Upload
doankhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Lampiran 1
NOTULEN WORKSHOP ANALISIS ANALISIS, DISEMINASI DAN PEMANFAATAN DATA HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 (SP2010)
NOTULEN PLENO30 Juni 2011(Sesi I)
Laporan Pak Wendy Hartanto:
1. Workshop ini dihadiri oleh para demografer, ahli kesehatan, peneliti dari berbagai
universitas, serta para pengambil kebijakan di Kementrian Kesehatan, BKKBN, Bappenas,
dsb.
2. Pertemuan berbagai pihak ini yaitu pihak penghasil data, pengolah data , serta pengguna
data diharapkan bisa menghasilkan data yang reliable dan dapat digunakan sebagai bahan
pengambil kebijakan.
3. Workshop kali Ini merupakan pertemuan yang kedua. Pertemuan pertama yang
dilaksanakan pada Januari 2011 adalah membahas tentang rencana analisis yaitu dengan
terbentuknya 9 kelompok analisis.
4. Setiap kelompok diharapkan untuk dapat menghasilkan working paper dan analisis awal
tentang topik yang telah ditentukan.
5. Diharapkan dalam workshop ini bisa dikaji berbagai indikator demografi sebelum
kemudian disajikan ke publik.
6. Dalam mengukur suatu indikator banyak metode penghitungan yang digunakan sehingga
banyak pula angka yang dihasilkan. Sehingga perlu dikaji angka mana yang bisa digunakan
yang sesuai dengan tren dari tahun ke tahun.
Pengarahan Pak Rusman Heriawan:
1. Merupakan suatu kebanggaan bahwa workshop ini bisa menghadirkan berbagai pihak
termasuk dari berbagai negara.
2. Diharapkan dalam dua hari ini workshop akan sangat bermanfaat, baik bagi BPS sebagai
penghasil data maupun pihak yang akan memanfaatkan data SP2010 secara luas.
3. Perlu kita ketahui bahwa referensi SP2010 adalah Mei 2010. Jadi sekarang sudah
melampaui ulang tahunnya yang pertama. Kita tidak bisa mengikuti track recordsensus
penduduk (SP) yang sebelumnya bahwa data baru bisa di-publish dua tahun kemudian
setelah pelaksanaan sensus. Sebenarnya saat ini sudah terlambat untuk mem-publish
3
data karena sudah melampaui ulang tahun pertama sementara data yang komprehensif
belum dapat disajikan. Sehingga, diharapkan data SP2010 ini bisa di-publish secepatnya
karenaBPS sudah banyak menjanjikan mengenai data SP2010 ini kepada para menteri,
misalnya Menteri Kesehatan.
4. Perlu dicermati pula bagaimana angka IMR dan MMR di Indonesia serta bagaimana kita
menyiasati posisi kita dalam pencapaian MDGs.
5. Di tahun 2011 ini, kita masih ada kesempatan 4 tahun ke depan untuk mengejar
pencapaian MDGs untuk indikator yang masih off-track.
6. Menteri Kesehatan, Menteri Perekonomian, dan Menkokesra saat ini sedang menunggu
data hasil SP2010. Bahkan Menteri Perumahan minta MoU agar pihak mereka bisa
memiliki data untuk membangun suatu program perumahan rakyat.
7. Proses pengolahan membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena harus dijaga
konsistensi antara data dan karakteristik dari masing-masing data. Kita harus
mengidentifikasi karakteristik demografi penduduk yaitu sejumlah sekitar 237 juta jiwa
secara satu per satu.
8. Kita sudah bisa men-declare bahwa semua proses pengolahan sudah selesai dan sudah
siap untuk disajikan.
9. Perlu diketahui bahwa status data SP2010 adalah data mikro. Kita mempunyai nama dan
alamat semua penduduk pada kondisi Mei 2010. Data ini kemudian dijadikan framebagi
survei-survei BPS yang akan datang agar hasilnya lebih baik.
10. Persoalan yang dihadapi BPS sejak awal tahun ini adalah proyeksi penduduk untuk
keadaan 2010. Berdasarkan parameter yang dikembangkan dari 2000 ke 2010 adalah
kurang pas dengan hasil SP2010, karena jumlah penduduk di tahun 2010 berdasarkan
hasil SP2010 menunjukkan angka yang lebih tinggi dari angka proyeksi.
11. Banyak persoalan yang kita hadapi. Setiap tahun kita harus menyajikan angka penduduk.
Pengguna data terkadang tidak mau tahu angka tersebut hasilnya dari mana. Sehingga
BPS menggunakan parameter dari SP2010 yang belum teruji tersebut sebagai baseline.
12. Banyak orang yang menganggap bahwa proyeksi tidak terlalu penting, padahal angka
proyeksi tersebut adalah sebagai dasar untuk merencanakan kebijakan seperti ketahanan
pangan.
13. Bagaimana kita mencapai ketahan pangan, ketahan energi, dsb. Ketahan pangan
walaupun adanya di supply side tapi tidak berdiri sendiri tanpa mengetahui
perkembangan jumlah penduduk 10 tahun kemudian, sehingga perlu diketahui berapa
jumlah penduduk di tahun 2020. Bagaimana ke depannya nanti jika terjadi diversifikasi
energy, bagaimana merencanakan swasembada sampai dengan tahun 2020, jika kita tidak
4
mempunyaidata penduduk sampai tahun 2020. Oleh karena itu, proyeksi penduduk
menjadi penting.
14. Berikut adalah beberapa manfaat dari SP2010
a. SP2010 adalah sumber data abadi dan catatan sejarah di tahun 2010 tentang
kondisi riil penduduk Indonesia dan karakteristiknya. Dalam hal ini tidak ada
margin error karena merupakan sensus.
b. SP2010 ini sangat terbuka untuk siapa saja karena kami menganggap SP2010
dengan prosesnya yang sangat panjang merupakan sumber ilmu pengetahuan
terutama tentang ilmu demografi.
15. Diharapkanmelalui workshop ini akan banyak konsensus mengenai parameter demografi
yang bisa dihasilkan yaitu mengenai angka fertilitas, mortalitas, dan migrasi yang juga
sebagai input penghitungan proyeksi penduduk.
16. Diharapkan workhop ini bisa menjadi ajang pertemuan yang intensif dan produktif antara
penyedia data dan user.
17. BPS sudah menandatangani MoU dengan Mendiknas untuk bisa mengirim data secara
elektronik ke pusat data di Mendiknas untuk dapat dimanfaatkan secara luassesuai aturan
yang berlaku, agar universitas bisa memanfaatkan data ini, semua mahasiswa bisa
mengakses data SP2010 untuk penelitian mereka dan universitas tidak perlu melakukan
survei sendiri.
18. Manfaat lain yang berkaitan dengan stakeholder, agar kita bisa mendukung semua
pemanfaatan data SP2010.
19. Data SP2010 ini akan menjadi amunisi baru bagi para peneliti untuk melakukan analisis
dan kajian selanjutnya sehingga akan memperluas pemahaman kita terhadap
kependudukan di Indonesia.
20. Melalui SP2010 diperoleh potret mengenai masyarakat Indonesia sehingga bisa digunakan
pula untuk kepentingan dunia usaha dalam hal ini adalah pengembangan ilmu
pemasaran.
21. Diberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah hadir dalam workshop ini. Pertama
kepada UNFPA yang telah mendukung kegiatan ini, yang kedua kepada Prof. Terry Hull
dari ANU, yang ketiga kepada Michael Levin dari Harvard Center for Population and
Development Studies,Harvard University dan dicatat pula perhatian yang besar dari
beberapa kolega.
5
22. Diharapkan melalui workshop ini akan dihasilkan working paper sebagai guidance untuk
analisis demografi berikutnya.
NOTULEN PLENO30 Juni 2011 (Sesi 2)
Wendy Hartanto:
1. Dalam menyajikan data, terkadang diperlukan penjelasan mengenai data tersebut dan
justifikasi dari karakteristik daerah masing-masing, kadang muncul adanya kejanggalan di
suatu provinsi maka diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai daerah-daerah
tersebut.
2. Pertemuan antara penghasil data, analis, dan pengguna data ini diharapkan dapat lebih
terbuka dan diharapkan para peneliti yang sudah senior dapat mentransfer ilmunya
kepada para peneliti muda.
3. Pada sesi siang nanti adalah untuk memahami tabulasi dari data-data yang ada.Ada
tabulasi khusus di luar tabulasi yang ada untuk melihat ketidakkonsistenan. Masing-
masing kelompok diharapkan nantinya dapat mempresentasikan masalah yang dihadapi.
4. Permasalahannya adalah bagaimana data bisa digunakan di level provinsi dan kabupaten.
Resource untuk melakukan analisis sampai level kabupaten saat ini masih sangat terbatas.
Padahal data yang dihasilkan dari kegiatan SP2010 sangat kaya untuk diimplementasikan
dalam program-program di tingkat kabupaten/kota. Misalnya berapa banyaknya anak
sekolah di suatu kabupaten, berapa banyak rumah yang lantainya masih dari tanah di
suatu kabupaten, dsb. Permasalahannya adalah bagaimana kita bisa menjembatani agar
local government bisa menggunakan data SP2010 ini secara maksimal.
5. Akan ada program merevitalisasi pusat-pusat data kependudukan agar dapat menganalisa
data SP2010 sampai local government. Pihak BKKBN diharapkan juga mempunyai peranan
di dalam memperkuat pusat studi kependudukan. Diharapkan juga peranan dari pusat
kependudukan UI dan UGM dalam mendiseminasikan data SP2010 ini seluas-luasnya.
6. Setelah diskusi kelompok, jadwal untuk malam nanti adalah presentasi kelompok sampai
jam 9 yang dilanjutkan besok pagi sampai sebelum Sholat Jumat.
6
7. Pak Terry sudah mengidentifikasi permasalahan sebagai permulaannya.
8. Jika dalam diskusi kelompok nantinya masih ditemukan hal-hal yang belum konsisten,
maka hal itulah yang akan kitacermati untuk dilakukan koreksi lebih lanjut
sehinggasepulang dari sini data sudah clean.
Terry Hull:
1. Motto untuk workshop ini adalah “Antara Sempurna dan Kenyataan”.
2. Akan dibahas beberapa isu yang timbul dan bagaimana agar tiap kelompok dapat
menyusun working paper.
3. Pada sistem editing, jika ada yang tidak cocok maka ada formula sendiri untuk
mencocokkan.
4. Dalam SP2010 untuk yang berstatus belum kawin tidak ditanyakan pertanyaan tentang
kelahiran. Untuk Indonesia, diperkirakan nilai TFR adalah 2,4 jika dihitung dengan Metode
Rele, jika dengan Metode Palmore adalah 2,5 dan jika dengan Metode Own Child adalah
2,5. Tapi ada beberapa kasus di wilayah Indonesia bagian timur yang menyatakan bahwa
walaupun belum kawin tapi pernah melahirkan. Contohnya TFR untuk Papua Barat
menggunakan Rele adalah 1,8 tapi ketika menggunakan metode Own Child nilai TFR
adalah 2,8. Bisa dilihat disini bahwa ada selisih yang cukup besar. Alasan terjadinya
perbedaan adalah status perkawinan yang menghapus angka kelahiran untuk wanita
belum kawin, sehingga angka TFR rendah.
5. Kalau kita melihat di Indonesia untuk mendapatkan nilainya dengan metode Own
Children, kita tidak mempunyai data untuk menyambung data anak dengan ibunya. Kita
hanya punya data anak yang tinggal di rumah dan anak yang tidak tinggal di rumah.
6. Untuk menggunakan Metode Own Children untuk kasus anak yang tinggal serumah
dengan wanita belum kawin, maka bisa diperlakukan bahwa anak tersebut adalah anak
dari wanita tersebut. Untuk kasus anak kecil yang ibunya pergi maka dalam Metode Own
Children, komputer akan mencari wanita lain yang bisa mewakili sebagai ibu dari anak
tersebut dan tinggal di dalam satu rumah tangga. Jika yang ditemukan adalah wanita
belum kawin, maka wanita tersebut menjadi ibunya.Ini menjadi pelajaran penting bagi
kita, bahwa untuk sensus ke depan harus ada pertanyaan apakah ibu anak ini tinggal di
rumah tangga tersebut. Tugas working group adalan bagaimana mengatasai
permasalahan ini.
7
7. Jika ditemukan data yang aneh, seperti wanita umur 15-19 tahun dan mempunyai 8 anak,
maka dilakukan editing yaitu dengan mengurangi jumlah anaknya disesuaikan dengan
rata-rata jumlah anak yang dimiliki wanita pada umur yang sama.
8. Ketika kita melihat data, maka kita akan menyadari bahwa data yang disajikan tersebut
telah melewati proses editing dan imputasi, sehingga jika masih ada ketidakkonsistenan
dan tidak dapat membentuk garis yang sempurna jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, maka hal tersebut adalah wajar.
9. Sensus tidak bisa sesempurna yang diharapkan. Mengenai suku bangsa dan bahasa, data
saat ini masih sangat kasar. Working group suku bangsa harus memikirkan bagaimana
mengelompokkan suku bangsa dan bahasa sehingga bisa menghasilkan analisa yang lebih
bermakna.
10. Mortalitas hasil SP2010 sudah lebih rendah dari tahun 2000. Tapi apakah lebih rendah
dari SDKI dan SUSENAS. Grafiknya tidak bisa lurus karena pendekatannya juga berbeda.
11. Mengenai kematian maternal juga masih terdapat permasalahan. Jumlah kematian
maternal mungkin salah. Ada sekitar 11.000 yang dicatat sebagai kematian maternal.
Tetapi setelah diperiksa ke lapangan, ada banyak kesalahan dalam mengisi kuesioner, ada
banyak kejadian yang tercatat sebagai kematian maternal yang ternyata bukan kematian
maternal sehingga jumlahnya tidak sebesar itu, tetapi menjadi sekitar 8000. Ada kasus,
ibu melahirkan yang meninggal adalah bayinya tetapi karena si bayi belum mempunyai
nama, maka yang dicatat adalah nama ibunya. Sehingga jika menghitung angka kematian
maternal dari kedua angka tersebut hasilnya akan berbeda jauh.
12. Working group mortalitas diharapkan untuk membahas kasus mortalitas yang under-
reporting.
13. Tidak ada pengeditan umur lagi tapi masih banyak kesalahan di dalam data. Hal ini bukan
berarti bahwa data tidak berguna.
14. Ada kejadian juga bahwa umur 11 anaknya ada 10, kemungkinan hal ini terjadi karena
salah baca scanner, yaitu 77 menjadi 11. Tugas kita semua untuk working group adalah
membahas tentang apa yang dirasa penting dari tabel-tabel, struktur kuesioner,
bagaimana mengatasi masalah-masalah dalam data (pekerjaan, anak sekolah) dalam
bentuk working paper 3-7 halaman yang harus diselesaikan dalam waktu cepat dan
dilengkapi juga dengan tabel dan referensi.
15. Jangan sampai kita mengeluarkan data yang dianggap salah. Lebih baik pelan-pelan, tapi
menghasilkan data yang dianggap berguna untuk perencanaan.
Wendy Hartanto:
8
1. Mengenai masalah suku bangsa dan bahasa, ada kasus petugas mengisikan kode suku
jawa ketika mengisikan kode bahasa jawa karena menganggap kodenya sama, sementara
kode tersebut sebenarnya adalah kode bahasa Ngada. Jika kasus terjadi di Maumere yaitu
suku Jawa menggunakan Bahasa Ngada, masih sangat mungkin terjadi, tetapi jika
kasusnya di Jawa Timur maka editing data dilakukan.
2. Jika terjadi kasus bahwaistri kedua umurnya masih di bawah umur (misal di bawah 10
tahun) bisa saja terjadi kesalahan koding. Seharusnya yang bersangkutan adalah berstatus
anak.
3. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul juga adalah mungkinkah dalam satu rumah
tangga ada 3 orang dengan suku yang berbeda? Bisa saja terjadi yaitu jika anaknya adalah
anak adopsi. Mungkinkah bahasanya beda.
4. Pak Terry telah menyampaikan beberapa kelemahan dari data SP2010, untuk itu
dilakukan proses validasi dan imputasi agar data menjadi lebih baik. Validasi ini harus
dilakukan dengan cermat, proses editing dilakukan dengan logika-logika yang wajar.
9
PRESENTASI KELOMPOK
Group 1. Jumlah dan Distribusi Penduduk
1. Isu-isu penting:
a. Analisis kelengkapan hasil sensus dan kualitas pelaporan umur dan jenis kelamin.
b. Analisis tren dalam kualitas (jika memungkinkan antara 1990, 2000, 2010).
c. Analisis tren antar sensus mengenai komposisi umur dan jenis kelamin seperti aging,
dependency ratio, dsb.
d. Analisis berbagai alternatif metodologi perapihan umur dan rekomendasi untuk
proyeksi.
e. Analisis mengenai perubahan jumlah penduduk antar sensus. Perubahan apa yang
terjadi dengan kelahiran, kematian dan migrasi antara SP1990, SP2000, dan SP2010.
Diharapkan dapat membantu menjelaskan perbedaan jumlah penduduk antara hasil
SP2010 dan proyeksi. Masalah kualitas data tahun 2000, harus berhati-hati dalam
memberikan interpretasi.
2. Fokus analisis ini kalau bisa sampai level small area data (level desa). Data apa saja yang
bisa disajikan serta konsep-konsepnya seperti apa.
3. Alasan dibalik bagusnya kualitas pelaporan data salah satunya bisa jadi karena dalam
SP2010 ada pertanyaan mengenai tanggal, bulan, dan tahun lahir. Ini bisa di cross-check
dengan umur yang dilaporkan oleh responden.
4. Survival Ratio (SR) tinggi di umur 0-5 tahun hampir di semua provinsi.
Tanggapan dan Pertanyaan
Sam Suharto:
1. Pentingnya BPS untuk membuat laporan mengenai hasil PES SP2010. Karena evaluasi
kelengkapan dan cakupan sensus maupun pengaruh content error diusahakan
dikumpulkan melalui PES. Walaupun jumlahnya kecil tapi mencakup data sensus yang
sangat besar. Hal ini sangat membantu analisis Hasil SP2010 karena nantinya analisis juga
mencakup kualitas dan cakupan SP2010. Analisis demografi juga membantu kelengkapan
analisis hasil SP2010 kita.
2. Perbandingan dengan data lainnya seperti registrasi penduduk.
10
Aris Ananta:
1. Alangkah baiknya kalau di Indonesia menggunakan probability projection untuk
penghitungan proyeksi.
2. Proyeksi 234 juta dengan kenyataan hasil SP2010 sebesar 237 juta sebenarnya tidak
berbeda. Karena ada skenario atas, menengah, dan bawah. Kalau di pihak kabinet
mengalami kebingungan, maka kita perlu mendidik para menteri untuk memahami hal ini.
Kalau ingin lebih canggih lagi, maka bisa menggunakan probabilistic projection.
M Sairi Hasbullah:
1. Dalam suatu kajian kependudukan, adalah suatu keharusan untuk melakukan kajian
struktur umur, dsb. Akan tetapi, alangkah lebih baik kalau ada kajian distribusi spasial.
Bagaimana kelompok ini mengarahkan analisis ke kajian perkembangan penduduk urban
dan rural terutama di Jawa karena mulai sangat rendah pertumbuhan penduduknya.
Implikasinya apa dan mengapa hal ini bisa terjadi.
2. Mencoba untuk melihat beban kota-kota besar sekarang ini. Sepertinya kita tidak bisa
hidup di Jakarta dan Bekasi jika melihat jumlah penduduknya yang besar dan tekanannya
terhadap daerah tersebut. Jumah penduduk Australia, New Zealand, dan Brunei jika
dijumlahkan sama dengan jumlah penduduk Jabodetabek. Tekanan dan implikasinya pada
kehidupan penduduk Indonesia akan luar biasa di masa depan dalam penggunaan
resource. Bandung juga sudah mulai mengalami hal yang sama.
Peter Gardiner:
1. Topik proyeksi sangat penting sekali. Sistem yang baik juga diperlukan. Dari segi politis,
proyeksi kabupaten juga penting sekali.
2. Analisis spasial juga penting.
3. Isu aglomerasi juga relevan. Bukan hanya Bandung, tapi mungkin juga mencapai wilayah
Cimahi.
Group 2. Family dan Struktur Rumah Tangga
1. Ke depannya direncanakan akan menghasilkan 2 working paper:
a. Hubungan dengan KRT
b. Status perkawinan
11
2. Melihat terutama dari Tabel 04, 05, dan 06 inilah analisis ini akan berpijak.
3. Isi Working Paper
- Latar Belakang
- Konsep, definisi dan klasifikasi topik dalam SP2010
- Editing dan rule validasi
- Implikasi editing pada analisis
- Saran
4. Kelompok 2 akan menampilkan analisis, yaitu:
- Struktur rumah tangga antargenerasi (mencakup keberagaman suku dalam rumah
tangga).
- Usia perkawinan pertama (early marriage, delayed marriage, SMAM)
5. Isi analisis:
- Pendahuluan
- Topik
- Potret topik dari SP2010 dan berbagai sumber
- Analisis
- Kesimpulan
- Rekomendasi kebijakan
6. Tabel-tabel yang dibutuhkkan:
- Struktur rumah tangga antargenerasi
- Struktur rumah tangga ragam suku
- Karakteristik rumah tangga: pendidikan kepala rumah tangga (KRT), usia KRT, jenis
kelamin KRT, tempat tinggal.
- Struktur rumah tangga dan keberadaan anak usia balita dan penduduk usia lanjut
- SMAM menurut provinsi, tempat tinggal, jenis kelamin, umur dan pendidikan
7. Aturannya adalah tidak ada KRT dan pasangannya yang berumur di bawah 10 tahun. Jika
ada, maka dalam proses editing data angkanya diubah menjadi 0. Begitu juga tidak ada
menantu yang berumur di bawah 10 tahun. Setelah diedit dianggap tidak ada pembantu,
sopir, atau tukang kebun yang berumur di bawah 10 tahun. Maka dalam proses
pengeditan datanya diubah menjadi “Lainnya”. Orang tua/mertua jika usianya di bawah
24 tahun maka diedit angkanya menjadi 0.
8. Karena adanya pengeditan ini maka bisa saja ruta yang terdapat 3 generasi di dalam ruta
bisa hilang.
9. Untuk penduduk yang berumur di atas 100 tahun menarik untuk dilihat apakah mereka ini
hidup selama 4 generasi dan tinggal bersama siapa.
12
10. Jika angka hasil editing yang dipakai, maka konsekuensinya adalah tidak memungkinkan
analisis 4 generasi dalam 1 ruta.
Tanggapan dan Pertanyaan:
M Sairi Hasbullah:
1. Bisakah diberikan penjelasan lebih lanjut apakah pembantu rumah tangga dikeluarkan
dari rumah tangga dalam menganalisis keberagaman suku dalam rumah tangga? Analisis
keberagaman suku dalam rumah tangga ini sangat bagus untuk melihat terjadinya silang
budaya di Indonesia yang mengindikasikan terwujudnya multikultural di Indonesia.
2. Melihat keterbandingan tingkat pendidikan pembantu rumah tangga hasil SP2010 dengan
hasil SP terdahulu. Bagaimana perkembangan tingkat pendidikannya. Sekarang ini sudah
mulai sulit bagi rumah tangga kelas menengah untuk mendapatkan pembantu rumah
tangga. Apakah hal ini ada hubungannya dengan pendidikannya? Bagaimana implikasinya
di masa yang akan datang?
Evi Nurvidya Arifin:
1. Mengenai keberagaman suku dalam rumah tangga, untuk saat ini yang akan dibahas di
Kelompok 2 adalah masih pada level yang sederhana, yaitu melihat berapa banyak jumlah
rumah tangga yang 1 generasi, 2 generasi, 3 generasi dst. Karena yang dilihat adalah
hubungan kekerabatan lewat darah sehingga pembantu memang akan dikeluarkan. Ingin
dilihat ada berapa banyak suku dalam satu ruta. Jika 1 generasi dan terdiri dari suami dan
istri akan dilihat suku dari keduanya, jika sukunya sama misalnya diberi kode 1, dst
sehingga bisa diperoleh angka maksimal jumlah suku yang ada di saturumah tangga.
2. Deadline working paper adalah November.
3. Jika anak sehari-harinya dirawat pembantu maka budaya yang akan melekat adalah
budaya asal pembantu. Misalnya di Singapura, banyak anak-anak yang lekat dengan etnik
dari pengasuhnya misalnya etnik Jawa (termasuk makanan yang biasa dimakan).
4. Akan sangat menarik untuk melihat pendidikan pembantu dan dianalisis lebih lanjut.
Teguh Pramono:
13
1. Dari data yang ada kelihatannya untuk anak-anak yang tidak tinggal dengan orang tua
cukup banyak, yaitu anak yang KRT nya adalah family lain dan anak yang berstatus anak
adopsi. Apakah tidak menarik juga untuk melihat analisa mengenai hal ini?
Evi Nurvidya Arifin:
1. Akan menjadi rekomendasi bagi kelompok 2.
Wendy Hartanto:
1. Mengenai hubungan dengan KRT, diharapkan ada rekomendasi mengenai hal ini misalnya
mengenai kakek/nenek, cicit, dll. Pembantu dan Sopir dipisahkan.
Group 3. Fertilitas
1. Isu utama:
- Program editing (rule validasi)
2. Untuk kepentingan analisa kita perlu melihat data yang belum diedit dan yang sudah
diedit.
3. Perlu juga dicek rule validasi karena pengaruhnya sangat besar.
4. Banyak kesalahan di jumlah anak lahir hidup terutama di wanita usia muda.
5. Kategori status perkawinan pada sensus berikutnya sebaiknya dirinci menjadi belum
kawin, kawin, hidup bersama, cerai hidup, pisah (separate), cerai mati.
6. Jumlah laki-laki yang kawin lebih banyak dibanding perempuan yang kawin. Perlu dilihat
lebih lanjut apakah karena pola migrasi atau pola editing.
7. Penghitungan TFR cara Palmore, Own Child, Direct perlu dihitung antara sebelum dan
sesudah diedit. Perlu ditentukan tingkat kematian bayi di kelompok umur ibu yang mana
yang akan digunakan. Angka harapan hidup sangat tergantung pada angka kematian pada
kelompok umur yang terpilih (atas dasar apa). Parameter mortalitas yang dipilih akan
digunakan sebagai salah satu input data untuk menghitung parameter fertilitas. Hal ini
harus dibahas dalam 1 working paper.
8. Metode Own Children dari anak yang tinggal di rumah dibandingkan dengan ibu yang
tinggal di rumah. Bisa jadi angka yang dihasilkan ini terlepas dari hubungan anak dengan
ibunya.
9. Metode Rele, CWR: Rasio jumlah anak terhadap jumlah wanita. Hasil penghitungan
harusnya sama dengan metode Own Children.
14
10. Hasil penghitungan dengan Palmore lebih rendah, karena ada proporsi wanita kawin 20-
24. Jika terdapat kesalahan pada data tersebut (terlalu banyak yang dicatat kawin) maka
fertilitas rendah.
11. Penghitungan secara Directsebenarnya bagus, tapi ada syarat wanita ever married yang
ditanya sedangkan kenyataan ada wanita yang punya anak tapi belum kawin. Sehingga
data menjadi under-reported.
12. Dulu ada pertanyaan kapan anak terakhir lahir, digunakan untuk menghitung last life
birth.
13. Kesalahan pembacaan scanner dari belum kawin menjadi kawin bisa menjadi faktor
kesalahan penghitungan parameter.
14. Program edit bisa menyebabkan kesalahan isian karakteristik SP2010.
15. Masih terjadi kesalahan edit di jumlah anak selama hidup terutama terjadi pada kelompok
umur muda.
16. Di NTT persentase belum kawinnya tinggi, di atas 40%, tertinggi di Indonesia.
17. Pada waktu pelatihan petugas, yang dimaksud kawin sudah dijelaskan tidak harus sah
secara aturan negara/hukum. Namun kita tidak tahu apa yang diisi di dalam kuesioner
oleh petugas.
18. Status perkawinan di sensus berikutnya mestinya diperlebar yang mencakup (belum
kawin, kawin, hidup bersama, cerai hidup, pisah dan cerai mati).
19. Status perkawinan bermasalah: di lapangan dan di proses program editing. Kuesioner juga
bermasalah, bahwa jumlah anak hanya ditanyakan untuk wanita pernah kawin padahal
banyak wanita yang punya anak tapi tidak kawin.
20. Untuk keperluan pembuatan tabel: harus cek kembali proses editing. Cek seluruh edit
yang berkaitan dengan status perkawinan. Seandainya ada penggantian status
perkawinan dalam proses edit maka harus dikembalikan ke status awal perkawinan
sebelum diedit.
21. Banyak orang dicatat sebagai kawin dalam sensus ini, sehingga menyebabkan SMAM
turun namun tidak terlihat alasan yang menyebabkan turunnya SMAM.
22. Proporsi wanita pernah kawin tahun 2010 di umur 20-24 sebesar 59,2 %, sedangkan di
tahun 2000 di kel umur yang sama sebesar 68,9%.
23. Jumlah laki-laki yang kawin lebih banyak dibanding perempuan yang kawin. Perlu dilihat
lebih lanjut hal tersebut dikaitkan dengan pola migrasi atau karena pengaruh edit .
24. Perlu dilihat jumlah laki-laki yg menikah tapi istrinya tidak di dalam rumah, sehingga
permasalahan di atas bisa dijelaskan.
15
25. Kelompok umur yang mana yang akan digunakan untuk menghitung/mewakili IMR. Saat
ini ada 3 kelompok umur. Seandainya nanti ditetapkan satu saja misal kelompok umur 25-
29 maka akan lebih baik, karena referensi waktu berpengaruh.
26. Penghitungan TFR secara Palmore, Own Children, Direct perlu dihitung antara sebelum
diedit dan sesudah diedit. Sehingga bisa diketahui apakah edit itu masuk akal atau tidak.
27. Kita perlu bertanya metode apakah yang akan digunakan untuk penghitungan fertilitas.
Dalam hal ini editing sangat berpengaruh.
28. Menurut saya kita belum siap untuk mempublikasikan hasil SP2010.
Tanggapan dan Pertanyaan:
Aris Ananta:
1. Bagaimana membuat proyeksi dengan cara baru karena mobilitas penduduk saat ini
sudah meningkat pesat. Bisa dicoba menggunakan regional demography sehingga angka
nasional dan regional (provinsi) bisa diperoleh sekaligus. Karena menggunakan cara
tradisional saat ini sudah tidak relevan, pola migrasi tidak akan terlihat.
2. Proyeksi tetap dilakukan, proyeksi sebelumnya antara 234 juta hasil proyeksi penduduk
dengan 237 juta hasil SP2010 jumlahnya tidak jauh berbeda.
3. Menggunakan metode probability projection merupakan alat yang lebih canggih.
Sam Suharto:
1. Rencana dari kelompok fertilitas sangat baik sekali terutama mengenai analisa
menggunakan data sebelum dan sesudah edit. Untuk membandingkan tren dengan hasil
sensus sebelumnya, sebelum edit sudah tidak mungkin. Jadi kita perlu memilih dari
kondisi yang ada.
Wendy Hartanto:
1. Apakah edit sudah melakukan edit yang benar ataukah justru malah menjadi salah.
Sehingga harus diliihat logic dari editing tersebut. Di dalam editing perlu dilihat apakah
betul kita melihat ketidakkonsistenan itu.
2. Kita menginginkan adanya saran-saran tadi. Misalnya, pemisahan pembantu dan sopir
adalah usul yang sangat baik. Hal ini sebaiknya dimasukkan ke dalam working paper untuk
menghasilkan rekomendasi bagi survei dan sensus mendatang.
16
Uzair Suhaimi:
1. Melihat kasus indirect, ada kecenderungan indirect meningkat.Untuk metode direct, kita
lepaskan dulu Papua dan Papua Barat karena masalah di daerah-daerah tersebut cukup
kompleks. Jika menggunakan metode direct kelihatan underestimate, bahkan setelah
diedit pun tetap underestimate dibanding teknik indirect dan sudah dibandingkan dengan
sensus sebelumnya. Menurut saya ini merupakan pembelajaran. Permasalahannya bukan
masalah editing atau bukan editing tapi kemampuan kita untuk mendapatkan TFR secara
direct mungkin belum waktunya, kita belum siap.
2. Jika harus kembali men-derive data sebelum editing, kita akan kehabisan energi. Yang
lebih penting adalah perbandingan dengan hasil sensus sebelumnya daripada kita
membandingkan sebelum dan sesudah edit. Justru hasil editing mendekati kebenaran,
dibandingkan dengan hasil Own Children, contoh di Papua Barat.
Terry Hull:
1. Kasus di Papua Barat, kemungkinan Own Child (yang tinggal serumah dengan wanita), 2,8.
Hasil metode direct sebelum edit 2,0 menjadi 2,7 setelah edit. Status wanita kawin/belum
kawin mempunyai dampak dalam fertilitas. Padahal fertilitas mestinya ditanya kepada
seluruh wanita (tanpa melihat status kawinnya).
2. Pengambilan contoh di provinsi ini dilakukan karena ada masalah yang sangat nyata di
provinsi-provinsi ini. Dengan membuka kesempatan bahwa mereka yang belum kawin
bisa punya anak. Ternyata hasilnya sangat nyata. Untuk provinsi lain juga akan dihitung
sehingga bisa diketahui hasilnya.
Uzair Suhaimi:
1. Karena angka TFR sesudah editing lebih mendekati angka indirect, kita sudah bisa
menjustifikasi bahwa hasil editing lebih baik.
Aris Ananta:
1. Sebaiknya sebagai statistisi dalam penghitungan kita membiasakan menggunakan
interval. Kita tidak pernah berbicara titik. Ini bedanya statistisi dengan matematisi. Hal ini
agar membiasakan para pembuat kebijakan untuk bicara range.
Gavin Jones:
17
1. Mengapa diambil di 4 provinsi ini? Bagaimana pola TFR sebelum dan sesudah editing
untuk provinsi lain?
Terry Hull:
1. Karena ada masalah yang sangat mencolok di Papua Barat, sehingga dibuka editing untuk
wanita yang belum kawin tapi punya anak dan dianalisa di Indonesia bagian timur. Editing
ini akan dilakukan di seluruh provinsi.
Group 4. Mortalitas
1. Permasalahannya adalah apakah data SP2010 layak digunakan untuk estimasi Angka
Kematian Ibu dan kematian yang lain. Perlu dilakukan evaluasi. Selama ini yang
tertangkap adalah hanya yang dilaporkan saja.
2. Untuk kebutuhan penggunaan data-data yang ada, termasuk kebijakan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya perlu di-update sejumlah indikator utama kesehatan.
3. Sebelum kita melakukan penghitungan angka kematian perlu adanya evaluasi. Kalau
hanya diedit maka kita melakukan perbaikan terhadap data yang dilaporkan saja.
Bagaimana untuk data yang tidak dilaporkan? Hal yang bisa dilakukan adalah adjustment.
4. Editing termasuk adjusment terhadap angka-angka ini tidak sesederhana yang kita
bayangkan.
5. Dari data TFR tadi pola under-reporting tidak saja bervariasi menurut daerah tapi mungkin
juga bervariasi menurut pengelompokan lainnya.
6. Kebutuhan presisi angka kematian untuk proyeksi penduduk (kebutuhan akademis), kita
perlu argumen bahwa angka inilah yang mendekati sehingga bisa dianggap benar. Untuk
kepentingan politis, jika kita ingin melihat tren maka harus memperhitungkan angka-
angka sebelumnya karena kita tidak bisa tahu pasti mana yang benar, apakah data yang
sekarang ataukah data yang sebelumnya.
7. Selama ini kita menggunakan data kematian bayi dan dikembangkan dengan model life
table. Pertanyaannya adalah apakah model yang kita pakai sudah sesuai? Dan apakah
sama untuk semua provinsi? Selama ini kita mengabaikan tingkat kematian yang lebih
empirik. Semua didasarkan pada kematian bayi dan anak. Kita tidak pernah
mempertimbangkan adult mortality.
18
8. Jika direct secara konseptual lebih baik daripada indirect, masalahnya adalah recall. Dalam
indirect masalah under-reporting kurang menjadi masalah dibanding direct. Karena
informasi pendekatannya melalui umur ibu. Life expenctacy bisa didekati dengan indirect.
9. Jika kita lihat bahwa dalam statistik harus ada data empiriknya. Apakah masalah-masalah
seperti tersebut sebelumnya punya pengaruh terhadap estimasi angka kematian dan jika
berpengaruh maka seberapa besar.
10. Kebutuhan memisahkan analisis kematian menurut jenis kelamin oleh karena berbagai
kebutuhan.
Tanggapan dan Pertanyaan:
Aris Ananta:
1. Saya sangat menunggu hasilnya karena ini revolusi besar bagi Indonesia karena selama ini
kita tidak mempunyai Life Table sendiri.
2. Selain kita melihat Life Table yang ada, kita bisa melihat negara-negara lain yang datanya
baik seperti Singapura, kemungkinan Indonesia tidak berbeda jauh dengan negara-negara
di Asia Tenggara.
3. Kadang banyak teman kita yang meninggal muda. Jika kita lihat di Rusia angka kematian
40-50 meningkat. Pola yang seperti ini apakah juga terjadi di Indonesia?
Budi Utomo:
1. Pertanyaan dari Pak Aris belum bisa dijawab sepenuhnya karena data belum diterima
secara langsung. Tapi ada indikasi masalah-masalah seperti stroke, jantung dari segi umur
sudah bergeser dari 50-60 ke umur 40 tahun bahkan lebih muda, artinya telah terjadinya
perubahan pola kematian menurut umur yang bisa diperkuat dengan indikasi pola makan,
life style, dsb yang mempengaruhi. Hal ini mendorong perlunya perhatian pada saat
mengestimasi angka harapan hidup perlu memperhitungkan situasi/gambaran-gambaran
tersebut dan tidak sepenuhnya ditentukan oleh angka kematian bayi. Konsep empirik itu
tidak pernah linier, mungkin untuk situasi tertentu cocok tapi belum tentu cocok untuk
kondisi yang lain.
2. Tapi kelihatannya under-reporting nya tidak sistematik sehingga akan sulit untuk
melakukan adjustment.
19
Evi Nurvidya Arifin:
1. Pola pekerjaan sebaiknya juga dikaitkan dengan pola kematian menurut jenis kelamin,
tidak hanya pola makan saja. Begitu juga dengan pola pendidikan, apakah berpengaruh?
2. Jika ada perubahan rangking provinsi maka akan terjadi lompatan. Apakah memang pola
seperti itu yang akan dilihat?
Terry Hull:
1. Satu hal yang harus diingat bahwa data ini adalah data per rumah tangga. Permasalahan
muncul jika suatu rumah tangga dengan ART tunggal dan orang tersebut meninggal maka
rumah tangga tersebut tidak terdeteksi ada kematian karena ART tersebut sudah
meninggal.
Budi Utomo:
1. Berdasarkan survei, semakin tinggi pendidikan maka semakin rendah tingkat kematian.
Karakteristik yang berpengaruh terhadap kematian adalah pendidikan ibu dan wealth
(bisa melalui kekayaan untuk SDKI dan pengeluaran untuk SUSENAS). Berdasarkan
Susenas, status gizi dan kematian konsisten tetapi tidak paralel. Variabel seperti urban-
rural dan pendidikan KRT tidak berpengaruh. Dengan terbatasnya data kematian maka
analisis kematian menurut ketenagakerjaan dan pendidikan tidak bisa dilakukan.
2. Usul Pak Terry akan menjadi perhatian.
Wendy Hartanto:
1. Mungkin di sensus mendatang kita bisa menanyakan pekerjaan orang yang meninggal.
2. Kasus 1 ART sebagaimana disampaikan Pak Terry merupakan salah satu penyebab
terjadinya under-reported.
Group 5. Migrasi
1. Jumlah dan presentase migrasi risen terjadi penurunan dibanding SP2000, baik pada level
provinsi maupun kabupaten.
2. Permasalahan yang menarik saat ini adalah mengenai migrasi antar kabupaten.
20
3. Dalam SP2010 tempat tinggal 5 tahun yang lalu hanya ditanyakan pada SP2010-C1.
Dengan demikian penyebutnya juga penduduk 5 tahun ke atas dari datar C1. Pada
publikasi harus dijelaskan bahwa tidak mencakup penduduk yang dicacah dengan C2 dan
L2.
4. Isu lain yang menjadi isu penting mengenai migrasi di Indonesia adalah adanya
pemekaran wilayah dan data migrasi sangat sensitif mengenai isu ini karena pemekaran
ini terjadi paling banyak selama 10 tahun terakhir baik pada level provinsi maupun
kabupaten. Sehingga dalam membandingkan dengan data sebelumnya perlu diperhatikan
cakupan wilayah, terutama daerah yang mengalami pemekaran.
5. Kelemahan pengumpulan data migrasi:
- Daya ingat responden
- Kesalah konsep tempat lahir
- Kesalah info yang diberikan orang lain
6. Untuk ke depannya kelompok migrasi ini membuat rencana working paper yang berusaha
mengaplikasikan analisa migrasi dari hasil SP2010, yaitu “Analisis Pola dan Karakteristik
Migrasi dan Urbanisasi di Indonesia, Hasil SP2010”, yang mencakup:
- Migrasi seumur hidup
- Migrasi risen
- Migrasi masuk internasional (karena ada keterangan untuk orang yang pernah tinggal
di luar negeri)
- Urbanisasi
- Dihubungkan dengan isu desentralisasi
- Dihubungkan dengan tingkat ekonomi daerah (otonomi daerah mendorong terjadinya
berbagai perubahan)
Tanggapan dan Pertanyaan:
Sunarti:
1. Mengapa untuk pertanyaan tentang migrasi rujukan waktunya adalah 5 tahun yang lalu,
sementara untuk pertanyaaan pada kelahiran dan kematian rujukan waktunya adalah 1
Januari 2009, apakah ada pertimbangan tertentu pada saat menentukan rujukan waktu
tersebut?
Uzair Suhaimi:
21
1. Dalam rangka pembuatan penyempurnaan penghitungan proyeksi, apakah bisa group
migrasi membuat matrik besar yang isinya merupakan probability penduduk kabupaten A
ke kabupaten B atau sebaliknya, sehingga akan lebih realistis ketika kita memperkirakan
faktor migrasi dalam proyeksi.
Aris Ananta:
1. Saya menyarankan pengukuran lain lagi yaitu return migration, apalagi dengan metode ini
dapat diperoleh yang berasal dari luar negeri.
2. Untuk asumsi proyeksi, dapat menggunakan penghitungan age sex specific
migrationkemudian dibuat net migration-nya yang tidak lagi dipengaruhi oleh umur dan
jenis kelamin.
M Sairi Hasbullah:
1. Bagaimana analisis yang kita kembangkan nanti mampu memuaskan dua kepentingan
sekaligus yaitu akademisi dan kebijakan yang bersifat pragmatis (yang segera bisa dipakai
pemerintah karena isunya atual, langsung menyentuh permasalahan yang berkembang di
masyarakat). Analisis yang kita kembangkan dari SP sebelumnya masih diperuntukkan bagi
kepentingan akademisi saja, tidak ada greget untuk ditindaklanjuti oleh pembuat
kebijakan. Dalam kasus migrasi misalnya kalau kita masih menggunakan pola analisis
sebelumnya barangkali akan tidak banyak yang bisa dipakai oleh para pembuat kebijakan
dan masyarakat. Akan lebih menarik untuk melihat dominasi kota-kota besar, misalnya
Jabodetabek. Bagaimana pola migrasi yang masuk ke Jakarta, bagaimana hubungannya
dengan kota-kota industri di sekitarnya misalnya Cikarang. Bukan hanya menganalisis
migrasi dengan pola-pola yang sangat umum.
2. Pembantu rumah tangga bisa di-cross dengan status migrasi risen.
3. Di 156 kabupaten/kota baru (hasil pemekaran selama periode 2000-2010) bagaimana pola
migrasi yang masuk. Apakah karena job creation di tempat yang baru terbentuk tsb?
Evi Nurvidya Arifin:
1. Berkaitan dengan isuregional otonomy, dalam working paper perlu didokumentasikan
kapan persisnya daerah-daerah ini terpecah, menjadi daerah mana saja dan kapan
terbentuknya. Pengetahuan ini sangat penting bagi para peneliti.
2. Info yang paling lemah tersedia dalam data migrasi adalah migrasi internasional, yang saat
ini baru mengandalkan info dari Kementrian Tenaga Kerja dan Trasmigrasi (dalam hal ini
22
adalah data TKI). Mungkin satu-satunya data yang bisa mewakili adalah hasil SP2010
(migrasi masuk internasional). Ketika menghadiri pertemuan di Hanoi, terungkap bahwa
lemahnya data migrasi internasional ini juga terjadi di beberapa negara lain. Bisa
dibedakan apakah yang banyak masuk adalah orang Indonesia atau orang asing (dari info
WNI atau WNA). Untuk melihat migran yang masuk dari luar negeri, di-cross juga dengan
jenis kelamin dan juga dengan umur. Mungkin Indonesia bisa menjadi negara pertama
yang memiliki data semacam ini.
Peter Gardiner:
1. Jika memungkinkan untuk juga melihat konsep tren migrasi iniperiode 2000-2010,
tentang age pattern dan sex pattern untuk kepentingan pembuatan proyeksi. Apa yang
terjadi pada asumsi migrasi (fakta tren migrasi tidak konstan)?
Malyono Mawar:
1. Menyangkut peraturan pemerintah mengenai kewenangan kabupaten/kota untuk
membuat kebijakan kualitas, kuantitas, mobilitas. Pertanyaanya adalah pada level
kabupaten, siapa yang concern untuk membuat analisa ini. Ini masih sangat langka.
Sementara di tahun 2013 mereka harus sudah membuat hal-hal tersebut. Ini merupakan
suatu peluang yang sangat bagus untuk BPS.
Riwanto:
1. Usul dari Pak Aris, Pak Uzair, Pak Sairi, dan Bu Evi merupakan hal-hal yang harus
dipertimbangkan namun kita juga harus mempertimbangkan kapasitas kita dengan tidak
mengesampingkan bahwa ada demand dari pemerintah juga.
Group 6. Pendidikan
1. Perkembangan dan Keadaan Modal Manusia
- Perkembangan kemampuan berbahasa Indonesia
- Perkembangan kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya
- Perkembangan akses pendidikan
- Keadaan pendidikan tahun 2010
2. Data pendidikan saat ini di Indonesia sangat terbatas.
23
3. Sangat menarik untuk mempelajari beberapa isu khusus yaitu kegiatan bersekolah dan
dunia kerja untuk anak usia 10-18 tahun.
4. Keterbatasan dari data yang dikumpulkan antara lain; tidak ditanyakannya jenjang
pendidikan yang sedang/pernah diduduki (tidak bisa menghitung APM dan APK). Fakta
sosial yang tidak diakui yaitu anak yang masih bersekolah di TK dalam SP2010 ini tidak
dianggap bersekolah padahal perkembangannya sangat pesat. Kedepan diharapkan
bahwa hal ini bisa diakui karena bisa menunjukkan suatu kemajuan. Kita tidak dapat
menghitung partisipasi sekolah untuk golongan SLTA ke atas karena yang ditanyakan
hanya ijazah tertinggi.
5. Jadi di satu sisi ada kekayaan informasi tentang pendidikan tinggi tetapi karena banyak
jenisnya maka tidak dapat dimanfaatkan.
6. Hal lain yang tidak ditanyakan adalah kelas/tingkat yang sedang/pernah ditempuh, kapan
berhenti sekolah (untuk menghitung tingkat Drop Out), lama sekolah (digunakan dalam
MDGs).
7. Permasalahan dengan C2 dan L2. Pertanyaan 211, 212, dan 214 hanya ditanyakan pada
C1. Hal ini akan menimbulkan masalah pada akses pendidikan.
8. Saran ke depan, agar PAUD diakui sebagai pendidikan formal dan jangan dibatasi pada
umur 5+ saja.
9. Sebaiknya dikumpulkan tabulasi menurut kelompok umur 5 tahunan sampai 95+ untuk
kemampuan berbahasa Indonesia dan kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan
huruf lainnya untuk kepentingan analisis lansia juga.
10. Masih terjadi inkonsistensi antar tabel.
11. Data umur masih ada non respon. Tapi di data pendidikan menurut kelompok umur tidak
ada non respon.
12. Disayangkan bahwa dalam SP2010 ini tidak ada pertanyaan paket A,B, C yang bisa
digunakan dalam perhitungan APK, APM.
13. Ke depannya, diharapkan SDM jangan hanya dianggap sebagai beban melainkan sebagai
modal.
14. Kementrian Pendidikan Nasional mengharapkan data yang lengkap dari hasil SP2010.
15. Di beberapa daerah ditemukan bahwa anak sekolah kelas 1 s.d 3 hanya dapat berbahasa
lokal/daerah bukan bahasa Indonesia.
Sri Moertiningsih Adioetomo:
24
1. MDGs untuk topik pendidikan mengharuskan sekolah tidak hanya lamanya sekolah tapi
juga harus selesai grade 5. Karena kalau hanya lamanya sekolah mengulang beberapa kali
juga tidak ketahuan. Yang penting disini adalah kemampuan baca tulis. Oleh karena itu
saya disarankan ada tabulasi untuk anak sekolah yang selesai kelas 5. Hal ini akan
membantu Mendiknas.
2. Mengenai anak yang masih sekolah dan sedang bekerja, survei BPS dengan ILO bahwa
pada umur 5-17 tahun ada sekitar 20,7 % yang bersekolah sambil bekerja. Apakah hal ini
merupakan tren yang baik atau tidak? Dari legal framework usia 3-15 boleh bekerja asal
tidak hazardous dan tidak mengganggu sekolah.
3. Disarankan untuk juga menganalisa menurut cohort kelahiran. Kelihatan bahwa gender
gap yang lulus SD sudah tidak kelihatan, tetapi membesar di lulusan SMP dan SLTA.
Apakah hal ini terlihat juga dari hasil SP2010?
4. Melaui hasil penghitungan indeks Myers, indeks Wipple dan Indeks UN, terlihat bahwa
kualitas pelaporan umur oleh responden sudah bagus.
Happy Hardjo:
1. Terkait dengan pendidikan yang dikelola oleh Kementrian Agama, dalam SUSENAS saat ini
sudah mengeluarkan data pesantren. Di dalam sensus ini diharapkan dapat menjawab
seperti apakah pendidikan di rumah tangga khusus. Informasi mengenai hal ini diperlukan
oleh kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
M Sairi Hasbullah:
1. Kejelasan lebih jauh mengenai buta huruf, apakah akan menyajikan data huruf dan
mengalisisnya? Perlu penjelasan di P214 mengenai huruf latin dan lainnya. Ini penting
karena saat ini merupakan suatu momentum untuk menyepakati apakah huruf lain ini
perlu dicek kembali atau tidak, banyak atau tidak jawabannya. Kalau banyak maka dimana
(urban atau ibukota provinsi yang urban-nya tidak begitu kuat), karena UNESCO
mengembangkan suatu pemahaman mengenai literacy yaitu membaca dan menulis with
understanding yang sering ditekankan.
Teguh Pramono:
1. Mengenai catatan di Buku Pedoman Pencacah di halaman 120, apakah sudah dipahami
bersama agar tidak terjadi double counting.
25
Mayling Oey Gardiner:
1. Tentang grade 5, memang di beberapa Negara sekolah SD hanya sampai grade 5. Grade 6-
9 untuk SMP. Grade 10-12 untuk SMA. Jadi menyesuaikan sistem yang ada, untuk
Indonesia lebih baik tetap memasukkan kelas 6. Masalahnya di SP2010 tidak menanyakan
selesai di kelas berapa.
2. Tahun 90-an akhir sudah terjadi cross over untuk SD mengenai gender gap. Bahkan untuk
SMP juga sudah mulai kelihatan. SMA sudah mulai kelihatan. Sedangkan untuk perguruan
tinggi negeri sudah susah bagi laki-laki untuk masuk. Kalau di swasta prioritas lebih
banyak diberikan ke laki-laki.
3. Sangat setuju dengan Pak Happy untuk pendidikan pada rumah tangga khusus.
4. Setuju dengan Pak Sairi tentang functional literacy.
5. Kelompok sudah memahami catatan pada halaman 120 tersebut.
Group 7. Ketenagakerjaan
1. Terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam lingkup konsep ketenagakerjaan. Ada
penambahan sub group pengangguran, dimana mereka yang tidak aktif mencari
pekerjaan namun bersedia bekerja termasuk dalam kelompok pengangguran.
2. Angka pengangguran hasil SP2010 ini merupakan gabungan dari “pengangguran aktif”
dan “pengangguran pasif”. Yang dibandingkan hanya angka pengangguran aktif, yakni
mereka yang aktif mencari pekerjaan atau sedang menyiapkan suatu usaha. Sementara
yang termasuk discourage workers harus di-split terlebih dahulu.
3. Revisi Tabel 39 s.d 48 diperlukan agar dapat membandingkan data ketenaga-kerjaan pada
SP2010 dengan SP sebelumnya.
4. Total pengangguran yang cukup tinggi pada kelompok umur 15-19, sehingga perlu
mendapat perhatian lebih. Angka pengangguran perlu di-cross dengan status sekolah.
5. Jumlah orang yang mencari kerja jauh lebih kecil dari yang bersedia bekerja, apakah hal
ini wajar?
6. Di sub sektor tanaman padi dan palawija jumlah orang yang “berusaha dengan buruh
tetap” lebih besar daripada jumlah “buruh/karyawan/pegawai”.
Tanggapan dan Pertanyaan:
Aris Ananta:
26
1. Angka pengangguran SP naik/turun? Angka pengangguran naik bisa diindikasikan orang
Indonesia lebih makmur, sehingga sebenarnya tidak relevan untuk menampilkan angka
pengangguran di Indonesia. Dulunya BPS mempublikasikan angka penduduk yang mencari
kerja bukan angka pengangguran. Sebaiknya menggunakan angka kemiskinan. Jika BPS
belum berani, bisa membuat kompromi dengan perbaikan sedikit yaitu hanya
mengeluarkan agespecific unemployment rate kemudian dijumlahkan dan dikalikan
dengan jumlah kelompok usia. TPT tidak perlu di-publish lagi.
Mayling Oey Gardiner:
1. Sepertinya ada wacana lansia dilarang kerja. Kita harus optimis agar tetap sehat dan
menghasilkan.
Sri Moertiningsih Adioetomo:
1. Baik pengangguran maupun mencari kerja, jika di-crossmenurut pendidikan mungkin akan
diketahui pengangguran menurut pendidikan. Sehingga dapat dilihat dan dihubungkan
apakah pengangguran justru dari golongan yang berpendidikan tinggi karena mereka di-
support oleh keluarga. Tetapi untuk pendidikan di bahwa SD angka pengangguran justru
sangat sedikit.
Tianggur:
1. Justru saat ini ingin meneliti tentang jaminan sosial dan lansia yang masih aktif, karena
lansia justru berhak mendapatkan jaminan sosial. Di desa, orang akan terus bekerja
sampai mendekati saat kematian. Oleh karena ketenagakerjaan hanya dikumpulkan
sampai imur 65+ dan tidak bisa melihat penduduk lansia, maka untuk umur sebaiknya
diperluas sampai 95+, jika memungkinkan. Hal tersebut akan sangat berguna untuk
melihat profil lansia.
Wendy Hartanto:
1. Semua tabel akan dibuat sampai kelompok umur 95+.
Group 8. Perumahan
27
1. Menurut Kemenpera banyaknya rumah tangga yang menempati rumah yang tidak layak
huni (sekitar 7,2 juta rumah), sementara menurut BPS banyaknya rumah tangga yang
menempati rumah bukan milik sendiri ada sekitar 13,6 juta.
2. Dari data SP2010 tidak ada informasi jarak sumber air minum ke tempat pembuangan
limbah, yang penting dalam menentukan apakah rumah tangga menggunakan air bersih
atau tidak.
3. Dari data SP2010 tidak ada pertanyaan tentang atap dan dinding sehingga analisis
perumahan tidak dapat disajikan secara keseluruhan terutama terkait atap dan dinding.
4. Merancang untuk analisis perumahan dikaitkan dengan variabel yang disajikan oleh
kelompok 1-7.
5. Ditampilkan beberapa tabulasi menegnai perumahan yang diperlukan dalam analisis.
6. Untuk tabel-tabel di atas juga akan dilihat untuk rumah tangga lansia (60 tahun ke atas)
dan rumah tangga muda (< 40 tahun).
Mayling Oey Gardiner:
1. Kepemilikan rumah dan pendidikan pernah dianalisis sebagai proxy untuk status sosial.
Tapi sepertinya bukan proxy yang bagus. Karena untuk orang-orang yang tinggal di flat
contohnya, bukan hanya yang miskin yang tempat tinggalnya berstatus sewa tapi ada juga
orang kaya yang tempat tinggalnya berstatus menyewa.
Group 9. Kesejahteraan Sosial
1. Rekomendasi untuk semua kelompok bahwa semua variabel di-cross dengan umur, jenis
kelamin, suku, dan agama.
2. Untuk ketenagakerjaan, pendidikan dan perumahan di-cross dengan kewarganegaraan.
3. Paradigmanya adalah kita meninggalkan konsep pertumbuhan ekonomi karena hanya
sebagai alat yang akhirnya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan sossial.
4. Jika data penduduk berumur di atas 100 tahun ditampilkan akan sangat menarik sekali.
5. Rekomendasi: ada publikasi umum, utama, dan lebih lanjut. Sering pengguna data
mengeluh, bahwa data ketenagakerjaan hanya disajikan untuk kelompok umur 15 tahun
ke atas, data ethnicity juga tidak disajikan begitu saja oleh BPS. Diharapkan jika ada
pengguna data datang ke BPS tidak perlu menunggu proses yang lama untuk
mendapatkan data tersebut. Sebaiknya dibuatkan proses yang cepat untuk kepuasan
responden.
28
6. Data suku bangsa dicatat menurut pengakuan, jadi untuk responden yang secara fisik
merupakan orang Papua jika mengaku sebagai suku Jawa maka kita catat sebagai suku
Jawa.
7. Data suku bangsa dan bahasa saat ini belum tersedia. Diharapkan pada publikasi 2010 ada
publikasi nasional dan provinsi yang mencantumkan 8 suku besar (jika level provinsi maka
disesuaikan dengan 8 suku terbesar di provinsi tersebut).
8. Disarankan bahwa data SP2010 ini sebaiknya dibuka saja apa adanya dan kita berikan
penjelasan.
9. Usulan working paper; active aging 2010, heterogenitas suku dan agama, centenarian.
10. Mohon berhati-hati dalam membersihkan data, jangan terlalu “bersih”.
11. Isu Penting:
Kesulitan dalam Daily Living (dari usia muda sampai tua).
Life Cycle Hypothesis (LANSIA: embrio pun termasuk dalam bahasan ini ; PERUMAHAN
(cross dengan usia KRT dan Jenis kelamin) => angka kemiskinan tidak pernah keluar
berdasarkan usia. Angka kemiskinan banyak yang lansia).
Etnodemography (Ethnicity dan agama). Pendekatan kualitatif, hasilnya bisa berbeda
karena punya pendekatan yang berbeda, tapi dalam statistik, kita punya konsep yang
sama. Di beberapa negara belum berani mengeluarkan data ini.
Tri Budi:
1. Untuk SP2010 yang terkait dengan P207 dan P216 bisa dilengkapi:
a. P207: dilengkapi aspek emosional dan mental (1 variabel bisa masuk semuanya, tidak
usah beberapa variabel).
b. P216: ditambah 1 pertanyaan: “apakah seminggu yang lalu melakukan kegiatan?”
Tanggapan dan Pertanyaan:
Sri Moertiningsih Adioetomo:
1. Mengenai ketenagakerjaan khususnya pekerja anak, 5-12 tidak boleh bekerja , 13-14
boleh bekerja asalkan tidak lebih dari 4 jam sehari, 15-16 boleh bekerja asal tidak
hazardous.
2. Apakah nantinya pihak Pak Happy akan membuat publiaksi lansia tersendiri atau akan
digabung?
3. Lihat Presentasi Aging pada Workshop di Karawaci.
29
4. Mobilitas (P207c-P207e).
5. Ada ide untuk membuat tabulasi fertilitas untuk lansia yang masih hidup dengan anaknya,
apakah masih ada kepedulian anak terhadap orang tua, akan dilihat juga kondisinya di
pedesaan seperti apa (AMH).
6. Permasalahan mengenai lansia adalah misalnya; beban sosial dan ekonomi bagi lansia,
dalam hal ini adalah lansia yang menjadi KRT (ditabulasikan menurut jenis kelamin, urban-
rural, agama) dan pekerja lansia di sektor informal.
7. Sosial protection.
8. Home Care (P216 dan P207c-P207e).
Terry Hull:
1. Suku, Agama dan Bahasa: yang kita butuhkan sekarang adalah tambahan yang muncul
karena pada proses coding muncul nama-nama baru yang ditambahkan, apakah ini dalam
website atau softfile, diharap dapat disediakan.
2. Suku: bagaimana pengelompokan dari kode-kode yang ada. Dari sekitar 1300 kode suku
sebaiknya digabung jadi 40-50 suku terbesar. Hal ini bukan berarti bahwa suku ini akan
hilang dari data set, tapi untuk kepentingan publikasi diharapkan dapat disajikan jumlah
kode yang lebih sedikit. Sehingga nantinya kelompok suku dan kelompok bahasa hasilnya
akan masuk akal.
3. Mengenai agama (selain 6 pilihan yang diberikan) sampai saat ini kita belum tahu mana
saja yang akan masuk dalam daftar kode. Dibutuhkan analisa mendalam mengenai agama
“Lainnya”.
4. Harus ada beberapa faktor teknis yang dibahas terlebih dahulu sebelum data dikeluarkan.
Riwanto:
1. Menyambung saran dari Pak Terry mengenai pengelompokan suku membutuhkan
keahlian dan tidak sekedar siapa yang masuk ke kelompok mana. Perlu ada satu
pertemuan khusus untuk membicarakan ini dengan lebih serius karena hal ini tidak
mudah. Suku bangsa, agama, dan mungkin juga bahasa.
Wendy Hartanto:
30
1. Pernah ada ancaman di Kalimantan Barat pada SP2010 untuk tidak menanyakan tentang
suku bangsa.
Happy Hardjo:
1. Ada kelompok umur yang sudah dirancang untuk menyajikan data tentang lansia. Jika
misalnya ada tabel lain di luar tabel yang sudah direncanakan maka bisa diakomodasi oleh
bagian Direktorat Metodologi dan Analisis.
Soeharsono Soemantri:
1. Apakah informasi mengenai disabilitas bisa digunakan untuk me-refine mortalitas?
Evi Nurvidya Arifin:
1. Kaitannya dengan agama yang resmi di Indonesia yaitu ada 6 agama. Tapi mungkin dari
hasil SP2010 ada pilihan baru yang ditampilkan dari jawaban yang diberikan responden.
Contohnya Kaharingan, Kejawen, Ahmadiyah, Yahudi, dll. Adakah sekarang orang-orang
yang mengaku beragama tersebut dan bisa ditampilkan? Permasalahannya adalah di
Indonesia hanya memperbolehkan 6 agama. Sedangkan di Malaysia bahkan ada pilihan
untuk no religion.
31
PAPARAN TENTANG DISEMINASI
Paparan Pak Abdul Rachman:
1. Dengan adanya 9 topik ini membantu bagian diseminasi mengatur pekerjaan selanjutnya.
2. Penjelasan khusus pada beberapa topiknantinya akan difasilitasi oleh diseminasi, apakah
akanmenggunakan akses khusus atau yang lainnya.
3. Desainisi website: highlight, tabel-tabel pokok, grafik, peta tematik, dan penjelasan
variabel.
4. Tabel yang ditampilkan bisa diakses secara interaktif. Bisa diakses menurut provinsi,
kelompok umur, dll.
5. Pada Menubar ada terdapat pilihan home, wilayah, topik, dan pencarian data.
6. Diharapkan data sensus ini hendaknya disajikan bukan hanya berupa datanya saja, namun
harus bisa menjadi inspirasi bagi para pengguna.
7. Dijanjikan bahwa satu bulan setelah menerima data dari Pak Wendy, maka diseminasi
sudah bisa dipublikasikan.
Tanggapan dan Pertanyaan:
Wendy Hartanto:
1. Pada pembuatan tabel, untuk data dari form C1 pada rumah tangga biasa tidak ada
masalah, dengan ditambahkan data dari C2 (apartemen,dll) dan L2 maka untuk data yang
ditanyakan pada C2 dan L2 dicantumkan sebagai “Tidak Ditanyakan”. Sebaiknya kolom
“Tidak Ditanyakan” ditampilkan di semua tabel. Tabel pada SP2010 ini akan berbeda
dengan sensus-sensus sebelumnya.
Terry Hull:
1. Mengenai editing harus ada penjelasan lebih lanjut dan diperbaiki. Untuk review 100%
agar setiap perintah di dalamnya diperiksa kembali sampai benar (mengenai fertilitas,
status perkawinan, mortalitas, pendidikan, pekerjaan, rumah tangga, dsb).
2. Melihat dari website yang ditampilkan oleh Pak Abdul Rachman, di dalamnya terdapat
tabel dan data yang di-upload. Sehingga setiap kali ada data perkiraan baru, maka data
pada website juga harus di-update.Updating ini akan menjadi masalah jika tidak
diperhatikan.
32
3. Permintaan data ke BPS memang besar, tapi orang-orang yang siap untuk membayar
adalah terbatas. Dikhawatirkan aset berupa data yang sangat besar ini tidak terpakai
secara maksimal karena faktor ketidakmampuan membayar tersebut.
4. Jika sistem Pak Rachman ini dapat berjalan denan baik, sebaiknya bisa diakses secara
terbuka dan free. Bagi para researcheryang saat ini diminta bantuannya untuk membuat
working paper akan berusaha dijanjikan berupa data yang bagus.
5. Pada bulan November ada deadlineuntuk working paper.
Wynandin Imawan:
1. BPS sangat senang bahwa ada progress dari yang kita capai sampai dengan hari ini. Tapi
dari sisi persiapan data ada beberapa hal yang mengganggu. Sehingga setuju dengan apa
yang disampaikan oleh Pak Terry bahwa lebih baik tepat daripada cepat agar BPS tidak
menjadi tertuduh.
2. Pak Rusman menyampaikan bagaimana harus mencari jalan tengah karena kita sudah
melewati ulang tahun tetapi sampai saat ini belum bisa “jalan”, artinya seharusnya data
sudah terdistribusi secara luas. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi kita semua. Pak
Wynandin meyakinkan bahwa kita mempunyai matrik yang terdiri dari 237 juta baris dan
41 kolom dan bagaimana kita harus secara hati-hati menjaganya.
3. Yang diharapkan dari BPS adalah adakah info-info baru yang bisa diproduksi di masa
depan yang bisa difasilitasi melalui data regular BPS. Seperti Susenas yang pemakaiannya
tidak seperti yang diharapkan. Lebih baik mengumpuljan data yang pasti akan digunakan
daripada hanya menjadi pajangan. Misalnya tadi mengenai desentralisasi. Adakah
kewajiban pemerintah daerah yang harus kita amati pencapaiannya.
4. Mengenai PAUD bukannya kita tidak mengakui, karena di dalam sistem BPS, PAUD sudah
ditanyakan melalui Susenas dan ada modul tersendiri. BPS masih bertanya-tanya kepada
Kemendiknas. Apakah balita yang dibawa ke Posyandu sudah berarti ikut program PAUD,
sementara tidak semua Posyandu punya Program PAUD.
5. Yang menjadi concernkita saat ini adalah tentang siapa yang akan memperoleh data
secara free (dalam hal ini adalah data mentah). Sementara ini, BPS akan memberikan data
secara freeke perguruan-perguruan tinggi. Saat ini, BPS sedang berkomunikasi dengan
Kementrian Keuangan tentang pengaturan nol rupiah sehingga BPS dapat memberikan
data secara free. Bagi audience yang berada di ruangan ini yang membantu tugas SP2010
sampai selesai mudah-mudahan mempunyai aviliasi ke perguruan tinggi, jika tidak maka
33
kita usahakan untuk bisa mengakses data. Hal ini berkenaan juga dengan Undang-Undang
Keterbukaan Info Publik.
6. Yang disampaikan BPS adalah komitmen BPS tentang data-data yang bisa diberikan
segera. Dipastikan bahwa jika mengenai statistik maka akses bisa dilakukan secara free
tapi jikaberhubungan dengan data maka masih perlu pembicaraanlebih lanjut untuk
meyakinkan Kementrian Keuangan bahwa akan lebih berguna jika memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi pihak lain untuk memanfaatkan data tersebut daripada
menjual tetapi manfaatnya tidak maksimal. DPR juga sudah menyampaikan agar data
tersebut dipakai secara free untuk melihat perkembangan kesejahteraan masyarajat
Indonesia seperti apa.
7. BPS yakin dapat memberikan data secara cepat tapi juga disertai dengan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana cara memanfaatkan data ini secara benar. Baru setelah
itu BPS akan cukup confident untuk memberikan data secara free.
8. Dalam setiap pelaksanaan sensus, setahun sebelumnya selalu dilakukan Podes untuk
meng-update wilayah-wilayah yang nantinya dilaksanakan sensus. Setiap dilaksanakan
kegiatan Podes, status urban-rural sebaiknya diteliti terutama untuk wilayah-wilayah yang
mekar.
9. Diharapkan Pak Rahman dapat memegang janji bahwa satu bulan setelah data diperoleh
dari Pak Wendy maka data tersebut sudah bisa diakses di dunia maya.
10. Sebaiknya dibuat time frame karena bulan November nanti akan ada finalisasi. Ini
tantangan buat kita bagaimana kita bisa segera menyelesaikan data ini agar bisa segera
maju ke Kementrian Keuangan.
11. Walaupun para pengguna data berhak mendapatkan data tapi mohon dimaklumi juga
bahwa BPS juga berhak menentukan data-data mana saja yang akan di-publish.
12. BPS, BKKBN, dan Bappenas akan bersama-sama melakukan proyeksi penduduk yang akan
datang dari hasil SP2010.
34