110
KATA PENGANTAR Masalah keprotokolan selalu minta perhatian dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang mendesak bagi Departemen-departemen, Lembaga-lembaga dan Instansi- instansi lain dikalangan Pemerintah. Untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut di atas, Rumah Tangga Kepresidenan prakarsa untuk menerbitkan suatu buku Petunjuk Pelaksanaan Bidang Prokol yang sekiranya dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan berbagai jenis acara yang ditangani instansi yang berkepentingan. Khusus untuk melengkapi Penyegaran Keprotokolan tahun 1992 yang diselenggarakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan di Batu, Malang, Jawa Timur pada tanggal 6 – 11 Januari 1993 perlu disiapkan buku-buku seperti buku ini, berjudul : “PETUNJUK PELAKSANAAN PROTOKOL”. Sudah barang tentu bahan-bahan yang disjikan ini masih perlu disempurnakan akan tetapi setidak-tidaknya dapat membantu usuaha kita bersama dalam mencapai sasaran-sasaran nasional, ialah menyatu bahsakan pola piker dan pola tindak kita di banding keprotokolan. Mudah-mudahan buku ini, dapat memenuhi harapan untuk mereka yang bertugas di bidang keprotokolan. i

asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

KATA PENGANTAR

Masalah keprotokolan selalu minta perhatian dan dirasakan sebagai suatu

kebutuhan yang mendesak bagi Departemen-departemen, Lembaga-lembaga dan

Instansi-instansi lain dikalangan Pemerintah.

Untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut di atas, Rumah

Tangga Kepresidenan prakarsa untuk menerbitkan suatu buku Petunjuk

Pelaksanaan Bidang Prokol yang sekiranya dapat dipergunakan sebagai

pedoman untuk pelaksanaan berbagai jenis acara yang ditangani instansi yang

berkepentingan.

Khusus untuk melengkapi Penyegaran Keprotokolan tahun 1992 yang

diselenggarakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan di Batu, Malang, Jawa Timur

pada tanggal 6 – 11 Januari 1993 perlu disiapkan buku-buku seperti buku ini,

berjudul : “PETUNJUK PELAKSANAAN PROTOKOL”.

Sudah barang tentu bahan-bahan yang disjikan ini masih perlu

disempurnakan akan tetapi setidak-tidaknya dapat membantu usuaha kita bersama

dalam mencapai sasaran-sasaran nasional, ialah menyatu bahsakan pola piker dan

pola tindak kita di banding keprotokolan.

Mudah-mudahan buku ini, dapat memenuhi harapan untuk mereka yang

bertugas di bidang keprotokolan.

Jakarta, Januari 1993

KEPALA RUMAH TANGGA KEPRESIDENAN,

SAMPURNO

i

Page 2: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

I. POKOK-POKOK PENGERTIAN KEPROTOKOLAN

A. Makna dan Arti Protokol........................................................................ 1

B. Pentingnya Aturan Protokol................................................................... 2

C. Unsur-unsur Penting Protokol Upacara.................................................. 2

D. Ruang Lingkup Tugas dan Fungsi Protokol........................................... 3

E. Syarat-syarat Bagi Petugas Protokol...................................................... 3

F. Sumber-sumber Protokol........................................................................ 4

G. Undang-undang Nomor 8/1987 Tentang Protokol................................. 4

II. KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT,

TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

A. Tata Tempat............................................................................................8

B. Tata Upacara...........................................................................................21

C. Tata Penghormatan.................................................................................25

III. PRESEANCE PEJABAT DIPLOMATIK

A. Urutan dan Kategori...............................................................................42

B. Perutusan Luar Biasa..............................................................................48

C. Preseance Delegasi dan Para Anggotanya..............................................49

IV. PRESEANCE PEJABAT INTERNASIONAL

A. Tata Urutan Intern .................................................................................52

B. Preseance Antar Para Pejabat Internasional dan Diplomatik.................52

ii

Page 3: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

C. Preseance Antar Pejabat Internasional, Ketua Delegasi dan Perwakilan

Tetap....................................................................................................54

V. PENYERASIAN

A. Pokok-pokok Pengertian/Maksdu dan Gambaran Penyerasian .............56

B. Kepentingan-kepentingan Yang Timbul................................................57

C. Preseance Dinas Luar Negeri Indonesia.................................................58

VI. TATA UPACARA YANG BERSUMBER DARI TATA-AB....................61

iii

Page 4: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

I. POKOK-POKOK PENGERTIAN

KEPROTOKOLAN

A. Makna dan arti protokol

1. Pengertian Protokol yang dikaitkan dengan masalah Perjanjian Hubungan

Internasional :

a. Lembar pertama yang diletakan suatu dokumen yang berisi

persetujuan, baik yang bersifat nasional maupun internasional.

b. Keseluruhan dokumen persetujuan (bukan hanya lembar pertama).

c. Selain dokumen itu sendiri, juga seluruh dokumen yang melengkapi

persetujuan pokok, yaitu seluruh catatan resmi yang dibuat pada akhir

sidang dari ditandatangani oleh seluruh peserta.

d. Pokok-pokok persetujuan antar Bangsa/Negara.

e. Dokumen yang mencantumkan hak-hak, kewajiban, kelonggaran dan

kekebalan diplomatic.

2. Pengertian Protokol yang dikaitkan dengan persoalan

pengaturan/pelaksanaan suatu upacara atau tata-cara pergaulan

internasional dan yang disebut Protokol – Upacara :

a. Kumpulan tatacara pengaturan upacara yang dituru oleh semua

pergaulan antar Kepala Negara dan Menteri-Menteri.

b. Tata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional.

c. Pedoman tatacara pergaulan Internasional.

d. Petugas yang melaksanakan serta bertanggung jawab atas

terlaksananya penerapan tatacara pengaturan/,pelaksanaan suatu

upacara.

3. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol. Protokol

adalah serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi, yang

meliputi aturan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata

Penghormatan, sehubungan dengan penghormatan kepada seseorang,

1

Page 5: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

sesuai dengan jabatan dan atau kedudukannya dalam Negara, Pemerintah

atau Masyarakat.

B. Pentingnya aturan Protokol

1. Ikut menentukan terciptanya suasana/iklim yang mempengaruhi

keberhasilan suatu usaha.

2. Menciptakan tata pergaulan yang mendekatkan satu sama lain da dapat

diterima oleh semua pihak, walaupun mengandung unsur-unsur yang

membatasi gerak pribadi.

3. Tercipta suatu upacara yang khidmat, tertib dan lancer.

4. Terciptanya pemberian perlindungan.

5. Terciptanya ketertiban dan rasa aman dalam menjalankan tugas.

C. Unsur-unsur penting Protokol Upacara

Dalam Protokol Upacara terdapat 3 unsur penting :

1. Tatacara :

Yaitu setiap upacara, harus dilakukan dengan khidmat, tertib dan lancer.

Perbuatan/tindakan-tindakan pada acara ini dilakukan menurut aturan atau

adat kebiasaan tertentu yang sudah tetap dan harus ditaati dengan seksama

oleh upacara.

2. Tata Krama :

Pada setiap upacara, diperlukan penggunaan kata-kata yang baik dan tepat

menurut tinggi rendahnya derajat Pejabat yang bersangkutan, disesuaikan

dengan peristiwanya.

3. Aturan/rumus-rumus tertentu :

Didalam penyelenggaraan suatu upacara kita terikat pada tatacara yang

sudah tetap dan didasarkan pada rumus-rumus tertentu yang sudah tetap

pula.

Contoh :

- Seating arrangement

- Tata tempat

- Perlakuan terhadap bendera kebangsaan

- Perlakuan/penghormatan terhadap Lambang Negara

2

Page 6: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

- Penghormatan terhadap Bendera Asing, dll.

D. Ruang lingkup Tugas, da Fungsi Protokol

1. Luasnya ruang lingkup tugas protocol yang menyangkut segi-segi,

tercermin di dalam banyaknya macam acara yang harus dilaksanakan,

yaitu seperti :

a. Penerimaan tamu/audensi

b. Kunjungan tamu (dalam dan luar negeri)

c. Perjalanan ke daerah/Luar Negeri

d. Pengaturan rapat/sidang

e. Penyelenggaraan resepsi/jamuan

f. Penyelenggaraan upacara-upacara

1) Hari Besar Nasional

2) Hari Besar Keagamaan

3) Peresmian Proyek

4) HUT Bendera

5) Apel Bendera

6) Pelantikan dan serah terima jabatan

7) Credentials

8) Penandatanganan kerjasama internasional

9) Peresmian pembukaan/penutupan seminar/lokakarya dan lain

sebagainya.

2. Protokol berfungsi sebagai salah satu staf pembantu pimpinan dalam

menelola fungsi.

E. Syarat-syarat bagi petugas protokol

1. Secara teknis, setiap petugas harus menekuni bidang tugas masing-masing

dan dituntut pula untuk turut memperhatikan kepentingan bidang lainnya.

2. Perlu mewujudkan aparat pengelola yang efektif dalam iklim yang

kompak, tertib dan berwibawa dalam suatu kondisi yang berazaskan

kekeluargaan guna menjamin tercapainya keberhasilan pelaksanaan tugas.

3

Page 7: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

3. Protokol perlu menguasai segala permasalahan, tetapi buikan berarti harus

melaksanakannya sendiri,tetapi untuk mengetahui apapun aspek kegiatan

yang perlu bagi suatu acara.

4. Mampu mengerti arti pentingnya dekorasi, kebersihan dan keamanan.

5. Mengerti tentang prinsip-prinsip manajemen yang baik.

6. Mampu berpakaian yang baik.

F. Sumber-sumber protokol

1. Persetujuan Internasional :

- Kongres Wina 1818

- Aix la Chapelle 1818

- Vienna Convention on Diplomatic relations 1961

- Vienna Convention on Consular 1963

2. Peraturan perundang-undangan masing-masing Negara.

3. Tradisi adat istiadat dan kebiasaan setempat.

4. Azas timbale balik (reciprocity).

5. Kepribadian Kepala Negara.

G. Undang-undang Nomor 8/1987 tentang Protokol

1. Materi yang diatur

a. Penghormatan dan perlakuan seseorang dalam suatu acara meliputi :

“Tata Tempat”, “Tata Upacara” dan “Tata Penghormatan”.

Pemberian penghormatan dan perlakuan tersebut sesuai dengan

kedudukan dan martabatnya.

b. Tata Penghormatan yang dimaksud meliputi pula tata penghormatan

terhadap :

- Bendera Kebangsaan

- Lagu Kebangsaan

- Lambang Negara

- Pataka

- Jenazah

- Seseorang dalam keadaan tertentu, meliptu :

- Pemberian perlindungan

4

Page 8: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

- Ketertiban

- Keamanan dalam menjalankan tugas.

2. Jangkauan dan ruang lingkup Undang-undang tentang protokol :

a. Jangkauan Undang-undang tentang Protokol juga bersifat pengakuan

tentang status dan kedudukan sesuai dengan jabatannya dalam negara,

pemerintahan atau dalam masyarakat.

Yang dimaksud dengan kedudukan protokol adalah :

1) Hak yang diberikan kepada seseorang atau lambing untuk

mendapatkan penghormatan dan perlakuan tata tempat dalam

upacara resmi atau pertemuan resmi.

2) Hak yang diberikan kepada seseorang mendapatkan penghormatan

fasiltas maupun pelayanan, sesuai dengan kedudukan/jabatnnya,

perawatan kesehatan dan pemakaman.

b. Ruang lingkup Undang-undang tentang protokol; bersifat menyeluruh,

karena tidak hanya berlaku bagi Pimpinan da Anggota Lembaga

Tertinggi/Tinggi Negara, tetapi meliputi Pejabat Negara lainnya,

Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu.

3. Beberapa pengertian dalam Undang-undang Protokol :

a. Acara Kenegaraan :

Acara bersifat kenegaraann yang diatur dan dilaksanakan secara

terpusat, dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil Presiden serta Pejabat

Negara dan Undangan lainnya, dalam melaksanakan acara tertentu.

- Diselenggarakan oleh Negara.

- Dapat berupa upacara bendera atau bukan upacara bendera.

- Dilaksanakan oleh Panitia Negara yang diketahui oleh

Menteri/Sekretaris Negara.

- Dilaksanakan secara penuh berdasarkan peraturan tata tempat, tata

upacara dan tata penghormatan.

b. Acara Resmi :

Acara yang bersifat resmi yang diatur dan dilaksanakan oleh

Pemerintah atau Lembaga Tinggi Negara, dalam melaksanakan tugas

5

Page 9: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

dan fungsi tertentu dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan atau Pejabat

Pemerintah serta undangan lainnya.

- Dapat diselenggarakan oleh Lembaga tertinggi/Tinggi Negara,

Instansi Pusat/Daerah.

- Dapat diadakan di Pusat/Daerah.

- Dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tata tempat, tata upacara dan

tata penghormatan.

c. Pejabat Negara :

1) Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-

pokok Kepegawaian :

- Presiden dan Wakil Presiden

- Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat

- Anggota Badan Pemeriksa Keuangan

- Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Mahkamah

Agung.

- Anggota Dewan Pertimbangan Agung

- Menteri

- Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri yang berkedudukan Duta

Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.

- Gubernur Kepala Daerah.

- Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya Kepala Daerah.

2) Menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1974, tentang Pokok-

pokok Pemerintahan di Daerah :

- Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pejabat

Negara.

d. Pejabat Pemerintah :

Adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam Organisasi

Pemerintahan.

6

Page 10: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

e. Tokoh Masyarakan tertentu :

Adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima

kehormatan dari masyarakat dan/atagu Pemerintah.

1.) Tokoh masyarakat tertentu Tingkat Nasional :

- Mantan Presiden/Wakil Presiden

- Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan

- Ketua Umum Parpol dan Golkar

- Pemilik tanda kehormatan RI berbentuk Bintang

- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia

- Ketua Presidium Wali-wali Gereja Indonesia

- Ketua persekutuan Gereja-gereja Indonesia

- Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia

- Pemuka Perwalian umat Budha Indonesia

2.) Tokoh Masyarakat tertentu di Daerah :

- Ketua DPD, Parpol dan Golkar

- Pemuka agama

- Pemuka adat

- Tokoh lain yang ditentukan oleh Pemda

f. Tata Upacara :

Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau

acara resmi, termasuk :

1) tata bendera,

2) tata lagu kebangsaan,

3) pakaian upacara,

dengan emmperhatikan peraturan perundangan yang ada.

g. Tata tempat :

Aturan mengenai urutan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat

Pemerintah dan Tokoh Masyarakat Tertentu, dalam acara kenegaraan

atau acara resmi.

7

Page 11: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

h. Tata Penghormatan :

Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara,

Pejabat Pemerintahan dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam acara

kenegaraan atau acara resmi, meliputi tata penyediaan kelengkapan

sarana yang diperlukan untuk tercapainya kelancaran upacara, dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan atau peraturan lain

yang telah ditetapkan.

8

Page 12: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

I. KETENTUAN KEPROKOLOAN MENGENAI

TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN

TATA PENGHORMATAN

A. TATA TEMPAT (PRESEANCE)

Tata tempat, pada hakekatnya mengandung unsur-unsur :

- Siapa yang berhak lebih didahulukan.

- Siapa yang mendapat hak menerima prioritas dalam urutan tata tempat.

Orang yang mendapat tempat untuk didahulukan adalah seseorang

karena jabatan, pangkat atau derajat di dalam Pemerintahan atau

masyarakat.

1. Aturan Dasar Tata Tempat

a. Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama/paling tinggi

adalah mereka yang mempunyai urutan paling depan/paling

mendahului.

b. Jika mereka berjajar, maka yang berada disebelah kanan dari orang

yang mendapat urutan tata tempat paling utama dianggap lebih

tinggi/mendahului orang yang duduk di sebelah kirinya.

c. Jika menghadap meja, maka tempat utama adalah yang menghadap ke

pintu dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan

pintu keluar.

d. Jika berjajar pada garis yang sama :

Tempat yang paling utama adalah :

- tempat sebelah kanan luar, atau

- tempat paling tengah.

Rumusnya :

- Genap = 2 – 1

- Ganjil = 3 – 1 – 2

9

Page 13: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

e. Naik kendaraan :

Bagi seseorang yang mendapat tata urutan paling utama, apabila

naik/turun kendaraan :

1) Kapal terbang :

Naik paling akhir, turun paling dahulu

2) Kapal laut :

Naik dan turun paling dulu

3) Mobil/KA :

Naik dan turun paling dulu

Duduk paling kanan

Orang ketiga duduk di tengah

f. Kedatangan dan pulang :

Orang yang paling dihormati selalu dating paling akhir dan pulang

paling dahulu.

g. Letak kendaraan/mobil :

Pintu kanan mobil berada di arah pintu keluar gedung.

h. Jaja kehormatan (receving line) :

1) Orang yang paling dihormati, harus dating dari sebelah kanan dari

pejabat yang menyambut.

2) Bila orang yang paling dihormati yang menyambut tamu, maka

tamu akan dating dari arah sebelah kirinya.

2. Pedoman tata Tempat

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol, menempatkan

urutan tata tempat sebagai berikut :

1) Presiden

2) Wakil Presiden

3) Ketua Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara

4) Menteri Negara, Pejabat yang diberi kedudukan setingkat

Menteri Negara, Wakil Ketua Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,

Panglima Angkatan Bersenjata, Kempa Staf Angkatan dan Kepala

Kepolisian RI

10

Page 14: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

5) Ketua Muda Mahkamah Agung, Lembaga Tertnggi/Tinggi Negara,

termasuk Hakim Agung Mahkamah Agung.

6) Pimpinan Lembaga termasuk Pemerintah Non Departemen dan

Pejabat Pemerintah tertentu.

Undang-undang ini belum mengatur urutan tata tempat bagi Tokoh

Masyarakat Tertentu

b. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 (per 26

Desember 1990) tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata

Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan, maka urutan Tata

Tempat selengkapnya adalah :

1) Tata Tempat Dalam Acara Kenegaraan a tau Resmi yang diadakan

di Ibukota Negara RI.

a) Presiden RI

b) Wakil Presiden RI

Mantan Presiden RI

Mantan Wakil Presiden RI

c) Ketua Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara :

- Ketua MPRI *)

- Ketua DPA *)

- Ketua DPR *)

- Ketua BPK *)

- Ketua MA *)

- Perintis Kebangsaan/Kemerdekaan

d) (1) Menteri Negara : *)

(a) Meneg sebagai Menteri Koordinator **)

(b) Meneg yang memimpin Departemen

(c) Meneg yang menangani bidang tertentu ***)

(d) Meneg dengan sebutan Menteri Muda ***)

* Tap MPR No. III/MPRI/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau

Antar Lembaga-lembaga Tinggi Negara). PPNo. 501/1980 tentang/atau Ha Keuangan/Administratif Menteri Negara, bekas Menteri Negara serta Janda/dudanyaKepres No. 64/M Tahun 1988 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan V

11

Page 15: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

(2) Pejabat Tinggi Negara yang diberi kedudukan setingkat

Menteri Negara :

(a) Pangab

(b) Jaksa Agung

(3) Wakil Ketua Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara (MPR,

DPR, BPK, MA)

(4) Penglima Angkatan Bersenjata

(5) Kepala Staf Angkatan dan Kapolri

(6) Ketua Umum Parpol dan Golkar

e) (1) Ketua Muda Mahkamah Agung

(2) Anggota MPR, DPA, DPR, BK, MA

(3) Hakim Agung pada Mahkamah Agung

(4) Pemilik Tanda Kehormatan RI berbentuk Bintang :

- Bintang RI Adipura (I)

- Bintang RI Adipradana (II)

- Bintang RI Utama (III)

- Bintang RI Pratama (IV)

- Bintang RI Nararya (V)

f) (1) Pimpinan Pemerintah tertentu :

(Kepres No. 9/1985 tentang Jenjang Pangkat dan

Tunjangan Jabatan Struktural)

(2) Pejabat Pemerintah tertentu :

- Setneg.

- Setjen/Itjen Departemen

- Sejen MPR, DPA, DPR, DPA, BPK, MA

- Set. Menko/Meneg/Menmud

- Set. Kejaksaan Agung RI

- Pemerintah Daerah

(3) Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat Nasional :

- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia.

12

Page 16: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

- Ketua Presidium Konferensi Wali-wali Gereja

Indonesia

- Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia.

- Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia.

- Ketua Perwalian Umat Budha Indonesia.

2) Tata tempat di Daerah

a) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Kepala Dewan Perwakilan Rakyat Daerah TK I.

b) Panglima Daerah Militer/Komandan Komando resort Militer.

Komandan Tertinggi Kesatuan Angkatan dan Polri.

Ketua Pengadilan Tinggi, Kepala Wilayah Kejaksaan Tinggi.

c) Wakil Gubernur, Sekretaris Wilayah Daerah Tk. I,

Wakil Ketua DPRD Tk. I

d) Kepala Kantor Wilayah Departemen, Kepala Lembaga

Pemerintah Non Departemen, Waliko-tamadya, Ketua

Pengadilan Negeri, Kepala Kejaksaan Negeri, Komandan

Resort Militer/setingkat, Tokoh Masyarakat tertentu Tingkat

Daerah :

- Ketua DPD Parpol dan Golkar;

- Pemuka Adat;

- Pemuda Agama;

- Tokoh lain yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

e) Pejabat Pemda lainnya setingkat Asisten.

3. Acara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Daerah

Tata Tempat dalam acara resmi yang diselenggarakan di Ibukota Negara

RI maupun di luar Ibukota Negara RI, berpedoman kepada urutan Tata

Tempat yang berlaku di Ibukota Negara RI, dengan ketentuan :

a. Pada acara resmi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan

diadakan di Daerah, apabila dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil

Presiden maka Menteri/Pimpinan LPND yang bersangkutan

mendampingi Presien/Wakil Presiden.

13

Page 17: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b. Pada acara resmi yang diadakan oleh Daerah itu sendiri dan dihadiri

oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden, maka yang mendampingi

sebagai tuan rumah adalah Gubernur/KDH Tk. I atau

Bapak/Walikotamadya KDH Tk. II yang bersangkutan.

4. Tata Tempat Suami/Isteri Pejabat

a. Apabila dalam acara kenegaraan/resmi, Pejabat didampingi

Isteri/Suami, maka suami/isteri tersebut mendapat tempat sesuai

dengan urutan tata tempat suami/isteri yang pejabat.

b. Istri Pejabat Negaradan Pejabat Asing, mendapat tempat setingkat

suaminya.

5. Tata Tempat Bagi Pejabat Yang Mewakili

a. Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah atau Tokoh Masyarakat

tertentu berhalangan hadir dalam kenegaraan/Resmi, maka tempatnya

tidak diisi oleh Pejabat yang mewakili.

b. Pejabat yang mewakili mendapat tempat sesuai dengan kedudukan

sosial dan kehormatan yang diterimanya atau jabatan yang

dipangkunya.

6. Tata Tempat Bagi Pejabat Berjabatan Rangkap

Dalam hal Pejabat Negara yang menghadiri suatu upacara pertemuan,

memangku jabatan lebih dari satu yang tidak sama tingkatnya, maka

baginya berlaku Tata Tempat untuk Jabatang/urutan yang tertinggi.

7. Apabila Penyelenggaranya Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara

Tata Tempat dalam acara Kenegaraan/Resmi yang diselenggarakan oleh

Lembaga tertinggi/tinggi Negara atau Instansi Pemerintah Pusat, diatur

oleh Lembaga/Instansi masing-masing, dengan berpedoman pada

ketentuan PP No. 62/1990 Pasal 7, 8, 9.

8. Apabila Pemda Penyelenggaranya dan Dihadiri oleh Pejabat dan

Tokoh Masyarakat Nasional

Dalam hal acara resmi diselenggarakan oelh Pemda dan dihadiri oleh

Pejabat Negara di Pusat, Pejabat Pemerintahu Pusat dan Tokoh

14

Page 18: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Masyarakat tertentu nasional, tata tempatnya disesuaikan dengan ketentuan

tata tempat sebagaimana dimaksud oleh PP No. 62/1990 Pasal 7, 8, 9.

9. Tata Tempat Para Menteri

a. Urutan Tata Tempat para Menteri, diatur menurut urutan Menteri yang

ditetapkan dalam Keputusan Presiden tentang pembentukan Kabinet.

b. Dalam hubungan yang berkenaan dengan Perwakilan Asing, Menteri

Luar Negeri RI diberi tata urutan mendahului anggota Kabinet lainnya.

10. Tata Tempat Pegawai Negeri Sipil, Mantan Pejabat Negara/Pejabat

Pemerintah

a. Urutan Tata Tempat antar Pegawai Negeri diatur menurut senioritas

dengan memberikan tata urutan sesuai Jabatan.

b. Mantan Pejabat Negara/Pejabat Perintah, mendapat tempat setingkat

lebih rendah daripada yang masih berdinas aktif, tetapi mendapat

tempat pertama dalam golongan/kelompok yang setingkat lebih rendah

itu.

11. Tata Tempat Bagi Para Duta Besar

a. Para Duta Besar/Kepala Perwakilan Asing, mendapat tempat

kehormatan yang utama dmi antara Pejabat Negara.

b. Tata Tempat para Duta Besar/Kepala Perwakilan Asing, ditetapkan

berdasarkan tanggal penyerahan surat-surat kepercayaan kepada

Presiden.

c. Para Duta Besar RI, diberi tata urutan setingkat Menteri, tetapi diatur

setelah Menteri Negara dan Wakil Ketua Lembaga Tetinggi/Tinggi

Negara.

12. Pengaturan Tempat Antara Pejabat-pejabat RI bersama-sama

Dengan Para Perwakilan Negara Asing

a. Apabila yang menjadi tuan ruma pihak Pemerintah Asing, maka

Pejabat RI mendapat tempat setingkat lebih tinggi dari para Pejabat-

pejabat asing.

Menteri Luar Negeri RI mengalahkan tata tempat para Dubes

Indonesia maupun asing.

15

Page 19: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b. Apabila yang menjadi tuan rumah pihak Pemerintah Indonesia, maka

pejabat asing mendapat tempat setingkat lebih tinggi dari Pejabat RI.

c. Pengaturan tempat dalam acara Kenegaraan/resmi tersebut

dilaksanakan berselang-seling yaitu :

1) Dalam hal yang menjadi tuan rumah pihak Pemerintah RI, maka

penempatan dimulai dengan Pejabat Asing.

2) Dalam hal yang menjadi tuan rumah pihak Pemerintah Asing,

maka penempatan dimulai dengan Pejabat RI.

13. Tata Tempat Acara Resmi Yang Diadakan

Pada acara resmi yang diadaan oleh Instansi Pusat, disamping harus

berpedoman pada ketentuan PP No. 62/1990 Pasal 7, 8, 9 juga perlu

memperhatikan pedoman umum yang berlaku, bahwa yang mendapat

tempat langsung lebih tinggi dari tuan rumah adalah :

a. Mereka yang dalam aturan tata tempat mempunyai kedudukan lebih

tinggi dari pada tuan rumah.

b. Mereka yang menjadi Kepala Tertinggi (Atasan) dari tuan rumah.

14. Pedoman Umum Tata Tempat Di Daerah

Apabila Kepala Daerah bertindak sebagai Tuan Rumah adalah :

- Tempat utama ditempati oleh Kepla Mupida/Kepala Daerah.

- Bila dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden atau Pejabat

Negara/Pejabat Pemerintah Pusat atau pejabat Daerah lainnya yang

lebih tinggi kedudukannya, tata tempatnya disesuaikan dengan

ketentuan PP No. 62/1990 Pasal 7, 8, 9.

16

Page 20: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

15. Contoh-contoh Pengaturan Tata Tempat

1) Berdiri :

a. Pada waktu Presiden menerima surat-surat kepercayaan dari Dua

Besar Asing :

5

3 *

1 ……… *

2 *

4

b. Pada waktu Presiden melantik Duta Besar RI dan Para Menteri :

1 *

2

3

4

5

c. Pada waktu Presiden menyambut Tamu dengan berjabat tangan

dalam resepsi

1, 2, 3, 4, 5.

d. Pada waktu Presiden mengadakan penerimaan lain, jika tidak

diadakan jabat tangan :

4, 2, 1, 3, 5.

2) Duduk :

a. Duduk dalam Rapat/Konperensi pada meja :

8 6 4 2 1 3 5 7 9

1 = yang memimpin

2 – 9 = menurut jabatan

b. Berhadapan dengan Pemimpin/Pengurus/Podium/Mimbar :

1) Tidak terbagi dalam golongan :

17

PIMPINAN

Dst. 5 3 1 2 4 Dst

Page 21: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

2) Terbagi dalam macam-macam golongan :

Dst 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 DstDst 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 DstDst 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Dst

c. Duduk pada meja makan :

1) Meja panjang melintang :

7 3 1 5 9

10 6 2 4 8

2) Meja panjang membujur :

1 13 2 3 54 5 7 96 7 12 118 9 10 8

10 11 6 4 12 2

3) Meja Bulat :

1

3 2

4 5

6 7

8 9

10(lihat meja panjang membujur 2)

4) Meja Oval :

13 57 910 8

6 42

18

PIMPINAN

Page 22: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

5) Meja Bentuk U :

6) Meja Bentuk T :

19

7 3 1 5 9

11 12

10 6 2 4 8

13 14 15 16

17 18 19 20

6 4 2 1 3 5 7

8 9

10 11

12 13

Page 23: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

16 12 8 4 2 1 3 5 11 13 7

18 14 10 6 7 9 16 1928 2326 2524 27w2 39

7) Meja Bentuk I

17 15

14 11

10 7

6 3

2 1

4 5

8 9

12 13

18 16

8) Meja Bentuk E

12 10 4 2 3 5 11 13

14 15

16 17

8 6 7 9

18 19 20 21 22 23

20

Page 24: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

24 25 26 27 28 29

30 31 32 33 34 35

36 37 38

21

Page 25: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

9) Denah Jamuan Makan Malam Kenegaraan

17 15 13 11 9 7 5 3 . . 2 4 6 8 10 12 14 16 18

19 20

21 22

23 24

25 26

27 28

29 30

31 32

33 34

B. TATA UPACARA

1. Acara Kenegaraan/Acara Resmi

Acara Kenegaraan/Resmi harus diselenggarakan berdasarkan Tata

Upacara, antara lain :

a. Pedoman umum tata upacara.

Pedoman Tata Upacara memuat perencanaan dan pelaksanaan upacara,

untuk menjawab :

1) Apa,

2) Siapa yang harus berbuat apa,

3) Dimana (tempat),

4) Bilamana (waktu)

22

9 719 1729 2739 3749 4759 5769 6779 7789 87

5 315 1325 2335 3345 4355 5365 6375 7385 83

1 211 1221 2231 3241 4251 5261 6271 7281 82

4 614 1624 2634 3644 4654 5664 6674 7684 86

8 1018 1028 2038 3048 4058 5068 6078 7088 80

95 95101 99107 105113 111

91 92 97 93103 104109 110

94 96 100 101 106 108 112 114

Page 26: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

5) Bagaimana tata caranya.

b. Pedoman umum pelaksanaan upacara.

Pedoman Umum Upacara meliputi :

1) Kelengkapan upacara;

2) Perlengkapan upacara;

3) Langkah-langkah persiapan;

4) Petunjuk pelaksanaan upacara;

5) Susunan acara.

2. Upacara Bendera

a. Untuk melaksanakan upacara bendera dalam acara kenegaraan/resmi,

diperlukan :

1) Kelengkapan upacara;

2) Perlengkapan upacara;

3) Langkah-langkah persiapan;

4) Petunjuk pelaksanaan upacara.

b. Urutan acara pada upacara bendera dalam rangka peringatan HUT

Proklamsi Kemerdekaan RI :

1) Pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih, diiringi Lagu

Kebangsaan Indonesia Raya.

2) Mengheningkan cipta.

3) Detik-detik Proklamasi, diiringi tembakan Meriam, Sirene, Bedug,

Lonceng Gereja dan Lain-lain, selama satu menit.

4) Pembaca Teks Proklamasi.

5) Pembaca doa.

c. Urutan penurunan Bendera pada acara kenegaraan/resmi.

1) Dilakukan pada waktu matahari terbenam.

2) Diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

3. Penyiapan Upacara/Acara

Langkah persiapan antara lain :

a. Menyusun acara.

b. Tata ruang.

23

Page 27: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

c. Pengaturan tempat.

d. Membuat petunjuk pelaksanaan upacara.

e. Menetapkan jenis/macam pakaian yang harus dipakai.

Dalam Petunjuk Pelaksanaan acara harus tercermin :

a. Siapa yang harus berbuat apa.

b. Kapan ia harus berbuat.

c. Kolom yang perlu terdapat dalam petunjuk pelaksanaan;

1) Nomor

2) Jam

3) Uraian Pembawa acara

4) Kegiatan

5) Keterangan pelaksanaan.

4. Kunjungan Kenegaraan

Urutan acara Kunjungan Kenegaraan Kepala Negara/Kepala Pemerintahan

Asing dikelompokkan dalam :

a. Acara penyambutan kedatangan tamu, meliputi :

1) Persiapan

2) Pelaksanaan

3) Memperkenalkan

b. Acara pokok kunjungan :

1) Kunjungan kehormatan

2) Ziarah ke makam pahlawan

3) Pembicaraan resmi

4) Jamuan makan

5) Penyampaian komunike/konferensi pers

c. Penutup

5. Tata Bendera

a. Tata Bendera pada acara kenegaraan/resmi :

1) Bendera dikibarkan sampai saat matahari terbenam.

2) Tiang Bendera didirikan di atas tanah, dihalaman depan gedung.

3) Penghormatan pada saat pengibaran atau penurunan bendera.

24

Page 28: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b. Tata Bendera pada acara kenegaraan/resmi yang bukan upacara

bendera, Bendera Kebangsaan Merah Putih dipasang pada sebuah tiang

bendera dan diletakkan di sebelah kanan mimbar.

6. Tata Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Tata lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam Upacara Kenegaraan/Resmi :

a. Apabila diperdengarkan dengan music, maka lagu Kebangsaan

Indonesia Raya dibunyikan lengkap satu kali yaitu satu strofe dengan

dua kali ulangan. (lihat PP 44/1958 Ps. 2; Strofe = bait).

b. Apabila dinyanyikan lengkap satu bait yaitu bait pertama denga dua

kali ulangan.

c. Pada saat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan, seluruh

peserta upacara mengambil sikap sempurna dan memberikan

penghormatan menurut keadaan setempat.

d. Pada waktu mengiringi pengibaran/penurunan bendera, tidak

diperdengarkan dengan menggunakan musik dari tape recorder atau

piringan.

e. Jika tidak ada krop musik/gendering dan atau sangkakala maka

pengibaran/penurunan Bendera diiringi dengan nyanyian bersama

Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

7. Penggunaan Pakaian

a. Penggunaan pakaian upacara dalam acara kengegaraan atau acara

resmi, disesuaikan menurut jenis acara tersebut.

b. Dalam acara kenegaraan, digunakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL),

Pakaian Dinas Upacara Kebesaran (PDUK) atau Pakaian Nasioanal,

yang berlaku sesuai dengan jabatannya atau kedudukan dalam

masyarakat.

c. Dalam acara resmi, digunakan Pakaian Sipil Harian (PSH) atau

Seragam Korpri atau seragam resmi lainnya, yang ditentukan.

8. Acara/Upacara Lainnya

a. Tata Upacara dalam acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh

Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara atau Lembaga Pemerintah, baik

25

Page 29: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

ditingkat Pusat maupun Daerah dilaksanakan dengan ber-pedoman

pada ketentuan Lab IV PP No. 62/1990.

b. Tata Upacara dilingkungan ABRI, diatur tersendiri oleh Pangab,

dengan berpedoman pada ketentuan Bab IV PP No. 62/1990.

c. Urutan acara pada acara resmi lainnya :

1) Pembukaan/sambutan

2) Acara pokok :

- Peresmian

- Penandatanganan prasasti

3) Penutup

C. TATA PENGHORMATAN

1. Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat

Tertentu.

Dalam acara kenegaraan/resmi, Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan

Tokok Masyarakat Tertentu mendapat penghormatan :

a. Pemberian Tanda Tempat;

b. Penghormatan Bendera Kebangsaan;

c. Penghormatan Lagu Kebangsaan;

d. Penghormatan Jenazah bila meninggal dunia;

e. Pemberianbantuan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan acara.

2. Penghormatan dengan Bendera Kebangsaan dan Lagu Kebangsaan.

a. Pemberian penghormatan dengan menggunakan Bendera Kebangsaan

Merah Putih dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dalam acara

kenegaraan/acara resmi, dilaksanakan sesuai dengan kedudukan

pejabat yang bersangkutan dan sesuai dengan ketentuan penggunaan

Bendera Kebangsaan Merah Putih dan Lagu Kebangsaan Indonesia

Raya yang berlaku (lihat PP No. 40 dan 44 Tahun 1958).

26

Page 30: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b. Pemberian penghormatan dalam bentuk pengibaran bendera setengah

tiang :

1) Presiden, Wakil Presiden, Mantan Presiden dan Mantan Wakil

Presiden, bendera dikibarkan setengah tiang selama 7 (tujuh) hari

2) Ketua lembaga Tretinggi/Tinggi Negara, bendera dikibarkan

selama 5 (lima) hari.

3) Meneteri Negara, Pejabat yang diberi kedudukan setingkat Menteri

Negara, Wakil Ketua Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Panglima

ABRI, kepala staf Angkatan dan Negara, bendera dikibarkan

Selama 3 (tiga) hari.

4) Pejabat Negara lainnya, ketua/Kepala/Direktur Jenderal dari

Lembaga Pemerintah Non De-partemen, dan Tokoh Masyarakat

tertentu, bendera dikibarkan setengah tiang selama 2 (dua) hari.

5) Bagi Pejabat yang dimaksud pada 1), 2), 3), hari-hari selama

pengibaran bendera setengah tiang dinyatakan sebagai hari

berkabung nasional dan bendera dikibarkan si seluruh pelosok

tanah air. Sedangkan bagi seperti dimaksud pada 4), bendera

dikibarkan setengah tiang hanya dilingkungan instansi masing-

masing.

6) Apabila Pajabat Negara. Pajabat Pemerintah atau Tokoh

Masyarakat tertentu tersebut meninggal dunia di Luar Negeri, maka

pengibaran bendera dilakukan sejak tanggal kedatangan jenazah

tersebut di Indonesia.

7) Apabila waktu pengibaran Bendera setengah tiang tersebut

bersamaan waktunya dengan penyelenggaraan peringatan hari

nasional, maka Bendera Kebangsaan dikibarkan secara penuh.

3. Penghormatan berupa bantuan sarana, pemberian perlindungan,

ketertiban dan keamanan.

Pemberian penghormatan berupa bantuan sarana, pemberian

perlindungan, ketertiban, dan keamanan yang diperlukan dalam

27

Page 31: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

melaksanakan acara/tugas, diberikan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku baginya dan tidak menimbulkan sifat berlebihan.

4. Penghormatan terhadap Bendera Kebangsaan.

Tata penghormatan terhadap Bendera Kebangsaan (Peraturan Pemerintah

No. 40 tahun 1958) :

a. Bendera dikibarkan pada gedung/halaman gedung :

- Ditempatkan dimuka, di tengah atau di sebelah kanan.

b. Bendera di pasang di dalam rapat/pertemuan :

- Jika dipasang merata : Ditempatkan di dinding bagian atas

belakang ketua;

- JIka pada tiang : Ditempatkan di kanan ketua.

- Bendera Kebangsaan tidak boleh dipasang bersama-sama dengan

bendera organisasi yang dipasang berderet tergantung pada tali

untuk perhiasan.

c. Bendera Kebangsaan tidak boleh dipergunakan intuk member hormat

kepada seseorang dengan menundukkannya seperti lazim, dilakukan

pada waktu member hormat dengan panji-panji.

d. Bendera Kebangsaan tidak boleh dipasang pada kendaraan kecual :

Ps. 7 ayat 1) Pada Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus.

2) Peringatan-peringatan Nasional/Perayaan lain yang

menggembirakan Nusa dan Bangsa.

3) Jika ada kunjungan kepala Negara atau jika daerah

tersebut merayakan sesuatu yang penting, misalnya

peringatan pembentukan daerah itu sebagai daerah

otonomi/menjadi propinsi.

e. Penggunaan bersama-sama dengan bendera lain :

Ps. 23 Ayat (1)

- Apabila dipasang bersama dengan bendera kebangsaan asing, maka

bendera-bendera itu dikibarkan pada tiang-tiang tersendiri yang

sama tingginya dan sama besarya, sedangkan ukuran-ukuran

bentuk bendera-bendera itu sama atau kira-kira sama.

28

Page 32: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

f. Ps. 23 ayat (2)

1) Jika ada sebuah bendera asing :

Bendera Kebangsaan dipasang disebelah kanan.

2) Jika ada Bendera dari beberapa Negara :

- Semua bendera dipasang pada satu baris;

- Bendera kebangsaan RI ditempatkan apabila Bendera itu

ganjil.

- Bendera kebangsaan RI di tengah sebelah kanan jika

jumlahnya genap.

3) Pada Pawai/Defile :

Disusun seperti “Dipasang pada tiang”

4) Jika bendera kebangsaan dan bendera asing dipasang pada tiang

yang bersilang, maka kain bendera kebangsaan dipasang sebelah

kanan, sedangkan tiangnya ditempatkan di depan tiang bendera

asing.

g. Ps. 24

- Bendera jabatan dan bendera/panji organisasi, tidak boleh pada

pokoknya menyerupai bendera kebangsaan.

h. Ps. 25

- Jika bendera kebangsaan di pasang bersama-sama dengan panji

Presiden dan atau panji Wakil Presiden :

1) Jika ada hanya sebuah panji, maka bendera kebangsaan

dipasang di sebelah kanan;

2) Panji sedapat-dapatnya tidak dipasang lebih tinggi dari bendera

kebangsaan;

3) Ukuran panji tidak lebih besar dari ukuran bendera kebangsaan.

4) Bendera kebangsaan tidak dipasang bersiang dengan panji.

i. Ps. 26

- Apabila bendera kebangsaan dipasang bersama-sama dengan

bendera atau panji organisasi :

29

Page 33: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

1) Jika hanya ada satu bendera/Panji organisasi, maka bendera

kebangsaan dipasang di sebelah kanan;

2) Jika ada dua atau lebih dari bendera/panji organisasi, maka

bendera/panji organisasi tersebut dipasang pada satu baris,

sedangkan bendera Kebangsaan di mukanya.

3) Pada Pawai.Defile : Bendera Kebangsaan dibawa

denganmemakai tiang baris bendera/panji organisasi.

4) Bendera Kebangsaan harus lebih besar dan dipasang lebih

tinggi dari pada bendera/panji organisasi.

5) Bendera Kebangsaan tidak dipasang bersilang denga

bendera/panji organisasi.

j. Ps. 26 Ayat (2)

- Pada waktu membawa bendera Kebangsaan dalam pawai atau

berdiri memegang bendera itu pada waktu upacara, maka tiang

bendera tidak dipanggul di pundak.

k. Ps. 7

- Jika dalam perayaan organisasi dikibarkan bendera organisasi,

maka harus pula dikibarkan bendera kebangsaan, yang dipasang

pada tempat yang terhormat menurut ketentuan tersebut dalam

pasal 26.

l. Bendera Kebangsaan sebagai tanda Kedudukan :

1) Dipasang pada mobil sebelah muka ditengah-tengah.

2) Bagi Presiden/Wakil Presiden berukuran 36 x 54 cm.

3) Bagi bekas Presiden, bekas Wakil Presiden , Menteri, Ketua

Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, berukuran 30 x 45 cm.

m. Bagi umum, untuk memenuhi keinginan menyatakan kegembiraanj

Nusa dan Bangsa (pada Hari Kemerdekaan Peringatan/Perayaan

Nasional, Kunjungan Kepala Negara/Tamu Negara), bendera

Kebangsaan berukuran 20 x 30 cm dapat dipasang pada kendaraan di

muka bagian kanan.

30

Page 34: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

5. Tata Penghormatan Lambang Negara (PP No. 66/1951)

a. Warna :

Kuning Emas : Seluruh Burung Garuda, Bintang Nur Cahaya,

Kapas, Padi dan Ranting.

Merah – putih : - Ruang Perisai di tengah-tengah :

Merah : Kiri atas dan kanan bawah.

Putih : Kanan atas dan Kiri Bawah.

- Pita

Hitam : Kepala Banteng, Huruf

Hijau : Pohon Beringin.

b. Jumlah Bulu :

17 : Pada tiap sayap

8 : Pada ekor

19 : Kecil dibawah perisai

45 : Kecil, dileher perisai

c. Pembuatan dengan satu warna, juga diperkenankan

d. Penggunaan Lambang Negara ( PP. 43/1958)

1) Pada Gedung Negeri :

- Di muka sebelah luar dan/atau di dalam.

- Tempat yang pantas dan menarik perhatian.

- Pada kapal-kapal Pemerintah :

Di bagian luar anjungan (Brug)

Di tengah-tengah.

2) Penggunaan di bagian luar gedung hanya dibolehkan pada :

- Rumah jabatan Presiden, Wakil Presiden, Menteri,

Gubernur/Kdh.

- Gedung-gedung Kabinet Presiden, Wakil Presiden, kabinet

Perdana Menteri, Kementerian, DPR, Konstituate, Dewan

Nasional, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung dan Dewan

Pengawas Keuangan.

31

Page 35: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

(Kepresidenan, Departemen, Lembaga Tertinggi/Tinggi

Negara dan Kejaksaan Agung).

3) Pengunaan di dalam gedung diharuskan pada tiap-tiap :

- Kantor Kepala Daerah;

- Ruang Sidang DPR dan Pengadilan;

- Kantor Kepolisian Negara, Imigrasi, Bea dan Cukai

Syahbandar;

- Kantor-kantor Negeri lainnya.

4) Cap Jabatan dengan Lambang Negara di dalamnya, hanya

dibolehkan untuk Cap Jabatan :

- Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Ketua Lembaga

Tertinggi/Tinggi Negara, Jaksa Agung, Gubernur/Kdh,

Notaris.

5) Lambang Negara

- Mata Uang, Kertas Beraterai, Materi, Ijazah Negara.

- Barang-barang Negara di rumah0rumah jabatan

Presiden/Wakil Presiden, Perdana Menteri, Menteri Luar

Negeri.

- Pakaian Resmi yang dianggap perlu oelh Pemerintah.

- Buku dan Majalah yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

- Buku Kumpulan Undang-undang yang diterbitkan oleh

Pemerintah/Partikelir dengan Izin Pemerintah.

- Surat-surat Kapal

- Barang-barang lain dengan Izin Menteri yang bersangkutan.

- Sebagai Lencana :

- Oleh Warga Negara di luar negeri.

- Dipasang pada dada sebelah kiri atas.

e. Larangan penggunaan Lambang Negara :

1) Dilarang menggunakan Lambang Negara :

- Sebagai Perhiasan/Cap Dagang.

- Reklame perdagangan

32

Page 36: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

- Propaganda Politik dengan cara apapun.

2) Pada lambang Negara Dilarang Menaruh Huruf, Kalimat, Angka,

Gambar atau Tanda-tanda lain.

3) Pelanggaran atas ketentuan-ketentuan Penggunaan lambing

Negara:

- Dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan.

- Atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 500,--

f. Tata Penghormatan Bendera di Kapal (PP No. 401/1958) :

Ps. 28

- Di Kapal-kapal Pemerintah :

1) Pada waktu berlabuh.

2) Pada waktu berlayar.

3) 06.00 – 18.00

- Di Kapal-kapal Partikelir Indonesia (20 M3/Lebih) :

1) Setiap hari 06 – 18.00.

2) Pada waktu di/berangkat dari Pelabuhan

3) Pada waktu melalui Benteng/Batere/Menara Laut/Kapal

Perang/kapal Polisi.

4) Member hormat kepada kapal lain.

Ps. 29

- Dikibarkan pada tiang di buritan.

- Pada waktu berlayar, dapat dipasang pada topang.

- Pada kapal berlayar, dipasang pada aris belakang dari layar/layar

belakang sekali, tepat dibawah topang.

- Pada waktu Kepala Negara/Wakil Kepala Negara berada di

Pelabuhan, maka semua kapal Indonesia yang pada hari itu ada di

Pelabuhan harus merias.

Bendera Kebangsaan dipasang pada tiap puncak tiang.

Ps. 29

- Jika Panji/Bendera Jabatan dikibarkan si atas kapal maka bendera

kebangsaan tetap dikibarkan pada tiang di buritan/pada topang.

33

Page 37: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Panji/bendera Jabatan dipasang sesuai ketentuan panji/bendera

jabatan

- Apabila bendera Kebangsaan Asing dikibarkan pada kapal maka

bendera kebangsaan dipasang tetap pada tempatnya sedangkan

Bendera Asing sesuai peraturan penggunaan bendera kebangsaan

asing.

Ps. 30

- Cara memberi hormat oleh sebuah Kapal kepada kapal lain :

Bila bendera dipasang di buritan :

1) Turunkan hingga ujung bawah bendera sampai pada pagar

kapal, hingga masih dapat berkibar,

2) Naikkan kembali keatas tiang.

Bila Bendera di pasang pada Topang :

1) Bendera diturunkan sampai setengah jarak antara ujung

topang dan pagar kapal yang diatas sekali;

2) Naikkan kembali ke tempatnya.

Kapal layar : Bendera dipasang pada baris belakang layar/layar

terbelakang :

1) Turunkan bendera itu sampai setengah jarak antara ujung

topang dan ujung bawah baris;

2) Naikkan kembali ke tempatnya.

Ps. 31

- Bila Kapal Asing masuk/berlabuh di pelabuhan Indonesia

mengibarkan bendera kebangsaannya, maka bendera kebangsaan

Indonesia dipasang pada tiang kapal terdepan.

Ps. 32

- Pada waktu berkabung :

1) Setengah tiang, bendera dikibarkan di buritan;

2) Setengah jarak antara ujung topang dan pagar kapal yang atas

sekali, bila Bendera dikibarkan pada baris belakang dari

layar/layar belakang sekali.

34

Page 38: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Ps. 33

- Cara member hormat oleh kapal pada waktu berkabung :

1) - Bendera dinaikkan hingga puncak tiang.

- Turunkan hingga ujung bawah bendera sampai pada pagar

kapal;

- Naikkan kembali ke puncak tiang;

- Turunkan kembali ke setengah tiang (bendera di buritan)

2) Bendera di ujung topang :

- Naikkan bendera ke ujung topang;

- Turunkan hingga ujung bawah bendera sampai pada pagar

kapal paling atas;

- Naikkan kembali ke ujung topang;

- Turunkan kembali ke setengah tiang antara ujung topang dan

pagar kapal paling atas.

3) Bendera di bars belakang :

- Naikkan hingga ujung topang;

- Turunkan kembali ke ujung bawah baris belakang;

- Naikkan kembali ke ujung topang;

- Turunkan kembali ke posisi setengah tiang dan ujung bawah

baris belakang.

g. Tata Penghormatan kepada Bendera Kebangsaan Asing (PP. 41/1958)

Ps. 1

- (1) Warga Negara asing dapat menggunakan bendera

kebangsaannya :

(a) Pada hari kebangsaan dan hari berkabung negaranya.

(b) Pada waktu Kepala Negara/Wakil Kepala Negara/Perdana

Menteri Negaranya berkunjung ke Indonesia, ditempat-

tepat yang didatangi.

(2) Warga Negara Indonesia dapat menggunakan bendera

kebangsaan asing dalam hal Kepala Negara Asing berkunjung

35

Page 39: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

ke Indonesia, ditempat-tempat yang dikunjungi, atas

anjuran/izin Kepala Daerah.

(3) Dapat pula digunakan pada kesempatan-kesempatan lain,

dengan izin kepala daerah jika menurut pendapatnya pada

kesempatan itu layak digunakan sebagai pertemuan

Internasional.

Penggunaan dilakukan pada tempat dimana diadakan

kesempatan tersebut.

(4) Yang dimaksud menggunakan ialah mengibarkan,

memasang/membawa bendera itu dimuka umum.

PS. 2

- (1) Di makam kehormatan, pada hari kebangsaannya, pada hari

peringatan nasional bagi mereka yang gugur.

Ps. 3

- (1) Apabila bendera kebangsaan asing digunakan, harus bersama

sama dengan bendera Indonesia.

(2) Bila bendera asing dipasang setengah tiang, bendera

kebangsaan Indonesia tak perlu dipasang.

Ps. 4

- Bendera kebangsaan asing dapat digunakan tersendiri dan setiap

hari :

1) Pada gedung-gedung perwakilan diplomatic perwakilan

Konsuler.

2) Pada rumah-rumah jabatan dan halaman rumah jabatan,

kendaraan-kendaraan kepala perwakilan diplomatic dan kepla

perwakilan konsuler.

Ps. 6

- Kepala daerah dapat melarang penggunaan bendera kebangsaan

asing, apabila menurut pertimbangan penggunaan itu dapat

menyebabkan timbulnya gangguan ketertiban dan keamanan

umum.

36

Page 40: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Ps. 7

- Kapal-kapal Indonesia yang masuk pelabuhan asing dan selama

berlabuh, mengibarkan bendera kebangsaan asing yang

bersangkutan, kecuali bila peraturan Negara tersebut menentukan

lain.

Ps. 8

- Pelanggaran dapat dihukum 3 bulan kurungan/denda Rp. 500,--

h. Tata Penghormatan kepada panji dan bendera jabatan (PP. 42/1958) :

Ps. 1

- (3) Paji Presiden/Wakil Presiden digunakan di tempat beliau berasa

secara resmi.

Ps. 2

- (1) Jika Presiden dan Wakil Presiden bersama-sama di sebuah

mobil/kapal, maka panji Presiden dan Wakil Presiden dapat

dipasang bersama-sama :

- Panji Presiden di Kanan

- Panji Wakil Presiden di Kiri.

Jika hanya dipasang sebuah panji, maka yang di pasang ialah

panji Presiden.

(2) Panji Presiden dan Panji Wakil Presiden tidak dipasang pada

mobil bila bendera kebangsaan Indonesia dipasang pada

kendaraan itu.

Ps. 3

- (1) Panji dipasang pada mobil sebelah muka ditengah-tengah

(2) Jika Presiden/Wakil Presiden dengan Kepala Negara atau

Wakil Kepala Negara Asing berada dalam sebuah mobil, maka

panji kepala Negara Asing dipasang dimuka disebelah kanan

dan panji Presiden/Wakil Presiden di Muka sebelah kiri.

(3) Jika panji Presiden, panji Wakil Presiden dan panji Kepala

Negara/Wakil Kepala Negara Asing dipasang bersama-sama

37

Page 41: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

pada sebuah mobil, maka panji Kepala Negara, Wakil Kepala

Negara Asing dipasang di sebelah kiri.

(4) Jika Kepala Negara/Wakil Kepala Negara Asing menggunakan

bendera kebangsaannya maka bendera asing dipasang dimuka

sebelah kiri dan bendera kebangsaan Indonesia dimuka sebelah

kanan.

Ps. 4

- Jika Presiden/ Wakil Preside ada disebuah kapal :

(1) Panji Presiden/Wakil Presiden dipasang pada ujung andang-

andang tiang besar sebelah kanan.

Di Sekoci : Dipasang pada tiang panji di tiang muka.

(2) Jika bersama Kepala Negara/Wakil Kepala Negara :

Panji Presiden/Wakil Presiden dipasang pada ujung andang-

andang tiang kapal besar sebelah kiri, dan panji Kepala

Negara/Wakil Kepala Negara Asing disebelah kanan.

(3) Jika Panji Presiden, Wakil Presiden dan Kepala Negara/Wakil

Asing dipasang bersama-sama, panji-panji tersebut dipasang

pada andang-andang tiang kapal besar.

– Panji Presiden : Sebelah kanan

– Panji Wakil Presiden : Sebelah kiri

– Panji Kepala Negara Asing : Di tengah-tengah

(4) Jika Kepala Negara/Wakil Kepala Negara Asing tidak

menggunakan panjinya, tetapi menggunakan bendera

kebangsaannya, maka :

Bendera Kebangsaan asing dipasang pada tengah-tengah

andang tiang kapal besar.

Panji Presiden dipasang disebelah kanan.

Bendera kebangsaan Indonesia tidak dipasang pada puncak

tiang kapal besar.

(5) Dalam hal berada di sekoci, jika mengizinkan, pemasangan

bendera dan panji disesuaikan dengan pemasangan pada kapal.

38

Page 42: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Ps. 5

– Kepala Daerah berhak menggunakan bendera jabatan pada mobil :

– Pemasangan : Di muka, ditengah-tengah.

– Warna : Biru.

– Bentuk : Segi empat panjang.

– Ukuran : 20 x 30 Cm.

– Lambang Negara : Di tengah-tengah dengan warna

emas/perak.

– Pinggiran : Warna emas/perak dapat

dipakai/tidak.

– Menteri Dalam Negeri menetapkan lebih lanjut Kdh Mana yang

berhak, serta tanda-tanda perbedaan pangkat pada bendera jabatan

itu.

Ps. 6

– (1) Bendera jabatan yang tidak dipasang pada mobil jika bendera

kebangsaan/panji Presiden/Wakil Presiden dipasang pada

mobil itu.

(2) Jika ada Menteri dan Kdh bersama-sama dalam sebuah mobil,

maka yang dipasang ialah bendera kebangsaan.

(3) Jika dua atau lebih Kdh bersama-sama dalam sebuah mobil,

maka yang, dipasang pad mobil itu ialah bendera jabatan Kdh

yang tertinggi.

Ps. 7

– (1) Kdh berhak mengguanakan bendera jabatan-nya :

– Pada waktu mengadakan inspeksi dalam perairan didalam

wilayahnya.

(2) Bendera jabatan yang dipasang di kapal adalah bendera jabatan

dengan ukuran 60 x 90 Cm.

(3) Dipasang pada andang-andang tiang besar sebelah kanan

(4) Tidak dipasang, jika panji presiden/Wakil Presiden dipasang di

kapal itu.

39

Page 43: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

(5) Jika Kdh bersama-sama dengan Menteri maka yang dipasang

adalah bendera kebangsaan.

– Jika bersam dua atau lebih Kdh, yang dipasang ialah

bendera jabatan Kdh yang tertinggi.

Ps. 10

– Bendera Organisasi tidak boleh pada pokoknya menyerupai

panji/bendera jabatan.

6. Tata Penghormatan Kepada Lagu Kebangsaan (PP. 44/1958)

Ps. 4

- (1) Lagu Kebangsaan diperdengarkan/dinyanyikan :

- Untuk menghormat Kepala Negara/Wakil Kepala Negara.

- Pada waktu penaikan/penurunan bendera kebangsaan, yang

diadakan dalam upacara, untuk menghormat bendera itu.

- Untuk menghormat Negara Asing.

- (2) Lagu Kebangsaan dapat pula diperdengarkan/dinyanyikan :

- Sebagai pernyataan pernyataan perasaan Nasional

- Dalam rangkaian pendidikan dan pengajaran

Ps. 5

- Dilarang :

1) Menggunakan lagu kebangsaan untuk reklame dalam bentuk

apapun

2) Menggunakan bagian daridalam gubahan yang tidak sesuai

dedengan kedudukan Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu

Kebangsaan.

Ps. 2

40

Page 44: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

- (1) Pada kesempatan-kesempatan diaman diperdengarkan Lagu

Kebangsaan dengan alat musik, maka lagu itu dibunyikan lengkap

satu kali, yaitu satu srofe dengan dua kali ulangan.

(2) jika ada kesempatan-kesempatan lagu Kebangsaan dinyanyikan,

maka lagu itu dinyanyikan satu bait, yaitu bait pertama dengan dua

kali ulangan.

(3) jika dalam hal tersebut pada ayat 2 diatas Lagu kebangsaan

dinyanyikan seluruhnya, yaitu tiga bait, maka sesudah bait pertama

dan sesudah bait penghabisan dinyanyikan ulangan dua kali.

Ps. 9

- Pada waktu lagu kebangsaan diperdengarkan/dinyanyikan pada

kesempatan-kesempatan yang dimaksud dalam peraturan ini, maka

orang yang hadir berdiri tegak ditempat masing-masing.

Mereka yang berpakaian seragam dari suatu organisasi, memberi

hormat dengan cara ditetapkan untuk organisai itu.

Mereka yang tidak berpakaian seragam, memberi hormat dengan

meluruskan lengan kebawah dan melekatkan telapak tangan dengan

jari-jari rapat pada paha, sedangkan penutup kepala harus dibuka,

kecuali kopiah, ikat kepala, sorban dan kudung atau topi wanita yang

dipakai menurut agama atau adat-kebiasaan.

Ps. 20

- PP. No. 40/1958 tentang Bendera Kebangsaan RI;

Pada waktu upacara penaikan atau penurunan Bendera kebangsaan,

maka semua orang yang hadir memberi hormat dengan berdiri tegak,

berdiam diri, sambil mengadapkan muka kepada Bendera sampai

upacara selesai.

Mereka yang tidak berpakaian seragam, memberi hormat dengan

meluruskan lengan kebawah dan melekatkan telapak tangan dengan

jari-jari rapat pada paha, sedangkan penutup kepala harus dibuka,

kecuali kopiah, ikat kepala, sorban dan kudung atau topi wanita yang

dipakai menurut agama atau adat-kebiasaan.

41

Page 45: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

7. Lain-lain

a. Pelaksanaan pengaturan tata tempat, tata upacara dan tata

penghormatan dalamn acara kenegaraan atau acara resmi yang

diselenggarakan oleh Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan ABRI,

diatur oleh masing-masing instansi dengan berpedoman pada PP No.62

tahnun 1990.

b. Ketentuan pelaksanaan acara kenegaraan, lebih lanjut akan diatur oleh

Menteri/Sekretaris Negara selaku Ketua Panitia Negara, sedangkan

untuk acara resmi yang diselenggarakan oleh

Departemen/Instansi/Lembaga akan diatur oleh Menteri/Pimpinan

Lembaga/ Pemda yang bersangkutan.

Beberapa Istilah dalam kapal *)

a. Andang-andang = palang kayu di tiang kapal untuk

menggantungkan layar.

b. Aris = tepi atau kelim pda layar/jaring yang dibuat

dari tali atau rotan.

c. Linggi = palang kayu melengkung pada haluan dan

buritan perahu/kapal

42

Page 46: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

III. PRESEANCE PEJABAT DIPLOMATIK

A. URUTAN DAN KATEGORI

1. Maksud dan Tujuan Preseance Diplomatik

Melihat perkembangannya, seni diplomatik baru berkembangan sejak

bagian terakhir jaman Romawi. Tetapi diplomasi baru diakui sebagai suatu

jabatan resmi pada abad ke 15, yaitu ketika negara Italia mulai menunjuk

Duta-duta Besarnya yang tetap.

Walaupun demikian sejarah perkembangan diplomasi baru manajak

lagi sejak tahun 1815, karena sejak tahun tersebut peraturan-peraturan baru

disahkan oleh perjanjian-perjanjian internasional yang terkenal dengan

nama Konvensi-konvensi Wina yang mengatur klasifikasi petugas-petugas

diplomatik termasuk soal-soal preseance.

Kekeliruan dalam menetukan preseance, dapat menimbulkan

pertentangan-pertentangan dan konflik. Di negara yang berazaskan republik,

masalah preseance tidaklah begitu ketat seperti halnya pada negara yang

monarki.

Apabila timbul suatu kekeliruan dan perselisihan mengenai preseance

biasanya pihak pejabat protokoler yang harus menyelesaikan, karena

protokollah dianggap mengetahui asal-usul riwayat, kedatangan seseorang

dan sebagainya.

Untuk menghindari adanya pertentangan pertentangan terutama

mengenai urut-urutan pangkat/preseance ini konvensi peraturan preseance

telah menerima dengan baik soal-soal tempat duduk di Konperensi-

konprensi Internasional, dalam penandatanganan perjanjian-perjanjian dan

sebagainya.

Dalam perjanjian itu ditentukan siaa yang berhak lebih dahulu atau

disebut “order of preseance”, preseance atau tataurutan. Maksudnya untuk

menghindarkan pertentangan-pertentangan atau perang dingin dalam

hubungan antar bangsa atau manusia pada waktu itu.43

Page 47: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

2. Penentuan Kategori dan urutan dalam Dinas Diplomatik

a. Kategori Kepala Perwakilan Diplomatik

Preseance Diplomatik banyak dan perlu digunakan dalam hubungan

dengan kalangan diplomatik. Karena itu justru dalam kalangan

diplomatik ini sering timbul pertentangan atau friction yang disebabkan

kekeliruan soal preseance.

Oleh karena itu dalam lingkungan kehidupan diplomatik, mengetahui

dan mengenal preseance merupakan salah satu syarat utama untuk

melancarkan tugas dan mencapai sukses yang diharapkan.

Menurut konvensi Wina (1815) dan konvensi Aix-la Chapelle (1818)

ada 4 kelompok dalam menentukan preseance yang diakui, yaitu :

1) Duta-duta Besar, Dutaatau Nuncio2) Duta-duta Luar Biasa dan Menteri-menteri Berkuasa Penuh3) Minister-minister Resident 4) Charges d’Affaires/Kuasa-kuasa Usaha

Menurut bentuk dan type suatu perwakilan, maka Kepala Perwakilan

(Chief of Mission) yang sekarang dikenal antara lain adalah :

1) Kepala Perwakilan Diplomatik (Chief of the Mission)2) Kepala Perwakilan di PBB (Chief of the United Nations Mission)3) Kepala Perwakilan Konsuler (Chief of the consular Mission)

Istilah “Kepala Perwakilan” lebih banyak dipakai untuk Kepala-

kepala Perwakilan yang mengepalai suatu perwakilan yang besar.

Kedudukan Chief of Mission dengan sifat-sifatnya, ditetapkan oleh

peraturan-peraturan yang telah ditentukan dalam berbagai Konprensi

Internasional, misalnya :

Komperence Westphalia (1648), Konggres Wina (1815), Konggres

Aix-la Chapelle (Aken) tahun 1818.

Pada pokoknya Konprensi-konprensi Internasional itu telah

menetukan bahwa “Chief of Mission” diplomatik itu dibagi dalam 4

kategori :

1) Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Amabassador Extraordinary and Plenipotentiary).

44

Page 48: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

a) Duta Besar ini mengepalai perwakilan yang bertingkat Kedutaan Besar, dan diangkat dengan Surat-surat Kepercayaan Kepala Negara.

b) Duta disamakan dengan Duta Besar adalah Nuncio, yaitu Duta Besar Vatican, yang mengepalai : Apostolic Nunci ature, dengan Surat-surat Kepercayaan dari Sri Paus;

c) Juga Komisaris Tinggi tingkatanya sama dengan Duta Besar, yaitu suatu gelar yang diberikan kepada Wakil-wakil yang saling ditukarkan antara Pemerintahan Inggris, dengan anggota-anggota Persemakmuran (Commonwealth) dan angkat dengan “surat-surat mandate” (letters de commission) yang diajukan kepada seorang Perdana Menteri oleh orang lain. Hal ini disebabkan tidak mungkin Raja Inggris menyelamatkan surat-surat mandat kepada dirinya.

2) Duta (Envoy)

Duta mengepalai suatu Keduataan atau Legation, Nama lengkapnya

ialah Envoy Extraordinary and Plenipotentiary, dan diangkat dengan

Surat-surat Kepercayaan dari Kepala Negara. Yang disamakan

dengan Duta adalah Intermuncio yang mengepalai Apostolic

Intermunciatur; diangkat dengan Surat-surat Kepercayaan dan

ditandatangani oleh Sri Paus.

3) Minister Resident

Didalam praktek jabatan ini sudah dihapuskan.

4) Charge d’affairs (Kuasa Usaha).

Kuasa Usaha merupakan Kepala Perwakilan Diplomatik yang

terendah tingkatannya. Charge d’Affairs dapat mengepalai Kedutaan

Besar atau Kedutaan.

a) Charge d’Affairs en pied atau Charge d’Affairs and hoc atau Charge d’Affairs de missi, adalah Kuasa Usaha yang diangkat dengan “Surat-surat Kabinet” (Latters de cabinet) yang berasal dari menteri Luar Negeri; dan biasa dinamakan Kuasa Usaha dengan surat putusan. Hal ini terjadi jika Duta Besarnya telah ditarik kembali tetapi belum/tidak ada gantinya; atau pada waktu pembukaan Kedutaan Besar/Kedutaan baru tetapi belum ada Duta Besarnya/Dutanya.

45

Page 49: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b) Charge d’Affairs ad-interimKuasa Usaha Kategori ini, atau disingkat Charge des Affairs, bukanlah Kepala Perwakilan diplomatik, tetapi hanya mewakili Duta Besar/Duta dalam pekerjaan routine/administrasi kalau mereka berhalangan (seperti keluar kota sebentar atau sakit) dan tidak berhak mewakili Duta Besar/Duta dalam lapangan politik. Dalam praktik kategori C d’ A ini tidak pernah dipergunakan.

b. Preseance Antar Kepala Perwakilan Diplomatik

1) Preseance antar Kepala Perwakilan Diplomatik ditetapkan menurut

dasar Kewerdanaan dalam peresmiannya; sehingga dengan demikian

Doyen/Dean atau Ketua Korps Diplomatik yang telah ada posnya

paling lama berdasarkan tanggal kedatangan dan penyerahan surat-

surat kepercayaannya.

a) Dalam Negara Katolik, dimana Gereja menduduki suatu posisi

yang istimewa, maka Dean itu telah ditentukan yakni Nuncio,

tanpa memandang tanggal penunjukan ataupun penyerahan surat

kepercayaan.

b) Para Komisaris Tinggi Negara-negara Persemakmuran tidak bisa

menjabat sebagai Ketua Korps Diplomatik di Landon; hanya saja

kebiasaan ini tidak diikuti oleh negara-negara anggota

Persemakmuran lainya, seperti : Australia, Kanada, Ceylon,

India dan Pakistan.

2) Apabila Terjadi dua orang Kepala Perwakilan tingkat Duta Besar

datang bersamaan pada Negara penerima, maka Preseancenya ialah :

a) Tanggal yang tercantum dalam surat kepercayaan, atau

b) Jam pada waktu penyerahan surat-surat kepercayaan yang

dengan sendirinya juga diberhentikan tanggal dan jam untuk

menyerahkan surat kepercayaannya.

3) Jika selama penunjukan disuatu Pos tertentu, seorang Kepala

Perwakilan Diplomatik telah menyampaikan surat kepercayaan lebih

dari sekali, maka yang umum berlaku bagi penentuan Preseancenya

adalah surat kepercayaan yang pertama kalinya.46

Page 50: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

4) Dalam menetukan Preseance Kepala Perwakilan, selain ditinjau dari

unsur-unsur peresmian dan sebagainya, harus pula diperhatikan

kategori pengelompokannya diantara Kepala-kepala Perwakilan

(seperti Kuasa Usaha en pied akan mendapat urutan mendahului

Kuasa Usaha a.i. dan sebagainya).

5) Apabila timbul perselisihan atau persoalan mengenai preseance

maka banyak negara membebankannya kepada Protokol Departemen

Luar Negerinya dan/atau bersama Ketua Korps Diplomatik setempat,

untuk penyelesaiannya.

c. Kedudukan Dubes/Kepala Perwakilan Asing Wanita

1) Jika suatu Perwakilan dikepalai oleh seorang wanita, sedangkan peristiwa yang dikunjungi hanya dihadiri oleh para Kepala Perwakilan tanpa isteri, maka diplomat wanita tadi hadir tanpa suaminya.

2) Dalam kesempatan dimana Kepala Perwakilan (Dubes/Duta/Kuasa Usaha) dijabat oleh seorang wanita dan kedudukan/tugas memerlukan hadirnya para isteri Kepala Perwakilan yang diatur baik sebagai group bersama atau terpisah dari para suaminya, maka tempat urutan Kepala Perwakilan/Dubes wanita tadi akan didahului oleh isteri dari Dubes yang lebih tua kewerdanaannya.

3) Sedangkan suami dari Dubes/Duta wanita yang mempunyai preseance setelah Duta/Minister yang diakreditir terakhir.suami dari seorang Kuasa usaha wanita mempunyai tempat urutan setingkat tetapi setelah kelompok Kuasa-kuasa Usaha berpreseance terakhir

d. Kategori Staf Perwakilan Diplomatik

Dalam konvensi internasional selain ditentukan preseance kategori para

Kepala Perwakilan, juga ditentukan preseance bagi para anggota stafnya,

baik yang berstatus diplomatik maupun non-diplomatik, antara lain

sebagai berikut :

1) Berstatus Diplomatik :a) Duta Besar atau Duta/Ministerb) Minister Councellor c) Councellord) Sekretaris I

47

Page 51: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

e) Sekretaris IIf) Sekretaris IIIg) AtaseTiap perwakilan belum tentu mempunyai susunan lengkap semacam ini, sebab besar/kecilnya staf serta susunan tergantung pada keperluan.Untuk melihat preseance intern dalam suatu perwakilan biasanya dapat dilihat dalam Diplomatic List Perwakilan-perwakilan, yang setiap waktu tertentu diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri negara penerima, yang preseancenya disusun dan/atau ditetapkan oleh Perwakilan-perwakilan bersangkutan.

2) Berstatus Non-diplomatik Dalam suatu perwakilan dapat dikelompokkan anggota-anggota staf sebagai berikut :a) Home-based members of foreign nationality;b) Locally recruited members of foreign nationality;c) Locally recruited members of non-foreign nationalityPembagian dan urutan sebagai diatas selain penting dalam pemberian perlakuan oleh negara-negara penerima, juga untuk mengetahui preseance masing-masing.Antara ketiga golongan staf perwakilan, maka anggota staf yang mempunyai status diplomatik namanya dicantumkan dalam “diplomatik-list”, sedangkan yang non diplomatik tidak dicantumkan. Walaupun demikian pegawai-pegawai yang non-diplomatik harus juga didaftarkan pada Kementrian/Departemen Luar Negeri Negara penerima, dan diwajibkan melaporkan mutasi yang terjadi dalam perwakilannya.

e. Preseance para KonsulMenurut hukum internasional para konsul dinas konsuler tidak termasuk anggota perwakilan diplomatik dan hal ini membawa konsekwensi dalam preseance.Kebiasaan internasional umumnya memberikan preseance (jika anggota perwakilan diplomatik dan konsuler berada dalam satu tempat yang sama)1) Memberikan tempat kepada petugas konsuler tertinggi seperti

Konsul Jendral, setingkat, tetapi setelah counselor;2) Konsul diberikan tempat setingkat, tetapi setelah Sekretaris II;

48

Page 52: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

3) Konsul muda diberikan tempat setingkat, tetapi setelah Sekretaris III atau Atase;

f. Ketua Korps Diplomatik dan Arti Pengakuan terhadapnya

Tugas-tugas dari Ketua Korps Diplomatik adalah terbatas dan umumnya mengenai hal-hal yang “ceremonial” Ia adalah “penyambung lidah” (mouth-piece) korps diplomatik yang mewakili pada kesempatan-kesempatan untuk umum.Ia adalah orang yang memngetaui dan/atau mempertahankan hak-hak istimewa korps diplomatik terhadap pelanggaran hak-hak, perbuatan tak adil oleh pemerintah dimana mereka telah ditempatkan. Sebaliknya dia tidak berhak untuk menulis atau berbicara atas nama teman-teman koleganya, tanpa persetujuan mereka sebelumnya atas langkah-langkah yang akan dijalankan; termasuk juga susunan kata-kata pada tulisan atau pembicaraan yang akan diucapkan atas nama mereka.

B. PERUTUSAN LUAR BIASA

Acap kali suatu perutusan atau Misi Diplomatik/Luar Biasa yang akan dikirim kepada suatu Pemerintah (atau mungkin seseorang tamu intern Perwakilan) asing, dipercaya oleh pemerintah kepada seorang pegawai tinggi baik termasuk golongan diplomatik maupun tidak; ataupun kepada seorang tokoh yang terkemuka. Oleh karena misi semacam itu selalu berhubungan dengan suatu keadaan luar biasa, maka upacara dan/atau preseancenya mendapat penilaian istimewa dari Dinas Protokol setempat dari perwakilan-perwakilan Diplomatik.1. Perlakuan Protokol terhadap Perutusan Luar biasa

Mengingat bahwa hal misi-misi luar biasa tidak tercantum dalam “Protocol de Viene” tahun 1815, misi-misi itu tidak lah selalu dapat diberikan prioritas atas perwakilan yang secara teratur/tetap ditempat pada Pemerintah yang menyambutnya/penerimanya.a. Apabila misi Luar Biasa diundang pada suatu resepsi bersama dengan

perwakilan-perwakilan diplomatik permanen, Dinas Protokol harus mengaturnya bersama dengan/dan setahu Ketua Korps Diplomatik kalau umpamanya kepada misi luar biasa itu hendak diberikan preseance dan/atau prioritas atas Kepala-kepala Perwakilan yang diangkat secara teratur.

49

Page 53: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b. Dalam hal yang sedemikian seperti tersebut Ad. a diatas Korps Diplomatik akan dapat “mengalah” dengan kerelaan/ kesediaan hati dan sikap yang digerakkan oleh rasa sopan santun ini tidak mengurangi semua privilege yang menjadi haknya dan urutannya.

2. Hubungan Perutusan Luar Biasa dengan Kepala Perwakilan (senegara)

a. Tidak jarang bahwa hubungan-hubungan protokoler antara Perwakilan

yang diangkat secara teratur dan Ketua Misi Luar Biasa mengalami

keadaan-keadaan menyulitkan sementara memang tidak diragukan lagi,

bahwa seorang anggota pemerintahan (Menteri-menteri Negara)

nmendapat prioritas/perlakuan diatas Duta Besar, maka persoalan

perlakuan dan/atau ketua misi itu mempunyai kedudukan

hirarki/kewerdanaan yang belum jelas bagi Kepala Perwakilan sendiri.

b. Dalam hal demikian seeyogyanya atau sebaik-baiknya dimintakan

instruksi atau penjelasan dari Pusat tentang kedudukan yang hendak

mereka berikan kepada Perutusan Luar Biasa itu.

c. Sebagai patokan umum, pejabat-pejabat yang diserahi pimpinan suatu

perutusan, ditempatkan menurut kedudukan mereka di dalam negeri.

Apabila mereka menduduki jabatan pemerintahan atau mempunyai

kedudukan kehormatan yang tinggi, yang memberikan kepada mereka

suatu preseance tertentu, maka sebagai perlakuan kehormatan,

diberikan juga kepada mereka tempat yang sesuai dengan yang

diberikan kepada orang-orang lain yang pangkatnya kira-kira sama.

C. PRESEANCE DELEGASI DAN PARA ANGGOTANYA

1. Delegasi-delegasi

a. Tiap pemerintah berhak menyusun delegasi masing-masing menurut

kebijaksanaannya, baik mengenai penunjukan/pemilihan ketua delegasi

maupun yang mengenai jumlah para anggotanya.

Meskipun begitu ada suatu kepentingan yang nyata, yaitu bahwa demi

terjaminnya kelancaran jalannya perdebatan semua para Ketua delegasi

hendaknya mempunyai tingkat/gelar yang sama.

50

Page 54: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b. Dalam bagian resmi dari perundingan/konprensi, semua delegasi dianggap sama menurut hukum, mereka harus mendapatkan perlakuan yang sama dari segi pertimbangan. Para Ketua delegasi berhak atas perlakuan penghormatan yang sama/identik, baik mereka anggota pemerintahan, diplomatik, maupun petugas negara. Pertukaran pikiran juga dilangsungkan menurut prinsip persamaan ini.

c. Aturan satu-satunya untuk dituruti adalah urutan abjad dari nama Negara dalam bahasa resmi pertemuan itu. Pimpinan konprensi ditentukan menurut persetujuan sebelumnya yaitu dapa dijabat baik oleh ketua delegegasi dari Negara di mana konprensi berlangsung, maupun oleh ketua delegasi yang lain bergantian tiap hari. Untuk itu urutan abjad nama Negara, bila tidak ada ketentuan urutan lain yang disetujui sebelumnya, dapat mengatur gilirannya.

2. Urutan para Ketua/Utusana. Dalam hal-hal ini menyangkut preseance antara para utusan, maka

urutan abjad dari Negara-negara peserta, yang akan menempatkan para utusan dari Negara-negara yang sama pada tempat-tempat paling atas, tidak lagi dapaht dipakai, sehingga keadaan khusus atau faktor-faktor pribadi dari para utusan harus diperhatikan. Penggolongan kelas para delegasi diadakan menurut urutan sebagai berikut :1) Para Menteri Kabinet;2) Para Duta Besar;3) Para Duta Berkuah Penuh;4) Para Utusn yang lain.

b. Dalam resepsi-resepsi resmi, umumnya para utusan asing dan nasional, dalam jumlah yang sama, didudukan secara berselang-seling dan menurut urutan sebagai berikut :1) Para Menteri Kabinet Asing;2) Parra Menteri Kabinet Nasional;3) Utusan Asing bergelar Duta Besar;4) Pembesar-pembesar Nasional bergelar Duta Besar;5) Utusan Asing bergelar Duta Berkuasa Penuh;6) Pembesar-pembesar Nasional bergelar Duta Besar Berkuasa Penuh

dan sebagainya.

51

Page 55: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

c. Dalam keadaan seperti ini bila ada seseorang anggota pemerintah

mengetahui delegasi negaranya, maka para Duta Besar yang diakreditir

akan melepaskan tempat semula yang telah diperuntukkan bagi mereka,

berdasarkan kedudukan mereka dalam mewakili Negara/

pemerintahannya. Dalam pada itu atas dasar statusnya sebagai Kepala

Perwakilan Diplomatik, maka mereka mendapatkan hak atas tempat

kedua dalam delegasi.

d. Perwakilan diplomatik perlu mengetahui selekas mungkin susunan

delegasi-delegasi yang lain, agar supaya susunan delegasi nasionalnya

dapat disusun semirip mungkin dengan delegasi-delegasi yang lain,

untuk segera mungkin diberitahukan kepada pemerintahannya.

52

Page 56: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

IV. PRESEANCE PEJABAT DIPLOMATIK

A. TATA URUTAN INTERN

1. Pengertian Pejabat-pejabat Internasionala. Para pejabat tetap, yang bekerja pada pimpinan organisasi.

b. Mereka yang dserahi suatu tugas sementara oleh organisasi, tugas mana

dilakukan dibawah pimpinan dan pengawasan organisasi, selama

berlakunya tugas itu.

2. Urutan antar Pejabbat

a. Tiap-tiap organisasi dapat menetapkan/kategori, para pejabat tetap,

didahulukan dari para pejabat yang setingkat yang melakukan suatu

tugas sementara.

b. 1) Pada resepsi-resepsi resmi, para pejabat dikumpulkan menurut

organisasi, sesuai dengan urutan-urutan/preseance intern masing-

masing.

2) Pada resepsi duduk para pejabat internasional ditempatkan

menurut kedudukan pribadi masing-masing.

B. PRESEANCE ANTARA PARA PEJABAT INTERNASIONAL DAN PARA DIPLOMATIK 1. Terhadap para pejabat Diplomatik

a. Para Kepala Perwakilan Diplomatik, karena mewakili Negara mereka

dinegara dimana mereka ditempatkan, didahulukan dari semua pejabat

internasional.

b. Penerapan Patokan ini terhadap para pejabat kalangan tinggi

internasional seperti Sekretaris Jendral organisasi politik yang besar-

besar (PBB, NATO, Dewan Eropa dan lain-lain) adalah sangat

menyulitkan karena para pejabat tinggi internasionalpada siding-sidang

organisasi yang mereka pimpin, didahulukan dari semua Kepala

Delegasi, juga apabila mereka adalah Kepala Pemerintahan negaranya.

53

Page 57: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

c. Mengikuti Kebiasaan tentang tempat protokoler para diplomat yang

tidak menjabat sebagai Kepala Perwakilan, tetapi mempunyai pangkat

yang tinggi didalam susunan hirarki, maka para Wakil Sekretaris

Jendral PBB pada umumnya pernah menjabat sebagai pejabat

internasional ditempatkan sesudah para Duta Besar sebelumnya dalam

kedudukan sebagai pejabat internasional ditempatkan sesudah para

Duta Besar dan Kepala Perwakilan diplomatik lainnya. Halnya yang

sama berlaku atas dasar penyerasian (asimilasi), yaitu sebagai

penghormatan bagi Direktur Jendral atau Sekertaris Jenderal dari

badan-badan khusus atau organisasi internasional yang besar.

d. Para Pejabat Internasional lainnya dan para diplomat karier ditempatkan

sesudah mereka tersebut dalam ad.c, sesuai dengan pangkat mereka

masing-masing.

e. Tanpa memandang jenis wanita atau pria masing-masing ditempatkan

menurut pangkatnya. Kebiasaan diplomatik menghendaki, agar para

istri diplomat ditempakan dalam urutan yang sama dengan suaminya;

hal ini diterapkan juga para istri pejabat internasional apabila mereka

diterima bersama-sama suami mereka.

2. Terhadap Pejabat-pejabat Konsul

a. Jika tidak berlawanan dengan kebiasaan-kebiasaan setempat, maka para

pejabat internasional, pada prinsipnya didahulukan dari para konsul.

b. Paara pejabat internasional mempunyai preseance yang setingkat, tetapi

setelah para pejabat yang bertanggung jawab dalam Korps Diplomatik

sesuai tingkatannya, para pejabat diplomatik mempunyai urutan

mendahului konsul.

3. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan a. Para Pejabat suatu negara tertentu yang sedang melakukan suatu tugas

internasional, di negaranya diperlakukan seolah-olah mereka orang

asing, dalam arti bahwa mereka mendahulukan dari pada pejabat

sebangsanya yang sama pangkatnya. Hal ini berlaku apabila mereka

diterima disuatu Kedutaan Besar atau Konsulat negaranya.

b. Hendaklah salah sekali diingat peraturan/ pedoman umum tentang

perlakuan kehormatan (courtesy) yang menghendaki diberikannya

54

Page 58: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

preseance (kecuali terhadap para kepala Perwakilan diplomatik di

Negara dimana mereka ditempatkan), kepada semua orang yang datang

dari luar negeri dan kepada orang-orang asing, secara berganti-ganti

menurut kebangsaanya.

c. Kerapkali, untuk menghindarkan timbulnya persoalan antara para

Kepala Perwakilan diplomatik dan para pemimpin organisasi

internasional, maka mereka diundang pada resepsi-resepsi yang

diadakan tersendiri (terpisah).

C. PRESEANCE ANTARA PARA PEJABAT INTERNASIONAL KETUA

DELEGASI DAN PERWAKILAN TETAP

Masalah persesuaian protokoler antara para pejabat internasional dan

para wakil dari negara-negara anggota pada Organisasi-organisasi Internasional

yang bersangkutan, menjadi semakin menyulitkan dengan bertambah

banyaknya jumlah perwakilan makin bertambah banyak jumlah para anggota

perwakilan tersebut dan makin tingginya Pangkat para wakil yang dikirim

Tentang hal ini tidak ada peraturan yang tertulis, tetapi dari praktek yang telah

berlaku dapat diambil beberapa petunjuk :

1. Terhadap Perwakilan Tetap

Dalam waktu diantaranya masa-masa sidang, para Ketua Perwakilan Tetap

dan para anggota Staf mereka merupakan semacam “Korps Diplomatik”

yang diakredirtir pada organisasi itu dan perwakilan-perwakilan

Diplomatik biasa, dalam hubungan mereka dengan Pemerintah negara

dimana mereka berada dalam keaadaan normal, para Kepala Perwakilan

Tetap ditempatkan sesudah para pejabat tinggi yang memimpin

Organisasi, yaitu Dewan Pimpinan Tetap yang dipilih oleh Sidang atau

Atau Dewan jika ada, dan Direktur Jenderal atau Sekretaris Jenderal

Organisasi.

2. Urutan para Kepala Perwakilan Tetap dan para Anggota

a. Para Kepala Perwakilan Tetap, diurutkan sesuai dengan urutan yang

telah ditentukan oleh Organisasi yang bersangkutan, atau menurut

tanggal penyerahan surat-surat kepercayaan mereka.

b. Para Anggota Perwakilan Tetap lainnya, dikumpulkan menurut

pangkat mereka seperti disebut dalam surat pemberitahuan tentang

55

Page 59: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

kepangkatan mereka (Duta Besar, Duta Berkuasa Penuh Consellor,

dan sebagainya). Di antaran mereka sendiri, mereka ditempatkan

dalam masing-masing golongan, menurut tanggal mereka mulai

memangku jabatan, sesuai dengan peraturan yang dipakai dalam

Korps Diplomatik.

c. Karena Para Utusan berlainan dengan para diplomat, maka mewakili

Kepala Negara, peraturan tentang urutan-urutan hirarki yang telah

disyahkan dalam konvensi Wina 1961 tidaklah harus ditetapkan

1) Para Wakil Tetap, pada resepsi-resepsi resmi dari mana mereka

hadir, ditempatkan sesuai dengan urutan menurut abjad dari nama

Negara-negara yang mereka wakili dalam salah satau bahasa resmi

yang disetujui.

2) Diantara mereka sendiri urut-urutan ditentukan menurut tanggal

mereka mulai memangku jabatan.

3. Terhadap para Ketua Delegasi

a. Pada pertemuan-pertemuan yang dihadir oleh delegasi-delegasi yang

datang dari luar negeri yang pada umumnya diketuai oleh para pejabat

tinggi, dan ditempatkan sesuai dengan kedudukan yang diberikan

kepadanya dalam susunan delegasi seperti termuat dalam dokumen

resmi yang diberitahukan sebelumnya.

b. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pangkat pribadi dari masing-

masing Ketua Delegasi harus diperhitungkan. Atas dasar ini, maka

mereka selalu didahulukan dari para anggota delegasi lain, apapun

pangkat mereka.

56

Page 60: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

V. PENYERASIAN(Asimillasi)

GELAR/PANGKAT DIPLOMATIK-MILITER

A. POKOK-POKOK PENGERTIAN/ MAKSUD

DAN GAMBARAN PENYERASIAN

1. Maksud Penyerasian

Dalam “Praktek-praktek Protokol” Internasional maka menjadi

kebiasaan di banyak negara – untuk keperluan dan/ atau perlakuan-

perlakuan tertentu – memberikan penyerasian (asimillasi) kepangkatan/

gelar diplomatik dan militer (dianggab setingkat). Sedangkan patokan

yang dipergunakan adalah, bahwasanya Duta Besar adalah setingkat

dengan pangkat tertinggi dalam Angkatan Bersenjata, atau dengan kata

lain, setingkat pangkatnya dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata/

Panglima A.B (AD. AL. dan sebagainya)

2. Penyerasian Kepangkatan

Dengan berpatokan pada pangkat Kepala Staf/Panglima AB. Misalnya di

Indonesia berpangkat Jenderal berbintang 4 (empat), maka penyerasian

kepangkatan antara Dinas Diplomatik-Militer (Mulai Duta Besar ke

bawah), dapat digambarkan sebagai berikut :

Contoh

G A M B A R A N

Penyerasian gelar/pangkat Diplomatik Militer

Diplomatik Militer

1. Duta Besar 1. Jenderal

2. Minister 2. Letnan Jenderal

3. Minister Counsellor 3. Mayor Jenderal

4. Counsellor 4. Brigadir Jenderal5. Sekretaris I 5. Kolonel

57

Page 61: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

6. Sekretaris II 6. Letnan Jenderal7. Sekretaris III 7. Mayor8. Atase 8. Kapten

B. KEPENTINGAN-KEPENTINGAN YANG TIMBUL

1. Kepentingan Penyerasian Sebagai telah diterangkan diatas kepentingan yang pertama adalah

untuk maksud-maksud protokoler-preseance. Tetapi penggunaan lebih lanjut dan lebih penting adalah diwaktu perang. Perlakuan-perlakuan terhadap tawanan perang menurut kovensinya disesuaikan dengan tingkat kepangkatan militernya.

2. Kepentingan diwaktu PerangDalam waktu perang asimilasi kepangkatan bartambah penting

berkenaan dengan kemungkinan penangkapan dan/atau penawanan atas para pejabat luar negeri, dan perlakuan yang dipersamakannya dengan para perwira militer. Pada hakekatnya adalah diakui bahwa tawanan perang Retriksi terhadap makanan dan kemerdekaan bergerak adalah sedikit lebih bebas daripada yang dikenakan terhadap para tawanan perang. Tetapi dengan memberikan penyamaan kepangkatan militer, dapatlah pula memberikan kepada mereka sedikit-sedikit nya privilegas yang sama, dan penolakan perlakuan seperti itu dapat berakibat diajukan protes.

3. Kepentingan bagi Negara dalam masa pendudukanHubungan-hubungan Diplomatik terbatas, dalam suatu negara dalam

pada pendudukan militer, kadang-kadang diperkenankan melalui pimpinan pendudukan Militer Tertinggi.

Dengan mengingat akan deslokasi tingkat peghudupan sehabis perang, maka pemberian fasilitas/privilege- privilege terhadap golongan Perwakilan-perwakilan Asing tersebut dimudahkan/dimungkinkan dengan asimilasi kepangkatan diplomatik dengan militer.

4. Hubungan kepangkatan effektif dengan penyerasian kepangkatanAsimilasi kepangkatan adalah bersifat otomatis dan berdiri sendiri.

Dalam arti bahwa asimilasi kepangkatan militer dalam dinas diplomatik adalah terlepas daripada kepangkatan effektif yang kebetulan dipunyai oleh diplomat bersangkutan.

58

Page 62: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

C. PRESEANCE DINAS LUAR NEGERI INDONESIA

1. Tata Urutan di Departemen Luar Negeri

a. Pada prinsipnya tata-urutan di Departemen Luar Negeri adalah sama

dengan tata-urutan di Departemen lain, yaitu sesuai susunan

organik/vertikal Departeman yang berlaku, hingga tidak diatur dalam

peraturan tersendiri.

Sebagai contoh : urutan itu dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Kep. Sek. Jen. 1) Dir. Jen. (Politik, Ekon, Man.

Kom).

2) Kep. Biro 2) Kep. Direktorat

3) Kep. Sekretaris Sek. Jen. 3) Sekretaris Dit. Jen.

4) Kep. Bagian 4) Kepala Dinas

5) Kep. Sub. Bagian 5) Kep. Seksi

b. Departemen Luar Negeri, sesuai kebiasaan dibanyak negara

menempatkan urutan kepala Direktorat Protokol sebelum kepala-

kepala Direktorat yang setingkat dengannya.

c. Untuk Peristiwa-peristiwa tertentu, maka para petugas dari perwakilan

RI yang sedang ada didalam negeri, diberikan preseance dipusat

Departemen Luar Negeri yang diatur menurut keadaan dan keperluan,

karena belum/tidak diatur dalam peraturan tersendiri.

Sekedar contoh dapat digunakan digambarkan sebagai berikut :

1) Kepala Perwakilan/Duta Besar 1) Kepala Direktorat

2) Duta/Minister/Counsellor-Counsellor 2) Sek. Dit. Jen.

3) Counsellor/Sek.I/Sek. II 3) Kep. Dinas

4) Sek. II/Sek. III/Atase 4) Kep. Seksi

2. Tata Urutan di Perwakilan RI

a. Dalam hal petugas/pejabat diplomatik/ konsuler/(PDK) ditempatkan

di luar negeri, maka mereka diurutkan setelah Kepala Perwakilan.

Kepala Perwakilan atau, jika berhalangan Charge d’Affaires ad

interim/WK. kepala Perwakilan, menduduki urutan yang mendahului

semua pejabat/petugas Perwakilan Departemen-Departemen lain yang

ditempatkan di suatu negara.

59

Page 63: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

b. Petugas dengan pangkat tertinggi setelah Kepala Perwakilan atau

Charge d’Affaires adalah Wakil Kepala Perwakilan, yang menempati

urutan setelah Kepala Perwakilan.

c. Seorang petugas dengan pangkat/gelar diplomatik lebih tinggi akan

mendahului seseorang dengan pangkat/gelar lebih rendah tanpa

memandang pangkat/golongan kepegawaian dalam kedinasan didalam

negeri.

d. Jika ada lebih dari dua orang petugas dalam suatu perwakilan yang

mempunyai gelar dan/atau tingkat yang sama, maka yang dapat

menetukan adalah :

1) Kewerdanaan penempatan dalam perwakilan.

2) Jika kewerdanaan sama, dapatlah diurutkan dari penugasan

umpamanya : politik, ekonomi, penerangan, konsuler, dan

sebagainya.

3) Gaji dalam perwakilan.

4) Jika belum juga dapat ditentukan, dapatlah dilihat kepangkatan

didalam negeri.

e. Para Atase ABRI dengan asimilasi kepangkatan diplomatiknya

mempunyai urutan sama, tetapi setelah para petugas diplomatik yang

mempunyai tingkat yang sama berindukkan departemen Luar Negeri

yang mempunyai tingkat yang sama.

f. Para Atase Teknis dan Asisten Atese Teknis Perwakilan lainya, yang

mempunyai kepangkatan asimilasi diplomatik mempunyai urutan

sesuai kepangkatan.

g. Para Atase Teknis dan Perwakilan Departemen-departemen lain diluar

negeri yang tidak mempunyai pangkat asimilasi diplomatik mengikuti

para petugas diplomatik dari suatu tingkat yang sejajar kecuali jika

diatur lain tersendiri.

3. Tata Urutan Para Pejabat Diplomatik dan Konsuler

a. Dalam kedinasan Konsuler dengan adanya jabatan Kehormatan dalam

lingkungannya, dan adanya kemungkinan penugasan para petugas

Konsuler sebagai Acting Konsul Jenderal/Konsul Kepala, maka tata-

urutan diantara kedinasan konsuler sendiri adalah sebagai berikut :60

Page 64: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

1) – Konsul Jenderal– Konsul Jenderal Kehormatan

2) – Konsul Kepala– Acting Konsul Jenderal– Konsul Kehormatan– Acting Konsul Kepala

3) – Konsul4) – Konsul Muda

b. Jika para petugas Diplomatik dan konsuler hadir dalam satu tempat, mereka mendapat tata-urutan sesuai keperluan dan peristiwa karena belum/tidak diatur tersendiri. Jika tidak berlawanan dengan kebiasaan setempat, maka dapat diberikan contoh sebagai berikut :1) – Konsul Perwakilan (Duta Besar/Duta).2) – Minister.

– Konsul Jenderal/Minister.3) – Minister Counsellor.

– Konsul Jenderal/Min. Consellor.4) – Counsellor.

– Konsul Jenderal/Counsellor.– Konsul Jenderal/Kehormatan.– Konsul Kepala/Counsellor.– Acting Jenderal/Counsellor.– Konsul/Counsellor.

5) – Sekretaris I.– Konsul Kepala Sek. I – Acting Konsul Kepala.– Konsul/Sek. I

6) – Sekretaris I.– Konsul Kepala/Sek. II– Konsul Kehormatan. – Acting Konsul Kepala.– Konsul/Sek. II

7) – Sekretaris III.– Konsul Muda.

8) – Atase.– Konsul Muda/Atase.

61

Page 65: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

VI. TATA UPACARA YANG BERSUMBER DARI

TUM - ANGKATAN BERSENJATA(Skep PANGAB No. Skep/612/X/1985,8.10.85)

1. Ukuran Bendera & Tiang Bendera :

a. Ukuran Tiang Bendera di lapangan :

– 5 X Panjang Bendera

– Ukuran bendera tidak lebih besar dari 2 x 3 m.,

minimal 120 x 180 Cm

– Untuk Bendera berukuran 2 x 3 m, tiang bendera

berukuran 17 m.

b. Ukuran tiang bendera diruangan :

– Tinggi 2 m., termasuk standard 45 Cm.

– Pada ujung tiang bendera ditambahkan prisma terpotong

berisi lima setinggi 5 Cm dan prisma berisi lima setinggi 10

Cm membentuk ujung tombak.

– Tiang dibuat dari kayu dan diplitur warna coklat muda.

2. Cara mengatasi kesukaran yang terjadi pada waktu pengibaran bendera :

– Tali kerekan macet, upacara berjalan terus dan setelah selasai, kerekan

dibetulkan.

– Tali kerekan putus, anggota militer yang sedang menaikkan bendera

berusaha menangkap bendera yang jatuh dan setelah itu direntangkan

tegak lurus dengan kedua tangan sampai upacara selesai.

62

Page 66: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Kemudian bendera dilipat dan disimpan.

– Tiang bendera rebah, anggota militer yang sedang menaikkan bendera

berusaha menegakkan/menangkap tiang bendera atau kalau tidak mungkin,

bendera diambil serta direntangkantegak lurus dengan dua tangan sampai

upacara selesai.

Kemudian bendera dilipat dan disimpan.

3. Pengibaran Bendera Kebangsaan setengah tiang :

a. Pada berkabung, Bendera Kebangsaan dikibarkan setengah tiang mulai

saat penerimaan berita tentang wafat/gugurnya anggota Angkatan

Bersenjata atau lainnya yang ditentukan oleh pemerintah.

b. Apabila bendera sudah dikibarkan sebelumnya, maka bersama-sama

anggota lainnya dalam bentuk bersaf menghadap bendera.

c. Selanjutnya dibawah Pimpinan Komandan diberikan aba-aba

”KIBARKAN BENDERA SETENGAH TIANG-HORMAT SENJATA,

GERAK”, dan pada saat itu pengibar bendera dengan perlahan-lahan dan

diikuti roppel genderang menurunkan bendera dari puncak sampai dengan

setengah tiang.

– Semua anggota menyampaikan penghormatan kepada bendera.

– Komandan memnerikan aba-aba :

“Tegak senjata gerak”

– Pengibar bendera mengikatkan kembali tali bendera pada tiang

bendera.

d. Apabila bendera belum berkibar, pelaksanaannya sama seperti apabila

bendera sudah berkibar, hanya perbedaannya dinaikan terlebih dahulu

sampai puncak tiang bendera dengan diiringi lagu/tanda “Hormat senjata”

dan sesudah itu diturunkan sampai setengah tiang.

4. Pada penurunan bendera dalam keadaan bendera berkibar setengah tiang,

maka pelaksanaannya bendera dinaikkan terlebih dahulusampai puncak tiang

bendera dan sesudah itu diturunkan sampai kebawah.

63

Page 67: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

5. Bilamana penyelenggaraan upacara/parade waktunya bertepatan dengan saat

hari berkabung, maka selama upacara berlangsung, bunyi-bunyian dari Korps

Musik, Genderang dan atau Sangkakala hanya boleh diperdengarkan untuk

lagu “Indonesia Raya” waktu pengibaran bendera, dan lagu “mengheningkan

cipta”.

6. Pelaksanaan pengibaran/penurunan bendera pada tiap hari upacara yang

bertepatan dengan hari berkabung :

a. Pengibaran/Penurunan bendera dilakukan oleh kelompok pengibar

Bendera dan diikuti oleh Korsik, Genderang dan atau Sangkakala dengan

memperdengarkanlagu “Indonesia Raya” atau lagu/tanda “Hormat

Bendera” sampai puncak tiang bendera.

b. Setelah bendera berkibar sampai puncak, diturunkan perlahan-

lahan dengan diiringi reppel genderang, selanjutnya setelah bendera

sampai ditengah-tengah tiang bendera, maka Danup memberikan aba-aba

: “Tegak senjata, gerak”.

7. Upacara Bendera Bulanan/Mingguan, setiap tanggal 17/ Hari Senin :a. Upacara Bendera Mingguan dilaksanakan setiap hari Senin pada awal jam

kerja pagi.b. Upacara Bendera Bulanan setiap tanggal 17, dilaksanakan pada hari kerja

dimulai pada awal jam kerja.c. Apabila hari/tanggal 17 tersebut jatuh pada hari libur maka

penyelenggaraan upacara dilaksanakan hari kerja berikutnya.d. Upacara Mingguan setiap hari Senin tidak dilaksanakan, apabila

pelaksanaan Upacara Bendera tanggal 17 jatuh pada hari Senin tersebut atau hari-hari kerja dalam minggu itu.

e. Upacara Bendera Mingguan setiap hari Senin dan upacara bendera bulanan setiap tanggal 17 tidak dilaksanakan apabila dalam Minggu/Bulan tersebut terdapat Hari Kebangsaan Nasional, (Hari Proklamasi RI tanggal 17 Agustus, Hari ABRI tanggal 5 Oktober dan Hari Pahlawan tanggal 10 Nopember).

8. Pada Upacara Bendera Mingguan/setiap hari Senin, tidak melaksanakan

upacara :

– Pembacaan Pembukaan UUD 1945.– Pembacaan Sapta Prasetya Korpri.

64

Page 68: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

9. Setiap Upacara Bendera Mingguan dan Bulanan, IRUP tidak menyampaikan

Amanat, kecuali apabila dianggap sangat perlu atau karena adanya sesuatu

acara yang bersifat penambahan ada acara pokok.

10. Ketentuan Umum upacara di ruangan, sebagai pengganti upacara di lapangan:

a. Perangkat upacara :

– Sang Merah Putih sudah ditempatkan diatas standard.

– Lembaga kesatuan yang dihadirkan hanya yang langsung

terlibat dalam upacara tersebut.

– Danup dijabat oleh Perwira tertua dari Kesatuan tersebut dan

pakaian PDU-IV.

– Korsik/Genderang; dengan terbatasnya tempat upacara,

pasukan upacara bersenjata tidak diikut sertakan diutamakan

pasukan yang tidak bersenjata. Bil;a dianggap perlu dan tempat

memungkinkan sebagian pasukan upacar bersenjata dapat

diikut sertakan tanpa senjata.

b. Kegiatan upacara :

– Danup langsung mengambil alih Komando dan para Dan

Pasukan sudah disamping pasukan.

– Tanpa pemeriksaan pasukan.

– Tanpa Andika Bhayangkari.

– Seluruh Peserta upacara berdiri selama berlangsung nya

upacara.

11. Gambar bentuk dan ukuran “BENDERA & TIANG BENDERA “ seperti

yang dimaksud oleh 1 diatas :

65

Page 69: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

Ukuran Bendera Merah Putih :– Panjang dibanding lebar = 2 : 3– Minimal tidak lebih kecil

120 Cm x 180 Cm– Tidak lebih besar dari = 2 m x 3 m.

B. Keterangan :– Tinggi tiang = 2 m– Tinggi Standard = 45 Cm.– Garis tengah liangkaran atas = 30 Cm– Garis tengah liangkaran bawah = 50 Cm– Letak lingkaran bawah diatas tanah = 5 Cm– Garis tengah tiang = 5 Cm– Tinggi prisma atas = 10 Cm– dibuat dari kayu dan diplitur

warna coklat muda

A. Keterangan :– Tinggi tiang bendera = 17 m– Panjang Bendera = 3 m.– Lebar Bendera = 2 m

66

Page 70: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

67

Page 71: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

68

Page 72: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

69

Page 73: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional

70

Page 74: asdeksi.orgasdeksi.org/.../10/PETUNJUK-PELAKSANAAN-KEPROTOKOLAN.doc · Web viewTata tertib/sopan santun di dalam pergaulan Internasional. Pedoman tatacara pergaulan Internasional