4
MAMPUKAH KEBIJAKAN EKONOMI JILID I DAN II MENGATASI MELEMAHNYA RUPIAH Agus Tri Basuki* Tidak ada cara yang lebih halus dan pasti untuk menjungkirbalikkan basis masyarakat yang sudah ada selain merusak mata uangnya. Proses ini melibatkan semua kekuatan tersembunyi dari hukum ekonomi yang merusak, dan proses itu berlangsung dengan cara yang tidak bisa didiagnosa oleh siapapun! John Maynard Keynes (M. Kholid, 2015). Kata-kata Keynes (Bapak ekonomi makro) terbukti dan telah dialami Indonesia yaitu krisis ekonomi yang diakibatkan oleh melemahnya rupiah terhadap dollar pada tahun 1997, tahun 2008 dan tahun 2015. Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Bila suatu negara menghadapi depresiasi pemerintah harus segera melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil sehingga inflasi dapat terkendali, karena jika inflasi meningkat akan berdampak pada stabilitas perekonomian domestik. Pada tanggal 1 Januari 2015 kurs tengah rupiah terhadap dollar Rp. 12.380,00 dan pada tanggal 4 Oktober 2015 kurs tengah rupiah terhadap dollar menjadi Rp. 14.645,00 (BCA) atau rupiah terdepresiasi 18,3 persen selama bulan Januari hingga September 2015. Dampak dari terdepresiasi rupiah terhadap dollar berimbas pada jumlah utang luar negeri Indonesia. Pada akhir April 2015 utang luar negeri Indonesia mencapai 302,292 miliar dolar Amerika Serikat (sumber : Bank Indonesia) atau sekitar Rp 4.200 triliun (kurs Rp 13.888/dolar AS) dan pada awal Oktober 2015 menjadi Rp.4.427 trilyun atau utang luar negeri kita meningkat Rp. 227 Trilyun (kurs Rp 14.645/dolar AS) walau tidak terjadi tambahan utang baru secara riil. Peningkatan jumlah hutang akibat melemahnya rupiah terhadap dolar hampir menyamai defisit anggaran APBN 2014 sebesar Rp. 241,5 trilyun. Sedangkan asumsi dasar yang digunakan dalam APBN 2015 kurs rupiah terhadap dollar Rp. 11.900,00, pada awal januari 2015 telah melampai Rp. 12.380,00 sehingga pemerintah perlu melakukan evaluasi anggaran belanja negara yang realistik. Penyebab terjadinya penurunan mata uang rupiah terhadap dolar adalah : Pertama, devaluasi yuan yang dilakukan tanggal 11 1

ekonometrikblog.files.wordpress.com · Web viewPenurunan pertumbuhan ekonomi karena penurunan sektor riil (menurunnya IHSG), sektor properti dan UMKM yang menggunakan inpur dari luar

  • Upload
    trandat

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ekonometrikblog.files.wordpress.com · Web viewPenurunan pertumbuhan ekonomi karena penurunan sektor riil (menurunnya IHSG), sektor properti dan UMKM yang menggunakan inpur dari luar

MAMPUKAH KEBIJAKAN EKONOMI JILID I DAN II MENGATASI MELEMAHNYA RUPIAH

Agus Tri Basuki*

“Tidak ada cara yang lebih halus dan pasti untuk menjungkirbalikkan basis masyarakat yang sudah ada selain merusak mata uangnya. Proses ini melibatkan semua kekuatan tersembunyi dari hukum ekonomi yang merusak, dan proses itu berlangsung dengan cara yang tidak bisa didiagnosa oleh siapapun!” John Maynard Keynes (M. Kholid, 2015). Kata-kata Keynes (Bapak ekonomi makro) terbukti dan telah dialami Indonesia yaitu krisis ekonomi yang diakibatkan oleh melemahnya rupiah terhadap dollar pada tahun 1997, tahun 2008 dan tahun 2015.

Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Bila suatu negara menghadapi depresiasi pemerintah harus segera melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil sehingga inflasi dapat terkendali, karena jika inflasi meningkat akan berdampak pada stabilitas perekonomian domestik.Pada tanggal 1 Januari 2015 kurs tengah rupiah terhadap dollar Rp. 12.380,00 dan pada tanggal 4 Oktober 2015 kurs tengah rupiah terhadap dollar menjadi Rp. 14.645,00 (BCA) atau rupiah terdepresiasi 18,3 persen selama bulan Januari hingga September 2015. Dampak dari terdepresiasi rupiah terhadap dollar berimbas pada jumlah utang luar negeri Indonesia. Pada akhir April 2015 utang luar negeri Indonesia mencapai 302,292 miliar dolar Amerika Serikat (sumber : Bank Indonesia) atau sekitar Rp 4.200 triliun (kurs Rp 13.888/dolar AS) dan pada awal Oktober 2015 menjadi Rp.4.427 trilyun atau utang luar negeri kita meningkat Rp. 227 Trilyun (kurs Rp 14.645/dolar AS) walau tidak terjadi tambahan utang baru secara riil. Peningkatan jumlah hutang akibat melemahnya rupiah terhadap dolar hampir menyamai defisit anggaran APBN 2014 sebesar Rp. 241,5 trilyun.Sedangkan asumsi dasar yang digunakan dalam APBN 2015 kurs rupiah terhadap dollar Rp. 11.900,00, pada awal januari 2015 telah melampai Rp. 12.380,00 sehingga pemerintah perlu melakukan evaluasi anggaran belanja negara yang realistik.

Penyebab terjadinya penurunan mata uang rupiah terhadap dolar adalah : Pertama, devaluasi yuan yang dilakukan tanggal 11 Agustus 2015 oleh pemerintah China yang bertujuan mendongkrak kinerja ekspor yang terpuruk. Yuan yang lebih lemah memperkuat daya saing barang produksi China di pasar global. Penurunan yuan diperkirakan dapat menyebabkan penurunan daya saing barang-barang impor terhadap produk domestik China sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan potensi devaluasi mata uang oleh negara-negara lain khususnya negara yang melakukan ekspor ke China (currency war). Menurut BPS perdagangan antara Indonesia dengan China bulan Januari-Juli 2015 untuk impor nonmigas terbesar berasal dari China yaitu sebesar USD 16,50 miliar (24,04 persen), sehingga melemahnya mata uang yuan akan berdampak pada meningkatnya impor dibandingkan ekspor kita ke China, hal ini dikarenakan barang-barang yang berasal dari China menjadi murah sedang ekspor kita ke China menjadi mahal, dan akan mengurangi surplus perdagangan Indonesia.Kedua, hot money (dana asing) yang masuk ke Indonesia melakukan aksi jual, dana asing yang dicabut dari pasar domestik akan berefek pada melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar.

1

Page 2: ekonometrikblog.files.wordpress.com · Web viewPenurunan pertumbuhan ekonomi karena penurunan sektor riil (menurunnya IHSG), sektor properti dan UMKM yang menggunakan inpur dari luar

Secara ekonomi makro melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar akan mengakibatkan (a) Penurunan pertumbuhan ekonomi karena penurunan sektor riil (menurunnya IHSG), sektor properti dan UMKM yang menggunakan inpur dari luar negeri sangat rentan terhadap perubahan harga bahan baku, penurunan pertumbuhan ekonomi dan berimbas pada penurunan daya beli, dan mengakibatkan penurunan kesempatan kerja, (b) Kenaikan harga barang, terutama produksi yang menggunakan bahan baku impor, seperti industri tempe, industri ban, industri pakaian, industri makanan yang menggunakan bahan baku gandum dll. (c) Peningkatan jumlah pengangguran akibat penurunan jumlah produksi, penurunan ini diakibatkan oleh peningkatan harga bahan baku yang diimbangi dengan penurunan daya beli, dan Penurunan daya beli masyarakat berakibat pada tambahnya jumlah orang miskin baru. Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang (BPS), sekitar 11,25% dan jumlah orang miskin periode Maret 2015 sebanyak 28,59 juta, jumlah penduduk miskin bertambah 310.000 orang. Peningkatan penduduk miskin ini diakibatkan oleh penurunan daya beli akibat kenaikan harga barang kebutuhan pokok serta melemahnya rupiah terhadap mata uang asing.

Melemahnya rupiah terhadap dollar harus cepat diantisipasi pemerintah, strategi yang harus dilakukan pemerintah adalah yaitu (a) Meyakinkan investor untuk melakukan investasi langsung. Pandangan ini didasarkan pada teorinya Harrod-domar, pendekatan ini menganggap bahwa investasi merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi capital dan aliran ini disebut capital fundamentalism (Arsyad, 2004). Salah satu indikator masuknya dana asing ke negara kita bila investor sudah percaya dengan stabilitas ekonomi makro Indonesia. (b) Pemerintah wajib menjaga stabilitas harga pangan dan menghilangkan isu-isu yang mengganggu stabilitas sehingga dapat mengatasi aksi spekulan. Stabilitas harga pangan dapat dicapai apabila pemerintah dapat mengoptimalkan produk pakan lokal dan produk substistusi bahan baku pangan impor. (c) Pemerintah bekerjasama dengan Bank Indonesia melakukan sinkronisasi antara sektor fiskal dengan moneter terutama dalam mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan tingkatkan industri dalam negeri untuk penuhi kebutuhan nasional sehingga mengurangi ketergantungan impor bahan baku.

Pada awal bulan September 2015 pemerintahan Jokowi telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid I yang memiliki tujuan untuk mengatasi perlambatan ekonomi. Paket kebijakan ekonomi jilid I yang berfokus pada tiga hal besar, yakni meningkatkan daya saing industri, mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi di sektor properti. Dan paket Kebijakan Ekonomi Jilid II, Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II lebih mengutamakan kualitas atau dengan kata lain mengunggulkan layanan. pelayanan cepat untuk investasi. Dalam paket ini, izin investasi untuk industri tidak lagi membutuhkan waktu lama. Dalam paket ini lebih mengarah pada upaya untuk mendorong percepatan tumbuhnya investasi sehingga berdampak signifikan pada sektor industri.Kebijakan yang dilakukan pemerintah Jokowi sudah tepat, dan kebijakan ini harus benar-benar didukung terutama birokrasi yang berada dibawahnya. Bila pemerintah Jokowi bisa memangkas biaya produksi melalui birokrasi yang berbelit-belit, mempermudah perizinan dan pemenuhan kebutuhan standar infrastruktur penunjang, maka kita optimis daya saing produk negara kita akan meningkat dan peningkatan daya saing kita akan berdampak pada peningkatan ekspor barang dan jasa dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang

2

Page 3: ekonometrikblog.files.wordpress.com · Web viewPenurunan pertumbuhan ekonomi karena penurunan sektor riil (menurunnya IHSG), sektor properti dan UMKM yang menggunakan inpur dari luar

dibarengi dengan menguatnya mata uang rupiah akibat peningkatan cadangan devisa. Meningkatnya daya saing Indonesia tercermin dari laporan Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF). Pada tahun 2012 daya saing Indonesia ada pada peringkat 50, tahun 2013 urutan ke-38 dan tahun ini menempati urutan ke-34.Selain itu pemerintah harus tetap memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi investasi (ingat : investasi adalah lokomotif pengerak perekonomian dan mesin pendorong pertumbuhan ekonomi) yang menjadi bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya, antara lain : (a) Sumber Daya Manusia, dalam hal ini berkaitan dengan tenaga kerja siap pakai, pemerintah harus dapat mentargetkan pendidikan dasar minimal 12 tahun pada akhir 2020 dalam menyambut perdagangan bebas Asean dan China (CAFTA), (b) stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam berusaha. Dan (c) kebijakan deregulasi dan debirokratisasi harus dilakukan Pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi terutama penghambat masuknya investor.Mudah-mudahan kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintahan Jokowi dapat mengatasi perekonomian dalam jangka pendek, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi seperti yang tertera dalam asumsi APBN 2015 yaitu 5,8 persen.

Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi UMY dan mahasiswa program doktor ilmu ekonomi UNS Surakarta

No hp 0816 676 907

Daftar Pustaka1. John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (1936) 2. Lincolin Artsyad, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta,

2004.3. M., Kholid, Rupiah Melemah, Krisis Menjelma, www.selasar.com, Maret 20154. Kurs diambil dari Bank Central Asia5. Data Utang Luar Negeri diambil dari Bank Indonesia6. Data perdagangan indonesi china dan kemiskinan diambil dari Biro Pusat Statistik

3