Upload
nadya-putri-utami
View
60
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN
DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKANKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Disampaikan pada:Penyusunan RUKD Pemda Se-Prov.Kepulauan Riau
BATAM 5 Desember 2013
SLAMET RIYADI, S.H., M.H.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
2
Hal-hal yang diatur antara lain:
a.Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Usaha Penunjang Tenaga Listrik.
b.Pembagian Kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah.
c.Tarif tenaga listrik dapat ditetapkan secara berbeda di setiap daerah dalam suatu wilayah usaha.
d.Wilayah Usaha.
e.Hak/Kewajiban Pemegang Izin Usaha Penyedian Tenaga Listrik dan Konsumen.
PENDAHULUAN
Dirumuskan sebagai pengganti UU No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, dengan mempertimbangkan antara lain: tuntutan perkembangan keadaan, perubahan dalam kehidupan masyarakat, dan melaksanakan amar putusan Mahkamah Konstitusi.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
3
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah
Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerentahan Daerah Kabupaten/Kota
UU No. 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan
Daerah
UU No. 30 Tahun 2009tentang
Ketenagalistrikan
Iklim Investasiyang Kondusif
Dilaksanakan restrukturisasi pola usaha (tidak ada lagi PKUK)
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Dilakukan oleh BUMN, BUMD, swasta,
koperasi, dan swadaya masyarakatdimana BUMN diberikan PRIORITAS
Good Governance
INDUSTRI KETENAGALISTRIKAN
NASIONAL YANGEFISIEN DAN MANDIRI
Pengaruh MakroEkonomi
Badan Usaha Jasa dan Industri Penunjang Tenaga Listrik
Yang berkembang, unggul dan credible
Badan Usaha Penyediaan TenagaListrik yang Bertumbuh Kembang,
Unggul dan Credible
POLA PIKIR
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
4
ASAS DAN TUJUAN (1)
Asas pembangunan ketenagalistrikan:1. manfaat,2. efisiensi berkeadilan,3. berkelanjutan,4. optimalisasi ekonomi dalam pemanfaatan sumber
daya energi,5. mengandalkan pada kemampuan sendiri,6. kaidah usaha yang sehat,7. keamanan dan keselamatan,8. kelestarian fungsi lingkungan, dan9. otonomi daerah.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
5
ASAS DAN TUJUAN (2)
Tujuan pembangunan ketenagalistrikan:
Penyediaan tenaga listrik:
a. dalam jumlah yang cukup,
b. kualitas yang baik,
c. harga yang wajar,
d. untuk kesejahteraan rakyat, dan
e. untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
6
PENGUASAAN
1. Usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
2. Pemerintah/pemda sbg regulator: melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan usaha.
3. Pemerintah/pemda sbg pelaku usaha: melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
7
PEMANFAATAN SUMBER ENERGI PRIMER
1. Sumber energi primer dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) untuk penyediaan TL berkelanjutan.
2. Pemanfaatan sumber energi primer mengutamakan sumber energi baru dan energi terbarukan.
3. Pemanfaatan sumber energi primer yang terdapat di dalam negeri diutamakan untuk kepentingan ketenagalistrikan nasional.
4. Pemerintah menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan sumber energi untuk usaha penyediaan tenaga listrik.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
8
PEMBAGIAN KEWENANGAN (1)
(Pasal 5 UU 30/2009)
Kewenangan Pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota
KebijakanPenetapan kebijakan ketenagalistrikan nasional
- -
PeraturanPenetapan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan
Penetapan peraturan daerah provinsi di bidang ketenaga-listrikan
Penetapan peraturan daerah kabupaten/kota di bidang ketenaga-listrikan
Standar dan Kiteria
Penetapan pedoman standar dan kriteria di bidang ketenagalistrikan
- -
Pedoman Tarif Penetapan pedoman penerapan tarif tenaga listrik untuk konsumen
- -
RUK Penetapan RUKN Penetapan RUKD Provinsi
Penetapan RUKD Kabupaten/Kota
Wilayah usaha Penetapan wilayah usaha - -
Lintas negara Penetapan izin jual beli listrik lintas negara
- -
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
9
PEMBAGIAN KEWENANGAN (2)
(Pasal 5 UU 30/2009)
Kewenangan Pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota
IUPTL
Penetapan IUPTL untuk badan usaha yang wilayah usahanya lintas provinsi; dilakukan oleh badan usaha milik negara; dan menjual tenaga listrik dan/atau menyewakan jaringan tenaga listrik kepada pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang ditetapkan Pemerintah;
Penetapan IUPTL untuk badan usaha yang wilayah usahanya lintas kabupaten/kota
Penetapan IUPTL untuk badan usaha yang wilayah usahanya dalam kabupaten/kota
Izin OperasiPenetapan izin operasi yang fasilitas instalasinya mencakup lintas provinsi
Penetapan izin operasi yang fasilitas instalasinya mencakup lintas kabupaten/kota
Penetapan izin operasi yang fasilitas instalasinya dalam kabupaten/kota
Tarif Penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang ditetapkan oleh Pemerintah
Penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang ditetapkan oleh Provinsi
Penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang ditetapkan oleh Kabupaten/kota
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
10
PEMBAGIAN KEWENANGAN (3)
(Pasal 5 UU 30/2009)
Kewenangan Pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota
Harga Jual
Penetapan persetujuan harga jual tenaga listrik dan harga sewa jaringan dari pemegang IUPTL yang ditetapkan oleh Pemerintah
Penetapan persetujuan harga jual tenaga listrik dan harga sewa jaringan dari pemegang IUPTLyang ditetapkan oleh Provinsi;
Penetapan persetujuan harga jual tenaga listrik dan harga sewa jaringan dari pemegang IUPTLyang ditetapkan oleh Kabupaten/Kota
Penjualan Kelebihan Tenaga Listrik
Penetapan persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang Izin Operasi yang ditetapkan oleh Pemerintah
Penetapan persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang Izin Operasi yang ditetapkan oleh Provinsi
Penetapan persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang Izin Operasi yang ditetapkan oleh Kabupaten/Kota
Izin Usaha Penunjang
penetapan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang dilakukan oleh badan usaha milik negara atau penanam modal asing/mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal asing
- penetapan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang dilakukan oleh badan usaha yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal dalam negeri
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
11
PEMBAGIAN KEWENANGAN (4)
(Pasal 5 UU 30/2009)
Kewenangan Pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota
Pemanfaatan Jaringan untuk Kepentingan Telematika
penetapan izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telematika pada jaringan milik pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau Izin Operasi yang ditetapkan oleh Pemerintah
penetapan izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telematika pada jaringan milik pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau Izin Operasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
penetapan izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telematika pada jaringan milik pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau Izin Operasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
Pembinaan dan Pengawasan
pembinaan dan pengawasan kepada badan usaha di bidang ketenagalistrikan yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah
pembinaan dan pengawasan kepada badan usaha di bidang ketenagalistrikan yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
pembinaan dan pengawasan kepada badan usaha di bidang ketenagalistrikan yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
Inspektur Ketenagalistrikan
pengangkatan inspektur ketenagalistrikan
pengangkatan inspektur ketenagalistrikan untuk Provinsi
pengangkatan inspektur ketenagalistrikan untuk Kabupaten/Kota
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
12
PEMBAGIAN KEWENANGAN (5)
(Pasal 5 UU 30/2009)
Kewenangan Pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota
Pembinaan Jabatan Fungsional
pembinaan jabatan fungsional inspektur ketenagalistrikan untuk seluruh tingkat pemerintahan
- -
Sanksi penetapan sanksi administratif kepada badan usaha yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah
penetapan sanksi administratif kepada badan usaha yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
penetapan sanksi administratif kepada badan usaha yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
13
RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN
1. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) disusun berdasarkan Kebijakan Energi Nasional.
2. RUKN ditetapkan Pemerintah setelah berkonsultasi dengan DPR.
3. RUKN disusun dengan mengikutsertakan pemda.4. RUKD disusun berdasarkan RUKN dan ditetapkan
pemda setelah berkonsultasi dengan DPRD.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
14
A. UNTUK KEPENTINGAN UMUM
B. UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
Dibangkitkan, disalurkan, didistribusikan, dan dijual kepada pihak lain (konsumen).
Dibangkitkan dan disalurkan untuk digunakan (dikonsumsi) sendiri.
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
15
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Jenis usaha: 1. pembangkitan tenaga listrik; 2. transmisi tenaga listrik; 3. distribusi tenaga listrik; dan/atau 4. penjualan tenaga listrik.
Dapat dilakukan secara terintegrasi oleh satu badan usaha dalam satu wilayah usaha (monopoli).
Wilayah usaha ditetapkan Pemerintah.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
16
PELAKU USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM
1. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dikuasai oleh Negara dan diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Dilaksanakan oleh BUMN, BUMD, badan usaha swasta,koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik.
3. BUMN diberi prioritas pertama.
4. Badan Usaha Swasta, Koperasi dan Swadaya Masyarakat dapat berpartisipasi.
5. Untuk wilayah yang belum mendapatkan pelayanan tenaga listrik, Pemerintah atau pemerintah daerah sesui kewenangannya memberi kesempatan kepada BUMD, badan usaha swasta, atau koperasi sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi.
6. Dalam hal tidak ada BUMD, swasta, atau koperasi yang dapat menyediakan tenaga listrik di wilayah tersebut, Pemerintah wajib menugaskan BUMN untuk menyediakan tenaga listrik.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
17
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI (UKS)
Jenis usaha: 1. pembangkitan TL; 2. pembangkitan dan distribusi TL; dan/atau 3. pembangkitan, transmisi, dan distribusi TL.
Pelaku: 1. instansi pemerintah;2. Pemda;3. BUMN/D; 4. badan usaha swasta; 5. Koperasi;6. Perseorangan; dan 7. lembaga/badan usaha lainnya.
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri dengan kapasitas tertentu (ditetapkan dengan Permen ESDM) dilakukan berdasarkan Izin Operasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah/ pemda.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
18
USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK
1. konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga listrik;
2. pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik;
3. pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
4. pengoperasian instalasi tenaga listrik;
5. pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
6. penelitian dan pengembangan;
7. pendidikan dan pelatihan;
8. laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
9. sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
10. sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; atau
11. usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan tenaga listrik.
Usaha jasa penunjang tenaga listrik:
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
19
KEWENANGAN PENERBITAN IZIN (1)
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)
MENTERI
GUBERNUR
BUPATI/WALIKOTA
BUMN (PLN) badan usaha yang wilayah usahanya lintas
Propinsi badan usaha yang menjual TL dan/atau
menyewakan jaringan TL kepada pemegang izin usaha yang diterbitkan Menteri.
badan usaha yang wilayah usahanya lintas Kabupaten/Kota
Badan usaha yang menjual TL dan/atau menyewakan jaringan TL kepada pemegang izin usaha yang diterbitkan gubernur
badan usaha yang wilayah usahanya dalam Kabupaten/Kota
Badan usaha yang menjual TL dan/atau menyewakan jaringan TL kepada pemegang izin usaha yang diterbitkan bupati/walikota
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
20
KEWENANGAN PENERBITAN IZIN (2)
Izin Operasi (IO)
MENTERI
GUBERNUR
BUPATI/WALIKOTA
yang fasilitas instalasinya lintas Propinsi
yang fasilitas instalasinya lintas Kabupaten/Kota
yang fasilitas instalasinya dalam Kabupaten/Kota
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
21
KEWENANGAN PENERBITAN IZIN (3)
Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik
MENTERIBUMN dan badan usaha swasta yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal asing
BUPATI/WALIKOTA
Badan usaha yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal dalam negeri
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
22
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (1)
1. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan;
2. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan;3. melintasi jalan umum dan jalan kereta api;4. masuk ke tempat umum atau perorangan dan
menggunakannya untuk sementara waktu;5. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah
tanah;6. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di
atas atau di bawah tanah; dan7. memotong dan/atau menebang tanaman yang
menghalanginya.
Hak:
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
23
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (2)
1. menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan;
2. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan masyarakat;
3. memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan; dan
4. mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
Kewajiban:
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
24
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN (1)
1. mendapat pelayanan yang baik;2. mendapat tenaga listrik secara terus-menerus dengan
mutu dan keandalan yang baik;3. memperoleh tenaga listrik yang menjadi haknya
dengan harga yang wajar;4. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada
gangguan tenaga listrik; dan5. mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang
diakibatkan kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sesuai syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.
Hak
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
25
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN (2)
1. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik;
2. menjaga keamanan instalasi tenaga listrik milik konsumen;
3. memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukan;
4. membayar tagihan pemakaian tenaga listrik; dan5. menaati persyaratan teknis di bidang
ketenagalistrikan.
Kewajiban
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
26
TANAH UNTUK USAHA PENYEDIAAN TL
1. Tanah yang dipergunakan secara langsung diberi ganti rugi, pengadaan tanah dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan di bidang pertanahan.
2. Tanah yang dipergunakan secara tidak langsung (dilintasi transmisi TL) diberi kompensasi.
3. Ketentuan dan tata cara pembayaran kompensasi diatur dengan Peraturan Pemerintah.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
27
HARGA JUAL, SEWA JARINGAN DAN TARIF TENAGA LISTRIK
1. Harga jual/sewa jaringan, dan tarif tenaga listrik bersifat regulated .
2. Harga jual/sewa jaringan TL harus mendapat persetujuan Pemerintah/pemda.
3. Tarif TL ditetapkan Pemerintah/Pemda atas persetujuan DPR/DPRD.
4. Harga jual/sewa jaringan, dan tarif TL ditetapkan berdasarkan prinsip usaha yang sehat.
5. Pemerintah/pemda mensubsidi konsumen tidak mampu.
6. Tarif TL dapat ditetapkan secara berbeda dalam suatu wilayah usaha.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
28
PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK TELEMATIKA
1. Dilakukan sepanjang tidak mengganggu kelangsungan penyediaan tenaga listrik.
2. Dilakukan dengan persetujuan pemilik jaringan.
3. Dilakukan berdasarkan izin pemanfaatan jaringan yang diberikan oleh Pemerintah/pemda.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
29
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pemerintah/pemda melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha ketenagalistrikan dalam memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan perijinan.
2. Pengawasan pelaksanaan ketentuan keselamatan ketenagalistrikan dilakukan inspektur ketenagalistrikan.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
30
SANKSI ADMINISTRATIF (1)
Sanksi administratif terdiri atas:1. teguran tertulis;2. pembekuan kegiatan sementara;
dan/atau3. pencabutan izin usaha.
Sanksi administratif ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
31
SANKSI ADMINISTRATIF (2)
Perbuatan berikut dapat dikenai sanksi administratif :
1. Tidak mengutamakan produk dan dalam negeri.2. Tidak memenuhi kewajiban dalam penyediaan TL.3. Menerapkan harga jual/sewa jaringan TL tanpa
persetujuan Pemerintah/Pemda.4. Menerapkan tarif TL tidak sesuai dengan penetapan
Pemerintah/pemda. 5. Melakukan jual beli TL lintas negara tanpa izin
Pemerintah.6. Tidak memenuhi ketentuan per-UU-an di bidang
lingkungan hidup.7. Memanfaatkan jaringan TL untuk telematika tanpa ijin
Pemerintah/pemda.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
32
KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN (1)
Perbuatan pidana:1. Melakukan usaha ketenagalistrikan tanpa IUPTL/IO
2. Tidak memperhatikan keselamatan ketenagalistrikan, mengakibatkan kematian orang atau mengganggu kelangsungan penyediaan TL.
3. Menggunakan TL yang bukan haknya (pencurian).
4. Menggunakan tanah untuk usaha penyediaan TL tanpa memberi ganti rugi atau kompensasi terhadap yang berhak atas tanah.
5. Memproduksi atau menjual peralatan dan pemanfaat TL tidak sesuai dengan SNI. Selain penyidik Kepolisian, dibentuk Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
33
KEWENANGAN PPNS
1. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pindana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan;
2. Melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan;
3. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan;
4. Menggeledah tenpat yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan;
5. Melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana usaha ketenagalistrikan dan menghentikan penggunaan peralatan yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana;
6. Menyegel dan/atau menyita alat kegiatan usaha ketenagalistrikan yang digunakan untuk melakukan tindak pidana sebagai alat bukti
7. Mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan;dan
8. Menangkap dan menahan pelaku tindak pidana di bidang ketenagalistrikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
34
SEKILAS TENTANG:
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 2012
TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN
TENAGA LISTRIK
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
35
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
Usaha penyediaan tenaga listrik terdiri atas:
1. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum; dan
2. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
MENTERI
GUBERNUR
BUPATI/WALIKOTA
- BUMN (PLN)-yang wilayah usahanya lintas Propinsi-yang menjual dan/atau menyewakan TL kepada pemegang izin yang diberikan oleh Menteri.
- yang wilayah usahanya lintas Kabupaten/Kota
- yang menjual dan/atau menyewakan TL kepada pemegang izin yang diberikan oleh Gubernur.
- yang wilayah usahanya dalam satu Kabupaten/Kota- yang menjual dan/atau menyewakan TL kepada pemegang izin yang diberikan oleh Bupati/Walikota
IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM (1)
• Usaha penyediaan TL untuk kepentingan umum dilaksanakan setelah mendapat IUPTL• Pembagian kewenangan penerbitan IUPTL untuk umum kepada badan usaha:
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
37
• Izin usaha penyediaan TL dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan dapat diperpanjang.
• Jual beli atau sewa jaringan tenaga listrik antarpemegang IUPTL tidak memerlukan IUPTL baru.
• Harga jual tenaga listrik atau sewa jaringan tenaga listrik wajib mendapat persetujuan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
• Izin usaha penyediaan tenaga listrik pemohon harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan lingkungan.
• Persyaratan administratif meliputi:-identitas pemohon;-profil pemohon;-Nomor Pokok Wajib Pajak; dan-kemampuan pendanaan.
IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM (2)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
38
• Persyaratan teknis meliputi:- studi kelayakan usaha penyediaan tenaga listrik;- lokasi instalasi kecuali untuk usaha penjualan tenaga listrik;- diagram satu garis;- jenis dan kapasitas usaha yang akan dilakukan;- jadwal pembangunan; dan- jadwal pengoperasian;• Persyaratan lingkungan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM (3)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
39
• Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri terdiri atas:– pembangkitan tenaga listrik;– pembangkitan tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik; atau– pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan distribusi tenaga
listrik.
• Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dapat dilaksanakan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, perseorangan, dan lembaga/badan usaha lainnya.
• Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dengan kapasitas tertentu dilaksanakan setelah mendapatkan izin operasi.
• Izin operasi diberikan oleh:– Menteri untuk yang fasilitas instalasinya mencakup lintas provinsi;– Gubernur untuk yang fasilitas instalasinya mencakup lintas kabupaten/kota;– Bupati/walikota untuk yang fasilitas instalasinya mencakup dalam
kabupaten/kota.
• Permohonan izin operasi harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan lingkungan
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
40
IZIN OPERASI (1)
• Persyaratan administratif ,meliputi:– identitas pemohon;– profil pemohon; dan– Nomor Pokok Wajib Pajak.
• Persyaratan teknis meliputi:– lokasi instalasi;– diagram satu garis;– jenis dan kapasitas instalasi penyediaan tenaga listrik;– jadwal pembangunan; dan– jadwal pengoperasian.
• Persyaratan lingkungan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
• Izin operasi dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
41
o Izin operasi diberikan menurut sifat penggunaannya, yaitu: penggunaan utama; penggunaan cadangan; penggunaan darurat; dan penggunaan sementara.
o Pemegang izin operasi yang mempunyai kelebihan tenaga listrik dapat menjual kelebihan tenaga listriknya kepada pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik atau masyarakat, dalam hal suatu wilayah belum terjangkau oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik.
o Penjualan tersebut wajib mendapat persetujuan dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
IZIN OPERASI (2)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
42
WILAYAH USAHA (1)
1. Wilayah Usaha adalah wilayah yang ditetapkan Pemerintah sebagai tempat badan usaha distribusi dan/atau penjualan tenaga listrik melakukan usaha penyediaan tenaga listrik;
2. Wilayah Usaha diberikan kepada Pemohon yang akan melakukan usaha distribusi, usaha penjualan, dan usaha penyediaan tenaga listrik yang terintegrasi;
3. Untuk mendapatkan Wilayah Usaha, Pemohon mengajukan permohonan kepada Menteri setelah memperoleh rekomendasi dari gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya (kecuali bagi pemohon yang izin usaha penyediaan tenaga listriknya diberikan oleh Menteri);
4. Permohonan Wilayah Usaha harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
43
Persyaratan administratif meliputi:
1. Identitas pemohon;
2. Profil pemohon;
3. NPWP;
4. Kemampuan pendanaan; dan
5. Rekomendasi dari gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
Persyaratan teknis meliputi:
1. Batasan wilayah usaha dan peta lokasi; dan
2. Analisis kebutuhan dan rencana usaha penyediaan tenaga listrik di wilayah usaha yang diusulkan
WILAYAH USAHA (2)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
44
STANDAR MUTU DAN KEANDALAN (1)
• Pemegang IUPTL wajib menyediakan tenaga listrik secara terus menerus yang memenuhi standar mutu dan keandalan tenaga listrik
• Dalam hal tertentu Pemegang IUPTL dapat menghentikan sementara penyediaan tenaga listrik, apabila:
1. Diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan, perluasan atau rehabilitasi instalasi ketenagalistrikan
2. Terjadi gangguan pada instalasi ketenagalistrikan yang bukan karena kelalaian pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik
3. Terjadi keadaan yang secara teknis berpotensi membahayakan keselamatan umum; dan/atau
4. Untuk kepentingan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Selama terjadi penghentian sementara seperti yang dijelaskan diatas, Pemegang IUPTL tidak memberikan ganti rugi
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
45
• Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya menetapkan tingkat mutu pelayanan tenaga listrik dimana Pemegang IUPTL wajib memenuhi tingkat mutu layanan tersebut
• Pemegang IUPTL dikenai sanksi berupa pembayaran kompensasi mutu pelayanan kepada konsumen apabila tidak memenuhi tingkat mutu pelayanan
• Besarnya kompensasi ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
STANDAR MUTU DAN KEANDALAN (2)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
46
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
• Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
• Tujuannya adalah untuk mewujudkan kondisi:
1. Andal dan aman bagi instalasi;
2. Aman bagi masusia dan makhlik hidup lainnya dari bahaya; dan
3. Ramah lingkungan.
• Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan meliputi:
1. Pemenuhan standarisasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
2. Pengamanan instalasi tenaga listrik; dan
3. Pengamanan pemanfaat tenaga listrik.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
47
INSTALASI TENAGA LISTRIK (1)
• Instalasi tenaga listrik terdiri dari:
1. Instalasi penyediaan tenaga listrik; dan
2. Instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
• Instalasi penyediaan tenaga listrik terdiri atas:
1. Instalasi pembangkit tenaga listrik;
2. Instalasi transmisi tenaga listrik; dan
3. Instalasi distribusi tenaga listrik.
• Instalasi pemanfaatan tenaga lisrik terdiri atas:
1. Instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi;
2. Instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan menengah; dan
3. Instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
48
INSTALASI TENAGA LISTRIK (2)
• Instalasi tenaga listrik wajib memiliki sertifikat laik operasi
• Untuk memperoleh sertifikat laik operasi dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh lembaga inspeksi teknik yang terakreditasi oleh Menteri
• Apabila suatu daerah belum terdapat lembaga inspeksi teknik yang terakreditasi, Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menunjuk lembaga inspeksi teknik. Dalam hal belum ada lembaga yang di tunjuk, Menteri, gubernur atau bupati/walikota dapat menunjuk pejabat yang bertanggung jawab mengenai kelaikan operasi
• Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik untuk instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah dilaksanakan oleh lembaga isnpeksi teknik terakreditasi
• Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik untuk instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik dan ditetapkan oleh Menteri
• Sertifikat laik operasi diterbitkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
49
SEKILAS TENTANG:
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2012
TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS
NEGARA
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
50
PENJUALAN TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA (1)
Penjualan tenaga listrik lintas negara dapat dilakukan dengan syarat:
a. kebutuhan tenaga listrik setempat dan wilayah sekitarnya telah terpenuhi;
b. harga jual tenaga listrik tidak mengandung subsidi; dan
c. tidak mengganggu mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik setempat.
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
51
Untuk memperoleh izin penjualan tenaga listrik lintas negara pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik mengajukan permohonan izin kepada Menteri secara tertulis dengan dilengkapi:
a.salinan izin usaha penyediaan tenaga listrik;
b.salinan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
c.salinan tanda daftar perusahaan (TDP);
PENJUALAN TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA (2)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
52
d. kesepakatan awal penjualan tenaga listrik;
e. neraca daya di wilayah usahanya; dan
f. rencana usaha penyediaan tenaga listrik selama 5 (lima) tahun ke depan.
Izin penjualan tenaga listrik lintas negara dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
PENJUALAN TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA (3)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
53
Pembelian tenaga listrik lintas negara dapat dilakukan dengan syarat:
a) belum terpenuhinya kebutuhan tenaga listrik setempat;
b) hanya sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan tenaga listrik setempat;
c) tidak merugikan kepentingan negara dan bangsa yang terkait dengan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan ekonomi;
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA (1)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
54
d) untuk meningkatkan mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik setempat;
e) tidak mengabaikan pengembangan kemampuan penyediaan tenaga listrik dalam negeri; dan
f) tidak menimbulkan ketergantungan pengadaan tenaga listrik dari luar negeri.
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA (2)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
55
Untuk memperoleh izin pembelian tenaga listrik lintas negara, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik mengajukan permohonan izin kepada Menteri secara tertulis dengan dilengkapi:
a)salinan izin usaha penyediaan tenaga listrik;
b)kesepakatan awal pembelian tenaga listrik;
c)neraca daya di wilayah usahanya;
d)rencana usaha penyediaan tenaga listrik selama 5 (lima) tahun ke depan; dan
e)salinan angka pengenal importir yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA (3)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
56
SEKILAS TENTANG:
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2012
TENTANG KEGIATAN JASA PENUNJANG TENAGA
LISTRIK
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
57
USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK (1)
1. konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan TL;
2. pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan TL;
3. pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
4. pengoperasian instalasi TL;
5. pemeliharaan instalasi TL;
6. penelitian dan pengembangan;
7. pendidikan dan pelatihan;
8. laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat TL;
9. sertifikasi peralatan dan pemanfaat TL;
10. sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; atau
11. usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dgn penyediaan TL.
Usaha jasa penunjang tenaga listrik meliputi:
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
58
Usaha jasa penunjang tenaga listrik dilaksanakan oleh badan usaha, yang meliputi badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi yang berbadan hukum Indonesia dan berusaha di bidang usaha jasa penunjang tenaga listrik sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi, dan/atau sertifikat usaha jasa penunjang tenaga listrik.
Badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi melakukan kegiatan usaha jasa penunjang tenaga listrik setelah mendapat izin usaha jasa penunjang tenaga listrik.
USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK (2)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
59
Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik diberikan sesuai dengan Klasifikasi, Kualifikasi, dan/atau sertifikat yang dimiliki badan usaha.
Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik diberikan oleh:
a. Menteri, untuk usaha jasa penunjang tenaga listrik yang dilakukan oleh:
1. busaha milik negara; dan
2. badan usaha swasta yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal asing.
b. bupati/walikota untuk badan usaha yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal dalam negeri.
USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK (3)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
60
Pemegang izin usaha jasa penunjang tenaga listrik wajib:
a. memberikan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik sesuai dengan sistem manajemen mutu;
b. memenuhi standar teknis dan ketentuan keselamatan ketenagalistrikan;
c. mengutamakan produk dan potensi dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. memberikan laporan secara berkala 1 (satu) tahun sekali kepada Menteri atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK (4)
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
61