05.40.0086 Vincentia Suzana Santoso

Embed Size (px)

DESCRIPTION

agne vulgaris

Citation preview

  • PROKRASTINASI PADA MAHASISWA YANG SEDANG

    MENEMPUH SKRIPSI DITINJAU DARI KEPRIBADIAN

    TIPE A DAN TIPE B

    SKRIPSI

    VINCENTIA SUZANA SANTOSO

    05.40.0086

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2009

  • i

    PERBEDAAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA YANG

    SEDANG MENEMPUH SKRIPSI ANTARA YANG

    BERKEPRIBADIAN TIPE A DAN TIPE B

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

    Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

    Oleh:

    VINCENTIA SUZANA SANTOSO

    05.40.0086

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2009

  • ii

    PENGESAHAN

    Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Faklutas Psikologi Universitas

    Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari

    Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

    Pada Tanggal

    September 2009

    Mengesahkan

    Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

    Dekan

    (Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si)

    Dewan Penguji Tanda Tangan

    1. Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si

    2.Dra. Emiliana Primastuti, M.Si

    3.Dra. M. Yang Roswita, M.Si

  • iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan,

    Papi, Mami, Ooh, dan Cacik

    yang selalu ada untukku.

  • iv

    MOTTO

    New Things Seem Frightening

    But Soon They Will Become Old Things

  • v

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Puji syukur penulis haturkan pada Allah Tuhan yang selalu menjadi

    penerang bagi penulis, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dan

    dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

    pada berbagai pihak yang juga turut memberi andil yang sangat besar pada

    terselesaikannya skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih pada:

    1. Ibu Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas

    Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

    2. Ibu Dra. Emiliana Primastuti, M.Si selaku dosen pembimbing utama

    yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

    Terimakasih sekali Bu. Semoga Ibu tambah sukses dalam segala

    hal.

    3. Bapak Drs. D.P. Budi Susetyo selaku dosen wali pembimbing

    akademik yang telah memberikan tuntunannya selama penulis

    menempuh studi.

    4. Seluruh staff Tata Usaha Psikologi Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang yang telah membantu penulis dalam hal

    administrasi selama penulis menempuh studi.

    5. Untuk Papi Liam Tjong Ien, Mami Koo Hiang Lian, Ooh Jonathan

    Ditto Santoso dan Cacik Valentina Leony Santoso yang selalu ada

    untuk penulis baik susah maupun senang. Terimakasih untuk selalu

    memberikan kasih sayangnya secara penuh pada penulis.

    Terimakasih untuk selalu memberikan yang terbaik bagi penulis.

    Terimakasih sudah menjadi teladan. Terimakasih untuk selalu

  • vi

    memberi dorongan. Terimakasih untuk selalu berkorban.

    Terimakasih untuk segalanya.

    6. Untuk teman-teman yang cukup dekat dengan penulis. Ganish

    Pramettasari, teman berbagi suka duka. Meilinda Luminto, teman

    bertukar pikiran. Rosalia Mega Astriana yang sudah rela

    mengirimkan SMS pada penulis setiap hari untuk sekedar

    menanyakan apa yang penulis lakukan setiap hari. Laurina Dian

    Amilia, teman belanja. Anna Maria Blandina Oosk, teman yang

    sering membantu. Tanpa kalian semua, hidupku tidak akan menjadi

    seperti sekarang.

    7. Untuk Marshela Regina Sinudarsono, Indra Prasetya, Dian

    Puspitasari, Fransisca Agustina, dan Lukas Oky yang sudah

    menyelesaikan skripsi terlebih dahulu sehingga mendorong penulis

    untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi. Terimakasih pula untuk

    Tri Mey Diandono yang memberi bimbingan pada penulis dalam

    pengerjaan skripsi.

    8. Untuk PeerEducator 3 yang membuat penulis berhasil memenuhi isi

    dari Curriculum Vittae pribadi penulis. Untuk Putri dan Marcella,

    Terimakasih untuk KRS nya. Untuk PeerEducator 1 dan 2 yang

    memberikan ilmunya. Terimakasih atas semangat yang diberikan

    selama ini.

    9. Untuk teman-teman seperjuangan Psikologi B05, semoga besok di

    masa depan kita bisa reuni. Untuk teman-teman Psikologi angkatan

    2005, terimakasih atas semua dukungannya sehingga penulis bisa

    tetap bersemangat meneruskan skripsi ini.

  • vii

    10. Untuk segenap staff Danamon, terimakasih atas dukungannya,

    sehingga penulis merasa punya kewajiban untuk segera melunasi

    hutang skripsi.

    11. Untuk subjek penelitian yang mau menyumbangkan waktunya untuk

    mengisi skala.

    12. Untuk semua pihak yang terlibat yang tidak bisa penulis sebutkan

    satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

    Penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini bisa

    mendatangkan manfaat bagi semua pihak terutama para pembaca.

    Sekian dan terimakasih.

    Semarang, Oktober 2009

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PENGESAHAN.. iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN.. iv

    HALAMAN MOTTO.. v

    UCAPAN TERIMAKASIH. vi

    DAFTAR ISI viii

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR LAMPIRAN xiii

    BAB I PENDAHULUAN.... 1

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Tujuan Penelitian.. 8

    C. Manfaat Penelitian 8

    1. Manfaat Teoritis.. 8

    2. Manfaat Praktis... 8

    BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 9

    A. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang

    Menempuh Skripsi. 9

    1. Pengertian Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang

    Menempuh Skripsi 9

    2. Bentuk Prokrastinasi. 14

    3. Ciri-ciri Prokrastinasi 15

  • ix

    4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi pada

    Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.......................... 19

    B. Kepribadian Tipe A dan B............................................................. 24

    1. Pengertian Kepribadian Tipe A dan B..................................... 24

    2. Ciri-ciri Tipe Kepribadian A dan B......................................... 27

    C. Perbedaan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang

    Menempuh Skripsi antara yang Berkepribadian

    Tipe A dan Tipe B 31

    D. Hipotesis...... 34

    BAB III METODE PENELITIAN.. 36

    A. Metode Penelitian yang Digunakan. 36

    B. Identifikasi Variabel penelitian. .. 36

    C. Definisi Operasional Variabel Penelitian. .. 37

    1. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang

    Menempuh Skripsi. 37

    2. Kepribadian Tipe A dan Tipe B. 37

    D. Subjek Penelitian 39

    1. Populasi. 39

    2. Teknik Pengambilan Sampel 39

    E. Metode Pengumpulan Data 40

    1. Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa yang

    Sedang Menempuh Skripsi.................................................. 41

  • x

    2. Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B 43

    F. Validitas dan Reliabilitas 44

    1. Validitas Alat Ukur... 44

    2. Reliabilitas........ 45

    G. Metode Analisis Data.. 46

    BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 48

    A. Orientasi Kancah Penelitian 48

    B. Persiapan Penelitian 50

    1. Penyusunan Alat Ukur. 50

    2. Persiapan Perijinan Penelitian dan Administrasi 50

    3. Uji Coba Skala (Try Out) 53

    C. Pelaksanaan Penelitian... 54

    D. Uji Validitas dan Reliabilitas. 55

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 58

    A. Uji Asumsi.. 58

    1. Uji Normalitas . 58

    2. Uji Homogenitas. 58

    B. Uji Hipotesis 59

    C. Pembahasan 59

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 63

    A. Kesimpulan. 63

  • xi

    B. Saran 63

    1. Bagi Mahasiswa 63

    2. Bagi Peneliti Selanjutnya 63

    DAFTAR PUSTAKA. 65

    LAMPIRAN-LAMPIRAN.. 71

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Rancangan Skala Prokrastinasi pada Penyusunan Skripsi. 47

    Tabel 2 Rancangan Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B 47

    Tabel 3 Sebaran Item Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa

    yang Sedang Menyusun Skripsi 51

    Tabel 4 Sebaran Item Skala Kepribadian Bortner. 53

    Tabel 5 Rincian Item Hasil Validitas Skala Tipe Kepribadian.. 56

    Tabel 6 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Prokrastinasi

    pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi 57

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN A Data Kasar Try Out Skala Prokrastinasi pada

    Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi ...... 71

    LAMPIRAN B.. 75

    B-1 Data Kasar Hasil Penelitian Skala Prokrastinasi pada

    Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 76

    B-2 Data Kasar Hasil Penelitian Skala Kepribadian

    Tipe A dan Tipe B. 79

    LAMPIRAN C.. 80

    C-1 Skala Try Out Prokrastinasi pada Mahasiswa

    yang Sedang Menempuh Skripsi.. 82

    C-2 Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B.. 84

    C-3 Skala Penelitian Prokrastinasi pada Mahasiswa

    yang Sedang Menempuh Skripsi.. 85

    LAMPIRAN D. 86

    D-1 Uji Validitas Putaran I Skala Prokrastinasi pada

    Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 87

    D-2 Uji Validitas Putaran II Skala Prokrastinasi pada

    Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 90

    D-3 Uji Reliabilitas Putaran I Skala Prokrastinasi pada

    Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 93

  • xiv

    LAMPIRAN E. 95

    E-1 Uji-T. 96

    E-2 Uji Normalitas.. 97

    LAMPIRAN F. 98

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang Masalah

    Menempuh dan menyelesaikan studi di sebuah lembaga

    pendidikan tinggi merupakan harapan setiap warga negara. Meraih

    gelar sarjana merupakan tujuan utama setiap mahasiswa, yang dapat

    menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa dan semua

    pihak yang berhubungan dengan mahasiswa tersebut, baik keluarga,

    kerabat maupun lembaga pendidikan tempat mahasiswa menempuh

    pendidikan dalam beberapa tahun. Mahasiswa sendiri dianggap

    sebagai salah satu aset nasional dalam mencapai era globalisasi

    mendatang khususnya dalam menghadapi pasar bebas.

    Lulusan perguruan tinggi yang berkualitas sangat diharapkan

    untuk mengimbangi persaingan yang ditimbulkan karena masuknya

    tenaga kerja asing ke Indonesia. Namun, menyelesaikan pendidikan

    dan meraih gelar sarjana bukan hal yang mudah karena banyaknya

    tuntutan dari dalam diri maupun lingkungan yang dapat

    menimbulkan hambatan pada diri mahasiswa tersebut. Kenyataannya

    banyak mahasiswa yang melakukan penundaan atau prokrastinasi

    sebagai salah satu bentuk ketidakdisplinan yang dapat menghambat

    terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Hal inilah yang

    merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh perguruan tinggi.

  • 2

    Prokrastinasi menyebabkan jumlah mahasiswa yang lulus

    tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang masuk.

    Prokrastinasi pada mahasiswa misalnya kecenderungan untuk

    menghindari tugas-tugas yang mereka anggap kurang menyenangkan

    dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih menyenangkan

    (McCown & Johnson, 1991). Hal ini mungkin merupakan salah satu

    cara dari menghindari dan melarikan diri dari tanggung jawab atau

    salah satu bentuk dari kecemasan yang berhubungan dengan

    pelajaran. Pelaku dari penundaan atau prokrastinasi itu sendiri

    disebut dengan prokrastinator. Seseorang prokrastinator tidak akan

    melakukan prokrastinasi jika tugas tersebut harus diselesaikan

    segera, dan mereka merasa yakin dengan kemampuannya dalam

    melaksanakan tugas tersebut. Menunda mungkin tampak lebih

    menyenangkan daripada meningkatkan kemampuan dalam

    mengerjakan tugas.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran studi

    seseorang di perguruan tinggi, misalnya faktor yang berkaitan dari

    mahasiswa itu sendiri seperti taraf intelegensi, keadaan fisik dan

    mental, motivasi memasuki perguruan tinggi dan juga kepribadian.

    Faktor lain yang juga berkaitan adalah sistem atau proses belajar

    mengajar, hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar

    meliputi program atau kurikulum pendidikan, serta faktor penunjang

    lainnya seperti kesesuaian minat, latar belakang pendidikan

    sebelumnya, keluarga, sosial, dan juga ekonomi dan budaya

    (Jayalangkara, 1999).

  • 3

    Faktor lain yang juga mempengaruhi prokrastinasi

    dikemukakan oleh DeQuincey (dalam Pramujati, 2005, h.15), yaitu

    manajemen waktu yang kurang, tidak bisa mengatur prioritas,

    menghadapi banyak tugas dalam waktu yang bersamaan, kecemasan

    menghadapi tugas sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk

    cemas dibandingkan mengerjakan, kesulitan berkonsentrasi,

    kekaburan akan tugas, merasa dibanjiri banyak tugas, ketakutan akan

    kegagalan, perfeksionis, mengalami kebosanan akan tugas dan

    menolak untuk melakukan tugas yang sulit atau tidak disukai.

    Perilaku menunda tugas pada mahasiswa tidaklah terjadi

    dalam waktu yang singkat. Hal itu ditandai dengan penundaan yang

    relatif ringan kemudian beranjak menjadi penundaan yang relatif

    berat. Penundaan yang relatif berat pada mahasiswa adalah

    penundaan kelulusan dari perguruan tinggi karena makin lama

    kuliah, makin berat derajat kecenderungan menunda (dikutip oleh

    Seng Cuan dari Solomon & Rothblum, 1984). Penundaan yang

    terjadi pada mahasiswa biasanya terjadi pada karya tulis akhir atau

    yang lebih dikenal dengan skripsi yang merupakan syarat mutlak

    untuk kelulusan seorang mahasiswa.

    Ellis & Knaus (dalam Rachamana, 2002, h.134)

    memperkirakan antara 80% - 95% siswa melakukan prokrastinasi

    dengan rincian 75% menganggap dirinya sebagai prokrastinator dan

    hampir 50% selalu bermasalah dengan penundaan. Pada survey yang

    dilakukan oleh kelompok peneliti prokrastinasi pada 374 siswa di

    Universitas Carleton di Ottawa, terbukti bahwa prokrastinasi

  • 4

    berhubungan tidak hanya dengan stres yang lebih tinggi dan strategi

    coping yang kurang, tetapi juga perilaku menghindar (Sirois dan

    Pychyl, 2002). Berdasarkan data yang tersimpan dalam Puslitbang

    Universitas Katolik Soegijapranata tanggal 16 februari 2009,

    diperoleh rincian data bahwa bahwa 421 mahasiswa (50%) dari 842

    mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata angkatan 2000-2003

    yang masih aktif, masih mendaftarkan diri untuk proses penyusunan

    skripsi.

    Selain data-data tersebut, peneliti juga melakukan

    pengamatan dan wawancara pada salah satu mahasiswa Universitas

    Katolik Soegijapranata Semarang angkatan 2003 fakultas psikologi.

    Hasil pengamatan dan wawancara tersebut menggambarkan bahwa

    penundaan pada skripsi terjadi dikarenakan mahasiswa tersebut

    kurang mempunyai motivasi dalam mengerjakan skripsi walaupun

    mahasiswa ini mengaku sering berusaha mencari referensi yang

    dapat mendukung skripsinya tersebut. Namun karena tidak ada

    waktu yang ditentukan kapan skripsi tersebut selesai, maka

    mahasiswa tersebut merasa santai dalam pengerjaan skripsi. Menurut

    Bortner (dalam Indraningtyas, 2003, h.16-17), santai merupakan

    salah satu ciri dari orang yang berkepribadian tipe B. Berkebalikan

    dengan orang yang berkepribadian tipe B, orang dengan kepribadian

    tipe A digambarkan sebagai orang yang tidak suka terlambat, senang

    bersaing, senang mengharapkan penghargaan, mencoba mengerjakan

    segala sesuatu secara serentak, perfeksionis, tidak mudah puas dan di

    luar pekerjaan utama minatnya terbatas.

  • 5

    Setiap orang memiliki kepribadian dasar. Kepribadian

    seseorang telah terbentuk sejak nafas pertama ditiupkan di dalam

    kandungan. Kepribadian seseorang memang dapat berkembang

    tetapi tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya.

    Kepribadian adalah inti pikiran dan perasaan di dalam diri seseorang

    yang memberitahu bagaimana ia membawa diri. Menurut Allport

    (dalam Suryabrata, 1996, h. 169) kepribadian adalah suatu organisasi

    yang dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikologis yang

    menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap

    lingkungannya. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional

    seseorang di samping rasional terhadap setiap pengalaman hidup.

    Kepribadian ini termasuk pola pikir, emosi dan perilaku, serta

    karakteristik yang menentukan gaya personalnya dalam

    mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan (Atkinson, 1999).

    Untuk memahami masalah kepribadian, para ahli meneliti dan

    mengeluarkan berbagai teori tentang kepribadian dari berbagai segi

    pendekatan. Tipe kepribadian adalah pengelompokkan karakteristik

    individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, dan perilaku

    konsisten. Tipe-tipe kepribadian individu ini dapat dibagi menjadi

    beberapa kelompok, seperti kepribadian ekstrovert dan introvert,

    kepribadian tipe A dan Tipe B. Jung (dalam Gunarsa, 1995, h.31)

    mengatakan bahwa kepribadian ekstrovert banyak didorong oleh

    faktor lingkungan luar, sebaiknya kepribadian introvert dipengaruhi

    oleh lingkungan dalam. Adapun tipe kepribadian yang lain yaitu tipe

    kepribadian A dan tipe kepribadian B.

  • 6

    Kepribadian seorang prokrastinator tercermin ke dalam 2

    golongan tipe yaitu tipe A dan tipe B. Tipe kepribadian A dan B

    memiliki karakteristik yang saling bertolak belakang. Menurut

    pendapat Bortner (dalam Baskorowati, 1987) orang dengan tipe

    kepribadian A, digambarkan sebagai orang yang tidak suka

    terlambat, senang bersaing, senang mengharapkan penghargaan,

    mencoba mengerjakan segala sesuatu secara serentak, perfeksionis,

    tidak mudah puas dan di luar pekerjaan utama minatnya terbatas.

    Pada orang dengan tipe kepribadian A, sifat yang menonjol adalah

    perfeksionis. Orang-orang dengan tipe ini menginginkan semua

    berjalan dengan sempurna. Dengan sifatnya yang juga pencemas,

    prokrastinator dengan tipe kepribadian A ini mempunyai

    kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi karena mereka

    merasa cemas jika materi yang dikumpulkan tidak memadai atau

    tidak mendukung untuk skripsi mereka.

    Seorang dengan kepribadian tipe B memiliki karakteristik

    sikap yang rileks, tidak terburu-buru, berbicara dan bersikap dengan

    tenang, hidup seenaknya, lebih terbuka untuk memperluas

    pengalaman hidup, jarang bersikap tidak sabar pada orang lain,

    jarang memiliki perasaan curiga, sedikit mudah terpancing untuk

    marah, bekerja tenang, teratur dan tidak adanya batasan waktu, tidak

    memiliki perasaan kompetitif untuk mencapai status mereka, jarang

    memiliki perasaan curiga, menggunakan waktu luang untuk

    menikmati hobi dan hidup santai. Menurut Friedman dan Rosenman

    (dalam Smet, 1994, h. 196) tipe B digambarkan sebagai tipe orang

  • 7

    yang non kompetitif, lebih rileks atau santai, sabar, memiliki sifat

    ambisi yang sedang. Orang dengan tipe kepribadian B sering

    menunda tugas-tugasnya atau melakukan prokrastinasi karena

    sifatnya yang kurang kompetitif, santai, serta kurang memperhatikan

    pentingnya waktu.

    Seorang prokrastinator biasanya mempunyai karakteristik

    antara lain seperti enggan mengakui kekurangan kemampuan

    mereka, mereka mengaku sering salah dalam memperkirakan waktu,

    mereka cenderung menoleh ke belakang dan tidak melaksanakan

    tujuan mereka. Karakteristik seorang prokrastinator sering

    berhubungan dengan rendahnya self-esteem, perfeksionisme, tidak

    adanya keinginan untuk berkompetisi, self-deception, self-control,

    self-confidence, depresi, dan kecemasan (Susan, 2009, h.3).

    Karakteristik ini merupakan salah satu wujud dari kepribadian yang

    mempengaruhi cara memecahkan masalah yang sedang dihadapi

    seperti yang terjadi dalam proses penyusunan skripsi.

    Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa diharapkan menjadi

    sosok yang disiplin. Akan tetapi kenyataan yang terjadi adalah tidak

    sedikit dari mahasiswa yang melakukan penundaan atau

    prokrastinasi. Jika dilihat dari segi kepribadian, tidak hanya

    mahasiswa dengan tipe kepribadian B saja yang sering melakukan

    penundaan, melainkan mahasiswa dengan tipe kepribadian A juga

    melakukannya. Berdasarkan pada uraian masalah di atas, peneliti

    menjadi tertarik untuk mengangkat tema tentang prokrastinasi pada

  • 8

    mahasiswa yang sedang menempuh skripsi ditinjau dari kepribadian

    tipe A dan B.

    B. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik

    perbedaan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh

    skripsi antara yang berkepribadian tipe A dan tipe B.

    C. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

    pengembangan ilmu-ilmu Psikologi Pendidikan khususnya yang

    berkaitan dengan masalah prokrastinasi pada mahasiswa yang

    sedang menempuh skripsi sehubungan dengan kepribadian tipe A

    dan tipe B.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

    mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi agar bisa mengerti

    hubungan antara prokrastinasi dan tipe kepribadian.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi

    1. Pengertian Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang

    Menempuh Skripsi

    Prokrastinasi bisa berarti positif maupun negatif. Menurut

    Lay (1986), prokrastinasi berarti mengesampingkan pekerjaan yang

    kurang penting demi pencapaian tujuan. Prokrastinasi seperti ini bisa

    membawa dampak positif bagi si pelaku, seperti misalnya memberi

    waktu untuk berpikir lebih matang, terencana dan tidak tergesa-gesa

    (Steel, 2007, h. 2). Namun prokrastinasi yang dilakukan secara terus

    menerus dapat membawa dampak negatif bagi si pelaku. Sebagai

    tambahan, prokrastinasi sering disadari sebagai perilaku menunda

    yang tidak rasional (Burka & Yuen, 1983), atau bahkan sebagai

    bentuk dari penghindaran seperti yang tercermin dalam definisi yang

    diungkapkan oleh Solomon dan Rothblum (1984) bahwa

    prokrastinasi merupakan perilaku menunda pekerjaan yang

    didasarkan karena subjektivitas negatif pada pekerjaan tersebut.

    Istilah prokrastinasi pertama-tama dipergunakan oleh Brown

    dan Holtzman (dalam Rizvi, dkk, 1997, h.53) untuk menunjuk pada

    suatu kecenderungan menunda-nunda suatu tugas atas pekerjaan.

    Istilah prokrastinasi ini berasal dari bahasa Latin procrastination

    dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

    maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok atau

  • 10

    jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai

    hari berikutnya (Milgram, 1996). Prokrastinasi tidak hanya

    mempengaruhi cara kerja seseorang, namun juga melibatkan

    perasaan seperti rasa bersalah, ketidakmampuan, stress dan depresi.

    Oleh Haycock (dalam Mary, 1998), prokrastinasi diartikan sebagai

    kecenderungan untuk menunda atau menghindari tanggung jawab,

    keputusan atau tugas yang seharusnya diselesaikan.

    Popoola (dalam Kolawole, 2007, h.3) mendefinisikan

    prokrastinasi sebagai kecenderungan sifat yang mempunyai

    komponen kognisi, perilaku dan emosi didalamnya. Menurut Grecco

    (dalam Balkis, 2009) prokrastinasi didefinisikan sebagai perilaku

    seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan penting, tidak pada

    waktu yang ditentukan, dan tanpa alasan yang masuk akal. Ellis dan

    Knaus (2007) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah kebiasaan

    penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang

    disebabkan karena perasaan takut gagal dan adanya pandangan

    bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar. Prokrastinasi

    juga menunjukkan bahwa perilaku menunda-nunda tersebut

    merupakan respon tetap atau kebiasaan.

    Pelaku prokrastinasi ini disebut dengan prokrastinator.

    Popoola (dalam Kolawole, 2007, h.2-3) menjelaskan bahwa

    prokrastinator adalah seseorang yang tahu apa yang dia mau serta

    tahu bahwa dia dapat melakukannya namun belum dilakukannya.

    Lebih jauh, Noran mengatakan bahwa prokrastinator dianggap

    sebagai seorang yang tahu apa yang dilakukannya, punya materi

  • 11

    yang cukup lengkap serta berencana untuk melaksanakannya tapi

    tidak menyelesaikan atau malah menunda tugas tersebut .

    Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum, 1984)

    menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek

    irrasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang

    prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus

    diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman

    untuk tidak melakukannya dengan segera, karena itu akan

    menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal, dengan kata lain

    penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila

    penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang

    menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi

    suatu tugas, dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya

    keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas. Dari

    beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

    prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang disengaja tanpa

    alasan yang masuk akal dan proses penghindaran tugas yang

    menimbulkan keterlambatan.

    Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan.

    Peterson (dalam Rizvi, 1998) mengatakan bahwa seseorang dapat

    melakukan prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada

    semua hal. Prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi

    istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis

    tugas di atas. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang

    dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang

  • 12

    berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah

    tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya. Prokrastinasi

    akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis

    tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik,

    misalnya tugas sekolah atau tugas kursus (dalam Ferrari, dkk.,

    1995).

    Menurut Solomon dan Rothblum (1984, h.506) prokrastinasi

    akademik ini dilakukan pada antara lain tugas mengarang, belajar

    untuk menghadapi ujian, membaca buku akademik, serta kinerja

    akademik secara keseluruhan. Pada mahasiswa semester akhir,

    masalah yang biasa dihadapi adalah penyusunan skripsi. Mahasiswa

    yang tidak terbiasa menulis karya-karya ilmiah sering menghadapi

    kesulitan ketika menyusun skripsi. perasaan yang biasa muncul

    adalah rasa panik, cemas dan takut gagal sehingga mulai

    mempersiapkan segala sesuatunya secara lengkap. Akan tetapi tidak

    sedikit dari mahasiswa yang malah mengabaikan pembuatan skripsi

    karena merasa tidak ada waktu yang ditentukan untuk menyelesaikan

    skripsi. hal seperti inilah yang medukung terjadinya prokrastinasi

    pada skripsi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, h. 1080)

    mendefinisikan skripsi adalah karya ilmiah yang wajib ditulis oleh

    mahasiswa sebagai prasyarat akhir pendidikan akademisnya.

    Mahasiswa adalah kelompok individu yang sedang belajar di

    perguruan tinggi untuk mempersiapkan keahlian di bidangnya

    menurut fakultas yang dipilihnya (dalam Meichati, 1983, h.56).

    Sedangkan definisi mahasiswa oleh Prihartini (dalam Noegroho,

  • 13

    2005, h.7) adalah suatu kelompok individu di lingkungan perguruan

    tinggi yang sedang mengalami proses belajar untuk mempersiapkan

    diri menjadi intelektual muda. Perilaku yang biasa dilakukan oleh

    para mahasiswa adalah menunggu menit-menit terakhir untuk

    melaksanakan tugas yang diberikan. Menurut Neville (2007), bentuk

    prokrastinasi yang biasa dilakukan mahasiswa adalah menunda

    untuk memulai pengerjaan suatu tugas melebihi dari tanggal yang

    ditentukan dan kemudian terburu-buru agar bisa menyelesaikan

    tugas tersebut tepat pada waktunya.

    Beberapa alasan yang dapat disimpulkan sebagai penyebab

    kenapa mahasiswa mempunyai tingkat prokrastinasi yang lebih

    tinggi antara lain: 1) selalu ada banyak pekerjaan yang menunggu

    untuk dikerjakan, tidak peduli seberapa banyak waktu yang telah

    dihabiskan untuk belajar, tetap sulit untuk menyelesaikan semua

    pekerjaan tersebut. 2) karena waktu yang dihabiskan di kampus tidak

    terlalu banyak, sisa waktu yang ada biasanya digunakan untuk hal-

    hal yang tidak terstruktur. 3) di lingkungan kampus biasanya ada

    kegiatan yang lebih menarik dibanding belajar. Banyaknya kegiatan

    dan terbatasnya waktu yang dipunyai menyebabkan kegiatan belajar

    menjadi hal terkahir yang ingin dikerjakan (Kolawole, 2007)

    Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    pengertian prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh

    skripsi adalah kebiasaan penundaan yang disengaja tanpa alasan

    yang masuk akal dan proses penghindaran tugas yang menimbulkan

  • 14

    keterlambatan yang dilakukan mahasiswa ketika sedang menyusun

    skripsi yang digunakan sebagai prasyarat untuk kelulusan.

    2. Bentuk Prokrastinasi

    Berdasarkan tujuan melakukan penundaan, Ferrari (dalam

    Rizvi dkk., 1998) membagi prokrastinasi menjadi dua:

    a. Functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan

    tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih

    lengkap dan akurat.

    b. Disfunctional procrastination yaitu penundaan yang tidak

    bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Ada dua

    bentuk prokrastinasi yang disfunctional , yaitu decisional

    procrastination dan avoidance procrastination. Decisional

    procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil

    keputusan (Ferrari, dalam Rizvi dkk.,1997). Sedangkan

    avoidance procrastination adalah suatu penundaan dalam

    perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu

    cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak

    menyenangkan dan sulit untuk dilakukan (Ferrari dalam Wulan,

    2000).

    Selain itu Peterson (2002, h. 14) menambahkan bahwa bentuk

    prokrastinasi terdiri dari dua macam, yaitu:

    a. Task-Related Procrastination

    Penolakan terhadap tugas yang disebabkan oleh toleransi yang

    rendah terhadap rasa frustasi dalam menghadapi tugas tersbut.

  • 15

    b. Person-Related Procrastination

    Prokrastinasi yang dipengaruhi oleh adanya persoalan yang

    dihadapi oleh individu baik persoalan interpersonal (antara

    individu satu dengan yang lain) maupun persoalan intrapersonal

    (antar individu itu sendiri dengan perjalanan pengalaman

    hidupnya)

    Bentuk prokrastinasi yang akan diteliti adalah bentuk

    prokrastinasi yang berdasarkan tujuan melakukan penundaan yaitu

    Functional procrastination dan Disfunctional procrastination.

    3. Ciri-ciri Prokrastinasi

    Ferrari, dkk., (dalam Pramujati, 2005, h.16) mengatakan

    bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik

    dapat dimanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur

    dan diamati ciri-ciri tertentu berupa:

    a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada

    tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi

    tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan

    dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda

    untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk

    menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan

    sebelumnya.

    b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang

    melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama

    daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam

    mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan

  • 16

    waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara

    berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan

    dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan

    keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan

    tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan

    tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti

    lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas

    dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.

    c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

    Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan

    sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan

    sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami

    keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah

    ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana

    yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah

    merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang

    telah ia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah

    merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang

    telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak

    juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan,

    sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk

    menyelesaikan tugas secara memadai.

    d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada

    melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator

    dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi

  • 17

    menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan

    aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan

    mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau

    buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan

    musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia

    miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.

    Millgram (dalam Sutran, 2006, h.13) mengatakan bahwa

    prokrastinasi adalah suatu perilaku spesifik yang meliputi;

    a. Suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk

    memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas.

    b. Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh misalnya

    keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam

    mengerjakan tugas.

    c. Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku

    prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan.

    d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan,

    misalnya perasaan cemas, bersalah,marah, dsb.

    Rachmahana (2002, h.134) menekankan pada ciri kepribadian

    untuk menggambarkan prokrastinasi seseorang, dan ciri-ciri ini

    adalah :

    a. Takut gagal, merupakan suatu bentuk kekhawatiran individu

    terhadap sesuatu yang buruk yaitu kegagalan itu sendiri. Ini

    terjadi karena individu memiliki standard lebih dari

    kemampunannya, sehingga yang mncul dalam pikirannya adalah

    kegagalan di depan mata. Munculnya gambaran akan kegagalan

  • 18

    di depan mata. Munculnya gambaran akan kegagalan itu

    membuat individu khawatir, sehingga daripada menghadapi

    kegagalan ia memilih untuk menunda penyelesaian tugas.

    b. Kurang hati-hati (impulsiveness), berarti individu kurang mampu

    menahan keinginannya. Individu tidak tahan dalam situasi yang

    menekan keinginannya. Individu tidak tahan dalam situasi yang

    menekan, sehingga cenderung lebih menyukai sesuatu yang

    mendatangkan kesenangan bagi dirinya. Seseorang yang

    menghadapi tugas yang sulit, cenderung menilai dirinya tidak

    mampu dan dengan mudahnya akan mengalihkan pada aktivitas

    yang mendatangkan kesenangan baginya, tanpa melihat akibat

    dari penundaan yang dilakukannya.

    c. Perfeksionisme, merupakan keinginan untuk melengkapi tugas

    agar sempurna.

    d. Sikap pasif, yaitu keinginan sempurna yang tidak diimbangi

    dengan tindakan nyata.

    e. Sikap menunda, yaitu kecenderungan untuk menunda-nunda

    dalam menyelesaikan tugas.

    Rothblum (dalam Rizvi, dkk. H.53) menguraikan dua ciri

    prokrastinator, yaitu:

    a. Hampir selalu atau selalu meninggalkan tugas-tugas

    b. Hampir selalu atau selalu mengalami masalah karena tingkat

    kecemasan yang tinggi, berkaitan dengan tindakan menunda atau

    meninggalkan tugas tersebut.

  • 19

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan

    bahwa ciri-ciri prokrastinasi adalah adanya penundaan dalam

    pengerjaan tugas, keterlambatan atau kesenjangan waktu antara

    rencana dan kinerja aktual, dan pengalihan konsentrasi ke aktivitas

    lain.

    4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi

    Steel (2007) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

    menyebabkan prokrastinasi adalah:

    a. Karakteristik tugas (Task Characteristics). Prokrastinasi

    berhubungan dengan keputusan untuk menyelesaikan suatu tugas

    atau tidak. Biasanya orang-orang menyikapi dengan

    memfavoritkan satu tugas dan mengabaikan tugas yang lain. Dua

    faktor yang diperkirakan menyebabkan prokrastinasi muncul

    adalah saat diberikannya Reward serta Punishment dan

    keengganan dalam mengerjakan tugas (Task Aversiveness).

    Beberapa pelaku prokrastinasi cenderung melakukan

    penghindaran dari tugas yang tidak menyenangkan meskipun

    seharusnya mereja bisa mengerjakan tugas tersebut.

    b. Individual Differences. Digman (1990) memperkirakan bahwa

    ada hubungan yang sangat kuat antara kepribadian dengan

    prokrastinasi. Hal ini diperkuat oleh Elli dan Knaus (1973) yang

    berpendapat bahwa hanya ada dua hal yang berhubungan dengan

    prokrastinasi: mempercayai bahwa dirinya tidak mampu dan

    mempercayai bahwa dunianya terlalu sulit dan menuntut. Secara

  • 20

    khusus prokrastinasi tersorot pada ketakutan akan kegagalan,

    perfeksionisme, self-conciousness, dan evaluasi kecemasan,

    semua alasan yang merujuk pada ketakutan akan penilaian yang

    buruk.

    Beberapa dari prokrastinator melakukan prokrastinasi

    dengan alasan mencari sensasi (sensation seeking). Mereka

    cenderung gampang bosan dan menunda pengerjaan tugas

    sampai batas waktu yang ditentukan untuk mencapai ketegangan

    kerja mendekati deadline. Burka and Yuen (1982, p.32)

    mengemukakan bahwa seorang prokrastinator biasanya akan

    menyalahkan pada kekurangan kepribadian mereka seperti

    malas, kurang disiplin atau karena mereka kurang bisa

    mengatur waktu. Para mahasiswa ini sangat mempedulikan pada

    apa yang dipikirkan oleh orang di sekelilingnya. Mereka lebih

    memilih dianggap sebagai seeorang yang kurang berusaha

    daripada seorang yang tidak punya kemampuan.

    c. Outcomes. Faktanya bahwa prokrastinasi sangat berhubungan

    dengan kesadaran yang berdampak kuat pada pelaksanaan yang

    lebih baik, akan tetapi prokrastinator cenderung untuk menjadi

    lebih buruk jika berkaitan dengan apa yang mereka rasakan dan

    apa yang dicapai. Prokrastinasi telah lama dipandang sebagai

    cara menjauh dari kecemasan untuk sementara yang sayangnya

    akan menjadi berlipat ganda ketika akhirnya hal tersebut

    dihadapi. Depresi biasa mengikuti setelahnya.

  • 21

    Depresi dapat mengurangi ketertarikan atau respon

    seseorang pada suatu tugas. Depresi ini dapat mengarahkan

    seseorang untuk melakukan prokrastinasi dan bisa dianggap

    sebagai waktu perpanjangan dari efek negatif, mood yang jelek

    itu sendiri bukan hanya sebagai hasil tapi juga pencetus

    munculnya prokrastinasi. Hasil yang jelek yang didapat para

    prokrastinator bisa merendahkan self-efficacy mereka dan

    membuat mereka semakin melakukan prokrastinasi.

    d. Demografis. Demografis dalam hal prokrastinasi meliputi usia,

    gender dan tahun. Banyak orang melakukan prokrastinasi bukan

    hanya dipengaruhi oleh self control tapi juga oleh skema yang

    sudah mereka bangun untuk menghadapi prokrastinasi.

    Memurut ODonoghue and Rabin (1999), perilaku prokrastinasi

    mempunyai hubungan negatif dengan tingkat usia, semakin

    tinggi usia seseorang, maka semakin rendah prokrastinasinya.

    Ainslie dan Baumeister (1992) meneliti bahwa prokrastinasi bisa

    dikurangi dengan latihan yang berulang-ulang. Dalam

    hubungannya dengan gender, wanita diperkirakan lebih

    mempunyai usaha untuk mengontrol daripada pada pria.

    Menurut Ferrari (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi

    prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor

    internal dan faktor eksternal.

    a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri

    individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu

  • 22

    meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu,

    yaitu:

    1) Kondisi fisik individu. Faktor dari dalam diri individu

    yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi pada

    penyusunan skripsi berupa keadaan fisik dan kondisi

    kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang

    mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang

    lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang

    tidak (Bruno, 1998; Millgram, dalam Ferrari, dkk, 1995).

    2) Kondisi psikologis individu. Kondisi psikologis disini

    mengarah pada sifat kepribadian yang dimiliki individu. Hal-

    hal yang termasuk didalamnya adalah ketertarikan individu

    yang rendah pada tugas, perfeksionis, rendahnya kepercayaan

    diri, ketakutan akan kesuksesan, keraguan diri dan ketakutan

    akan kegagalan (Ferarri, 1995, h.88). Trait kepribadian

    individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku

    penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang

    tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan

    dalam berhubungan sosial (Janssen dan Carton, 1999).

    Menurut Briordy, (dalam Ferrari, 1995) besarnya motivasi

    yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi

    prokrastinasi secara negatif, di mana semakin tinggi

    motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika

    menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya

    untuk melakukan prokrastinasi.

  • 23

    b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar

    diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor

    itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan

    yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient.

    1) Gaya pengasuhan orangtua. Hasil penelitian Ferrari dan

    Ollivete, menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter

    ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku

    prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak

    wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah

    menghasilan anak wanita yang bukan prokrastinator. Ibu

    yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance

    procrastination menghasilkan anak wanita yang memiliki

    kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination

    pula

    2) Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih

    banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam

    pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan

    (Rizvi, 1997).

    Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

    prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal,

    yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal

    berupa faktor di luar diri individu. Faktor internal terdiri dari

    kondisi fisik individu yang berupa keadaan fisik dan kondisi

    kesehatan individu serta kondisi psikologis individu yang mengarah

    pada sifat kepribadian yang dimiliki individu. Sedangkan faktor

  • 24

    eksternal antara lain berupa pengasuhan orang tua dan faktor

    lingkungan yang mendukung terjadinya prokrastinasi. Faktor

    demografis seperti usia dan gender juga turut diperhitungkan sebagai

    hal yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor - faktor yang sudah

    dijelaskan tersebut dapat menjadi alasan dari munculnya perilaku

    prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi.

    B. Kepribadian Tipe A dan B

    1. Pengertian Kepribadian Tipe A dan B

    Istilah kepribadian (personality) berasal dari kata latin

    persona yang berarti topeng. Bagi bangsa Roma, persona berarti

    bagaimana seseorang tampak pada orang lain, bukan diri

    sebenarnya (Hurlock, 1992). Kepribadian adalah karakteristik

    dinamik dan terorganisasi dari seorang individu yang mempengaruhi

    kognisi, motivasi, dan perilakunya. Kepribadian bersifat unik dan

    konsisten sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara

    individu satu dengan lainnya (dikutip oleh Ramdhani dalam

    Greenberg, 2003; Ryckman, 2004). Menurut Woeryo (1982, h.149)

    kepribadian adalah jumlah dari keseluruhan unsur-unsur biologis,

    dorongan, kecenderungan, keinginan-keinginan dan naluri-naluri

    individu juga disposisi-disposisi serta kecenderungan yang berasal

    dari pengalaman.

    Allport (dalam Suryabrata, 1996, h. 169) mengatakan bahwa

    kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik

    dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik

  • 25

    terhadap lingkungan. Hampir sama dengan Allport, menurut

    Breinstein (dalam Galih Ekanto, 2003) kepribadian mencakup usaha-

    usaha penyesuaian diri individu, maka biasanya penelitian mengenai

    kepribadian seringkali berfokus pada konsistensi pola-pola kognisi,

    emosi, dan perilaku yang membuat seseorang berbeda satu dengan

    yang lain.

    Kusumanto (dalam Jayalangkara, 1999) memberikan batasan

    kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun

    dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan

    diri terhadap segala rangsangan, baik yang timbul dari

    lingkungannya maupun yang datang dalam dirinya sendiri, sehingga

    corak dan kebiasaannya itu merupakan suatu kesatuan fungsional

    yang khas untuk individu tersebut.

    Individu memiliki kemampuan untuk berpikir, memandang

    sesuatu dan bertingkah laku dengan cara tertentu dan unik, yang

    merupakan kepribadian individu yang membedakannya dengan

    individu lain. Kepribadian dari diri individu yang unik ini

    membentuk tipe kepribadian tertentu. Tipe kepribadian adalah suatu

    penggolongan individu berdasarkan perkembangan kepribadiannya

    yang merupakan hasil interaksi sosial, aktivitas, minat yang

    membentuk sifat pada diri seseorang yang berpengaruh kuat

    terhadap cara berpikir, mengamati dan bertindak ( dalam Lestari,

    2001).

    Friedman dan Rosenman (dalam Atkinson, dkk, 1999, h.374)

    menggolongkan kepribadian menjadi dua tipe, yaitu manusia dengan

  • 26

    tipe kepribadian A dan manusia dengan tipe kepribadian B. Tipe

    kepribadian ini dikemukakan oleh Friedman dan Rosenman pada

    tahun 1950-an. Menurut Fried dan Roseman (dalam Franken, 1982,

    h.209-210) kepribadian tipe A mempunyai ciri-ciri kompetitif yang

    kuat dalam pencapaian suatu tujuan, memiliki perasaan yang

    berlebihan akan pentingnya waktu, cenderung bekerja keras pada

    tugas-tugas yang merupakan tantangan bagi mereka, adanya

    kecenderungan untuk agresif dan sikap permusuhan dalam perilaku

    interpersonal. Sedangkan tipe B memiliki ciri yang berlawanan

    dengan tipe A yaitu kurang kompetitif dan cenderung lebih santai

    (easygoing).

    Kiev dan Kohn (dalam Baskorowati, 1987, h.6)

    menggambarkan tipe A sebagai individu yang mempunyai derajat

    dan intensitas ambisi yang tinggi, dorongan yang kuat untuk

    mencapai hasil dan penghargaan, kompetitif, mempunyai kompulsi

    untuk bekerja berlebihan, sedangkan pola perilaku tipe B

    digambarkan sebagai lebih easygoing dan santai. Menurut Jaqueline

    (1990, h. 44) kepribadian tipe A sering disebut juga kepribadian

    stress karena individu berkepribadian tipe A lebih mudah terkena

    stress daripada individu dengan tipe kepribadian B.

    Sedangkan oleh Bortner (dalam Baskorowati, 1987, h.6)

    digambarkan mempunyai pola perilaku seperti tidak pernah

    terlambat, senang bersaing, suka mendahului, tergesa-gesa, tidak

    sabar menunggu, berusaha sekuat tenaga, mencoba mengerjakan

  • 27

    secara serentak, mengharapkan penghargaan, serba cepat, diluar

    pekerjaan utama minatnya terbatas, dan tidak pernah puas.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

    gambaran khas kepribadian tipe A adalah individu yang ambisius,

    memiliki keinginan untuk berkompetisi yang tinggi, serius, tidak

    sabaran, mudah marah, serta rentan terhadap stres, sedangkan

    individu dengan tipe kepribadian B adalah individu yang easy going,

    santai, kurang memperhatikan waktu, dan tidak senang bersaing .

    2. Ciri-ciri Kepribadian tipe A dan Tipe B

    Adapun ciri-ciri utama tipe kepribadian A menurut Friedman

    dan Rosenman (dalam Robbins, 2003) adalah:

    a. Orientasi persaingan prestasi, meliputi ambisius dan kritis

    terhadap diri sendiri.

    b. Urgensi waktu, artinya berjuang melawan waktu, tidak sabaran,

    melakukan pekerjaan yang berbeda-beda dalam waktu yang

    sama.

    c. Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat

    d. Merasa tidak sabar dengan nilai di mana kebanyakan kejadian

    terjadi

    e. Berjuang untuk berpikir atau melakuan dua hal atau lebih secara

    terus menerus

    f. Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai

    g. Terobsesi dengan angka-angka; kesuksesan diukur dengan cara

    seberapa banyak hasil yang telah dicapai

  • 28

    Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki

    kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi,

    sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan

    waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk

    kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa

    karakteristik perilaku tertentu. Sebagai contoh: orang-orang tipe A

    adalah pekerja cepat, mereka lebih mementingkan kuantitas daripada

    kualitas.

    Kebalikan dari orang berkepribadian A, ciri-ciri dari orang

    tipe B adalah (dalam Eddy , 2003, h.101):

    a. Tidak pernah merasa tertekan dengan perasaan terburu-buru

    karena keterbatasan waktu, dengan ketidaksabaran yang selalu

    menyertai.

    b. Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan

    keberhasilan mereka kecuali dalam keadaan yang terpaksa,

    karena adanya permintaan dari situasi yang ada.

    c. Bermain untuk bersenang-senang dan bersantai, dibandingkan

    memperlihatkan superioritas mereka dengan pengorbanan yang

    seperti apapun.

    d. Dapat bersantai tanpa merasa bersalah.

    Menurut Bortner (dikutip Nugroho, 1995, h.29), orang dengan

    kepribadian tipe B tidak mempunyai perasaan urgensi, serta mampu

    berprestasi tanpa ribut dan marah-marah seperti halnya pada orang-

    orang tipe A. Mereka memiliki kesadaran dan merasa cukup aman

    untuk tidak terburu-buru menyelesaikan tugas yang mempunyai

  • 29

    batas waktu (Wright, 1993, h.268).Guidham (1995, h.52)

    menyatakan bahwa orang yang berkepribadian tipe B tidak

    menyukai konflik, tidak hidup dibawah tekanan waktu (lebih santai)

    dan tidak mempunyai minat diluar pekerjaanya.

    Ciri-ciri yang dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk

    mengungkap seseorang masuk dalam indikasi kepribadian tipe A

    menurut Bortner (dalam Nugroho,1995,h.29) adalah sebagai berikut:

    a. Tidak pernah terlambat, adalah tindakan dari individu tipe A

    untuk slalu tepat waktu.

    b. Sikap kompetitif, yaitu sikap dari individu tipe A yang selalu

    berusaha untuk bersaing meraih prestasi.

    c. Tergesa-gesa, individu tipe A selalu berusaha untuk segera

    menyelesaikan suatu masalah dengan cepat karena selalu merasa

    dikejar-kejar oleh waktu.

    d. Tidak sabar menunggu, dalam segala hal. Individu tipe A

    mempunyai sifat tidak sabar untuk menunggu.

    e. Antisipasi terhadap masalah, individu tipe A mampu menghadapi

    orang lain dengan baik dan penuh perhatian.

    f. Pergaulan, individu tipe A selalu berusaha untuk memperluas

    pergaulannya karena itu akan menambah pengetahuan.sehingga

    dapat mengungguli orang lain yang dianggap sebagai saingannya.

    g. Berusaha mengerjakan semua pekerjaan sekaligus, individu tipe

    A berusaha untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan

    kepadanya dalam satu waktu dan tidak berpikir untuk pekerjaan

    selanjutnya.

  • 30

    h. Empati, individu tipe A selalu berusaha untuk melakukan empati.

    i. Rekognisi, individu tipe A selalu berusaha untuk mengenal dan

    dikenal orang lain.

    j. Mengerjakan tugas dengan cepat, individu tipe A selalu bekerja

    dan bertindak dengan cepat.

    k. Serius mengerjakan tugas, dalam melakukan suatu tugas yang

    dihadapinya selalu serius dan sungguh-sungguh.

    l. Ambisius, individu tipe A sangat ambisisus sehingga tidak

    mudah puas terhadap apa yang diperolehnya.

    m. Ekspresif, individu tipe A selalu mengekspresikan apa yang

    dirasakannya pada orang lain.

    n. Minat diluar pekerjaan, individu tipe A memiliki minat diluar

    pekerjaan utamanya

    Sedangkan ciri-ciri individu dengan kepribadian tipe B

    menurut Bortner (dalam Indraningtyas, 2003, h.16-17) adalah:

    a. Individu kurang memperhatikan pentingnya waktu.

    b. Kurang memiliki sikap berkompetitif, individu kurang menyukai

    persaingan.

    c. Bersikap santai, individu selalu bersikap santai dalam situasi

    apapun.

    d. Sabar, individu cenderung bersikap sabar dalam menghadapi

    situasi.

    e. Kurang mampu menghadapi orang lain.

    f. Kurang mampu untuk bergaul.

  • 31

    g. Mengerjakan tugas satu per satu, individu akan berusaha utuk

    menyelesaikan tugasnya satu per satu.

    h. Kurang empati.

    i. Cenderung untuk menutup diri sehingga kurang dikenal dan

    mengenal orang lain.

    j. Lebih santai dalam melaksanakan tugas.

    k. Kurang serius dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas

    l. Kurang memiliki keberanian untuk mengemukakan perasaannya.

    m. Tidak memiliki minat di luar pekerjaannya.

    Berdasar pada uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

    ciri seorang dengan kepribadian tipe A adalah ambisius, memiliki

    sikap kompetitif yang tinggi, serius dalam mengerjakan tugas, tidak

    sabar menunggu, rentan terhadap stres, mengerjakan tugas dengan

    cepat, berusaha mengerjakan semua pekerjaan sekaligus, dan juga

    sering tergesa-gesa. Ciri seorang dengan kepribadian tipe B adalah

    santai, kurang memperhatikan waktu, kurang memiliki sifat

    berkompetitif, bersikap santai, sabar, kurang serius dan sungguh-

    sungguh dalam melaksanakan tugas, kurang berambisi dalam

    mengerjakan sesuatu. Ciri-ciri yang dipakai untuk menyusun skala

    kepribadian adalah ciri-ciri dari Bortner.

    C. Perbedaan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh

    Skripsi antara yang Berkepribadian Tipe A dan Tipe B

    Mahasiswa sebagai seorang penerus bangsa, diharapkan menjadi

    seorang yang bisa dijadikan pegangan bagi masyarakat. Mahasiswa

  • 32

    diharapkan bertindak dengan lebih hati-hati serta disiplin. Namun pada

    kenyataannya, tidak sedikit dari mahasiswa yang melakukan penundaan

    pada kuliahnya. Sehingga menjadi lulusan yang berkualitas semakin

    sulit dicapai. Penundaan ini biasa disebut dengan prokrastinasi.

    Menurut Haycock (dalam Mary, 1998, h.1) prokrastinasi adalah

    kecenderungan untuk menunda atau menghindar dari tanggung jawab

    dari tugas tugas yang seharusnya diselesaikan . dikuatkan dengan

    pendapat dari Ellis dan Knaus (2007) yang menyatakan bahwa

    prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan

    proses penghindaran tugas yang disebabkan karena perasaan takut gagal

    dan adanya pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan

    benar.

    Pelaku dari prokrastinasi ini biasa disebut dengan prokrastinator.

    Biasanya para prokrastinator ini melakukan prokrastinasi dengan

    berbagai macam alasan, salah satunya adalah faktor yang berkaitan dari

    mahasiswa itu sendiri seperti taraf intelegensi, keadaan fisik dan mental,

    kepribadian, motivasi memasuki perguruan tinggi. Faktor yang lain

    adalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar meliputi program

    atau kurikulum pendidikan, sistem atau proses belajar mengajar, serta

    faktor penunjang lainnya seperti kesesuaian minat, latar belakang

    pendidikan sebelumnya, keluarga, sosial, dan juga ekonomi dan budaya

    (Jayalangkara, 1999). Dalam hal ini mahasiswa sering melakukan

    prokrastinasi akademik, apalagi setelah mencapai tahap penyusunan

    skripsi. Mahasiswa sering menjadi malas, atau malah ketakutan

  • 33

    menghadapi skripsi. Sehingga skripsi yang seharusnya ditargetkan bisa

    terselesaikan dalam 1 tahun, bisa mundur dari waktu yang ditargetkan.

    Prokrastinasi sering dilatarbelakangi oleh ketakutan akan

    ketidaksempurnaan dalam pengerjaan tugas, kecemasan menghadapi

    skripsi, rendahnya self-esteem, perfeksionisme, tidak adanya keinginan

    untuk berkompetisi, self-deception, self-control, self-confidence, (Susan

    J., 2009, h.3). Hal-hal seperti ini termasuk ke dalam faktor internal yaitu

    kepribadian yang dianggap mempunyai peranan penting dalam

    terlaksananya prokratinasi.

    Kepribadian oleh Gordon Allport (dalam Eddy, 2006, h.28 )

    didefinisikan sebagai suatu organisasi yang dinamis di dalam diri

    seorang individu, dari sistem psikofisiknya yang menentukan suatu

    tanggapan yang bersifat unik terhadap lingkungannya. Dalam hal ini

    tipe kepribadian dibagi menjadi 2 yaitu kepribadian tipe A dan B. Pada

    tipe kepribadian A, sifat yang menonjol adalah ambisius, perfeksionis,

    tidak sabaran, serta rentan terhadap stres. Sedangkan pada tipe

    kepribadian B sifat yang menonjol adalah easy going, tidak senang

    bersaing dan menikmati hidup.

    Dampak prokrastinasi pada kepribadian seperti gampang

    tersinggung, menyesal, putus asa dan menyalahkan diri sendiri (dalam

    Burka & Yuen, 1983) tercermin dalam ciri mahasiswa dengan

    kepribadian tipe A yang merupakan seorang yang rentan terhadap stres.

    Menurut DeQuincey, prokrastinasi juga bisa berwujud dalam kecemasan

    menghadapi tugas sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk cemas

    dibandingkan mengerjakan (dalam Pramujati, 2005, h.15). Mahasiswa

  • 34

    dengan tipe kepribadian A cenderung melaksanakan prokrastinasi

    karena adanya ketakutan akan kegagalan (Steel, 2007) seperti

    ketidaksempurnaan skripsi yang tengah dikerjakannya, sehingga

    mahasiswa dengan tipe kepribadian ini akan merujuk ke arah

    pengumpulan materi yang lengkap sehingga skripsi yang seharusnya

    dikerjakan menjadi terbengkalai.

    Ferarri (1995) menggambarkan perilaku prokrastinasi sebagai

    kesulitan seseorang dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya

    sehubungan dengan kurangnya kemampuan dalam mengatur waktu

    secara efektif. Mahasiwa dengan tipe kepribadian B adalah seorang

    yang kurang memperhatikan waktu. Didukung dengan sifatnya yang

    santai serta kurang berambisi ini maka mahasiswa dengan tipe

    kepribadian ini mempunyai kecenderungan untuk melalaikan pengerjaan

    skripsi sehingga dapa memicu terjadinya prokrastinasi (Nugraha, 1995).

    Pelaksanaan prokrastinasi juga bisa berupa mengerjakan hal-hal diluar

    tujuan utama. Seorang dengan kepribadian tipe B yang merupakan

    seorang yang kurang serius dalam mengerjakan tugas (Nugraha, 1995),

    cenderung akan membuat perhatian yang diberikan ketika mengerjakan

    suatu tugas menjadi terbagi ketika ada hal yang lain yang ingin

    dikerjakannya dan hal ini bisa menimbulkan prokrastinasi.

    D. HIPOTESIS

    Berdasarkan uraian di atas peneliti mengajukan hipotesis bahwa

    ada perbedaan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh

    skripsi yang berkepribadian tipe A dan yang berkepribadian tipe B.

  • 35

    Prokrastinasi pada mahasiswa dengan kepribadian tipe A lebih rendah

    daripada mahasiswa dengan kepribadian tipe B.

  • 36

    Bab III

    METODE PENELITIAN

    A. Metode Penelitian yang Digunakan

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    kuantitatif. Menurut Azwar (1998, h.5) pendekatan kuantitatif

    menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

    diolah dengan metode statistika. Metode ini dilakukan pada

    penelitian inferensial atau penelitian yang dilakukan dalam rangka

    menuju hipotesis serta menyandarkan kesimpulan hasilnya pada

    suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan

    metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antara

    variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif

    merupakan penelitian sampel besar.

    B. Identifikasi Variabel penelitian

    Dalam suatu penelitian terdapat berbagai macam variabel

    yang saling berkaitan. Variabel tersebut yaitu variabel bebas dan

    variabel tergantung. Adapun variabel-variabel yang diukur dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Variable tergantung : Prokrastinasi pada mahasiswa yang

    sedang menempuh skripsi

    2. Variable bebas : Kepribadian tipe A dan tipe B

  • 37

    C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    1. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh

    Skripsi

    Pengertian prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang

    menempuh skripsi adalah kebiasaan penundaan dalam

    pengerjaan tugas, keterlambatan, serta pengalihan konsentrasi ke

    aktivitas lain yang disengaja dan proses penghindaran tugas yang

    menimbulkan keterlambatan yang dilakukan mahasiswa ketika

    menyusun skripsi. Perilaku prokrastinasi ini diungkap dengan

    menggunakan skala prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang

    menempuh skripsi. Adapun aspek yang digunakan yaitu

    penundaan dalam pengerjaan tugas, keterlambatan, dan

    pengalihan konsentrasi ke aktivitas lain. Semakin tinggi skor

    yang didapat, maka semakin tinggi prokrastinasi yang dilakukan.

    Sedangkan semakin rendah skor yang didapat, maka semakin

    rendah prokrastinasi yang dilakukan.

    2. Kepribadian Tipe A dan Tipe B

    Kepribadian adalah karakteristik dinamik dan terorganisasi

    dari seorang individu yang mempengaruhi kognisi, motivasi, dan

    perilakunya. Kepribadian dari diri individu yang unik ini

    membentuk tipe kepribadian tertentu. Kepribadian digolongkan

    menjadi dua tipe, yaitu kepribadian tipe A dan tipe B.

    Kepribadian tipe A mempunyai ciri-ciri kompetitif yang kuat

    dalam pencapaian suatu tujuan, memiliki perasaan yang

  • 38

    berlebihan akan pentingnya waktu, cenderung bekerja keras pada

    tugas-tugas yang merupakan tantangan bagi mereka, adanya

    kecenderungan untuk agresif dan sikap permusuhan dalam

    perilaku interpersonal. Kepribadian tipe B memiliki ciri yang

    berlawanan dengan tipe A yaitu kurang kompetitif dan cenderung

    lebih santai (easygoing).

    Alat ukur ini memakai skala Ribkah Wijaya (Wijaya, 1995)

    yang diadaptasi dari skala bortner yang berdasarkan ciri

    kepribadian tipe A yaitu, tidak pernah terlambat, sikap

    kompetitif, tergesa-gesa, tidak sabar menunggu, antisipasi

    terhadap masalah, pergaulan, berusaha mengerjakan semua

    pekerjaan sekaligus, empati, rekognisi, mengerjakan tugas

    dengan cepat, serius mengerjakan tugas, ambisius, ekspresif, dan

    minat terhadap kerja. Penggolongan subjek ke dalam suatu

    kepribadian dilihat dari perbandingan skor total item untuk

    kepribadian tipe A dan skor total item untuk kepribadian tipe B.

    Individu digolongkan berkepribadian tipe A apabila skor total

    item untuk tipe A lebih besar daripada skor total item tipe B dan

    sebaliknya individu digolongkan berkepibadian tipe B apabila

    skor total item untuk tipe B lebih besar daripada skor total item

    tipe A.

  • 39

    D. Subjek Penelitian

    1. Populasi

    Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang

    diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama (Latipun,

    2002, h. 29). Selain itu, menurut Azwar (1998, h.77), populasi

    didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai

    generalisasi hasil penelitian. Sebagai populasi, kelompok subjek

    ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang

    membedakannya dari kelompok subjek lain.

    Populasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah

    mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

    Adapun kriteria dalam populasi dalam penelitian ini adalah:

    1) Masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Katolik

    Soegijapranata

    2) Sudah mengambil mata kuliah skripsi minimal selama 1 tahun

    atau 2 semester.

    3) Masih aktif di kampus (tidak sedang cuti)

    2. Teknik Pengambilan Sampel

    Penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel, yaitu

    sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang menjadi sampel

    seharusnya representatif populasinya. Pemilihan sampel secara

    tepat akan meningkatkan representative populasinya. Jadi tidak

    seluruh subjek pada populasi diteliti semua, cukup diwakili oleh

    sebagian subjek (Latipun, 2002, h.30-31).

  • 40

    Dalam menetapkan sampel, selain harus memperhatikan

    berapa jumlah anggota sampel, perlu ditetapkan cara

    pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel penelitan yang

    digunakan pada penelitian ini adalah Incidental Quota Sampling.

    Dalam teknik sampling ini yang dijadikan anggota sampel adalah

    individu yang kebetulan dijumpai di tempat-tempat tertentu

    sesuai dengan jumlah tertentu yang sudah ditentukan yang

    dianggap dapat merefleksikan ciri populasi (Azwar,1998, h.88).

    Banyak ahli riset menyarankan untuk mengambil sampel sebesar

    10% dari populasi, sebagai aturan kasar (Azwar, 1998, h.82).

    Dari populasi yang didapat dari data Puslitbang Universitas

    Soegijapranata, terdapat 421 mahasiswa angkatan 2000-2003

    yang masih mengambil mata kuliah skripsi. Dari 10% populasi

    tersebut, didapat sejumlah 45 mahasiswa dengan rincian 5

    mahasiswa per fakultas untuk subjek try out . Sedangkan subjek

    yang digunakan untuk penelitian adalah 54 mahasiswa dengan

    rincian 6 mahasiswa per fakultas.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah metode skala. Metode skala adalah suatu metode adalah

    suatu metode penelitian yang menggunakan daftar pernyataan atau

    pertanyaan yang harus dijawab dan dikerjakan atau daftar isian yang

    harus diisi oleh sejumlah subjek. Berdasarkan jawaban atau isian

    tersebut, penelilti mengambil kesimpulan mengenai subjek yang

  • 41

    diteliti (Suryabrata, 2000, h.15-16) Dalam penelitian ini, bentuk

    skala yang digunakan adalah skala langsung, yaitu skala yang diisi

    langsung oleh subjek yang diteliti. Bentuk pertanyaan yang

    digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala tertutup, yaitu

    skala yang jawabannya dibatasi atau sudah ditentukan sehingga

    subjek tidak dapat memberikan respon atau jawaban seluas-luasnya

    (Suryabrata, 2000, h.79).

    Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas, maka skala yang

    digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung, yaitu daftar

    pertanyaan langsung diberikan responden. Adapun skala yang dibuat

    dalam penelitian ini adalah skala untuk mengungkap prokrastinasi

    pada proses penyusunan skripsi oleh mahasiswa:

    1. Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh

    Skripsi. Skala ini terdiri dari ciri-ciri prokrastinasi yaitu:

    a. Adanya penundaan dalam pengerjaan tugas

    b. Adanya keterlambatan

    c. Adanya pengalihan konsentrasi ke aktivitas lain

    Skala yang akan disajikan tersebut dibedakan menjadi

    dua kelompok item (pernyataan), yaitu item favourable dan item

    unfavourable. Item favourable yaitu item yang mempunyai nilai

    positif atau sesuai dengan pernyataan, sedangkan item

    unfavourable yaitu item yang bertentangan dengan item yang

    sebenarnya.

  • 42

    Alternative pilihan jawaban dalam skala prokrastinasi

    yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 4, yaitu:

    i. TP : Bila pernyataan yang diajukan Tidak Pernah

    dengan subjek

    ii. J : Bila pernyataan yang diajukan Jarang dengan

    subjek

    iii. S : Bila pernyataan yang diajukan Sering dengan

    subjek

    iv. SS : Bila pernyataan yang diajukan Sangat Sering

    dengan subjek

    Sistem penilaian skala prokrastinasi bergerak dari satu

    sampai empat. Pernyataan yang tergolong favourable atau positif,

    subjek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sering

    (SS), skor 3 jika menjawab sering (S), skor 2 jika menjawab

    jarang (J), skor 1 jika menjawab tidak pernah (TP). Pernyataan

    yang tergolong unfavourable atau negatif, subjek akan

    memperoleh skor 1 jika menjawab sangat sering (SS), skor 2 jika

    menjawab sering (S), skor 3 jika menjawab jarang (J), skor 4 jika

    menjawab tidak pernah (TP).

    Semakin tinggi skor yang diperoleh, berarti subjek

    semakin sering melakukan prokrastinasi. Sedangkan semakin

    rendah skor yang diperoleh, berarti subjek semakin semakin

    jarang melakukan prokrastinasi. Rancangan skala prokrastinasi

    pada penyusunan skripsi dapat dilihat pada table 1 di halaman 47.

  • 43

    2. Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B

    Skala kepribadian tipe A dan tipe B ini didasarkan atas

    pernyataan yang diadaptasi dari skala yang dibuat oleh Ribkah

    Wijaya yang diadaptasi dari skala Bortner (Wijaya, 1995). Skala

    ini terdiri dari 14 pasang item dengan setiap item terdiri dari 2

    pernyataan dengan ciri-ciri, yaitu:

    a. Tidak pernah terlambat.

    b. Sikap kompetitif.

    c. Tergesa-gesa

    d. Tidak sabar menunggu

    e. Antisipasi terhadap masalah.

    f. Pergaulan.

    g. Berusaha mengerjakan semua pekerjaan sekaligus

    h. Empati.

    i. Rekognisi.

    j. Mengerjakan tugas dengan cepat.

    k. Serius mengerjakan tugas.

    l. Ambisius.

    m. Ekspresif.

    n. Minat terhadap kerja.

    Alternative pilihan jawaban dalam skala kepribadian yang

    digunakan dalam penelitian ini ada 2. Subjek diminta untuk

    memilih satu jawaban yang sesuai dari 2 alternatif jawaban.

    Penggolongan subjek ke dalam suatu kepribadian dilihat dari

    perbandingan skor total item untuk kepribadian tipe A dan skor

  • 44

    total item untuk kepribadian tipe B. Setiap jawaban yang dipilih

    akan diberi skor 1. Individu digolongkan berkepribadian tipe A

    apabila skor total item untuk tipe A lebih besar daripada skor

    total item tipe B dan sebaliknya individu digolongkan

    berkepibadian tipe B apabila skor total item untuk tipe B lebih

    besar daripada skor total item tipe A. Dalam penelitian ini, subjek

    yang mendapat skor yang seimbang antara tipe A dan tipe B,

    tidak masuk ke dalam penelitian. Rancangan skala kepribadian

    tipe A dan tipe B dapat dilihat pada table 2 di halaman 47.

    F. Validitas dan Reliabilitas

    Validitas dan reliabilitas harus terdapat dalam alat ukur yang

    akan digunakan dalam penelitian, karena setiap penelitian

    diharapkan dapat memperoleh hasil yang objektif.

    1. Validitas Alat Ukur

    Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

    sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

    melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur

    dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

    tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil

    ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

    tersebut (Azwar, 1997, h.19).

    Validitas alat ukur dalam penelitian ini diukur

    menggunakan koefisien korelasi product-moment Pearson, atau

    koefisien korelasi Pearson. Dari perhitungan koefisien korelasi

  • 45

    tersebut akan diperoleh angka korelasi, namun angka korelasi

    yang diperoleh tersebut perlu dikoreksi karena angka korelasi

    yang diperoleh kelebihan bobot (over estimate). Kelebihan

    bobot ini terjadi karena skor item yang dikorelasikan dengan

    skor total ikut sebagai komponen skor total. Untuk mendapatkan

    korelasi total yang tidak kelebihan bobot perlu dikoreksi dengan

    teknik korelasi part-whole.

    Rumus di atas hanya digunakan untuk mengukur validitas

    dan reliabilitas skala prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang

    menyusun skripsi, sedangkan pada skala kepribadian tipe A dan

    tipe B sudah teruji validitas dan reliabilitasnya sesuai dengan

    skala yang dibuat oleh Ribkah Wijaya (Wijaya, 2005) yang

    mengadaptasi skala Bortner. Skala ini telah di ujicobakan pada

    karyawan Universitas Katolik Soegijapranata.

    2. Reliabilitas

    Menurut Arikunto (1998, h. 170-172), suatu instrument

    dikatakan reliable jika instrument itu memberikan hasil yang

    relative sama meskipun digunakan untuk mengukur berulang

    kali. Suatu skala instrument dianggap reliable, dapat dipercaya,

    bila secara konsisten member hasil yang sama jika diterapkan

    pada sampel yang sama pada waktu yang berbeda. Untuk

    menguji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini digunakan

    teknik uji reliabilitas koefisien Alpha Cronbach.

  • 46

    G. Metode Analisis Data

    Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan

    teknik Uji-T. Uji-T digunakan dalam penelitian yang bertujuan

    mencari perbedaan. Dalam penelitian ini dicari perbedaan tingkat

    prokrastinasi pada penyusunan skripsi berdasarkan tipe kepribadian

    A dan B.

    Adapun rumus Uji-t (Hadi, 1986, h.347), yaitu:

    Keterangan:

    t = Uji t student = Rata-rata prokrastinasi pada penyusunan skripsi

    pada mahasiswa yang berkepribadian tipe A = Rata-rata prokrastinasi pada penyusunan skripsi

    pada mahasiswa yang berkepribadian tipe B = Standar deviasi prokrastinasi pada penyusunan

    skripsi pada mahasiswa yang berkepribadian tipe A = Standar deviasi prokrastinasi pada penyusunan

    skripsi pada mahasiswa yang berkepribadian tipe A = Jumlah subjek mahasiswa yang brtipe kepribadian A = Jumlah subjek mahasiswa yang brtipe kepribadian B

  • 47

    Tabel 1

    Rancangan Skala Prokrastinasi pada Penyusunan Skripsi

    No. Ciri-ciri Prokrastinasi Favourable Unfavourable Total1 Penundaan dalam

    pengerjaan tugas 4 4 8

    2 Keterlambatan 4 4 8 3 Pengalihan konsentrasi ke

    aktivitas lain 4 4 8

    Total 12 12 24

    Table 2

    Rancangan Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B

    No Ciri-ciri Item Tipe A Item Tipe B Total Item

    1 Tidak pernah terlambat 1 1 2 2 Sikap kompetitif 1 1 2 3 Tergesa-gesa 1 1 2 4 Tidak sabar menunggu 1 1 2 5 Antisipasi terhadap masalah 1 1 2 6 Pergaulan 1 1 2 7 Berusaha mengerjakan

    semua pekerjaan sekaligus 1 1 2

    8 Empati 1 1 2 9 Rekognisi 1 1 2

    10 Mengerjakan tugas dengan cepat

    1 1 2

    11 Serius mengerjakan tugas 1 1 2 12 Ambisius 1 1 2 13 Ekspresif 1 1 2 14 Minat diluar pekerjaan 1 1 2

    Total item 14 14 28

  • 48

    BAB IV

    PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Orientasi Kancah Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Universitas Katolik Soegijapranata

    Semarang yang bertempat di Jalan Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan

    Dhuwur Semarang. Berdasarkan website Universitas Katolik

    Soegijapranata, universitas ini merupakan kelanjutan dari Unika

    Atmajaya dan bentuk pengembangan dari Institut Teknologi Katolik

    Semarang. Didirikan tanggal 5 Agustus 1982 dengan Surat Keputusan

    Mendikbud RI tanggal 24 September 1983 Nomor. 0400/0/1983.

    Sejalan dengan amanat Konstitusi Apostolik tentang Universitas

    Katolik Ex Corde Ecclesiae dan semangat Mgr. Albertus

    Soegijapranata pelindung universitas, serta visi dan misi Perguruan

    Tinggi Katolik anggota APTIK, Universitas Katolik Soegijapranata

    merumuskan visinya sebagai berikut bahwa Universitas Katolik

    Soegijapranata adalah komunitas akademik yang unggul dalam

    pendidikan, penelitian dan pengabdian dengan dilandasi nilai-nilai

    kristiani, cinta kasih, keadilan dan kejujuran. Sedangkan misinya

    adalah:

    a. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas secara akademik

    didukung pengembangan kepribadian yang utuh dan potensi

    kepemimpinan.

    b. Melakukan penelitian untuk oengembangan ilmu dan teknologi

    demi meningkatkan kesejahteraan manusia.

  • 49

    c. Melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan

    ilmu dan teknologi yang telah dikembangkan dalam penelitian

    demi kesejahteraan manusia. Memberikan perhatian dan mencari

    pemecahan terhadap berbagai masalah social-budaya masyarakat.

    d. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai institusi

    pendidikan dan penelitian, lokal, nasional, dan internasional

    untuk meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian dan

    pengabdian.

    e. Memperbaiki dan mengembangkan universitas secara terus

    menerus, sehingga dapat mendukung segala upaya mencapai

    keunggulan.

    Universitas Katolik Soegijapranata memiliki sembilan fakultas

    program sarjana yaitu Fakultas Arsitektur dan Desain, Fakultas Teknik,

    Fakultas Ilmu Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi, Fakultas

    Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Sastra, dan

    Fakultas Ilmu Komputer.

    Untuk melaksanakan penelitian ini, sesuai dengan quota yng

    ditentukan sebelumnya, peneliti meminta 11 mahasiswa per fakultas

    untuk menjadi subjek penelitian ini dengan rincian 5 mahasiswa untuk

    try out, dan 6 mahasiswa untuk penelitian. Total subjek yang

    digunakan adalah 99 mahasiswa. Salah satu ciri populasi yang dipakai

    sebagai subjek penelitian adalah mahasiswa yang sedang mengambil

    mata kuliah skripsi minimal sudah 2 semester. Sesuai dengan ciri

    populasi yang ada, maka penelitian ini mengambil tempat Universitas

  • 50

    Katolik Soegijapranata Semarang sebagai tempat penelitian atas dasar

    beberapa alasan:

    a. Mahasiswa aktif Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

    adalah salah satu bagian masyarakat yang terdekat dan mudah

    dijangkau oleh peneliti

    b. Kemudahan dalam perijinan dan administrasi

    c. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti dari Puslitbang

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang

    menggambarkan bahwa 50% dari mahasiswa antara angkatan 2000

    sampai angkatan 2003 masih mengambil mata kuliah skripsi.

    B. Persiapan Penelitian

    Adapun persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:

    1. Persiapan Perijinan Penelitian dan Administrasi

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan

    ijin dari pihak-pihak terkait, maka peneliti meminta surat ijin

    penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi yang kemudian

    diteruskan kepada bagian BAAK Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang yang kemudian ditanggapi dengan

    Surat Ijin Penelitian dari Wakil Rektor Bidang Akademik dengan

    nomor 1397/B.7.3/WR1/VII/2009 pada tanggal 13 Juli 2009.

    2. Penyusunan Alat Ukur

    Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa 2

    skala yaitu skala prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang

    menyusun skripsi dan skala tipe kepribadian yang dibuat oleh

  • 51

    Ribkah Wijaya yang diadaptasi dari skala Bortner yang sudah

    diuji validitasnya.

    Skala Prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang

    menyusun skripsi disusun berdasarkan tiga aspek yang terdiri

    dari 24 item. Aspek-aspek tersebut meliputi penundaan dalam

    pengerjaan tugas , keterlambatan, serta pengalihan konsentrasi ke

    aktivitas lain. Ada 8 item pernyataan yang terdiri dari 4 item

    favourable dan 4 item unfavourable pada setiap aspeknya. Setiap

    item mempunyai empat kemungkinan pilihan jawaban yaitu

    Tidak Pernah (TP), Jarang (J), Sering (S), dan Sangat Sering (SS).

    Item favourable untuk jawaban Sangat Sering (SS) diberi

    nilai 4, jawaban Sering (S) diberi nilai 3, jawaban Jarang (J)

    diberi nilai 2, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 1.

    Item unfavourable untuk jawaban Sangat Sering (SS) diberi

    nilai 1, jawaban Sering (S) diberi nilai 2, jawaban Jarang (J)

    diberi nilai 3, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 4.

    Sebaran item Skala Prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang

    menyusun skripsi dapat dilihat pada tabel berikut ini;

    Tabel 3 Sebaran Item Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa yang

    Sedang Menyusun Skripsi

    S

    k

    a

    l

    No Ciri-ciri Prokrastinasi favourable unfavourable Total1 Penundaan dalam

    pengerjaan tugas 1,7, 13,19 4,10,16,22 8

    2 Keterlambatan 2,8, 14,20 5,11,17,23 8 3 Pengalihan konsentrasi

    ke aktivitas lain 3,9,15,21 6,12,18,24 8

    Total 12 12 24

  • 52

    Skala tipe Kepribadian yang digunakan dalam penelitian

    ini disusun oleh Ribkah Wijaya berdasarkan skala Bortner

    didasarkan pada 14 aspek, antara lain tidak pernah terlambat,

    sikap kompetitif, tergesa-gesa, tidak sabar menunggu, antisipasi

    terhadap masalah, pergaulan, berusaha mengerjakan semua

    pekerjaan sekaligus, empati, rekognisi, mengerjakan tugas

    dengan cepat, serius mengerjakan tugas, ambisius, ekspresif,

    serta minat terhadap kerja.

    Alternative pilihan jawaban dalam skala kepribadian yang

    digunakan dalam penelitian ini ada 2. Subjek diminta untuk

    memilih satu jawaban yang sesuai dari 2 alternatif jawaban.

    Penggolongan subjek ke dalam suatu kepribadian dilihat dari

    perbandingan skor total item untuk kepribadian tipe A dan skor

    total item untuk kepribadian tipe B. Individu digolongkan

    berkepribadian tipe A apabila skor total item untuk tipe A lebih

    besar daripada skor total item tipe B dan sebaliknya individu

    digolongkan berkepibadian tipe B apabila skor total item untuk

    tipe B lebih besar daripada skor total item tipe A. Sebaran angket

    dapat dilihat di tabel 4 di halaman 53.

  • 53

    Tabel 4 Sebaran Item Skala Kepribadian Bortner

    No Aspek Tipe A Tipe B Total item

    1 Tidak pernah terlambat 1.A 1.B 2

    2 Sikap kompetitif 2.B 2.A 2 3 Tergesa-gesa 3.A 3.B 2 4 Tidak sabar menunggu 4.A 4.B 2 5 Antisipasi terhadap

    masalah 5.B 5.A 2

    6 Pergaulan 6.A 6.B 2 7 Berusaha mengerjakan

    semua pekerjaan sekaligus

    7.B 7.A 2

    8 Empati 8.A 8.B 2 9 Rekognisi 9.A 9.B 2

    10 Mengerjakan tugas dengan cepat

    10.A 10.B 2

    11 Serius mengerjakan tugas

    11.B 11.A 2

    12 Ekspresif 12.B 12.A 2 13 Minat terhadap kerja. 13.A 13.B 2

    14 Ambisius 14.B 14.A 2

    Total 14 14 28

    3. Uji Coba Skala (Try Out)

    Sebelum skala digunakan untuk penelitian yang

    sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap skala

    yang akan digunakan. Uji coba dilakukan pada subjek dengan

    ciri-ciri yang sama dengan sampel yang telah ditentukan. Sampel

    untuk uji coba adalah sebanyak 45 orang dengan rincian 5 subjek

    per fakultas pada 9 fakultas di Universitas Katolik Soegijapranata.

  • 54

    Uji coba dilaksanakan pada tanggal 4-7 Agustus 2009 bertempat

    di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang serta pada kos-

    kos yang ada di sekitar Universitas tersebut. Sebelum meinta

    subjek untuk mengisi skala, peneliti menanyai tentang data

    subjek terlebih dahulu, tentang seberapa lama subjek telah

    mengambil skripsi.

    Pada hari pertama sampai dengan hari ke empat peneliti

    menguji coba skala di gedung-gedung Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang terutama gedung Thomas Aquinas.

    Peneliti menguji skala pada subjek try out yang berjumlah 34

    orang. Karena jumlahnya yang tidak mencukupi, peneliti

    melengkapi jumlah subjek try out yang dibutuhkan dengan

    menguji skala pada beberapa kos di sekitar Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang. Data yang sudah diperoleh diberi skor

    sesuai jawaban yang diberikan, kemudian di tabulasi dan untuk

    selanjutnya dianalisis.

    C. Pelaksanaan Penelitian

    Setelah diadakan try out, penelitian dilanjutkan pada tanggal

    10 11 Agustus 2009 di Universitas Katolik Soegijapranata

    Semarang. Metode yang digunakan dalam pengambilan subjek

    adalah Incidental Quota Sampling, yaitu penelitian sekelompok

    subjek secara kebetulan yang jumlahnya telah ditentukan terlebih

    dahulu yaitu 54 subjek. Subjek yang sesuai dengan ciri-ciri populasi

    baru dapat mengisi skala yang telah dibagikan (Hadi, 2001, h.75).

  • 55

    Dalam penelitian ini penyebaran skala dilakukan oleh peneliti

    sendiri, dibantu dengan teman peneliti yang ikut menyebarkan di

    beberapa kos di sekitar Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

    Dari 54 skala yang disebar, semua skala kembali dan terjawab

    dengan lengkap sehingga semua skala dapat di skor.

    Setelah pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pencatatan

    hasil dan membawa tabulasi data hasil skala penelitian untuk

    kemudian dilakukan penghitungan hasil data. Penghitungan validitas

    data menggunakan progam komputer Statistical Packages for Social

    Science (SPSS) Release