Upload
dinhdung
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS PENYAKIT TROPIK
PENYAKIT HEPATITIS A
Kelompok 8 :
Meza Nuraisya 25010113120004
Adhe Arviani Aulia 25010113120019
Yuniar Triasputri 25010113120109
Aprisa Anggie Praditya 25010113120124
Merry Putri R Sirait 25010113140257
Najla Salsabila Noor 25010113140324
Arman (LJ) 25010115183018
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2016
1
A. Pendahuluan
Food-borne diseases adalah penyakit yang disebabkan karena mengonsumsi
makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh virus, bakteri, parasit, atau
bahan kimia berbahaya atau racun. Mikroba berbahaya yang menyebabkan
penyakit karena makanan biasanya tidak membuat tampilan makanan, bau, atau
rasa berbeda, sehingga sulit untuk mengetahui apakah makanan sudah
terkontaminasi atau tidak.(1)
Food-borne diseases merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai
di populasi. Penelitian telah mengidentifikasi lebih dari 250 type foodborne
diseases. Gejala foodborne diseases bervariasi, mulai dari rasa tidak nyaman
sampai dengan kematian. Namun umumnya mual, muntah, diare, kram perut, dan
demam. Sakit tidaknya seseorang setelah mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk berapa banyak mikroba
yang dikonsumsi, usia seseorang, dan kekuatan sistem kekebalan tubuhnya.(1)
Penyebab food-borne diseases diantaranya Bakteri, virus, parasit,dan racun alami
yang keluar dari makanan itu sendiri. Patogen berbahaya bisa mencemari
makanan dalam berbagai cara, paling sering ketika makanan datang dalam kontak
dengan kotoran (fecal) Foodborne diseases bisa menyerang siapapun. Faktor
risiko akan lebih besar pada masyarakat yang mempunyai sistem immune yang
rendah dan sedang mengidap penyakit tertentu.(1)
Food-borne diseases yang disebabkan oleh virus berasal dalam usus manusia.
Virus membutuhkan hewan hidup atau host manusia untuk tumbuh, sehingga
tidak seperti bakteri, mereka tidak dapat tumbuh pada makanan. Namun, makanan
bisa terkontaminasi dengan virus. Jika virus telah dicerna oleh seseorang, sel
virus lain akan diproduksi dan membuat orang sakit. Kontaminasi dengan virus
yang ditularkan melalui makanan bisa terjadi ketika orang yang terinfeksi
mengolah atau menyajikan makanan, atau melalui kontak dengan kotoran atau air
limbah tercemar. Hanya membutuhkan sejumlah kecil virus untuk menyebabkan
2
penyakit. Virus tidak dapat diobati dengan antibiotik. Virus yang ditularkan
melalui makanan dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama dalam makanan
atau air, dan beberapa dapat bertahan hidup memasak dan pembekuan. Salah satu
foodborne diseases yang paling umum adalah hepatitis A.(1)
Hepatitis A adalah penyebab utama dari hepatitis virus dan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia. Virus hepatitis menginfeksi 1-90% atau lebih populasi
manusia dan bervariasi yang sesuai dengan sosial ekonomi, sanitasi, dan
infrastruktur kesehatan masyarakat masing-masing negara. Menurut WHO,
terdapat lebih dari 1,4 juta kasus baru hepatitis A diseluruh dunia setiap tahun.(2)
Inveksi hepatiits telah dikenal sejak jaman dahulu, dengan laporan dari epidemi
penyakit kuning dijelaskan oleh Hippocrates di Yunani pada abad kelima sebelum
masehi. Outbreaks infeksi hepatits pada abad ke 18 sampai 20 dan kempanye
epidemi penyakit kuning selama perang, termasuk perang AS Sipil dan perang
dunia II didokumentasikan secara rinci. Penyebab utama terjadinya outbreaks
hepatitis A biasanya berkaitan dengan makanan atau minuman yang
terkontaminasi.(2)
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). HAV adalah picornavirus
yang memasuki aliran darah melalui usus. Virus masuk ke dalam aliran darah
kemudian mengangkut virus ke sel-sel hati. Setelah di hati virus hepatitis A
bereplikasi. HAV diekskresikan dalam feses atau tinja-yang merupakan rute
transmisi utama.(2)
Penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, lemas, hilang napsu
makan, kulit dan sklera mata berubah menjadi kuning, demam, dan gejala lainnya.(3) Proses penyembuhan penyakit ini membutuhkan waktu sekitar beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Hal ini dapat menimbulkan dampak
sosioekonomi dalam masyarakat.(4)
Disebagian negara berkembang virus Hepatitis A terjadi pada masa anak-anak
umumnya asimtomastis atau gejala sakit ringan. Infeksi yang terjadi pada usia
3
selanjutnya hanya dapat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium terhadap
fungsi hati. Disebagian besar wilayah dunia muncul secara sporadis sebagai
wabah dengan kecenderungan muncul secara siklis. Secara global didapatkan
sekitar 1,4 juta kasus baru infeksi virus hepatitis A pertahun. (4) Didaerah dengan 4
musim, infeksi virus hepatitis A terjadi secara epidemik musiman yang
puncaknya terjadi pada akhir musim semi dan awal musim dingin. Didaerah
tropis, puncak insidensi pernah dilaporkan cenderung terjadi selama musim hujan
dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali yang mirip dengan
penyakit virus lainnya.(3)
Kira-kira 0,1-2,1 % pasien yang mengalami hepatitis A dapat mengalami
kematian. Pasalnya, hati mengalami kerusakan yang sangat berat atau yang
dikenal sebagai hepatitis fulminant. Kematian pada pasien yang mengalami
hepatitis fulminan lebih banyak diderita pada kelompok dewasa dibandingkan
kelompok anak.
Ketersediaan vaksin inaktif aman dan efektif telah secara signifikan mengurangi
penularan HIV di negara maju, namun vaksin tersebut cukup mahal untuk
diproduksi dan mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup.
pengembangan hemat biaya, vaksin dilemahkan yang memberikan kekebalan
seumur hidup akan diminta untuk mengontrol transmisi HAV di negara
berkembang.
4
B. Penyebab Hepatitis A
1. Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Hepatitis A (VHA), termasuk famili
picornaviridae berukuran 27-32 nanometer, genus hepatovirus yang dikenal
sebagai enterovirus 72, mempunyai 1 serotype dan 4 genotype, merupakan
RNA virus untai tunggal. Virus Hepatitis A ini memiliki dosis infeksi
diperkirakan 10-100 partikel virus, bersifat termostabil, tahan asam dan tahan
terhadap empedu. Virus ini diketahui dapat bertahan hidup dalam suhu
ruangan selama lebih dari 1 bulan. Pejamu infeksi VHA hanya terbatas pada
manusia dan beberapa binatang primata dan diekskresikan melalui kotoran.
Virus dapat diperbanyak secara in vitro dalam kultur sel primer monyet kecil
atau secara invivo pada simpanse.(5)
2. Cara Penularan
Virus Hepatitis A ditularkan secara fecal-oral. Virus ini masuk
kedalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar
tinja penderita VHA. Virus kemudian masuk ke hati melalui peredaran darah
untuk selanjutnya menginvasi sel-sel hati (hepatosit), dan melakukan replikasi
di hepatosit. Jumlah virus yang tinggi dapat ditemukan dalam tinja penderita
sejak 3 hari sebelum muncul gejala hingga 1-2 minggu setelah munculnya
gejala kuning pada penderita.
5
Hepatitis A biasanya menyebar ketika seseorang terkonsumsi tinja -
bahkan dalam jumlah mikroskopis dari kontak- dengan benda-benda,
makanan, atau minuman yang terkontaminasi oleh kotoran atau bangku dari
orang yang terinfeksi.
Hepatitis A dapat menyebar ketika:
Orang yang terinfeksi tidak mencuci tangannya benar setelah pergi ke
kamar mandi dan kemudian menyentuh benda atau makanan
Sebuah pengasuh tidak benar mencuci tangannya setelah mengganti
popok atau membersihkan tinja dari orang yang terinfeksi
Seseorang terlibat dalam kegiatan seksual tertentu, seperti kontak oral-
anal dengan orang yang terinfeksi
Hepatitis A juga dapat menyebar melalui kontaminasi makanan atau air.
Hal ini paling sering terjadi di negara-negara di mana Hepatitis A adalah
umum, terutama jika kebersihan pribadi atau kondisi sanitasi yang buruk.
Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap titik: tumbuh, panen,
pengolahan, penanganan, dan bahkan setelah memasak.
Ekskresi virus melalui tinja pernah dilaporkan mencapai 6 bulan pada
bayi dan anak. Sebagian besar kasus kemungkinan tidak menular lagi pada
minggu pertama setelah ikterus. Ekskresi kronis pada VHA tidak pernah
terlaporkan Infeksi Hepatitis A sering terjadi dalam bentuk Kejadian Luar
Biasa (KLB) dengan pola common source, umumnya sumber penularan
berasal dari air minum yang tercemar, makanan yang tidak dimasak, makanan
yang tercemar, dan sanitasi yang buruk. Selain itu, walaupun bukan
merupakan cara penularan yang utama, penularan melalui transfusi atau
penggunaan jarum suntik bekas penderita dalam masa inkubasi juga pernah
dilaporkan.(5)
C. Epidemiologi Hepatitis A
6
Sehubungan dengan adanya suatu penyakit atau faktor-faktor yang
mempengaruhinya, terdapat tiga variabel yang sangat penting yaitu orang
(person), tempat (place) dan waktu (time) serta prevalnsi
1. Variabel orang
Variabel orang adalah variabel yang sering digunakan dalam berbagai
frekuensi penyakit yaitu umur dan jenis kelamin. Sebenarnya semua
kelompok umur secara umum rawan terhadap infeksi HAV, insiden terbanyak
adalah pada kelompok dewasa dan anak-anak dan yang paling rentan adalah
kelompok dewasa muda. Penyakit prevalensi anti HAV yang berhubungan
dengan umur mulai terjadi pada daerah dengan kehidupan dibawah standar
hygiene.sanitasi yang buruk.. Hepatitis A merupakan yang umum terjadi di
seluruh dunia dimana infeksi virus hepatitis A lebih sering mengenai anak-
anak.(6)
2. Variabel tempat
Perbandingan pola penyakit menurut tempat. Variasi geografis pada
terjadinya penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya lingkungan
fisik, lingkungan kimia, social budaya, dan karakteristik geografis.
Hepatitis A terjadi di seluruh dunia. Hal ini sangat endemic di beberapa
daerah, terutama Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, Timur Tengah, Asia
dan Pasifik Barat.(7)
3. Variabel waktu
Infeksi HAV terjadi secara epidemi pada daerah dengan empat musim dan
puncaknya biasanya terjadi pada awal musim semi dan awal musim dingin
dan pada saat sekarang infeksi HAV di jumpai pada kelompok sosial tertentu
dan hujan. Didaerah tropis, puncak insidensi pernah dilaporkan cenderung
terjadi selama musim hujan dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10
tahun sekali yang mirip dengan penyakit virus lainnya.(3)
4. Faktor Resiko
7
Faktor risiko yang terkait dengan melaporkan hepatitis A (Centers for
Disease Control, 2007):
• Unknown (tidak diketahui) (67,7%)
• Orang yang melakukan kontak seksual atau tinggal dengan individu HAV
terinfeksi (7,8%)
• Pria yang berhubungan seks dengan laki-laki (5,9%)
• Pengguna narkoba suntikan (1,2%)
• Wisatawan Internasional (17,5%)
• Makanan diduga terkontaminasi (6,5%)
• Kontak di pusat penitipan (4,6%)
• Kontak dengan anak-anak penitipan / karyawan (3,8%)
• Kontak dengan pasien hepatitis A (9%)
5. Prevalensi
Di Amerika Serikat, program pengenalan vaksin hepatitis A pada anak-
anak penurunan insidensi infeksi hepatitis A lebih dari 70% dan dapat
mengurangi penularan ke orang dewasa. Pada tahun 2007, didapatkan faktor
resiko terbanyak disebabkan karena bepergian ke daerah endemis.(6) Lebih dari
75% anak dari benua Asia, afrika, dan India telah memiliki antibody HAV
pada usia 5 tahun.(8) Pada tahun 1988, infeksi virus hepatitis A pernah menjadi
wabah epidemis di Shanghai yang mengenai sekitar 300.000 orang.(6)
Tingkat endemisitas hepatitis A berkorelasi dengan kondisi higienis dan
sanitasi dari masing-masing wilayah geografis. Endemisitas tinggi dilaporkan
di negara-negara berkembang dengan sanitasi yang buruk dan kondisi higienis
(bagian dari Afrika, Asia, dan Amerika Tengah dan Selatan).
Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A
masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang di
rawat yaitu berkisar 39,8-68,3%. Peningkatan prevalensi anti HAV yang
berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan
kondisi kesehatan dibawah standar. Sebagian besar infeksi HAV yang didapat
8
pada awal kehidupan, kebanyakan asimptomatik atau sekurangnya anikterik.
Pada Tahun 2011-2012, dilaporkan terjadi kejadian luar biasa hepatitis A di
beberapa daerah seperti Bandung, Bogor, Lampung Timur, Depok, dan
Tasikmalaya. Kejadian ini sering mengenai anak sekolah dan mahasiswa.(4)
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi
asimptomatik tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant
yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari.
Namun tidak semua orang memiliki gejala. Jika timbul gejala, mereka
biasanya muncul 2 sampai 6 minggu setelah terinfeksi dan dapat mencakup:
Gejala lebih mungkin terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak-
anak. Mereka biasanya berlangsung kurang dari 2 bulan, meskipun beberapa
orang bisa sakit selama 6 bulan.
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal
(pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).(9) Gejala-gejala
termasuk terasa kurang sehat, rasa sakit, demam, mual, kurang nafsu makan, perut
terasa kurang enak, diikuti dengan air seni berwarna pekat, tinja pucat dan
penyakit kuning (mata dan kulit menjadi kuning). Penyakit biasanya berlanjut
selama satu sampai tiga minggu (walaupun gejala tertentu dapat berlanjut lebih
lama) dan hampir selalu diikuti dengan penyembuhan sepenuhnya. Anak-anak
9
kecil yang terinfeksi biasanya tidak menderita gejala. Hepatitis A tidak
mengakibatkan penyakit hati jangka panjang dan kematian akibat hepatitis A
jarang terjadi. Jangka waktu antara kontak dengan virus dan timbulnya gejala
biasanya empat minggu, tetapi dapat berkisar antara dua sampai tujuh minggu.(9)
Masa inkubasi penyakit hepatitis ini bekisar antara 15 hingga 50 hari (rata-rata
hingga 28 hari). Adapun berikut beberapa reaksi tubuh saat terjadinya hepatitis A,
yaitu
1. Reaksi Ag-Ab:
Ig. M anti HAV timbul saat muncul ikterus (penanda infeksi pertama
kali)
Ig. G anti HAV dominan setelah masa akut dan bertahan untuk
seterusnya (penanda individu pernah mengalami HAV dan timbul
kekebalan)
2. Penyakit Diagnostik:
Ig. M anti HAV infeksi akut
Ig. G anti HAV penanda kekebalan(5)
Tanda dan gejala awal infeksi virus hepatitis A sangat bervariasi dan bersifat
tidak spesifik. Demam, kelelahan, anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguan
pencernaan (mual, muntah, kembung) dapat ditemukan pada awal penyakit.
Dalam waktu 1 minggu, beberapa penderita dapatmengalami gejala kuning
disertai gatal (ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh, dan tinja berwarna
pucat. Infeksi pada anak berusia dibawah 5 tahun umumnya tidak memberikan
gejala yang jelas dan hanya 10% yang akan memberikan gejala ikterus. Pada anak
yang lebih tua dan dewasa, gejala yang muncul biasanya lebih berat dan ikterus
terjadi pada lebih dari 70% penderita.(5)
10
Perjalanan Penyakit
Masa prodromal : 4 hari – 1 minggu
o Gejala : lesu, lelah, anorexia, nausea, muntah, rasa tak enak abdomen
kanan atas, demam ( 390C), rasa dingin, sakit kepala, gejala flu (nasal
discharge, sakit tenggorok, batuk)
Masa ikterik dan penyembuhan
o Ikterus
o Urin seperti teh
o Tinja lebih pucat (bilirubin dalam usus)
o Gejala praikterik lebih berat
o Tambah berat ikterus gejala lebih ringan(5)
Fase Inkubasi.
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar
dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini.2 Pada hepatitis A fase inkubasi
dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.(9)
Fase Prodromal (pra ikterik).
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum,
11
nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anorexia. Mual
muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap.
Demam derajat rendah umunya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen
biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang
diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.(9)
Fase Ikterus.
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah tibul
ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata.(9)
Fase konvalesen (penyembuhan).
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali
dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan
kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3
minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi
dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit
ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant.(9)
E. Patogenesis
12
Diawali dengan masuknya virus ke dalam saluran pencernaan, kemudian
masuk ke aliran darah menuju hati (vena porta), lalu menginvasi ke sel parenkim
hati. Di sel parenkim hati, virus mengalami replikasi yang menyebabkan
kerusakan pada sel parenkim. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel
parenkim lain atau masuk ke dalam ductus biliaris yang akan dieksresikan
bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi
ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang akan
menekan ductus biliaris sehingga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian
terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus.
Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan eksresi
bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi A
(direk) akan terus menumpuk dalam sel hati dan menyebabkan reflux (aliran
balik) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan
kulit, terutama pada sclera mata, kadang disertai dengan rasa gatal dan air kencing
seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat
masuk ke ginjal dan dieksresikan melalui urin.
Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan
dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan
lemak terganggu yang mengakibatkan lemak bertahan di lambung dalam waktu
lama. Tumpukan lemak menyebabkan regangan pada lambung sehingga 13
merangsang saraf simpatis dan parasimpatis mengakibatkan aktifnya pusat
muntah di bagian medulla oblongata. Gejala yang timbul berupa mual, muntah
dan menurunnya nafsu makan.(10)
F. Diagnosis Hepatitis A
Hepatitis A tidak dapat dibedakan dari jenis virus hepatitis lain berdasarkan
gambaran klinis dan epidemiologi saja. Tes darah diperlukan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Hepatitis virus A (HAV) infeksi didiagnosis dengan
deteksi imunoglobulin dari kelas M dan G (IgM dan IgG) yang diarahkan
terhadap HAV dalam serum, bukan dalam tinja. Infeksi akut HAV dikonfirmasi
selama fase penyembuhan akut atau awal infeksi oleh kehadiran IgM anti HAV-
dalam serum. IgM umumnya menjadi terdeteksi 5-10 hari sebelum timbulnya
gejala dan dapat bertahan hingga 6 bulan.(11)
IgG anti-HAV muncul dalam fase penyembuhan infeksi, tetap hadir dalam
serum untuk seumur hidup orang tersebut, dan menganugerahkan perlindungan
abadi terhadap penyakit.
Jumlah anti-HAV (IgG dan IgM) deteksi berguna dalam menentukan status
kekebalan pasien. Total hasil anti-HAV positif dalam serum pasien atau plasma
saja tidak bisa membedakan akut dari hepatitis A jauh atau dari vaksinasi
sebelumnya.
Namun, dalam mendiagnosis hepatitis akut infeksi A, laboratorium harus
diinstruksikan untuk menguji IgM anti HAV-, atau laboratorium mungkin hanya
menguji total anti-HAV, yang tidak berguna dalam diagnosis infeksi akut.
Banyak laboratorium akan melaporkan kedua IgM anti HAV-dan jumlah hasil tes
anti-HAV dalam satu laporan. Tabel berikut akan membantu dalam interpretasi
laporan laboratorium:(12)
Temuan Laboratorium InterperetasiTotal Anti HAV
IgM anti HAV
Positif Positif Terinfeksi hepatitis A saat ini atau baru sajaPositif Belum Selesai Entah terinfeksi hepatitis A sebelumnya
atau saat ini; tidak bisa membedakan jauh
14
akut dari hepatitis A atau dari vaksinasi
sebelumnya.
Positif Negatif Terinfeksi hepatitis A sebelumnya atau
vaksinasi sebelumnya. Tidak ada infeksi
saat ini atau baru-baru ini dengan HPV.
Negatif Negatif Tidak ada infeksi hepatitis A sebelumnya
atau saat ini; rentan terhadap infeksi.
Biaya pengujian untuk IgM anti HAV-mungkin dihindari dalam beberapa
situasi. Sebagai contoh, kontak rumah tangga kasus serologis-dikonfirmasi yang
memiliki gejala klinis yang kompatibel dengan hepatitis virus dapat dianggap
memiliki hepatitis A dan pengujian mungkin tidak diperlukan.
Selain itu, hasil tes IgM anti HAV-positif palsu memang terjadi. Orang tua
lebih dari 70 tahun usia diketahui memiliki tes serologi positif lebih palsu pada
umumnya, dan dapat menguji positif untuk IgM anti HAV-tanpa infeksi baru
dengan virus hepatitis A.
Dalam proses penuaan, sistem kekebalan tubuh berkembang respon
terhadap antigen spesifik banyak yang dapat terjadi reaksi silang dalam
pengujian serologis. Pasien yang lebih tua lebih mungkin untuk mengembangkan
protein monoklonal yang juga dapat mengganggu tes serologi. Juga, orang-orang
yang sebelumnya telah ditransfusikan atau hamil mungkin telah
mengembangkan antibodi terhadap antigen leukosit manusia (HLA) yang dapat
mengganggu beberapa tes serologi.(11)
G. Pencegahan dan Pengendalian
Hepatitis A memang seringkali tidak berbahaya, namun lamanya masa
penyebuhan dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial. Penyakit ini juga
tidak memiliki pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit,
sehingga dalam penatalaksanaan hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang
15
paling diutamakan. Pencegahan Hepatitis A dapat dilakukan baik dengan
pencegahan non spesifik (perubahan perilaku) dan pencegahan spesifik
(imunisasi).(13)
1. Pencegahan Hepatitis A Non Spesifik
Perubahan perilaku untuk mencegah hepatitis A terutama dilakukan dengan
meningkatkan sanitasi. Menjaga kebersihan, merupakan cara terbaik untuk
mencegah hepatitis A.(7) Petugas kesehatan bisa memberikan edukasi yang
sesuai dengan sanitasi, antara lain:
a. Cuci tangan pakai sabun (CPTS) secara benar yaitu dengan sabun dan air
hangat, setidaknya 10-15 detik dan pastikan hingga kering, pada 5 saat
kritis, yaitu(7),(13):
1. Sebelum makan
2. Setelah dari toilet
3. Sebelum mengolah makanan dan menghidangkan makanan
4. Setelah buang air kecil dan besar
5. Setelah mengganti popok bayi
6. Sebelum menyusui bayi
b. Bersihkan buku, mainan, peralatan, perabotan, lantai dan toilet secara
teratur.
c. Menghindari berbagi minuman dan peralatan makanan
d. Pengolahan makanan yang benar, meliputi:
1. Menjaga kebersihan
Mencuci tangan sebelum memasak dan keluar dari toilet
Mencuci alat-alat masak dan alat-alat makan dengan bersih
Dapur harus dijaga agar bersih
2. Memisahkan bahan makanan matang dan mentah
Menggunakan alat berbeda untuk keperluan dapur dan untuk
makan
Menyimpan bahan makanan matang dan mentah ditempat terpisah
3. Memasak makanan sampai matang
16
Memasak makanan pada suhu minimal 850 C, terutama daging,
ayam dan telur
Memanaskan makanan yang sudah matang dengan benar
4. Menyimpan makanan pada suhu yang aman
Jangan menyimpan makanan pada suhu ruangan terlalu lama
Memasukkan makanan yang ingin disimpan ke dalam lemari
pendingin
Jangan menyimpan makan terlalu lama dalam lemari pendingin
5. Menggunakan air yang bersih dan bahan makanan yang baik
Memilih bahan makanan yang segar dan menggunakan air bersih
Mencuci sayur dan buah dengan baik
6. Membuang tinja di jamban yang saniter
Menyediakan air bersih di jamban
Memastikan sistem pengolahan air bersih dan limbah berjalan
dengan baik
2. Pencegahan Hepatitis A Spesifik (Imunisasi)
Pencegahan spesifik hepatitis A dilakukan dengan imunisasi. Proses
ini bisa bersifat pasif maupun aktif.
Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan Imunoglobulin.
Tindakan ini dapat memberikan perlindungan segera tetapi bersifat sementara.
Imunoglobulin diberikan segera setelah kontak atau untuk mencegah sebelum
kontak dengan 1 dosis secara intramuskular.Efek proteksi dapat dicapai bila
imunoglobulin diberikan dalam waktu 2 minggu setelah terpajan.
Imunisasi aktif, memberikan efektifitas yang tinggi pada pencegahan
Hepatitis A. Vaksin dibuat dari virus yang diinaktivasi. Vaksin ini relatif
aman dan belum ada laporan tentang efek samping dari vaksin kecuali nyeri
ditempat suntikan.
17
Jadwal vaksinasi yang dianjurkan adalah 1 injeksi, diikuti oleh booster
dosis 6-12 bulan kemudian.(12) Vaksinasi direkomendasikan untuk kelompok-
kelompok berikut yang menghadapi risiko lebih tinggi(13),(12):
1. Orang yang berkunjung ke negara di mana hepatitis A umum terjadi
(kebanyakan negara berkembang)
2. Orang yang sering berkunjung ke masyarakat pribumi di luar kota dan
daerah terpencil
3. Pria yang berhubungan kelamin dengan pria
4. Petugas penitipan anak siang hari dan prasekolah
5. Penyandang cacat intelektual dan penjaganya
6. Beberapa petugas kesehatan yang bekerja dengan masyarakat pribumi
7. Petugas saliran
8. Tukang leding
9. Pengguna narkoba suntik
10. Pasien yang menderita penyakit hati kronis
11. Penderita hemofilia yang mungkin menerima konsentrat plasma
12. Orang dengan hepatitis B kronis dan infeksi C
13. Orang dengan penyakit hati kronis
3. Mencegah penderita menginfeksi orang lain(12):
Penderita selain mencuci tangan dengan bersih, harus menjauhi dari kegitasan
berikut ketika dapat menularkan penyakit:
a. Jangan menyiapkan makanan atau minuman untuk orang lain
b. Jangan menggunakan alat makan atau alat minum yang sama dengan
orang lain
c. Jangan menggunakan seprai dan handuk yang sama dengan orang lain
d. Jangan berhubungan kelamin
e. Cuci alat makan dalam air bersabun, dan cuci seprai dan handuk dengan
mesin cuci.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Linscott AJ. Food-Borne Illnesses [Internet]. Clinical Microbiology
Newsletter. United States: ReferencePoint Press, Inc.; 2011. 41-45 p. Available
from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0196439911000092
2. Howard C. Thomas, Anna S. F. Lok, Stephen A. Locarnini AJZ. Viral
Hepatitis. 4th ed. UK: WILEY Blackwell; 2014.
3. Sjaifoellah N. Hepatitis A. In: Buku Ajar Penyakit Hati. 1st ed. Jakarta:
Percetakan Jaya Abadi; 2007.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Saatnya Lawan Hepatitis
[Internet]. Pusat komunikasi Publik Sekretariat JenderalKementerian
Kesehatan republik Indonesia. 2012. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1613-saatnya-lawan-
hepatitis.html
5. Kemenkes RI. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes RI;
2012.
6. CDC. Hepatitis [Internet]. 2011. Available from:
http://www.cdc.gov/ncidod/diseases/hepatitis
7. CDC. Hepatitis A [Internet]. 2014. Available from:
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/hepa.pdf
8. Santiyoso A. Hepatitis Virus Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 427–32.
9. Price, Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed.
Jakarta: EGC; 2006.
10. Kumar, Cotran R. Buku Ajar Patofisiologi. 7th ed. Jakarta: EGC; 2007.
11. CDC. Hepatitis A. United States; 2015.
12. CDC. Hepatitis A [Internet]. 2014. Available from: www.nt.gov.au/health
13. NSW Goverment Health. Lembar Fakta Penyakit Menular Hepatitis A
[Internet]. Available from: www.health.nsw.gov.au
20