52
Oleh: Mulyadi Universitas Gadjah Mada [email protected] Jogjakarta, September 2013

05Opportunity Mindset

Embed Size (px)

Citation preview

Oleh:

Mulyadi

Universitas Gadjah Mada

[email protected]

Jogjakarta, September 2013

1. Opening remark

2. Why quantum leap?

3. Problem solving mindset

4. Konsep opportunity mindset

5. Beda karakteristik orang yang didominasi oleh problem solving mindset dengan orang yang didominasi oleh opportunity mindset

6. Building blocks of opportunity mindset

7. Bagaimana membangun opportunity mindset

8. Closing remark

OPENING REMARK

Some men see things as they are and say why. I dream of things that

never were and say why not.

John F. Kennedy

WHY QUANTUM LEAP?

Continuous improvement is exactly the right idea if you are the world leader in everything you do.

It is a terrible idea if you are lagging in the world leadership benchmark.

It is probably a disastrous idea if your are far behind the world standard .... we need rapid, quantum-leap improvement.

Many of today’s management systems were designed to meet the needs of the stable industrial organization

The Vision Barrier

The People BarrierThe Learning

Barrier

The Operation Barrier

Hanya 5% personel

memahami strategi

85% tim eksekutif menggunakan

kurang dari satu jam per bulan

untuk membahas strategi

60% organisasi tidak mengkaitkan anggaran

dengan strategi

Hanya 25% manajer

memperoleh insentif yang

dikaitkan dengan strategi

9 dari 10 perusahaan gagal dalam

melaksanakan strategi

PENGHAMBAT PEMECAH HAMBATAN

The Vision Barrier Implementasi BSC sebagai alat penerjemah misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi

The People Barrier Internalisasi opportunity mindset

Mengikut sertakan seluruh personel dalam cascading company scorecard ke dalam business unit dan service center scorecard

The Operation Barrier Mengaitkan tindakan operasional dengan strategi melalui penyusunan anggaran berbasis BSC

The Learning Barrier Open-book management system

Misi, Visi, Tujuan, Keyakinan Dasar, Nilai Dasar, dan Strategi

COMPANY SCORECARD

KEUANGAN CUSTOMER PROSESPEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN

S U T I S U T I S U T I S U T I

TEAM AND PERSONAL SCORECARD

BUSINESS UNIT SCORECARD

KEUANGAN CUSTOMER PROSESPEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN

S U T I S U T I S U T I S U T I

SERVICE UNIT SCORECARD

KEUANGAN CUSTOMER PROSESPEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN

S U T I S U T I S U T I S U T I

Companies should spend less time protecting financial data from employees and more time

teaching them to analyze and act on it.

Bill Gates, Chairman, Microsoft

PEMECAH LEARNING BARRIER

PROBLEM SOLVING MINDSET

Problem adalah kesenjangan antara kondisi yang dihadapi dengan kondisi yang diharapkan.

Problem solving adalah pencarian alternatif tindakan untuk menghilangkan kesenjangan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diharapkan.

Problem solving mindset adalah sikap mental mapan yang senantiasa memandang bahwa kesenjangan antara kondisi yang dihadapi sekarang dengan kondisi yang diharapkan adalah suatu problem, dan mencari serangkaian tindakan untuk memecahkan kesenjangan tersebut.

KONDISI YANG ADA SEKARANG

KONDISI YANG DIHARAPKAN

Kesenjangan

Problem solving merupakan usaha untuk mengurangi

atau meniadakan kesenjangan

Kondisi yang diharapkan merupakan kondisi yang

telah diketahui atau dikenal (known condition)

Mindset yang melandasi: ◦ Pemasok adalah autonomous independent

company

◦ Oleh karena itu transaksi antara perusahaan dengan pemasok dilaksanakan at arm’s length transaction

◦ Pemasok harus bersaing untuk memperebutkan order dari perusahaan; pemenangnya dipilih sebagai pemasok

◦ Distrust-based relationship dipakai sebagai basis untuk mendesain sistem pembelian tender.

NomorKOMPONEN PROBLEM SOLVING UNSUR DALAM CONTOH NO. 1

1 Kondisi yang ada sekarang

2 Kondisi yang diharapkan

4 Kesenjangan

5 Problem solving

Frekuensi kegagalan pemasok dalam memenuhi kuantitas dan kualitas sebagaimana tercantum dalam perjanjian lebih dari 25% dari transaksi pembelian selama setahun.

Frekuensi kegagalan pemasok dalam memenuhi kuantitas dan kualitas sebagaimana tercantum dalam perjanjian adalah maksismum 25% dari transaksi pembelian selama setahun.

Kegagalan pemasok dalam menyerahkan kuantitas dan kualitas bahan sesuai dengan perjanjian.

Pencarian cara untuk meningkatkan kepatuhan pemasok terhadap syarat yang tercantum dalam perjanjian pembelian.

KONSEP OPPORTUNITY MINDSET

Peluang (opportunity) adalah kondisi yang terbuka di masa depan yang belum pernah dialami seseorang atau organisasi, yang berbeda dengan yang pernah atau yang sedang dialami, dan yang mengandung ketidakpastian.

Peluang hanya dapat diidentifikasi jika orang memandang masa depan dari platform yang berbeda dengan platform yang kini dipakai sebagai tempat berpijak.

Opportunity exploitation adalah pencarian alternatif tindakan untuk menghilangkan kesenjangan antara kondisi yang ada sekarang berdasarkan platform baru dengan kondisi yang diharapkan di masa depan berdasarkan platform baru tersebut.

Opportunity mindset adalah sikap mental mapan yang senantiasa menggunakan kondisi masa depan atau kondisi yang belum diketahui sebelumnya sebagai suatu kondisi yang diharapkan untuk mengevaluasi kondisi yang dihadapi kini.

Di dalam eksploitasi peluang terjadi pergeseran platform berpikir sebagai landasan baru untuk memperkirakan kondisi yang diharapkan di masa depan.

Kesenjangan

Opportunity exploitation merupakan usaha sekarang untuk mewujudkan

kondisi masa depan yang diperkirakan akan terjadi

Kondisi masa depan yang diperkirakan akan terjadi merupakan kondisi yang

belum pernah dialami (unknown condition)

Pergeseran

KONDISI SEKARANG BERDASARKAN

PLATFORM BARU

KONDISI SEKARANG BERDASARKAN

PLATFORM LAMA

KONDISI MASA DEPAN YANG

DIPRAKIRAKAN

KOMPONEN OPPORTUNITY EXPLOITATION UNSUR DALAM CONTOH NO. 3

Kondisi sekarang berdasarkan platform lama

Pembelian bahan dari pemasok dilaksanakan dengan sistem lelang tahunan.

Kondisi sekarang berdasarkan platform baru

Pembelian bahan dari pemasok berlandaskan pada hubungan berbasis ketidakpercayaan (distrust).

Kesenjangan Perusahaan dengan pemasok belum membangun trust-based relationship dalam transaksi pembelian.

Opportunity exploitation Merancang dan mengimplementasikan just-in-time purchasing berlandaskan pada trust-based relationship dengan pemasok.

No.

1

2

3

4

Kondisi yang diharapkan berdasarkan platform baru

Pembelian bahan dari pemasok berlandaskan trust-based relationship dalam transaksi pembelian.

5

Masataka Fujisaki dengan AUCNET-nya

Pasific Pride dengan unattended gasoline station-nya

NO KOMPONEN OPPORTUNITY

MINDSET

UNSUR DALAM CONTOH AUCNET MASATAKA FUJISAKI

1 Kondisi sekarang dengan platform lama

Penjualan lelang mobil bekas melalui pasar fisik yang di dalamnya pembeli mendasarkan informasi yang mereka kumpulkan secara fisik

2 Kondisi sekarang dengan platform baru

Penjualan lelang mobil bekas yang di dalamnya pembeli mendasarkan informasi terpercaya yang mereka peroleh tanpa hambatan jarak dan waktu

3 Kondisi yang diharapkan berdasarkan platform baru

Penjualan lelang mobil bekas yang di dalamnya penjual dan pembeli mendasarkan pada informasi terpercaya (trustworthy information)

4 Kesenjangan Belum tersedianya trustworthy information bagi pihak pihak yang bertransaksi yang dapat diakses tanpa kendala jarak dan waktu

5 Opportunity exploitation Penyediaan trustworthy information bagi pihak yang bertransaksi dalam lelang mobil bekas, tanpa kendala jarak dan waktu

BEDA KARAKTERISTIK ORANG YANG DIDOMINASI

OLEH OPPORTUNITY MINDSET DENGAN ORANG YANG DIDOMINASI OLEH PROBLEM SOLVING

MINDSET

BUTIR PERBEDAAN

KARAKTERISTIK ORANG YANG MEMILIKI PROBLEM

SOLVING MINDSET

KARAKTERISTIK ORANG YANG MEMILIKI

OPPORTUNITY MINDSETNO.

Pemicu tindakanPenyimpangan kondisi sekarang dari kondisi normal Peluang bisnis masa depan

Dasar untuk membentuk masa depan

Creating the future from the past

Creating the future from the future

Respon terhadap pemicu

Reaktif Proaktif

Sikap terhadap risiko

Menghindari risiko Menantang risiko

Sikap terhadap aturan yang berlaku

Mempertahankan aturan yang sudah ada (rule keeper)

Mendobrak aturan yang sudah ada (rule breaker)

1

2

3

4

5

BUILDING BLOCKS OF OPPORTUNITY MINDSET

Memahami building blocks untuk membangun opportunity mindset

Mengubah mindset anggota tim ke opportunity mindset

Menanamkan courage and risk taking melalui pelatihan

Melatih kemampuan tim untuk trendwatching

Melatih kemampuan anggota tim untuk envisioning

Pengetahuan Manajemen

KEYAKINAN DASAR

(1) Hasil dan sumber daya berada di luar bisnis, (2) Hasil diperoleh dengan

pengeksploitasian peluang, bukan dengan penyelesaian masalah, (3) Hasil

ekonomis hanya diperoleh melalui keunggulan, (4) Setiap keunggulan

bersifat sementara.

NILAI DASAR

(1) Keberanian, (2) keterbukaan, (3) ketidakpuasan kreatif

Paradigma Peluang

Opportunity Mindset

Tampak Luar

Hasil (results) dan sumber daya (resources) tidak berada di dalam bisnis.

Keduanya berada di luar bisnis.

Hasil (results) dan sumber daya (resources) tidak berada di dalam bisnis. Keduanya berada di luar bisnis.

Sumber Daya (Resources)

Usaha(Efforts)

Hasil(Results)

BISNIS

Hasil ekonomi (economic result) diperoleh organisasi dari pengeksploitasian peluang, bukan dari pemecahan masalah. Hasil diperoleh organisasi karena produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi memiliki value bagi customers.

Customers-lah yang memutuskan apakah suatu hasil mempunyai value bagi mereka. Suatu hasil mempunyai value bagi customer jika hasil tersebut unggul (distinct) dibandingkan dengan hasil yang diproduksi oleh organisasi lain. Suatu hasil berbeda (distinct) dari hasil yang lain jika memiliki keunggulan atau leadership.

Suatu hasil yang mediocre tidak akan mempunyai value bagi customers, dan oleh karena itu tidak dibeli oleh mereka. Hasil tergantung pada seseorang yang berada di luar bisnis yang berada di luar kendali bisnis—customer yang berada di dalam pasar ekonomi atau pihak pemegang kekuasaan di dalam ekonomi yang dikendalikan oleh pemerintah.

Dengan demikian untuk menentukan apakah usaha yang dilakukan di dalam bisnis memproduksi hasil ekonomi atau merupakan pemborosan ditentukan oleh orang yang berada di luar bisnis.

Hasil diperoleh dengan mengeksploitasi peluang, bukan dari pemecahan

masalah

Orang seringkali salah mengira bahwa untuk mendapatkan hasil diperlukan pemecahan masalah agar keadaan kembali ke normal.

Menurut jalan pikiran ini, hasil akan dapat diperoleh jika orang dapat menghapuskan hambatan terhadap kapasitas bisnis dalam memproduksi hasil.

Namun sebenarnya, hasil hanya dapat diperoleh dari eksploitasi peluang, bukan dari pemecahan masalah. Kekayaan mengalir secara langsung ke dalam organisasi dari inovasi, bukan dari optimalisasi.

Wealth is not gained by perfecting the known, but by imperfectly seizing the unknown (Tom Peters)

Hasil ekonomi hanya diperoleh melalui kepemimpinan (leadership) bukan hanya

dari kompetensi

Suatu perusahaan yang menginginkan hasil ekonomis harus memimpin dalam sesuatu yang benar-benar memiliki value bagi customer atau pasar.

Kepemimpinan ini dapat berupa satu aspek sempit dalam keluarga produknya, dapat dalam jasa yang berkaitan dengan produknya, dapat dalam bidang distribusi, atau kecepatan pengubahan ide menjadi produk inovatif dengan biaya rendah.

Jika tidak mampu menduduki posisi kepemimpinan, suatu bisnis, produk, atau jasa akan menjadi marjinal (pinggiran), dan pada posisi marjinal, bisnis atau produk tidak akan memiliki kemampuan untuk bertahan dalam jangka panjang, apalagi menghasilkan laba.

Setiap posisi kepemimpinan hanya bersifat transisi dan oleh karena itu bersifat jangka

pendek

Tidak ada bisnis yang aman pada posisi kepemimpinan. Pasar tempat beradanya hasil dan pengetahuan sebagai sumber daya bisnis dapat diakses oleh siapa saja.

Posisi kepemimpinan tidak akan lebih dari posisi keberuntungan yang sifatnya sementara.

Di dalam bisnis (begitu pula dalam sistem fisika) energi selalu cenderung menyebar dan akhirnya kehilangan kekuatan. Bisnis mempunyai kecenderungan untuk berjalan dari kepemimpinan menuju ke arah kualitas rendah (mediocre), dan kualitas rendah berdekatan dengan posisi pinggiran.

Apa yang ada menjadi tua

Apa yang ada sekarang merupakan produk masa lalu. Bisnis sendiri—sumberdayanya, usaha dan alokasinya, organisasi dan produknya, pasar dan customer-nya merupakan hasil keputusan dan tindakan masa lalu.

Orang-orang dalam bisnis sebagian besar tumbuh dalam lingkungan bisnis masa lalu. Sikap, harapan, dan nilai-nilai mereka dibentuk di masa lalu dan mereka memiliki kecenderungan untuk menerapkan apa yang dipelajari di masa lalu ke dalam bisnis sekarang.

Orang cenderung menganggap apa yang terjadi di masa lalu merupakan hal yang normal, dan mempunyai kecenderungan kuat untuk menolak setiap ketidaknormalan—sesuatu yang tidak pas dengan pola yang telah dikenal sebelumnya.

Setiap keputusan atau tindakan manusia mulai menjadi tua pada saat keputusan atau tindakan tersebut diambil

Tugas eksekutif bukan menerapkan sesuatu yang normal ke dalam dunia sekarang yang telah berubah. Tugas eksekutif adalah mengubah bisnis, perilaku, sikap, harapan—termasuk produk, pasar, dan saluran distribusi—agar pas dengan realitas baru.

Improvement berkelanjutan merupakan usaha untuk melawan kecenderungan personel dalam memandang kondisi masa lalu sebagai kondisi yang normal untuk acuan penilaian terhadap kondisi sekarang dan masa yang akan datang.

Keberanian

Keterbukaan

Ketidakpuasan kreatif

The land of excellent is safely guarded from unworthy intruder. At the gates stand two fearsome sentries—risk and learning.The key to entrance are faith and courage. (Quinn)

Keterbukaan terhadap sesuatu yang baru merupakan kemampuan untuk menerima, memahami, menafsirkan setiap trend perubahan yang terjadi dalam lingkungan

Keterbukaan terhadap sesuatu yang baru adalah kemampuan untuk menggeser paradigma, jika kondisi lingkungan memerlukan penggeseran tersebut.

Keterbukaan terhadap sesuatu yang baru dilandasi oleh kejujuran dalam melihat kenyataan, keberanian, kerendahan hati, mental berlimpah, dan luasnya wawasan mereka.

Creative discontent adalah perasaan positif seseorang dalam menghadapi keadaan tidak terpenuhi keinginannya.

Creative discontent juga berarti ketidakpuasan terhadap sesuatu yang telah berjalan dengan baik, yang dilandasi oleh keyakinan bahwa “selalu ada cara yang lebih baik.”

Ketidakpuasan kreatif merupakan ketidakpuasan yang produktif dan dihasilkan oleh orang yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi dalam dirinya.

Ketidakpuasan kreatif merupakan nilai yang perlu dijunjung tinggi oleh tim penyusun rencana strategik, yang perlu diwujudkan dalam:

◦ (1) kegigihan mereka untuk mencapai kesempurnaan dan

◦ (2) kekuatan jiwa mereka dalam menerima kegagalan.

BAGAIMANA MEMBANGUN OPPORTUNITY MINDSET

Rekruitmen

Persyaratan untuk menduduki jenjang managerial

Pengkomunikasian opportunity mindset

CLOSING REMARK

If you lose riches you lose much; if you lose courage

you lose all.