30
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada Rasulullah SAW serta sahabat dan keluarga beliau sekalian dengan segala kebaikan Beliau yang telah membawa kami dari alam jahiliyah kepada alam islamiayh dan dari alam yang penuh kebiadaban kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini yang berjudul “Analisis Kebijakan Pendidikan ” yang ditulis dengan segenap kemampuan yang terbatas dan sederhana mungkin. Terima kasih yang tidak terhingga kepada Dosen Pembimbing dan seluruh pihak yang telah ikut berpatisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang membangun dan hasilnya dapat bermanfaat bagi kami dan orang lain. Banda Aceh, 2 Januari 2011 Penulis i

karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada Rasulullah SAW

serta sahabat dan keluarga beliau sekalian dengan segala kebaikan Beliau yang telah

membawa kami dari alam jahiliyah kepada alam islamiayh dan dari alam yang penuh

kebiadaban kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini

yang berjudul “Analisis Kebijakan Pendidikan ” yang ditulis dengan segenap

kemampuan yang terbatas dan sederhana mungkin.

Terima kasih yang tidak terhingga kepada Dosen Pembimbing dan seluruh

pihak yang telah ikut berpatisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Dengan

selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik

yang membangun dan hasilnya dapat bermanfaat bagi kami dan orang lain.

Banda Aceh, 2 Januari 2011

Penulis

i

Page 2: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... iDaftar Isi.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1A. Latar Belakang.............................................................................. 1B. Rumusan Masalah......................................................................... 3C. Tujuan Penulisan........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 4A. UN................................................................................................. 4

1. Pengertian Ujian Nasional (UN)............................................. 4B. Empiris.......................................................................................... 4

1. Analisis Kebijakan Ujian Nasional......................................... 4C. Normatif........................................................................................ 9

1. Pelaksanaan UN Di Lapangan................................................ 91) Dilematasi Pelaksanaan UN................................................. 92) Pelaksanaan Un Di Tahun 2010........................................... 10

2. Apa Yang terjadi Jika UN Di Laksanakan.............................. 11D. Evaluatif........................................................................................ 14

1. Bagaimana Seharusnya UN Itu............................................... 142. Kenapa harus demikian........................................................... 143. Aspek yang Perlu Di Terapkan Dalam UN............................. 15

BAB III PENUTUP................................................................................. 17A. Kesimpulan................................................................................... 17B. Saran.............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18

ii

Page 3: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

Makalah : ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN

DI

SUSUN

OLEH :

ERIYANTINIM.

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALABANDA ACEH

2010

BAB I

iii

Page 4: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Ujian Akhir Nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan

Pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir)

yang sebelumnya dihapus. Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) dalam

beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi

kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan. Beberapa kali sempat terlontar

rencana atau keinginan dari beberapa pihak untuk menghapus atau meniadakan Ujian

Akhir Nasional tersebut. Tidak kurang dari Mendikbud sendiri pernah melontarkan

pernyataan akan menghapus UAN, dan pernyataan beberapa anggota Dewan yang

mengusulkan penghapusan UAN tersebut.

Pendidikan yang berkualitas memegang peran kunci dalam menciptakan

sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Sementara SDM diperlukan

sebagai penggerak proses pembangunan suatu Negara, semakin berkualitas SDM

yang dimiliki oleh suatu Negara maka semakin cepat proses pembangunannya

menuju masyarakat madani. Undang-undang Dasar tahun 1945 menyebutkan bahwa

pendidikan merupakan hak warga Negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah

sebagai intitusi Negara.

Hak warga Negara tersebut dapat berupa mendapatkan akses pendidikan yang

berkualitas dan murah, sehingga masyarakat tidak terbebani dengan biaya pendidikan

yang mahal. Dalam era otonomi daerah, terutama sejak dikeluarkannya Undang-

undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pemerintah pusat

menyerahkan wewenang kepada pemerintah daerah untuk menjalankan proses

pendidikan di daerahnya masing-masing, tetapi tetap megikuti pedoman dan

prosedur yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat selaku pemegang kebijakan

tertinggi.

Menurut Heintz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam buku Charles O. Jones

mendefinisikan kebijakan sebagai “keputusan tetap” yang dicirikan oleh konsistensi

dan pengulangan (repetiveness) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari

mereka yang mematuhi keputusan tersebut (1996). Sehingga sering terdengar di

iv

Page 5: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

masing-masing daerah di Indonesia memiliki kebijakan yang berbeda berkaitan

dengan biaya pendidikan dan peningkatan kesejahteraan praktisi pendidikan.

Semakin besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka semakin besar pula dana

yang dianggarkan untuk peningkatan penyelenggaraan pendidikan. Sementara

pemerintah pusat mematok anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Salah

satu program pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini

adalah dengan melaksanakan ujian kelulusan atau yang dikenal dengan Ujian

Nasional (UN) yang dilakukan serentak secara nasional dengan standar nilai dan

jumlah mata ujian ditentukan sebelumnya oleh Departemen Pendidikan dari tingkat

Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). UN sudah dilaksanakan

sejak tahun ajaran 2002/2003 dengan standar nilai 3,01 hingga tahun ajaran

2009/2010 dengan standar nilai kelulusan menjadi 6,00 dan dengan enam (6) mata

pelajaran yang diujikan.

Terjadi perdebatan di masyarakat berkenaan dengan kebijakan pemerintah

ini, ada yang mendukung UN dengan alasan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

di Indonesia yang memang terperosok jauh dari Negara tetangga dan ada yang

menolak dengan beragam argumentasi kerugian yang timbul akibat pelaksanaan UN.

Puncaknya ketika pada 14 September 2009 Mahkamah Agung (MA) memutuskan

menolak kasasi perkara yang diajukan pemerintah dengan No 2596 K/PDT/2008

(www.kompas.com).

Dalam isi putusan ini, tergugat yakni presiden, wapres, mendiknas, dan Ketua

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dinilai lalai memenuhi kebutuhan hak

asasi manusia (HAM) di bidang pendidikan. Pemerintah juga lalai meningkatkan

kualitas guru. Dengan demikian MA melarang UN yang diselenggarakan oleh

Depdiknas. Sehingga terjadi permasalahan yang belum ada kejelasan hingga saat ini,

apakah UN tetap dijalankan dengan mekanisme dan prosedur yang diperbaiki atau

UN dihapus berganti dengan kebijakan lain. Meskipun perkembangannya pada

akhirnya UN tetap dilaksanakan dengan memberikan keringan bagi yang tidak lulus

UN untuk mengulang kembali mata pelajaran yang tidak lulus.

B. Rumusan Masalah

v

Page 6: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

UN sejak awal sudah menuai kontroversi di Indonesia, sebahagian

masyarakat menganggap UN tidak tepat untuk dilaksanakan secara merata di

Indonesia. Disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana masing-masing

sekolah yang ada di seluruh Indonesia belum merata, serta tidak semua sekolah dan

siswa mendapatkan akses pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga dari latar

belakang di atas dapat dibuat rumusan masalahnya, apakan kebijakan UN masih

tetap layak untuk dilaksanakan di Indonesia dan jika tidak solusi apa yang bisa

diberikan untuk mengganti kebijakan UN tersebut.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah UN itu sebenarnya?

2. Analisis Kebijakan UN.

3. Bagaimanakah plaksanaan UN di lapangan?

4. Apa yang terjadi jika UN dilaksanakan?

5. Apakah UN itu perlu dilaksanakan?

6. Jika UN dilaksanakan

BAB II

PEMBAHASAN

A. UAN

vi

Page 7: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

1. Pengertian Ujian Nasional (UN)

Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan

penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan

menengah. Ujian Nasional (UN) merupakan istilah bagi penilaian kompetensi peserta

didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai

polemik yang berkepanjangan mengenai Ujian Nasional di Indonesia tampak baik

bagi demokrasi di negeri ini. Tapi satu hal yang jangan terlupa bahwa siswa peserta

UN jangan sampai dibuat ragu atau takut tentang kepastian Ujian Nasional sebagai

sarana untuk mengukur kemampuan mereka di bangku sekolahnya. Walaupun UN

mengundang pro dan kontra tapi hendaknya tetap di jalur yang semestinya, karena

bagaimana pun para siswa terutama siswa SMA / MA adalah para calon Agent of

Change yang akan berperan untuk membawa perubahan-perubahan konstruktif bagi

negeri ini. Oleh karena itu agar keraguan berkurang di kalangan dunia kependidikan,

kami dari Tim Ujian Nasional mencoba menyampaikan beberapa hal yang dipandang

penting terutama dalam hal dalam kebijakan UN 2011 yang tentunya diharapkan

dapat menjadi bekal bagi para siswa agar mereka cukup persiapan dalam menghadapi

Ujian Nasional 2011.

B. Empiris

1. Analisa Kebijakan UAN

Analisa kebijakan UAN yang bertentangan dengan UU Sisdiknas dan bentuk

evaluasi di dalam pendidikan. Pertama, ada anggapan dari sebagian orang, terutama

para pejabat Legislatif yang menganggap bahwa UAN bertentangan dengan UU

Sisdiknas. Dimana Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan UAN

sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran

2003/2004 disebutkan bahwa tujuan UAN adalah untuk mengukur pencapaian hasil

belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat

pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.

Begitu pula evaluasi dalam pendidikan seharusnya dapat memberikan

gambaran tentang pencapaian tujuan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-

vii

Page 8: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

Undang No. 20 tahun 2003. Evaluasi seharusnya mampu memberikan informasi

tentang sejauh mana kesehatan peserta didik. Evaluasi harus mampu memberikan

tiga informasi penting seperti yang dipaparkan oleh McNeil. Selain itupula dalam

evaluasi pendidikan diharapkan dapat memberikan informasi tentang keimanan dan

ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan juga dapat

meningkatkan kreativitas, kemandirian dan sikap demokratis peserta didik

Dari paparan di atas, yang menjadi pertanyaan apakah mutu pendidikan dapat

diukur dengan memberikan ujian akhir secara nasional di akhir tahun ajaran? Apalagi

bila dihadapkan mutu pendidikan dari aspek sikap dan perilaku siswa, apakah bisa

dilihat hanya pada saat sekejap di penghujung tahun? Mutu pendidikan pada tingkat

nasional dapat dilihat dengan berbagai cara, tetapi pelaksanaan UAN sebagaimana

yang dipraktekkan belum menjawab pertanyaan sejauh mana mutu pendidikan di

Indonesia, apakah menurun atau meningkat dari tahun sebelumnya. Bahkan terdapat

indikasi bahwa soal-soal UAN (yang dulu disebut Ebtanas) berbeda dari tahun ke

tahun, dan seandainya hal ini benar maka akibatnya tidak bisa dibandingkannya hasil

ujian antara tahun lalu dengan sekarang. Selain itu mutu pendidikan tidak mungkin

diukur dengan hanya memberikan tes pada beberapa mata pelajaran ‘penting’ saja,

apalagi dilaksanakan sekali di akhir tahun pelajaran. Mutu pendidikan terkait dengan

semua mata pelajaran dan pembiasaan yang dipelajari dan ditanamkan di sekolah,

bukan hanya pengetahuan kognitif saja. UAN tidak akan dapat menjawab pertanyaan

seberapa jauh perkembangan anak didik dalam mengenal seni, olah raga, dan

menyanyi. UAN tidak akan mampu melihat mutu pendidikan dari sisi percaya diri

dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan bersikap demokratis.

Dengan kata lain, UAN tidak akan mampu menyediakan informasi yang cukup

mengenai mutu pendidikan. Artinya tujuan yang diinginkan masih terlalu jauh untuk

dicapai hanya dengan penyelenggaraan UAN.

Selain itu pula UAN yang dilakukan hanya dengan tes akhir pada beberapa

mata pelajaran tidak mungkin memberikan informasi menyeluruh tentang

perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan. Karena tes

yang dilaksanakan di bagian akhir tahun pelajaran tidak dapat memberikan gambaran

viii

Page 9: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

tentang perkembangan pendidikan peserta didik, tes tersebut tidak dapat

memperhatikan proses belajar mengajar dalam keseharian karena tes tertulis tidak

dapat melihat aspek sikap, semangat dan motivasi belajar anak selain itu pula tes di

ujung tahun ajaran tidak dapat menyajikan keterampilan siswa yang sesungguhnya

dan juga hasil tes tidak dapat menggambarkan kemampuan dan keterampilan anak

selama mengikuti pelajaran. Oleh karena itu terjadi pertentangan antara tujuan yang

ingin dicapai dengan bentuk ujian yang diterapkan, karena pengukuran hasil belajar

tidak bisa diukur hanya dengan memberikan tes di akhir tahun ajaran saja.

Kedua, tujuan UAN yang lain dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 adalah

untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan

pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah. Adalah

ironis kalau UAN dipakai sebagai bentuk pertanggungjawaban penyenggaraan

pendidikan, karena pendidikan merupakan satu kesatuan terpadu antara kognitif,

afektif, dan psikomotor. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk membentuk

manusia yang berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, cerdas, dan kreative yang

semuanya itu tidak dapat dilihat hanya dengan penyelenggaraan UAN. Dengan kata

lain, UAN belum memenuhi syarat untuk dipakai sebagai bentuk

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat.

Ketiga, jika dihubungkan dengan kurikulum, maka UAN juga tidak sejalan

dengan salah satu prinsip yang dianut dalam pengembangan kurikulum yaitu

diversifikasi kurikulum. Artinya bahwa pelaksanaan kurikulum disesuaikan dengan

situasi dan kondisi daerah masing-masing. Kondisi sekolah di Jakarta dan kota-kota

besar tidak bisa disamakan dengan kondisi sekolah-sekolah di daerah perkampungan,

apalagi di daerah terpencil. Kondisi yang jauh berbeda mengakibatkan proses belajar

mengajar juga berbeda. Sekolah di lingkungan kota relatif lebih baik karena sarana

dan prasana lebih lengkap. Tetapi di daerah-daerah pelosok keberadaan sarana dan

prasarana serba terbatas, bahkan kadang jumlah guru pun kurang dan yang ada pun

tidak kualified akibat ketiadaan. Kebijakan penerapan UAN dengan standar yang

sama untuk semua sekolah di Indonesia telah melanggar prinsip tersebut dan

ix

Page 10: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

mengakibatkan ketidakadilan bagi peserta didik yang tentu saja hasilnya akan jauh

berbeda, sedangkan kebijakan yang diambil adalah menyamakan mereka.

Keempat, pelaksanaan UAN hanya pada beberapa mata pelajaran yang

dianggap “penting” juga memiliki permasalahan tersendiri. Sekarang yang terjadi

orang akan beranggapan hanya matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan

IPA yang merupakan mata pelajaran penting. Sedangkan ada diantara kita anak-anak

yang memiliki bakat untuk melukis atau olahraga, mereka akan meragukan bahwa

pelajaran tersebut merupakan pelajaran penting bagi dia. Sehingga bakat tersebut

akan terkubur dengan sendirinya karena yang ada di benak mereka adalah bagaimana

mereka bisa lulus dalam UAN tersebut. Dengan demikian pelaksanaan UAN hanya

pada beberapa mata pelajaran akan mendorong guru untuk cenderung mengajarkan

hanya mata pelajaran tersebut, karena yang lain tidak akan dilakukan ujian nasional.

Hal ini dapat berakibat terkesampingnya mata pelajaran lain, padahal tidak semua

anak senang pada mata pelajaran yang diujikan. Akibat dari kondisi ini adalah terjadi

peremehan terhadap mata pelajaran yang tidak dilakukan pengujian.

Kelima, tingkat kreativitas guru empat mata pelajaran tersebut akan

terkekang karena dikejar target untuk menyelesaikan materi. Selain itu pula metode

pembelajaran yang seharusnya bisa disajikan secara menarik dan dikembangkan

sesuai dengan implementasi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari tergantikan

dengan metode drill latihan soal dan peserta didik hanya “dicekoki” dengan

bagaimana dapat menjawab soal-soal pada empat mata pelajaran tersebut.

Keenam, beberapa orang berpendapat bahwa UAN bertentangan dengan

kebijakan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun

1999. Hal ini dapat dipahami sebagai berikut. Kebijakan UAN dilaksanakan

bersamaan dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah. Selain itu pada saat

yang sama juga dikenalkan kebijakan otonomi sekolah melalui manajemen berbasis

sekolah. Evaluasi sudah seharusnya menjadi hak dan tanggung jawab daerah

termasuk sekolah, tetapi pelaksanaan UAN telah membuat otonomi sekolah menjadi

terkurangi karena sekolah harus tetap mengikuti kebijakan UAN yang diatur dari

pusat. Selain itu UAN berfungsi untuk menentukan kelulusan siswa. Padahal

x

Page 11: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

pendidikan merupakan salah satu bidang yang diotonomikan, kecuali sistem dan

perencanaan pendidikan yang diatur secara nasional termasuk kurikulum. Di sisi lain,

dengan adanya kebijakan otonomi sekolah yang berhak meluluskan siswa adalah

sekolah melalui kebijakan manajemen berbasis sekolah. UAN telah dijadikan alat

untuk “menghakim” siswa, tetapi dengan cara yang tanggung karena dengan

memberikan batasan nilai minimal 4.25. Dengan menetapkan nilai serendah itu,

maka berarti bahwa standar mutu pendidikan di Indonesia memang ditetapkan sangat

rendah. Kalau direnungkan, apa arti nilai 4 pada suatu ujian. Nilai 4 dapat diartikan

hanya 40% dari seluruh soal yang diujikan dikuasai, padahal secara umum pada

bagian lain diakui bahwa nilai yang dapat diterima untuk dinyatakan cukup atau baik

adalah di atas 6. Dengan kata lain, UAN selain menetapkan standar mutu pendidikan

yang sangat rendah telah “menghakimi” semua siswa tanpa melihat latar belakang,

situasi, kondisi, sarana dan prasarana serta proses belajar mengajar yang dialami

terutama siswa di daerah pedesaan.

C. Normatif

1. Pelaksanaan UN di lapangan

1) Dilematis Pelaksanaan UN

Ujian Nasional sejak digulirkan pada tahun ajaran 2002/2003 tidak jarang

menjadi momok menakutkan bagi pelajar yang kawatir tidak lulus karena tidak

mendapatkan nilai yang mencukupi, sementara bagi para guru dan institusi

pendidikan tempat siswa menimba ilmu kekawatiran serupa terjadi, kualitas dan

profesionalitas mereka dipertaruhkan, tergantung dari banyak dan sedikitnya siswa

yang lulus dalam UN. Sehingga tidak jarang terjadi kecurangan-kecurangan dari

pelaksanaan UN di daerah-daerah baik yang dilakukan oleh siswa itu sendiri maupun

oleh para pendidik, dengan tujuan satu, mendongkrak nilai UN siswa agar

mendapatkan nilai sesuai dengan batas minimal kelulusan.

UN di beberapa daerah masih cenderung mengabaikan nilai-nilai kejujuran

dan tanggung jawab. Media elektronik dan cetak merekam kecurangan ini, banyak

sekolah dan orang tua siswa yang paranoid dan sangat khawatir siswanya tidak lulus

xi

Page 12: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

ujian dengan persentase tinggi. UN layaknya ‘palu sidang’ yang akan dijatuhkan

untuk memvonis apakah seorang siswa dianggap pandai sehingga layak memperoleh

predikat lulus, atau sebaliknya.

Mengingat hasil ujian ini berimplikasi pula pada eksistensi dan kredibilitas

sekolah, setelah ditelisik lebih jauh ternyata paranoid ini tidak saja mengidap sekolah

dan orang tua siswa, namun pemerintah daerah juga merasa perlu dan

berkepentingan menjaga muka terkait pengelolaan pendidikan di wilayahnya.

Selanjutnya sudah bisa ditebak, beragam kebijakan diambil oleh pemerintah daerah

terkait sukses UN ini.

Realitas ini tentu sangat memprihatinkan apalagi di dunia pendidikan yang

semestinya menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Faktanya pelaksanaan UN tahun

2008-2009 yang lalu masih ditemukan sejumlah 33 sekolah yang melakukan

kecurangan dalam pelaksanaannya (www.swaramerdeka.com). Masih segar dalam

ingatan kita terhadap sekelompok guru yang menamakan dirinya Komunitas Air

Mata Guru. Sebuah kelompok guru yang meskipun pahit telah berani mengikuti

nuraninya sebagai seorang pendidik, untuk melaporkan berbagai macam tindakan

kecurangan dalam pelaksanaan ujian pada sekolah mereka di Medan dan daerah

sekitarnya.

Sayangnya, keberanian mereka mengungkap kecurangan ini menuai

intimidasi. Mereka dianggap mencemarkan nama baik sekolah, diturunkan atau

ditunda kenaikan pangkatnya hingga diberhentikan. Sikap Depdiknas pun setali tiga

uang. Alih-alih melindungi para guru tersebut malah ikut menyudutkan mereka.

Padahal dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya berhak memperoleh perlindungan

atau memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

Masyarakat sebenarnya bisa mengerti ketika pemerintah menilai bahwa ujian

tersebut bisa meningkatkan motivasi belajar. Namun kamingnya, motivasi itu muncul

hanya di akhir tahun ajaran menjelang ujian, bukan sebagai bagian dari proses

pembelajaran. Mereka berlomba-lomba memasuki institusi pendidikan non formal

xii

Page 13: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

hanya untuk dapat lulus UN dan tentunya akan membuat pengeluaran masyarakat di

bidang pendidikan semakin membengkak, belum lagi mental pelajar yang menjadi

terganggu dengan tekanan belajar yang meningkat tajam.

2) Pelaksanaan UN di Tahun 2010

Tahun 2010 ini sejarah  pendidikan kita kembali tercoreng oleh ulah para

oknum pendidik beberapa waktu lalu yang harus berurusan dengan kepolisian karena

kasus kecurangan dalam pelaksanaan UN. Bahkan ada beberapa sekolah yang secara

diam-diam telah memberikan bocoran jawaban UN kepada para siswanya. Bisnis

bocoran soal dan jawaban pun menjadi ladang uang bagi oknum-oknum yang tidak

bertanggung jawab. Sejak awal digulirkan kebijakan UN, tampak jelas begitu banyak

permasalahan dan kontroversi yang ditimbulkannya.

2. Apa yang terjadi jika UN dilaksanakan

Akhir – akhir ini kita diingatkan kembali dengan masalah Ujian Nasional,

karena beberapa Media baik cetak maupun Elektronik, ramai – ramai memberitakan

kemenangan dari gugatan warga Negara atau Citizen Lawsuit  terhadap Pemerintah,

dimana kemenangan ini mulai dari tingkat Pengadilan Negri sampai dengan

Mahkamah Agung. Ujian Nasional sesungguhnya mempunyai 2 sisi baik dan buruk,

SISI BAIK

1. Kita jadi mempunyai standard yang sama untuk kelulusan siswa, sehingga

pada akhirnya tidak ada perbedaan antara siswa di Jakarta dan kota kota

besar lainnya dengan siswa didaerah.

2. Kelulusan akan menjadi suatu hal yang membanggakan dan suatu hal yang

patut disyukuri, karena ditempuh dengan perjuangan dan pengorbanan

yang besar.

xiii

Page 14: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

3. Pada akhirnya untuk masuk ke Perguruan tinggi cukup menggunakan nilai

hasil kelulusan.

4. Dan lain lain.

SISI BURUK

1. Siswa menjadi Depresi dan sangat tertekan karena Ujian Nasional seolah olah

tidak bisa diprediksi materi yang akan diujikan

2. Karena Standard pengajaran diseluruh Indonesia berbeda – beda, sesuai

dengan kualitas pengajar, tingkat ekonomi didaerah, dan lain lain, maka sulit

untuk dilakukan penyeragaman soal ujian. Bayangkan saja sekolah yang

berbeda standard pengajarannya dipaksakan harus mengerjakan soal yang

sama.

3. Pembuat soal kurang turun ke lapangan, meninjau sekolah sekolah terpencil

untuk mengetahui sebaiknya materi Ujian itu sampai tingkat yang bagaimana.

4. Di beberapa kasus terjadi kesalahan dari sistim koreksi yang dilakukan untuk

menilai hasil ujian Nasional ini, contohnya ada kasus dimana satu sekolah

tidak lulus ujian dan selanjutnya dilakukan ujian ulang. Bagaimana

Pemerintah bisa yankin bahwa sistim penilaiannya sudah benar, seandainya

saja pada contoh kasus diatas yang mengalami kesalahan penilaian hanya 11

orang, mungkin ujiannya tidak bisa diulang. Dan jadilah siswa yang apes tadi

harus menerima nasib ia tidak lulus ujian.

3. Sebuah Gambaran tentang Ujian Nasional (UN)

UN Amburadul, Gambaran Pendidikan yang Bobrok 09:48, 29/04/2010

xiv

Page 15: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

Pengumuman hasil ujian nasional (UN) di beberapa daerah sangat

mengejutkan kita. Ironisnya, ada sekolah yang 99 persen bahkan 100 persen

siswanya dinyatakan tidak lulus. Meski tingkat kelulusan cenderung meningkat, tapi

kecurangan-kecurang pada pelaksanaan UN menegasikan validitas data kelulusan.

“Fenomena kecurangan dan hasil UN yang amburadul dan mengecewakan

tersebut merupakan gambaran kebobrokan sistem pendidikan kita,” kata Syamsir

Pohan, Ketua Umum Badko HMI Sumut.

Terkait Komisi E DPRD Sumut meminta panitia UN Provinsi Sumatera Utara

memeriksa ulang lembar jawaban untuk Kabupaten Labuhan Batu, menyusul

penolakan hasil UN dari Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu, itu merupakan

affirmative action, tindakan penyelamatan positif.

Tapi, akar permasalahan kita bukan itu. Sejatinya, Komisi E DPRD Sumut

harus mengevaluasi total manajemen mutu pendidikan kita, khususnya di Sumatera

Utara. Lebih jauh lagi, persoalan ini harus dibahas secara serius dan dibawa ke

Musrembangnas oleh Dinas Pendidikan Sumut,” tambah Syamsir.

Belakangan, lanjut Syamsir, peristiwa kasus bunuh diri Juliana di Plaza

Medan Fair juga diuga akibat stres karena takut tidak naik kelas.

Ini juga menjadi persoalan. Ada kecenderungan bahwa kenaikan kelas,

kelulusan UN dan prestasi dengan tolok ukur angka-angka di rapor menjadi

“momok” bagi siswa.

“Menurut saya, selain berorientasi pada peningkatan intelejensia dan

pengetahuan, pendidikan kita harus diarahkan pada pembangunan mental dan

kerohanian. Agar siswa dapat menghayati dan menikmati pendidikan, khususnya

pendidikan formal, sebagai sebuah kawah candra di muka, tempat menempa diri,”

pungkasnya. (mag-13/rel)

xv

Page 16: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

Gambar: Menangis Seorang siswi SMK Negeri 7 Medan menangis ketika

mengetahui dirinya harus kembali melaksanakan ujian ulangan karena

gagal lulus pada Ujian Nasional, Senin (26/4)

D. Evaluatif

1. Bagaimana seharusnya UN itu.

1) Menurut kami Ujian Nasional dengan penyeragaman soal, baik untuk

dilakukan diseluruh Indonesia, namun untuk kelulusan siswa tetap

diserahkan pada sekolah masing – masing dengan mempertimbangkan

hasil ujian Harian, Tengah Semester dan Semester yang telah dilakukan

selama ini. Karena yang benar benar mengetahui kemampuan siswa yang

bersangkutan adalah guru guru mereka sendiri.

2) Data hasil dari Ujian Nasional itu menjadi masukan yang baik bagi

Pemerintah untuk mengetahui peta keberhasilan pendidikan yang

dilaksanakan diseluruh Indonesia, jadi bisa tahu, mana daerah yang perlu

mendapatkan perhatian lebih, atau mana Sekolah yang perlu dievaluasi

mutu pendidikkannya.

2. Kenapa harus demikian

Mutu Standard Pendidikan belum merata baik antar sekolah, maupun antar

Daerah, untuk itu merupakan tugas Pemerintah melalui Departemen

Pendidikan untuk membenahi hal tersebut. Alasan lainnya adalah Pemerintah

xvi

Page 17: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

seharusnya tidak terburu buru menerapkan standard yang MUTLAK untuk

Ujian Nasional, sebaiknya diberlakukan standard NORMA, yang

mempertimbangkan berbagai aspek, belajar itu tidak harus dibangku sekolah,

banyak orang yang disekolahnya biasa-biasa saja namun setelah lulus ia

menambah pengetahuannya dengan berbagai hal yang menunjang

pekerjaannya dan berhasil.

Disini kami berikan sebagai contoh, ada seorang anak yang ingin jadi

Ahli kimia, tapi ia tidak bisa segera mewujudkan keinginannya itu karena

tidak lulus ujian Nasional pada mata pelajaran Matematika, di Bab Calculus

Diferential. Atau tidak lulus Bahasa Indonesia pada bagian Sinonim. Kan

konyol jadinya ? Lebih parah lagi bila ternyata ada oknum pembuat soal ujian

yang merasa seperti pembuat Teka – teki, jadi makin susah dijawab, dia

makin bangga karenanya. Kasihan anak – anak jadi korban. Kan bisa saja itu

terjadi, banyak yang bilang orang Indonesia (baca “Oknum”) itu, seringkali

terlihatnya seperti rendah hati, padahal Arogan. contohnya banyak (kalau

dibilang banyak berarti tidak semua) yang sebelum terpilih jadi anggota DPR,

wah baik banget seolah olah akan berjuang demi rakyat, namun setelah

terpilih ternyata mengecewakan.

3. Aspek yang perlu diterapkan dalam UN

Dari hasil kajian Koalisi Pendidikan, setidaknya ada empat

penyimpangan dengan digulirkannya UN. Pertama, aspek pedagogis. Dalam

ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).

Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif,

sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan.

Kedua, aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar, misalnya pasal 35 ayat 1

yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,

proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan

secara berencana dan berkala. UN yang selama ini dilakukan hanya

xvii

Page 18: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang

ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Ketiga, aspek sosial dan

psikologis.

Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah

mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 dan meningkat

seterusnya dari tahun ketahun. Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi

peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-

pelajaran yang akan di UN kan di sekolah dan di rumah. Keempat, aspek

ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya.

Tidak hanya pemerintah yang harus mengeluarkan dana ekstra dalam

memberikan materi tambahan kepada peserta didik, tetapi juga orang tua

siswa yang terpaksa mengalokasikan dana untuk memberikan kursus

tambahan agar anaknya mendapatkan nilai memuaskan dalam pelaksanaan

UN nantinya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal

penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih

sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi ini

memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN.

 

xviii

Page 19: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ujian Nasional yang

diberlakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan tidak lain mempunyai

tujuan mulia untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang terpuruk dari

Negara lain terutama di wilayah Asia Tenggara. Meskipun akhirnya terjadi

kontroversi di tengah masyarakat dan berakibat keluarnya putusan MA, yang

melarang dilaksanakannya UN pada tahun ajaran 2009/2010.

B. Saran

Adapun beberapa hal yang dapat kami sarankan terhadap pemerintah perlu

dilakukan dalam pelaksanaan UN selanjutnya yaitu:

1. UN tetap dilaksanakan tetapi soal UN diselaraskan dengan tingkatan

Akreditasi masing-masing sekolah.

2. Membentuk kepanitiaan independen dalam pelaksanaan UN dari tingkat

pusat,sampai ke sekolah-sekolah. Bukan hanya itu, Panitia Independen juga

bertugas menjadi pengawas ruang saat berlangsungnya ujian, mengawasi dan

atau mengumpulkan lembar-lembar jawaban, sampai dengan pengawasan

dalam proses penilaian dan pengumuman hasil ujian nasional.

3. Pemerintah pusat dan daerah perlu terus menerus meningkatkan

pengalokasian anggaran di bidang pendidikan agar kualitas pendidikan

dinegeri ini semakin meningkat dan merata.

4. Para pendidik dan pemerintah daerah negeri ini perlu belajar kembali tentang

norma-norma kejujuran, sehingga tidak dengan mudah menerapkan segala

cara dalam mendongkrak nilai UN siswa.

xix

Page 20: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/kOPER.docx · Web viewDengan selesainya penyusunan makalah ini, kami berharap agar makalah ini dapat dikritik yang

DAFTAR PUSTAKA

Conny R. Semiawan. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. 2005. PT RAJAGRAFINDO PERSADA : JAKARTA

Jones, Charles O.. (1996). Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suharto, Edi. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

www.swaramerdeka.com.

www.kompas.com.

http://www.hariansumutpos.com/2010/04/42801/un-amburadul-gambaran-pendidikan-yang-bobrok.html

http://jurnal-politik.blogspot.com/2009/07/kontroversi-ujian-nasional.html

http://antikorupsi.org/indo/content/view/3764/2/

http://scalamedia.net/berita/editorial/389-ujian-nasional.html

http://kampungtki.com/baca/10710

xx