11*(B1R5=1 and JK=1)+ 12*(B1R5=1 and JK=2)+ 21*(B1R5=2 and JK=1)+ 22*(B1R5=2 and JK=2)

Perhatikanlah faktor-kelompok ini diperlukan untuk membentuk Gender Equaity Index (GEI) dan juga Indeks Tunggal Perlindungan Anak (ITPA) atau Indeks Tunggal Kualitas Anak (ITKA), sesuai dengan indikator masalah yang dipakai.

(b). Faktor-sel dengan 8-sell yang dibentuk berdasarkan wilayah (Kota/Desa) B1R5, dan kelompok umur untuk tingkat pendidikan, KU_Dik yang telah dibentuk di atas yang mempunyai 4 tingkatan, dengan memakai persamaan:

WU_Dik=11*(B1R5=1 and KU_Dik=1)+ 12*(B1R5=1 and KU_Dik=2)

+13*(B1R5=1 and KU_Dik=3)+ 14*(B1R5=1 and KU_Dik=2)+21*(B1R5=2 and KU_Dik=1)+ 22*(B1R5=2 and KU_Dik=2)+ 23*(B1R5=2 and KU_Dik=3)+ 24*(B1R5=2 and KU_Dik=4)

47

Berikut ini beberapa indikator yang digunakan untuk membentuk indeks perlindungan khusus untuk anak dan indeks kualitas hidup anak. Indikator tersebut disajikan dalam bentuk persentase.

a. KOR:

Kesehatan• Keluhan kesehatan: persentase anak usia kurang dari 18 tahun

yang mempunyai keluhan kesehatan selama satu bulan terakhir.• Terganggu akitivitas: persentase anak usia kurang dari 18 tahun

yang mengalami keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya pekerjaan, sekolah atau kegiatan sehari-hari.

• Berobat jalan: persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang pernah berobat jalan dalam satu bulan terakhir.

• Rawat inap: persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang pernah dirawat inap selama satu tahun terakhir.

• Pengobatan sendiri: persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang pernah mengobati sendiri dalam satu bulan terakhir.

• Penolong persalinan: - Persentase penolong kelahiran anak pertama, - Persentase penolong kelahiran anak kedua

• Pemberian ASI: persentase anak usia balita (0-4 tahun) yang tidak pernah diberi ASI eksklusif.

• Imunisasi: persentase anak balita (0-5 tahun) tidak pernah mendapat imunisasi (dari berbagai jenis imunisasi).

Pendidikan• Pendidikan pra sekolah: persentase anak yang tidak pernah

mengikuti pendidikan pra sekolah• Partisipasi sekolah:- Persentase anak yang tidak/belum pernah sekolah- Persentase anak yang masih sekolah- Persentase anak yang tidak bersekolah lagiLebih rinci partisipasi sekolah, sebagai berikut:

48

- Persentase anak usia 7-12 tahun yang tidak/belum pernah bersekolah.

- Persentase anak usia 13-15 tahun yang tidak/belum pernah bersekolah.

- Persentase anak usia 16-18 tahun yang tidak/belum pernah bersekolah.

- Persentase anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah lagi.- Persentase anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah lagi. - Persentase anak usia 16-18 tahun yang tidak bersekolah lagi

• Jenjang pendidikan: - Persentase anak usia 7-12 tahun yang pernah/sedang menduduki

jenjang pendidikan SD- Persentase anak usia 13-15 tahun yang pernah/sedang

menduduki jenjang pendidikan SMP- Persentase anak usia 16-18 tahun yang pernah/sedang

menduduki jenjang pendidikan SMA • Tingkat pendidikan: persentase tingkat/kelas tertinggi yang

pernah/sedang diduduki anak usia 5 tahun sampai usia 18 tahun.• Ijazah yang dimiliki: persentase ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki

anak usia 5 tahun sampai usia 18 tahun.• Kemampuan membaca/menulis: persentase anak usia 5 tahun

sampai usia 18 tahun yang tidak bisa membaca dan menulis.• Alasan tidak bersekolah: - Persentase anak usia 5 tahun sampai usia 18 tahun yang tidak

bersekolah lagi karena tidak ada biaya.- Persentase anak usia 5 tahun sampai usia 18 tahun yang tidak

bersekolah lagi karena bekerja mencari nafkah- Persentase anak usia 5 tahun sampai usia 18 tahun yang tidak

bersekolah lagi karena menikah/mengurus RT.- Persentase anak usia 5 tahun sampai usia 18 tahun yang tidak

bersekolah lagi karena malu karena ekonomi

49

- Persentase anak usia 5 tahun sampai usia 18 tahun yang tidak bersekolah lagi karena tidak cacat.

Ekonomi• Pengeluaran makanan: persentase pengeluaran makanan rumah

tangga Secara rinci pengeluaran makanan, sebagai berikut: - Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

makanan RT per kapita 20% terbawah.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

makanan RT per kapita 20% kedua.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

makanan RT per kapita 20% ketiga.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

makanan RT per kapita 20% keempat.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

makanan RT per kapita 20% tertinggi.• Pengeluaran total: - Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

total RT per kapita 20% terbawah.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

total RT per kapita 20% kedua.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

total RT per kapita 20% ketiga.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

total RT per kapita 20% keempat.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun dengan pengeluaran

total RT per kapita 20% tertinggi.• Pelayanan kesehatan gratis: persentase rumah tangga yang

mendapat pelayanan kesehatan gratis.• RT membeli raskin: persentase rumah tangga yang membeli beras

miskin• RT mendapat BLT: persentase rumah tangga yang mendapat BLT

2008/2009

50

Informasi• Akses Internet: persentase anak yang mempunyai akses terhadap

internet dalam sebulan terakhir.

Bepergian• Berlibur/Rekreasi : persentase anak yang bepergian dengan tujuan

untuk berlibur/rekreasi• Olah raga: persentase anak yang bepergian dengan tujuan untuk

olah raga.

Ketenagakerjaan• Status bekerja: persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang

bekerja selama seminggu terakhir• Jumlah jam kerja: persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang

bekerja lebih dari 15 jam per minggu• Jumlah hari kerja: persentase anak yang bekerja selama tujuh hari

seminggu• Lapangan pekerjaan: persentase anak yang bekerja menurut

lapangan pekerjaan• Status dalam pekerjaan: - persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang bekerja sebagai

buruh- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang bekerja sebagai

pekerja bebas- Persenatse anak usia kurang dari 18 tahun yang bekerja sebagai

pekerja tidak dibayar

Kejahatan• Persentase anak yang menjadi korban pencurian• Persentase anak yang menjadi korban pembunuhan• Persentase anak yang menjadi korban perampokan• Persentase anak yang menjadi korban penipuan• Persentase anak yang menjadi korban perkosaan• Persentase anak yang menjadi korban tidak kejahatan lainnya

51

Usia Kawin Pertama • Persentase anak yang umur pada saat perkawinan pertama kurang

dari 18 tahun

b. MODUL:

Ketenagakerjaan• Membantu orang tua menambah penghasilan: persentase anak usia

kurang dari 18 tahun yang melakukan kegiatan membantu menambah penghasilan orang tua selama seminggu terakhir.

Kecacatan• Status kecacatan: persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang

menyandang cacat.• Rehabilitasi orang cacat: persentase anak penyandang cacat usia

kurang dari 18 tahun yang pernah mengikuti rehabilitasi orang cacat.

• Mengalami gangguan interaksi: persentase anak penyandang cacat usia kurang dari 18 tahun yang mengalami gangguan interaksi dengan masyarakat.

Identitas • persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang mempunyai akte

kelahiran dari kantor catatan sipil.

Perilaku merokok• persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang merokok selama

sebulan terakhir.

Pengasuhan • Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang mempunyai bapak

kandung masih hidup.• Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang mempunyai ibu

kandung masih hidup.

52

• Penitipan anak: - Persentase anak usia 0-6 tahun yang ibunya bertanggung jawab

ketika melakukan aktivitas di luar rumah selama seminggu terakhir.

- Persentase anak usia 0-6 tahun yang ditinggal sendiri selama seminggu terakhir.

Pendidikan • Keaksaraan fungsional: persentase anak usia sampai 18 tahun yang

pernah/sedang mengikuti keaksaraan fungsional selama setahun terakhir

• Jalur pendidikan paket A dan B: - Persentase anak usia 7-12 tahun yang mengikuti pendidikan

paket A setara dengan SD- Persentase anak usia 13-15 tahun yang mengikuti pendidikan

paket B setara dengan SMP- Persentase anak usia 16-18 tahun yang mengikuti pendidikan

paket C setara dengan SMA • Mengikuti kursus: persentase anak usia sampai 18 tahun yang

mengikuti kursus selama dua tahun terakhir• Memperoleh beasiswa: persentase anak usia sampai 18 tahun:

persentase anak usia sampai 18 tahun yang memperoleh beasiswa/bantuan penddikan setahun terakhir

Kesehatan• Alasan tidak berobat: - persentase anak usia sampai 18 tahun yang tidak berobat karena

tidak ada biaya- persentase anak usia sampai 18 tahun yang tidak berobat karena

akses ke fasilitas kesehatan sulit- persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang tidak berobat

karena alasan lainnya.

53

Informasi• Menonton TV: persentase anak yang menonton TV

Bepergian• Berlibur/rekreasi: persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang

berlibur/rekreasi selama tiga bulan terakhir.• Olah raga/kesenian: persentase anak usia kurang dari 18 tahun

yang berolah raga/kesenian selama tiga bulan terakhir.

Interaksi dengan Orang Tua• Kegiatan sosial: - Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang mengikuti

kegiatan keagamaan selama tiga bulan terakhir.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang mengikuti

kegiatan keterampilan selama tiga bulan terakhir.- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang mengikuti

kegiatan sosial lainnya selama tiga bulan terakhir.• Bersama ortu: Menonton TV, makan, belajar, kerohanian, diskusi- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang melakukan

kegiatan menonton TV bersama orang tua/wali selama seminggu terakhir.

- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang melakukan kegiatan makan bersama orang tua/wali selama seminggu terakhir.

- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang melakukan kegiatan belajar bersama orang tua/wali selama seminggu terakhir.

- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang melakukan kegiatan kerohanian bersama orang tua/wali selama seminggu terakhir.

- Persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang melakukan kegiatan diskusi bersama orang tua/wali selama seminggu terakhir.

54

• Menonton pentas seni : persentase anak usia kurang dari 18 tahun yang pernah menonton/melakukan pertunjukkan kesenian/pameran seni rupa/kerajinan selama tiga bulan terakhir.

• Anggota sanggar seni : persentase anak usia 5 tahun sampai kurang dari 18 tahun yang menjadi anggota sanggar seni

• Anggota sanggar seni/sarana kegiatan budaya.

3.5.2 Analisis Tahap-2: Pembentukan Rangkuman Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan rangkuman nilai-nilai

statistik pada tingkat nasional dan provinsi menurut wilayah Kota/Desa, seperti rerata indikator IM untuk setiap indikator masalah seratus-nol IM. Misalnya, persentase anak yang menjadi korban kejahatan dalam satu tahun terakhir, persentase anak yang bekerja dan lain-lain pada tingkat nasional dan provinsi, menurut wilayah, dan kelompok umur.

Berdasarkan setiap indikator yang telah dikemukakan dalam bagian sebelumnya, disajikan rangkuman statistik deskriptif yang memuat rerata masing-masing indikator IM. Sebagai contoh Per(IM)= P, menurut :1. Provinsi (B1R1), Wilayah kota/desa (B1R5), dan Jenis Kelamin (JK).

Indikator-indikator yang harus membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, seperti tingkat partisipasi sekolah atau pekerja anak, serta untuk membentuk Gender Equality Index (GEI) atau IKJ (Indeks Kesetaraan Jender).

2. Provinsi (B1R1) dan Wilayah kota/desa (B1R5), untuk indikator-indikator yang tidak perlu/layak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi indeks kesenjangan wilayah (IKW) juga dapat dibentuk, perbedaan antar wilayah (Kota dan Desa).

Perhatikanlah Per(IM) harus disajikan untuk masing-masing wilayah Perkotaan dan Perdesaan, karena karakteristik penduduk dan lingkungan-nya sangat berbeda.

55

3.5.3 Analisis Tahap-3: Pembentukan Indeks TunggalBerdasarkan data persentase Per(IM) untuk setiap indikator pada

tingkat provinsi yang diperoleh pada analisis deskiptif, ditransformasikan menjadi bilangan bulat positif. Bilangan ini dinyatakan sebagi indeks tunggal perlindungan khusus untuk anak (ITPA) atau indeks tunggal kualitas hidup anak (ITKA). Dalam kajian indeks tunggal dibentuk sedemikian sehingga indeks pada tingkat nasional sama dengan 100. Jadi indeks pada 33 provinsi dibedakan dengan memakai tingkat nasional sebagai pembanding atau standar.

Sebagai contoh pada Lampiran 75a disajikan hasil analisis berdasarkan rerata IKM1 untuk perkotaan dan perdesaan, yang dilakukan berdasarkan hasil analisis Tahap-2 dengan memakai Microsoft Excel. Lampiran ini jelas menunjukkan perbedaan rerata IKM1 yaitu persentase anak usia 7-18 tahun yang tak-tamat SD antara provinsi masing-masing untuk perkotaan dan perdesaan. Selanjutnya dapat ditentukan (i) Rankingnya dimana rank=1 untuk persentase yang terkecil, dan (ii) ITPA (indeks tunggal perlindungan anak) berdasarkan IKM1 dibentuk sedemikian sehingga indeks pada tingkat nasional sama dengan 100.

Perhatikanlah bahwa baik rerata IKM1, Rank-nya maupun Indeks Tunggal Perlindungan Anak (ITPA1) yang dibentuk berdasarkan IKM1, menunjukkan perbedaan tingkat masalah antar provinsi dan wilayah. Jadi masing-masing statistik dapat dipakai untuk mengidentifikasi wilayah perkotaan atau perdesaan mana yang paling bermasalah, menurut provinsi. Akan tetapi yang paling mudah dipakai adalah Ranking berdasarkan nilai rerata IKM1. Sebagai ilustrasi, 5 wilayah perkotaan yang paling bermasalah adalah Sumatera Selatan, Jambi, Gorontalo, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat, berturut-turut dengan ranking 30 sampai dengan 34.

Sebagai analisis lanjutan atau tambahan, Lampiran 76 juga menyajikan indeks kesenjangan wilayah (Kota dan Desa), sebutlah IKW, berdasarkan IKM1 yang dihitung dengan menerapkan statistik Odds Ratio, dengan rumus sbb:

56

IKW1=IKW ( IKM 1 )=

PD /(100−PD)PK /(100−PK )

di mana PK dan PD, berturut-turut menyatakan rerata IKM1 untuk Perkotaan dan Perdesaan. Sebagai perbandingan, perhatikanlah Lampiran 75a juga menyajikan nilai statistik Ratio(D/K) = PD/PK.

Rangkuman statistik yang persis sama dapat dibentuk berdasarkan IKM2 dan IKM3, berdasarkan hasil analisis dalam Lampiran 75b dan Lampiran 75c. Demikian juga berdasarkan semua indikator perlidungan khusus untuk anak dan indikator kualitas hidup anak yang telah ditentukan, dengan hasil analisis disajikan secara lengkap pada bagian Lampiran.

3.5.4 Analisis Tahap-4 : Pembentukan Indeks Kesenjangan Wilayah Sebagai analisis lanjutan atau tambahan, Lampiran 76 juga

menyajikan indeks kesenjangan wilajah (Kota dan Desa), sebutlah IKW, berdasarkan IKM1 yang dihitung dengan menerapkan statistik Odds Ratio, dengan rumus sbb:

IKW1=IKW ( IKM 1 )=

PD /(100−PD)PK /(100−PK )

di mana PK dan PD, berturut-turut menyatakan rerata IKM1 untuk Perkotaan dan Perdesaan. Sebagai perbandingan, perhatikanlah Lampiran-2 juga menyajikan nilai statistik Ratio(D/K) = PD/PK.

Rangkuman statistik yang persis sama dapat dibentuk berdasarkan IKM2 dan IKM3, berdasarkan hasil analisis dalam Lampiran 75b dan Lampiran 75c. Demikian juga berdasarkan semua indikator perlidungan anak dan indikator kualitas yang telah ditentukan, dengan hasil analisis disajikan dalam buku tersendiri.

3.5.5 Analisis Tahap-5: Pembentukan Gender Equality Indexes

57

Berdasarkan variabel-variabel dengan ukuran persentase yang telah dibentuk, dapat dengan mudah menghitung Gender Equality Indexes (GEI) antara anak perempuan dan laki-laki dengan memakai Excel. Pembentukan GEI adalah sebagai berikut:

Berdasarkan setiap indikator yang telah didefinisikan, sebutlah IY secara umum, dapat dibentuk tabel rerata (persentase) sel dari IY menurut: Propinsi, Wilayah (Kota/Desa) dan Jenis Kelamin.

Selanjutnya berdasarkan skor persentase untuk laki-laki dan perempuan, sebutlah Plk dan Ppr, menurut provinsi dan wilayah, skor/nlai GEI dihitung memakai rumus:

3.5.6 Analisis Tahap-6: Pembentukan Indeks KompositTahap selanjutnya adalah membentuk indeks komposit. Setiap

indeks komposit, terutama indeks komposit tahap pertama, harus dibentuk berdasarkan suatu himpunan indikator sederhana. Selain sederhana juga dapat diukur sampai pada tingkat wilayah dan rumah tangga. Dalam hal ini, tidak memakai indikator-indikator yang dibentuk berdasarkan hasil estimasi, terlebih-lebih berdasarkan metode estimasi tak-langsung, seperti angka harapan hidup dan angka kematian bayi.

Indeks komposit tersebut dibentuk berdasarkan rerata indikator seratus-nol yang dapat bentuk dan dihitung/diukur secara langsung berdasarkan data sebuah sampel. Dalam kajian ini adalah data SUSENAS 2009. Perlu diingat bahwa data sampel hanya merupakan bagian dari populasi yang sangat kecil. Hasil berdasarkan sampel jelas tidak dapat mewakili seluruh populasi (2004). Selanjutnya, Agung juga menyatakan atau mendefisikan bahwa sebuah sampel adalah himpunan nilai/skor/ukuran yang terkumpulkan oleh atau tersedia untuk si peneliti. Oleh karena itu, hasil berdasarkan sebuah sampel, termasuk indeks yang disajikan dalam studi ini harus dimanfaatkan secara bijaksana.

58

GEI IY=P pr /(100−P pr )Plk /(100−Plk )

Pembentukan setiap indeks komposit dilakukan dengan menerapkan analisis faktor berdasarkan suatu himpunan indikator satu-nol terpilih berdasarkan kajian ilmiah atau kesepakatan ilmuwan terkait.

59