18
Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan terkait Penyelesaian Piutang Bank BUMN dan Keuangan Negara 02 Februari 2011

02 Februari 2011

  • Upload
    seoras

  • View
    51

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan terkait Penyelesaian Piutang Bank BUMN dan Keuangan Negara. 02 Februari 2011. EXECUTIVE SUMMARY. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: 02 Februari 2011

Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan terkait Penyelesaian Piutang Bank BUMN dan Keuangan Negara

02 Februari 2011

Page 2: 02 Februari 2011

2

EXECUTIVE SUMMARY

1. Bank BUMN memiliki peran yang penting dalam industri perbankan nasional dan dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan kinerja yang meningkat. Meskipun demikian, peta persaingan di dunia perbankan nasional semakin ketat. Di sisi lain, terdapat banyak regulasi yang membatasi ruang gerak Bank BUMN. Hal tersebut diantaranya tercermin dari jumlah kredit macet yang telah dihapusbuku dengan nilai yang sangat tinggi. Hingga kuartal ke-III 2010, kredit macet yang telah dihapus buku oleh bank BUMN mencapai Rp 82,1 triliun.

2. Bank BUMN tidak dapat menyelesaikan permasalahan kredit macet secara tuntas karena bank BUMN tidak dapat melakukan penghapusan secara mutlak (hair cut atau hapus tagih) atas kredit macet tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya multitafsir atas definisi piutang negara, dimana multitafsir tersebut bersumber dari 2 (dua) UU yang saat ini masih berlaku namun memiliki definisi yang berbeda atas piutang Negara (UU 49/1960 vs UU 1/2004).

3. Pemerintah telah berupaya membantu perbankan BUMN untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelesaian kredit macet, diantaranya melalui penerbitan PP 33/2006 yang diikuti oleh PMK/87 sebagai pedoman pelaksanaannya, serta UU 47/2009 tentang APBN Tahun Anggaran 2010. Namun beberapa produk hukum dimaksud dipandang masih belum dapat menghilangkan multi tafsir atas definisi piutang negara.

4. UU 49/1960 Tentang PUPN masih mendefinisikan piutang BUMN sebagai Piutang Negara dan UU 17/2003 tentang Keuangan Negara masih mendefinisikan kekayaan negara yang dipisahkan (termasuk Bank BUMN) sebagai bagian dari keuangan negara.

5. Bank Mandiri dan Perbankan BUMN pada umumnya menyambut baik agenda Prolegnas Prioritas Tahun 2011, yaitu RUU tentang Perubahan atas UU 17/2003 tentang Keuangan Negara yang diikuti dengan revisi UU 49/Prp/1960 diharapkan dapat membantu proses harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait penyelesaian piutang bermasalah di Bank BUMN. Dengan demikian, Bank BUMN akan memiliki kesamaan level of playing field dengan Bank Swasta Nasional.

1. Bank BUMN memiliki peran yang penting dalam industri perbankan nasional dan dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan kinerja yang meningkat. Meskipun demikian, peta persaingan di dunia perbankan nasional semakin ketat. Di sisi lain, terdapat banyak regulasi yang membatasi ruang gerak Bank BUMN. Hal tersebut diantaranya tercermin dari jumlah kredit macet yang telah dihapusbuku dengan nilai yang sangat tinggi. Hingga kuartal ke-III 2010, kredit macet yang telah dihapus buku oleh bank BUMN mencapai Rp 82,1 triliun.

2. Bank BUMN tidak dapat menyelesaikan permasalahan kredit macet secara tuntas karena bank BUMN tidak dapat melakukan penghapusan secara mutlak (hair cut atau hapus tagih) atas kredit macet tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya multitafsir atas definisi piutang negara, dimana multitafsir tersebut bersumber dari 2 (dua) UU yang saat ini masih berlaku namun memiliki definisi yang berbeda atas piutang Negara (UU 49/1960 vs UU 1/2004).

3. Pemerintah telah berupaya membantu perbankan BUMN untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelesaian kredit macet, diantaranya melalui penerbitan PP 33/2006 yang diikuti oleh PMK/87 sebagai pedoman pelaksanaannya, serta UU 47/2009 tentang APBN Tahun Anggaran 2010. Namun beberapa produk hukum dimaksud dipandang masih belum dapat menghilangkan multi tafsir atas definisi piutang negara.

4. UU 49/1960 Tentang PUPN masih mendefinisikan piutang BUMN sebagai Piutang Negara dan UU 17/2003 tentang Keuangan Negara masih mendefinisikan kekayaan negara yang dipisahkan (termasuk Bank BUMN) sebagai bagian dari keuangan negara.

5. Bank Mandiri dan Perbankan BUMN pada umumnya menyambut baik agenda Prolegnas Prioritas Tahun 2011, yaitu RUU tentang Perubahan atas UU 17/2003 tentang Keuangan Negara yang diikuti dengan revisi UU 49/Prp/1960 diharapkan dapat membantu proses harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait penyelesaian piutang bermasalah di Bank BUMN. Dengan demikian, Bank BUMN akan memiliki kesamaan level of playing field dengan Bank Swasta Nasional.

Page 3: 02 Februari 2011

1.Latar Belakang

2. Permasalahan terkait penyelesaian piutang Bank BUMN

3. Usulan harmonisasi Peraturan Perundang-undangan

AGENDA

Page 4: 02 Februari 2011

© PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Perbankan BUMN memiliki peran penting dalam industri perbankan nasional

4 Sumber : SPI BI Desember 2009, ( BUSN Devisa,BUSN Non Devisa, BPD, Bank Campuran, Bank Asing)

Pangsa Kredit Perbankan Menurut Pemilik

605.8504.4

837.0893.0 660.8

256.4 287.9 356.2 470.7 545.0

439.2645.9

2005 2006 2007 2008 2009 Q3/10

52.1%

47.9%

Jumlah Bank Umum di Indonesia Total : 121

51.1% 49.7%

17.5% 23.9%

31.2% 26.2%

BUMN Non-BUMN

Non BUMNBUMN

189 T

106 T

309 T

173 T

158 T

328 T

Jenis Kredit yang disalurkan

KIKMK Konsumsi

68.6%73.6%

Page 5: 02 Februari 2011

© PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Meskipun demikian pangsa pasar perbankan BUMN cenderung menurun

5 Sumber : SPI BI; Infinancial

Pangsa Aset 3Q-2010 (Rp Triliun)

Pangsa DPK 3Q-2010(Rp Triliun)

256.4 287.9356.2

470.7544.9

605.8277.6

315.3

407.7

524.3555.6

660.8

161.6189.1

238.1

312.7337.4

392.6

2005 2006 2007 2008 2009 Q3'10BBUMN BUSN Other's

431.4

571.0669.8

783.4 774.4462.7

525.2

606.9

701.7

781.1891.7

233.8

281.5

332.9

381.8

408.6

478.0

480.4

2005 2006 2007 2008 2009 Q3'10BBUMN BUSN Other's

565.6 621.2742.0

847.6946.0 974.9

571.2

663.0

768.7

883.5

955.6

1103.0

333.0

409.6

475.8

579.5

600.4

683.2

2005 2006 2007 2008 2009 Q3'10BBUMN BUSN Other's

36.5%37.9%35.5%

36.9% 36.3% 36.0%

38.2%37.3%

38.2% 37.8%39.7% 36.1%

36.70%36.70%38.50%

37.40% 37.80%36.30%

Pangsa Kredit 3Q-2010 (Rp Triliun)

Market share bank BUMN Market share bank BUMNMarket share bank BUMN

Page 6: 02 Februari 2011

6

Equity Bank BUMN( Rp Tn)

ROA dan Laba Bank BUMN(% - Rp Tn)

CAR (%)

58.9 62.6 67.3 68.877.9

100.9

2005 2006 2007 2008 2009 Q3'10

Ekuitas Bank BUMN mengalami pertumbuhan…

…seiring dengan peningkatan produktivitas laba…

…mengakibatkan rata-rata CAR Perbankan BUMN terus tergerus

13.5 12.817.9 20.0

23.3

28.8

2005 2006 2007 2008 2009 Q3'10

19.421.2

17.9

14.3 13.8 14.0

2005 2006 2007 2008 2009 Q3'10

2.222.54 2.76 2.72 2.71

3.02

Sumber : Statistika Perbankan Indonesia, Bank Indonesia

Hal serupa terlihat pada CAR Perbankan BUMN yang juga cenderung menurun

Page 7: 02 Februari 2011

© PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Selain itu, banyak bank swasta nasional yang beralih kepemilikannya kepada pihak asing

Posisi per Desember 2009 :

10 Biggest Bank in Indonesia*As of 31 /12/2009Total Asset Rp billion

% Total Asset Banking Ind Majority Shareholder

Mandiri 375,239 15.00% 66.76% Rep. Indonesia

BRI 318,447 12.73% 56.77% Rep. Indonesia

BCA 283,182 11.32% 45.58% Hartono Family

BNI 226,911 9.07% 76.36% Rep. Indonesia

CIMB Niaga 106,889 4.27% 77.24% CIMB Group

Danamon 96,806 3.87% 67.61% Temasek

Panin 76,270 3.05% 45.92% Panin Life 38.48% ANZ

BII 58,737 2.35% 98.51% Maybank

BTN 58,481 2.34% 72.92% Rep. Indonesia

Permata 56,213 2.25% 44.51% StanChart

7

10 Biggest Bank in Indonesia*

Sumber : SPI BI Posisi Desember 2009, tidak termasuk BPR; UBS

• Jumlah total asset 10 bank terbesar di Indonesia mencakup 66.24% total asset perbankan nasional

• 5 dari 10 bank terbesar merupakan bank swasta yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pihak asing

Page 8: 02 Februari 2011

© PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Di sisi lain, Bank BUMN dihadapkan pada regulasi yang lebih ketat dibandingkan dengan perbankan swasta

8

Perbankan BUMN tidak memiliki kesetaraan Level of Playing Field dibandingkan Bank Swasta

Lingkup Pengelolaan Perusahaan Secara Umum

Lingkup Pengelolaan Perusahaan Dimana Pemerintah Sebagai Pemegang Saham

Lingkup Pemeriksaan & Korupsi BUMN

UU No. 40/ 2007 tentang Perseroan Terbatas UU No. 8/ 1995 tentang Pasar Modal UU No. 7/1992 jo. UU No. 10/1998 tentang

Perbankan

UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara UU No.19/2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

UU No. 20/ 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi UU No.15/2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan

UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas UU No.8 /1995 tentang Pasar Modal UU No. 7/1992 jo. UU No. 10/1998 tentang

Perbankan

Lingkup Penyelesaian Kredit Bermasalah

UU No.49/Prp/1960 mengenai Panitya Urusan Piutang Negara

Bank Swasta

Sumber : Bank Mandiri Analysis

Page 9: 02 Februari 2011

2.Permasalahan terkait penyelesaian piutang Bank BUMN

1. Latar Belakang

3. Usulan harmonisasi Peraturan Perundang-undangan

AGENDA

Page 10: 02 Februari 2011

1010

Hal ini tergambar dari jumlah kredit macet hapus buku (off B/S) Bank BUMN yang masih tinggi jika

dibandingkan dengan BUSN Devisa..

40.046.0 47.9

12.4 15.620.6

84.879.4

101.2

83.8 79.3 82.1

2005 2006 2007 2008 2009 Q3'10

BUSN Devisa BBUMN

Salah satu dampak regulasi yang membatasi Bank BUMN adalah sulitnya penyelesaian kredit macet yang telah dihapusbuku

Sumber : Statistika Perbankan Indonesia, Bank Indonesia

(Rp.Tn)(Rp.Tn) UU No.1/2004 pasal 1 angka 6

Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

UU No. 49/Prp/1960 pasal 8Piutang Negara ialah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau Badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.Penjelasan pasal 8 ayat b:terhutang kepada badan-badan yang umumnya kekayaan dan modalnya sebagian atau seluruhnya milik Negara, misalnya Bank-bank Negara, PT, PT Negara, Perusahaan-perusahaan Negara, Yayasan Perbekalan dan Persediaan, Yayasan Urusan Bahan Makanan dan sebagainya. Hutang pajak tetap merupakan piutang Negara, akan tetapi diselesaikan tersendiri dengan Undang-undang Penagihan Pajak Negara dengan surat paksa.

…dikarenakan masih terdapatnya multitafsir atas definisi piutang negara

VSVS

Page 11: 02 Februari 2011

Change Management OfficeChange Management Office

11

Untuk itu pada tahun 2006 Pemerintah telah menerbitkan PP 33/2006 dan PMK 87/2006 untuk membantu penyelesaian NPL di Bank BUMN

Merupakan revisi atas PP No. 14/ 2005 tentang Tata Cara Pengurusan Piutang Negara.

• Menegaskan bahwa piutang BUMN bukan merupakan bagian dari piutang negara

• Penyelesaian piutang BUMN dilakukan sesuai koridor hukum korporasi yaitu UU Perseroan Terbatas, UU BUMN dan UU Pasar Modal

• Penerbitan PP 33/2006 telah memperkaya opsi penyelesaian NPL di bank BUMN

Merupakan revisi atas PMK no. 31/ 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian, dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/ Daerah, dan Piutang Perusahaan Negara/ Daerah.• Pengurusan, pengelolaan, dan penyelesaian piutang

Perusahaan negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan UU PT dan UU BUMN

PP No. 33/ 2006

PMK No. 87/ 2006

• PP 33/2006 mengacu pada definisi Piutang Negara sesuai UU No 1/2004 ttg Perbendaharaan Negara, sementara piutang negara pertama kali didefinisikan dalam UU 49/Prp/1960 ttg PUPN.

• Beberapa pihak berpendapat bahwa definisi piutang negara adalah berdasarkan peraturan perundangan yang terbaru sesuai adagium Lex Posterior Derogat Legi Priori (ketentuan yang baru mengesampingkan ketentuan yang lama),

• Namun pihak penegak hukum dan pemeriksa menyatakan bahwa adagium tersebut tidak dapat digunakan karena UU 10/2004 tentang Perubahan Peraturan Perundang-undangan mengatur bhw jika terdapat perubahan suatu UU maka pasal yg menggantikan harus eksplisit menyatakan mengganti pasal yg lama.

PP 33/2006 belum dapat menghilangkan multitafsir atas definisi piutang negara

Page 12: 02 Februari 2011

12

Pasal 4:(5) Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN di bidang usaha perbankan, penyelesaian

piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan dilakukan sesuai dengan UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No 19 Tahun 2003 tentang BUMN beserta peraturan pelaksanaannya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

Penjelasan ayat 4 :• Sambil menunggu dilakukannya perubahan Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang

Negara, dan dalam rangka mempercepat penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan, dapat dilakukan pengurusan piutangnya melalui mekanisme pengelolaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

• Sedangkan terkait dengan pemberian kewenangan kepada RUPS, penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan didasarkan pada ketentuan perundang-undangan di bidang badan usaha milik negara.

Pasal 4:(5) Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN di bidang usaha perbankan, penyelesaian

piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan dilakukan sesuai dengan UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No 19 Tahun 2003 tentang BUMN beserta peraturan pelaksanaannya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

Penjelasan ayat 4 :• Sambil menunggu dilakukannya perubahan Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang

Negara, dan dalam rangka mempercepat penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan, dapat dilakukan pengurusan piutangnya melalui mekanisme pengelolaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

• Sedangkan terkait dengan pemberian kewenangan kepada RUPS, penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan didasarkan pada ketentuan perundang-undangan di bidang badan usaha milik negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009

Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009

Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

UU APBN 2010 juga tidak memberikan definisi yang baru tentang piutang negara dan tetap tidak dapat menghilangkan multitafsir atas definisi Piutang Negara

Selanjutnya pada tahun 2009, Panitia Anggaran DPR dan Pemerintah melalui UU No 47/2009 telah menyetujui pemberian kewenangan penyelesaian NPL perbankan BUMN dengan mengacu pada hukum korporasi

Page 13: 02 Februari 2011

3. Usulan harmonisasi Peraturan Perundang-undangan

1. Latar Belakang

2. Permasalahan terkait penyelesaian piutang Bank BUMN

AGENDA

Page 14: 02 Februari 2011

Change Management OfficeChange Management Office

14

Untuk dapat menghilangkan multi tafsir atas pengertian Piutang Negara diperlukan revisi terhadap UU 49/1960

• Memberikan keleluasaan kepada Bank BUMN dalam penyelesaian NPL sebagaimana dilakukan oleh Bank-bank Swasta.• Bank BUMN dan Bank Swasta akan memiliki level playing field yang sama karena perundang-undangan yang mengatur bank BUMN

akan sama dengan regulasi yang mengatur bank swasta yaitu UU Perbankan, UU PT dan UU Pasar Modal bagi BUMN yang telah go public, termasuk dalam penyelesaian kredit bermasalah.

• Bank BUMN dapat segera menyelesaikan NPL termasuk untuk penyelesaian kredit macet yang telah dihapusbukukan. • Bank BUMN akan lebih optimal lagi dalam menjalankan fungsi intermediasi, tidak terdapat kekhawatiran dari bankir BUMN dalam

pengelolaan kredit sepanjang menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan, mengedepankan GCG serta tidak ada conflict of interest.

Dampak terhadap perbankan BUMN

Bunyi pasal 8(tetap seperti semula)

Penjelasan pasal 8Dengan piutang Negara dimaksudkan hutang yg:a. (Tetap seperti semula)b. terhutang kepada badan-badan yang umumnya kekayaan dan modalnya sebagian atau seluruhnya milik Negara, misalnya

Bank-bank Negara, PT, PT Negara, Perusahaan-perusahaan Negara, Yayasan Perbekalan dan Persediaan, Yayasan Urusan Bahan Makanan dan sebagainya, namun tidak termasuk Perusahaan Negara/Daerah dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Hutang pajak tetap merupakan piutang Negara, akan tetapi diselesaikan tersendiri dengan Undang-undang Penagihan Pajak Negara dengan surat paksa.

Usulan Revisi Pasal 8 UU 49/Prp/1960 tentang Panitya Urusan Piutang Negara

Page 15: 02 Februari 2011

Change Management OfficeChange Management Office

Di samping itu, diperlukan revisi atas UU 17/2003 tentang Keuangan Negara untuk mendukung upaya harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait penyelesaian NPL Bank BUMN

• Diharapkan dapat lebih memberi penegasan bahwa kekayaan Bank BUMN yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan tidak termasuk dalam cakupan keuangan negara melainkan kekayaan dari perseroan itu sendiri.

• Dengan demikian, kerugian yang mungkin terjadi di Bank BUMN adalah kerugian perusahaan dan bukan kerugian negara.• Pengelolaan kekayaan negara yang telah dipisahkan dan ditanam di Bank BUMN dilakukan oleh Bank BUMN yang diatur dalam UU

40/2007 Tentang PT dan UU 19/2003 Tentang BUMN dan masuk ke ranah hukum privat (perdata).

Dampak terhadap perbankan BUMN

Bunyi Pasal 2Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi :g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa

uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, namun tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan Negara/ perusahaan Daerah Badan Usaha Milik Negara/Daerah.

Usulan Revisi Pasal 2 huruf g UU 17/2003 tentang Keuangan Negara

15

Page 16: 02 Februari 2011

End of Document

Page 17: 02 Februari 2011

Appendix

Page 18: 02 Februari 2011

Jumlah kredit macet hapus buku (off B/S) di Bank Mandiri (posisi Q3’10)

8.22

24.6432.86

Masih ditangani Bank Mandiri

Total Telah diserahkan

ke DJKN

8.22 2.715.51

Total > Rp.5Ms/d Rp.5M

24.64 3.58

21.06

> Rp.5Ms/d Rp.5MTotal

XXX Jumlah accountJumlah account

(Rp.Tn)(Rp.Tn)

84,518 84,138 380 22,634 22,459 175**

* Tidak termasuk jumlah nasabah kartu kredit* Tidak termasuk jumlah nasabah kartu kredit