84
SKRIPSI FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PASIEN RAWAT INAP DI RUANG INTERNA RUMAH SAKIT UMUM SAWERIGADING KOTA PALOPO PERIODE APRIL - MEI 2011 ”The Factors Related to Personal Hygiene Needs of Inpatiens in the Internal Space of Sawerigading General Hospital Palopo Period April – May 2011” Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKES ) Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo ANDI MARLINA SK. 07. 02. 002 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

  • Upload
    tranbao

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PASIEN RAWAT INAP DI RUANG

INTERNA RUMAH SAKIT UMUM SAWERIGADING KOTA PALOPO PERIODE APRIL - MEI 2011

”The Factors Related to Personal Hygiene Needs of Inpatiens in the Internal Space of Sawerigading General Hospital Palopo Period April – May 2011”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanPada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

( STIKES ) Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo

ANDI MARLINA

SK. 07. 02. 002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2011

Page 2: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Personal hygiene (kebersihan diri) merupakan cara perawatan diri

sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara

fisik maupun psikologis. Pemenuhan personal hygiene merupakan

bagian dari kebutuhan dasar manusia. Ini berarti bahwa setiap manusia

membutuhkan kenyamanan pada diri dan lingkungan. Dalam

memberikan suasana atau memenuhi kebutuhan tersebut bukan berarti

perawat harus membersihkan lingkungan, tetapi bagaimana perawat

tersebut menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.Kebutuhan

personal hygiene sangat penting karena akan berdampak pada proses

penyembuhan. Hal ini dapat dilihat pada klien yang mempunyai

lingkungan yang nyaman, tenang, dan klien tersebut merasakan

kedamaian sehingga stress yang terdapat pada dirinya akan hilang.

Maka, proses pemulihan tubuh akan lebih cepat dibandingkan dengan

kondisi lingkungan yang tidak nyaman. (Steven,Dkk,2000)

Terpenuhinya kebutuhan kebersihan diri dan lingkungan dapat

membangkitkan motivasi klien untuk bekerja sama dalam program

perawatan. Pelaksanaan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri dan

Page 3: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

lingkungan pada klien dilakukan pada pasien yang tidak mampu secara

sendiri dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri dan lingkungan. Jika

seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan diri kurang diperhatikan.

Hal ini terjadi karena menganggap bahwa masalah kebersihan adalah

masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus menerus dapat

mempengaruhi kesehatan secara umum.(http//blogspot.com/prosedur

personal hygiene).Di akses 29 Maret 2011

Prosedur pemenuhan kebutuhan personal hygiene dalam

pelayanan keperawatan dapat meliputi menyiapkan tempat tidur tertutup

dan terbuka, merawat kulit pada daerah yang tertekan, merawat rambut,

merawat gigi dan mulut, merawat kuku, higiene vulva dan memandikan

pasien.Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene yaitu

dampak fisik dan gangguan psikososial. Banyak gangguan kesehatan

yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan

perorangan dengan baik misalnya terjadinya penyakit menular (Demam

Typoid dan Diare).

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun

2006 terdapat 21.500.000 kasus demam thypoid di seluruh dunia,

200.000 diantaranya meninggal karena penyakit tersebut dengan Case

Fatality Rate (CFR) 0,94% (4). Laporan WHO tahun 2007 terdapat 17 juta

kasus Demam thypoid di seluruh dunia, dimana 600.000 diantaranya

meninggal (CFR 3,5%) (WHO, 2008).

Page 4: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Berdasarkan hasil penelitia Crump, J.A., dkk, insiden rate demam

thypoid di Eropa yaitu 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per

100.000 penduduk, dan di Asia yaitu 274 per 100.000 penduduk. Insiden

rate Demam thypoid di Afrika Selatan yaitu 39 per 1000.000 penduduk

(WHO, 2008). Pada tahun 2005 insidens rate demam thypoid di Dhaka

yaitu 390 per 100.000 penduduk, sedangkan di Kongo dengan jumlah

42.564 kasus dan 214 diantaranya meninggal dengan CFR 0,5% (WHO,

2006).Sedangkan Diare,kematian anak akibat diare di Indonesia adalah

2,5% (12,970) dari seluruh kematian di dunia.(Data WHO 2010).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2005, demam thypoid

menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di

rumah sakit tahun 2005 yaitu sebanyak 77.555 kasus (3,6%). Menurut

hasil Survey Kesehantan Nasional (Surkesnas) tahun 2005, demam

thypoid menempati urutan ke-8 dari 10 penyakit penyebab kematian

umum di Indonesia sebesar 4,3% (Depkes RI, 2005). Pada tahun 2006

jumlah pasien rawat inap demam thypoid yaitu 81.116 kasus (3,15%) dari

menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit pasien rawat inap di rumah sakit

di Indonesia (Depkes RI, 2006). Sedangkan angka kematian akibat diare

tahun 2007 sebesar 46 orang,untuk tahun 2008 sebesar 209 orang (Profil

kesehatan Indonesia 2007, 2008).

Situasi penyakit thypus (demam thypoid) di Provinsi Sulawesi

Selatan pada tahun 2006 sebanyak 16.478 kasus, dengan kematian

Page 5: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

sebanyak 6 orang (CFR=1%). Berdasarkan laporan yang di terima oleh

Subdin P2&PL Dinkes Prov. Sulsel dari beberapa kabupaten yang

menunjukan kasus tertinggi yakni Kota Pare-pare, Kota Makassar, Kota

Palopo, Kab.Gowa. Sedangkan untuk tahun 2006, tercatat jumlah

penderita sebanyak 16.909 dengan kematian sebanyak 11 orang

(CFR=0,007%) dan sebaran kasus tertinggi di Kab. Gowa, Kab.

Enrekang, Kota Pare-pare.(Dinkes Prov.sul sel,2006)

Pada tahun 2007 tercatat jumlah penderita sebanyak 16.552

dengan kematian sebanyak 5 orang (CFR=0,03%) dengan sebaran

kasus tertinggi di Kab. Gowa, Kab. Enrekang dan Kota Makassar.

Penyakit typhus berdasarkan Riskesdas tahun 2007 secara nasional di

Sulawesi Selatan, penyakit typhus tersebat di semua umur dan

cenderung lebih tinggi pada umur dewasa. Prevalensi klinis banyak

ditemukan pada kelompok umur sekolah yaitu 1,9%, terendah pada bayi

yaitu 0,8%.(Dinkes Prov.sul sel,2007).

Dari data program tahun 2008 penyakit typhus tercatat jumlah

penderita sebanyak 20.088 dengan kematian sebanyak 3 orang, masing-

masing Kab. Gowa (1 orang) dan Barru (2 orang) atau CFR=0,01%.

Insiden Rate (IR=0,28%) yaitu tertinggi di Kab. Gowa yaitu 2.391 kasus

dan terendah di Kab. Luwu yaitu 94 kasus, tertinggi pada umur 15 – 44

tahun sebanyak 15.212 kasus.Sedangkan pada tahun 2009 penyakit

typhus tercatat jumlah penderita sebanyak 18.661 (CFR=0,03%), kasus

Page 6: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

yang tertinggi yaitu di Kab. Enrekang (2.928 kasus) dan terendah di

Kab.Takalar (0 kasus) (Dinkes Prov. Sulsel,2008,2009).

Sedangkan cakupan penemuan penderita diare di Provinsi

Sulawesi Selatan Kabupaten/Kota Makassar 115,04%, Enrekang

111,67%,Palopo146,745%.(http://infoshe.blogspot.com/2009/12/diare). Di

akses 1 Mei 2011

Berdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo

program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita

sebanyak 226 kasus demam thypoid yang terdiri dari laki-laki 93 orang

dan perempuan 133 orang. Dan jumlah penderita demam thypoid dari

bulan Januari sampai Maret Tahun 2011 tercatat 25 orang.

Dari survey awal di Ruang Interna RSU Sawerigading Palopo

tanggal 28 Maret 2011 adalah 33 pasien rawat inap dan yang diamati

terlihat dari sebagian besar pasien kurang terpenuhi personal hygienenya

dimana kebersihan kulitnya yang ditandai dengan kulit kering dan

bersisik, kuku kaki dan tangan yang panjang dan terdapat kotoran pada

kuku, bibir kering, rambut kusut dan kotor.

Dalam hal ini, kurang terpenuhinya kebutuhan personal hygiene

pasien bukan hanya karena keterbatasan fisik tetapi dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain di antaranya sosial budaya,pengetahuan dan lain – lain.

Page 7: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu “Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di

Ruang Interna RSU Sawerigading Palopo Tahun 2011?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang Interna RSU

Sawerigading Palopo Tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tentang hubungan kondisi fisik terhadap pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang

Interna RSU Sawerigading Palopo

b. Mengetahui tentang hubungan pengetahuan terhadap

pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap

di Ruang Interna RSU Sawerigading Palopo

c. Mengetahui tentang hubungan budaya terhadap pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang

Interna RSU Sawerigading Palopo.

Page 8: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bhakti

Pertiwi Luwu Raya Palopo.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi institusi dalam

meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan khususnya pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pasien.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan dapat menambah wawasan klien dan keluarga tentang

pentingnya personal hygiene.

4. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini menambah wawasan peneliti tentang pemenuhan

kebutuhan personal hygiene dan faktor – faktor yang mempengaruhinya.

Page 9: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Personal Hygiene

1. Pengertian

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang

artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah

suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesehateraan fisik dan psikis.(Tarwanto & Wartonah,2006)

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri. Pada orang sakit atau tantangan

fisik memerlukan bantuan perawat atau keluarga untuk praktik kesehatan

yang rutin.(Pery & potter,2006)

Mempertahankan hygiene yang baik dapat mencegah infeksi dan

kerusakan kulit, memperbaiki sirkulasi, kenyamanan dan istirahat, nutrisi

dengan memperbaiki nafsu makan, harga diri dengan memperbaiki

penampilan serta rasa sejahtera.(Hidayat.A.A,2006)

2. Tujuan umum perawatan diri (Personal Hygiene)

Page 10: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan

perawatan diri, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan

bantuan, dapat melatih hidup sehat / bersih dengan cara memperbaiki

gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan, serta

menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan.

Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk

menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah

gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada

jaringan ( Hidayat.A.A,2006)

3. Jenis Kebersihan Diri :

a. Kebersihan Kulit

Kulit merupakan bagian terluas dari tubuh dan merupakan

bagian yang penting bagi setiap individu. Penampilan fisik, khususnya

kulitlah yang pertama kali terlihat dan tampak dari luar (baik bagi individu

itu sendiri maupun bagi orang lain), sehingga kondisinya lebih segera

mempengaruhi pandangan orang lain (dan juga dri sendiri ) dan

responnya pun biasanya lebih mendalam dibandingkan dengan penyakit

pada bagian tubuh yang lain.(Tarwanto & Wartonah 2006)

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kulit

Perubahan dan keutuhan pada kulit dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, diantaranya :

Page 11: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

a. Umur. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh umur seseorang,

hal ini dapat terlihat pada bayi yang berumur relative masih

muda, kondisi kulitnya sangat rawan terhadap berbagai trauma

atau masuknya kuman. Sebaliknya, pada orang dewasa,

keutuhan kulit sudah memiliki kematangan sehingga fungsinya

sebagai pelindung sudah baik.

b. Jaringan kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi

oleh struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka

terjadi perubahan pada struktur kulit.

c. Kondisi/Keadaan Lingkungan. Beberapa keadaan lingkungan

atau kondisi yang dapat mempengaruhi keadaan kulit secara

utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan

dan tekanan.

2) Pengkajian Keperawatan pada Kulit

a. Warna Kulit

Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi

penilaian tentang keadaan kulit, misalnya warna kulit untuk

mengetahui adanya pigmentasi kulit. Warna kulit yang tidak

normal dapat disebabkan oleh melanin pada kulit : warna coklat

dapat menunjukkan adanya penyakit Addison atau tumor

hipofisis, warna biru kemerahan dapat menunjukkan adanya

polisetemia, warna merah menunjukkan adanya alergi dingin,

hipertermia, psikologis, alcohol atau inflamasi local, warna biru

Page 12: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

(sianosis) pada kuku atau sianosis perifer akibat kecemasan

atau kedinginan. Atau sentral karena penurunan kapasitas

darah dalam membawa oksigen yang meliputi bibir, mulut, dan

badan. Selanjutnya, warna kuning menunjukkan ikterus yang

menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi

salluran empedu, atau infeksi berat yang dapat dilihat pada

sclera, membrane mukosa dan abdomen; apabila terdapat pada

telapak tangan, kaki, dan muka menunjukkan dampak atas

konsumsi wortel atau kentang; apabila pada area kulit terbuka

(bukan pada sclera dan membrane mukosa) menunjukkan

adanya penyakit ginjal kronis, warna pucat (kurang merah muda

pada orang kulit putih) atau warna abu-abu pada kulit hitam

menunjukkan adanya sinkop, demam, syok, atau anemia.

Kekurangan warna secara umum dapat menunjukkan albinieme.

b. Kelembapan Kulit

Dalam keadaan normal, kulit agak kering, dan dalam

keadaan patologis dapat dijumpai kekeringan pada daerah bibir.

Kekeringan pada bagian tangan dan genital dapat menunjukkan

adanya dermatitis kontak. Keadaan normal pada membrane

mukosa adalah lembap, dan bila terjadi kekeringan

menunjukkan adanya dehidrasi.

c. Tekstur Kulit

Page 13: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Penilaian tekstur kulit dapat dilakukan melaui

pengamatan dan palpasi. Contoh tekstur abnormal adalah

pengelupasan atau sisik pada jari tangan dan kaki. Perhatikan

juga turgor, yaitu kembalinya klah dicunit dalam keadaan

normal. Selain itu, perhatikan juga ada atau tidaknya edema

dan lesi.(Hidayat.A.A,2006)

3) Mandi

Mandi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kebersihan kulitnya.(Hidayat.A.A. & Musrifatul Uliyah,2006)

Tujuan mandi yaitu :

a. Mempertahankan kebersihan kulit

b. Mencegah infeksi kulit

c. Memperlancar peredaran darah

d. Mempertahankan kenyamanan.

Alat dan Bahan yang digunakan :

a. Baskom mandi dua buah yang berisiskan air dingin dan air

hangat.

b. Pakaian pengganti

c. Kain penutup

d. Handuk dan waslap

Page 14: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

e. Tempat untuk pakaian kotor

f. Skrin (sampiran)

g. Sabun

h. Gayung

Mempertahankan kebersihan perawatan kulit secara efektif

dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk menjaga

kebersihan kulit seperti adanya warna, kelembapan, turgor, tekstur,

hilangnya lesi. Mempertahankan sirkulasi darah, mengendorkan otot,

dan membuat tubuh terasa nyaman. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

adanya kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan

terlihat segar.(Tarwanto & Wartonah,2006)

b. Kebersihan Kuku

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting

dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat

masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya

tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Secara antomis kuku terdiri atas

dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan

lunula. Kondisi normal kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5

mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda. ( Hidayat.A.A,2006)

Masalah / gangguan pada Kuku :

1) Ingrown nail, kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan

sakit pada daerah tersebut.

Page 15: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

2) Paronychia, radang disekitar jaringan kuku.

3) Ram’s horn nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang

lama disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.

4) Kuku tumbuh kedalam.

5) Bau tidak sedap, reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau

tidak sedap.

6) Pengkajian yang perlu dilakukan adalah penilaian tentang keadaan

warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tabuh dapat

menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung dan

bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya

cedera, defisiensi besi, dan infeksi.

7) secara umum kebersihan kuku ditandai dengan keadaan kuku yang

bersih, kuku halus, tidak ada tanda radang disekitar kuku,

pertumbuhan baik, dan tidak ada bau yang khas dari kuku.

Alat dan Bahan yang digunakan untuk perawatan kuku :

1) Alat pemotong kuku

2) Handuk

3) Baskom berisi air hangat

4) Bengkok dan sikat kuku

5) Sabun dan kapas.

c. Kebersihan Rambut

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi

sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan

Page 16: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Secara anatomis, rambut

terdiri atas bagian batang, akar rambut, sarung akar, folikel

rambut, serta kelenjar sebasea. (Hidayat.A.A,2006)

Berbagai masalah yang terjadi pada rambut antara lain :

1. Kutu

2. Ketombe

3. Botak (alopecia)

4. Radang pada kulit di rambut (seborrheio dermatitis)

Pengkajian dilakukan pada warna, ukuran, serta susunan rambut,

selain itu jenis rambut, apakah berminyak atau kering. Kemudian, kaji

pola pertumbuhan rambut, apakah pola cepat atau lambat, sedikit, atau

jumlah kerontokannya. Juga aspek perkembangan dan faktor yang

mempengaruhi perawatan rambut seperti pemakaian minyak rambut,

kemampuan menyisir, frekuensi cuci rambut serta pemakaian sampo.

(Hidayat.A.A,2006)

Tujuan perawatan kulit kepala dan rambut :

1) Menghilangkan mikroorganisme kulit kepala

2) Menambah rasa nyaman

3) Membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit

4) Memperlancar system peredaran darah di bawah kulit.

Alat dan Bahan yang digunakan untuk perawatan kulit kepala dan

rambut

Page 17: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

1) Handuk secukupnya

2) Perlak atau pengalas

3) Baskom berisi air hangat

4) Sampo atau sabun dalam tempatnya

5) Kasa dan kapas

6) Sisir dan bengkok

7) Gayung dan ember kosong.

Secara umum rambut yang bersih dan sehat ditandai dengan keadaan

rambut (segar, tidak rontok, tidak ada tanda radang pada kulit kepala,

dan pertumbuhannya baik ).

d. Kebersihan Mulut dan Gigi

Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan

kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.

Banyak organ yang berada dalam mulut, seperti orofaring, tonsil, uvula,

kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan lidah.(Hidayat.A.A,2006)

Masalah yang sering terjadi pada kebersihan gigi dan mulut, antara lain :

1) Halitosis, bau nafas tidak sedap yang dapat disebabkan oleh

kuman atau lainnya.

2) Radang pada daerah gusi.

3) Karies, radang pada gigi.

4) Stomatitis, radang pada daerah mukosa dan rongga mulut.

Page 18: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

5) Peridontal desease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak).

6) Glostitis, radang pada lidah.

7) Chilosis, bibir yang pecah – pecah.

Pengkajian gigi dan mulut yang perlu diperhatikan antara lain

warna, keadaan permukaan, serta kelengkapan gigi; pada pipi dalam

perlu dilihat adanya warna mukosa serta keadaan permukaan, pada gusi

perlu dilihat warna, tekstur, serta kelembapan. Pada daerah lidah dapat

dilihat warna, tekstur, dan posisi lidah.(Hidayat.A.A,2006) .

Tujuan perawatan gigi dan mulut :

1) Mencegah infeksi gusi dan gigi

2) Mempertahankan kenyamanan rongga mulut

Alat dan bahan yang digunakan untuk perawatan gigi dan mulut :

1) Handuk dan kain pengalas

2) Gelas kumur berisi :

(a) Air masak/NaCl

(b) Obat kumur

(c) Borax gliserin.

3) Spatel lidah yang telah dibungkus dengan kain kasa

4) Kapas lidi, kain kasa, dan bengkok.

5) Pinset atau arteri klem

6) Sikat gigi dan pasta gigi.

Page 19: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

4. Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

Adapun jenis perawatan diri (personal hygiene) berdasarkan waktu

pelaksanaan dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Perawatan dini Hari. Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada

waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam

pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan

pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi

dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci muka,

tangan, dan menjaga kebersihan mulut.

b. Perawatan Pagi Hari. Perawatan yang dilakukan setelah melakukan

makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan

pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan

kecil), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit,

melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku, dan

rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.

c. Perawatan Siang Hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan

berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan

siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain

mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur,

dan melakukan penliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

d. Perawatan menjelang Tidur. Perawatan yang dilakukan pada saat

menjelang tidur agar pasien dapat tidur dan beristirahat dengan tenang.

Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan

Page 20: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mencuci tangan dan

muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.

(Hidayat.A.A,2006)

B. Tinjauan Umum Tentang Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan

Kebutuhan Personal Hygiene Pasien Rawat Inap di Ruang Interna

1. Kondisi Fisik

Manusia mempunyai sifat yang holistic, dalam artian manusia adalah

makhluk fisik, psikologis, sekaligus rohani, dan aspek-aspek ini saling

berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sebagai makhluk yang

berfisik, memiliki kelemahan – kelemahan fisik adalah hal yang nyata. Apa

yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi

psikologis dan rohaninya. Penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya

menyerang manusia secara fisik saja tetapi juga dapat membawa masalah –

masalah bagi kondisi psikologisnya dan rohaninya.Demikian pula sebaliknya.

(Roshana S,2008)

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,

gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga,

gangguan fisik pada kuku.

Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi

seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan

hygiene pribadi. Seorang klien yang menggunakan gips pada tangannya

atau menggunakan traksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap.

(Perry & Potter,2006)

Page 21: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Kondisi fisik menjadi acuan dalam memberikan jenis perawatan yang

dibutuhkan pasien berdasarkan derajat ketergantungan pasien.

Menurut Douglas (2000), Laveridge & Cummings (2000) klasifikasi derajat

ketergantungan pasien dibagi tiga kategori (Poerwadarminta,2006) yaitu:

a. Minimal care

Yaitu pasien yang memerlukan bantuan minimal dalam melakukan

tindakan keperawatan & pengobatan pasien. Melakukan aktivitas secara

mandiri. Waktu yang dibutuhkan untuk keperawatan langsung selama 1-2

jam/24 jam. Dengan kriteria sebagai berikut :

1) Pasien bisa mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan

a. Mampu naik-turun tempat tidur

b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

c. Mampu mandi sendiri / mandi sebagian dengan bantuan

d. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

e. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan

f. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

2) Status psikologis stabil

3) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

4) Operasi ringan

b. Intermedit care

Page 22: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Yaitu pasien yang memerlukan bantuan sebagian dalam melakukan

tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu. Waktu yang dibutuhkan

untuk keperawatan langsung selama 3 – 4 jam/24 jam. Dengan kriteria

sebagai berikut :

1) Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian

a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat

tidur

b. Membutuhkan untuk mandi

c. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi atau berjalan

d. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan

e. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)

f. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

g. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian untuk berpakaian dan

berdandan

h. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK

2) Post operasi minor (24 jam)

3) Melewati fase akut dari post operasi mayor

4) Fase awal dari penyembuhan

5) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

6) Gangguan emosional ringan.

Page 23: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

c. Total care

Pasien memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan

memerlukan observasi yang ketat, perawatan langsung butuh 5 – 6

jam/24 jam. Dengan kriteris sebagai berikut :

1) Pasien yang memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan

memerlukan waktu perawat yang lebih lama :

a. Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari

tempat tidur ke kereta dorong atau kursi roda

b. Membutuhkan latihan pasif

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intervena

(infus) atau NG tube (sonde)

d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan

f. Dimandikan perawat

g. Dalam keadaan inkontenensia, menggunakan kateter.

2) 24 jam post operasi mayor

3) Pasien tidak sadar

4) Keadaan pasien tidak stabil

5) Observasi tanda-tanda vital setiap kurang dari sejam

6) Perawatan luka bakar

7) Perawatan kolostomi

8) Menggunakan alat bantu pernafasan

9) Menggunakan WSD

Page 24: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

10) Irigasi kandung kemih secara terus menerus

11) Menggunakan alat traksi

12) Pasca operasi tulang belakang atau leher

13) Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi.

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat

atau menyaksikan, mengalami atau diajar.(Notoadmodjo.S,2003)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Roshana S,2008)

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui lebih dulu terhadap stimulus.

b. Interest (merasa tertarik), terhadap objek atau stimulus tersebut. Disini

sikap subjek mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

Page 25: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah salah satu komponen

perilaku yang termasuk dalam kognitif domain yang terdiri dari enam

tingkatan yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari, seseorang telah mengetahui secara

mendasar pokok-pokok pengertian tentang suatu yang dipelajari.

Page 26: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau obyek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengumpulkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah kemempuan

seseorang untuk menyusun kembali pengetahuan yang telah diperoleh

kepada bentuk semula maupun bentuk lainnya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilain terhadap materi-,materi atau obyek. Penilaian-

Page 27: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi

kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian,

pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi

untuk memelihara perawatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang

penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene.

3. Budaya

Seorang Antropologi yaitu E.B. Tylor mengemukakan

kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt-istiadat serta kebiasaan.

Kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota

masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan mencakup kesemuanya

yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota

masyarakat.(Soekanto S,2002).

Disamping itu manusia Indonesia adalah manusia yang memiliki

berbagai kultur yang bersifat unik dan memiliki berbagai keyakinan

tentang sehat sehingga akan memberikan respon yang berbeda –

beda terhadap upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya secara mandiri

baik dalam kondisi sehat maupun sakit. di akses 29 maret.

Page 28: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu. Budaya juga mempengaruhi keluarga terhadap

sistem pelayanan kesehatan dan mempengaruhi cara pelaksanaan

seperti kesehatan pribadi. Budaya menggambarkan sifat non fisik,

seperti : nilai, keyakinan, sikap atau adat-istiadat yang disepakati oleh

kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi

berikutnya.(Pery & Potter,2006).

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang

sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan

mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri

sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.Perbedaan

kultural dan suku pada keluarga yang dirawat di Rumah Sakit harus

mendapat perhatian, karena dapat mempengaruhi siapa yang

merawat, bagaimana cara pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.

Proses keluarga dalam konteks kebudayaan, merupakan

perhatian sentral dalam kelompok. Kepercayaan kebudayaan dan nilai

pribadi mempengaruhi perawatan hygiene seseorang dari latar

belakang budaya yang berbeda akan mengikuti praktik keperawatan

diri yang berbeda pula.(Purwanto Heri,2000)

4. Status Ekonomi

Status ekonomi adalah sebuah komponen kelas sosial yang mengacu

pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Kebutuhan

Page 29: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

sebuah keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota keluarga

dan sumber-sumber pribadi seperti pensiun dan bantuan – bantuan.

(Iswandy,2007).

Keluarga yang berfungsi secara tidak adekuat menunjukkan

karakteristik penghasilan seluruhnya berasal dari bantuan umum karena

kaum dewasa dalam keluarga gagal atau tidak mampu bekerja. Jumlah

penghasilan yang rendah jelas tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan

pokok. Begitupula dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene

memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat

mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.(Roshana

S,2008).

Masalah lain yang dihadapi adalah pembayaran pelayanan di rumah

sakit yang sangat bervariasi antara rumah sakit yang satu dengan yang

lainnya. Ditinjau dari sudut pandang pasien sebagai pembeli layanan

kesehatan, biaya mencakup besaran nilai rupiah yang dibutuhkan sebagai

ganti ekonomis atas layanan kesehatan yang telah diberikan rumah sakit baik

yang dibayar oleh pasien langsung (out of pocket), penjamin (insurance)

maupun subsidi. Hal ini menjadi kendala bagi masyarakat dengan status

ekonomi rendah yang cenderung menggunakan jasa subsidi. Dalam memilih

jenis pelayanan yang diinginkan cenderung memilih jenis perawatan yang

murah. Terkait dengan personal hygiene, masyarakat dengan status ekonomi

menengah kebawah sebagian besar dari kebutuhan tersebut tidak terpenuhi

dikarenakan rupiah yang mereka miliki tidak mampu untuk membeli

Page 30: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

kebutuhan tersebut. Berbeda dengan kelas ekonomi menengah keatas

dengan nilai rupiah yang mereka miliki mendorong mereka untuk memilih

jenis perawatan kebersihan diri yang lebih baik.(Sutanto,2001).

5. Sarana Rumah Sakit

Didalam suatu sarana kesehatan, seperti Rumah Sakit yang

memberikan pelayanan rawat jalan dan rawat inap memiliki standar

pelayanan yang menjadi acuan para personel Rumah Sakit baik

personel medis (dokter), paramedis (perawat), & personel non medis.

Yang saling berkontribusi satu dengan yang lain.

(Poerwadarminta,2006).

Sarana rumah sakit merupakan unsur yang terpenting dalam

institusi rumah sakit. Jika sarana rumah sakit yang tersedia kurang,

maka dapat dipastikan mutu pengelolaan dan pelayanan rumah

sakitpun rendah. Sarana rumah sakit sangat penting untuk membantu

kelancaran pemberian tindakan pada klien yang sedang dirawat.

Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memerlukan

ketersediaan air bersih dan kondisi wc yang bagus dan juga

tersedianya alat-alat yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

personal hygiene. Jika kondisi air jelek atau tidak tersedia, maka akan

menghambat pemenuhan kebutuhan dasar.( Djojodibroto.D,2000).

Page 31: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Kepentingan masyarakat akan pelayanan keperawatan ada

diatas kepentingan pribadi agar kebutuhan klien (individu, keluarga,

dan masyarakat) akan asuhan keperawatan terpenuhi. Keperawatan

merupakan suatu pelayanan sosial yang esensial dan klien

mempunyai hak menggunakan pelayanan keperawatan dari perawat

secara professional. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada

dasarnya pemenuhan kebutuhan dasarnya dimana diantaranya adalah

pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang

kemauan menuju kemandirian pasien(Gaffar Jumadi,2000).

C. Tinjauan Umum Tentang Rawat Inap

Rawat inap merupakan suatu proses yang karena suatu alasan

yang berencana atau darurat, mengharuskan untuk tinggal di Rumah

sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke

rumah. Selama proses tersebut, pasien dan keluarga dapat mengalami

berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan

pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress. Berbagai

perasaan yang sering muncul yaitu : cemas, marah, sedih, takut, dan rasa

bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu

yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya. Rasa tidak aman dan

nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan

sesuatu dirasakan menyakitkan.(Supartini.Y,2004).

Page 32: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Bagi klien yang baru pertama kali dirawat biasanya menjalani lebih

banyak tindakan pemeriksaan oleh beberapa orang, tidak pernah

mempunyai gambaran tentang dirawat di Rumah sakit. Perubahan

lingkungan yang tiba-tiba, staf yang masih asing, menimbulkan stress

tersendiri bagi klien.

Pasien atau orang yang tinggal di rumah perawatan kehilangan

dengan terpaksa kontak yang yang sudah lama berjalan. Ia merasa tidak

berada lagi dalam lingkungan yang aman yang dijalaninya sebagaian

besar dari hidupnya.

Dalam perawatan orang sakit, perawatan sehari-hari dari pasien

rawat inap adalah bagian yang penting dari keseluruhan paket tugas yang

ada. Suatu perawatan yang baik pertama-pertama harus meningkatkan

faktor hygiene. Setelah itu orang berusaha untuk mempertahankan

keadaan kesehatan dan kemudian memperbaikinya. Jika seseorang

merasa dirinya kurang enak badan, ia biasanya kurang memperhatikan

bagian luarnya. Ini menyebabkan meningkatnya rasa kesal, orang tak lagi

merasa santai dibanding orang lain. Orang akan lebih mudah bertemu

dengan orang lain, tanpa ada perasaan takut adanya bau yang tidak

enak.(http//blogspot/.com/2009/rawat inap//).Diakses 29 maret

BAB III

Page 33: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah melihat suatu hubungan atau kaitan

faktor – faktor yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene. Adapun alur kerangka kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Kondisi Fisik

Personal Hygiene

Pengetahuan

Budaya

Status Ekonomi

Sarana Rumah Sakit

Page 34: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel Yang Tidak Diteliti

B. Hipotesis

1. Hipotesa Alternatif (HA)

a) Ada hubungan antara kondisi fisik dengan pemenuhan kebutuhan

personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang Interna RSU

Sawerigading Palopo.

b) Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang

Interna RSU Sawerigading Palopo.

c) Ada hubungan antara budaya dengan pemenuhan kebutuhan

personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang Interna RSU

Sawerigading Palopo.

2. Hipotesa Nol (H0)

a) Tidak ada hubungan antara kondisi fisik dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang

Interna RSU Sawerigading Palopo.

b) Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang

Interna RSU Sawerigading Palopo.

Page 35: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

c) Tidak ada hubungan antara budaya dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di Ruang

Interna RSU Sawerigading Palopo.

C. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah karateristik subjektif penelitian yang berubah dari

suatu subjek ke subjek lainnya,sehingga dapat pula di sebut sebagai

karateristik suatu benda atau subjek.Menurut fungsinya dalam korteks

penelitian secara keseluruhan,khususnya dalam hubungan antar

variable terdapat beberapa jenis yaitu :

a) Variabel bebas (Variabel independen) adalah variabel yang bila

terjadi perubahan akan mengakibatkan perubahan variabel

lain.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi fisik,

pengetahuan,dan budaya.

b) Variabel tergantung (variabel dependent) adalah variabel yang

berubah diakibatkan adanya perubahan variabel bebas. Variabel

tergantung pada penelitian ini adalah personal hygiene.

2. Defenisi Operasional kriteria objektif

a) Kondisi Fisik

Page 36: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Yang dimaksud dengan kondisi fisik dalam penelitian ini adalah

tentang keadaan sakit yang mempengaruhi kemampuannya

dalam pelaksanaan personal hygiene.

Kriteria Objektif :

Mampu : bila skor jawaban responden median ≥ 9

Tidak mampu : bila skor jawaban responden median < 9

b) Pengetahuan

Yang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah

tentang segala yang diketahui menyangkut kebersihan diri dan

tata cara pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.

Kriteria Objektif :

Baik : bila skor jawaban responden median ≥ 5

Kurang : bila skor jawaban responden median < 5

c) Budaya

Yang dimaksud dengan budaya dalam penelitian ini adalah

tentang kebiasaan yang mempengaruhi praktik personal

hygienenya.

Kriteria Objektif :

Mendukung : bila skor jawaban responden median ≥ 8

Tidak mendukung : bila skor jawaban responden median < 8

d) Personal Hygiene

Yang dimaksud dengan Personal Hygiene dalam penelitian ini

adalah Kebersihan diri yang meliputi : kebersihan kulit,

kebersihan kulit kepala dan rambut, kebersihan gigi dan mulut,

serta kebersihan kuku yang diamati langsung oleh peneliti

Page 37: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Kriteria Objektif :

Terpenuhi : bila skor = 26

Tidak terpenuhi : bila skor < 26

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif Analitik dengan

pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada

waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali, pada satu saat atau pengukuran pada saat

bersamaan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek penelitian yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,2003). Populasi dalam

penelitian ini penelitian adalah semua pasien yang dirawat inap di

Page 38: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

ruang interna pada tanggal 02 s/d 31 Mei 2011 di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo dan tercatat dalam buku register sebanyak 142

orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode purposive sampling.Pengambilan sampel secara purposive di

dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti

sendiri,berdasarkan ciri – ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya.

Rumus pengambilan sampel (Nursalam 2006) :

N n =

1 + N (d ¿¿2

Keterangan :

N = Besarnya populasi

n = Besarnya sampel

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang di

inginkan (0,1)

Jadi besar sampel untuk N = 142 adalah 58 pasien.

Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi meliputi :

1. Pasien rawat inap di Ruang Interna.

Page 39: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

2. Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1. Pasien tidak bersedia menjadi responden.

2. Pasien pulang paksa atau permintaan sendiri

3. Pasien meninggal

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang di maksud adalah di ruang interna Rumah Sakit

Umum Sawerigading Palopo.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 02 s/d 31 Mei 2011.

D. Instrumen penelitian

Instrument pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

yaitu lembar observasi dan kuesioner yang merupakan tekhnik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

dengan menggunakan skala likert dan skala Guttman.

Untuk mengukur variabel personal hygiene digunakan lembar

observasi dengan pernyataan negatif dan menggunakan skala Guttman,

pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yaitu, 2 = tidak, 1 = ya.

Page 40: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Dikatakan terpenuhi bila skor sama dengan 26 dan dikatakan tidak

terpenuhi bila skor kurang dari 26.

Untuk mengukur variabel kondisi fisik digunakan skala Guttman.

Pertanyaan tentang kondisi fisik sebanyak 6 item dengan skor pada setiap

alternatif jawaban, yaitu 2 = ya , 1 = tidak. Dikatakan mampu bila skor

jawaban responden lebih atau sama dengan 9 dan dikatakan tidak

mampu bila jawaban responden kurang dari 9.

Untuk mengukur pengetahuan responden tentang personal

hygiene digunakan multipelcoice sebanyak 10 item pertanyaan dengan

skor pada setiap alternatif jawaban, yaitu 1 = jawaban benar, 0 = jawaban

salah. Pengetahuan responden dikatakan baik jika skor sama dengan

atau lebih dari 5 dan dikatakan kurang bila skor kurang dari 5.

Pada variabel budaya digunakan skala likert sebanyak 3 item

pertanyaan dengan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban, yaitu

setuju = 3, ragu-ragu = 2, tidak setuju = 1. dikatakan mendukung bila skor

jawaban responden sama dengan atau lebih dari 8 dan dikatakan tidak

mendukung bila skor jawaban responden kurang dari 8.

E. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Page 41: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara menyebarkan atau

membagikan kuesioner kepada responden dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Sebelum kuesioner diserahkan kepada responden, peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian

b. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka responden

diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner

c. Jika responden telah menyatakan bersedia, maka kuesioner

diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu

tentang cara pengisian kuesioner

d. Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, selanjutnya

dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai data pelengkap untuk

data primer yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang didapat dari

Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo. Data yang didapat nantinya akan

dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien.

F. Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pengolahan

Page 42: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

data yaitu :

a. Editing (memeriksa)

Setelah lembar kuesioner dikumpulkan dalam bentuk data,

kemudian dilakukan pengecekan atau memeriksa kelengkapan

jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban.

b. Koding (Memberi tanda kode)

Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban atau data

disederhanakan dengan memberikan simbol-simbol tertentu

untuk setiap jawaban

c. Tabulasi

Data dikelompokkan kedalam suatu tabel menurut sifat – sifat

yang dimiliki, kemudian data dianalisa secara statistik.

2. Analisa Data

Pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan

program SPSS versi 15,0. Analisa data dilakukan dengan langkah –

langkah sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing – masing variabel yang diteliti. Bentuknya

tergantung dari jenis datanya.

b. Analisis Bivariat

Page 43: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel dengan menggunakan uji statistik Chi-square

dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

G. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting, mengingat dalam penelitian ini menggunakan manusia

sebagi subjek. Dalam penelitian ini menekankan pada masalah etika

yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan,

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika responden

bersedia diteliti mereka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang di isi

oleh responden. Lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang

dilaporkan pada hasil penelitian.

Page 44: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Interna RSU Sawerigading Palopo pada

tanggal 02 s/d 31 Mei 2011.Adapun desain penelitian yang di gunakan yaitu

deskriptif analitik,dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan sampel di

lakukan dengan menggunakan tehnik purposive sampling.Hasil penelitian

diperoleh melalui observasi dan penyebaran kuesioner yang memuat

pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi fisik, pengetahuan, budaya, dan personal

hygiene.

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Sawerigading Kota Palopo terletak di Jln. Sami’un Kota

Palopo. Rumah Sakit Umum Sawerigading Kota Palopo memiliki UGD, UGD

kebidanan, ruang bedah yg terdiri dari zal bedah laki-laki (kelas I, II dan

Bangsal), zal bedah perempuan (kelas I, II, dan Bangsal), VIP IA, VIP IIA, VIP

IIIA, VIP IVA, VIP VA dan VIP VIA, ruang kelas I dan kelas II, ruang penyakit

dalam yang terdiri dari zal dalam laki-laki 2 bangsal dan zal dalam perempuan 1

bangsal, ruang anak yang terdiri dari zal anak A dan zal anak B, zal anak kelas

Page 45: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

IA, IB, IIA, IIB, ruang instalasi gizi, bank darah, laboratorium, laboratorium

kebidanan dan kandungan, kamar operasi, radiologi dan apotik. Rumah Sakit

Umum Sawerigading Kota Palopo memiliki jumlah Dokter 32 orang yang terdiri

dari 15 dokter umum, 2 dokter spesialis bedah, 2 dokter spesialis penyakit

dalam, 2 dokter spesialis anak, 2 dokter spesialis objin, 1 dokter spesialis

patalogi klinik, 1 dokter spesialis mata, 1 dokter THT, 1 dokter spesialis kulit,

jumlah perawat dengan pendidikan S1.Kep. sebanyak 8 orang, DIII Anastesi 2

orang, DIII Kesehatan gigi 4 orang, SPK keperawatan sebanyak 15 orang, S1

Bidan sebanyak 2 orang, spesialis gigi sebanyak 1 orang, SKM sebanyak 13

orang, Apoteker farmasi sebanyak 5 orang, S1 Farmasi sebanyak 2 orang,

Asisten apoteker sebanyak 2 orang, tenaga kesehatan farmasi sebanyak 1

orang, DIII Sanitasi sebanyak 1 orang, Akademi gizi sebanyak 8 orang.

Berdasarkan hasil pengolahan data maka berikut ini akan disajikan analisis

univariat, dan analisis bivariat :

1. Analisis Univariat

a. Kondisi Fisik

Tabel 1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kondisi fisik

di Rumah Sakit Umum Sawergading Palopo

Kondisi FisikJumlah

N Persent (%)

Mampu 15 25,9

Page 46: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Tidak mampu 43 74,1

Total 58 100

Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa responden yang

memiliki kondisi fisik yang mampu memenuhi kebutuhan personal

hygiene 15 (25,9%) dan yang memiliki kondisi fisik yang tidak mampu

sebanyak 43 (74,1%)

b. Pengetahuan

Tabel 2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo.

PengetahuanJumlah

N Persent (%)

Baik 17 29,3

Kurang 41 70,7

Total 58 100

Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa yang memiliki

tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 responden (29,3%), dan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 41 responden ( 70,7 %).

c. Budaya

Tabel 3

Distribusi frekuensi responden berdasarkan budaya

Page 47: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

di Rumah Sakit UmumSawerigading Palopo.

BudayaJumlah

N Persent (%)

Mendukung 11 19

Tidak Mendukung 47 81

Total 58 100

Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa jumlah

responden dengan budaya yang mendukung sebanyak 11 (19 %) dan

budaya yang tidak mendukung sebanyak 47 responden (81%).

d. Personal Hygiene

Tabel 4

Distribusi frekuensi responden berdasarkan personal hygiene

di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo.

Personal HygieneJumlah

N Persent (%)

Terpenuhi 10 17,2

Tidak terpenuhi 48 82,8

Total 58 100Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa jumlah

responden yang terpenuhi personal hygienenya sebanyak10 (17,2%) dan

yang tidak terpenuhi personal hygiene sebanyak 48 (82,8 %).

Page 48: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Kondisi Fisik dengan Pemenuhan kebutuhan

Personal Hygiene.

Tabel 5

Distribusi Analisis hubungan kondisi fisik dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo

Kondisi Fisik

Personal HygieneTotal P

valueTerpenuhi Tidak terpenuhi

f % f % f %

Mampu 9 90 6 12,5 15 25,90,000

Tidak Mampu 1 10 42 87,5 43 74,1

Total 10 100 48 100 58 100

Sumber : Data Primer 2011

Page 49: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa dari hasil penelitian

dengan 58 responden, yang kondisi fisik mampu dan personal hygiene

terpenuhi sebanyak 9 ( 90 %) sedangkan yang tidak terpenuhi sebanyak

6 responden (12,5 %). Responden yang memiliki kondisi fisik tidak

mampu dan personal hygiene terpenuhi sebanyak 1 ( 10 %), sedangkan

yang personal hygiene tidak terpenuhi sebanyak 42 ( 87,5%).

Berdasarkan analisa data dengan Chi-Square diperoleh nilai p =

0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi fisik dengan

pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

b. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemenuhan kebutuhan

Personal Hygiene

Tabel 6

Distribusi analisis hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal Hygiene di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo

Pengetahuan

Personal HygieneTotal P

ValueTerpenuhi Tidak terpenuhi

f % f % f %

Baik 8 80 9 18,8 17 29,30,000

Kurang 2 20 39 81,2 41 70,7

Total 10 100 48 100 58 100Sumber : Data Primer 2011

Page 50: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari hasil penelitian

dengan 58 responden,yang pengetahuan baik dan personal hygiene

terpenuhi sebanyak 8 (80%) sedangkan yang tidak terpenuhi sebanyak 9

responden (18,8%). Responden yang memiliki pengetahuan kurang dan

personal hygiene terpenuhi sebanyak 2 ( 20 %), sedangkan yang

personal hygiene tidak terpenuhi sebanyak 39 ( 81,2 %).

Berdasarkan analisa data dengan Chi-Square diperoleh nilai p =

0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

c. Hubungan antara Budaya dengan Pemenuhan kebutuhan

Personal Hygiene.

Tabel 7

Distribusi Analisis hubungan budaya dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo

Budaya

Personal HygieneTotal P

valueTerpenuhi Tidak terpenuhi

f % f % f %

Mendukung 7 70 4 8,3 11 190,000

Tidak mendukung 3 30 44 91,7 47 81

Total 10 100 48 100 58 100

Sumber : Data Primer 2011

Page 51: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dari hasil penelitian

dengan 58 responden, budaya yang mendukung dan personal hygiene

terpenuhi sebanyak 7 responden ( 70% ) sedangkan yang tidak terpenuhi

sebanyak 4 ( 8,3 %). Responden dengan budaya tidak mendukung dan

personal hygiene terpenuhi sebanyak 3 ( 30 %), sedangkan yang

personal hygiene tidak terpenuhi sebanyak 44 ( 91,7 %).

Berdasarkan analisa data dengan Chi-Square diperoleh nilai p =

0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05) dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara budaya dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene.

C. Pembahasan

1. Hubungan kondisi fisik dengan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene.

Hasil penelitian dari 58 responden yang memiliki kondisi fisik mampu

dan personal hygiene terpenuhi sebanyak 9 ( 90 %) sedangkan yang tidak

terpenuhi sebanyak 6 responden ( 12,5 %) Sedangkan jumlah responden

yang kondisi fisiknya tidak mampu dan personal hygiene terpenuhi sebanyak

1 ( 10 %) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 42 ( 87,5 %).

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai

α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kondisi fisik dengan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene.

Page 52: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Pery & potter (2006),

seseorang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi

seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan

hygiene pribadi. Hal ini menyebabkan personal hygiene klien tidak terpenuhi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Darmiati (2008)

di kota Makassar yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi

fisik dengan pemenuhan kebutuhan personal hyhiene.

2. Hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene.

Hasil penelitian dari 58 responden yang memiliki pengetahuan baik

dan personal hygiene terpenuhi sebanyak 8 ( 80 %) dan yang tidak terpenuhi

personal hygienenya sebanyak 9 responden ( 18,8 %) Sedangkan responden

dengan pengetahuan kurang dan personal hygiene terpenuhi sebanyak 2

( 20 %) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 39 responden (81,2 %).

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai

α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene.

Walaupun tingkat pengetahuan responden baik tetapi sebagian besar

personal hygienenya tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi

responden untuk merealisasikan pengetahuan tersebut.

Page 53: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Menurut Perry & Potter (2006), pengetahuan tentang pentingnya

hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene.

Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, Klien juga harus

termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Dengan pengetahuan

responden tentang personal hygiene yang kurang menyebabkan tindakan

responden berdasar pada apa yang diketahuinya.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Azrul yang dikutip

Effendi (2000), menyatakan bahwa individu akan sadar, tahu, dan mengerti

serta mau melaksanakan apapun yang ada hubungannya dengan kesehatan

bila ia memiliki pengetahuan yang baik.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Darmiati (2008)

di kota Makassar menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

dengan pemenuhan kebutuhan personal hyhiene.

3. Hubungan budaya dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Hasil penelitian dari 58 responden diperoleh budaya yang

mendukung dan personal hygiene terpenuhi sebanyak 7 ( 70 %) dan

yang tidak terpenuhi sebanyak 4 ( 8,3 %). Sedangkan jumlah

responden dengan budaya yang tidak mendukung dan personal

hygiene terpenuhi sebanyak 3 ( 30 %) dan personal hygiene yang

tidak terpenuhi sebanyak 44 responden ( 91,7 %).

Page 54: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai

α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara budaya dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Jika dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar responden dengan budaya yang tidak mendukung dimana

kebudayaan tersebut menghambat pelaksanaan personal hygiene. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih percaya

dengan mitos-mitos atau larangan yang menghambat pelaksanaan

personal hygiene diantaranya tidak boleh mandi pada saat sakit

karena akan memperparah penyakit, tidak boleh memotong kuku

karena akan memperpendek umur, tidak boleh mencuci rambut karena

akan menyebabkan kerontokan dan dilarang bercukur pada saat sakit.

Ini merupakan suatu kewajaran dimasyarakat, karena kebudayaan

terwujud lewat perilaku manusia, dan apabila responden mempercayai

tentang sesuatu yang ada dalam masyarakat maka responden akan

mewujudkannya dalam tingkah laku sehari-hari. Kendati demikian ada

juga responden yang tidak percaya lagi dengan mitos-mitos atau

larangan yang menghambat pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

personal hygiene.

Menurut Pery & Potter (2006). Latar belakang budaya

mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu. Budaya juga

Page 55: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

mempengaruhi keluarga terhadap sistem pelayanan kesehatan dan

mempengaruhi cara pelaksanaan seperti kesehatan pribadi. Budaya

menggambarkan sifat non fisik, seperti : nilai, keyakinan, sikap atau

adat-istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan

diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Darmiati (2008)

di kota Makassar menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik

dengan pemenuhan kebutuhan personal hyhiene.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien rawat inap di Ruang

Interna Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo, ditarik kesimpulan bahwa :

1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan nilai signifikansi p =

0,000 lebih kecil dari 0,05 pada uji Chi-Squere

2. Ada hubungan yang bermakna antara kondisi fisik dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene dengan signifikan p = 0,000 lebih kecil

dari 0,05 pada uji Chi-Squere

Page 56: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

3. Ada hubungan yang bermakna antara budaya dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene dengan signifikan p = 0,000 lebih kecil

dari 0,05 pada uji Chi-Squere

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diberikan beberapa saran

kepada pihak yang terkait :

1. Di harapkan agar meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang

pentingnya personal hygiene dan perilaku hidup sehat.

2. Di harapkan agar menambah buku referensi tentang personal hygiene

dan metodologi penelitian agar dapat dipergunakan oleh mahasiswa

sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.

3. Di harapkan agar memasukkan faktor perawat sebagai salah satu variabel

penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dan karya

ilmiah ini dapat digunakan untuk perbandingan bagi peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 57: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Anonim. (2011), Kebutuhan Dasar Manusia Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Diri Dan Lingkungan. http//blogspot.com/2011/02/ Prosedur Pesonal Hygiene. Diakses 29 Maret 2011

Darmiati. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Pasien Rawat Inap.Makassar

Djojodibroto, D. (2000). Kiat mengelola Rumah Sakit. Hipokrates. Jakarta.

Effendy, N.(2000). Dasar – dasar kesehatan masyarakat, Ed.2. Jakarta.

Gaffar Jumadi, (2000). Pengantar keperawatan profesinal. EGC. Jakarta.

Hidayat.A.A. & Musrifatul Uliyah. (2006). Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. EGC. Jakarta.

Hidayat.A.A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia (Aplikasi, konsep dan proses keperawatan) buku I. Salemba medika. Jakarta.

Hidayat.A.A. (2007). Riset keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Iswandy.(2007). Analisis biaya pelayanan Rumah Sakit berbasis standart pelayanan medis sebagai dasar penetapan tarif diagnosis related’s group. http://iswandykapalawi.wordpress.com. Diakses 29 Maret 2011.

Nazir.M. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor

Page 58: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Notoatmodjo.S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat (Prinsip-prinsip dasar). Cetakan ke-2 Rineke Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo.S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.

Notoatmodjo.S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta

Nursalam, (2006). Konsep dan penerapan penelitian ilmu keperawatan (Pedoman Skripsi,Tesis,dan Instrumen penelitian keperawatan). Salemba Medika. Jakarta.

Poerwadarminta. (2006). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Purwanto Heri.(2000).Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.EGC.Jakarta

Potter & Pery. (2006). Fundamental keperawatan buku I. EGC. Jakarta.

Rosana Sintia. (2008). Hak dan kewajiban pasien. http://www.Fransbed negobarus.blogspot.com. Diakses 29 Maret 2011

.

Rosana Sintia. (2008). Manajemen keperawatan (ketenagaan keperawatandan pasien).http://www.nicelight1001.multiply.com. Diakses 29 Maret 2011

Sugiyono. (2003). Statistika untuk penelitian. Alfabeta. Bandung.

Page 59: karyatulisilmiah.com · Web viewBerdasarkan laporan dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo program tahun 2010 penyakit demam typoid tercatat jumlah penderita sebanyak 226 kasus demam

Supartini.Y. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. EGC. Jakarta.

Sutanto. (2001). Modul analisa data. FKM UI. Jakarta.

Soekanto,S.(2002).Sosiologi suatu pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tarwato & Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3. Salemba Medika. Jakarta.

WHO,2004.Thypoid Fever.www.who.Int

WHO,2006.Thypoid Fever.www.who.Int

WHO,2008.Thypoid Fever.www.who.Int