Upload
mifta-rohim
View
72
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
metodologi bagaimana EHRA bisa dijlankan sebagai program pengentasan sanitasi yang kurang bagus
Citation preview
Metoda Sampling EHRAa. Metoda penentuan target area
survei secara geografi dan demografi didahului proses yang dinamakan Klastering.
b. Hasil klastering digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko.
c. Teknik sampling/pengambilan sampel yang digunakan adalah ”Probability Sampling” memberikan peluang yang sama pada semua populasi.
d. Metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”
Metoda Sampling - Lanjutan
e. Penentuan Klaster Desa/Kelurahan berdasarkan pada 4 Kriteria menunjukkan indikasi awal lingkungan beresiko di Tingkat Desa/Kelurahan
f. Klastering Desa/Kelurahan dilakukan oleh Pokja bersama Camat atau oleh Camat saja
4 Kriteria Penetapan Klaster1.Kepadatan penduduk ∑
penduduk per Luas wilayah 2.Angka kemiskinan (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) x 100% ∑ KK3. Daerah/wilayah yang dialiri
sungai/kali/sal. Drainase/sal.irigasi dg potensi digunakan sbg MCK & pembuangan sampah
4.Daerah yang sering terkena banjir dan dinilai mengganggu
Metoda Sampling – Jumlah Sampel/Responden
Menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat juga menggunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana:•n adalah jumlah sampel•N adalah jumlah populasi•d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)•Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.•Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P), dimana P = 0,5
Metoda Sampling – Jumlah sampel/responden
Contoh: Jumlah populasi rumah tangga di Kabupaten
A adalah 155.000 KK dengan menggunakan Rumus Slovin pada tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 155,000/(1+155,000 x 0.05^2) = 399.
Apabila dikehendaki pengambilan sampel yang lebih tinggi presisi dengan tingkat kesalahan 2.5% dan anggaran biaya survey mencukupi maka jumlah sampel respondennya menjadi 155,000/(1+155,000 x 0.025^2) = 1,584.
Metoda Sampling – Jumlah sampel/responden
Menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat juga menggunakan “Tabel Krejcie-Morgan” yang dihitung dg “Rumus Krejcie-Morgan”: Dimana:•n adalah jumlah sampel•N adalah jumlah populasi•X2 adalah nilai Chi kuadrat asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan nilai Chi kuadrat = 3.841 yang artinya memakai α=0,05 pada derajat bebas 1•d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)•Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P), dimana P = 0,5
Metoda Sampling – penentuan jumlah responden
a.Bilamana Kabupaten/Kota mempunyai dana studi terbatas,, maka penentuan jumlah lokasi target area survey untuk tiap klaster dapat menggunakan metoda “Proporsionate Startified Random Sampling” artinya populasi tidak homogen dan strata berbeda, sehingga sampel diambil berdasarkan Persentase (%) untuk tiap strata/klaster
b. Jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT, yang dipilih secara random
c. Jumlah Responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga, yang tersebar di minimal 8 RT terpilih dan pemilihan responden secara random jumlah minimal responden @ 5 responden per RT
Ilustrasi Hasil Klastering Desa/Kelurahan (setelah kompilasi)
Desa m1
Desa e1Desa b1Desa l1 Desa f1
Desa m2
Desa e2Desa b2Desa l2 Desa f2
Desa q1Desa k1 Desa n1
Desa m3
Desa g1Desa b3Desa j3 Desa f3
Desa q2Desa k2 Desa n2
Desa q3Desa k3
Desa ...Desa ...
Klaster 0
Klaster 4
Klaster 1
Klaster 3
Klaster 2
Desa ...
Desa ...Desa ...
Penentuan Kecamatan dan Desa/Kelurahan Area Survei (bila dana
terbatas) Alternatif 1:1.Ambil porsi tertentu dari jumlah desa/kelurahan pada
tiap klasternya sebagai area survey 2.Misalkan:
a. Jumlah desa/kelurahan dalam kabupaten/kota = 225 dengan komposisi klaster sebagaimana pada slide berikutnya
b. Diambil 10% dari tiap klaster sebagai desa/kelurahan area survey sehingga jumlah desa/kelurahan area survey =25
c. Dalam 1 desa/kelurahan harus ada 40 responden maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 25 X 40 = 1.000 responden (>384 maka secara statistik mencukupi).
3.Untuk keperluan penyesuaian dengan ketersediaan anggaran biaya survey, tentukan besaran prosentase jumlah desa/kelurahan yang akan djadikan area survey
4.Setiap klaster harus terwakili minimal oleh 1 desa/kelurahan
Penentuan Kecamatan dan Desa/Kelurahan
Area Survey
No.
Jumlah Total Sampel
Target Kecamatan
(25%)
Target Desa/Kel. (10%)
Jumlah yg tdk diambil
Kec. Desa/Kel.
Kec. Desa/Kel.
Klaster 0
8 45 2 5 6 40
Klaster 1
10 75 3 8 7 67
Klaster 2
6 15 2 2 4 13
Klaster 3
10 75 3 8 7 67
Klaster 4
6 15 2 2 4 13
Klaster 5
0 0 0 0 0 0
Jumlah 40 225 12 25 28 200
Alternatif 2: Penentuan Kecamatan dan Desa/Kelurahan Area Survey
Misal:Dana tersedia untuk 600 responden. Maka jumlah desa/kelurahan yang bisa dijadikan area survei sebanyak 600/40 = 15 desa/kelurahan.
Ilustrasi Klastering Desa/Kelurahan
Desa m1
Desa e1Desa b1Desa l1 Desa f1
Desa m2
Desa e2Desa b2Desa l2 Desa f2
Desa q1Desa k1 Desa n1
Desa m3
Desa g1Desa b3Desa j3 Desa f3
Desa q2Desa k2 Desa n2
Desa q3Desa k3
Desa q4Desa k4
Klaster 0
Klaster 4
Klaster 1
Klaster 3
Klaster 2
Desa n3
Desa g2Desa j5
14% 25% 25% 21% 14%
4/28=14% 4/28=14%
7/28=25% 7/28=25%
6/28=21%
Ilustrasi Kecamatan Area Survey
Kecamatan e
Kecamatan b
Kecamatan n
Kecamatan f
Kecamatan l
Kecamatan m
Kecamatan k
Kecamatan q
Klaster 0
Klaster 4
Klaster 1
Klaster 3
Klaster 2
Kecamatan j
Kecamatan g
Manfaat Klastering
a. Penentuan target area survei EHRA, bilamana anggaran survei terbatas
b. Gambaran umum profil risiko kesehatan lingkungan berdasarkan 4 kriteria (geografi dan demografi)
c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan prioritas lokasi target pemicuan STBM
Metoda Studi EHRA: Kelebihan dan Kelemahan
a. Kelebihan: • Enumerator oleh anggota masyarakat setempat (kader
PKK, Posyandu, dll) sehingga aspek pengamatan bisa lebih akurat
• Meningkatkan kepedulian terhadap sanitasi lingkungan masyarakat yang bersangkutan
• Para Enumerator tersebut bisa menjadi agen perubahan di tengah lingkungannya
• Sebelum wawancara, Enumerator membacakan ”pernyataan kesediaan” sehingga responden memahami betul hak-haknya dan bebas memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar
b. Kelemahan: • Enumerator bisa jadi tidak/ kurang memahami makna
pertanyaan dalam survey sehingga bisa mengakibatkan error responses atau bias
• Responden menolak• Berpotensi data entry salah
NILAI TAMBAH EHRA 20111.Kemandirian Pokja dalam menyelenggarakan studi EHRA lebih terjamin:a. Kriteria penetapan area survey/studi sangat jelas sehingga diperoleh
klaster wilayah (kecamatan dan desa/kelurahan)b.Kuesioner lebih sederhana, dengan pengolahan data yang mudah
waktu wawancara dan pengamatan untuk tiap responden menjadi lebih singkat
c. Penyediaan Alat bantu gambar (Visual Aid) bagi Enumerator mengurangi tingkat kesalahan respon oleh responden (meminimasi error respon)
2.Dengan metoda Cluster Random Sampling dan “Proporsionate Startified Random Sampling” memberikan fleksibilitas kepada Pokja untuk menyesuaikan jumlah sampel yang pada akhirnya berpengaruh pada pembiayaan, dengan tetap memperhatikan kualitas/validitas hasil studi
3.Lebih banyak mengandalkan atau memakai SDM lokal dari Pokja 4.Waktu pelaksanaan yang relatif sama, tetapi dapat memberikan dampak
advokasi yang lebih besar kepada Camat dan Lurah 5. Ketersediaan data dan informasi tentang indikasi lingkungan
beresiko dari tingkat Kecamatan, Kelurahan sampai RW, dapat membantu Pokja untuk melihat secara garis besar kondisi seluruh Kabupaten/Kota (“Helicopter View”)