Upload
dodang
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IHakikat Belajar dan Pembelajaran
A. Pengertian Belajar
Menurut Gagne (1984: ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman.
Menurut Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya
B. Ciri – Ciri Belajar .
Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar
apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut. (a). belajar adalah perubahan
tingkahlaku; (b). perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan
karena pertumbuhan; (c). perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap
ada untuk waktu yang cukup lama.
C. Jenis – jenis Belajar
1. Belajar Isyarat (signallearning)
Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
karena adanya tanda atau isyarat.
2. Belajar stimulus-respon (stimulus response learning)
Belajar stimulus respon terjadi pada diri individu karena adanya
rangsangan dari luar.
3. Belajar Rangkaian (cbaining learning)
Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses
stimulusrespon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga
melahirkan perilaku yangsegera atau spontan.
4. Belajar Asosiasi Verbal (verbal association lernig)
Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan
bentuk dan dapat menangkap makna yang bersipat verbal.
5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)
Belajar membedakan terjadi bila individu berhadapan pada benda, suasana,
pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang
jumlahnya banyak itu.
6. Belajar Konsep (concept learning)
Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data
yang kemudian di tafsirka kedalam suatu pengertian atau makna yang
abstrak.
7. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)
Belajar hukum/aturan terjadi bila individu menggunakan beberapa
rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang
sebelumnya dan menerapkan atau menarik kesimpulan pada data
tersebutmenjadi suatu aturan.
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai
konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan.
D. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar
dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama.
Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain.
Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan
sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk
tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
E. Ciri – Ciri Pembelajaran
Ciri – ciri pembelajaran adalah kegiatan yang mendukung proses
belajar siswa, adanya interaksi antara individu dengan sumber belajar, serta
memiliki komponen-komponen tujuan, materi, proses, dan evaluasi yang saling
berkaitan.
BAB IIPrinsip – Prinsip Belajar dan Pembelajaran
A. Unsur – unsur belajar dan pembelajaran
Proses belajar dan pembelajaran melibatkan banyak hal, yaitu :
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern
cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang
usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya.
2) Orang yang membimbing (pendidik).
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin
program pembelajaran, pelatihan, dan masyarakat/organisasi.
3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh
melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi,
metode serta alat-alat pendidikan. Ke arah mana bimbingan ditujukan
(tujuan pendidikan).
4) Tujuan
Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang
sifatnya abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal, dan
kandungannya sangat luas sehingga sulit untuk dilaksanakan di dalam
praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan
kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu
tertentu dengan menggunakan alat tertentu.
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi
ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi inti bersifat nasional
yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan
muatan lokal misinya mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya
sesuai dengan kondisi lingkungan.
6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata
uang. Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan.
7) Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
B. Prinsip – prinsip belajar dan pembelajaran
Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan
didalam proses belajar mengajar . Seorang guru akan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai
dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengotrol
sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar itu.
Tugas guru mengelola pengajaran dengan lebih baik, efektif, dinamis, efisien,
ditandai dengan keterlibatan peserta didik secara aktif, mengalami, serta
memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Ada beberapa prinsip
pengajaran diantaranya adalah:
a. Prinsip Motivasi
Motivasi berasal kata motive–motivation yang berarti dorongan atau
keinginan, baik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan
dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motif atau biasa juga disebut
dorongan atau kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada
diri individu atau siswa, yang mendorongnya untuk berbuat dalam
mencapai suatu tujuan.
b. Prinsip Kesiapan
Yang termsuk kesiapan : kematangan dan pertumbuhan fisik
Intelegensia
Latar belakang
Pengalaman.
c. Prinsip Persepsi
Yaitu pandangan anak terhadap sesuatu.
d. Prinsip Tujuan
Suatu diskripsi tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa
setelah berlangsungnya proses belajar
e. Prinsip belajar kognitif
f. Prinsip perbedaan individual
g. Prinsip transfer dan retensi
h. Prinsip belajar efektif
i. Prinsip belajar psikomor
j. Prinsip evaluasi
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan
menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
BAB III
Masalah – Masalah Belajar dan Pembelajaran
A. Masalah Belajar
1. Faktor luar :
a. lingkungan keluarga :
kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah
kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua
ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau terlalu tinggi
kesehatan keluarga yang kurang baik
perhatian orang tua yang tidak memadai
kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang
kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan
anak terlalu banyak membantu orang tua.
b. lingkungan masyarakat :
dalam masyarakat terpatri strata sosial yang merupakan
penjelamaan dari : suku, ras, agama, pendidikan.
Anak yang hidup dala lingkungan masyarakat heterogen, maka
akan terjadi :
keributan
pertengkaran
perkelahian
perampokan
perkosaan
pembunuhan
dan lain-lain
Anak yang hidup dalam lingkungan yang kurang terpelajar, maka
akan terjadi :
keributan
lingkungan yang kotor
ketidak teraturan
dll
c. lingkungan sekolah
pribadi guru yang kurang baik
guru tidak berkualitas
hubungan guru dengan murid yang kurang harmonis
guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan siswa
guru tidak memiliki kecakapan dalam mendiagnosis
kesulitan belajar
cara guru mengajar yang kurang menarik
alat media yang kurang memadai
perpustakaan yang kurang memadai
suasana sekiolah yang kurang menyenagkan
BP yang tidak berpungsi
Waktu sekolah dan disiplin yang krang.
2. Faktor Dalam
IQ anak yang kurang baik
Bakat yang tidak sesuai dengan bahan yang diberikan guru
Emosi yang kurang stabil : mudah tersinggung, pemarah,
pemurung, selalu bingung bila menghadapi masalah
Aktifitas tatap muka yang kurang.
B. Perbaikan Belajar
BAB IVTeori – Teori Belajar
A. Teori belajar behavioristik
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan
perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Teori-teori dalam
rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri
atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul.
Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun behaviorisme ini,
antara lain:
a. Teori Koneksionisme
Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia
pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.
Selanjutnya, dalam teori koneksionisme dikemukakan hukum-hukum
belajar sebagai berikut:
1) Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Dimana hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk
manakala ada kesiapan dalam diri individu. Implikasi praktis dari
hukum ini adalah, bahwa keberhasilan belajar seseorang sangat
tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
2) Hukum Latihan (Law of Exercise)
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan
stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini adalah makin sering
suatu pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.
3) Hukum Akibat (Law of Effect)
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus
dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi
dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat
mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar
menyenangkan dirinya.
b. Teori Pengkondisian (Conditioning)
Teori pengkondisian (conditioning) merupakan pengembangan
lebih lanjut dari teori koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov
(1849-1936). Ia adalah ahli psikologi-refleksologi dari Rusia.
c. Teori Penguatan (Reinforcement)
Kalau pada teori pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi
adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang
dikondisi atau diperkuat adalah responsnya. Seorang anak yang belajar
dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau
ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak itu dengan nilai
yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka
anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi. Hadiah
itu me-reinforce hubungan antara stimulus dan respons.
d. Teori Operant Conditioning
Psikologi penguatan atau “operant conditioning” merupakan
perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan “conditioning”.
Tokoh utamanya adalah Skinner. Skinner adalah seorang pakar teori
belajar berdasarkan proses “conditioning” yang pada prinsipnya
memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku adalah karena adanya
hubungan antara stimulus dengan respons.
B. Teori Belajar Kontruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam
teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning)।Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi
sesuai। Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide।Teori ini
berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi,
dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur,
2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang
lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga
tersebut ( Nur, 2002 :8).
C. Teori belajar kognitif
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif.
Menurut teori ini, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah
mengetahui (knowing) dan bukan respons. Suatu konsep yang penting dalam
psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan dan
pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian
dalam suatu situasi permasalahan.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah
peristiwa mental. Rumpun psikologi Gestalt bersifat molar, yaitu
menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan
perilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan.
Beberapa prinsip penerapan teori belajar ini adalah:
a. Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap hubungan
antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian,
belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan
yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta.
b. Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna
kehidupan setiap perilaku individu.
D. Teori Belajar Humanisme
Teori humanisme klasik / Naturalisme (JJ Rousseau, Pestalozzi). Ia
mengumpulkan biografi orang-orang terkenal dari berbagai bidang. Semua
orang yang normal berpotensi untuk menjadi orang hebat. Manusia sebagai
satu kepribadian yang utuh jiwa manusia ada tiga aspek, antara lain : Afeksi,
Kognitif, Psikomotor.
Naturalisme Rousseau : Anak pada waktu dilahirkan adalah baik,
jika anak itu menjadi rusak itu karena pengaruh dari lingkungan disekitar
anak tersebut. Karena pada masa itu moral manusia pada level yang terpuruk.
Belajar : Biarlah anak tumbuh kembang secara alamiah, jangan diapa-apakan,
freedom to learn : biarlah anak belajar dengan bebas karena orang dapat
mengaktualisasi dirinya jika orang tersebut tidak diganggu.
Beberapa perbandingan antar teori belajar :
a. Pandangan Behavioristik dan Konstruktivistik tentang belajar:
BEHAVIORISTIK KONSTRUKTIVISTIK
Behavioristik memandang.
Bahwa pengetahuan adalah
obyektif, pasti dan tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah
Konstruktivistik memandang bahwa
pengetahuan adalah non obtektif
bersifat temporer, selalu berubah-
ubah tidak menentu
terstruktur dengan rapi
Belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan
pengetahuan kepada orang yang
belajar
Belajar adalah menyusun
pengetahuan dari pengalaman
kongkrit, aktifitas kolaborasi, dan
refleksi serta interprestasi. Sedangkan
mengajar meneta lingkungan agar si
belajar termotivasi dalam menggali
dan menghargai ketidakmenentuan
Si belajar diharapkan memiliki
pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang di ajarkan.
Artinya apa yang dipahami oleh
pengajar itulah yang harus
dipahami oleh si belajar
Si belaja akan memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung pada pengalamannya. Dan
perspektif yang dipakai dalam
mengintrospeksikannya
b. Pandangan Behavioristik dan konstruktifistik tentang tujuan
pembelajaran:
BEHAVIORISTIK KONSTRUKTIVISTIK
Tujuan pembelajaran ditentukan
pada penambahan pengetahuan
Tujuan pembelajaran ditentukan pada
belajar tentang bagaimana belajar
c. Pandangan Behavioristik dan konstruktifistik tentang strategi
pembelajaran:
BEHAVIORISTIK KONSTRUKTIVISTIK
Penyajian isi menekankan pada
keterampilan yang terisolasi dan
terakumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke
keseluruhan
Penyajian isi menekankan pada
penggunaan pengetahuan secara
bermakna mengikuti urutan dari
keseluruhan ke bagian
Pembelajarasn mengikuti urutan
kurikulum secara ketat
Pembelajaran lebih banyak diarahkan
untuk meladeni atau melayani
pertanyaan dan pandangan si belajar
Aktifitas belajar lebih banyak
didasarkan pada buku teks dan
Aktifitas belajar lebih banyak
didasarkan pada data primer dan
penekanan pada keterampilan bahan manipulatif dengan penekanan
pada keterampilan berpikir kritis
Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil
Pembelajaran menekankan pada
proses
d. Pandangan Behavioristik dan konstruktifistik tentang evaluasi:
BEHAVIORISTIK KONSTRUKTIVISTIK
Evaluasi menekankan pada
respon pasif. Keterampilan
secara terpisah dan biasanya
menggunakan “ paper dan
pencil test”
Evaluasi menekankan pada
penyusunan makna secara aktif yang
melibatkan keterampilan terintegrasi,
dengan menggunakan masalah dalam
konteks nyata
Evaluasi yang menuntut
jawaban benar menunjukkan
bahwa si belajar telah
menyelesaikan tugas belajar
Evaluasi yang menggali berpikis
secara divergen, pemecahan ganda,
bukan hanya jawaban benar
Evaluasi belajar dipandang
sebagai bagian terpisah dari
kegiatan pembelajaran dan
biasanya dilakukan setelah
kegiatan belajardengan
penekanan pada evaluasi
individu
Evaluasi merupakan bagian utuh dari
belajar dengan cara memberikan
tugas-tugas yang menuntut aktifitas
belajar bermakna serta menerapkan
apa yang dipelajari dalam konteks
nyata. Evaluasi akan menekankan
pada keterampilan dan proses dalam
kelompok
e. Definisi belajar dari beragai pandangan :
Aliran Definisi
Behaviorisme
Kognitivisme
Humanisme
Konstruktuvisme
Proses perubahan perilaku hasil
pengalaman yang sifatnya relative
menetap (hasil hubungan stimulus
dan respon).
Proses penerimaan, pegolahan dan
penyimpanan informasi dengan
mengaitkan pengetahuan baru
kedalam struktur kognitif yang
dimiliki pembelajar.
Upaya aktualisasi dir dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
Upaya penyusunan pengetahuan.
BAB VMotivasi Dalam Pembelajaran
A. Hakekat Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan,
memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu
termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang
berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk
menghadapi tes ilmu sosial dengantujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi
ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik
dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik).
B. Peranan motivasi dalam pembelajaran
Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran dapat terdiri atas
pemberian Penghargaan, yang dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-
kemampuan yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat, pemberian
penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud
atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah
immaterial. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala
otensi yang dimilikinya merupakanbentuk motivasi yang sederhana, karena
banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya
adanya perhatian. Ajakan Berpartisipasi. Pada diri manusia ada sesuatu
perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan pada sesuatu kegiatan yang
dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus selalu mengajak dan
mengulurkan tangan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran guna lebih bergairah dalam belajar dan memperkaya proses
interaksi antar potensi siswa dalam proses pembelajaran.
C. Lingkungan belajar yang memotivasi belajar siswa
Banyak sekali batasan tentang belajar, tetapi menurut Jean Piaget,
yang pada intinya mengemukakan bahwa belajar merupakan interaksi antara
individu pebelajar (learner) dengan lingkungan. Dalam Language Two, oleh
Heidy Dulay, dkk mengemukakan adanya empat lingkungan makro dan tiga
lingkungan mikro yang bisa berpengaruh. Lingkungan makro ialah (1)
kealamian bahasa yang didengar; (2) peranan pebelajar dalam komunikasi;
(3) ketersediaan alat acuan untuk memperjelas makna; dan (4) siapa yang
menjadi model bahasa sasaran. Lingkungan mikro terdiri dari (1) tonjolan
(salience), (2) balikan (feedback), dan (3) frekuensi.
Guru merupakan salah satu tonggak lingkungan: pada lingkungan
makro dia setidaknya bisa berposisi sebagai model, dan pada lingkungan
mikro guru berposisi sebagai pemberi balikan.
BAB VIKurikulm Dalam Pembelajaran
A. Pengertian dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan.
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa
Latim ”curir” yang artinya pelari, dan ”curere yang artinya ”tempat berlari”.
Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi kuno
di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarah yang harus ditempuh
oleh pelari dari garis start sampai dengan finish.
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia
pendidikan dengan pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu
tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti
bahwa seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang telah
ditetapkan adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat.
Dalam arti sempit, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang
diberikan di sekolah.
Dalam arti luas, kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang
diberikan seklah kepada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di
sekolah itu.
Kurikulum adalah, seperangkat rencana dan pengaturan mengenai:
tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
(UU.NO.20. Thn 2003)
B. Kedudukan kurikulum dalam dunia pendidikan:
Kurikulum dalam pendidikan formal menempati posisi yang sangat
strategis
Tanpa kurikulum pendidikan akan kehilangan jati dirinya serta arah dan
tujuan yang hendak dicapai
Kurikulum dijadikan sebagai pedoman dalam segala kegiatan
pendidikan yang dilakukan termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas
Kurikulum salah satu komponen penting dalam pendidikan
Kurikulum berfungsi sebagai acuan sekaligus pedoman pelaksanaan
pendidikan, baik oleh pengelola maupun pelaksana pendidikan
(khususnya kepala sekolah dan guru)
C. Landasan dan tingkatan dalam pengembangan kurikulum
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
ASAS FILOSOFIS
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang
“baik”, yang ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut
negara, juga guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan dunia.
Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan
dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, dan cara menilai.
ASAS PSIKOLOGIS
1) psikologi anak
Sekolah didirikan untuk kepentinagn anak, yakni menciptakan
situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakat dan
potensinya. selama berabad-abad anak lebih dipandang sebagai orang
dewasa kecil. baru setelah rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan
dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya. Sejak permulaan
abad ke-20, anak kian mendapat perhatian sebagai salah satu asas dalam
pengembangan kurikulum. Kurikulum yang sangat berorientasi pada minat
dan perkembangan anak disebut “child centered curriculum”. kurikulum
2. asas psikologi belajar
Kita harus memahami dengan baik, bagaimana proses belajar anak
itu berlangsung, serta dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberi
hasil yang sebaik-baiknya.
ASAS SOSIOLOGIS
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang
tak dapat tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu
dinyatakan dalam perilakunya. Tiap masyarakat memiliki anutan corak nilai
yang berlainan. tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya.
perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum, di samping perubahan
yang terjadi di masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
ASAS ORGANISATORIS
Persoalan yang terkait dengan asas ini ialah bagaimana bahan
pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajar-an yang
terpisah-pisah sebagaimana dianut oleh ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian
bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagian-nya sehingga
cenderung memilih kurikulum yang bersifat subject-centered atau yang
berpusat pada mata pelajaran.
TINGKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dalam kadar kecil dan
sangat terbatas, dan dapat pula secara meluas dan mendasar.
Pengembangan kurikulum itu dapat berupa :
Substitusi
Pengembangan yang bersifat substitusi dapat berupa peng-gantian
suatu buku pelajaran dengan buku pelajaran yang dinilai lebih baik.
perubahan seperti itu sangat kecil karena hanya mengganti atau menukar
buku pelajaran.
Alterasi
Alterasi, merupakan bentuk perubahan kurikulum dengan,
misalnya, menambah atau mengurangi jam pelajaran untuk bidang studi
tertentu, yang dapat mempengaruhi jam pelajaran bidang studi lain.
perubahan ini lebih sulit dibanding dengan substitusi, karena harus
dilakukan berdasarkan alasan mengapa jam pelajaran suatu bidang studi
ditambah, dan mengapa bidang studi lain harus dikurangi waktunya.
Variasi
Perubahan kurikulum dalam bentuk variasi dimaksudkan untuk
menerima dan menerapkan suatu metode yang berhasil di sekolah lain
untuk dijalankan di sekolah sendiri, dengan meniadakan metode yang
lama. perubahan seperti ini memerlukan perubahan pada guru yang harus
mempelajari dan menguasai metode baru tersebut. perubahan ini lebih sulit
dibandingkan dengan bentuk-bentuk perubahan sebelumnya.
Restrukturisasi
Restrukturisasi ialah bentuk perubahan kurikulum melalui
pemberian peran baru kepada guru dengan dukungan tenaga dan fasilitas
baru, seperti pengembangan team teaching, dan akhirnya, perubahan yang
paling besar risikonya ialah melalui restruktu-risasi, yaitu perubahan yang
berkaitan dengan penerapan nilai-nilai baru, misalnya, peralihan
kurikulum yang berpusat pada pengetahuan akademis (subject-centered)
menjadi unit approach, kurikulum yang berpusat pada anak, atau macam-
macam pendekatan lain dalam kurikulum.
D. Model – Model Pengembangan Kurikulum
correlated curriculum.
Bayangkan sebuah rantai! rangkaian sebuah rantai merupakan
ilustrasi yang cocok untuk menggambarkan correlated curriculum.kurikulum
ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep
yang dipelajari dari suatu pelajaran dengan pelajaran lain, tanpa
menghilangkan perbedaan esensial dari setiap mata pelajaran. Dengan
menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang lingkup materi
semakin luas.
unified atau concentrated curriculum
Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan
disiplin ilmu. setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam tema
pelajaran.Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam tema-
tema pelajaran tertentu. Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat pada
pembelajaran yang sifat-nya tematik. dari satu tema yang diajukan, misalnya
“lingkungan”, selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin ilmu misalnya, sain,
matematika, sosial, dan bahasa.
integrated curriculum
Pola organisasi kurikulum ini memper-lihatkan warna disiplin
ilmu. bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan
dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antarpel-ajaran
serta berbagai kegiatan siswa. dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut
diharapkan siswa mempunyai pemahaman suatu materi secara utuh.
Problem Solving Curriculum
Berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari dengan menggunakan pengeta-huan serta keterampilan dari berbagai
disiplin ilmu.Pada kurikulum model ini, guru cenderung lebih banyak
dimaknai sebagai seseorang yang harus ”digugu” dan ”ditiru”.
MODEL (Robert S. Zais)
Model ini dikenal juga sebagai model desentralisasi karena inisiatif
dan upaya pengembangan kurikulum bukan berasal dari atas, melainkan dari
bawah yaitu guru dan sekolah. Model bisa berangkat dari sekelompok guru
yang mengadakan pengembangan kurikulum.Pengembangan itu sendiri dapat
hanya berupa bagian dari komponen kurikulum, beberapa bidang studi,
ataupun keseluruhan komponen kurikulum.Guru merupakan perencana,
pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. kepala sekolah
sebagai pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu guru dalam
membantu pengembangan kurikulum model ini.
Model terbalik
Secara umum model kurikulum dikembangkan secara deduktif.
tetapi, kurikulum yang dikembangkan oleh taba menggunakan cara
pengembangan induktif. oleh karena itu dinamakan model terbalik.
Pengembangan model ini diawali dengan melakukan percobaan dan
penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan implementasi. Hal dilakukan
guna memper-temukan teori dan praktek.
Model administrasi
Pada umumnya administrator pendidikan ini terdiri dari pengawas,
kepala sekolah, dan staf pengajar inti. Tugas para administrator tersebut
adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksa-naan
dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya tim
membentuk kelompok kerja yang menyusun tujuan khusus pendidikan, garis
besar bahan pengajaran, dan kegiatan belajar. Hasil kerja kelompok
selanjutnya dikaji ulang oleh panitia pengarah yang telah dibentuk
sebelumnya dan para ahli lain di bidangnya. Langkah selanjutnya adalah
mengkaji ulang dengan cara melakukan uji coba untuk mengetahui
keefektifan dan kelayakannya. dengan cara-cara dan urutan semacam ini
terlihat bahwa dari sisi kebijakan model ini lebih bersifat sentralistik.
Model rogers
Roger, seorang ahli psikologi, memberikan warna yang cukup kuat
dalam pengem-bangan model kurikulum. ada empat model yang
dikembangkan oleh roger (model 1,2,3 dan 4). Model yang satu merupakan
perbaikan dari model sebelumnya.
BAB VII Peranan Lingkungan Belajar dan Guru Dalam Pembelajaran
A. Peranan lingkungan belajar dan pembelajaran
Pendidikan yang berlangsung seumur hidup itu berlangsung pada
tiga lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pelaksanaan
pendidikan dalam tiga lingkungan pendidikan sebagai penghasil tenaga yang
telah terdidik sebagai berikut :
Dari bagan tersebut di atas dapat diketahui bahwa keluarga
merupakan tempat pertama anak itu mendapatkan pendidikan. Sejak anak itu
berada dalam kandungan anak telah mendapatkan pendidikan. Seperti telah
diketahui di muka bahwa jenis pendidikan yang diberikan keluarga adalah
bermacam-macam. Pendidikan berlangsung secara informal. Dalam keluarga
orang tua merupakan pendidik utama dan pertama. Pada masyarakat yang
sederhana pendidikan berlangsung dalam keluarga dan masyarakat. Anak
meniru apa yang dikerjakan orang tua dan orang-orang dewasa dalam
masyarakat. Setelah mendapatkan kemampuan yang diperlukan untuk hidup,
maka ia dilepaskan dalam masyarakat. Dalam. masyarakat mereka akan
menjadi tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat.
Dalam masyarakat yang lebih maju maka pendidikan di dalam
keluarga tidak cukup, oleh karena itu orang tua menyerahkan pendidikan pada
lembaga pendidikan formal yang disebut sekolah. Dalam sekolah anak diberi
berbagai pengetahuan baik pengetahuan yang berkaitan untuk pengembangan
pribadi, pengetahuan untuk bekal hidup dalam masyarakat, dan pengetahuan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut.
Pendidikan di sekolah dilaksanakan secara bertingkat-tingkat, pada dasarnya
dibedakan pendidik dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Anak
yang telah selesai pada tingkat pendidikan tertentu yang memerlukan
keterampilan tertentu dapat masuk pada pendidikan nonformal dalam
lembaga pendidikan masyarakat. Setelah mendapatkan tambahan
keterampilan maka ia terjun kedunia kerja dalam masyarakat. Akan tetapi ada
juga yang setelah selesai pendidikan pada tingkat pendidikan tetrtentu
langsung memasuki dunia kerja dalam masyarakat. Masyarakat sebagai
pemakai hasil tiga pendidikan itu akan memberi balikan bagi masing-masing
penyelenggara pendidikan dalam ketiga lingkungan pendidikan.
B. Peranan Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar
membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan
kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa
sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang
kompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa
berada pada tingat optimal. Berikut peranan guru yang dianggap paling
dominan :
a. Demonstrator
Melalui peranya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkanya serta senantiasa mengembangkanya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam ilmu yang dimiliki karena hal ini
akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Salah satu
yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini
berarti bahwa guru harus terus menerus belajar. Dengan cara demikian
ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan
sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan
demonstrator sehingga mampu memeragakan apa yang diajarkanya
secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikanya itu betul-
betul dimiliki oleh siswa.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkunagn belajar serat merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan
diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan
pendidikan. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang,
dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuan.
c. Mediator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan
merupakan dasar yang diperlukan yang bersifat melengkapi dan
merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan
pengajaran disekolah.
d. Fasilitator
Sebagai fasiltator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan
proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks,
majalah ataupun surat kabar
e. Evaluator
Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik, kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan
itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup
tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan
evaluasi atau penilaian. Dengan penialaian guru dapat
mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa
yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik dikelasnya jika
dibandingkan dengan teman-temanya. Guru juga dapat mengetahui
apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil
yang baik dan memuaskan atau sebaliknya.
f. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik
dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-
betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat.
g. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus memberikan inspirasi bagi kemajuan
belajar siswa. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik, guru
harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
h. Organisator
Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan guru,
dalam bidang ini guru memiliki kiegiatan pengelolaan. Kegiatan
akademik dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga seperti
mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada siswa.
i. Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar.
j. Inisiator
Sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan
dalam pendidikan dan pengajaran
k. Pembimbing
Sebagai pembimbing guru hendaknya membimbing siswa menjadi
manusia dewasa susila yang cakap.
l. Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki
dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Tekhnik-tekhnik
supervise harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan
perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik .
C. Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu
kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan
untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa
belajran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi
dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses
pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala
berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat
antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan
pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan
menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam
bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf
kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan
pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan
penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas
evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau
dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi
konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui
tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan
pelaporan.
Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran :
a. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1. Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih
siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan
tertentu.
3. Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
4. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
5. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan
hasil dan kemajuan bekajra siswa.
b. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :
1. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik
mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun
kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan
2. Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik
mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor
pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki,
dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
5. Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih
lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
c. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :
1. Evaluasi program pembelajaran
Evaluais yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program
pembelajaran yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran
dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan,
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus,
ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
Berdasarkan objek :
1. Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,
keyakinan.
2. Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran
anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.
3. Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.
Berdasarkan subjek :
1. Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,
misalnya guru.
2. Evaluasi eksternal
3.Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,
misalnya orangtua, masyarakat.