Upload
fadjarad
View
153
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pentingnya Rancangan Umum Penanaman Modal bagi daerah telah diteladani oleh Aceh yang menyusun RUPM dengan baik.
Citation preview
2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved
Mendorong Peningkatan Daya Saing EkonomiMelalui Investasi
Direktorat Perencanaan Industri Manufaktur
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)29 Agustus 2013, Banda Aceh
Indonesia Investment Coordinating Board
1
2
GAMBARAN UMUM TARGET INVESTASI 2010 - 2014
RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL (RUPM) DAN PEDOMAN PENYUSUNAN RUPMP / RUMPK
DAFTAR ISI
5 ISU DAN TANTANGAN DALAM PERCEPATAN REALISASI INVESTASI
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
3
I. GAMBARAN UMUM TARGET INVESTASI 2010 - 2014
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
4
Target Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi RPJMN 2010 2014 (sudah ditetapkan)
Pemerintah menjadikan investasi sebagai pilar pokok pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan
6,3 6,8% setiap tahun selama 5 tahun (2010 2014).
Proyeksi
2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan ekonomi (%)
5,5-5,6 6,0-6,3 6,4-6,9 6,7-7,4 7,0-7,7
Pertumbuhan Investasi (%)
7,2-7,3 7,9-10,9 8,4-11,5 10,2-12,0 11,7-12,1
Kebutuhan Investasi(Rp triliun)
1.894,1 2.111,1 2.144,5 2.348,8 2.465,0 2.619,9 - 2.788,4 2.939,2 - 3.168,0
Peran Pemerintah (Rp triliun dan % dari total
kebutuhan investasi)
220,0 (11,6%)
272,9 - 274,5
(12,8-12,9%)
329,9 336,6
(13,7-14%)
417,8 433,1
(15,5-15,9%)
525,6 552,5
(17,4-17,9%)
Peran Swasta(Rp triliun dan % dari total
kebutuhan investasi)
1.674,1
(88,4%)
1.838,2 1.870,0
(87,1-87,2%)
2.019,0 2.128,4
(86-86,3%)
2.202,1 - 2.355,3
(84,1-84,5%)
2.413,6 - 2.615,5
(82,1-82,6)
Sumber: RPJMN 2010-2014 (diolah dari kerangka Ekonomi Makro 2010-2014)
Catatan: Total Kebutuhan Investasi: Rp 12.460 Triliun Peran Investasi Pemerintah: Rp 1.816,7 Triliun (14,6%) Peran Investasi Swasta: Rp 10.643,3 Triliun (85,4%) Investasi Swasta berasal dari PMA/PMDN Skala Besar, Investasi sektor Migas dan Pertambangan, Investasi Jasa
Keuangan, serta Investasi UMKM dan Koperasi
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
5
PMTB TOTAL
Rp 3.958,6 triliun(US$ 430,3 miliar)
PMTB Swasta (dalam dan luar negeri)
Lembaga keuanganBelanja modal pemerintah
Belanja modal rumah tangga
Skala besar: PMA + PMDN yang dikelola BKPM / PDPPM / PDKPM) (PMA ~80%)
Skala besar: investor domestik + asing sektor migasdan pertambangan (asing > domestik)
Skala kecil dan menengah: investor domestik yang dikelola olehPemda (PDPPM/PDKPM*)
201032% PDB**Rp 6.422,9 T
201438,5% PDB
Rp 10.280,9 T
Data APBN-P 2010, Asumsi: US$ 1 = Rp 9.200
SUMBER: BAPPENAS, BPS, BI & BKPM, diolah (2009), berdasarkan asumsi dari tabel Financial Social Accounting Matrix /FSAM (2005) dan dari data PDB 2011)
22%
Rp. 2.065,2 triliun(US$ 224,5 miliar)
58,3%
7%58,1%
6%
13,9%
10,7%
24%
2010
Rp 1.204,0 triliun(US$ 130,9 miliar)
10,1%
18%
30,2%
2014
Rp 2.299,9 triliun(US$ 250,0 miliar)
12,8%
14,1%
31,2%
58,3%58,1%
*) PDPPM = Perangkat Daerah Provinsi di Bidang Penanaman ModalPDKPM = Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Bidang Penanaman Modal
**) Realisasi
Rp 208,5 triliun(US$ 22,6 miliar)
Rp 506,9 triliun(US$ 55,09 miliar)
Elemen PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dalam PDB 2010-2014(Proyeksi setelah revisi Renstra BKPM 2010-2014)
PMTB SWASTA
Investasi Swasta 28,1% (2010) dan 26,9% (2014) mencakupPMA+PMDN dan investasi skala besar (domestik+asing) di
sektor migas hulu dan pertambangan
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
6
6.010.3
14.910.8
16.219.3
24.5
14.7
2006 2008 2010 2012
20.834.9
20.4
37.8
60.676
92.2
60.5
2006 2008 2010 2012
Realisasi Investasi: Tahun 2012 dan Semester I Tahun 2013
160.1
(17.8)
240.0
(26.6)
283.5
(31.5)
390.3
(43.3)
506.9
(56.3)
208.5 (23.1)
251.3
(27.9)
313.2
(34.8)
192.8
(21.4)
2010 2011 2012 2013 2014Target Realization
Realisasi Investasi & Target
Sumber: BKPM, 2013
Catatan:
Target realisasi investasi berdasarkan Renstra PenanamanModal 2011-2014 (perubahan).
Realisasi Investasi tahun 2012 mencapai Rp. 313,2 Trn(110,5% dari target tahun 2012).
Semester 1/2013: realisasi investasi mencapai Rp 192,8 Trn(49,4% dari target tahun 2013), terdiri dari: PMA Rp 132,2 Trn(USD 14,7 miliar) dan PMDN Rp 60,5 Trn.
PMA (USD miliar)
PMDN (Rp Trn)
Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000
Rp Trn (USD miliar)
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
7
Realisasi Penanaman Modal Tahun 2012 dibanding periode sama Tahun 2011: Sumber Pembiayaan dan Persebaran
Januari Desember 2012
PMARp. 221,0 T
(70,6%)
PMDNRp. 92,2 T
(29,4%)
PMARp. 175,3 T
(69,8%)
PMDNRp. 76,0 T
(30,2%)
Januari Desember 2011
Januari Desember 2011 Januari Desember 2012
JawaRp. 148,1 T
(58,9%)
Luar JawaRp. 103,2 T
(41,1%)
JawaRp. 175,6 T
(56,1%)
Luar JawaRp. 137,6 T
(43,9%)
Performa Investasi
Indonesia Investment Coordinating Board
REALISASI INVESTASI TAHUN 2012: Sektor, Lokasi, dan Asal Negara
Sektor:
5 BESAR SEKTOR (PMDN)
1. Ind Makanan Rp. 11,2 T (12,1%)
2. Ind Mineral Non Logam Rp. 10,7 T (11,6%)
3. Pertambangan Rp. 10,5 T (11,5%)
4. Tanaman Pangan & Perkebunan Rp. 9,6 T (10,4%)
5. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi Rp. 8,6 T (9,3%)
5 BESAR SEKTOR (PMA)
1. Pertambangan US$ 4,3 M (17,3%)
2. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi US$ 2,8 M (11,4%)
3. Ind Kimia Dasar, Barang Kimia & Farmasi US$ 2,8 M (11,3%)
4. Ind Logam Dasar, Barang Logam, Mesin & Elektronik US$ 2,5M (10,0%)
5. Ind Alat Angkutan & Transportasi Lainnya US$ 1,8 M (7,5%)
Lokasi:
5 BESAR LOKASI (PMDN)
1. Jawa Timur Rp. 21,5 T (23,3%)
2. Jawa Barat Rp. 11,4 T (12,3%)
3. DKI Jakarta Rp. 8,5 T (9,3%)
4. Kalimantan Timur Rp. 5,9 T (6,4%)
5. Jawa Tengah Rp. 5,8 T (6,3%)
Asal Negara:
5 BESAR ASAL NEGARA (PMA)
1. Singapura US$ 4,9 M (19,8%)
2. Jepang US$ 2,5 M (10,0%)
3. Korea Selatan US$ 1,9 M (7,9%)
4. Amerika Serikat US$ 1,2 M (5,1%)
5. Mauritius US$ 1,1 M (4,3%)Sumber: BKPM, 2012
5 BESAR LOKASI (PMA)
1. Jawa Barat US$ 4,2 M (17,1%)
2. DKI Jakarta US$ 4,1 M (16,7%)
3. Banten US$ 2,7 M (11,1%)
4. Jawa Timur US$ 2,3 M (9,4%)
5. Kalimantan Timur US$ 2,0 M (8,2%)
Indonesia Investment Coordinating Board
Perkembangan Rata-rata Investasi Sektoral, periode tahun 2008-2012
0
20
40
60
80
100
120
Primer Sekunder Tersier
08-10 ave 10-12 ave
Realisasi Investasi(dalam Rp triliun)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Tanaman pangan Peternakan Pertambangan
08-10 ave 10-12 ave
Investasi Sektor Primer (dalam Rp triliun)
0
5
10
15
20
25
Makanan & Minuman Tekstil Kertas, Brg dr Kertas & Percetakan
Kimia Dasar, Brg kimia & Farmasi
Karet, Brg dr karet & Plastik
Mineral non logam Logam Dasar, Brg logam, Mesin &
Elektronika
08-10 ave 10-12 ave
Investasi Sektor Industri, 7 sektor terbesar(dalam Rp triliun)
*) Data realisasi investasi, 2008-2012Sumber: BKPM, 2013, diolah.
Indonesia Investment Coordinating Board
Profil Penanaman Modal Provinsi NAD
NILAI INVESTASI(Rp triliun)
%
Listrik, gas, dan air 1,01 42,32
Pertambangan 0,89 37,06
Industri makanan 0,23 9,57
Tanaman pangan dan perkebunan
0,19 7,74
Industri mineral non logam 0,03 1,40
SEKTOR UTAMA PENANAMAN MODAL2008-Tw3/2012Rencana dan Realisasi Investasi,
Tahun 2008 2012Satuan dalam Rp Triliun
0
5
10
15
20
25
30
2008 2009 2010 2011 2012
Rencana Realisasi
Tahun
RencanaInvestasi
Realisasi Investasi
Investasi Proyek Investasi
2008 14,65 0 0
2009 4,22 3 0,08
2010 2,66 18 0,09
2011 24,54 45 0,48
2012 2,52 11 1,74
0.01%
12.95%
0.18% 0.01%2.38%
0.46%
84.00%
Korea Selatan
Malaysia
Australia
Amerika Serikat
Inggris
Belanda
British Virgin Islands
NEGARA POTENSIAL PENANAMAN MODAL2008-Tw3/2012
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
11
II. RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL (RUPM) DAN PEDOMAN PENYUSUNAN RUPMP / RUPMK
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
12
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN), UU No 17/2007
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Umum PenanamanModal (RUPM)
Dokumen PerencanaanPembangunan Jangka Panjang
Lainnya*
Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN)
Rencana StrategisKementerian/Lembaga
Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Keterangan *)1. Kebijakan Industri Nasional
(Perpres No. 28/2008)2. Kebijakan Energi Nasional
(Perpres No. 5/2006)3. Pengembangan Komoditas
Unggulan Pertanian4. MP3EI (Perpres No. 32/2011)5. Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional (PP No. 50/2011)
6. Cetak Biru PengembanganSistem Logistik Nasional(Perpres No. 26/2012)
7. Dll.
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Tata Hubungan antara RUPM dengan Dokumen Perencanaan Nasional Lainnya
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
13
UU No. 25/2007 UU No. 25/2004
RPJP/RPJMN/RPJMD
RUPM
RUPMP
RUPMK
RENSTRA K/L
RENSTRA SKPD Prov
RENSTRA SKPD
Kab/Kota
RENJA K/L
RENJA SKPD Prov
RENJA SKPD Kab/Kota
Rencana Umum Penanaman Modal Rencana Pembangunan di bidangPenanaman Modal
KeteranganRPJP = Rencana Pembangunan Jangka PanjangRPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalRPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahRenstra K/L = Rencana Strategis Kementerian/LembagaRenja = Rencana Kerja
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Tata Hubungan antara RUPM-RUPMP-RUPMK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
14
ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi
4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment)
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK)
6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal
7. Promosi Penanaman Modal
RUPM
2025Sampai dengan
7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman ModalRencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
15
7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal
Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal Pusat dan Daerah* Pengaturan Bidang Usaha yang Tertutup dan yang Terbuka dengan Persyaratan Pengaturan Persaingan Usaha Pengaturan Hubungan Industrial Pengaturan Sistem Perpajakan dan Kepabeanan.
*)
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal
Pengembangan pusat-pusat ekonomi, klaster-klaster industri danpembangunan infrastruktur*.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis (a.l: pola pendekatanKEK, pengembangan koridor ekonomi Indonesia);
Pengembangan sumber energi yang bersumber dari energi baru & terbarukan(EBT) di luar Pulau Jawa;
Percepatan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa denganmengembangkan pola KPS dan non KPS yang diintegrasikan dengan rencanapenanaman modal untuk sektor tertentu yang strategis .
Pemberian fasilitas, kemudahan, dan insentif penanaman modal di luar PulauJawa.
*)
1. Penguatan kelembagaan penananam modal daerah:o Penyelengaraan PTSP Bidang Penanaman Modalo Pelimpahan kewenangan penyelengraan perizinan dan non perizinan PM
kepada PTSP2. Harmonisasi dan Penyederhanaan Peraturan Daerah terkait penanaman modal
khususnya perizinan dan non perizinan
1. Target kuantitatif dan upaya yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalandengan daerah lain
2. Target kuantitatif dan upaya penyebaran investasi di Daerahnya agar lebihmerata sesuai potensinya
Rencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
16
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi
Menetapkan bidang pangan, infrastruktur, dan energi sebagai isu strategis dalam pengembangan kualitas dan kuantitas penanaman modal*
Pengembangan pangan, infrastruktur dan energi harus selaras dengan upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, mandiri, serta mendukung kedaulatan Indonesia dalam pelaksanaannya.
Pengembangan pangan, infrastruktur, dan energi harus ditunjang oleh pembangunan pada sektor baik primer, sekunder, dan tersier.
*)
Pengembangan penanaman modal menuju pengembangan ekonomi hijau (green economy). Sinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup, khususnya program
pengurangan emisi gas rumah kaca sektor kehutanan, transportasi, industri, energi, danlimbah, serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati.
Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, sertapemanfaatan potensi sumber EBT.
Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan secara lebihterintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir;
Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan daya dukung lingkungan. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang mendorong
upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup.
4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (green investment)
7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal
Menentukan Sektor dan Wilayah yang dikembangkan dengan mempertimbangkan FokusNasional Ketahanan Pangan, Infrastruktur, dan Energi serta sejalan dengan MP3EI dan RTRWNasional dan Daerah. Jika daerah tersebut tidak sesuai untuk mengembangkan pangan danenergi maka setidak-tidaknya dalam pengembangan investasinya tidak mengorbankanwilayah pertanian pangan produktif dan mempertimbangkan efisiensi, ketersediaan danrencana pengembangan energi dan infrastruktur.
Rencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
17
7. PromosiPenanamanModal
Promosi penanaman modal melalui penyebarluasan informasi potensi dan peluangpenanaman modal secara terfokus, terintegrasi, dan berkelanjutan
Penguatan image building sebagai negara tujuan penanaman modal.
Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus, terarah dan inovatif;
Kegiatan promosi dilaksanakan untuk pencapaian target investasi yang telah ditetapkan;
Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal dengan seluruhkementerian/lembaga terkait di Pusat maupun di Daerah;
Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara pro-aktif.
7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal
Pemberian Insentif diberikan untuk mendorong daya saing dan mempromosikankegiatan penanaman modal yang strategis dan berkualitas, dengan menekankan padapeningkatan nilai tambah, peningkatan penanaman modal di sektor prioritas danpengembangan wilayah.
Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan padaIndustri Pionir dan Prioritas Tinggi
Mempertimbangkan klasifikasi wilayah dalam rangka mendorong persebaran danpemerataan Penanaman Modal;
Pemerintah daerah dapat memberikan insentif berupa pajak daerah dan kemudahanlainnya.
Kebijakan dasar penanaman modal diarahkan pada pemberdayaan dan perlindunganUsaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK).
Terdapat 2 Strategi besar yaitu : Strategi Naik Kelas, meningkatkan usaha UMKMK menjadi usaha dengan skala
lebih besar; Strategi Aliansi Strategis, memperkuat keterkaitan dalam berbagai bidang usaha
menjadi supporting industry dan memiliki standarisasi.
6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif
5.Pemberdayaan UMKMK
Rencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
18
PENETAPAN PEMBERIAN FASILITAS,
KEMUDAHAN, DAN INSENTIF
PERTIMBANGAN EKSTERNAL Strategi negara pesaing, Intensitas persaingan merebut
Foreign Direct Investment (FDI) Praktek terbaik internasional Komitmen internasional
PERTIMBANGAN INTERNAL Strategi/kebijakan pembangunan
ekonomi dan sektoral; Kepentingan pengembangan wilayah; Tujuan pemberian
fasilitas, kemudahan, dan insentif; Pengaruh (importance) dari sektor
yang bersangkutan dari segiketerkaitan dengan sektorlain, besaran sektor secaraekonomi, penyerapan tenaga kerja;
Sinkronisasi dengan kebijakan lain yang terkait.
PERLUNYA PEMBERIAN FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN
INSENTIF
PRINSIP DASAR Efisiensi administratif; Efektif; Sederhana; Transparan; Keadilan; Perhitungan dampak
ekonomi (analisis B/C). Jangka waktu
KRITERIA KEGIATAN PENANAMAN MODAL Pionir; Prioritas tinggi; Menyerap banyak tenaga kerja; Pembangunan infrastruktur; Melakukan alih teknologi; Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah
perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu; Menjaga kelestarian lingkungan hidup; Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; Bermitra dengan UMKMK; Menggunakan barang modal dalam negeri.
KRITERIA KLASIFIKASI WILAYAH Wilayah maju; Wilayah berkembang; Wilayah tertinggal.
KOMBINASI
FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN INSENTIF MENURUT KEGIATAN PENANAMAN MODAL Pionir;Prioritas Tinggi.
FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN INSENTIF MENURUT WILAYAH Wilayah maju; Wilayah
berkembang; Wilayah
tertinggal.
Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman ModalRencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
19
JENISFASILITAS,KEMUDAHANINSENTIF
Jenis fasilitas, kemudahan dan insentif yang disediakan Provinsi/Kabupaten/Kota sesuaikewenangannya dalam mendukung fokus pengembangan
FASILITAS DARI PUSAT :
a. fasilitas fiskal berupa tax allowanceb. pembebasan bea masuk atas imporc. pembebasan pajak penghasilan badand. pengurangan pajak penghasilan badane. PTSP di Bidang Penanaman Modalf. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
FASILITAS INSENTIF DAN KEMUDAHAN DARI DAERAH (PP NO. 45 TAHUN 2008) :
a. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;b. pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;c. pemberian dana stimulan; dan/ataud. pemberian bantuan modal.e. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;f. penyediaan sarana dan prasarana;g. penyediaan lahan atau lokasi;h. pemberian bantuan teknis; dan/ataui. percepatan pemberian perizinan.
Jenis fasilitas, kemudahan dan insentif yang disediakanRencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
20
Mendorong kelompok
industri yang cepat
menghasilkan bahan baku / setengah jadi bagi industri
lainnya, penunjang
infrastruktur
Quick Wins and
Low Hanging
Fruits
Fokus pada percepatan
pembangunan infrastruktur
fisik, diversifikasi dan konversi
energi serta peningkatan kualitas SDM
yang dibutuhkan
Infra-struktur
dan Energi
Pengembangan industri skala
besar yang terintegrasi
(upstream -> downstream)
Industri Skala Besar
Pengembangan investasi
berteknologi tinggi maupun
inovasi teknologi tinggi
Know-ledge based Econo-
my
Roadmap Implementasi Penanaman Modal
FASE I FASE II FASE III FASE IV
2025Sampai dengan
Catatan : Fase dapat berlangsung secara paralel dan simultan
Rencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
21
Pelaksanaan RUPM
1. Kementerian/LPNK menyusun kebijakan terkait penanaman modal mengacu RUPM.
2. Pemerintah Provinsi menyusun RUPMP mengacu RUPM dan prioritas pengembangan
potensi Provinsi. Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun RUPMK mengacu
RUPM, RUPMP, dan prioritas pengembangan potensi Kabupaten/Kota.
3. RUPMP ditetapkan oleh Gubernur dan RUPMK ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
4. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RUPMP dan
RUPMK, dapat berkonsultasi kepada BKPM.
5. BKPM, dengan melibatkan Kementerian/LPNK dan Pemerintah Daerah
terkait, melakukan evaluasi pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif
penanaman modal yang diberikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Langkah-Langkah
Rencana Umum Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
22
Sosialisasi RUPM di lebih dari21 daerah:1) Batam (7kab/kota)2) Sulawesi Selatan (24 kab/kota)3) Kalimantan Selatan (13 kab/kota)4) NTB (10 kab/kota)5) Jawa Timur (38 kab/kota)6) Jawa Tengah (35 kab/kota)7) Kalimantan Timur (14 kab/kota)8) Jambi (11 kab/kota)9) Riau (12 kab/kota)10) DIY (5 kab/kota)11) Kota Tangerang Selatan12) NAD13) Sulawesi Barat (5 kab)14) Sulawesi Utara (6p, 30kab/kota), dll.
Menerima konsultasi 67daerah 29 provinsi, 38 kab/kota
Status Penyusunan RUPMP oleh 33 provinsi*
1
9
11
4
6
3
Belum teridentifikasi
Belum dianggarkan TA2013
Dianggarkan TA2013
Naskah akademis
Pembahasan rancangan
Telah ditetapkan
427
51
11
2
7
Belum teridentifikasi
Belum dianggarkan TA2013
Dianggarkan TA2013
Naskah akademis
Pembahasan rancangan
Status Penyusunan RUPMK oleh 497 kab/kota**
Data per 26 Agustus 2013.*) Data termasuk Prov Kalimantan Utara yang baru dibentuk.**) Data tidak termasuk 11 Kab baru terbentuk, yaitu: Pangandaran, Pesisir Barat, Manokwari Selatan, Arfak. Selebihnya 7 Kab baru dalam proses pengundangan.
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Latar Belakang Penyusunan Pedoman Teknis
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
23
Pemerintah
Pem. Prov
Pem. Kab/Kota
RUPM
Pendahuluan Asas & Tujuan Visi & Misi Arah kebijakan Peta Panduan
RUPMP
RUPMK
Arah kebijakan
Arah kebijakan
Peta Panduan
Peta Panduan
Visi & Misi
Visi & Misi
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Kerangka Kebijakan (Framework)
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
24
Pokok Pengaturan
TEKNIS PENYUSUNANSUBSTANSI
PENANAMAN MODALADMINISTRATIF
Mengatur:1) Alur Pikir penyusunan
RUPMP dan RUPMK2) Tahapan penyusunan
RUPMP dan RUPMK3) Perumusan Konsep RUPMP
dan RUPMK4) Penyusunan dan penetapan
RUPMP dan RUPMK5) Jangka waktu penyusunan6) Evaluasi RUPMP dan RUPMK7) Fasilitasi/Bimbingan
Penyusunan
Mengatur:1) Latar belakang2) Maksud dan tujuan3) Sasaran4) Tata Hubungan RUPM-
RUPMP-RUPMK dengandokumen perencanaan lain
5) Arah Kebijakan PM diDaerah
6) Peta Panduan (Roadmap) ImplementasiRUPMP/RUPMK
Mengatur:1) Rumusan Naskah RUPMP dan
RUPMK2) Pembiayaan3) Pendistribusian RUPMP dan
RUPMK4) Lampiran II Format Peta Panduan
(Roadmap) ImplementasiRUPMP/RUPMK
5) Lampiran III Format RencanaFasilitasi Realisasi PM yang Strategis dan Cepat Menghasilkan
A. Batang TubuhB. Lampiran:
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
25
1. Pengertian2. Maksud dan tujuan pedoman penyusunan3. Arah Kebijakan Penanaman Modal Daerah dan Naskah
RUPMP/RUPMK4. Penyusunan dan penetapan5. Pembiayaan6. Jangka Waktu Penetapan
Batang TubuhPerka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
26
- Potensi dankondisi umum
- Kontribusipenanamanmodal bagidaerah (aspekekonomi, sosialdan budaya)
- Kondisikelembagaan
Kriteria arahan
Analisis spasial
Arahanindikatif
Kebutuhanruang/wilayahIsu strategis
REALITAS & POTENSI ANALISIS KAWASAN
Target penana
manmodal
VISI & MISI
Posisipenting
penanamanmodal dalam
pembangunan daerah
Strategi & Kebijakan
KONDISI YG DIINGINKAN
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Alur Pikir
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
27
Pelaksanaankajian
Kajian lama
Dokumenperencanaan
nasional
NaskahAkademis
Persiapan
RancanganRUPMP/ RUPMK
PenetapanRUPMP/ RUPMK
Pembahasan
Dilaksanakanmelalui: rapatinterdinas, FGD, ujipublik, dll.
RumusanRUPMP/RUPMK
Keterangan:*) RUPMP/RUPMK ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
Penetapan*
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Tata Cara Penyusunan
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
28
I PENDAHULUANII ASAS DAN TUJUANIII VISI DAN MISIIV ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL PROVINSI atau KABUPATEN/KOTAV PETA PANDUAN (ROADMAP) IMPLEMENTASI RUPMP/RUPMKVI PELAKSANAAN
Lampiran Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP atau RUPMK Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yang Strategis dan yang Cepat
Menghasilkan.
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Rumusan RUPMP dan RUPMK
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
29
Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP dan RUPMK
1) Merupakan penjabaran alternatif rencana aksi pencapaian visi dan misi dalam bentuk penetapanarahan kebijakan, strategi, dan target, dengan tetap memperhatikan ciri khas dan karakteristik dimasing-masing provinsi atau kabupaten/kota.
2) Diselaraskan dengan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPM dan disusun dengan jangka waktuhingga tahun 2025. Tahapan pelaksanaan setiap 5 (lima) tahunan dimulai tahun 2015 2019, tahun2020 2025.
3) Menggunakan bentuk format Lampiran II dari Peraturan ini.
Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yangStrategis dan yang Cepat Menghasilkan
1) Merupakan penjabaran rencana teknis percepatan realisasi proyek penanaman modal.2) Disusun oleh daerah yang memiliki rencana proyek penanaman modal strategis.3) Disusun dan dievaluasi setiap 2 (dua) tahun dan dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri, Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gubernur, dan Bupati/Walikota terkait.4) Menggunakan bentuk format Lampiran III dari Peraturan ini.
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP dan RUPMK serta Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yang Strategis dan yang Cepat Menghasilkan
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
30
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Bentuk Format Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP dan RUPMK
Visi : [Diisi visi RUPMP / RUPMK]Misi : [Diisi misi RUPMP / RUPMK]
No Fokus PengembanganPenanaman Modal
Jangka Pendek
2014 2015
JangkaMenengah
2014 2019
Jangka Panjang
2020 2025
I Bidang Pangan Diisi dengan arahkebijakanpenanamanmodal daerah
Diisi dengan arahkebijakanpenanamanmodal daerah
Diisi dengan arahkebijakanpenanamanmodal daerah
Bidang Infrastruktur
Bidang Energi
II [Diisi dengan sektorunggulan/prioritas daerah]
Keterangan:*) Pemda menetapkan minimal 1 sektor unggulan/prioritas yang akan dikembangkan dalam jangka
panjang hingga 2025, dengan tetap memperhatikan ketahanan pangan daerah, upaya penyediaan danperbaikan infrastruktur, dan jaminan ketersediaan listrik.
**) Arah kebijakan penanaman modal daerah mengacu 7 arah kebijakan penanaman modal.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
31
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Bentuk Format Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yang Strategis dan yang Cepat Menghasilkan
No Proyek Kondisi saat ini PermasalahanPokok
Langkah-langkahpemecahan
permasalahan
1 [Diisi profil proyek yang memuat:(i) Jenis Proyek(ii) Lokasi(iii) Status(iv) Nilai investasi(v) Bidang Usaha(vi) Produksi(vii) Lahan(viii) Tenaga kerja(ix) Rencana produksi komersial(x) Kontak poin
Diisi denganperkembanganterakhir proyekyang memuatinformasi:- Data perizinan
penanamanmodal
- Data perizinandaerah
- Status tahappelaksanaanproyek
Diisi denganpermasalahanyang dihadapidalam rangkarealisasi proyek
Diisi denganlangkah-langkahPemdamemfasilitasipemecahanpermasalahandalam rangkapercepatan realisasiproyek
dst
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
32
RUPMP ditetapkan oleh Gubernur, dan RUPMK ditetapkanoleh Bupati/Walikota
RUPMP ditetapkan oleh Peraturan Gubernur, dan RUPMK ditetapkan oleh PeraturanBupati/Walikota.Mengingat dokumen RUPMP dan RUPMK merupakan dokumen perencanaan jangka panjanghingga tahun 2025 yang memerlukan konsistensi dan kesinambungan dalam pelaksanaanpembangunan di daerah, maka Pemerintah Daerah dapat menetapkan melalui PeraturanDaerah.
Jangka Waktu Penetapan
RUPMP dan RUPMK disusun dan disahkan paling lama 2 (dua) tahun sejak Perkadiundangkan.
Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Penetapan dan Jangka Waktu Penetapan RUPMP / RUPMK
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
33
III. ISU DAN TANTANGAN DALAM RANGKA PERCEPATAN REALISASI INVESTASI
Indonesia Investment Coordinating Board
Optimalisasi Realisasi Investasi
Total 48 proyek rencana investasi sektor industri manufaktur Rp. 359,8 Triliun (20 proyek) dalam tahap penjajagan maupun yang telah melakukan MoU atau LoI dengan BKPM atau kementerian teknis terkait.
0100200300400500600700800900
1000
2008 2009 2010 2011 2012
Rencana Realisasi
Tahun Rencana Realisasi
P I P I
2008 3.523 500,3 1.383 154,5
2009 3.079 406,5 1.474 135,1
2010 3.289 442,7 3.951 208,5
2011 5.366 701.0 5.655 251,3
2012 6.179 868,3 5.789 313,2*) Asumsi kurs USD 1- = Rp. 9.000,-
Sumber : BKPM, diolah 2012
Perkembangan Rencana dan Realisasi Investasi , Tahun 2008 2012
Satuan dalam Rp triliun
Rencana = Rp. 2.781,4 TRealisasi = Rp. 1.062,6 T (38,2%)Belum terealisasi = Rp. 1.718,8 T (61,8%)
Indonesia Investment Coordinating Board
Optimalisasi Realisasi Investasi . (contd)
Realisasi InvestasiTahun 2008 2012
(Rp Triliun)
0
20
40
60
80
100
120
140
2008 2009 2010 2011 Tw3/2012
Primer Sekunder Tersier
0
20
40
60
80
100
120
140
2008 2009 2010 2011 Tw3/2012
Rencana Realisasi
Sektor Primer (Rp Triliun)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2008 2009 2010 2011 Tw3/2012
Rencana Realisasi
0
50
100
150
200
250
2008 2009 2010 2011 Tw3/2012
Rencana Realisasi
Sektor Sekunder (Rp Triliun) Sektor Tersier (Rp Triliun)
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
36
Potensi Realisasi Investasi PMDN dan PMA di 6 Koridor Ekonomi Indonesia (Periode 2008 2012)
Isu & Tantangan Dalam Rangka Percepatan Realisasi Investasi
Sumber: BKPM, 2013
0.0
500.0
1,000.0
1,500.0
2,000.0
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali & NT Maluku & Papua
Rencana Realisasi
Rencana= Rp. 526,6 TRealisasi= Rp. 111,3 T (21%)Stock= Rp. 415,4 T (79%)
Rencana= Rp. 1.618 TRealisasi= Rp. 655,4 T (41%)Stock= Rp. 962,5 T (59%)
Rencana= Rp. 374,1 TRealisasi= Rp. 107,1 T (29%)Stock= Rp. 267 T (71%)
Rencana= Rp. 105,2 TRealisasi= Rp. 46,0 T (44%)Stock= Rp. 59,2 T (59%)
Rencana= Rp. 105,5 TRealisasi= Rp. 28,5 T (27%)Stock= Rp. 77 T (73%)
Rencana= Rp. 94,6 TRealisasi= Rp. 30,6 T (32%)Stock= Rp. 64 T (68%)
Indonesia Investment Coordinating Board
-0.9
-0.4
-1.3 -1.3
-2.1
0.0
-0.4-0.4-0.2
-1.0
-0.6
-1.4
-0.1
-2.5
-2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
Dunia AS Eropa Cina India ASEAN-5 Indonesia
Okt'11-Okt'12 Jan'12-Jan'13
Ketidakpastian ekonomi global, mendorong perubahan ramalan ekonomi 2013...
Economic Forecasters 2013
ING 6,5
Credit Suisse 5,6
Danareksa Securities 6,5
Bank Danamon 6,3
BBVA 6,4
Citigroup 6,3
OCBC Bank 6,5
Nomura 6,3
HSBC Economics 6,1
BofA-Merrill Lynch 6,0
Standard Chartered 6,5
Goldman Sachs Asia 6,4
Econ Intelligence Unit 6,3
JP Morgan Chase 3,5
Consensus (Rata2) 6,1
IMF 6,3
WorldBank 6,3
ADB 6,6
OECD 6,2
Bank Indonesia 6,3-6,7
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dikisaran 5,7 - 6,5%, konsensus 6,1%.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global (%)
Tingkat deviasi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif rendahdibandingkan negara/wilayah lain.
WEO - IMF
2012 2013
Jul12 Okt12 Jan13 Okt11 Jan12 Apr12 Jul12 Okt12 Jan13
GDP
Dunia 3,5 3,3 3,2 4,5 3,9 4,1 3,9 3,6 3,5
AS 2,0 2,2 2,3 2,5 2,2 2,4 2,3 2,1 2,0
Eropa (0,3) (0,4) (0,4) 1,5 0,8 0,9 0,7 0,2 (0,2)
Cina 8,0 7,8 7,8 9,5 8,8 8,8 8,5 8,2 8,2
India 6,1 4,9 4,5 8,1 7,3 7,3 6,5 6,0 5,9
ASEAN 5 5,4 5,4 5,7 5,8 5,6 6,2 6,1 5,8 5,5
INA 6,5 6,0 n.a. 6,7 n.a. 6,1 6,6 6,3 n.a.
VolTrade
Dunia 3,8 3,2 2,8 6,4 5,4 5,6 5,1 4,5 3,8
Indonesia Investment Coordinating Board
Pertumbuhan ekonomi Indonesia: tinggi dan stabil
6.3 6.04.6
6.2 6.5 6.5
14.2
9.6 9.210.4
9.28.2
10.0
6.2 6.6
10.6
7.2 6.96.6
4.2
1.1
7.6
3.7 4.2
6.15.2
-0.3
7.5
2.7 3.0
5.0
2.6
-2.3
7.8
0.1
5.5
8.5
5.2
-7.8
4.3 4.3 4.0
-10
-5
0
5
10
15
20
2007 2008 2009 2010 2011 2012%
Indonesia China India Philippines Brazil Thailand Russia
Sumber: MOF, IMF, World Economic Outlook
Pertumbuhan PDB Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia vs BRIC vs negara Asia Tenggara
4.7
0.8
4.93.6
4.5 4.8 5.05.7 5.5
6.3 6.04.6
6.2 6.5 6.5 6.8
7.5 8.2 7.8
-13.1
-15
-10
-5
0
5
10
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
%
Ekonomi Indonesia tumbuh secara kontinu sejak tahun 2000, pada tahun 2011 tumbuh 6,5%.
Menjaga pertumbuhan sejalan dengan kapasitas, tahun 2012 tumbuh 6.23% dan diharapkan tumbuh 6,8% tahun 2013.
Konsisten melampaui BRIC dan negara Asia Tenggara.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
39
Optimisme Investasi Indonesia ditengah Ketidakpastian Perekonomian Global
Kontraksi ekonomi yang terjadi di beberapanegara maju, menyebabkan sumberpertumbuhan global tidak bisa lagi berasal dariAdvanced Countries
Perlu sumber pertumbuhan dari negara lain agarekspor dari Eropa dan Amerika dapat diserap:
DEVELOPING COUNTRIESSumber Pertumbuhan Baru: Asia (Greater
China, Greater India, & ASEAN)
Dari 3 Kawasan tersebut, perekonomian Chinadan India mengalami perlambatan, sehingga yangdiharapkan menjadi sumber pertumbuhan baruadalah ASEAN.
INVESTASI AKAN MENGALIR KE INDONESIA
Dari perspektif investor, apabila terdapat uanglebih di Eropa dan AS, dan uang tersebut tidakdapat ditempatkan di negara tersebut (Cost ofFund tinggi dan negative spread), maka investorakan mencari negara yang memiliki pertumbuhantinggi (return relatif tinggi), yaitu Asia.
Diantara negara Asia, yang pertumbuhan palingtinggi adalah ASEAN. Diantara negara anggotaASEAN, Indonesia merupakan negara denganpertumbuhan ekonomi tertinggi; 48% dari pasarASEAN; dan 42% dari populasi ASEAN.
1
23
Indonesia Investment Coordinating Board
Tantangan 1: Perubahan Paradigma Gas sebagai bahan baku industri
No Kendala/Permasalahan Perkembangan terakhirupaya fasilitasi
Rekomendasipenyelesaian
1 Kepastian pasokan gas alam bagi industri
Isu: Beberapa proyek memerlukan kepastianpasokan baku gas alam, a.l: Ferrostaal AG (17t), Orica Ltd (9t), PT PUSRI (18t), proyek industrilainnya.
Penjelasan:Total kebutuhan gas bagi industri adalah2.767,32mmscfd, terdiri dari kebutuhan gas bagi 17sektor industri manufaktur 1.520,74 mmscfd sertaIndustri pupuk & petrokimia sebesar1.246,32mmscfd.
Menurut data FIPGB, realisasi pasokan gas bagiindustri tahun 2010 hanya mencapai 584 mmscfddari janji Pemerintah 801mmscfd.
Sementara setiap tahun pertumbuhan pemakaiangas untuk industri mencapai 14 - 20%.
Surat Ka BKPM ke Menteri ESDM No. 551/A.1/2010 tanggal 9 November 2010.
Surat Deputi BidangPerencanaan PM keGubernur Papua Barat No. 73/A.4/2011 tanggal 20 April 2011.
Surat Kemenko BidangPerekonomian No. S-263/D.IV. MEKON/12/211) tanggal 9 Desember 2011.
Surat Menteri Perindustrianke Menteri ESDM No.561/M-IND/12/2011, tanggal 21 Desember 2011.
Koordinasi teknis dan lobby Pimpinan Tingkat Tinggiuntuk mengupayakanpemenuhan pasokan gas bagi sektor industrimanufaktur terutamaproyek2 strategis danprioritas.
Indonesia Investment Coordinating Board
Tantangan 2: Perlu pemberian fasilitas terhadap Investasi Strategis
No Kendala/Permasalahan Perkembangan terakhirupaya fasilitasi
Rekomendasipenyelesaian
2 Fasilitas fiskal dan nonfiskal penanamanmodal
Isu: Perlu fasilitas fiskal, baik fasilitas bea masuk, tax allowance (TA), maupun tax holiday (TH) sertafasilitas non-fiskal terkait arus masuk-keluar bahanbaku dan barang jadi, a.l: PT. Krakatau Posco (54t), PT. Petrokimia Butadiene Indonesia (1.5t)*, PT. Unilever Oleochemical Indonesia (1.4t)*, PT. Nippon Shokubai Indonesia (3t), dll.
Penjelasan:Beberapa proyek mengajukan fasilitas TA dan THdalam rangka penanaman modal.
Beberapa proyek sedang menjajagi kemungkinanmendapat fasilitas TA dalam rangka pembangunan/pengembangan industri terkait penanaman modal.
Sejak tahun 2007 2012, Pemerintah telahmemberikan fasilitas TA bagi 79 proyek (BKPM,2012)
Hingga saat ini BKPM telahmemfasilitasi 4 perusahaanyang bermaksud untukmengajukan fasilitas TH.
Perlu koordinasi intensifdengan KemenPerindustrian dan KemenKeuangan untukmengupayakan pemberianfasilitas fiskal TA/TH, terutama bagi proyek skalaprioritas tinggi dan strategisserta memberikan dampaksignifikan bagiperekonomian nasional.
Indonesia Investment Coordinating Board
Tantangan 3: Meningkatnya kebutuhan lahan industri
No Kendala/Permasalahan Perkembangan terakhirupaya fasilitasi
Rekomendasipenyelesaian
3 Pemenuhan kebutuhan lahan industri
Isu: Teridentifikasi kebutuhan lahan untuk industri2.644,8 Ha (LHF 2012-2014), adapun total hinggatahun 2020 mencapai 3.304,8 Ha.
Penjelasan:Berdasarkan data diatas, telah teridentifikasikebutuhan lahan1) Sumatera: 25 Ha (1 proyek)2) Jawa: 1.048 Ha (10 proyek)3) Bali-NT: -4) Kalimantan: 1.500 Ha (1 proyek)5) Sulawesi-Maluku Utara: 405 ha (1 proyek)6) Papua-Maluku: 526 ha (2 proyek)
Hingga saat ini pemerintahdaerah sedangmengupayakan pembukaanlahan industri baru, terutama di Jawa.
Harga tanah lahan industridi Jawa sangat tinggi dikisaran rata2 USD 110 180/m2 (lihat tabel).
Lahan industri di luar Jawamasih kurang menarikminat investor (kecuali bagiproyek yang memilikikarakteristik natural resources based) karenakurangnya dukunganinfrastruktur pelabuhandan akses jalan.
Perlu koordinasi denganKemen Perindustrian, Kemen Keuangan danpemerintah daerah.
Indonesia Investment Coordinating Board
Tantangan 4: Peningkatan Pelayanan Penanaman Modal
Percepatan pembentukan PTSP Bidang Penanaman Modal di seluruh Provinsi danKabupaten/Kota
Implementasi Perpres No 27 Tahun 2009 tentang PTSP Bidang Penanaman Modal dan Percepatan penyusunanRUPMP dan RUPMK sebagai implementasi dari Perpres No. 16 Tahun 2012 tentang RUPM, serta StandarPelayanan Minimum (SPM) Bidang Penanaman Modal di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Hingga saat ini, telah terbentuk PTSP Bidang Penanaman Modal di 33 provinsi, dan di 268 kabupaten/kota dan yang menerapkanSistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di 105 kab/kotaa. Kejelasan pelimpahan kewenangan penerbitan izin usaha bidang ketenagakerjaanb. Pelimpahan kewenangan penerbitan perizinan penggunaan TKA bagi perusahaan penanaman modal, atau implementasi atas
surat Menakertrans No. B.433/MEN/SJ-HK/XII/2009 tanggal 15 Desember 2009 perihal Pemberian Perizinan Penggunaan TKAoleh Perusahaan Penanam Modal (saat ini telah ada pejabat Kemenakertrans di PTSP BKPM, tetapi belum diberikankewenangan penuh untuk menendatangani perizinan tenaga kerja asing)
c. Penempatan Pejabat Imigrasi di PTSP BKPM untuk penerbitan visa kerja TKAd. Pelimpahan kewenangan kepada PDPPM (5 Provinsi)e. Pelimpahan kewenangan kepada PDKPM (11 Kabupaten/kota)f. PDKPM (65 kabupaten/kota)g. Implementasi SPIPISE di Provinsi (11 Provinsi)h. Implementasi SPIPISE di Kabupaten/Kota (50 Kabupaten/kota)i. Implementasi tracking system di Provinsi (22 Provinsi)j. Implementasi tracking system di Kabupaten/Kota (66 Kabupaten/kota)
Indonesia Investment Coordinating Board
Tantangan 5: Perbaikan Infrastruktur
No. Proyek Instansi Penanggung JawabInvestasi
(Juta US$)
1. Tanah Ampo Cruise Terminal Ministry of Transportation 2.1
2. Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Toll Road Toll Road Agency 614
3. Soekarno Hatta Airport Manggarai Railway Ministry of Transportation 1,100
4. Bandung Solid Waste Management Bandung Municipal Government 80
5. Southern Bali Water Treatment Facility Bali Provincial Government 43.5
6. Southern Banten Airport Banten Provincial Government 213.61
7. Batam Solid Waste Management Batam Municipal Government 22.5
8. West Semarang Water Supply Semarang Municipal Government 93.75
9. South Sumatera 9 Mine Mouth Coal Fired Steam Power
Plant (2x600 MW)PT PLN 1,560.0
10. South Sumatera 10 Mine Mouth Coal Fired Steam Power
Plant (1x600 MW)PT PLN 780.8
11. Tanjung Priok Access Toll Road Toll Road Agency 612.5
12. Pondok Gede Water Supply, Bekasi Bekasi Municipal 22.43
13. Surakarta Water Supply Surakarta Municipal 4.89
14. Surakarta Municipal Solid Waste Final Disposal and
Treatment FacilitySurakarta Municipal 30
15. Kertajati International Airport Ministry of Transportation 800
16. Jambi Power Coal Fired Stram Power Plant (2x400MW) PT PLN 1040.2
17. Pandaan Malang Toll Road Ministry of Public Works/BPJT 293.2
18. Cileunyi-Sumedang-Dawuan Toll Road Ministry of Public Works/BPJT 621
19. Expansion of Tanjung Priok Port (Cilamaya) Ministry of Transportation 1032.36
20. Pekanbaru-Kandis-Dumai Toll Road Ministry of Public Works/BPJT 844.6
INFRASTRUKTUR: 20 Proyek Terpilih yang Siap Ditawarkan Tahun 2012 - 2014 dengan Skema KPS
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
45
1. Mengemas informasi tentang proyek infrastrukturyang siap ditawarkan sehingga menarik bagiinvestor, termasuk menetapkan:
a. Proyek KPS yang akan dijadikan pionir(proyek showcase) dan target penyelesaianmasing-masing proyek showcase sampai didapatkannya pendanaan (financial close);
b. Rencana aksi dan peran dari tiap pemangkukepentingan terkait proyek showcase.
2. Mencari dan mengidentifikasi investor yang potensialdan menawarkan proyek infrastruktur kepada investor tersebut.
3. Memfasilitasi pemasaran proyek infrastruktur yang siap ditawarkan tersebut melalui kegiatan antara lain :
market sounding; road show; dan business forum.
4. Memfasilitasi kerjasama dengan para calon investor dan dukungan Pemerintah
5. Menyampaikan daftar para calon investor dan dokumenpenunjang kepada penanggungjawab proyek kerjasama diKementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah (contracting agency) untuk diproses lebih lanjut.
6. Memfasilitasi penerbitan perizinan dan nonperizinan yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek KPS melaluiPelyanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang PenanamanModal.
7. Melakukan monitoring atas pelaksanaan rencana aksi danpemenuhan target dari tiap pemangku kepentinganterkait proyek showcase.
8. Melakukan koordinasi penyelesaian permasalahan yang ditemui terkait proyek showcase (clearing house agent).
MOU antara Menkeu, Kepala Bappenas dan Kepala BKPM : BKPM Sebagai Front Office
Berdasarkan MoU antara Menteri Keuangan, Kepala Bappenas dan Kepala BKPM, BKPM memilikitugas dalam percepatan KPS infrastruktur sebagai berikut:
Indonesia Investment Coordinating Board
Tantangan 6: Kepastian Hukum terkait Lahan
Percepatan Penyelesaian Peraturan-peraturan Tentang RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota danPercepatan Penyelesaian Masalah Penggunaan Lahan BUMN dan Lahan Tanaman pangan
Catatan: Baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota masih dibawah 50%
a. Percepatan status HGU PTPN III menjadi HPL untuk lahan KEK di Sei Mangkei, Sumatera Utara
b. Penyelesaian penggunaan lahan PTPN bagi proyek jalan tol KPS Medan-Tebing Tinggi
c. Kejelasan mengenai moratorium konversi lahan pertanian dikaitkan dengan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota
Percepatan Penyelesaian Masalah Tumpang Tindih Lahan dan Ijin Lokasi
Catatan: Banyaknya terjadi kasus tumpang tindih antara lahan perkebunan dengan pertambangan, areal konsesi Kontrak Karya dengan lahan hutan, dan areal konsesi Kontrak Karya dengan Kuasa Penambangan yang diterbitkan oleh Bupati.
Contoh: Pertambangan nikel di Sulteng (PT. Sulawesi Cahaya Mineral , industri smelter - US$ 3-5B ) memerlukan status Clean and Clear dari Kementerian ESDM atas IUP yang berlokasi di Sultrauntuk dapat mulai eksplorasi.
Perlu mengefektifkan Tim-Tim Nasional yang telah dibentuk khususnya untuk memutuskan masalah tumpang tindih lahan dan ijin lokasi.
LAHAN DAN RTRW
Indonesia Investment Coordinating Board
Tantangan 7: Peningkatan Kapasitas SDM
Percepatan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja terampil (skilled labor).
Catatan: percepatan pelaksanaan program
a. Reaktivasi dan modernisasi Balai Latihan Kerja (BLK)
b. Peningkatan jumlah Politeknik /Sekolah Tinggi Kejuruan di berbagai daerah disesuaikanpotensi investasi unggulan daerah
c. Peningkatan jumlah lulusan bidang science dan engineering di berbagai PTN/PTS
Penyempurnaan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pengupahan
Perlunya pengaturan kenaikan upah yang terukur sehingga memberikan kepastian usaha bagiiklim investasi khususnya yang padat karya
Antara lain peningkatan fungsi Lembaga Tripartit (Karyawan, Pengusaha, dan PemerintahDaerah), dan pengaturan kembali ketentuan pengupahan: jangka waktu penetapanUMR, rincian cakupan UMR, ketentuan upah sundulan (kenaikan upah bagi karyawanlama), tunjangan perumahan buruh, dan pesangon
TENAGA KERJA
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
48
Sektor Sektor yang Didorong Bagi Penanaman Modal
Sumber: BKPM, 2012
1. Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (valueadded) dalam rangka program hilirisasi ataupengolahan lanjutan produk sektorpertambangan, pertanian, perikanan dankehutananContoh: industri smelter, industri pengolahan lanjutan CPO, pengolahan
lanjutan kakao dan pengolahan lanjutan hasil perikanan.
2. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masihdiimpor sangat tinggi sebagai barang modal danbahan baku untuk pendukung industri lainnya(substitusi impor barang modal dan barang baku)Contoh: industri komponen otomotif, industri kimia dasar dan industripermesinan
3. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masihdiimpor sangat tinggi sebagai konsumsi masyarakatIndonesia (substitusi impor barang konsumsi)Contoh: seperti industri ICT dan industri fashion.
4. Sektor-sektor infrastruktur yang pembangunannyadidorong oleh pemerintah melalui pola KPSContoh: renewable energy (energi baru dan terbarukan), pembangunan
jalan tol, pelabuhan udara dan laut, penyediaan air minum, pengolahansampah dan pembangunan rel kereta api.
5. Sektor-sektor yang berorientasi ekspor denganmenggunakan bahan baku dan barang modal imporyang relatif kecil.
6. Sektor Pariwisata
sektor-sektor
Untuk menjaga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)agar tetap positif, maka Investasi Indonesia akandiarahkan pada:
Dibutuhkan penyikapan yang cepat:1. Percepatan pemberian fasilitas fiskal yang
telah ditetapkan2. Fasilitasi secara terpadu3. Perhatian dukungan infrastruktur4. Perubahan sikap memandang
Gas, Minerba, dan produk pertanian sebagai trade commodity menjadi raw material for industry and power
Indonesia Investment Coordinating Board
DEFISIT NILAI PERDAGANGAN SEIRING TUMBUHNYA REALISASI INVESTASI
*) Data impor BBP dan BM sampai dengan semester I 2012 Sumber: Kemendag, 2013, diolah.
-50
0
50
100
150
200
250
2007 2008 2009 2010 2011 2012*
Neraca Perdagangan(dalam USD miliar)
Ekspor Impor Surplus
8.43
16.11
13.31
18.78
23.66
0.39 0.58 0.45 0.92 1.032.64
4.58
6.68 7.228.42
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
2007 2008 2009 2010 2011
Barang Modal (Kecuali Alat Angkut)
Mobil Penumpang
Alat Angkut untuk Industri
Data Impor Barang Modal(dalam USD miliar)
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
0.0
20,000.0
40,000.0
60,000.0
80,000.0
100,000.0
120,000.0
140,000.0
2007 2008 2009 2010 2011 2012*
Impor BBP & BM vs Investasi
Bahan Baku Penolong Barang Modal Investasi
Neraca perdagangan mengalami defisittahun 2012 sebesar USD 1,6 miliar.
Tren kenaikan realisasi investasi (24%) diikuti dengan tren kenaikan impor bahanbaku (18%) dan barang modal (26%).
Impor barang modal didominasi olehimpor barang modal (kecuali alat angkut) lebih dari 50%.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
50
TERIMA KASIH
Invest in...
2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved
KONTAK KAMIBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190P.O. Box 3186, IndonesiaP : +62 21 5292 1334F : +62 21 5264 211E : [email protected]
INDONESIA INVESTMENT PROMOTION CENTER (IIPC)