04 Executive Summary

Embed Size (px)

Citation preview

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

BAB I Pendahuluan1.1. Latar Belakang Sebagai upaya pengelolaan pesisr dan pulau-pulau kecil, pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (UUPW3K). Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 UUPWP3K meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulaupulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya menigkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan NKRI. Perencanaan sebagaimana dimaksudkan pada pasal 5 dalam UU PWP3K terdiri atas Penyusunan Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Renstra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah, sedangkan rencana zonasi merupakan arahan pemanfaatan ruang yang diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten atau Kota. Pada pasal 7 ayat 3 dari Undangundang ini mengamanatkan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun semua rencana yang dimaksud sesuai dengan kewenangan masing-masing. Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Luas wilayahnya 5.501 km dengan populasi 206.305 jiwa. Ibu kotanya ialah Kualatungkal. Kabupaten ini terbagi menjadi 4 kecamatan yang terbagi lagi menjadi 52 desa. Dulunya dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur kabupaten ini membentuk Kabupaten Tanjung Jabung.

1.2. Tujuan dan Sasaran Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut sebagaimana tertuang dalam KAK ini adalah untuk menyusun Dokumen Awal Rencana RZWP3K Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagaimana amanat UU No. 27 Tahun 2007,PT. Waindo SpecTerra

1

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

dan Permen KP No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaa Pengelolaan WP3K, sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya WP3K; menjamin harmonisasi antara kepentingan pembangunan ekonomi dengan prinsip keberlanjutan/pelestarian; daya dukung sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil; mewujudkan keterpaduan pembangunan di wilayah pesisir dan PPK dengan wilayah daratannya; dan mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kab/kota dengan wilayah sekitarnya. Sasaran dari kegiatan ini adalah : 1. Terwujudnya Rencana Zonasi Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan perencanaan tata ruang wilayah darat guna menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan dalam satu perencanaan yang terpadu. 2. Teridentifikasinya dan terpetakannya data terkini secara menyeluruh dan komprehensif tentang potensi sumberdaya kelautan dan Perikanan, kondisi eksisting pemanfaatan ruang, Karakteristik pesisir, Ancaman/Kerentanan/Daya dukung ekosistem pesisir di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Juga teridentifikasinya sentra-sentra kegiatan perekonomian, Sarana dan Prasrana, Sosial masyarakat pesisir, Peluang Ekonomi, analisis kesesuaian lahannya dan beberapa hal lainnya yang berkaitan.

1.3.

Ruang Lingkup

1.3.1. Lingkup Wilayah Pesisir Kegiatan Penyusunan zonasi di Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau Pulau Kecil dilakukan dalam wilayah administrasi dan wilayah kewenangan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat atau kewenangan Provinsi. Kegiatan pekerjaan Penyusunan Zonasi ini meliputi : 1. 2. 3. 4. Inisiasi Penyusunan Rencana Zonasi; Identifikasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Isu-Isu Perencanaan; Menyusun Katalog Informasi Sumberdaya yang Tersedia; Analisis Data Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya untuk Mengidentifikasi NilaiNilai yang berdasarkan kepentingan stakeholder; 5. 6. Memilih Tujuan Pengelolaan untuk Paket Sumberdaya; Menetapkan Tujuan Pengelolaan Zona atau Sub-Zona;2

PT. Waindo SpecTerra

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

7. 8.

Membuat Draft Zona; Menyusun Matriks kesesuaian Ragam aktivitas dengan Tujuan Penggunaan Sumberdaya;

9. 10.

Memeriksa Konsistensi Draft Rencana dengan RTRW dan peraturan lainnya; Mengidentifikasi Lokasi Konflik Pemanfaatan Sumberdaya atau berpotensi konflik dan Memberikan Rekomendasi Pemecahaannya;

11.

Konsultasi publik dan menyesuaikan draft rencana berdasarkan masukan.

1.3.2. Lingkup Materi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor :

16/MEN/2008 (PerMen KP 16, 2008) tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yaitu dalam Pasal 15 diuraikan tentang fungsi, manfaat dan peruntukan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K sebagai berikut : (1) RZWP-3-K Provinsi berfungsi sebagai arahan perencanaan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil untuk tingkat provinsi yang meliputi : a. Kawasan pemanfaatan umum b. Kawasan konservasi c. Kawasan strategis nasional tertentu; dan d. Alur laut (2) RZWP-3-K Kabupaten/Kota berfungsi sebagai arahan pemanfaatan pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil untuk kabupaten/kota pada setiap kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dibagi atas zona dan sub zona. (3) Kawasan pemanfaatan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dimanfaatkan untuk zona pariwisata, pemukiman, pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan budaya, perikanan tangkap, industri, infrastruktur umum dan zona pemanfaatan terbatas sesuai dengan karakteristik biogeofisik

lingkungannya. (4) Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dimanfaatkan untuk zona konservasi perairan, konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, konservasi maritim, dan/atau senpadan pantai.

PT. Waindo SpecTerra

3

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

(5)

Kawasan strategis nasional tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat dimanfaatkan untuk zona pertahanan keamanan, situs warisan dunia, perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar.

(6)

Alur laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut.

1.3.3. Lingkup Waktu Perencanaan Kegiatan penyusunan rencana zonasi dilaksanakan selama 4 (empat) bulan 1.4. Keluaran 1.4.1. 1. 2. Input WP3K Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Kesesuaian anggaran biaya dengan kebutuhan pekerjaan. Kelengkapan data ataupun informasi primer dan sekunder yang menunjang pekerjaan yang akan dilakukan (citra satelit, peta dasar dan peta tematik, data statistik, hasil penelitian, dokumen, kebijakan-kebijakan terkait yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah, dan pengambilan data melalui survey langsung di lapangan).

3.

Penggunaan metodologi pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian kartografis dan basis data spasial (geodatabase) yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

4.

Kelengkapan peralatan operasional yang dibutuhkan : Hardware; Penggunaan hardware meliputi PC komputer, ploter dan peralatan survei daratan dan survei laut (batimetri, survei hidro-oseanografi dan kualitas air) yang sesuai dengan kebutuhan. Software; Software yang digunakan adalah ER Mapper Ver 7.x untuk melakukan interpretasi dan pemetaan tematik wilayah pesisir dan pulau pulau kecil. Software ArcGIS Ver 9.x digunakan untuk melakukan penyusunan basis data spasial (geodatabase), pengolahan data spasial dan pembuatan kartografi peta-peta tematik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Software pendukung lain yang diperlukan adalah; software pengolah data survei batimetri, hidro-oseanografi, survei GPS dll.

PT. Waindo SpecTerra

4

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

1.4.2.

Output

Keluaran/output dari Kegiatan Penyusunan Zonasi WP3K terdiri dari : a. Data dan Informasi Terkini Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam bentuk Album Peta. b. Laporan Data Hasil survey dan Pengolahan Data c. Atlas dan Katalog Potensi dan Sumberdaya WP3K di Kabupaten Tanjung Jabung Barat d. Dokumen Awal Rencana Zonasi Wilayah Pes dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat 1.4.3. Outcome 1. Tersosialisasikan Rencana Zonasi WP3K; 2. Dihasilkannya Rencana Zonasi WP3K yang merupakan Implementasi UU 27/2007 yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah kepada perorangan, badan hukum maupun masyarakat adat. 1.5. Pendekatan dan Metodologi 1.5.1. Pendekatan Studi 1.5.1.1. Pendekatan Eksploratif Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara terus menerus. Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data dan informasi maupun dalam proses analisa. Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data dan Informasi Dalam proses pengumpulan data dan informasi, pendekatan eksploratif digunakan mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga eksplorasi literatur yang diperlukan dalam mendukung kegiatan perumusan. Sifat pendekatan eksploratif yang terus menerus akan memungkinkan terjadinya

pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil temuan terakhir. Eksplorasi dalam Proses Analisis (kajian) Eksplorasi dalam proses analisis dilakukan dalam mengkompilasi hasil kunjungan lapangan, yaitu mengkategorisasikan temuan-temuan di lapangan sehingga dapat diperoleh peta kondisi, permasalahan, strategi penanganan masalah, sertaPT. Waindo SpecTerra

5

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

masukan bagi penyusunan peraturan zonasi di Kawasan Strategis. Selain itu, eksplorasi juga digunakan pada saat melakukan sintesa antara kajian teoritik dengan hasil observasi lapangan yang diperoleh. Proses eksplorasi ini mendorong kepada pemahaman yang mendalam terhadap aspek yang dikaji, melalui seluruh dokumen dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil analisis dapat menghasilkan rumusan draft awal rencana peraturan pengendalian pemanfaatan ruang. 1.5.1.2. Pendekatan Partisipatif Selain dalam bentuk diskusi/FGD dan atau public heraring, pendekatan partisipatif juga diterapkan dalam kegiatan survei primer/kunjungan lapangan. Survei melalui pendekatan ini akan memungkinkan penggalian dan pengumpulan data dan informasi terutama yang bersifat kualitatif dan lebih informatif. Dalam survey dengan melalui pendekatan partisipatif ini para stakeholder tidak diposisikan sebagai obyek penelitian, namun sebaliknya diposisikan sebagai subyek penelitian. Melalui pendekatan partisipatif maka diharapkan informasi mengenai proses penyusunan zonasi, mulai dari pemahaman muatan, tata cara penyusunan, serta kendala yang dihadapi, namun tidak didokumentasikan dapat diperoleh. Dengan pendekatan ini maka kegiatan pengumpulan data dan informasi menjadi terarah, efektif dan efisien, dan lengkap sehingga data dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh sesuai alokasi waktu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan pekerjaan. 1.5.1.3. Pendekatan Studi Dokumenter Pekerjaan ini dititikberatkan pada kegiatan kajian terhadap seluruh dokumen terkait penyusunan dan penataan ruang dan literatur berupa tulisan, jurnal, teori, hingga berbagai jenis peraturan perundang-undangan terkait. Untuk itu, diperlukan model pendekatan studi dokumenter yang akan menginventarisasi dan mengeksplorasi berbagai dokumen tersebut. 1.5.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan 1.5.2.1. Persiapan Secara Umum Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dari pekerjaan ini yang digunakan untuk inventarisasi data, studi pustaka, dan persiapan administratif. 1.5.2.2. Pengumpulan Data dan Studi DokumenterPT. Waindo SpecTerra

6

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Pengumpulan data dalam pekerjaan ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Diskripsi lebih rinci mengenai tipe data primer dan sekunder yang akan dikumpulkan dan diolah sebagaimana diuraikan pada halaman selanjutnya. 1. Data Primer Data primer utama yang digunakan untuk melakukan ekstraksi informasi spasial bersumber dari data digital citra satelit ASTER Resolusi 15m, dan juga data-data seperti : a. b. c. d. e. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala 1 : 50.000 Peta Sistim Lahan dan Kesesuaian Lahan (Landsystems and Landsuitability RTRW Kab/Kota skala 1 : 50.000 dengan kedalaman Informasi RTRW Provinsi skala 1 : 250.000 dengan kedalaman Informasi Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Lingkungan Perairan Indonesia (LPI) skala 1 : 50.000 f. g. Peta laut Dishidros TNI AL skala 1 : 50.000 Citra satelit ASTER, dengan resolusi yang sesuai untuk pemetaan skala 1:10.000, tingkat kedalaman informasi terumbu karang, lamun, kerapatan vegetasi/mangrove, suhu permukaan laut, kesuburan perairan, arah arus, kedalaman, garis pantai, budidaya 3. Data Sekunder Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data spasial dan tekstual yang diperoleh dari berbagai instansi pemerintah dan swasta yang terkait dengan kegiatan inventarisasi sumberdaya alam spasial. Data spasial tersebut antara lain berupa: 4. Studi Dokumenter Studi dokumenter memiliki ciri pendekatan yang mengandalkan dokumen/data-data sekunder, yang dalam pekerjaan ini adalah: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Kelautan. UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. PP No. 26 Tentang RTRW Nasional.

PT. Waindo SpecTerra

7

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Permen Keluatan dan Perikanan No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Kelautan. Permen Keluatan dan Perikanan No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. RTRW Provinsi Kepulauan Riau. RTRW Kabupaten Tanjabar Rencana Strategis Kabupaten Tanjabar Teori, studi, tulisan tentang penataan ruang secara umum dan tentang penyusunan rencana tata ruang secara khusus Teori, studi, tulisan tentang paradigma baru perencanaan dan sistem pemerintahan.

1.5.2.3. Pengolahan Data Citra Satelit 1. Koreksi Citra Satelit Koreksi citra satelit terdiri dari koreksi radiometri dan geometri. Uraian rinci mengenai koreksi radiometri dan geometri yang akan dilakukan pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut. a. Koreksi Geometri Citra b. Koreksi Radiometri (Atmospheric Calibration) Citra

2. Penajaman Kontras dan Penyusunan Komposit Warna Citra satelit dapat digunakan dan ditampilkan dalam bentuk band tunggal (single band) maupun dengan menggunakan komposit. Kalau menggunakan single band proses pengenalan obyek pada citra akan sangat terbatas karena interpretasi kita hanya dibantu oleh satu band tanpa memperhitungkan band yang lain. Disamping warna yang dihasilkan hanya satu warna (missal : grey scale) sehingga akan menghambat dalam proses pengenalan obyek. 4. Filtering (Filter Processing) Filter Spasial adalah suatu aplikasi umum yang diterapkan pada citra untuk penajaman guna memudahkan interprestasi visual. Filter spasial disebut juga sebagai operasi lokal dalam pengolahan citra, sebab filter spasial merubah harga setiap pixel dalamPT. Waindo SpecTerra

8

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

dataset sesuai dengan harga-harga pixel disekitarnya. 5. Pembuatan Mosaik dan Color Balancing Mosaik dilakukan untuk menampilkan seluruh scene dari data Citra untuk melihat liputan citra secara keseluruhan. Color balancing dilakukan untuk menyamakan rona dan warna citra satelit agar terlihat bersambung dan tidak tampak batas perekamannya. Citra yang sudah mempunyai nilai koordinat dapat ditampilkan dalam satu layar guna memudahkan proses interpretasi dan menentukan daerah liputan penelitian. 6. Pembuatan Compressed Image Compressed image dilakukan untuk mendapatkan citra hasil mosaik dan color balancing dengan kapasitas data yang kecil tetapi memiliki kualitas yang tetap baik. Cara ini sangat penting dilakukan untuk proses interpretasi obyek yang diperlukan pada pekerjaan ini. Proses display akan dapat dikaukan lebih cepat bila volume data dapat dikurangi. Proses ini akan dilakukan menggunakan teknologi compressi yang khusus untuk menjaga kualitas citra. 1.5.2.4. Pengolahan Peta Digital Pada pekerjaan ini akan digunakan berbagai macam peta hardcopy (peta cetak) sebagai data bantu/pendukung untuk melaksanakan pekerjaan ini. Peta tersebut bisa berupa peta tematik, peta dasar, maupun peta pendukung lainnya. Pada pekerjaan ini akan digunakan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL sebagai peta dasar, dengan skala 1:50.000. 1.5.2.5. Pemutakhiran (Updating) Data Spasial Proses updating data spasial dilakukan untuk memperbaharui data spasial yang diperoleh dari peta RBI skala 1:50.000. Proses updating data spasial dilakukan dengan menggunakan acuan data citra satelit. 1.5.2.5. Survey Lapangan Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer yang belum tersedia dalam rangka penyusunan katalog informasi sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya fisik/buatan, sumberdaya sosial dan sumberdaya manusia). Survey lapang ini dilaksanakan dalam rangka melakukan verifikasi terhadap data sekunder yangPT. Waindo SpecTerra

9

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

sudah terkumpul sebelumnya serta melakukan pengumpulan data primer. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan meliputi: 1. Jenis Data Sekunder Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam survey lapang akan meliputi kebijakan, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang eksisting, kondisi ekologi serta rencana/studi terkait lainnya. 2. Jenis Data Primer Pengumpulan data primer melalui perekaman data (observasi, pengambilan sampling, penghitungan, pengukuran, wawancara, kuesioner atau focus group discussion) langsung dari sumber pertama (fenomena/objek yang diamati). Adapun jenis data primer yang akan dikumpulkan dari 25 titik sampling,yaitu; Fisik teresterial dan fisik perairan; kelerengan pantai, tipe pantai, kandungan sedimen pantai, kecerahan, substrat dasar, oksigen terlarut, kandungan nutrient perairan, suhu perairan, padatan tersuspensi dan iklim.

PT. Waindo SpecTerra

10

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

BAB II Tinjauan Kebijakan2.1. Kebijakan Sektoral Reformasi yang berlangsung selama ini telah memberi perubahan yang lebih baik. Meskipun demikian masih menyisakan berbagai permasalahan mendasar yang menuntut perhatian khusus dalam pembangunan ke depan, diantaranya tingkat pendapatan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, birokrasi pemerintahan daerah yang belum mampu mengikuti kaedah pemerintahan yang baik; pengelolaan sumberdaya alam yang belum optimal dan kurang mengindahkan asas-asas pembangunan yang berkelanjutan; nilai tambah produk masih rendah (produk primer); rendahnya ketersediaan dan kualitas infranstruktur, dan masih tingginya tingkat ketergantungan pembiayaan pembangunan daerah. Berbagai permasalahan tersebut memberi pengaruh terhadap sistem pemerintahan daerah. Penanganan yang tidak sistemik terhadap permasalahan tersebut akan melahirkan persoalan baru yang berkembang dewasa ini baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kelembagaan, maupun keamanan. Permasalahan mendasar ini perlu ditangani secara berkelanjutan dan komprehensif.

2.1.1. Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) (2005 - 2025) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025. 2.1.1.2. Visi, Misi, Arahan, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Nasional Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 20052025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menujuPT. Waindo SpecTerra

11

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional 2.1.1.3. Tahapan dan Skala Prioritas: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua sektor.

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jambi Visi dan Misi Pembangunan Daerah Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur ditempuh melalui Strategi Pokok yang dijabarkan dalam Agenda Pembangunan Daerah Provinsi Jambi yang memuatPT. Waindo SpecTerra

12

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Sasaran-Sasaran Pokok yang harus dicapai, arah kebijakan, dan program-program pembangunan. Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang dihadapi Provinsi Jambi, ditetapkan VISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2006 2010, yaitu JAMBI MAMPU, MAJU DAN MANDIRI. Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan Provinsi Jambi tersebut ditetapkan 5 (lima) MISI PEMBANGUNAN yaitu: Misi Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2006 2010, yaitu: 1. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan masyarakat; 2. Peningkatan daya saing dan kemandirian daerah; 3. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana dasar; 4. Peningkatan kualitas pelayanan publik; 5. Peningkatan perlindungan masyarakat.

Strategi Pembangunan Daerah Di dalam mendukung terwujudnya visi dan menjalankan misi pembangunan Provinsi Jambi tersebut maka didukung oleh 3 pilar utama, yaitu : 1. 2. 3. Pemerintah Yang Berwibawa dan Bersih dari KKN Sumber Daya Manusia Sebagai Penggerak Pembangunan Potensi Sumber Daya Alam Daerah yang Siap Untuk Digali Dalam

Mengaserelasikan Roda Pembangunan.

Agenda Pembangunan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2006 2010 Bberbagai permasalahan mendasar menuntut perhatian khusus dalam membangun ke depan, diantaranya adalah: (1) masih perlunya memperkuat karakter masyarakat dalam membangun daerah; (2) masih perlunya membenahi sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan yang berkelanjutan; (3) perlunya mengembangkan nasionalisme kemanusiaan serta demokrasi politik dan ekonomi; serta (4) kegamangan dalam menghadapi masa depan serta rentannya sistem pembangunan dan pemerintahan dalam menghadapi perubahan.

PT. Waindo SpecTerra

13

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Visi dan Misi Dengan memperhatikan situasi dan kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada masa lalu, masa kini dan tantangan yang dihadapi pada masa yang akan datang, maka untuk pembangunan lima tahun mendatang ditetapkan visi pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai berikut : TANJUNG JABUNG BARAT YANG MAJU, BERAHLAK MULIA BERKEADILAN, UNGGULAN DIBIDANG AGRIBISNIS DAN JASA Dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2006-2011, disusun misi pembangunan sebagai berikut: 1. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas melalui peningkatan daya saing agribisnis, perdagangan dan jasa serta pemberdayaan usaha kecil mikro dan menengah. 2. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu dan jangkauan layanan pendidikan, pembebasan biaya pendidikan; serta layanan kesehatan yang prima. 3. Mewujudkan peningkatan kualitas dan jangkauan infrastruktur dasar mempercepat perkembangan wilayah, peningkatan aktivitas ekonomi dan social serta memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. 4. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengetasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan. 5. Mewujudkan tatanan social yang berahlak mulia, tentram dan demokratis melalui partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. 6. Mewujudkan tatanan pemerintahan yang tertib, bersih dan mampu menjadikan pelayanan masyarakat.

2.2. Kebijakan Spasial / Penataan Ruang Secara garis besar penataan ruang wilayah terbagi dalam beberapa tingkatan yang secara hirarki berturut-turut yaitu ; skala nasional, propinsi, kabupaten dan kota. Setiap penyusunan rencana tata ruang suatu wilayah pada dasarnya harus mengacu kepadaPT. Waindo SpecTerra

14

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

kebijakan rencana tata ruang diatasnya. Untuk lebih jelasnya Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jambi dan Rencana Pola Ruang Provinsi Jambi dapat dilihat Gambar 2.1. dan Gambar 2.2. Dalam PP 26/2008 ini Ibukota Kabupaten Tanjabar yaitu Kuala Tungkal sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). PKW sebagaimana dimaksud dalam PP 26/2008 ditetapkan dengan kriteria: a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. Kuala Tungkal akan dikembangkan sebagai daerah transit dan pintu gerbang Provinsi Jambi terhadap wilayah segitiga pertumbuhan SIBAJO (Singapura Batam Johor) dengan kegiatan utama: 1. 2. 3. 4. Pusat pemerintahan Kabupaten; Pusat Perdagangan dan Jasa Regional; Industri Perikanan; Pusat Pendidikan

2.2.1. Pola Ruang Wilayah Rencana Pola Ruang berdasarkan PP 26/2008 terbagi dua yaitu: 1. Peruntukan Kawasan Konservasi 2. Peruntukan Kawasan Pemanfaatan Umum Kemudian hasil yang diperoleh dari kedua peruntukan tersebut akan menghasilkan kegiatan-kegiatan terkait antara lain: 1. Kegiatan Pelestarian Lingkungan Hidup 2. Kegiatan Sosial 3. Kegiatan Budaya 4. Kegiatan Ekonomi 5. Kegiatan Pertahanan & Keamanan

PT. Waindo SpecTerra

15

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

2.2.2. RTRW Pulau Sumatera Perencanaan struktur ruan g wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dilakukan dengan memperhatikan struktur ruang yang telah ditetapkan oleh RTRW Nasional, RTRW Pulau Sumatera dan RTRW Provinsi Jambi. Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; maka struktur ruang wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari rencana sistem pusat kegiatan dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah.

2.2.3. RTRW Provinsi Jambi 2.2.3.1. Tujuan (1) Mewujudkan wilayah Provinsi Jambi yang adil, makmur dan sejahtera berbasis pada kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan. (2) Mengoptimalkan dan mensinergikan pemanfaatan sumberdaya daerah secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan nasional. (3) Menyeimbangkan dan menyerasikan perkembangan antarwilayah serta antarsektor dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. (4) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang semakin baik dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan (5) Mendorong pemerataan pembangunan di Provinsi Jambi. (6) Membangun infrastruktur wilayah yang memadai. 2.2.3.2. Kebijakan Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Jambi meliputi kebijakan: (1) Kebijakan pengembangan struktur ruang Provinsi Jambi (2) Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Provinsi Jambi (3) Kebijakan pengembangan kawasan lindung

(4) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya (5) Kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Jambi

2.2.3.3. Strategi Strategi pengembangan tata ruang terkait dengan tujuan dan konsep pengembangan tata ruang yang ditetapkan dimana setiap wilayah pengembangan semakin kuat danPT. Waindo SpecTerra

16

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

berdaya atas dasar potensi yang dimilikinya. Keterkaitan antara pusat produksi dan sumberdaya pemasok bahan baku perlu diupayakan berada dalam satuan ruang yang lebih efisien. Perkuatan tersebut sekaligus perlu diupayakan untuk melestarikan lingkungan dalam satuan ekosistem yang terkait. 2.2.3.4. Struktur Wilayah Pengembangan (Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya, Pusat-pusat Pertumbuhan) Berdasarkan hasil kesepakatan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota serta berdasarkan hasil perhitungan maka luas kawasan lindung di Provinsi Jambi adalah 1,653,352 Ha, atau 30.94% dari luas areal Provinsi Jambi. Berikut merupakan peta arahan RTRW Provinsi Jambi A. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas dan mampu memberikan

perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Dengan ditetapkannya lokasi kawasan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya erosi tanah, bencana alam banjir, sedimentasi serta untuk menjaga fungsi hidrologi tanah dan menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. B. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Setempat Pengelolaan Kawasan Lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan setempat lebih ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan sekitarnya untuk mempertahankan fungsi lindungnya serta pelestarian sumberdaya alam kawasan sekitarnya. Kawasan ini terdiri dari kawasan sepanjang aliran sungai, kawasan sekitar danau serta kawasan sekitar Danau/Waduk. (1) Kawasan Sempadan Pantai Pengelolaan Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini terletak di sepanjang pantai timur Provinsi Jambi yakni meliputi sepanjang pantai Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan luas areal mencapai 18.500 Ha (0,36 % dari luasPT. Waindo SpecTerra

17

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

seluruh wilayah Provinsi Jambi). (2) Sempadan Sungai Kawasan Lindung sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, kawasan yang merupakan sempadan sungai terdapat disepanjang sungai, terutama untuk sungai-sungai besar, yaitu sungai Batang Hari, Batang Tembesi, Batang Asai, Batang Masumai, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang Bungo, Batang Jujuho, Batang Pelapa, Batang Senam dan Sungai Tungkal. Luas sempadan sungai diperkirakan mencapai 268.440 Ha (5,26 %) dari luas seluruh wilayah Provinsi Jambi yang meliputi seluruh Kabupaten / Kota dalam Provinsi Jambi yang menyebar diseluruh Kabupaten Kota dalam Provinsi Jambi. Lebar Sempadan Sungai dapat bervariasi yaitu sampai 100 meter pada sungaisungai besar dan 10 sampai 50 meter pada sungai kecil. (3) Kawasan Sekitar Danau/Waduk Kawasan sekitar Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

waduk/sungai. Tujuan pemantapan kawasan lindung sekitar danau adalah melindungi waduk/danau dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi utama waduk/sungai. C. Kawasan Suaka dan Cagar Alam Kawasan suaka dan cagar alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi perkembangan flora dan fauna yang khas dan keanekaragaman plasma nutfah. Perlindungan ini ditujukan melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. D. Kawasan Rawan Bencana Di Provinsi Jambi kawasan rawan bencana yang berupa kawasan rawan banjir terdapat di Kabupaten Batanghari terutama disebelah timurnya yaitu Kecamatan Kumpeh, sebagian Kec. Muaro Sebo, Kumpeh Ulu, Mestong, Sekernan, Jambi Luar Kota, Pemayung dan Kec. Muara Bulian juga disekitar aliran Sungai Batanghari. Untuk kawasan rawan bencana geologi seperti amblasan, longsor, gempa dan lainnya yang merupakan dampak struktur batuan yang tidak solid, terdapat di Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh danPT. Waindo SpecTerra

18

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Merangin. Untuk itu kegiatan pembangunan di kawasan rawan bencana ini di batasi dan dikendalikan dengan senantiasa melakukan kajian geologi/daya dukung tanah pada setiap kegiatan pembangunannya. 2.2.3.5. Rencana Kawasan Budidaya Berdasarkan fungsinya kawasan budidaya terdiri dari kawasan budidaya pertanian dan kawasan budidaya non pertanian. Kawasan budidaya pertanian terdiri dari kawasan hutan produksi, kawasan tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan dan peternakan. Sedangkan kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan permukiman, kawasan pertambangan, kawasan wisata dan kawasan industri. A. Kawasan Hutan Produksi Penanganan masalah tumpang tindih antar kegiatan budidaya dengan kawasan hutan produksi adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan yang dapat dieksploitasi. Untuk Provinsi Jambi Kawasan Hutan Produksi terdiri dari kawasan produksi tetap, kawasan hutan terbatas dan kawasan hutan partisipasi yang seluruhnya mencapai 985.927 Ha atau 18,45 % dari luas Provinsi Jambi, dan menyebar dibeberapa wilayah kabupaten. B. Kawasan Budidaya Pertanian (1) Pertanian Tanaman Pangan Lokasi pertanian tanaman pangan terdiri dari pertanian tanaman lahan basah dan pertanian tanaman lahan kering. Areal tanaman lahan basah merupakan areal pertanian yang memerlukan air terus-menerus sepanjang tahun/musim atau bergilir dengan tanaman utama padi, terutama pada areal sawah. (2) Tanaman Tahunan/ Perkebunan Areal tanaman tahunan merupakan areal pertanian dengan tanaman tahunan sebagai tanaman utama yang dikelola dengan penggunaan teknologi sederhana sampai tinggi dengan memperhatikan asas konservasi tanah dan air. Pada tanaman areal tahunan ini diutamakan tanaman buah-buahan, perkebunan besar dan perkebunan rakyat. C. Kawasan Budidaya Perternakan Lokasi kegiatan peternakan diarahkan sesuai dengan lokasi kegiatan pertanian, baik lahan basah, lahan kering, maupun kebun campuran sehingga dapat dikembangkan diPT. Waindo SpecTerra

19

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan pengembangan jenis ternak besar potensial dilakukan di Kabupaten Tebo, Muara Jambi, Merangin dan Tanjung Jabung Timur

D. Kawasan Budidaya Perikanan Kegiatan perikanan di Kabupaten Tanjab Timur/Barat selama ini didominasi oleh perikanan tangkap dibandingkan perikanan budidaya. Pemanfaatan lahan untuk perikanan budidaya tersebar di seluruh kabupaten/kota, perikanan tangkap dominan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung timur.

E. Kawasan Budidaya Non-Pertanian Kawasan budidaya non-pertanian di Provinsi Jambi meliputi Kawasan Pertambangan, Kawasan Industri, Kawasan permukiman, dan Kawasan Pariwisata F. Kawasan Permukiman Berdasarkan kondisi dan kecenderungan yang ada, terdapat 2 (dua) jenis permukiman yaitu permukiman teratur dan permukiman tidak teratur. Penentuan luas lahan untuk permukiman ini ditetapkan berdasarkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi serta kebutuhan lahan ideal untuk pengembangan permukiman yang disesuaikan dengan kepadatan penduduk ideal. Luas lahan ideal untuk lahan terbangun diasumsikan sebesar 20% dari keseluruhan luas lahan Provinsi Jambi dengan kepadatan ideal diasumsikan sebesar 80 jiwa/Ha. 2.2.3.6. Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Kecil Arahan Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Kecil di susun berdasarkan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, akan tetapi karena adanya keterbatasan sumber daya, dalam jangka pendek program yang akan dilaksanakan terutama diprioritas untuk membantu mempercepat proses pemulihan ekonomi yang disertai dengan upaya mengatasi masalah kemiskinan yang sebagian besar berada pada masyarakat pesisir, khususnya masyarakat nelayan namun demikian bukan berarti masalah-masalah lainnya diabaikan seperti misalnya: pelestarian lingkungan, pengendalian pemanfaatan ruang, pengembangan teknologi, dan penguatan kelembagaan. Dalam jangka menengah dilaksanakan pula program pembangunan pesisir dan laut yang diarahkan untuk membantu meletakkanPT. Waindo SpecTerra

20

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berlandaskan sistem ekonomi kerakyatan. 2.2.3.7. Sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah Pesisir Pengembangan wilayah di lakukan untuk kesempatan tumbuh dan berkembang pada daerah-daerah sesuai dengan tingkat kemampuannya. Pertumbuhan dan

perkembangan wilayah akan terjadi dengan adanya penunjang prasarana untuk mendorong produksi wilayah secara memadai.

A. Sumberdaya Air dan Pengairan Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah sungai strategis provinsi sedangkan Cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah lintas provinsi. B. Sistem Jaringan Listrik Sistem pengembangan kelistrikan Provinsi Jambi pada saat ini masih menggunakan system pembangkit tenaga diesel, gas, uap dan ketersediaan jaringan distribusi yang

sangat terbatas. Untuk jangka panjang pengembangan kelistrikan dilakukan melalui kesatuan sistem interkoneksi yang merupakan bagian dari interkoneksi listrik pulau sumatera . C. Sistem Jaringan Telekomunikasi Sistem jaringan telekomunikasi Provinsi Jambi terdiri atas: a. Jaringan terestrial; b. Jaringan satelit. Jaringan terestrial dikembangkan secara berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah Provinsi. Jaringan satelit dikembangkan untuk melengkapi sistem jaringan telekomunikasi Provinsi melalui satelit komunikasi. Jaringan telekomunikasi dikembangkan untuk meningkatkan kemudahan hubungan antar wilayah yang diisyaratkan untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan secara efisien dan efektif. D. Sistem Air BersihPT. Waindo SpecTerra

21

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

(1) Sumber air diarahkan pada pemanfaatan air permukaan dengan intake di sungai terdekat yang potensial. (2) Untuk kawasan permukiman perkotaan diarahkan penyediaan air bersih melalui jaringan pipa PDAM dengan memanfaatkan air baku dari sungai/air permukaan. Diprioritaskan pengembangan ini berpusat pada kawasan perkotaan. (3) Untuk kawasan permukiman perdesaan dapat dikembangkan sistem air bersih perdesaan yaitu memanfaatkan sumber air baku yang ada seperti mata air, air tanah dan air sungai (sistem jaringan air secara sederhana) E. Persampahan Rencana Pengelolaan persampahan melalui penyediaan 4 lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah sebagai TPA sampah regional terpadu di setiap kabupaten. Sementara untuk kota yang tidak memiliki lahan untuk lokasi TPAS diarahkan untuk bekerjasama dengan kabupaten terdekat dalam bentuk pengembangan TPAS terpadu kabupaten kota bersangkutan. Sedangkan untuk skala lingkungan khususnya untuk lingkungan perkotaan dikembangkan incenerator yang dikelola secara mandiri dengan konsep Community Base Waste Management. F. Sistem Pembuangan Air Limbah Dalam hal ini akan dibahas mengenai sistem pembuangan limbah rumah tangga khususnya limbah manusia. Di Provinsi Jambi khususnya untuk kawasan perkotaan hingga saat ini belum mempunyai sistem pelayanan limbah manusia secara kolektif (riolering). Pengelolaan limbah penduduk umumnya dilakukan dengan cara individual oleh masyarakat baik itu berupa cubluk maupun dengan sistem pemakaian septik tank. 2.2.4. RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dalam konteks ini penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2010-2025, adalah merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Propinsi (Jambi) secara lebih mendetail. Kedudukan RTRW Kabupaten dalam RTRW Nasional dapat dilihat pada Gambar 2.5. 2.2.4.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tanjung Jabung Barat

PT. Waindo SpecTerra

22

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Perumusan rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dilakukan dengan memperhatikan struktur ruang yang telah ditetapkan oleh RTRW Nasional, RTRW Pulau Sumatera dan RTRW Provinsi Jambi. Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; maka struktur ruang wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari rencana sistem pusat kegiatan dan rencana sistem jaringan

prasarana wilayah. 2.2.4.2. Pola Ruang Wilayah Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dirumuskan berdasarkan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah, kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial, ekonomi dan lingkungan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait. 2.2.4.3 Sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah Rencana sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah (Jaringan Prasarana wilayah) Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang

dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala wilayah. 2.2.4.4 Kawasan Pengembangan Prioritas/Strategis Perumusan penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dapat berupa: 1. Kawasan yang memiliki nilai trategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten 2. Kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten 3. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

PT. Waindo SpecTerra

23

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

BAB III Gambaran Eksisting Wilayah Perencanaan3.1. Kondisi Geografi dan Administrasi Wilayah Kabupaten Tanjabar secara geografis terletak pada posisi 0o53 01o41 Lintang Selatan dan antara 103o 23 - 104o21 Bujur Timur. Pusat pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada di kota Kuala Tungkal. Secara Administrasi Kabupaten Tanjabar berbatasan dengan : o Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Riau o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo o Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala dan Kab. Tanjung Jabung Timur. 3.1.1. Gambaran Umum Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu dari dua kabupaten yang ada di Propinsi Jambi yang mempunyai wilayah daratan, laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang karakteristik geografinya menempati posisi strategis karena berhadapan dengan kawasan segitiga SIJORI (Singapura, Johor dan Riau sehingga sangat prospektif sebagai tujuan pemasaran. Letak kabupaten ini dapat dikatakan sebagai pintu gerbang Provinsi Jambi mengingat letaknya di Kawasan Pantai Timur. Oleh karena itu, tak salah jika wilayah ini juga berstatus sebagai kota transit. Kuala Tungkal sendiri, sebagai ibukota kabupaten di kenal sebagai surga belanja, demikian anggapan masyarakat Jambi. Kota pelabuhan yang terletak di Kecamatan Tungkal Ilir ini, juga dikenal sebagai kota perdagangan Selain posisi strategis tersebut Kabupaten Tanjung Jabung Barat juga memiliki potensi perikanan yang cukup besar baik potensi penangkapan maupun potensi budidaya. Melihat potensi dan keadaan diatas menunjukkan bahwa peluang pengembangan usaha perikanan masih terbuka luas baik untuk memenuhi pasar luar negeri maupun pasar domestik. 3.1.2. Letak dan Batas AdministrasiPT. Waindo SpecTerra

24

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Luas wilayahnya 5.009,8 km dengan ibu kota Kuala Tungkal dengan 250.746 jiwa, dengan kepadatan penduduk 50.05 jiwa/Km2. Kabupaten ini terbagi menjadi 13 (tiga belas) kecamatan yang terbagi lagi menjadi 68 desa setelah dikeluarkannya Perda Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kecamatan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung pada tahun 1999, yang dipecah menjadi dua wilayah kabupaten. Satu kabupaten lainnya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten lama, kemudian diberi nama tambahan nama Barat yang tetap berpusat di Kuala Tungkal. Wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara geografis terletak pada posisi antara 0 45' - 1 10' Lintang Selatan (LS) dan antara 103 05' - 103 37' Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah daratan 1.127,7 km2. Kabupaten Tanjabar merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan pesisir dengan panjang garis pantai lebih kurang 45 km yang membentang dari utara yaitu Desa Sauk labu sampai ke selatan dengan Desa Sungai Dualap. Secara administratif wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Barat meliputi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Seberang Kota, dan Kecamatan Kuala Betara dengan 14 desa dengan luas wilayah 40.748,62 ha atau 407, 49 km2. 3.2. Kondisi Fisik Dasar Pesisir Dataran dan Perairan 3.2.1. Iklim Keadaan iklim di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim di wilayah Propinsi Jambi. Berdasarkan klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah tipe Afa, yaitu tipe iklim hujan tropis. Suhu udara rata-rata 29.90 C, suhu udara maksimum mencapai 320 C dan suhu udara minimum 210 C. Curah hujan tahunan 2.074 mm pertahun. 3.2.2 Topografi & Geomorfologi dan Batimetri 3.2.2.1 Topografi & Geomorfologi Bentuk serta kondisi fisik wilayah pesisir dan laut dimasing-masing wilayah tidak sama, karena tergantung kepada bentuk dari tofografi masing-masing wilayahnya. Secara umum kondisi tofografi wilayah pesisir yaitu datar dan bergelombang. Pada wilayah yang bergelombang, terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar yaitu berkisar antara 0PT. Waindo SpecTerra

25

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

sampai 9 m dpl. Kemudian bentuk tofografi pantainya juga berbeda-beda yaitu ada yang bentuk pantainya datar dan adapula yang pantainya bergelombang. Terjadinya perbedaan bentuk pantai atau garis pantai suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: tektur dan dasar pantai, arus, gelombang, angin dan keberadaan pulau-pulau disekitar pantai. 3.2.2.2 Batimetri Dari hasil survey yang dilakukan dengan pada waktu pengambilan contoh dasar laut telah diukur data kedalaman laut (batimetri), ditambah dengan data data berasal dari peta LPI (Lingkungan Pantai Indonesia) Lb. LPI 0915-04 tahun 1982, maka dapat disimpulkan bahwa kedalaman laut di wilayah perairan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berkisar antara beberapa meter sampai dengan maksimal 7 meter di wilayah perairan perbatasan antara kabupaten dan provinsi. 3.2.3 Geologi Pesisir dan Jenis Tanah & Sistem Lahan 3.2.3.1 Geologi Pesisir Berdasarkan struktur geologinya, wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) formasi yaitu : Zaman Pre-Tersier, Tersier (tersebar diluar wilayah pesisir) dan Kuarter. 3.2.3.2 Jenis Tanah & Sistem Lahan A. Jenis Tanah Uraian jenis tanah Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperoleh dari peta satuan lahan yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1987 skala 1 : 250.000 dengan menggunakan klasifikasi USDA berdasarkan Soil Taxonomy (1975 terdapat lima jenis tanah yaitu : Entisols, Inceptisols, Histosols, Ultisols dan Oxisols. 3.2.4 Pasang Surut Pasang surut di pesisir Tanjung Jabung Barat tergolong tipe semi-diurnal (pasang surut ganda). Frekuensi pasang surut terjadi setiap 12 jam dengan amplitudo antara 2 - 3 m, bahkan pada saat pasang besar (spring tide) dapat lebih tinggi lagi. Batas jangkauan pasang surut yang langsung maupun tidak langsung bervariasi sehingga intrusi air laut dapat berpindah-pindah sesuai dengan keadaan sungai dan pergantian musim. Pengaruh pasang terhadap fluktuasi pasang surut dan intrusi air laut dibeberapa sungai di kawasan ini terlihat pada tidak seimbangnya fluktuasi air tanah dan rendahnya kualitas air permukaan dan air tanah.

PT. Waindo SpecTerra

26

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

3.2.5 Gelombang dan Arus Gelombang laut di Tanjung Jabung Barat bervariasi sesuai dengan keadaan musim (angin). Pada bulan Maret sampai Nopember gelombang laut relatif kecil, sementara pada bulan Desember sampai Februari gelombang laut cukup besar (sampai 2,5 meter) akibat pengaruh musim Barat, dimana angin bertiup cukup kencang, dan bulan ini merupakan musim paceklik bagi nelayan setempat. 3.2.6 Fisik-Kimia dan Biologi Perairan Kualitas air merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung kehidupan biota air. Air sesuai dengan kegunaannya bagi organisme hidup harus memenuhi berbagai persyaratan kehidupan baik secara fisika, kimia dan biologi, meliputi: Suhu, Kecerahan, Padatan Tersuspensi (TSS), Dasar Perairan, Salinitas, Oksigen Terlarut, Biological Oksigen Demand (BOD5) dan COD, Derajat Keasaman (pH), Amoniak, Nitrat dan Nitrit, Fosphat (PO4), Logam Berat (Hg, Pb, Cr dan Fe), Plankton 3.3 Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan 3.3.1. Penggunaan Lahan Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat 13 sistem lahan. Sistem lahan yang dominan terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah MBL seluas 173.963 Ha (31.60 %), KHY seluas 97.264 (17.67 %) MDW seluas 84.276 (15.32 %) dari luas Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penggunaan lahan hutan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, mencakup jenis penggunaan kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan lindung gambut, cagar alam dan Taman Nasional. Dalam pengelolaannya kawasan hutan yang ada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat termasuk dalam hutan negara. 3.3.2. Ekosistem Pesisir 1. Mangrove Hutan mangrove di pesisir Tanjung Jabung Barat memiliki spesies tumbuhan yang cukup lengkap, diantaranya bakau merah (Rhizopora Sp), Api - api (Avicennia Sp), pidada dan nipah. Assosiasi nipah merupakan assosiasi murni dalam arti hanya terdiri dari satu jenis tumbuhan yaitu nipah (Nipah fructicant). Komposisi ekosistem dari flora ini secara alami telah berubah susunan karena sebagian tumbuhan tersebut ada yang sudah rusak dan sebagian lagi telah dibudidayakan meskipun tidakPT. Waindo SpecTerra

27

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

pada lapisan - lapisan yang semestinya. 2. Estuari Daerah estuaria di Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan estuaria yang umum yaitu estuaria yang terbentuk akibat penaikan permukaan air laut yang mengenangi sungai disekitar pantai yang landai. Oleh karena estuaria merupakan gabungan dari tiga komponen ekosistem yaitu perairan tawar, payau dan laut maka daerah estuaria mempunyai peranan sifat fisik penting terhadap kehidupan berbagai biota yang ada disekitarnya seperti keberadaan salinitas, jenis substrat, sirkulasi antara air tawar dan laut, pasang-surat dan kandungan unsur hara. Walaupun daerah eatuaria perpaduan dari

ekosistem tawar dan laut, namun jumlah spesies yang menghuni daerah estuaria ini sangat sedikit sekali. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi lingkungan yang besar sehingga hanya sedikit sekali organisme yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. 3.3.3. Kegiatan Penangkapan Di Tanjung Barat tercatat sebanyak 1.121 unit alat tangkap tradisional milik nelayan pada tahun 2008 dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 887 unit atau mengalami penurnan sebesar 234 unit (21%), yang kini terus dibina untuk meningkatkan hasil tangkap. Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk dapat menggali potensi

sumberdaya kelautan yang optimal, diperlukan teknologi yang mutakhir, misalnya dalam penentuan daerah penangkapan (fishing ground) merupakan kunci keberhasilan dalam praktek penangkapan ikan di laut atau di danau. 3.3.4. Kegiatan Perikanan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki potensi pengembangan budidaya tambak seluas 5.000 Ha yang tersebar di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Tungkal Ilir dan Kecamatan Betara. Hingga saat ini potensi tersebut baru dimanfaatkan seluas 1.020 ha meningkat dari tahu 2004 yaitu 1.004 Ha dengan penerapan teknologi tradisional plus. Komoditi yang dibudidayakan antara lain adalah udang windu, ikan bandeng, dan kakap putih. Pada tahun 2004, produksi budidaya tambak sebesar 1.010 ton tahun 2008 produksi meningkat menjadi 1606,6 ton. Produktivitasnya masih cukup rendah ( 1 Ton/Ha/Tahun). Meskipun demikian, usaha budidaya tambak telah memberikan pendapatan yang cukup lumayan bagi masyarakat (pembudidaya tambak) baik dari penjualan hasil utamanyaPT. Waindo SpecTerra

28

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

(udang windu, bandeng atau kakap putih) maupun hasil sampingnya. 3.4 Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir 3.4.1. Sentra Kegiatan Perikanan Kondisi infrastruktur perikanan di Tanjung Jabung Barat sangat minim sekali, hal ini dapat di lihat dari dari berbagai sarana dan prasaran yang dimiliki. Sebagai wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya memiliki satu buah tempat pelelangan ikan (TPI) yang terletak di kecamatan Tungkal Ilir, sedangkan di kecamatan Kuala Betara dan kecamatan Seberang Kota tidak ada. Pada kecamatan Kuala Betara hasil tangkap nelayan hanya di daratkan d sepanjang pingir sungai tempat mereka tinggal. Disamping itu tempat pelelangan ikan yang adapun belum berpungsi secara optimal. 3.4.2. Sentra Kegiatan Pariwisata Untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat sentra kegiatan pariwisata terutama wisata pantai kurang mendukung karena pantainya berlumpur. Kegiatan wisata yang dapat di kembangkan adalah wisata alam hutan mangrove karena daerah ini cukup banyak hutan mangrovenya. Tempat pariwisata pernah di kembangkan di Kuala Tungkal yag di kenal Tungkal Ancol Beach, tetapi sekarang tidak terawat dengan baik bahkan telah banyak fasilitas yang di bangun menjadi rusak dan hancur 3.4.3. Sentra Kegiatan Perhubungan 3.4.3.1. Sistem Prasarana Transportasi Sistem Transportasi Darat A. Sistem Jaringan Jalan Panjang jalan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 adalah 1.557,126 Km. Terdiri dari jalan baik 487,388 Km, jalan sedang 299,810 Km, jalan rusak 413,382 Km, dan jalan rusak berat 338,571 Km. B. Jembatan Untuk menunjang kelancaran transportasi barang dan jasa juga diperlukan infrastruktur jembatan yang memadai. Sampai dengan tahun 2009 jumlah jembatan dengan konstruksi besi/beton di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 66 buah, dan jembatanPT. Waindo SpecTerra

29

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

dengan konstruksi kayu masih sebanyak 146 buah. C. Terminal Dari hasil pengamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terminal yang ada terbatas pada pelayanan arus penumpang dan barang antar kota dalam provinsi (AKDP) yaitu Terminal Pembengis Kuala Tungkal dengan Type B yang mempunyai kapsitas 100 kendaraan yang terletak di Kecamatan Bram Itam dan Terminal Kota Kuala Tungkal dengan Type C dengan kapasitas 50 kendaraan. D. Angkutan Umum Sarana Transportasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berupa angkutan penumpang dan angkutan barang yang dipergunakan sebagai alat pergerakan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan penduduk dari desa-desa di sekitar kawasan perkotaan dalam melakukan aktifitas dari daerah asal ke daerah tujuan ataupun sebaliknya. Sistem Transportasi Rel Kereta Api Kondisi eksisting sistem transportasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat memang belum memanfaatkan jaringan kereta api sebagai salah satu modal transportasi. Namun demikian substansi rencana tata ruang wilayah dalam hierarki yang lebih tinggi menyebutkan bahwa dalam rentang waktu yang akan datang terdapat rencana pembangunan jaringan kereta api yang melewati wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Substansi tersebut tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa jaringan kereta api yang melewati Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan jaringan kereta api yang akan menjangkau sampai dengan kawasan: Batas Sumatera Selatan Tempino - Jambi Sengeti Rantau Badak Pekan Baru Rantau Badak Muara Tebo Rantau Badak Kuala Tungkal Muaro Sabak

Sistem Transportasi Sungai dan Laut Jenis pelayanan angkutan perairan juga memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam lingkupPT. Waindo SpecTerra

30

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

internal banyaknya sungai dengan kelebaran yang memadai dapat menjangkau sampai wilayah pedalaman, menyebabkan sungai berfungsi sebagai sarana transportasi pergerakan penduduknya.

3.4.4. Sentra Kegiatan Lain lain Wilayah pesisir dan laut kabupaten Tanjung Jabung Barat terutama di kecamatan Tungkal Ilir dapat dilakukan berbagai kegiatan lainnya terutama yang bergerak di bidang jasa dan perdaganan. Hal tersebut disebabkan karena Tungkal Ilir merupakan pusat ibu kota kabupaten. Saat ini sentra kegiatan yang berkembang adalah pemeliharaan burung walet, jasa dan perdagangan.Untuk kegiatan perdaganan sangat potensi sekali karena Tanjung Jabung Barat bertetangga dengan Riau Kepulauan (Batam) yang sangat maju dengan perdagangan serta Singapura dan Johor Malaysia (SIJORI). 3.5. Perekonomian Kelautan dan Perikanan Sebagai daerah pertemuan arus, perairan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat kaya akan jenis-jenis ikan dan biota perairan lainnya. Beberapa diantaranya bahkan

memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti udang jerbung/putih/peci (Penaeus merguiensis sp.), Udang Dogol, Udang belalang/ketak (Squillamentous sp.), ikan bawal putih, bawal hitam, tenggiri, kembung, kepiting, ubur-ubur dll. Jenis-jenis ikan/udang tersebut umumnya tertangkap sepanjang tahun kecuali ubur-ubur yang tertangkap pada bulan-bulan tertentu (Nopember Januari).

PT. Waindo SpecTerra

31

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

BAB IV Isu isu Strategis4.1. Isu Isu Pokok Spasial Isu-isu pokok spasial di kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu semakin menurunnya kualitas lingkungan baik di darat maupun di perairan. Terjadinya penurnan ini disebabkan oleh tingginya atau semakin pesatnya kegiatan di daratan mulai dari hulu sampai ke hilir. Beberapa kegiatan yang sangat menonjol di kabupaten Tanjung Jabung

Barat adalah kegiatan industri kertas yang memerlukan bahan baku dari kayu sehingga penebangan atau pemanfaatan hutan semakin meningkat. Kemudian pembukaan lahan untuk perkebunan sawit serta pertambangan minyak dan gas. Kesemua kegiatan ini

merupakan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang dominan di kabupaten Tanjung Jabung Barat.

4.1.1. Kegiatan Darat Yang Mempengaruhi Laut 1. Sedimentasi dan Abrasi Proses sedimentasi di wilayah pesisir Tanjung Jabung Barat disebabkan dari aliran air sungai Pengabuan, sungai Betara dan sungai Pangkal Duri membawa partikel tanah/sedimen aluvial akibat erosi formasi batuan di bagian hulu sungai.

2. Pencemaran Perairan Pencemaran fisik yang paling menonjol adalah pencemaran oleh sampah. Meskipun sampah bukan termasuk limbah jenis B-3 (beracun/berbahaya), tetapi cukup

mengkhawatirkan bagi keseimbangan ekosistem estuaria dan perairan pantai. Pembuangan sampah ke sungai/laut merupakan cara yang paling mudah dan banyak dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar parit/sungai. Selain pencemaran fisik (oleh sampah) seperti diuraikan di atas, parameter kimiawi yang perlu mendapat perhatian adalah phenol. Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2004, ada indikasi meningkatnya senyawaPT. Waindo SpecTerra

32

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

phenol di perairan pantai. Hal ini perlu dicermati khususnya oleh instansi yang terkait untuk langkah-langkah pemecahannya.

3. Degradasi Hutan Mangrove Ketebalan hutan mangrove di wilayah pesisir Tanjung Jabung Barat bervariasi antara 150 700 meter, dengan luas keseluruhan diperkirakan 17.863 Ha dan diperkirakan akan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Data tahun 1982 1997

menunjukkan, tingkat penurunan luas hutan mangrove di wilayah pantai Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur sebesar 1.000 Ha per tahun. Menurunnya luasan hutan mangrove ini disebabkan oleh berbagai pemanfaatan oleh masyarakat maupun pemerintah seperti bahan konstruksi bangunan, pembukaan areal tambak/budidaya pertanian, industri arang bakau, keperluan sosial lainnya, pengembangan wilayah/infrastruktur dan lain-lain.

4.1.2. Kegiatan Laut/Perairan yang Mempengaruhi Daratan Kegiatan laut/perairan yang mempengaruhi daratan di kabupaten Tanjung Jabung Barat hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena perairan laut di wilayah Tanjung Jabung Barat merupakan perairan dangkal dengan dasar perairan berlumpur. Disamping itu gelombang perairan laut Tanjung Jabung Barat relatif rendah karenaa terhalang pulaupulau yang terdapat di provinsi Riau Kepulauan. Walaupun demikian, pengaruh abrasi pada wilayah pesisir terutama di pingir sungai Tungkal dan Betara disebabkan oleh alur transportasi laut kapal-kapal yang berukuran 1500 GT sampai 2000 GT. 4.2 Isu Isu Pokok Pengembangan Kegiatan Pesisir 4.2.1. Kegiatan Perikanan Berbagai masalah yang dihadapi dan dikeluhkan oleh nelayan kecil yang beroperasi di pantai adalah menurunnya hasil tangkapan ikan. Beberapa faktor penyebabnya yang dapat diidentifikasi adalah bertambahnya armada penangkapan ikan, penggunaan alat tangkap ikan yang kurang ramah lingkungan, meningkatnya pencemaran perairan, menipisnya hutan mangrove sebagai tempat pemijahan dan perawatan anak ikan, dan belum adanya sistem pengelolaan sumberdaya ikan yang memenuhi kaidah pengelolaan yang bertanggung jawab (responsible fisheries) yang didukung dengan penegakan hukum.PT. Waindo SpecTerra

33

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

4.2.2. Kegiatan Pariwisata Selain potensi sumberdaya hayati, wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat juga memiliki potensi jasa-jasa lingkungan seperti wisata pantai/ekowisata, jasa transportasi laut, dll. Jasa transportasi laut telah berkembang seiring dengan perkembangan masyarakatnya sendiri, yaitu baik antar wilayah pesisir maupun antar propinsi seperti Ferry cepat Kuala Tungkal Batam - Tanjung Balai. Sementara itu wisata pantai baru ada satu yang dikembangkan yaitu Tungkal Ancol Beach.

4.2.3. Kegiatan Perhubungan Laut Pelabuhan Laut Kuala Tungkal meliputi area daratan dan perairan (laut dan sungai) yang cukup luas, dan mencakup Daerah Lingkungan Keraja (DLKR) Pelabuhan Kuala Tungkal dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) Pelabuhan Kuala Tungkal. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan Kuala Tungkal seluas 5 Ha, dengan batas-batas titik koordinat (0 49 10 LS 103 27 25 BT), (0 48 55 LS 103 28 10BT), (0 4915 LS 103 27 55 BT) dan (0 49 10 LS 103 28 00 BT). Sedangkan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan meliputi perairan sungai Pengabuan yaitu dari Pelabuhan Laut Kuala Tungkal sampai perairan sungai di Desa Taman Raja Kecamatan Tungkal Ulu sepanjang 65 mil laut.

4.2.4. Kegiatan Industri Kuala Tungkal, pusat pemerintahan kabupaten, sudah lama dilanda "demam" sarang burung walet. Komoditas yang satu ini dapat dijumpai di sebagian besar wilayah kabupaten. Usaha sarang burung walet ini menurut penduduk setempat sudah dimulai sekitar sepuluh tahun lalu dan hingga kini tetap diminati. Rumah bertingkat tiga dibangun dengan menyisakan tingkat paling atas untuk burung walet, agar sang burung mau membuat sarangnya di sana.

PT. Waindo SpecTerra

34

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

4.3. Isu Isu Pokok Pengembangan Infrastruktur Wilayah 1. Konflik Pemanfaatan Ruang dan Sumberdaya Wilayah pesisir dan laut memiliki karakteristik yang sangat spesifik dan sangat rentan terhadap konflik pemanfaatan baik ruang maupun sumberdaya. Konflik pemanfaatan ruang telah terjadi baik antar masyarakat maupun antar sektor. Masingmasing sektor melaksanakan program pembangunannya sesuai dengan landasan hukumnya masing-masing tanpa memperhatikan kepentingan sektor lainnya.

2. Rendahnya Sanitasi Lingkungan dan Derajat Kesehatan Masyarakat Sanitasi lingkungan di wilayah pesisir khususnya pada sentra-sentra pemukiman merupakan persoalan yang cukup krusial. Kondisi tanah berawa dan tidak adanya sistem drainase yang baik merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi rendahnya sanitasi lingkungan. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke bawah rumah atau ke parit-parit ikut memperburuk sanitasi lingkungan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

PT. Waindo SpecTerra

35

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

BAB V Analisis Wilayah PesisirUndang-Undang No.27 tahun 2007 pada Bab IV tentang Perencanaan pasal 9 ayat 13 menjelaskan mengenai rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP-3K) sebagai berikut: (1) RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota. (2) RZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. (3) Perencanaan RZWP-3-K dilakukan dengan mempertimbangkan: a. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung ekosistem, fungsi pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensi ruang dan waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan; b. keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya, fungsi, estetika lingkungan, dan kualitas lahan pesisir; dan c. kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses Masyarakat dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi. 5.1. Analisis Kesesuaian Peruntukan Pesisir (Darat dan Laut) Dalam menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat, beberapa prinsip yang mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut : 1. Menghindarkan perubahan yang tiba-tiba antar zona, misalnya suatu wilayah ditetapkan sebagai perlindungan tinggi sedangkan wilayah berikutnya ditetapkan sebagai wilayah perlindungan rendah. 2. Menghindarkan penghapusan pemanfaatan yang telah ada pada wilayah rencana, kecuali pemanfaatannya dilakukan secara tidak berkelanjutan dan bersifat merusak. Jika diperlukan untuk menghapus pemanfaatan sumberdaya yang legal dari suatuPT. Waindo SpecTerra

36

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

wilayah, maka penetapan zonasi harus dibuat untuk menghindarkan berlanjutnya aktivitas tersebut di wilayah lain. 3. Zonasi seharusnya tidak memfokuskan diri pada habitat yang spesifik, tetapi ditujukan kepada pemanfaatan sumberdaya yang ada di wilayah tersebut. 4. Wilayah perlindungan menggabungkan jajaran habitat yang bersambungan

Dari hasil analisis ini akan diperoleh kesesuaian lahan pemanfaatan ruang dalam bentuk peta kesesuaian lahan pemanfaatan ruang untuk Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi (Lindung), Kawasan Strategis Nasional Tertentu dan Kawasan Alur/Lorong. Beberapa Kesesuaian Peruntukan Pesisir dan Laut yang penting terkait dengan wilayah kajian adalah: kajian adalah:

5.1.1. Kesesuaian Pesisir untuk Konservasi Mangrove Konservasi mangrove (eksisting dan usulan ) di daerah terdapat di beberapa wilayah: di bagian utara (sekitar Desa Sual Labu) dan selatan (selatan Tg. Pangkalbabu) dan Desa Betara Kiri). Kesesuaian Pesisir untuk mangrove di daerah ini termasuk klasifikasi Sesuai (N) sampai Tidak Sesuai (N). 5.1.2. Kesesuaian Pesisir untuk Kawasan Pelabuhan Kesesuaian pesisir untuk kawasan Pelabuhan disajikan pada tabel 5.3. Berdasarkan data dan hasil analisis laboratorium contoh di lapangan dipadukan dengan eksisting data, ditunjukkan pada tabel 5.4, maka akan diperoleh data awal untuk kesesuaian untuk pelabuhan masuk dalam kategori kriteria kesesuaian: Sesuai (S2). 5.2. Analisis Daya Dukung Kawasan, Zona dan Subzona Daya Dukung Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kemampuan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Analisis Daya Dukung Kawasan, Zona dan Subzona wilayah pesisir meliputi daya dukung fisik lingkungan (geografi, geologi, geomorfologi, hidrologi, ekobiologis) dan hidro-oseanografi.. 5.2.1. Daya Dukung Perairan Untuk Kegiatan Budidaya Perairan Laut dan Pantai Perairan laut dan pantai Kabupaten Tanjung Jabung Barat meliputi 3 Kecamatan,PT. Waindo SpecTerra

37

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

yakni Kecamatan Seberang Kota, Tungkal Hilir dan Kuala Berata. Pada perairan laut Tanjung Jabung Barat di aliri oleh 2 buah sungai besar yaitu sungai Betara dan sungai Tungkal (Pengabuan) sehingga kondisi perairan laut (daya dukung perairan) sangat dipengaruhi oleh masukan dari kedua aliran sungai tersebut. Berdasarkan hasil analisis pada 5 lokasi yang jauh dari pantai (lebih baik dari 15 lokasi yang lain) dari 20 lokasi titik sampel dengan menggunakan metode diatas, ternyata tidak ada satupun lokasi yang layak. Dari Hasil analisis daya dukung perairan untuk

budidaya laut skor nilai dari lima lokasi berkisar antara 52,00 sampai dengan 56,67. Begitu juga untuk budidaya kerang-kerangan, kondisi perairan juga sudah tidak layak sesuai dengan hasil analisis yang mengacu kepada hasil penilaian. Sedangkan hasil penilaian kondisi perairan laut Tanjung Jabung Barat nilai skornya adalah 13 yaitu kurang baik. Selain dari kriteria penilaian kondisi perairan Tanjung Jabung Barat juga telah mulai terdeteksi oleh bahan pencemar seperti logam berat seperti Hg dan Pb. 5.2.2. Daya Dukung Perairan Untuk Kegiatan Tambak Udang dan Bandeng Hasil untuk tambak udang dan untuk tambak bandeng kurang layak. Dari Hasil analasis daya dukung lahan untuk budidaya tambak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat rata-rata nilai skornya adalah 65,33. Selain dari hasil analisis daya dukung perairan,

kondisi perairan laut di Tanjung Jabung Barat juga telah mulai terdeteksi oleh bahan pencemar seperti logam berat seperti Hg dan Pb. Padahal sumber air yang digunakan untuk kegiatan budidaya tambak berasal dari air laut dan sungai Tungkal (Pengabuan) dan sungai Betara. 5.2.3 Perikanan Tangkap Total Produksi perikanan laut di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 adalah sebesar 21.481.ton. Kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kontribusi produksi perikanan tangkap di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini terlihat tidak significan dibandingkan dengan kontribusi dari produksi lainnya. 5.2.4 Perikanan Pengolahan Sentra pengolahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu berupa pengolaha hasil produk perikanan laut yang tidak bernilai ekonomis. Ikan ikan yang tidak bernilai ekonomis tersebut di olah menjadi tepung ikan dan surimi. Saat ini produksi atau hasil tangkapan nelayan togok dan belat semakin menurun sehingga tidak mencukupi untuk di olah yang akhirnya menyebabkan idustri pengolahan tersebut tidak beroperasi lagi.PT. Waindo SpecTerra

38

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

5.3. Analisis Rencana Pengembangan Pesisir Sesuai dengan hasil kesepakatan SKPD dan Tim POKJA penyusunan draf rencana zonasi kawasan pesisir dan laut Tanjung Jabung Barat, maka disepakati pengembangan wilayah pesisir dan laut antara lain adalah: 1. Wilayah pesisir yang di tumbuhi oleh hutan mangrove baik di bagian utara sungai Tungkal (Pengabuan) yang termasuk kecamatan Seberang Kota dan bagian selatan yang termasuk kecasmatan Tungkal Ilir dan Kuala Betara di jadikan kawasan konservasi. Dengan dijadikan kawasan hutan mangrove sebagai lokasi konservasi, maka kegiatan yang ada sebelumnya seperti kawasan DPL Kerang dara, DPL Pengembangbiakan ikan, udang dan mangrove dll secara langsung tetap terlindungi dan bahkan tingkat perlindungannya jauh lebih tinggi. 2. Menjadikan daerah di sepanjang bibir/bantaran sungai dari ujung muara sungai Tungkal (sungai Pengabuan) yaitu mulai dekat pelabuhan roro sampai kearah hulu yaitu pelabuhan dagang (niaga) milik perorangan. 3. Mengembangkan minapolitan tangkap yang lokasinya berada di Pelabuhan Perikanan Kuala Tungkal dengan dengan seluruh fasilitas-fasilitas pendukung untuk pengembangan minapolitan tersebut. 4. Penataan zona alur transportasi laut dan sungai yang merupakan urat nadi pengembangan Kota Kuala Tungkal sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dari sektor jasa. 5.3.1. Target Perencanaan Target perencanaan zonasi wilayah pesisir dan laut kabupaten Tanjung Jabung Barat dilakukan dengan menggunakan strategi yang mampu meningkatkan kualitas perairan laut yang samai saat ini telah mengalami tekanan yang cukup berat oleh berbagai bahan pencemar seperti pencemaran dari limbah industri yang ada di hulu sungai Tungkal (sungai Pengabuan), limbah minyak dan gas dari hasil proses penambangan dari perusahaan Petrochina serta limbah domestik lainnya. Hasil perhitungan kualitas air baik secara fisika, kimia, biologi dan logam berat serta Daya Dukung Lahan, maka perbaikan kualitas perairan menjadi target perencaanaan utama. Strategi yang dapat ditempuh untuk mencapai maksud diatas meliputi berbagai cara dan pendekatan, baik yang mencakup perlindungan ekosistem, pengelolaan limbah domestik dan pasar secara lebih baik,dan pengotrolan buangan limbah dari industri.PT. Waindo SpecTerra

rencana

39

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Dengan dilakukan atau ditetapkan kawasan hutan mangrove di kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai kawasan konservasi, karena kawasan tersebut juga merupakan jajaran hutan lindung rawa gambut Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka diharapkan akan dapat menimbulkan dampak positif terhadap biota perairan laut Tanjung Jabung Barat. Adapaun dampak positif yang akan ditimbulkan dengan terjaganya hutan mangrove di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu: dapat melindungai pantai dan menjaga

ekosistem yang ada disekitarnya, melestarikan keanekaragaman hayati, melindungi sektor perikanan (budidaya dan tangkap), ekowisata penyerapan limbah. 5.3.2. Pemilihan Alternatif Kegiatan pada Zona dan Subzona Dalam pemilihan alternatif kegiatan pada zona dan subzona kawasan pesisir dan laut kabupaten Tanjung Jabung Barat, maka disesuaikan dengan kondisi dan tofografi suatu wilayah. Untuk zona perikanan tangkap kondisi perairan laut kabupaten Tanjung Jabung Barat yang pengelolaanya sejauh 4 mill laut saat ini sudah tidak mendukung lagi untuk mengembangan atau peningkatan produksi tangkap. Hal tersebut disebabkan kondisi perairan yang semakin dangkal bahkan dari hasil survei sampai sejauh 4 mill kedalam perairan hanya berkisar antara 1,5 sampai 3 meter. Sedangkan untuk pengembangan alternatif kegiatan pada zona dan subzona perikanan budidaya, baik budidaya laut maupun budidaya tambak yaitu melaui konservasi. Alternatif yang dilakukan agar keberadaan ikan tetap banyak dan tidak terancam habis akibat kegiatan penangkapan yaitu melalui koservasi ekosistem mangrove. Kemudian untuk kegiatan alternatif pada budidaya tambak selain dari budidaya udang dan bandeng, maka dapat juga dikembangakan budidaya ikan nila. Ikan nila ini dapat dibudidayakan di dalam tambak atau kolam walaupun salinitas perairan lebih dari 10 %o. Tetapi, dari hasil survei kualitas air untuk aktifitas budidaya pada perairan laut dan pantai di kabupaten Tanjung Jabung Barat sudah kurang mendukung lagi. 5.3.3 Rencana Pencapaian Target Kegiatan Berdasarkan kesepakatan pada FGD III untuk meningkatkan kualitas perairan dan menjaga atau mempertahankan keberadaan biota perairan laut maka kegiatan yang ditetapkan adalah kawasan konservasi, zona sepadan pantai dan subzona hutan mangrove. Oleh karena konservasi merupakan persoalan yang cukup urgen untuk diatasi di kabupaten Tanjung Jabung Barat terutama dalam mengatasi penurunan kualitas air dan menjaga keanekaragaman fauna dan flora pada ekosistem mangrove serta keanekaragaman biotaPT. Waindo SpecTerra

40

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

akuatik, maka rencana pencapaian target untuk kawasan konservasi zona sepadan pantai dan subzona hutan mangrove adalah menetapkan Surat Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan tentang kawasan lindung dan konservasi hutan mangrove dapat terlaksana pada tahun 2011. 5.4. Analisis Pentahapan Pengembangan Pentahapan dan penjadwalan pada prinsipnya dilaksanakan menurut rangkaian kegiatan sebagai berikut : Tahap 1 : Pemantapan Status Kawasan konservasi mangrove dan pelabuhan, dilaksanakan pada tahun pertama. Tahap 2 : Penyusunan Rencana Pembiayaan, dilaksanakan pada tahun pertama. Tahap 3 : Pembentukan Organisasi Pengelola Tahap 4 : Penetapan batas kawasan perairan dan pembangunan saranaprasarana. Dilaksanakan mulai tahun ke-2 dan untuk tahun selanjutnya merupakan penambahan dan perbaikan. Tahap 5 : Penyusunan Rencana Detail Pengelolaan. Tahap ini terdiri atas komponen kegiatan: (a) Pemanfaatan (pendayagunaan) kawasan perairan dan sepadan pantai yang berkesinambungan. (b) Peran serta masyarakat. (c) Pembinaan daya dukung kawasan perairan dan sepadan pantai. Tahap 6 : Rencana Pengelolaan Jangka Panjang. Tahap ini meliputi komponen pemantauan dan evaluasi pengembangan kawasan perairan serta penelitian jangka panjang. 5.4.1 Prioritas Pengembangan Berdasarkan analisis pentahapan pengembangan kawasan Konservasi mangrove dan Penataatn Pelabuhan dengan mempertimbangkan legalitas status kawasan, kesiapan organisasi pengelola, ketersediaan dana (investor) dan kesiapan masyarakat setempat, maka skala prioritas kegiatan pada lima tahun pertama adalah penetapak kawasan penataan

konservasi mangrove untuk menjaga dan melindungai biota serta ekosistem disekitarnya. Kemudian penataan pelabuhan yang sangat penting sekali. 5.4.2. Indikasi ProgramPT. Waindo SpecTerra

41

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Indikasi program atau kegiatan yang akan dilakukan harus terkait dengan penyelenggaraan pembangunan masyarakat di sekitarnya. Untuk itu perlu adanya peningkatan peran serta masyarakat yang aktif dan positif serta selalu diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat tentang kegiatan perlindungan atau konservasi mangrove, dan penataan pelabuhan yang berwawasan lingkungan. Oleh karenanya tugas bagi Pengelola dalam kerangka pengembangan masyarakat setempat adalah : a. Menyediakan insentif bagi masyarakat setempat atas peran sertanya dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kawasan perairan. b. Menyediakan sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat setempat yang sangat bergantung pada pemanfaatan ekstraktif sumber daya alam yang berada pada kondisi kritis. c. Mengembangkan suatu pedoman kerjasama pemberdayaan masyarakat dengan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi. 5.5. Analisis Penataan Zona dan Subzona 5.5.1 Prinsip prinsip Pengembangan Undang-Undang No.27 tahun 2007 pada Bab IV tentang Perencanaan pasal 9 ayat 1-3 menjelaskan mengenai rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP-3K) sebagai berikut: (4) RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota. (5) RZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. (6) Perencanaan RZWP-3-K dilakukan dengan mempertimbangkan: a. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung ekosistem, fungsi pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensi ruang dan waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan; b. keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya, fungsi, estetika lingkungan, dan kualitas lahan pesisir; dan c. kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses Masyarakat dalam

pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi.PT. Waindo SpecTerra

42

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Arahan pemanfaatan ruang (rencana pola ruang) dirumuskan berdasarkan : a. Kebijakan dan strategi penataan ruang; b. Kesesuaian dan Keterkaitan antar kegiatan di wilayah pesisir dan laut kabupaten Tanjung jabung Barat c. Daya dukung dan daya tampung wilayah pesisir dan laut Tanjung Jabung Barat. d. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait. 5.5.2. Konsep Pengembangan Konsep pengembangan Zonasi Wilayah Pesisir Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah dengan mengembangkan kawasan Konservasi Hutan Mangrove dan Penataan zona Pelabuhan. Pengembangan kawasan konservasi bertujuan untuk memperbaiki ekosistem perairan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang telah mengalami tekanan pencemaran dari berbagai kegiatan di sektor industri, pembukaan lahan perkebunanan yang ada di hulu. Disamping itu juga pengaturan dan pengontrolan berbagai industri yang terdapat di sepanjang sungai Kuala Tungkal (Pengabuan) dan sungai Kuala Betara yang merupakan sumber masukan bahan pencemar yang menyebabkan tingginya sedimentasi di perairan laut. Apabila kualitas perairan telah baik sehing pertumbuhan dan perkembangan biota yang hidup disekitarnya kana melimpah. Sedangkan konsep untuk

perairan

mengembangkan perikanan tangkap di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu dengan meningkatkan teknologi penangkapan melalui peningkatan ukuran kapal dan variasi alat tangkap sehingga dapat bersaing dengan nelayan laingnya di kawasan diatas 4 mill. 5.5.3. Konsep Rencana Pengembangan Zona dan Sub Zona Penetapan kawasan, zona dan sub zona dalam proses penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan laut kabupaten mengikuti acuan/peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan antara lain: UU 27 Tahun 2007 Tentang PWP3K; PerMen KP No. 16 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Pesisir dan PulauPulau Kecil dan Ketentuan Mengenai Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kab/Kota (Dit. TRLP3K, 2010). Penetapan penzonaan kawasan, zona dan subzona terbagi dalam 4 (empat) kawasan yaitu : . 1. Kawasan Pemanfaatan Umum 2. Kawasan Konservasi 3. Kawasan StrategisPT. Waindo SpecTerra

43

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

a. Kawasan Strategis Nasional Tertentu Kawasan Strategis Nasional Tertentu berdasarkan UU 27/2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, merupakan kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional. b. Kawasana Strategis Propinsi/Kabupaten Kawasana Strategis Propinsi/Kabupaten berdasarkan PP 26/2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/RTRWN) adalah kawasan yang secara ekonomi dan geopolitik penting untuk dikembangkan 4. Alur Laut Alur Laut merupakan alur pelayaran di perairan yang dimanfaatkan, antara lain : alur pelayaran dan ALKI pipa/kabel bawah laut, jalur migrasi biota laut.

Penyusunan Peta Awal Zonasi Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat dilaksanakan dengan mengikuti pola bagan alir pengumpulan data sumberdaya dan tematik, analisa spasial, peta sumberdaya pesisir laut dan tematik dan tema terkait lainnya. Penetapan atau Penzonaan awal Kawasan, Zona dan Sub Zona di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah dilakukan berdasarkan eksisting data dan juga dari hasil analisis laboratorium contoh perairan, dasar laut dan pesisir. 5.6. Peraturan dan Arahan Larangan Zona 5.6.1 Zona Hutan Bakau Pantai Timur Jambi Guna melestarikan lingkungan dan melindungi keanekaragaman biota serta ekosistemnya, perlu diikuti kebijaksanaan dan aturan meliputi : Dilarang melakukan penebangan mangrove, reklamasi dan pembangunan permukiman yang mempengaruhi fungsi kawasan dan merubah bentang alam. Pelarangan melakukan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada pada tiap jenis kawasan suaka alam. Budidaya perikanan diperbolehkan sepanjang memenuhi kaidah-kaidah konservasi.

PT. Waindo SpecTerra

44

Executive SummaryBantuan Teknis Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi

Diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian dan wisata alam sepanjang tidak merusak kawasan pantai berhutan bakau dan habitat satwa liar yang ada.

5.6.2 Zona Perlindungan Setempat (Sempadan) Zona perlindungan setempat yang ditetapkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat meliputi daerah sempadan pantai dan sempadan sungai. Pengaturan penzonaan sempadan dan sungai berikut ini di modifikasi dari Revisi RTRW Kab. Tanjung Jabung Barat, 2010, dengan arahan sebagai berikut: a. Sempadan Pantai - Dalam daerah sempadan pantai yang termasuk dalam zona inti wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya kecuali kegiatan penetitian, bangunan pengendali air, dan sistem peringatan dini (early warning system). - Dalam daerah sempadan pantai yang termasuk zona pemanfaatan terbatas dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya pesisir, ekowisata, dan perikanan tradisional. - Dalam daerah sempadan pantai yang termasuk zona lain dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya sesuai peruntukan kawasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. Sempadan Sungai - Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan da