22
TUTORIAL 3 Pembimbing : dr. Lipinwati Nama : Franze Tambunan Ida Ayu Ratna Dona violita Ayu Mega Sari Masnah Nila Septiana Roni Andre Mohammad Afifi Yosi septia Mulia Oloan Meyrinda UNIVERSITAS JAMBI

fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

TUTORIAL 3

Pembimbing : dr. Lipinwati

Nama : Franze Tambunan

Ida Ayu Ratna

Dona violita

Ayu Mega Sari

Masnah

Nila Septiana

Roni Andre

Mohammad Afifi

Yosi septia

Mulia Oloan

Meyrinda

UNIVERSITAS JAMBI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

TAHUN AJARAN 2010/2011

Page 2: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

Skenario

Pria dan Nona sepasang kekasih datang ke praktek pribadi dr. B, Sp.OG. Pria mengaku Nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp.OG untuk melakukan pengguguran kandungan Nona yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk dibangku kelas SMA. Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan. Hasil pemeriksaan menunjukan kehamilan baru berusia sekitar 8 minggu. Dengan beralaskan kondisi psikologis Pria dan Nona yang masih muda dan belum siap untuk merawat anak, dr. B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan Nona pada lembar informed consent.

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Pengguguran kandungan : Berhentinya kehamilan secara spontan ataupun buatan2. Kehamilan : Rangkaian peristiwa yang dimulai dari pembuahan ovum,

berkembang jadi fetus didalam rahim3. Psikologis : Masalah-masalah perilaku/ emosional yang dapat

meningkatkan resiko gangguan4. Informed consent : Persetujuan tindakan medik oleh pasien atau keluarga

pasien atas dasar penjelasan dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Pria mengaku Nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp.OG untuk melakukan pengguguran kandungan Nona, yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku sekolah SMU.

2. Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan3. Hasil pemeriksaan menunjukan kehamilan baru berusia 8 minggu.4. Dengan beralaskan psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum siap untuk

merawat anak, dr. B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar informed consent.

Page 3: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

ANALISIS MASALAH

1. Pria mengaku Nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp.OG untuk melakukan pengguguran kandungan Nona, yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku sekolah SMU.a. Pengertian abortus ?

Berhentinya kehamilan sebelum janin berusia 22 minggub. Jenis-jenis abortus ?

Aborsi spontan dan aborsi buatanc. Syarat-syarat untuk melakukan abortus yang legal ?

Adanya indikasi medis, pemerkosa, mengancam keselamatan ibu, kurang dari 6 minggu, disetujui ibu, tenaga kesehatan berwenang, sarana kesehatan yang memadai

d. Dampak abortus pada usia muda ? (LI)e. Landasan hukum ?

1. UU. Kes. 36 (2009) pasal 75-772. KUHP pasal 346-3493. Pasal 299, 341, 343

2. Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungana. Bagaimana pandangan agama, hukum, dan etika terhadap keputusan Nona

untuk melakukan pengguguran kandungan?Agama, melarang melakukan abortus provocatus criminalisHukum, tidak sesuai dengan pasal 75,76,77 UU. Kesehatan no. 36 2009KUHP 299, 341, 342, 343, 346-349Etika, LI

b. Alasan-alasan dilakukannya aborsi?- Ekonomi rendah- Korban pemerkosaan- Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu- Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat- Adanya indikasi medik

c. Statistik usia melakukan aborsi? LI

3. Hasil pemeriksaan menunjukan kehamilan baru berusia 8 minggu.a. Kapan kehidupan dimulai? Dilihat dari berbagai sudut pandang agama.

Islam, dimulai dari minggu ke3Kristen, dimulai saat sperma bertemu dengan ovumHindu, kehidupan dimulai saat bertemunya sperma dan ovumBudha, kehidupan dimulai saat bertemunya sperma dan ovum

b. Macam-macam teknik melakukan aborsi? (LI)

Page 4: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

4. Dengan beralaskan psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum siap untuk merawat anak, dr. B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar informed consenta. Siapa saja yang dapat dipidanakan atas suatu tindakan aborsi?

Orang-orang yang menyarankan dan meminta untuk melakukan aborsi serta orang yang melakukanya.

b. Bagaimanakah pandangan etika dan hukum terhadap keputusan dr. B, Sp.OG?Hukum, dilarang jika tidak ada indikasi medisAgaama, tidak dibenarkan dengan alasan apapun untuk melakukan aborsiEtika, LI

c. Syarat sahnya suatu perjanjian informed consent?- Diberikan secara bebas- Diberikan pada orang yang dapat memberikan perjanjian mengenai sesuatu

hal yang khas dalam kondisi yang samad. Siapa yang berhak menandatangani informed consent untuk melakukan aborsi?

Menurut hukum, orang yang berusia 21 tahun dan/ atau sudah menikah, kondisi sadar, sehat mental fisik dan sosial

e. Apakah sanksi hukum bagi para pelaku aborsi? LI

LEARNING ISSUES

Topik What I Know What I don’t Know

What I Have to Prove

How to Learn

Aborsi PengertianSyaratJenisLandasan Hukum

Landasan Agama, etika, Tekhnik AborsiStatistika aborsiSanksidampak

Pemahaman tentang aborsi yang dalam

Text booksInternetartikel

Informed Consent

PengertianLandasan HukumIsi

Siapa yang berhak menandatangani Informed Consent

Lebih paham tentang informed consent

Text booksinternet

Page 5: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

KERANGKA KONSEP

HIPOTESIS

Tindakan abortus provocatus criminalis yang dilakukan Pria, Nona, dan dr. B, Sp.OG tidak dapat dibenarkan dari segi hukum, etika, dan agama.

SINTESIS

Aborsi

Aborsi adalah pengakhiran hidup janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Abortus ialah berhentinya kehamilan sebelum janin berusia 22 minggu berat 500 gr1

PriaEtika, Hukum, Agama

( aborsi)

Dr. B,SpOG bersedia

Nona

Pria dan nona ingin melakukan aborsi dengan usia kehamilan 8 minggu

Dr. B. Sp.OG

Berdasarkan Psikologi dan Informed Consent

Page 6: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

Jenis-Jenis Aborsi

Aborsi Spontan merupakan suatu mekanisme alamiah untuk mngeluarkan hasil konsepsi yang abnormal. Aborsi spontan terdiri dari berbagai macam tahap yakni:

- Abortus Imminens. Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan threaten Abortion, terancam keguguran ( bukan keguguran ). Di sini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukan ancaman bakal terjadi keguguran

- Incomplitus. Secara sederhana bisa disebut Aborsi tidak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit

- Complitus. Disebut sebagai Aborsi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap, sudah seluruhnya keluar

- Insipien. Buah kehamilan mati didalam kandungan-lepas dari tempatnya tetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed abortion, yakni buah kehamilan mati didalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.

Aborsi Buatan, terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Abortus buatan ditinjau dari aspek hukum terbagi menjadi 2 golongan:

1. Abortus provocatus medicinalis yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.

2. Abortus provocatus criminalis yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.

Resiko Melakukan Aborsi

1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik- Kematian mendadak karena pendarahan hebat- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan- Rahim yang sobek- Kerusakan leher rahim- Kanker payudara- Kanker rahim

Page 7: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

- Kanker indung telur- Kanker plasenta- Menjadi mandul- Infeksi rongga panggul- Infeksi pada lapisan rahim

2. Resiko kesehatan mental - Kehilangan harga diri- Berteriak-teriak histeris - Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi- Ingin melakukan bunuh diri- Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang- Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual

Alasan Melakukan Aborsi

1. Tidak ingin punya anak tanpa ayah2. Aib3. Mengganggu karir, sekolah4. Masih terlalu muda5. Masalah ekonomi6. Anak diperkirakan cacat medis saat lahir7. Korban pemerkosaan8. Kehamilan tersebut membahayakan jiwa ibu

Tekhnik-tekhnik Aborsi

Dilatasi dan kuret ( dilatation and curretage )Lubang leher rahim diperbear, agar rahim dapat dimasuki kuret, yaitu sepotong alat yang tajam. Kemudian janin yang hidup itu dicabik kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya terjadi banyak pendarahan. Bidan operasi ini harus mengobatinya dengan baik, bila tidak, akan terjadi infeksi.

Kuret dengan penyedotan ( sunction )Pada cara ini leher rahim juga diperbesar seperti D & C, kemudian sebuah tabung dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah botol.

Peracunan dengan garam (poisoned by salt)Cara ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan), ketika sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarum yang panjang dimasukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi, lalu sejumlah cairan disedot keluar dan larutan garam yang pekat disuntikkan ke

Page 8: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

dalamnya. Bayi yang malang ini menelan garam beracun itu dan ia amat menderita. Ia meronta-ronta dan menendang-nendang seolah-olah dia dibakar hidup-hidup oleh racun itu. Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira 1 jam, kulitnya benar-benar hangus. Dalam waktu 24 jam kemudian, si ibu akan mengalami sakit beranak dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati. (Sering juga bayi-bayi ini lahir dalam keadaan masih hidup, biasanya mereka dibiarkan saja agar mati).

Histerotomi atau bedah caesarTerutama dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah melalui dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang-kadang langsung dibunuh.

Pengguguran kimia ( Prostaglandin )Penggunaan cara terbaru ini memakai bahan-bahan kimia yang dikembangkan Upjohn Pharmaceutical Co. Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada bayi-bayi yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu masih hidup. Efek sampingan bagi si ibu banyak sekali ada yang mati akibat serangan jantung waktu carian kimia itu disuntikkan.

Syarat-syarat aborsi dilegalkan

Berdasarkan deklarasi OSLO 1970- Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang

keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.

- Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.

- Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah suatu kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.

Berdasarkan UU. NO. 36 tahun 2009 pasal 75 - Setiap orang dilarang melakukan aborsi

Page 9: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

- Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.

- Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

Menurut UU kesehatan pasal 76 abortus provocatus dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut :

- Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis

- Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri

- Dengan persetujuan ibu hamil- Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan- Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh

menteri.

Menurut ACOG indikasi medis untuk aborsi therapeutik adalah- kehamilan akan sangat mengganggu kesehatan fisik dan mental ibu,- anak yang lahir adalah cenderung memiliki cacat fisik danmental kuburan- kehamilan itu adalah hasil daripemerkosaan atau incest.

Landasan Etik dan Hukum tentang Abortus provocatus

Etik

1. KODEKI BaB II butir 7d, “ seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.”

2. Sumpah hiprocates“saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan”.

3. Lafal sumpah kedokteran“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan”.

4. Deklarasi Oslo ( 1970 )

Page 10: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

- Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.

- Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.

- Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah suatu kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.

Hukum

UU. Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77

1. Pasal 75- Setiap orang dilarang melakukan aborsi- Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.

- Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

2. Pasal 76Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:- Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,

kecuali dalam hal kedaruratan medis- Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang

memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri- Dengan persetujuan ibu hamil- Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan

Page 11: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

- Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.

3. Pasal 77Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan per- Undang-undang-an.

KUHP

Pasal 299,

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya ditambah sepertiga

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 346 “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Pasal 347 1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang

wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348 1. Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang

wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349 “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.

Page 12: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

Pandangan Hukum, Etika, dan Agama terhadap Abortus Provocatus

Hukum

UU kesehatan no. 23 tahun 2009 Pasal 75-76 KUHP pasal 346-349. KUHP “ dinyatakan dengan tegas pihak-pihak yang dapat

dipidanakan karena aborsi yaitu ibu yang melakukan, tenaga yang membantu aborsi, orang yang mendukung terlaksananya.

Etika

KODEKI BaB II butir 7d, “ seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.”

lafal sumpah kedokteran“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan”.

Agama

IslamMajelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa :

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding

rahim ibu (nidasi).

2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun

hajat.

- Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan

aborsi adalah: Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker

stadium lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat

lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter. Dan dalam keadaan di

mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

- Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat

membolehkan aborsi adalah: Janin yang dikandung dideteksi menderita

cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan. Dan kehamilan

akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang

didalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.

Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud harus dilakukan sebelum janin

berusia 40 hari.

Page 13: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat

zina.

Nasrani kehidupan dimulai sejak sperma bertemu dengan sel telur sehingga aborsi dikatakan sebagai pembunuhan dan dilarang.

Budha kehidupan dimulai sejak 49 hari

Hindu Ahimsa adalah ajaran tidak diperbolehkan untuk membunuh A=tidak, Himsa=Membunuh

Sanksi melakukan aborsi

KUHP pasal 346-349

Pasal 346 “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Pasal 347 1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang

wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348 1 Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang

wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2 Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349 “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :1 Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain,

diancam hukuman empat tahun penjara.2 Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.

Page 14: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

3 Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4 Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.

Statistik mengenai aborsi tahun 2010

Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun.

Usia Jumlah %

<15 tahun 14.200 0,9

15-17 tahun 154.500 9,9

18-19 tahun 224.000 14,4

20-24 tahun 527.700 33,9

25-29 tahun 334.900 21,5

30-34 tahun 188.500 12,1

35-39 tahun 90.400 5,8

>40 tahun 23.800 1,5

Informed consent

Kata informed consent berasal dari akar kata “informed”, telah diberitahukan dan “consent”, persetujuan yang diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Jadi dapat diartikan bahwa informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter untuk melakukan sesuatu. Di Indonesia sendiri konteks informed consent yang digunakan adalah (PTM) Persetujuan Tindakan Medik (berdasarkan Permenkes 585 tahun 1989). Pandangan lain mengenai informed consent disampaikan oleh Appelbaum, et.al. yaitu “….. consent as a process, not an event”. Dari pendapat tersebut jelas lah bahwa selain sebagai suatu perjanjian, informed consent juga merupakan suatu proses untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Maka proses sampai terjadinya penandatanganan informed consent dapat dibagi ke dalam 3 fase yaitu:

Page 15: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

1. Fase pertama. Dimulai saat pasien datang dengan sukarela ke tempat praktek dokter. Ini telah menunjukan suatu bentuk persetujuan pasien untuk dilakukannya berbagai pemeriksaan yang biasa dan umum dilakukan oleh dokter.

2. Fase kedua. Saat pasien mulai menceritakan keluhannya dalam proses anamnesis. Terjadi persetujuan bahwa dokter boleh mengetahui rahasia kesehatannya.

3. Fase ketiga. Saat dokter mulai melakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasien.

Tujuan pembuatan informed consent menurut Permenkes No 29 tahun 2008 pasal 3, yaitu:- Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang

sebenarnya tidak diperlukan dan secara medic tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien.

- Memberikan perlindungan kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negative, karena prosedur medic modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medic ada melekat suatu resiko.

Perlu diingat bahwa dasar pembuatan informed consent yang dapat berupa perjanjian tertulis harus memenuhi syarat yaitu:

- Diberikan secara bebas- Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian- Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat

memahami tindakan tersebut perlu dilakukan- Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

PTM/informed consent memiliki beberapa bentuk yaitu:

Implied consent Merupakan persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Biasanya menyangkut tindakan-tindaakan dokter yang telah diketahui secara umum (mengukur tensi, menyuntik, mengambil darah,dll) dan tanpa penjelasan awal. Implied consent lainnya adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat. Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medic berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medic segera, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun (pasal 11 bab IV) Pada keadaan seperti ini berlaku presumed consent, artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.

Expressed consent Pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan, bila yang dilakukan lebih dari sekedar prosedur pemeriksaan dan tindakan biasa. Khusus persetujuan tertulis adalah untuk tindakan-tindakan yang mengandung resiko tinggi (pasal 3), seperti tindakan pembedahan, tindakan invasive (dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh) lain, tindakan-tindakan non-invasif yang mengandung resiko-resiko tertentu.

Page 16: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

Siapa yang berhak menandatangani informed consent ?

Yang berhak memberikan persetujuan dalam informed consent adalah pasien yang sudah dewasa (diatas 21 tahun atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Untuk pasien dibawah 21 tahun dan pasien gangguan jiwa yang menandatanginya adlaah orang tua/wali/keluarga/induk semang. Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar dan gawat darurat yang memerlukan tindakan medic segera, tidak diperlukan PTM dari siapapun. Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh seorang dokter sebelum melakukan persetujuan dengan pasien ataupun keluarganya adalah:

- Diagnosis dan tata cara tindakan medis- Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan- Alternative tindakan lain dan risikonya- Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi- Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan8

Syarat sahnya suatu perjanjian

Selanjutnya pasal 1320 KUHPerdata menegaskan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus dipenuhi 4 syarat, yaitu :

Adanya kesepatakan dari kedua belah pihak yang bebas dari paksaan, kekeliruan, salah paham, dan penipuan.

Kedua belah pihak telah cakap untuk membuat suatu perjanjian Adanya suatu hal tertentu/nyata yang diperjanjikan Perjanjian tersebut mengenai suatu sebab yang halal, yang dibenarkan dan tidak

dilarang oleh peraturan perundang-undangan, serta merupakan suatu sebab yang masuk akal untuk dipenuhi oleh pihak-pihak yang membuat perjanjian.

Page 17: fkunja2010.files.wordpress.com · Web viewEkonomi rendah Korban pemerkosaan Tidak menginginkan kelahiran bayi karena malu Tidak menginginkan kelahiran bayi karena cacat Adanya indikasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, M Jusuf dan Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Hanafiah, M Jusuf dan Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

3. Achadiat, Chrisdiono.2004.Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam tantangan Zaman. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

4. Guwandi, Johanes. 2008. Informed Consent. Jakarta: Balai Penerbit FKUI5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 554/menkes/Per/XII/1982 tentang Panitia

Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran6. Dr. Agus abadi diunduh dari www.aborsi.org7. www.aborsi.org